Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Komodifikasi Budaya: Rekacipta Tradisi Palang Pintu Betawi
(Studi Kasus Festival Palang Pintu Kemang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh :
Muhammad Shafly Alaudin
11151110000011
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
iv
ABSTRAK
Tradisi Budaya dari Etnis Betawi sangatlah beragam, baik dalam tradisi
upacara pernikahan masyarakatnya, makanan, pakaian, seni tari, musik dan lain
sebagainya.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang
diuraikan secara deskriptif dan data yang diperoleh melalui hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. Salah satu yang menjadi kebanggaan masyarakat
Betawi adalah tradisi kesenian palang pintu. Tujuan dalam penelitian ini adalah
menjelaskan Makna Simbolik Dalam Tradisi Palang Pintu melalui teori
interaksionisme simbolik yang menghasilkan suatu rekacipta tradisi palang pintu
serta bentuk komodifikasi tradisi upacara pernikahan menjadi sebuah festival
palang pintu Kemang.Teori yang digunakan adalah teori Interaksionisme Simbolik
dari pemikiran Goerge H. Blumer dan teori komodifikasi.
Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bahwa disetiap tahapan palang pintu
memiliki makna simboliknya. Makna simbolik dalam tradisi palang pintu tersebut
tidak semata – mata hadir melaikan bentuk penyampaian nilai moral yang
terkandung, yang kemudian disampaikan melalui simbol – simbol agar maksud dan
tujuan dari respresentasi nya dipahami oleh individu lain. Maka saat ini banyaknya
pembaharuan atau rekacipta tradisi palang pintu menjadi suatu hiburan baik dalam
pernikahan maupaun dalam acara – acara budaya lainnya yang dimana tetap
memiliki makna sesuai dengan tradisi awal. Hal tersebut karena masyarakat dapat
mengubah makna dan simbol mereka karena kemampuan mereka dalam
berinteraksi, mereka bisa memilih tindakan yang lebih raasional. Kemudian,
fenomena Festival Palang Pintu yang diselenggarakan di Kemang menunjukan
bahwa terdapat suatu bentuk komodifikasi yang dimana dilakukan oleh aktor
pelaksanaan dalam rangka guna memproduksi budaya sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakaat pada saat ini yang mengarah pada nilai modernisasi dengan
mendapatkan suatu manfaat serta keuntungan bagi penyelenggara maupun
masyarakat yaitu terdapat suatu nilai komoditas bagi penggiat seni kesenian palang
pintu serta masyarakat dapat menjalankan perputaran ekonomi nya dalam Festival
Palang Pintu Kemang melalui stand – stand bazzar yang disediakan.
Kata kunci : rekacipta tradisi, komodifikasi, pelestarian budaya
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya kepada peenulis sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat
beriring salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke Zaman
terang benderang ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada
program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Komodifikasi Budaya : Rekacipta Tradisi Palang Pintu Betawi
(Studi Kasus Festival Palang Pintu Kemang) “
Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam melakukan penelitian
dan terselesaikannya skripsi ini, penulis meyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya dukungan pihak baik moril maupun materil. Oleh sebab
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Lubis, Lc, Ma selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Bapak Dr. Muhammad Adlin Sila, M.A.,Ph.D Selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah menyalurkan ilmu serta motivasi yang telah diberikan
kepada penulis, ditengah – tengah kesibuk pun tetap sabar dan ikhlas
membimbing penulis, sehingga membuat penulis semangat dalam
mengerjakan skripsi ini sampai selesai. Semoga Allah SWT memberikan
perlindungan dan kemudahan serta kesehatan Jasmani maupun Rohani
kepadanya.
4. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku ketua program studi Sosiologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Joharatul Jamilah, S.Ag., M.Si selaku sekertaris jurusan program studi
Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Prof. Dr. H. Yusron Razak , MA, Kasyfiyullah, M.Si selaku dosen peguji
yang telah memberikan waktu dan masukan dalam perbaikan skripsi ini,
semoga senantiasa dilindungi oleh Allah S.W.T.
7. Bapak Kasyfiyullah Selaku dosen Pembimbing kedua yang telah
memberikan waktu serta siap sedia mendengarkan keluh kesah,
memberikan arahan, jalan keluar ketika sedang suntuk disaat proses skripsi
ini berlangsung.
8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberrikan banyak illmu, motivasi,
inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
9. Surga dan ridho dari Sang Rahman teruntuk Kedua orangtua penulis yang
tercinta Bapak M.Yamin dan Ibu Rochmani yang telah mendidik, merawat,
vii
memberikan semangat, selalu mendukung, memberi motivasi, materi serta
doa, semoga amal perbutan keduanya medapat balasan dari Allah SWT,
Adikku tercinta Hasyifa Isna semoga kelak bisa menjadi harapan yang
diinginkan kedua orang tua.
10. Keluarga Besar Sanggar Manggar Kelape Kemang, Bapak H. Eddy Mulyadi
selaku pemilik sangggar, Bang Alwi Rizky selaku ketua sanggar manggar
kelape, Bang Barok selaku sekertaris sekaligus pembimbing penulis
disanggar, Bang Ahmad fauzi selaku orang yang memperkenalkan penulis
dan pengurus sanggar yang lain, penulis tidak bisa sebutkan satu – persatu
tanpa menghilangkan rasa hormat penulis ucapkan ribuan terimakasih atas
waktu, kesabaranm bimbingan, Informasi dan juga saran untuk penulis
tanpa kalian penulis tidak akan bisa menyelesaikan Skripsi ini.
11. Terkasih Farah Nur Azizah selaku teman penulis yang teristimewa yang
telah meluangkan waktu, tak henti – hentinya memberikan dukungan,
menemani tanpa rasa lelah, mendengarkan keluh kesah yang peneliti hadapi
sehingga penulis mempunyai kekuatan dan semangat yag ekstra dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teteh Novi selaku senior yang ikut berkontribusi membimbing penulis,
memberikan semangat yang lebih kepada penulis semoga mendapatkan
balasan pahala dari Allah SWT.
13. Seluruh Kerabat Coffe Jahe yang tidak penah lelah memberikan dukungan
serta motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
14. Teman-teman Avenger: Rifna, Jaunt, Abdillah, Riri, Dodi, Firas, Hanif, atas
pertemanan yang penuh dengan berbagai cerita selama ini.
15. Sehabat sepermainan, Tyas, Inas, Imam, Dedeh, Rafli, Azub, Helma. Serta
segenap Kelompok Bermain. Terimakasih atas kenangan yang takan
terlupakan semasa perkuliahan.
16. Segenap teman – teman mahasiswa Sosiologi angkatan 2015, yang penulis
tidak bisa sebutkan satu persatu. Terimakasih atas cerita, perjuangan dan
juga pengalaman yang telah dibuat.
Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak
bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Jakarta, 22 Januari 2020
Muhammad Shafly Alaudin
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................... i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
BAB I
A. Pernyataan Masalah ................................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................. .................6
1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6
E. Kerangka Teori ........................................................................................ 13
1. Teori Interaksionisme Simbolik........................................................ 13
2. Teori komodifikasi ............................................................................. 17
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 20
1. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 20
2. Metode Penentuan Informan ............................................................ 21
3. Lokasi Penelitian ................................................................................ 23
x
4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 23
a) Observasi ................................................................................. 23
b) Wawancara ............................................................................. 24
c) Dokumentasi ........................................................................... 25
5. Metode Analisis Data ......................................................................... 25
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 27
BAB II Gambaran Umum
A. Etnis Betawi .............................................................................................. 29
B. Tradisi Kesenian Palang Pintu................................................................ 34
1. Tahapan Prosesi Palang Pintu ......................................................... 36
2. Kelengkapan Tradisi Palang Pintu................................................... 38
C. Festival Palang Pintu Kemang ................................................................ 42
BAB III Temuan Data Dan Hasil Penelitian
Komodifikasi Budaya : Rekacipta Tradisi Palang Pintu Betawi ……………46
A. Makna Simbolik Tradisi Palang Pintu ................................................... 47
B. Rekacipta Tradisi Palang Pintu .............................................................. 56
C. Bentuk Komodifikasi Festival Palang Pintu Kemang .......................... 69
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................... 79
B. Saran ......................................................................................................... 81
xi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ................................................................................................................. 11
Tabel 1.2 ................................................................................................................ 22
Tabel 2.1 ................................................................................................................. 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ............................................................................................................ 34
Gambar 2.2 ............................................................................................................. 42
Gambar 2.3 ............................................................................................................. 44
Gambar 3.1 ............................................................................................................. 68
Gambar 3.2 ............................................................................................................ 69
Gambar 3.3 ............................................................................................................ 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkrip Wawancara ...................................................................... xiii
Lampiran 2. Dokumentasi .................................................................................. ixxx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Fokus penelitian yang diangkat dalam skripsi ini berkaitan dengan
budaya Betawi mengenai tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Betawi, salah
satunya adalah kesenian tradisi palang pintu yang sampai saat ini pun masih
terus dilaksanakan di beberapa acara. Maka yang akan menjadi kajian penelitian
ini adalah modifikasi budaya yang merupakan upaya untuk membuat ulang
suatu produk yang dimana merupakan sebuah bentuk perubahan serta
perkembangan zaman dimana budaya pun ikut mengiringi.
Di Indonesia keanekaragaman budaya sangatlah bervariasi karena
melihat Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang di dalamnya pun banyak budaya
yang dimiliki. Salah satunya budaya yang senantiasa mengikuti arus
modernisasi yaitu budaya dari etnis Betawi yang dikarenakan letak wilayah
dari masyarakat etnis Betawi berada di pusat kota maka perkembangan budaya
pun mengiringi. Tradisi Budaya dari Etnis Betawi sangatlah beragam, baik
dalam tradisi upacara pernikahan masyarakatnya, makanan, pakaian, seni tari,
musik dan lain sebagainya.
Budaya Betawi sendiri hadir karena percampuran Budaya pada saat
perjuangan bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh orang Eropa dan Cina.
Menurut ( Yahya, 2009 : 3 ) “Jakarta kemudian dihuni oleh orang – orang
Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu Serta orang – orang Cina, Belanda, Arab,
Portugis dan beberapa daerah lainnya. Berjalannya waktu, Jakarta menjadi
2
muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai penjuru nusantara dan dunia.
Kondisi seperti itu pun sudah terjadi sejak zaman dulu, bahkan telah mendorong
terjadinya proses akulturasi yang melahirkan kesatuan sosial dengan identitas
yang baru, yakni masyarakat Betawi, etnik yang identik dengan Jakarta. Selain
itu, Jakarta dijadikan sebagai bagian dari pusat Pemerintahan Indonesia, pusat
perkonomian, pusat perindustrian, pusat pendidikan dan pusat hiburan serta
menjadi pusat administrasi, tentunya menjadikan Jakarta sebagai pusat lajunya
perkembangan dari suatu peradaban manusia. Selain itu juga, ibu kota Jakarta
dijadikan tempat atau kantor – kantor kedutaan Negara – Negara lain.
Perkembangan Budaya Betawi pun dipengaruhi oleh masing – masing
dari tempat tinggal masyarakatnya dikarenakan tata letak Provinsi DKI Jakarta
dibagi menjadi pusat kota sampai pinggiran. Dengan demikian, laju
perkembangan kota Jakarta yang menyebabkan orang – orang asli Betawi
memiliki perbedaan dalam pendidikan, pekerjaan, gaya hidup serta dalam
memaknai budaya. Walaupun terdapat variasi dalam kebudayaan lokal etnis
Betawi, baik dari kesenian, dialek, upacara, dan sebagainya tetap berlandaskan
agama Islam. Agama islam dalam masyarakat Betawi adalah sistem keyakinan,
nilai serta kaidah yang mempengaruhi disetiap budaya Betawi.
Menurut Pradipta ( 2005 ) Budaya Betawi terbentuk oleh hasil cipta rasa,
karsa dan sikap kata perbuatan orang-orang Betawi yang tersusun menjadi
kebiasaan dan sistem hidup dalam perspektif sejarahnya. Budaya terbentuk dari
beberapa unsur, termasuk di dalamnya adalah bahasa, sistem kepercayaan, adat
– istiadat, kuliner, pakaian, bangunan, dan karya seni. Adapun produk Betawi
3
adalah seperti bidang kesenian tari seperti : Lenong, Tari topeng, Ondel – ondel,
Palang pintu dan lain sebagainya. Adapun pada seni musikya seperti : Rebana,
Gambang kromong, Tanjidor, Marawis. Dari masing – masing kesenian
tersebut tentunya memiliki sejarah dan juga memiliki keunggulan yang
menjadikan seni tersebut bisa dikenal di Indonesia. Dengan demikian,
kebudayaan masyarakat Betawi juga banyak dipengaruhi oleh kebudayaan–
kebudayaan asing yang datang ke Jakarta. Kesenian Betawi lahir dari
berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi. Seni Betawi
tidak terhindar dari proses perpaduan pengaruh Eropa, Tionghoa, Arab,
Melayu, Sunda.
Salah satu yang menjadi kebanggaan masyarakat Betawi adalah tradisi
kesenian palang pintu. Secara umum, palang pintu merupakan sebuah aktivitas
perkelahian atau maen pukul simbolik, namun sesungguhnya memiliki makna
yang dalam dan luhur terutama saat dijadikan bagian dalam prosesi pernikahan
adat Betawi. Prosesi palang pintu diibaratkan adalah untuk membuka pintu bagi
tamu yang akan masuk, atau dalam prosesi pernikahan adalah adat untuk
membuka tamu pengantin laki – laki yang akan menikahi mempelai
perempuannya, tamu atau pengantin laki – laki pun membawa jawara yang akan
bertarung melawan jawara tuan rumah, jika jawara tuan rumah kalah maka sang
tamu dipersilahkan untuk masuk. Biasanya pada prosesi pertarungan di selingi
pantun yang dimana itu juga merupakan bagian khas dari masyarakat Betawi.
Dahulu, palang pintu hanya dapat dijumpai dalam upacara pernikahan
masyarakat Betawi. Kemudian, pada saat ini banyak dari tradisi budaya
4
bertransformasi menjadi bentuk yang berbeda, salah satunya yaitu kesenian
Palang Pintu yang dilaksanakan di wilayah Kemang, Jakarta Selatan. Event
tersebut mengambil tema keBetawian. Dengan adanya event keBetawian juga
memiliki fungsi lain seperti mensosialisasikan kembali Budaya tradisional
Betawi serta menjadi ajang untuk dapat melestarikan dan mempertahankan
budaya Betawi. Tanpa disadari dengan adanya acara tersebut juga dapat
memperkuat tali silaturahmi antar sesama budayawan Betawi, anak – anak
keturunan Betawi agar tetap cinta akan budayanya. Melalui Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia (Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, 2012
: 2 ) telah menghimpun data kesenian Betawi, yang dilakukan pada tahun 2010
hingga 2012 menunjukkan bahwa “ beberapa kesenian Betawi terancam punah,
seperti rebana biang dan blantek. Selain itu seniman Betawi sudah menua dan
belum sempat diwariskan kepada seniman generasi muda dibawahnya. Kondisi
itu dikhawatirkan akan menghilangnya kekayaan budaya Betawi tersapu oleh
perkembangan kehidupan metropolitan Jakarta. “
Dengan demikian, untuk menghindari tergerusnya zaman dan semakin
hilang nya kekayaan budaya Betawi maka dilakukannya trasformasi budaya
atau modifikasi budaya khusunya dalam kesenian yang dimana tujuan tersebut
agar generasi muda semakin cinta dengan budaya asli Betawi atau budaya
masyarakat “Jakarte” serta nilai jual pun mengiringi. Hal tersebut kini tradisi
kesenian palang pintu dapat dinikmati oleh semua kalangan tak hanya dalam
upacara pernikahan saja melaikan sudah dijadikan sebuah festival yang disebut
dengan “ Festival Palang Pintu Kemang “. Selain dari mempertahankan
5
kesenian, dalam suatu festival yang saat ini tentu menghasilkan suatu fungsi
baru yaitu menjadi hiburan dan sarat akan nilai jual yang mengiringi.
Festival palang Pintu Kemang merupakan hasil rekacipta yang
diprakarsai oleh sejumlah pihak sebagai bentuk penciptaan kembali tradisi
budaya Betawi serta melestarikan budaya Betawi dengan menyesuaikan dengan
kondisi kota jakarta. Pihak yang memprakarsai festival palang Pintu Kemang
adalah “ Pedepokan Budaya Betawi Sanggar Manggar Kelape Kemang “ yang
dibantu oleh beberapa pihak hinggga kini terselenggarakannya sampai festival
palang pintu ke- 14 yang diadakan sepanjang jalan Kemang Raya, Jakarta –
Selatan. Khususnya di wilayah Kemang dianggap daerah elit dengan
pembangunan daerah tersebut sangat maju.
Dengan demikian, fokus penelitian dalam skripsi ini mengenai
modifikasi budaya yang dilakukan oleh “Pedepokan Budaya Betawi Sanggar
Manggar Kelape Kemang “. Judul dalam penelitian ini adalah “Komodifikasi
Budaya : Rekacipta Tradisi Palang Pintu Betawi : (Studi Kasus Festival
Palang Pintu Kemang) ”
B. Pertanyaan Penelitian
Adapun yang diajukan dalam pertanyaan penelitian, diantaranya:
1. Bagaimana Makna Simbolik Dalam Tradisi Palang Pintu?
2. Bagaimana Rekacipta Tradisi Palang Pintu Serta Bentuk Komodifikasi
Tradisi Upacara Pernikahan Menjadi Sebuah Festival Palang Pintu
Kemang?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan
Makna Simbolik Dalam Tradisi Palang Pintu melalui teori interaksionisme
simbolik yang menghasilkan suatu rekacipta tradisi palang pintu serta bentuk
komodifikasi tradisi upacara pernikahan menjadi sebuah festival palang pintu
Kemang.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan dalam
disiplin ilmu sosiologi budaya untuk memperkaya khasanah keilmuan yang
berkaitan dengan rekacipta tradisi budaya pada tradisi Kesenian Palang
Pintu Betawi.
2. Manfaat Praktis
Bagi mahasiswa, masyarakat dan pemerintah : Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan rekacipta tradisi
palang pintu serta bentuk komodifikasi tradisi upacara pernikahan menjadi
sebuah festival palang pintu Kemang. Serta diharapkan menjadi bahan
pertimbangan pemerintah untuk terus melestarikan budaya palang pintu
sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang terkait dengan rekacipta tradisi, antara lain:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Anggi Melinda, DKK yang berjudul
7
“ Makna Simbolik Palang Pintu Pada Pernikahan Etnis Betawi di Setu Babakan
“ penelitian ini membahas mengenai palang pintu pada pernikahan etnis Betawi
setu babakan melihat dengan mengunakan pandangan interaksionisme simbolik
dan penelitian ini memiliki tujuan agar mengetahui proses membangun makna
simbolik palang pintu pada pernikahan etnis Betawi di setu babakan. Penelitian
ini dianalisis menggunakan makna simbolik dalam dalam simbol – simbol
budaya dan religi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif bersifat deskriptif dengan metode penjaringan data bersifat
fenomenologi.
Hasil yang diperoleh adalah ditemukan bahwa terdapat filosofi yang
mendasari palang pintu adalah menandakan bahwa etnis Betawi mampu dalam
hal menjaga tanah kelahirannya, membela dirinya dan masyarakatnya. Selain
itu palang pintu juga merupakan makna dari wujud solidaritas etnis Betawi
dalam menjaga silaturahmi.
Penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ita Suryani Dkk yang
berjudul “ Strategi Komunitas Betawi Dalam Mempromosikan Tradisi Palang
Pintu “ penelitian ini membahas mengenai bagaimana komunitas Betawi Dalam
mempromosikan tradisi palang pintu, pada event palang pintu XI. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang
fokus pada strategi komunitas Betawi dalam mempromosikan tradisi palang
pintu melalui event Festival palang pintu kemang XI.
Hasil yang diperoleh adalah strategi promosi event festival palang pintu
kemang ke XI yang dilakukan oleh komunitas Betawi yaitu dengan
8
menggunakan taktik komunifikasi interpersonal communication,
organizational dan promotional media. Event festival palang pintu bukan hanya
perhelatan dan pertemuan artistik, tapi guna menggali kembali semangat
budaya dalam memori kolektif masyarakat. Dari festival palang pintu dapat
diharapkan memiliki dampak yang signifikan dalam upaya melestarikan
Budaya Betawi.
Penelitian Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Devi Roswita (2013) yang
berjudul “Tradisi Buka Palang Pintu : Transformasi Tradisi Upacara Menuju
Komoditas “ didalam penelitian ini membahas mengenai Transformasi dan
komodifikasi tradisi Bukaan Palang Pintu sebagai kebudayaan asli Betawi yang
dimana ada dua elemen yang harus disajikan dalam tradisi ini diantaranya
Pencak Silat dan Sike. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan
perubahan kemasan dan fungsi tradisi buka palang pintu dari tradisi upacara
menjadi suatu komoditas.
Hasil yang didapatkan oleh Devi Roswita adalah tradisi Buka Palang Pintu
awalnya adalah tradisi ritual yang kaya akan unsur – unsur agama, yang dulunya
hanya diterapkan pada pernikahan upacara orang Betawi. Jawara sebagai
penjaga Desa memiliki arti penting yang berperan sebagai aktor dalam tradisi
ini. Tetapi seiring berjalannya waktu, tradisi Buka Palang Pintu sekarang telah
berubah menjadi komoditas tradisi yang juga disajikan dalam setiap acara di
samping pernikahan upacara. komodifikasi tradisi buka Palang Pintu itu
disajikan oleh agen memiliki ‘ nilai jual ‘ yang akan dapat mencapai ekonomi
tujuan tujuan itu juga menjadikan eksistensi tradisi Buka Palang Pintu itu
9
bertahan lama. Hal itu bisa mendapatkan penghasilan finansial untuk beberapa
agen dengan paket yang lebih menghibur.
Penelitian Keempat, yang diteliti oleh Sinta Paramita (2018), yang
berjudul “ Pergeseran Makna Budaya Ondel – Ondel Pada Masyarakat Betawi
Modern “ . Penelitian ini membahas mengenai ondel – ondel saat ini telah
mengalami pergeseran dari berbagai aspek, metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan study kasus.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa ondel – ondel saat ini telah mengalami
pergeseran makna. Hal ini dapat dilihat dari kegunaan ondel – ondel saat ini
dalam acara pernikahan adat Betawi hanya berupa hiasan saja. Padahal jaman
dahulu ondel – ondel ikut menyemarakkan acara dengan mengiringi calon
pengantin. Dan jika ditinjau dari tradisinya, pada jaman dahulu sebelum
pertunjukkan ondel – ondel dimulai, para pemain harus menyiapkan sesajen
untuk memanggil roh – roh leluhur untuk memanggil roh – roh leluhur yang
dapat memberi kekuatan bagi pemain yang menopang rangka ondel – ondel
tersebut, dan pada jaman modern para pemain tidak perlu lagi menyiapkan
sesajen untuk memanggil roh – roh para leluhur mereka.
Penelitian kelima, penelitian yang dilaukukan oleh Dewi Anggraeni, DKK
( 2019 ). Yang Berjudul “ Membangun Peradaban Bangsa Melalui Religiusitas
Berbasis Budaya Lokal (Analisis Tradisi Palang Pintu Pada Budaya Batawi ) “.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengembangkan nilai – nilai religiusitas
yang terdapat Pada tradisi palang pintu yang dapat digunakan guna membangun
10
peradaban. Dengan pendekatan teori agama dan budaya. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis etnografi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tradisi palang pintu pada
budaya Betawi kaya akan nilai religius dan bersumber dari ajaran islam. Nilai
– nilai religiusitas tersebut seperti memuliakan Nabi Muhammad Saw,
silaturahmi, melindungi diri atau sopan santun. Selanjutnya mampu
memformulasikan sistem nilai yang terdapat dalam tradisi. Budaya lokal dapat
mebangun peradaban bangsa ketika budaya lokal tersebut diformulasikan pada
tataran ontologis budaya.
Penelitian keenam, penelitian yang dilakukan oleh Tessaniva Agusta,
DKK (2017). Berjudul “ Dampak Komodifikasi Terhadap Perubahan Identitas
Tari Topeng Hitam “. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
komodifikasi yang terjadi dari tahun 2012 dilakukan oleh beberapa pihak yang
mempunyai kepentingan untuk mengembangkan Tari Topeng Hitam menjadi
sebuah aset berbentuk produk wisata budaya. Jenis penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan metode analisis dari observasi, wawancara
mendalam, dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori komodifikasi dan
Strukturasi, yang mana digunakan untuk melihat bagaimana pola perilaku dari
kehidupan masyarakat di Desa Ngrawan yang berkaitan dengan terjadinya
perubahan dari nilai – nilai yang ada didalam tari topeng hitam.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya komodifikasi Tari
Topeng Hitam di Desa Ngrawan merupakan gejala sosial masyarakat yang
dipengaruhi oleh tuntutan ekonomi. Adapun faktor yang menjadikan penyebab
11
terjadinya komodifikasi pada Tari Topeng Hitam diantaranya, pengembangan
kreatifitas dan juga aspek komersial. Dengan adanya pengembangan tari topeng
hitam menjadikan tari tersebut memiliki nilai jual. Seiring berjalannya waktu,
kreatifitas yang dihasilkan masyarakat banyak ditentukkan oleh adanya
penguasaan ekonomi dan poliktik yang semuanya memiliki kepentingan.
Beberapa penelitian yang sudah dipaparkan diatas mempunyai persamaan
maupun perbedaan pada skripsi ini. Adapun persamaan dengan penelitian yang
penulis teliti yaitu menggunakan metode kualitatif serta membahas mengenai
perkembangan budaya Betawi pada saat ini. Hal tersebut dikarenakan
perkembangan sosial budaya akan terus berubah seiring dengan terjadinya
perkembangan zaman serta, menghadapi masuknya budaya – budaya luar.
Kemudian perbedaan dalam penelitian ini pada padepokan budaya Betawi
Sanggar Manggar Kelape Kemang. Selain itu dalam penelitian ini didukung
oleh teori interaksionisme simbolik Goerge H. Blumer serta teori komodifikasi
dalam melihat fenomena perkembangan kesenian Palang Pintu dalam Festival
Palang Pintu ke – 14. Informasi dan temuan data dalam penelitian ini memiliki
keunikannya tersendiri.
Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka
No Judul Teori Metodelogi Hasil
Penelitian
1 Makna Simbolik
Palang Pintu
Pada Pernikahan
Etnis Betawi di
Setu Babakan
Teori
Interiksonisme
simbolik
metode
penelitian
kualitatif
bersifat
deskriptif
dengan
metode
ditemukan
bahwa terdapat
filosofi yang
mendasari
palang pintu
adalah
menandakan
12
penjaringan
data bersifatb
fenomenologi.
bahwa etnis
Betawi mampu
dalam hal
menjaga tanah
kelahirannya,
membela
dirinya dan
masyarakatnya.
2 Strategi
Komunitas
Betawi Dalam
Mempromosikan
Tradisi Palang
Pintu
- Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif.
strategi
promosi event
festival palang
pintu kemang
ke XI yang
dilakukan oleh
komunitas
Betawi yaitu
dengan
3 Tradisi Buka
Palang Pintu :
Transformasi
Tradisi Upacara
Menuju
Komoditas
- Penelitian
kualitatif
dengan teknik
Purposive
tradisi Buka
Palang Pintu
awalnya adalah
tradisi ritual
yang kaya akan
unsur – unsur
agama, yang
dulunya hanya
diterapkan
pada
4 Pergeseran
Makna Budaya
Ondel – Ondel
Pada Masyarakat
Betawi Modern
- Kualitatif
study kasus
Hasil observasi
dan diskusi
dalam
penelitian ini
adalah
masyarakat
Betawi
mengalami
permasalahan
dibidang sosial
dan ekonomi
yang menimpa
mereka. Oleh
sebab itu
mereka berfikir
kreatif, salah
satunya dengan
mengemas
13
ondel – ondel
menjadi
sesuatu yang
menarik untuk
masyarakat
luas.
5 Membangun
Peradaban
Bangsa Melalui
Religiusitas
Berbasis Budaya
Lokal (Analisis
Tradisi Palang
Pintu Pada
Budaya Batawi )
Teori agama dan
budaya
Kualitatif
dengan jenis
etnografi
Hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa tradisi
palang pintu
pada budaya
Betawi kayak
akan nilai –
nilai religious
yang
bersumber dari
ajaran islam.
6 Dampak
Komodifikasi
Terhadap
Perubahan
Identitas Tari
Topeng Hitam
teori komodifikasi dan
Strukturasi
kualitatif
dengan
metode
analisis dari
observasi,
wawancara
mendalam,
dokumentasi
adanya
komodifikasi
Tari Topeng
Hitam di Desa
Ngrawan
merupakan
gejala sosial
masyarakat
yang
dipengaruhi
oleh tuntutan
ekonomi.
E. Kerangka Teoritis
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Dalam penjelasan konsepnya tentang interaksionisme simbolik,
Blummer menunjuk kepada sifat khas dari tindakan atau interaksi antar
manusia. Kekhasannya bahwa manusia saling menerjemahkan, memaknai
14
serta mendefinisikan tindakannya, bukan hanya reaksi dari tindakan
seseorang terhadap orang lain, tanggapan seseorang, tidak dibuat secara
langsung atas tindakan itu, tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan.
Sebagai manusia, diri tidak dapat memaknai suatu simbol tanpa adanya
individu lain yang berperan sebagai cermin untuk melihat diri sendiri
(Arrianie, 2008: . 35). Jadi untuk dapat mengartikan dan menciptakan
sebuah simbol membutuhkan individu lain dalam menginterprestasikannya.
Menurut Laksmi ( 2017: 124 ) Dalam kehidupan sosial, manusia
menggunakan simbol untuk mempresentasikan maksud mereka, demikian
juga sebaliknya. Dalam teori atau paham Interaksi Simbolik Blumer
menunjuk pada “komunikasi” atau “simbol-simbol” sebagai kunci untuk
memahami kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang didalmnya
tentu saja terjadi interaksi. interaksi terbentuk secara simbolik baik melalui
bahasa, objek sosial, lambang-lambang, dan berbagai pandangan. Dengan
demikian, manusia saling menerjemahkan dan mendefinisikan tindakannya,
baik dalam interaksi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Oleh
karenanya, interaksi dijembatani oleh penggunaan simbol, penafsiran, dan
penemuan makna tindakan orang lain.
Dalam ( Blummer, 1969; Manis dan Meltzer, 1978; A. Rose, 1962;
snow, 2011 ) dalam karyanya mereka telah mencoba menyebutkan prinsip
dasar teori interaksionisme simbolik. Prinsip dasar tersebut meliputi;
1. Manusia tidaklah sama halnya seperti binatang, mereka diberkati
kapasitas untuk berfikir.
15
2. Kapasitas berfikir tersebut dibentuk oleh interaksi sosial, yang
artinya bahwa interaksi sosial merupakan pembentuk dari kapasitas
berfikir dari manusia.
3. Dalam interaksi sosial orang – orang belajar tentang makna dan
simbol yang membedakan kapasitas berfikir dari manusia.
4. Makna dan simbol membiarkan seseorang melakukan / membawa
tidakan manusia dan interaksi mereka yang berbeda – beda,
maksudnya ialah dalam interaksi tersebut akan mengarahkan
mereka kedalam memaknai sesuatu simbol, dan dalam pemaknaan
simbol terkadang manusia mempunyai penafsiran yang berbeda –
beda.
5. Orang – orang yang bisa memodifikasi dan mengubah makna dan
simbol untuk mereka bertindak dan berinteraksi sesuai dengan
situasinya. Dalam hal ini menyatakan bahwa manusia sebagai
makhluk sosial yang melakukan interaksi dapat mengubah simbol
maupun makna yang sudah mereka sepakati terlebih dahulu untuk
memaknai tindakan dan interaksi mereka sesuai dengan situasi.
6. Mereka dapat mengubah makna dan simbol mereka karena
kemampuan mereka dalam berinteraksi, mereka bisa memilih
tindakan mana yang lebih menguntungkan untuk mereka.
7. Pola yang terjalin antara tindakan dan interaksi membentuk grup
dalam kelompok masyarakat.
16
Melihat prinsip dasar dari teori interaksionisme yang dibahas oleh
Ritzer dari beberapa tokoh tersebut, adapun premis – premis yang dibentuk
Herbert Blummer mengenai pemikirannya tentang teori tersebut. Pemikiran
interaksionisme simbolik menurut Herbert Blummer yang dijelaskan dalam
jurnal keputustakaan milik Soeprapto (2002; 123 – 124 ) didasari dari tiga
premis mendasar, dan dijadikan penulis sebagai landasan dasar teori untuk
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Premis pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar
makna yang dimiliki objek / benda itu bagi mereka. Hal ini
memberikan pengertian bahwa tindakan manusia akan sangat
bergantung terhadap makna yang mereka berikan kepada suatu
objek yang berada di lingkungan mereka dengan melihat lingkungan
dan situasi yang ada.
2. Premis kedua, makna – makna tersebut merupakan hasil dari
interaksi sosial yang dilakukan secara terus – menerus dan terjadi
berulang – ulang dalam suatu masyarakat. Bahwa makna muncul
dalam diri seseorang dengan adanya interaksi dengan orang lain,
walaupun makna muncul dari pemikiran masing – masing individu,
tetapi hal itu tidak ada atau muncul begitu saja, melainkan melalui
proses pengamatan kepada individu lain yang sudah lebih dahulu
mengetahui tentang makna tersebut.
3. Premis ketiga, makna – makna tersebut diperbaharui dan
disempurnakan disaat proses sosial sedang berlangsung, melalui
17
suatu penafsiran masing – masing individu dalam keterlibatannya
dengan objek yang dihadapinya. Berdasarkan premis tersebut, maka
makna yang diperoleh dari setiap penafsiran individu dapat berubah
sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang membingkai
interaksi mereka, karena makna bukanlah suatu hasil yang final,
melainkan proses penafsiran.
Simbol yang sering diartikan sebagai sesuatu perlambangan
terhadap apa yang dijadikan sebagai media penyampaian pesan ini
dibentuk atas dasar kesepakatan bersama tentang benda / objek,
pengalaman, situasi yang ada dilingkungan mereka saat pembentukan
simbol itu berlangsung. Serta simbol yang telah dibentuk dan ditentukan
tersebut diartikan dalam perlambangan segala sesuatu baik objek materil
ataupun non material kerap kali memiliki makna tertentu yang dapat
diartikan oleh mereka para penganutnya.
2. Teori Komodifikasi
Vincent Mosco dalam “The Political Economy of Communication”,
mengemukakan komodifikasi sebagai proses mengubah nilai pada suatu
produk yang tadinya hanya memiliki nilai guna kemudian menjadi nilai
tukar (nilai jual). Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan komoditas
yang sangat besar pengaruhnya karena yang terjadi bukan hanya
komodifikasi untuk mendapatkan surplus value, tapi juga karena pesan yang
disampaikan mengandung simbol dan citra yang bisa dimanfaatkan untuk
mempertajam kesadaran penerima pesan (As’ad Musthofa:2012).
18
Dalam ( Sigit Surahmman: 2019) Teori Komodifikasi ini berasal dari
gagasan Marx tentang menemukan sistem kapitalis dalam suatu media yang
menggambarkan bentuk dan arah media. Dengan kata lain, media akan
mendapat keuntungan besar jika mampu membuat komoditas barang atau
jasa menjadikomoditi besar-besaran dengan nilai tukar besar (Adila, 2011).
Teori ini menjadi titik awal untuk masuk ke studi ekonomi politik media
kritis.
Makna dalam komodifikasi tidak hanya bertolak pada produksi
komoditas barang dan jasa yang diperjual-belikan, namun bagaimana
distribusi dan konsumsi barang, seperti yang diungkapkan Fairclough.
(Evans, 2004 : 16) “ komodifikasi adalah proses Domain – domain dan
institusi – institusi sosial yang perhatiannya tidak hanya memproduksi
komoditas dalam pengertian ekonomi yang sempit mengenai barang –
barang yang akan dijual, tetapi bagaimana diorganisasikan dan
dikonseptualisasikan dari segi produksi, distribusi, dan konsumsi
komoditas.” Komodifikasi merupakan kata kunci yang dikemukakan Karl
Marx sebagai ‘ideologi’ yang bersemayam dibalik media. Menurutnya, kata
itu bisa dimaknai sebagai upaya mendahulukan peraihan keuntungan
dibandingkan tujuan – tujuan lain. (Graeme, 2008 : 198)
Pengertian komodifikasi menurut the free dictionary adalah
inappropriate treatment of something as if it can be acquired or marketed
like other commodities, dengan kata lain komodifikasi adalah suatu bentuk
transformasi dan hal – hal yang seharusnya terbebas dari unsur – unsur
19
komersil menjadi suatu hal yang dapat diperdagangkan. (Reza, 2013 : 22)
secara umum menurut Vincent Mosco (1996), teori ekonomi politik adalah
sebuah study yang mengkaji tentang hubungan sosial, terutama kekuatan
dari hubungan tersebut yang secara timbal balik meliputi proses produksi,
distribusi dan konsumsi dari produk yang telah dihasilkan. Awal
kemunculan teori ini didasari pada besarnya pengaruh media massa
terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dengan kekuatan
penyebarannya yang begitu luas, media massa kemudian dianggap tidak
hanya mampu menentukan dinamika sosial, politik dan budaya baik dalam
tingkat lokal, maupun global akan tetapi media massa juga mempunyai
peran yang sangat signifikan dalam peningkatan surplus secara ekonomi.
Hal ini berangkat dari asumsi bahwa media massa berperan sebagai
penghubung antara dunia produksi dan konsumsi. Melalui pesan – pesan
yang disebarkan lewat iklan didunia massa, peningkatan penjualan produk
dan jasa sangat memungkinkan untuk terjadi ketika audiens terpengaruh
terhadap pesan yang ditampilkan melalui media massa tersebut.
Terdapat beberapa bentuk komodifikasi menurut Mosco, yakni
komodifikasi isi, komodifikasi audiens/khalayak dan komodifikasi pekerja,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komodifikasi isi atau content:
Bentuk pertama yang tentu kita kenali adalah komodifikasi isi media
komunikasi. Komoditas pertama dari sebuah media massa yang paling
pertama adalah content media. Proses komodifikasi ini dimulai ketika
20
pelaku media mengubah pesan melalui teknologi yang ada menuju
sistem interpretasi yang penuh makna hingga menjadi pesan yang
menjual atau marketable.
2. Komodifikasi Khalayak atau Audiens
Salah satu prinsip dimensi komodifikasi media massa menurut
Gamham dalam buku yang ditulis Mosco menyebutkan bahwa
pengguna periklanan merupakan penyempurnaan dalam proses
komodifikasi media secara ekonomi. Audiens merupakan komoditi
penting untuk media massa dalam mendapatkan iklan dan pemasukan.
Media dapat menciptakan khalayaknya sendiri dengan membuat
program semenarik mungkin dan kemudian khalayak yang tertarik
tersebut dikirimkan kepada para pengiklan.
3. Komodifikasi Pekerja atau Labour
Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya
produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan
pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran
mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam
sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak
seharusnya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif ini ditunjukkan untuk memahami suatu
21
fenomena – fenomena sosial dari sudut pandang para informan. Menurut
Koentjaraningrat (1997: 29) “penelitian bersifat deskriptif memberikan
gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala ataupun
kelompok tertentu.” Pendekatan kualitatif deskriptif ini ditujukan untuk
menggambarkan tradisi kesenian Palang Pintu Betawi pada perkembangaan
saat ini. Sehingga dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini, peneliti
mendapatkan informasi mengenai pandangan – pandangan para informan
mengenai fenomena sosial yang terkait.
2. Strategi Penentuan Informan
Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive.
Teknik Purposive menurut Notoatmodjo ( 2010 ) adalah pengambilan
sampel atau informan yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah
penelitian. Jadi dalam studi kasus penelitian ini teknik yang digunakan
dalam menentukan informan tidak secara acak yaitu langsung tertuju pada
Padepokan Budaya Betawi Sanggar Manggar Kelape Kemang, yang dimana
hal tersebut berdasarkan kriteria tujuan. Penyampelan di lakukan dengan
menggunakan asumsi, gagasan, tujuan, manfaat yang ingin di capai oleh si
peneliti” (Endraswara, 2006: 115). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menentukan seseorang yang diyakini sebagai orang yang memahami atau
mengerti mengenai kesenian Palang Pintu.
Dalam strategi penentuan informan, peneliti memfokuskan pada
Padepokan Sanggar Manggar Kelape, yang diantaranya terdiri dari
Informan Kunci, informan utama serta informan tambahan. Adapun
22
terdapat enam informan yang penulis ambil sesuai dengan kriteria yang
dimana subjek tersebut dianggap posisi terbaik dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan. Kemudian informan yang penulis tentukan
berdasarkaan peran yang dijalankan seta terlibat langsung dalam kegiatan
Festival Palang Pintu Kemang ke – 14.
Tabel 1.2 Daftar Nama Informan
Profil Infornan
NO Nama Jenis
Kelamin
Usia Status
1. Bpk. H Eddy. Sag L 48 Pemilik Sanggar
Manggar Kelape /
Tokoh Budaya Di
Wilayah Kemang
2 Sdr. Mubarok.
S.Kom
L 24 Sekertaris Sanggar
Manggar Kelape
Kemang / Penggiat
Seni Budaya Betawi
3 Bpk. H.Buchori
SH.MH
L 56 Bidang Teknis
Informasi
Kebudayaan
Kampung Setu
Babakan / Ketua
Bidang Pariwisata
Dan Kebudayaan
Bamus Betawi
23
4 Sdr.Alwi Rizky L 22 Ketua Sanggar
Manggar Kelape
Periode Ke – 3
5 Sdr. Ferry L 22 Pemuda Sanggar
Manggar Kelape /
Penggiat Seni
Budaya Betawi
6 Sdr. Qidam L 21 Pemuda Sanggar
Manggar Kelape /
Penggiat Seni
Budaya Betawi
3. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian yaitu pada “ Padepokan
Budaya Betawi Sanggat Manggar Kelape, Kemang” yang bertempat Jl.
Kemang Selatan X A No.10, RT.3/RW.2, Bangka, Kec. Mampang Prpt,
Kota Jakarta Selatan. Penulis melakukan penelitian di Sanggar Manggar
Kelape Kemang dikarenakan Sanggar Manggar Kelape, Kemang yang
memprakarsai Kegiatan Festival Palang Pintu Kemang hingga ke – 14,
sesuai dengan visi misi sanggar ini adalah menciptakan masyarakat Betawi
yang cinta pada Kebudayaan Betawi.
4. Metode Pengumpulan Data
A. Observasi
(Herdiansyah,2010) Observasi didefinisikan sebagai suatu
proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam”
24
perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi
merupakan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Haris, 2015 : 29). “
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik
kejadian – kejadian, perilaku, obyek – obyek yang dilihat dan hal –
hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan “ (Jonathan, 2006 : 224).
Dalam kegiatan observasi, peneliti melakukan observasi
disebuah sanggar ternama “ Sanggar Manggar Kelape, Kemang “
yang dimana menyaksikan anggota sanggar latihan silat, serta
meninjau langsung kegiatan acara Festival Palang Pintu Kemang.
Selain itu peneliti melakukan observasi baik dalam acara
pernikahan masyarakat Betawi yang menggunakan tradisi palang
pintu. (Observasi pada tanggal 27-28 April)
B. Wawancara
“ Metode wawancara atau metode interview, mencangkup
cara yang dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas
tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara
lisan dari seorang responden ” (Koentjaraningrat, 1986 : 129).
Menurut tokoh yang lainnya yaitu M.Nazir yang “ menyebutkan
bahwa wawancara merupakan proses tatap muka antara penanya
atau pewawancara, penjawab atau responden dengan fenomena dan
25
situasi yang terjadi menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara) untuk memperoleh keterangan yang
memiliki tujuan penelitian dengan menggunakan cara tanya jawab”
(M. Nazir, 1888 : 234). Menurut Moleong (2005), wawancara
merupakan percakapan dengan maksud tertentu. “ Percakapan
tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
juga memberikan jawaban atas pertanyaan “ (Haris, 2015 : 29 ).
Wawancara ini disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka
dengan wawancara secara mendalam. Wawancara dilakukan
terhadap 6 orang informan yang dirasa tepat untuk memberikan
informasi mengenai bentuk modifikasi budaya pada tradisi palang
pintu dalam festival palang pintu Kemang.
C. Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) “ merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa dalam bentuk tulisan,
gambar atau foto maupun karya – karya monumental seseorang”.
Dalam penelitian ini dokumentasi yang dilakukan berupa foto
prosesei kesenian palang pintu di acara – acara pernikahan maupun
disebuah event – event yang bertemakan palang pintu.
5. Metode Analisis Data
Setelah memperoleh data dilapangan maupun dari studi
kepustakaan. Data tersebut kemudian ditelaah dan dianalisis yang disebut
26
dengan analisa data. “ Analisa data berarti mengolah data, mengorganisir
data, memecahkannya dalam unit – unit yang lebih kecil, mencari pola –
pola dan tema – tema yang sama “ (Dr. J. R. Raco, 2010 : 122). Analisis dan
penafsiran selalu berjalan beriringan. Yang dengan demikian pada saat
peneliti menganalisis data, pada saat yang bersamaan penelitki nya pun
menafsirkan hasil pengumpulan data tersebut.
Dalam proses analisa data diawali dengan pengumpulan data
seperti hasil wawancara, hasil observasi, studi kepustakaan maupun
dokumentasi. Pada saat peneliti melakukan transkrip wawancara yang
merupakan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti harus membaca
secara teliti yang kemudian dilakukannya Reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal
– hal yang penting serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya jika
diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian adalah merangkum hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai dengan rumusan masalah,
fokus penelitian dan pertanyaan penelitian (Sugiono, 2009 : 338).Setelah
dilakukaannya reduksi data kemudian ada Data Display / Penyajian data.
Dalam data kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, Bagan, hubungan antar kategori, flowchart, matriks dan sejenisnya
agar mudah dipahami.” Bentuk yang paling sering digunakan dalam
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
27
naratif “(Sugiono, 2009 : 341). Setelah penyajian data kemudian ada alur
terakhir yaitu Penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti – bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. “ Akan tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan
konsisten selama penngumpulan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel “ (Sugiono, 2009 : 345).
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah untuk memahami isi penelitian ini, maka
penulis membuat sistematika khusus yang terdiri atas empat bab. Adapun
Sistematika penelitian tersebut sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan : Di dalam Bab pendahuluan ini penulis memaparkan
mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori , metode penelitian,
teknik pengumpulan data, metode analisis data dan sistematika penulisan.
BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Dalam Bab Gambaran
Umum dan lokasi penelitian ini akan dipaparkan mengenai masyarakat etnis
Betawi, prosesi palang pintu yang dimana adanya tahapan dan makna
kelengkapan tradisi palang pintu, menjelaskan gambaran mengenai event
palang pintu kemang dan setelah itu menggambarkan mengenai sanggar
manggar kelape kemang yang terdiri dari : latar Belakang / visi – misi
28
sanggar manggar kelape kemang, struktur organisai, bentuk kegiatan
sanggar dan prestasi sanggar.
BAB III Temuan data Dan Hasil penelitian : peneliti menjelaskan
mengenai rekacipta tradisi Dari Tradisi Upacara Pernikahan Menjadi
Sebuah Festival Palang Pintu Kemang serta dianalisis melalui teori
interaksionisme simbolik dan komodifikasi.
BAB IV Kesimpulan dan Saran : Dalam Bagian Penutup Ini Berisikan
mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang menjelaskan ringkasan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta saran dari peneliti mengenai
hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
29
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Etnis Betawi
Etnis Betawi merupakan etnis yang diisi atau ditempati oleh kelompok
masyarakat pribumi di wilayah DKI Jakarta. Perkembangan suatu etnis tidak
dapat terlepas dari adanya catatan sejarah. Awal mula hadirnya etnis Betawi
dikarenakan proses sejarah wilayah DKI Jakarta. Sejak dahulu Kota Jakarta
menjadi tempat pertemuan kelompok-kelompok etnis dari berbagai kawasan
Nusantara yang ikut mewarnai dan memengaruhi pertumbuhan kota, baik pada
zaman prakolonial, kolonial, maupun sesudahnya. Kata Betawi sendiri
merupakan kata yang berasal dari kata “ Batavia “, yaitu nama kuno yang
diberikan oleh bangsa Belanda pada masa penjajahan.
Jakarta yang dulu bernama Batavia sebagai kota multietnis, tidak lepas
dari letaknya yang strategis, yaitu dekat dengan pelabuhan, dimana saat itu laut
menjadi sarana transportasi utama para pedagang dari seluruh dunia. Dalam
sensus yang dilakukan tahun 1673, keberadaan orang Betawi belum ada di
wilayah Batavia, seperti yang diungkapkan Castle (1967) yang menyatakan
tentang ragam etnik yang ada di Batavia pada tahun 1673, sebagaimana
digambarkan dalam tabel di bawah ini:
30
Tabel 2.1 : Etnis di Jakarta Masa Kolonial
Golongan Tahun
1673 1815 1893
Belanda Dan Indo 2750 2028 9017
Cina ( termasuk peranakan ) 2747 11854 26569
Mardjikers 5362
Arab 318
“Moors” 6339 119 2842
Jawa ( Termasuk Sunda ) 3331
Sulawesi Selatan 4139
Bali 981 7720 72241
Sumbawa 232
Ambon dan Banda 82
Melayu 611 3155
Budak ( lainnya ) 13278 14249
Sumber : Castle ( 1967) dalam Suparlan, Parsudi (2004: 145 )
Etnik-etnik tersebut didatangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber
tenaga kerja murah untuk mendukung kekuatan kolonial, sesuai dengan motif
imperialism. Cina merupakan etnik dengan jumlah paling besar disusul dari
Bali, Jawa karena mereka dikenal sebagai pekerja yang tekun, rajin dan ulet.
Budak menduduki jumlah yang besar yang didatangkan oleh Jan Peterszoon
Coen. Namun demikian pada tahun 1893 ada beberapa kelompok etnik yang
mulai hilang dan disusul dengan dominasi etnik yang sudah ada. Kelompok
Etnik yang hilang di sensus 1893 disimpulkan oleh Castles (2007) sebagai
kelompok yang melahirkan etnik Betawi dengan jumlah 75.083 orang.
Beberapa pengamat dan peneliti etnik Betawi yang senada dengan pandangan
Castles seperti Koentjaraningrat (1975), Amri Marzali (1983), Probonegoro
(1987), Shahab (1994) dan Mona Lohanda (2001), tentang awal mula etnik
Betawi.
31
Etnis Betawi atau masyarakat suku Betawi pun hadir karena
percampuran dari perkawinan antar etnis dan bangsa dimasa lalu. Secara
biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia
pada masa itu. Hasil perkawinan itulah yang disebut sebagai etnis Betawi yang
bermukim di DKI Jakarta. perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah
lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa,
Ambon, Melayu dan Tionghoa.
Etnis Betawi Dalam dinamikanya terlahir sebagai akibat pusat-pusat
politik tradisional seperti istana kerajaan, pusat-pusat perdagangan, pusat
kekuasaan administrasi, politik, keamanan, ekonomi dan kebudayaan. Kota
Jakarta mengalami perkembangan sebagai kota, sejak kekuasaan Belanda, yang
kala itu kota dibangun sesuai dengan kepentingan Belanda. Ruang-ruang yang
tersedia di Kota Jakarta (Batavia), adalah di daerah berawa-rawa di pinggir
dataran aluvial, yang dilintasi beberapa sungai yang membelah kota seperti
sungai Ciliwung, Citarum, Cisadane.
Pada tahun 1893 terjadi penyederhanaan golongan etnis di Batavia menjadi
empat golongan, yaitu orang Eropa dan Indo, orang Cina (termasuk peranakan),
orang Arab dan ―Moors, serta orang Betawi. Penggolongan ini berlangsung
hingga tahun 1942 dan diatur secara hierarki oleh pemerintah formal
(pemerintah Hindia Belanda), serta masing-masing hidup terpisah satu sama
lain. Meskipun demikian, mereka tetap dipersatukan oleh sistem nasional
Hindia Belanda dan dijembatani oleh keberadaan pasar. Pasar oleh Furnivall
32
memang menjadi jembatan pertemuan antara orang Eropa dengan orang
pribumi, dimana dalam pasar tersebut orang Eropa menjadi pemain dalam pasar
internasional, sedangkan orang pribumi bermain dalam pasar lokal. Data ini
diperkuat oleh arsip dari ANRI mengenai populasi Batavia pada tahun 1679,
yang pada saat itu dihimpun untuk keperluan laporan tahunan dewan direksi
VOC mengenai kemajuan kota (Suswandari,2016 : 43)
Istilah Betawi berasal dari kata Batavia sebagai nama kota Jakarta pada saat
itu, yang didikan oleh Gubernur Jendral JP Coen. Kata Batavia berasal dari
bahasa bangsa Belanda purba. Dahulu nama kota DKI Jakarta ini adalah sunda
kelapa, kemudian menjadi Jayakarta dan setelah itu menjadi Batavia. Pendiri
Jayakarta adalah Raden Fatahillah pada tanggal 22 Juni 1527, yang dimana pada
saat itu Fatahillah merupakan utusan dari kesultanan demak yang ditugaskan
untuk menaklukan sunda kelapa untuk mendapatkan wilayah kekuasaan.
Sumber lain dari Budayawan Jakarta menyatakan bahwa “ masyarakat dan
budaya Betawi sudah ada dari sononye “ menurutnya, etnis Betawi sudah ada
sejak abad – abad pertama masehi yaitu sebelum kedatangan bangsa Cina,
Hindu, Islam, Eropa, dan orang – orang yang berasal dari luar daerah Jakarta.
Pendapat ini diperkuat oleh temuan – temuan arkeologis, seperti gerabah dan
alat – alat produksi di Kelapa Dua, Condet dan Kali Ciliwung.
Masyarakat dari etnis Betawi mayoritas agama Islam. Dilihat dari logat
bicaranya, Bahasa Melayu dan agama Islam yang menjadi ciri utama orang
Jakarta serta pengikat antar kesatuan etnis Betawi. Menurut Ridwan Saidi, “
Betawi merupakan mosaik kebudayaan yang memiliki tekstur islami tanpa
33
kehilangan nuansa tradisionalnya ( Ridwan Saidi, 2001 : 219 ) Sebagai etnik
asli Jakarta, etnik Betawi memiliki aneka ragam budaya dan kearifan lokal yang
dimana setiap kesenian, tradisi, makanan pun memiliki nilai dan makna budaya
dalam kehidupan sehari – hari. Orang Betawi yang asli daerah Jakarta sudah
tidak jelas lagi keturunannya. Dikarenakan etnis Betawi dari zaman dahulu
merupakan perpaduan atau hasil asimilasi antar penduduk yang sudah lama
tinggal di Jakarta dengan masyarakat pendatang Jakarta seperti, orang Banten,
Jawa, Bugis, serta perpaduan dengan bangsa – bangsa lain seperti Cina,
Portugis, Arab, dan lainnya membuat etnis Betawi tidak memiliki keturunan
yang jelas.
Perpindahan penduduk dari berbagai belahan dunia menuju pusat ibu
kota Republik Indonesia pun kini membawa pengaruh besar terhadap
keberlangsungan budaya pada suku Betawi. Modernisasi zaman ikut mengubah
keberadaan suku Betawi asli. Banyak pengaruh yang datang dengan membawa
dampak yang besar terhadap keberadaan budaya suku Betawi. Adat dan tradisi
dari suku Betawi semakin jarang, tergantikan oleh kemajuan waktu. Kini
perkembangan Jakarta menjadi semakin menonjol karena kedudukannya
sebagai ibukota Negara Indonesia, yang mempunyai corak dan kebudayaan
yang majemuk, penuh kontras dan kosmopolitan. Selain itu, Saat ini Jakarta
mempunyai ciri kehidupan perkotaan yang berorientasi pada ekonomi
kapitalistik, yang berorientasi pada pasar
34
B. Tradisi Kesenian Palang Pintu
Gambar 2.1 kesenian palang pintu
Sumber : Dokumentasi Sanggar Manggar Kelape Kemang
Tradisi menurut kamus bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang turun
– temurun dari nenek moyang (Wallach, J 2014 : 1088). Dalam kamus antropologi,
tradisi merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang bersifat magis religius dari
kehidupan penduduk asli yang meliputi nilai budaya, norma, hukum dan aturan
yang berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem, atau peraturan yang sudah
mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk
mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial(Ariyono, 1985).
sedangkan menurut kamus Sosiologi tradisi diartikan sebagai kepercayaan dengan
cara turun – temurun yang dapat dipelihara(Soekanto, 1993 : 459).
Tradisi buka palang pintu merupakan sebuah kebudayaan masyarakat
Betawi yang hingga kini masih terus dipertahankan keberlangsungannya. Biasanya
tradisi buka palang pintu ini hadir atau dilakukan pada prosesi pernikahan adat
35
Betawi. Tradisi kesenian palang pintu merupakan serangkaian acara pada prosesi
pernikahan Betawi yang dilakukan ketika mempelai pria dengan rombongannya
mendatangi kediaman mempelai perempuan untuk melaksanakan akad pernikahan.
Palang pintu menurut bahasa mempunyai arti “ palang “ dan “ pintu “ . palang
artinya penghalang atau tidak sembarangan orang bisa lewat atau masuk dan pintu
adalah pintu. Jadi dapat diartikan palang pintu adalah tradisi masyarakat Betawi
untuk membuka penghalang orang lain untuk masuk kedaerah tertentu yang dimana
di daerah tersebut memiliki jawara yang biasa dipakai dalam acara pernikahan.
Meskipun dalam sejarahnya tidak ada catatan yang pasti sejak kapan tradisi
keseniana palang pintu dimulai, namun jawara si pitung atau tokoh legenda Betawi
( 1874 – 1903) sudah menjalani tradisi ini, tepatnya pada saat memperisteri Aisyah
( puteri jawara macan kemayoran Murtadho) konon dalam sejarahnya si Pitung
berhasil menundukan lawan dari jawara Murtadho dalam pernikahannya (Bachtiar,
2013 : 42).
Tradisi Palang pintu biasanya digelar pada acara pernikahan atau besanan
dengan saling adu seni beladiri antara jawara pihak laki – laki dan perempuan.
Hakikatnya Palang Pintu dilakukan untuk menghalangi mempelai laki – laki agar
memperhatikan norma adat mempelai perempuan dan mampu menguasai nilai
agama khususnya mengaji. Awal mula atau tanda buka palang pintu dimulai dengan
petasan yang dipasang tanda calon pengantin pria mau bersiap berangkat . setelah
itu diawali upacara pemberangkatan calon pengantin laki – laki dengan iringan do’a
dan shalawat Dustur, kemudian sang pengantin pria mencium tangan kepada orang
tua serta keluarga untuk memohon do’a dan restu dan keberkahannya. Ketika
36
pengantin pria berjalan menuju rumah pengantin perempuan diiringi dengan rebana
khas Betawi yaitu rebana ketimpring (Bachtiar, 2013 : 42).
Rangkaian upacara pernikahan Betawi dengan adanya prosesi palang pintu
dimaksudkan untuk memberi pesan tersurat bahwa pernikahan merupakan upacara
atau ritual yang khidmat dan dilaksanakan seumur hidup sekali. Oleh sebab itu
,akan diperlukan beberapa rangkaian dalam upacara pernikahan termasuk
didalamnya ada kesenian palang pintu. Hal ini juga bermakna bahwa pihak laki –
laki tidak bisa dengan mudahnya meminang dan memasuki kediaman mempelai
perempuan maka pihak laki – laki harus melewati beberapa tahapan atau
persyaratan oleh pihak mempelai perempuan. Umumnya tradisi palang pintu ini
dilaksanakan pada hari akad tepatnya setelah akad nikah atau sebelum resepsi
dimulai.
Tahapan Prosesi Palang Pintu
Adapun tahapan yang dilakukan oleh pihak pengantin laki – laki sebagai berikut:
Diawali dengan bunyi petasan
Calon pengantin laki – laki dan kedua orang tuanya diposisikan pintu.
Disiapkan 3 bangku, bapak sebelah kiri, calon pengantin pria ditengah, ibu
disebelah kanan.Lihat juga keadaan tempat, bila tidak memungkinkan
duduk, posisi berdiri juga boleh.
Setelah itu, dibacakan doa dan dibacakan sholawat Dustur, setelah selesai.
37
Baru kemudian, calon pengantin pria mencium kedua tangan orang tuanya
meminta do’a dan berkahnya, juga kepada kakek neneknya dan sanak
saudara.
Baru setelah itu barisan diatur dalam posisi berdiri orang tua laki – laki di
sebelah kiri, calon pengantin laki – laki ditengah, ibu disebelah kanan, diapit
sama pasangan 1 kembang kelapa dan dibelakang pengantin, rombongan
rebana ketimpring. Calon penganten laki – laki memegang sirih dare,
sepanjang jalan sampai mempelai wanita.
Dibelakang rebana ketimpring, rombongan keluarga inti dan besan
membawa barang – barang berupa roti buaya, geplak, wajik, dodol, buah –
buahan, buket kosmetik , perlengkapan sholat, buket burung – burungan,
ules – ulesan dan lain – lain
Rombongan calon pengantin laki – laki berjalan menuju ke tempat calon
pengantin wanita diiringi dengan rebana ketimpring, didampingi tukang
pantun, tukang silat sama tukang sike sampai ditempat tujuan calon
pengantin perempuan.
Disambut dengan bunyi petasan dan setelah itu kedatangan dihalangi
dengan tim Palang pintu Betawi calon pengantin wanita yang sudah
disiapkan. Ada juru bicaranya tukang pantun, ada jawaranya, yang intinya
jika mau masuk nikah kudu ada syaratnya yang harus dipenuhi.
Syarat pertama, sebagai simbol keberanian sebagai kesiapan mental
didalam berumah tangga, kudu berkelahi dan bisa mengalahkan jawara dari
calon pengantin wanita
38
Syarat yang kedua, sebagai simbol orang yang taat agama dan bukan islam
KTP. Kudu bisa ngaji dan tarikin lagu sikeh,
Setelah terjadi berbalas pantun dan adu kebolehan didalam maen pukul
(silat) dan di tes ilmu ngaji, ditarikin lagu sikeh semua sudah dipenuhi, baru
kemudian calon mempelai laki – laki dipersilahkan masuk. Hal tersebut
bermakna laki – laki harus bisa silat dan diakui dengan jawara perempuan
setelah itu kemudian pihak laki – laki dilihat ketaatan agamanya dalam
mengaji hal ini juga bermakna bahwa didalam kehidupan keluarga nantinya
laki –laki adalah pemimpin keluarga, oleh karena itu pembaca Al – qur’an
dijadikan syarat penting dalam masyarakat Betawi yang kental dengan
budaya dan keislamannya. Kemudian sholawat atau lagu sikeh untuk
mengiringi prosesi tradisi palang pintu.
Sebagai tanda penghormatan kepada calon pengantin laki –laki, maka
dikalungi bunga melati, walaupun di budaya Betawi tidak lazim
pengalungan bunga melati.
Calon pengantin laki – laki mencium tangan kedua orang tua calon
perempuan, kemudian posisi orang tua calon pengantin perempuan,
digandeng kedalam menuju tempat duduk nikah.
Kelengkapan Tradisi Palang Pintu
Adapun didalam prosesi tradasi kesenian palang pintu terdapat instrument
pembantu atau kelengkapan, diantaranya:
Ketimpring
39
Salah satu rebana Betawi asli yang biasa dipergunakan untuk mengiringi
pengantin Betawi. Rabana ketimpring berjumlah 3 buah dan mempunyai istilah
“ Ngempat, Ngelime, Ngenem posisi rebana ketimpring ada dibelakang
pengantin, selain mengarak pengantin, terkadang rebana ketimpring ikut juga
didalam pembacaan maulid.
Kembang Kelape
kembang kelape salah satu simbol benda yang banyak bermanfaat dan
serba guna, salah satu pohon yang tidak terbuang percuma adalah pohon kelapa
yang dimana seluruhnya dari mulai daun, batang hingga buahnya bisa
bermanfaat dan berguna. Demikian juga dengan simbol tadi dan dengan harapan
mudah – mudahan calon pengantin seperti pohon kelapa, banyak manfaatnya
berguna bagi keluarganya nusa dan bangsa, sepasang kembang kelape posisinya
mengapit pengantin berada disebelah kiri dan kanan.
Petasan
Bagian dari budaya Betawi yang hampir tidak bisa dipisahkan. Petasan
fungsinya sebagai alat informasi atau pengabaran kepada tetangga. Petasan juga
diartikan sebagai alat pemberitahuan serta alat untuk mengundang para tetangga
untuk hadir dikarenakan zaman dahulu tetangga yang satu dengan tetangga
lainnya mempunyai jarak yang berjauhan. Zaman dahulu petasan sangat
berperan dalam acara- acara penting seperti mengumpulkan tetangga untuk
besanan, menginformasikan besan sudah datang, berangkat haji serta sunatan.
40
Petasan disini berbentuk renceng dengan panjang hingga 2 – 4 meter
serta memiliki beberapa petasan yang berbentuk seukuran gelas dipergunakan
di buka palang pintu ketika calon pengantin pria hendak beranjak jalan dan
sampai di rumah calon mempelai wanita.
Sirih Dare
Daun sirih sebanyak empat belas lembar (tujuh lembar dikiri dan tujuh
lembar dikanan ) dilipat terbalik membentuk bungkusan kacang rebus, ujung
dan batangnya tidak dibuang ditengah – tengahnya diberi sekuntum mawar
merah. Dimasukkan kedalam karton berbentuk segitiga yang dilapisi kertas
emas.
Pada zaman dahulu didalam lipatan daun sirih dimasukkan uang kertas
dengan nilai tertinggi pada masa perkawinan berlangsung (tidak kelihatan dari
luar). Sirih dare ini diberikan sebagai persembahan penganten pria kepada
mempelai putri untuk mengajaknya duduk bersanding. Yang merupakan
lambang cinta kasih suami kepada isterinya.
Sirih dare biasanya dibawa oleh calon pengantin laki ketika prosesi
acara buke palang pintu, sirih dare dijepit oleh kedua belah tangan si pengantin
pria dengan posisi tangan seperti memberi hormat.
Pantun
salah satu bagian dari kehidupan masyarakat Betawi. Pantun digunakan
didalam acara adat perkawinan Betawi. Ketika terjadi dialog antara juru bicara
palang pintu tuan rumah dengan juru bicara. Contoh pantun adalah :
41
“sampang simping jambu mateng
Siapa disamping, itu tamu baru dateng?”
Lalu dijawab :
“ makan sekuteng di pasar jum’at
Pulangnya mampir ke kramat jati
Saya ame rombongan dateng dengan segala hormat
Mohon diterima dengan senang hati”.
Sikeh
Adalah salah satu jenis lagu atau irama yang ada didalam ilmu membaca
Al-Qur’an, sikeh bisa juga diartikan sebagai simbol bisa mengaji dan taat agama
bukan hanya KTPnya saja yang islam. Dengan bisa mengaji, insyaAllah bisa
mengajarkan keluarganya menjadi keluarga Sakinah Mawaddah, Warohmah.
Silat
Orang Betawi biasa menyebutnya dengan “maen pukul silat yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan didalam kehidupan masayarakat Betawi.
Pelajaran silat lebih kepada menjaga diri dan membela diri. Didalam acara adat
perkawinan adat Betawi “Buke palang pintu “sebagai simbol keberanian serta
tanggung jawab didalam melindungi keluarganya dari gangguan – gangguan
yang tidak diinginkan juga diharapkan dengan bisa silat juga bermanfaat bagi
orang banyak. Dalam silat adanya jawara yang biasanya merupakan orang –
orang terpilih berdasarkan orang yang paling kuat seantero kampung atau yang
42
dipanggil dengan sebutan macan kampung. Masing – masing pengantin
mewakilkan jawaranya dalam berkomunikasi dan saling berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya.
C. Festival Palang Pintu Kemang
Gambar 2.2 Festival Palang Pintu Kemang
Sumber : dokumentasi peneliti
Palang pintu atau yang bisa disebut sebagai buka palang pintu merupakan
tradisi dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi. Namun seiring
berjalannya waktu, kesenian palang pintu ini tidak hanya ada pada upacara
pernikahan saja, tetapi kini dapat dijumpai dalam acara besar dibeberapa
wilayah di Jakarta, salah satunya Festival Palang Pintu Kemang yang tepatnya
berada di sepanjang jalan wilayah Kemang Selatan. Sanggar Manggar Kelape
Kemang merupakan sanggar budaya Betawi yang melopori festival Palang
Pintu Kemang, yang dimana didukung oleh Pemprov DKI Jakarta.
43
Event besar dari budaya Betawi yaitu festival palang pintu kemang
merupakan event yang dilakukan setiap setahun sekali dalam menyambut HUT
Kota Jakarta, bertempat di Jalan Kemang Raya. Daerah Kemang merupakan
bagian dari Kelurahan Bangka yang dikenal sebagai daerah tinggal para
ekspatriat ( Suryani, 2017: 5 – 6 ). Dimaksud sebagai ekspatriat dikarenakan
wilayah Kemang merupakan sebagai salah satu dari kantong komunitas etnik
Betawi, Perbedaan laju perkembangan wilayah ini telah menyebabkan etnik
Betawi di lokasi tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda. Hal ini disebabkan
pengaruh sosial ekonomi yang berbeda sehingga memiliki ciri-ciri yang berbeda
seperti, tingkat dan bentuk pendidikan, jenis pekerjaan, gaya hidup, dan
sebagainya. Etnik Betawi Kemang dikenal sebagai Betawi modern.
Dalam ( Suryani, 2017: 6), Festival Palang Pintu Kemang adalah pagelaran
seni budaya khas etnik Betawi, selain sebagai suatu pertunjukkan atau hiburan,
acara ini juga bertujuan untuk ikut serta berpartisipasi dalam melestarikan seni
budaya peninggalan nenek moyang. Kegiatan ini dilatar belakangi oleh
keberadaan etnik Betawi di lingkungan Kemang yang sudah plural dan bahkan
mungkin sudah pelan-pelan meninggalkan budaya aslinya. Selain itu dalam
terselenggarakannya Festival Palang Pintu Kemang dengan maksud untuk
mempertegas jati diri kota Jakarta dengan mengedepankan kembali budaya
Betawi, tidak hanya mempresentasikan sebuah bentuk kesenian di ruang-ruang
publik namun juga bersedia dan mampu mentransformasi secara global. Kini
Festival Palang pintu Kemang sudah diselenggarakan sampai ke – XIV kalinya
pada bulan April 2019.
44
Gambar 2.3 Lokasi Festival Palang Pintu Kemang
Sumber : Dokumen Sanggar Manggar Kelape kemang
Festival palang pintu kemang dilaksanakan di sepanjang jalan
Kemang Raya mulai dari pertigaan jalan Kemang Selatan VIII hingga
pertigaan jalan benda.
Adapun rangkaian acara yang diselenggarakan 2 hari pada tanggal
27 sampai 28 April 2019 di festival palang pintu meliputi dari pembukaan
pembacaan tahlil dan maulid. Tahlil adalah membaca Dzikir dan ayat Al-
Qur’an kemudian setelah selesai membaca Dzikir memohon kepada Allah
agar Allah SWT menyampaikan pahala kebaikan dari bacaan Dzikir dan Al-
Qur’an tersebut kepada orang yang telah meninggal dunia khsusunya
sesepuh masyarakat dan ulama di wilayah Kemang. Sedangkan maulid
adalah mengagungkan dan menyanjung Nabi SAW. Dapat dilihat bahwa
dalam festival palang pintu ini sangat kental akan nilai religius yang dimiliki
oleh masyarakat Betawi. Selain itu ditampilkan golok terbesar yaitu Golok
Si Rajut sebagai simbol festival palang pintu ke – 14. Dilanjutkan dengan
kegiatan lomba Palang Pintu, penyambutan dan ceremonial pembukaan
45
festival palang pintu, dilanjutkan dengan acara sponsor atau hiburan seperti
atraksi silat, penampilan guest star Betawi, lomba tari, pengumuman
pemenang lomba, dan kegiatan acara lainnya seperti kegiatan penyuluhan
atau sosialisasi tanggap bencana.
Sedangkan pada acara hari kedua dimulai dengan fun bike sepeda
ontel, senam, pembagian doorprize, penampilan kesenian, parade
penganten sunat, lomba hadroh, rekor muri pemegang golok terbanyak,
parade musik daur ulang dan jajanan tempo doeloe, tarian daerah, parade
ondel – ondel ngibing, parade Budaya, tarian Nusantara dan tarian
Internasional, penutupan Festival Palang Pintu dan pemenang hadiah
lomba, doa bersama yatim piatu, pesta kembang api, dan acara akhir ditutup
dengan penampilan band Guest star.
Dapat dilihat bahwa pada rangkaian acara festival Palang Pintu
Kemang tidak terlepas dari tradisi kesenian Betawi walaupun disetiap
tahunnya terdapat acara ragam seni lainnya. Terkecuali pada acara acara
permintaan dari sponsor yang diluar konteks dari nilai – nilai khas Betawi.
Sebagai nilai tambah guna memunculkan hal yang menarik pada festival
Palang Pintu ini memasukkan unsur Budaya Nusantara seperti tarian –
tarian guna memberikan wawasan serta hiburan agar tidak terlihat monoton
dan membosankan. Serta pada malam harinya cenderung menampilkan
band – band yang cukup dikenal di Indonesia yang berfungsi dapat
mengundang para generasi millenial untuk datang dan menyaksikan acara
pada Festival Palang pintu Kemang.
46
BAB III
Komodifikasi Budaya: Rekacipta Tradisi Palang pintu Betawi
Pada sub bab ini dijelaskan mengenai rekacipta festival palang pintu
Kemang yang merupakan bentuk dari modifikasi tradisi yang dibuat oleh Sanggar
Manggar Kelape dalam rangka melestarikan kesenian palang pintu khususnya di
wilayah Kemang. Sebagai salah satu kelompok etnis, orang Betawi memang
memiliki berbagai corak dan ragam budaya yang meliputi berbagai sektor
kehidupan, salah satunya adalah dalam upacara atau tata cara pernikahan adat
Betawi. Pada pernikahan masyarakat Betawi, sebelum akad pernikahan dilakukan
prosesi yang dinamakan Palang Pintu merupakan serangkaian acara untuk
membuka penghalang yang dijaga oleh jawara beladiri silat dari masing – masing
mewakili pengantin. Tradisi palang pintu yaitu apabila seorang laki – laki ingin
mempersunting perempuan pilihannya, maka ia harus melewati beberapa tahapan
atau syarat agar dapat melaksanakan hajatnya, salah satunya yang sudah menjadi
adat atau tradisi dari zaman dahulu yaitu tradisi palang pintu atau membuka palang
agar dapat masuk dan melangsungkan upacara pernikahan. Dilaksanakan nya
tradisi palang pintu sebelum berlangsungnya adat tentu saja memiliki nilai adat atau
makna yang terkandung, dimana pernikahan dianggap sakral maka untuk mencapai
suatu pernikahan harus meelewati beberapa tahap salah satunya tradisi palang pintu.
Dikarenakan etnis Betawi beermayoritas Islam Terlebih dahulu dijelakan mengenai
makna yang terdapat dalam prosesi palang pintu.
47
A. Makna Simbolik Tradisi Palang Pintu
Palang pintu dalam pernikahan adat Betawi telah masuk ke dalam daftar
resmi UNESCO (United Nation Educational, Scientfic and Cultur
Organization) sebagai warisan budaya Indonesia pada tahun 2015 (Jenny Sista
Siregar dan Sri Irtawirdjajanti,2018: 519). Berbeda dengan pantun dan pencak
silat yang masuk ke dalam catatan non-resmi UNESCO. Palang Pintu dalam
tradisi pernkahan Betawi juga menampilkan pantun dan pencak silat. Palang
pintu yang hadir dalam pernikahan Betawi menunjukan dua arti dimana silat
bermakna bahwa sebagai laki-laki yang ingin menikah harus bisa menjaga istri
dan anak-anaknya karena laki-laki dalam rumah tangga berkedudukan sebagai
kepala keluarga yang dimana harus melindungi keluarganya dari segala
ancaman bahaya. Jadi, pengantin laki-laki di representasikan oleh seseorang
laki - laki yang harus bisa silat atau bela diri.
Pada sejarahnya, palang Pintu merupakan tradisi yang diwariskan dari
generasi sebelumnya kepada generasi penerus. Awal tradisi Palang Pintu tidak
tertulis, melainkan hanya cerita turun-temurun dari generasi terdahulu. Hal ini
dijelaskan oleh Zahrudin Ali Al Batawi dalam bukunya yang berjudul 1500
Pantun Betawi mengatakan bahwa salah satu bagian dari serangkaian acara
prosesi pernikahan adat Betawi yang lebih dikenal dengan istilah Palang Pintu
merupakan campuran beberapa seni budaya seperti silat, pantun, dialek Betawi
dan humor (Al Batawi, 2012). Berdasarkan data menemukan bahwa tradisi
kesenian palang pintu memiliki beberapa tahapan dan kelengkapan didalamnya.
48
Dengan demikian, beberapa tahapan dan kelengkapan merupakan suatu simbol
atau menghasilkan simbol-simbol didalmnya sebagai bentuk interaksi sosial.
Menurut Bachtiar (2013), meski dalam sejarah belum ada catatan secara
pasti terkait dengan tradisi palang pintu ini dimulai, namun tokoh Betawi si
Pitung ( 1874 – 1903 ) sudah menjalani tradisi Palang Pintu ini saat memperistri
aisyah, putri jawara berjuluk Macan Kemayoran, yaitu Murtadho. Konon, pada
saat itu Si Pitung berhasil mendudukkan perlawanan Murtadho yang menjadi
Jawara atau palang pintu dalam pernikahan putrinya tersebut hingga akhirnya
mempersunting Aisyah. Pada umumnya dalam pernikahan adat Betawi
dimulainya acara dilakukanlah saling adu seni beladiri antara pihak laki – laki
dan dengan pihak perempuan melalui jawara yang ditunjuk oleh masing –
masing pihak keluarga, yang dimana tujuannya untuk menghalangi pihak atau
pengantin laki – laki agar memperhatikan norma adat, selain itu pengantin laki
– laki harus dapat atau mampu menguasai bela diri dan ilmu agama dalam
menjaga keluarganya kelak.
Hal tersebut diperkuat oleh informasi dari Bpk. H.
Bukhori sebagai berikut:
“digambarkan pada satu tradisi besan dan besanan itukan
biasanya pihak laki – laki nih besan kepada pihak perempuan
untuk mana kala itu mempertemukan antara pengantin laki –
laki dengan pengantin perempuan untuk nantinya
disandingkan dipelaminan nantinyakan. Nah itu sebelum dia
masuk kesitu biasanya ada palang pintu gitukan. Palang pintu
itu manjadi satu syarat pihak pengantin laki – laki ini untuk
bisa meminang atau bisa menikahi atau mengawinkan gadis
dari pada desa tersebut jadi itu merupakan salah satu prasyarat
itu dulu. Jadi disimbolkan bahwa dia sudah bisa menaklukkan
jawara atau jagoan dikampung itu. Makannya itu merupakan
simbol laki – laki bahwa calonnya itu bahwa secara lahiriyah,
49
secara fisik sudah bisa melindungi istrinya dari kan jaman dulu
itukan banyak orang jahat ya artinya banyak rampok, banyak
juga yang merebut istri orang dizaman si Pitung itukan jadi
apa namanya. Nah begitu orang betawi menikahi perempuan
dan dia diyakini bahwa udah bisa jaga keamanan, keamanan
istrinya. Keluarganya karena beladirinya juga mampu dia itu
dalam hal tadi maen pukul atau silat.”
Berdasarkan temuan data informan diatas, secara jelas dapat
dijelaskan bahwa tradisi palang pintu bahwa didalam Budaya Betawi
merupakan anak laki – laki khususnya mempelai laki-laki sudah siap dan
mampu menjaga dirinya dan keluarganya kelak sehingga tercipta rasa aman
didalam keluarganya. Selain itu juga merupakan bukti bahwa mempelai laki-
laki bisa menyelesaikan syarat yang diberikan oleh mempelai perempuan dan
sebagai penyampaian nilai moral bahwa untuk mendapatkan perempuan
pilihannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Kemudian, disetiap
tahapan palang pintu memiliki makna simboliknya. Makna simbolik tersebut
tidak semata – mata hadir melaikan bentuk penyampaian nilai moral yang
terkandung, yang kemudian disampaikan melalui simbol – simbol agar maksud
dan tujuan dari respresentasi nya dipahami oleh individu lain.
Menurut Laksmi ( 2017: 124 ) Dalam kehidupan sosial, manusia
menggunakan simbol untuk mempresentasikan maksud mereka, demikian juga
sebaliknya. Dalam teori atau paham Interaksi Simbolik Blumer menunjuk pada
“komunikasi” atau “simbol-simbol” sebagai kunci untuk memahami
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang didalamnya tentu saja terjadi
interaksi. Interaksi terbentuk secara simbolik baik melalui bahasa, objek sosial,
50
lambang-lambang, dan berbagai pandangan. Dengan demikian, manusia saling
menerjemahkan dan mendefinisikan tindakannya, baik dalam interaksi dengan
orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Oleh karenanya, interaksi
dijembatani oleh penggunaan simbol, penafsiran, dan penemuan makna
tindakan orang lain.
Jika ditarik dalam tradisi kesenian palang pintu, di dalamnya juga memiliki
tahapan dan kelengkapan mengenai palang pintu dan hal tersebut memiliki
makna. Blumer mengatakan dalam premisnya pada bagian kedua, menjelaskan
mengenai makna – makna tersebut merupakan hasil dari interaksi sosial yang
dilakukan secara terus – menerus dan terjadi berulang – ulang dalam suatu
masyarakat. Bahwa makna muncul dalam diri seseorang dengan adanya
interaksi dengan orang lain, walaupun makna muncul dari pemikiran masing –
masing individu, tetapi hal itu tidak ada atau muncul begitu saja, melainkan
melalui proses pengamatan kepada individu lain yang sudah lebih dahulu
mengetahui tentang makna tersebut. Adapun makna dari tahapan dan
kelengkapan palang pintu mengacu kepada sebuah buku yang ditulis oleh
Bachtiar (2013) seorang budayawan Betawi sebagai berikut:
1. Rebana ketimpring memiliki fungsi untuk mengarak pengantin dengan
maksud pengantin laki – laki sedang menuju pengantin perempuan dan
juga di dalam pembacaan maulid sebagai bentuk pembacaan doa untuk
keselamatan semua yang hadir.
2. Kembang Kelape mewakili wujud pohon kelapa yang seutuhnya dengan
melambangkan bahwa pohon kelapa adalah tanaman yang serba guna
51
manfaatnya. Semua bagian dari pohon kelapa mempunyai kegunaan.
Dari batang, akar, buah, daun, lidi, dan lainya yang semuanya
mempunyai kegunaan. Kembang kelape tersebut seebagai simbol yang
diharapkan pengantin seperti pohon kelapa yang banyak manfaat bagi
keluarga, masyarakat maupun nusa dan bangsa, begitu juga diharapkan
mempunyai kegunaan bagi dunia dan akhirat.
3. Petasan memiliki simbol sebagai alat informasi atau pengabaran bagi
para tetangga bahwa akan dilaksanakannya pernikahan, karena petasan
merupakan simbol untuk mengabarkan masyarakat atau tetangga sekitar
yang jarak rumahnya berjauhan maka digunakanlah petasan agar datang.
4. Sirih Dare memiliki simbol lambang cinta kasih suami kepada istrinya,
karena di dalamnya terdapat uang, yang dimana sirih dare simbol
sebagai persembahan pengantin laki – lai kepada pengantin
perempuannya sebagai lambang cinta kasih suami kepada istrinnya.
5. Pantun memiliki simbol sebagai menghormati antar sesama,
menanamkan kesopanan sekaligus mejadi ajang pencapaian maksud dan
tujuan, dengan kata lain pantun merupakan bentuk komunikasi para
perwakilan juru bicara pengantin.
6. Sikeh memiliki simbol bisa mengaji dan taat agama, yang dimana
pengantin laki – laki diharapkan mengerti agama agar kelak dapat
menuntun keluarganya menjadi sakinah, mawadah dan warahmah.
52
7. Silat memiliki simbol keberanian dan tanggung jawab dalam
melindungi keluarganya dari gangguan atau ancaman yang tidak
diinginkan.
8. Roti buaya memiliki simbol kesetiaan dan kesabaran masing – masing
pasangan agar setia satu sama lain.
Berdasarkan tahapan dan kelengkapan diatas bahwa Tradisi palang pintu
merupakan bentuk penyampaian nilai, sikap dan pandangan hidup masyarakat
Betawi dalam menjalankan kehidupan tentang dunia yang disampaikan nya
melalui simbol – simbol baik secara verbal dan nonverbal dari generasi ke
generasi. Unsur Islam sangat kental dikarenakan islam dengan segala sistem
keyakinan, nilai – nilai dan kaidah telah memberi pengaruh yang amat kuat
pada budaya Betawi. Jadi tradisi Palang Pintu merupakan salah satu cara
pandangan hidup masyarakat Betawi yang mengandung nilai agama karena
masyarakat Betawi mayoritas beragama Islam maka sangat erat dengan
kegiatan mengaji atau pembacaan al – quran dan lebih lanjut nilai moral dan
nilai sosial yang terlihat dalam tahap adu pantun dan adu pukul pada proses
palang pintu yang dimana memiliki makna bahwa untuk menghalangi pihak
atau pengantin laki – laki agar memperhatikan norma adat, selain itu pengantin
laki – laki harus dapat atau mampu menguasai bela diri dan ilmu agama dalam
menjaga keluarganya kelak.
Jelas bahwasannya tradisi palang pintu tersebut merupakan bentuk
interaksi simbolik atau penyampaian maksud melalui simbol – simbol
didalamnya, bahwa manusia saling menerjemahkan, memaknai serta
53
mendefinisikan tindakannya, bukan hanya reaksi dari tindakan seseorang
terhadap orang lain dan tanggapan seseorang yang tidak dibuat secara langsung
atas tindakan itu, tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan. Jadi setiap
tindakan atau tahap dalam tradisi palang pintu memiliki maksud dan tujuan
atau fungsinya sendiri bagi individu yang menjalankan dan individu lain.
Seperti paham Interaksi Simbolik Blumer menunjuk pada interaksi sosial antar
masyarakat didalamnya dijelaskan prinsip tercapainya interaksionisme
simbolik Dalam ( Blummer, 1969; Manis dan Meltzer, 1978; A. Rose, 1962;
snow, 2011 ) meliputi;
1. Manusia tidaklah sama halnya seperti binatang, mereka diberkati
kapasitas untuk berfikir. Jika dikaitkan dengan tradisi palang pintu jelas
bahwa diciptakannya tahapan dan simbol – simbol merupakan hasil dari
ide atau hasil fikiran masyarakat Betawi dimana zaman dahulu untuk
menikahkan anak perempuanya calon suaminya harus dilihat
kemampuan bela diri dan mengaji.
Hal tersebut diperkuat oleh informasi dari Sdr. Mubarok:
“ Makna yang ada diprosesi adat palang pintu kaya pengantin
lelaki itu kalo ingin menikah dengan perempuan syaratnya itu
kan yang tadi dibilang harus bisa berantem ngalahin jagoan
perempuan dan harus bisa ngaji yang dimaksudkan makna dari
palang pintu betawi yang seakan – akan mengajarkan untuk
pihak laki laki. Bahasanya gini “nih kalo dibetawi kalo lu mau
nikahin anak orang lu kudu bisa jago beladiri yang fungsinya
nih buat ngejagain bini lu, lu buat ngejagain anak – anak lu”
kalo sikehnya gini biar lu bisa jadi ngajarin keluarganya buat
ngaji. Kan jadi bapak rumah tangga terus kalo kaga bisa ngaji
tuh keluarga ngaji ama siapa, sebenernya pesan aja sih yaa
pesan moral buat yang hadir disitu khususnya pengantennya”
54
2. Kapasitas berfikir tersebut dibentuk oleh interaksi sosial, yang artinya
bahwa interaksi sosial merupakan pembentuk dari kapasitas berfikir dari
manusia. Jadi dengan demikian, masyarakat mampu atau paham dari
setiap makna yang terkandung berdasarkan kapasitas masyarakat
berfikir bahwasannya kenapa pengantin laki – kaki diharuskan bisa silat
dan mengaji agar kelak dapat membawa keluarga yang sakinah,
mawadah dan warahmah.
Selain itu, Orang – orang yang bisa mengubah makna dan simbol
untuk mereka bertindak dan berinteraksi sesuai dengan situasinya. Dalam
hal ini menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan
interaksi dapat mengubah simbol maupun makna yang sudah mereka
sepakati terlebih dahulu untuk memaknai tindakan dan interaksi mereka
sesuai dengan situasi. Maka saat ini banyaknya pembaharuan atau
modifikasi tradisi palang pintu menjadi suatau hiburan dalam pernikahan
yang dimana tetap memiliki makna sesuai dengan tradisi awal. Hal tersebut
karena mereka atau masyarakat dapat mengubah makna dan simbol mereka
karena kemampuan mereka dalam berinteraksi, mereka bisa memilih
tindakan mana yang lebih menguntungkan untuk mereka.
Hal tersebut diperkuat dari salah satu informan seperti
Bpk H. Eddy (pendiri Sanggar Manggar Kelape), beliau
menuturkan sebagai berikut :
“Seni didalam prosesi pernikahan yaa berbicara tentang
palang pintu itu merupakan sebagian dari seni karena
55
didalamnya memakai silat, memakai pantun, memakai
pakaian sadariah, memakai pangsi”.
Hingga kini pelaksanaan tradisi palang pintu masih banyak dalam
pernikahan masyarakat Betawi. Namun seiring berkembangnya zaman,
tradisi palang pintu tidak hanya digunakan untuk acara pernikahan saja
melainkan dapat digunakan untuk acara lainnya seperti tetapi dalam
penyambutan orang – orang penting bahkan juga dalam kegiatan peresmian
gedung, menyambut hari perayaan ulang tahun DKI Jakarta, hal ini sesuai
dengan pernyataan menurut informan Sdr. Mubarok ( Sekretaris Sanggar
Manggar Kelape ), sebagai berikut :
“jadi gini kita itu setiap tahun sebenernya sama seperti yang
tertera di proposal yang mempunyai maksud dan tujuan seperti
sosialisasi seni budaya tradisional Betawi, strategi
mempertahankan dan melestarikan seni budaya tradisional
Betawi dan Nasional, dan yang terpenting untuk merayakan
Hut Kota Jakarta ke 492. hampir dan agak bingung si yak
arena kita berpatokannya itu sebelum puasa seminggu gitu.
Yang namanya bulan itukan muter ya dulu itu kita menyambut
sebelum tanggal 22 juni lahirnya kota Jakarta itu kita bikin
festival palang pintu akan tetapikan berjalannya waktu itukan
puasa entah dijuni jadi kita adakan di mei jadi kita sebelum
puasa seminggu kita ngadain tapi secara pastinya emang
gapasti. Intinya kalo ditanya pasti kita jawab diadakan
sebelum bulan puasa itu udah pasti patokannya sebelum
ramadhan.”
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan bahwa tradisi palang
pintu di era modern seperti sekarang tidak hanya digunakan sebagai bagian
dari acara pernikahan adat Betawi melainkan dapat digunakan untuk acara-
acara besar lainnya, seperti perayaan ulang tahun DKI Jakarta yang dikemas
dalam Festival Palang Pintu Kemang, penyambutan tamu penting atau
pejabat Negara serta peresmian gedung. Tradisi kesenian palang pintu tetap
56
hadir dan berkembang walaupun dengan kemasan yang berbeda, yang
dimana zaman modern ini mengancam melunturkan tradisi budaya lokal
yang di saingkan dengan budaya Internasional. Maka dari itu untuk
mengikuti perkembangan zaman dilakukan rekacipta tradisi oleh agen –
agen atau penggiat seni untuk menampilkan suatu pelestarian budaya.
B. Rekacipta tradisi Palang Pintu
Blummer dalam premis ketiganya, menyebutkkan bahwa makna – makna
tersebut diperbaharui dan disempurnakan disaat proses sosial sedang
berlangsung, melalui suatu penafsiran masing – masing individu dalam
keterlibatannya dengan objek yang dihadapinya. Berdasarkan premis tersebut,
maka makna yang diperoleh dari setiap penafsiran individu dapat berubah
sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang membingkai interaksi
mereka, karena makna bukanlah suatu hasil yang final, melainkan proses
penafsiran.
Perubahan makna pun terlihat pada suatu tradisi yang dimana diperbaharui
bentuk penyajian dan pementasannya. Perubahan dalam suatu budaya tanpa
menghilangkan unsur – unsur makna yang terkandung didalamnya dan justru
menghasilkan inovasi yang lebih baik disebut dengan rekacipta atau
menghasilkan bentuk baru. Perubahan – perubahan tersebut merupakan bentuk
dari rekacipta suatu budaya dan tradisi didalamnya, seperti Menurut Roswita (
2013 ) Rekacipta tradisi merupakan proses yang didalamnya terdapat usaha
untuk menciptakan kembali sebuah tradisi.
57
Dalam hal ini rekacipta suatu tradisi yang dapat dijumpai salah satunya
dalam sebuah tradisi atau budaya kesenian Betawi yaitu Tradisi Kesenian
Palang Pintu, dimana saat ini disetiap tahunnya dalam rangka memperingati
HUT DKI Jakarta diisi oleh pagelaran Seni Betawi yang diciptakan dan
dikembangkan salah satunya oleh Padepokan Budaya Betawi “ Sanggar
Manggar Kelape, Kemang “ dengan tujuan tetap menjaga kelestarian Budaya
Betawi di kawasan Kemang di tengah – tengah kondisi Kemang yang semakin
berkembang kearah modern. Rekacipta tradisi ini dapat dijumpai pada suatu
event besar yang dinamakan “ Festival Palang Pintu, Kemang” yang sudah
diselenggarakan sampai pada periode ke – 14. Hal ini sejalan dengan menurut
Shahab (2004 : 130 ) bahwa rekacipta tradisi dimaknai sebagai strategi adaptasi
dalam menghadapi modern dan nation yang dimana merupakan strategi
keragaman menghadapi keseragaman. Tentunya, diadakannya festival Palang
Pintu Kemang ini semata – mata memiliki fungsi yang terkandung dan
dilengkapi dengan unsur hiburan dalam rangka mengisi peluang modernisasi
zaman.
Sesuai seperti yang diungkapkan oleh informan Bpk. H. Eddy:
“Nah kalo kita untuk antara event ini kita bedakan antara
tradisi palang pintunya daengan eventnya kalo event inikan
suatu event acara yang ditekankan festifal palang pintu ini atau
lomba palang pintu ini kita kemas menjadi sesuatu yang besar.
Agenda didalam palang pintu ini ada berbagai macam acara
muatan yang kita sudutkan kemasyarakat. Kaya ada hiburan
Nusantara, produk – produk Nusantara kaya tari – tarian dan
sebagainya. Ada hirburan remaja modern ada bandnya, terus
juga ada pengenalan dari parade budayanya, nah ini bagian
dari pada event palang pintu. Jadi festival itu kita lombakan
tapi setelah itu ada sisi – sisi acara yang kita berikan sebagai
edukasi hiburan kepada masyarakat kita perkenalkan.”
58
Pada Festival Palang Pintu Kemang ini rekacipta yang dibuat
merupakan bentuk perubahan kemasan dalam menampilkan atau
menunjukan suatu budaya yang dimana tidak menghilangkan fungsi dan
makna sesungguhnya dari makna tradisi kesenian Palang Pintu.
Berdasarkan temuan data yang peneliti dapatkan pada sanggar Manggar
Kelape Kemang menunjukkan bahwa festival palang pintu Kemang
merupakan bentuk dari hadirnya sebuah kemasan baru terkait dengan
pelestarian budaya dengan memperbaharui fungsi dan tampilan sesuai
dengan berkembangnya zaman khusus Kemang, yang dimana saat ini
wilayah kemang diduduki oleh masyarakat ekspatriat dengan ekonomi
menengah keatas.
Seperti yang diungkapkan oleh informan Sdr. Barok
(Sekertaris Sanggar Manggar Kelape Kemang ) :
“untuk menjaga tradisi, kita sanggar manggar kelape berusaha
menjaga tradisi budaya betawi khusunya di wilayah kemang
ini dengan mengadakan acara yang bermuatan nilai edukasi,
agama dan tentunya budaya Betawi sendiri. Nah, kita disini
salah satunya itu kenapa kita membuat palang pintu, berangkat
dari kesadaran masyarakat yang cinta kepada budanyanya
sendiri. Belom lagi kan saya udah bilang sebelumnya kalo
dikemang ini nih tempatnya ekspatriat, jadi kudu kita tanemin
tuh nilai budaya Betawi itu sendiri disini biar kaga ilang dan
ampe generasi anak cucu pada paham palang pintu salah satu
budaya kite masyarakat betawi.”
Jadi, hadirnya festival palang pintu diwilayah Kemang ini
merupakan bentuk dari usaha masyarakat Betawi asli Kemang melestarikan
budaya Betawi melalui tradisi kesenian palang pintu dalam sebuah event
59
yang dibuat ditengah – tengah majunya wilayah Kemang tersebut yang bisa
dilihat dari keadaan perekonomiannya cukup berkembang yang dapat
dilihat dari bangunan – bangunan café, rumah, perkantoran dengan ekonomi
menengah keatas. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi yang
merupakan penduduk asli kawasan Kemang, perlahan-lahan ‘tergeser’
karena perkembangan perekonomian yang pesat diwilayah tersebut. Maka
dengan demikian, agar tidak ikut tergersernya arus dalam budaya yang
tentunya mengiringi perkembangan zaman, maka dibuatlah perubahan
kemasan suatu Budaya yang dipertujukan dalam sebuah pementasan budaya
dan diisi oleh hiburan lainnya agar dapat menjadi konsumsi oleh khalayak
masyarakat semua golongan.
Kemudian, rekacipta tradisi ini dengan diadakannya festival palang
pintu kemang untuk menjalin silaturahmi antar masyarakat baik dari suku
Betawi maupun dari luar Betawi serta menikmati ragam seni budaya
Betawi. Festival ini manampilkan atau menghadirkan berbagai kegiatan
yang sarat hubungannya dengan budaya Betawi melalui Sanggar Manggar
Kelape sebagai pihak yang mengkonsepkan acara tersebut agar dapat
menarik perhatian masyarakat dari berbagai wilayah di DKI Jakarta dan
sekitarnya. Tentunya festival ini banyak merangkul masyarakat dari
berbagai golongan karena festival ini tidak dikenakan biaya masuk maka
memudahkan masyarakat untuk menikmatinya. Dengan demikianlah nilai
sosial yang dikandung dalam festival palang pintu Kemang ini mampu
merangkul masyarakat agar dapat menikmati pagelaran budaya Betawi
60
dalam festival palang pintu kemang dengan menjunjung nilai kerukunan dan
toleransi antar masyarakat dengan berbagai etnis yang hadir.
Berikut adalah tabel mengenai perubahan saat tradisi palang pintu
berubah menjadi sebuah Festival Palang Pintu Kemang:
Tabel 3.1 Rekacipta tradisi dalam Festival Palang Pintu Kemang
No Tradisi Palang
Pintu
Tradisi Upacara
Penikahan
Festival Palang Pintu
Kemang
1. Waktu
Pelaksanaan
Pada hari pernikahan yang
dilakukan sebelum akad
dimulai
Pada satu tahun sekali
dalam memperingati
HUT DKI Jakarta
2. Fungsi Penyambutan mempelai
laki – laki dalam rangka
melihat kemampuan laki –
laki dalam bela diri dan
mengaji
Hiburan
Kompetisi atau
lomba palang
pintu
Pelestarian
budaya Betawi
3. Pelakon Jawara dikampung masing
– masing
Seniman palang
pintu yang
merupakan
anggota sanggar
budaya Betawi
Anak – anak
4. Tempat Di rumah mempelai
pengantin perempuan
Di sepanjang JL.
Kemang Raya, Jakarta –
Selatan
5. Pantun Pengantar dialog Hiburan
6. Ragam seni Pancak silat
Sike
Pantun
Rebana ketimpring
Kembang kelape
Sirih Dare
Sikeh
Maulid Nabi
Ondel _ Ondel
Golok Si Rajut
Pancak Silat
Sikeh
Pantun
Marawis
61
Rebana
Kembang Kelape
Budaya Betawi
lainnya, seperti
Tari topeng.
Budaya nasional
lainnya dan
budaya
internasional.
Bazaar rakyat
( sumber : Hasil Observasi dalam Festival Palang Pintu Kemang ke – 14)
Dalam tabel tersebut menjelaskan bahwa terdapat makna-makna yang
telah diperbarui saat tradisi palang pintu berubah menjadi Festival Palang Pintu
Kemang. Dalam hal ini, pembaharuan makna dapat dilihat ketika tradisi palang
pintu berubah menjadi Festival Palang Pintu Kemang. Jika pada upacara
pernikahan, kesenian palang pintu memiliki makna untuk kehidupan sehari –
hari dalam suatu keluarga sedangkan dalam festival palang pintu memiliki
makna pelestarian budaya dan hiburan masyarakat. Selain itu, terdapat
pembaharuan pada waktu pelaksaan tradisi palang pintu, pada awalnya tradisi
palang pintu hanya menjadi bagian dari acara pernikahan adat Betawi yang
dilakukan pada saat mendatangi mempelai wanita. Namun, pada saat menjadi
Festival Palang Pintu Kemang, hal tersebut berubah menjadi sebuah acara
pelestarian budaya Betawi dalam menyambut perayaan ulang tahun DKI Jakarta.
Dalam Festival Palang Pintu Kemang ini sesungguhnya menghadirkan
sebuah acara yang bukan hanya sekedar hiburan masyarakat semata, tetapi juga
menyampaikan tujuan yang didalamnya terdapat nilai, norma yang
berkesinambungan dengan karakteristik budaya Betawi khususnya dalam aspek
62
religiusitas keislamannya, walaupun dahulu tradisi kesenian palang pintu hanya
dapat dijumpai dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi saja, kini
masyarakat dapat menikmatinya dalam pagelaran festival, maupun acara – acara
penting ( penyambutan tamu, peresmian gedung, dll ) namun dengan kemasan
yang berbeda tanpa melunturkan nilai – nilai leluhurnya. Seperti, modifikasi
tradisi palang pintu dalam festival palang pintu Kemang menghasilkan suatu
pergeseran atau perubahan bahwa pada zaman dulu setiap calon pengantin laki-
laki diharuskan membawa beraneka ragam hasil bumi mereka seperti beras,
bumbu masak, hewan ternak, uang yang dimasukkan kedalam sebuah dandang
besar untuk diserahkan kepada calon pengantin perempuan, tetapi kini hal
tersebut sudah tidak ada dalam pelaksanaan saat ini tetapi tidak menghilangkan
nilai leluhur.
Kemudian, dalam acara Festival Palang Pintu Kemang yang menjadi
pelakon atau aktor dalam festival tersebut berbeda dengan tradisi palang pintu
pada umumnya. Aktor atau pelakon dalam acara palang pintu pada awalnya
dengan pelakon atau aktor yang ada di Festival Palang Pintu Kemang yang
menjadi pelakon atau aktor dalam acara festival tersebut ialah orang dewasa serta
anak-anak yang berasal dari sanggar-sanggar yang ada di acara tersebut.
Unsur pantun dalam tradisi palang pintu melalui hasil pengamatan
observasi peneliti dalam pertunjukan palang pintu diberbagai acara, aspek
pantun dalam kesenian palang pintu saat ini sangat mengundang unsur gelak
tawa para penontonnya yang kini juga banyak anak kecil sebagai pelakonnya.
Hal tersebut yang tentunya mengundang masyarakat terhibur dalam
63
menyaksikan kesenian palang pintu. Selain itu, unsur – unsur dalam palang pintu
seperti pantun di dalam tradisi berfungsi sebagai salam pembuka atau bentuk
komunikasi apabila jawara – jawara laki – laki yang ingin masuk kediaman
mempelai perempuan. Kemudian, unsur pantun tak luput dalam rekacipta tradisi
dimana pada festival Palang Pintu Kemang unsur pantun dibawakan oleh
pembawa acara ( MC ) sebagai dialog dengan menggunakan pantun yang lebih
memunculkan gelak tawa bagi penonton agar terhibur. Hal tersebut menjadi
daya Tarik masyarakat untuk menonton Dengan demikian para pegiat seni pun
terus berinovasi sesuai dengan tuntutan zaman melalui balas pantun dalam
kesenian palang pintu.Untuk menarik minat masyarakat yaitu dalam aspek
pekembangan pantun yang semankin kreatif dan inovatif.
Seperti yang diungkapkan oleh Bpk H. Buchori :
“jadi disamping itu menjadi prosesi adat istiadat juga bisa
dijadikan hiburan dikarenakan dalam isi pantun – pantun itu
kita dihibur dengan isi pantunnya ya disamping nasihat juga
menghibur, jadi dia tidak lepas bahwa dia merupakan prosesi
adat tapi juga dikatakan bisa jadi hiburan juga iya.”
Selanjutnya, dalam ragam seni yang dipertontonkan dalam acara Festival
Palang Pintu Kemang mengalami pembaharuan dari tradisi palang pintu pada
umumnya. Adapun ragam seni yang ditambahkan dalam acara Festival Palang Pintu
Kemang antara lain: Ondel-ondel, Tari Topeng, Golok Si Rajut, serta kebudayaan
nasional dan internasional lainnya. Hadirnya golok Si Rajut merupakan konsep dari
rekacipta tradisi yang dimana golok merupakan senjata khas masyarakat Betawi.
Golok atau dengan kata lain “bendo” bagi masyarakat Betawi biasanya digunakan
para jagoan atau jawara sebagai senjata tajam untuk membela diri sedangkan di
64
rumah fungsinya sebagai alat untuk bekerja di ladang, dan untuk menyembelih
hewan. Dalam Festival Palang Pintu ke – 14 golok atau bendo tersebut mempunyai
fungsi sebagai suatu ornament dalam acara tersebut yang dimana tentunya ada
maksud dan tujuan didalamnya. Pada pagelaran kali ini adanya Golok Si Rajut
merupakan simbol yang didalamnya memiliki makna tersendiri terkait dengan
situasi dan kondisi yang terjadi yaitu situasi politik yang sedang memanas dimana
untuk merajut masyarakat akibat adanya perbedaan pilihan dalam Pilpres 2019 .
Seperti yang diungkapkan oleh. H. Eddy :
“kan bulan april kemaren kan kita pesta demokrasi, nah kita
disini bikin si rajut untuk merajut masyarakat yang tadinya
kebelah cuma gara – gara beda pilihan. Di festival Palang
pintu ke – 14 ini kita bikin lah golok Si Rajut untuk
menyatukan masyarakat kembali, kita bersatu lah silaturahmi
di festival, dapat dibuktikan kan yang dateng ke festival palang
pintu rame nya bukan maen dari mana aja dari suku mana aja”
Sebuah objek tersebut memiliki makna nya tersendiri yaitu sebagai bentuk
penyampaian maksud untuk mempererat masyarakat yang terpecah belah
dikarenakan beda pilihan saat pemilu presiden bulan april 2019 lalu. Oleh sebab itu
diciptakannya Golok Si Rajut pada dasarnya adalah produk dari interpretasi
individu atas dunia di sekeliling mereka, dimana sebagai pencetus Golok SI Rajut
ini H. Eddy melihat kondisi dan situasi masyarakat pada saat ini yang bertepatan
pada moment Pilpres 2019. Dari keresahan yang menciptakan suatu ide atau
gagasan dan menghasilkan suatu simbol yang disepakati bersama yang didalamnya
tersirat makna dan tujuan.
65
Gambar 3.1 Golok Si Rajut
Sumber : Dokumentasi Sanggar Manggar Kelape Kemang
Dengan demikian beberapa masyarakat menganggap adanya Golok terbesar
ini merupakan bentuk suatu hiburan atau bentuk karya budaya Betawi yang
sebelumnya diketahui sebagai senjata budaya Betawi.
Seperti yang diungkapkan Mubarok :
“ mungkin orang terheran – heran ya emang ada golok sebesar
itu, mungkin itu si yang jadi banyak orang pengen tau. Karena
ini sesuatu yang unik ya golok yang kita kenal kan paling
yaudah golok yang buat motong sapi, kambing. Jadi orang
jugakan bertanya Tanya tuh emang ada golok yang
panjangnya 4 meter nah itu adanya dimana tuh ya difestival
Palang pintu. Intinya si jadi daya Tarik aja si sebenernya,
karena jadi sebuah icon aja si didalam festival itu tersendiri
dan sampai sekarang itu bener kita taro dimuseum
setubabakan itu. “
Jadi, suatu objek yang kemudian disepakati menjadi sebuah simbol
kerap kali memiliki makna tertentu yang dapat diartikan oleh individunya.
Sesuai dengan situasi dan kondisi yang tengah berlangsung hadirnya Golok
Si Rajut ini memiliki makna untuk menyatukan masyarakat. Dan
keberadaan Golok Si Rajut kini menjadi suatu karya Budaya masyarakat
66
Betawi, tentunya nilai sosial dan nilai budaya sangatlah terkandung didalam
Golok Si Rajut tersebut.
Selain itu, dalam tradisi palang pintu terdapat sebuah kelengkapan
dalam acara tersebut adanya petasan, tidak lengkap jika tidak adanya
petasan. Dalam upacara pernikahan petasan memiliki makna sebagai alat
informasi atau pengabaran bagi para tetangga. Sedangkan, dalam Festival
Palang Pintu Kemang menggunakan media yang ada seperti media cetak,
media massa dan media sosial sebagai alat informasi atau pengabaran bagi
masyarakat luas yang menggantikan fungsi petasan sebagai tanda
pengabaran.
Gambar 3.2 flyer promosi melalui instagram
Sumber : isntagram: Sanggar_Manggar_Kelape
Hal tersebut dipertegas oleh salah satu informan yang bernama Bpk H. Eddy
sebagai berikut:
“Oiyaa wajiblah zaman sekarang udah wajib, kalo jaman
dulukan kita pake brosur sekarang udah jamannya medsos
gaperlu gitu lagi kita bisa msukin ke ig, bisa masukin facebook
yakan, masukin ke WA udah gabayar, kalo dulukan kita
promokan pake radio kita harus bayar, kalo kita gapunya
67
jejaring temen yaa gitu kita dulu harus kerjasama sama bens
radio, radio AM mutiara yak arena kita punya jaringan ahirnya
lebih mudah lagi. Sekarang udah gaperlu lewat radio lagi,
sekarang bisa pake media sosial kaya instagram,lewat
facebook udah cepetkan tanpa kita bayar”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa tujuan
dipromosikannya festival palang pintu ini target atau pengunjung
diantaranya yaitu urban, sub urban dan ekspatriat dan tourist dikarenakan
acara festival palang pintu ini merupakan acara yang multifungsi tanpa
menghilangkan makna dari tradisi palang pintu yang mulanya hanya
digunakan dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi. Dengan kata lain
kegiatan tersebut merupakan bentuk dari mengkreasikan suatu tradisi
dengan menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dengan kata lain,
berdasarkan konsep dari rekacipta tradisi, festival Palang Pintu, Kemang ini
merupakan bentuk dari recreated tradition yang dimana Seperti yang
diungkapkan oleh ( Shahab, 2004:24 ) bahwa recreated tradition adalah
tradisi yang dihidupkan kembali dengan mengkreasikan tradisi tersebut
sehingga memunculkan fungsi baru yang sesuai dengan tuntutan waktu dan
keadaan.
Menurut informan Sdr. Mubarok :
“sebenernya palang pintu ini bukan hanya sekedar buat orang
nikahan ya tapi bisa buka palang pintu. Misalkan, yang
dikemas dizaman sekarang itu abang buka perusahaan dan
perusahaan ini baru lounching dan gimana si biar acara ini bisa
ramai maka dari itulah disewakan buka palang pintu jadi disitu
misalkan abang pemilik perusaan, abang mau masuk ni
sebagai konci pintu perusahaan nah nanti abang diarak sama
buka palang pintu nanti ada pemantun, pesilatnya ini bakal
ngelawan sama yang abang bawa, jadi Cuma sekedar buat ini
aja si engga kemana – mana. “
68
Selain itu, dalam perubahan kemasan budaya ini, sanggar Manggar
kelape Kemang memprakarsai sebuah acara yang besar tanpa
menghilangkan unsur religiusitas masyarakat Betawi yang merupakan salah
satu karakteristik masyarakat Betawi. Sesuai dengan maksud dan tujuan
dibentuknya Sanggar Manggar Kelape di wilayah Kemang yaitu
melestarikan Budaya Betawi memalui berbagai cara untuk menanamkan
cinta akan budaya Betawi yang Tetap dengan koridor keislaman.
Dalam teori Interaksionisme simbolik Blumer bahwa untuk
memahami maksud dan tujuan manusia sebagai makhluk sosial
membutuhkan manusia lain, maka terselenggaranya Festival palang Pintu
Kemang ini tentunya disambut baik oleh semua elemen masyarakat Jakarta,
khususnya bagi masyarakat Betawi karena nilai, fungsi dan makna nya
tentu menghasilkan hal yang positif dalam rangka menjaga tradisi
kebudayaan Betawi yaitu tradisi Kesenian Palang Pintu. Disamping
menjaga dan melestarikan Budaya, diadakan nya Festival Palang Pintu
Kemang ini sebagai bentuk apresiasi masyarakat Betawi Khsusunya
Sanggar Manggar Kelape Kemang yang telah menggelar acara besar dengan
memberdayakan masyarakat dan generasi muda dalam melakukan kegiatan
positif ditengah – tengah arus global. Agar tersampainya maksud dari acara
tersebut, serangkaian acara Festival palang pintu didukung penuh oleh
beberapa pihak, diantaranya Pemprov DKI Jakarta dan lembaga kebudayaan
Betawi laiannya yang diharapkan makusd dan tujuan sebagai pelestarian
budaya sampai kepada pemahaman masyarakat.
69
Seperti yang diungkapkan oleh Bpk. H Buchori :
“sesuai dengan peraturan daerah Nomer 4 tahun 2015 tentang
pelestarian budaya Betawi kemudian di perda 4 2015 pak
Gubernur juga mengeluarkan peraturan gubernur nomer 229
Tahun 2016 tentang pelaksanaan budaya Betawi artinya segala
aktivitas dan kaitannya mengenai Betawi diangkat
kepermukaan. Nah festival palang pintu itu merupakan
Budaya Betawi yang diangkat kepermukaan untuk dijadikan
festival dikenali kepada masyarakat, disosialisasikan kepada
masyarakat, diperkenalkan secara utuk kepada lapisan
masyarakat untuk dicintai oleh masayarakat baik generasi
muda atau generasi saat ini yang akan berada pada zamannya
gitu. Hal itu memperkenalkan untuk melestarikan dan
mengembangkan Betawi dalam bentuk festival sekarang
dirayakan dan difestivalkan”
Terselenggaranya pelestarian Budaya Betawi ini hasil rekacipta yang
memperbaharui atau memodifikasi unsur – unsur palang pintu dalam upacara
pernikahan kemudian menjadi suatu bentuk konsumsi masyarakat seperti
pantun, serta golok atau bendo. Maka dari dukungan pemerintah serta lembaga
Budaya betawi menghasilkan suatu keuntungan baik nilai sosial yaitu status
sosial sanggar manggar kelape kemang yang sudah dikenal oleh masyarakat
luas, kemudian nilai sosial – ekonomi tersebut berupa komodifikasi.
C. Bentuk komodifikasi Festival Palang Pintu Kemang
Terselenggaranya acara Festival Palang Pintu Kemang ini sudah sangat
terkenal atau sudah menjadi konsumsi masyarakat luas, tentunya menjadi nilai
tambah bagi pihak penyelenggara yaitu keuntungan baik nilai ekonomi maupun
nilai sosial. Ketika suatu tradisi atau budaya saat ini masih bertahan dan masih
terus dilestarikan merupakan bentuk atau hasil dari tujuan tradisi yang harus
diturunkan sampai kepada generasi muda agar tetap mengenal tradisi atau
70
kebudayaan yang sudah diciptakan dari nenek moyang. Eksistensi sebuah
tradisi akan lebih kuat apabila tradisi tersebut dapat mengisi peluang yang ada
di zaman yang terus berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa nilai ekonomi
senantiasa mengiringi suatu budaya, yang dimana nilai ekonomi itu sendiri
merupakan bentuk dari penghargaan terhadap suatu budaya, salah satunya
dalam tradisi kesenian palang pintu. Peluang yang ada dalam tradisi kesenian
palang pintu tersebut karena tradisi palang pintu sendiri memang memiliki nilai
ekonomi yang dihasilkan.
Menurut Roswita ( 2013 ) bahwa sebagai komoditas, tradisi buka palang
pintu berpotensi mencapai tujuan ekonomi yang merupakan salah satu dampak
sampingan dari hasil rekacipta. Tujuan ekonomi ini sendiri mendorong
maraknya komodifikasi tradisi buka palang pintu yang kini sering dilaksanakan
pada dua jenis acara, yaitu dalam pernikahan dan acara diluar pernikahan.
Jadi, dalam hal ini tradisi kesenian palang pintu jika membandingkan
dengan konsep terdahulu, bahwa dahulu tradisi palang pintu ini tidak memiliki
nilai jual tetapi tradisi palang pintu awalnya murni sebagai tradisi dalam upacara
pernikahan yang dimana pernikahan merupakan acara yang sakral sehingga
untuk menikahkan anak perempuannya tidak boleh dengan lelaki yang
sembarangan karena untuk menjaga keluarganya dari segala macam ancaman.
Kemudian tradisi palang pintu ini menjadi kesenian dan menjadi produk yang
berorientasi untuk konsumsi publik serta menekankan pada sisi hiburan.
Festival Palang Pintu Kemang ini konsep komodifikasi dikarenakan hal ini
merupakan proses transformasi barang dan jasa yang mulanya dinilai karena
71
nilai gunanya, kemudian menjadi komoditas yang bernilai karena bisa
mendapatkan keuntungan ( Wallch, 2014 : 17 ). Jadi dengan demikian, festival
palang pintu ini merupakan proses komoditas yang memberikan daya jual.
Keuntungan dalam hal ini berbagai macam bentuk baik materi maupun non
materi ( eksistensi sanggar ).
Seperti yang diungkapkan oleh H.Eddy sebagai
berikut:
“antara event ini kita bedakan antara palang pintunya daengan
eventnya kalo event inikan suatu event acara yang ditekankan
festifal palang pintu ini atau lomba palang pintu ini kita kemas
menjadi sesuatu yang besar. Agenda didalam palang pintu ini
ada berbagai macam acara muatan yang kita sudutkan
kemasyarakat. Kaya ada hiburan Nusantara, produk – produk
Nusantara kaya tari – tarian dan sebagainya. Ada hiburan
remaja modern ada bandnya, terus juga ada pengenalan dari
parade budayanya, nah ini bagian dari pada event palang pintu.
Jadi festival itu kita lombakan tapi setelah itu ada sisi – sisi
acara yang kita berikan sebagai edukasi hiburan kepada
masyarakat kita perkenalkan. Iniloh yang namanya reog,
iniloh yang namanya barongsai, iniloh yang namanya ondel –
ondel ngibing, iniloh yang namanya tanjidor, iniloh yang
namanya rebana, iniloh permainan tempo jaman dulu, iniloh
yang namanya gendang kenca dan sebagainya.”
Serupa seperti yang diungkapkan oleh Mubarok:
“kita memberanikan diri bikin acara didepan jalan raya kita
tutup sepanjang jalan raya barudah kita buat festival palang
pintu, ditahun 2005 itu ada yang namanya Betawi palang pintu
itu belum booming seperti yang sekarang. Ketika kita bikin di
2006 yang kedua mulai tuh pasa kebuka semua apa sih itu
Palang pintu sampe kita bikin lomba namanya palang pintu
yang memperebutkan piala gubernur makin tinggi ni
eksistensinya. Nah dari situlah kita bikin dan sampe kemarin
kita sampai ke 14 tahun. Sama masih dalam tahapan lomba
palang pintu akan tetapi kita tambahkan lagi beberapa
ornament dan kita tambah – tambahin.kita kemas lagilah dan
empat tahun terakhir kita selalu memasukkan buadaya
nusantara. Itu apasih manfaatnya ya gak lain ga bukan untuk
72
bangun budaya Betawi juga yang mengatas namakan Palang
Pintu, cuman Sanggar Manggar Kelape yang bikin di wilayah
Jakarta Selatan “
Menurut Agus Maladi Irianto ( 2015: 19-25) “ globalisasi ekonomi
memicu setiap produk budaya berkontestasi secara terbuka dan kreatif yang
dimana dampak dari globalisasi ekonomi juga terkontribusi ke sejumlah relasi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali terhadap eksistensi kesenian tradisional
yang selama ini dianggap sebagai identitas kultural bagi masyarakat
pendukungnya.” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menunjukkan
bahwa festival palang pintu Kemang merupakan program atau acara yang dibuat
secara terencana oleh beberapa pihak yang mengelola bersama masyarakat dan
tentunya dukungan dari pemerintah DKI Jakarta dalam rangka mengubah
kemasan tradisi menjadi suatu hiburan yang memiliki nilai edukasi serta memiliki
manfaat ekonomi lainnya seperti membuka lapangan usaha untuk masyarakat
dengan berjualan di festival Palang Pintu, Kemang.
Hal ini merupakan bentuk komodifikasi tradisi adat yang dahulu hanya ada
pada upacara pernikahan masyarakat Betawi kini setiap tahunnya setiap
masyarakat dapat menikmati acara tersebut, baik sebagai bentuk pelestarian
budaya, hiburan dan didakannya lomba kesenian palang pintu dari sanggar –
sanggar Budaya Betawi perwakilan seluruh wilayah DKI Jakarta.
Seperti yang diungkapkan Alwi:
“kita memasuki budaya itu sendiri bisa juga sebagai hiburan.
Misalkan kalo dipenganten itukan kita sebagai budaya. Oh ini
budaya Betawi nih kaya gini – gini nah kalo ada Buka pintu
itu ya sama aja kita kaya hiburan atau engga ya diatas
73
panggung, lomba ya itu sama aja kita menghibur ada yang
sifatnya sakral dan ada nilai komersial nya lah”
Tercapainya suatu komodifikasi atau proses nilai guna menjadi nilai jual
dalam festival palang pintu Kemang merupakan bentuk dari produk seni budaya
yang dikembangkan oleh mereka atau para pihak yang memiliki kuasa modal,
relasi, sponsor ( pemilik modal ) serta relasi dengan pemerintah. Tuntutan
persaingan yang mengharuskan kreativitas atau seni budaya agar tetap eksisis bagi
konsumen dan penikmatnya ( Kaunang dan Sumilat, 2015 : 13 ). Terselenggaranya
festival hingga masuk dalam media online maupun media pertelevisian tak luput
dari sponsor – sponsor yang berpartisipasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Sdr. Mubarok :
“sponsor pasti ada sponsor dan dibantulah yang namanya acara
pasti ada sponsor, ada orang nyumbang. Kita berkerjasama
sama salah satunya produk – produk minuman atau produk –
produk kartu handphone kita tetep ada sponsor – sponsor kaya
gitu atau kaya perusahaan – perusahaan seperti Pertamina juga
mensponsori kita terus kalo dari pemerintah dan kementrian
banyak yang mensponsori kita, intinya sponsor itu ada buat
kita, buat acara ini jadi lebih mendukung lebih mensupport aja.
Kemudian, kalo media itu seperti ini kita festival kedua ketika
udah ada dijalanraya kemang kita sampe bersurat ke stasiun tv
kaya RCTI, Global, SCTV dan lain – lain suruh masuk
kedalam acara ini kita jalanin selama dua tahun dan ketika kita
udah mulai dikenal ketika festival yang ke – 4 tanpa kita
bersurat itu media sudah mulai menyoroti kita bahkan hanya
itu media cetak seperti Detik dan lainnya itu tanpa kita undang
mereka datang. “
Dengan demikian, komodifikasi yang dijalankan dari proses produksi,
distribusi hingga konsumsi merupakan proses yang dijalankan pihak penyelenggara
dalam upaya untuk membuat sesuatu yang sebelumnya hanya nilai guna menjadi
nilai komoditas atau dengan kata lain, nilai guna ini menjadi laku dipasaran dengan
74
memanfaatkan kondisi lingkungan yang sedang berkembang. Seperti menurut
Vincent Mosco ( 1996 ) dalam teorinya ekonomi politik yang membahas mengenai
komodifikasi menyatakan bahwa media massa sangatlah berperan dan memiliki
kekuatan dalam membangun suatu produk, yaitu:
“ media massa juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
peningkatan surplus secara ekonomi. Hal ini berangkat dari asumsi
bahwa media massa berperan sebagai penghubung antara dunia
produksi dan konsumsi. Melalui pesan – pesan yang disebarkan lewat
iklan didunia massa, peningkatan penjualan produk dan jasa sangat
memungkinkan untuk terjadi ketika audiences terpengaruh terhadap
pesan yang ditampilkan melalui media massa tersebut ( Vincent
Mosco ( 1996 ) “
Penggunaan media massa dalam Festival Palang Pintu Kemang ini
menunjukan bahwa event Festival Palang Pintu Kemang merupakan bentuk
komodifikasi khalayak, dimana salah satu prinsip dimensi komodifikasi media
massa menurut Gamham dalam buku yang ditulis Mosco menyebutkan bahwa
pengguna periklanan merupakan penyempurnaan dalam proses komodifikasi media
secara ekonomi. Audiens merupakan komoditi penting untuk media media massa
dalam mendapatkan iklan dan pemasukan. Media dapat menciptakan khalayaknya
sendiri dengan membuat program semenarik mungkin dan kemudian khalayak yang
tertarik tersebut dikirimkan kepada para pengiklan ( Vincent Mosco : 1996 ).
Hasil komodifikasi dari acara Festival Palang Pintu Kemang ini sudah
sangat terkenal atau sudah menjadi konsumsi masyarakat luas, tentunya menjadi
nilai tambah bagi pihak penyelenggara yaitu eksistensi sanggar dimana yang
menjadi sorotan media sebagai pemerkasa festival tahunan dalam rangka
75
pelestarian budaya dan meningkatkan kreatifitas melalui lomba kesenian palang
pintu di festival Palang Pintu Kemang ini.
Seperti yang diungkapkan oleh Ferry, sebagai berikut:
“karena kita dari awalnya ini memang tujuannya untuk
menghidupkan dari palang pintunya itu sendiri . contohnya
kita udah dikenal oleh berbagai media ataupun lapisan
masyarakat sebagai penyelenggara dari festival palang pintu
dan ingin terus mengasah kretifitas sanggar – sanggar di
Jakarta melalui lomba yang kita adakan “
Serupa yang diungkapkan oleh Qidam :
“ya menurut saya ini sebagai prestasi ya dikarenakan palang
pintu disini udah begitu berkembang secara pesat dan jadi
orang – orang juga jadi tau budaya – budaya diBetawi itu apa
aja. Yang pertama si itu ya jadi orang – orang bisa jadi tau dan
bisa lestari tentunya. Ya kalo dari segi kepuasan ya saya puas
banget apalagi ada sebuah festival palang pintu ya disini saya
merasa puas aja si ya bisa menyaksikan begitu antusiasnya
masyarakat terlebih pada festival yang diselanggarakan dan
yang menjadi kepuasan juga kaya dari berbagai penjuru
Jakarta semua kumpul.”
Selain itu, pengaruh media massa membuat pagelaran seni ini semakin
dikenal oleh khalayah luas dari berbagai wilayah di DKI Jakarta, sehingga berhasil
menarik minat masyarakat kota Jakarta baik masyarakat asli Betawi maupun bukan
masyarakat etnis Betawi, masyarakat wilayah Kemang maupun luar wilayah
Kemang untuk dapat menikmati sajian acara tersebut. Hal ini membuktikan bahwa
di era globalisasi ini dan dizaman yang semakin maju ini masyarakat masih
memiliki minat untuk mengkonsumsi budaya tradisional melalui Festival Palang
Pintu yang tentunya bermuatan nilai budaya Betawi yang ditampilkan dengan
modifikasi seperti adanya sesi pembukaan dengan acara Maulid, kemudian
76
diadakannya sesi perlombaan palang pintu, dan diisi juga penampilan Budaya
Betawi dan Budaya tradisional dari daerah lainnya.
Bentuk komodifikasi pun mencakup dalam ragam seni tradisi kesenian
palang pintu yang menjadikan semakin menarik minat masyarakat dari berbagai
kalangan yaitu dengan diadakannya stand – stand bazar ( pasar rakyat ) dengan
beraneka ragam yang dijajakan ( dijual ) seperti makanan yang dijual diantaranya
dodol Betawi, kerak telor, laksa, kue rangi, toge goreng betawi serta bir pletok.
Sedangkan yang lainnya seperti baju ciri khas Betawi yaitu pangsi Betawi, boneka
ondel – ondel yang biasanya sulit dan jarang ditemukan kini dalam pasar rakyat
yang diadakan dalam festival palang pintu hal tersebut dapat dijumpai.
Dengan adanya pasar rakyat tersebut maka adanya perputaran ekonomi
menarik masyarakat untuk datang sebagai penjual maupun sebagai pembeli didalam
festival Palang Pintu, Kemang. Pihak penyelenggara pun menyewakan stand (
tenda – tenda ) dalam rangka menyewakan lapak untuk bergadang. Dengan
demikian diselenggarakannya Festival Palang Pintu Kemang ini sangat amat
berdampak positif baik dalam aspek budaya maupun nilai sosial - ekonominya.
Dalam kegiatan tersebut para pengunjung dapat berbelanja, mengikuti serangkaian
acara sekaligus berwisata kuliner, pasar rakyat itulah yang menjadi daya tarik
masyarakat untuk berkunjung. Dimana, nilai sosial – ekonomi sangat terasa dalam
festival palang pintu Kemang ini, dimana selain melestarikan budaya Betawi juga
ajang silaturahmi masyarakat dan nilai tambah penghasilan masyarakat dengan
berjualan di bazaar tersebut. Ditambah dengan diadakannya maulid nabi
dipembukaan festival palang pintu, ditambah dengan ditampilkannya kesenian
77
Betawi lainnya serta disetiap tahun diperkenalkan ornament khas Betawi seperti
Golok Si Rajut.
Gambar 3.3 Pasar Rakyat di Festival Palang Pintu Kemang
Sumber : Dokumentasi Sanggar Manggar Kelape Kemang
Sesuai dengan konsep komodifikasi yaitu nilai guna yang kini diiringi
dengan nilai ekonomi atau komoditas bahwa aspek ekonomi pun turut mengiringi,
tak hanya dalam festival palang pintu saja, saat ini dalam upacara pernikahan
apabila menggunakan kesenian palang pintu pun dikenakan biaya sebagai bentuk
penghargaan atas waktu dan tenaga para pelakonnya. Karena jika dilihat pada
zaman sekarang jika melaksanakan atau melakonkan kesenian palang pintu baik
dalam perlombaan, upacara pernikahan maupun dalam acara – acara penting
lainnya, pelakon dari kesenian palang pintu saat ini merupakan penggiat seni dan
terus menginovasikan kreatifitasnya agar kesenian palang pintu tetap diminati oleh
masyarakat, maka dari itu nilai ekonomi yang diberikan merupakan bentuk dari
penghargaan atas usaha nya.
Seperti yang diungkapkan oleh Bpk H. Buchori :
“ya pasti, jadi budaya itu bisa menghasilkan ekonomi
contohnya kalo palang pintu biasnya itu juga dikasih uang
78
lelahkan dan bisa menambah kocek kantong mereka untuk
biaya hidup. Kemudian juga kalo dia ada festival – festival
dan itu juga merupakan penambahan juga buat mereka para
pencinta budaya.”
Serupa dengan pernyataan Bpk. Buchori, selaku tokoh dalam
Sanggar Manggar Kelape menyetujui bahwa pelakon seni tradisi
Palang pintu dapat penghargaan melalui nilai ekonomi yang
diberikan, sebagai berikut :
“Yaa sangat setuju, karena begini ketika disitu ada kegiatan
maka budaya akan menjadi penghargaan. Contoh ketika ada
perkawinan nih yang duluan siapa ? tukang tenda, hiburan,
pakean seragam, kue kue berartikan ini apa ? berartikan gara
– gara ada event perkawinan, ketika ada event perkawinan
gunanya palang pintu maka tim hadrohnya kepanggil, tim
silatnya tampil, tim palang pintunya tampil, kembang
kelapenya bisa kita adakan. Nah dibayar duitnya, paling
berapa iyakann, nungguin dari pagi sampe selesai acarakan,
paling kali kita bagiin Cuma dapet seratus lima puluh sampe
dua ratus iyakan terus masuk uang kas sisanya, karena
manajemen itu harus kita bentuk.”
Dengan demikian suatu Budaya akan terus beriringan dengan
perkembangan zaman dan nilai ekonomi pun mengiringi.
79
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengacu pada pertanyaan atau perumusan penelitian yang ada
dipendahuluan, maka pada bab ini akan dibahas kesimpulan mengenai
Komodifakasi Budaya: Rekacipta Tradisi Palang pintu Betawi.
Hadirnya festival palang pintu Kemang merupakan bentuk dari
perubahan kemasan budaya atau modifikasi budaya yang dibuat oleh
Sanggar Manggar Kelape, tidaklah semata – mata menghilangkan unsur
– unsur makna yang terkandung didalamnya akan tetapi dapat
menghasilkan suatu inovasi yang baru disebut dengan rekacipta budaya.
Contoh dari rekacipta tradisi dapat dijumpai pada sebuah event besar
yang dinamakan “ festival palang pintu” yang diselenggarakan di daerah
Kemang dan sudah berjalan sampai pada periode ke – 14. Menunjukkan
bahwa hadirnya sebuah festival palang intu kemang pun merupakan
pelestarian budaya dengan memperbaharui fungsi dan tampilan sesuai
dengan berkembangnya zaman khususnya pada daerah Kemang Jakarta
– Selatan, yang dimana saat ini wilayah kemang diduduki oleh
masyarakat ekspatriat dengan ekonomi menengah keatas.
Melalui teori Interaksionisme Simbolik Blumer serta
berdasarkan premis – premis nya sangat relevan dengan perubahan
tradisi palang pintu yang mulanya phanya ada di upacara pernikahan
kini banyak di rekacipta ulang dengan bentuk yang berbeda. Rekacipta
80
yang dibuat ini tidak menghilangkan fungsi dari tradisi pelang pintu
zaman dahulu. Djelaskan bahwa disetiap tahapan palang pintu memiliki
makna simboliknya. Makna simbolik dalam tradisi palang pintu tersebut
tidak semata – mata hadir melaikan bentuk penyampaian nilai moral
yang terkandung, yang kemudian disampaikan melalui simbol – simbol
agar maksud dan tujuan dari respresentasi nya dipahami oleh individu
lain. Selain itu, Orang – orang yang bisa mengubah makna dan simbol
untuk mereka bertindak dan berinteraksi sesuai dengan situasinya.
Dalam hal ini menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang
melakukan interaksi dapat mengubah simbol maupun makna yang sudah
mereka sepakati terlebih dahulu untuk memaknai tindakan dan interaksi
mereka sesuai dengan situasi. Maka saat ini banyaknya pembaharuan
atau rekacipta tradisi palang pintu menjadi suatu hiburan baik dalam
pernikahan maupaun dalam acara – acara budaya lainnya yang
didamana tetap memiliki makna sesuai dengan tradisi awal. Hal tersebut
karena mereka atau masyarakat dapat mengubah makna dan simbol
mereka karena kemampuan mereka dalam berinteraksi, mereka bisa
memilih tindakan mana yang lebih menguntungkan untuk mereka.
Berdasarkan hasil dilapangan menunjukan adanya sebuah
bentuk komodifikasi yaitu dimana adanya transformasi nilai guna atau
nilai fungsi, jasa dan gagasan menjadi suatu nilai jual. Atau dengan kata
lain, nilai guna menjadi nilai tukar yang memiliki keuntungan karena
apa yang mereka berikan kepada kebutuhan pasar. Melalui proses
81
rekacipta budaya salah satu bentuk benda budaya yang dikomodifikasi
pada era globalisasi ini adalah kesenian tradisional. Berkembangnya
industri pariwisata menarik masyarakat atau para pelaku menunujukan
kreatifitasnya di era ekonomi global ini. Berdasarkan Teori
Komodifikasi yang peneliti gunakan dalam menganalisis temuan data
menunjukan fenomena Festival Palang Pintu yang diselenggarakan di
Kemang menunjukan bahwa terdapat suatu bentuk komodifikasi yang
dimana dilakukan oleh aktor pelaksanaan dalam rangka guna
memproduksi budaya sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakaat
pada saat ini yang mengarah pada nilai modernisasi dengan
mendapatkan suatu manfaat serta keuntungan bagi penyelenggara
maupun masyarakat. Bentuk lain dari Komodifikasi dalam kesenian
palang pintu pun kini sudah banyak di gunakan oleh masyarakat yang
tidak hanya digunakan dalam upacara pernikahan adat Betawi
semestinya, juga dalam penyambutan tamu – tamu penting bahkan
dalam peresmian gedung serta acara lainnya yang dimana dibalik acara
tersebut tentunya terdapat suatu nilai komoditas bagi penggiat seni
kesenian palang pintu.
B. SARAN
Dalam penelitian ini, peneliti memberiksan beberapa saran
sebagai bentuk menambah khasanah keilmuan studi Sosilogi Budaya,
sebagai berikut:
82
Dengan hadirnya festival palang pintu ke – 14 di daerah
Kemang nyatanya cukup berpengaruh untuk masyarakat khususnya
pada daerah kemang sendiri, yang dimana daerah Kemang dihuni oleh
ekspatriat. Maka tidak dapat dipungkiri dengan adanya ekspatriat yang
masuk juga membawa budaya luar ke daerah tersebut, tetapi dengan
adanya Sanggar Manggar Kelape menjadikan pondasi dalam
melestarikan dan mempertahankan budaya Betawi diwilayah Kemang.
Peneliti berharap masyarakat juga turut andil dalam meningkatkan rasa
cinta terhadap budaya Betawi ditengah arus globalisasi dan kemajuan
khususnya dalam tradisi kesenian palang pintu.
Peneliti juga menyarankan agar selanjutnya mengenai
kebudayaan Betawi masih amat sangat banyak serta masih amat sangat
menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut baik dalam eksistensi
maupun keunikan lainnya. Salain itu, kearifan lokal budaya Betawi
seperti palang pintu harus terus dipertahankan, fungsinya agar kecintaan
masyarakat terhadap budaya akan semakin tumbuh disetiap warga
jakarta terutama pada generasi muda yang dianggap sebagai aktor yang
berperan melestarikan kebudayaan di masa mendatang. Kebudayaan
Betawi dapat berkembang lewat acara – acara seperti Festival Palang
Pintu. Dengan diadakannya Festival Palang Pintu disetiap tahunnya,
maka dapat disadari akan menyadarkan masyarakat agar cinta terhadap
budayanya sendiri khususnya jakarta yang berlatar belakang budaya
Betawi.
83
Bagi pemerintah pun, diharapkan agar terus mendukung acara
atau festival kebudayaan dalam rangka melestarikan budaya dalam
kemasan festival agar masyarakat dengan suku atau etnis lain serta turis
dapat mengenal kearifan lokal hasil budaya Negara Indonesia, khusunya
ibukota Jakarta.
84
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, Tessaniva, dkk ( 2017 ). Dampak Komodifikasi Terhadap Perubahan
Identitas Tari Topeng Hitam, Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No 2.
Al-Batawi, Zahrudin. 2012. 999 Pantun Betawi. Jakarta: Nur Fiqi.
Anggraeni, Dewi, DKK ( 2019 ). Membangun Peradaban Bangsa Melalui
Religiusitas Berbasis Budaya Lokal (Analisis Tradisi Palang Pintu Pada
Budaya Betawi, Jurnal Studi Al-Qur’an Membangun Tradisi Berfikir
Qur’ani, Volume 15, No 1.
Aryono, Suryono. 1985 Kamus Antropologi. Jakarta, Persindo.
Azizah.R.Reza.2013. Tesis, Representasi Komodifikasi Tubuh dan Kecantikan
dalam Tiga Novel teen-lit Indonesia: The Glam Girls Series, Magister
Kajian Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.
Bachtiar. (2013 ). Buku Panduan Prosesi Adat perkawinan Betawi Buke Palang
Pintu. Jakarta Sanggar Si Pitung Rawa Belong.
Blummer, Herbert, (1969 ), Symbolic interactionism. New Jersey: Harper And
Row.
Burton, Graeme. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer.
Yogyakarta: Jalasutra, 2008.
Castle, L. (1967). “The Etnnic Profile of Jakarta,” Indonesia , Vol III (April).
Ithaca-New-York Cornel University.
Evans, D. S. & P.2004. Das Kapital untuk Pemula, Yogjakarta: Resist Book.
Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi Dan Fokus Group Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Depok: PT. Raja Grafindo Persada
Irianto, Agus Maladi. “ Pencarian Identitas Dan Integrasi Kebudayaan Pada
Masyarakat Multikultural”. Dipresentasikan pada Seminar
Keanekaragaman Budaya Sebagai Perekat Keutuhan Bangsa Menuju
Indonesia Baru. Diselenggarakan Fak. Sastra UNDIP Semarang, 8
September 2015
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta
:Graha Ilmu.
J.R, Raco, 2010 Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan
Keunggulannya, Jakarta: Grasindo.
85
Kaunang Dan Sumilat. (2015). “Kemasan Tari Maengket Dalam Menunjang
Industri Kreatif Minahasa Sulawesi Utara Di Era Globalisasi” dalam
Jurnal LPPM Bidang Ekososbudkum Volume 2 Nomor 1.
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi Sosial dan Budaya. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.
Laksmi. 2017. Teori Interaksi Simbolik Dalam Kajian Ilmu Perpustakaan dan
Informasi. Pustabiblia: Journal of Library and Information Science.
Melinda, Anggi dan Paramita ( 2018 ). Makna Simbolik Palang Pintu Pada
Pernikahan Etnis Betawi di Setu Babakan, Vol. 2, No. 2.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mosco, Vincent, (1996 ) Political Economy of Communication, London: Sage
Publication.
Mosco, Vincent. 2009. The Political Economy of Communication Second Edition.
London: Sage Publications Lt.
Musthofa, As’ad, ( 2012 ). Komodifikasi Kemiskinan Oleh Media Televisi,
Semarang, Jurnal Ilmiah Komunikasi, Volume 3, No 1
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Paramita, sinta ( 2018 ). Pergeseran Makna Ondel – Ondel Pada Masyarakat
Betawi Modern, Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, Volume 1, Nomor 1
Poewadarminta. W.J.S. 2002 , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Pradipta, B. (2005). Posisi Budaya Betawi Dalam Kehidupan Global : Betawi
Hebat dan Pentolan. Jakarta: Betawi Punye Gaye, PSB-UNAS dan Dinas
Dikmenti Prov. DKI Jakarta.
Roswita, devi ( 2013 ). Tradisi Buka Palang Pintu : Transformasi Tradisi Upacara
Menuju Komoditas. Jakarta : Departemen Antropologi, Universitas
Indonesia.
Saidi, Ridwan. 2001. Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat
Istiadatnya. Jakarta : PT. Gumara Kata.
Saputra, Andi Yahya (2009). Profile Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas
Pariwisata & Kebudayaan Prov . DKI Jakarta.
86
Shahab, Yasmine Zaki. Identitas dan Otoritas: Rekonstruksi Tradisi Betawi.
Jakarta : Laboratorium Antropologi FISIP UI.
Sibarani, G. ( 2012 ). Kearifan Lokal Hakikat, Peran,, dan Metode Tradisi Lisan.
Jakarta : Asosiasi Tradisi Lisan.
Siregar, Sista Jenny, Dkk. (2019), Development of Palang Pintu As an Edutaiment
in Venetie van java (Batavia). Jakarta: Departemen of Home Economics,
Universitas Negeri Jakarta.
Soekanto, Soerjono, ( 1993 ), Kamus Sosiologi . Jakarta: Raja Grafiindo Persada.
Soekanto, Soerjono, (2001 ), Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafiindo
Persada.
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi Simbolik, Perspektif Sosiologi Modern.
Yogyakarta: Averpes Press dan Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suparlan, Parsudi. (2004). Hubungan Antar Sukubangsa. Jakarta: penerbit KIK
Press.
Suryani, Ita dan Sagianto ( 2017 ). Strategi Komunitas Betawi Dalam
Mempromosikan Tradisi Palang Pintu (Studi Kasus Pada Event Festival
Palang Pintu XI ). Jurnal Komunikasi, Volume VIII, Nomor 2.
Suswandari. (2006 ). Pemahaman Sejarah, Budaya Dan Kearifan Lokal Etnik
Betawi Pada Guru Sekolah Dasar Di Wilayah DKI Jakarta. Jakarta.
Suwardi, Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta, Pustaka Widyatama.
Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI.2012. Ragam Seni Budaya Betawi.
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Wallach, J. (2014). Komunikasi dan Komodifikasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
xiii
LAMPIRAN 1
Pedoman Wawancara
Indikator Palang Pintu :
1. Menurut anda tradisi atau kesenian palang pintu itu apa sih ?
2. Menurut anda apakah tradisi atau kesenian palang pintu dahulu dengan yang
saat ini (zaman sekarang ) ada perbedaan tidak ?
3. Apakah ada sambungannya antara nilai kebetawian dengan melayu seperti
yang kita ketahui Indonesia ini suku – suku melayu banyak ?
4. Menurut anda, adakah makna yang terkandung dari suatu tradisi palang
pintu ? apakah dimasing – masing tahapannya ada makna yang terkandung
?
5. Menurut anda adakah yang berbeda antara prosesi palang pintu yang
dilaksanakan pada pernikahan digedung dengan dirumah ?
6. Selain pada acara pernikahan tradisi palang pintu biasa digelar dalam acara
apa saja ? sebutkan dan jelaskan.
7. Melihat dari segi sejarahnya, kan urutan itu dari bunyi petasan, sampai
pengantin pria mencium tangan orang tua perempuan. (didalam buku
bachtiar h; 5 – 6 ) kemudian pada saat ini, urutannya ada yang hilang tidak
? kemudian kelengkapan dan seserahannya masih tetap sesuai dengan
panduannya tidak ?
8. Eksistensi tradisi atau kesenian palang pintu pada saat ini menurut anda
seperti apa ? masih bertahan apa justru redup ?
9. Menurut anda, masyarakat masih menggunakan tradisi palanh pintu dalam
pernikahan adat betawi ?
10. Untuk menggunakan tradisi palang pintu dalam upacara pernikahan betawi
kisaran harganya berapa ?’
11. Apakah sanggar ini masih terus melestarikan kesenian palang pintu ?
xiv
12. Dalam memainkan tradisi atau kesenian palang pintu ini ada kriteria yang
dikhususkan tidak ?
13. Menurut anda bagaimana usaha yang dilakukan anda sebagai generasi muda
untuk tetap melestarikan kesenian palang pintu ?
14. Menurut anda, tradisi atau kesenian palang pintu saat ini merupakan hiburan
atau memang sebuah prosesi adat istiadat?
15. Sebenarnya tradisi palang pintu diadakan sebelum ataupun sesudah akad
menjelang resepsi ?
Indicator Festival Palang Pintu Kemang
1. Event palang pintu kemang ini awal mula diadakan pada kisaran tahun
berapa ?
2. Alasan yang mendasar sanggar manggar kelape menciptakan event besar
seperti Festival palang pintu kemang ?
3. Apa yang membuat event ini bertahan sampai pada pelaksanaan tahun yang
ke 14 ?
4. Kenapa event ini dinamakan festival palang pintu ?
5. Sasaran dari festival palang pintu kemang ini kepada siapa ?
6. Apakah dari dinas kebudayaan ataupun pemprov DKI mendukung festival
palang pintu kemang ?
7. Apakah ada kerjasama dengan instasi ataupun organisasi lain dalam
membangun event besar ini ?
8. Menurut anda, perbedaan tradisi kesenian palang pintu dengan festival
palang pintu apa ? apakah terdapat makna yang berbeda ?
9. Membutuhkan sanggar – sanggar lain engga terkait sama pengenalan
sanggar ini ataupun eventnya ?
10. Menurut anda, apakah fungsi dari terselenggarakannya festival palang pintu
kemang ?
11. Event festival palang pintu inikan diselenggarakan dikemang. Kenapa lebih
memilih kemang sebagai tempat terselenggarakannya event tersebut ?
apakah ini dinamakan strategi untuk menarik masyarakat ?
xv
12. Sejarah dari eventkan awalnya dari perlombaan ya ? kira – kira makin kesini
itu semakin memperkenalkan atau justru menghilang ?
13. Masuk dalam festival palang pintu apakah dikenakan biaya ?
14. Dalam event ini diadakan lomba – lomba kesenian betawi ? contohnya
apasaja ?
15. Untuk pendaftaran lomba dikenakan biaya berapa ?
16. Adapun hadiah dalam perlombaan kesenian palang pintu apa ?
17. Media massa baik cetak maupun elektronik kan mempublist even ini ?
bagaimana strategi sanggar manggar kelape ini untuk membuat event ini
menjadi acara besar yang memiliki nilai budaya yang disorot untuk media
massa ?
18. Dalam event inikan pastinya membutuhkan dana yang cukup banyak untuk
dapat diselenggarakannya. Kalo boleh tau dana yang diperoleh melalui
proposal yang diajukan kemana saja ?
19. Dana yang terkumpul melalui proposal dialokasikan untuk apasaja dalam
event tersebut ?
20. Menurut anda sebagai generasi muda, bagaimana caranya untuk
mempertahankan serta melestarikan tradisi kesenian palang pintu selain
melalui event festival palangh pintu itu apa ?
21. Menurut anda sebagai salah satu penyelenggara festival palang pintu ini
terdapat keuntungan tidak baik moril maupun materil ?
22. Apakah anda setuju bahwa budaya saat Ini melekat dengan nilai ekonomi ?
23. Strategi yang dilakukan sanggar manggar kelape dalam menarik
pengunjung dalam festival palang pintu kemana ?
xvi
Instrumen Golok Si Rajut
1. Pada festival palang pintu ke – 14 kan ada yang beda nih dari golok event
yang sebelum nya. Terdapat ornamen Golok terbesar. Yaitu golok si rajut.
Golok sirajut ini sebenarrnya apa ?
2. Makna atau arti khusus dari golok sirajut ini ?
3. Apakah di festival yang akan mendatang menciptakan ?
4. Untuk membuat golok si rajut membutuhkan waktu berapa lama ?
5. Siapa yang mulanya memberi ide untuk pembuatan Golok si rajut ?
6. Apakah pembuatan golok si rajut membutuhkan dana yang besar juga ?
7. Bagaimana antusiasmen dari masyarakat terkait dengan golok si rajut yang
dipamerkan pada festival dan disetu babakan ?
8. Mengenai golok si rajut, itu perjalanan nya seperti apa sampai bisa di
murikan. Apakah ada tujuannya ?
xvii
Informan 1
Nama : Bpk. H. Buchori SH.MH
Usia : 56
Status : Bidang Teknis Informasi Kebudayaan Kampung Setu
Babakan / Ketua Bidang Pariwisata Dan Kebudayaan Bamus
Betawi
Hari / Tanggal : Minggu / 13 – 10 - 2019
Waktu / Tempat : 18.30 / Kediaman Bpk. H Buchori
Peneliti : apa yang bapak ketahui mengenai tradisi kesenian Palang Pintu ?
Informan : sejarah dari palang pintu ini dulu itukan di Betawi pada setiap plosok
dan pada setiap kampung ada jawaranya, ada jagoannya, jadi mana
kala orang itu melancong dalam istilahnya ya kalo sekarang itu
ngapel gitu ya suatu lokasi, suatu kampung atau suatu desa itu
disono ada jagoannya gitu loh. Itu sejarah palang pintu. Jadi
biasanya ketika orang dateng ke suatu kampung ada jawaranya dan
orag yang dateng itu, yang dateng ngelancong ngapelin di kampung
itu dia harus bisa maen pukul jadi harus bisa ngejatohin , ngalahin
xviii
jawaranya sono sehingga itu digambarkan pada satu tradisi besan
dan besanan itukan biasanya pihak laki – laki nih besan kepada pihak
perempuan untuk mana kala itu mempertemukan antara pengantin
laki – laki dengan pengantin perempuan untuk nantinya
disandingkan dipelaminan nantinyakan. Nah itu sebelum dia masuk
kesitu biasanya ada palang pintu gitukan. Palang pintu itu manjadi
satu syarat pihak pengantin laki – laki ini untuk bisa meminang atau
bisa menikahi atau mengawinkan gadis dari pada desa tersebut jadi
itu merupakan salah satu prasyarat itu dulu. Jadi disimbolkan bahwa
dia sudah bisa menaklukkan jawara atau jagoan dikampung itu.
Makannya itu merupakan simbol laki – laki bahwa calonnya itu
bahwa secara lahiriyah, secara fisik sudah bisa melindungi istrinya
dari kan jaman dulu itukan banyak orang jahat ya artinya banyak
rampok, banyak juga yang merebut istri orang dizaman si Pitung
itukan jadi apa namanya. Nah begitu orang betawi menikahi
perempuan dan dia diyakini bahwa udah bisa jaga keamanan,
keamanan istrinya. Keluarganya karena beladirinya juga mampu dia
itu dalam hal tadi maen pukul atau silat.
Peneliti : yang bapak lihat palang pintu pada zaman dahulu dengan zaman
sekarang ada perubahan atau tidak ?
Informan : sesuai dengan peraturan daerah Nomer 4 tahun 2015 tentang
pelestarian budaya betawi kemudian di perda 4 2015 pak Gubernur
juga mengeluarkan peraturan gubernur nomer 229 Tahun 2016
tentang pelaksanaan budaya betawi artinya segala aktivitas dan
kaitannya mengenai Betawi diangkat kepermukaan. Nah festival
palang pintu itu merupakan Budaya betawi yang diangkat
kepermukaan untuk dijadikan festival dikenali kepada masyarakat,
disosialisasikan kepada masyarakat, diperkenalkan secara utuk
kepada lapisan masyarakat untuk dicintai oleh masayarakat baik
generasi muda atau generasi saat ini yang akan berada pada
zamannya gitu. Hal itu memperkenalkan untuk melestarikan dan
mengembangkan Betawi dalam bentuk festival sekarang dirayakan
dan difestivalkan sesuai dengan peraturan daerah Nomer 4 tadi.
Peraturan daerah nomer 4 tahun 2015 tadi tentang pelestarian
budaya betawi nah peraturan 229 tentang pelaksanaan budaya
betawi makannya banyak sekarang orang yang menadakan festival
bukan hanya pada festival palang pintu. Festival pencak silat,
festival Betawi segala macem dalam bentuk festival memang dalam
xix
rangka melestarikan dalam rangka mengambangkan dan
memperkenalkan budaya betawi.
Peneliti : yang bisa dilihat sekarang bahwa tradisi palang pintu mengikuti
perkembangan atau tidak ?
Informan : ya kalo ikut perkembangan zaman itu pasti karenakan dapat dilihat
dari segi pantun – pantunnya. Patun – pantun yang sekarangkan
pantun – pantun modern yang anak – anak bawain itu terutama
dalam segi pantunnya yang dari segi humornya yang itu juga udah
pasti mengikuti perkembangan zaman dan itu selalu pasti
pertanggung jawaban orang menjadi segan. Kan kaya pantunnya itu
biasanya kaya “woy kemana lu rame – rame gua kira mau demo “
nah itukan salah satu jaman dulukan engga ada seperti itukan tapi
sekarangkan ada pantun – pantun seperti itu yang mengikuti
perkembangan zaman kondisi saat ini yang biasa disebut aktual
sehingga dari masyarakat engga bosen tapi dalam hal pakemnya
artinya mengadu jago masih kaya dulu dalem artian satu lawan satu
masih seperti itu.
Peneliti : seperti yang diketahui bahwa Indonesia ini banyak berlatar belakang
melayu, seperti yang diketahui bahwa betawi sendiri bisa dibilang
menganut latar belakang melayu, apa yang menciri khaskan bahwa
tradisi palang pintu ini dengan tradisi melayu lainnya ?
Informan : jadi gini emang budaya betawi itu memang merupakan akulturasi
budaya, akulturasi budaya yang dalam artian merupakan
percampuran dari budaya budaya terutama pada melayu, arab dan
cina. Budaya betawi merupakan akulturasi, percampuran yang lahir
dari berbagaimacam budaya – budaya itu sehingga lahirnya budaya
betawi. Yang membedakan antara budaya betawi khususnya palang
pintu kepada budaya – budaya lain mungkin ada seperti misalnya
dilombok dilombok itu biasanya kalo gasalah namanya penyamun
artinya kalo dilombok itu ada istilahnya seribu masjid seribu
penyamun yang biasanya kalo dia itu melamar gadis itu dengan cara
membawa lari anak gadis orang baru nantinya dia bisa dinikahkan
gitukan, tradisi buat masyarakat Lombok yang membedakan dengan
budaya betawi ini mungkin dia tidak bisa terlepas dari tradisi agama
jadi setiap budaya betawi itu musti dia berpedoman ataupun
berpatokan dengan nilai – nilai agama yang kita ambil dari sisi
keagamaan untuk palang pintu yang pertama bahwa menjaga diri
dan keluarga itu bahwa kewajiban laki – laki muslim dalam ajaran
xx
agama jadi menjaga dirinya dan keluarganya berdasarkan nilai
agama itu adalah wajib. Mempertahankan diri dan mempertahankan
harta itu merupakan nilai dari pada agama yang melekat. Dalam hal
palang pintu ini yaitu tadi bahawa ia mampu mengamalkan nilai-
nilai agama dalam rangka mempertahankan diri, membela
keluarganya dan juga mempertahankan harta gitukan, melekatkan
dengan ajaran – ajaran agama yang disampaikan itu mungkin dari
sisi yang dapat membedakan betawi dengan budaya – budaya lain
yang pastinya ada pemikiran ataupun peran dari agama sebagai
bentuk gambaran untuk menghadapi kehidupannya. Kalo yang tadi
itu ada istilahnya dilombok ada seribu masjid seribu penyamu yang
kondisinya adalah membawa kabur calon istinya atau pasangannya
kalo dibetawi malah justru memperlihatkan sisi kejagoannya atau
main pukulnya yang artinya sudah sanggup ni untuk
mempertahankan anak gadis kamu yang nantinya saya bawa gitukan
dan akan saya jadikan istri nah itu kita sudah menunjukkan
kemampuan kita didepan calon mertua bahwa kita udah mampu
menjaga anak nya dia nantinya.
Peneliti : di tradisi palang pintu sendirikan memiliki beberapa tahapan apakah
ada makna yang terkandung dari setiap tahapannya ?
Informan : kalo tahapan pertama kaya petasan itukan akulturasi dari budaya
cina sebenernyakan, artinya dibetawi itukan musti ada petasan, ada
sikkeh, ada main silat. Kalo petasan tadi itu merupakan akulturasi
dari cina itu tadi ya fungsinya dari petasan ini sebenernya untuk
mengumpulkan orang kaya bahasa nya “ woy gua ada acara ni” gua
ada acara ni kata orang betawi kalo dia manggil satu – satu itukan
sulit kan kalo betawi sampe pelosok kampung itukan kedengeran
itukan berarti penanda dan nantinya bakal dateng tuh dari kampung
– kampung laen itu awalnya dicina itu manggilnya pake petasan.
Kan nantinya orang – orang pada dateng apalagi ramekin adanya
palang pintu nantinya. Kemudian kalo dari silatnya sendiri itu lahir
memang dari kebudayaan betawi artinya setiap jengkal langkah
itukan musti dipertahankan tanah kita sebetulnya dari penjajahan
kita dilatih skill itu adalah mengaji dan silat, main pukul memang
sebenernya orang betawi itu kudu bisa silat, mengaji, sembayang
itukan merupakan 3 ajaran orang betawi dulukan. Ngaji disini
dengan makna yang luas bukan hanya ngaji baca alqur’an tapi ngaji
membaca dari seluruh yang dia hadapi baik itu dari tertulis maupun
tidak tertulis artinya itu ilmu pengetahuan maupun yang lain – lain.
xxi
Dia membaca itu ngaji bukan semata – mata mengaji tapi mengaji
itu mempelajari kondisi disekelilingnya baik itu dari ilmu agama
maupun ilmu dunia. Nah kalo sikeh itukan isinya syair – syair arab,
sholawat yang merupakan akulturasi dari Arab dalam hal keimanan
dari calon menantu itu sejauh mana dia bisa mengamalkan ajaran
agamanya melalui syair – syair tadi dalam bentuk sikeh jadi 3
budaya betawi itu dari situ cina, arab dan melayu.
Peneliti : di suatu pernikahan betawi kan ada yang dirumah dengan digedung,
adakah perbedaan prosesi palang pintu dari masing – masingnya?
Informan: orang betawi pada dasarnya itu engga mengenal nikahin anaknya
itu digedong sebenernya, orang betawi itu nikahin anaknya pasti
dirumah Cuma karena perkembangan budaya yang terjadi dan
dipengaruhi dari rumah yang sempit –sempit akhirnya dia bikin
acara digedung. Untuk perayaan palang pintu atau dalam rangka
prosesi pernikahan itu tetap artinya palang pintu itu tetep seperti itu
pakemnya artinya penganten itu tetep engga ada yang berubah Cuma
tempat dalam bentuk penyampaian pagelaran palang pintu sama aja.
Peneliti : zaman dahulukan palang pintu ini semata – mata hanya digunakan
sebagai tradisi pada perkawinan masyarakat betawi, sekarang selain
digunakan dalam perkawinan palang pintu ini bisa digelar dalam
acara apasaja ?
Informan : palang pintu itu bisa menyambut tamu – tamu terhormat disambut
denga upacara palang pintu misalnya ada pembesar dalam hal ini
misalnya orang yang dihormati dateng kesebuah kampung atau
sebuah acara itu untuk menghormati itu dilakukan acara yang
namanya palang pintu jadi tidak hanya dari pernikahan aja jadi juga
bisa untuk meyambut kedatangan tamu terhormat juga bisa.
Peneliti : ada tidak perubahan dari setiap tahapan palang pintu dizaman
sekarang ?
Informan : dalam setiap tahapan si engga ada yang berubah dan dia tertib
terutama tadi petasan dan kedua dia berbalas pantun yang ketiga itu
dia main silat dan sikehkah barudah dia buka palang pintu dan engga
ada tahapan yang berbalik balik dan dia bisa di bilang tertib ya.
Peneliti : dari segi eksistensinya tradisi atau kesenian palang pintu menurut
bapak seperti apa ? masih bertahan atau justru redup ?
xxii
Informan : masih bertahan malah justru betambah dan berkembang karena
sekarang ini palang pintu ini tidak hanya dilakukan pada saat
pernikahan. Itu saat sunat aja sekarang anak kecil pake palang pintu,
tamu kehormatan dateng pake palang pintu juga, acara festival juga
menggunakan palang pintu gitu malah makin berkembang dengan
fenomena saat ini.
Peneliti ; masyarakat betawi menurut bapak saat ini masih banyak yang
menggunakan tradisi palang pintu dalam pernikahan adat betawi ?
Informan : ya karena disamping juga itu pemerintah juga sudah membuka
peluang besar dengan adanya suatu peraturan daerah maupun
peraturan Gubernur ada lagi peraturan Gubernur tentang icon
budaya betawi nah itu juga mandorong eksistensi dari pada betawi.
Peneliti : menurut bapak tradisi atau kesenian palang pintu saat ini merupakan
hiburan atau justru memang sebuah prosesi adat istiadat ?
Informan : jadi disamping itu menjadi prosesi adat istiadat juga bisa dijadikan
hiburan dikarenakan dalam isi pantun – pantun itu kita dihibur
dengan isi pantunnya ya disamping nasihat juga menghibur, jadi dia
tidak lepas bahwa dia merupakan prosesi adat iya tapi juga dikatakan
bisa jadi hiburan juga iya. (palang pintu sebagai hiburan)
Peneliti : sebenarnya prosesi palang pintu ini dilakukan sebelum ataupun
sesudah akad menjelang resepsi ?
Informan : itu dilakukannya menjelang resepsi ya dari dulu.
Peneliti : jika melihat dari segi palang pintu yang sekarang lebih kepada anak
– anak muda yang memerankan, apa tanggapan dari penglihatan
bapak ?
Informan : anak – anak ataupun remaja itu jugakan merupakan estafet penerus
generasi yang sebelumnya. Jadi generasi sesudahnya ya artinya kalo
kemaren itu dia yang melakukan itu adalah engkongnya atau
kakanya sekarang adenya. Itu dalam rangka pelestarian budaya juga
ujung – ujungnya ya, supaya budaya betawi dalam hal palang pintu
dicintai oleh seluruh lapisan umur mulai dari anak – anak sampai
dewasa bahkan engkong – engkong artiannya meratalah ya
menganai palang pintu. (regenerasi palang pintu)
Peneliti : menurut bapak seperti apa saat ini cara untuk melestarikan tradisi
palang pintu ?
xxiii
Informan : ya cara untuk melestarikan tradisi palang pintu itu baik dimasyarakat
ataupun dalam perangkat daerah dalam hal ini pemerintah itu
memang harus sama – sama memahami tentang ada kesempatan
dengan dilahirkannya tentang peraturan daerah nomer 4 itu
diberikan kesempatan yang sangat luas kepada warga ataupun
satuan kerja dalam pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan –
kegiatan yang bersifat kebudayaan betawi itu dalam hal ini palang
pintu, jadi baik masyarakat maupun pemerintah daerah bahwa
kegiatan palang pintu ini sudah diberikan kesempatan yang begitu
luas makannya ada festival palang pintu biasanya di kemang ataupun
didinas – dinas yaitu dalam rangka pelestariannya.
Peneliti : fenomena yang terjadi saat ini dijakarta ataupun kota lainnya banyak
mengelar sebuah festival betawi, hal ini menurut bapak suatu
fenomena yang mengarah kelebih yang positif lagi atau tidak ?
Informan : ya kalo festival itu pastinya mengarah kearah yang lebih positif dan
membangunkan gairah bagi para anak – anak muda untuk mencintai
budayanya dan festival itukan biasanya dia mempunyai suatu
tahapan – tahapan biasanya dia menang disuatu festival ini dan dia
bisa mewakili festival yang lebih bergengsi. Setelah mereka menang
disuatu festival dia bisa diangkat lagi bisa mewakili budaya kita
keluar misalnya keluar negeri. Itu berarti suatu hal yang amat sangat
positif ya artinya ya memang sangat bagus gitukan.
Peneliti : setuju atau tidak kalo dibilang bahwa budaya pada saat ini bisa
menghasilkan nilai ekonomi ?
Informan : ya pasti, jadi budaya itu bisa menghasilkan ekonomi contohnya kalo
palang pintu biasnya itu juga dikasih uang lelahkan dan bisa
menambah kocek kantong mereka untuk biaya hidup. Kemudian
juga kalo dia ada festival – festival dan itu juga merupakan
penambahan juga buat mereka para pencinta budaya.
Peneliti : seperti yang diketahui bahwa didaerah kemang ada festival yang
bernama festival palang pintu dan bahkan sudah menggelar yang ke
– 14 tahun, menurut penglihatan bapak dengan fenomena seperti ini
seperti apa ?
Informan : ya bagus, jadinya begini bagus nya itukan festival kemang ada juga
festival condet, ada festival babakan, kaya ada juga festival jalan
jaksa gitu, kemudian ada festival banyaklah festival itu merupakan
xxiv
semuanya itu harus kompak dan seluruh wilayah harus didukung
dengan adanya pelestarian budaya.
Peneliti : menurut bapak dengan adanya festival budaya betawi sendiri apakah
bisa dibilang berkembang dengan arus perkembangan zaman yang
terjadi ?
Informan : ya jelaskan yang saya udah bilang tadi bagaimana budaya bisa
dibilang harus ngikutin zaman yang berkembang juga. Kalo kita dari
budaya mau tetep eksis dan berkembang juga ya kita harus ngikutin
gitu apa yang menjadi trand saat ini. Istilahnya mah ya apa yang laku
dan apa yang bisa kita pertontonin ke masyarakat.
Peneliti : dengan adanya festival dari masing – masing sanggar diJakarta
sendiri merupakan bagian dari persaingan atau memperkenalkan
sanggar itu ?
Informan : kalo misalnya ada festival pada tiap – tiap sanggar itu itu dia
memperkenalkan keberadaanya disamping dari tadi sanggar –
sanggar bukan suatu persaingan bukan dan itu untuk
memperkenalkan sanggar – sanggar mereka.
Peneliti : berarti dari sisi pemprov DKI sangat mendukung degan adanya
suatu festival yang digelar di masing – masing daerah baik festival
palang pintu kemang dan lainnya ?
Informan : ya yang tadi dibilang bahwa dari sisi pemerintah amat sangat
mendukung dengan adanya suatu program festival ini. Apalagi
seperti dikemang sendirikan yang mayoritas dari kelompok elite
masih bisa dan masih memperkenalkan budaya betawi sendiri.
Apalagi festival ini sudah berlangsung amat sangat lama selama 14
tahun itu, pasti Gubernur juga amat sangat antusias dengan adanya
festival ini dan juga pastinya media juga mancari festival seperti ini
dan juga nantinya bakal menjadi keangkat dan kelestariannya tetap
terjaga.
Peneliti : Dengan adannya festival palang pintu menurut bapak ada makna
yang bergeser tidak ?
Informan : kalo makna yang bergeser itu pasti dan lebih kepada hiburan
sekarang kalo dulukan lebih kepada betul – betul menjadi suatu
syarat dan harus dan sekarang lebih menjadi hiburan yang
dipertontonkan.
xxv
Peneliti : berarti dengan adanya suatu festival betawi bukannya malah
menghilangkan makna yang tersirat malah menjadikan sebagai
pelestarian yang akan dikenal dengan suatu lapisan masyarakat ?
Infoeman : Ya dengan adanya sebuah festival ini budaya dari palang pintu tidak
serta – merta berubah yang berubah ataupun bertambah ya bisa
dibilang bisa dinikmati sebagai suatu hiburan yang akan dikenal
dengan masyarakat yang menontonnya. Dan akan memperkenalkan
budaya betawi bahwa budaya betawi itu sangat menghormati orang
lain. Dan palang pintu ini juga tidak ada bukti secara tertulis kapan
palang pintu ini muncul karena palang pintu ini merupakan budaya
turun temurun dari nenek moyang kita dulu, mungkin sebagian
orang juga beranggapan bahwa yang memperkenalkan budaya
palang pintu ini adalah dari zamannya jagoan betawi kita dulu yang
bernama Si Pitung itu. (awalmula palang pintu tidak ada bukti
tertulis)
xxvi
Informan 2
Nama : H.Edy Mulyadi, S.Ag
Status : Ketua / Pemilik Sanggar Manggar Kelape
Hari / Tanggal : Senin / 15 – 07 – 2019
Waktu / Tempat : 15.30 WIB / Sanggar Manggar Kelape
peneliti : Maaf Sebelumnya saya berhadapan dengan bapak siapa ?
informan : Kebetulan hari ini kamu berhadapan dengan ketemu dengan pak haji
Edy Mulyadi Murthado sebagai ketua yayasan padepokan manggar
kelape penggerak juga pencetus festival palang pintu dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2019.
Peneliti : Sejak kapan bapak mendirikan sanggar ini ?
xxvii
Informan: Nah jadi gini ya cerita festival palang pintu ini berawal dari
berdirinya padepokan manggar kelape, berawal dari mana ? berawal
dari keprihatinan kita terhadap budaya, khususnya dikemang.
Kemang ditahun 2000-an itu tuh dikatakan ekspatriat, ekspatriat itu
tuh orang – orang dari luar negeri tuh seneng menetap dikemang.
Ketika mereka datang kemari mereka membawa budayanya dan
dikemang sendiri difasilitasi dengan apa kebutuhan mereka, ada
kafe, ada butik , dan lain sebagainya. Sehingga dampak secara
pengaruh mereka mempengaruhi dikarenakan mereka membawakan
budaya mereka masing – masing dan dilihat oleh masyarakat disitu
ada pergeseran dimasyarakat Nah sebagai masyarakat kemang asli
kita berfikir bahwa budaya harus dilawan dengan budaya “assaqofah
bi saqofah’’ kalau bukan kita siapa lagi, memang kita sadar bahwa
kita gaakan kuat menahan arus budaya globalisasi yang sangat luar
biasa ya ditengah – tengah masyarakat perkotaan ini . Akhirnya kami
bersama teman – teman itu saya membikin suatu pergerakan yang
namanya pelestarian seni budaya yang dengan dakwah lewat budaya
dengan dasar kepalanya padepokan manggar kelape pas bertepatan
pada tanggal 5 mei 2005 kita bentuklah padepokan manggar kelape.
Peneliti : nah lalu pak, gimana awal mulanya sanggar manggar kelapa sampai
saat ini terus berkembang?
Informan : Kita awali pertamanya dengan penghijauan. pohon – pohon tua yang
disana itukan simbol Jakarta ini dulu itukan namanya pohon –
pohonkan, ada pohon benda, kedurenan, rambutan dan sebagainya,
setelah itu saya bikin suatu budaya betawi yang memang orang suka
seperti silat tradisional setelah silat tradisional kita bikin dan dengan
ciri khas silat – silat betawi disini. akhirnya kita kembangin mulai
ada tarinya. Ada tari dan mulai juga ada hadrohnya iyakan, ada
kulinernya Dan sebagainya. Nah dalam membentuk ini kita tidak
hanya membikin rumah tetapi kita membuat legalitas formal. Nah
maka kita harus mempunyai legalitas formal yang namanya yayasan
padepokan manggar kelape.
Peneliti : oh gitu ya pak perkembangannya, lalu ada pondasi yang menguatkan
agar sanggar ini tetap berkembang ?
Informan : Nah dibawahnya ada padepokan seni budaya betawi manggar
kelape nah kita memiliki visi yang dimana adalah visi kita
menciptakan masyarakat betawi yang cinta terghadap budaya nya ini
nah ini visi kita nih yang membuat masyarakat yang cinta terhadap
xxviii
budayanya itu bagaimana. Yang kedua adalah menciptakan
masyarakat betawi itu cinta terhadap budayanya iyakan. Nah maka
kami bikin misinya yaitu adalah pertamanya adalah dakwah lewat
seni nah kami berharap mendapatkan kekuatan pahala maka kita
dakwah lewat seni tetapi dibaeahnya ada penguatan kaya penguatan
aqidah, penguatan akhlak, penguatan ke bahasaan dan keterampilan.
Peneliti : kemudian pak melestarikan budaya Betawi dalam sanggar manggar
kelape bagaimana ?
Informan: melestarikan seni budayanya dengan melestarikan seni budayanya
kita disini kita ada kelasnya bahkan ada kegiatan – kegiatan
sosialnya kaya silat, tari, kreativitas , music religi gitukan, sosial dan
sebagainya. Nah baru kita yang ketiga adalah menghidarkan anak –
anak dari narkoba. Kenapa, ketika anak – anak sibuk tadi yaa
peradaban yang luar biasa mempengaruhi dari pada masyarakat kita
akhirnya ketika mereka sibuk maka mereka terhindar dari narkoba.
Kita berkerjasama dengan anti narkoba Jakarta selatan, BNN Jakarta
selatan.
Peneliti : selain menghindari anak – anak dari narkoba, mencintai budaya
gasih pak tujuan lain dari sanggar manggar kelape ini ?
Informan : Nah Motto kita adalah agama kita gali, ilmu kita korekin silat dan
seni kita lestariin nah inilah menjadi dasar utama ketika mereka ada
di masyarakat. Nah dari kegiatan ini kitapun membentuk suatu rasa
yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Yaitu apa ? masyarakat dapat
merasakan, mempunyai rasa kebanggan dan rasa bahwa kehadiran
manggar kelape bisa dirasakan masyarakat. Anak – anak yang
mempunyai kegiatan, kampong kita rapihin, semuanya
keangkat,baik tingkat rt keangkat, rw keangkat, lurah, kecamatan
keangkat, karena apa ? karena disini ada kegiatan, kegiatan yang
tidak dimiliki oleh wilayah – wilayah lain yang dimana kita melihat
dampak daripada partisipasi dari masyarakat dan dari badan anti
narkoba dan kita membangun dari dasar kebersamaan.
Peneliti : kemudian, belajar di sanggar ini ada syarat khusus atau biaya gitu
pak?
Informan : Secara pribadi tidak dipunghut anggaran ini karena gratis disini dan
Alhamdulillah selama 16 tahuin yaa mangar kelape ini memberikan
yang terbaik bagi masyarakat dan ada seribu lebih murid kita dan
alumni – alumni kita dan ada 300.
xxix
Peneliti : banyak banget ya pak muridnya, berarti memiliki pengaruh besar
manggar ini ke masyarakat ya pak ?
Informan: Nah Inilah kita bangun supaya apa ? ya supaya masyarakat ini bener
– bener merasakan kehadiran padepokan manggar kelape ini. Nah
kita bikinlah yang namanya kepengurusan anak – anak muda semua
yakan, yang tua – tua kita jadikan penasehatnya. Anak – anak bukan
hanya dari kampung ini saja tapi juga ada anak – an ak yang dari
kampung tetangge misalnya dari cipete, kelurahan cipete,yang dari
kedurenan, cilandak / kelurahan cilandak dari mampang sendirikan
dan sebagainya. Jadi masyarakat yang belajar kemari, menutut ilmu
disini dan dampak dari pada ini, orang tua ini merasakan ketidak
khawatiran perkembangan anak – anaknya dan lebih besar lagi
ketika disekolah – sekolah itu muncul ekskul itu yang anak –
anaknya yang punya talenta maka sudah terbentuk dari sini biasanya
apa kaya semacam pelatihan yang bisa belajar tari dari manggar
apasih silatnya dari manggar
Peneliti: kemudian event palang pintu kemang itu kan awal mulanya dari
sanggar manggar kelape ya pak?
Informan: kita bikin event – event yang terbesar kita yaitu bagauimana caranya
biar kita memiliki suatu karya maka kita membuat festival palang
pintu ditahun 2005 itu kita bikin yang waktu itu tu fauzi bowo masih
jadi gubernur membukanya kita masih indoor dibelakang sono
hanya masyarakat yang diundang, setelah itu kita perkenalkan
secara outdor terbuka kita tutup jalan sepanjang 1 km disitu ada
stand – stand bazar disitu ada acara - acara. ada pengenalan terhadap
budaya, edukasi kreativitas kita bangun ukm , hiburan dan
sebagainya, ini perkembangan tahun demi tahun kita tingkatkan
mutu kualitas festival palang pintu ini dengan adanya budaya
nasional kita tuangkan kaya ada tari –tarian jawa, papua, bali iyakan
jawa barat dan sebagainya. Itu kita tingkatkan lagi berupa kreativitas
masyarakat mulai ada band nya dan sebagainya terus kita tingkatkan
lagi ada pengenalan budaya internasional kaya mulai ada tarian
india, tarian turki dan sebagainya. Itu juga ada brazil dan sebagainya
Peneliti: gimana caranya event ini tuh namanya semakin besar pak sebagai
event budaya betawi?
Informan: nah perkembangan – perkembangan ini tidak sama antar tahun
sebelumnya dengan tahun sebelumnya lagi disini selalu meningkat
dari seriap tahunnya. Biar apa ? biar masyarakat ini menemukan
xxx
iniloh budaya kita ini banyak karena yang kita tampilkan dari
seluruh budaya ini masuk pada sub nya misalnya secara kulinernya
disitu kita perkenalkan, karakter kulinernya secara fasionnya
pakaiannya jadi dia tau oh iniloh pakaian cimo, oh ini pakaian
demang, oh ini pakaian pangsi, oh ini pakaian sadariah secara
bahasanya yang mereka disini dengan bahasa lepas betawinya secara
ornament – ornament nya, simbol –simbolnya oh ada ondel – ondel,
oh ada kembang kelape secara hiburannya ada musik nya dan
sebagainya. Jadi pada hari itu masyarakat melihat tentang iniloh
budaya betawi yakan dengan keragamannya, dengan eemm apa
sesuatu yang memang selama ini mereka tidak berikan tetapi ada
disini ada dengan simbol – simbolnya.
Peneliti: oh gitu ya pak, keunikan yang event palang pintu tahun ini apa pak?
Dibandingkan tahun – tahun sebelumnya
Informan: Nah Alhamdulillah dengan dinamika politik, budaya itu kita jadikan
suatu pemersatu buat masyarakat Jakarta sehingga event terakhir
kita itu. Ketika konsulasi politik luar biasa maka kita mencoba
membikin suatu jalan tengah supaya masyarakat melupakan yang
sudah – sudah. Maka kita bikinlah si rajut, golok itulah sebagai
simbol karya kita yang dimana untuk menyatukan. Jadi festival
palang pintu ini hanya bukan buat hiburan, ekonomi, edukasi tetapi
ada muatan untuk menyatukan bangsa, menyatukan masyarakat
secara lokal dan secara internasional.
Peneliti: bapak bisa jelasin gak bagaimana awal mulanya tercipta Golok Si
Rajut?
Informan: kan bulan april kemaren kan kita pesta demokrasi, nah kita disini
bikin si rajut untuk merajut masyarakat yang tadinya kebelah cuma
gara – gara beda pilihan. Di festival Palang pintu ke – 14 ini kita
bikin lah golok Si Rajut untuk menyatukan masyarakat kembali, kita
bersatu lah silaturahmi di festival, dapat dibuktikan kan yang dateng
ke festival palang pintu rame nya bukan maen dari mana aja dari
suku mana aja”
Peneliti : Jika berbicara mengenai sanggar, apa alasan bapak membuat
sanggar ini ?
Informan: Nah kaya tadi yang saya udah jelaskan, kalo bukan kita siapa lagi,
untuk menyelamatkan budayanya. Karena didalam budaya itu ada
objeknya siapa itu? Masyarakatnya. Dengan masyarakat inilah kita
xxxi
perkenalkan itu budaya dan mengenalkan budaya berarti secara
tidak langsung kita melestarikan budaya. Ingin belajar silat. Berarti
ini sebagai pelaku sejarah dalam pelestarian budaya dan itu sebagai
pelaku sejarah dan juga sebagai saksi sejarah dan dampaknya apa ?
anda akan lupa denga yang negative diakarenakan anda mempunyai
kesibukan, anda mempunyai keahlian dan anda cinta terhadap
budaya.
Peneliti: Masih banyak engga masyarakat betawi yang masih menggunakan
tradisi palang pintu dari sanggar ini ?
Informan: Ya Alhamdulillah banyak juga sanggar sanggar lain, yakann ibaratin
kalo orang nikah itu engga pake palang pintu itukan kaga enak yakan
dan ini sudah jadi tradisi. Oh iyaa banyak juga festival – festival dari
daerah lain yang mengambil dari sini, dampak efek dari adanya
festival palang pintu diikutilah diberbagai wilayah Jakarta timur,
utara, barat ini eventnya. Maka dibuatlah event event lain kaya
festival silat dan lainnya yang berarti ada suatu entertain suatu
kegiatan acara besar. Nah secara lokalnya, secara sanggarnya
masyarakat ini akhirnya kaya belom afdol, belom sah kalo belom
ngawinin anaknya kalo belom ada palang pintu, nah inikan dampak
dari adanya event ini. Sehingga budaya keangkat masuk kesosial
ekonominya.
Peneliti: Kalo bagi banyak lapisan masyarakat ini palang pintu ini terjangkau
atau tidak si harganya ?
Informan: Sangat terjangkau, masalah karga biasanya dua juta, dua juta
setengah sampai tiga juta dan yang terlibatkan banyak kaya ada tim
hadrohnya, tim sikkehnya, tim pemantunnya, tim silatnya. Kalo kita
kasih duit berapa si paling dapetnya, kalo kita bagi – bagi seorang,
nah kalo manggil dangdutan puluhan juta iyain gitukan. Kelemahan
kita begitu masyarakatnya untuk budaya ya ngitung tapi untuk yang
lain kaga ngitung.
Peneliti: Kalo segi pernikahan antar budaya fonomenanya gimana mengenai
palang pintu ini ?
Infoman: Ada ajaa cewe orang betawi yang make gitu, sama ketika cowonya
orang betawi cwenya diluar betawi juga gitu.
Peneliti: Kalo boleh nanya sanggar ini pernah engga dipanggil keluar dari
Jakarta gitu ?
xxxii
Informan: Pernah dong tentunya kaya kebandung, Palembang, lampung,
surabaya kemana gitu, biasanya si acara kawinan, biasanya juga
paketann kalo kaya gitu ditanggung biasanya sama yang punya hajat
Peneliti: Disini menerima murid yang bukan dari latar belakang betawi apa
engga ?
Informan: Banyak, justru kita ngebuka pelatihan – pelatihan disini karena
prinsip kita kita mau menyebarkan dan memperkenalkan budaya
kepada masyarakat dan kitapun menjadi konsiltam bagi sanggar –
sanggar lain bagaimana sanggar itu bisa berkembang secara baik.
Peneliti: Menurut bapak selain dari nilai entertain ada nilai ekonominya juga,
setuju engga nilai guna zaman dahulu terus berubah kearah nilai
ekonomi ?
Informan: Yaa sangat setuju, karena begini ketika disitu ada kegiatan maka
budaya akan menjadi penghargaan. Contoh ketika ada perkawinan
nih yang duluan siapa ? tukang tenda, hiburan, pakean seragam, kue
kue berartikan ini apa ? berartikan gara – gara ada event
perkawinan, ketika ada event perkawinan gunanya palang pintu
maka tim hadrohnya kepanggil, tim silatnya tampil, tim palang
pintunya tampil, kembang kelapenya bisa kita adakan. Nah dibayar
duitnya, paling berapa iyakann, nungguin dari pagi sampe selesai
acarakan, paling kali kita bagiin Cuma dapet seratus lima puluh
sampe dua ratus iyakan terus masuk uang kas sisanya, karena
manajemen itu harus kita bentuk.
Peneliti: Ada persaingan engga si dari sanggar sanggar Betawi yang ada
diJakarta ini ?
Informan: Kita tergantung memahaminya, kalo kita berfikir untuk kita yang
menjadikan keuntungan Banyak kita akan memahami yang lain
sebagai pesaing kita tetapi ketika banyak orang yang tampil maka
dianggap sebagai perkembangan suatu budaya, ya tergantung kita
mahaminnya gitu mau nganggep suatu persaingan atau peningkatan.
Peneliti: Ada engga perkumpulan atau organisasi palang pintu yang
membicarakan tentang perkembangan dari tradisi ini ?
Informan: Ada komunitas palang pintu aja, tapi itu mereka sifatnya masih
menurut jaringan mereka masing – masing, tapi kita disini
menyatukan seniman – seniman untuk palang pintu yang lebih
berkembang.
xxxiii
Peneliti: Tapi palang pintu ini awal mulanya diperkenalkan sebagai seni atau
gimana ?
Informan: Seni didalam prosesi pernikahan yaa berbicara tentang palang pintu
itu merupakan sebagian dari seni karena didalamnya memakai silat,
memakai pantun, memakai pakaian sadariah, memakai pangsi
Peneliti: Kalo ngomongin sejarah kenapa si orang Betawi itu harus ada
palang pintunya ?
Informan: Yakan gini pada waktu itukan orang Betawi ini ingin menghidupkan
suatu acara. Kasarnya elu dateng jangan sekucuk – kucuk doang
harus nenteng kan gitu, jangan tenggang kaki maka ada tradisi tuh
ngebesan, besan kita biar rame apa ? kita bikin tuh prosesi nya bukan
kita dateng asal bertamu, kan kayanya ape ye kurang gitu kan
didisini orang – orang besan pada bawa makanan, bawa – bawa roti
buaya, sayur – sayuran, ada parcelnya. Biar masuknya engga ujug –
ujug maka dibikinlah pemantun yakan, bikin pesilatnya lu gabakal
bisa masuk kedaerrah cewe kalo belom ngalahin jawarenye, pake
best couple, pake pangsi, et engga sampe situ doangan syarat
seorang pengantin itukan harus bisa ngaji, kan mau jadi imam nah
itu sebutannya sikkeh, lagu – lagu tentang ajaran agama, ajar ajaran
yang ada di al – Qur’an maka dibacainlah sikkehnya. Jadi prosesnya
itu ada ceremonial.
Peneliti: Palang pintu itukan engga dari orang tua aja yang tampil sekarang
ya, bahkan banyak anak – anak sampai remaja yang ikut, menurut
bapak suatu kemajuan apa gimana ?’
Informan: Ya pasti suatu kemajuan berarti mereka sudah menyiapkan
kaderisasinya, generasi yang akan datang sudah disiapkan, ketika
yang tua selesai maka yang muda sudah siap untuk tampil
disbanding yang tua sudah mati yang mudanya belom disiapkan dan
biasnya juga sejak dini itu bagus karna nanti kita bisa asah
kemampuannya atau bakatnya.
Peneliti: Disanggar ini biasanya terdapat pembedaan dalam segi latihannya
engga ?
Informan: Iyaa kitaa masing masing ada timnya di pelatihannya ada
pemantunnya, silatnya, hadrohnya, seni tarinya, sikkehnya biasanya
jugakan ada yang cabutann kaya ngambilnya pesilatnya ajaa,
hadrohnya ajaa dan lainnya
xxxiv
Peniliti: Biasanya latihannya dilaksanakannya kapan ?
Informan: Biasanya kita seminggu sekali terkecuali kalo mau ada lomba
biasanya kita persiapan jauh – jauhari kaya ditambah jam atau
harinya saat latihan. Tapi karna biasanya kita yang bikin kita
biasanya gapernah ikut lomba, ya intinya banyak yang ngadain dari
lomba palang pintu ya tetep brandnya tadi yaa dari event festival ini.
Banyak dimana mana tapi tidak sekuat dikemang karna kita bertahan
selama 14 tahun
Peneliti: Bapak sendiri mendirikan sanggar palang pintu ini berdasarkan
keturunan atau mendirikannya hasil jerih payah sendiri ?
Informan: Kita berawal dari kepedulian kita terhadap lingkungan, terhadap
budaya, itu tadi kalo bukan kita siapa lagi walaupun kita sebagai
karang yang diterpa dengan arus globalisasi budaya yang begitu
modern kita disitu Ada ditengah – tengahnya.
Peneliti: Menurut bapak penting atau tidak di era sekarang ini tradisi / sanggar
ini masih tetap berdiri ? apa alasannya ?
Informan: Wajib adanya suatu budaya yang kita tanamkan disuatu wilayah.
Ketika disitu ada sanggar, ada padepokan, maka disitu ada batu
karang yang banyak menyelamatkan anak bangsa.
Peneliti: Seiring dengan banyaknya tradisi luar yang masuk, menurut bapak
dapat mempengaruhi terhadap sanggar ini khususnya tradisi buka
palang pintu dari segi peminatnya ?
Informan: Yaa Alhamdulillah, dengan adanya palang pintu ini kita sudah
membentengi terhadap budaya – budaya yang dari luar. Justru hari
ini mereka bangga ditengah modernisasi orang masih ada yang
berani keluar pake pakaian pangsi bawa golok yakan, tidak malu
dengan pakaian sadariah nya, tidak malu dengan bahasa –bahasa
yang meka keluarkan, bukan dengan bahasa modern, dengan bahasa
– bahasa kampung kaya “apaluu”, “darimana aja lu tong” kan seperti
itu.
Peneliti: Mayoritas di sanggar ini yang belajar tradisi palang pintu itu dari
anak – anak atau dari orang dewasa ?
Informan: Nyampur kita disini ada anak – anak, ada orang tua, ada anak muda.
Kebanyakan kita anak muda. Karena syarat kita anak – anak dan
anak muda karena pengenalan sejak dini itu lebih penting daripada
orang –orang yang sudah tua.
xxxv
Peneliti: Menurut bapak terdapat kemajuankah atau kemunduran dari sanggar
ini disetiap tahunnya ? melihat perkembangan masyarakat saat ini,
Informan: Alhamdulillah lagi pasti ada kemajuan karena setiap tiga tahun
sekali itu kita ada pergantian pengurus. Jadi saya generasi pertama
ada juga generasi kedua bang dulloh, generasi ketiga bang boang,
generasi keempat bang kiki
Peneliti: Berarti disanggar ini terdapat struktur yang jelas ya ?
Informan: Nah iyaa disitu tadi kita disini punya yang namanya legalitas formal
dan semuanya jadi jelas, untuk padepokan sendiri, yayasan juga
sendiri, kalo yayasan sendiri itukan sudah secara nasional.
Peneliti: Apa yang membedakan sanggar ini dengan sanggar yang lainnya
selain dari event yang sudah dibuat ?
Informan: Sanggar ini kaya ibarat ini kaya mini market, kalo seumpamanya
orang jual gado – gado ya gado – gado doang tapi kita didalamnya
ada semua, ada gado – gado , ada pecel, ada macem – macemlah
gitu. Ada silat, ada tari dan lain sebagainya gitu.
Peneliti: Apakah ada syarat – syarat tersendiri untuk menjadi anggota palang
pintu disanggar ini ?
Informan: Dateng kemari niat bismillah, temui saya silahkan belajar, karena
apa ? karena itu yakin dari dia dia ingin belajar kita mengawal, tang
menjadi masalah apa sih yang mereka dapat ketika ditaro disini di
manggar kelape kan gitu ? dan saya jamin 4, 4 karakter yang akan
kita bikin ke anak itu. Yang pertama adalah penguatan aqidah
penguatan iman yang tadi udah dijelasinkan dakwah lewat seni,
yang kedua ada penguatan attitude moral akhlak karena kita ngajarin
adab, yang ketiga adalah cinta NKRI yang kita ajarin kemereka
adalah kuat NKRI kebangsaannya kan harus saling menghormati
kasarnya, nah yang keempat adalah berupa skil atau keahlian seperti
seni silat, tari atau teather atau music dan sebagainya.
Peneliti: Menurut bapak ada makna tersendiri tidak mengenai palang pintu
ini ?
Informan: Nah tadi dibedakan tadi berbicara tentang padepokannya kalo
palangpintu sendirikan proses ceremonial acara yakan. Didala
palang pintukan ada ornament rangkaiannya itukan harus ada yang
namanya pengiring yaitukan diiringi dengan music islami. Music
didisitukan ada ketimpring atau rebana yang dimana secara filosofi
xxxvi
keislamannya itu sebagai ajaran agama yakan, dikarenakan islam ini
sudah mempunyai seni yaitu rebana seperti itu, setelah itu terus ada
pemantun karena orang betawi inikan suka pantun kaya orang
melayukan, nah setelah itukan harus ada pesilatnya atau yang biasa
disebut dengan jawaranya sebagai daripada budaya yang tidak
terlepas daripada seni beladiri nah terdapat juga ornament dari
kembang kelapenya nah nanti dalam prosesi perkawinan itu sang
penganten laki dia membawa besan dengan membawa kuliner bawa
– bawaan sudara – sudaranya juga dating semua nanti disambut
dengan pihak perempuan dengan prosesi palang pintu itu.
Peneliti: Bagaimana cara bapak mempertahankan tradisi buka palang pintu
ini ?
Informan: Niat yaa niat kalo kita niat maka kita akan ada seribu cara, kalo kita
kaga niat maka kita akan ada seribu alasan.
Peneliti: Mengenai palang pintu ini diadakan setelah nikah atau gimana yang
sebenarnya?
Informan: Jadi palang pintu itu bisa dilaksanakan ada yang sebelum nikah,
sebelum akad nikah dia ada prosesi karena jaman sekarang itu
sepukulan, jadi sekalian akad nikah sekalian pesta. Tapi yang
nikahnya udah duluan maka dia melakukan sebelum pesta gitu. Jadi
dibikin dua pola, orang betawi kaya misalnya duit kita tinggal separo
jadi akad nikah sekalian pesta nikahnya digedong maka sebelum
akad nikah dibikin palang pintu atau ada yang setelah akad nikah
baru ada acara palang pintu biar engga bolak – balik ngebesan
karenakan dia harus bawa rombongan.
Peneliti: Sekarang inikan palang pintu sudah dijadikan sebagai event. Ada
yang bergeser dari segi maknanya atau tradisi budayanya ?
Informan: Nah kalo kita untuk antara event ini kita bedakan antara palang
pintunya daengan eventnya kalo event inikan suatu event acara yang
ditekankan festifal palang pintu ini atau lomba palang pintu ini kita
kemas menjadi sesuatu yang besar. Agenda didalam palang pintu ini
ada berbagai macam acara muatan yang kita sudutkan kemasyarakat.
Kaya ada hiburan Nusantara, produk – produk Nusantara kaya tari –
tarian dan sebagainya. Ada hirburan remaja modern ada bandnya,
terus juga ada pengenalan dari parade budayanya, nah ini bagian dari
pada event palang pintu. Jadi festival itu kita lombakan tapi setelah
itu ada sisi – sisi acara yang kita berikan sebagai edukasi hiburan
xxxvii
kepada masyarakat kita perkenalkan. Iniloh yang namanya reog,
iniloh yang namanya barongsai, iniloh yang namanya ondel – ondel
ngibing, iniloh yang namanya tanjidor, iniloh yang namanya rebana,
iniloh permainan tempo jaman dulu, iniloh yang namanya gendang
kenca dan sebagainya.
Peneliti: Berarti dievent tersebut itu engga semata – mata memperkenalkan
segi palang pintunya aja ya?
Informan: Awalnya memang harus palang pintu kan lombanya lomba festival
palang pintu tapi setelah itu ada tambahan – tambahan yang dimana
kita berikan masyarakat sebagai hiburan diibaratin kaya gini makan
nasi terus kita tambah – tambahin tuh lauknya kaya sayur asem,
semur jengkol, ada lalapan, ada ikan sepat tapi dasarnya nasi.
Dasarnya festival palang pintu, event palang pintu tetapi ornament –
ornament ditambahin untuk memeriahkan daripada event festival
palang pintu. Sama aja kaya parcel kalo kita bawa manga doangkan
kurang menarik maka kita tambahin disitu ada apelnya, ada
anggurnya akhirnya apa parcel dengan warnanya. Sama aja kaya
festival palang pintu itu ada warnanya ada warna budaya betawi
,warna nasional, warna budaya nusantara, ada budaya
internasionalnya. Brandingnya aja kita festival palang pintu,
awalnya kita lombain nah disitukan ada daya Tarik masyarakat yang
tau palang pintu misalnya dia engga suka palang pintu ada band,
yang engga suka band disitu ada hiburan lainnya.
Peneliti: Lalu yang membedakan event ini dengan event yang lainnya apaa
yaa, nilai yang lebih condongnya gitu ?
Informan: Kalo kita dari warnanya, kita banyak warna, kita konsisten dari
palang pintunya, brandingnya kita tetep adain.
Peneliti: Apakah bapak menggunakan media sosial untuk melestarikan /
memperkenalkan budaya ?
Informan: Oiyaa wajiblah zaman sekarang udah wajib, kalo jaman dulukan kita
pake brosur sekarang udah jamannya medsos gaperlu gitu lagi kita
bisa msukin ke ig, bisa masukin facebook yakan, masukin ke WA
udah gabayar, kalo dulukan kita promokan pake radio kita harus
bayar, kalo kita gapunya jejaring temen yaa gitu kita dulu harus
kerjasama sama bens radio, radio AM mutiara yak arena kita punya
jaringan ahirnya lebih mudah lagi. Sekarang udah gaperlu lewat
xxxviii
radio lagi, sekarang bisa pake media sosial kaya instagram,lewat
facebook udah cepetkan tanpa kita bayar
Peneliti: Gimana si pak sampe event ini tuh bisa besar banget ?
Informan: Ya teori kita adalah menggunakan dua cara, kalo orang betawi
bilang lu masang patasan bunyinya kemana – mana tapi sampahya
ada disini doang iyakan. Coba misalkan kita pake kembang api
sampahnya ada dimana mana bunyinya juga ada dimana mana. Nah
teori yang saya pake adalah teori gurita, teori gurita ini begini
peserta kita ambil seJabodetabek yang dari jakartanya ada Jakarta
timur, pusat, barat, utara yakann, terus dari tanggerang, tanggerang
selatan, bekasi, depok berarti apa ? festival palang pintu sudah
terdengar se Jabodetabek, karena apa ? karena pesertanya
seJabodetabek, kalo pesertanya hanya selatan, timur, barat, utara
itukan kurang. Dari awal yaa kita begini lama – lama terdengarr
sampai mana – mana kalo ya festival Budaya ini yaa dikemang.
Banyaknya acara maka banyaknya pengunjung logikanya kan begitu
kaya misalnya dijalan ini kan kapasitasnya bisa didatangkan seribu
atau dua ribu orang misalnya. Sekarang ngitung bisa dua ribu orang
itu gimana ? sederhana satu RT itu kita ambil seratus – seratus
sedangkan RW ini ada sebelas RT kita Tarik lagi udah seribu seratus
kita Tarik lagi RW lain kelurahan lain udah berapa itu.ini dari
kekuatan massa kita udah bisa menghadirkan sekita lima ribu sampai
sepuluh ribu yang ditambah lagi para peserta, pedagang, peserta
pengisian acara, ditambah lagi tetangga kampung orang cipete
dating, orang pasar minggu dateng, orang dari tegal parag dateng
inikan dari kecamatan, ada kelurahan numpuk engga akhirnya,
macet total engga akhirnya, banyak yang tau engga akhirnya nah
teorinya kaya gitu.
Peneliti: Yang banyak orang ketahui inikan daerah kemang yang bisa
dibilang daerah elite, kalo menurut bapak budaya disini itu tergeser
engga ?
Informan: Ya kalo kita lihat masalah budaya adalah pergeseran, tetapi tidak
menjadi pergeseran secara signifikan dikarenakan disitu ada batu
karang, ada manggar inikan sehingga mereka merasa terpanggil
untuk merasa bangga terhadap budayanya. Tapi masalah kehidupan
keseharian mah ya tidak lepas dari orang Jakarta dengan
kebebasannya.
xxxix
Peneliti: Terdapat peranan pemerintah engga terhadap event ataupun sanggar
ini ?
Informan: Waduh luar biasa pemerintah itu selalu mensupport dengan
kebudayaan karena bangsa ini dibangun dengan budaya, agama
berkembang denga budaya maka semua harus dengan budaya
Peneliti: Balik lagi mengenai palang pintu tadi dijelasin mengenai pakang
pintu biasanya dipakai diacara adat pernikahan, ada engga makna
yang lain selain itu ?
Informan: Berbicara makna sangat banyak disitukan ada edukasi pemahaman
tentang ketika saat proses perjalanan diiringi dengan hadroh ataupun
ketimpring itu untuk mengingatkan kita dengan nilai – nilai agama,
ada pembacaan sikkehnya sholawat – sholawat iyakan nilai
agamanya yaa kuat disitu. Terus nilai sastranya seorang palang pintu
harus adanya pemantun nah itukan ada nilai sastra yang sangat
tinggikan, terus orang betawi juga harus punya keahlian iyakan bisa
dikenal dengan bela bangsanya iyakan dari segi pencak silatnya
inilah adu pantun, adu bela diri yang membawa simbol – simbol
tentang budayanya ada juga kembang kelape.
Peneliti: Ada keingginan tersendiri engga dari bapak untuk membawa palang
pintu kekancah yang lebih luas lagi ? sudah ada apa belum ?
Informan: Selain digunakan untuk upacara pernikahan dan event event, tradisi
ini bisa digunakan untuk apa lagi ?
Peneliti: Bagaimana cara sanggar ini melakukan regenerasi ?
Informan: Kita melakukan kaderisasi, jadi kaya pohon pisang sebelum dia
tumbang itu dia udah nyiapin tunas tunas baru. hari ini kita
melakukan generasi yang keempat,
Peneliti: Khususnya pemerintah DKI sendiri menangapi tentang palang pintu
ini gimana ?
Informan: luar biasa, sangat luar biasa merasa teruntungkan dan merasa
terangkat namanya, nah ini acara yang dilakukan oleh masyarakat
dan didukung full oleh pemerintah. Ya tentunya mereka membantu
tapi dibantu juga tidak total, semampunya dia yakan
xl
Informan 3
Nama : Sdr. Mubarok
Status : Sekertaris Sanggar Manggar Kelape
Usia : 24
Hari / Tanggal : Sabtu / 07 – 09 - 2019
Waktu & Tempat : 21.20 WIB / Sanggar Manggar Kelape
(Indikator Palang Pintu )
Peneliti : Menurut anda tradisi atau kesenian palang pintu itu apa sih ?
xli
Informan : palang pintu itu sebenernya adat budaya Betawi yang dulunya itu
adalah merupakan rangkaian dari prosesi pernikahan adat Betawi
yang dimana sebelum pengantin laki – laki dan pengantin
perempuan itu melangsungkan pernikahan di Betawi itu ada yang
namanya palang pintu. Maksudnya apa sih palang pintu ini ? palang
pintu itu sebenernya Cuma budaya yang mana didalam palang pintu
tersebut itu pihak lelaki membawa seperti roti buaya, membawa
jagoan karena dulu pada dasarnya kalo orang tua ada yang mau
nikahin anaknya itu kudu punya bela diri yang namanya silat bela
diri Betawi. Tapi, kalo dijaman sekarang itukan engga mungkin
orang tua itu nanyain kalo lu bisa silat apa engga, kan engga gitu ya
nah muncullajh itu palang pintu yang sebenernya itu sebagai adat
ataupun tradisi aja si yang harus dijaga oleh orang Betawi.
Maksudnya nanti didalam proses palang pintu itu pihak lelaki itu
membawa jawara yaitu jawara betawi dan juga dipihak perempuan
itu juga ada jawara untuk menagkal jawara si lelaki ini dan
bagaimana cara untuk melangsungkan akad nikah, jawara laki – laki
ini harus bisa menjatuhkan jawara dari perempuan nah itulah yang
disebut dengan palang pintu. Palang pintu yang harus bisa
menjatuhkan jagoan dari perempuan untuk bisa masuk kedaerah
nya. Tapi disitu bukan hanya silat aja tapi ada beberapa ornament
yang lauinnya seperti orang betawi itu tidaklah terlepas dari unsur
religi yang dimasudkan didalam prosesi palang pintu ini ada yang
namanya sikeh dan sikeh ini merupakan lantunan ayat – ayat suci Al
– Qur’an yang biasa dibacain sama qori ataupun qori’ah yang
dimaksudkan apa biar nanti mereka kalo sudah menikah itu si
penganten laki – laki bisa ngaji dan bisa ngajarin anak – anaknya.
Kembali lagi ni ke adat palang pintu yang berarti penganten laki –
laki tuh kudu bisa ngaji tapi konteksnya sekarang kan engga
mungkin ni laki – laki ngaji didepan orang banyak tapi itulah ada
yang mewakili dari adat prosesi palang pintu dan ada qorinya ada
pembacaan sikehnya Dan ini adalah rangkaian kedua yang ada
didalam palang pintu. Yang ketiga itu biasanya ada ornament lagi
yang juga bermacam – macam yang ada namanya kembang kelape
ada ornament itu juga da roti buaya yang dimaknai itu sehidup
sematilah ya. M,aksudnya apa biar si penganten laki – laki dan
perempuan ini awet sampe nenek dan kakek sampe ajal menjemput.
Ada juga makannya yang misalnya kue – kue betawi, soto betawi
dll. Serta biasanya ornament yang lainnya seperti alat music
pengiringnya kaya gambang kromong, secara lainnya juga ada
xlii
ondel – ondelnya yang itu si mau dipake boleh dan engga juga
gapapa dan pada intinya si palang pintu ini Cuma tradisi adat budaya
betawi di acara pernikahan.
Peneliti : Menurut anda apakah tradisi atau kesenian palang pintu dahulu
dengan yang saat ini (zaman sekarang ) ada perbedaan tidak ?
Informan : jadi kita kalo bicara dulu sama sekarang itu laen ya dan beda. Kalo
dulu itu palang pintu itu kita sebut aja salah satu ornamennya itu ada
yang namanya sirih dare yaitu daun sirih yang artinya tanda cinta
yang menurut sekarang mah bunga tapi sekarangklan udah mulai
susah ni dan sedikit yang masih make. Dulu juga ada alat musik
pengiringnya yang namaya itu ketimpring dan itu ketimpring khas
betawi itu kita bicara dulu dan kalo kita bicara yang sekarang
ketimpring itu bisa dikatakan engga punah ya tapi udah sedikitlah
yang mengetahui music ketimpring dan bicara sekarang digantinya
pake hadroh dengan marawis juga kan unsurnya juga sama music –
music religi juga itu kayanya yang mambedakan dan kalo dulu itu
masih ketimpring tapi sekarang udah make hadroh, kalo dulu itu ada
sirih darenya sekarang ini udah ada bunga. Karena kita juga
mnyesuaikan zaman dan bukan berarti kita tinggalkan palang pintu
yang dulu itu engga kaya gitu tspi kita coba lebih meningkatkan tapi,
untuk masalah pesilat dan pemantun itu pakem yang digunakan
masih tetap sama si ya. Tapi engga sipungkiri juga kalo dizaman
sekarang masih ada ketimpring juga engga masalah dan sah – sah
aja.
Peneliti : Apakah ada sambungannya antara nilai kebetawian dengan melayu
seperti yang kita ketahui Indonesia ini suku – suku melayu banyak ?
Informan : jadi gini, jadi sebenernya betawi itu merupakan campuran kita itu
dulunya itu para pedagangkan sebelum kemerdekaan dan itu
masuknya budaya china masuk, budaya melayu masuk, sampe orang
belandapun masuk kekita. Jadi kalo misalkan ada pertanyaan kalo
betawi itu masih melayu engga sih ya kemungkinan juga nenek
moyang kita ya darahnya masih ada di melayu, di china. Contohnya
hal kecilah ya baju koko itu dari china dikarenakan dulunya Batavia
itu merupakan campuran orang – orang yang ada kaya orang arab,
orang china, orang melayu. Contohnya kenapa si orang betawi itu
sangat identic dengan agama apalagi arab nah karena dari dulunya
seperti itu yang para pedagang arab, para pedagang china, pedagang
melayu itu ngumpulnya di Batavia. Jadi saya sempet bingung juga
xliii
kalo betawi itu berasal darimana mana nih nah karena kita juga
campuran. Ada betawi arab yang ada di condet, betawi cini yang
misalnya itu dikota tinggalnya dan betawi melayu yang darimana
lagi jadi gitu. Kita juga engga bisa memberi jawaban yang secara
real Karena nenek moyang kita itu dulunya ya campuran gitu. Kalo
didalam betawi iotukan ada 3 syaratnya yaitu pertama bisa ngaji,
yang kedua rajin sholat dan nyang ketiga bisa main pukul. Tuh
pemikiran orang betawi kolot dulu, tapikan sekarang kita kaga bisa,
kita dizaman modern dan dijaman modernisai kita kaga bisa
ngandelin ngaji aja, sholat aja, sama main pukul aja. Kan kita harus
bisa berkarya dan berkaryanya itu harus dibarengin sama yang
tadi,pengajian kita dapet juga, shola, agama kita tekenin, bela dieri
juga kita punya. Karena ada orang betawi yang masih giti. Bilang
kalo elu mau kawini cari anak yang bisa ngaji, bisa main silat, bisa
sholat. Itu karena saking agamis nya dan beladiri itu tinggilah.
Peneliti : Menurut anda, adakah makna yang terkandung dari suatu tradisi
palang pintu ? apakah dimasing – masing tahapannya ada makna
yang terkandung ?
Informan : makna dari palang pintu itu sebenernya kalo bisa dibilang itu sebuah
tradisi ya, tradisi yang ada didalam adat budaya betawi kalo makna
yang terkandung mungkin pesenlah yang ada disitu. Pesan yang ada
diprosesi adat palang pintu kaya pengantin lelaki itu kalo ingin
menikah dengan perempuan syaratnya itu kan yang tadi dibilang
harus bisa berantem ngalahin jagoan perempuan dan harus bisa ngaji
yang dimaksudkan makna dari palang pintu betawi yang seakan –
akan mengajarkan untuk pihak laki laki. Bahasanya gini “nih kalo
dibetawi kalo lu mau nikahin anak orang lu kudu bisa jago beladiri
yang fungsinya nih buat ngejagain bini lu, lu buat ngejagain anak –
anak lu” kalo sikehnya gini biar lu bisa jadi ngajarin keluarganya
buat ngaji. Kan jadi bapak rumah tangga terus kalo kaga bisa ngaji
tuh keluarga ngaji ama siapa, sebenernya pesan aja sih yaa pesan
moral buat yang hadir disitu khususnya pengantennya, intinya
makna itu pesan si ya sebenernya engga ada yang makna seperti apa
juga engga dan buat pesan aja bhwasannya tuh untuk menjaga, kalo
lu gabisa ngaji siapa yang ngajarin ngaji lu mau nantinya diseret –
seret keneraka gara – gara anak lu gadiajarin ngaji kan logikanya
kaya gitu.
Peneliti : Menurut anda adakah yang berbeda antara prosesi palang pintu yang
dilaksanakan pada pernikahan digedung dengan dirumah ?
xliv
Informan : jadi gini ya kalo berbicara disitu si kita fleksibel aja ya, mau
dirumah, mau digedung sama aja kan yang membedakan itu Cuma
waktunya aja. Terkadang ada pihak perempuan maupun laki – laki
itu setelah akad atau sebelum akad. Tinggal permintaan dari yang
mau nyewa aja si kalo untuk perbedaan ini.
Peneliti : Selain pada acara pernikahan tradisi palang pintu biasa digelar
dalam acara apa saja ? sebutkan dan jelaskan.
Informan : sebenernya palang pintu ini bukan hanya sekedar buat orang nikahan
ya tapi bisa buka palang pintu. Misalkan, yang dikemas dizaman
sekarang itu abang buka perusahaan dan perusahaan ini baru
lounching dan gimana si biar acara ini bisa ramai maka dari itulah
disewakan buka palang pintu jadi disitu misalkan abang pemilik
perusaan, abang mau masuk ni sebagai konci pintu perusahaan nah
nanti abang diarak sama buka palang pintu nanti ada pemantun,
pesilatnya ini bakal ngelawan sama yang abang bawa, jadi Cuma
sekedar buat ini aja si engga kemana – mana. (serupa dengan )
Peneliti : Melihat dari segi sejarahnya, kan urutan itu dari bunyi petasan,
sampai pengantin pria mencium tangan orang tua perempuan.
(didalam buku bachtiar h; 5 – 6 ) kemudian pada saat ini, urutannya
ada yang hilang tidak ? kemudian kelengkapan dan seserahannya
masih tetap sesuai dengan panduannya tidak ?
Informan : kalo berbicara urutan sekarang seperti ini emang kalo misalkan dia
adat betawi itu menandakan pengantin lelaki datang itu dengan
petasan yang diiringio dengan rebana ketimpring. Ataupun rabana
hadroh dengan membaca sholawat sampe didepan rumah itu
pemantun buka, pemantun buka timbal balik – timbal balik masuk
pesilat mulai bejaban namanya terus menang ada satu syarat lagi
yaitu pembacaan sikeh dan setelah pembacan sikeh kelar barudah
penyerahan sirih dare. Itu si urutannya, tapi kalo dibilang ilang juju
raja karena kapasitas kita dijakarta selatan mungkin yang masih kita
mutlaknya itu masih seperti itu tapi kalo untuk didaerah lain kalo
saya lihat, bukan saya tahu ya kebanyakan dijakarta bagian lain itu
engga ada yang dikurangin dan engga ada yang ditambahin. Paling
yang ditambahin atau yang dikurangin biasanya gini, misalnya
pesilatnya entah itu menggunakan golok atau memakai toya, atau
rebut dandang itu tinggal kreasi aja si yaa, kalo untuk menurut
pakem itu seperti itu dan sebenernya itu dipalang pintu ada tari
pembukaannya juga tapikan tergantung requestan. Jadi setelah
xlv
palang pintu kelar masuk itu biasanya disambut dengan tari betawi
pembukaan akan tetapi jarang yang menggunakan tari kebanyakan
orang yang duitnya labih mungkin sekalian nyewa tariannya juga.
Peneliti : Eksistensi tradisi atau kesenian palang pintu pada saat ini menurut
anda seperti apa ? masih bertahan apa justru redup ?
Informan : wah pasti tinggi lah ya, kalo berbicara menganai eksistensi kita bisa
dicek dan bisa didata dilapangan dijakarta itu yang mempunyai
sanggar itu sekitar dua ribu sampai tiga ribu sanggar kalo dibilang
eksistensi udah pasti eksis palang pintu dikarenakan berkembang
luar biasa apalagi pemilik – pemilik sanggar itu jangan kan yang
punya lapak yang punya petakan itu punya sanggar yang dia punya
tradisi untuk akad nikah,
Peneliti : tapi kalo untuk akad nikah itu palang pintunya itu biasanya
diwakilkan ya kalo dari segi pembacaan sikeh ataupun yang lainnya
?
Informan : ya dia diwakilkan, kan kalo kita engga tau si pengantin laki –laki itu
bisa main silatkah atau bisa ngajikah kan saya bilang pertama kalo
ini itu Cuma tradisi yang harus dijaga aja si bahwasannya dibetawi
itu lu kudu begini ni jaga keluarga lu ni. Engga yang harus lu yang
mau nikah dan lunyang harus main palang pintu, dia yang ngaji. Tapi
kalo misalkan dia bisa yaa silahkan aja.
Peneliti : tadikan sudah dijelaskan bahwa eksistensi palang pintu ini masih
tetap terjaga, setuju engga kalo palang pintu ini tidak hanya sebagai
sebuah tradisi melainkan juga sebagai hiburan ?
Informan : yaiya dong, setuju dong ya karena kalo kita membahas tradisi juga
ya sebagai hiburan juga kana da penonton dan orang – orangnya juga
kan juga masyarakat juga semakin nyaman dengan adanya acara –
acara seperti itu. Lagipula ya dibetawi kalo kita kaga ngembangin
palang pintu ya siapa lagi kan yang mau ngembangin. Jadi kalo
dibilang nyaman si nyaman banget ya, kalo dibilang itu bagus si
untuk dipertontonkan si, Kan itu juga untuk acara umumkan. (palang
pintu sebagai hiburan)
Peneliti : Menurut anda, masyarakat masih menggunakan tradisi palang pintu
dalam pernikahan adat betawi ?
Informan : ya tergantung dari daerah mananya dulu yaa kalo didaerah selatan
sini si masih menggunakan budaya ini karena dengan adanya event
xlvi
juga ngebuat mereka jadi sadar akan hal untuk melestarikan budaya
yang ada di Indonesia khusunya di Jakarta yaitu suku betawinya.
(pengaruh event untuk melestarikan palang pintu)
Peneliti : Untuk menggunakan tradisi palang pintu dalam upacara pernikahan
betawi kisaran harganya berapa ?
Informan : kalo disini itu relativ, relativ itu dalam artian dari kebijakan –
kebijakan sanggar yang ada di Jakarta tapi kalo misalkan mau
diperkecil lagi misalnya disanggar manggar kelape itu kalo untuk
mengguanakan adat palang pintu itu sekitar dua juta limaratus
sampai tiga juta tapi kalo misalkan yang diluar itu tergantung
kebijakan mereka seperti apa.
Peneliti : sebagai generasi muda apa usaha anda untuk melestarikan kesenian
palang pintu ini akan terus ada ?
Informan : sekarang gini kalo dari gua pribadi untuk gimana si cara
melestarikan budaya betawi jadi gini dan intinya satu sih gua harus
ngilangin tabiat orang betawi karena tabiat orang betawi itu dulu
kaya masles. Mungkin kalo segaka pergaulan mungkin bagus tapi
kalo berbicara tabiat orang betawi yang lainnya itu kurang bangat
dah tuh bisa dibilang. Ya gimana caranya ya kita harus bersikap
idealis dengan orang lain. Makannya gua disini sama temen – temen
coba membuat lintas, itu kita bikin bukan lintas budaya aja tapi kita
berbica lintas ras, suku jadi dimana kita ada komunitas dari misalkan
dari jawa timur atau dari tionghoa ya contohnya banyak kita kalo
dari lintas itu kaya adanya barongsai, reog ya iotu tetep kita jalin ya
karena disini kita berbicara lagi mengenai eksistensi. Mereka punya
reog, mereka punya barongsai dan gua punya palang pintunya dan
jadi bukannya semata – mata kita ngelestariin budaya betawi dengan
acara –acara palang pintu dan itu menurut gua engga gitu juga si kan
bisa masukin edukasi – edukasi kedepannya yang harus
memperkenalkan ke secara umumnya kepada orang jadi kita bukan
buat maen dikandang aja dan karena gua yang tadi bilang mau
ngerubah tabiat orang betawi karena orang betawi itu jatohnya
gengsi, kedua males dan ketiga semau – maunya. Itu yang harus
dirubah dari akar – akarnya, kalo disini bilang kalo lu mau
ngelestariin budaya betawi bukan hanya lu harus latihan tiap hari,
bukan lu harus main palang pintu setiap minggu, tapi gimana
caranya bisa sosialisai keorang luar dan jangan main dikandang.
Rajut persaudaraan dan rajut persatuan. Ya untuk melestarikan
xlvii
selain kita latihan selain kita buat event akan tapi di satu sisi kita
juga ada edukasilah, semacam diskusi untuk masyarakat yang itu
berarti menjaga dan intinya gimana cara kita merubah tabiat orang
betawi yang harus dirubah pada paradigma jaman sekarang ini.
Peneliti : Dalam memainkan tradisi atau kesenian palang pintu ini ada kriteria
yang dikhususkan tidak ?
Informan : tidak ada si ya kalo masalah ini kita engga ada kriteria orangnya
harus gimana, yang penting ada niat buat latihan dan kita disini juga
engga mempersilahkan yang ikut harus dari betawi akan tetapi yang
mau bekajar intinya baik dia dari ras ataupun suku mana kita pasti
terima dulu.
*Indicator Festival Palang Pintu Kemang*
Peneliti : alasannya kenapa masih disini sebagai aktor baik disanggar maupun
di eventnya ?
Informan : alasan yang mendasar si yak arena gua ini terlahir dari kedua orang
tua gua yang bener bener betawi asli sampe kekakek dan kakek gua
arab gua cinta dengan suku ini balik lagi yak arena naluri juga yak
arena gua orang betawi ya gua harus jaga lah kampung gua. Gua
engga harus ngomong besar jaga Jakarta deh ya lingkup kecilnya
juga ya gua harus jaga kampung gua toh kalo gua bisa jaga kampung
gua nantinya gua bisa bawa kampung gua buat kaya eksis diluar
Jakarta. Sebenernya naluri si ya dan kalo disekupin lagi disegi
sanggar kenapa gua bisa mempertahanin ya karena disini perihatin
aja si dimana kampung gua ini udah mulai banyak ekspatriat –
ekspatriat contohnya bule ya tau sendiri kalo dikemang itu yaa level
– level hedonlah ya anak – anak mudanya pergaulan. Kita juga
engga bisa ganggu mereka karena itu hak mereka mau main dimana
dan kita juga engga bisa menyalahkan pemerintah karenakan
kemang jugakan pusat ekonomi. Pusat ekonomi larinya kemana si
kan kita – kita juga kn saling ada timbal baliknya nah kan tinggal
kita cari tau bagaimana saling menghormati aja dan dibilang nyaman
ya nyaman juga yak arena kita disini engga diganggu dan kita disini
bebas untuk berekspresi, kita bisa berkarya dan selama itu tidak ada
gangguan kita baik – baik ajasih, jadi kita ya nyaman banget karena
terlebih ya pemuda yang iniloh budaya gua bukan budaya yang
difikiran orang banayak tentang budaya bretawi yang begitu – begitu
yang negativ dan ini merupakan paradigma baru loh.
xlviii
Peneliti : Event palang pintu kemang ini awal mula diadakan pada kisaran
tahun berapa ?
Informan : jadi gini, berdasarkan sejarahnya kemang itu berlatar belakang
agamis dan latar belakang kemang ini sebelumnya bukan namanya
kemang melainkan kampung kebon yang dimana belom ada rumah
–rumah dan itu para tokoh atau para masyarakat itu berlatar
belakangi para santri. Jadi dulu orang –orang kemang tokoh –
tokohnya jarang ada dikemang tapi pada mukim di arab, ada yang
dijawa juga karena kita berlatar belakang agamis kita kuat di para
santri. Lepas dari itu semakin berjalannya waktu dan makin tumbuh
juga organisai – organisasi yang tumbuh dimasyarakat yang bisa
disebut dengan FORKABI (forum masyarakat anak betawi) apa sih
tugasnya ya mungkin itu hanya sekedar organisai yang untuk
mengumpulkan ataupun menyatukan masyarakat betawi dan kita
dibagi di seluruh Jakarta baik dari cabang, anak cabang, anak ranting
dll. Kita disini forkabi kemang itu sejarahnya dulu ya, seiring
berjalannya waktu setahun dua tahun tiga tahun waktu pada milad
ke – 7 atau ke – 6 tahun itu sebelum milad ketujuh kita selalu
mengadakan yang namanya acara ulang tahun yang diisi dengan
dangdutan mulu ditiap tahunnya dan disitu engga ada dong nilai
edukasi untuk masnyarakat kenapa si Forkabi kalo ulang tahun musti
dangdut. Kita rempugan gimana nih harus ada nilai edukasi yang
kita kasih buat masyarakat akhirnya pada tahun 2005 itu maka
diciptakannya sanggar manggar kelape. Anak cabang dari forkabi
kemang dan dibuatlah sanggar manggar kelape tahun 2005. Nah
ditahun 2005 itu kita rubah dari yang tadinya diacara dangdutan kita
rubah jadi pagelaran seni dan belum ada festival palang pintu kita
masih pagelaran seni betawi. Kita bikin disamping dan masih ada
kebon kita bikin disitu dan acaranya penampilan silat, penampilan
tari dan musik gambang keromong udah mulai ada ni nilai – nilai
kebetawiannya ni. Berjalan setahun dan pas tahun kedua kita
memberanikan diri bikin acara didepan jalan raya kita tutup
sepanjang jalan raja barudah kita buat festival palang pintu, ditahun
2005 itu ada yang namanya betawi palang pintu itu belum booming
seperti yang sekarang bisa dicek disanggar manapun tahun 2005 ada
engga si yang pake palang pintu itu amat sangat jarang mu gkin kalo
didaerah tanggerang atau didaerah pinggir – pinggir udah ada yang
make tapi untuk wilayah selatan jarang ada yang namanya palang
pintu. Ketika kita bikin di 2006 yang kedua mulai tuh pasa kebuka
semua apa sih itu Palang pintu sampe kita bikin lomba namanya
xlix
palang pintu yang memperebutkan piala gubernur makin tinggi ni
eksistensinya. Nah dari situlah kita bikin dan sampe kemarin kita
sampai ke 14 tajhun. Sama masih dalam tahapan lomba palang pintu
akan tetapi kita tambahkan lagi beberapa ornament dan kita tambah
– tambahin.kita kemas lagilah dan empat tahun terakhir kita selalu
memasukkan buadaya nusantara. Itu apasih manfaatnya ya gak lain
ga bukan untuk bangun budaya Betawi juga yang mengatas namakan
Palang Pintu. Jadi kita untuk lima tahun terakhir festival palang
pintu bukan hanya budaya betawi tapi kita budaya nusantara dan 2
tahun yang lalu kita memberikan tontonan kepada masyarakat itu
budaya internasional dan bukan hanya budaya betawi aja sekarang
kita ada budaya nusantara, budaya internasional yang
dipertunjukkan untuk masyarakat. Tapi nama besarnya palang pintu
disetiap tahunnya pasti ada yang namanya lomba palang pintu
gapernah gaada.
Peneliti : berarti disetiap tahunnya itu selalu ada peningkatan dari segi
eventnya sendiri ya ?
Informan : iyaa pasti ada contohnya kaya kita kemarin kita masuk rekormuri
yaitu memakai batu pandan terbanyak itu ditahun 2015 yaitu jadi
ditahun 2015 itu batu lagi boomingkan.
Peneliti : Alasan yang mendasar sanggar manggar kelape menciptakan event
besar seperti Festival palang pintu kemang ?
Informan : untuk menjaga tradisi, kita sanggar manggar kelape berusaha
menjaga tradisi budaya betawi khusunya di wilayah kemang ini
dengan mengadakan acara yang bermuatan nilai edukasi, agama dan
tentunya budaya Betawi sendiri. Nah, kita disini salah satunya itu
kenapa kita membuat palang pintu, berangkat dari kesadaran
masyarakat yang cinta kepada budanyanya sendiri. Belom lagi kan
saya udah bilang sebelumnya kalo dikemang ini nih tempatnya
ekspatriat, jadi kudu kita tanemin tuh nilai budaya Betawi itu sendiri
disini biar kaga ilang dan ampe generasi anak cucu pada paham
palang pintu salah satu budaya kite masyarakat betawi. Karena yang
namanya orang engga cinta berarti engga nyaman tapi bagaimana
cara membuat orang nyaman akan cinta kepada kita dan itu yang
harus kita tanemni n dari dulu. Jangankan orang luar orang dalem
dulu yang kita buat nyaman, kalo lu udah nyaman dengan budaya lu,
lu keluar juga udah pasti enak dan memang awal mulanya seperti
itu.
l
Peneliti : Apa yang membuat event ini bertahan sampai pada pelaksanaan
tahun yang ke 14 ?
Informan : mungkin yang pertama adalah solid, kedua yaitu rasa memiliki
budaya itu kuat dan yang ketiga itu kebersamaan. Kita engga akan
kuat dan tidak bisa dipungkiri bahwa kebersamaan itu mungkin kita
engga sampe yang ke- 14. Karena kita kebersamaan dan gua ini
generasi ke kalo disanggar itu generasi ke – 3. Jadi udah ada
pendahulu gua sebelumnya yaitu ada generasi pertama, kedua dan
sampe gua ini kegenerasi ketiga dan itu orangnya berubah – rubah
dikarenakan faktor kenyamanan dikerenakan mereka memiliki
kampung dikemang dan darahnya darah betawi ya jadi siapa lagi
kalo bukan kita. Jadi setiap tahun ada aja anak – anak muda yang
datang kesini untuk gerakin festival palang pintu. Itu kembali lagi
atas dasar kesadaran akan cinta terhadap budayanya.
Peneliti : Kenapa event ini dinamakan festival palang pintu ?
Informan : ya karena kan kita buatnya mengenai tradisi palang pintu dan
sekarangkan banyak festival – festival ondel – ondel, festival
apalahh yang lainnya ya semua awalnya dari sini sebelumnya. Ya
karena kita awalnya memang membuat perlombaan palang pintu,
mungkin kalo dulunya konsepnya pantun kita bisa bikin festival
pantunkan dan kita juga semakin berkembangnya suatu event
dibarengi dengan rekor muri kemarin juga yang terakhir kita
menciptakan golok terbersar dijakarta dengan panjang dan berat
duaratus kilo setiap tahunnya si kita buat edukasi – edukasi
contohnya dari makanannya kalo kemaren kita dari bari batunya
sekarang kita angkat goloknya mungkin tahun selanjutnya masih
banyak yang akan kita angkat terus belum lama juga kita juga bikin
dari segi ondel – ondelnya berangkat dari 2016 yang ada anggapan
dari masyarakat kenapa orang betawi sering ngamen pake ondel –
ondel si tapi kita melawannya bukan menggunakan argumentasi
akan tetapi kita membuat lomba tapi itu memperebutkan piala
ketenagakerjaan. Ya kita ambil moment – momentnya aja si bahwa
ondel – ondel ini kita berdayakan bukan hanya sembarangan.
Peneliti : Sasaran dari festival palang pintu kemang ini kepada siapa dan
apakah ada yang bergeser juga dari sasaran yang awal sampai yang
sekarang ?
Informan : sasaran kita sebenernya itu hanya mengembangkan aja si ya dari
budaya betawi dan lebih mempertahankan. Pertama kita dikenal
li
nasional untuk betawi dan kita sekarang lebih memperkenalkan
kedunia internasional. Kalo banyak orang yang bilang terlalu tinggi
kalo bisa ditahapan itu, pada kenyataannya kan dikemang banyak
bule dan banyak ekspatriat yang gamungkin dia kalo foto – foto
engga dikasih tau kekeluarganya disana dan banyak juga orang bule
yang ikut dan berpartisipasi didalah event palang pintu ini. Pernah
ada bule itu namanya perkumpulan orang bule kemang dan dia
semua pake pangsi dan tampil silat dipanggung utama, nah disitukan
udah keliatan kan. Kalo dinasional bisa dilihat sendiri mana ada ditv
tv yang engga nyorot event ini. Kalo lagi ada festival didaerah
kemang ini pasti breaking newsnya itu pasti deh event palang pintu
kemang dan lebih memperkenalkan sasarannya itu kenasional tapi
lebih ke iniloh budaya betawi, iniloh budaya betawi yang kita
kreasikan.
Peneliti : Apakah dari dinas kebudayaan ataupun pemprov DKI mendukung
festival palang pintu kemang ?
Informan : sangatlah, sangat amat didukung dikarenakan festival palang pintu
ini sekarang sudah menjadi iconnya selatan karena kitakan duduk
diwilayah Jakarta Selatan itu sanghat amat dari segi materi dan dari
segi motivasi itu kita amat sangat disupport dari pemprov, gubernur
dan lain – lain.
Peneliti : lalu peran dari Forkabi itu lebih kearah yang mana untuk saat ini dan
dari segi acara ?
Informan : ya tetep masuk dalam acara ini dan kalo kita bisa kotakkan itu
forkabi sebagai keamanan dan induk dari festival palang pintu dan
kita sanggar manggar kelape itu lebih ke acara dan diacara itu
dibudayanya. Tetep si berkesinambungan dan engga ada hal – hal
yang kaya gimana – gimana itu engga ada. Tapi musti dicatet ini
lebih kepada Forkabi diwilayah kemang.
Peneliti : Apakah ada kerjasama dengan instasi ataupun organisasi lain dalam
membangun event besar ini ?’
Informan : oiyaa dong pasti ada, kita diormas itu engga hanya forkabi tapi ada
organisasi FBR, ada pemuda pancasila dan terus ada organisai yang
lainnya yang itu tetep kita berkerjasama dengan yang lainnya karena
engga mungkin kita bikin acara yang ujuk – ujuk Forkabi dan
manggar aja itu gaakan bisa dan itu dengan instasi kita berkerjasama
contohnya Sama perusahaan yang ada di Kemang, ada café – café
lii
dan kita berkerjasama. Karena kalo kita engga kerjasama kita engga
akan diizinin dong lapak dia kita pake untuk tenda dan semua saling
berkesinambungan dari tokoh masyarakat. Kyai, pengusaha, Rt, Rw,
ya pokonya pejabat – pejabat setempat kita koordinasi semua.
Peneliti : Menurut anda, perbedaan tradisi kesenian palang pintu dengan
festival palang pintu apa? apakah terdapat makna yang berbeda ?
Informan : perbedaan ya jelas jauh berbeda ya karena kalo palang pintu itu yang
kita sebutin diatas pertama kalo festival palang pintu itu kita
memperlombakan dari palang pintunya tersebut. Cuma difestival
palang pintu itu kita bukan Cuma lomba palang pintu aja akan tetapi
banyak perlombaan, banyak acara. Jadi harus dibedakan nih antara
palang pintu dengan festivalnya, kalo palang pintu tradisi orang
betawi udah pakem. Akan tetapi, kalo festival itu yang bikin sanggar
manggar kelape sama forkabi yang isinya lomba palang pintu. Jadi
palang pintu itu dilombain tuh baik dari pantunnya, silatnya bagus
engga ni terus sanggar – sanggar pada daftar kekita untuk ikut lomba
palang pintu.
Peneliti : Membutuhkan sanggar – sanggar lain engga terkait sama
pengenalan sanggar ini ataupun eventnya ?
Informan : ya kerjasama dan kita pasti kerjasama contohnya kaya dari dua tahun
yang lalu itu kita berkerjasama dengan sanggar JTBM dan kita
berkerjasama dengan ada yang dilenteng agung terus dua tahun lalu
kita kerjasama sama sanggar tanggerang dan itu tetep. Itukan karena
kita juga punya yang namanya lintas sanggar dan lintas budaya yang
mana kita engga bisa bergerak sendiri pasti ada masuk – masukan
jugakan dari mereka akan tetapi yang mengakomodir itu dari kita.
Peneliti : Menurut anda, apakah fungsi dari terselenggarakannya festival
palang pintu kemang ?
Informan : ya kalo dari fungsi diadakannya festival palang pintu pertama jelas
edukasi itu penting yang kedua itu silaturahmi karena dibetawi itu
silaturahmi itu kentel dikarenakan kalo orang – orang dulu kalo
orang tua kita buat festival palang pintu itu intinya bukan acaranya
bukan apapun intinya lu ngumpul tuh, ngeriung ketemu ama sodara
lu tuh satu betawi silaturahmi intinya. Kita silaturahmi sama sanggar
– sanggar sama pengusaha, sama kepolisian dan lsin – lsin
menyatukan sanggar – sanggar lain untuk bersilaturahmi menjaga
tali persaudaraan terlepas dari edukasi yang lain.
liii
Peneliti : Event festival palang pintu inikan diselenggarakan dikemang.
Kenapa lebih memilih kemang sebagai tempat terselenggarakannya
event tersebut ? apakah ini dinamakan strategi untuk menarik
masyarakat ?
Informan : ya kalo masyarakatkan emang kita engga dari sini aja, kita
undangkan sanggar – sanggar ataupun organisasi – organisasi
bahkan sampe ada bule – bule kemangkan yang ikut dan kenapa kita
diadakan dikemang yak arena kita letaknya memang disini didaerah
kemang sanggar kita. Kalo dibilang sebagai strategi si engga ya,
bahkan sekarang itu engga dari warga kemang aja yang dateng
banyak dari luar Jakarta juga, Jabodetabek dah ya.
Peneliti : Sejarah dari eventkan awalnya dari perlombaan ya ? kira – kira
makin kesini itu semakin memperkenalkan atau justru menghilang ?
Informan : wah kalo dibilang hilang ya engga yaa malah sekarang bertambah
dari segi minatnya sampe acaranya juga kita makin berkembang lagi
ya biar masyarakat engga bosen dan engga ngilangin nama besar kita
juga yaitu membawa nama palang pintu betawi.
Peneliti : Masuk dalam festival palang pintu apakah dikenakan biaya ?
Informan : kita engga ada biaya sama sekali karena kita dari awal itu kita engga
ada pandangan untuk mengarah kesana dan kita engga ada yang
namanya itu masuk bayar karena ini acara kemasyarakat kembali
kemasyarakat kita. Kenapa gabayar, karena acara ini yang bikin
masyarakat ya jadi kembali lagi ya kemasyarakat. Kenapa kita engga
memberlakukan tiket pembayaran atau yang lainnya yak arena
seperti itu.
Peneliti : untuk membuat event atau pun festival inikan sanggar ini butuh yang
namanya sponsor ya ? bagaimana cara memutarkan biaya hingga
bisa membuat event sebesar ini ? memutarkan kemana jika ada
proposal ?
Informan : gini ya, mohon maaf sebelumnya kalo untuk pertanyaan itu mungkin
itu dapur kita, kita juga engga bisa kasih gambaran ke kalian karena
kapasitas kita hanya sebagai pembuat event palang pintu aja. Tapi
kalo misalkan untuk berbicara sponsor pasti ada sponsor dan
dibantulah yang namanya acara pasti ada sponsor, ada orang
nyumbang. Kita berkerjasama sama salah satunya produk – produk
minuman atau produk – produk kartu handphone kita tetep ada
sponsor – sponsor kaya gitu atau kaya perusahaan – perusahaan
liv
seperti Pertamina juga mensponsori kita terus kalo dari pemerintah
dan kementrian banyak yang mensponsori kita, intinya sponsor itu
ada buat kita, buat acara ini jadi lebih mendukung lebih mensupport
aja.
Peneliti : kalo dari segi media itu seperti apa bisa masuk kedalam event ini ?
Informan : jadi kalo media itu seperti ini kita festival kedua ketika udah ada
dijalanraya kemang kita sampe bersurat ke stasiun tv kaya RCTI,
Global, SCTV dan lain – lain suruh masuk kedalam acara ini kita
jalanin selama dua tahun dan ketika kita udah mulai dikenal ketika
festival yang ke – 4 tanpa kita bersurat itu media sudah mulai
menyoroti kita bahkan hanya itu media cetak seperti Detik dan
lainnya itu tanpa kita undang mereka datang. Bahkan masyarakat
meminta festival palang pintu ini daiadakan setahun dua kali akan
tetapi kita menyerah karena kita harus melalui proses yang panjang
untuk mengadakan festifal tersebut. Berangkat dari penutupan akses
jalan kemang yang ditutup selama dua hari dan siapa yang berani
dan harus melalui perizinan seperti kepihak kepolisian, Dishub,
SatPolPP itu kita marathon selama 5 bulan untuk suksesin acara
festival palang pintu.
Peneliti : apakah ada moment – moment tertentu untuk membuat festival ini ?
Informan : jadi gini kita itu setiap tahun sebenernya sama seperti yang tertera di
proposal yang mempunyai maksud dan tujuan seperti sosialisasi seni
budaya tradisional Betawi, strategi mempertahankan dan
melestarikan seni budaya tradisional Betawi dan Nasional, dan yang
terpenting untuk merayakan Hut Kota Jakarta ke 492. hampir dan
agak bingung si yak arena kita berpatokannya itu sebelum puasa
seminggu gitu. Yang namanya bulan itukan muter ya dulu itu kita
menyambut sebelum tanggal 22 juni lahirnya kota Jakarta itu kita
bikin festival palang pintu akan tetapikan berjalannya waktu itukan
puasa entah dijuni jadi kita adakan di mei jadi kita sebelum puasa
seminggu kita ngadain tapi secara pastinya emang gapasti. Intinya
kalo ditanya pasti kita jawab diadakan sebelum bulan puasa itu udah
pasti patokannya sebelum ramadhan.
Peneliti : Dalam event ini diadakan lomba – lomba kesenian betawi ?
contohnya apa saja ?
Informan : banyak kalo lombanya itu dipalang pintu itu ada banyak, kita ada
lomba palang pintu, kita ada lomba tari, ada lomba band, ada lomba
lv
mewarnai, ada lomba ondel – ondel, ada lomba masak dodol, ada
lomba makanan betawi itu yang dilombakan. Tapi point yang
pertama itu tetep dipalang pintunya aja selain itu yaa lomba –
lombanya dan tetep kita kreasikan kaya kemaren kita bikin yang
namanya lomba kreasi daur ulang. Jadi kita berkerjasama denga ibu
– ibu PKK yang ada didaerah kelurahan Bangka karena kitakan
disini kelurahan Bangka nama kawasannya itu namanya anak –
anaknya make baju dari daur ulang dan kita lombakan terus juga
yang ikut lomba itu dari mana aja.
Peneliti : kalo dari segi lomba palang pintunya itu cangkupannya setiap tahun
itu makin banyak apa gimana ?
Informan : gini, pasti kita batasin untuk perlombaan palang pintu ini kita itu
seJabodetabek tapi seJabodetabek kita ambil dua group aja dan jadi
kita itu ada seleksi diJakarta Selatan itu aja udah ketauan ada sekitar
empat ratusan sanggar, di Jakarta Timur ada sekitar duaratus sampai
duaratus limapuluh sanggar belum Barat, belum Utara gimana tuh
caranya biar kebagian itu kita ambil dua sanggar – dua sanggar dari
masing – masing Jakarta bagiannya dab bener – bener yang terbaik
kita lombakan. Tapi ada juga yang nama palang pintunya udah tenar
dan dia engga mau ikut lomba juga banyak dan sah – sah aja karena
ya kita buat lomba untuk umum dan lomba – lomba yang lain
lingkupannya juga se Jabodetabek. Karena kalo kita mengakomodir
palang pintu doangkan masa acaranya. Gaada bandnya, gaada
lenongnya, engga ada pantunnya kan gitu ya dan bisa lebih dari
berhari – hari juga tuh yaa.
Peneliti : kan udah mulai banyak yang membuat event seperti ini ya, apa yang
menciri khaskan event palang pintu kemang dengan event yang
lauinnya ?
Informan : ciri khasnya ya kita kepalang pintunya, karena ya memang dari awal
pembuatan festival ya dari sini. Kaya misalnya ada difestival condet
baru melaksanakan yang ke – 4 dan ada juga festival pantun dia juga
baru ngadain yang ke – 2. Awalnya ya festival itu muncul ya disini
tahun 2005 Cuma misalkan dari sanggar si pitung ataupun yang
lainnya buatnya dibawah tahun 2005 itu mungkin udah duluan tapi
bicanya kalo mereka buat tahun 2007 ya berarti difestival kemang
duluankan dan udah 14 tahun.
Peneliti : berarti pandangan event itu bener dari kemang ini ya ?
lvi
Informan : iyaa kebanyakan itu bener dari sini. Diluar itu kalo yang lain punya
kreasi lain ya silahkan juga gitu. Ya kan sama aja kita berarti sama
– sama saling ngejaga tradisi dari betawi juga dengan membuat
festifal seperti apa dan dengan biaya yang berapa silahkan aja.
Peneliti : Strategi yang dilakukan sanggar manggar kelape dalam menarik
pengunjung dalam festival palang pintu kemana ?
Informan : mungkin kita menggunakan sosial media didalamnya, yang kedua
karena kita sudah sampai yang ke – 14 tahun kita sekali sebar di
sosial media itu sudah pada tau. Udah gitu kita memiliki EO juga
kan bagian yang untuk mempromosikan, kita udah memiliki team –
teamnya. EO nya ini buka EO acara ya tapi Cuma EO kaya
ngelengkapin barang – barang doang.
*Instrumen Golok Si Rajut*
Peneliti : difestival palang pintu inikan ada berupa simbol yaitu golok si rajut
ya, bagaimana golok si rajut ini bisa masuk kedalam event palang
pintu ini ?
Informan : jadi kalo berbicara mengenai golok si rajut ini mungkin udah
terdapat golok – golok yang lainnya sudah masuk kedalam rekor
muri yang bernama golok terbesar diIndonesia itu adanya di Banten,
jadi pada waktu itu pak haji Eddy itu dimimpikan pada sohibul
wilayah disini dikasih golok berukuran empat puluh centi engga tau
pertanda apa tiba – tiba pak haji eddy ini mau membuat golok besar,
apa karena dari mimpi itu apa karena yang lain saya kurang paham
akhirnya dibuatlah golok sebesar empat meter setengah. Awalnya
itu kita mau bikin rekor muri tapi karena udah ada golok terpanjang
kita engga jadi bikin rekor muri. Jadi kita ambil golok terbesar
diJakarta karena di Jakarta belom ada yang pernah bikin golok
sebesar itu makannya kita namain golok terbesar di Jakarta dan itu
sebenernya sebuah icon ataupun ornament aja si dari betawi yang
tadi mungkin saya bilang mungkin kemarin batu pandan yang kita
angkat diacara festival palang pintu tapi ditahun lalu itu yang kita
angkat itu sebuah golok dan golok itukan sebuah ornament yang ada
dipalang pintu ataupun Betawi senjata betawi itukan golok lebih ke
itu aja si. Kita juga mencari moment aja si karena itukan lebih
menciri khaskan dari festival tersebut.
lvii
Peneliti : Makna atau arti khusus dari golok sirajut ini, kenapa dinamakan si
rajut ?
Informan : sebenernya itu kita mengadakan festival palang pintu itukan
bersamaan dengan pilpres dan pilkada atau pemilu serentak. Kita
disini dipecah dan bukan hanya disini bahkan didaerah lainnya
sampe berantem disosial media, berantem sesama tetangga engga
ditegor. Pak haji Eddy langsung menamakan golok ini si rajut dan
tidak asal menamakan asal ujug – ujug sirajut aja.
Peneliti : Untuk membuat golok si rajut membutuhkan waktu berapa lama ?
Informan : estimasi kita untuk membuat golok ini satu bulan setengah tapi
Alhamdulillah jadi 14 hari 20 hari sama wistur. Yang tadinya satu
bulan dijadwalin akhirnya cepet 14 hari udah jadi golok.
Peneliti : Siapa yang mulanya memberi ide untuk pembuatan Golok si rajut ?
Informan : kalo masalah ini sih yaa awal mulanya dari orang tua kami sekaligus
pemilik sanggar manggar kelape yaitu bapak haji Eddy yang pada
saat itu bermimpi atau dimimpikan gitu sama sesepuh sini yang
nyuruh buat bikin golok yang besar yang gede gitu, akhirnya kita
rempukin buat dievent palang pintu kemaren kita bikin dah tuh.
Selepas itu si yaa golok ini punya makna yang kaya tadi udah
dijelasin.
Peneliti : Bagaimana antusiasmen dari masyarakat terkait dengan golok si
rajut yang dipamerkan pada festival dan disetu babakan ?
Informan : mungkin orang terheran – heran ya emang ada golok sebesar itu,
mungkin itu si yang jadi banyak orang pengen tau. Karena ini
sesuatu yang unik ya golok yang kita kenal kan paling yaudah golok
yang buat motong sapi, kambing. Jadi orang jugakan bertanya Tanya
tuh emang ad golok yang panjangnya 4 meter nah itu adanya dimana
tuh ya difestival kami Palang pintu. Intinya si jadi daya Tarik aja si
sebenernya, karena jadi sebuah icon aja si didalam festival itu
tersendiri dan sampai sekarang itu bener kita taro dimuseum
setubabakan itu.
Peneliti : awalnya itu memang mau di taro museum atau atau memang disuruh
dari pemprov ?
Informan : engga awalnya itu target kita mau ditaro ditaman mini karena taman
mini itukan bisa dibilang miniaturnya Indonesia ya tapi setelah kita
diberi arahan dari gubernur pak Anies Baswedan se yogyanya
lviii
karena ini acara betawi dan orang betawi lebih bagus ditaro disetu
babakan karenakan setu babakan kan udah jadi wisata dari semua
orang betawilah ya jadi ditaro disitu aja, kita mengikuti arahan dari
Pemprov ya jadi taro disetu.
Peneliti : ada engga kaya waktu waktu tertentu dari sanggar ini untuk melihat
Golok Si Rajut ini setelah diadakan event Palang Pintu ?
Informan : ada, kaya kemaren itu kita mengikuti lomba silat itu kita nengokin,
kalo untuk jadwalnya itu engga ada ya paling tiga bulan sekali kalo
ibaratin udah kangen bangat gitu kita main kesetu entah tiga bulan
sekali ataupun enam bulan sekali tapi kita itukan sebisa mungkin
harus bisa move on dari golok itukan karena kalo kita selalu
memikirkan golok itukan nantinya kita gapunya kreasi lagi. Jadi
kalo misalkan yang udah biarin aja udah karena juga kita di di
doktrin sama pak Haji Eddy segala apapun kalo yang udah udah
jangan dipikirin karena kalo difikirinn nantinya gabakl berkembang
lagi. Jadi kenapa kita engga fikirin ya kita anggap sebagai shodaqoh
dari sanggar ini untuk setubabakan, jadi kita harus berfikir lagi ni
gimana ni kita biar bisa dikenal orang lagi ni dan gimana lagi ni biar
kita bisa dikenal dijakarta ni.
Peneliti : Tapi ada legalitasnya engga kalo yang punya memang manggar ini?
Informan : ya ada sampe sertifikatnya itu ada kita, sertifikat pembuat dan
sertifikat pemilik itu ada kita jelas ditanda tanganin oleh bapak
Gubernur dan dari pihak setu juga udah jelas. Jadi engga bisa diakui
dan pernah ada satu berita katanya itu golok dari Bogor kita marah
? engga, kita anggap mungkin itulah cara mereka untuk mengenal
kita jadi orang – orang juga udah pada tau itu punya siapa itu milik
siapa jadi orang mau ngomong gimana juga bakal malu sendiri
bahkan nama kita malahan yang bakal dikenal.
lix
Informan 4
Nama : Sdr. Alwi Rizky
Usia : 22
Status : Ketua Sanggar Manggar Kelape, Periode Ke – 3
Hari / Tanggal : Sabtu / 07 – 09 -2019
Waktu / Tempat : 22. 25 WIB / Sanggar Manggar Kelape
*Indikator Palang Pintu *
Peneliti : Menurut anda tradisi atau kesenian palang pintu itu apa sih ?
Informan : Tradisi palang pintu itu menurut saya pribadi, jadi kaya misalkan
kita mendatangi suatu wilayah kaya misalkan calon penganten pria
datengin calon penganten perempuan. Nah kalo jaman dulu itukan
lx
nyohorin jagoannya masing – masing nih yang cowo punya jagoan
yang cewe punya jagoan masing – masing. Jadi nunjukin
kalo jawara dia tuh bisa ngalahin jagoan perempuan. Gitu, nah
kalo sekarang udah lebih kaya istilahnya udah disetting dan kalo
jaman dulu bener – bener engga disetting jagoan dari wilayah ini ga
pernah ketemu. Jadi, harus bener – bener jatohin tuh hari kalo
misalnya engga jatoh ya harus tetep – bener bisa jatohin
Peneliti : Menurut anda apakah tradisi atau kesenian palang pintu dahulu
dengan yang saat ini (zaman sekarang ) ada perbedaan engga ?
Informan : kalo diperbedaannya si jaman sekarang ini lebih banyak dikreasiin,
misalnya kaya jaman sekarang ini kaya ditambahin seni lenong,
terus ditambahin kaya bodolan – bodolan kaya misalkan kita dapet
job dari palang pintu orang jawa, kaya kita ngikutin kaya ada bahasa
jawanya gitu. Kan kalo dulu bener – bener tok kalo bener – bener
mao masuk buat nunjukin kalo ini ni jagoan kita. Kalo sekarang si
ada bedanya seperti itu aja si.
Peneliti : di Indonesia sendiri yang kita taukan banyak suku melayunya ya,
ada engga si sambungannya antara nilai kebetawian dengan nilai
melayu sendiri?
Informan : kalo nilai melayunya itu kurang paham juga ya. Tapi lebih
cenderung kepantunnya kan palang pintu ada pantun – pantunnya
yaa ini lebih condong kepantunnya aja si biasanya kalo dari segi nilai
melayunya. Cuman kan biasanya kalo dibetawi itu akhirannya e
diganti – ganti gitu aja si.
Peneliti : Menurut anda, adakah makna yang terkandung dari suatu tradisi
palang pintu ? apakah dimasing – masing tahapannya ada makna
yang terkandung ?
Informan : sebenernya ada kaya dari segi ornamen palang pintunya itu sendiri
kaya kembang kelapa yang udah dijelasin. Terus kaya kembang
kelape itu buat multicultural contoh orang betawi dan nerima Rasa
apa aja. Contohnya bisa berbaur gitu, terus disitu didalam palang
pintu itu sendiri engga Cuma buat ngunjukin jagoannya aja tapi
disitu ada yang namanya sikeh yang artinya apa yaitu lantunan ayat
suci Al – qur’an yang dibacain sama qori dan qoriah yang tujuannya
itu bahwa calon laki ini tuh udah siap dan udah mempunyai ilmu
bekal agama buat nanti ngebimbing istrinya sama anak – anaknya
gitu.
lxi
Peneliti : Menurut anda adakah yang berbeda antara prosesi palang pintu yang
dilaksanakan pada pernikahan digedung dengan dirumah ?
Informan : kalo dari kita pribadi Cuma di manage waktunya aja ya engga beda
dan tetep semuanya sama Cuma manage di waktu. Karna kan kalo
digedongan itu biasanya sewa bisa dua jam dan kita lebih
mempersingkat waktu kalo dikampung kita agak sedikit lama lah
yaa da nisi dan maknanya tetep sama.
Peneliti : kan palang pintu itu juga bisa digunakan untuk menyambut para
tokoh ya ? nah itu sama engga baik dari tahapannya ?
Informan : nah kalo itu beda dan namanya itu biasa disebut dengan buka palang
pintu dan kalo buka pintu itu engga ada sikehnya, karena kan kita
ngarak tokoh bukan buat mengarak penganten, jadi, Cuma ada
pantun bejaban udah disitu dan masih ada tetep rabanaan dan
kembang kelape jugaa ada .
Peneliti : berarti beda ya bang antara makna tradisi palang pintu dengan buka
palang pintu ?
Informan : nah iyaa bener berbeda.
Peneliti : Selain pada acara pernikahan tradisi palang pintu biasa digelar
dalam acara apa saja ?
Informan : nah mungkin kalo dari orang awam ataupun yang belum tau
biasanya taunya palang pintu itu dipake kalo lagi acara nikahan aja,
tapi sekarang seiring berjalannya waktu kita juga ngikutin
perkembangan zaman ya kan. Jadi palang p[intu juga semakin
berkembang dari sisi kegunaanya, kaya contohnya sekarang engga
Cuma dipernikahan aja bahasa kasarnya nampil dah ya. Tapi
sekarang udah bisa dipake dalam penyambutan – penyambutan tamu
Negara, peresmian gedung ataui bahkan bisa aja tuh panggilan
panggilan kaya pake bahasa inggris kalo bisa gitu, bahkan yang
keliatan jugakan kita malahan angkat nama palang pintu jadi sebuah
event yang bisa dipertontonkan buat berbagai lapisan masyarakat.
Peneliti : Melihat dari segi sejarahnya, kan urutan itu dari bunyi petasan,
sampai pengantin pria mencium tangan orang tua perempuan.
(didalam buku bachtiar h; 5 – 6 ) kemudian pada saat ini, urutannya
ada yang hilang tidak ? kemudian kelengkapan dan seserahannya
masih tetap sesuai dengan panduannya tidak ?
lxii
Informan : paling tahapan – tahapannya itu berbeda disetiap wilayahnya
misalnya kaya kalo bener – bener palang pintu kaya ada bawa sirih
dare dan apa namanya tuh dandang nah dandang itu tuh ada cicin
biasanya dan itu tuh kita diwilayah Jakarta Selatan ini engga make
itu jarang. Yang ada itu tuh daerah tangsel, Bekasi dan itu masih
pake gituan. Ada juga yang namanya gabus pucung, bawa kambing
nah beda wilayah beda juga dah tuh.
Peneliti : nah berarti kalo Betawi sendiri itukan namanya Betawi ya beda ya
sama yang kemang, tangsel dan lainnya gitu ?
Informan : nah itu yang saya bilang makannya diwilayah tersebut ya pakemnya
berbeda – beda. Betawi itukan sifatnya itukan kalo secara umumkan
banyak, yang tadi udah disebutinkan ada gabus pucung dan kalo
diselatan tuh engga kenal apa itu gabus pucung tuh atau mungkin
dandang didaerah depok ada tuh maknanya kenapa pake dandang
tapi kita disini juga kenapa dandang itu ada. Engga ubah jauhnya
juga sama maenan silat kalo disanggar ini itu ada troktok disono ada
beksi udah kaya gitu – gitu aja terus disono ada gombel. Jadi banyak
ciri khasnya gitu.
Peneliti : Eksistensi tradisi atau kesenian palang pintu pada saat ini menurut
anda seperti apa ? masih bertahan apa justru redup ?
Informan : kalo untuk sekarang ini itu udah semakin banyak yaa dan udah
semakin menjamur disini semenjak adanya festival palang pintu.
Jadai ikut ini juga apa namanya semua menjamur bahkan ikut –
ikutan dan bahkan engga punya sanggar tapi dia punya grup palang
pintu itu dan itu namanya sekarang sudah semakin menjamur.
Peneliti : Menurut anda, masyarakat kemang sendiri masih menggunakan
tradisi palang pintu dalam pernikahan adat betawi ?
Informan : masih ada, Cuma kaga pake dandang kalo disini. Jakarta Sekatan
itu engga ada sedangkan diDepok itu masih ada yang pake dandang.
Peneliti : Untuk menggunakan tradisi palang pintu dalam upacara pernikahan
betawi kisaran harganya berapa ?
Informan : kalo disini kita ada harga yang namanya harga professional, di
professional ini dikisaran harga tiga juta ada yang dua setengah juta.
Terus ada yang namanya harga sahabat itu diharga dua setengah juta
ada yang dua juta dan harga keluarga ada juga disini disekitaran dua
juta dan satu juta. Jadi kita bedain klasifikasinya dikarenakan kan
lxiii
namanya sodara kita engga enak juga kan ngasih harga tinggi kan
kalo misalkan instasi – instasi pasti kita hargain professional.
Peneliti : Apakah sanggar ini masih terus melestarikan kesenian palang pintu
?
Informan : ya jelas, karena kan disini kita ada yang namanya lintas generasi dan
kita juga banyak pengenalan sejak usia dini, liat aja nih yang latihan
masih kecil – kecil semua dan jenjang buat kedepannya itu masih
panjang pastinya. Nah yang udah pada tua atau generasi sebelumnya
ikut mantau jugaa.
Peneliti : Dalam memainkan tradisi atau kesenian palang pintu ini ada kriteria
yang dikhususkan engga?
Informan : kalo berbicara ini sih yaa engga ada yang penting dia niat latihan ya
pasti kita terima. Ya walaupun masing – masing orang kan beda yaa,
ada yang cepet buat hafalnya dan ada yang lama juga, soalnyakan
kita ada latihan mantunnya juga.
Peneliti : Menurut anda bagaimana usaha yang dilakukan anda sebagai
generasi muda untuk tetap melestarikan kesenian palang pintu ?
Informan : Nah kitakan mencetak generasi naru misalnyakan kaya saya ngajar
silat disini setelah latihan silat saya buka kelas pantun saya ajarin
pantun dan disitu juga saya ajarin berjaban jadi disitu dites lama –
lama bisa karena terbiasa jadi misalkan dia nantinya udah bisa kita
ajak nih palang pintu yang beneran itu kaya gimana
Peneliti : alasannya apa sampe anda masuk kedalam sanggar ataupun
mendalami palang pintu sendiri ?
Informan : alasannya satu karena saya anak betawi juga ya gimana ya kalo
engga ngelestariin budaya betawi sendiri ya buat apa gitu apalagi
cuman nonton doang, engga terjun langsung, nanti kalo udah terjun
langsung kan saya tau dan jadi paham da nada kesenangan tersendiri
buat ngelestariin budaya Betawi.
Peneliti : Menurut anda, tradisi atau kesenian palang pintu saat ini merupakan
hiburan atau memang sebuah prosesi adat istiadat?
Informan : kita memasuki budaya itu sendiri bisa juga sebagai hiburan.
Misalkan kalo dipenganten itukan kita sebagai budaya. Oh ini
budaya Betawi nih kaya gini – gini nah kalo ada Buka pintu itu ya
sama aja kita kaya hiburan atau engga ya diatas panggung, lomba ya
lxiv
itu sama aja kita menghibur ada yang sifatnya sacral dan ada nilai
komersial nya lah.
Peneliti : kalo dari segi pantunnya itu makin kesini makin dimodivikasi yaa ?
Informan : iyaa bisa dibilang seperti itu juga kan biar ngikutin perkembangan
zaman juga.
Peneliti : Sebenarnya tradisi palang pintu diadakan sebelum ataupun sesudah
akad menjelang resepsi ?
Informan : yakan biasanya palang pintu itu identic dengan mengantarkan yaa,
mengantarkan calon besan laki –laki ataupun mengantar tokoh –
tokoh, biasanya itu dilakukan diawal kita nganter kerumah dari
calon perempuannya ni.
*Indicator Festival Palang Pintu Kemang*
Peneliti : awalmula dari event palang pintu ini gimana bisa terbentuk ?
Informan : awalnya ini manggar kelape itu prihatin kaya misalnya kitakan ada
yang namanya ormas Betawi tuh yang namanya Forkabi pada saat
acara ulang tahun itu mereka Cuma ngadain acara yang gitu – gitu
aja kaya kurang ada adat Betawinya jadi disini bang haji Eddy dan
pengurus yang lain berinisiatif buat ngobrolin ni Forkabi ini buat
ngadain acara festival palang pintu ini dan adanya itu dibawah sini
dan masih daerah Kemang juga dulu itu engga semeriah yang ada di
tahun sekarang – sekarang nih kaya ada bazanya, ada penampilan –
penampilan dari budaya lain. Zaman dahulu tok bener – bener lomba
festival palang pintu.
Peneliti : Event palang pintu kemang ini awal mula diadakan pada kisaran
tahun berapa ?
Informan : palang pintu pertama kali ini diadakan ditahun 2006
Peneliti : Alasan yang mendasar sanggar manggar kelape menciptakan event
besar seperti Festival palang pintu kemang ?
Informan : alasannya satu buat ngelestariin budaya palang pintu dikarenakan
jaman dulu itu palang pintu itu masih jarang banget beda ama
sekarang yang udah lumayan terkumpul dan udah lumayan banyak
nah zaman dulu itu pas awal awal ngebooming disini manggar
kelape silaturahmi juga si dengan sanggar – sanggar lain.
lxv
Peneliti : Apa yang membuat event ini bertahan sampai pada pelaksanaan
tahun yang ke 14 ?
Informan : intinya itu istiqomah jadi kita beristiqomah buat ngelestariin budaya
tetep niat buat memperbagus budaya engga Cuma budaya betawi aja
tapi semua budaya lokal kaya jawa ada Reognya difestival palang
pintu ini juga ada jadi kita melestarikan sekaligus memperkenalkan
juga budaya – budaya yang lainnya.
Peneliti : Kenapa event ini dinamakan festival palang pintu ?
Informan : ya itu yang saya tadi bilang yaa dulu jaman palang pintu itu masih
jarang jadi bang haji Eddy ini membuat suatu gagasan dan membuat
festival palang pintu. Disitu festival palang pintu ini menjadi sebuaj
icon di Kemang jadi disini InsyaAllah nanti akan dijadikan kampung
palang pintu. Jadi kenapa diadakan festival palang pintu tujuannya
buat jadiin gudangnya palang pintu yang adanya dikemang
Peneliti : Sasaran dari festival palang pintu kemang ini kepada siapa ?
Informan : untuk masyarakat sekitar awalannya dan juga buat generasi –
generasi selanjutnya si biar tau ini palang pintu kaya gini terus setiap
wilayah ciri khasnya kaya gini.
Peneliti : Apakah dari dinas kebudayaan ataupun pemprov DKI mendukung
festival palang pintu kemang ?
Informan : Ada dukungannya kan kita udah berkerjasama udah kaya di dinas
pariwisata dan juga Kemenparbud yang manjadi agenda tahunan
juga dan menjadi icon Selatan. Jakarta Selatan ini sudah mempunyai
event tetap setiap tahunnya yaitu festival palang pintu sampai saat
ini.
Peneliti : Apakah ada kerjasama dengan instasi ataupun organisasi lain dalam
membangun event besar ini ?’
Informan : ada instasi itu kita seperti BNN. Lembaga Kebudayaan Betawi terus
LBB Tangsel itu kita banyak macem – macem yang udah
berkerjasama.
Peneliti : Membutuhkan sanggar – sanggar lain engga terkait sama
pengenalan sanggar ini ataupun eventnya ?
Informan : sebenernya butuh karena dari sanggar lain misalnya kita ambil dari
wilayah Depok, Tangsel, Bekasi sama – sama kita berkerjasama
untuk memeriahkan festival palang pintu. Nah disetiap sanggar ini
lxvi
pastinyakan mempunyai anggota pastinya memiliki keluarga, punya
temen, punya pacar segala macem pastinyakan dia ngajak ayo
dateng ke festival palang pintu. Itukan sama aja kita mengajak untuk
mendatangi festival palang pintu biar lebih meriah lagi.
Peneliti : Menurut anda, apakah fungsi dari terselenggarakannya festival
palang pintu kemang ?
Informan : Fungsinya si lebih untuk memperkenalkan yaa, masyarakat yang
tadinya awam udah jadi banyak mengetahui Betawi mulai dari
tarian, pakaian, kuliner dan lain sebagainya. Ya intinyaa untuk
melestarikan warisan dari nenek moyang kita sebelumnya ya.
Peneliti : Event festival palang pintu inikan diselenggarakan dikemang.
Kenapa lebih memilih kemang sebagai tempat terselenggarakannya
event tersebut ? apakah ini dinamakan strategi untuk menarik
masyarakat ?
Informan : Ya satu tempat atau sanggar kitakan letaknya didaerah kemang ya,
udah gitu kita terletak didaerah kemang yang mulai masuknya
ekspatriat ekspatriat dan bisa dibilang balinya kedua kalo kata bang
haji eddy.
Peneliti : Sejarah dari eventkan awalnya dari perlombaan ya ? kira – kira
makin kesini itu semakin memperkenalkan atau justru menghilang ?
Informan : waduh malah justru semakin memperkenalkan identitasnya yaa,
terlebih sekarang kita sudah menambahkan dan memasukkan
budaya Nusantara dan juga mulai memperkenalkan budaya
internasional karena kita juga tidak bisa terlepas dari perkembangan
zaman.
Peneliti : Masuk dalam festival palang pintu apakah dikenakan biaya ?
Informan : kita masuknya dari pertama udah gratis si ya, biar masyarakat juga
puas dan engga ada keterpaksaan untuk datang.
Peneliti : Dalam event ini diadakan lomba – lomba kesenian betawi ?
contohnya apasaja ?
Informan : ada lomba tari, lomba hadroh terus lomba biasanya dua tahun lalu
itu ada lomba ondel – ondel ngibing, lomba Band, kreasi daur ulang,
lomba mewarnai. Jadi intinya sifatnya kreasi.
Peneliti : bagaimana sih sanggar ini untuk menaikan event ini agar menjadi
besar seperti yang sekarang ?
lxvii
Informan : untuk di event kita biasanya melalui sosial media doalnya dimanggar
kelape di instagram kita misalkan ada kegiatan rapat – rapat kegiatan
festival palang pintu, ada juga di youtube nya, sampe anak – anak
difestival palang pintu kita ada juga kita udah sebarin ke facebook
manggar kelape jadi kita lebih mainnya ke sosmed soalnyakan
emang lagi rame – ramenya sosmedkan.
Peneliti : kan tujuannya untuk melestarikan ya ? dari anda ada engga si inovasi
lainnya selain dari segi eventnya ?
Informan : Ada, saya berambisi buat bawa budaya betawi buat Go
Internasional. Contoh kan kalo saya ini kuliah dijurusan pariwisata
perhotelan. Niat saya itu insyAllah suatu saat nanti kerja diluar
insyaAllah nanti ngenalin ini namanya budaya Betawi.
Mengenalkan orang – orang luar untuik mengajak mengenal budaya
betawi entah dari silatnyakah, lenongnya, tariannya. Ya tetep saya
mengajak buat orang – orang luar tuh tau.
Peneliti : Strategi yang dilakukan sanggar manggar kelape dalam menarik
pengunjung dalam festival palang pintu kemana ?
Informan : Di festival palang pintu ini kita lebih mencari yang berbeda dan unik
yang gaada itu di acara festival lain. Contoh kaya ondel – ondel
ngibing pertama kali kita yang menciptakan dan festival yang lain
tuh kadang – kadang ada yang ngikutin ada yang Cuma buat parade
doang terus juga ada golok terbesar kemaren kita lebih membuat
yang unik kaya. Terus juga ada rekor muri pemakai batu pandan
terbanyak. Jadi kita lebih yang keunik.
*Instrumen Golok Si Rajut*
Peneliti : Awalmula perjalanan golok si rajut ini untuk masuk kedalam event
ini seperti apa ?
Informan : Awalnya ini yang pertama punya pemikiran ini itu bang eddy beliau
berambisi agar golok besar ini untuk merajut semua sanggar –
sanggar yang ada di Jakarta maupun Tangsel jadi ngajak – ngajak
mereka ini supaya kita merangkul tuh sama. Karena kebanyakan
sanggar itu guru – guru besarnya itu masing – masing punya
pemikirannya sendiri ya. Kadang juga ada yang musuhan jadi kita
untuk merajut semua itu kita buatlah yang namanya golok si rajut.
Peneliti : Untuk membuat golok si rajut membutuhkan waktu berapa lama ?
lxviii
Informan : Untuk waktu proses pembuatan 14 hari dan untuk konsepnya itu kita
sebulan
Peneliti : Siapa yang mulanya memberi ide untuk pembuatan Golok si rajut ?
Informan : Kalo masalah ini sih yaa awal mulanya dari orang tua kami sekaligus
pemilik sanggar manggar kelape yaitu bapak haji Eddy yang pada
saat itu bermimpi atau dimimpikan gitu sama sesepuh sini yang
nyuruh buat bikin golok yang besar yang gede gitu, akhirnya kita
rempukin buat dievent palang pintu kemaren kita bikin dah tuh.
Selepas itu si yaa golok ini punya makna yang kaya tadi udah
dijelasin.
Peneliti : Apakah pembuatan golok si rajut membutuhkan dana yang besar
juga ?
Informan : ya kalo masalah ini sebenernya ketua sekaligus orang tua kita yang
tau ya. Karna yaa kita bener – bener yang jalanin dan sebagai aktor
buat ngelestariin budaya aja.
Peneliti : Bagaimana antusiasmen dari masyarakat terkait dengan golok si
rajut yang dipamerkan pada festival dan disetu babakan ?
Informan : Responnya sangat bagus sekali dan jadi orang – orang itu berinisiatif
buat salurin idenya dan semoga kedepannya kita buat yang baru lagi.
Karenakan golok kita udah mungkin suatu saat kita bikin yang baru
dan memiliki potensi tentunya serta disetiap tahunnya kita dari
pertama sampai sekarang ini buat sesuatu yang bener bener baru dan
belum ada sebelumnya.
lxix
Informan 5
Nama : Ferry
Usia : 22
Status : Anggota / pemuda sanggar manggar kelape
Hari / Tanggal : Senin / 15 – 7 -2019
Waktu / Tempat : 22 . 15 WIB / Sanggar Manggar Kelape
Peneliti : Apakah abang berlatar belakang dari keluarga betawi atau engga ?
Informan: iya, saya berlatar belakang dari keluarga betawi yang kebetulan asli
kemang sendiri.
Peneliti: apa yang anda pahami tentang tradisi palang pintu itu sendiri ?
ngomongin tentang sejarahnya gitu ?
lxx
Informan: ngomongin tentang sejarahnya palang pintu ngomongin sejarahnya
itu mungkin dulu ya identik dengan jawara masing – masing dari
daerah masing – masing. Kalo jaman dahulu itu jarang banget kaya
yang sekarang ini namanya sanggar, masih banyak yang namanya
jawara – jawara itu beradu kehebatan. Jadi misalnya dari daerah
menteng, daerah tanah abang diadu misalnya ada yang mau nikah
harus jatohin jagoannya masing – masing daerah tersebut.
Peneliti: kalo jaman dulu lebih kepada jawara – jawaranya ya ?
Informan: iya, lebih menunjukkan eksistensinya sendiri
Peneliti: Sudah latihan berapa lama disanggar ini ?
Informan: saya dari sini itu latihan udah dari kelas lima SD sekitar sepuluh
tahunan sampai sekarang.
Peneliti: Apa alasan abang memilih untuk menyalurkan bakatnya kesanggar
palang pintu ? padahalkan diluar sana banyak tuh kegiatan –
kegiatan yang lainnya ?
Informan: Sebenernya ini itu hobby ya, hobbynya itu seneng aja ngelestariin
budaya betawi karena sendiri ini orang betawi masa iya engga
ngelestariin budaya sendiri.
Peneliti : Apakah ada tuntutan dari lingkungan untuk melakukan kegiatan ini
?
Informan : Engga si ya saya berangkat dari diri sendiri aja karena gemar dan
mau membawa palang pintu lebih berkembang lagi.
Peneliti: Di era sekarang ini palang pintukan udah bisa dipertontonkan baik
dimedia sosial dan lainnnya kaya misalnya di youtube – youtube
gitu? ada engga kepuasaan tersendiri buat anda ?
Informan: Ini bisa dibilang suatu kemanjuan dikarenakan orang lebih banyak
tau, apalagi ini disosmed kan. Banyak dari seluruh Indonesia bisa
mengakses apa sih itu palang pintu dan bukan Cuma di Indonesia
tapi bahkan diluar negeri orang bisa tau jadi engga didaerah kita aja
gitu. Masasah kepuasan si ada ya, ya pasti ada lah Cuma kepuasan
tersendiri itu dari kita masing – masing gimana cara kita
menyikapinya
lxxi
Peneliti: Tujuan anda untuk mendalami tradisi palang pintu ini apa ? apakah
hanya sekedar palang pintu atau bahkan untuk melestarikan budaya
nenek moyang ?
Informan: salah satunya ya melestarikan budaya tentunya, tapi saya disini
melestarikan berinovasi dengan palang pintu yang udah ada.
Misalkan palang pintu ditampilkan dengan apa – dengan apaa,
dengan ornament apa, kaya kita gabungin gitu, bisa dibilang
kolaborasi.
Peneliti : Apakah dari tradisi palang pintu diharuskan ada berupa music
pengiringnya separti hadroh ataupun marawisnya gitu bang ?
Informan : Sebenernya itu memang harus, awalnya itu diiringi sama yang
namanya rebana ketimpring bukan hadroh bukan marawis. Yang
kaya gitu da nada tiga jumlah rebana ketimpringnya.
Peneliti : Yang abang ketahui mengenai makna dari setiap gerakan palang
pintu itu apa ?
Informan : Kalo maknanya kurang tau juga ya, yang saya tangkep ini gerakan
palang pintu lebih mengeksistensikan gerakan masing – masing
kaya misalkan palang pintu ini ciri khas ini apa ini jingkrik ya pasti
tau. Ya jadi lebih kepada alirannya aja.
Peneliti : Menurut abang penting atau tidak untuk melestarikan budaya betawi
sendiri ?
Informan : Penting bangat karena kita ini berfikir jangan sampe budaya kita
ilang, jangan sampe waktu yang akan datang kita belajar sama orang
bule kan malu – maluin kalo begitu.
Peneliti : Bagaimana pandangan abang tentang perkembangan budaya palang
pintu yang bahkan sekarang sudah terdapat eventnya ?
Informan : Kalo perkembangan saat ini untuk dipalang pintu udah cukup
banyak diliat dari udah mulai banyaknya sanggar – sanggar. Berarti
kalo bertambahnya sanggar berarti disitu ada palang pintu.
Peneliti : Dengan adannya event palang pintu . menurut abang ada makna
yang bergeser tidak ?
Informan : Yang bergeser itu menurut saya engga ada si masih tetep dengan
keasliannya.
Peneliti : Kenapa event tersebut menggunaka nama dari palang pintu ?
lxxii
Informan : Karena kita dari awalnya ini memang tujuannya untuk
menghidupkan dari palang pintunya itu sendiri . contohnya kita
udah dikenal oleh berbagai media ataupun lapisan masyarakat
sebagai penyelenggara dari festival palang pintu.
Peneliti : Kalo boleh tau. Suka palang pintu ini berdasarkan kesukaan apa
dasar paksaan karena latar belakang keluarga atau bahkan dari media
sosial ?’
Informan : Ya berdasarkan kesukaan karena emang saya istilahnya suka silat
jadi saya mencoba untuk dipalang pintu karena kan dipalang pintu
itu ada pesilat dan ada pantunnya juga gitukan
Peneliti : Jika dapat job ataupun perlombaan anda menganggap sebagai
pekerjaan atau datang dari keinginan untuk melestarikan budaya ?
Informan : Salah satunya untuk melestarikan budaya sendiri pastinya ya kalo
suatu pekerjaan sendiri ya rezeki aja si ya dari kita yang melestarikan
budaya.
Peneliti : Dengan mulai banyaknya budaya luar yang masuk, menurut abang
bisa mengikis budaya palang pintu ?
Informan : Bisa bangat kaya contohnya ini kita banyak banget kaya misalnya k
– pop, korea drama semua lebih cenderung kenegara luar karena apa
budaya kita sendiri ini bagi anak muda mungkin pasif atau bisa
dibilang kuno jadi anak – anak muda kita ini cenderung lebih
suka sama budaya luar gitu.
Peneliti : Apakah terdapat perbedaan tradisi palang pintu yang dulu dengan
sekarang ?
Informan : Engga ada si ya tetep lestari aja.
Peneliti : Yang kita ketahui ya bang kalo daerah kemang ini bisa dibilang elit
ya bang, abang sebagai generasi muda ini gimana si cara
mempertahankan budaya palang pintu ini si bang ?
Informan : Caranya itu ya kita mengambil sisi positifnya aja ya dan nilai budaya
yang dimana kita harus mengikuti alur modernisasi. Tapi tetep kita
menggunakan budaya kita sendiri tidak semata – mata mengikuti
arus modernisasi tapi kita tetep harus megang budaya kita sendiri.
Peneliti : Alasan tersendiri buat abang belajar seni palang pintu ini apa bang ?
lxxiii
Informan : Alasannya ya pengen ngeletariin, ingin bisa dan ingin bersilaturahmi
dengan sanggar – sanggar yang lain ya karena kita inikan kadang –
kadang mau bertemu dengan sanggar – sanggar yang laen.
Peneliti : Dari namanya sendiri ada engga si bang perkumpuan ataupun
oranganisasi terkait dengan palang pintu sendiri ?
Informan : Ada, karena saya baru tau kemaren pas lagi lomba ada yang baru
lagi Apa yang namanya Asosiasi Silat Betawi Indonesia namanya.
Nah ada juga ISBI (ikatan silat betawi Indonesia) lebih banyak yang
saya tau baru itu doangan dua.
Peneliti : Terus abang setuju engga bang kalo yang tadinya palang pintu
digunakan atau diketahuin sebagai sebuah tradisi sekarang ini
bahkan udah ada eventnya gitu dan didalamnya juga ada nilai
ekonominya gitu ?
Informan : Setuju aja ya karena tidak hanya Cuma disitu kita ini beranggapan
bahwa menghasilkan uang lewat budaya dan juga melestarikan
lewat budaya yang dimana budaya itu harus kita jaga jangan sampe
hilang.
Peneliti : Berarti budaya itu menjembatani bisa dibilang ya ?
Informan : Iya bisa dibilang seperti itu dan menjadi penyeimbang juga kalo
kaya gitukan bang.
Peneliti : Berarti makna palang pintu sendiri buat abang itu apa si bang sebuah
kebudayaan atau justru keuntungan yang bisa menghasilkan gitu ?
Informan : Ada sisi kebudayaan karena dibudaya itu ada maksudnya masing –
masing kaya misalkan kalo dipemantun itu kaya bagaimana kita cara
bersilaturahmi dengan tuan rumah yang sopan karena disitu ada nilai
– nilai agamanya yang terkandung.
Peneliti : Disanggar ini ada perbedaan dari segi pemantun dengan seni
beladirinya engga bang ?
Informan : Kalo di kita itu ada kaya misalnya dipalang pintu kita ini ni
pemantun aja engga berdasarkan silatnya aja. Kan ada kaya
misalkan sanggar yang laen yang mantun dia juga yang silat dia juga
kalo kita engga yang pemantun – pemantun yang silat silat aja.
Peneliti : Ada kemauan tidak untuk membawa palang pintu kearah yang lebih
luas lagi ?
lxxiv
Informan : Ada dengan saya ini berambisi ingin membawa Betawi khususnya
mengenalkan orang – orang luar atau bahkan bawa keluar negeri
gitu.
Peneliti : Terdapat saran untuk anak muda lainnya untuk cinta sama budaya
lokal ?
Informan : Pesennya ada yaitu jangan sampe kita kaga kenal sama budaya
sendiri, jangan lupa sama budayanya sendiri dan lebih menghargai
budaya sendiri dan jangan sampe masa depan budaya kita sendiri
diambil sama orang barudah kita bertindak.
Peneliti : Kalo dipalang pintunya ada engga si yang mngajarkan kearah yang
lebih bernilai sosial nya lagi ?
Informan : Kalo dinilai sosial itu bisa juga karena dipalang pintu inikan kita
udah buat dari festivalnya juga. Karena disanggar kita ini lebih
mementingkan sosial tidak mementingkan materi masing – masing.
Peneliti : Ada engga peran pemerintah kepada palang pintu sendiri bang ?
Informan : Sampe sekarang ini mungkin belum ada ya kalo ke eventnya si amat
sangat antusias dan juga amat sangat mendukung kalo kita
mengadakan festival ini
Peneliti : Memurut anda anak – anak muda sekarang itu sadar akan budaya
lokal atau tidak?
Informan : Sebenernya sadar ya cuman karena kesadaran mereka ini yang masih
melek dengan budaya luarkan dan merem sama budaya kita sendiri
gitu.
Peneliti : Apa yang abang dapetin atau manfaat dari palang pintu setelah
abang pelajari ?
Informan : Banyak si ya manfaatnya jadi kenal sama sanggar – sanggar laen dan
lebih dikenal sama banyak orang karena palang pintukan banyak
ditonton sama banyak orang gitu kab. Dari yang tim hadroh kita
lebih kenal dengan tim hadrohnya dan tim sikkeh kita jadi kenal
sama yang namanya sikkeh.
Peneliti : Harus ada bakat untuk anak – anak kecil yang mau belajar disanggar
ini engga si bang?
Informan : Engga ya kita disini malah mau mengasah bakat dari adek – adek
misalkan yang belom bisa jadi bisa, yang udah bisa kita lancarin.
lxxv
Penelitian : Disanggar ini menghususkan engga si bang kalo yang mau belajar
disini ya untuk orang betawi aja ?
Informan : Ya engga, kita engga rasis kauya gitu ya, siapa aja yang mau belajar
ayo kita ajarin.
Informan 6
Nama : Sdr. Qidam
Usia : 21
Status : anggota / pemuda sanggar manggar kelape
Hari / Tanggal : Senin /15 – 07 - 2019
Waktu / Tempat : 22.00 WIB / Sanggar Manggar Kelape
Peneliti : Apakah anda berlatar belakang dari keluarga betawi ?
Informan: Iya Alhamdulillah saya keturunan dari betawi asli.
Peneliti: Apa yang anda pahami tentang tradisi palang pintu ? ngomongin
tentang sejarahnya gitu ?
lxxvi
Informan: Palang pintu itu tradisi budaya betawi yang dimana pengantin laki –
laki yang mau kerumah penganten perempuan yang dimana
maksudnya. Laki – laki membawa jagoannya dan perempuan juga
membawa jagoannya dan dimana jagoan dari laki – laki harus
menjatuhkan jagoan dari perempuan yang merupakan simbol
daripada pernikahan.
Peneliti: Kalo jaman dulu lebih kepada jawara – jawaranya ya ?
Informan: Iya betul lebih ke jawara – jawaranya zaman dulu.
Peneliti: Sudah latihan berapa lama disanggar ini ?
Informan: Kalo ngomongin latihan ya saya udah dari kecil latihan disini
soalnya ya jarak dari rumah sini juga engga jauh – jauh amat ya
masih dalam ruang lingkup kemang
Peneliti: Apa alasan anda memilih untuk menyalurkan bakatnya kesanggar
palang pintu ? padahalkan diluar sana banyak tuh kegiatan –
kegiatan yang lainnya ?
Informan: Ya saya sebagai anak muda betawi asli gitu ya ingin melestarikan
budaya betawi melihaty dari globalisasi inikan banyak budaya dari
luar yang masuk. Kita sebagai anak muda betawi asli harus bisa
melestarikan budaya jangan sampai punah gitu.
Peneliti : Apakah ada tuntutan dari lingkungan untuk melakukan kegiatan ini
?
Informan : Kalo tuntutan itu engga ada ya dan dari kemauan dari diri saya itu
udah bisa gitu.
Peneliti: Di era sekarang ini palang pintukan udah bisa dipertontonkan baik
dimedia sosial dan lainnnya ? ada engga kepuasaan tersendiri buat
anda ?
Informan: Ya menurut saya ini sebagai prestasi ya dikarenakan palang pintu
disini udah begitu berkembang secara pesat dan jadi orang – orang
juga jadi tau budaya – budaya dibetawi itu apa aja. Yang pertama si
itu ya jadi orang – orang bisa jadi tau dan bisa lestari tentunya. ya
kalo dari segi kepuasan ya saya puas banget apalagi ada sebuah
festival palang pintu ya disini saya merasa puas aja si ya bisa
menyaksikan begitu antusiasnya masyarakat terlebih pada festival
yang diselanggarakan dan yang menjadi kepuasan juga kaya dari
berbagai penjuru Jakarta semua kumpul.
lxxvii
Peneliti: Tujuan anda untuk mendalami tradisi palang pintu ini apa ? apakah
hanya sekedar palang pintu atau bahkan untuk melestarikan budaya
nenek moyang ?
Informan: Kalo emang tujuan awalnya itu memang melestarikan ya dan saya
mau palang pintu itu bisa lebih berkembang lagi ya kearah yang
lebih – lebih baik lagi.
Peneliti : Yang anda ketahui mengenai makna dari setiap gerakan palang pintu
itu apa ?
Informan : Makna nya si ya intinya si pertahanin dari serangannya aja si.
Peneliti: Menurut anda penting atau tidak untuk melestarikan budaya betawi
sendiri ?
Informan : PeNting banget si apalagi buat anak – anak muda zaman sekarang
ya itu penting Banget buat meletarikan budaya.
Peneliti : Bagaimana pandangan anda tentang perkembangan budaya palang
pintu yang bahkan sekarang sudah terdapat eventnya ?
Informan: Pandangan saya si bagus banget karenakan kalo dizaman sekarang
itukan beda ya kaya misalnya sekarang itu palang pintu udah bisa
digunakan digedung – gedung udah bisa masuk keranah yang lebih
bagus lagi kedepannya gitu kaya yang awalnya hanya
digunakan sebagai rangkaian dari upacara pernikahan masyarakat
betawi selain itu sekarang bisa digunakan sebagai penyambutan –
penyambutan orang terhormat dan juga bisa digunakan sebagai
peresmian gedung – gedung kaya yang udah kita tau kan yaa daerah
– daerah Jakarta ini juga udah banyak gedung – gedung meskipun
kita biasa sebut dengan namanya buka palang pintu disini. Dengan
adanya festival palang pintu ini juga membuat masyarakat menjadi
pikirannya terbuka ya kaya misalnya mereka mungkin jadi sadar
kalo dia harus melestarikan budaya betawi sendiri ya khususnya di
kemang ini.
Peneliti : Berarti selain digunakan didalam pernikahan masyarakat betawi
palang pintu ini juga bisa digunakan di acara – acara lainnya ya ?
Informan : Nah iya bener banget itu selain itu juga masih bisa dipakai diacara –
acara resmi lainnya juga.
Peneliti : Dengan adannya event palang pintu . menurut anda ada makna yang
bergeser tidak ?
lxxviii
Informan : Engga ada sih ya manurut saya ya malah bisa menjadi penguat disini
karena kita masih manjalankan tradisi palang pintu juga pada
festival ini ya kaya masih adanya lomba – lombanya dari palang
pintu yang melibatkan beberapa sanggar dari Jakarta.
Peneliti : Kalo boleh tau. Suka palang pintu ini berdasarkan kesukaan apa
dasar paksaan karena latar belakang keluarga atau bahkan dari media
sosial ?
Informan : Kalo saya baru pertama masuk sini kan belum muncul ya palang
pintu di media sosial ya dan saya bener suka sendiri dari silatnya ya
terus ya mungkin juga sebagai hoby si sebenernya.
Peneliti : Jika dapat job ataupun perlombaan anda menganggap sebagai
pekerjaan atau datang dari keinginan untuk melestarikan budaya ?
Informan : Yang pertama si melestarikan budaya ya terus untuk menyalurkan
hobi kita ya bakat kita tapi kalo untuk penghasilan itu bonus aja ya
dari kita yang giat latihan di sanggar ini.
Peneliti : Dengan mulai banyaknya budaya luar yang masuk, menurut anda
bisa mengikis budaya palang pintu ?
Informan : Ya kalo misalnya masih banyak yang melestarikan bagi saya engga
bakal bisa punah dan terkikis si ya sama budaya luar.
Peneliti : Apakah terdapat perbedaan tradisi palang pintu yang dulu dengan
sekarang ?
Informan : Pasti ada perubahan si ya sebetulnya dengan perkembangan zaman
itu ada perubahan mungkin dari segi kostumnya ataupun dari
pengiringnya.
Peneliti : Berarti palang pintu itu mengikuti kearus globalisasinya atau tidak ?
Informan : Pasti ada kaya dari segi kostumnya bisa atau pun dari perkembangan
– perkembangannya lagi.
Peneliti : Terus terima engga kalo dulunya palang pintu ini yang dulunya
menjadi sebuah tradisi dan sekarang udah keranah yang besar yaitu
festival misalnya yang disitu ada nilai ekonominya ?
Informan : Setuju si ya kalo budaya itu bisa ditampilin kan jadi semua orang
jadi tau.
lxxix
Peneliti : Yang kita ketahui ya bahwasannya itu daerah kemang ini bisa
dibilang daerah elite gitu ya, terus sebagai generasi muda bagaimana
cara melestarikan budaya dizaman modern sekarang ini ?
Informan : Dengan pertama itu mungkin dari latihan ya yang dimana dengan
latihan ini kita bisa menampilkan yang terbaik dan kita pentas
dimana – mana yang itu bisa melestarikan budaya juga ya.
Peneliti : Apa alasannya untuk mendalami seni palang pintu ini ?
Informan : Ya sama kaya tadi ya untuk melestarikan budaya ya yang pertama,
yang kedua sekarangini kan udah menjadi hobi ya.
Peneliti : Kalo menurut anda palang pintu ini atas dasar untuk melestarikan
budaya apa justru untuk mendapatkan keuntungan yang
mengatasnamakan budaya ?
Informan : Kalo saya si engga mengharapkan keuntungan dari palang pintu kalo
dibilang melestasrikan budaya ya memang harus.
Peneliti : Ada kemauan tidak untuk membawa palang pintu kearah yang lebih
luas lagi ?
Informan : Pasti mau banget ya apalagi palang pintu ini bisa diperkenalkan
kedunia Internasional ya.
Peneliti : Terdapat saran untuk anak muda lainnya untuk cinta sama budaya
lokal ?
Informan : Kalo menurut saya si ya kita liat aja ya dari acara – acara tradisional
itu lebih jarang peminatnya ya orang – orang tua ya jarang anak
muda yang lebih suka dengan yang konser – konser band, kalo dari
segi menampilkan budaya ya pasti sedikit peminatnya ya baik dari
budaya lokal manapun.
Peneliti : Kalo dari sanggar ini itu pernah engga si terima terima panggilan
gitu kaya penikahan ataupun event – event yang lainnya gitu ?
Informan : Alhamdulillah ya ada aja, biasanya juga kita engga didaerah Jakarta
aja ya bisa kedaerah – daerah lain juga.
Peneliti : Setelah belajar palang pintu apa manfaat yang didapatkan ?
Informan : Manfaat yang saya dapet yang pertama tentunya kepuasan dari diri
sendiri ya untuk melestarikan budaya saya dan menyampaikan hobi
saya.
lxxx
Peneliti : Menurut anda anak – anak muda sekarang itu sadar akan budaya
lokal atau tidak ?
Informan : Pesan saya si ya terus untuk melestarikan budaya lokal ya agar
budaya kita ini engga diambil dengan Negara lain ya. Jangan budaya
kita udah diambil malah baru berkoar itu si yang saya engga suka ya
sama anak – anak zaman sekarang ini ya.
DOKUMENTASI
(Palang Pintu Cilik pada Festival Palang Pintu Kemang)
lxxxi
(Seniman Palang Pintu remaja pagelaran festival Palang Pintu Kemang)
lxxxii
(Piala Penghargaan Peserta Lomba Palang Pintu ) & ( Peserta Lomba Palang Pintu
festival Palang Pintu Kemang )
( Pemantasan Palang Pintu Di
perkawinan )
(Aksi Pesilat Palang Pintu Cilik )
lxxxiii
&
(Seserahan Peserta lomba Palang Pintu kemang)
(Stand Bazzar fasion, kuliner, otomotif, aksesoris dan cinderamata festival palang
pintu Kemang )
lxxxiv
(Para Tokoh / Pejabat yang hadir pada pagelaran festival Palang Pintu Kemang )
(Sambutan Bapak Walikota Jakarta Selatan Di festival Palang Pintu Kemang )
(Gubernur Anies Baswedan hadir pada festival Palang Pintu Kemang )
lxxxv
( Kondisi Padepokan Betawi Sanggar Manggar Kelape Kemang )
( Penghargaan Yang Didapatkan Sanggar Manggar Kelape Kemang )