Upload
ima-lismawaty
View
34
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KPM
Citation preview
KOMPLEKSOMETRI LAPORAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Satu dari jenis-jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai
dasar penentuan titrimetrik melibatkan penbentukan suatu kompleks atau
ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Suatu contoh
adalah dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks
Ag(CN)2 yang sangat stabil :
Ag + + 2 CN- Ag(CN)2-
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation
dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks
disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut
ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan
koordinasi dari logam. Dari komlpeks diatas perak merupakan atom logam
dengan hilangan koordinasi dua, dan sianidanya merupakan ligannya.
Reaksi membentuk kompleks dapat dianggap sebagai asam-basa
lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan
sepasang electron. Kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan
yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi
dalam bebeapa keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik coulomb.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk menentukkan ion-ion kompleks dan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan.
Untuk menetukan hasil yang kompleks dari titrasi kompleksometri
Untuk mengetahui cara analisis/ penetapan kadar zat/ obat dalm sediaan farmasi
dengan menggunakan metode kompleksometri
1.3 Prinsip Percobaan
Reaksi asam basa Lewis yang reaksinya membentuk kompleks, dengan
ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang electron
kepada kation yang merupakan suatu asam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keseimbangan Pembentukkan Kompleks
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu
perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion
kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud
di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah
kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang
banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina
tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks
dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:
M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat.
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH
dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu.
Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya
logam hidroksida.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion
logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.
Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain
titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang
dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan
EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam
larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat
(asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap
dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi
parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam
yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut
(Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal
Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar
titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai
warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian
disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah
Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-
piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue
(Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam
pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat
membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel.
Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-
sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala
yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri
adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion
logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu
indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-
titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik
akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA,
larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik
(khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu
harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak
akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator
logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk
menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan
cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-
indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator
harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga
perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,
penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12,
Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat
dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan
pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum
efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan
berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air,
dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai
dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya
sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu
misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).
Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks
dipergunakan oleh kimiawan dalam prosedur titrimetrik maupun
gravimetrik. Molekul yang bertindak sebagai ligan biasanya memiliki atom
elektronegatif, misalnya nitrogen, oksigen, atau salah satu dari halogen.
Ligan yang hanya mempunyai sepasang electron tak dipakai bersama,
misalnya NH3, dikatakan unidentat. Ligan yang mempunyai dua gugus
yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral dikatakan
bidentat. Suatu contoh adalah etilendiamin NH2CH2CH2NH2 dengan kedua
atom nitrogen mempunyai pasangan electron tak terpakai bersama. Ion
tembaga (II) membentuk kompleks dengan dua molekul etilendiamin
seperti berikut :
Cincin heterosiklik terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan
dua atau lebih gugus fungsioanal dalam ligan dinamakan cincin khelat;
molekul organiknya pereaksi pembentuk khelat, dan kompleksnya
dinamakan khelat atau senyawa khelat. Penggunaan analitik didasarkan
pada penggunaan pereaksi khelat sebagai titran untuk ion-ion logam telah
menunjukan pertumbuhan menarik.
Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya
terjadi pembentukan larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain
membentuk hash berupa kompleks. Untuk dapat dipakai sebagai dasar
suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus memenuhi
persyaratan umum amok titrasi, make kompleks yang terjadi hams stabil.
Titrasi ini biasanya digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen
atau senyawanya dengan menggunakan NaaEDTA sebagai titran
pembentuk kompleks (Tim Penyusun, 1983).
Tabel Kompleksometri
Logam Ligan Kompleks Bilangan
koordinasi
logam
Geometri Reaktivitas
Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2 Liniar Labil
Hg2+ Cl- HgC12 2 Liniar Labil
Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ 4 Tetrahedral Labil
Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4 Persegi
planar
Labil
Co2+ H2O CO(H2O)62+ 6 Oktahedral Labil
Co3+ NH3 Co(NH3)63+ 6 Oktahedral Inert
Cr3+ CN- Cr(CN)63- 6 Oktahedral Inert
Fe 3+ CN- Fe(CN)63- 6 Oktahedral Inert
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng,
cadmium, dan merkuri (II) membentuk kompleks stabil dengan nitrogen
seperti amoniak dan trine. Beberapa ion logam lain, misalnya alumunium,
timbale, dan bismuth lebih baik berkompleks dengan ligan dengan atom
oksigen sebagai donor electron. Beberapa pereaksi pembentuk khelat,
yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen terutama efektif dalam
pembentukan kompleks stabil dengan berbagai logam. Dari ini yang
terkenal ialah asam etilendiamintetraasetat, kadang-kadang dinyatakan
asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :
Istilah chelon telah disarankan sebagai nama umum untuk seluruh
golongan peereaksi, termasuk poliamin seperti trine, asam poliamino
karboksilat seperti EDTA, dan senyawa sejenis membentuk kompleks 1:1
dengan ion logam, larut dalam air dan karenanya dapat dipergunakan
sebagai titran logam dan titrasinya disebut titrasi khelometrik.
Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik dari
banyak unsur logam dan merupakan hal yang sangat penting dalam
banayak lapangan. Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam,
melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang
terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat
oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul
netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi
atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana
seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah
monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu
titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila
ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu mempunyai dua
atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion
logam yang lama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidental
mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan
termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejaidi mana spesi ini
akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistem
itiu dibiarkan mencapai kesetimbangan (Vogel, 1994).
Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+
dari ikatan karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan
pada EDTA ini terjadi reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul
itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion". EDTA
dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut
daripada bentuk asamnya (Syafei, 1998)
Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan
penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan
gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat
disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion
bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya
titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide
atau molekul-molekul H20 atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan
yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan
atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai
dua atom, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk
membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan
itu disebut bidentat. Ligan multidentat mempunyai lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi
merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-
spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan mencapai
kesetimbangan
Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA,
maupun senyawa anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh
ikatan metal yang stabil, diperlukan ligan yang mampu membentuk
cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca. Ion
logam terkoordinasi dengan pasangan electron dari atom-atom N-EDTA
dan juga dengan keempat gugus karboksil yangh terdapat pada molekul
EDTA (Winarno, 1982).
Ligan dapat menghambat proses oksidasi, senyawa ini merupakan
sinerjik anti oksidan karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang
mengkatalisis proses oksidasi (Winarno, 1982).
Titrasi Khelometrik
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat
berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan
empas gugus karboksil. Dalam hal-hal lain, EDTA mungkin bersikap
sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang mempunyai satu
atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dengan
logamnya. Untuk memudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali
disingkat H4Y. Dalam larutan yang cukup asam, protonasi sebagian dari
EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks iogam mungkin terjadi,
yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY-; tetapi pada kondisi
biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan
ion logam. Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin
menembus lingkungan koordinasi dari logam dan kompleks seperti
Cu(OH) Y3- dapat terjadi.
Efek Kompleks
Zat-zat lain dari titran kilon yang mungkin ada dalam larutan ion logam
dapat membentuk kompleks dengan logamnya dan dengan demikian
bersaing dengan reaksi titrasi yang diinginkan. Sebenarnya pembentukan
kompleks demikian kadang-kadang dengan pertimbangan digunakan
untuk mengatasi interferensi, yang dalam hal ini efek dari pengompleks
disebut penutupan. Dengan ion-ion logam tertentu yang dengan mudah
terhidrolisa, mungkin perlu untuk menambahkan ligan pengompleks agar
mencegah pengendapan hidroksida logam. Jika tetapan stabilitas untuk
semua kompleks diketahui, maka efek pembentukan kompleks terhadap
reaksi titrasi EDTA dapat dihitung.
Efek Hidrolisa
Hidrilisa ion logam mungkin bersaing dengan proses titran khelometrik.
Peningkatan pH membuat efek ini lebih jelek dengan penggeseran ke
keseimbangan yang benar dari jenis
M2+ + H2O M(OH)+ H+
Hidrolisa secara ekstensif dapat mengakibatkan pengendapan hidroksida
yang hanya bereaksi dengan EDTA secara perlahan-lahan, bahkan apabila
pertimbangan-pertimbangan keseimbangan menguntungkan
pembebtukkan khelonat logam. Sekali pun seringkali tetapan hidrolisa yang
cocok untuk ion-ion logam tidak tersedia, dan karenanya pengaruh ini
sering tidak dapat dihitung dengan teliti.
Cara-cara Titrasi EDTA
Titrasi secara khelatometri telah dilakukan dengan baik terhadap
semua kation biasa. Jenis-jenis titrasinya adalah :
a. Titrasi langsung, dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan
menggunakan indicator logam. Pereaksi pembentukan kompleks, seperti
sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk pencegahan endapan
hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering
digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak
(Underwood, 1994).
b. Titrasi kembali, digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTA
lambat atau apabila indicator yang sesuai tidak ada. EDTA berlebih
ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan standar
Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks Mg-
EDTA mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan
tidak digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk
menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca
dalam CaSOa (Underwood, 1994).
c. Titrasi substitusi, berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion
logam yang ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang mengandung
kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya M2+,
menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah itu
(Underwood, 1994).
d. Titrasi secara tidak langsung, beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain
penentuan sulfat dengan menambahkan larutan baku barium berlebihan
dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat sudah
ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak terlalu
sukar lanrt lalu menitrasi kelebihan Mg (Underwood, 1994).
e. Cara titrasi alkalimetri, dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan
kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion hydrogen yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa. (Underwood,1994)
Kestabilan Kompleks
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan (a)
kemampuan mengkompleks dari ion logam yang terlihat, dan (b)
dengan cirri khas ligan itu, yang penting untuk memeriksa faktor-faktor
ini dengan singkat.
(a) Kemampuan mengkompleks logam-logam digambarkan dengan baik
menurut klasifikasi Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya
didasarkan atas pembagian logam menjadi asam lewis (penerima
pasangan electron) kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh
larutan afinitas (dalam larutan air) terhadap halogen, dan membentuk
kompleks yang paling stabil engan anggota pertama grup table
berkala. Kelas B lebih mudah berkoordinasi dengan I- daripada dengan f
dalam larutan air dan membentuk kompleks terstabil dengan atom
penyumbang kedua dari masing-masing grup itu yakni Nitrogen,
Oksigen, dan F, Cl, C, P.
Konsep asam basa keras dan lunak adalah berguna dalam
menandai ciri-ciri perilaku penerima pasangan electron kelas A dan kelas
B (Vogel, 1994).
(b) Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks diman
aligan itu terlibat, adalah (i) kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat
penyepitan, jika ada, dan (iii) efek-efek sterik (ruang). Efek sterik yang
paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat
pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang. (Vogel, 1994).
Indikator Logam
Indikator logam adalah suatu indicator terdiri dari suatu zat yang
umumnya senyawa organic yang dengan satu atau beberapa ion logam
dapat membentuk senyawa kompleks yang warnanuya berlainan dengan
warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indicator asam basa
akan tergantung, pada pH larutannya, sedangkan warna indicator logam
sampai batas tertentu bergantung pada pM. Oleh karena itu indicator
logam sering disebut sebagai "pM-slustive indicator" atau metalochrome-
indikator (syafei, 1998).
Beberapa macam indicator logam yang digunakan adalah sebagai
berikut a. Eriochrome Black T
b. Murexide
c. Xylanol Orange (XO)
d. Calmagnite
e. Arsenazo I
f. NAS
g. Pyrocatechol Violet
h. Calcon
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu
sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.
Umumnya titrasi dengan
indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana
alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu
digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13
dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali.
Indikator untuk Titrasi Khelometrik
Pada dasarnya indikator metalokhromik merupakan senyawa
organik berwama, yang membentuk khelat dengan ion logam. Khelatnya
harus mempunyai warna lain dari warana indikator bebasnya, dan jika
suatu kosong indikator harus dihindari dan titik akhir yang tajam
diperoleh, maka indicator harus melepaskan ion logamnya kepada titran
EDTA pada suatu harga pM sangat dekat dengan titik ekivalen. Indicator
metalokhromik biasa juga mempunyai sifat asam-basa dan tanggap
sebagai indikator pH maupun sebagai indikator terhadap PM.
BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODE
3.1 Alat Percobaan
Labu erlenmeyer, Labu ukur, pipet ukur dan volume pipet, buret
dan statif, water bath, beaker glass, gelas ukur, neraca analitik
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan titrasi kompleksometri
diantaranya: larutan baku MgSO4/ZnSO4, aquadest, larutan standar
EDTA, indicator logam EBT, larutan buffer salmiak, dan sampel R.
3.3 Metode Percobaan
3.3.1 Prosedur Larutan baku Na2EDTA 0,1 N oleh znSO4/MgSO4
1. timbang dengan seksama 100 mg ZnSO4
2. larutkan dalam labu erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 ml.
3. Tambahkan larutan buffer salmiak pH 10 sampai pH larutan sampel 10 (3ml)
4. Tambahakan indikator EBT sebanyak 20 mg.
5. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,1 N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi
perubahan warna larutan ungu menjadi biru.
6. hitung kadar Na2EDTA 0,1 N sebenarnya.
3.3.2 Prosedur sampel
Larutan:
1. larutkan sampel dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda bartas.
2. Aduk larutan sampel sampai larut sempurna.
3. Pipet larutan sampel dengan pipet ukur/volume pipet sebanyak 25 ml.
4. Tambahkan larutan buffer salmiak pH 10 sampai pH larutan sampel 10 (3ml)
5. tambahkan indikator EBT sebnyak 20 mg
6. Titrasi denganlarutan Na2EDTA 0,1 N yang akn dibakukan kembali sampai terjaadi
perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru.
7. lakukan penetapan kadar ini sebanyak minimal 3 kali.
8. Hitung % kadar zat aktif dalam sampel.
3.3.3 Prosedur Analisis Menurut Literatur :
- FI IV Hal 836 : Timbang seksama sejumlah zat setara dengan lebih kurang 170 mg ZnSO4,
lrutkan dalam 100 ml air, tambahkan 5 ml larutan dapar amonium hidroksida, amonium
klorida LP dan 0,1 ml hitam erikrom LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
warna Biru tua.
1 ml dinatrium edetat 0,05 M ~! 8,072 mg ZnSO4
- FI III hal 637-638 : Tibang seksam 300 mg, larutkan dalam 100 mL air tambahakn 5 mL
dapar ammonia-amonium klorida p dan 0,1 ml larutan hitam erikrom P titrasi dengan
Na2EDTA 0,05M
1 ml Na2EDTA 0,05M ~ 8,072 mg ZnSO4
Reaksi Pembakuan :
ZnSO4 + H2O ZnO + H2SO4
ZnSO4 + Na2EDTA Zn + Na2SO4 EDTA
ZnSO4 + NH4Cl ZnCl + (NH4)2SO4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembakuan Larutan baku Na2EDTA dengan MgSO4
Na2EDTA 1 2
Awal 0 0Akhir 43,5 42,2
Terpakai 43,5 42,2
No Berat MgSO4 Volume Na2EDTA
1 0,05 43,52 0,05 42,2
Perhitungan: Normalitas Na2EDTA 1 : Normalitas Na2EDTA 2 :
Normalitas Rata-Rata :
Jadi Rata-rata Normalitas Na2EDTA adalah 0,058N
4.2. Penetapan kadar sample dalam sediaan obat :
Sample Obat: ZnSO4 BE ZnSO4 : 161,44
Na2EDTA 1 2 3
Awal 0 8,5 16Akhir 8,5 17 24,7
Terpakai 8,5 8,5 8,7
VNa2EDTA rata-rata :
Perhitungan kadar
Kadar Sebenarnya : 650mg
Persen Kesalahannya:
KesimpulanKadar sampel : 204,082
% Kesalahan : 63,06%