39
1 KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN : MENYAMPAIKAN BERITA BURUK & TEKNIK KONSELING Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari topik Komunikasi Dokter-Pasien : Menyampaikan Berita Buruk dan Teknik Konseling ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Menyampaikan berita buruk kepada pasien dan keluarganya secara benar. 2. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarganya dengan benar. 3. Menjelaskan teknik konseling yang benar. 4. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarganya dengan benar. a. Mampu menasehati pasien tentang gaya hidup b. Mampu memberikan konseling terapi c. Mampu menyusun rencana manajemen kesehatan d. Mampu melakukan edukasi, nasehat dan melatih individu maupun kelompok mengenai kesehatan Buku Pedoman Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester 7 ini terdiri dari dua bagian, yaitu : 1. Teknik Menyampaikan Berita Buruk 2. Teknik Konseling

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN - skillslab.fk.uns.ac.idskillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/isi-KOMUNIKASI... · Cacat atau hilangnya suatu fungsi (contoh : ... Pergeseran

Embed Size (px)

Citation preview

1

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN :

MENYAMPAIKAN BERITA BURUK & TEKNIK KONSELING

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari topik Komunikasi Dokter-Pasien : Menyampaikan Berita Buruk dan

Teknik Konseling ini diharapkan mahasiswa mampu :

1. Menyampaikan berita buruk kepada pasien dan keluarganya secara benar.

2. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarganya dengan benar.

3. Menjelaskan teknik konseling yang benar.

4. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarganya dengan benar.

a. Mampu menasehati pasien tentang gaya hidup

b. Mampu memberikan konseling terapi

c. Mampu menyusun rencana manajemen kesehatan

d. Mampu melakukan edukasi, nasehat dan melatih individu maupun kelompok

mengenai kesehatan

Buku Pedoman Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien bagi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Semester 7 ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Teknik Menyampaikan Berita Buruk

2. Teknik Konseling

2

KOMUNIKASI DOKTER - PASIEN MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

Rohmaningtyas HS1). Veronika Ika Budiastuti2), Vitri Widyaningsih3), Sri Wulandari4),

Debree Septiawan1)

Tujuan Pembelajaran :

1. Menyampaikan berita buruk kepada pasien dan keluarganya secara benar.

2. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarganya dengan benar.

Yang dimaksud dengan BERITA BURUK adalah suatu situasi di mana tidak ada harapan

lagi, adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu yang

menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan, sesuatu yang membuat

seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya1.

Atau dapat pula dikatakan bahwa BERITA BURUK adalah setiap “informasi negatif”

tentang masa depan seseorang.

BERITA BURUK ini sering sekali diasosiasikan dengan penyakit-penyakit terminal yang

sudah tidak mungkin lagi disembuhkan, seperti kanker.

Namun sebenarnya bukan itu saja. Ada beberapa situasi yang juga dikategorikan sebagai

berita buruk :

1. Diagnosis penyakit kronis (contoh : diabetes melitus).

2. Cacat atau hilangnya suatu fungsi (contoh : impotensi, hemiplegia, kebutaan, dll).

3. Adanya kebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan/ menyakitkan/

mahal.

1) Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/ RSUD dr Moewardi Surakarta. 2) Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 3) Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 4) Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

3

Selain itu kadang – kadang informasi yang sering dianggap “netral” oleh dokter, juga

merupakan KABAR BURUK bagi pasien, contoh :

1. Hasil USG pada seorang wanita hamil yang memverifikasi kematian janin.

2. Hasil MRI pada seorang wanita paruh baya yang menegaskan diagnosis Multiple

Sclerosis.

3. Diagnosis yang datang pada waktu yang tidak tepat, misalnya : seseorang

terdiagnosis menderita Unstable Angina yang memerlukan tindakan angioplasty pada

minggu pernikahan putrinya.

4. Suatu diagnosis yang menyebabkan seseorang menjadi tidak sesuai dengan bidang

kerja atau pendidikannya. Misalnya : diagnosis buta warna pada calon mahasiswa

kedokteran; atau tremor kasar pada seorang dokter ahli bedah kardiovaskular, dan

lain lain.

Menyampaikan berita buruk sebenarnya bukan merupakan hal yang baru dalam

dunia kedokteran, namun bagaimana sikap seorang dokter dalam menyikapinya telah

mengalami banyak perubahan besar dalam 30 tahun terakhir. Pergeseran tersebut

diakibatkan karena saat ini otonomi pasien sudah jauh lebih besar, sehingga gaya

paternalistik sudah tidak terlalu cocok lagi untuk digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh

peningkatan pengetahuan yang dimiliki pasien (beserta keluarga pasien )2.3.4.

Gaya paternalistik merupakan konsep lama yang digunakan untuk menyampaikan

berita buruk pada pasien (gaya ini masih umum dan masih banyak dipraktekkan sampai

saat ini)4.

Yang mendasari gaya paternalistik adalah :

Nasehat dari Hippocrates dalam mengabarkan berita buruk :

“Sembunyikanlah beberapa hal dari pasien saat anda menjumpainya. Berikan saja

perintah – perintah seperlunya dengan tetap tenang dan ramah…jangan ungkapkan

kondisi pasien sekarang atau masa yang akan datang......sebab bagi sebagian

pasien, kondisi mereka akan semakin bertambah buruk bila mereka mengetahui

kondisi tidak baik yang akan menimpa mereka“

4

Kode Etik dari Asosiasi Medis Amerika (tahun 1847) :

Kehidupan orang sakit dapat dipersingkat tidak hanya oleh tindakan, tetapi juga oleh

kata-kata ataupun perilaku dokter. Oleh karena itu merupakan sebuah tugas suci

bagi para dokter untuk menjaga dirinya sendiri dengan hati-hati dalam hal ini, dan

untuk menghindari segala sesuatu yang memiliki kecenderungan untuk membuat

pasien putus asa dan tertekan semangatnya.

Namun, pada dekade sekarang ini model paternalistik digantikan oleh model lain

yang lebih menekankan otonomi pasien dan penjelasan secara lengkap/ jelas. Pada

model yang baru ini pengungkapan diagnosis dan prognosis diberikan secara jujur, serta

diberikan pula pilihan – pilihan terapi atau penanganan yang dapat dipilih oleh pasien,

sehingga dapat sesuai dengan keinginan dan nilai – nilai yang dianut pasien. Beberapa

penelitian yang dilakukan terhadap pasien dengan penyakit-penyakit kronis atau

terminal, menunjukkan bahwa sebagian besar pasien ingin mengetahui apa yang terjadi

pada dirinya dan apa yang bisa dilakukan terhadap penyakitnya. Komunikasi yang

terbuka antara pasien dan dokter sangat penting untuk kelancaran terapi.5

Pada tahun 1961; dari 193 dokter ada 169 (88%) yang secara rutin menjelaskan

pada pasien mengenai diagnosis kanker dengan gaya `eufemisme` (contoh: istilah

kanker diganti dengan “pertumbuhan“, dll). Dokter – dokter tersebut menganut

pandangan bahwa lebih baik menerangkan sesedikit mungkin mengenai kanker dengan

harapan dapat terus menjaga perasaan pasien sehingga kerjasama pasien dapat terus

terjaga, dan pengobatan dapat terus berlangsung dengan baik. Namun, dalam penelitian

tersebut juga ditemukan bahwa ternyata sebagian besar pasien justru menginginkan

kebenaran mengenai diagnosis dan situasi mereka.

(Selain itu memang disarankan untuk menggunakan pendekatan langsung pada saat

menyampaikan berita buruk <jangan menggunakan gaya eufemisme>, sebab akan

menimbulkan ketidakjelasan / menimbulkan pertanyaan lagi pada pasien maupun

keluarganya. Gaya – gaya eufemisme ini biasanya digunakan oleh para dokter untuk

menghindarkan adanya reaksi emosi dari pasien; sehingga dokter tidak perlu

menghadapinya).

5

Dari penelitian lain tahun 1982 terhadap 1.251 warga Amerika2; diketahui bahwa

96%-nya berharap akan diberitahu keadaan yang sesungguhnya oleh dokter apabila

mereka sampai terdiagnosis menderita kanker, 85% pasien menginginkan penjelasan

untuk prognosis penyakit, termasuk tentang seberapa lama lagi mereka masih bisa

bertahan atau bisa hidup. Penelitian ini didukung dengan banyak penelitian lain pada

tahun – tahun berikutnya.

Penelitian yang sama juga telah dibuat di Eropa, dan hasilnya tidak jauh berbeda

dengan penelitian di Amerika2. Pasien di sana menginginkan penjelasan yang jujur

mengenai penyakit mereka (kanker), termasuk tentang kesempatan yang bisa diperoleh

dari terapi yang mereka jalani (seberapa persen kemungkinan keberhasilannya), juga

mengenai efek samping terapi.

Penelitian di Asia (China) ternyata juga tidak jauh berbeda5. Mayoritas pasien

ingin diberikan informasi mengenai situasi / penyakit mereka yang sebenarnya. Namun

perlu sedikit modifikasi dalam penyampaiannya, karena umumnya di Asia pembicaraan

soal kematian masih dianggap sebagai “tabu“, juga karena adanya peran keluarga yang

cukup besar dan berpengaruh. Namun demikian, dalam hal penyampaian berita buruk

tetap disarankan untuk mendengar apa yang diinginkan pasien, dan bukan keinginan

keluarga6.

MENGAPA PENTING MENGUNGKAPKAN INFORMASI/BERITA BURUK PADA

PASIEN ?

1. Sebagian besar pasien memang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi pada

dirinya.

2. Sebagian besar pasien ingin mengetahui kemungkinan apa saja yang bisa terjadi

pada dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh, prognosis, dan efek

samping terapi.

3. Ketika dokter menahan informasi dari seorang pasien, berarti dokter tersebut sudah

mengurangi otonomi seorang pasien.

4. Apabila pasien akhirnya mengetahui bahwa ternyata ada informasi yang tidak

diberikan padanya, maka akan hilanglah rasa percayanya pada dokter

6

5. Menyembunyikan informasi tentang kondisi pasien dan kemungkinan yang dialami

dapat menyebabkan

KESULITAN-KESULITAN DALAM MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

Ada beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh dokter saat harus menyampaikan berita

buruk pada pasien :

1. Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa mengurangi harapan

mereka?

2. Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat mereka mendengar

berita buruk mengenai dirinya. Apakah saya sanggup ?

3. Kapankah waktu yang tepat untuk menyampaikan berita buruk pada pasien ?

4. Bagaimana memilih metode komunikasi yang tepat bagi pasien sesuai dengan latar

belakang dan kepribadiannya?

Berikut ini adalah 6 (enam) langkah dari Robert Buckman yang bisa digunakan sebagai

pedoman dalam menyampaikan berita buruk pada pasien2.

PROTOKOL ENAM LANGKAH UNTUK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

1 PERSIAPAN Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik

dokter maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.

Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang

lain yang menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau

keluarga lainnya. Biarlah pasien sendiri yang memutuskan.

Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana

perasaan anda sekarang ?“.

(Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan pasien dan menunjukkan

pada pasien bahwa percakapan selanjutnya adalah percakapan

dua arah. Pasien tidak hanya mendengarkan dokter bicara).

7

2 MENCARI TAHU

SEBANYAK APA

INFORMASI

YANG SUDAH

DIMILIKI

PASIEN

Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari

pasien supaya anda dapat mulai memahami.

Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya.

Contoh : "Saya menderita kanker paru-paru, dan saya

memerlukan pembedahan".

Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A

mengatakan ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto

roentgen dada saya")

Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena

Adenocarcinoma T2N0 ")

Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya

terkena kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya

jadi susah tidur").

Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien

anak) mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan

anda, dan mungkin memang tidak mengetahui sama sekali

mengenai penyakit mereka.

Pada kasus – kasus seperti itu , teknik yang bisa digunakan

untuk menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali

tentang hal – hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat

penyakit dan hasil pemeriksaan atau hasil test yang telah

dilakukan sebelumnya.

3 MENCARI TAHU

SEBERAPA

BANYAKKAH

INFORMASI

YANG INGIN

DIKETAHUI

Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil

informasi yang ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau

hanya gambaran besarnya saja ?

Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan

kemungkinan reaksi pasien. (Setiap pasien tidak akan sama ,

bahkan pada pasien yang sama kemungkinan akan berubah

8

PASIEN

permintaannya selama dalam satu sesi percakapan).

Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini

misalnya :

Bapak/ ibu, bila nanti situasi atau kondisi/ hasil test

menunjukkan sesuatu yang serius, apakah saya bisa

memberitahukan pada anda mengenai masalah tersebut ?

Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau

hanya garis besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?

Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa

menjelaskan pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar

saya menjelaskan kondisi anda pada keluarga ?

Dll

4 BERBAGI

INFORMASI

Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda

bertemu dengan pasien.

Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis,

terapi / penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa

saja yang bisa diperoleh oleh pasien dan keluarganya.

Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk

berhenti menjelaskan (beri jeda di antara potongan –

potongan informasi itu) untuk memastikan bahwa pasien

paham dengan yang kita jelaskan.

Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa

Indonesia, dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi

(jelaskan dengan lebih sederhana).

Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk

menyampaikan berita buruk :

Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya

sampaikan ini adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda

ternyata menunjukkan bahwa anda positif terkena HIV.

9

Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini.

Hasil biopsi benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa

ibu terkena kanker payudara.

Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan ternyata

hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa putri anda terkena leukemia.

dll

5 MENANGGAPI

PERASAAN

PASIEN

Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang

muncul pada pasien, anda sama saja seperti “meninggalkan

urusan sebelum urusan tersebut selesai ..”. Selain itu Anda juga

bisa dianggap sebagai seorang dokter yang tidak memiliki

kepedulian pada pasien.

Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :

Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita

harapkan….

Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak

mengenakkan….

Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa

saya bantu ?

dll…..

6 PERENCANAAN

DAN TINDAK

LANJUT

– Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa kekhawatiran pasien

dan isu-isu medis ke dalam rencana konkret yang dapat

dilakukan dalam rencana perawatan pasien.

– Buatlah rencana langkah – demi langkah dan Berikan

penjelasan yang lengkap pada pasien tentang apa saja yang

harus dilakukannya pada tiap langkah, dan apa saja yang

mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa membantu

mengatasinya bila ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.

10

Berikut adalah mengenai penjelasan prognosis;

– Ada baiknya dokter mencari tahu tentang harapan pasien,

ataupun alasan pertanyaan mereka.

– Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan

pertanyaan.

– Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun pertanyaan

yang biasa digunakan :

Jadi, apa sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bapak

mengenai pengobatan ?

Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi mungkin

masih ada sesuatu yang bisa saya bantu untuk ibu ?...

Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapa persen

kemungkinan putra ibu bisa bertahan ?

HAL–HAL YANG DIANGGAP PENTING OLEH PASIEN DALAM PENYAMPAIAN

BERITA BURUK

ISI

Yang dimaksud di sini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa banyak

informasi atau keterangan yang diberikan oleh dokter. Item ini sangat berhubungan

dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap kompetensi dokter di bidangnya, juga

tentang pengetahuan dokter mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/

kasus mereka.

Pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi diketahui lebih banyak mementingkan

isi 7. Pasien muda, wanita, serta pendidikan tinggi dilaporkan juga menginginkan

informasi yang lebih detail mengenai kondisi penyakit, terapi, serta prognosisnya.

Pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi dan motivasi tinggi untuk

menjalankan terapi, juga menginginkan informasi yang lebih detail. 8

11

SUPPORT

Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi dokter. Jadi

apakah dalam penyampaian berita buruk ini dokter bersikap baik, memberi support/

dukungan yang cukup, dll. Termasuk pula di sini apakah dokter bersedia

mengkomunikasikan hal – hal yang menyangkut diagnosis,prognosis, treatment, dll

kepada keluarga atau orang lain, dan juga menyediakan berbagai informasi yang

ingin diketahui pasien.

Diketahui pasien wanita lebih banyak mementingkan hal tersebut di atas 7.

Aspek penting dalam memberikan support adalah mendengarkan pasien, serta

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pasien.5

FASILITASI

Yang dimaksud di sini adalah kapan dan di mana informasi diberikan. Apakah

dalam ruangan dengan privacy yang cukup, dokter memperhatikan pasien dengan

sungguh – sungguh (tidak sambil lalu saja). Juga apakah dokter menunggu sampai

seluruh hasil diperoleh, sehingga sudah cukup data untuk menyimpulkan situasi

pasien sebelumakhirnya dokter menyampaikan berita buruk pada pasien.

Diketahui pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pasien muda

sangat mementingkan hal ini 7.

CARA PENYAMPAIAN9

Dalam berkomunikasi dengan pasien, dokter harus memberikan informasi

dengan singkat, jelas, dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh pasien. Perlu

memperhatikan intonasi yang lembut, mendengarkan pasien, memberikan support

dan meyakinkan pasien dalam menjalani terapi, tanpa melakukan kontak fisik.9

HAL LAIN YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENYAMPAIKAN BERITA

BURUK :

Ada banyak faktor yang mempengaruhi cara penerimaan pasien terhadap “berita

buruk“. Hal tersebut antara lain : jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, kematangan

12

pribadi, jenis kepribadian, faktor sosial budaya, cara pandang tentang hidup itu sendiri,

dll.

Sebelum berkomunikasi dengan pasien, sangat penting bagi seorang dokter

untuk mengenali pasiennya, atau paling tidak mengetahui latar belakang

pasiendan keluarganya sebab dalam hal penerimaan berita buruk, kita tidak bisa

mengharapkan reaksi yang sama dari setiap pasien. Faktor – faktor yang disebutkan di

atas memang akan sangat berpengaruh. Informasi tentang pasien, terutama usia, jenis

kelamin, sosial ekonomi dan budaya dapat diketahui dengan mempelajari rekam medis,

sedangkan jenis kepribadian dapat dinilai melalui interaksi yang dilakukan dengan pasien.

Kehadiran anggota keluarga pasien juga merupakan hal yang harus diperhatikan.

Pasien Asia dilaporkan lebih memilih untuk didampingi oleh anggota keluarga saat

menerima berita buruk daripada pasien dari negara-negara Amerika Utara atau Eropa.9

KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN DALAM MENYAMPAIKAN BERITA

BURUK

1. Menyampaikan berita buruk bukan di tempat yang menjamin privacy, misalnya

disampaikan di lorong rumah sakit, di pintu IGD, dll.

2. Interupsi / pemberian penjelasan terpotong atau terganggu karena suatu hal

(misalnya menerima atau menjawab telepon, HP berbunyi, ada perawat meminta

tanda tangan, dll).

3. Penyampaian kabar buruk melalui telepon. Hindari hal ini karena dokter tidak tahu

bagaimana situasi dan kondisi pasien saat menerima kabar buruk tersebut.

4. Dokter terlalu banyak bicara (biasanya karena dokter sendiri merasa tidak nyaman

atau nervous).

5. Efek iatrogenik yaitu berita buruk yang disampaikan memperburuk kondisi pasien

baik secara fisik maupun psikologis atau bahkan menimbulkan gangguan baru

secara fisik atau fisiologis (misalnya, pasien pria mendapat berita buruk tentang

13

mengidap diabetes melitus, penjelasan tentang akibat diabates yang salah satunya

impotensi menyebabkan pasien cemas sehingga menjadi impotensi psikogenik).

TUGAS UNTUK MAHASISWA :

A. Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.

B. Kasus untuk role play :

1. Penyampaian diagnosis Ca Mammae pada seorang ibu rumah tangga berumur

36 tahun.

2. Penyampaian diagnosis Hemiplegia pada pasien cedera tulang punggung(akibat

kecelakaan lalu lintas), laki-laki usia 40 tahun.

3. Penyampaian diagnosis Leukemia pada anak umur 6 tahun (berita disampaikan

pada orang tuanya).

4. Penyampaian diagnosis Gagal Ginjal pada pasien penderita Diabetes kronis

umur 60 tahun.

5. Penyampaian diagnosis Ca Pulmo pada seorang laki-laki, perokok berat umur 54

tahun.

6. Penyampaian keputusan terapi amputasi jari pada pemain piano profesional

7. Penyampaian hasil pemeriksaan pap smear dengan hasil neoplasia cervix uteri

8. penyampaian hasil pemeriksaan anak perempuan usia SMP yang positif hamil

(ditemani oleh orang tua)

14

CEKLIS PENILAIAN KETERAMPILAN

MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI SKOR BOBOT

0 1 2

1 Dokter bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa tubuh yang baik).

1

2 Dokter mempersilahkan pasien masuk dalam ruang yang memberikan privacy yang cukup (sesuai kondisi).

1

3 Dokter menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani oleh keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya(sesuai kondisi).

1

4 Dokter membuka percakapan dan berusaha melibatkan pasien 1

5 Dokter mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui/ mengeksplorasi sampai di mana pasien telah mengetahui keaadaan dirinya. (termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi atau keadaan emosi pasien).

2

6 Dokter menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang ingin didengarnya

1

7 Dokter memberikan informasi dengan cara yang tepat sesuai diagnosis dan penatalaksanaan, serta sesuai dengan situasi dan latar belakang pasien beserta keluarganya.

3

8 Dokter memastikan bahwa pasien paham dengan penjelasannya.

1

9 Dokter memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul pada pasien

2

10 Dokter menjelaskan perencanaan terapi dan penanganansesuai diagnosis.

3

11 Dokter memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.

1

12 Dokter melibatkan pasien dalam merencanakan terapi dan penatalaksanaan selanjutnya.

2

13 Dokter menjawab pertanyaan tentang prognosis sesuai dengan diagnosis dengan cara yang tepat

3

14 Dokter memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang wawancara)

1

15 Dokter menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) dengan perhatian dan sopan (di sepanjang wawancara)

2

16 Dokter mengakhiri wawancara dengan tepat. 1

Aspek profesionalisme 1 2 3 4

JUMLAH SKOR

15

Keterangan :

0 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi keliru 1 Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat (meliputi diagnosis,

prognosis, dan penatalaksanaan) 2 Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat (minimal 75% tepat),

meliputi diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan Nilai akhir = Jumlah Skor x 100

56

Catatan :

Urutan tindakan (teknik komunikasi) dalam check list bisa berubah (fleksibel), tergantung

jalannya komunikasi antara dokter dan pasien.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Bor R, Miller R, Goldman E, Scher. The meaning of bad news in HIV disease: counseling about dreaded issues revisited. Counseling Pschol Quarterly. 1993; 6: 69-80.

2. Baile WF, Buckman R, Lenzi R, Glober G, Beale EA, Kudelka AP. SPIKES- A six step protocol for Delivering Bad News: Application to the Patient with Cancer. The Oncologist. 2000; 5:302-311.

3. Fallowfield L,Jenkins V. Communicating sad, bad, and difficult news in medicine. The Lancet. 2004; 363: 312-319.

4. Vandekieft GK. Breaking Bad News. American Family Physician, Des.2001; Vol.64 no.12.

5. Dias L, Chabner BA, Lynch TJ, Penson RT. Breaking Bad News: A Patient’s Perspective. The Oncologist. 2003 Dec 1;8(6):587–96.

6. Tse,CY. Fox,SY. Chong A. Palliat Med, June 2003. vol. 17 no. 4: 339-343. 7. Parker PA, Baile WF, de Moor,C, Lenzi R, Kudelka AP, Cohen L. Breaking Bad

News About Cancer: Patients’ Preferences for Communication. Journal of Clinical Oncology, Vol 19, Issue 7 (April), 2001: 2049-2056

8. Maramis,W.F., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

9. Fujimori M, Uchitomi Y. Preferences of Cancer Patients Regarding Communication of Bad News: A Systematic Literature Review. Jpn J Clin Oncol. 2009 Apr 1;39(4):201–16.

17

TEKNIK KONSELING Eti Poncorini Pamungkasari1)

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik konseling yang benar.

2. Mahasiswa mampu memberikan konseling kepada pasien dan keluarganya

dengan benar, meliputi :

a. Mampu menasehati pasien tentang gaya hidup

b. Mampu memberikan konseling terapi

c. Mampu menyusun rencana manajemen kesehatan

d. Mampu melakukan edukasi, nasehat dan melatih individu maupun kelompok

mengenai kesehatan

DASAR TEORI

Definisi konseling adalah suatu hubungan profesional antara konselor dengan

klien, untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, belajar

mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna.

Konseling merupakan proses membantu seseorang atau kelompok untuk belajar

menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan atau memutuskan hal tertentu.

Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang maupun per kelompok.

Konseling adalah salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam pendidikan

kesehatan untuk menolong individu dan keluarga/ kelompok.

Selama konseling seseorang yang membutuhkan dan seseorang yang memberi dukungan

dan dorongan (konselor) bertemu dan berbicara satu sama lain sehingga orang yang

membutuhkan pertolongan akan memperoleh kepercayaan dalam kemampuannya untuk

mendapatkan pemecahan dari masalah yang dihadapinya. Konseling juga menjadi bagian

penting pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, karena konseling membantu

18

orang agar mengetahui apa yang dapat mereka lakukan atas usaha mereka sendiri,

supaya tetap sehat.

Semua petugas kesehatan harus dapat menjadi konselor. Hal yang penting untuk

menjadi konselor adalah bersedia mendengarkan sebaik-baiknya apa yang dikatakan

orang, dan mendorong tanggungjawab orang tersebut dalam memecahkan masalah.

Konseling merupakan suatu helping relationship, jadi konselor akan membantu klien

untuk memecahkan masalah.

Tujuan konseling

Melalui konseling, orang diajak memikirkan masalahnya sendiri, sehingga akan

tumbuh pengertian yang lebih baik terhadap penyebab masalah. Kemudian diharapkan

orang tersebut mempunyai inisiatif dalam memecahkan masalahnya tersebut. Tindakan

yang diambil merupakan keputusan orang tersebut, walaupun konselor bisa saja

berperan sebagai pengarah. Hasil yang diambil dalam konseling adalah pilihan, bukan

paksaan atau nasehat. Sesuatu yang menurut petugas kesehatan baik, belum tentu

sesuai dengan orang lain, karena situasi dan kondisi masing-masing orang berbeda.

Dengan konseling, orang itu sendiri yang akan memutuskan apa yang akan dilakukan,

sehingga pemecahan masalah yang diambil diharapkan lebih tepat dan mendapatkan

hasil seperti yang diinginkan, serta bertanggungjawab atas keputusan yang diambil.

Tipe-tipe konseling :

1. Konseling krisis

Merupakan konseling yang dilakukan untuk membantu seseorang yang berada

pada situasi krisis. Krisis didefinisikan sebagai suatu keadaan disorganisasi saat

seseorang mengalami frustasi karena mengalami gangguan dalam hidupnya,

misalnya: kematian orang yang dicintai, kehamilan tidak dikehendaki, kehilangan

pekerjaan, masalah keuangan yang berat, kecanduan obat bius. Pada tipe ini

konselor perlu menerima situasi dan menciptakan keseimbangan pribadi serta

penguasaan diri. Dengan demikian diharap kecemasan klien dapat mereda dan klien

merasa mendapatkan dukungan dari konselor. Pada tipe ini konselor di awal

19

memerlukan lebih banyak intervensi daripada tipe yang lain, karena klien harus

sesegera mungkin mendapatkan bantuan.

2. Konseling fasilitatif

Merupakan suatu proses membantu klien untuk memahami permasalahannya,

selanjutnya klien yang lebih banyak berperan dalam rencana tindakan yang akan

dilakukan. Contoh kasus: memilih metode kontrasepsi. Waktu yang dibutuhkan

bervariasi, bisa singkat atau jangka panjang tergantung kasusnya.

3. Konseling preventif

Merupakan konseling yang bersifat mendukung suatu program, misalnya

program pendidikan seks di sekolah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Waktu yang dibutuhkan tergantung suatu program.

4. Konseling developmental

Merupakan suatu proses berkelanjutan untuk membantu klien mencapai

pertumbuhan pribadi yang positif. Biasanya terintegrasi pada suatu program

pendidikan, misalnya bimbingan konseling di sekolah dasar dan menengah. Waktu

yang diperlukan terus menerus.

Teknik Dasar Konseling:

1. Perilaku Attending

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri, termasuk didalamnya

adalah kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat

meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan mempermudah

ekspresi perasaan klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik :

Kepala : mengangguk jika setuju

Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum

Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien sesuai

20

Tangan : variasi gerakan tangan/lengan, menggunakan tangan sebagai isyarat,

menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.

Mendengarkan : aktif mendengar aktif (ingat Keterampilan sambung rasa)

Contoh perilaku attending yang tidak baik :

Kepala : kaku

Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat pada klien

yang sedang bicara, mata melotot.

Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien terlalu jauh

atau terlalu dekat.

Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi

kesempatan klien berfikir dan berbicara.

Perhatian : tidak konsentrasi pada pembicaraan.

2. Empati

Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,

merasakan dan berfikir bersama klien. Terdapat dua macam empati, yaitu :

1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan,

pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.

Contoh pernyataan yang menunjukkan empati primer :”Saya dapat merasakan

bagaimana perasaan Anda”; ”Saya dapat memahami pikiran Anda”; ”Saya mengerti

keinginan Anda”.

2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan,

pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien

karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut

membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam,

berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan

empati tingkat tinggi : “Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan dan saya ikut

terluka dengan pengalaman Anda itu”.

21

3. Refleksi

Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan

pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya

kepada klien. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :

1. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan

perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal

klien.

Contoh : ”Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”

2. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien

sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.

Contoh : ”Tampaknya yang Anda katakan…”

3. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman

klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.

Contoh : ”Tampaknya yang Anda katakan suatu…”

4. Eksplorasi

Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.

Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri,

atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien

untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada

teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :

1. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang

tersimpan.

Contoh :”Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan khawatir yang anda maksud

….?”

22

2. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.

Contoh : ”Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut apa yang anda maksud

dengan ..........................”

3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali

pengalaman-pengalaman klien.

Contoh :”Tadi Anda menyebutkan tentang efek yang Anda rasakan pada

pemakaian kontrasepsi sebelumnya, mungkin bisa anda ceritakan lebih lanjut…”

5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)

Menangkap Pesan (paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali

ungkapan klien, yang menjadi inti utama pembicaraan. Tujuan paraphrasing adalah

mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor memahami apa yang dikatakan klien,

mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan, memberi arah

wawancara konseling, dan mengecek kembali persepsi konselor tentang apa yang

dikemukakan klien.

Contoh dialog :

Klien ”Teman-teman saya banyak yang menggunakan kontrasepsi

jenis itu, tetapi entah mengapa saya belum pernah

menggunakannya ”

Konselor ” Tampaknya Anda masih ragu.”

6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)

Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing klien agar mau berbicara

mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan

sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan

semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya.

Lebih baik gunakan kata tanya bagaimana, adakah, dapatkah.

Contoh : ” Bagaimanakah pengalaman Anda menggunakan pil ini ?”

23

7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)

Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam

hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan

kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah

untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau memperjelas sesuatu, dan

menghentikan pembicaraan klien yang menyimpang jauh.

Contoh dialog :

Klien :”Saya bingung sekarang ini mau memilih jenis KB yang

mana”

Konselor :“Biasanya Anda menggunakan jenis apa, pil atau suntik ? ”

Klien :” pil”

8. Dorongan minimal (Minimal Encouragement)

Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung

yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan

menggunakan ungkapan : oh…, ya…., lalu…, terus….dan...

Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar

pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi

atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya

pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.

Contoh dialog :

Klien :” Saya putus asa… dan saya nyaris… ” (klien menghentikan

pembicaraan)

Konselor :” ya…?”

Klien :” nekad bunuh diri”

Konselor :” lalu…?”

24

9. Interpretasi

Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan

merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk

memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman

dari hasil rujukan baru tersebut.

Contoh dialog :

Klien :”Saya pikir dengan berhenti memakai kontrasepsi saya

akan langsung hamil”

Konselor :”Bisa iya bisa juga tidak.. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya rentang waktu antara saat

berhentinya pemakaian kontrasepsi dan terjadinya

kehamilan. Namun demikian hal ini bervariasi, berbeda tiap

individu dan tergantung juga pada metode yang

digunakan”.

10. Mengarahkan (Directing)

Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu.

Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan

sesuatu.

Klien :”Suami saya sering marah-marah pada saya jika saya

terlambat haid.”

Konselor :” Bisakah Anda mencontohkan pada saya, bagaimana sikap

dan kata-kata suami Anda jika memarahi Anda.”

11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)

Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah

pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk memberikan

25

kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan,

menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, meningkatkan kualitas

diskusi dan mempertajam fokus pada wawancara konseling.

Contoh :

”Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu

agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang

kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, Ibu ingin ganti jenis

kontrasepsi; kedua, masih ada keraguan memilih jenis kontrasepsi, karena ibu

takut bila kontrasepsi yang dipilih menyebabkan ibu tidak haid.”

12. Memimpin (leading)

Yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling

sehingga terlihat dengan jelas tujuan konseling.

Contoh dialog :

Klien :” Saya mungkin berfikir juga tentang masalah efek samping

operasi. Tapi bagaimana ya?”

Konselor :” Sampai saat ini kekhawatiran Ibu adalah tentang biaya

operasi. Mengenai efek samping apakah termasuk dalam

kekhawatiran ibu?”

13. Fokus

Yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok

pembicaraan. Pada umumnya dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapkan

sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, konselor seyogyanya

dapat membantu klien agar dia dapat menentukan apa yang fokus masalah. Misalnya

dengan mengatakan :

” Apakah tidak sebaiknya jika pokok pembicaraan kita berkisar dulu soal efek

samping obat TBC sebelum tentang lamanya pengobatan.”

26

14. Konfrontasi

Yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara

perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya,

senyum dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya adalah mendorong klien

mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi klien; membawa klien

kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.

Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan

memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan waktu

yang tepat, tidak menilai apalagi menyalahkan, dilakukan dengan perilaku attending dan

empati.

Contoh dialog :

Klien :” Saya baik-baik saja”.(suara rendah, wajah murung, posisi

tubuh gelisah).”

Konselor : “Anda mengatakan baik-baik saja, tapi kalau saya tidak

salah menilai, kelihatannya ada sesuatu yang tidak beres”.

15. Menjernihkan (Clarifying)

Yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang

jelas dan agak meragukan. Tujuannya untuk mengundang klien untuk menyatakan

pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas dengan alasan-alasan yang logis,

dan agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.

Contoh dialog :

Klien :”Perubahan yang terjadi pada tubuh saya setelah

menggunakan kontrasepsi membuat saya bingung.”

Konselor :”Bisakah Anda menjelaskan contoh perubahan tubuh

tersebut?”

16. Memudahkan (facilitating)

27

Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara

dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.

Contoh :

” Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan

dengan sebaik-baiknya.”

17. Diam

Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 – 10 detik,

komunikasi yang terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah menunggu

klien yang sedang berfikir dan menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien

bebas bicara.

Contoh dialog :

Klien :” Saya…harus bagaimana.., saya.. tidak tahu..”

Konselor :“…………..” (diam)

18. Mengambil Inisiatif

Teknik ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering

diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam

menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan mengambil inisiatif jika klien kurang semangat,

atau jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan dan jika klien kehilangan arah

pembicaraan.

Contoh:

” Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar.

Coba Anda renungkan kembali”.

19. Pemberian informasi

Sama halnya dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya

dengan jujur katakan bahwa dia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya,

sebaiknya tetap diupayakan agar klien yang berusaha mencari informasi tersebut.

Contoh :

28

” Mengenai berapa besarnya biaya operasi, saya sarankan Anda bisa langsung

bertanya ke pihak administrasi rumah sakit”.

20. Merencanakan

Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk membantu agar klien

dapat membuat rencana tindakan, perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien.

Contoh :

”Nah, apakah tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun rencana yang baik

berpedoman hasil pembicaraan kita sejak tadi ”

21. Ventilasi

Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya.

Sesudahnya biasanya ia lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang karena

ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh

dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu

banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran,

impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.

22. Persuasi

Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta

baik buruknya atau fungsi gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk

dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau

diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien

dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menggangu. Pasien pelan-pelan menjadi

yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.

23. Sugesti

Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien

atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter

29

sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta

menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan

emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan

sesuatu dan ia mulai percaya.

24. Penjaminan kembali

Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus

atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara

adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau

dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.

25. Bimbingan

Bimbingan ialah memberi nasihat-nasihat yang praktis dan khusus (spesifik) yang

berhubungan dengan masalah kesehatan pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya,

misalnya tentang cara mengadakan hubungan antar-manusia, cara berkomunikasi,

bekerja dan belajar, dan sebagainya.

26. Penyuluhan

Penyuluhan ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti

dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan, atau dapat

menyesuaikan diri.

27. Edukasi

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorangmelalui

teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat faktaatau kondisi

nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (selfdirection), aktif

memberikan informasi-informasi atau ide baru. Edukasi merupakan serangkaian upaya

yangditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,keluarga

dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.

Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu prosesperubahan

perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, ataumasyarakat untuk dapat

30

lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.Edukasi merupakan proses belajar dari

tidak tahu tentang nilai kesehatan menjaditahu dan dari tidak mampu mengatasi

kesehatan sendiri menjadi mandiri.

Menurut Notoatmodjo (1997) tujuan edukasi adalah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada.

Tujuan edukasi di atas pada dasarnya dapat disimpulkan untuk

mengubahpemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan

agarmenjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam

mencapaitujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

yangada dengan tepat dan sesuai.

28. Menyimpulkan

Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut :

(1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan; (2)

memantapkan rencana klien; (3) pemahaman baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akan

dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika dipandang masih perlu dilakukan

konseling lanjutan.

Aturan dalam konseling :

1. Menjaga hubungan

Konselor harus menunjukkan sikap perhatian dan kepedulian. Perhatian

diberikan untuk membina hubungan baik sejak awal dengan orang yang ingin

dibantunya. Orang akan lebih suka berbicara dan mencurahkan pikiran pada orang

yang dipercayainya.

2. Mengenali kebutuhan

31

Konselor berusaha mengerti masalah seperti orang yang mempunyai masalah

tersebut. Konselor tidak langsung menunjukkan masalah apa yang terjadi, tapi

membantu dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka supaya orang tersebut mengenali

masalahnya sendiri. Tugas konselor adalah mendengarkan dengan cermat.

3. Mengerti perasaan orang lain

Konselor harus menumbuhkan empati (pengertian dan penerimaan) terhadap

perasaan seseorang, bukan simpati (kesediaan dan kasihan). Seseorang konselor

tidak boleh mengatakan ”Anda tidak perlu kuatir akan hal itu”. Adalah sesuatu yang

wajar apabila seseorang merasa takut dan cemas akan masalah yang dihadapi.

Seorang konselor yang baik akan membantu orang untuk menyadari perasaannya

dan menanganinya.

4. Menumbuhkan peran serta

Konselor tidak boleh membujuk orang untuk mengikuti saran-sarannya.

Apabila sarannya ternyata salah, orang akan marah dan tidak percaya lagi pada

konselor. Apabila sarannya benar, orang akan tergantung pada konselor untuk

memecahkan semua masalah yang dihadapi. Konselor akan membantu orang untuk

memikirkan semua faktor dalam masalah yang dihadapi, dan mendorong orang untuk

memilih cara pemecahan yang terbaik dalam situasi tertentu.

5. Menjaga kerahasiaan

Dalam pembicaraan akan sangat mungkin menyangkut hal-hal yang bersifat

pribadi, dan bahkan mungkin memalukan bagi orang tersebut. Informasi ini harus

dijaga kerahasiaannya. Konselor tidak boleh membocorkan isi pembicaraan tanpa ijin

khusus dari kliennya.

6. Informasi dan sumber daya

Meskipun konselor tidak memutuskan pemecahan masalah klien, ia harus

memberikan informasi dan sumber daya yang diperlukan kliennya agar dapat

mengambil keputusan yang baik. Konselor sebaiknya tidak memberikan ceramah,

tetapi memberikan contoh-contoh nyata dalam pembicaraan supaya orang dapat

melihat lebih jelas masalah mereka.

32

Dalam konseling sebaiknya tidak tergesa-gesa, bila konselor tergesa-gesa maka

situasi tidak akan nyaman, dan sulit untuk mendorong seseorang memutuskan sesuatu.

Hal-hal yang sebaiknya dimiliki oleh konselor :

1. Kesadaran akan diri dan nilai-nilai.

2. Kesadaran akan adanya heterogenitas dalam masyarakat, misal: keragaman budaya.

3. Kemampuan menganalisis kemampuan diri.

4. Kemampuan berperan sebagai teladan.

5. Kesediaan berkorban misalnya dalam hal waktu dan tenaga.

6. Berpegang kuat pada etik konseling, misalnya tidak membocorkan rahasia klien

7. Tanggung jawab

Langkah konseling

1. Menyatakan kepedulian

Konseling dimulai dengan memberikan kepedulian dan keprihatinan terhadap

masalah yang dihadapi klien. Diharapkan timbul semangat dan keinginan klien untuk

menyelesaikan masalah.

2. Membentuk hubungan

Pada tahap ini konselor harus dapat menunjukkan dirinya sebagai sosok pribadi

yang dapat dicontoh, untuk menimbulkan kepercayaan klien.

3. Menentukan tujuan dan eksplorasi masalah

Tujuan ditentukan dengan berdiskusi. Bila tujuan yang disampaikan klien tidak

jelas, konselor perlu melakukan eksplorasi masalah. Tujuan konseling dapat berupa:

perubahan diri klien secara fisik maupun psikis, terbentuknya perasaan diterima atau

dipercaya, terciptanya pemahaman atau pengertian klien terhadap masalah,

penyelesaian suatu masalah.

4. Menangani masalah

Konselor harus mampu membuat prioritas dalam menentukan masalah mana

yang akan ditangani lebih dulu.

5. Menumbuhkan kesadaran

33

Untuk menumbuhkan kesadaran, konselor harus berusaha supaya klien

mencapai pemahaman.

6. Merencanakan tindakan

Pemahaman saja kadang tidak cukup membuat klien mudah untuk mengambil

keputusan, peran konselor adalah membantu klien merencanakan tindakan.

7. Melakukan penilaian dan mengakhiri konseling

Konselor akan menilai sejauh mana klien telah mencapai tujuan konseling,

namun untuk mengakhiri konseling diperlukan persetujuan klien.

PROSEDUR PELAKSANAAN KONSELING

Lakukanlah konseling dengan prosedur berikut ini :

1. Mengawali pertemuan:

Membina rapport dengan cara:

Tunjukkan sikap empati(sejak awal pertemuan sampai menutup pertemuan)

Ucapkan salam dan perkenalkan diri

Tanyakan identitas klien/pasien

Beri situasi yang nyaman bagi klien/pasien dan atau keluarga (misalnya:

menawarkan pada klien/pasien ingin sendiri atau ditemani, mempersilakan duduk

dengan nyaman dan santai/ tenang,dll)

Tunjukkan kemampuan menjaga rahasia klien/pasien (misalnya dalam kasus-

kasus yang bersifat pribadi dokter menyampaikan bahwa hal tersebut akan terjamin

kerahasiaannya)

2. Tahap inti

a. Menyambut (sikap, kalimat pembuka: ”Ada yang bisa saya bantu?” tidak

dianjurkan “Ada masalah apa?”)

b. Membahas (konseling tidak bisa instant, perhatikan: arahkan klien/pasien bila

sulit memformulasikan apa yang ingin diungkapkan, bicara singkat kecuali

pada saat menyimpulkan)

c. Membantu menetapkan pilihan (tidak dianjurkan segera memberi nasihat,

bila klien/pasien sangat tegang, bantu dengan mengajukan alternatif pilihan).

34

d. Mengingkatkan hal-hal penting.

(dengan melakukan teknik-teknik dasar konseling)

3. Menutup pertemuan

o Melakukan penilaian terhadap efektifitas konseling (misalnya dengan

menanyakan kepada klien/pasien tentang langkah-langkah yang

ditetapkan untuk menyelesaikan masalahnya)

o Membuat kesimpulan

Dapat dilakukan oleh kedua belah pihak (misalnya, “jadi

kesimpulannya…”)

Menetapkan langkah selanjutnya berdasarkan simpulan yang telah

disepakati (melanjutkan konseling, atau sementara dapat berdiri

sendiri, atau dirujuk ke yang lebih ahli)

o Mengakhiri konseling atas persetujuan klien

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN

Sebelum mengikuti kegiatan konseling, pelajari teori dasar-dasar konseling

dari referensi yang dianjurkan.

Untuk berlatih konseling, setelah instruktur memberi contoh, cobalah berlatih

berpasangan dengan teman, 1 orang sebagai dokter, satu orang sebagai

klien. Gunakan prosedur pelaksanaan sebagai acuan. Lakukan bergantian, bila

1 pasang mahasiswa sedang berlatih, teman dalam kelompok menyaksikan

dan setelah itu memberi masukan. Pada latihan terbimbing waktu tiap pasang

mahasiswa maksimal 7 menit, masukan dari anggota kelompok 2 menit. Sisa

waktu pada latihan terbimbing digunakan instruktur untuk memberi feedback.

Untuk latihan mandiri waktu latihan disesuaikan waktu yang ada (total latihan

kelompok 100 menit).

Lakukan konseling sesuai skenario yang dipilih. Antar pasangan sebaiknya

mencoba skenario yang berbeda, misal pasangan 1 berlatih skenario 1,

pasangan 2 berlatih skenario 2. Karena waktu terbatas, mahasiswa disarankan

35

berlatih sendiri skenario yang belum sempat dicobanya diluar waktu

pertemuan skills lab.

6. SKENARIO

1. Seorang ibu, A, berusia 30 tahun datang ke praktek dokter karena sering

pusing. Keluhan pusing sudah dirasakan 1 tahun ini. Ibu A menyatakan pusing

sering terjadi karena sulit tidur. Semenjak satu tahun ini ibu A mengalami

banyak masalah, antara lain karena suaminya selingkuh dan terbelit hutang

dalam jumlah besar. Masalah tersebut membuat ibu A sering cemas dan bahkan

sempat ingin bunuh diri saja. Dia hanya bisa tidur bila minum obat penenang.

Ibu A meminta dokter memberinya lagi obat penenang, dan sebisa mungkin

dosis yang besar. Lakukan konseling terhadap klien tersebut !

2. Seorang gadis, X, berusia 18 tahun, masih kuliah semester 1, datang ke tempat

praktek anda karena terlambat haid. X sudah melakukan tes kehamilan dan

hasilnya positif. Dia ingin menggugurkan kandungannya karena pacarnya tidak

mau bertanggungjawab dan takut orang tuanya marah. Apalagi gadis itu

merasa sangat malu dengan teman-teman kampusnya. Lakukan konseling

terhadap klien tersebut !

3. Seorang ibu, berusia 28 tahun, mempunyai 2 orang anak, datang ke dokter

karena ingin menjadi akseptor KB. Ibu itu bingung metode KB apa yang akan

dipilih, karena takut efek sampingnya. Ibu tersebut pernah menggunakan KB

suntik 3 bulan dan mengalami perdarahan terus menerus. Lakukan konseling

terhadap klien ini !

4. Seorang pasien TB datang mengambil obat ke Puskesmas lebih dari tanggal

pengambilan obat yang seharusnya. Setelah ditanya ternyata pasien tersebut

mengaku tidak teratur minum obat, dengan berbagai alasan antara lain sudah

bosan, sering lupa dan perutnya tidak enak setelah minum obat. Selain itu

pasien tersebut menyatakan setelah minum obat 3 bulan ini sepertinya

penyakitnya sudah sembuh karena gejala yang dirasakan sudah hilang. Lakukan

konseling terhadap pasien ini !

36

5. Seorang dokter puskesmas diminta untuk memberikan edukasi kepada warga

masyarakat di lingkungannya tentang Demam Berdarah dan pencegahnnya.

37

CHECKLIST PENILAIAN

KETERAMPILAN KONSELING

No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI

SKOR

0 1 2

Mengawali pertemuan

1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2 Menanyakan identitas klien

3 Memberikan situasi yang nyaman bagi klien

4 Menunjukkan sikap empati

5 Menjaga rahasia klien

Inti konseling

6 Mengeksplorasi kondisi klien

7 Mengidentifikasi masalah dan penyebab

8 Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah

9 Melakukan penetapan alternatif pemecahan masalah

Menutup pertemuan

10 Melakukan penilaian terhadap efektifitas konseling

11 Membuat kesimpulan

12 Mengakhiri konseling atas persetujuan klien

PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4

JUMLAH SKOR

38

Keterangan :

0 Tidak dilakukan

1 Dilakukan, tidak benar

2 Dilakukan, dengan benar

Misalnya: terdapat keterampilan-keterampilan yang diperlukan pada proses konseling antara lain

refleksi, eksplorasi, paraphrasing, pertanyaan terbuka dan tertutup, dorongan minimal,

interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin, fokus, konfrontasi,

menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, memberi informasi. Keterampilan ini

digunakan dengan tepat tergantung kasusnya.

Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100% = …………

28

39

REFERENSI

Sofyan S. Willis, 2004.Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta

Gerald, C, 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, edisi terjemahan. Bandung : PT Refika Aditama

H.M. Arifin, 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.

Andi Mappiare AT, 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: CV Rajawali

Sugiharto, 2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG

WHO, 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerbit bersama ITB dan Universitas Udayana. Bandung

Maramis,W.F., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

Soekidjo Notoatmodjo, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: Rineka Cipta. Suliha, (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.