Komunikasi Antar Pribadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Komunikasi Antar Pribadi review

Citation preview

Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang pelatih dengan atletnya, dan sebagainya.Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Joseph A. Devito (Uchjana, 2003:60) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback (proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika). Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan seorang peserta seminar. Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu :a. Komunikasi diadik (Dyadic communication)Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang secara tatap muka misalnya dialog, atau wawancara.b. Komunikasi triadik (Triadic communication)Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.Devito (1997:259) dalam bukunya mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat dan mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu: keterbukaan (opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality)Ciri-ciri Komunkasi AntarpribadiKomunikasi interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Pihak-pihak yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Pihak yang dapat dikatakan melakukan komunikasi interpersonal harus tidak berada dalam jarak jauh melainkan saling berdekatan/face to face. Apabila salah satu lawan bicara menggunakan media dalam penyampaian pesan karena perbedaan jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi interpersonal.2. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan baik secara verbal maupun non verbal. Di dalam komunikasi interpersonal feed back yang diberikan oleh komunikan biasanya secara spontan begitu juga dengan tanggapan dari komunikator. Dengan respon yang diberikan secara spontan dapat mengurangi kebohongan salah satu lawan bicara dengan cara melihat gerak gerik ketika sedang berkomunikasi.3. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta komunikasi. Mutual understanding akan diperoleh dalam komunikasi interpersonal ini, apabila diantara kedua belah pihak dapat menjalankan dan menerapkan komunikasi ini dengan melihat syarat-syarat yang berlaku seperti, mengetahui waktu, tempat dan lawan bicara.4. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat. Kita dapat membedakan seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan bicaranya, hal ini dapat dilihat dari respon yang diberikan. Misalnya kedekatan dalam berkomunikasi antara sepasang kekasih dengan sepasang persahabatan, melalui respon nonverbal kita dapat

AKSIOMA KOMUNIKASI RELATIONAL Watzlawick, Beavin, Jackson Orang tidak bisa tidak berkomunikasi Setiap percakapan (betapapun singkatnya) meliputi dua pesan: Pesan isi (contens message) dan pesan hubungan (relationship message) Interaksi selalu diorganisasikan ke dalam pola-pola yang mempunyai arti bagi para komunikator. (Hal ini tergantung persepsi masing-masing terhadap perilaku). Orang menggunakan kode digital (bahasa: verbal) analog (bahasa tubuh, simbol, pengungkapan perasaan) Komunikasi berhubungan dengan pencocokan/pengaitan pesan-pesan di dalam suatu interaksi. (komunikator mungkin merespon dengan cara yg sama/meminimalkan perbedaan = hubungan simetris. Perbedaan respon komunikator dimaksimalkan = hubungan komplementer).

CIRI KOMUNIKASI ANTARPERSONALMENURUT REARDON (1987)1. Dimotivasi atas banyak factor2. Berdampak: disengaja / tidak disengaja3. Berbalas-balasan4. Mengisyaratkan hubungan antarpribadi (diadik)5. Berlangsung dalam suasana bebas, variasi.6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna

MENURUT EVERT. M. ROGERS (1988)1. Arus pesan cenderung dua arah.2. Konteks komunikasi: tatap muka3. Tingkat umpan balik yang tinggi4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi.5. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban.6. Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.

KARAKTERISTIK HUBUNGAN ANTAR PRIBADIMenurut De Vito ada dua karakteristik: Berlangsung melalui beberapa tahap. Mulai tahap kontak awal sampai tahap pemutusan (dissolution) Berbeda-beda dalam hal keluasan (breadth) dan kedalaman (depth) Breadth : banyaknya topik yang dikomunikasikan Depth : derajat dalamnya kepersonalan (inti individu.

KOMPONEN /ELEMEN KAP:1. Source/receiver,2. Encoding-decoding: producing (speaking-writing), understanding massage (listening-reading).3. Competence: ability to communicate effectively (knowledge/skill)4. Message5. Feedback (positive negative)6. Channel7. NoiseKonsepsi Diri dalam Komunikasi Antarpribadi Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu; menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

SELF DIMENTION :1. SELF CONCEPTAdalah cara anda melihat diri anda sendiri. Terdiri: perasaan & pemikiran tentang kemampuan, kelemahan, kemampuan, aspirasi & cara pandang terhadap realitas (wordview). Pengembangan Self concept: Kesan orang lain terhadap diri anda (others image -- significant others) Pembanding sosial (social comparisons) Pengajaran budaya (cultural teaching) Interpretasi & Evaluasi yang anda miliki.

2. SELF AWARENESSAdalah pengetahuan dan pengertian mendalam anda terhadap diri anda. Johari Window (Joseph Luft Harry Ingham): membagi pemahaman kesadaran diri dalam empat kuadran yang masing masingnya berisi karakteristik pemahaman diri (self) yang berbeda-beda. Antara lain:

1. The Open self (daerah terbuka)Semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. (nama, warna kulit, jenis kelamin --- usia, keyakinan politik, agama). Daerah terbuka masing-masing orang berbeda tergantung dengan siapa ia berkomunikasi. Kebanyakan kita, membuka diri kepada orang tertentu tentang hal tertentu pada waktu tertentu. Joseph Luft: makin kecil kuadran ini, makin buruk komunikasi. Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada orang lain dan kepada diri kita.

2. The Blind self (daerah buta)Berisi informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Berupa kebiasaan-kebiasaan kecil, pengalaman terpendam, kekurangan/kekeliruan diri. Terdapat beragam orang:- mengira tahu akan dirinya sepenuhnya- cemas dengan ketidaktahuan akan dirinya.- pura-pura ingin tahu (namun tetap : defensif/bela diri)- benar-benar tidak tahu tentang dirinya Key word : beritahu dengarkan

3. The Hidden Self (daerah tertutup)Semua hal yang anda ketahui tentang diri anda dan orang lain namun anda simpan hanya untuk diri anda sendiri (rahasia pribadi). Model orang:- Overdisclosers: terlalu terbuka (tidak ada rahasia yang dia tutupi tentang dirinya/orang lain shg menceritakan segalanya.- Underdisclosers: terlalu tertutup & tidak mau mengatakan apa-apa. Mau berbicara tentang diri anda namun tidak tentang dirinya. Kebanyakan kita berada diantara kedua ekstrem ini. (terbuka yang selektif: selective disclosers).

4. The unknown self (daerah gelap)Tambahan:Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. (Liliweri, 1991) Berdasarkan definisi Devito, maka komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang komunikator berbicara maka akan terjadi umpan balik dari komunikan sehingga terdapat interaksi. Dalam komunikasi dialogis, baik komunikator maupun komunikan, keduanya aktif dalam proses pertukaran informasi yang berlangsung dalam interaksi.

3. SELF ESTEEMAdalah nilai yang anda letakkan pada diri anda. Hal ini berkenaan dengan tingkat kepercayaan dan pengakuan diri anda. Tampak saat seseorang berkomunikasi dengan orang lain, apakah mereka memiliki High self esteem low self esteem. Misalnya: saat mengungunkapkan ide dengan menegakkan kepala, menjaga kontak mata dsb. Tingkat pengaruh dan pola hubungan seseorang dengan orang lain akan menunjukkan tingkat self esteem masing-masing. Semakin positif seseorang melihat dan menilai dirinya semakin tinggi tingkat self esteem yang akan didapatkannya dari orang lain.

SELF ESTEEMBerapa besar anda menyukai diri anda sendiri? Menurut anda seberapa berharganya anda? Seberapa kompeten anda? Jawaban terhadap pertanyaan ini menunjukkan harga diri anda sendiri. Harga diri dapat dilakukan melalui pesan verbal dan non verbal.

SELF DISCLOSURESelf disclosureatau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi focus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971) menandai sehat atau tidaknya komunikasi antar pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada orang lain yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing kedalam kuadran terbuka. Meskipunself-disclosuremendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan sendiri ada batasnya. Artinya perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi diri kita dengan orang tersebut. Bebrapa penelitian menunjukan bahwa keterbukaan yang ekstrim akan memberikan efek negative bagi hubungan.Seperti dikemukakan olehShirley Gilbert (Littlejohn;1989; 161)bahwakepuasan dalam hubungan dan disclosure memiliki hubungan kurvalinear, yaitu tingkat kepuasanmencapai titik tertinggi pada tingkat disclosure yang sedang (moderate).

COMMUNICATION APPREHENSION Istilah communication apprehension (rasa malu, keengganan berkomunikasi, ketakutan berbicara di depan umum, dan sikap pendiam) merujuk pada perasaan takut atau kecemasan dalam interaksi komunikasi. Individu tersebut akan mengembangkan perasaan-perasaan negatif dan memprediksikan hal-hal negatif saat terlibat dalam interaksi komunikasi. Individu merasa takut melakukan kesalahan dan akan dipermalukan. Individu tersebut akan merasa keuntungan apapun yang bertambah dari keterlibatan berkomunikasi akan sebanding dengan rasa takut. Individu yang memiliki ketakutan komunikasi yang tinggi, interaksi komunikasi tidak akan sebanding dengan rasa takut yang timbul. (DeVito, 2001:80) Terdapat tiga kategori sifat komunikator yang paling menarik dan paling sering dibahas dalam literatur komunikasi yaitu : sifat mementingkan diri sendiri, sifat berdebat, dan sifat cemas. (Morissan, 2010:7-9) a. Sifat mementingkan diri sendiri Dalam literatur psikologi terdapat istilah conversational narcissism untuk menggambarkan sifat komunikator yang cenderung mementingkan diri sendiri. Narcisism berarti mencintai diri sendiri (self-love). Dengan demikian, komunikator dengan sifat ini cenderung untuk mengajak lawan bicaranya untuk membahas mengenai dirinya sendiri. Sifat mementingkan diri sendiri merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang menginginkan orang lain membicarakan dirinya. Komunikator dengan sifat ini cenderung untuk menonjolkan dirinya sebagai pihak yang paling penting. Ia cenderung untuk mengontrol arah percakapan serta menginginkan orang lain membahas mengenai dirinya. Mereka juga cenderung tidak sensitif atau tidak responsif terhadap epentingan pihak lain.

b. Sifat berdebat Komunikator memiliki sifat suka berdebat (argumentativeness) jika ia memiliki kecenderungan untuk suka melibatkan diri dalam percakapan yang membahas topik kontroversial. Komunikator dengan sifat ini cenderung bersifat tegas dalam mengemukakan pandangannya terhadap suatu hal. Ia akan menyatakan dukungannya terhadap pandangan yang dianggapnya benar dan sebaliknya ia akan mengkritik pandangan yang tidak sesuai. Dominick Infante melakukan penelitian mengenai sifat komunikator yang argumentatif ini. Menurutnya sifat komunikator yang argumentatif memberikan kontribusi positif karena sifat ini dapat mendorong komunikator dan lawan bicaranya untuk saling belajar, membantu melihat pandangan pihak lain, meningkatkan kredibilitas, serta memperbaiki kemampuan berkomunikasi. Komunikator yang argumentative cenderung memiliki sikap percaya diri dan tegas. Namun demikian, tidak semua orang percaya diri memiliki sifat argumentatif. Dengan kata lain, orang perlu memiliki percaya diri untuk dapat mengemukakan pandangannya. Namun demikian, sangatlah mungkin orang tetap memiliki percaya diri tanpa harus mengemukakan pandangannya sendiri. Menurut Infante, sifat komunikator yang argumentatif juga memiliki aspek negatif jika komunikator mengucapkan kata-kata yang agresif dan sikap permusuhan.

c. Sifat Cemas Sebagian orang pernah merasa gugup atau cemas ketika berkomunikasi. Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan masalah kecemasan dalam berkomunikasi. Penelitian yang paling populer adalah yang dilakukan oleh James McCroskey, yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang pernah mengalami kecemasan berkomunikasi. Namun ada kalanya kecemasan itu bersifat berlebihan sehingga menjadi tidak normal. Kecemasan berkomunikasi yang tinggi merupakan kecenderungan untuk mengalami kecemasan dalam waktu yang relatif lama dan dalam berbagai situasi yang berbeda. Dalam hal ini seseorang menderita karena merasa sangat cemas ketika ia harus berkomunikasi sehingga ia ingin bahkan akan menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menyebabkan orang bersangkutan tidak dapat bersosialisasi dalam masyarakat.

Kecemasan berkomunikasi merupakan bagian dari konsep yang lebih besar dalam konsep-konsep psikologi seperti: penghindaran sosial (social avoidance), kecemasan sosial (social anxiety), kecemasan interaksi (interaction anxiety), dan sifat malu (shyness) yang secara umum disebut dengan kecemasan sosial dan komunikasi.

Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (DeVito, 2001: 80) menuliskan kecemasan berkomunikasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang (trait apprehension). Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi khusus. Ketakutan muncul dalam situasi komunikasi diadik, kelompok kecil, berbicara di depan umum, maupun komunikasi massa. 2. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state apprehension). Keadaan takut, akan terlihat jelas, khusus untuk situasi komunikasi tertentu. Devito mencontohkan individu yang mungkin takut saat berbicara di depan umum tetapi tidak saat komunikasi diadik, atau individu yang merasakan kecemasan berkomunikasi saat proses wawancara namun tidak ada kecemasan saat berbicara di depan umum. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini sangatlah umum; keadaan ini dialami banyak orang saat berada dalam situasi tertentu.

PERILAKU CEMAS Kecemasan dapat menyebabkan penurunan frekuensi , kekuatan, dan ketertarikan dalam interaksi komunikasi pada individu sehingga individu memiliki keengganan dalam berkomunikasi. Kecemasan yang tinggi menghindari situasi komunikasi; namun saat individu didorong untuk berpartisipasi, individu tersbut akan berkomunikasi sesedikit mungkin. dapat belajar untuk menangani kecemasan berkomunikasi mereka. (DeVito, 2001:80) Burgoon (dalam Infante et. al, 1990:146) dalam penelitiannya menemukan beberapa aspek yang memberi kontribusi terhadap munculnya ketidakinginan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu: 1. Alienasi sosial, persoalan ini terjadi ketika seseorang tidak mampu mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan. Individu tersebut dalam kesehariannya masih mengembangkan perasaan gelisah (insecurity), isolasi, dan perasaan tidak mempunyai kekuasaan (powerlessness). 2. Introversi. Apa yang dimaksud sebagai introversi merupakan aspek lain yang memberi kontribusi terhadap ketidakinginan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena orang yang mempunyai sifat tertutup (introvert) tidak menempatkan komunikasi sebagai medium interaksi yang penting; dan karenanya komunikasi tidak cukup dibutuhkan oleh individu yang berkepribadian tertutup. 3. Harga diri (self-esteem). Harga diri merupakan satu bagian dari sindrom ketidakinginan untuk berkomunikasi, karena individu yang mempunyai harga diri yang rendah akan merasa khawatir orang lain memberi reaksi negatif kepadanya. Akibatnya, ia kurang termotivasi untuk berkomunikasi karena ia merasa tidak bisa untuk melakukannya.

Menurut Patterson dan Ritts kecemasan sosial dan komunikasi memiliki parameter seperti: 1.aspek fisik seperti denyut jantung atau wajah yang memerah karena malu 2.aspek tingkah laku, seperti penghindaran dan perlindungan diri 3.aspek kognitif, seperti terlalu fokus pada diri sendiri (self-focus) serta timbulnya pemikiran negatif. Dari ketiga parameter tersebut maka aspek kognitif dinilai sebagai yang paling dominan. Hal ini berarti kecemasan sosial dan komunikasi sebagian besar berkenaan dengan bagaimana cara kita berpikir mengenai diri kita terkait dengan situasi komunikasi yang tengah dihadapi. (Morissan, 2010:9)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN BERKOMUNIKASI a. Derajat Evaluasi Semakin tinggi individu merasa dirinya sedang dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat.b. Subordinate status Saat individu merasa bahwa orang lain memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik atau pengetahuan yang jauh lebih luas darinya, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin meningkat. c. Degree of conspicuousness Semakin menonjol seorang individu, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin tinggi. Inilah alasan mengapa orang yang berpidato di antara khalayak ramai, akan lebih cemas dibandingkan mereka yang berbicara dalam sebuah kelompok kecil. d. Degree of unpredictability Semakin banyak situasi tak terduga, maka semakin besar tingkat kecemasan. e. Degree of dissimilarity Saat individu merasakan sedikit persamaan dengan teman bicaranya, maka individu tersebut akan merasakan kecemasan berkomunikasi. f. Prior success and failures Keberhasilan atau kegagalan individu di satu situasi dalam bimbingan skripsi akan berpengaruh terhadap respon individu pada situasi berikutnya. g. Lack of communication skills and experience Kurangnya kemampuan dan pengalaman mahasiswa akan menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika mahasiswa tidak berusaha untuk meningkatkan kemampuannya. (DeVito, 2001:81-82)

PersepsiPersepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian. Menurut sesYoung (1956) persepsi merupakan aktivitas, mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, niali-nilai, sikap ingatan dan lain-lain.Persepsimerupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lainpersepsiadalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan ManajemenPerilaku, Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwapengertian persepsimerupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi PersepsiFaktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu ;1.Faktor InternalFaktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :a.Fisiologis.Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.b.Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.c.Minat.Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.d.Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.e.Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.f.Suasana hati.Keadaanemosimempengaruhiperilakuseseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2.Faktor EksternalFaktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :a.Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus.Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.b.Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.c.Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.d.Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.e.Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

C.Persepsi Sebagai Inti Komunikasi InterpersonalPersepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal mengobrol lewat telepon, korespondensi dll.Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan menentukan jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misal kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik, maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula, begitu juga sebaliknya.Definisi cantik menurut orang yang satu dengan yang lain pasti mempunyai jawaban yang berbeda-beda, mungkin ada yang menjawab cantik itu gendut, ramping atau bahkan kurus kering. Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang saat itu kita tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang yang memakai banyak anting sampai daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi yakni tubuh yang subur dan keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan diartikan sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok tergantung latar belakangnya masing-masing.

D.Proses Terbentuknya PersepsiPerceptual process atau proses persepsi meliputi 3 (tiga) tahap yaitu :1.Sensasi (asensi)Sensasi adalah proses pengiriman pesan ke otak melalui panca indera yaitu mata, hidung, telinga, lidah, kulit. Panca indera adalah reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali untuk dapat menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat pantai, mencium parfum, bersalaman, mencicipi masakan. Setelah informasi itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak kita masuk dalam terhadap atensi2.AtensiAtensi adalah suatu tahap dimana kita memperhatikan informasi yang telah ada sebelum kita menginterpretasikannya. Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca indera, namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat telepon, informasi yang kita perhatikan hanyalah suara lawan bicara meskipun saat itu kita juga sedang membaca koran atau makan bakwan, ketika melihat sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih, tentunya kita lebih memperhatikan yang berbaju putih, hal ini terjadi karena kita hanya akan memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda dan paling menarik perhatian.3.InterpretasiTahap interpretasi adalah tahap terakhir. Jika persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi adalah inti dari persepsi. Interpretasi adalah proses penafsiran informasi atau pemberian makna dari informasi yang telah kita tangkap dan kita perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai kemudian kita perhatikan, maka secara tidak langsung kita akan menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah menurut kita indah, biasa saja atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan tentunya akan beragam tergantung latar belakang kita masing-masing.

Sensasi, atensi dan interpretasi adalah tahapan-tahapan yang dilalui untuk menghasilkan persepsi, semakin sama persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar belakang yang sama. Persepsi-persepsi yang ada pada diri kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, karena itu berfikirlah positifdan obyektif dalam memandang sesuatu.