41
ISSN 2443-244X Volume 02 No. 2, Edisi November 2016 KOMPONEN HASIL GENERASI M 1 LIMA VARIETAS PADI LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN YANG DIRADIASI DENGAN SINAR GAMMA Hikma Ellya ,Raihani Wahdah, dan Bakti Nur Ismuhajaroh ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum) Eko Kusumawati, Junita Susilaning Putri, Gusti Mahmudah, Lonita, Muhammad Reza Fahlevi, dan Paradisha Rinanda KANDUNGAN C-ORGANIK, N-TOTAL, PHOSPOR, DAN KALIUM TANAH AKIBAT PERLAKUAN PUPUK ORGANIK PADA LAHAN SUB OPTIMAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Siska Fitriyanti KONDISI EKSPLAN DAUN KARET (Hevea brasiliensis) TERHADAP PERLAKUAN STERILISASI DALAM KULTUR IN-VITRO Mila Lukmana dan Linda Rahmawati TINGKAT PENGGUNAAN TRICHODERMA SP DALAM FERMENTASI PELEPAH SAWIT TERHADAP KANDUNGAN LIGNIN, ADF, DAN NDF PADA LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA Muhammad Syarif Djaya, Siti Dharmawati, dan Andi Nursalam AS APLIKASI WATER MANAGEMENT LAHAN RAWA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT BARITO PUTRA PLANTATION Herry Iswahyudi dan Putri Mei Windiyastuti

KOMPONEN HASIL GENERASI M LIMA VARIETAS PADI LOKAL 1polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_02_No_2_Nov_2016.pdf · ISSN 2443-244X 0Volume2 1 No. 2, Edisi November 2016 KOMPONEN HASIL

Embed Size (px)

Citation preview

ISSN 2443-244X

Volume

021No. 2, EdisiNovember 2016

KOMPONEN HASIL GENERASI M1 LIMA VARIETAS PADI LOKALPASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN YANG DIRADIASI DENGANSINAR GAMMAHikma Ellya ,Raihani Wahdah, dan Bakti Nur Ismuhajaroh

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIKROORGANISME PENYEBABPENYAKIT PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum)Eko Kusumawati, Junita Susilaning Putri, Gusti Mahmudah, Lonita,Muhammad Reza Fahlevi, dan Paradisha Rinanda

KANDUNGAN C-ORGANIK, N-TOTAL, PHOSPOR, DAN KALIUMTANAH AKIBAT PERLAKUAN PUPUK ORGANIK PADA LAHAN SUBOPTIMAL PERKEBUNAN KELAPA SAWITSiska Fitriyanti

KONDISI EKSPLAN DAUN KARET (Hevea brasiliensis) TERHADAPPERLAKUAN STERILISASI DALAM KULTUR IN-VITROMila Lukmana dan Linda Rahmawati

TINGKAT PENGGUNAAN TRICHODERMA SP DALAM FERMENTASIPELEPAH SAWIT TERHADAP KANDUNGAN LIGNIN, ADF, DAN NDFPADA LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDAMuhammad Syarif Djaya, Siti Dharmawati, dan Andi Nursalam AS

APLIKASI WATER MANAGEMENT LAHAN RAWA DI PERKEBUNANKELAPA SAWIT PT BARITO PUTRA PLANTATIONHerry Iswahyudi dan Putri Mei Windiyastuti

ISSN 2443-244XVol. 02, No. 2, Edisi November 2016

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 41

KOMPONEN HASIL GENERASI M1 LIMA VARIETAS PADI LOKALPASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN YANG DIRADIASI

DENGAN SINAR GAMMA

Hikma Ellya1,2, Raihani Wahdah2, Bakti Nur Ismuhajaroh2

1) Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur2) Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

e-mail : [email protected]

ABSTRACT

Cultivating local rice varieties is still a primary option for farmer in South Kalimantan.This research was conducted in the Sungai Rangas Village of Martapura West District,Banjar regency, South Kalimantan. This research was laid out based on Split-Plotdesign with 2 replications. The main plots were five local rice varieties : V1(Siamharli), V2 (Siam unus), V3 (Kuatek), V4 (Siam sebelas), and V5 (Siam gumpal). Thedosages of irradiated gamma irradiation : D1 (10 Krad), D2 (20 Krad), D3 (30 Krad)and D0 (without irradiation) were the subplots. Results showed that the dosage ofgamma radiation did not significantly affect yield components variable, while local ricevarieties significantly affect the time of harvest. Varieties Harley (157.22 days) had themost early harvest time, whereas varieties Datu (168.93 days) had the longest harvesttime.

Keywords : gamma, rice varieties, yield components

PENDAHULUAN

Budidaya varietas padi lokalmasih menjadi pilihan utama parapetani di Kalimantan Selatan. Varietaspadi lokal bersifat adaptif denganlingkungan Kalimantan Selatan yangdidominasi oleh lahan rawa danmempunyai sifat “pera” yang disukaimasyarakat Kalimantan Selatan padaumumnya. Keunggulan tersebutmenjadikan harga jual varietas padilokal lebih tinggi dibandingkan denganvarietas padi unggul. Meskipundemikian varietas padi lokalKalimantan Selatan mempunyaikekurangan yaitu memiliki umur panenlebih panjang dan produktivitas relatiflebih rendah dibandingkan denganvarietas padi unggul. Produksi rata-ratavarietas padi unggul 2,3 t.ha-1 dengankisaran 2 – 2,5 t.ha-1 dan varietas padilokal rata-rata 1,8 t.ha-1 dengan kisaran

1,5 – 2,4 t.ha-1 (Noor, Rina danGinayuwati, 2007).

Kelemahan varietas padi lokaltersebut dapat melahirkan peluangberupa pengembangan teknologialternatif yang diarahkan padapengembangan varietas lokal yangdapat beradaptasi pada lingkunganproduksi yang buruk denganproduktivitas yang tinggi dan umurpanen yang pendek. Pengembanganvarietas padi lokal dilakukan denganseleksi keragaman populasi. Varietaspadi lokal memiliki keragaman populasiyang rendah, sehingga untuk melakukanseleksi diperlukan metode untukmeningkatkan keragaman populasi yangtelah ada. Menurut Soeranto (2003)peningkatan keragaman populasi dapatdilakukan salah satunya melalui induksimutasi secara fisik dengan radiasi sinargamma.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 42

Penelitian ini pada dasarnyabelum menjamin bahwa jika komponenhasil generasi M1 lima varietas padi(Oryza sativa L.) lokal pasang surutKalimantan Selatan yang dimutasidengan sinar gamma terjadi perubahanatau perbedaan nyata yang disebabkanoleh faktor genetik. Sehingga perludilakukan penelitian lanjutan padagenerasi M2 untuk mengetahui bahwaperubahan tersebut kemungkinan besarberasal dari faktor genetik.

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui respon komponen hasilgenerasi M1 lima varietas padi lokalpasang surut Kalimantan Selatan yangdimutasi dengan sinar gamma.

BAHAN DAN METODEBahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tanaman padi lokalpada petak pertanaman. Dengan ukuranpetak 9 x 10 m berupa hasil panenpenelitian yang telah dilaksanakanberdasarkan Rancangan Petak terbagi(Split Plot Design) dalam polaRancangan Acak Kelompok.

Alat yang digunakan berupagunting, amplop kertas, label, neracaanalitik, hand counter, kamera foto, alattulis menulis.

Penelitian ini dilaksanakan diDesa Sungai Rangas KecamatanMartapura Barat, Kabupaten Banjar,Kalimantan Selatan. Pelaksanaanpenelitian ini dilaksanakan lebih kurang5 bulan terhitung dari bulan Agustussampai dengan bulan Desember 2010.

Penelitian ini menggunakan petakpertanaman penelitian yang telahdilaksanakan berdasarkan RancanganPetak terbagi dalam pola RancanganAcak Kelompok. Pada sub petak dosismutasi sinar gamma (D) dan pada petakutama ditempatkan kultivar padi lokal(V). Kegiatan berupa penyinaran benihpadi dengan sinar gamma pada instansiBATAN hingga pelaksanaan

penanaman, pengamatan masa vegetatiftanaman di lapangan, serta data-datalain sebelum masa panen yangdiperlukan dalam proses seleksigenerasi M1 ini telah dilaksanakan padapenelitian sebelumnya. Sehingga untukpenelitian ini, hanya dilakukanpengumpulan data berupa komponenhasil panen.

Varietas padi lokal terdiri dari 5taraf (V), yaitu :v1 = Siam Harliv2 = Siam Unusv3 = Kuatekv4 = Siam Sebelasv5 = Siam Gumpal

Dosis mutasi sinar gamma terdiriatas 4 taraf (D), yaitu :d0 = 0 Krad (tanpa perlakuan)d1 = 10 Kradd2 = 20 Kradd = 30 Krad

Dengan demikian diperoleh 20perlakuan, dan masing-masingperlakuan diulang sebanyak 2 kalisehingga diperoleh 40 satuanpercobaan.

Peubah yang diamati meliputiumur panen, jumlah anakankeseluruhan, dan jumlah anakanproduktif per rumpun.

Pelaksanaan PenelitianPra penelitian

Kegiatan yang dilakukan sebelumdilaksanakan penelitian meliputipenyinaran sinar gamma yangdilaksanakan di institusi BATAN,persemaian, penanaman, danpemeliharaan tanaman padi.Pelaksanaan penelitian

Pemanenan. Pemanenandilakukan setelah tanaman mencapaifase pemasakan, di mana bulir padipada rumpun 90% sudah menguningdan daun bendera juga telah menua.Pemanenan dilakukan terhadap semuarumpun tanaman pada setiap petak

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 43

perlakuan. Untuk tanaman contoh yangdiambil berjumlah 50 tanaman/petakyang pemanenannya dilakukan padatanaman yang mempunyai umur panenlebih pendek. Penghitungan jumlahanakan keseluruhan dan anakanproduktif dilakukan sebelum menuaimalai padi.

Analisis DataUntuk mengetahui pengaruh

pemberian dosis mutasi komponen hasillima varietas padi lokal pasang surutKalimantan Selatan, maka dilakukananalisis ragam pada setiap peubah yangdiamati dengan menggunakan uji Fpada taraf 5 % dan 1 %. Apabila uji Fmenunjukan pengaruh nyata dan sangatnyata, pengujian dilanjutkan dengan ujibeda nilai tengah menggunakan UjiBeda Nyata Terkecil (BNT) pada tarafuji 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur PanenUji beda nilai tengah pengaruh

berbagai varietas padi lokal terhadapumur panen disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji beda nilai tengah pengaruhberbagai varietas padi lokalterhadap umur panen (hari)

Varietas (v) Umur Panen(Hari)

v1 (Harli) 157,22 av2 (Siam unus) 157,48 av3 (Kwatek) 163,12 abv4 (Siam sebelas) 166,66 bv5 (Gumpal) 168,93 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti olehhuruf yang sama menunjukkantidak berbeda nyata menurut ujiBNT pada taraf nyata 5%.

Hasil Uji BNT taraf 5%menunjukkan bahwa umur panen

tanaman paling genjah pada v1 (157,22hari) namun tidak berbeda nyata denganv2 dan v3. Sementara umur panenpaling panjang adalah pada v5 (168,93hari), namun tidak berbeda nyatadengan v4 dan v3 (Tabel 1).

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa perlakuan berbagai varietas padilokal berpengaruh nyata terhadap umurpanen, sedangkan perlakuan dosisradiasi terhadap umur panen tidakberbeda nyata. Di mana umur panenpaling genjah terdapat pada v1 yaituvarietas Harli (157,22 hari), sedangkanumur panen paling panjang adalah v5yaitu varietas Datu (168,93 hari).

Umumnya varietas padi lokalberumur panjang yaitu sekitar 120-170hari setelah tanam sehingga penanamanhanya dapat dilakukan setahun sekali(Noor, 2007). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa umur panentanaman tiap varietas berkisar 157 –170 hari. Hal ini menunjukkan bahwakelima varietas padi lokal pasang surutKalimantan Selatan termasuk padi yangberumur panjang.

Terdapat beberapa varietas padilokal di Kalimantan Selatan antara lain,varietas Gumpal, Siam Unus, Harli,Siam Sebelas, Kuatek, Siam Datu danSiam Unus Kuning. Semua varietaslokal ini perlu dipertahankan dandilestarikan sebagai kekayaan, asetplasma nutfah daerah, sumberkeragaman genetik dan sebagai bahaninduk tetua persilangan dalam programperbaikan varietas (Distan, 2006).Plasma nutfah (germ plasm) adalahsuatu substansi sebagai sumber sifatketurunan yang terdapat dalam setiapkelompok organisme. Substansi iniberpotensi untuk dikembangkan ataudirakit guna menciptakan kultivar-kultivar baru melalui pemuliaantanaman. Jadi dalam tubuh masing-masing individu yang menyusunpopulasi merupakan plasma nutfah,

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 44

sehingga substansi yang mengaturperilaku kehidupannya secara turuntemurun mempunyai sifat yangmembedakannya dari populasi lain(Sastrapradja dan Rifai, 1989). Hal inimenunjukkan bahwa perbedaan umurpanen masing-masing varietas memilikiperbedaan sistem genetika yangmengendalikan sifat dan ciri khas padasetiap varietas.

Pemberian radiasi sinar gammapada kelima varietas padi lokal pasangsurut menghasilkan generasi M1 yangbelum menunjukkan adanya responterhadap umur panen. MenurutHandayani (2006) berbagai faktor dapatmempengaruhi keberhasilanpenggunaan radiasi pada tanaman,antara lain genotipe, bagian tanamanyang digunakan, stadia perkembangansel tanaman, jumlah kromosom, umurjaringan, oksigen, temperatur dan dosisradiasi. Sehingga ada kemungkinanbeberapa pengaruh faktor lain sepertiketahanan atau kekebalan tanaman itusendiri terhadap pemberian sinargamma sehingga radiasi tidak mampumerusak umur panen tanaman tersebut.Jadi, dosis radiasi sinar gamma yangdiberikan kepada lima varietas padilokal pasang surut tersebut belummampu mengakibatkan perubahanmutasi terhadap komponen hasiltanaman padi berupa umur panen.

Jumlah Anakan Keseluruhan danJumlah Anakan Produktif perRumpun

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa perlakuan berbagai varietas padilokal dan dosis radiasi tidakberpengaruh nyata terhadap jumlahanakan keseluruhan dan jumlah anakanproduktif per rumpun. Sehingga tidakdilakukan uji lanjutan pada keduavariabel tersebut.

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa perlakuan berbagai varietas padi

lokal dan dosis radiasi tidakberpengaruh nyata terhadap jumlahanakan keseluruhan dan jumlah anakanproduktif per rumpun. Hal inimenunjukkan bahwa efektivitas dosisradiasi belum mampu merubah jumlahanakan dan jumlah anakan produktifpada generasi M1 ini.

Keberhasilan upaya radiasi untukmeningkatkan keragaman populasisangat ditentukan oleh radiosensitivitasgenotipe tanaman yang dradiasi.Tingkat senstivitas tanaman sangatbervariasi pada setiap jenis tanaman dangenotipe (Banerji dan Datta, 1992).Terdapat beberapa faktor yangmempengaruhi tingkat radiosensitivitassuatu tanaman terhadap radiasi. Secarafisik, bentuk morfologi bahan tanamandapat mempengaruhi ketahanan fisik selsaat menerima radiasi sinar gamma.Selain itu juga faktor biologis sepertigenetik dan juga faktor lingkunganseperti oksigen, kadar air dan suhu.Menurut Ismachin (1994), suatu selmempunyai kepekaan yang berbedaterhadap mutagen. Bila radiasi atauionisasi terjadi pada bagian sel yangpeka, maka sel itu akan rusak atau mati.Sebaliknya bila sel yang terkena adalahbagian yang tidak peka, maka sel itutidak akan rusak. Tidak adanyapengaruh nyata dari pemberian dosisradiasi sinar gamma terhadap jumlahanakan keseluruhan dan jumlah anakanproduktif per rumpun diduga bahwaradiasi sinar gamma yang dilakukanmengenai bagian sel tanaman yangtidak peka, sehingga efektivitas radiasipada generasi M1 pada komponen hasiljumlah anakan dan jumlah anakanproduktif tidak mengalami perubahanyang signifikan dari tetuanya.

Saat penelitian berlangsung,terjadi serangan penyakit ‘tungro’ yangmengakibatkan beberapa petakpertanaman mengalami kerusakan yangcukup serius. Kendala di lapangan

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 45

tersebut dapat mengakibatkan pengaruhperlakuan dosis radiasi tidak mampuberekspresi maksimal. Menurut Nasir(2003) generasi M1 harus mendapatperhatian yang serius terhadappengendalian gulma, serangga, ataupenyakit, karena tujuannya adalahmentransfer sebanyak mungkin mutasike generasi M2 di mana seleksi terhadapfenotipe yang diinginkan akandilakukan. Dengan adanya cekamanlingkungan yang fatal di lapangan dapatmenyebabkan tidak efektifnya mutagenpada generasi M1. Seharusnya kondisipertanaman di lapangan dikelola denganbaik agar faktor selain perlakuan tidakmempengaruhi hasil dan komponenhasil penelitian.

KESIMPULAN1. Perlakuan berbagai varietas padi

lokal berpengaruh nyata terhadapumur panen.

2. Dosis radiasi sinar gamma tidakberpengaruh nyata terhadap umurpanen, jumlah anakan, dan jumlahanakan produktif per rumpun.

DAFTAR PUSTAKA

Banerji, B.K., dan Datta, S.K. 1992.Gamma Ray Induced FlowerShape Mutation in Chrysantheumcv ‘Java’. Biology.

Distan, 2006. Beras Siam MutiaraSolusi Bagi Diabeteshttp://distan.kalselprov.go.id/ [01Februari 2010].

Handayani, W. 2006. KeragamanGenetik Mawar Mini DenganIrradiasi Sinar Gamma. WartaPenelitian dan PengembanganPertanian 28 (4) : 17 – 18.

Ismachin, M. 1994. Masalah danProspek Pemuliaan denganTeknik Mutasi ProsidingSimposium Pemuliaan TanamanII. Perhimpunan PemuliaanTanaman Indonesia. KomisariatJatim.

Nasir, M. 2003. BioteknologiMolekuler. Teknik RekayasaGenetik Tanaman. PT. CitraAditya bakti. Bandung.

Noor, M. 2007. Rawa Lebak. Ekologi,Pemanfaatan, danPengembangannya. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Noor, M, Y. Rina dan Noorginayuwati.2007. Persepsi Petani tentangLahan Gambut danPengelolaannya. Balai PenelitianPertanian Lahan Rawa.Banjarbaru.

Sastrapradja, S.T., dan M.A. Rifai.1989. Mengenal Sumber PanganNabati dan Plasma Nutfahnya.Puslitbang Bioteknologi-LIPI.Bogor.

Soeranto, H. 2003. Peran iptek nuklirdalam pemuliaan tanaman untukmendukung industri pertanian.Puslitbang teknologi isotop danradiasi, badan tenaga nuklirnasional (BATAN). Jakarta.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 46

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIKROORGANISME PENYEBABPENYAKIT PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum)

Eko Kusumawati1, Junita Susilaning Putri1, Gusti Mahmudah1, Lonita1,Muhammad Reza Fahlevi1, dan Paradisha Rinanda1

1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarmane-mail : [email protected]

ABSTRACT

Research on the isolation and characterization of microorganisms that cause disease inpepper (Capsicum annuum) aims to obtain single isolates of bacteria and fungi as wellas knowing the character of the isolates. Isolation is done by planting plant parts(stems, leaves and fruit) were disease into a Petri dish that already contains solid mediaNA and PDA, and then carried out the manufacture of pure cultures. Pure cultures ofbacteria is made by scraping bacteria on solid media NA, whereas pure cultures offungi carried by planting fungi on sterile Petri dishes containing PDA medium wassolid. Bacteria were characterized by Gram staining, whereas fungi were characterizedusing methods square block. The results obtained after the isolation andcharacterization is contained one strain of bacteria to the character of colonies arewhite, round, edged flat, slick surface, the Gram stain gram-positive cell lines cocci andthere is a fungi that once characterized and identified as Fusarium sp.

Key words: Capsicum annum, Isolasi, Karakterisasi, NA, PDA

PENDAHULUAN

Di negara agraris sepertiIndonesia, pertanian mempunyaikontribusi penting baik terhadapperekonomian maupun terhadappemenuhan kebutuhan pokokmasyarakat, apalagi dengan semakinmeningkatnya jumlah penduduk yangberarti bahwa kebutuhan akan panganjuga semakin meningkat. Selain itu, adaperan tambahan dari sektor pertanianyaitu peningkatan kesejahteraanmasyarakat yang sebagian besarsekarang berada di bawah gariskemiskinan. Sebagian besarpenduduknya hidup dari hasil bercocoktanam atau bertani, sehingga pertanianmerupakan sektor yang memegangperanan penting dalam kesejahteraankehidupan penduduk Indonesia (Diana,1992).

Tanaman cabai (Capsicumannuum) merupakan tanaman sayuranyang berbentuk perdu tergolong kedalam suku Solonaceae (Setiadi, 2000).Berdasarkan asal usulnya cabai berasaldari Peru. Ada yang menyebutkanbahwa bangsa Meksiko kuno sudahmenggemari cabai semenjak tahun7000, jauh sebelum Colombusmenemukan benua Amerika pada tahun1492. Christophorus Colombuskemudian menyebarkan danmempopulerkan cabai dari benuaAmerika ke Spanyol pada tahun 1492.Pada tahun 1500-an, bangsa Portugismulai memperdagangkan cabai keMakao dan Goa, kemudian masuk keIndia, Cina dan Thailand. Sekitar tahun1513 kerajaan Turki Usmanimenduduki wilayah Portugis diHormuz, Teluk Persia. Di sinilah orangTurki mengenal cabai. Saat turkimenduduki hongaria, cabai pun

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 47

memasyarakat di Hongaria. Hinggasekarang belum ada data yang pastimengenai kapan cabai dibawa masuk keIndonesia. Menurut dugaan,kemungkinan cabai dibawa olehsaudagar-saudagar dari Persia ketikasinggah di Aceh. Sumber lainmenyebutkan bahwa cabai masuk keIndonesia karena di bawa bangsaPortugis. Pada saat ini cabai telahpopuler di seluruh dunia. Beberapamasakan khas dan populer di dunia,seperti kari thailand, pizza Italia, ayamhongaria, hingga masakan kapauminang menggunakan cabai sebagaibahan utama (Prajnanta, 1999).

Batang cabai tumbuh tegak,berwarna hijau tua dan berkayu. Padaketinggian tertentu akan membentukpercabangan seperti huruf “Y”.Batangnya berbentuk silindris,berukuran diameter silindris, berukurandiameter kecil dengan tajuk daun lebardan buah cabai yang lebat. Daun cabaiberbentuk lonjong dengan bagianpangkal ujung daun meruncing. Padapermukaan daun bagian atas berwarnahijau tua, sedangkan di bagian bawahberwarna hijau muda. Tangkai daunnyamelekat pada percabangan, sedangkantulang daunnya berbentuk menyirip(Harpenas dan Dermawan, 2010).Bunga cabai berbentuk terompet ataucampanulate, sama dengan bentukbunga keluarga Solonaceae lainnya.Bunga cabai merupakan bungasempurna dan berwarna putih bersih,bentuk buahnya berbeda-beda menurutjenis dan varietasnya (Tindall, 1983).Buah cabai bulat sampai bulat panjang,mempunyai 2-3 ruang yang berbijibanyak. Buah yang telah tua (matang)umumnya berwarna kuning sampaimerah dengan aroma yang berbedasesuai dengan varietasnya. Bijinyakecil, bulat pipih seperti ginjal danberwarna kuning kecoklatan(Sunaryono, 2003).

Buah cabai sangat digemarikarena memilki rasa pedas dan dapatmerangsang selera makan. Selain itu,buah cabai memiliki banyak kandungangizi dan vitamin, diantaranya kalori,protein, lemak, karbohidrat, kalsium,vitamin A, B1 dan vitamin C (Prayudi,2010).

Beberapa faktor yang dapatmempengaruhi pertumbuhan danperkembangan tanaman cabai antaralain: iklim, tanah, air, dan faktor biotikseperti hama, tumbuhan pengganggudan gangguan penyakit yangdisebabkan oleh bakteri dan fungi(Tjahjadi, 1991).

Bakteri merupakan makhlukhidup bersel satu, berdinding sel danbersifat prokariotik. Bakteri mempunyaikemampuan mereproduksi individu seldalam jumlah sangat banyak denganwaktu singkat sehingga menjadipenyebab penyakit yang merusak padainang. Penyebaran bakteri tidak melaluispora, sehingga secara adaktif tidakdapat disebarkan melalui angin. Bakteripatogen mempunyai penyebaran daritanaman satu ke tanaman yang lainmelalui air, serangga, hewan lain danmanusia (Diana, 1992).

Faktor lain yang menyebabkanpenyakit pada tanaman cabai adalahadanya gangguan dari mikroorganismefungi. Fungi berbentuk sel atau benangbercabang, mempunyai dinding dariselulosa atau kitin atau keduanya,mempunyai protoplasma yangmengandung satu atau lebih inti, tidakmempunyai klorofil, dan berkembangbiak secara aseksual, seksual, ataukeduanya. Beberapa fungi meskipunsaprofit, dapat juga menyerang inangyang hidup lalu tumbuh dengan subursebagai parasit dan fungi menimbulkanpenyakit pada tumbuhan, hewan,termasuk manusia, tidak kurang dari100 spesies yang patogen terhadapmanusia (Endah, 2008).

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 48

Penelitian ini dilakukan dengantujuan untuk mengetahui karakter dariisolat bakteri dan fungi penyebabpenyakit yang diisolasi dari bagian-bagian tanaman cabai (Capsicumannum) yang terserang penyakit.

BAHAN DAN METODE

SterilisasiSemua alat gelas yang akan

dipakai dalam penelitian seperti tabungreaksi, cawan petri, dan lain-laindisterilkan dalam autoklave padatemperatur 121oC dan tekanan 15 lbsselama 30 menit.

Pembuatan Media NA (Nutient Agar)Dilarutkan ketokonazole 100 mg

ke dalam 100 ml DMSO. Larutantersebut dimasukkan ke dalam larutanNA 28 gr dan dicukupkanmenggunakan air suling hingga volumemencapai 1000 ml di dalam LabuErlenmeyer. Selanjutnya,dihomogenkan menggunakan magneticstirer dan dipanaskan hingga mendidihdi atas hot plate. Ditutup dengan kapasdan kertas aluminium. Disterilkan kedalam autoclave dengan suhu 121 oCselama 15 menit.

Pembuatan Media PDA (PotatoDextrose Agar)

Dilarutkan kloramfenikol 100 mgke dalam 100 ml air suling. Larutantersebut dimasukkan ke dalam larutanPDA 39 gr dan dicukupkanmenggunakan air suling hingga volumemencapai 1000 ml di dalam LabuErlenmeyer. Selanjutnya,dihomogenkan menggunakan magneticstirer dan dipanaskan hingga mendidihdi atas hot plate. Ditutup dengan kapasdan kertas aluminium. Disterilkan kedalam autoclave dengan suhu 121 oCselama 15 menit.

Isolasi Bakteri pada Media NADisiapkan alat dan bahan yang

digunakan. Dipanaskan media NAhingga mencair, lalu dituang ke dalamcawan petri (±15 ml). Dibiarkan mediahingga dingin dan padat. Dicelupkanpisau silet atau cutter ke dalam alkohol95%, dibakar dan diangin-anginkan.Dipotong kecil-kecil bagian tanamanyang terserang penyakit. Diletakkanbagian tanaman tersebut ke dalamcawan Petri yang berisi media NA padatdengan menggunakan pinset. Ditutupkembali cawan petri tersebut dan diberilabel. Diinkubasi selama 48 jam padasuhu ruang 35-37 °C. Setelah masainkubasi, diamati warna, bentuk, tepidanpermukaan koloni bakteri yangtumbuh.

Isolasi Fungi pada Media PDADisiapkan alat dan bahan yang

digunakan. Dipanaskan media PDAhingga mencair, lalu dituang ke dalamcawan petri (±15 ml). Dibiarkan mediahingga dingin dan padat. Dicelupkanpisau silet atau cutter ke dalam alkohol95%, dibakar dan diangin-anginkan.Dipotong kecil-kecil bagian tanamanyang terserang penyakit. Diletakkanbagian tanaman tersebut ke dalamcawan Petri yang berisi media PDApadat dengan menggunakan pinset.Ditutup kembali cawan Petri tersebutdan diberi label. Diinkubasi selama 48jam dengan suhu 25-27 °C. Diamatipertumbuhannya.

Pembuatan Biakan Murni BakteriDisiapkan media NA dan media

biakan kompleks yang berasal daridaun, batang dan buah cabai. Dituangmedia ke dalam cawan Petri dandibiarkan hingga padat dan dingin.Dipanaskan jarum ose pada lampubunsen dan diangin-anginkan. Disentuhpermukaan koloni bakteri denganmenggunakan jarum ose dan digoreskan

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 49

pada permukaan media cara streak.Diinkubasi pada suhu 35-37°C selama48 jam. Diamati pertumbuhan kolonibakteri.

Pembuatan Biakan Murni FungiDisiapkan media PDA dan media

biakan kompleks yang berasal dari daundan batang cabai. Dituang media kedalam cawan Petri dan dibiarkan hinggapadat dan dingin. Dipanaskan jarum osepada lampu bunsen dan diangin-anginkan. Disentuh permukaan kolonifungi dengan menggunakan jarum osedan ditotolkan pada permukaan mediaPDA yang telah padat. Diinkubasi padasuhu 25-27°C selama 48 jam. Diamatipertumbuhan fungi.

Karakterisasi Bakteri MenggunakanPewarnaan Gram

Dipijarkan jarum ose, lalu diambilbakteri pada biakan murni. Dibuatpreparat ulas pada object glass. Ditetesicrystal violet, lalu didiamkan selama 1menit. Dicuci dengan air mengalir.Ditetesi lugol’s iodine, lalu didiamkanselama 1 menit. Dicuci kembali pada airmengalir. Ditetesi alkohol 95% laludidiamkan selama 2 menit. Dicuci lagipada air mengalir. Ditetesi safranin,lalu didiamkan selama 2 menit. Diamatidibawah mikroskop (bentuk sel,termasuk gram (+) atau (-) dan warnasel).

Karakterisasi Fungi MenggunakanMetode Square Block

Disiapkan media PDA dan mediabiakan kompleks yang berasal dari daundan batang cabai. Dituang media kedalam cawan petri dan dibiarkan hinggapadat dan dingin. Dipotong media PDAhingga membentuk square block.Dibentuk aluminium foil dengan hurufU, lalu diletakkan di dalam cawan Petri.Diletakkan object glass d atasaluminium foil dan diletakkan media

square block tadi di atas object glass.Dipanaskan jarum ose pada lampubunsen dan angin-anginkan Disentuhpermukaan koloni denganmenggunakan jarum ose. Digoreskan disamping media square block secarakeseluruhan. Ditutup dengan coverglass. Diinkubasi pada suhu 25-27°Cselama 48 jam. Diamati pertumbuhanfungi dengan mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciri-ciri tanaman cabai(Capsicum annum) mulai berpenyakitberawal dari tulang-tulang daun sebelahatas menjadi pucat, tangkai daunmerunduk dan tanaman menjadi layu.Layu total dapat terjadi antara 2-3minggu setelah terinfeksi. Tandanyadapat dilihat pada jaringan angkuttanaman yang berubah warna menjadikuning atau coklat. Penyakit ini dapatbertahan di tanah untuk jangka waktulama dan bisa berpindah dari satu lahanke lahan lain melalui mesin-mesinpertanian, serasah daun yang telahterserang maupun air irigasi. Suhu tanahyang tinggi sangat sesuai untukperkembangan penyakit ini (Prajnanta,2008).

Setelah melakukan isolasi darisampel batang, daun dan buah tanamancabai yang terserang penyakit, diperolehsatu jenis isolat bakteri dan satu jenisisolat fungi. Melalui pengamatanmorfologi koloni bakteri dan pewarnaanGram terhadap isolat bakteri tersebutdiperoleh hasil yang ditunjukkan padaTabel 1.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 50

Tabel 1. Hasil karakterisasi isolatbakteri hasil isolasi daribatang, daun dan buahtanaman cabai (Capsicumannum)

Koloni Isolat bakteriWarna PutihBentuk BulatTepi RataPermukaan LicinPewarnaan Gram Biru (Gram +)

Perbesaran : 40 x 10

Gambar 1. Pewarnaan bakteri hasilkarakterisasi isolat bakteriyang diisolasi dari tanamancabai (Capsicum annum)

Menurut Endah (2008) bakteriyang sering menyerang daun cabai(capsicum anuum) yaitu Pseudomonassolanacearum, bakteri inimengakibatkan daun cabai mengalamikelayuan, gejala awalnya beberapa daunmuda tampak layu atau daun tua bagianbawah terlihat menguning dan carapengendaliannya dengan caramelakukan pergiliran tanaman dengantanaman yang tidak dapat menjadiinang, mengatur pengolahan air yangtepat dan merendam benih denganlarutan air dan bakterisida.Pseudomonas solanacearum merupakanbakteri yang mampu mendegradasiberbagai jenis hidrokarbon terangkutoleh air, melalui tanah dan alat-alatpertanian yang digunakan serta bibit

yang digunakan bila mengandungpenyakit dapat juga menularkannya.Menginfeksi bagian-bagian tanamanutuh yang berada dalam tanah danproses infeksinya akan lebih cepatterutama pada bagian-bagian tanamanyang terluka. Bakteri Pseudomonassolanacearum merupakan penghunitanah tetap (Soil inhabitat) ataulingkungan air tawar dan air laut.

Setelah melakukan isolasi jugadiperoleh satu jenis isolat fungi. Melaluikarakterisasi dan identifikasi diperolehhasil bahwa fungi yang menyerangtanaman cabai adalah fungi Fusariumsp. Endah (2008) berpendapat bahwafungi ini menyebabkan penyakit yangmengakibatkan rebah pada batangcabai. Gejalanya kecambah gagalmuncul di permukaan tanah, bibit mudayang berhasil tumbuh tiba-tiba rebahdan mati, pangkal batang yang terserangberwarna coklat kehitaman, kebasah-basahan dan mengerut.Pengendaliannya dengan caramerendam benih selama 4-6 jam padalarutan air dan pravicur N ataupenyemprotan fungisida.

Perbesaran : 40 x 10

Gambar 2. Isolat fungi hasil isolasi daritanaman cabai (Capsicumannum)

Fungi Fusarium sp. yangditemukan menyerang tanaman cabaimemiliki struktur yang terdiri darimikronidia dan makronidia. Permukaankoloninya berwarna ungu dan tepinyabergerigi serta memiliki permukaan

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 51

yang kasar berserabut danbergelombang. Di alam, fungi inimembentuk konidium. Konidioforbercabang-cabang dan makrokonidiumberbentuk sabit, bertangkai kecil danseringkali berpasangan. Miseliumterutama terdapat di dalam sel khusus didalam pembuluh, juga membentukmiselium yang terdapat diantara sel-sel,yaitu di dalam kulit dan di jaringanparenkim didekat terjadinya infeksi.

Ciri-ciri fungi patogen adalahbagian tubuh fungi, vegetatif maupunreproduktif yang berperan untukmemulai proses infeksi disebutinokulum (inoculum, jamak inocula).Inokulum masuk ke dalam jaringantumbuhan dengan cara melakukanpenetrasi dengan berbagai cara, yaitumembentuk organ khusus yang disebuthaustorium (jamak haustoria), melaluialami seperti stomata, atau melalui luka.Setelah masuk ke dalam jaringantumbuhan, fungi akan tumbuhmelakukan kolonisasi sebelumkemudian membentuk organperkembangbiakan untuk pemencaran.Proses yang terdiri atas tahap infeksi,kolonisasi dan pemencaran ini disebutdaur penyakit. Selama daur penyakit ini,jaringan tumbuhan mengalamiperubahan dan pada permukaan jaringanyang mengalami perubahan tersebutdapat tampak pertumbuhan fungi.Perubahan yang tampak pada tumbuhansebagai akibat dari terjadinya infeksidisebut gejala penyakit (diseasesymptoms), sedangkan pertumbuhanpatogen yang tampak pada permukaanjaringan sakit disebut tanda penyakit(disease signs). Pengenalan gejala dantanda penyakit diperlukan dalammelakukan diagnosis penyakit(Winanta, 2002).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yangdilakukan diperoleh kesimpulan adalahterdapat satu isolat bakteri dengankarakter koloni berwarna putih,berbentuk bulat, bertepi rata, permukaanlicin, pada pewarnaan Gram yaitu Grampositif dengan bentuk sel coccus danterdapat satu fungi yang setelahdikarakterisasi dan diidentifikasi yaituFusarium sp.

DAFTAR PUSTAKA

Diana, W. 1992. Mikrobiologi Umum.Departemen MikrobiologiFakultas Pertanian. Jakarta.

Endah, J. 2008. Mengendalikan Hamadan Penyakit Tanaman. PTAgroMedia Pustaka. Jakarta.

Harpenas, A dan R. Dermawan. 2010.Budidaya Cabai Unggul (CabaiBesar, Cabai Keriting, CabaiRawit dan Paprika). PenebarSwadaya. Jakarta.

Prajnanta, F. 1999. Agribisnis CabaiHibrida. Penebar Swadaya.Jakarta.

Prajnanta, F. 2008. Agribisnis CabaiHibrida. Penebar Swadaya.Jakarta.

Prayudi, B. 2010. Budidaya dan PascaPanen Cabai Merah (Capsicumannum L). Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, BalaiPengkajian Teknologi Pertanian.Jawa Tengah.

Setiadi. 2000. Jenis dan BudidayaCabai Rawit. Penebar Swadaya.Jakarta.

Sunaryono, Hendro H. 2003. BudidayaCabai Merah. Sinar BaruAlgensindo. Bandung.

Tindall, H.D. 1983. Vegetable In TheTropics. Mac Milan Press Ltd.London.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 52

Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Cabai.Kanisius. Yogyakarta.

Winanta, B. T. W. 2002. BertanamCabai di Musim Hujan. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 53

KANDUNGAN C-ORGANIK, N-TOTAL, PHOSPOR, DAN KALIUM TANAHAKIBAT PERLAKUAN PUPUK ORGANIK PADA LAHAN SUB OPTIMAL

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Siska FitriyantiBalai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T) Provinsi Kalimantan

SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRACT

Study for the improvement of the nutrient content in palm oil plantations BP3T of SouthBorneo has been done since 2012. At the beginning of the study it was found that the oilpalm plantations on land are classified in sub-optimal land with very low of nutrientcontent. Laboratory analysis showed that the land lack of of N, P, K and Mg. Theresults of these studies followed up by trying to improve the nutrient content usingorganic fertilizers which are more environmentally friendly and have positive long-termeffects. But the supply of organic fertilizer apparently cannot fulfill nutritional needs ofthe soil. Studies conducted in 2014 showed the use of cow and chicken manuresignificantly reduced of N, P, and K elements. In this follow-up study, compost fromlitter (the remains of plants and leaves), liquid organic fertilizer, and utilization rorakwas added. Every combination of fertilizer are expected to improve the soil. Plantationarea has 180 palm trees, divided into 6 plots with different types of organic fertilizers.The control data used is the result of the laboratory analysis of previous studies. Theresults of this study showed that the content of N, P, and K increased significantlycompared with the control data. Likewise, the soil water content was also increased bythe use of rorak.

Key words : organic fertilizer, sub-optimal land, NPK, oil palm, rorak

PENDAHULUAN

Karakteristik lahan sub-optimalpada dasarnya merupakan lahan-lahanyang secara alami mempunyai kendalasehingga butuh upaya ekstra agar dapatdijadikan lahan budidaya yangproduktif untuk tanaman (Murtilaksonodan Anwar 2014). Kendala tersebutdapat berupa kesulitan dalammenyediakan air yang cukup, sifatkemasaman tanah yang tinggi (pHrendah), kandungan bahan organik yangrendah, dan sangat miskin unsur harasehingga membutuhkan dosispemupukan yang lebih tinggi. Kondisisub-optimal ini dapat terbentuk secaraalami, atau karena kegiatan manusia di

dan/atau sekitar lokasi yangbersangkutan, atau akibat salah kelolapada periode sebelumnya (Lakitan danGofar 2013). Dengan demikianpengelolaan lahan-lahan sub-optimalmemerlukan perlakuan yang sesuaiterhadap jenis kendala yang ada.

Kajian untuk kandungan unsurhara di lahan perkebunan kelapa sawitBP3T Provinsi telah dilakukan sejaktahun 2012. Pada kajian awal tersebutdiketahui bahwa lahan perkebunankelapa sawit tersebut tegolong padalahan sub-optimal yang miskinkandungan unsur hara. pH tanah padalahan kebun kelapa sawit tersebutmasuk kategori masam dengan kisaran4,5 – 5,5. Sedangkan analisis

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 54

kandungan hara mengalami defisiensiunsur N, P, K dan Mg. Jika dilihat darijenis tanah pada areal kebun kelapasawit termasuk jenis tanah ultisol,Ultisol umumnya mempunyaikandungan bahan organik yang rendahdan fraksi liatnya didominasi oleh liataktivitas rendah (low activity clay)seperti kaolinit, haloisit, serta oksida-hidrus Al dan Fe (Hermawan, et al.2014).

Hasil kajian tersebutditindaklanjuti dengan mencobamemperbaiki kandungan unsur haramenggunakan pupuk organik.Penggunaan pupuk organik inidikarenakan lebih ramah lingkungandan memiliki efek positif terhadaplingkungan untuk jangka panjang.Hanya saja kandungan hara yangdibutuhkan oleh lahan perkebunanmasih jauh dari tercukupi jika hanyamenggunakan pupuk kandang/organik.Kajian yang dilakukan pada tahun 2014menunjukkan penggunaan pupukkandang, baik dari kotoran sapi maupunayam signifikan menurunkankandungan N organik, unsur P, dan K.

Kompos adalah hasil akhir suatuproses dekomposisi tumpukansampah/serasah tanaman dan bahanorganik lainnya (Tantri, Supadma danArthagama 2016). Keberlangsunganproses dekomposisi ditandai dengannisbah C/N bahan yang menurun sejalandengan waktu (Imanudin, et al. 2015).Bahan mentah yang biasa digunakanseperti daun, sampah dapur, sampahkota dan lain-lain dan pada umumnyamempunyai nisbah C/N yang melebihi30 (Sutedjo 2010). Unsur lain yangdikandung oleh kompos adalahnitrogen, fosfor, kalsium, kalium danmagnesium (Tamtomo, Rahayu danSuyanto 2015). Pupuk kompos bekerjadengan cara memperbaiki struktur fisik,kimia dan biologi tanah. Beberapamanfaat pupuk organik adalah dapat

menyediakan unsur hara makro danmikro, mengandung asam humat(humus) yang mampu meningkatkankapasitas tukar kation tanah (Ikbal,Iskandar dan Budi 2016). Humus jugamampu meningkatkan aktivitas bahanmikroorganisme tanah yang akanmemperkaya tanah dengan zat harapenting bagi tanaman. Pada tanahmasam penambahan bahan organik darikompos dapat membantu meningkatkanpH tanah tanpa menyebabkan polusitanah dan polusi air (Novizan 2007).

Penelitian ini bertujuan untukmemperbaiki kandungan N, P, dan K dilahan perkebunan sawit BP3Tmenggunakan kombinasi pupukkandang, kompos dan pembuatan rorak.Hasil dari penelitian ini diharapkandapat menjadi rekomendasi danterobosan bagi perkebunan kelapa sawitbaik industri maupun masyarakat untukmenggunakan pupuk organik danmengurangi penggunaan pupuk kimia.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di kebunkelapa sawit yang dikelola oleh BalaiPengkajian & Pengembangan PertanianTerpadu (BP3T) Prov. KalimantanSelatan Jl. A. Yani Km. 51 Kab. TanahLaut. Lahan perkebunan memilikipohon kelapa sawit yang digunakandalam kajian ini sebanyak 180 pohonyang dibagi menjadi 6 (enam) plotlahan yang diberi perlakuan aplikasipupuk yang disajikan pada Tabel 1.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 55

Tabel 1. Kelompok perlakuankombinasi pupuk kelapasawit

Kode Perlakuan Dosis(kg/pohon)

A - Urea- Ponska- KCl- Kompos

13220

B1 -Kotoran ayam-Kompos serasah

2020

B2 -Kotoran sapi-Kompos serasah

2020

C1 -Kotoran ayam-Kotoran sapi-Kompos serasah

101020

C2 -Kotoran ayam-Kotoran sapi-Kompos serasah

202020

C3 -Kotoran ayam-Kotoran sapi-Kompos serasah

303030

Untuk menambah daya tangkaptanah terhadap air dlakukan pembuatanrorak dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm.Antara 2 pohon dibuat 1 (satu) rorak.Rorak kemudian diisi dengan komposhingga penuh setiap 1 bulan sekali.

Pengambilan contoh tanah untukanalisis laboratorium dilakukandisekitar pohon sampling yang diambilsecara acak. Sampel tanah yang diambilpada kedalaman 0 hingga 20 cm daripermukaan tanah. Sampel tanah inidikondisikan tercampur secara merata.Sampel tanah yang diambil diamati sifatkimianya yang meliputi : N-total, C-organik, K-total, P-total, dan kadar air.Data dianalisi secara statistiskmenggunakan analisis ragam ANOVA< 0,05. Jika terdapat perbedaan,dilanjutkan dengan Uji Beda NyataTerkecil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk analisis data penelitiankontrol pembanding menggunakan data

yang didapat dari penelitian sebelumnyadisajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar hara tanah terukur(awal)

Unsur Hara NilaiN-total 0,2C-total 3,46P-total 10,87K-total 2,63

Kadar air 13,19

Analisis awal dilakukan padapenelitian yang telah dilakukansebelumnya. Unsur hara yang terukurpada Tabel 2 merupakan hasil daripemupukan menggunakan pupukanorganik (kimia) dengan dosis urea 1kg/pohon/tahun; ponska 3kg/pohon/tahun; dan KCl 2kg/pohon/tahun

Gambar 1. Grafik unsur N-totalterukur dalam tanah

Suplai unsur N pada beberapaperlakuan masih didapatkan dari plotlahan yang menggunakan pupukanorganik. Kandungan N-total padakontrol bahkan tidak berbeda dengankandungan pada plot aplikasi pupukanorganik yang diaplikasikan padatahun berjalan. Sedangkan kandunganN-total terendah ada pada plot dengandosis pupuk : pupuk kandang kotoranayam 20 kg/pohon, pupuk kandang

00,050,10,150,2

0,2 0,2 0,18 0,16 0,17 0,14 0,16

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 56

kotoran sapi 20 kg/pohon, dan pupukkompos 20 kg/pohon.

Nitrogen adalah salah satu unsurhara essensial dengan tingkatketersediaan yang rendah di dalamtanah, karena mudah hilang melaluiproses penguapan dan leaching(Buwono dan Ariani 2016). Perilakunitrogen di dalam tanah yang sangatdinamis dan mudah berubah dan apabiladalam jumlah yang berlebihan akanberbahaya bagi lingkungan dankesehatan manusia, mendorong untukdilakukan pemupukan nitrogen yangharus efisien. Sumber utama nitrogentanah adalah bahan organik, yangkemudian akan mengalami prosesmineralisasi yaitu konversi nitrogenoleh mikroorganisme dari nitrogenorganik (dalam protein dan senyawaamino) menjadi bentuk anorganik yangtersedia bagi tanaman (Alhaddad 2014).Proses mineralisasi tanah sangattergantung pada faktor-faktorlingkungan seperti iklim, macamvegetasi yang dipengaruhi keadaantopografi, kegiatan manusia. Olehkarena itu perbedaan jenis tanah dancara pengelolaan tanah terutama carapemupukan, memungkinkan terjadinyaperbedaan ketersediaan nitrogen dalamproses mineralisasi nitrogen dalamtanah (Sazali 2015).

Suplai N-total yang mendekatinilai N pada plot dengan aplikasi pupukanorganik adalah pada perlakuan B1,yaitu pupuk kotoran ayam 20 kg/pohondan kompos serasah 20 kg/pohon.Menurut Harjowigeno (2003), unsur Nterdapat pada kotoran cair atau urine.Meski demikian, pupuk kandang ayampada umumnya mengandung N tiga kalilebih besar dibandingkan dengan pupukkandang lain karena kotoran cairnyabercampur dengan kotoran padat(Rakhmalia, Gema dan Yuniarti 2015).Oleh karena itu peningkatan unsur Nmungkin dapat dilakukan dengan

memperbanyak dosis pupuk kotoranayam dan pupuk organik cair.

Gambar 2. Grafik unsur C organikterukur dalam tanah

Kadar C-organik terukur padasetiap perlakuan terlihat masih jauhberbeda jika dibandingkan dengankontrol. Lahan dengan aplikasi pupukanorganik pun mengalami penurunankadar C-organik yang signifikan jikadibandingkan dengan kontrol.

Penggunaan lahan dan kemiringanlereng sangat berpengaruh terhadapkandungan bahan organik dan nilaipermeabilitas tanah. Kecepatan aliranpermukaan yang tinggi menyebabkankapasitas penghancuran semakin tinggipula, sehingga apabila kemiringansemakin curam maka akan lebih cepatpula tanah tersebut megalami penurunankualitasnya (Harijanto, et al. 2016).Selain itu kadar bahan organik dalamtanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan partikel yang adadi dalam tanah. Semakin tinggi bahanorganik, ruang antar partikel nyasemakin tinggi. Makin ke bagian bawahprofil tanah, kadar bahan organik padaumumnya makin rendah hal inimengingat bahwa sumber bahanorganik terutama berasal dari serasahdan akar tumbuhan. Bahan organiktanah dapat memberikan pengaruh padastruktur tanah, permeabilitas tanah dandaya menyimpan air (Rahayu,Lisdiyanti dan Pratama 2015).

01234 3,46

1,99 1,84 1,71 1,45 1,62 1,52

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 57

Kandungan P dalam tanah terlihatseperti disajikan pada Gambar 3, nilai Ppada plot C3 (Pupuk kandang kotoranayam 30 kg/pohon, pupuk kandangkotoran sapi 30 kg/pohon, pupukserasah 30 kg/pohon) jauh lebih tinggidibandingkan semua perlakuan, bahkandengan kontrol. Menurut (Widarti,Kasran dan Sarwono 2015), unsur Pselalu terdapat pada kotoran padat.Sehingga kemungkinan kombinasiketiga pupuk organik ini menghasilkanasupan P yang cukup banyak padatanah.

Gambar 3. Grafik P2O5 terukur dalamtanah

Gambar 4. Grafik K2O terukur dalamtanah

Kandungan K tertinggi terdapatpada perlakuan B2 (Pupuk kandangkotoran sapi 20 kg/pohon dan pupukserasah 20 kg/pohon). Sumber kaliumyang terdapat dalam tanah berasal daripelapukan mineral yang mengandungK. Mineral tersebut bila lapukmelepaskan K kelarutan tanah atau

terjerapan tanah dalam bentuk tertukar(Aryanto, Triadiati dan Sugianta 2015)

Menurut Maruapey (2015),kalium dalam kotoran sapi padatterdapat sebanyak 0,1% dan 1,5%dalam kotoran cair (urin). Sedangkanmenurut Haesono (2009) kalium dalamkotoran ayam (padat & cair) sebanyak0,4%. Oleh karena itu penggunaankotoran padat dan cair dari sapi terlihatsignifikan dalam meningkatkankandungan kalium tanah.

Gambar 5. Grafik kadar air terukurdalam tanah

Usaha peningkatan kadar air tanahdilakukan dengan membuat beberaparorak di sekitar areal tanam. Rorakmerupakan sebuah lubang buntu dalamtanah berukuran 60 x 60 x 60 cm.Adanya rorak diharapkan dapatmeningkatkan daya simpan air saathujan turun. Sedangkan pada saatmusim kemarau yang berlangsungrelatif panjang, rorak diisi denganpupuk organik padat dan cair secaraberkala. Dari grafik terlihat bahwakadar air pada setiap perlakuan lebihtingi jika dibandingkan dengan kontrol,dengan kadar air tertinggi berada padaplot C2. Areal C2 merupakan plotdengan posisi agak lebih rendah jikadibandingkan dengan plot lainnya,sehingga kadar air tersimpan dalamareal ini relatif lebih banyak. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwakeberadan rorak sangat membantu

0510152025

10,876,83 7,05

10,26,67 7,71

24,18

0246810

2,63

6,08 5,32

9,36

5,336,58 6,44

0

5

10

15

2013,1914,1513,3513,9614,95

16,8813,49

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 58

untuk mengoptimalkan daya tangkapdan daya simpan air.

Penelitian yang dilakukan inisejalan dengan penelitian yang telahdilakukan oleh peneliti terdahulu,diantaranya penelitian yang dilakukanoleh Anwar (2008) yang menyimpulkanbahwa kandungan unsur hara yangterkandung dalam pupuk organik cairpada berbagai kombinasi diperolehuntuk unsur hara makro N, P, K jikadisandarkan pada salah satu contohspesifikasi nilai minimum unsur haramakro pupuk organik yang ada diIndonesia masih cukup rendah. Namunstandar untuk NPK tersebut tidak bisaditetapkan dengan rentang angkatertentu, karena kandungan organikyang terdapat dalam pupuk organik cairberupa mikroorganisme (Oviyanti,Syarifah dan Hidayah 2015). Sehinggadapat disimpulkan bahwa limbahpertanian dan peternakan dapatdijadikan sebagai sumber bahan bakupembuatan pupuk organik cair yangmemenuhi unsur hara tanah.

Pupuk organik memilikikandungan unsur organik yang lebihbanyak dibandingkan dengan kadarharanya. Pupuk kandang padat (makro)akan memiliki banyak kandungan unsurfosfor (P), nitrogen (N), dan kalium (K)sedangkan untuk kandungan unsur haramikro yang ada dalam pupuk kandangdiantaranya kalsium, magnesium,belerang, natrium, besi dan tembaga(Megawati, Muslimin dan Umar 2015).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa secara umumkombinasi pupuk organik yang terdiriatas kotoran ayam, kotoran sapi (padat& cair) dan kompos serasah mampumeningkatkan kandungan N,P, dan Kpada lahan perkebunan kelapa sawit.Kandungan N mendekati nilai kontrol

pada plot lahan yang diberi pupukkotoran ayam & kompos serasahdengan dosis 20 kg/pohon, Pmengalami kenaikan yang signifikanpada plot yang menggunakan pupukkotoran ayam, sapi, dan serasah dengandosis 30 kg/pohon. Kandungan K tanahmeningkat pada plot yangmenggunakan pupuk kotoran sapi dankompos serasah dengan dosis 20kg/pohon. Meski demikian kandunganC-organik menurun. Hal inikemungkinan dikarenakan sifat fisiklahan yang agak miring sehingga rentanmengalami pencucian unsur organik.Penggunan rorak juga terbuktimeningkatkan kadar air dan kesuburantanah. Kadar air meningkat pada semuaplot jika dibandingkan dengan kontrol

Dengan demikian sebaiknyapengaplikasian pupuk organik dengandosis di atas 20 kg/pohon masih perluterus dilakukan. Untuk meningkatkankandungan N-total dapat dilakukandengan memperbanyak dosis pupukkotoran ayam dan pupuk organik cair.Jika memakai pupuk kotoran sapisebelum diaplikasikan harusdifermentasi terlebih dahulumenggunakan bioaktivator sehinggadapat menyuplai unsur N dengan lebihoptimal. Pemanfaatan rorak juga harusterus dilanjutkan dan diperbanyak. Padasaat musim kemarau rorak dapat diiisidengan pupuk organik cair ataupunpadat.

DAFTAR PUSTAKA

Alhaddad, A. 2014. Perubahan UnsurHara N dan P Tanah Gambut diLahan Gambut Yang DipengaruhiLama Pengolahan Lahan. JurnalPedon Tropika. 1(1) : 1-9.

Anwar, K. 2008. Kombinasi LimbahPertanian dan Peternakan SebagaiAlternatif Pembuatan PupukOrganik Cair Melalui Proses

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 59

Fermentasi Anaerob. JurnalTeknologi Pertanian. 1 : 978-979.

Aryanto, A., Triadiati, dan Sugianta.2015. Pertumbuhan dan ProduksiPadi Sawah dan Gogo denganPemberian Pupuk Hayati BerbasisBakteri Pemacu Tumbuh di TanahMasam. Jurnal Ilmu PertanianIndonesia. 20 (3) : 229 - 235.

Buwono, G. Restu, dan E. Ariani. 2016.Pertumbuhan Bibit Kakao(Theobroma cacao L) denganPemberian Abu Janjang KelapaSawit dan Pupuk NPK padaMedium Gambut. Jurnal OnlineMahasiswa FAPERTAUniversitas Riau.

Haesono. 2009. Terobosan TeknologiPemupukan dalam Era PertanianOrganik. Kanisius. Yogyakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis,S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A.Diha, G.B. Hong, dan H.H.Bailey. 1986. Dasar - dasar IlmuTanah. Penerbit UniversitasLampung. Lampung.

Harijanto, M, N. Sinukaban, S. D.Tarigan, dan O. Haridjaja. 2016.Evaluasi Kemampuan LahanUntuk Arahan Penggunaan LahanDi Daerah Aliran Sungai LawoSulawesi Selatan. JurnalPenelitan Kehutanan Wallacea.5(1) : 1 - 11.

Hermawan, A., Sabaruddin, Marsi, R.Hayati, dan Warsito. 2014.Perubahan Jerapan P pada UltisolAkibat Pemberian Campuran AbuTerbang Batubara - KotoranAyam. Jurnal Imu Tanah danAgroklimatologi. : 1-10.

Ikbal, I. dan S.W. Budi. 2016.Penggunaan Bahan Humat danKompos untuk MeningkatkanKualitas Tanah Bekas TambangNikel sebagai MediaPertumbuhan Sengon(Paraserianthes falcataria).

Jurnal Pengelolaan SumberdayaAlam dan Lingkungan. 6(1) : 53-60.

Imanudin, O., Tb. Benito, A. Kurnani,dan S. Wahyuni. 2015. PengaruhNisbah C/N Campuran Feses Itikdan Serbuk Gergaji (Albizziafalcata) Terhadap BiomassaCacing Tanah LumbricusRubellus. Jurnal Ilmu Pertaniandan Peternakan. 3(2) : 1-6.

Lakitan, B. dan N. Gofar. 2013.Kebijakan Inovasi Teknologiuntuk Pengelolaan Lahan Sub-Optimal Berkelanjutan.”Prosiding Seminar NasionalLahan Sub-Optimal "IntensifikasiPengelolaan Lahan Sub-Optimaldalam Rangka MendukungKemandirian Pangan Nasional".Palembang.

Lingga, P. 1991. Petunjuk PenggunaanPupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Maruapey, A. 2015. Pengaruh PupukOrganik Limbah Biogas CairKotoran Sapi TerhadapPertumbuhan dan ProduksiTanaman Jagung Manis. JurnalAgroforestri. 10(3) : 191 - 200.

Megawati, Muslimin, dan H. Umar.2015. Pengaruh BerbagaiPerbandingan Pupuk OrganikLimbah Kulit Kakao (Theobromacacao L) Terhadap PertumbuhanSemai Jati (Tectona grandis L.f).”Warta Rimba. 3(2) : 96 - 102.

Murtilaksono, K. dan S. Anwar. 2014.Potensi, Kendala, dan StrategiPemanfaatan Lahan Kering danKering Masam untuk Pertanian(Padi, Jagung, Kedelai),Peternakan, dan Perkebunandengan Menggunakan TeknologiTepat Guna dan Spesifik Lokasi.”Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal. Palembang. 1-15.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 60

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukanyang Efektif. Agromedia Pustaka.Jakarta.

Oviyanti, F. Syarifah, dan N. Hidayah.2015. Pengaruh Pemberian PupukOrganik Cair Daun Gamal(Gliricidia sepium (Jacq.) Kunthex Walp.) Terhadap PertumbuhanTanaman Sawi (Brassica junceaL).” Jurnal Biota. 2(1) : 61 - 66.

Rahayu, W., P. Lisdiyanti, dan R. E.Pratama. 2015. Tanah GambutMelalui Uji TriaksialConsolidated Undrained danUnconsolidated Undrained.”Jurnal Teoritis dan TerapanBidang Rekayasa Sipil. 22(3) :201 - 2018.

Rakhmalia, R., R. Gema, dan A.Yuniarti. 2015. Kandungan C-Organik, N-Total Tanah sertaHasil Padi Gogo (Oryza sativa L)Akibat Perlakuan Pupuk Organikpada Ultisols Asal Desa KentrongProvinsi Banten.” JurnalAgrikultura. 26(2) : 99 - 103.

Sazali, M. 2015. Identifikasi FaunaTanah pada Areal PascaPenambangan Tanah Urugan

Sebagai Reklamasi LahanPertanian Di Desa LendangNangka Prov. NT. Biota JurnalTadris IPA Biologi FITK IAINMataram. 117 - 128.

Sutedjo, M. 2010. Pupuk dan CaraPemupukan. Rineka Cipta.Jakarta.

Tamtomo, F., S. Rahayu, dan A.Suyanto. 2015. Pengaruh AplikasiKompos Jerami dan Abu SekamPadi Terhadap Produksi danKadar Pati Ubi Jalar. JurnalAgrosains. 12(2) :1-7.

Tantri, T., A.A. Nyoman Supadma, danI Dewa Made Arthagama. 2016.Uji Kualitas Beberapa PupukKompos yang Beredar di KotaDenpasar. E-Jurnal AgroteknologiTropika. 5(1) : 52 - 62.

Widarti, B. Nining, R. F. Kasran, dan E.Sarwono. 2015. Pengaruh UkuranBahan Terhadap Kompos PadaPemanfaatan Tandan KosongKelapa Sawit. Jurnal TeknikLingkungan. 1(1) :1 - 7.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 61

KONDISI EKSPLAN DAUN KARET (Hevea brasiliensis) TERHADAPPERLAKUAN STERILISASI DALAM KULTUR IN-VITRO

Mila Lukmana1 dan Linda Rahmawati1

1)Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik HasnurEmail : [email protected]

ABSTRACT

Rubber is the potentially developed plantation commodity, it produces latex forindustrial necessity dan also produces woods. Generally, the cultivation of rubber plantis currently only rely on rootstocks obtained from seeds in the nursery, so availability islimited by seasons and seed viability. In addition, although the use of clones on thesame rod, the rubber plant with rootstock from seeds showed morphological variationsand production is high among plants. For that, we need a method to get the rod underthe rubber superior in quantity and relatively short time, namely the technique of invitro or tissue culture. In the process, the tissue culture certainly confronted by theproblem of contamination, so that the required ingredients for the success of thesterilizing effective planting rubber leaf explants in vitro. Eksplan condition is veryimportant to note because it will determine the success of subsequent tissue culture.The explants were soaked in sterilizing materials, among others alcohol 70%, Bayclin10%, Bayclin 20%, HgCl2 0,01% and H2O2 17,6%. WPM medium with the addition 1,5ppm 2,4 D. Results showed that after explant sterilized with some of the sterilizingmaterial. Based on observations of treatment P1, P3, P4 and P5 does not change coloron the leaves of rubber or explants. However, the P2 treatment that uses Alcohol 70%for 15 minutes, visible discoloration on the leaves of rubber, where the leaf color tofade or bleach. Besides, based on the observations during the culturing incubationperiod, the explants with all treatment changes color and shape (curved / wrinkled).

Key words : explant condition, rubber (Hevea brassiliensis), sterilant material

PENDAHULUANTanaman karet (Hevea

brasiliensis) merupakan salah satukomoditas perkebunan sebagai sumberpendapatan, kesempatan kerja, devisa,pendorong pertumbuhan ekonomisentra–sentra baru di wilayah sekitarperkebunan karet, pelestarianlingkungan dan sumberdaya hayati.Diperkirakan pada tahun 2025, sasaranuntuk menjadi produsen utama karetdunia tercapai dengan areal perkebunankaret Indonesia mencapai 4,5 juta hadan mampu menghasilkan 3,3 juta ton(Damanik dkk., 2010).

Salah satu hal yang perludipersiapkan dalam budidaya tanaman

karet adalah batang bawah. Pengadaanbatang bawah secara klonal diperlukankarena saat ini batang bawah berasaldari biji, sehingga ketersediaannyadibatasi musim dan viabilitas biji.Disamping itu, meskipun menggunakanklon batang atas yang sama, batangbawah asal biji ternyata menunjukkanvariasi morfologi dan produksi yangcukup tinggi antar tanaman(Martiansyah dkk, 2013). MenurutWidiyanti (2013), klon-klon anjuranuntuk batang bawah, seperti AVROS2037, RRIC 100, BPM 24, GT 1, PB260 dan PB 330.

Perbanyakan karet secarakonvensional sulit menjawab tantangan

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 62

prospek karet yang tinggi terkait denganpemenuhan kebutuhan bibit yangbanyak dalam waktu relatif singkat.Salah satu teknologi alternatif untukmenjawab tantangan tersebut adalahteknik kultur in-vitro atau kulturjaringan.

Dalam pelaksanaan kulturjaringan tumbuhan, salah satu gangguanyang sering terjadi disebabkan olehbahan tanam (eksplan) tumbuhan yangberasal dari lapang mengandung debu,kotoran dan berbagai kontaminan baikpada permukaan maupun bagian dalamjaringan (Santoso dan Nursandi, 2002dalam Gunawan, 2007). Tahapsterilisasi sering menjadi kendala utamakeberhasilan perbanyakan secara invitro. Terlebih iklim tropis sepertiIndonesia yang memungkinkankontaminan seperti cendawan danbakteri (Balitbiogen, 2003).

Kesulitan perbanyakan tumbuhanyang terkontaminasi mikroorganismedengan kultur jaringan, yaitu bagaimanamematikan atau menghilangkanmikroorganisme dengan bahan sterilantanpa mematikan eksplan (Santoso danNursandi, 2002 dalam Gunawan, 2007).Untuk itu, pentingnya mengetahuikondisi eksplan setelah perlakuansterilisasi dengan mengamati perubahanmorfologi, baik warna maupun bentukeksplan. Apabila konsentrasi bahansterilan terlalu keras bagi eksplan makagejala dapat dilihat segera pada kulturyang ditandai dengan warna eksplanberubah menjadi gelap (gosong). Olehkarena itu, penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kondisi eksplan daunkaret pada perlakuan perendaman bahansterilan dalam kultur in vitro.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan TempatPenelitian dilaksanakan pada

bulan Juli s/d September 2016 di

Laboratorium Kultur Jaringan FakultasPertanian Universitas LambungMangkurat (ULM) Banjarbaru.

Bahan TanamanBahan eksplan yang digunakan

adalah daun muda bibit karet klon PB260. Daun karet kemudian dipotongdengan ukuran ± 1 x 2 cm.

Bahan SterilisasiBahan yang digunakan untuk

sterilisasi adalah alkohol 70%, Bayclin®

10% dan 20%, HgCl2 0,01% dan H2O2

17,6%.

Prosedur PenelitianSterilisasi alat

Sterilisasi alat gelas dan alat/instrumen inokulasi dilakukan dengansterilisasi kering menggunakan ovenpada suhu 180 oC selama 2 jam.

Pembuatan Woody Plant Medium(WPM)

Pembuatan media diawali denganpembuatan larutan stock unsur makro,unsur mikro, vitamin dan ZPT. Untuk1000 ml medium WPM disiapkan 50 mlhara makro, hara mikro, 10 ml mio-inositol, 1 ml vitamin, 1,5 ppm 2,4 D,30 g sukrosa, 7 g agar dan 2 g arangaktif. Media WPM ditetapkan pada pH5,8, kemudian disterilisasi denganautoklaf pada suhu 121 oC selama 15menit. Media diinkubasi selama 2-3minggu sebelum digunakan.

Persiapan eksplanBibit karet dalam penelitian ini

berumur 3 bulan yang diambil daripembibitan karet di Desa TungkaranKabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.Bibit karet disimpan dalam rumah kacaFakultas Pertanian ULM denganperawatan disiram dan penyemprotanpucuk atau daun muda karet

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 63

menggunakan fungisida setiap 2 harisekali.

Perlakuan sterilisasi eksplanPada penelitian ini dilakukan 5

variasi perlakuan dengan jumlaheksplan tiap perlakuan sebanyak 40eksplan, sehingga diperoleh 200 satuanpercobaan. Daun karet terlebih dahuludicuci dengan detergen dan dibilasdengan air mengalir. Selanjutnya daunkaret direndam dalam larutan asamsitrat 50 g.L-1 selama 30 menit untukmeminimalisasi terjadinya browning.Perlakuan yang diujikan kepada eksplansebagai berikut:1. Perlakuan P1, daun karet langsung

diinokulasi dalam media WPM.2. Perlakuan P2, daun karet direndam

dalam alkohol 70% selama 15 menit,dibilas 3 kali.

3. Perlakuan P3, daun karet direndamdalam Bayclin® 20% selama 10menit, dibilas dengan aquades steril 1kali. Selanjutnya direndam dalamalkohol 70% selama 10 menit, laludibilas tiga kali.

4. Perlakuan P4, daun karet direndamdalam HgCl2 0,01% selama 1 menit,dibilas aquades steril 1 kali.Kemudian direndam Bayclin® 10%selama 7 menit, lalu dibilas 1 kali.Selanjutnya direndam kembalidengan Bayclin® 10% selama 2menit, dibilas sebanyak 3 kali.

5. Perlakuan P5, daun karet direndamdalam alkohol 70% selama 1 menit,lalu langsung direndam dalam H2O2

17,6% (v/v) selama 20 menit.Kemudian eksplan dibilas aquadessteril sebanyak 3 kali.

Pengujian kultur in-vitro daun karetEksplan diinokulasikan secara

aseptik ke dalam media WPM steril diLAFC. Kultur ditempatkan di dalamruang pertumbuhan pada suhu 25 ± 1 oCselama 1 bulan. Satu minggu pertama

kultur ditutup kain hitam untukmeminimalisasi browning. Selamapenelitian, dilakukan pemeliharaankultur untuk meminimalisasikontaminasi dengan caramenyemprotkan alkohol 70% ke botolkultur setiap 2 hari sekali.

Analisis DataAnalisa data dilakukan dalam dua

cara yaitu secara kualitatif dan secarakuantitatif. Analisa data secara kualitatifdengan cara deskriptif. Sedangkansecara kuantitatif, data dianalisa dengantabel, grafik, dan rumus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatanperlakuan P1, P3, P4 dan P5 tidakterjadi perubahan warna pada daunkaret atau eksplan. Namun, padaperlakuan P2 yang menggunakanAlkohol 70% selama 15 menit, terlihatperubahan warna pada daun karet,dimana warna daun memudar ataubleach (Gambar 1). Menurut Mahmouddan Nabeel (2016), etanol 70% umumdigunakan sebagai agen sterilisasipermukaan, namun dapat menyebabkandehidrasi jaringan. Bleaching atauhilangnya klorofil menyebabkan stresspada eksplan sehingga prosesfotosintesis terganggu. Klorofil dapatmengadsorbsi sinar UV khusunya padagelombang 350 nm. Bleaching dapatterjadi karena proses sterilisasi yangterlalu lama, kadar sterilan yangterlalu tinggi (Ozel dan Arslan, 2006dalam Heikal, 2011), pemaparan cahayayang terlalu lama serta penambahanZPT yang tidak sesuai (Poobhaty dkk,2009 dalam Heikal, 2011).

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 64

Gambar 1. Bleaching daun karet padaperlakuan P2 (a) sebelumperlakuan P2; (b) setelahperlakuan P2

Berdasarkan pengamatan selamamasa inkubasi pengkulturan, eksplandengan semua perlakuan mengalamiperubahan warna dan bentuk(melengkung/berkerut) yang disajikanpada Gambar 2. Perubahan warna danmelengkungnya eksplan daun karetmerupakan respons dari media yangditambahkan ZPT 1,5 ppm 2,4 D.Eksplan daun yang melengkung dantulang daun yang membengkakmerupakan pengaruh dari auksin dantekanan turgor. Auksin akanmenyebabkan dinding sel mengendurdan merenggang. Pengenduran dindingsel terjadi karena sekresi asam denganmengaktifkan enzim pada pH tertentu.Disamping itu, merenggangnya sel akanmenyebabkan pemanjangan sel.Tekanan turgor terjadi jika selmenyerap molekul air sebagai responmeningkatnya konsentrasi zat terlarutyang terdapat dalam vakuola sehinggamenyokong perluasan sel yang terjadi(Taiz dan Zieger, 1998 dalam Wahyunidkk, 2014). Namun, hingga pengamatan30 HSI, belum tampak kalus yangterbentuk pada eksplan daun. Hasiltersebut mengindikasikandiperlukannya evaluasi untuk jenis,konsentrasi maupun kombinasi ZPTpada media untuk menginisiasipertumbuhan kalus pada eksplan daunkaret.

(a) (b) (c)

Gambar 2. Perubahan warna danbentuk eksplan daun karet(a) eksplan daun 0 HSI;(b) eksplan daun 6 HSI;(c) eksplan daun 30 HSI

Eksplan browning terjadi padaeksplan perlakuan P1, P2, P3,P4 danP5. Dimana persentase browningsecara berturut-turut, yaitu 32,5%, 5%,25%, 35% dan 7,5%. Browningmerupakan salah satu tantangan dalamkultur tanaman berkayu. Eksplan daunkaret yang mengalami browning dapatdilihat pada Gambar 3.

(a) (b) (c)Gambar 3. Browning yang terjadi

pada eksplan daun karet(a) eksplan daun segar; (b)browning pada sebagianeksplan; (c) browningpada seluruh eksplan

Upaya pencegahan browning padapenelitian ini dilakukan dengan carapenambahan arang aktif (2 g.l-1) padamedia WPM, perendaman daun karetdalam asam sitrat (50 g.l-1) selama 30menit sebelum dilakukan perlakuansterilisasi serta penutupan botol kultursetelah inokulasi dengan kain hitamselama 7 hari. Meskipun begitu, masihtetap terjadi browning pada eksplan

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 65

daun karet, sehingga perlakuan yangtelah diberikan untuk mencegahbrowning perlu untuk dievaluasi.

Browning atau pencoklatanjaringan terjadi oleh adanya aktivitasenzim oksidase yang mengandungtembaga seperti polifenol oksidase dantirosinase yang dilepaskan ataudisintesis pada kondisi oksidatif ketikajaringan dilukai (Lerch, 1981 dalamHutami, 2008). Terbentuknya senyawafenol ini dapat dipengaruhi olehbeberapa hal, seperti struktur kimianya,spesies tanaman, proses biologi(organogenesis atau somatikembriogenesis) dan tahapperkembangannya (Ozyigit dkk, 2007dalam Hutami, 2008). Beberapapendekatan yang dapat dilakukan untukpenanggulangan browning menurutHutami (2008), yaitu:1) Menghilangkan senyawa fenol;

dengan menggunakan arang aktifdan polivinilpirolidon (PVP).

2) Memodifikasi petensial redoks;menggunakan asam askorbat.

3) Penghambatan aktivitas enzimfenol oksidase; menggunakanEDTA dan atau NaFeEDTA.

4) Penurunan aktivitas fenolase danketersediaan substrat; dengan caramengurangi cahaya. Pencoklatanjaringan dapat dikurangi denganperlakuan 14 hari dalam gelapuntuk kultur baru.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh padapenelitian ini sebagai berikut:1. Persentase browning pada eksplan

daun karet pada 30 HSI, yaitu P132,5%, P2 5%, P3 25%, P4 35%dan P5 7,5%.

2. Pada perlakuan P2 yangmenggunakan Alkohol 70% selama15 menit, eksplan mengalamibleaching.

3. Pada semua perlakuan, eksplanmengalami perubahan warna danbentuk (melengkung/berkerut).

DAFTAR PUSTAKA

Balitbiogen. 2003. Perbanyakan BibitJati melalui Kultur Jaringan.Balai Penelitian Bioteknologi danSumberdaya Genetik Pertanian.Bogor.

Damanik, Syakir, M., dan Tasma, M.2010. Budidaya dan Pasca PanenKaret. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan.Bogor.

Gunawan, I. 2007. Perlakuan SterilisasiEksplan Anggrek Kuping Gajah(Bulbophyllum beccarii Rchb.f)dalam Kultur In-Vitro. IPB.Bogor.

Heikal, M. 2011. Pengaruh ArangAktifTerhadap Pencoklatan PadaKultur Daun Dendrobiumlasianthera J.J.Sm. Skripsi.FMIPA Universitas Indonesia.Jakarta.

Hutami, S. 2008. Masalah PencoklatanPada Kultur Jaringan" J. AgroBiogen 4 (2) : 83-88.

Magana, M. 2015. Developing aStandardized In Vitro SterilizationMethod For Field-GrownMoringa Oleifera Explants.Thesis. Faculty of Science andTechnology. University of Belize.

Mahmoud, S.N and Nabeel K. A. 2016.Effect of Different SterilizationMethods on Contamination andViability of Nodal Segments ofCestrum nocturnum L.International Journal of ResearchStudies in Biosciences (IJRSB).4(1) : 4-9

Martiansyah, I., Eris, D. D., Nurhaimi,H., dan Taniwiryono, D. 2013.Optimasi Prosedur sterilisasiPermukaan Eksplan Stek Mikro

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 66

Karet (Hevea brasiliensisMuell.Arg). Menara Perkebunan81(1) : 9-14.

Widiyanti, T. 2013. PembangunanKebun Bibit Batang Bawah Karet(Hevea brasiliensis). Balai BesarPembenihan dan ProteksiTanaman Perkebunan. Surabaya.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 67

TINGKAT PENGGUNAAN TRICHODERMA SP DALAM FERMENTASIPELEPAH SAWIT TERHADAP KANDUNGAN LIGNIN, ADF DAN NDF

PADA LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

Muhammad Syarif Djaya1, Siti Dharmawati1, dan Andi Nursalam AS1

1) Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the use of Trichoderma sp in the fermentationof palm fronds on the content of ADF and NDF in different storage time. This researchwas laid out based on Completely Randomized Design with five treatments and fourreplications. The results showed that the use of Trichoderma sp in the fermentation offermented palm fronds on storage PSL 9 weeks old, long storage is best for lowering thecontent of NDF (75.24%), and the levels of content of ADF (Acid Detergent Fiber) at(55, 05%) in the palm fronds using Trichoderma sp 6% fermented in different storagetime.

Kata Kunci: ADF, NDF, palm fronds, Trichoderma sp

PENDAHULUAN

Hijauan sebagai bahan pakanmemegang peranan cukup pentingdalam pakan ternak ruminansia.Disamping sebagai sumber gizi bagiternak ruminansia hijauan jugamerupakan pakan yang relatif murah,namun lahan yang tersedia untukbudidaya hijauan pakan dari tahunketahun terus berkurang. Keterbatasansuplai hijauan dimasa depan terjadiadanya prioritas penggunaan lahan yangintensif terutama untuk arealperkebunan, pertanian tanaman pangandan areal untuk tanaman industri sertapemukiman (Aritonang, 1986). Dilainpihak kebutuhan akan protein hewanisetiap tahun terus meningkat akibatpeningkatan jumlah penduduk sehinggapopulasi ternak perlu untuk terusditingkatkan.

Ketersediaan bahan pakan ternakakhir-akhir ini semakin terbatas. Hal inidisebabkan meningkatnya harga bahanbaku makanan ternak, dimana biayapakan dapat mencapai 60-80% daribiaya produksi, dan semakin

menyusutnya lahan bagi pengembanganproduksi hijauan akibat penggunaanlahan untuk keperluan pangan dantempat pemukiman. Oleh karena itu,perlu dicari sumberdaya baru yangpotensial untuk dimanfaatkan sebagaipakan ternak alternatif yang mampumenggantikan sebagian atau seluruhhijauan, dengan pemanfaatan limbahpertanian yang dapat memperbaikiketersediaan pakan.

Untuk memenuhi kebutuhanpakan dan mengantisipasi hal tersebutsalah satu alternatif adalah denganmemanfaatkan limbah kelapa sawit.Limbah kelapa sawit adalah sisa hasiltanaman kelapa sawit yang tidaktermasuk dalam produk utama ataumerupakan hasil ikutan dari prosespengolahan kelapa sawit. Intensifikasidan perluasan pemanfaatan limbahperkebunan serta limbah industripengolahan hasil perkebunan berserattinggi merupakan kemungkinan yangpotensial untuk mengatasi krisis pakanternak khususnya ternak ruminansia dimasa depan.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 68

Berdasarkan komposisi kimianyapelepah sawit mengandung NeutralDetergent Fiber (NDF) 78,7%, AcidDetergent Fiber (ADF) 55,5%,Hemiselulosa 23,1%, Selulosa 31,7%,Lignin 17,4% dan Silika 0,6% (Gintingdan Elisabeth, 2003).

Tingginya kandungan lignin, NDFdan ADF pada pelepah sawit yang adadi lapangan, dengan dilakukannyafermentasi dengan menggunakanTrichoderma sp diharapkan dapatterjadi penurunan kandungan lignin,ADF, dan NDF pelepah sawit padalama penyimpanan yang berbeda. Padasaat penyimpanan berlangsung terjadiperubahan-perubahan yang dapatmenurunkan kandungan Lignin, ADFdan NDF tersebut.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalampenelitian ini adalah :a. Pelepah sawit umur 6 tahun

sebanyak 20 kg diambil dari areaperkebunan sawit Desa Kait-KaitBaru Kecamatan Bati-Bati.

b. Trichoderma sp sebagai bahaninokulun

c. Aquades sebagai pelarut.

Alat yang digunakan dalampenelitian adalah:1. Parang untuk memotong pelepah

sawit2. Timbangan digital merek ACIS

dengan ketelitian 1,001 gram,digunakan untuk mengukur beratsampel pelepah sawit.

3. Kantong plastik hitam ukuran 1 kguntuk tempat fermentasi

4. Aquades, sebanyak (10:7) dariberat pelepah sawit atau 70 mlaquades untuk setiap 1kg pelepahsawit.

5. Sprayer untuk melarutkanTrichoderma sp dalam aquades dan

menyemprotkan pada sampelpelepah sawit yang siap untukdifermentasi.

6. Tali untuk mengikat sampel padaplastik.

7. Ember plastik cet besar sebagaitempat atau wadah sampelfermentasi.

8. Peralatan lain yang digunakanuntuk analisis, seperti pisau, label,alat tulis, dan lain-lain.

Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL).Jumlah perlakuan dalam penelitian inisebanyak 5 perlakuan dengan 4 ulangansehingga terdapat 20 unit percobaan,dengan menggunakan Trichoderma sp6%. Perlakuan dalam penelitian tersebutadalah:P0 = Lama penyimpanan 0 mingguP3 = Lama penyimpanan 3 mingguP6 = Lama penyimpanan 6 mingguP9 = Lama penyimpanan 9 mingguP12 = Lama penyimpanan 12 minggu

Proses fermentasi pelepah sawitdengan Trichoderma sp dimodifikasisesuai dengan kebutuhan di lapangan.Pelepah sawit yang telah disiapkanditimbang seberat 1 kg bahan keringudara kemudian dimasukkan ke dalamkantong plastik berukuran 1 kg,kemudian bahan dionukulasi denganinokulun Trichoderma sp dengan levelsesuai perlakuan. Setelah itu kantongplastik diikat dengan tali agarkondisinya an-aerob. Kantong yangdigunakan sebagai tempat pemeramandilapisi sebanyak 3 lapis agar tidakmenguap, kemudian diberi identitaspada masing-masing sampel tersebutagar mempermudah pada saat prosesanalisis. Pemeraman dilakukan selama7 hari.

Setelah pemeraman selesai (sesuaiperlakuan masing-masing), kemudian

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 69

dilakukan analisis kandungan Lignin,NDF dan ADFnya.

Data-data yang diperoleh darihasil pengamatan dianalisis dengananalisis ragam yang sebelumnya datatersebut didahului dengan ujihomogenitas. Selanjutnya bila analisisragam menunjukkan pengaruh nyatadilanjutkan dengan uji DMRT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan NDFHasil analisis ragam menunjukkan

bahwa lama penyimpanan yang berbedaberpengaruh nyata terhadap penurunankadar NDF. Rata-rata kadar NDF padalama penyimpanan dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1. Rata-rata kandungan NDFfermentasi pelepah kelapasawit pada lama penyimpananberbeda

N0.Lama penyimpanan

(minggu)Rata-rata

12345

PSL0PSL3PSL6PSL9PSL12

80,44c

79,84bc

77,02ab

75,24a

76,44a

Keterangan: Huruf yang berbeda padakolom rata-rata yangmenunjukkan superscriptberbeda nyata pada taraf uji 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata kandungan NDF terdapat perbedaanyang nyata antar lama penyimpanan.Pada lama penyimpanan pelepah kelapasawit 3 minggu PSL3 (79,84) tidakberbeda nyata dengan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 21hari PSL0 (80,44) dan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 6minggu PSL6 (77,02), tetapi berbeda

dengan penyimpanan lainnya. Padalama penyimpanan pelepah kelapa sawit21 hari PSL0 (80,44) berbeda nyatadengan lama penyimpanan pelepahkelapa sawit 6 minggu PSL6 (77,02),lama penyimpanan pelepah kelapa sawit9 minggu PSL9 (75,24), dan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 12minggu PSL12 (76,44), akan tetapi padalama penyimpanan pelepah kelapa sawit6 minggu PSL6 (77,02) juga tidakberbeda nyata dengan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 9minggu PSL9 (75,24) dan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 12minggu PSL12 (76,44). Setelahpenyimpanan 21 hari, terjadi penurunanmulai dari lama penyimpanan pelepahkelapa sawit PSL 3 minggu, lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit PSL6 minggu, dan sampai pada lamapenyimpanan PSL 9 minggu terjadipenurunan yang signifikan, akan tetapipada lama penyimpanan pelepah kelapasawit PSL12 minggu kadar kandunganNDF kembali meningkat sekitar 1,2%atau (76.44%).

Menurunnya kandungan NDFdisebabkan karena terjadi penurunanhemiselulosa, dimana hemiselulosa danselulosa merupakan komponen dindingsel yang dapat dicerna oleh mikroba.Hal ini didukung oleh pendapatCrampton dan Harris (1969)menyatakan bahwa penurunan kadarNDF disebabkan karena meningkatnyalignin pada tanaman mengakibatkanmenurunnya hemiselulosa. Denganmenurunnya kadar NDF menunjukkantelah terjadi pemecahan selulosadinding sel sehingga pakan akanmenjadi lebih mudah dicerna olehternak.

Satiamihardja (1984) menyatakanbahwa proses fermentasi memilikipengaruh positif terhadap kualitasbahan pakan. Proses fermentasi dapatmeningkatkan nilai gizi suatu bahan,

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 70

akibat dari pemecahan senyawakompleks menjadi senyawa yang lebihsederhana sehingga lebih mudahdicerna.

Tarmidi dkk. (2004) yangmenyatakan bahwa dosis pemberianinokulum dan ketebalan substratmempunyai interaksi yang nyataterhadap kadar NDF, ADF,hemiselulosa dan lignin. Peningkatankandungan NDF dapat terjadi karenaseiring dengan lamanya waktu inkubasikapang akan berkembang dan dapatmenyumbang serat kasar melaluidinding selnya (Ginting dan Elisabeth,2003).

Pemecahan ikatan lignoselulosayang menyebabkan selulosa danhemiselulosa yang merupakan bagiandari ADF dan NDF terlepas dan lignindan dikonversi menjadi gula sederhanaseperti. yang dinyatakan oleh Lynch(1987) perombakan dinding sel dan isisel yang berupa selulosa danhemiselulosa dari ikatan lignoselulosamenyebabkan menurunkan kandunganADF dan NDF untuk selanjutnyaselulosa dan hemiselulosa dikonversimenjadi gula sederhana untuk dandigunakan sebagai sumber energi bagimikroba. Jamarun dan Jamaran (2000)juga menyatakan batrwa perombakandinding sel dan isi sel menyebabkanlarutrya komponen kristal selulosa,lignin dan silica.

Kandungan ADFHasil analisis ragam menunjukkan

bahwa lama penyimpanan yang berbedaberpengaruh nyata terhadap penurunankadar ADF. Rata-rata kadar ADF padalama penyimpanan dapat dilihat padaTabel 2.

Tabel 2. Rata-rata kandungan ADFfermentasi pelepah kelapasawit pada lama penyimpananberbeda

N0.Lama penyimpanan

(minggu)Rata-rata

12345

PSL0PSL3PSL6PSL9PSL12

59,39b

58,59b

55,32a

55,05a

55,43a

Keterangan: Huruf yang berbeda padakolom rata-rata yangmenunjukkan superscriptberbeda nyata pada taraf uji 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwaRata-rata kadar kandungan ADFterdapat perbedaan yang nyata antarlama penyimpanan. Pada lamapenyimpanan 21 hari PSL0 (58,39)tidak berbeda nyata dari lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 3minggu PSL3 (58,59), akan tetapi lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 21hari PSL0 (58,39) dan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 3minggu PSL3 (58,59) berbeda nyatadari lama penyimpanan pelepah kelapasawit 6 minggu PSL6 (55,32), lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 9minggu PSL9 (55,05) dan lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit 12minggu PSL12 (55,43).

Diketahui bahwa kandungan ADFmemberikan respon yang sifatnyapolynomial (linear) terhadap lamapenyimpanan, pada lama penyimpanansetelah 21 hari yakni pada lamapenyimpanan pelepah sawit PSL 3minggu terjadi peningkatan yang amatkecil kadar kandungan ADF yaknisekitar 0,2% dari lama penyimpananpelepah kelapa sawit setelah 21 hari58,39 % menjadi 58,59% pada lamapenyimpanan pelepah kelapa sawit PSL3 minggu. Pada lama penyimpanansetelah PSL 3 minggu terjadi penurunanyang signifikan pada lama penyimpananpelepah kelapa sawit PSL 9 mingguberkisar 55,05%, akan tetapi setelah

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 71

lama penyimpanan pelepah kelapa sawitPSL 12 minggu terjadi peningkatankembali kadar kandungan ADF yaitu55,43% atau naik sekitar 0,38%.

Menurunnya NDF dan ADFdisebabkan karena selamaberlangsungnya fermentasi terjadiperenggangan ikatan lignoselulosa danikatan hemiselulosa yang menyebabkanisi sel yang terikat akan larut dalamlarutan neutral detergent. Hal inimenyebabkan isi sel (NDS) akanmeningkat, sedangkan komponen pakanyang tidak larut dalam larutan detergent(NDF) mengalami penurunan. Semakinlama waktu inkubasi memberikankesempatan untuk mikrobamemanfaatkan nutrisi yang terkandungdalam substrat untuk perkembangan danmeningkatkan aktifitas enzim, salahsatunya adalah enzim selulase dimanaenzim selulase akan mendegradasikomponen serat komplek menjadikomponen yang lebih sederhanasehingga menghasilkan hasil fermentasiyang mudah dicerna.

ADF digunakan sebagai suatulangkah persiapan untukmendeterminasikan lignin sehinggahemiselulosa dapat doestimasi dariperbedaan struktur dinding sel ADF(Harris, 1970). Penurunan kadar NDFdisebabkan karena meningkatnya ligninpada tanaman yang mengakibatkanmenurunnya hemiselulosa.Hemiselulosa dan selulosa merupakankomponen dinding sel yang dapatdicerna oleh mikroba. Tingginya kadarlignin menyebabkan mikroba tidakmampu menguasai hemiselulosa danselulosa secara sempurna. Semakintinggi ADF, maka kualitas daya cernahijauan makanan ternak semakin rendah(Crampton dan Harris, 1969).

Tarmidi (2004) yang menyatakanbahwa dosis pemberian inokulum danketebalan substrat mempunyai interaksiyang nyata terhadap kadar NDF, ADF,

hemiselulosa dan lignin. Peningkatankandungan NDF dapat terjadi karenaseiring dengan lamanya waktu inkubasikapang akan berkembang dan dapatmenyumbang serat kasar melaluidinding selnya (Ginting dan Elisabeth,2003).

Perombakan dinding sel dan isisel yang berupa selulosa danhemiselulosa dari ikatan lignoselulosamenyebabkan menurunkan kandunganADF dan NDF untuk selanjutnyaselulosa dan hemiselulosa dikonversimenjadi gula sederhana untuk dandigunakan sebagai sumber energi bagimikroba . Jamarun dan Jamaran (2000)juga menyatakan batrwa perombakandinding sel dan isi sel menyebabkanlarutrya komponen kristal selulosa,lignin dan silica.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan pelepah sawit hasilfermentasi dengan lama penyimpananyang berbeda dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:a. Pelepah sawit hasil fermentasi pada

lama penyimpanan PSL 9 minggu,merupakan lama penyimpananterbaik untuk menurunkan kadarkandungan NDF yakni (75,24%),dan kadar kandungan ADF (AcidDetergent Fiber) sebesar (55,05%)pada pelepah sawit denganmenggunakan Trichoderma sp 6%hasil fermentasi pada lamapenyimpanan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, D. 1986. KemungkinanPemanfaatan Biji Karet dalamRamuan Makanan Ternak. JurnalPenelitian dan PengembanganPertanian.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 72

Crampton, E. W., dan Harris, L. E.1969. Applied animal nutrition.The use of feedstuffs in theformulation of livestockrations. Applied animal nutrition.The use of feedstuffs in theformulation of livestock rations.(2nd ed).

Ginting, S.P. dan J. Elisabeth.2003Teknologi pakan berbahan dasarhasil sampingan perkebunankelapa sawit. Prosiding LokakaryaSistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu. 9-10 September2003. Departemen PertanianBekerjasama dengan PemerintahProvinsi Bengkulu danPT.Agricinal.

Harris, L. E. 1970. Nutrition researchtechniques for domestic and wildanimals.

Jamarun, N. dan N. Jamaran. 2000.Kualitas berbagai jerami padiamoniasi. Prosiding SeminarNasional Pengembangan TernakSapid an Kerbau FakultasPeternakan Universitas Andalas.Tanggal 11 Oktober 2000.

Lynch, J. M. 1987. In vitroidentification ofTrichodermaharzianum as a potentialantagonist of plantpathogens. Current Microbiology.16(1) : 49-53.

Satiamihardja, B. 1984. FermentasiMedia Padat Dan Manfaatnya.Departemen Pendidikan danKebudayaan Indonesia. Jakarta.

Tarmidi, A. R. 2004. PengaruhPemberian Ransum yangMengandung Ampas Tebu HasilBiokonversi oleh Jamur TiramPutih (Pleurotus ostreatus)terhadap Performans DombaPriangan. JITV, 9(3) : 157-163.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 73

APLIKASI WATER MANAGEMENT LAHAN RAWA DI PERKEBUNANKELAPA SAWIT PT BARITO PUTERA PLANTATION

Herry Iswahyudi1 dan Putri Mei Windiyastuti1

1) Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik HasnurE-mail : [email protected]

ABSTRACT

Palm oil is an important industrial plants producing cooking oil and fuelindustry. Water is the main need for oil palm plantations. If drainage is less than perfectcan result in abnormalities and can even lead to death in oil palm plantations. Themethod of implementation is done in the form of descriptive analysis on watermanagement in the swamp land of oil palm plantations PT Barito PuteraPlantation. The results were obtained by collecting primary data and secondarydata. Observations in water management applications based on the location of theplantations are located in the river swamp land. Application of water management inthe company PT BPP there are two, namely the manufacture of channel design and theblock design.Keywords: Palm oil crops, water management, wetlands

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanamanindustri penting penghasil minyakmasak, industri maupun bahan bakar(biodiesel). Perkebunan kelapa sawitmenghasilkan keuntungan besar danmerupakan komoditas unggulan dalampenerimaan devisa negara(Simangunsong, 2011). Selain sebagaisumber devisa negara, kelapa sawit jugaberperan dalam meningkatkanpendapatan petani sekaligusmemberikan kesempatan kerja yanglebih luas (Yahya, 1990 dalamSimangunsong, 2011).

Hal ini disebabkan karenatanaman kelapa sawit mempunyai nilaiekonomi yang tinggi dan merupakanpenghasil minyak nabati yang palingbanyak digunakan oleh masyarakatIndonesia. Peningkatan produktivitaskelapa sawit dapat dilakukan di arealpertanaman, seperti perluasan arealperkebunan kelapa sawit, danpeningkatan teknis budidaya.

Tanaman kelapa sawitmembutuhkan kondisi tumbuh yangbaik agar menghasilkan produksi yangmaksimal. Air merupakan kebutuhanutama bagi tanaman kelapa sawit. Jikapenyaluran air yang kurang sempurnabisa mengakibatkan kelainan danbahkan bisa mengakibatkan kematianpada tanaman kelapa sawit. Air yangdiberikan harus disesuaikan dengankebutuhannya.

Pengelolaan air (watermanagement) merupakan kuncikeberhasilan budidaya kelapa sawitkhususnya di lahan rawa, karena lahanrawa merupakan dataran rendah yangselalu tergenang air sepanjang tahunsehingga mempengaruhi aktifitasperkebunan serta berpengaruh terhadappertumbuhan tanaman kelapa sawit.Menurut Arsyad (2006) dalamSimangunsong (2011), setiap perlakuanyang diberikan pada sebidang tanahakan mempengaruhi tata air padatempat itu dan tempat-tempat dihilirnya.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 74

Permasalahan yang dibahas dalampengamatan ini adalah bagaimanaaplikasi water management diperkebunan kelapa sawit PT BaritoPutera Plantation pada lahan rawa.Batasan masalah dalam pengamatan iniadalah mengenai sistem pengaturan airdi perkebunan kelapa sawit PT BaritoPutera Plantation saat ini. Tujuan daripengamatan ini adalah untukmengetahui bagaimana aplikasi watermanagement yang digunakan diperkebunan kelapa sawit PT BaritoPutera Plantation. Dengan adanyapengamatan ini diharapkan dapatmemberikan informasi kepada parapembaca tentang salah satu bentukaplikasi water management di lahanperkebunan kelapa sawit PT BaritoPutera Plantation.

BAHAN DAN METODE

Pengamatan dilaksanakan padabulan April sampai bulan Juli 2016 diPT Barito Putera Plantation yangberlokasi di Jalan Talaran Desa AntarRaya Rt. 01 Rw. 01 KecamatanMarabahan, Kabupaten Barito Kuala,Kalimantan Selatan, Indonesia.

Alat yang digunakan pada saatpenelitian yaitu alat tulis dan kamerauntuk mencatat danmendokumentasikan hasil observasi.Sedangkan bahan yang digunakan yaitupeta yang berfungsi untuk mengetahuitopografi lahan rawa PT BPP.

Metode pelaksanaan yangdilakukan berupa kegiatan pengamatantentang water management di lahanperkebunan kelapa sawit PT BaritoPutera Plantation, adapun tempat lokasipengamatan diambil secara sengajasesuai dengan persyaratan sampel yangdiperlukan. Metode pelaksanaandilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan watermanagement. Data-data yang diperoleh

akan diolah dengan menggunakanmetode analisis deskriptif. Metodeanalisis deskriptif yaitu metode yangditunjukkan untuk menggambarkankeadaan saat ini dan masa lampau suatuobjek yang sedang diamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dasar Pembuatan Water ManagementPT Barito Putera Plantation

Pembuatan water management PTBarito Putera Plantation (BPP) di dasarioleh letak perkebunan yang terletak dilahan rawa sungai, karena lahan rawasungai pada saat musim hujan lahanakan tergenang dan pada saat musimkemarau lahan akan mengalamikekeringan, sehingga diperlukannyawater management agar dapat mengaturkebutuhan air yang masuk ataupunkeluar untuk tanaman.

Perkebunan PT BPP terletak dekatdengan Sungai Barito, Sungai Kapuasdan Sungai Anjir Talaran. Daerahtersebut memiliki ketinggian kontur 5-10 dpl, maka dapat dikatakan daerahdataran rendah. Dengan ketinggiankontur 5-10 dpl tersebut menyebabkanair yang keluar masuk pada arealperkebunan bersumber dari konektifitasterhadap air sungai dan curah hujan,dimana lahan perkebunan akantergenang dan banjir apabila curahhujan rata-rata 600 mm dan ketinggiangenangan air sungai maksimal yaitu 100cm dari permukaan tanah, dan apabilasaat musim kemarau maka lahan akanmengalami kekeringan jika tidak adanyasistem water management.

Adapun untuk lebih jelasnyalahan yang tergenang dapat dilihat padaGambar 1.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 75

Gambar 1. Luapan air di lahanperkebunan kelapa sawitPT BPP

Ketersediaan air merupakan salahsatu faktor utama bagi produksi kelapasawit karena ketersediaan air yangsedikit akan membuat tanaman kelapasawit mengalami kekeringan sehinggaberpengaruh buruk terhadappertumbuhan, hasil produksi danpenurunan laju fotosintesis.

Kekeringan pada tanaman kelapasawit ditandai oleh kondisi daun tombaktidak membuka dan terhambatnyapertumbuhan pelepah, selain itumenyebabkan kerusakan jaringantanaman yang dicerminkan oleh daunpucuk dan pelepah yang mudah patah(Balitklimat, 2007).

Ketersediaan air di perkebunankelapa sawit PT BPP berasal dari airhujan dan air sungai yang masuk kelahan pada saat pasang. Saat musimkemarau, volume air sungai mengalamipenurunan sehingga air pasang tidakdapat mencapai lahan seperti pada saatmusim penghujan. Kondisi pada saatlahan tergenang dapat menyebabkanterhambatnya beberapa kegiatanoperasional kebun misalnya transportasiterhalang dan pelaksanaan panen yangtertunda.

Ketersediaan air bagi kebutuhantanaman dipengaruhi oleh faktor iklim,topografi, drainase, (tekstur, struktur,konsistensi) tanah, zone perakaran, danbahan kasar (batu, kerikil) di dalampenampang tanah (BB Sumberdaya

Lahan Pertanian, dalam Hamzah, 2016).Di perusahaan BPP ada beberapa faktoryang mempengaruhi terkait denganketersediaan air yaitu fluktuasi air,curah hujan, dan topografi.

Fluktuasi AirMenurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) pengertian fluktuasiyaitu gejala yang menunjukkanketidaktetapan suatu keadaan. Sehinggafluktuasi air merupakan ketidaktetapankondisi permukaan air disuatu tempat.Grafik fluktuasi air bulananan PT BPPdapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Fluktuasi air bulananperusahaan kelapa sawitPT BPP

Gambar 2 memperlihatkan bahwafluktuasi air bulanan pada tiap bulannyaberbeda-beda. Pada bulan Desember2013 sampai Februari 2014menunjukkan bulan basah, yaituketersediaan air pada bulan tersebutmelimpah. Memasuki bulan Maret 2014sampai Juni 2014 adalah bulanperalihan dari bulan basah ke bulankering dimana ketersediaan air padaperkebunan kelapa sawit PT BPP bisadikatakan baik.

Ketersediaan air kurang pada saatmemasuki bulan Juli 2014 sampaiDesember 2014. Bulan Januari 2015sampai April 2015 kembali memasukiketersediaan air melimpah. Sedangkanbulan Mei 2015 sampai Desember 2015terjadi penurunan ketersediaan air yangcukup ekstrim, dikarenakan pada tahun

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 76

tersebut terjadi musim kemaraupanjang.

Curah HujanCurah hujan adalah air hujan yang

jatuh di permukaan tanah selama jangkawaktu tertentu, satu hari hujan adalahperiode 24 jam terkumpulnya curahhujan setinggi 0,5 mm atau lebih dancurah hujan dengan tinggi kurang dariketentuan tersebut, hari hujan dianggapnol tetapi curah hujan tetapdiperhitungkan (Manalu, 2008). Grafikcurah hujan perusahaan PT BPP dapatdi lihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Curah hujan perusahaankelapa sawit PT BPP

Grafik pada gambar 4.3memperlihatkan bahwa curah hujanpada setiap tahunnya berbeda-beda.Pada bulan Januari sampai bulan Meicurah hujan relatif meningkat sehinggakeadaan air di lahan berlimpah. Padabulan Juni sampai September curahhujan relatif menurun dan keadaan air dilahan sedikit. Pada bulan Oktobersampai bulan Desember curah hujankembali tinggi dan ketersediaan air dilahan mulai terkendali.

Hujan akan berpengaruh terhadappembungaan kelapa sawit. Hujan yangtidak turun selama tiga bulanmenyebabkan pertumbuhan kuncupdaun terhambat sampai hujan turun.Hujan yang lama tidak turun jugabanyak berpengaruh terhadap produksibuah, karena buah yang sudah cukup

umur tidak mau masak sampai turunhujan (Sastrosayono, 2003).

TopografiMenurut Mantawali, 2014

topografi (relief) adalah bentukpermukaan suatu satuan lahan yangdikelompokkan atau ditentukanberdasarkan perbedaan ketinggian(amplitudo) dari permukaan bumi(bidang datar) suatu bentuk bentanglahan (landform). Sedang topografisecara kualitatif adalah bentuk bentanglahan (landform) dan secara kuantitatifdinyatakan dalam satuan kelas lereng(% atau derajat), arah lereng, panjanglereng dan bentuk lereng. Topografipada perusahaan PT BPP disajikan padaGambar 4.

Gambar 4. Topografi perusahaankelapa sawit PT BPP

Dari data topografi yang didapat,hasil pengukuran diketahui bahwa blokA dianggap mempunyai dataran lebihrendah dari jalan anjir talaran denganketinggian tanah -25, blok B dan Cmempunyai ketinggian tanah -33 cm,blok D dan E mempunyai ketinggiantanah -60 cm. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa pada blok A sampaidengan blok E terendam apabila curahhujan tinggi.

Water ManagementPengelolaan air (water

management) pada lahan rawamerupakan kunci keberhasilan dalamperkebunan kelapa sawit. Areal

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 77

perkebunan kelapa sawit wajib tidakterhubung atau terkoneksi dengansungai yang ada di sekitarnya agarkondisi air pada areal perkebunan tetapterjaga. Pada perkebunan kelapa sawitPT BPP mempunyai sistem watermanagement yang mencakup suatukawasan yang luas.

Prinsip utama water managementpada lahan rawa yang dibudidayakanuntuk tanaman pertanian adalah harusmampu menekan terjadinya penurunanfungsi lingkungan dari lahan rawaakibat dilakukannya proses drainaseatau penurunan muka air tanah, namuntetap bisa memenuhi syarat tumbuhtanaman yang dibudidayakan. Sesuaidengan pernyataan (Risza, 2010)permukaan air tanah di rendahan harusdijaga minimal 60 cm di bawahpermukaan tanah, sehingga zona akarberada dalam kondisi yang baik. Dalamhal itu drainase harus lancar dan pHtanah optimum (5-6).

Desain KanalKanal merupakan saluran air yang

dibuat manusia untuk mengarahkan danmengalirkan air yang berguna untukirigasi, penahan banjir dan pemasok airke tempat tertentu. Dalam pembuatankanal perkebunan kelapa sawit PT BPPpada dasarnya tidak boleh langsungterhubung dengan sungai yang ada disekitarnya agar air yang keluar masukpada lahan perkebunan dapat terjaga,namun management PT BPP belum bisamenutup koneksi kanal, dikarenakankanal telah menjadi akses masyarakatsekitar perkebunan kelapa sawit PTBPP.

Desain kanal di perusahaan kelapasawit PT BPP terbagi menjadi tiga,yaitu:

a. Kanal blokKanal blok mempunyai ukuran 4 x 3x 2,5 m dengan tinggi tanggul 1,35 m

kanan kiri. Kanal blok dapat di lihatpada Gambar 5.

.

Gambar 5. Desain kanal blok

Kanal blok mempunyai beberapafungsi yaitu untuk mengalirkan airpada blok-blok lahan perkebunan,digunakan untuk transportasi parakaryawan perusahaan BPP dantransportasi dalam pengiriman bibitataupun hasil panen tanaman kelapasawit, mengirim pupuk ke gudangkebun dan ke blok lahan perkebunan.Kelebihan kanal blok yaitudapatmengalirkan air pada blok-bloklahan perkebunan dan lebihmemudahkan dalam melakukantransportasi misalnya pengirimanbibit tanaman kelapa sawit,pegiriman pupuk ke blok-blok yangada di lahan perkebunan perusahaanBPP.Kekurangan kanal blok yaitu apabilamusim kemarau tidak bisa digunakanlagi karena air yang ada di kanal blokmengering. Cara mengatasinya yaitudengan menggunakan sepeda motorpada saat melakukan kegiatan kebunseperti melangsir bibit tanamankelapa sawit, pengiriman pupuk danpengiriman hasil panen tanamankelapa sawit.

b. Kanal bodress atau tapal batasKanal bodress atau tapal batasmempunyai ukuran 6 x 4 x 2,5 mdengan tinggi tanggul 1,35 m kanankiri. Kanal bodress atau tapal batasdapat di lihat pada Gambar 6.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 78

Gambar 6. Desain kanal bodressatau tapal batas

Kanal bodress atau tapal batasterletak mengelilingi arealperusahaan BPP yang mempunyaifungsi sebagai batas antara lahanperusahaan dengan lahan masyarakatyang ada di sekitar perusahaan BPP.Selain itu kanal bodress atau tapalbatas juga mempunyai fungsi sebagaikoneksi antara kanal utama yang satudengan kanal utama yang lainnya.

c. Kanal UtamaKanal utama yang dimilikiperusahaan kelapa sawit PT BPPmempunyai ukuran 18 x 16 x 2,5 mtanggul kanan kiri. Kanal utamadapat di lihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Desain kanal utama

Kanal utama adalah kanal yangdibuat oleh perusahaan Kodekosebelum perusahaan BPP didirikan.Kanal utama ini berfungsi sebagaijalur akses utama transportasi bagiperusahaan dan masyarakat sekitarperusahaan. Menurut Arifjaya danDedi (2003) saluran primer atau

kanal utama berfungsi sebagaisaluran utama untuk memasukkan airpasang, membuang air drainase padawaktu surut dan juga sebagaitransportasi air.Selain itu kanal utama juga berfungsisebagai kanal yang mengairi kanal-kanal sekitar yang ada di areal PTBPP dan berfungsi sebagai tempatpenampungan air pada saat musimkemarau. Kekurangan dari kanalutama yaitu lebih rawan terjadinyaerosi karena kanal utama inidigunakan sebagai jalur transportasidari perusahaan maupun masyarakat.

Desain BlokBlok atau area tanam di

perkebunan kelapa sawit PT BPPdidesain dengan tujuan air yang diizinkan masuk pada lahan hanya airhujan yang tertampung pada setiap areaperkebunan kelapa sawit. Air kanal bloktidak diizinkan masuk ke blok atau areablok dikarenakan air akan masuk tidakterkendali sehingga menyebabkan lahantergenang dan akan berpengaruhterhadap tanaman.

Desain blok perusahaan BPPdibuat tapak timbun menerus paritinfield 2:1 yang artinya 2 jarak tanamandengan 1 parit infield dengan ketinggiantimbunan 30-50 cm dari muka tanahasli, agar dapat mengantisipasi terhadapgenangan air dari curah hujan yangtertampung. Biasanya jarak antar paritinfield berkisar 16 m.

Kelebihan air tampungan yangdiakibatkan oleh curah hujan makaperusahaan kelapa sawit PT BPPmembuat parit penghubung denganukuran 1x1 m. Fungsi parit penghubungyaitu sebagai koneksi atau penghubungantara parit infield yang satu denganparit infield yang lain. Parit penghubungdibuat pada tengah-tengah blok.Sebelum membuat parit penghubungmaka harus menentukan terlebih dahulu

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 79

titik buangan air. Titik-titik terendaharea perkebunan kelapa sawit PT BPPbisa dilihat meggunakan topografi.

Water management PT BPPberperan dalam antisipasi aliran air padasaat musim kemarau dan musim hujan.Pada saat musim hujan lahanperkebunan PT BPP akan tergenang,sehingga dilakukan pencucian parit danpeninggian tanggul. Pencucian paritdilakukan dengan mengeruk tanah padakanal untuk ditambahkan pada tanggulsehingga tanggul menjadi tinggi.Apabila tanggul ditinggikan, maka airyang ada di kanal utama tidak dapatmasuk ke kanal blok sehingga air dilahan perkebunan terkendali. Antisipasialiran air pada saat musim kemaraudengan menutup pintu buangan padaparit penghubung sehingga ketinggianair dalam parit penghubung berkisar 40cm dari dasar parit.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitiantentang aplikasi water management PTBPP adalah sebagai berikut:1. Pembuatan water management di

perusahaan PT BPP di dasari olehtata topografi lahan perkebunanyang merupakan lahan rawa sungai.

2. Aplikasi water management PT BPPdengan cara membuat desain kanaldan desain blok.

3. Desain kanal di lahan perkebunankelapa sawit PT BPP terbagi menjaditiga, yaitu, kanal blok yangmempunyai fungsi salah satunyauntuk mengalirkan air pada blok-blok lahan perkebunan, kanalbodress atau tapal batas yangberfungsi sebagai batas antara lahanperusahaan dengan lahan masyarakatyang ada di sekitar perusahaan, dankanal utama berfungsi sebagaisaluran utama untuk memasukkan airpasang. Dari ketiga kanal tersebut

mempunyai ukuran kanal yangberbeda-beda.

4. Desain blok di lahan perkebunankelapa sawit PT BPP yaitu dibuatparit infield yang berfungsi untukmenyekap air yang masuk pada bloklahan perkebunan dan paritpenghubung berfungsi untukmengkoneksikan ataumenghubungkan parit infield satudengan parit infield lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pengelolaan Air untukPeningkatan Ketersediaan AirTanaman Kelapa Sawit di PTPNVIII Cimulang.

Arifjaya dan Dedi. 2003. RancanganDesain Sistem Tata-Air padaPengembangan Lahan GambutPasang-Surut BerwawasanLingkungan. Karya Tulis padaFakultas Pertanian InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Hamzah. 2015. Teknik Pengelolaan AirSurplus dan Defisit Di KebunKelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) PT Citra Putra Kebun Asri.Banjarmasin. Politeknik Hasnur.(Tidak dipublikasikan)

Balitklimat. 2007.http://balitklimat.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_conten&view=article&id=117:gumarang&catid=57:hasil-hasil-penelitian &Itemid=68

Manalu, A. 2008. Pengaruh Hujanterhadap Produktivitas danPengelolaan Air di Kebun KelapaSawit (Elaeis guineensis) MustikaEstate, PT Sajang Heulan,Minamas Plantation, TanahBumbu, Kalimantan Selatan.Skripsi .Fakultas Pertanian InstitutPertanian Bogor. Bogor: Tidakditerbitkan.

Volume 02, Nomor 2, Edisi November 2016

AgrisainsJurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 80

Mantawali, L. 2014. Uji Kualitas AirSumur Gali pada TopografiTanah Miring dan Tanah Datar dilihat dari Bakteri Coliform danEscherichta coli di DesaPilohayanga Barat KecamatanTelaga Kabupaten Gorontalo.Gorontalo. Universitas NegeriGorontalo. (Tidak dipublikasikan)

Risza, S. 2010. Masa DepanPerkebunan Kelapa SawitIndonesia. Percetakkan Kanisius.Yogyakarta.

Sastrosayono, S. 2003. BudidayaKelapa Sawit. AgromediaPustaka. Jakarta.

Simangunsong, Z. 2011. Konservasitanah dan air pada perkebunankelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) PT Sari Lembah Subur,Pelalawan, Riau. Laporan MagangKerja. Dept Agronomi danHortikultura, IPB. Bogor.