Upload
phamhanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GRAND STARTEGY BANK INDONESIA DALAM
PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
ANTARA KONSEP DAN IMPLEMENTASI.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Annafi Fatiha Annuria
NIM : 107046101838
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Maret 2011
Annafi Fatiha Annuria
ii
Abstrak
Dalam tahap perngembangannya, perbankan syariah melalui Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesai memiliki langkah- langkah konkrit yang tersusun
dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Dimana
program yang dikembangkan dalam konsep Grand Strategy tersebut mencakup enam
program diantaranya visi pengembangan pasar dan target, program pencitraan baru,
pemetaan baru segmentasi pasar perbankan syariah, program pengembangan produk,
program peningkatan layanan, program sosialisasi dan komunikasi industri.
Uraian yang disajikan dalam penulisan skripsi ini penulis berfokus pada tahun
2008 hingga tahun 2010. Skripsi hanya membandingkan antara konsep dari Grand
Strategy tersebut dengan implementasinya dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Pada
bab I hingga bab IV telah dijelaskan hal- hal yang terkait dengan konsep dan
implementasi dari Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.
Kata Kunci: Grand Strategy Bank Indonesia, Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,
serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah di Indonesia: antara Konsep dan Implementasi”. Shalawat
serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada
keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
berterima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., MA., sebagai
Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti
memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas
iv
meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas
akhir.
3. Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag., MM., selaku dosen pembimbing skripsi
penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak
ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.
4. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer
ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang
telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
5. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Bastianon S.H., M.H. dan Ibu
Dra. Isnaini Baroroh, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberi dorongan
dan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada
orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Ibu dan Bapak,
dibawah payung kasih sayang-Nya. Amin
6. Kepada adikku tercinta Mikail Hamidum Majid, secara tidak langsung telah
menyumbangkan ide- idenya dalam penulisan skripsi ini juga memberikan
semangat kepada penulis yang sedang menjalankan tugas akhir ini agar cepat
selesai.
v
7. Kakak yang selalu menyemangati dan meluangkan waktunya demi
terselesaikannya tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikannya.
8. Teman-teman semua, Ratna, Maya, Pwe, Lyaly, Tika, Mae, Farah, Acha, Dwi,
Opi, Nur, Amel, Jaja, Hilwa, Yuke dan teman-teman lain seangkatan dan
seperjuangan selama masa kuliah, perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah
terlupakan.
9. Ibu Srie Muliaty selaku Peneliti Bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia, Ibu Tita di Direktorat Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, Ibu
Endang di Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia, yang
telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh data-data dan keterangan
yang penulis butuhkan dari Bank Indonesia.
10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan
menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini.
Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang
turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.
Jakarta, 30 Maret 2011
Annafi Fatiha Annuria
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Tinjauan Kajian Terdahulu 8
E. Kerangka Teori 12
F. Metode Penelitian 15
G. Sistematika Penulisan 17
BAB II GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM
PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN
2008-1010
A. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Grand Strategy Bank
Indonesia 19
vii
B. Konsep – Konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 22
1. Visi Pengembangan Pasar dan Target 23
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah 25
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 27
4. Program Pengembangan Produk 27
5. Program Peningkatan Layanan 27
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 28
BAB III PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah 30
B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah 32
C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah 38
D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah 43
E. Kekuatan, Kendala, Peluang, dan Tantangan Bank Indonesia
dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah 45
1. Kekuatan 45
2. Kendala 50
3. Peluang 54
4. Tantangan 56
viii
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN ANTARA KONSEP GRAND
STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN
PASAR PERBANKAN SYARIAH DAN IMPLEMENTASI
TAHUN 2008-2010
A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia
dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 57
2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah 58
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 59
4. Program Pengembangan Produk 62
5. Program Peningkatan Layanan 65
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 67
B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand
Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah di Indonesia
1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 72
2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah 76
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 79
4. Program Pengembangan Produk 86
5. Program Peningkatan Kualitas Layanan 93
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 101
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 112
B. Saran 116
DAFTAR PUSTAKA 118
x
DAFTA GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Grand Strategy Pengembangan Pasar 22
4.1
4.2
Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%)
Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%)
63
77
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1
2.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah
Tema Sosialisasi Beyond Banking
Aset Perbankan Syariah
Perubahan citra industri perbankan syariah
Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
Program pencitraan baru perbankan syariah
Program pencitraan baru perbankan syariah
Segmen nasabah
Program pengembangan produk
Program peningkatan kualitas layanan
Program sosialisasi dan komunikasi
23
28
58
60
61
65
73
74
76
76
80
82
85
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah terus menunjukkan perkembangan dan kemajuan
yang pesat. Bahkan perbankan syariah kini telah mampu menjadi alternatif
transaksi perbankan yang makin dikenal dan diminati masyarakat. Dalam
konteks bisnis, perbankan syariah juga menjadi alternatif bisnis yang memiliki
potensi yang amat besar . Terbitnya UU No. 20 tahun 2008 sangat mendukung
perkembangan dunia perbankan terutama dalam kemajuan ekonomi syariah.
Dengan adanya legalitas yang jelas maka dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat maupun bagi calon investor perbankan syariah baik asing maupun
domestik.
Secara kelembagaan, saat ini jumlah bank syariah telah mencapai 11
BUS, 23 UUS, dan 149 BPRS dengan jaringan kantor sebanyak 1.625 kantor
pada akhir September 2010. Secara geografis, sebaran jaringan kantor
perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat dilebih dari 89
kabupaten/kota di 33 propinsi.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah Per
Desember 2008, tercatat lima BUS , 28 UUS dan 131 BPRS, dalam jumlah ini
terdapat 131 kantor jaringan belum termasuk jaringan kantor office chanelling
1 http://www.detikfinance.com/read/2010/12/13/145628/1523388/5/aset-perbankan-syariah tembus-rp-130-triliun-tahun-depan / di akses pada 21 Desember 2010.
2
yang jumlahnya hampir 1500 ( Desember 2008 ).2 Padahal di awal
perkembangannya tahun 1992 hingga tahun 2006 hanya terdapat tiga BUS
dan 19 UUS jumlah kantor Bank Syariah 415 buah dan jumlah BPRS 92
buah.3 Terbukti perkembangan perbankan syariah begitu pesat tentunya juga
disertai dengan pertumbuhan asetnya.
Menurut data statistik perbankan indonesia dari segi aset yang
perbankan syariah , di tahun 2008 aset perbankan syariah Rp 49 Triliun, pada
november 2009 aset perbankan syariah bertambah menjadi Rp 61.36 Triliun,
dan pada November 2010 aset perbankan syariah juga mengalami peningkatan
yaitu menjadi Rp 90.39 Triliun. Jika dilihat dari pertumbuhan asetnya maka
kinerja perbankan syariah sudah cukup baik terlihat dengan pertumbuhan aset
yang dimiliki. Namun sejatinya belum memenuhi target dari konsep grand
strategi perbankan syariah yang di buat oleh Bank Indonesia. Baik pancapaian
di tahun 2008, 2009 maupun 2010.
Dalam tahap perjalananya Kebijakan Pengembangan Perbankan
Syariah di Indonesia bertujuan untuk meletakkan posisi serta cara pandang
Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, pada
tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah
di Indonesia”. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk
2 A. Riawan Amin. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional. (disampaikan
pada PidatoPengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 11 Juli 2009, h 72. 3 Gemala Dewi, Aspek- aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia.( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), Edisi revisi Cetakan ke 5, h 64.
3
memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara
optimal bagi perekonomian nasional. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan
Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan
perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang
jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun
waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah
yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas
keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai
terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya.
Harapan di tahun 2010, perbankan syariah di Indonesia menjadi
terkemuka di kawasan ASEAN. Hal ini merupakan pencapaian yang
termaktub dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
(selanjutnya ditulis Grand Strategy) seperti dirumuskan oleh Bank Indonesia.
Grand Strategy masuk dalam kerangka program akselerasi pengembangan
pasar perbankan syariah Indonesia yang telah di cantumkan dalam 3 fase
dalam tahapan pertama.4
Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih kalah dengan
pangsa pasar perbankan syariah di negara lain, seperti Malaysia. Pangsa pasar
perbankan syariah di Indonesia baru menyentuh ke angka 3,1 persen dari
pangsa pasar nasional. Sementara perbankan syariah di Malaysia telah
4http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/12/23/1323022/Menjadi.Terkemuka.di.ASEA
N, diakses 21 Desember 2010.
4
menyentuh angka 20 persen. Disini terlihat bahwa target pencapaian Bank
Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu menjadi perbankan
syariah yang terkemuka di ASEAN.5
Banyak kendala yang dialami perbankan syariah di Indonesia untuk
peningkatan pangsa pasar tersebut. Dari sisi kualitas pertumbuhan perbankan
syariah juga menunjukan peningkatan signifikan. Setidaknya hal itu terlihat
dari rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing) yang tetap
terjaga pada posisi rendah dengan kisaran 1,64 persen, rasio penyaluran
pembiayaan dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) relatif tinggi yang
mencapai 95,4 persen. Sedangkan porsi pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah sektor produktif tetap dominan dalam portfolio pembiayaan bank
syariah.
Pada tahapan pertama konsep Grand Strategi Bank Indonesia memuat
tiga fase, dimana pada fase pertama di tahun 2008 target aset sebesar Rp 50
Triliun, namun dalam implementasinya sangat baik yaitu sebesar Rp 49.5
Triliun. Fase kedua di tahun 2009 target aset yang ingin dicapai Rp 87 Triliun,
dalam implementasinya Rp. 66.1 Triliun, dan pada fase ke tiga di tahun 2010
target yang ingin di capai Rp 124 Triliun, implementasinya hingga November
2010 aset perbankan syariah baru mencapai Rp 90.39 Triliun
Dari data- data yang telah di paparkan sebelumnya menunjukkan
bahwa antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia dan implementasi
5“Industri Keuangan Syariah Masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010, h. 21.
5
masih ada kesenjangan sehingga target belum tercapai. Ketidak tercapaiaan
target ini menunjukkan masih banyak permasalahan – permasalahan yang
dihadapi oleh Perbankan Syariah di Indonesia dalam pencapaian strategi
Peningkatan Perbankan Syariah. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan serta
upaya- upaya dari semua pihak untuk mengatasi masalah- masalah yang
sedang dihadapi agar target Bank Indonesia terhadap perkembangan Bank
Syariah tercapai.
Indepedensi Bank Indonesia dari segi ekonomi dapat dilihat dari
ketentuan UU No. 3 thun 20004 pasal 8 dan pasal 10ayat 1 (a), dalam
ketentuan ini disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, namun dalam menetapkan
sasaran- sasaran moneter diharuskan menetapkan sasaran laju inflasi. Bank
Indonesia tidak diberi batasan dan Bank Indonesia diberi otonomi untuk
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.6
Menurut penulis Bank indonesia dalam hal ini telah membuat suatu
langkah konkrit terkait dengan peningkatan perbankan syariah melalui enam
tahap yang dimuat dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah. Di masing- masing tahapannya sudah memiliki arahan
yang jelas, maka dari segi strategi- strategi yang dijalankan untuk peningkatan
perbankan syariah perlu perhatian khusus.
6 Maqdir Ismail, Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum, (Yogyakarta: Navila
Idea, 2009), h.198.
6
Dengan Bertitik pangkal dari latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian secara mendalam melalui skripsi ini yang
berjudul GRAND STARTEGY BANK INDONESIA DALAM
PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA:
ANTARA KONSEP DAN IMPLEMENTASI.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pembahasan mengenai Grand Strategy Bank Indonesia dalam
peningkatan perbankan syariah ini sangat luas, untuk itu penulis membatasi
skripsi ini pada Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah di Indonesia antara Konsep dan Implementasi Tahun 2008
– 2010 studi di kantor Pusat Bank Indonesia. Adapun perumusan masalah
pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan
Pasar Perbankan Syariah?
2. Bagaimana Potret Implementasi dari Grand Strategy Bank Indonesia
dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah?
3. Bagaimana Kesesuaian antara Implementasi dengan Konsep Grand
Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian tentang
implementasi kebijakan bank indonesia terhadap pengembangan pasar
perbankan syariah.
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini
adalah:
1. Mengetahui bagaimana gambaran perkembangan perbankan syariah di
Indonesia.
2. Mengetahui langkah konkrit bank Indonesia dalam pengembangan pasar
perbankan syariah.
3. Mengetahui sejauh mana implementasi konsep strategi bank indonesia
terhadap pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia
Sedangkan manfaat yang di harapkan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Dapat memberi gambaran kepada masyarakat tentang sejarah singkat
perkembangan perbankan syariah
2. Untuk memberikan informasi mengenai implementasi target bank
indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah
3. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait
kebijakan bank Indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan
syariah.
8
4. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian
selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang
berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang
diteliti berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber
kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan pengembangan
pasar perbankan syariah, diantaranya adalah:
1. Ahmad Busaeri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
“Peran dan Upaya Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia
Dalam Pengembangan Perbankan Syariah”. Penelitian ini menggunakan
metode diskriptif kualitatif, dalam penelitian Ahmad menyatakan bahwa
perkembangan perbankan syariah di tahun 2006 telah menunjukkan
pertumbuhan yang cukup baik. Pencapaian total aset perbankan syariah
hingga November 2006 sebesar Rp 25 Triliun. Namun perkembangan
perbankan syariah tidak terlepas dari faktor pendukung seperti
karakteristik operasional dan produk perbankan syariah dan ada faktor
lainnya, sedangkan faktor penghambatnya adalah lemahnya daya saing
dalam hal kualitas pelayanan, variasi fitur produk, jaringan kantor ATM,
perilaku nasabah serta calon nasabah yang masih sensitif terhadap
fluktuatif tingkat suku bunga.
9
Dalam skripsi yang saya buat, Annafi selaku peneliti lebih konsentrasi
pada pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2008-2010 yang
terkonsep pada Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
di Indonesia. Peneliti membandingkan antara konsep yang dibuat dan
realisasi dari konsep tersebut.
2. Yuria Pratiwhi Cleopatra, Kajian Timur Tengah dan Islam: Kekhususan
Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca Sarjana, Universitas
Indonesia , 2008.
”Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Proporsi Aset
Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian ini Yuria menyatakan
bahwa Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang
signifikan mempengaruhi proporsi aset bank syariah terhadap
keseluruhan aset perbankan nasional Indonesia adalah variabel Non
Performing Financing (NPF), tingkat suku bunga SBI, Inflasi (Inf),
tingkat suku bunga kredit bank konvensional (BKBK), Financing to
Deposit Ratio bank syariah (FDR), dan porsi pembiayaan bagi hasil bank
syariah (PBH). Model yang terbentuk dari MLR telah memiliki sifat
BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimator), dan terbebas dari penyakit
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Menurutnya untuk
meningkatkan pertumbuhan aset perbankan syariah perlu di buka Bank
Umum Syariah baru dan Unit Usaha Syariah baru. Dari segi margin juga
bank syariah harus bisa lebih kecil dibanding dengan tingkat bunga kredit
10
di bank konvensional.
Hal yang membedakan dengan penelitian saya adalah dalam melihat
pertumbuhan proporsi aset perbankan syariah saya tidak menggunakan
metode- metode seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuria, namun saya
lebih melihat faktor- faktor yang mempengaruhinya yang sesuai dengan
konsep Grand Strategy Perbankan Syariah tahun 2008-2010 yang dibuat
oleh Bank Indonesia.
3. Ellyn Herlia Nur Hidayah, Program Studi Kajian Timur Tengah dan
Islam: Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca
Sarjana , Universitas Indonesia, 2008
“Faktor yang Mempengarhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah”
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang signifikan
mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah variabel DPK
(dana pihak ketiga), dan variabel SBI (suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia). Variabel non performing financing dan return on assets tidak
signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. Setiap
kenaikan satu satuan dana pihak ketiga akan meningkatkan aset sebesar
1,298 persen dan setiap kenaikan satu satuan SBI akan meningkatkan aset
sebesar 0,169 persen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,993 berarti variabel
dana pihak ketiga dan SBI dapat menjelaskan variabel terikat aset sebesar
99,3 persen, sedangkan sisanya 0,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
Selain dana pihak ketiga, bank syariah perlu memperhatikan
11
perkembangan suku bunga bank indonesia terutama untuk jangka
panjang, terutama melihat kondisi makro indonesia sebagai negara yang
terus berkembang sampai saat ini.
Pada penelitian Ellyn terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
aset dan faktor yang tidak mempengaruhi. Namun dalam penelitian saya
dalam hal pertumbuhan aset yaitu seberapa besar tingkat pertumbuhannya
dan apa saja yang mempengaruhinya tentunya faktor- faktornya yang
telah dicanangkan dalam Grand Strategy Bank Indonesia Dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Di Indonesia.
4. Dr. Harif Amali Rivai, SE., M.Si. dkk, Penelitian ini merupakan
kerjasama antara Bank Indonesia dan Center for Banking Research
(CBR)-Andalas University, 2006.
“Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen Dalam Memilih Jasa
Perbankan: Bank Syariah Vs Bank Konvensional” Berdasarkan hasil
pengolahan analisis dalam penelitian ini ditemukan lima dimensi penentu
perilaku nasabah dalam memilih bank syariah dan bank konvensional,
faktor internal yang mempengaruhi konsumen untuk memilih bank
syariah versus bank konvensional relatif berbeda. Pada konsumen yang
memilih bank syariah, faktor internal yang sangat mempengaruhi
keputusan konsumen untuk memilih bank tersebut adalah; (1) persepsi,
(2) biaya dan manfaat, dan (3) agama. Sementara itu, yang mempengaruhi
keputusan memilih bank konvensional terdiri dari; (1) motivasi rasional,
12
(2) biaya dan manfaat, dan (3) gaya hidup. Dan untuk faktor eksternal
bank syariah meliputi (1) personal selling, (2) keluarga, sedangkan bank
konvensional meliputi(1) keluarga ,(2) promosi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harif, Ia mengidentifikasi faktor
kunsumen yang memilih untuk menggunakan jasa layanan bank syariah.
Namun dalam penelitian saya lebih fokus pada program- program
pengembangan pasar perbankan syariah yang dijalankan oleh Bank
Indonesia dan melihat hasilnya pada pertumbuhan aset perbankan syariah.
E. Kerangka Teori
Menurut Geraats ada beberapa aspek yang harus ada untuk menilai
apakah kebijakan bank sentral transparan atau tidak, salah satu aspeknya
adalah adanya informasi mengenai strategi moneter dan pertimbangan
kebijakan internal.7
Dalam sebuah aturan dalam hal ini berbentuk kebijakan dapat
mengarahkan suatu masyarakat yakni sebagai kontrol sosial, teori ini
dinyatakan oleh Pound yang terkenal bahwa law is a tool of social
engineering. Kebijan dalam hal ini yang dimuat dalam Grand Strategy
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah adalah suatu bentuk sarana kontrol
sosial yang khusus, yang harus diefektifkan berdasarkan seperangkat norma
7 Ibid., h. 313
13
kewenangan sebagaimana didayagunakan sebagai proses- proses
administratif.8
Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat
sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia,
maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif
pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi
2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan
citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal,
pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih
beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang
memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. 9
Berbagai langkah konkrit telah dilakukan sebagai tahap implementasi
dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah yang
dibuat dalam enam tahapan untuk target tahun 2008 hingga 2010. Program –
program yang dimuat dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah harus didukung oleh semua pihak, di dalam Teori dinyatakan bahwa
dalam industri perbankan sifatnya sangat volatile, sehingga kebocoran
informasi yang sensitif dapat menciptakan reaksi yang tidak rasionaldari
8 Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya.
(Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002), h. 70. 9 http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ diakses pada 21 Desember
2010.
14
masyarakat yang akan mengakibatkan perkembangan pasar perbankan
terhambat.10
Dahulu dalam memanfaatkan suatu aset dan cara menjaganya Nabi
pernah mengingatkan pengikutnya, jika merea menjual suatu aset maka hasil
penjualannya jangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, namun hendaknya digunakan untuk membeli aset dari jenis yang sama
agar berkah uang tetap terjaga.11 Begitu pula dalam menjaga aset perbankan
syariah, hendaknya aset yang telah dimiliki di investasikan lagi agar tidak
berkurang dan memiliki potensi untuk bertambah.
Pada saat krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 muncul paradigma baru
yang berkembang yaitu perlu dikembangkan ekonomi lerakyatan dimana
pertumbauhan ekonomi di dorong dari bawah. Hal iniberarti diperlukannya
alokasi sumberdaya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan
koperasi. Kepemilikan alat- alat produksi yang penting serta prasarana
ekonomi yang strategis perlu di restrukturisasi sehingga tidak dikuasai oleh
segelintir orang.12
Ketika bank- bank syariah telah dominan dan meluas maka bank
syariah harus mengedepankan aspek profesionalisme dan mengutamakan
10 Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), h.219.
11 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
151. 12 Widyaningsih, SH., MH. dkk, Bank dan asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), Edisi revisi cetakan ketiga, h.158.
15
service excellence kepada customer. Jika telah menjalankan dengan
excellence maka umat islam akan lebih percaya terhadap bank syariah. Para
praktisi bank syariah juga harus menyakinkan bahwa bank syariah itu lebih
baik. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor pelayanan
sangat menentukan pilihan masyarakat dalam memilih bank- bank syariah.13
F. Metode Penelitian
Model penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
dilakukan dengan cara menelaah litaratur kepustakaan dan penelitian
lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam
bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara
wawancara. Penelitian deskriptif ini merupakan kegiatan yang meliputi
pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut
keadaan pada waktu yang sedang berjalan.14
1. Jenis Data
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis data
kualitatif yang menghasilkan data deskrptif berupa kata-kata tertulis dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi.15. dimana penulis menggunakan
13 Adrian Sutedi, S.H., M.H., Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), .h 46. 14 Consuelo G Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2006), h.71. 15 Lexy Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
ed: Revisi , h.4.
16
program Grand Strategy yang dicanangkan oleh Direktorat Perbankan Syariah
Bank Indonesia untuk dijadikan landasan dengan realisasi yang terjadi di
tahun 2008 hingga 2010. Adapun jenis data yang digunakan adalah:
a. Data primer
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data
berupa data primer yang di dapat langsung dari hasil wawancara
dengan pihak yang berkompeten yaitu di Direktorat Perbankan Syariah
Bank Indonesia.
b. Data sekunder
Yang didapat dari literatur kepustakaan seperti buku-buku
seperti Out Look Perbankan Syariah tahun 2008-2010, data statistik
perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun, karya ilmiah
lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dijalankan
penulis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitiandilakukan dengan cara meneliti melalui media
wawancara langsung kepada Tim Penelitian dan Pengembangan
Pengembangan Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia sehingga dapat memberikan keterangan tentang masalah
yang ingin dibahas, serta menganalisis melalui dokumen-dokumen
hasil pengumpulan data di lapangan.
17
3. Teknik analisan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data-data
menjadi kata-kata tertulis dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti
fokus pada enam konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, dimana peneliti
membandingkan kesesuaian antara konsep dan implementasi yang terjadi
mulai tahun 2008 hingga tahun 2010.
4. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007”.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kajian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
18
BAB II Grand strategy bank indonesia dalam pengembangan pasar
perbankan syariah tahun 2008- 2010 yang meliputi Pengertian,
Fungsi Dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia, Konsep –
Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah Tahun 2008- 2010.
BAB III Perbankan syariah di Indonesia yang meliputi Pengertian Pasar
Perbankan Syariah, Landasan Hukum Terkait Perbankan
Syariah, Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah, Pangsa
Pasar Perbankan Syariah, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah.
BAB IV Analisis Kesesuaian Antara Konsep Grand Strategy Bank
Indonesia Dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Dan
Implementasi Tahun 2008- 2010 yang meliputi Potret tentang
Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, Analisis
terhadap Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand
Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah di Indonesia.
BAB V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran, dari bahasan bab-
bab sebelumnya.
19
BAB II
GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN
PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008- 2010
A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia
Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Pengertian umum strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara / upaya bagaimana agar rencana tersebut tetap
tercapai.16 Menurut kamus umum bahasa Indonesia strategi adalah ilmu untuk
mencapai suatu maksud.17 Strategi juga berarti rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi yang di maksud dalam
grand strategy Bank Indonesia adalah rencana yang disusun secara cermat
dalam rangka mengembangkan pasar perbankan syariah di Indonesia agar
tercapainya suatu target yang telah ditentukan.
Fungsi menurut kamus bahasa Indonesia adalah kegunaan suatu hal.
Fungsi dalam arti lain yaitu jabatan (pekerjaan) yang dilakukan.18 Fungsi
16DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829-
belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diunduh 24 Desember 2010, pukul 12.35 17W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984), h. 965. 18Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), diakses 29 Maret 2011 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
20
dalam konsep grand strategy dapat diartikan dengan sesuatu yang berguna
dalam menjalankan tugasnya agar dari strategi- strategi yang di buat dalam
konsep grand strategy dapat di jalankan dengan maksimal.
Tujuan menurut kamus bahasa Indonesia adalah arah haluan (jurusan).
Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia tujuan adalah maksud
ialah sasaran.19 Dalam konteks ini berarti tujuan grand strategy Bank
Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia
memiliki arah, maksud dan sasaran yang jelas dalam menetapkan targetnya
baik di tahun 2008, 2009 maupun di tahun 2010.
Disisi lain Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki tujuan
utama yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk
mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
devisa serta mengatur dan mengawasi bank.20 Fungsi utama bank sentral
adalah mengelola sistem moneter disuatu negara. Sasarannya dan cara
pengelolaan moneter tergantung pada waktu dan negara yang
melaksanakannya sambil tetap menetapkan tujuan (goals) ekonomi dan
19 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984), h. 1094 20 Kasmir, SE., MM., Pemasaran Bank, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.14.
21
struktur kelembagaan negara yang bersangkutan. Namun tujuan utama bank
sentral adalah stabilitas ekonomi dan pertumbuhan.21
Dalam pembahasan ini lebih menfokuskan pada pengembangan
perbankan syariah dimana tujuan bank syariah, sebagaimana bank
konvensional, bank syariah di Indonesia selain berfungsi sebagaimana
lazimnya suatu lembaga keuangan perbankan. Namun yang lebih di titik
beratkan dalam keberadaan bank syariah di Indonesia bukan hanya ditujukan
untuk sekelompok atau segolongan rakyat tertentu, melainkan untuk
kepentingan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara
keseluruhan tanpa kecuali.22
Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat
sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia,
maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif
pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan
visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN,
pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan
universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang
21 Eugene A. Diulio, Uang dan Bank, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 108. 22 Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di
Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 46.
22
lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang
memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.
B. Konsep – Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah Tahun 2008- 2010
Gambar 2.1
Sumber: MarkPlus&Co / Bank Indonesia / Direktorat Perbankan Syariah / Mei 2008
Bank Indonesia khususnya Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia dalam menentukan target pasar perbankan syariah pada tahun 2008,
2009 dan tahun 2010 telah membuat langkah- langkah konkrit yang dibuat
23
dalam beberapa tahap, yang di tiap tahapannya mempunyai arahan yang jelas.
Dalam uraiannya antara lain:
1. Visi Pengembangan Pasar dan Target
a. Fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai
Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun
dan pertumbuhan industri sebesar 40%
b. Fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai
perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target
asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%.
c. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai
perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target
asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.
Dalam mengimplementasikan target yang telah ditentukan, Bank
Indonesia memperhitungkan skenario pertumbuhan agresif, moderat, dan
konservatif yang akan di jelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah23
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 AGRESIF Nilai aset: 62 T Pertumbuhan aset: 81 %
AGRESIF Nilai aset: 87 T Pertumbuhan aset: 75%
AGRESIF Nilai aset: 124 T Pertumbuhan aset: 81 %
MODERAT Nilai aset: 50 T Pertumbuhan aset: 44%
MODERAT Nilai aset: 68 T Pertumbuhan aset: 37%
MODERAT Nilai aset: 97 T Pertumbuhan aset: 43%
23 Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008.
24
KONSERVATIF Nilai aset: 45 T Pertumbuhan aset: 32%
KONSERVATIF Nilai aset: 57 T Pertumbuhan aset: 25%
KONSERVATIF Nilai aset: 72 T Pertumbuhan aset: 26%
Tahun 2008 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif
jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 62 triliun rupiah yang artinya
mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario moderat
tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 55 triliun rupiah dengan
pertumbuhan aset sebesar 44 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai
aset perbankan syariah mencapai target sebesar 45 triliun rupiah dengan
pertumbuhan aset sebesar 32 persen.
Tahun 2009 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif
jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 87 triliun rupiah yang artinya
mengalami pertumbuhan aset sebesar 75 persen. Sedangkan skenario moderat
tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 68 triliun rupiah dengan
pertumbuhan aset sebesar 37 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai
aset perbankan syariah mencapai target sebesar 57 triliun rupiah dengan
pertumbuhan aset sebesar 25 persen.
Tahun 2010 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif
jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 124 triliun rupiah yang
artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario
moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 97 triliun rupiah
dengan pertumbuhan aset sebesar 43 persen. Skenario konservatiaf tercapai
25
jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 72 triliun rupiah
dengan pertumbuhan aset sebesar 26 persen.
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah
program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning,
differentiation, dan branding.
a. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling
menguntungkan kedua belah pihak (di konkretkan dalam program
pengembangan segmen pasar)
b. Differentiation meliputi:
1) Content : beragam produk dengan skema variatif
2) Context : transparan agar adil bagi kedua belah pihak
(Pada poin 1 dan 2 di konkretkan lewat program pengembangan
produk).
3) People : Kompeten dalam keuangan dan beretika
a) Kompeten meliputi, Mengerti masalah keuangan dan Memahami
financial structure dari produk perbankan syariah
b) Beretika meliputi, Mengerti masalah syariah dan Mengikuti
prosedur- prosedur yang syariah (syariah comply)
4) Technology : IT system yang update dan user friendly
a) User Friendly : simulasi konsep skema produk untuk
memudahkna customer service dalam menjelaskan pada nasabah
26
b) Update : selalu diperbarui sehingga menampilkan info- info
terbaru mengenai performasi produk berdasarkan skema / akad
syariah yang digunakan
5) Facility : Fasilitas yang tersedia di setiap Bank Syariah
a) Ahli Investasi; yang akan membantu melakukan prioritas industri
yang akan mendapatkan pendanaan perbankan syariah yang
memahami trend domestik dan internasional sektor industri
tertentu (bisa dilakukan juga melalui pertemuan reguler yang
difasilitasi asosiasi perbankan syariah dan Bank Indonesia dengan
para ahli di sektor industri tertentu).
b) Ahli keuangan dan perbankan; yang akan membantu
pengembangan produk baru atau modifikasi produk perbankan
syariah yang punya akseptabilitas tinggi.
c) Ahli syariah; yang dapat memberikan keyakinan akan kesesuaian
transaksi terhadap prinsip perbankan syariah.
c. Branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond
banking”.24
24 Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008
27
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah
Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar
perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank
syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat
dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.
Dalam konsep grang strategy pengembangan pasar perbankan syariah
ini, Bank Indonesia mmbagi segmen nasabah bank syariah menjadi lima
segmen, diantaranya segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen
sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya
konvensional)
4. Program Pengembangan Produk
Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk
yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling
menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan
standar nama produk yang mudah dipahami.
5. Program Peningkatan Layanan
Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber
daya manusia yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang
mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu
28
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara
benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi
Program sosialisasi dan komunikasi masyarakat secara lebih luas dan
efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung,
yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk
serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 25
Dalam penerapannya program ini grand strategy pengembangan pasar
perbankan syariah ini memilah menjadi dua cara yaitu ATL (above the line) &
BTL (Below the line). Yang termasuk above the line dan below the line akan
dijelaskan pada uraian berikut:
Tabel 2.2 Tema Sosialisasi Beyond Banking26
Proporsi kegiatan sosialisasi
Visualisasi (30% ATL) Aktivasi (70 % BTL)
Communication channel
iklan tv iklan radio outdoor media iklan cetak.
media kreatif event publik eksebisi / pameran brand ambassador website & internet –based dialog & workshop seminar & konferensi.
Prioritas sasaran audiens
nasabah perbankan partisipan industri
nasabah perbankan partisipan industri
25 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h.
186-189 26 Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008
29
stakehoders yang terkait secara tidak
langsung dengan pengembangan
stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan
stakehoders yang terkait langsung dengan pengembangan
Tujuan peningkaatan awareness
kampanye edukasi / sosialisasi industri
menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB (Possitioning, Defferentiation, Branding)
peningkatan jumlah account / transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak menggunakan bank syariah
mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah.
Pesan yang akan diangkat
menjelaskan keunggulan perbankan syariah
mengajak menggunakan bank syariah
menjelaskan keunggulan perbankan syariah
penjelasan mengenai konsep produk syariah
mengajak menggunakan bank syariah
melakukan sosialisasi terhadap visi dan program-program untuk pengembangan
membantu penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan perbankan syariah
Inisiatif program bank indonesia (DPbS).
bank indonesia (DPbS) kegiatan event eksebisi
seperti pameran akan dilakukan menggalang partisipasi pelaku perbankan
bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing
30
BAB III
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESI
A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah
Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual
dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan
penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain
mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang
diorganisasikan untuk melakukan tawar- menawar, sehingga dengan demikian
terbentuklah harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan
perngertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang- orang
yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan
untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang
terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta
tingkah laku dalam pembeliannya.27
Pasar dalam bab ini yang dibahas adalah pasar perbankan syariah,
berarti mengandung kesimpulan orang- orang yang memenuhi keinginannya
dengan daya beli (kemampuan) serta tingkah lakunya dalam manggunakan
jasa atau fasilitas bank yang sesuai dengan prinsip syariah.
27Dr. Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis,( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009) , h. 35
31
1. Sistem Perbankan di Indonesia
Untuk mengetahui bagaimana kedudukan bank syariah dalam
sistem perbankan nasional, perlu terlebih dahulu dipahami bagaimana
sistem perbankan yang saat ini berlaku di Indonesia. Pengertian sistem
perbankan itu sendiri adalah menurut Emirzon (1998, h.23) “suatu
tatanan yang didalamnya terdapat berbagai jenis bank yang terkait satu
sama lain dan merupakan suatu kesatuan dengan mengikuti suatu
aturan tertentu.” Sedangkan dalam redaksi lain, menurut Hermansyah
(2006, h. 18) sistem perbankan adalah “ suatu sistem yang menyangkut
tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.” Dari
kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa sistem perbankan itu
merupakan suatu tatanan yang didalamnya terdapat unsur mengenai
bank, baik menyangkut kelembagaannya, kegiatan usahanya serta cara
dalam melaksanakan kegiatan usahanya dengan mengikuti aturan
tertentu.
Sistem perbankan yang ada di Indonesia harus mengacu pada
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Mengacu pada UU
tersebut salah satu aspek yang perlu dipahami dalam sistem perbankan
di Indonesia adalah diakui adanya bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah disamping perbankan konvensional, yang dikenal
32
dengan istilah dual banking system.28 Disinilah salah satu letak
kekhasan dari sistem perbankan di Indonesia, yang membedakan dari
sistem perbankan yang berlaku di negara- negara lain (Sjahdeni 1999,
h. 198). Yang sampai saat ini eksistensi bank syariah di Indonesia
sudah sedemikian kukuh dengan terbitnya UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. 29
B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah
1. Urgensi UU Perbankan Syariah
UU Perbankan Syariah sendiri sangat diperlukan karena beberapa
alasan, yaitu: Pertama, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional
Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan demokrasi ekonomi, yang berlandaskan pada nilai keadilan,
kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan. Kedua, bahwa kebutuhan
masyarakat Indonesia akan jasa – jasa Perbankan Syariah semakin
meningkat, seiring dengan kesadaran mamsyarakat muslim dan bahkan
non muslim bahwa jasa- jasa bank syariah lebih sesuai dengan kebutuhan
28 Dual Banking system adalah penerapan dua sistem perbankan, yaitu sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah dalam satu yurisdiksi negara (Faisal 2006, h. 59)
29 Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di
Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 36
33
riil masyarakat seperti pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM).30
Ketiga, Perbankan syrariah memiliki kekhususan dibandingkan
dengan perbankan konvensional nseingga memerlukan pengaturan
khusus. Kekhususan itu seperti fokus pada sektor riil dan pengembangan
bisnis yang halal. Keempat, pengaturan mengenai perbankan syariah di
dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan belum spesifik
sehingga perlu diatur dalam Undang – undang tersendiri.
Kelima, Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan
nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan
kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional, salah
satu saarana vital yang mendukung adalah adanya perngaturan yang
memadai dan sesuai dengan karakteristik perbankan syariah sebagaimana
telah tercantum dalam UU No. 21 Tahun 2008.31
2. Hierarki Hukum Nasional
Dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan Peraturan Perundang- undangan, hierarki hukum di
Indonesia adalah (1) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia
30 Zubairi Hasan, Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan
Hukum Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 10 31 Ibid, h. 11-12
34
Tahun 1945, (2) Undang- Undang (UU), (3) Peraturan Pemerintah
Pengganti UU (Perpu), (4) peraturan Pemerintah (PP) , (5) Peraturan
Presiden (Perpres), dan (6) Peraturan Daerah (Perda). Peraturan
perundang- undangan berada diurutan teratas untuk itu peratuan yang
berada dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang- undangan yang berada diatasnya.32
Dalam pembentukkan undang- undang DPR dan Presiden karena
kalau satu pihak tidak menyetujui pasal- pasal dalam rancangan undang-
undang, maka rancangan undang- undang tidak dapat disahkan menjadi
undang- undang.
3. Perbankan Syariah dalam UUD
Dukungan konstitusi terhadap Perbankan Syariah dapat dilihat
dalam pasal 33 ayat (4) UUD yang berbunyi:” Perekonomian Nasional
diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional”.
Perbankan Syariah memenuhi kriteria yang terdapat dalam
pernyataan dalam undang- undangan di atas, karena (1) Perbankan
Syariah Sesuai dengan aspirasi masyarakat serta sangat tepat untuk
masyarakat indonesia yang sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil dan
32 Ibid, h. 13
35
menengah (asas demokrasi ekonomi), (2) Perbankan Syariah
mengutamakan kemajuan bersama bukan kemajuan individu (asas
kebersamaan), (3) Perbankan syariah sebagai solusi pembiayaan (asas
keadilan dan kemandirian), (4) Perbankan Syariah tidak boleh bermitra
dengan perusahaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan (asas
keberlanjutan dan lingkungan), (5) Perbankan Syariah menggabung
antara kepentingan duniawi dan ukhrawi (asas keeimbangan), (6)
Perbankna Syariah sangat memajukan kemajuan sektor riil (asas kesatuan
ekonomi nasional).33Dengan adanya dukungan konstitusi di atas
semestinya undang- undang perbankan syariah sudah disahkan sejak dulu.
4. Perbankan Syariah dalam UU
Awalnya sudah ada UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaiman di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998. Namun, dalam UU
tersebut ketentuan yang mengatur tentang perbankan syariah masih sangat
minim, dalam pasal 6 UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
menyatakan bahwa Bank Umum dapat menyediakan pembiayaan bagi
nasabah dengan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, dalam Undang-
undang ini telah dinyatakan akad- akad syariah dan ketentuan lain yang
mengulas tentang perbankan syariah hanya 8 pasal yaitu Pasal 1 angka
33 Ibid, h. 17
36
(12), Pasal 6 huruf (n), Pasal 7 huruf (c), Pasal 8 ayat (1) dan (2), pasal 11
ayat (1) dan (4a), pasal 13, Pasal 29 ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1) huruf
(c). dari ke delapan pasal tersebut menimbulkan kerancuan antara
ketentuan Bank Umum dan BPR dapat pula mengatur perbankan Syariah.
Saat ini telah ada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, dalam UU ini telah di atur secara spesifik hal- hal apa saja yang
dibutuhkan dalam perbankan syariah, untuk mendukung terlaksananya
dari UU ini maka di dukung pula oleh beberapa pihak dan ketentuan-
ketentuan lain yang membantu terlaksananya UU ini, seperti Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang di reppesentasikan melalui Dewan
Pengawas Syariah (DPS), fatwa yang dikeluarkan MUI melalui Peraturan
Bank Indonesia (PBI), dan di dalam interen Bank Indonesia sendiri di
bentu Komite Perbankan Syariah (KPS) yang keanggotaannya terdiri dari
perwakilan dari Bank Indnesia, Departemen Agama danunsur masyarakat
yang komposisinya berimbang. Serta dalam hal penyelesaian sengketa
terlibat pula peran Peradilan Agama.34
5. Perbankan Syariah dalam Peraturan Pemerintah
Ada empat peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perbnkan
Syariah., yaitu : Pertama, PP No. 70 Tahun 1992 tentang modal disetor
pada Bank Umum, yang berubah menjadi PP No. 38 Tahun 1998. Kedua,
PP No. 71 Tahun 1992 tentang BPR, dimana BPR yang menjalankan
34Ibid, h. 18
37
berdasarkan prinsip bagi hasil harus mencantumkan secara tegas bahwa
kegiatan bank semata- mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketiga, PP
No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil.
Keempat, PP No. 30 Tahun 1999, maka dengan adanya PP ini semua
regulasi yang mengatur perbankan secara umum dan Perbankan Syariah
secara Khusus tidak tidak lagi melalui PP melainkan melalui PBI.
Kekuasaan untuk membina dan mengawasi bank selanjutnya beralih dari
emerintah melalui Departemen Keuangan ke Bank Indonesia.35
6. Perbankan Syariah dalam Peraturan Bank Idonesia
Peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah peraturan yang dikeluarkan
ole Bank Indonesia untuk mengawasi dan membina semua bank yang
berbadan hukum Indonesia atau beroperasi di Indonesia. Dalam UU
Perbankan Syariah banyak pasal- pasal yang memerintahkan “ketentuan
lebih lanjut mengenai hal tertentu diatur dalam PBI”.36
7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Salah satu sumber rujukan hukum tentang Perbankan Syariah
adalah Fatwa MUI yang biasanya digodok oleh Dewan Syariah Nasioonal
MUI (DSN MUI). Dengan adanya UU Perbankan Syariah maka fatwa
MUI juga mempunyai pijakan. Hal ini karena UU Perbankan Syariah
menentukan bahwa perincian mengenai prinsip syariah difatwakan oleh
35Ibid, h. 20 36 Ibid, h. 22
38
MUI, yang kemudian diupayakan melalui PBI. Setelah melalui
penggodokan di Komite Perbankan Syariah yang dibentuk oleh Bank
Indonesia.
Dalam pasal 26 UU Perbankan Syariah dinyatakan bahwa : (1)
Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan/ atau produk dan Jasa Syariah,
wajib tunduk kepada Prinsip Syariah; (2) Prinsip Syariah itu difatwakan
oleh MUI; (3) Fatwa MUI dituangkan dalam PBI; (4) Dalam rangka
penyusunan PBI, Bank Indonesia membentuk Komite Perbankan Syariah.
Dengan demikian fatwa MUI tentang Perbankan Syariah dapat menjadi
hukum positif yang diakui keabsahaannya dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia.37
C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah
Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia diawali
dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki
sebuah alternatif sistem perbankan yang Islami. Selain itu, masyarakat
meyakini bahwa sistem perbankan syariah yang menerapkan bagi hasil sangat
menguntungkan, baik untuk nasabah dan bank. Pada awal tahun 1980-an,
rintisan pendirian perbankan syariah mulai dilakukan. Maraknya seminar dan
diskusi tentang urgensi bank syariah yang dilakukan masyarakat dan
37 Ibid, h. 26
39
akademisi kian memantapkan langkah untuk mendirikan sistem perbankan
yang sesuai syariah.
Sebagai sebuah uji coba, muncullah gagasan tentang bank syariah
dalam skala kecil. Sejak itu, berdirilah Bait Al-Tamwil Salman di Institut
Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan badan
usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi hasil ini
semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hadirnya
alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan lembaga
keuangan konvensional yang sudah ada.
Mencermati aspirasi masyarakat untuk memiliki lembaga keuangan
syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindaklanjuti aspirasi
tersebut dengan melakukan pendalaman konsep-konsep keuangan syariah,
termasuk sistem perbankan syariah. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI
menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus 1990.
Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan kelompok kerja
pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim
Perbankan MUI yang bertugas untuk menindaklanjuti aspirasi dan keinginan
masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait. Hasil kerja dari Tim Perbankan MUI ini adalah
berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI). Akte pendirian BMI
40
ditandatangani pada tanggal 1 November 1991 dan BMI mulai beroperasi
pada 1 Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah yang lain adalah
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR Berkah Amal
Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang diprakarsai oleh
Institute for Sharia Economic Development (ISED).
Dukungan Pemerintah dalam mengembangkan sistem perbankan
syariah ini selanjutnya terlihat dengan dikeluarkannya perangkat hukum yang
mendukung sistem operasional bank syariah, yaitu Undang-undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan dan PP No. 72 Tahun 1992. Ketentuan ini
menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di
Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan konvensional dan sistem
perbankan dengan prinsip bagi hasil. Dalam sistem perbankan ganda ini,
kedua sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama memenuhi
kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta mendukung
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Pada tahun 1998, terjadi perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Perubahan itu semakin mendorong berkembangnya keberadaan sistem
perbankan syariah di Indoneisa. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun
1998, Bank Umum Konvensional diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit
Usaha Syariah). Dalam UU ini pula untuk pertamakalinya nama “bank
41
syariah” secara resmi menggantikan istilah “bank bagi hasil” yang telah
digunakan sejak tahun 1992.
Dalam perjalanan waktu, pengalaman membuktikan bahwa sistem
perbankan syariah telah menjadi salah satu solusi untuk membantu
perekonomian nasional dari krisis ekonomi dan moneter tahun 1998. Sistem
perbankan syariah terbukti mampu menjadi penyangga stabilitas sistem
keuangan nasional ketika melewati guncangan. Kemampuan itu semakin
mempertegas posisi sistem perbankan syariah sebagai salah satu potensi
penopang perekonomian nasional yang layak diperhitungkan.
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh
Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat
universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dengan positioning khas perbankan syariah sebagai “lebih dari sekedar bank”
(beyond banking), yaitu perbankan yang menyediakan produk dan jasa
keuangan yang lebih beragam serta didukung oleh skema keuangan yang lebih
bervariasi, diyakini bahwa di masa mendatang minat masyarakat Indonesia
akan semakin tinggi untuk menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya,
hal tersebut akan meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam
mendukung stabilitas sistem keuangan nasional, bersama-sama secara sinergis
42
dengan bank konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem
perbankan ganda) Arsitektur Perbankan Indonesia (API).38
Di indonesia Bank Syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992
adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bila dibandingkan dengan negara-
negara lain memang perkembangan bank syariah di Indonesia dinilai
terlambat, namun saat perkembangan bank syariah di Indonesia terus
berkembang terlihat dari jumlah kelembagaan bank syariah yang terus
bertambah. Bila pada periode 1992- 1998 hanya ada satu unit Bank Syariah,
di tahun 2005 jumlah bank syariah di Indonesia sudah bertambah menjadi 3
Bank Umum Syariah dan 17 Unit usaha syariah. Sementara itu BPRS juga
bertambah hingga tahun 2004 mencapai 88 buah.
Data Bank Indonesia tahun 2005 prospek perbankan syariah di
Indonesia cukup baik. Di tahun 2004 volume usaha bank syariah telah
mencapai 14.0 Triliun rupiah, dengan tingka pertumbuhan sebesar 88,6
persen. Target Bank Indonesia di tahun 2005 diperkirakan mencapai 24
Triliun rupiah, ternyata pangsa pasar perbankan syariah mencapai 20.88
Triliun rupiah. Terlihat target bank indonesia dalam mengejar pangsa pasar
yang lebih besar belum tercapai.
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya harus didukung oleh
sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun
38 http://ib.eramuslim.com/2008/12/01/sejarah-perkembangan-industri-perbankan-
syariah-di-indonesia/ diakses 24 Febuari 2011
43
kualitasnya. Namun, realitas yang ada masih banya sumber daya insani yang
tidak memiliki pengalamanpraktis maupun akademis dalam bidang perbankan
syariah yang tentu saja mempengaruhi tingkat produktivitas dan
profesionalisme perbankan syariah.39
D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah
Peluang pengembangan perbankan syariah di Indonesia dimasa datang
sungguh sangat memiliki potens yang besar. Pertama:, penduduk Indonesia
mayoritas beragama muslim, sekitar 88 persen dari jumlah penduduknya
sehingga size market yang dapat digarap jumlahnya cukup besar. Kedua:
kekayaan alam Indonesia yang sangat banyak, sumber daya alam yang
beragam, sehingga berpotensi proyek- proyek yang dijalankan dapat dibiayai
dengan skim syariah dari beberapa sektor yang dijalankan di Indonesia.
Ketiga: market share perbankan syariah di Indonesia memang cukup
kecil bila dibandingkan dengan negara- negara lain yang sudah jauh lebih dulu
mengembangkan perbankan syariah. Namun, dilihat dari tren
pengembangannya bank syariah di Indonesia jauh lebih pesat, dari segi
kelembagaan sudah terlihat bertambahnya jumlah lembaga keuangan syariah
setiah tahunnya. Menurut Bank Indonesia perkembangan & pertumbuhan
39 Ir. Adiwarman A. Karim, S.E, M.B.A., M.A.E.P, Bank Islam Analisis Fiqih dan
Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), edisi ketiga h. 25-27
44
pasar keuangan (khususnya perbankan) syariah nasional yang semakin
meningkat.
Keempat: banyaknya dukungan baik dari pemerintah maupun Bank
Sentral yaitu Bank Indonesia. Dengan adanya UU tentang perbankan syariah,
dan UU tentang SBSN dan UU lain yang lebih spesifik dengan akad
syariahnya, itu dapat menjadi tanda bahwa pemerintah serius dalam
mengembangkan lembaga keuangan syariah dan juga perbankan syariah.
Selain itu juga peran Bank Indonesia dalam membuat ide office channeling
sehingga memudahkan membuat jaringan perbankan syariah untuk semakin
berkembang.
Kelima: adanya dukungan dari organisasi keagamaan seperti dari
Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Dimana peran organisasi tersebut
sangat membantu perkembangan perbankan syariah dan kebijakan – kebijakan
yang di buat oleh pemerintah dan bank Indonesia terkait dengan perbankan
syariah juga tidak dapat berjalan maksimal tanpa dukungan dari organisasi
masyarakat.40 Keenam, Socio-cultural masyarakat Indonesia dipandang
sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem ekonomi dan
keuangan syariah misalnya gotong royong dalam berbagi hasil.
Di Pasar Global pangsa pasar perbankan syariah sekitar 1,3 miliar
penduduk muslim dunia merepresentasikan 20% populasi dunia. Potensi
40 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta :UIN press,
2009), h. 104-105
45
sumber daya alam negara-negara muslim mendominasi potensi sumber dauya
alam dunia. Perbankan syariah bukan hanya menjadi kebutuhan masyarakat
Indonesia tapi juga telah menjadi kecenderungan dunia internasional,
termasuk negara- negara non-muslim, seperti Inggris & beberapa negara
Eropa, China, India, dan Singapura.41
E. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Bank Indonesia dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.
Perbankan Syariah memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi
keunikan sekaligus keunggulan jika dibandingkan dengan perbankan
konvensional. Namun disisi lain untuk mengembangkan perbankan syariah
masih banyak kendala yang dihadapi, serta memiliki tantangan tersendiri
untuk lebih menoptimalkan potensi serta memperbesar pasar perbankan
syariah.
1. KEKUATAN
a. Karakteristik utama yaitu menerapkan prinsip syariah
selama ini masih ada masyarakat yang menganggap religius
yang masih enggan menyimpankan dananya di bank karena adanya
riba berupa bunga, maka dengan kehadiran Bank Syariah, segmen
masyarakat tersebut akhirnya memiliki solusi untuk menyimpan
41 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum
Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
46
dana. Karena kondisi kedaruratan yang selama ini menjadi dasar
masyarakat muslim untuk menabung di bank konvensional telah
hilang seiring dengan telah hadirnya bank syariah di Indonesia.
Sehingga apabila masih ada orang yang berargumentasi menabung
di bank konvensional boleh secara agama karena situasi darurat
maka itu adalah argumentasi keliru.
Produk- produk perbankan syariah baik produk
penghimpunan dana maupun produk penyaluran dana keduanya
sesuai dengan prinsip syariah. Jika pada bank konvensional terjadi
tidak adanya integrasi yang terpisah antara nasabah penabung
dengan pihak bank, dan antara nasabah peminjam dengan pihak
bank. Dan keuntungan yang diperoleh oleh bank adalah adanya
selisih bunga yang dikenakan kepada nasabah peminjam dengan
bunga yang diberikan kepada nasabah penabung. Sedangkan pada
bank syariah ada integrasi baik antara pihak bank , nasabah
penabung dan nasabah peminjam. Dimana sistem yang diterapkan
adalah bagi hasil, jadi jika hasil yang didapatkan dari nasabah
peminjam kecil maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah
penabung juga kecil dan sebaliknya.
Di bank konvensional, dana- dana yang dihimpun dari
nasabah dapat disalurkan ke sektor – sektor usaha yang bebas tanpa
syarat kesyariatan. Jadi nasabah tidak perlu khawatir dana yang
47
ditaruh di bank syariah di pergunakan untuk hal- hal yang
bertentangan dengan syariat, selain itu di bank syariah juga
memiliki dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi bank
syariah.42
b. Menjunjung Keadilan dan Menentramkan Umat
Dalam perbankan syariah sistem yag diterapkan lebih adil
baik dari segi nasabah penabung maupu nasabah peminjam. Dana-
dana yang disimpan dalam bank syariah di prioritaskan untuk
digunakan membiayai pada sektor riil. Jadi nasabah tidak perlu
lagi takut kehilangan dananya seperti yang terjadi saat krisis tahun
1997 dimana banyak bank yang dilikuidasi, namun karena bank
syariah lebih fokus ke sektor riil maka lebih tahan terhadap
goncangan krisis ekonomi. Lebih adil disini terlihat dari besarnya
bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung, karena jika
nasabah peminjam memberikan bagi hasil yang tinggi maka bagi
hasil yang diberikan kepada nasabah penabung juga tinggi.43
Nasabah yang ingin membangun usaha dengan meminjam
dana di bank juga tidak perlu takut lagi dengan adanya bunga yang
tinggi. Karena besarnya bunga disesuaikan dengan besarnya
pendapatan usaha. Jika pendapatan usaha yang dijalankan oleh
42 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 151
43Ibid, h. 152
48
nasabah peminjam tinggi maka bagi hasil usaha juga tinggi dan
jika pendapatan usaha nasabah peminjam rendah maka bagi hasil
juga rendah, hal in terbukti lebih adil jadi bank ikut merasakan
beban usaha yang ditanggung oleh nasabah peminjam. Nasabah
lebih tentram dan merasa adil karena tidak ada pihak yang
dirugikan.
c. Lebih tahan menghadapi krisis
Di tahun 1997 Indonesia pernah dilanda krisis moneter
sehingga nilai rupiah mengalami depresiasi besar. Uang tidak lagi
hanya sekedar berfungsi sebagai alat tukar melainkan sudah
menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif spekulasi
dari para pemegang uang. Sehingga sektor moneter seringkali telah
lebih maju daripada sektor riil yang mengakibatkan munculnya
fenomena bubble economic, yaitu seakan- akan ekonomi
mengalami pertumbuhan yang tinggi namun tanpa memiliki
fondasi yang kuat, sehingga apabila diterpa sedikit masalah akan
langsung goyah dan telah terbukti dengan adanya krisis ekonmi
tahun 1997.
Ketidakterkaitan antara sektor riil dan sektor moneter ini
mengakibatkan persoalan serius. Baban bunga yang tinggi tidak
akan mungkin mampu ditanggung oleh para pengusaha. Namun
karena pengusaha memerlukan likuiditas kredit bunga tinggi
49
terpaksa diambil. Tahap berikutnya bank tersebut mengalami
kredit macet, karena para pengusaha tidak mampu membayar
beban yang harus ditangungnya.
Hal ini berbeda dengan sistem keuangan syariah yang
menganggap uang hanya sebagai alat tukar. Sebagai alat tukar
uang tidak akan menghasilkan nilai tambah apapun kecuali apabila
dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian setiap
transaksi keuangan harus dilatarbelakangi dengan sektor riil.
Ketika bank banyak bank konvensional yang mengalami negative
spread dan mengalami kesulitan likuiditasnya, Bank Muamalat
Indonesiasebagai bank Syariah yang pertama di Indonesia mampu
melewati krisis ekonomi ini. Hal ini menunjukkan Bank Syariah
tidak akan mengalami gejolak yang berarti apabila terjadi krisis
ekonomi, karena segala aktivitas Perbankan Syariah selalu
mempunyai sandaran sektor riil.44
d. Payung hukum yang jelas
Saat ini dengan adanya Undang- undang No. 21 tahun
2008 tentang Perbakan Syariah, menjadi payung hukum
perbankan syariah dalam menjalankan operasional perbankan
syariah di Indonesia. Selama ini kendala dalam pengembangan
44 Ibid, h. 153
50
perbankan syariah adalah ketiadaannya payung hukum yang
tersendiri mengatur tentang perbankan syariah.
Sampai tahun 1998 hanya ada satu perbankan syariah di
Indonesia, namun seiring waktu sebagai pembuktian bank syariah
yang tahan krisis maka lahirlah undang- undang No. 10 tahun
1998 yang mulai mengakui bank berdasarkan prinsip syariah.
Namun seiring perjalanan perbankan syariah masih dibutuhkan
undang- undang yang khusus mengatur tentang perbankan syariah,
dan hal yang dinantika ini akhirnya terwujud dengan lairnya
undang- undang No. 21 tahun 2008. Diharapkan dengan lahirnya
undang- undang ini diharapkan target penguasaan market share
Perbankan Syariah sebesar 5 persen yang tidak tercapai pada
tahun 2008 mampu merealisasikan di tahun 2009. Dan semoga
kedepannya perbankan syariah mampu memiliki penguasaan
market share yang seimbang dengan perbankan konvensional.
2. KENDALA
a. Jaringan Rendah dan Pemerataan
Ini merupakan salah satu hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Bank Indonesia untuk melihat preferensi masyarakat
terhadap bank syariah. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta
preferensi mayarakat terhadap bank syariah yang dilakukan Bank
51
Indonesia menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap
perbankan syariah. Namun, sebagian besar responden mengeluhkan
kualitas layanan termasuk ketersediaan jaringan yang rendah.
Kelemahan inilah yang salah satu caranya diatasi dengan office
channeling, yaitu bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah
dapat membuka konter layanan syariah di cabang konvensionalnya.
Apabila sebelumnya bank yang memiliki unit usaha syariah
hanya dapat melayani nasabah yang ingin membuka rekening di unit
usaha syariah harus datang ke cabang syariah. Maka dengan adanya
office channeling ini mereka tidak perlu datang ke cabang syariah, tapi
bisa dilayani di cabang konvensionlanya yang membuka counter
layanan syariah. Bank bank Umum syariah yang mengambil kebijakan
untuk bekerjasama dengan bank konvensional atau instansi lain dalam
rangka memperluas pasarnya.45
b. Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Nasabah yang mempergunakan jasa Bank Syariah terbagi
menjadi dua segmen nasabah, yaitu yang pertama adalah nasabah yang
loyal terhadap perbankan syariah, dimana ia menggunakan jasa
layanan bank syariah karena semangatnya untuk menegakkan syariat.
Sehingga ia tidak akan mempersoalkan bagaimana besarnya
prosentase bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah jika
45 Ibid, h. 155
52
dibandingkan dengan besaran tingkat suku bunga yang ditawarkan
oleh bank konvensional.
Nasabah segmen kedua adalah nasabah yang tidak loyal pada
perbankan syariah, dimana mereka menabung di Bank Syariah dengan
memperbandingkan berapa besaran presentase bagi hasil di bank
syariah dengan tingkat suku bunga di bank konvensional. Dengan
selisih sekitar dua persen (dari tingkat bunga bank konvensional),
segmen nasabah ini masih loyal di bank Syariah, tetapi lebih dari itu
segmen nasabah ini bisa berpindah ke bank konvensional.
Di Triwulan ketiga pada tahun 2005 tren meningkatnya suku
bunga berdasarkan analisis BI juga sempat membuat perbankan
syariah mengadapi resiko pengalihan dana (dari bank syariah ke bank
konvensional). Diperkirakan lebih dari Rp 1 Triliun dana nasabah
dialihkan pada triwulan ketiga pada tahun 2005. Namun, kepercayaan
deposan pada Perbankan Syariah terbukti dapat dipulihkan dengan
pertumbuhan dana pihak ketiga yangmencapai Rp 2.2 Triliun pada
akhir tahun.46 Kenaikan akumulasi dana pihak ketiga Perbankan
syariah merupakan peluang, sekaligus tantangan karena tanpa
pengelolaan yang tepat justru masalah akan datang.
46 Ibid, h. 156-157
53
c. Sosialisasi dan Edukasi Masyarakat
Kurang sosialisasi dan komunikasi serta edukasi. Masih
banyak masyarakat yang berasumsi bahwa tidak ada perbedaan antara
Bank Syariah dengan Bank Konvensional hanya sekedar menambah
lebel Syariah dibelakang nama banknya serta merubah istilah bunga
menjadi bagi hasil. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
sistem bagi hasil karena kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat.
Upaya sosialisasi, pelatihan dan edukasi publik akan intensif,
baik yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia maupun pihak- pihak
terkait lainnya, memberi harapan akan adanya tambahan jumlah SDM
yang berkualitas di bidang perbankan disamping juga adanya
peningkatan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal terkait dengan
perbankan syariah.47
d. Sumber Daya Manusia
Bank syariah saat ini masih kekurangan sumber daya manusia
yang menguasai aspek fiqh tentang Perbankan Syariah dan
pengetahuan menejemen perbankan praktis. Hal ini terutama dirasakan
di unit usaha syariah di bank konvensional, karena sebagian
karyawannya adalah karyawan bank konvensional yang dipekerjakan
47 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
54
di bank syariah dengan hanya diberikan pelatihan secukupnya, hal ini
menyebabkan mereka kurang mengerti tentang sistem perbankan
syariah secara menyeluruh. 48
3. PELUANG
Walaupun menghadapi berbagai kendala , upaya pengembangan
perbankan syariah tetap memiliki peluang dan prospek yang masih
sangat terbuka, peluang Perbankan syariah antara lain:
a. Perluasan Market share Perbankan Syariah
Pengembangan perbankan dan keuangan syariah sebagai salah
satu agenda nasional dengan dukungan koordinasi dan kerjasama antar
lembaga negara serta pihak-pihak lainnya yang terkait terhadap upaya
pengembangan tersebut. Perkembangan instrumen investasi dan pasar
keuangan syariah yang semakin pesat sebagaimana ditunjukkan oleh
semakin meluasnya penggunaan sukuk sebagai instrumen sumber dana
baik oleh swasta maupun pemerintah dan volume transaksi pasar
keuangan yang cukup tinggi.49 Dengan berkembangnya berbagai
48 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press,
2009, h. 159-160 49 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan
Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
55
instrumen maka berpeluang untuk meraup pangsa pasar yang lebih
besar.
b. Keunggulan Usaha Bank Syariah
Produk, usaha yang ada di Bank Syariah ada yang tidak dapat
dilakukan oleh bank konvensional. Dengan demikian bank syariah
dapat menawarkan jasa- jasa lebih dari yang ditawarkan oleh sebuah
investment banking, karena jasa- jasa bank syariah merupakan suatu
kombinasi yang dapat diberikan oleh commercial bank, finance
company dan merchant bank. Kegiatan Bank Umum Syariah lebih
luas jika dibandingkan oleh Unit Usaha Syariah dari sebuah Bank
Konvensional. Tidak semua usaha yang dilakukan oleh bank umum
syariah dapat dilakukan oleh unit usaha syariah.50
c. Penduduknya Mayoritas Muslim
Penduduk yang dominan dengan masyarakat muslim
menjadipeluang utama bagi tumbuhnya perbankan syariah. Kuantitas
penduduk yang besar bukan saja menjadi objek pasar tetapi juga
sebagai objek islamisasi ekonomi (bank Syariah) sehingga dengan
semakin banyak masyarakat yang mempunyai kesadaran tentang
50 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press,
2009, h. 162
56
ekonomi islam sehingga banyak pula penduduk yang menjadi nasabah
ekonomi islam.51
4. TANTANGAN
a. Sumber Daya Manusia (SDM) :
Masih belum memadainya SDM di bidang perbankan
syariah, baik secara kuantitas maupun kualitas yakni SDM
pelaksana operasional bank syariah, SDM pengawas bank syariah di
BI, SDM sektor penunjang (sektor keuangan lainnya, pendidikan,
pengamat, dll).
b. Lingkungan Makroekonomi :
Sifat operasional perbankan syariah yang secara langsung
bersentuhan dengan sektor riil sangat terkait dengan
perkembangan lingkungan makroekonomi sehingga upaya untuk
mewujudkan dan menjaga kondisi makroekonomi yang stabil
merupakan tantangan yang perlu diperhitungkan dalam
pengembangan perbankan syariah.52
51 Ibid, h. 164 52 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum
Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
57
BAB IV
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA KONSEP GRAND STRATEGY
BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN
SYARIAH DAN IMPLEMENTASI TAHUN 2008- 2010
A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010:
Tabel 4.1
Aset Perbankan Syariah (dalam Triliun)
Tahun Aset BUS Aset UUS Aset BPRS Total Aset
2008 34.036 15.519 1.693 51.248
2009 48.014 18.076 2.126 68.216
2010 79.186 18.333 2.739 100.258 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 9, No. 1, Desember 2010
Dari segi perkembangan aset perbankan syariah terus meningkat dari
tahun 2008, 2009 hingga 2010. Di tahun 2008 aset Bank Umum Syariah
mencapai 34 triliun rupiah, untuk unit usaha syariah mencapai aset seesar 15.5
triliun rupiah, dalam bank pembiayaan rakyat syariah aset tercapai sebesar 1.
7 triliun rupiah sehingga total aset di 2008 mencapai 51, 2 triliun rupiah.
Tahun 2009 aset Bank Umum Syariah sebesar 48 triliun rupiah, untuk
unit usaha syariah aset yang dapat di capai sebesar 18.1 triliun rupiah,
sedangkan untuk bank pembiayaan rakyat syariah aset yang dimiliki sebesar
58
2.1 triliun rupiah, sehingga total aset perbankan syariah di tahun 2009 sebesar
68.2 triliun rupiah.
Pada tahun 2010 total aset yang dicapai sebesar 100.26 triliun rupiah.
Pencap[aian aset sebesar ini dirasa sangat menggembirakan.53 Di tahun 2010
aset bank umum syariah sebesar 79.2 triliun rupiah, sedangkan untuk unit
usaha syariah mencapai 18.3 triliun rupiah. Aset yang dapat di capai oleh
bank pembiayaan rakyat syariah adalah sebesar 2.7 triliun rupiah.
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah
Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan
produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat
dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut
menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan
kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan
inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB
(ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem
perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa
terkecuali.54
Berikut ini citra yang melekat di industri perbankan syariah:
53 Hasil wawancara dengan peneliti bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. 54 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 62
59
Tabel 4.2 Perubahan citra industri perbankan syariah
Aspek Citra sekarang55 Citra di masa depan56 Positioning Bank untuk kalangan
muslim / orang yang mau naik haji
Untuk semua kalangan yang menginginkan keuntungan kedua belah pihak: bank & pelanggan
Atribut Lebih menekankan ke simbol keislaman
Lebih menekankan ke substansi/universal (sbg rahmatan lil alamin, kemanfaatan bagi semua)
Produk Tabungan bagi hasil Pinjaman tanpa bunga tapi
serupa dengan perbankan konvensional
Produk dengan skema keuangan perbankan yang variatif
Cara penawaran
Banyak menggunakan istilah arab yang sebetulnya tidak banyak dimengerti oleh pelanggan atau calon pelanggan
Selain tetap menggunakan istilah bahasa arab sebagai ciri khas juga menggunakan istilah lain selain istilah Arab yang lebih mudah dimengerti
Servis Jaringan terbatas Fasilitas layanan sering
tidak bisa digunakan
Jaringannya luas Fasilitas layanan bisa diandalkan
Brand Bank yang adil dan menentramkan
Lebih dari sekedar bank (Beyond Banking)
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah
Dalam konsep grand strategy ini Bank Indonesia menfokuskan untuk
memetakan segmen nasabah perbankan syariah menjadi 5 segmentasi: (5
segmen nasabah tersebut adalah segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus,
55 Sumber: hasil riset focus group discussions (FGD) dalam modul Grand Strategy
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, DPbS Juli 2008 56 Sumber: hasil riset FGD In depth Interview, dan Desk Research dalam modul Grand
Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, DPbS Juli 2008
60
segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen
pokoknya konvensional)
Untuk mendukung pencitraan baru, terutama dalam mengubah
persepsi tentang perbankan syariah yang ekslusif untuk golongan tertentu.
Program pengembangan segmentasi akan berguna untuk mengkonkretkan
langkah positioning ke benak konsumen yang menjadi target market. Sebagai
acuan para pelaku untuk mengembangkan pasar perbankan syariah, telah
dipetakan segmentasi baru konsumen perbankan syariah Indonesia
berdasarkan orientasi perbankan dan profil psikografisnya menjadi lima
segmen: Mereka yang sangat mengutamakan penggunaan Bank Syariah
(“pokoknya Syariah”), Mereka yang ikut- ikutan, Mereka yang
mengutamakan benefit seperti kepraktisan seperti transaksi dan kemudahan
akses, Mereka yang menggunakan Bank Syariah sebagai sarana pembayaran
gaji dan transaksi bisnis, dan segmen mereka yang mengutamakan
penggunaan jasa bank konvensional yang telah ada.
Tabel 4.3 Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah
Bagi saya, riba adalah haram Menurut saya, bank berbasiskan bunga
(konvensional) adalah termasukriba Saya akan menggunakan bank yang tidak
berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas
Pokoknya Syariah (apapun kondisinya, pakai perbankan syariah)
Saya akan menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau sebagian besar teman/ atau saudara memakainya
Ikut Arus (mau pakai perbankan syariah
61
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas & jaringan layanan sudah bagus
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional)
kalau sudah banyak yang pakai)
Saya akan menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya
Menurut saya bank yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai
Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga (syariah) memiliki keunikan masing- masing, saya akan menggunakan sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan (memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulannya)
Saya akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah) supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan
Saya belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah) dapat di praktekkan
Saya belum menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami
Saya akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga (syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya
Terpaksa (memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan)
Saya akan tetap memakai bank yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai
Saya akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem, persyaratan dan istilahnya sudah saya pahami
Saya akan tetap memakai bank berbasis bunga (konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus
Pokoknya konvensional (apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal)
Sumber: hasil riset kuantitatif DPbS BI
62
Gambar 4.1
4. Program Pengembangan Produk
a. Tahun 2008: Produk perbankan syariah yang dikeluarkan masih relatif sama
dengan tahun 2007, di tahun 2008 hanya menambah variasi produk yang
ada sebelumnya, seperti: kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi
emas iB, tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad
mudharabah atau musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara
sindikasi on balance sheet (akad mudharabah muqayadah)57
b. Tahun 2009:
Produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI adalah produk
pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange
(FX) Wa’ad iB (jual beli mata uang asing Al- Sharf). Sedangkan produk
produk yang telah ada sebelumnya yang disertai penambahan fitur
misalnya tabungan wadiah / mudharabah iB dengan fasilitas bebeas biaya
administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar dengan fasilitas safe
57 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13
9%
24%
17%16%
34%
produk simpanan jangka pendek per segmen (%)
terpaksasesuai kebutuhanikut aruspokoknya syariahpokoknya konvensional
63
deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk nasabah
perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan dengan ATM
dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada produk transfer
antar negara.58
c. Tahun 2010:
Produk baru yang diberikan persetujuan oleh Bank Indonesia
adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term
Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan pengembangan
produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu pembiayaan
mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah mutlaqah
keseluruhan dana berasal dari bank (shahibul maal), maka dalam
pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana nasabah
yang ditanamkan dalam suatu usaha/proyek. Sedangkan Produk
pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT
dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan
ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’
seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE (heavy
equipment).59
58 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27 59 DPbS BI, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, November 2010, h. 28
64
Tabel 4.4 Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Kelompok Bank 2007 2008 2009 2010
Bank Umum Syariah 3 5 6 10
Unit Usaha Syariah 26 27 25 23
Jumlah Kantor BUS & UUS 597 822 998 1388
Jumlah Layanan Syariah 1195 1470 1792 1140
Sumber: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2011
Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi
produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang
ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor
yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah
dipahami.
Sampai dengan triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan
kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemain-
pemain baru baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS yang pada akhir
tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 4 BUS dimana 2 BUS
merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil
spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun
2010 ini berkurang menjadi 23 UUS.
Peningkatan jaringan kantor BUS dan UUS sampai triwulan III
2010 meningkat sebanyak 387 kantor, peningkatan ini terutama dari
65
pembukaan kantor cabang terutama kantor cabang pembantu. Sedangkan
untuk layanan syariah mengalami penurunan sebanyak 652 menjadi 1140
pada triwulan III 2010. Penurunan ini dikarenakan adanya penutupan 2
UUS akibat spin off yang secara kelembagaan juga menutup layanan
syariahnya. Namun demikian, penurunan jangkauan layanan syariah ini
tidak akan menurunkan jangkauan layanan bank syariah kepada nasabah,
mengingat penyebaran jaringan kantor bank syariah yang luas dan
diperkirakan akan semakin bertambah di akhir tahun 2010 menyusul
dikeluarkannya izin usaha PT. Bank Maybank Syariah pada Oktober
2010.
5. Program Peningkatan Layanan
Untuk meningkatkan kualitas layanan yang didukung oleh kualitas
SDM yang kompeten Bank Indonesia mengadakan Technical Assistance
untuk meningkatkan kompetensi SDM perbankan syariah. Pelaksanaan
edukasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan personil/SDM bank
syariah dalam menganalisis dan memanfaatkan setiap peluang ekspansi
pembiayaan serta kemampuan merancang dan menerapkan strategi pemasaran
yang efektif.
Kegiatan yang dilakukan meliputi serangkaian pelatihan analisis
pembiayaan serta pelatihan strategic marketing (iB Marketeers Club). Tujuan
pembentukan club tersebut adalah memberikan technical assistance yang
66
mendalam terhadap ilmu marketing modern yang diharapkan dapat membantu
para iBankers untuk melakukan praktek pemasaran yang lebih inovatif.
Berbeda dengan pelatihan lainnya, personil bank yang menjadi peserta
pelatihan strategic marketing juga menjadi anggota marketeers club sehingga
berkesempatan untuk bertukar pengalaman dan menambah wawasan dari
praktisi dan pemerhati marketing yang bergerak di berbagai sektor usaha.
Kegiatan Training of Trainers (TOT) pendidik, terutama dosen
perguruan tinggi. Tujuan kegiatan TOT adalah untuk meningkatkan
ketersediaan pengajar perbankan syariah. Selama tahun 2010 kegiatan TOT
telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta, Palu, Surabaya, Banda Aceh,
Ternate, Tasikmalaya dan Depok. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,
pelaksanaan TOT tersebut diupayakan secara terintegrasi dengan sosialisasi
melalui event-event seperti Festival Nusantara ke-5, seminar dan pameran,
sehingga proses komunikasi yang dilakukan berdampak lebih luas.
Selain itu, sejalan dengan strategi komunikasi yang mengedepankan
pengalaman langsung masyarakat berinteraksi dengan bank syariah, maka
dalam setiap TOT disertakan wakil dari perbankan syariah. Secara umum
antusiasme peserta terhadap kegiatan komunikasi terintegrasi ini cukup tinggi,
termasuk di lokasi yang karena belum terdapat operasi bank syariah, maka
untuk mendukung rangkaian kegiatan TOT penyelenggara mendatangkan
bank syariah dari kota terdekat.
67
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi
Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah,
strategi komunikasi yang ditempuh Bank Indonesia melalui pelaksanaan
berbagai aktivitas edukasi guna menciptakan dan memperbesar demand
terhadap produk dan layanan perbankan syariah, yang tertuang dalam media
plan program sosialisasi dan edukasi masyarakat (iB Campaign) tahun 2010.
Penyelenggaraan “iB Expo” dan/atau partisipasi “iB Paviliun” di
beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta maupun di
beberapa kota besar di Indonesia. Kegiatan ini merupakan refocusing dari
kegiatan Festival Ekonomi Syariah (FES) yang telah dilaksanakan tahun 2008
dan 2009. Tujuan dari kegiatan ini iB Expo/iB Paviliun adalah untuk
mendekatkan masyarakat (interaksi langsung) dengan produk-produk
perbankan syariah sekaligus mendorong pengenalan produk serta
mengakomodir aktivasi langsung masyarakat terhadap produk dan layanan
perbankan syariah. Konsep iB Paviliun merupakan penyediaan tempat khusus
(pulau) untuk stand-stand bank syariah di daerah sebagai salah satu bentuk
kegiatan kampanye (iB Campaign) bersama perbankan syariah, terutama
bank-bank syariah yang memiliki budget terbatas untuk kegiatan promosi dan
komunikasi.
Sepanjang tahun 2010 telah terselenggara beberapa kegiatan iB
Paviliun antara lain:
68
a. iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta (3-7 Maret 2010),
diikuti oleh seluruh bank syariah di wilayah kerja KBI Yogyakarta
dengan pencapaian nilai transaksi perbankan syariah sebesar Rp. 7.1
Milyar.
b. Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo 1-9 Mei 2010 di
Jakarta, yang diikuti oleh 9 bank syariah terkemuka berhasil
membukukan transaksi pembiayaan KPR-iB sebesar Rp.249 Milyar.
c. IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010,
diikuti oleh 9 bank syariah dengan nilai transaksi mecapai Rp.150
Milyar.
d. iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta
diikuti oleh 5 bank syariah terkemuka dan 12 stakeholder perbankan
syariah antara lain: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES),
Masyarkat Ekonomi Syariah (MES), IAEI, BWI, ASBISINDO,
ABSINDO, Perempuan Ekonomi Syariah (PES)
e. Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta (Oktober 2010) Franchise dan
License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta (November 2010)
f. Bursa Properti iB di Surabaya (Desember 2010)
Sosialisasi perbankan syariah kepada masyakarat luas, dilakukan
dengan strategi sosialisasi berbasis komunitas yaitu strategi
komunikasi lebih terfokus terhadap segmen nasabah sesuai dengan
grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah 5 segmen
69
nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai
manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya
konvensional). Untuk tahun 2010 prioritas komunitas yang menjadi
sasaran utama kegiatan sosialiasasi adalah: komunitas wanita dan
pemuda (women and youth), komunitas pengusaha (entrepreneurs) dan
komunitas pengguna internet (netizen).
Pelaksanaan strategi pengembangan pasar melalui kegiatan
komunikasi dan edukasi tidak terlepas dari sinergi dan kerjasama yang
terus dikembangkan dengan berbagai institusi domestik seperti
perguruan tinggi dan lembaga pelatihan, pemerintah daerah, Asosiasi
Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah (PKES), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), serta media
massa. Dalam konteks yang berbeda, Bank Indonesia juga menjalin
kerjasama strategis dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI
dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Kerjasama dimaksud dilaksanakan antara lain melalui program
benchmarking ke otoritas dan perbankan internasional, diskusi fatwa /
standar akuntansi, dan pelatihan perbankan dan sertifikasi kepada DPS
perbankan syariah. Melalui kerjasama tersebut, diharapkan koordinasi,
kesepahaman dan sinergi yang terbentuk dapat secara efektif
memberikan solusi dan mendorong berkembangnya produk perbankan
70
syariah yang lebih variatif dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Disamping pengembangan aliansi domestik, Bank Indonesia juga
secara aktif mengembangkan kerjasama dengan organisasi/forum
internasional seperti Islamic Financial Services Board (IFSB),
International Islamic Financial Market (IIFM), Asia Middle East
Dialogue (AMED) melalui perantaraan Departemen Luar Negeri RI,
dan Asia Pacific Rural and Agricultural Credit Association
(APRACA). Sebagai salah satu pendiri, Bank Indonesia berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan strategis di IFSB dan IIFM. Selain itu,
partisipasi dan kerjasama juga dilaksanakan melalui keanggotaan
dalam sejumlah working group perumusan standar keuangan syariah
internasional, serta penyelenggaraan seminar dan pertemuan regular di
kedua lembaga internasional tersebut.
Sementara itu kerjasama dengan AMED dan APRACA dilakukan
melalui program pelatihan bagi negara-negara anggota. Pada tahun
2010 APRACA telah memberikan penghargaan Center of Excellence
dan bersama AMED menjadikan Bank Indonesia sebagai pusat
pelatihan perbankan syariah bagi negara-negara anggotanya
Bentuk-bentuk kegiatan yang telah terlaksana sepanjang tahun
2010 antara lain:
71
a. Sosialisasi mengenai produk-produk perbankan syariah (product
knowledge) kepada masyarakat luas melalui media massa (Above The
Line) dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di media cetak
(koran, majalah, tabloid, dll), media elektronik (radio, TV, inflight
vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta Api, Megatron dll) dan
media online/internet.
b. Seminar, Workshop, gathering seperti: Workshop Mahasiswa,
Blogshop (pelatihan penulisan di media online), Workshop Wirausaha,
gathering dengan komunitas wanita, komunitas pendengar radio, co-
branding dengan kegiatan komunitas dan lain-lain akan dilaksanakan
secara terintegrasi dengan beberapa kegiatan sosialisasi.Selain
kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia secara aktif juga
melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan penyelenggaraan
berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh
stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan dan narasumber.
Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga cukup besar,
sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan lebih dari 120
kegiatan sosialisasi.
72
B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy
Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di
Indonesia
1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
Konsep yang tercantum dalam grand strategy Bank Indonesia
dalam segi pencapaian aset pada tahun 2008 hingga 2010 masing- masing
memiliki skenario yang cukup jelas yaitu konservatif, moderat maupun
agresif seperti yang sudah dipaparkan pada bab kedua. Pada tahun 2008
konsep dari Grand Strategy pada skenario agresif ditargetkan pada tahun
2008 mencapai aset perbankan syariah sebesar 62 triliun rupiah dan
pertumbuhan aset sebesar 81 %, dalam skenario moderat nilai aset yang
ditargetkan sebesar 50 triliun rupiah untuk pertumbuhan asetnya sebesar
44%, sedangkan dalam skenario konservatif nilai aset yang di targetkan
adalah sebesar 45 triliun dan untuk pertumbuhan asetnya sebesar 32%.
Dalam implementasinya di tahun 2008 nilai aset yang dicapai oleh
perbankan syariah adalah sebesar 51 triliun rupiah. Jika disandingkan
antara konsep dan implementasi maka skenario target dari grand strategy
bank Indonesia yang tercapai adalah target moderat, karena nilai dari
target moderat tersebut sebesar 50 triliun rupiah. Dan untuk pertumbuhan
asetnya pada tahun 2008 pertumbuhan aset perbankan syariah lebih dari
44%.
73
Pada tahun 2009 target dari Grand strategy bank Indonesia juga
memiliki skenario dengan pola yang sama seperti pada tahun 2008, yaitu
skenario agresif, moderat, dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset
yang ditargetkan adalah sebesar 87 triliun, untuk pertumbuhan aset
sebesar 75% , dalam skenario moderat nilai aset yang ingin dicapai adalah
sebesar 68 triliun untuk pertumbuhan aset sebesar 37%, dalam skenario
konservatif target dalam pencapaian aset sebesar 57 triliun dan
pertumbuhan aset sebesar 25%.
Tahun 2009, implementasi aset perbankan syariah yang tercapai
adalah sebesar 68 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa pada tahun
2009 target dari konsep grand strategy bank Indonesia yang tercapai pada
tahun 2009 adalah dalam skenario moderat yaitu taerget dan
implementasi aset perbankan syariah sebesar 68 triliun rupiah dengan
tingkat pertumbuhan industri sebesar 37%.
Pada fase ketiga yaitu tahun 2010, dimana telah melalui dua fase
sebelumnya yaitu tahun 2008 dan 2009, maka di tahu 2010 juga memiliki
skenario yang sama yaitu agresif, moderat dan konservatif. pada skenario
agresif nilai aset yang ditargetkan pada perbankan syariah adalah sebesar
124 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 81 %, dalam skenario
moderat nilai aset yang ditargetkan dalam konsep grand strategy adalah
sebesar 97 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 43%. Pada
74
skenario berikutnya yaitu skenario konservatif nilai aset yang ditargetkan
adalah sebesar 72 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 26%.
Dalam implementasinya di tahun 2010 pencapaian aset perbankan
syariah adalah sebesar 100 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa
telah melampaui target moderat yaitu sebesar 97 triliun rupiah namun
juga belum mencapai target agresif yaitu sebesar 124 triliun rupiah. Jadi
pada tahun 2010 pencapaian target lebih dari moderat namun belum
mencapai agresif. Dengan nilai aset sebesar 100 triliun rupiah maka
pertumbuhan aset industri perbankan syariah sebesar 47%.60
Untuk lebih singkatnya dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.5 TARGET/
KONSEP
Tahun 2008; nilai aset 62 T Tahun 2009; nilai aset 87 T Tahun 2010; nilai aset 124 T
IMPLEMENTASI Tahun 2008 Nilai aset 51 T Tahun 2009 Nilai aset 68 T Tahun 2010 Nilai aset 100 T
ANALISIS Tahun 2008 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar > 44%
Tahun 2009 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar 37%
Tahun 2010 melebihi moderat > 97 T namun belum sampai ke target agresif <124 T
60 Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011 http://zonaekis.com/search/data-pertumbuhan-industri-indonesia-2011
75
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia yaitu 202
juta jiwa, industri keuangan syariah sebenarnya berpotensi berkembang
pesat di Indonesia. Namun, dibandingkan dengan banyak negara
berpenduduk mayoritas Muslim lainnya, industri keuangan syariah
Indonesia masih tertinggal cukup jauh sehingga belum mampu
menempatkan Indonesia sebagai pemain utama di industri keuangan
syariah global.
Salah satunya adalah aspek perpajakan. Masalah netralisasi pengenaan
pajak berganda atas transaksi murabahah di perbankan syariah baru
diakomodasi saat UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN berlaku saat 1 April
2010. Malaysia sudah mengakomodir hal ini sejak satu dekade yang lalu.
Bahkan, di Singapura, Monetary Authority of Singapore juga melakukan
revisi terkait pajak berganda di Industri keuangan syariah di negara
tersebut pada tahun 2005. Perbankan syariah di Malaysia nilai aset tahun
2005 sebesar 12 persen, dan ditahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar
20 persen.61 Perbankan syariah Indonesia memiliki target untuk
menjadikan perbankan syariah Indonesia menjadi perbankan syariah yang
terkemuka di ASEAN. Pada tahun 2010 pertumbuhan perbankan syariah
61 “Industri Keuangan Syariah masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010, h. 21
76
Malaysia sebesar 20%62, jika dilihat dari besarnya nilai aset perbankan
syariah di Malaysia sebesar 337600000000 ringgit setara dengan 2500
rupiah berarti angka aset Perbankan Syariah Malaysia jika disetarakan
dengan rupiah maka setara dengan 844.000.000.000.00063 rupiah atau 844
triliun sedangkan perbankan syariah Indonesia hanya memiliki aset
sebesar 100 triliun. Dari segi aset saja Indonesaia belum bisa menandingi
Malaysia. Jadi target menjadi perbankan syariah yang terkemuka di
ASEAN belum tercapai.
2. Program pencitraan baru perbankan syariah
Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek
positioning, differentiation, dan branding. Positioning dalam konsep
grand strategy ini adalah perbankan yang saling menguntungkan di kedua
belah pihak. Dimana antara nasabah dan bank sebagai pengelola dana-
dana keduanya saling memberikan keuntungan daru usaha- usaha yang
dijalankannya. Sehingga antara nasabah pemilik dana yang menitipkan
dananya untuk dikelola oleh bank merasa diuntungkan dengan bank dapat
amanah dalam menjaga dananya. Dan dari segi bank maka bank merasa
mendapatkan tanggung jawab dari dana- dana di amanatkan oleh nasabah
62 Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011. http://republika.co.id:8080/koran/126/125990/Menilik_Perbankan_Syariah_di_2011. diakses 2 April 2011
63 Choir, Sukuk Sumbangkan 20% Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http://zonaekis.com/sukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankan-syariah-malaysia
77
yang telah mempercayainya untuk mengelola sesuai dengan
kkesepakatan, yang diharapkan nantinya dapat memberikan keuntungan
bagi keduanya. Dalam program possitioning ini akan dikonkretkan pada
program pemetaan segmentasi nasabah.
Dalam program differentiation yang meliputi program keberagaman
produk dengan skema variatif, transparan agar adil bagi kedua belah
pihak, kompeten dalam keuangan dan beretika, IT system yang update
dan user friendly, Ahli investasi, keuaangan dan syariah.
Dalam program keberagaman produk dengan skema variatif akan
lebih di konkritkan dalam poin program pengembangan produk. Dan
untuk program lainnya akan lebih dijelaskan pada poin edukasi dan
kualitas layanan bank syariah. Sedangkan Branding perbankan syariah
saat ini adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond
banking” yang dibuat oleh bank Indonesia sebagai motto dari perbankan
syariah Indonesia.64
Tabel 4.6
TARGET/
KONSEP
Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning: perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak Differentiation: (dijabarkan dalam segmen pengembangan produk)
64 Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
78
a. Beragam produk dengan skema variatif b. Transparan agar adil bagi kedua belah pihak c. Kompeten dalam keuangan danberetika d. IT system yang update dan user friendly e. Ahli investasi, keuaangan dan syariah Branding: “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”
IMPLEMENTASI Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB (ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.65
ANALISIS Brand dari perbankan syariah sudah mulai dikenal oleh masyarakat dengan logo iB (ai-bi), “bank syariah lebih dari sekedar bank”dan nasabah perbankan syariah yang tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga non muslim (semua kalangan)66
Dari aspek lain possitioning baru bank syariah sebagai perbankan yang
menguntungkan kedua belah pihak hali ini masih banyak dikomentari,
salah satunya adanya anggapan bahwa di bank syariah terjadi selingkuh
kepentingan. Selingkuh kepentingan yang dimaksud adalah situasi dimana
satu pihak atau seseorang yang sama dihadapkan pada kepentingan yang
berbeda. Dalam konteks perbankan syariah selingkuh kepentingan sangat
jelas terlihat dalam posisi bank yang pada saat bersamaan bertindak selaku
65 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 62 66 Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
79
shahibul maal, dan mudharib sekaligus. Dimana bank syariah memutar
uang- uang yang bukan miliknya dan menciptakan uang- uang dari
ketiadaan.67 Masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah
memang memiliki alasan yang berbeda- beda.
Aspek differensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan
skema yang beragam, transparans, yang selalu up date dan user friendly,
serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan
pada aspek branding adalah Bank Syariah Lebih dari sekedar Bank atau
Beyond Banking.” Visi baru pengembangan sebagai pasar yang atraktif itu
akan dipayungi program pencitraan baru dengan memposisikan perbankan
syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
3. Program pengembangan segmen pasar perbankan syariah
Dalam pengembangan dari konsep grand strategy ini
pengembangan segmen pasar perbankan syariah di tandai dengan nasabah
yang menggunakan perbankan khususnya perbankan syariah dengan
beberapa alasan. Pengelompokan segmen nasabah bank syariah dibagi
menjadi 5 segmen yang dari masing- masing segmen memiliki alasan
yang berbeda- beda. Segmen nasabah sesuai dengan grand strategy
pengembangan pasar perbankan syariah dikategorikan menjadi lima
67 Zaim Saidi, Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Delokomotif, 2010),
h.169
80
segmen nasabah yaitu segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus,
segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen
pokoknya konvensional.
Pertama, Segmen pokoknya syariah yang berarti apapun
kondisinya, pakai perbankan syariah. Segmen ini memiliki pemahaman
bahwa bagi mereka riba adalah haram, bank yang berbasiskan bunga
(konvensional) adalah termasuk riba, dan mereka akan menggunakan bank
yang tidak berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan
layanannya sangat terbatas. Nasabah pada segmen ini menempati urutan
keempat dari hasil riset bank Indonesia menunjukkan segmen nasabah ini
sebesar 16 %.
Kedua, ikut arus pada segmen ini nasabah mau pakai perbankan
syariah kalau sudah banyak yang pakai. Ciir dari nasabah pada segmen ini
adalah mereka menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau
sebagian besar teman atau saudara memakainya, mereka akan
menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas &
jaringan layanan sudah bagus, dan mereka akan menggunakan bank yang
tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang
lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional). Nasabah
pada segmen ini menempati urutan ketiga yaitu sebesar 17%.
Ketiga, pada segmen sesuai kebutuhan yang artinya memakai
syariah atau konvensional berdasarkan keunggulan yang dimiliki banknya.
81
Nasabah pada segmen ini memiliki ciri tersendiri yaitu menggunakan
bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya, bank
yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis
bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai, Karena bank
berbasis bunga dan tidak berbasis bunga (syariah) memiliki keunikan
masing- masing, mereka akan menggunakan sesuai kebutuhan. Nasabah
pada segmen “sesuai kebutuhan” menempati urutan kedua sebanyak 24%.
Keempat, terpaksa disini berarti memakai jasa perbankan syariah
karena dituntut lingkungan. Nasabah segmen ini memiliki ciri- ciri sebagai
berikut: mereka akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah)
supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal
keuangan, mereka belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah)
dapat di praktekkan, mereka belum menggunakan bank tidak berbasis
bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami dan yang
terakhir mereka akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga
(syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya. Nasabah pada
segmen ini menempati urutan terakhir yaitu ke lima dari lima segmen
yaitu sebesar 9%.
Kelima, Pokoknya konvensional nasabah pada segmen ini berarti
apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal. Yang menjadi ciri
nasabah pokoknya konvensional adalah mereka akan tetap memakai bank
yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai, mereka
82
akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem,
persyaratan dan istilahnya sudah saya pahami, mereka akan tetap memakai
bank berbasis bunga (konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak
berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus. Nasabah pada
segmen ini menempati urutan pertama yaitu sebesar 34%.
Dari data- data dan hasil riset bank Indonesia yang telah
dipaparkan di atas maka disini jelas terlihat bahwa nasabah perbankan di
Indonesia masih banyak pada perbankan konvensional. Jadi di Indonesia
memang perbankan konvensional masih dominan dalam segi menjaring
nasabah dalam penempatan dana pada produk simpanan jangka pendek.
Tabel 4.7
TARGET/
KONSEP
Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.
IMPLEMENTASI Dijelaskan pada tabel setelah ini.
ANALISIS Dalam pengembangan dari konsep grand strategy ini pengelompokan segmen nasabah bank syariah dibagi menjadi 5 segmen. Yang dari masing- masing segmen memiliki alasan yang berbeda- beda.
Segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah (5 segmen nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional), akan dijelaskan pada tabel berikut:
83
Tabel 4.8 Bagi saya, riba adalah haram Menurut saya, bank berbasiskan bunga
(konvensional) adalah termasukriba Saya akan menggunakan bank yang tidak
berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas
Pokoknya Syariah (apapun kondisinya, pakai perbankan syariah)
Saya akan menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau sebagian besar teman/ atau saudara memakainya
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas & jaringan layanan sudah bagus
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional)
Ikut Arus (mau pakai perbankan syariah kalau sudah banyak yang pakai)
Saya akan menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya
Menurut saya bank yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai
Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga (syariah) memiliki keunikan masing- masing, saya akan menggunakan sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan (memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulannya)
Saya akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah) supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan
Saya belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah) dapat di praktekkan
Saya belum menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami
Saya akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga (syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya
Terpaksa (memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan)
Saya akan tetap memakai bank yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai
Saya akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem, persyaratan dan
Pokoknya konvensional (apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal)
84
istilahnya sudah saya pahami Saya akan tetap memakai bank berbasis bunga
(konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus
Sumber: hasil riset kuantitatif DPbS BI
Gambar 4.2
Citra yang melekat selama ini pada perbankan syariah adalah bank
yang diperuntukkan untuk kalangan muslim/orang yang mau naik haji,
dengan atribut yang menekankan kepada simbol keislaman, produk yang
hampir serupa dengan produk konvensional dan layanan yang masih
terbatas dengan brand “Bank yang adil dan menentramkan.” Setelah
menjadi fenomena global dan menarik perhatian luas, perbankan syariah
Indonesia semestinya memiliki citra baru yang bisa menarik muslim
abangan, setengah santri atau non muslim.
Perbankan Syariah adalah untuk semua kalangan yang
menginginkan keuntungan kedua belah pihak, bank dan pelanggan
dengan atribut yang lebih menekankan ke substansi (universal values)
sebagai rahmatan lil ‘alamin kemanfaatan bagi semua. Berbagai produk
9%
24%
17%16%
34%
produk simpanan jangka pendek per segmen (%)
terpaksasesuai kebutuhanikut aruspokoknya syariahpokoknya konvensional
85
dengan skema yang variatif, jaringan yang luas, serta fasilitas layanan
yang bisa diandalkan, maka layaklah disematkan bahwa brand baru bank
syariah, yakni “ Lebih dari sekedara Bank.”
Melalui riset pasar terhadap nasabah perbankan syariah dan
konvensional terlihat adanya paradoks dalam perilaku konsumen
perbankan. Paradoks pengguna disebabkan oleh pengguna perbankan
syariah di Indonesia cenderung berperilaku pragmatis, bahkan nasabah
dari segmen “pokoknya syariah” ternyata juga adalah nasabah bank
konvensional. Potret nasabah perbankan di Indonesia umumnya sudah
memahami keunggulan masing- masing perbankan dimana perbankan
konvensional unggul dalam jaringan yang luas dan memiliki fasilitas
layanan yang handal dan luas yang pada saat ini belum bisa ditanda
tangani oleh perbankan syariah. Disisi lain, perbankan syariah unggul
karena karakteristik produk, sehingga mereka ingin menggunakan kedua
jenis perbankan.
Untuk merealisasikan pencitraan industri perbankan syariah “lebih
dari sekedar bank”, diperlukan sebuah program pengembangan produk
yang akan dapat mendorong pelaku untuk melakukan inovasi produk dan
dapat mengeksplorasi kekayaan dengan perbankan konvensional.
Program ini menjadi keharusan agar keunikan dan value proposition yang
solid yang dimiliki perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan
syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional lebih terlihat jelas.
86
4. Program pengembangan produk
Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi
produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang
ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang
luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Dalam
hal ini Bank Indonesia di tiap tahunnya mengalami progres dalam
pengembangan produk dan jaringan kantor cabang demi meningkatkan
kualitas layanan dan dalam memenuhi kebutuhan nasabah sesuai
perkembangan zaman.
a. Perkembangan Jaringan Layanan
Pada tahun 2008 dalam layanan pada tahun ini jumlah bank umum
syariah (BUS) sebanyak 3, Unit usaha syariah (UUS) sebanyak 28, Bank
Perkreditan rakyat syariah (BPRS) sebanyak 128, jumlah kantor bank
umum syariah dan unit usaha syariah sebanyak 841, jumlah layanan
syariah 1440.68 Sebelumnya pada tahun 2007 jumlah bank umum syariah
masih sama yaitu sebanyak 3 bank, sedangkan jumlah unit usaha syariah
sejumlah 25 buah jadi pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebanyak
3 unit usaha syariah. Jumlah kantor BUS dan UUS di 2007 sejumlah 577,
jadi pada tahun 2008 mengalami peningkatan dalam penambahan jumlah
kantor BUS dan UUS sebanyak 264 buah. Jumlah layanan syariah
68 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h.22
87
mengalami penurunan 1053 yang artinya pengalami penurunan dari tahun
2007 sebesar 387.
Pada tahun 2009 bank umum syariah berjumlah 5, unit usaha
syariah sejumlah 24, jumlah kantor bank umum syariah dan unit usaha
syariah 1059, jumlah layanan syariah 1685.69 Dalam tahun 2009 UUS
BRI dan Bukopin mengalami spin off sehingga jumlah BUS bertambah 2,
sedangkan dengan UUS mengalami penurunan sebab ada penutupan 3
UUS masing- masing karena likuidasi UUS IFI, adanya merger antara
UUS Lippo dan UUS Niaga menjadi UUS CIMB Niaga. Dan pada akhir
2009 terdapat penambahan 1 UUS baru yaitu UUS OCBS NISP.
Sedangkan dari sisi peningkatan jumlah jaringan kantor bank syariah
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Penambahan pada tahun 2009 sebanyak 218kantor cabang, layanan
syariah (ofice channeling) sebanyak 245.
Pada tahun 2010 jumlah BUS 10, jumlah UUS 23, jumlah kantor
BUS dan UUS 1388,dan jumlah layanan syariah sebanyak 1140.70
Selama tahun 2010, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) bertambah 5
dengan diterbitkannya izin usaha 5 BUS yaitu PT Bank Victoria Syariah,
PT Bank BCA Syariah, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank BNI
69 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 31 70 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 31
88
Syariah, dan PT Bank Maybank Syariah Indonesia. Dari 5 izin BUS baru
tersebut 3 diantaranya adalah izin konversi (perubahan kegiatan usaha
bank konvensional menjadi bank syariah) dan 2 lainnya adalah izin BUS
hasil spin-off (pemisahan).
Izin konversi diberikan kepada PT Bank Victoria Syariah (semula
adalah PT Bank Swaguna), PT Bank BCA Syariah (semula adalah PT
Bank UIB) dan PT Bank Maybank Syariah Indonesia (semula adalah PT
Bank Maybank Indocorp), sedangkan izin usaha BUS hasil spin-off
diberikan kepada PT Bank Jabar Banten Syariah dan PT Bank BNI
Syariah. Dalam hal jaringan kantor BUS dan UUS hingga September
2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 330
kantor. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah jaringan kantor terus
mengalami peningkatan sebagai upaya BUS/UUS untuk mempertahankan
/meningkatkan pangsa pasarnya. Sedangkan untuk Layanan Syariah
(office channelling) dari UUS, karena adanya spin-off 2 UUS maka
jumlahnya menurun dari 1.792 pada akhir tahun 2009 menjadi 1.140 pada
September 2010.71
Disetiap tahunnya target dari bank Indonesia yaitu dari segi
kelembagaan dalam rangka meningkatkan market share dan pelayanan
yang luas maka jumlah kantor bank syariah harus bertambah, untuk tahun
71 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 35
89
2008- 2010 dalam hal kelembagaan terlihat mengalami pertumbuhan
berarti taget bank Indonesia tercapai.
b. Pengembangan Produk
Di tahun 2008 dalam hal pengembangan produk perbankan
syariah yang dikeluarkan masih relatif sama dengan tahun 2007, di tahun
2008 hanya menambah variasi produk yang ada sebelumnya, seperti:
kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi emas iB, tabungan iB
untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad mudharabah atau
musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on balance
sheet (akad mudharabah muqayadah).72
Pada tahun 2009 produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI
adalah produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk
Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB (jual beli mata uang asing Al- Sharf).
Sedangkan produk produk yang telah ada sebelumnya yang disertai
penambahan fitur misalnya tabungan wadiah / mudharabah iB dengan
fasilitas bebas biaya administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar
dengan fasilitas safe deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk
nasabah perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan
72 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13
90
dengan ATM dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada
produk transfer antar negara.73
Dan ditahun 2010 produk baru yang diberikan persetujuan oleh
Bank Indonesia adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah
dan Produk Term Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan
pengembangan produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu
pembiayaan mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah
mutlaqah keseluruhan dana berasal dari bank (shahibul maal), maka
dalam pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana
nasabah yang ditanamkan dalam suatu usaha/proyek. Sedangkan Produk
pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT
dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan
ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’
seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE (heavy
equipment).
Dari segi penambahan produk baru dalam rangka pengembangan
produk, di tiap tahunnya dari tahun 2008-2010 bank Indonesia
memberikan perizinan untuk produk baru baik modifikasi fitur dari
produk yang telah ada maupun meluncurkan produk baru, walaupun tidak
73 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27
91
banyak produk baru setiap tahunnya yang dihasilkan namun target untuk
menghasilkan produk baru sudah tercapai.
Tabel 4.9 TARGET/
KONSEP
Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.
IMPLEMENTASI Tahun 2008: Jumlah BUS 3, UUS 28, BPRS 128, jumlah kantor
BUS & UUS 841, jumlah layanan syariah 1440 Produk perbankan syariah yang dikeluarkan masih
relatif sama dengan tahun 2007, di tahun 2008 hanya menambah variasi produk yang ada sebelumnya, seperti: kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi emas iB, tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad mudharabah atau musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on balance sheet (akad mudharabah muqayadah)74
Tahun 2009: BUS 5,UUS 24, jumlah kantor BUS dan UUS 1059,
jumlah layanan syariah 168575 Produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI
adalah produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB (jual beli mata uang asing Al- Sharf). Sedangkan produk produk yang telah ada sebelumnya yang disertai penambahan fitur misalnya tabungan wadiah / mudharabah iB dengan fasilitas bebeas biaya administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar dengan fasilitas safe deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk nasabah perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan dengan ATM dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada produk transfer antar negara.76
74 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13 75 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 31 76 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27
92
Tahun 2010: BUS 10,UUS 23, jumlah kantor BUS dan UUS 1388,
jumlah layanan syariah 114077 Produk baru yang diberikan persetujuan oleh Bank
Indonesia adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan pengembangan produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu pembiayaan mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah mutlaqah keseluruhan dana berasal dari bank (shahibul maal), maka dalam pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana nasabah yang ditanamkan dalam suatu usaha/proyek. Sedangkan Produk pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’ seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE (heavy equipment).78
ANALISIS Disetiap tahunnya target dari bank Indonesia yaitu dari segi kelembagaan dalam rangka meningkatkan market share dan pelayanan yang luas maka jumlah kantor bank syariah harus bertambah, untuk tahun 2008- 2010 dalam hal kelembagaan terlihat mengalami pertumbuhan berarti taget bank Indonesia tercapai.
Dari segi penambahan produk baru dalam rangka pengembangan produk, di tiap tahunnya dari tahun 2008-2010 bank Indonesia memberikan perizinan untuk produk baru baik modifikasi fitur dari produk yang telah ada maupun meluncurkan produk baru, walaupun tidak banyak produk baru setiap tahunnya yang dihasilkan namun target untuk menghasilkan produk baru sudah tercapai.
77 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 31 78 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 28
93
Kualitas layanan perbankan syariah yang ternyata tidak kalah
dibandingkan perbankan konvensional akan terus diupayakan. Peningatan
kualitas layanan perbankan syariah diarahkan ke memperkecil gap
ekspektasi dan layanan sebagai lembaga yang universal dan handal.
5. Program peningkatan kualitas layanan
Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber
daya manusia (SDM) yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi
yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara
benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Melaksanakan
berbagai pelatihan SDM office channeling dan stakeholder, bekerjasama
dengan lembaga- lembaga pendidikan semisal Lembaga Pengembangan
Perbankan Indonesia (LPPI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Di tahun 2008, bank Indonesia memiliki konsep bagi program-
program yang menunjang peningkatan kualitas layanan. Program-
program tersebut antara lain: Edukasi di intensifkan melalui seminar,
diskusi, workshop, pelatihan, excekutive overview bagi jajaran eksekutif
Bank Umum Konvensional, Training of Trainer (TOT), kuliah umum
94
talkshow dan roadshow ke stakeholders. Semisal expo dan pasar rakyat
BI di daerah- daerah Medan, Yogyakarta, Surabaya.79
Dalam mendukung program- program tersebut berbagai acara telah
dilaksanakan seperti :
1). Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 (dalam acara ini mencakup
mini workshop, ada 10 acara workshop diantaranya:
a) Ekonomi Islam Sebuah Hukum Alam
b) Mengkaji Kegiatan Moneter Berbasis Syariah
c) Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Nasional
d) Mengenal Sistem Informasi Bisnis Nasional
e) Bagaimana Bank Indonesia Mengawasi Bank Syariah
f) Mengenal Arsitektur Perbankan Syariah
g) Apakah Bank Syariah Benar- Benar Syariah
h) Pengenalan Uang Palsu Dan Uang Cacat
i) Riba Dari Masa Ke Masa
j) Ingin Mendirikan Bank Syariah
2). Pada tahun 2008 juga diimplementasikan SIMWAS (sistem informasi
manajemen pengawasan) untuk bank umum syariah dan BPRS berupa
modul tingkat kesehatan.
Pada tahun 2008 program edukasi pada tahun ini sudah termasuk di
acara Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 yang dinilai cukup baik,
79 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2008, november 2007, h. 4
95
dalam artian target tercapai. Untuk itu di tahun 2009 akan diadakan FES
untuk yang kedua kalinya.
Tahun 2009 bebagai program juga telah dilaksanakan yaitu:
Pelatihan Dasar Perbankan Syariah (PDPS), dikombinasi dengan materi
service excellence, iB workshop bagi CEO perbankan syariah, Training
of Trainers (TOT), dan bantuan narasumber kegiatan edukasi dan
sosialisasi di sediakan pihak ketiga. Program PDPS Plus Service
Excellence diperuntukkan bagi pegawai frontliner yang bertujuan untuk
membekali para pegawai tentang pengetauhan perbankan syariah. Untuk
para pimpinan diadakan iB Workshop “Leadership and Change
Management “.
Untuk meningkatkan ketersediaan trainers BI menyelenggarakan
TOT dengan peserta para dosen dan mahasiswa. TOT dilakukan di empat
kota: Jambi, Jayapura, Mataram, dan Makassar. Untuk menambah sinergi
kegiatan edukasi masyarakat BI membentuk forum masketing dan
communication (iB Markom). Dan membentuk kerjasama dengan
lembaga- lembaga terkait: Dewan Syariah Nasional (DSN) -MUI,
International Center for Development in Islamic Finance (ICDIF) -LPPI,
Komite Asuransi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAIKAS),
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah (PKES), Asosiasi Bank Syariah Indonesia- (Asbisindo) dan
universitas serta lembaga pelatihan di Indonesia.
96
Dalam lingkup internasional BI sebagai full members pada lembaga
Islamic Financial Service Board (IFSB), International Islamic Financial
Market (IIFM) dan Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Market (AAOIFI). Working group IFSB yang melibatkan BI
yaitu Capital Adequacy, Sharia Governance, Bussiness Conduct, dan
Financial Database. BI juga menfasilitasi penyelenggaraan IFSB
Workshop on Corporate governance & Supervisory Review Process yang
diikuti oleh para pelaku perbankan syariah ِِِِِِِ80
Bentuk Acara Diskusi Yang Dilaksanakan Pada FES 2009 Adalah
(1) University Gathering, (2) Ib Family’s Financial Planning, (3)
Sarasehan “ Building Islamic Economic Verteces: Towards A Firmer
Economic Independence.
Pada tahun 2009 bentuk pelatihan- pelatihan dalam rangka
meningkatkan SDM perbankan syariah telah terlaksana dengan baik,
target bank bank indonesia tercapai dalam hal penyelenggaraan namun
disisi lain masih ada kendala dalam hal sosialisasi karen aantara target
dan biaya yang dikeluarkan untuk acara tersebut dinilai “kurang efektif“81
baik dari segi segmen nasabah dan besarnya dana yang dikeluarkan dalam
acara tersebut sehingga untuk tahun 2010 tidak diadakan FES selanjutnya.
80 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 13-14 81 Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
97
Program yang dijalankan di tahun 2010 antara lain Technical
Assistance untuk meningkatkan kompetensi SDM perbankan syariah.
Kegiatan Training of Trainers (TOT) pendidik, terutama dosen perguruan
tinggi. kegiatan TOT telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta,
Palu, Surabaya, Banda Aceh, Ternate, Tasikmalaya dan Depok.
Dalam bentuk Seminar, Workshop, gathering yang dilaksaanakan
seperti: Workshop Mahasiswa, Blogshop (pelatihan penulisan di media
online), Workshop Wirausaha, gathering dengan komunitas wanita,
komunitas pendengar radio, co-branding dengan kegiatan komunitas dan
lain-lain. Selain kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia
secara aktif juga melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan
penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan
dan narasumber. Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga
cukup besar, sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan
lebih dari 120 kegiatan sosialisasi yang menyangkut edukasi.
Di tahun 2010 ini, bentuk – bentuk edukasi tidak jauh berbeda
dengan tahun sebelumnya, namun ada yang berbeda dalam hal cara
penyelenggaraannya, tahun- tahun sebelumnya acara workshop, diskusi,
dll di masukkan ke dalam acara FES, namun untuk tahun ini
diselenggarakan bersamaan dengan events yang sedang di gelar dalam
program sosialisasi. Untuk program TOT sendiri BI mengadakannya
98
dibeberapa tempat, target untuk tahun ini mengadakan sebanyak 6 kali,
pada implementasinya telah terlaksana 11 kali82, berarti program edukasi
secara keseluruhan telah mencapai bahkan melampaui target.
Tabel 4.10 TARGET/
KONSEP
Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Melaksanakan berbagai pelatihan SDM office channeling dan stakeholder, bekerjasama dengan lembaga- lembaga pendidikan semisal LPPI dan DSN.
IMPLEMENTASI Tahun 2008: Edukasi di intensifkan melalui seminar, diskusi,
workshop, pelatihan, excekutive overview bagi jajaran eksekutif Bank Umum Konvensional, TOT, kuliah umum talkshow dan roadshow ke stakeholders. Semisal expo dan pasar rakyat BI di daerah- daerah Medan, Yogyakarta, Surabaya.83
Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 (dalam acara ini mencakup mini workshop, ada 10 acara workshop diantaranya: (1) Ekonomi Islam Ebuah Hukum Alam, (2) Mengkaji Kegiatan Moneter Berbasis Syariah, (3) Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Nasional, (4) Mengenal Sistem Informasi Bisnis Nasional, (5) Bagaimana Bank Indonesia Mengawasi Bank Syariah, (6) Mengenal Arsitektur Perbankan Syariah, (7) Apakah Bank Syariah Benar- Benar Syariah, (8) Pengenalan Uang Palsu Dan Uang Cacat, (9) Riba Dari Masa Ke Masa, (10) Ingin Mendirikan Bank Syariah
Diimplementasikan SIMWAS (sistem informasi manajemen pengawasan) untuk bank umum syariah dan BPRS berupa modul tingkat kesehatan.
Tahun 2009: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah (PDPS),
82 ibid 83 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2008, november 2007, h. 4
99
dikombinasi dengan materi service excellence, iB workshop bagi CEO perbankan syariah, Training of Trainers (TOT), dan bantuan narasumber kegiatan edukasi dan sosialisasi di sediakan pihak ketiga. Program PDPS Plus Service Excellence diperuntukkan bagi pegawai frontliner yang bertujuan untuk membekali para pegawai tentang pengetauhan perbankan syariah. Untuk para pimpinan diadakan iB Workshop “Leadership and Change Management “.
Untuk meningkatkan ketersediaan trainers BI menyelenggarakan TOT dengan peserta para dosen dan mahasiswa. TOT dilakukan di empat kota: Jambi, Jayapura, Mataram, dan Makassar.
Untuk menambah sinergi kegiatan edukasi masyarakat BI membentuk forum masketing dan communication (iB Markom). Dan membentuk kerjasama dengan lembaga- lembaga terkait: DSN (Dewan Syariah Nasional) -MUI, ICDIF (International Center for Development in Islamic Finance) -LPPI, IAIKAS (komite Asuransi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia), MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), Asbisindo (Asosiasi Bank Syariah Indonesia) dan universitas serta lembaga pelatihan di Indonesia.
Dalam lingkup internasional BI sebagai full members pada lembaga Islamic Financiak Service Board (IFSB), International Islamic Financial Market (IIFM) dan Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Market (AAOIFI). Working group IFSB yang melibatkan BI yaitu Capital Adequacy, Sharia Governance, Bussiness Conduct, dan Financial Database. BI juga menfasilitasi penyelenggaraan IFSB Workshop on Corporate governance & Supervisory Review Process yang diikuti oleh para pelaku perbankan syariah ِِِِِِِ84
Bentuk Acara Diskusi Yang Dilaksanakan Pada FES 2009 Adalah (1) University Gathering, (2) Ib Family’s Financial Planning, (3) Sarasehan “ Building Islamic Economic Verteces: Towards A Firmer Economic Independence.
84 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 13-14
100
Tahun 2010: Technical Assistance untuk meningkatkan kompetensi
SDM perbankan syariah. Kegiatan Training of Trainers (TOT) pendidik, terutama dosen perguruan tinggi. kegiatan TOT telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta, Palu, Surabaya, Banda Aceh, Ternate, Tasikmalaya dan Depok
Seminar, Workshop, gathering seperti: Workshop Mahasiswa, Blogshop (pelatihan penulisan di media online), Workshop Wirausaha, gathering dengan komunitas wanita, komunitas pendengar radio, co-branding dengan kegiatan komunitas dan lain-lain. Selain kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia secara aktif juga melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan dan narasumber. Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga cukup besar, sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan lebih dari 120 kegiatan sosialisasi.
ANALISIS Tahun 2008 Program edukasi pada tahun ini sudah termasuk di
acara FES 2008 yang dinilai cukup baik, dalam artian target tercapai. Untuk itu di tahun 2009 akan diadakan FES untuk yang kedua kalinya. Tahun 2009
Bentuk pelatihan- pelatihan dalam rangka meningkatkan SDM perbankan syariah telah terlaksana dengan baik, target bank bank indonesia tercapai dalam hal penyelenggaraan namun disisi lain masih ada kendala dalam hal sosialisasi karen aantara target dan biaya yang dikeluarkan untuk acara tersebut dinilai “kurang efektif“85 sehingga untuk tahun 2010 tidak diadakan FES selanjutnya. Tahun 2010
Untuk tahun ini, bentuk – bentuk edukasi tidak jauh berbedadengan tahun sebelumnya, namun ada yang berbeda dalam hal cara penyelenggaraannya, tahun- tahun sebelumnya acara workshop, diskusi, dll di
85 Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
101
masukkan ke dalam acara FES, namun untuk tahun ini diselenggarakan bersamaan dengan events yang sedang di gelar dalam program sosialisasi.
Untuk program TOT sendiri BI mengadakannya dibeberapa tempat, target untuk tahun ini mengadakan sebanyak 6 kali, pada implementasinya telah terlaksana 11 kali86, berarti program edukasi secara keseluruhan telah mencapai bahkan melampaui target.
6. Program sosialisasi dan komunikasi
Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan
efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak
langsung yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Program- program sosialiasi ini dilaksanakan dalam bentuk
beraneka ragam namun dalam tujuannya tetap memberi informasi tentang
perbankan syariah kepada masyarakat. Dimana sosialisasi sangat penting
bagi pengembangan suatu usaha.
a. Konsep yang disajikan dalam Program Grand Strategy Pengembangan
Pasar Perbankan Syariah ini dalam program sosialisasi dan komunikasi
ini melalui dua bentuk yaitu ATL (above the line) & BTL (Below the
line). Program- program adalah sebagai berikut:
1). Communication channel ;
86 ibid
102
a) Visualisasi (30 % ATL ): iklan tv, iklan radio, outdoor media, iklan
cetak.
b) Aktivasi (70% BTL) : media kreatif, event publik, eksebisi /
pameran, brand ambassador, website & internet –based, dialog &
workshop, seminar & konferensi.
2). Prioritas sasaran audiens;
a) Visualisasi (30% ATL) : nasabah perbankan, partisipan industri,
stakehoders yang terkait secara tidak, langsung dengan
pengembangan.
b) Aktivasi (70% BTL) : nasabah perbankan, partisipan industri,
stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan
pengembangan, stakehoders yang terkait langsung dengan
pengembangan.
3). Tujuan;
a) Visualisasi (30% ATL) : peningkaatan awareness, kampanye
edukasi / sosialisasi industri, menanamkan pemahaman mengenai
konsep PDB.
b) Aktivasi (70% BTL) : peningkatan jumlah account / transaksi atau
bisa juga untuk sekedar mengajak menggunakan bank syariah,
103
mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program
pengembangan industri perbankan syariah.
4). Pesan yang akan diangkat;
a) Visualisasi (30% ATL): menjelaskan keunggulan perbankan
syariah, mengajak menggunakan bank syariah.
b) Aktivasi (70% BTL): menjelaskan keunggulan perbankan syariah,
penjelasan mengenai konsep produk syariah, mengajak
menggunakan bank syariah, melakukan sosialisasi terhadap visi
dan program-program untuk pengembangan, membantu
penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan
perbankan syariah.
5). Inisiatif program;
a) Visualisai (30% ATL): bank indonesia (DPbS).
b) Aktivasi (70% ATL): bank indonesia (DPbS), kegiatan event
eksebisi seperti pameran akan dilakukan menggalang partisipasi
pelaku perbankan, bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku
perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing.
b. Penerapan dari Program
Penerapan program di tahun 2008 dilaksanakan dalam bentuk:
104
1) Dicanangkannya Logo iB wajib dipasang pada tampilan visual di
setiap kantor konvensional yang memberikan layanan syariah. Dan
kantor loket, ATM, kartu, media komuniksi cetak/ elektronik dan
lain- lain.
2) Dan selain itu di tahun 2008 juga mengadakan Festifal Ekonomi
Syariah dengan tema “ Menuju Indonesia Sejahtera Bersama
Ekonomi Syariah” yang dilaksanakan tanggal 16- 20 januari 2008,
acara tersebut dilaksanakan di 6 kota: palembang, yogyakarta,
makasar, surabaya, padang dan balik papan. Pada acara tersebut
diisi berupa : opening, penandatanganan MOU, perlombaan,
seminar, bedah buku dan penyerahan penghargaan.
Tahun 2009 pelaksanaan dengan program ATL melalui iklan
layanan masyarakat melalui media informasi, media tersebut antara lain:
1) Melalui siaran radio : Trijaya, Delta FM, Gen FM, dan Smart FM
2) Melalui media cetak : Republika, Media Indonesia, Kontan dan
Info Bank
3) Melalui media Televisi: TV One dalam M-Life Festival
4) Melalui media publikasi dalam ruang: Inflight vision Garuda
Indonesia dan Airport TV Bandara Soekarno Hatta
5) Melalui media publikasi luar ruang: spanduk, balon udara di jalan
protokol jakarta
105
Sedangkan pelaksanaan dari program BTL diselenggarakan
dalam bentuk kepesertaan dalam berbagai event: Festival Ekonomi
Syariah 2009, dan iB Blogger Competition di Kampasiana.com
Di tahun 2010 penerapan dari konsep sosialisasi dan
komunikasi ATL dan BTL berupa :
Melalui Below the line antara lain:
1) Penyelenggaraan “iB Expo” dan/atau partisipasi “iB Paviliun” di
beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta
maupun di beberapa kota besar di Indonesia.
2) Terselenggara beberapa kegiatan iB Paviliun antara lain:
a) iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta
b) Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo di jakarta
c) IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS)
2010
d) iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di
Jakarta
e) Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta
f) Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di
Jakarta
g) Bursa Properti iB di Surabaya
106
Sosialisasi mengenai produk-produk perbankan syariah
(product knowledge) kepada masyarakat luas melalui media massa
(Above The Line) dalam bentuk: Iklan Layanan Masyarakat (ILM)
di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll), media elektronik
(radio, TV, inflight vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta
Api, Megatron dll) dan media online/internet.
Di tahun 2008, Pemanfaatan media cetak dan elektornik untuk
menggerakkan masyarakat untuk menggunakan bank syariah dirasa masih
“sangat kurang”87. Untuk program sosialisasi dengan FES tahun ini
dinilai cukup memuaskan dengan sambutan masyarakat yang sangat
antusias dengan program FES maka dinilai target tercapai. Maka untuk
kelanjutannya akan diselenggarakan FES 2009.
Tahun 2009 memperbaiki dari kekurangan tahun sebelumnya maka
ditahun ini sosialisasi menggunakan media informasi sudah mulai sering,
berarti target tercapai. Untuk FES dinilai kurang efektif dilihat dari biaya
yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan jika dibandingkan dengan
hasil yang didapat maka untuk tahun berikutnya tidak diselenggarakan
FES dalam bentuk yang sama, namun diselenggarakan dalam bentuk
87 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 4
107
sosialisasi lain yang leih efektif. Dalam hal terselenggaranya program
sosialisasi di 2009 dinilai target tercapai.
Tahun 2010 untuk tahun ini program – program yang dijalankan
dari semua target telah tercapai, dengan menggandeng events besar maka
tidak hanya memajukan di sektor konsumtif namun bank syariah juga
memajukan di sektor produktif, disetiap events nya mencakup semua
aspek yang dinilai lebih efektif dari tahun- tahun sebelumnya. terlihat
dengan pencapaian aset perbankansyariah yang sangat memuaskan yaitu
sebesar 100 triliun88.
Tabel 4.11
TARGET/
KONSEP
Communication channel ; Visualisasi (30 % ATL ) : iklan tv, iklan radio, outdoor media, iklan cetak. Aktivasi (70% BTL) : media kreatif, event publik, eksebisi / pameran, brand ambassador, website & internet –based, dialog & workshop, seminar & konferensi.
Prioritas sasaran audiens; Visualisasi (30% ATL) : nasabah perbankan, partisipan industri, stakehoders yang terkait secara tidak, langsung dengan pengembangan. Aktivasi (70% BTL) : nasabah perbankan, partisipan industri, stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan, stakehoders yang terkait langsung dengan pengembangan.
Tujuan; Visualisasi (30% ATL) : peningkaatan awareness, kampanye edukasi / sosialisasi industri, menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB. Aktivasi (70% BTL) : peningkatan jumlah account /
88 Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
108
transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak menggunakan bank syariah, mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah.
Pesan yang akan diangkat; Visualisasi (30% ATL): menjelaskan keunggulan perbankan syariah, mengajak menggunakan bank syariah. Aktivasi (70% BTL): menjelaskan keunggulan perbankan syariah, penjelasan mengenai konsep produk syariah, mengajak menggunakan bank syariah, melakukan sosialisasi terhadap visi dan program-program untuk pengembangan, membantu penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan perbankan syariah.
Inisiatif program; Visualisai (30% ATL): bank indonesia (DPbS). Aktivasi (70% ATL): bank indonesia (DPbS), kegiatan event eksebisi seperti pameran akan dilakukan menggalang partisipasi pelaku perbankan, bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing.
IMPLEMENTASI Tahun 2008: Logo iB wajib dipasang pada tampilan visual di setiap
kantor konvensional yang memberikan layanan syariah. Dan kantor loket, ATM, kartu, media komuniksi cetak/ elektronik dan lain- lain.
Festifal Ekonomi Syariah “ Menuju Indonesia Sejahtera Bersama Ekonomi Syariah” tanggal 16- 20 januari 2008; dilaksanakan di 6 kota: palembang, yogyakarta, makasar, surabaya, padang dan balik papan. Acara berupa : opening, penandatanganan MOU, perlombaan, seminar, bedah buku dan penyerahan penghargaan. Tahun 2009:
Untuk edukasi masyarakat: ATL(above the line) & BTL (Below the line). ATL melalui iklan layanan masyarakat melalui media informasi: radio( Trijaya, Delta FM, Gen FM, dan Smart FM), media cetak ( Republika, Media Indonesia, Kontan dan Info Bank), media Televisi ( TV One dalam M-Life Festival),
109
media publikasi dalam ruang (Inflight vision Garuda Indonesia dan Airport TV Bandara Soekarno Hatta), dan media publikasi luar ruang (spanduk, balon udara di jalan protokol jakarta).
BTL diselenggarakan dalam bentuk kepesertaan dalam berbagai event: Festival Ekonomi Syariah 2009, dan iB Blogger Competition di Kampasiana.com
Tahun 2010: Penyelenggaraan “iB Expo” dan/atau partisipasi “iB
Paviliun” di beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta maupun di beberapa kota besar di Indonesia.
Terselenggara beberapa kegiatan iB Paviliun antara lain: iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta, Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo di jakarta, IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010, iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta, Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta, Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta, Bursa Properti iB di Surabaya
Sosialisasi mengenai produk-produk perbankan syariah (product knowledge) kepada masyarakat luas melalui media massa (Above The Line) dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll), media elektronik (radio, TV, inflight vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta Api, Megatron dll) dan media online/internet.
ANALISIS Tahun 2008 Pemanfaatan media cetak dan elektornik untuk
menggerakkan masyarakat untuk menggunakan bank syariah dirasa masih “sangat kurang”89.
Untuk program sosialisasi dengan FES tahun ini dinilai cukup memuaskan dengan sambutan masyarakat yang sangat antusias dengan program FES maka dinilai target tercapai. Maka untuk kelanjutannya akan diselenggarakan FES 2009
Tahun 2009 Memperbaiki dari kekurangan tahun sebelumnya
89 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 4
110
majka ditahun ini sosialisasi menggunakan media informasi sudah mulai sering, berarti target tercapai. Untuk FES dinilai kurang efektif dilihat dari biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan jika dibandingkan dengan hasil yang didapat maka untuk tahun berikutnya tidak diselenggarakan FES dalam bentuk yang sama, namun diselenggarakan dalam bentuk sosialisasi lain yang leih efektif. Dalam hal terselenggaranya program sosialisasi di 2009 dinilai target tercapai.
Tahun 2010 Untuk tahun 2010 program – program yang dijalankan
dari semua target telah tercapai, dengan menggandeng events besar maka tidak hanya memajukan di sektor konsumtif namun bank syariah juga memajukan di sektor produktif, disetiap events nya mencakup semua aspek yang dinilai lebih efektif dari tahun- tahun sebelumnya. terlihat dengan pencapaian aset perbankansyariah yang sangat memuaskan yaitu sebesar 100 triliun90.
Program sosialisasi dan komunikasi terhadap stakeholders yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung untuk pengembangan
pasar untuk mensosialisasikan paradigma baru pengembangan industri
perbankan syariah Indonesia yang modern, terbuka, dan melayani
seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Berbagai
program sosialisasi dan komunikasi dalam rangka edukasi publik
seluruhnya diarahkan agar sejalan dengan Positioning Bank Syariah
yang telah direkomendasikan oleh Grand Strategy, yaitu sebagai
“Lebih dari Sekedar Bank (Beyond Banking)”.91
90 Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
91 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, ( Jakarta :UIN press, 2009), h. 185-189
111
Jumlah nasabah syariah ini mencapai 6 juta orang dan jumlah
tenaga kerja yang diserap mencapai lebih dari 20 ribu orang. Bahkan
saat ini terdapat 2 bank syariah yang masuk dalam kelompok 25 bank
terbesar di tanah air.92 Namun pangsa pasar perbankan syariah masih
sulit dikembangkan jika masalah prinsip dalam menjalankan
operasional saja masih belum terselesaikan misalnya, alasan
perbankan syariah belum dapat menjalankan sepenuhnya syariah
karena bagi hasil dan bagi rugi masih belum bisa dijalankan dengan
alasan sulit menemukan entrepreneur (mudharib) yang mau
menjalankan dengan konsep tersebut. 93
Menurut Zaim Saidi, Perbankan syariah bukanlah sistem yang
bebas riba meskipun terlihat melepas diri dari bunga (interest). Riba
bukan sekedar bunga melainkan sistem perbankan itu sendiri.94
Namun dalam kondisi perekonomian saat ini banyak ekonomi islam
yang memikirkan dan selalu berinovasi agar seminimal mungin
terhindar dari bungan sehingga kesyariahan dalam bermuamalat tetap
terjaga.
92 http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/keuangan/58808/Bank-syariah-tumbuh-47-pada-2010 diakses 24 Febuari 2011
93 Zaim Saidi, Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Delokomotif, 2010),
h.14-15 94 Ibid, h.14-15
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep dari Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah meliputi enam aspek, yaitu:
1. Proyeksi aset perbankan syariah di tahun 2008, 2009, dan 2010.
Dimana setiap tahunnya memiliki target yang berbeda- beda baik
agresif, moderat maupun konservatif. Tahun target sebesar Rp.62
trilun, tahun 2009 target asset sebesar Rp.87 triliun dan tahun 2010
pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun. Pada implementasinya
Tahun 2008 aset perbankan syariah mencapai 51 triliun rupiah, pada
tahun 2009 aset perbankan syariah mencapai 68 triliun rupiah dan pada
tahun 2010 aset perbankan syariah mencapai 100 triliun rupiah.
2. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek
positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank
syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah
pihak, aspek diferensiasi meliputi keunggulan kompetitif dengan
produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam
keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan
user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang
memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih
dari sekedar bank atau beyond banking”.
113
Dalam tahap pencapaiannya Di sisi permintaan, antusiasme
masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah
semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan
ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa
masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari
kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif
dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB
(ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif
sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan
masyarakat tanpa terkecuali
3. Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar
perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa
bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan
masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing
bank syariah. Dalam implementasinya segmen nasabah sesuai dengan
grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah (lima segmen
nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai
manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya
konvensional).
4. Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk
yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan
114
(saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan
penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.
Dalam segi kelembagaan dari tahun 2008 – 2010 jumala kelembagaan
perbankan syariah terus bertambah. Untuk pengembangan produk,
tahun 2008 hanya menambah variasi dari produk yang sudah ada
sebelumnya, dan untuk tahun 2009 ada dua produk baru yaitu produk
pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign
Exchange (FX) Wa’ad iB, serta di tahun 2009 juga menambah fitur
dari produk yang telah ada. Pada tahun 2010 ada produk baru yaitu
Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term
Finance.
5. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi
kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan
produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas,
dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Melaksanakan berbagai
pelatihan SDM office channeling dan stakeholder, bekerjasama dengan
lembaga- lembaga pendidikan semisal LPPI dan DSN.
Dalam segi kelembagaan dari tahun 2008 – 2010 jumala kelembagaan
perbankan syariah terus bertambah. Untuk pengembangan produk,
tahun 2008 hanya menambah variasi dari produk yang sudah ada
sebelumnya, dan untuk tahun 2009 ada dua produk baru yaitu produk
115
pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign
Exchange (FX) Wa’ad iB, serta di tahun 2009 juga menambah fitur
dari produk yang telah ada. Pada tahun 2010 ada produk baru yaitu
Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term
Finance.
6. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan
efisien untuk edukasi masyarakat: ATL(above the line) & BTL (Below
the line) dapat melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun
tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk
serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Implementasinya Di setiap tahunnya tidak jauh berbeda
media sosoialisasi dan komunikasi yang digunakan above the line dan
above the line, yang berbeda hanya di tahun 2008 dan 2009
diadakannya Festival Ekonomi Syariah, namun di tahun 2010 BI
menyelenggarakannya dengan cara lain yaitu dengan iB Expo dengan
menggandeng event- event besar seperti : iB Paviliun di Mega Bazar
Computer di Yogyakarta, Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI)
Expo 1-9 Mei 2010 di Jakarta, IB Showcase di Indonesia Internasional
Motor Show (IIMS) 2010, iB Paviliun di Islamic and Halal Business
Festival (IHBF) di Jakarta, Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta (Oktober
116
2010), Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta
(November 2010), Bursa Properti iB di Surabaya (Desember 2010).
Dari keenam aspek sebagai langkah konkrit dari Grand
Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah maka antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia telah
sesuai denganimplementasinya, dalam hal terselenggara memang
langkah dari program tersebut terselenggara, namun dalam hal
tercapainya target maka tidak seluruh program mencapai target dengan
maksimal. Dari pelajaran tahun 2008 ke 2009 maka di tahun 2010
telah disempurnakan kekurangan- kekurangan yang ada sebelumnya,
terbukti dengan pertumbuhan aset yang sangat menggembirakan pada
tahun 2010 ini yaitu sebesar 100 triliun rupiah. Tercapainya aset
tersebut berkat kerja keras dari seluruh pihak yang peduli dan terkait
langsung dalam pengembangan perbankan syariah Indonesia.
B. Saran
1. Sosialisasi konsep yang di buat oleh Bank Indonesia terhadap masyarakat
Indonesia yang mayoritas adalah muslim perlu ditingkatkan, untuk
mendukung program yang dibuat agar hasil yang diinginkan maksimal.
2. Masyarakat muslim terutama ekonomi yang menengah kebawah
merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia, maka bagaimana strategi
bank Indonesia dalam menjangkau masyarakat menengah bawah agar dapat
terjangkau menggunakan bank syariah melalui program- programnya.
117
3. Konsep Pengembangan Perbankan Syariah yang dibuat oleh Bank
Indonesia harus mampu bersaing dengan dominasi perbankan konvensional
baik dengan konsep hadiah dan promosi yang besar- besaran.
118
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Riawan A. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, (disampaikan pada Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 2009
Amin, A. Riawan. Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press,
2009 Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan
Mahkamah Syariah, Jakarta: Kencana, 2009 Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan
oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008. Dewi, Gemala. Aspek- aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, Edisi revisi Cetakan ke 5. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005
Diulio, Eugene A. Uang dan Bank, Jakarta: Erlangga, 1993 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum
Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia , Outlook perbankan syariah indonesia
2011, november 2010 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia
2009, november 2008 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia
2010, november 2009 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia
2009, november 2008 Husein, Yunus. Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003 Hasan, Zubairi Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan
Hukum Nasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009 ”Industri Keuangan Syariah Masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010
119
Ismail, Maqdir. Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum, Yogyakarta: Navila Idea, 2009
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ed. III. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007 Kasmir. Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Media, 2004 Moloeng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, ed: Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Saidi, Zaim Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Delokomotif, 2010
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2009 Sevilla, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 2006 Sugono, Dendy. dkk., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008 Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,
Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002 Widyaningsih. Dkk. Bank dan asuransi Islam di Indonesia, Ed. revisi cet III. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011 http://zonaekis.com/search/data-pertumbuhan-industri-indonesia-2011
120
Choir, Sukuk Sumbangkan 20% Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http://zonaekis.com/sukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankan-syariah-malaysia
DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829-
belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diakses 24 Desember 2010 http://ib.eramuslim.com/2008/12/01/sejarah-perkembangan-industri perbankan-
syariah-di-indonesia/ diakses 24 Febuari 2011 http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/keuangan/58808/Bank-syariah-tumbuh-47-pada-
2010 diakses 24 Febuari 2011 http://www.detikfinance.com/read/2010/12/13/145628/1523388/5/aset-perbankan-
syariah tembus-rp-130-triliun-tahun-depan / di akses pada 21 Desember 2010.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/12/23/1323022/Menjadi.Terkemuka.di.ASEAN, diakses 21 Desember 2010
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ diakses pada 21 Desember 2010.
Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011.
http://republika.co.id:8080/koran/126/125990/Menilik_Perbankan_Syariah_di_2011. diakses 2 April 2011