28
MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN Konsep dan Makna Pembelajaran OLEH : Kelompok III 1. Syamsul Putra ( 1010324057 ) 2. Endang Ekawati ( 1010324058 ) 3. Afrines Yustin ( 1010324059 ) 4. Pitria Hayati ( 1010324060 ) 5. Yani Ummul Khair ( 1010324061 ) 6. Andriany Zahra ( 1010324062 ) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2010

Konsep Dan Makna Pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep Dan Makna Pembelajaran

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN

Konsep dan Makna Pembelajaran

OLEH :

Kelompok III

1. Syamsul Putra ( 1010324057 )2. Endang Ekawati ( 1010324058 )3. Afrines Yustin ( 1010324059 )4. Pitria Hayati ( 1010324060 )5. Yani Ummul Khair ( 1010324061 )6. Andriany Zahra ( 1010324062 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2010

Page 2: Konsep Dan Makna Pembelajaran

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

kami tentang “Konsep Dan Makna Pembelajaran”.

Dalam mengerjakan tugas kami, kami banyak menemukan ganjalan dan

kesulitan. Tapi berkat bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing dan rekan-rekan

sekalian, akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu

kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.

Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih dan kami berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalam

Penulis

Page 3: Konsep Dan Makna Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum

menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran

secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi

pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau

mutu pendidikan secara nasional masih rendah.

Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan pembelajaran,

penataan isi/konten, serta model sosialisasi, lebih disesuaikan dengan

perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini. Pendekatan

pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik

dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan

kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu

kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.

Berdasarkan uraian diatas sebagi seorang perawat yang mana salah satu tugas

atu fungsi nya adalah melakukan pendidikan kesehatan kepada siswa sekolah dan

umunya masyarakat harus mengetahui konsep pendidikan itu sendiri dan makna

dari belajar dan pembelajaran supaya tercipta saling kesepahaman antara

masyarakat dan perawat.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Perawat diharapkan mampu menerapkan konsep dan makna

pembelajaran kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat

dibidang kesehatan.

2. Tujuan khusus

Page 4: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Perawat mampu menguasai konsep Dan Makna Pembelajaran kesehatan

untuk diterapkan didalam masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DAN MAKNA PEMBELAJARAN

A. Pengertian dan Makna Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asa pendidikan

maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru selaku pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses

pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar

yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar

belakangnya, akademisnya, latar belakang social ekonominya dll.

Makna dari pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah sustu proses

dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondidi-kondisai khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

B. Pendekatan Belajar dan Pembelajaran

Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,

dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari

pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach)

Page 5: Konsep Dan Makna Pembelajaran

2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru

(teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan

ke dalam strategi pembelajaran.

1. Pendekatan Kontekstual

Menurut Glasser (1976), implementasi teori belajar yang berpijak pada

psikologi perilaku dalam pembelajaran tidak menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Keterampilan siswa di dalam melakukan komputasi tidak

diikuti dengan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem

solving). Agar ketiga aspek ini dapat bersinergi, para siswa perlu dikenalkan pada

pembelajaran yang diformulasikan dalam lingkungan situasi yang telah

dikenalnya sehingga mereka dapat melihat keterkaitan secara langsung konsep-

konsep yang dipelajari dengan kehidupan nyata.

Potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal jika

paradigma pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut disempurnakan,

khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan suasana pembelajaran.

Paradigma “baru“ ini dirumuskan sebagai: siswa aktif mengkonstruksi-guru

membantu, dengan sebuah kata kunci: memahami pikiran anak untuk membantu

anak belajar, dan dikenal dengan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa

dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu

permasalahan ke permasalahan lain, dari suatu konteks ke konteks yang lain.

Transfer adalah kemampuan untuk berpikir dan berargumentasi tentang situasi

baru melalui penggunaan pengetahuan awal. Pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Menyandarkan pada memori spasial.

b. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu siswa.

c. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin).

d. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal.

e. Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam

pemecahan masalah.

Page 6: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Perbedaan pola pembelajaran kontekstual dan konvensional disajikan pada tabel

di bawah ini.

Konvensional Kontekstual Menyandarkan pada hafalan Menyandarkan pada memori spasialPemilihan informasi ditentukan oleh

guru

Pemilihan informasi berdasar-kan

kebutuhan individu siswaCenderung terfokus pada satu bidang

(disiplin) tertentu

Cenderung mengintegrasikan

beberapa bidang (disiplin)Memberikan tumpukan informasi

kepada siswa sampai pada saatnya

diperlukan

Selalu mengkaitkan informasi

dengan pengetahuan awal yang telah

dimiliki siswaPenilaian hasil belajar hanya

ditentukan melalui kegiatan akademik

berupa ujian/ulangan

Menerapkan penilaian autentik

melalui penerapan praktis dalam

pemecahan masalah

2. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan

atau informasi dengan lisan/tulisan. Dalam metode ekspositori bahan pelajaran

sudah disusun oleh guru secara hierarkis dan sistematik. Sehingga dalam

pembelajaran yang terjadi adalah guru menerangkan siswa menerima. Guru

berbicara pada waktu awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada

waktu diperlukan saja. Sedangkan siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat

saja, tetapi juga mengerjakan soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti.

Sedangkan guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menerangkan

lagi kepada siswa secara klasikal bila dirasakan banyak siswa yang belum jelas

benar. (Juli Rustiani, 2004: 22-23).

Pendekatan ini diharapkan siswa dapat menangkap dan mengingat

informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang

telah dimilikinya melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan

oleh guru.

Page 7: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa

menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu,

kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan

uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif

biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa

menggunakan alat bantu seperti gambar bagan, grafik, dan lain-lain, disamping

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. (Nana Sudjana,

1989).

Menurut Amin Suyitno (2004), metode ekspositori adalah penyampaian

yang dimulai ceramah di awal pelajaran, contoh soal,latihan dan guru memberikan

bantuan secara individual atau klasikal jika diperlukan, tanya-jawab, serta

pemberian tugas.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

ekspositori merupakan teknik pembelajaran matematika yang diawali dengan

menerangkan materi serta contoh soal, siswa membuat catatan, guru memberi soal

latihan dan memberikan bantuan jika diperlukan, kemudian diakhiri dengan

pemberian tugas.

Menurut Tarsito Suharyono (Tursinah, 2004: 25-26), metode ekspositori

mempuyai kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan metode ekspositori adalah sebagai berikut.

a. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempuyai kesempatan aktif

yang sama.

b. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.

c. Guru dapat menentukan terhadap hal–hal yang dianggap penting.

d. Guru dapat memberikan penjelasan secara individual maupun klasikal.

Kekurangan metode ekspositori adalah sebagai berikut.

a. Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktifitas fisik seperti

aktivitas mental siswa.

b. Interaksi berlangsung satu arah saja.

c. Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang.

d. Kepadatan konsep-konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat

berakibat siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Page 8: Konsep Dan Makna Pembelajaran

e. Menurut Nana Sudjana (1989: 158-159), pendekatan ekspositori

ditinjau dari kegiatan guru dan dari kegiatan siswa disajikan pada

bagan di bawah ini.

3. Metode Pembelajaran Berbasis Penemuan

Menurut Bruner, pembelajaran penemuan menekankan pengalaman-

pengalaman pembelajaran berpusat pada siswa. Dari pengalaman itu siswa

menemukan ide-ide sendiri dan menurunkan makna oleh mereka sendiri. Menurut

Piaget, paedagogi yang baik harus melibatkan siswa dalam eksperimen dalam arti

yang paling luas mencoba melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda dan

simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya, mencocokkan apa

yang ditemukan pada suatu saat dengan yang ditemukan pada saat lain, serta

membandingkan dengan temuan orang lain.

Pandangan konstruktivis-kognitif didasarkan pada teori Piaget. Siswa

dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan

membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan ini tidak statis tetapi

secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat mereka menghadapi

pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi

pengetahuan awal mereka.

Menemukan merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus

selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara

lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan

permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil (antara 3 – 5 orang) dengan

arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau

pada saat kegiatan terjadwal. Dengan demikian dalam pendekatan inquiry model

komunikasi yang dilakukan bukan komunikasi satu arah atau komunikasi aksi tapi

komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. (Nana Sudjana,

1989:155).

Page 9: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan masalah.

b. Mengamati atau melakukan observasi.

1) Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi

pendukung.

2) Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari

sumber atau objek yang diamati.

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya.

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audiens yang lain.

1) Karya siswa disampaikan teman sekelas atau kepada orang banyak

untuk mendapatkan masukan.

2) Bertanya jawab dengan teman.

3) Memunculkan ide-ide baru.

4) Melakukan refleksi.

e. Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas,

dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dan sebagainya.

C. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peerkembangan Belajar

Faktor – Faktor yang mempengaruhi belajar seseorang itu banyak jenisnya.

Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor – faktor yang mempengaruhi belajar adalah

sebagai berikut:

1. Faktor – Faktor Intern

1) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah ini terdiri atas dua faktor yang mempengaruhinya

antara lain :

1. Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan

atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap

belajarnya karena proses belajar seseorang akan terganggu jika

Page 10: Konsep Dan Makna Pembelajaran

kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah,

kurang darah ataupun ada gangguan – gangguan/kelainan –

kelainan alat inderanya serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu mengindahkan ketentuan – ketentuan tentang bekerja,

belajar, istirahat, tidur, makan olah raga, rekreasi dan ibadah.

2. Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat

tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya

juga terganggu, jika hal ini terjadi maka hendaknya ia belajar pada

lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat Bantu agar dapat

menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu.

2) Faktor psikologis

1. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi

yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan

konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya

terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil

daripada yang mempunyai intelegensi yang rendah.

2. Perhatian

Perhatian menurut Gazali dalam buku Slameto (2003: 57)

adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata – mata

tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan

Page 11: Konsep Dan Makna Pembelajaran

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa atau menarik, maka

timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

3. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia

segan – segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari

pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih

mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan

siswa.

4. Bakat

Menurut Hilgard dalam buku Slameto (2003: 58)“bakat”

adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan

bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang

belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya

itu. Mengetahui bakat yang dimiliki siswa itu sangat penting karena

dengan mengetahuinya, maka akan dapat menempatkan siswa

tersebut belajar di sekolah sesuai dengan bakatnya.

5. Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,

akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang

menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya

penggerak/pendorongnya. Motif yang sangat kuatlah perlu di dalam

belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan

dengan adanya latihan – latihan/kebiasaan – kebiasaan dan pengaruh

lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu

dalam belajar.

Page 12: Konsep Dan Makna Pembelajaran

6. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan

seseorang, di mana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak

dapat melaksanakan kegiatan secara terus – menerus, untuk itu

diperlukan latihan – latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak

yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya

sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap

(matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu

tergantung dari kematangan dan belajar.

7. Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah:

Preparedness to respon or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk

memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri

seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena

kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika

siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya

akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan

lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkantubuh karena terjadi kekacauan substansi sisa

pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar

pada bagian – bagian tertentu.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang, kelelahan ini sangat terasa pada

bagian kepala dengan pusing – pusing sehingga sulit untuk

konsentrasi seolah – olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Page 13: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara –

cara sebagai berikut:

a) Tidur,

b) Istirahat,

c) Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja,

d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah,

misalnya obat gosok,

e) Reaksi dan ibadah yang teratur,

f) Olahraga secara teratur, dan

g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat – syarat

kesehatan (memenuhi empat sehat lima sempurna),

h) Jika kelelahan sangat serius cepat – cepat menghubungi seorang ahli,

misalnya dokter, psikiater dan lain – lain.

2. Faktor – Faktor Ekstern

1) Faktor Keluarga

1. Cara Orang Tua Mendidik

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan

anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya,

tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan – kepentingan

dan kebutuhan – kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur

waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya,

tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu

bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan – kesulitan yang

dialami dalam belajar dan lain – lain, dapat menyebabkan anak

tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

2. Relasi Antara anggota Keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya

atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar

anak.

Page 14: Konsep Dan Makna Pembelajaran

3. Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian –

kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada

dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting

yang tidak disengaja, suasana rumah yang gaduh/ramai dan

semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang

belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan

suasana rumah yang tenang dan tentram, di dalam suasana rumah

yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal dirumah,

anak juga dapat belajar dengan baik.

4. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar

anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain

– lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,

meja, kursi, penerangan, alat tulis –menulis, buku – buku dan lain –

lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga

mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang

miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi akibatnya

kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu,

walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak

yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi

keluarga lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk

baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar.

5. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila

anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas – tugas di

rumah, kadang – kadang anak mengalami lemah semangat, orang

tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu

sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau

perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui

perkembangannya.

Page 15: Konsep Dan Makna Pembelajaran

6. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan – kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

1. Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui

di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri adalah menyajikan bahan

pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima,

menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang

kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

2. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah

menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan

mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu

mempengaruhi belajar siswa.

3. Relasi Guru dengan Siswa

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan

menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang

diberikan sehingga siswa berusaha mempelajarinya sebaik –

baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci

gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang

diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

4. Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat – sifat atau tingkah laku yang

kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau

sedang mengalami tekanan – tekanan batin, akan diasingkan dari

kelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akan mengganggu

belajarnya.

Page 16: Konsep Dan Makna Pembelajaran

5. Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan

siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah

mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan

tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan

administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan

lain – lain.

6. Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,

karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar

dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.

Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar

penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa

mudah menerima pelajaran dan menguasainya maka belajarnya akan

menjadi lebih giat dan lebih maju.

7. Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore/malam hari.

Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa

terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat

dipertanggungjawabkan, dimana siswa harus istirahat tetapi terpaksa

harus masuk sekolah sehingga mereka masuk sekolah dengan

keadaan mengantuk dan sebagainya.

8. Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu

memberi pelajaran di atas ukuran standar. Bila banyak siswa yang

tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam

itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar yang mengingat

perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda – beda,

hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan

materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing – masing.

Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

Page 17: Konsep Dan Makna Pembelajaran

9. Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka

masing – masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus

memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat

belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap

siswa.

10. Metode Belajar

Banyak siswa malaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini

perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat dan

efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu

belajar, kadang – kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus –

menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa

akan kurang istirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu

belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik,

memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan

meningkatkan hasil belajar.

11. Tugas Rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar

waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan – kegiatan lain.

Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang

harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu

lagi untuk kegiatan yang lain.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam

masyarakat.

1. Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian

dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya

berorganisasi, kegiatan – kegiatan sosial, keagamaan dan lain – lain,

Page 18: Konsep Dan Makna Pembelajaran

belajarnya akan terganggu, lebih – lebih jika tidak bijaksana dalam

mengatur waktunya.

2. Mass Media

Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat

kabar, majalah, buku – buku, komik – komik dan lain – lain. Mass

media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan

juga terhadap belajarnya, akan tetapi sebaliknya mass media yang

jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.

3. Teman Bergaul

Pengaruh – pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapat

masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul

yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga

sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang

bersifat buruk juga.

4. Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang – orang

yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai

kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak

(siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat

seperti yang dilakukan oaring – orang di sekitarnya.

D. Motivasi dalam Belajar

Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak

sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang

bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking

pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi

agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk

mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan

orangtuanya.

Page 19: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya

antaranya:

a. Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan

hasrat seksual

b. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan

intelektual

c. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya

d. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki

mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.

e. Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi

seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya

sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

1. Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor Internal.

Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa

pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk

menjalani kehidupan.

2. Kedua, motivasi belajar dari faktor Eksternal

dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang

dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan

motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru

menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan

Page 20: Konsep Dan Makna Pembelajaran

dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa

memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna

bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial.

Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah

Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan

sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa

yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan

mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus

yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid,

sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir

semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku

bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

3. Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi

yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa

dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si

Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

5. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat

proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar

siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi

belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal,

mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang

bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari

memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

Page 21: Konsep Dan Makna Pembelajaran

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke

peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh

siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi

anak didiknya

.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik

Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa

belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa

diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran

ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

8. Menggunakan metode yang bervariasi

Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi,

yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa

merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua

kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching &

Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya.

Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama

lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu

materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna

materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang

dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan

motivasi belajar siswa.

E. Tahapan Belajar

a. Menurut Jerome S. Bruner

Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu

didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan

tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian

secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang penentang teori

S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa

menempuh tiga episode/ tahap, yaitu:

Page 22: Konsep Dan Makna Pembelajaran

1. Informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar

memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.

Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan

berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan

memperdalam pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki

2. Transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu

dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau

konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal

yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit

apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan

kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan

pembelajaran tertentu.

3. Evaluasi (tahap penialain meteri)

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh

mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk

memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada

penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan

peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.

b. Menurut Arno F Wittig

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap

proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:

1. Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)

Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima

informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya,

Page 23: Konsep Dan Makna Pembelajaran

sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini

terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam

keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan

tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan

mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

2. Storage (tahap penyimpanan informasi)

Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan

mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia

proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu

melibatkan fungsi short term dan long term memori.

3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan

kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab

pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya

adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan

memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa

informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons

atau stimulus yang sedang dihadapi.

F. Pembelajaran Dewasa dan Anak

Proses belajar bagi anak-anak dan orang dewasa tidak sama. Belajar bagi

anak-anak (Pedagogi) bersifat untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak-

banyaknya. Sedangkan bagi orang dewasa lebih menekankan untuk apa ia belajar.

Konsep diri pada seorang anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain.

Ketika ia beranjak menuju dewasa, ketergantungan kepada orang lain mulai

berkurang dan ia merasa dapat mengambil keputusan sendiri. Selanjutnya sebagai

Page 24: Konsep Dan Makna Pembelajaran

orang dewasa, ia memandang dirinya sudah mampu sepenuhnya mengatur diri

sendiri.

Dalam proses pembelajaran orang dewasa (andragogi), ia menghendaki

kemandirian dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak, misalnya ia diberi

ceramah oleh orang lain tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak

boleh dilakukan.

Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar yang memperlakukan

dirinya dengan penuh penghargaan, maka ia akan melakukan proses belajar

dengan penuh penghargaan pula. Ia akan melakukan proses belajar dengan

pelibatan dirinya secara mendalam. Situasi tersebut menunjukkan orang dewasa

mempunyai kemauan sendiri untuk belajar. Oleh sebab itu perlu diketahui cara-

cara yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa dalam belajar

A. Faktor Psiki

1. Harapan masa depan

Harapan masa depan peserta paket dapat mempengaruhi

semangat belajar. Adanya keterkaitan dengan pengembangan

kariernya di masa depan akan memacu semangat belajar peserta

paket.

2. Latar belakang social

Lingkungan sosial yang merupakan masyarakat belajar dapat

mempengaruhi peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai

peluang berharga untuk menambah kepercayaan dirinya di

lingkungan sosialnya.

3. Keluarga

Bagi para peserta, latar belakang keluarga merupakan faktor

yang cukup dominan. Keluarga yang utuh dan harmonis serta penuh

Page 25: Konsep Dan Makna Pembelajaran

syukur akan berpengaruh positif terhadap dirinya, begitupun

sebaliknya. Keluarga dengan banyak anak dan yang sedikit anak akan

menimbulkan masalah yang berbeda, hal tersebut juga mempengaruhi

sikap belajar.

4. Daya ingat

Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi

dengan penurunan daya ingat. Orang dewasa lebih mudah lupa

dibanding anak-anak. Ada ungkapan tentang perbedaan anak

danorang dewasa dalam belajar bahwa anak belajar ibarat mengukir

di atas batu. Artinya anak-anak lebih lama untuk memahami sesuatu

tetapi kalau sudah paham terus diingatnya dan sulit untuk dilupakan.

Sedangkan pada orang dewasa, ia mudah memahami sesuatu tetapi

belum beberapa lama sudah terlupakan. Ibarat mengukir di atas air,

oleh karena itu dalam proses belajar orang dewasa catatan dan

resume atau rangkuman materi pelajaran sangatlah membantu

peserta.

B. Faktor Fisik

Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan fisik terutama penglihatan,

pendengaran, artikulasi, dan penyakit.

1. Faktor penglihatan

Pada umumnya orang lanjut usia (40 – 60 tahun), ketajaman

penglihatan berkurang oleh karena itu pengelompokan peserta jangan

terlalu banyak. Usahan setiap kelompok antara 15 – 25 orang,

sehingga dimungkinkan penataan tempat duduk lebih dekat dengan

sumber belajar. Media pembelajaran seperti OHP, Flipchart, dan lain-

lain agar dibuat sedikmikian rupa sehingga peserta dapat melihat

dengan jelas.

2. Faktor Pendengaran

Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga

menurun. Dalam hal ini perlu pengaturan secara baik dari fasilitator

maupun media yang digunakan seperti radio, kaset, dan lain-lain

harus memungkinkan semua peserta dapat mendengar dengan jelas.

Page 26: Konsep Dan Makna Pembelajaran

3. Faktor artikulasi

Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam

rongga mulut. Pada usia lanjut, banyak yang sebagian giginya

tanggal, tenggoroan yang tidak sesempurna pada masa remaja.

Apalagi yang mendapat gangguan syaraf akibat stroke, bibir

menurun, dan pipi cekung serta tidak jarang secara reflek bergetar,

dan lain-lain.

4. Faktor penyakit

Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang

disebabkan fungsi organ tubuh mulai berkurang. Biasanya penyakit

yang mengiringi usia itu adalah gula darah, kolesterol, tekanan darah

yang meninggi atau menurun, dan lain-lain. Gangguan penyakit ini

mengurangi stamina fisik dan ketahanan psikis. Dengan kondisi ini

perlu diperhatikan: Agenda pelajaran perlu dipertimbangkan untuk

tidak menjadwalkan proses belajar hingga larut malam Latihan fisik

yang berlebihan Pengaturan menu makanan yang cocok.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran adalah sustu proses dimana lingkungan seseorang secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu

dalam kondidi-kondisai khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu.

Terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach)

b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru

(teacher centered approach).

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peerkembangan Belajar

1. Faktor Intern

Page 27: Konsep Dan Makna Pembelajaran

2. Faktor Exteren

Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

1. Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor Internal.

Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa

pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk

menjalani kehidupan.

2. Kedua, motivasi belajar dari faktor Eksternal

dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang

dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

B. Saran

Diharapkan perawat dapat menerapkan konsep dan makna pembelajaran yang

baik dalam memberikan informasai kesehatan kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, 1999, Jakarta: Rineka cipta.

Lunandi, A. G., Pendidikan Orang Dewasa, 1993, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Sugema, B. Dan Setyabudi H., Psikologi Belajar Orang Dewasa, 2002, Jakarta:

Lembaga Administrasi Negara RI.

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Page 28: Konsep Dan Makna Pembelajaran

Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar

(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Abrari Rusyan.1989.Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remadja

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan.2000.Belajar dan Pembelajaran

I.Surakarta: UNS

Mulyasa.2007. Menjadi Guru Profesional.Bandung : PT Remadja Kosdakarya