Upload
doannhu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Komplikasi dan Pencegahan Gangguan Fungsi Pasca Stroke :
Sudut Pandang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Widjajalaksmi Kusumaningsih
Departemen Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta, Indonesia
Abstrak
Stroke adalah masalah kesehatan global dan merupakan penyebab utama kecacatan pada
orang dewasa di seluruh dunia. Berdasarkan data yang diambil dari Riskesdas, di Indonesia,
prevalensi stroke meningkat sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Terdapat
berbagai macam gangguan fungsi yang dapat disebabkan oleh stroke yang akan
mengganggu kualitas hidup penderita stroke yaitu gangguan kognisi, keseimbangan,
komunikasi, mobilitas, menelan, dan berkemih. Gangguan mobilitas merupakan gangguan
fungsi yang paling sering terjadi pada pasien stroke. Pengelolaan ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi yang dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas pada pasien stroke
didasarkan atas teori stadium pemulihan pada stroke berdasarkan Brunnstrom. Penilaian
kedokteran fisik dan rehabilitasi yang komprehensif berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability, and Health (ICF) dari World Health Organization (WHO) dapat
menentukan prognosis fungsi sehingga target jangka pendek maupun jangka panjang
secara realistis dapat tercapai.
Stroke
Stroke adalah masalah kesehatan global yang merupakan penyebab utama kecacatan pada
orang dewasa di seluruh dunia.1 Berdasarkan data Riskesdas, terdapat peningkatan
prevalensi stroke dari tahun 2007 ke tahun 2013 yaitu dari 8,3 per mil pada tahun 2007
menjadi 12,1 per mil pada tahun 2013.2
Pada stroke terdapat stadium pemulihan berdasarkan Brunnstrom yang merupakan dasar
dari prinsip pengelolaan ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi pada pasien stroke, dimana
tujuan dari pengelolaan tersebut adalah untuk mencapai proses pemulihan berdasarkan
neuroplastisitas pada pasien stroke. Stadium pemulihan Brunnstrom terdiri dari enam
stadium yaitu (1) Flaccidity, (2) Synergies; Some spasticity, (3) Marked spasticity, (4) Out of
synergy; Less spasticity, (5) Selective control of movement , (6) Isolated/ coordinated
movement.3
Neuroplastisitas Pada Stroke
Plastisitas otak merupakan kemampuan penyesuaian (adaptasi) susunan saraf pusat baik
struktur dan fungsi yang terkait akibat stimulasi pengaruh lingkungan internal maupun
eksternal. Terjadinya stimulasi lingkungan yang diterima otak akan menyebabkan
pertumbuhan jaringan berbagai sel neuron yang akan mengakibatkan hubungan antara sel
neuron yang banyak. Neuron memiliki kemampuan untuk mengubah struktur dan fungsinya
berdasarkan masukan yang didapat dari berbagai aktivitas dan proses pembelajaran.
Mekanisme neural pada proses plastisitas mencakup terjadinya modifikasi axonal,
modifikasi dendrit, diaschisis, unmasking, sprouting, non-synaptic difusion
neurotransmission dan sebagainya. Perubahan neuroplastisitas yang terjadi bisa adaptasi
meskipun mungkin bisa juga terjadi maladaptasi.4,5
Gangguan Fungsi Pada Stroke
Gangguan fungsi yang dapat terjadi pada pasien stroke adalah gangguan kognisi,
keseimbangan, komunikasi, mobilitas, menelan, dan berkemih. Penilaian ilmu kedokteran
fisik dan rehabilitasi secara komprehensif harus dilakukan pada pasien stroke akut sejak
masuk ke rumah sakit, dimana penilaian yang dilakukan merujuk kepada International
Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF) yang mencakup komponen struktur
tubuh, pembatasan aktivitas fungsi dan pembatasan partisipasi. Contoh penilaian fungsi
pada struktur tubuh antara lain Beck-Depression Inventory, Fugl- Meyer Assesment, Mini
Mental State Examination, Modified Ashworth, dan Motor-free Visual Perception Test.
Penilaian pembatasan aktivitas fungsi antara lain Barthel Index, Berg Balance Scale,
Chedoke McMaster Stroke Assesment Scale, Functional Independence Measure (FIM),
Frenchay Activities Index, Modified Rankin Handicap Scale, Rivermead Motor assessment,
Rivermead Mobility Index, dan Timed Up and Go (TUG). Penilaian pembatasan pastisipasi
antara lain Euroqol-5D, Medical Outcomes Study Short Form 36, Nottingham Health Profile,
Sickness Impact Profile (stroke adapted version), Stroke Impact Scale, dan Stroke Spesific
Quality of Life.6-9
Gangguan Komunikasi
Penilaian komunikasi mencakup pemeriksaan wawancara, percakapan, observasi, tes-tes
standar dan yang tidak terstandar, penilaian bicara, bahasa, komunikasi kognitif, pragmatik,
membaca, dan menulis. Dilakukan pula identifikasi kekuatan dan kelemahan komunikasi,
serta dilakukan identifikasi strategi kompensasi yang bermanfaat.. Salah satu gangguan
komunikasi yang dapat terjadi pada pasien stroke adalah afasia. Pada pasien stroke dengan
afasia dilakukan terapi bicara dan bahasa.8,10,11
Penilaian Kognisi dan Memori
Penilaian dan evaluasi untuk terjadinya defisit kognitif pada pasien stroke dianjurkan untuk
dilakukan pada semua pasien sejak awal perawatan sampai sebelum pulang ke rumah yang
dapat dinilai dengan menggunakan Neurobehavioral Cognitive Status Examination. Terapi
yang dilakukan dengan cara rehabilitasi kognitif (praktek yang membutuhkan perhatian,
perencanaan atau memori kerja menggunakan pensil dan kertas atau aktivitas
komputerisasi dan pengajaran strategi kompensasi), latihan berdasarkan intervensi pada
fungsi kognitif, serta pemberian lingkungan yang mendukung.12
Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik yang mencakup gangguan somatosensorik, gangguan visual, dan
gangguan pendengaran perlu dievaluasi. Penilaian gangguan somatosensorik mencakup
penilaian sensasi taktil, nyeri, suhu, tekanan, getaran, proprioseptif, stereognosis, dan
graphesthesia. Penilaian gangguan visual mencakup penilaian visual field loss yang meliputi
gangguan lapang pandang, gerakan bola mata abnormal, penurunan ketajaman visual,
diplopia, gangguan penglihatan warna, kesulitan membaca, dan penurunan dalam
pemrosesan visual tingkat tinggi. Penilaian gangguan pendengaran dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan audiometri. Gangguan pendengaran terkait stroke biasanya
disertai dengan vertigo dan sering dengan terjadinya defisit tambahan yang terkait dengan
gangguan pada brainstem / infark serebelum.13,14,15
Gangguan Sensorimotor dan Aktivitas
Gangguan sensorimotor dan aktivitas yang dapat terjadi pada pasien stroke diantaranya
adalah disfagia, limb apraxia, hemispatial neglect/hemi-inattention, motor speech disorders
(dysarthria and apraxia of speech), spastisitas, keseimbangan dan ataxia, serta gangguan
mobilitas. Pada pasien stroke dengan disfagia dapat terjadi aspirasi yang akan
menyebabkan komplikasi lebih lanjut seperti malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
dan kualitas hidup yang menurun. Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan disfagia
adalah tube feeding secara dini dan berbagai latihan atau maneuver. Pada pasien dengan
limb apraxia dapat dilakukan latihan gesture training. Pada pasien dengan hemispatial
neglect/hemi-inattention beberapa intervensi seperti prism adaptation, visual scanning
training, optokinetic stimulation, virtual reality, limb activation, mental imagery, dan neck
vibration yang dikombinasikan dengan prism adaptation. Pada gangguan spastisitas dapat
dinilai dengan menggunakan Modified Ashworth Scale. Prinsip terapi pada spastisitas
meliputi beberapa tahap yaitu menghilangkan atau menghindari stimulus yang dapat
mencetuskan, terapi rehabilitasi, terapi oral, neurolisis, prosedur ortopedi, dan prosedur
bedah saraf. Pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan ataksia dapat digunakan
alat bantu dan orthotics untuk membantu aktivitas pasien. Pada pasien dengan gangguan
mobilitas dapat dilakukan latihan treadmill dengan atau tanpa dukungan berat badan,
pelatihan sirkuit, pelatihan mobilitas, dan pelatihan yang dibantu elektromekanik. Terapi –
terapi yang dapat dilakukan pada gangguan mobilitas diantaranya yaitu Neuromuscular
Electrical Stimulation (NMES), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), water
based exercise, Robotic and electromechanics-assisted training devices, virtual reality,
rhythmic auditory cueing, electromyographic biofeedback. Penggunaan alat bantu seperti
alat bantu ambulatory (cane, walker), AFO (Ankle Foot Orthoses), dan kursi roda dapat
membantu pasien dengan gangguan mobilitas.8,13-15
Komplikasi Stroke
Stroke dapat menyebabkan komplikasi diantaranya adalah dekubitus, kontraktur, vena
thrombosis dalam, inkontinensia urine dan alvi, hemiplegic shoulder pain, nyeri sentral
pasca stroke, jatuh, kejang, depresi pasca stroke, serta osteoporosis pasca stroke.8
Prinsip Rehabilitasi Stroke
Rehabilitasi stroke adalah pengelolaan medik beserta kedokteran fisik dan rehabilitasi yang
komprehensif terhadap disabilitas akibat stroke dengan menggunakan pendekatan
neurorehabilitasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemulihan dan atau memodifikasi
gejala sisa sehingga pasien mampu beraktivitas fungsional secara mandiri, dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai hidup yang berkualitas. Intervensi rehabilitasi
medik sangat dianjurkan dilakukan sedini mungkin pada pasien yang secara klinis stabil
untuk mencapai perbaikan perfusi otak dan mencegah komplikasi yang terjadi akibat stroke
dan efek imobilitas/tirah baring. Tatalaksana rehabilitasi stroke mencakup beberapa fase
yaitu fase akut, subakut, dan kronik, dimana pasien stroke sejak fase akut harus mendapat
asesmen awal oleh tim kedokteran fisik dan rehabilitasi sesegera mungkin.8,16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bonita R, Mendis S, Truelsen T, Bogousslavsky J, Toole J, Yatsu F. The global
stroke initiative. Lancet Neurol. 2004;3:391–3.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
3. Li S, Francisco GE. New Insight into the Pathophysiology of Post-Stroke
Spasticity.Frontiers in Human Neuroscience .2015.9:192.
4. Demarin V, Morovic S, Bene R. Neuroplasticity. Period Biol. 2014;116(2):209–11.
5. Nudo RJ. Plasticity of cerebral motor functions: implications for repair
andrehabilitation. In: Selzer ME, Clarke S, Cohen LG, Kwakkel G, Miller
RH,editors. Neural Repair. 2nd ed. Cambridge University Press; 2014. p. 99–113.
6. Zorowitz RD, Baerga E, Cuccurullo SJ. Stroke. In: Cuccurullo SJ, editor. Physical
medicine and rehabilitation board review. 3rd ed. New York (NY): Demos medical
Publishing; 2015. p. 1–52.
7. Pollock A, Baer G, Campbell P, Pl C, Forster A, Morris J, et al. Physical rehabilitation
approaches for the recovery of function and mobility following stroke. Cochrane
Database Syst Rev. 2014;Apr 22(4).
8. Winstein CJ, Stein J, Arena R, Bates B, Cherney LR, Cramer SC, et al. Guidelines
for Adult Stroke Rehabilitation and Recovery: A Guideline for Healthcare
Professionals from the American Heart Association/American Stroke Association.
Vol. 47, Stroke. 2016. p.98-169.
9. Salter K, Jutai JW, Teasell R, Foley NC, Bitensky J, Bayley M. Issues for selection of
outcome measures in stroke rehabilitation: ICF Participation. Disabil Rehabil.
2005;27(9):507–28.
10. Hall N, Boisvert M, Steele R. Telepractice in the assessment and treatment of
individuals with aphasia: a systematic review. Int J Telerehabil. 2013;5:27–38. doi:
10.5195/ijt.2013.6119.
11. Cherney LR, van Vuuren S. Telerehabilitation, virtual therapists, and acquired
neurologic speech and language disorders. Semin Speech Lang. 2012;33:243–257.
doi: 10.1055/s-0032-1320044
12. Mysiw WJ, Beegan JG, Gatens PF. Prospective cognitive assessment of stroke
patients before inpatient rehabilitation: the relationship of the Neurobehavioral
Cognitive Status Examination to functional improvement. Am J Phys Med Rehabil.
1989;68:168–171.
13. Pambakian A, Currie J, Kennard C. Rehabilitation strategies for patients with
homonymous visual field defects. J Neuroophthalmol. 2005;25:136–142.
14. Tyson SF, Hanley M, Chillala J, Selley AB, Tallis RC. Sensory loss in hospital-
admitted people with stroke: characteristics, associated factors, and relationship with
function. Neurorehabil Neural Repair. 2008;22:166–172. doi:
10.1177/1545968307305523.
15. Lee H, Baloh RW. Sudden deafness in vertebrobasilar ischemia: clinical features,
vascular topographical patterns and long-term outcome.
16. Wahyuni LK (ed). Panduan rehabilitasi stroke. PERDOSRI.2014.1-142