36
Peran pustakawan untuk mendukung scholarly communication (Komunikasi Ilmiah)

(Komunikasi Ilmiah) - fkelibrary.unjani.ac.idfkelibrary.unjani.ac.id/files/pdf/msp2.pdfBaik program komunikasi ilmiah dan literasi informasi hanya berkembang ketika pustakawan terlibat

  • Upload
    vonhi

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Peran pustakawan untuk mendukung

scholarly communication

(Komunikasi Ilmiah)

P R E S E N T A S I PA D A K E G I A T A N S A R E S E H A N P E R P U S T A K A A N D A L A M R A N G K A M E M B A N G U N S I N E R G I D E N G A N T E N A G A P E N D I D I K

D I L I G K U N G A N U N I V E R S I T A S J E N D E R A L A C H M A D Y A N I D I P E R P U S T A K A A N P U S A T U N I V E R S I T A S J E N D E R A L A C H M A D Y A N I

B A N D U N G, 1 2 J U L I 2 0 1 8

Oleh

Luki Wijayanti

[email protected]

0818840373

VISI

Visi:

Menjadi Universitas Unggul, Berjiwa Kebangsaan Dan berwawasan Lingkungan

Misi

Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta pengabdian kepada masyarakat yang handal dan akuntabel serta mampu memenuhi tuntutan masyarakat pengguna jasa pendidikan tinggi.

Membentuk insan akademik yang berwibawa, berjiwa kebangsaan dan berwawasan lingkungan.

Menyelenggarakan kerja sama dan jaringan yang luas dengan perguruan tinggi, pemerintah, institusi penelitian, masyarakat dan industri.

LINGKUNGAN AKADEMIK DI PERGURUAN TINGGI

Perubahan model publikasi karya ilmiah yang berdampak pada layanan perpustakaan.

Keinginan sivitas akademika untuk memublikasikan karya mereka secara global;

Kebutuhan sivitas akademika akan infrastruktur penerbitan ilmiah (scholarly publishing) yang sesuai dengan kebutuhan mereka agar karya yang dihasilkan dapat diakses secara luas dan memiliki dampak yang lebih besar;

Kebutuhan akan suatu sarana yang mempermudah temu kembali, berbagi, dan penggunaan informasi

Minat perguruan tinggi untuk mempromosikan global impact sivitas akademika atas karya ilmiah dan karya kreatif yang dihasilkannya

Beberapa perguruan tinggi mulai mengadopsi kebijakan akses terbuka, mendukung program penerbitan dan mengembangkan repositori institusi untuk menunjukkan kinerja ilmiah perguruan tingginya

Fokus perpustakaan perguruan tinggi harus disesuaikan dengan visi- perguruan tinggi

PROSES PENCIPTAAN KARYA ILMIAH

1. Persiapan

2. Penyusunan proposal

3. Pengumpulan data

4. Analisis

5. Penyusunan laporan

6. Publikasi

LITERASI INFORMASI

Dalam rangka membantu sivitas akademika menyelesaikan tugas akademiknya, selama ini, pustakawan telah memberikan pelatihan Literasi Informasi bagi sivitas akademikanya.

Literasi informasi didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan yang dibutuhkan individu untuk mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi yang dibutuhkan.

PERAN PUSTAKAWAN: BERKONTRIBUSI PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BARU UNTUK PENCIPTAAN PENGETAHUAN DAN TERLIBAT DALAM PENGAJARAN

Peran pustakawan harus selalu dikembangkan sebagai tanggapan atas perkembangan lingkungan akademis yang juga terus berubah.

Perkembangan penting yang harus dilakukan pustakawan adalah melibatkan diri dalam mengembangkan bahan ajar dan membantu sivitas akademika menyelesaikan tugas-tugasnya kuliah dan/atau penelitiannya

Hal penting yang harus dilakukan oleh pustakawan adalah terlibat dalam kegiatan komunikasi ilmiah, misalnya berperan dalam menentukan kebijakan akses, pengelolaan repositori digital, pelatihan dan dukungan terhadap hak cipta,dan program penerbitan DI DALAM perpustakaan.

PERSYARATAN UNTUK PENGEMBANGAN PERAN Untuk mengintegrasikan komunikasi ilmiah ke dalam lingkup pekerjaan pustakawan, pustakawan harus memahami hak cipta, hak penulis, akses terbuka, pilihan penerbit, preservasi digital, serta pengembangan dan manajemen repositori institusi.

pustakawan harus mampu melakukan advokasi dalam proses penciptaan dan diseminasi karya ilmiah yang dihasilkan sivitas akademika

Untuk menjadi pendamping/instruktur yang efektif, pustakawan harus terus-menerus mengembangkan keterampilan mengajar mereka.

Membuktikan bahwa tugas-tugas pustakawan di lapangan menunjukkan adanya irisan antara literasi informasi dan komunikasi ilmiah.

PERTANYAAN: Bersediakah pustakawan mememperluas tugasnya untuk berkontribusi dalam komunikasi ilmiah sivitas akademika?

SCHOLARLY COMMUNICATION (KOMUNIKASI ILMIAH)

“is the process by which academics, scholars, and researchers share

and publish their research findings so that they are available to

the wider academic community and beyond”

adalah proses dimana akademisi, cendekiawan, dan peneliti

berbagi dan memublikasikan temuan penelitian mereka sehingga

hasil karya mereka tersedia untuk komunitas akademis yang lebih

luas

KOMUNIKASI ILMIAH

Komunikasi ilmiah mengacu pada sistem di mana karya ilmiah yang dihasilkan oleh sivitas akademika, didaftarkan, dievaluasi, disebarkan, dirawat, dan digunakan kembali untuk menghasilkan pengetahuan baru.

LATAR BELAKANG:

Berkat teknologi digital, kemudahan reproduksi dan distribusi informasi, telah membuka peluang untuk berbagi pengetahuan.

Perkembangan ini memperluas peluang untuk penyebaran ide, penelitian, dan pengetahuana, meskipun juga menimbulkan permasalahan baru yang berkaitan dengan aturan dan kebijakan kekayaan intelektual di dalam maupun di luar lingkungan ilmiah

PELUANG UNTUK KOLABORASI DAN PERUBAHAN DALAM STRUKTUR ORGANISASI

Peran pustakawan yang terus berubah merupakan tanggapan terhadap perkembangan baru dalam organisasi akademik Baik program komunikasi ilmiah dan literasi informasi hanya berkembang ketika pustakawan terlibat secara aktif berkolaborasi di dalam kegiatan kampus, melalui keterlibatan dengan unit pengelola pengajaran, penerbitan dan memberikan dukungan pada unit-unit lain di dalam lingkungan perguruan tingginya serta menjalin komunikasi yang erat dengan pimpinan perguruan tinggi (Reckor, Direktur, Dekan, Kadep, Kaprodi) beserta jajarannya, serta pengajar secara pribadi. Perubahan yang dilakukan adalah perubahan dalam peran yang mengubah sebutan dan deskripsi tugas, dan dimasukkannya komunikasi ilmiah ke dalam pedoman kerja untuk pustakawan misalnya, memasukkan pernyataan “mendampingi para dosen, mahasiswa dan staf administrasi tentang komunikasi ilmiah. Membantu mengatasi masalah komunilkasi ilmiah, akses terbuka, repositori institusin, dan koleksi digital ”(Dartmouth College, 2012)

TRANSLITERASI

Transliterasi adalah konsep yang muncul yang memberi tantangan struktur literasi informasi dan program komunikasi ilmiah saat ini.

Definisi menunjukkan bahwa transliterasi adalah area dimana komunikasi ilmiah dan literasi informasi berpotongan. Ini bukan tentang belajar literasi teks dan literasi visual dan literasi digital secara terpisah tetapi tentang interaksi di antara semua literasi (Ipri, 2010, p. 532).

Transliterasi memberi kita konsep baru yang menggambarkan kolaborasi baru antara pustakawan dengang para ilmuwan/peneliti untuk menangani masalah komunikasi ilmiah.

BAGAIMANA PUSTAKAWAN MELAKUKAN TRANSFORMASI?

KOMPETENSI PUSTAKAWAN YANG DIPERLUKAN : PROFESIONAL

1. Memiliki pengetahuan tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk kemampuan untuk mengevaluasi dan menyaring sumber-sumber tersebut secara kritis.

2. Memiliki pengetahuan tentang subjek khusus yang sesuai dengan kegiatan organisasi pelanggannya.

3. Mengembangkan dan mengelola layanan informasi dengan baik, mudah diakses, dan cost-effective (efektif dalam pembiayaan) yang sejalan dengan aturan strategis organisasi.

4. Menyediakan bimbingan dan bantuan terhadap pengguna layanan informasi dan perpustakaan.

5. Memperkirakan jenis dan kebutuhan informasi, nilai jual layanan informasi dan produk-produk yang sesuai kebutuhan yang telah diketahui.

6. Mengetahui dan mampu menggunakan teknologi informasi untuk pengadaan, pengorganisasian, dan penyebaran informasi.

7. Mengetahui dan mampu menggunakan pendekatan bisnis dan manajemen untuk mengkomunikasikan perlunya layanan informasi kepada manajemen senior.

8. Mengembangkan produk-produk informasi khusus untuk digunakan di dalam atau di luar lembaga atau oleh pelanggan secara individu.

9. Mengevaluasi hasil penggunaan informasi dan menyelenggarakan penelitian yang berhubungan dengan pemecahan masalah-masalah manajemen informasi.

10. Secara berkelanjutan memperbaiki layanan informasi untuk merespons perubahan kebutuhan.

11. Menjadi anggota suatu tim manajemen senior secara efektif dan konsultan suatu organisasi di bidang informasi

KOMPETENSI INDIVIDU

1. Memiliki komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik

2. Mampu mencari peluang dan melihat kesempatan baru baik di dalam maupun di luar perpustakaan.

3. Berpandangan luas

4. Mampu mencari partner kerja

5. Mampu menciptakan lingkungan kerja yang dihargai dan dipercaya

6. Memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif

7. Dapat bekerjasama secara baik dalam suatu tim kerja

8. Memiliki sifat kepemimpinan

9. Mampu merencanakan, memprioritaskan dan memusatkan pada suatu hal yang kritis.

10. Memiliki komitmen untuk selalu belajar dan merencanakan pengembangan karirnya

11. Mampu mengenali nilai dari kerjasama secara profesional dan solidaritas.

12. Memiliki sifat positif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan.

SULIMAN DAN FOO MERANGKUM KEBUTHAN KOMPETENSI YANG PERLU DIMILIKI OLEH PUSTAKAWAN 1. Tools and technology skills (keterampilan menggunakan teknologi dan peralatan

berbasis TIK);

2. Information skills (keterampilan berinformasi);

3. Social and communication skills (keterampilan komunikasi dan berjejaring);

4. Leadership and management skills (keterampilan manajemen dan kepemimpinan);

5. Strategic thinking and analytical skills (keterampilan berpikir strategis dan keterampilan analitis);

6. Personal behaviour and attributes (perilaku dan sifat-sifat pribadi).

TRAJECTORY OF SCHOLARLY COMMUNICATION

Bermula dari para ilmuwan yang mencatat proses dan/atau hasil penelitian mereka dalam jurnal. Jurnal ini kemudian disalin dan dibagi-bagikan ke rekan-rekan mereka sesame peneliti

Diseminasi proses dan/atau hasil penelitian muncul berbagai organisasi profesi/peneliti yang kemudian mengambil alih fungsi diseminasi (non-profit)

Muncul berbagai entitas komersial yang mulai mengambil alih fungsi diseminasi dengan menarik biaya bagi para pembacanya

Penerbit komersial mendominasi (Elsevier, Springer, etc.)

Situasi Saat Ini Motif Komersial vs. diseminasi (ilmu) pengetahuan

Digital publishing: Kepemilikan vs Akses sementara (kecuali: perpetual access) & Bundling (Aggregation)

KONTRIBUSI PUSTAKAWAN DALAM KOMUNUKASI ILMIAH

Pustakawan dan peneliti semakin menyadari komunikasi ilmiah sebagai kompetensi inti dari profesi.

Baik membantu peneliti memenuhi mandat penyandang dana akan akses terbuka dan berbagi data, membimbing praktik hak cipta yang bertanggung jawab, atau mendukung pengembangan ilmu dan mata kuliah baru.

Pustakawan harusnya berperan dalam pengembangan kampus

PRINSIP UTAMA KOMUNIKASI ILMIAH Akses terbuka, hak cipta, dan keterlibatan perpustakaan.

Mengapa Akses hasil penelitian Penting untuk Perpustakaan: akses akan hasil penelitian adalah masalah penting bagi perpustakaan, karena akses berbayar (berlangganan) makin memberatkan institusi sehingga muncul istilah “Serial Crisis/Krisis Jurnal Ilmiah“, sebagai pengasil karya ilmiah utama bahkan para peneliti/akademisi mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses ke sumber daya ilmiah yang diperlukan untuk kegiatan penelitian, mengajar dan belajar.

SCHOLARLY COMMUNICATIONS LIFECYCLE

SPECIFIC ISSUES:

a) Copyright in Making and Sharing Scholarship

b) Institutional Repositories

c) Library-Based Publishing

d) Measuring Research Impact

e) Outreach and Programming

f) Research Data Management

PROVIDING SUPPORT ON KEY SCHOLARLY COMMUNICATION ISSUES, INCLUDING:

Access to Scholarship and Data: Participants will understand the academic drivers and economic principles that underlie scholarly publishing worldwide, in order to evaluate and provide guidance about opportunities, benefits, and challenges of broader and more open dissemination of scholarship and data.

Copyright & IP: Participants will integrate essential principles of copyright and other property rights applicable within an academic context, so they are able to provide guidance on the use of rights-protected materials in scholarly communications and digital scholarship, campus and Library projects, and online learning environments and classrooms.

Outreach & Engagement: Participants will discover and devise their own implementable strategies for involving their communities in both understanding and participating in scholarly publishing and the scholarly publishing landscape.

Emerging Scholarship and Publishing Opportunities: Participants will learn to recognize and advise their communities about emerging scholarship formats and technologies, as well as new scholarly publishing opportunities (including library publishing), in order to evaluate or build local support at their institutions.

TUGAS PUSTAKAWAN DAALAM KOMUNIKASI ILMIAH

Akses terhadap Karya ilmiah dan Data: Pustakawan harus memahami akan kebutuhan karya ilmiah berkualitas dan memahami pula bisnis publikasi karya ilmiah yang ada, serta kepentingan lain yang ada di baliknya.

Hak Cipta & IPR: pustakawan diharapkan mampu mengintegrasikan prinsip hak cipta dan hak milik lainnya yang berlaku dalam konteks akademik, sehingga mereka dapat memberikan panduan tentang penggunaan materi yang dilindungi hak cipta dalam komunikasi ilmiah dan karya ilmiah digital, dan online learning environments and classroom.

Promosi Layanan Perpustaaan : Pustakawan menyusun strategi yang paling sesuai dengan budaya organisasinya dalam melibatkan diri dalam komunitas akademik , misalnya berpartisipasi dalam penerbitan ilmiah dan lingkungan penerbitan ilmiah.

Munculnya pengetahuan baru dan Peluang Penerbitan: pustakawan memahamii dan mampu memberi saran kepada komunitas mereka tentang munculnya format dan teknologi baru dalam bidang ilmu tertentu, serta peluang penerbitan ilmiah baru (termasuk penerbitan dari perpustakaan).

COPYRIGHT IN MAKING AND SHARING SCHOLARSHIP

APA YANG HARUS DIKETAHUI PUSTAKAWAN TENTANG HAK PENULIS? Semua penulis, apakah mereka adalah anggota fakultas yang menerbitkan monografi, seorang peneliti yang didanai hibah menerbitkan artikel ilmiah, atau seorang mahasiswa pascasarjana menulis disertasi, harus akrab dengan konsep dasar hak cipta dan memiliki kesadaran akan opsi untuk penerbitan, memposting, mengarsipkan dan mendistribusikan karya ilmiah mereka.Dosen tidak selalu berpengalaman dalam masalah ini dan oleh karena itu tidak dapat memberikan saran kepada mahasiswanya. Pustakawan dapat mengisi celah ini dengan pengetahuan mereka tentang hak cipta dan proses publikasi. Saat menerbitkan, penulis dihadapkan dengan kontrak atau perjanjian transfer hak cipta yang disusun oleh penerbit. Banyak dari perjanjian yang disusun penerbit ini mentransfer hak cipta sepenuhnya kepada penerbit sehingga membatasi penggunaan berikutnya., termasuk penggunaan kembali karya untuk pengajaran dan penelitian lebih lanjut. Setelah mentransfer hak cipta ke penerbit, penulis biasanya tidak dapat memanfaatkan karya ilmiah sendiri, dan impact-nya terhadap penulis sendiri menjadi renfdah.

Oleh karena itu, penulis harus berhati-hati untuk menetapkan hak atas pekerjaan mereka dengan cara yang memungkinkan mereka dan siswa dan kolega mereka untuk menggunakan karya mereka dalam pengajaran, penelitian, dan tujuan lainnya.

Penulis tidak harus mentransfer hak ciptanya. Penerbit hanya membutuhkan hak publikasi pertama, bukan pengalihan hak cipta secara keseluruhan Jadi, pustakawan dapat mengusulkan untuk melakukn kompromi sesuai keinginannya.

Pustakawan adalah rujukan untuk informasi tentang topik ini dan harus melakukan upaya untuk memberitahu pengajar, staf dan siswa tentang hak-hak mereka sebagai penulis dan langkah-langkah apa yang dapat mereka lakukan melalui amendemen hak cipta, pengarsipan dan lisensi terbuka untuk mempertahankan hak untuk menggunakan kembali karya ilmiah mereka dan memastikan bahwa karyanya dapat diakses dan digunakan.

USING SHERPA/ROMEO

SHERPA / RoMEO mengumpulkan informasi tentang kebijakan penerbit yang terkait dengan berbagi online ("pengarsipan") dari karya yang diterbitkan di sebagian besar jurnal. Jurnal dan penerbit diklasifikasikan berdasarkan skema warna yang berhubungan dengan hak arsip yang penulis pertahankan. Penulis didorong untuk meneliti kebijakan jurnal yang telah mereka terbitkan atau sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan naskah untuk memastikan hak yang akan mereka pertahankan. Penulis yang ingin menerbitkan salinan artikel mereka akan ingin mencari jurnal yang tergolong hijau atau biru, kemudian memeriksa batasan tambahan.

REPOSITORI INSTITUSI

Repositori institusional adalah sarana penyimpanan untuk mengumpulkan, melestarikan, dan menyebarluaskan salinan digital karya intelektual suatu lembaga, terutama lembaga penelitian dan Pendidikan tinggi.

PENERBITAN BERBASIS PERPUSTAKAAN

Penerbitan berbasis di perpustakaan menjadi model program yang dilakukan oleh perpustakaan pergurun tinggi maupun oleh perpustakaan Lembaga penelitian. Hal ini dilakukan karena terinspirasi oleh tuntutan kampus untuk melakukan penerbitan digital dalam rangka mendukung penerbitan jurnal elektronik, prosiding konferensi, laporan teknis yang berbasis web.

Meskipun melakukan penerbitan selaras dengan kegiatan tradisional pustakawan, namun ada keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh pustakawan untuk menyediakan layanan penerbitan yang mumpuni bagi komunitas akademiknya.

"Penerbitan berbasis perpustakaan" adalah bidang penerbitan yang terus berkembang.

Penerbitan berbasis perpustakaan ini didefinisikan (secara luas) sebagai "rangkaian kegiatan yang dipimpin oleh perpustakaan perguruan tinggi untuk mendukung pembuatan, penyebaran, dan pelestarian karya ilmiah dan karya kreatif,

Di Amerika Serikat, misalnya saat ini menerbitkan karya asli oleh para akademisi, peneliti, dan siswa.

Publikasi ini termasuk jurnal, monograf, Tesis Elektronik dan Disertasi (ETD), literatur kelabu (grey literature), prosiding konferensi, data, buku teks, dan situs web.

Penerbitan perpustakaan dibedakan dari karya penerbit lain - penerbit komersial, asosiasi, akademik. Penerbitan berbasis perpustakaan sangat bergantung pada subsidi anggaran perpustakaan, dan tidak untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Dapat dikatakan bahwa Perpustakaan adalah pendatang baru di bidang ini.

WHERE DO “LIBRARY PUBLISHERS” FIT?

Personnel involved in library publishing activities often have grown into these positions. Those that have received formal training often have gone through courses/workshops offered by scholarly publishing societies (Society for Scholarly Publishing,

Personil yang terlibat dalam kegiatan penerbitan perpustakaan sering tumbuh ke posisi ini. Mereka yang telah menerima pelatihan formal seringkali telah melalui kursus / lokakarya yang ditawarkan oleh masyarakat penerbitan ilmiah (Society for Scholarly Publishing,

MENGUKUR DAMPAK ATAS KARYA ILMIAH SIVITAS AKADEMIKA

Bagaimana Mengukur Dampak Peneliti. Dampak penelitian sering diukur dengan menggunakan metode kuantitatif seperti jumlah kutipan, h-indeks, dan Journal-impact factor.

Saat ini, tidak ada satu alat atau sistem yang benar-benar dapat mengukur impact factor. Beberapa alat yg sudah ada mis. SINTA, Scopus, Web of Science, dan beberapa yang gratis.

Hal yang harus dilakukan Pustakawan Menawarkan bantuan untuk peneliti/pengajardan kelompok penelitian (community of practice).

OUTREACH AND PROGRAMMING

Outreach is a common mission of academic libraries. One of the primary goals of academic public services

librarians is to introduce and market library resources and services to

a variety of campus and community

Users

Other academic library outreach efforts have focused on building relationships with academic teaching faculty.

Anthony (2010) points out that outrea

ch efforts are crucial in establishing relationships between the academic

library and teaching faculty. Outreach can be used to promote the value of library resources and services.

Outreach to Non-Teaching Staff, The purpose of the classes was to “help staff discover what the library has to offer.”

PROMOSI

Outreach atau promosi adalah misi perpustakaan untuk memperkenalkan dan memasarkan sumber daya perpustakaan dan layanan kepada penggunanya

Tujuan utamanya adalah membangun hubungan dengan sivitas akademik universitas

Non-Teaching Staff atau Tenaga Kependidikan jugaa penting sebagai target Outreach untuk “memberikan pemahaman kepada mereka mengenai layanan dan sumberdaya yang ditawarkan perpustakaan.

MANAJEMEN DATA RISET

Manajemen Data Penelitian adalah perawatan dan pemeliharaan data yang dihasilkan selama siklus penelitian.

Kegiatan ini adalah bagian integral dari proses penelitian dan membantu memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan dikelola dengan baik, diindeks, dilestarikan, dan dapat dimanfaatkan kembali oleh orang lain.

TERIMA KASIH