Upload
maulan-saputra
View
167
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refrat kolesteatoma
Citation preview
Penatalaksnaan
• Terapi medis
Terapi medis bukanlah pengobatan yang sesuai untuk kolesteatoma
Pasien yang menolak pembedahan atau karena kondisi medis harus membersihkan telinga mereka secara teratur.
Pembersihan secara teratur dapat membantu mengontrol infeksi dan dapat memperlambat pertumbuhan kolesteatom
tidak dapat menghenti
kan ekspansi
lebih lanjut dan tidak
menghilangkan risiko komplikasi
Terapi antibiotik yang utama adalah terapi topikal, tapi terapi
sistemik dapat membantu sebagai
terapi tambahan
Kotrimokasazol, Siprofloksasin atau ampisilin-sulbaktam
apabila curiga Pseudomonas sebagai
kuman penyebab
Bila ada kecurigaan terhadap kuman
anaerob, dapat dipakai metronidazol,
klindamisin, atau kloramfenikol
Antibotik
Bila sukar mentukan kuman penyebab, dapat dipakai campuran trimetoprim-sulfametoksazol atau amoksisillin-
klavulanat
Antibitotik topikal yang aman dipakai adalah golongan quinolon.
penggunaan ofloksasin harus sangat hati-hati pada anak kurang dari 12 tahun
Pembersihan liang telinga dapat menggunakan larutan antiseptik seperti
Asam Asetat 1-2%, hidrogen peroksisa 3%, povidon-iodine 5%, atau larutan garam
fisiologis.
• Terapi pembedahan
Terapi pembedahan bertujuan untuk mengeluarkan kolesteatoma
Canal wall up
• dapat kambuh dan mungkin membutuhkan beberapa seri prosedur pembedahan, namun dapat mempertahankan bentuk fisiologis liang telinga dan telinga tengah.
Canal wall down
• pasien memiliki kekambuhan dari kolesteatoma dan keinginan untuk menghindari operasi masa depan, teknik canal wall down adalah yang paling sesuai.
Canal Wall Up tujuannya membersihkan kolesteatoma atau jaringan patologik di daerah kavum timpani dan rongga mastoid dengan mempertahankan keutuhan dinding belakang liang telinga.
Canal Wall Down adalah modifikasi dari mastoidektomi radikal (modified Radical Mastoidectomy).
Mastoidektomi radikal adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan seluruh dinding
kanalis akustikus eksternus posterior, Inkus dan malleus dibuang, hanya stapes yang dipertahankan. Begitu pula
seluruh mukosa kavum tympani.
• Canal wall down
mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan, Tuba eustachius
tetap dipertahankan, kavitas operasi ditutup dengan fasia m.temporalis berupa free fascia graft, setelah itu dilakukan rekonstruksi tulang-
tulang pendengaran.
Komplikasi
Komplikasi operasi pada mastoidektomi dan timpanoplasti
komplikasi segera komplikasi lambat
• Parese nervus fasialis• Kerusakan korda timpani• tuli saraf• gangguan keseimbangan• fistel labirin• trauma pada sinus sigmoid• bulbus jugularis• likuor serebrospinal.• Infeksi pasca-operasi
• kolesteatoma rekuren• reperforasi• lateralisasi tandur• stenosis liang telinga luar• displasi atau lepasnya prostesis tulang pendengaran yang dipasang• trauma nervus fasialis tidak di sadari pada waktu operasi
• Trauma terhadap tulang pendengaran akan memperburuk sistem konduksi telinga tengah
• Trauma terhadap dinding sinus dan duramater sehingga terjadi perdarahan dan bocornya cairan otak
• Trauma pada sinus lateralis, sinus sigmoid, bulbus jugularis, dan vena emissari dapat menyebabkan perdarahan besar.
Prognosis
Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun mungkin memerlukan beberapa kali pembedahan.
Timpanoplasti dinding runtuh menjanjikan tingkat kekambuhan 5%, dibandingkan tingkat kekambuhan
timpanoplasti dinding utuh 20-40%.
Meskipun demikian kolesteatoma tetaplah
menjadi penyebab umum terjadinya tuli konduktif
permanen.
Kesimpulan• Penatalaksanaan yang paling sesuai adalah pembedahan
dengan tujuan untuk mengeradikasi penyakit dan untuk mencapai kondisi telinga yang kering dan aman dari infeksi berulang.
• Pendekatan secara bedah harus disesuaikan pada masing-masing pasien sesuai dengan keadaan umum dan luasnya penyebaran kolesteatoma itu sendiri.
• Ahli bedah harus sangat waspada terhadap komplikasi pasca-pembedahan yang mengancam nyawa ataupun menyebabkan kondisi serius terhadap pasien seperti cedera nervus fasialis.
• Kolesteatoma tetaplah menjadi penyebab umum relatif tuli konduktif permanen