12
107 KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA NOTRE-DAME DE PARIS: SUATU KAJIAN WACANA (DISCOURSE ANALYSIS OF BELLE THE NOTRE-DAME DE PARIS) Maydita Piety Prastitasari Program Magister Linguistik Terapan, Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo Nomor 1, Karang Malang, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281 Pos-el: [email protected] Pratomo Widodo Program Magister Linguistik Terapan, Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo Nomor 1, Karang Malang, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281 Pos-el: [email protected] Pangesti Wiedarti Program Magister Linguistik Terapan, Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo Nomor 1, Karang Malang, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281 Pos-el: [email protected] Abstract The aims of this study are to describe the cohesion markers, coherence markers, and its situation and cultural context contained in the lyrics of “Belle’’ the “Notre- Dame de Paris”. This study used the scrutinize method for collecting data by applying reading technique, non-participant observation technique, and note-taking technique. The data was analysed by using division classifying technique, replacing technique, expanding technique, and marker identification technique. The results of this study showed that: (1) the cohesion markers found based on the analysis included grammatical and lexical cohesion. Those markers are references (63 data), conjunctions (4 data), synonymy (6 data), repetitions (4 data), collocations (2 data), and equivalence (1 data); (2) The coherence markers found in this analysis are relationship of addition meanings (1 data), relationship of time meanings (3 data), relationship of comparison meanings (2 data), relationship of effect meanings (1 data), relationship of explication meanings (4 data), and relationship of usability meanings (5 data); (3) Based on situation and cultural context analysis, this data contains the love story among Quasimodo, Frollo, and Phœbus towards Esmeralda, the gypsy dancer. Keywords: discourse analysis, cohesion, coherence, situation and cultural context, Notre-Dame de Paris. Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kohesi, koherensi, dan konteks situasi dan budaya yang terdapat dalam lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris. Penelitian ini menggunakan ancangan deskriptif kualitatif dan metode simak untuk penyediaan data. Teknik yang digunakan berupa teknik baca, simak bebas libat cakap (SBLC), dan teknik catat. Analisis data diperoleh dengan menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih terdiri atas teknik bagi unsur langsung (BUL), teknik ganti, teknik perluas, dan teknik baca markah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis mikrostruktural pada lirik lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris terdapat unsur penanda kohesi dan koherensi. Penanda kohesi tersebut berupa referensi (63 data), konjungsi (4 data), sinonimi (6 data), repetisi (4 data), kolokasi (2 data), dan ekuivalensi (1 data), sedangkan untuk penanda koherensi

KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

Maydita P. P., et al : Kohesi dan Koherensi Lagu Belle ...

107

KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA NOTRE-DAME DE PARIS: SUATU KAJIAN WACANA

(DISCOURSE ANALYSIS OF BELLE THE NOTRE-DAME DE PARIS)

Maydita Piety PrastitasariProgram Magister Linguistik Terapan, Universitas Negeri Yogyakarta

Jalan Colombo Nomor 1, Karang Malang, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281Pos-el: [email protected]

Pratomo WidodoProgram Magister Linguistik Terapan, Universitas Negeri Yogyakarta

Jalan Colombo Nomor 1, Karang Malang, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281Pos-el: [email protected]

Pangesti WiedartiProgram Magister Linguistik Terapan, Universitas Negeri Yogyakarta

Jalan Colombo Nomor 1, Karang Malang, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281Pos-el: [email protected]

Abstract

The aims of this study are to describe the cohesion markers, coherence markers, and its situation and cultural context contained in the lyrics of “Belle’’ the “Notre-Dame de Paris”. This study used the scrutinize method for collecting data by applying reading technique, non-participant observation technique, and note-taking technique. The data was analysed by using division classifying technique, replacing technique, expanding technique, and marker identification technique. The results of this study showed that: (1) the cohesion markers found based on the analysis included grammatical and lexical cohesion. Those markers are references (63 data), conjunctions (4 data), synonymy (6 data), repetitions (4 data), collocations (2 data), and equivalence (1 data); (2) The coherence markers found in this analysis are relationship of addition meanings (1 data), relationship of time meanings (3 data), relationship of comparison meanings (2 data), relationship of effect meanings (1 data), relationship of explication meanings (4 data), and relationship of usability meanings (5 data); (3) Based on situation and cultural context analysis, this data contains the love story among Quasimodo, Frollo, and Phœbus towards Esmeralda, the gypsy dancer.

Keywords: discourse analysis, cohesion, coherence, situation and cultural context, Notre-Dame de Paris.

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kohesi, koherensi, dan konteks situasi dan budaya yang terdapat dalam lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris. Penelitian ini menggunakan ancangan deskriptif kualitatif dan metode simak untuk penyediaan data. Teknik yang digunakan berupa teknik baca, simak bebas libat cakap (SBLC), dan teknik catat. Analisis data diperoleh dengan menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih terdiri atas teknik bagi unsur langsung (BUL), teknik ganti, teknik perluas, dan teknik baca markah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis mikrostruktural pada lirik lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris terdapat unsur penanda kohesi dan koherensi. Penanda kohesi tersebut berupa referensi (63 data), konjungsi (4 data), sinonimi (6 data), repetisi (4 data), kolokasi (2 data), dan ekuivalensi (1 data), sedangkan untuk penanda koherensi

Page 2: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

108

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 000–000

berupa penanda hubungan makna penjumlahan (1 data), hubungan makna waktu (3 data), hubungan makna perbandingan (2 data), hubungan makna akibat (1 data), hubungan makna penerang (4 data), hubungan makna kegunaan (5 data). Kohesi dan koherensi yang ditemukan dalam wacana lagu Belle, penulis bermaksud untuk memberikan tekanan di setiap kata dan kalimat. Penulis juga membandingkan dan menegaskan opininya. Oleh karena itu, pembaca akan lebih mudah memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Berdasarkan hasil analisis konteks situasi dan budayanya, topik utama yang dibicarakan dalam lagu Belle adalah kisah cinta antara Quasimodo, Frollo, dan Phœbus terhadap Esmeralda.

Kata kunci: analisis wacana, kohesi, koherensi, konteks situasi dan budaya, Notre-Dame de Paris.

yang terdapat dalam lirik lagu tersebut yang mempunyai pemarkah kohesi dan koherensi sehingga dapat diteliti konteks situasi dan budaya yang melingkupinya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menyaring data adalah manusia (human instrument), yaitu peneliti sendiri dengan mendasar pada pengetahuan peneliti (Moleong, 2014:121). Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman peneliti sendiri mengenai kohesi, koherensi, serta konteks situasi dan budaya dalam bahasa Prancis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan teknik catat.

Analisis data mikrostruktural dilakukan menggunakan teknik dasar Bagi Unsur Langsung (BUL) yang dilanjutkan dengan mengaplikasikan teknik ganti, teknik perluas, dan teknik baca markah. Selanjutnya, analisis data makrostruktural dilakukan dengan menggunakan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP) yang dilanjutkan dengan teknik Hubung Banding Sama (HBS).

2. Kajian TeoriAnalisis wacana atau discourse analysis

mengacu pada pengkajian struktur kepaduan atau kohesi dalam wacana atau studi tentang struktur pesan dalam komunikasi (Tarigan, 2009:24). Selanjutnya, Mandia (2015:206) menyatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara ilmiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan terhadap pengguna sebagai suatu elemen masyarakat. Lebih lanjut, Hodges, Kuper, dan Reeves (2008:337) menjelaskan bahwa analisis wacana linguistik formal melibatkan analisis teks terstruktur untuk menemukan kaidah umum yang mendasari fungsi linguistiknya atau fungsi komunikatifnya

1. PendahuluanSeringkali dalam menulis suatu wacana,

penulis akan menyampaikan makna dan pesan yang ingin mereka ungkapkan secara tersirat kepada pembaca, terutama dalam sebuah karya sastra. Untuk membongkar makna dan pesan yang terkandung dalam suatu wacana, perlu dilakukan analisis wacana.

Jenis penelitian mikrostruktural dan makrostruktural lirik lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2014:6), penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode.

Subjek penelitian ini berupa seluruh kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam lirik lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris. Lagu ini dirilis pada tahun 1998 oleh Luc Plamondon.

Pemerolehan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca dan menyimak semua kata, klausa, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam lirik lagu Belle. Dilanjutkan dengan mencatat kata-kata dan kalimat yang mengandung kohesi, koherensi, dan konteks situasi dan budaya. Data yang telah diperoleh kemudian dipisahkan jenisnya berdasarkan unsur mikro dan unsur makronya. Unsur mikro yang meliputi kohesi dan koherensi serta unsur makro yang berupa konteks situasi dan budaya. Kemudian, data-data tersebut dituliskan dalam tabel klasifikasi yang telah disusun.

Data berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat

Page 3: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

Maydita P. P., et al : Kohesi dan Koherensi Lagu Belle ...

109

di balik teks. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian analisis wacana ini yang diteliti adalah aspek kebahasaan kata, kalimat, dan strukturnya.

Dalam wacana atau discourse, sebuah teks, baik secara lisan maupun tertulis, harus selalu memiliki struktur. Struktur inilah yang nantinya akan menghubungkan koherensi dan kepaduan suatu wacana. Latifah dan Triyono (2020:42) berpendapat bahwa wacana adalah himpunan bahasa terlengkap yang berupa rangkaian kalimat yang terkait, kohesif, dan koheren sesuai dengan konteks situasi sehingga membentuk satu kesatuan informasi. Kehadiran kohesi dan koherensi sangat penting agar suatu wacana dapat dipahami dengan mudah.

Aspek kohesi dan koherensi digunakan agar sebuah wacana menjadi utuh dan padu serta memberikan pemaknaan secara mendalam tidak hanya terhadap karya sastra namun juga wacana lainnya, seperti koran, berita, dan pidato.

Wacana merupakan kesatuan makna dalam suatu bangun bahasa yang utuh karena dalam setiap bagian dalam wacana berhubungan secara padu. Kata wacana berasal dari kosakata Sansekerta vacana yang artinya ‘bacaan’. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru menjadi wacana yang berarti ‘bicara, kata, atau ucapan’ (Baryadi, 2002:3). Lebih lanjut, Yuwono (dalam Kushartanti, 2009:92) menyatakan bahwa wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.

Selanjutnya, menurut Kridalaksana (2009:5) wacana atau discourse adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Hal ini dipertegas oleh Tarigan (2009:26) dalam tulisannya yang menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar

wacana itu sendiri (Mulyana, 2005:7).Mulyana (2005:26) menambahkan bahwa

wacana merupakan satuan bahasa terlengkap sebab terdapat keutuhan struktur di dalamnya. Keutuhan wacana dapat terjadi karena adanya saling keterkaitan antara dua aspek utama wacana, yaitu teks dan konteks. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan utuh, kata, dan kalimat yang memiliki makna yang lengkap. Agar menjadi wacana yang utuh, sebuah wacana haruslah mengandung aspek yang padu. Oleh karena itu, dalam sebuah wacana terkandung aspek penghubung bentuk yang disebut kohesi dan aspek penghubung makna yang disebut koherensi.

Dari berbagai macam pengertian wacana, perlu diketahui pula jenis-jenis wacana. Hamad (2007:327—328) membagi wacana menjadi beberapa jenis dilihat dari beragam buah karya pembuat wacana. Wujud dari bentuk wacana berupa 1) teks (texts), 2) perbincangan (talks), 3) tindakan (act), dan 4) benda-benda (artifact).

Wacana texts adalah wacana dalam wujud tulisan atau grafis, seperti wujud berita, features, artikel opini, cerpen, novel, dan sebagainya. Wacana talks adalah wacana dalam wujud ucapan, seperti wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dan sebagainya. Wacana act adalah wacana dalam wujud tindakan, seperti lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dan sebagainya. Terakhir, wacana artifact adalah wacana dalam wujud jejak, seperti bangunan, lanskap, fashion, puing, dan sebagainya.

Lagu Belle merupakan salah satu lagu berbahasa Prancis yang dinyanyikan dalam opera Notre-Dame de Paris. Opera ini merupakan adaptasi dari salah satu karya sastrawan terkenal pada abad ke-19, Victor Hugo. Lagu ini merupakan lagu karangan Luc Plamondon yang dirilis pada tahun 1998. Dalam opera Notre-Dame de Paris, lagu Belle dinyanyikan oleh 3 tokoh dalam opera tersebut, yaitu Quasimodo, Frollo, dan Phœbus. Sejak debut, lagu ini kemudian terus dinyanyikan di beberapa negara, seperti Belgia, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Taiwan, Turki, Inggris, dan Amerika. Dibanding-kan dengan lagu lainnya, lagu Belle merupakan lagu yang terpopuler dalam opera ini. Selain itu, lagu ini juga menceritakan hampir keseluruhan inti cerita dari opera Notre-Dame de Paris. Meskipun begitu,

Page 4: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

110

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 000–000

dalam lirik lagu Belle ini mengandung banyak kiasan, permainan bahasa, dan pesan yang tersirat. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis wacana terhadap lagu Belle agar seluruh pesan, gagasan, makna, dan tema yang dimaksud oleh penulis tersampaikan secara luwes kepada para pendengar.

Berdasarkan pemaparan jenis-jenis wacana yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa lagu Belle termasuk ke dalam bentuk wacana wujud ucapan, sedangkan lirik lagu Belle termasuk ke dalam bentuk wacana wujud tulisan.

Pada dasarnya setiap satu bait puisi terdapat satu larik yang merupakan kunci gagasan. Setiap puisi terdapat satu atau beberapa bait yang merupakan klimaks gagasan penyair. Bait yang menjadikan klimaks itulah yang dapat menjadi kunci tema dan amanat yang akan disampaikan oleh penyair. Puisi sering dikembangkan untuk dijadikan sebagai lagu. Dalam kamus bahasa Prancis daring larousse.fr disebutkan bahwa chanson est un poème à chanter composé de stances égales couplets, séparées généralement par un leitmotiv, le refrain yang berarti lagu adalah puisi yang dinyanyikan yang terdiri atas stanza yang dinamakan bait. Umumnya dipisahkan oleh tema dan refrain.

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang dapat digunakan dalam menyampaikan sebuah aspirasi atau kritik sosial (Yulianto, 2018:96). Hal ini juga dipertegas oleh Pradopo (1993:12) yang menyatakan bahwa puisi merupakan aktivitas pencurahan jiwa yang padat (liris dan ekspresif) sehingga bersifat sugestif dan asosiatif.

Agar dapat memaknai secara mendalam, lagu perlu diteliti terlebih dahulu unsur-unsur pembangun lagu tersebut melalui pendekatan mikro-struktural dan makrostruktural. Struktur mikro pembangun sebuah wacana yang diteliti meliputi aspek kohesi dan koherensi, sedangkan struktur makro pembangun wacana yang diteliti berupa konteks situasi dan budaya.

Halliday dan Hasan (dalam Sumarlam, 2008:23) menyatakan bahwa aspek kohesi diklasifikasikan menjadi kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan hubungan semantis antarunsur yang dimarkahi alat gramatikal, alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa (Kushartanti,

2008:96). Kohesi leksikal merupakan hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Untuk menghasilkan wacana yang padu, pembicara atau penulis dapat menempuhnya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang dimaksud (Sumarlam, 2008:35).

Apabila kohesi terhubung dengan kestrukturan teks, koherensi terhubung dengan aspek makna yang menggambarkan bagaimana proposisi tersirat dapat diinterpretasikan. Koherensi menurut Tarigan (dalam Mulyana, 2005:30) mengandung makna ‘pertalian’. Koherensi diartikan sebagai hubungan antara teks dan faktor di luar teks berdasarkan pengetahuan seseorang (Kushartanti, 2009: 101). Keraf (2005:30 dalam Latifah & Triyono, 2020:46) menyebutkan bahwa koherensi mengacu pada bagaimana komponen tekstual, seperti konsep konfigurasi dan hubungan yang men-dasari teks dapat diterima dan terkait satu sama lain. Dengan kata lain, koherensi adalah pemahaman makna yang dimiliki oleh pembaca dan pendengar. Karena koherensi mengacu pada aspek makna yang membutuhkan interpretasi, koheren-si dapat terjadi secara implisit.

Berdasarkan pendapat para ahli dan peristiwa yang sudah disebutkan sebelumnya, peneliti bermaksud untuk meneliti aspek kohesi, koherensi, dan konteks situasi dan budaya dalam lirik lagu karangan Luc Plamondon yang berjudul Belle yang dirilis pada tahun 1998 dari aspek struktural melalui pendekatan mikrostruktural dan makrostruktural.

3. Hasil dan PembahasanHasil penelitian mikrostruktural yang

diperoleh berupa pemarkah (1) kohesi yang meliputi referensi (63 data), konjungsi (4 data), repetisi (4 data), sinonimi (6 data), ekuivalensi (1 data), dan kolokasi (2 data); (2) koherensi yang meliputi hubungan makna penjumlahan (1 data), hubungan makna waktu (3 data), hubungan makna perbandingan (2 data), hubungan makna akibat (1 data), hu-bungan makna penerang (4 data), dan hubungan makna kegunaan (5 data).

3.1 Kohesi3.1.1 Referensi

Referensi atau pengacuan adalah salah

Page 5: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

Maydita P. P., et al : Kohesi dan Koherensi Lagu Belle ...

111

satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, 2008:23). Berdasarkan letak pengacuannya, referensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu referensi endofora dan referensi eksofora. Berdasar-kan sifatnya, referensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu referensi persona, referensi demonstratif, dan referensi komparatif.

(1) Elle porte en elle le péché originel

Pousser la porte du jardin d’Esmeralda

‘Dia membawa dosa pertama dalam dirinya

Mendorong pintu halaman Esmeralda’.Pada data (1) terdapat referensi endofora

yang bersifat katafora persona. Pengacu pronomina elle pada baris elle porte en elle le péché originel terdapat pada bait setelahnya pousser la porte du jardin d’Esmeralda, yaitu tokoh Esmeralda.

Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 25 data referensi eksofora, 19 data referensi katafora persona, 1 data referensi katafora komparatif, 5 data referensi anafora persona, 11 data referensi demonstratif lokasional, dan 2 data demonstratif penunjuk. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan sebanyak 63 data referensi. Referensi yang paling banyak ditemukan adalah referensi eksofora. Pengarang lagu Belle menggunakan referensi eksofora sebagai pengacu utama dalam lagunya. Referensi eksofora sering digunakan apabila penulis membuat sebuah opini dengan pengacu di luar teks untuk membanding-kan atau menegaskan opininya sehingga pembaca akan lebih mudah memahami maksud penulis yang ingin disampaikan (Sumarlam, 2008:23).

3.1.2 KonjungsiMenurut Sumarlam (2008:32), konjungsi

adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana.

(2) Belle

C’est un mot qu’on dirait inventé pour elle

Quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel

Un oiseau qui étend ses ailes pour s’envoler.

‘Cantik

Ø sebuah kata yang semua orang tujukan untuk dia,

Ketika dia menari dan dia menampakkan tubuhnya seperti itu, seekor burung yang mengepakkan sayapnya untuk terbang’.Data (2) memiliki konjungsi quand yang

merupakan konjungsi subordinatif waktu pada baris quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel. Pada baris ini terdiri atas tiga klausa, yaitu Belle, c’est un mot qu’on dirait inventé pour elle’, ‘quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel’, dan ‘un oiseau qui étends ses ailes pour s’envoler. Konjungsi quand sangat penting dalam penggabungan klausa Belle, c’est un mot qu’on dirait inventé pour elle dengan klausa quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel, un oiseau qui étend ses ailes pour s’envoler. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ketika tokoh Elle dideskripsikan sebagai wanita tercantik ketika dia sedang menari.

Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak empat data yang mengandung konjungsi dengan penjabaran sebagai berikut, yaitu konjungsi waktu sebanyak 3 data dan konjungsi penjumlahan sebanyak 1 data. Konjungsi waktu dalam lagu Belle memiliki fungsi sebagai kronologi peristiwa yang terjadi dalam lagu sehingga memudahkan pemahaman pembaca dan pendengar, sedangkan konjungsi aditif berfungsi untuk menghubungkan frasa agar pembaca lebih mudah mengerti.

3.1.3 RepetisiRepetisi adalah pengulangan satuan lingual

(bunyi, suku kata, kata, atau kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam, 2008:35).

(3) Quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel.

‘Ketika dia menari dan dia menampakkan tubuhnya seperti itu’.Repetisi yang terdapat pada data (3) terjadi

pada satuan lingual elle. Satuan lingual elle yang diulang dianggap penting untuk menekankan pada kalimat tersebut apabila ketika tokoh elle (Esmeralda) menari, tokoh elle juga menampakkan tubuh ketika menari.

Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak

Page 6: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

112

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 000–000

4 data yang mengandung repe-tisi dengan penjabaran sebagai berikut, yaitu repetisi pada subjek sebanyak 1 data, repetisi pada pronomina demonstratif sebanyak 2 data, dan repetisi pada nomina sebanyak 1 data. Penulis menyisipkan repetisi dengan maksud memberikan tekanan di setiap akhir kata untuk menciptakan ritme tertentu. Hal ini bertujuan agar maksud yang disampaikan membekas dalam diri pembaca dan pendengar.

3.1.4 SinonimiSinonimi merupakan salah satu aspek

leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana (Sumarlam, 2008:35).

(4) Celle qu’ qu’on prenait pour une fille de joie, une fille de rien

‘Keinginan yang kita bawa untuk seorang pelacur, seorang wanita tanpa nilai’.Pada data (4) sinonimi yang terkandung

adalah sinonimi antara frasa dengan frasa. Frasa une fille de joie dan frasa une fille de rien pada kalimat yang sama.

Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 6 data yang mengandung sinonimi. 5 di antaranya mengandung sinonimi dari frasa ke frasa, dan 1 data lainnya mengandung sinonimi dari frasa ke verba. Penggunaan sinonimi dalam lagu Belle ini, oleh penulis dimaksudkan agar memberi penekanan pada efektivitas dan kejelasan sehingga para pembaca dan pendengar dapat lebih mudah membaca dan memahami maksudya dan memberi kesan tidak membosankan.

3.1.5 EkuivalensiEkuivalensi adalah hubungan kesepadanan

antara satuan lingual lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, 2008:46).

(5) Pour m’empêcher de regarder vers le Ciel?

Quel est l’homme qui détournerait son regard d’elle

‘Untuk mencegahku memandangi surga

Pria mana yang mampu memalingkan pandangannya dari dia’.

Pada data (5) ekuivalensi yang terdapat pada baris tuturan tersebut adalah satuan lingual regarder yang berarti ‘memandangi’ dalam kalimat pour m’empêcher de regarder vers le Ciel? dan satuan lingual regard yang berarti ‘pandangan’ dalam kalimat quel est l’homme qui détournerait son regard d’elle. Kedua satuan lingual tersebut memiliki kata dasar yang sama, yaitu regarder namun tidak termasuk dalam kategori kata yang sama. Regarder termasuk dalam verba, sedangkan regard termasuk kategori nomina.

3.1.6 KolokasiKolokasi adalah asosiasi tertentu dalam

menggunakan pilihan kata yang cenderung dipakai dalam suatu domain atau jaringan tertentu (Sumarlam, 2008:44).

(6) Alors, je sens l’enfer s’ouvrir sous mes pieds

À quoi me sert encore de prier Notre-Dame ?

Quel est celui qui lui jettera la première pierre ?

Ô Lucifer ! oh ! laisse-moi rien qu’une fois

Est-ce le diable qui s’est incarné en elle

Pour détourner mes yeux du dieu éternel

Pour m’empêcher de regarder vers le Ciel ?

Elle porte en elle le péché originel

Semble soudain porter la croix du genre humain

Ô Notre-Dame ! oh ! laisse-moi rien qu’une fois

Sous peine d’être changé en statue de sel

‘Sehingga aku merasakan neraka terbuka di bawah kakiku

Untuk apa lagi aku berdoa kepada Bunda Maria

Siapa dia yang akan melemparinya batu pertama?

Wahai Lucifer! Oh! Biarkan aku sekali ini saja

Apakah sosok setan yang menjelma dalam dirinya

Untuk memalingkan pandanganku dari Tuhan

Page 7: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

Maydita P. P., et al : Kohesi dan Koherensi Lagu Belle ...

113

yang abadi

Untuk mencegahku memandangi surga?

Dia membawa dosa pertama dalam dirinya

Seolah dia memikul segala dosa seluruh umat manusia

Wahai Bunda Maria! Oh! Biarkan aku sekali ini saja

Bahkan apabila harus berubah menjadi patung garam’.Pemarkah kolokasi pada data (6) terdapat

pada satuan lingual l’enfer ‘neraka’, prier Notre-Dame ‘berdoa kepada Bunda Maria’, première pierre yang mengacu pada orang yang tidak pernah melakukan dosa yang berhak menghukum pertama kali, Lucifer yang mengacu pada iblis Lucifer dalam kepercayaan katolik, le diable ‘setan’, du dieu éternel ‘Tuhan yang Abadi’, le Ciel ‘surga’, le péché originel ‘dosa pertama’, la croix du genre humain ‘dosa seluruh umat manusia’, statue de sel ‘patung garam’. Kata-kata tersebut saling berkolokasi dan memiliki hubungan makna dan berada dalam satu domain, yaitu bidang Katolik. Hal ini didukung oleh tokoh Notre-Dame ‘Bunda Maria’ dalam tuturan yang merupakan nama pelindung katedral Notre-Dame de Paris.

3.2 KoherensiDalam penelitian ini ditemukan 16 data

yang mengandung koherensi. Koherensi yang paling dominan ditemukan dalam data adalah koherensi kegunaan sebanyak 5 data. Fungsi koherensi dalam wacana ini adalah agar rangkaian kata, kalimat, fakta, dan pesan yang dimaksud oleh penulis tersusun secara logis. Karena koherensi membutuhkan interpretasi, dibutuhkanlah pemarkah koherensi. Pemarkah ini berguna untuk menghubungkan makna antarkalimat dalam wacana sehingga pembaca dan pendengar dapat memahami isi wacana dengan lebih mudah.

3.2.1 Hubungan Makna PenjumlahanHubungan makna penjumlahan adalah

hubungan makna yang bersifat menjumlahkan, menambahkan, atau menggabungkan (Ramlan, 2005:53).

(7) Quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel

Un oiseau qui étend ses ailes pour s’envoler

‘Ketika dia menari dan dia menampakkan tubuhnya seperti itu

Seekor burung yang mengepakkan sayapnya untuk terbang’.Pada data (7) terdapat pemarkah koherensi

hubungan makna penjumlahan pada satuan lingual et dalam kalimat Quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel. Fungsi pemarkah et adalah untuk menggabungkan dua kegiatan yang dilakukan tokoh elle pada tuturan.

3.2.2 Hubungan Makna WaktuHubungan makna waktu adalah hubungan

makna yang menyatakan waktu, yaitu waktu terjadinya, waktu permulaan dan waktu berakhirnya perbuatan, peristiwa, atau keadaan yang tersebut pada klausa inti (Ramlan, 2005:64).

(8) Belle

C’est un mot qu’on dirait inventé pour elle

Quand elle danse et qu’elle met son corpse à jour tel

Un oiseau qui étend ses ailes pour s’envoler

‘Cantik

Ø sebuah kata yang semua orang tujukan untuk dia

Ketika dia menari dan menampakkan tubuhnya seperti itu,

Seekor burung yang mengepakkan sayapnya’.Pada data (8) terdapat pemarkah koherensi

hubungan makna waktu pada satuan lingual quand dalam kalimat quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel. Fungsi pemarkah quand digunakan untuk menghubungkan klausa pertama belle, c’est un mot qu’on dirait inventé pour elle dengan klausa kedua quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel.

3.2.3 Hubungan Makna PerbandinganHubungan makna perbandingan menyatakan

suatu perbandingan, yaitu perbandingan antara apa yang dinyatakan pada klausa bawahan (Ramlan, 2005:67).

Page 8: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

114

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 000–000

(9) Quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel

Un oiseau qui étend ses ailes pour s’envoler

‘Ketika dia menari dan menampakkan tubuhnya seperti itu,

Seekor burung yang mengepakkan sayapnya’.Pada data (9) terdapat pemarkah koherensi

hubungan makna perbandingan pada satuan lingual tel dalam kalimat quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel. Pemarkah tel berfungsi untuk membandingkan peristiwa yang terjadi pada klausa inti dengan klausa bawahan.

3.2.4 Hubungan Makna AkibatTerdapat hubungan makna akibat apabila

klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan pada klausa inti (Ramlan, 2005:70).

(10) Alors je sens l’enfer s’ouvrir sous mes pieds

J’ai ose mes yeux sous sa robe de gitane

‘Sehingga aku merasakan neraka terbuka di bawah kakiku

Aku menempatkan mataku di bawah rok gipsinya’.Pada data (10) terdapat pemarkah koherensi

hubungan makna akibat pada satuan lingual alors dalam kalimat alors je sens l’enfer s’ouvrir sous mes pieds’. Pemarkah alors berfungsi untuk menghu-bungkan akibat yang terjadi pada klausa bawahan alors je sens l’enfer s’ouvrir sous mes pieds yang disebabkan oleh klausa inti j’ai posé mes yeux sous sa robe de gitane.

3.2.5 Hubungan Makna PenerangHubungan makna penerang muncul apabila

klausa bawahan menerangkan salah satu unsur yang terdapat dalam klausa inti (Ramlan, 2005:73).

(11) Celle qu’on prenait pour une fille de joie, une fille de rien

‘Keinginan yang kita bawa untuk seorang pelacur, seorang wanita tanpa nilai’.Pada data (11) terdapat pemarkah koherensi

hubungan makna penerang pada satuan lingual qu’ dalam kalimat celle qu’on prenait pour une fille de joie, une fille de rien.

3.2.6 Hubungan Makna KegunaanTerdapat hubungan makna kegunaan apabila

klausa bawahan menyatakan kegunaan, menjawab pertanyaan untuk ‘apa’ (Ramlan, 2005:77).

(12) Est-ce le diable qui s’est incarné en elle

Pour détourner mes yeux du dieu éternel

‘Apakah sosok setan yang menjelma dalam dirinya

Untuk memalingkan pandanganku dari Tuhan yang abadi’.Pada data (12) terdapat pemarkah koherensi

hubungan makna kegunaan pada satuan lingual pour dalam kalimat pour détourner mes yeux du dieu éternel. Pemarkah pour berfungsi untuk menghubungkan klausa bawahan pour détourner mes yeux du dieu éternel yang menyatakan kegunaan dari klausa inti Est-ce le diable qui s’est incarné en elle.

3.3 Prinsip Penafsiran PersonalPrinsip penafsiran personal berkaitan

dengan siapa yang sesungguhnya menjadi partisipan di dalam suatu wacana (Sumarlam, 2008:48).

(12) Belle

C’est un mot qu’on dirait inventé pour elle

Quand elle danse et qu’elle met son corps à jour tel

Un oiseau qui étend ses ailes pour s’envoler

Alors je sens l’enfer s’ouvrir sous mes pieds

J’ai ose mes yeux sous sa robe de gitane

À quoi me sert encore de prier Notre-Dame

‘Cantik

Ø sebuah kata yang semua orang tujukan untuk dia,

Ketika dia menari dan dia menampak-kan tubuhnya seperti itu,

Seekor burung yang mengepakkan sa-yapnya untuk terbang

Sehingga aku merasakan neraka ter-buka di bawah kakiku

Aku menempatkan mataku di bawah rok gypsinya

Page 9: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

Maydita P. P., et al : Kohesi dan Koherensi Lagu Belle ...

115

Untuk apa lagi aku berdoa kepada Bunda Maria’.Persona yang terdapat dalam data (13) adalah

sebagai berikut. Pada baris pertama dalam data (13) terdapat tokoh on yang mengacu pada semua orang atau seluruh masyarakat yang terpana dengan kecantikan tokoh elle (Esmeralda).

Pada baris yang sama tokoh elle mengacu pada tokoh Esmeralda yang ditafsirkan sebagai seorang penari yang sangat cantik dari kaum gipsi yang mengembara ke Paris, Prancis. Pada umumnya, kaum gipsi dikenal sebagai kaum nomaden atau pengembara.

Tokoh je mengacu pada tokoh Quasimodo yang ditafsirkan sebagai seorang pria yang memiliki rupa yang buruk dan punggung yang bongkok. Quasimodo dikisahkan tinggal di dalam katedral Notre-Dame dan bertugas untuk membunyikan lonceng-lonceng katedral. Quasimodo seorang yatim piatu sehingga sejak kecil dia dirawat oleh seorang uskup, Frollo.

Notre-Dame pada baris terakhir tokoh Notre-Dame mengacu pada Bunda Maria (La Vierge Marie). Dalam opera Notre-Dame de Paris Bunda Maria dijadikan sebagai pelindung gereja yang dibuktikan dengan nama katedral Notre-Dame. Dalam kepercayaan Katolik, nama pelindung gereja dijadikan nama gereja tersebut.

3.4 Prinsip Penafsiran LokasionalPrinsip penafsiran lokasional berkenaan

dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana (Sumarlam, 2008:49).

Mengacu pada sinopsis babak pertama opera Notre-Dame de Paris, keseluruhan tuturan dalam lirik lagu Belle terjadi satu hari setelah perayaan Feast of Fools (La Fête des Fous) pada tahun 1482. Ketika Quasimodo dihukum dengan cara diikat pada roda raksasa karena dituduh atas penculikan Esmeralda. Ketika Quasimodo merasa haus sehingga dia berteriak untuk meminta air, hanya Esmeralda yang memberinya air. Pada saat inilah lagu Belle dinyanyikan, yaitu ketika Quasimodo dibebaskan dari hukumannya.

3.5 Prinsip Penafsiran TemporalPrinsip penafsiran temporal berkaitan dengan

pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya, kita dapat menafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya suatu situasi (Sumarlam, 2008:49). Secara keseluruhan tuturan tersebut terjadi di pelataran depan (galeri para raja) katedral Notre-Dame tempat perayaan Feast of Fools (La Fête des Fous) dilaksanakan. Hal ini didukung oleh opera Notre-Dame de Paris sebagai bahan acuan.

3.6 Prinsip AnalogiPrinsip analogi digunakan sebagai dasar, baik

oleh penutur maupun mitra tutur untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari (bagian atau keseluruhan) wacana (Sumarlam, 2008:50).

(14) Quel est celui qui lui jettera la première pierre

Celui-là ne mérite pas d’être sur terre

‘Siapa dia yang akan melemparinya batu pertama?

Dialah yang tidak berhak hidup di bumi ini’.Analogi yang terdapat pada data (14),

yaitu pada frasa jettera la première pierre ‘melempari batu pertama’. Pada baris pertama, lui mengacu pada tokoh Esmeralda, baris lagu ini ditujukan oleh tokoh Quasimodo kepada semua orang yang menganggap Esmeralda sebagai seorang pendosa atau pezina. Frasa jettera la première pierre dianalogikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang yang tidak pernah berbuat dosa yang boleh menghukumnya di urutan pertama dengan cara melemparkan batu. Pada baris celui-là ne mérite pas d’être sur terre ‘dialah yang tidak berhak tinggal di bumi ini’ dapat diartikan apabila ada yang berada di urutan pertama untuk melemparkan batu kepada Esmeralda, dialah orang yang tidak berhak hidup lagi. Hal ini terjadi karena semua manusia sudah dipastikan pernah melakukan dosa.

3.7 InferensiInferensi adalah suatu proses memahami

makna tuturan sedemikian rupa sehingga sampai pada penyimpulan maksud dari tuturan tersebut (Sumarlam, 2008:51).

(15) Belle

Est-ce le diable qui s’est incarné en elle

Page 10: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

116

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 000–000

Pour détourner mes yeux du dieu éternel

Qui a mis dans mon être ce désir charnel

Pour m’empêcher de regarder vers le Ciel?

Elle porte en elle le péché originel

La desirer fait-il de moi un criminel ?

Celle qu’on prenait pour une fille de joie, une filee de rien.

‘Cantik

Apakah sosok setan yang menjelma dalam dirinya

Untuk memalingkan pandanganku dari Tuhan yang Abadi

Yang menaruh hasrat duniawi ini dalam diriku

Untuk mencegahku memandangi surga?

Dia membawa dosa pertama dalam dirinya

Apakah menginginkannya membuat-ku menjadi pendosa?

Keinginan yang kita bawa untuk seorang pelacur, seorang wanita tanpa nilai’.Inferensi yang terkandung pada data ini

adalah peristiwa yang terjadi pada tokoh moi yang mengacu pada tokoh Frollo, seorang uskup di katedral Notre-Dame yang mencintai Esmeralda. Pada umumnya, seorang uskup harus menghilangkan semua kenikmatan duniawi dari hidupnya dan tidak diperbolehkan untuk menikah. Hal ini disebabkan uskup telah menyerahkan diri dan berkomitmen untuk menjadi milik gereja dan umat.

Ketika Esmeralda masuk ke dalam kehidupan Frollo, di saat itu pula Frollo merasa telah melakukan dosa besar. Frollo mencintai Esmeralda bahkan juga menginginkannya secara seksual. Di sisi lain, Frollo juga merupakan seorang uskup. Karena tidak ingin mencoreng nama baiknya sebagai seorang uskup yang taat kepada Tuhan, Frollo bersikeras jika Esmeralda merupakan seorang jelmaan setan yang didatangkan oleh Tuhan untuk menguji keimanannya.

4. Penutup4.1 Simpulan

Dalam analisis mikrostruktural, lagu Belle

dalam opera Notre-Dame de Paris merupakan wacana yang padu. Hal ini dapat dibuktikan karena lirik lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris mengandung unsur penanda kohesi dan koherensi. Penanda kohesi yang terkandung dalam lagu Belle berupa (1) kohesi gramatikal yang meliputi referensi dan konjungsi; (2) kohesi leksikal yang meliputi sinonimi, repetisi, kolokasi, dan ekuivalensi. Pemarkah koherensi yang terkandung dalam lagu Belle meliputi hubungan makna penjumlahan, hubungan makna waktu, hubungan makna perbandingan, hubungan makna akibat, hubungan makna pengandaian, hubungan makna harapan, hubungan makna penerang, dan hubungan makna cara. Penanda koherensi yang paling dominan adalah hubungan makna kegunaan. Hubungan makna kegunaan secara implisit digunakan oleh penulis untuk menerangkan secara jelas maksud dari kegunaan peristiwa tersebut sehingga pembaca mampu lebih mudah memahami maksud dari peristiwa tersebut.

Pemarkah referensi endosfora katafora persona lebih sering digunakan penulis sehingga referensi katafora pada keseluruhan lirik lagu Belle menjadi penekanan sebagai poin penting dalam keseluruhan lagu. Hal ini menunjukkan bahwa penulis lirik lagu Belle lebih mempertimbangkan referensi katafora untuk mewujudkan wacana yang padu. Pemarkah referensi katafora digunakan secara dominan dalam membangun kepaduan kalimat.

Dalam lirik lagu Belle pada opera Notre-Dame de Paris terdapat beberapa prinsip penafsiran personal yang paling dominan, yaitu tokoh Esmeralda seorang penari cantik dari kaum gipsi yang berkelana ke Paris. Kecantikan Esmeralda membuat semua pria tidak mampu ber-paling. Tokoh Esmeralda menjadi topik utama dalam lagu Belle ini. Meskipun tidak muncul dengan cara bernyanyi secara langsung, penulis bermaksud menyiratkan bahwa Esmeralda adalah sosok yang diperebutkan oleh semua laki-laki.

Prinsip penafsiran lokasional dalam lagu ini terjadi di pelataran depan katedral Notre-Dame de Paris (galeri para raja), Paris, Prancis. Hal ini dibuktikan dengan pengacuan di luar teks, yaitu opera Notre-Dame de Paris.

Prinsip penafsiran temporal dalam lagu ini terjadi saat pagi hari, satu hari setelah perayaan

Page 11: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

Maydita P. P., et al : Kohesi dan Koherensi Lagu Belle ...

117

Feast of Fools (La Fête des Fous) pada tahun 1482, ketika Quasimodo dihukum dengan cara diikat pada roda raksasa karena dituduh menculik Esmeralda. Hal ini didukung dengan pengacuan di luar teks, yaitu sinopsis opera Notre-Dame de Paris.

Prinsip analogi yang terkandung dalam lagu ini, satu diantaranya adalah pousser la porte du jardin ‘mendorong pintu halaman’ yang dianalogikan sebagai lambang keperawanan Maria (La Vierge Marie). Selanjutnya, inferensi

yang terkandung dalam lagu ini menceritakan perasaan cinta tiga tokoh dalam Opera Notre-Dame de Paris (Quasimodo, Frollo, dan Phœbus) kepada Esmeralda.

4.2 SaranPenulis berharap peneliti lain dapat

melanjutkan rumpang penelitian pada lagu atau album lain untuk melengkapi pembahasan mengenai kohesi dan koherensi lagu Belle dalam opera Notre-Dame de Paris.

Daftar PustakaBaryadi, P.I. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho

Suli.Hamad, I. 2007. “Lebih Dekat dengan Analisis Wacana”. Jurnal Mediator, 8 (2), 325—344.Hodges, B. D. et al. 2008. “Qualitative Research: Discourse Analysis”. The BMJ, 337, 570-576.Keraf, G. 2005. Komposisi. Semarang: Bima Putra.Kridalaksana, H. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Utama.Kushartanti et al. 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Larousse, P. 2009. “Dictionnaire Français”. https://www.larousse.fr/dictionnaires/francais/chanson/14627.

Diakses pada tanggal 29 Desember 2020.Latifah, A. & Triyono, S. 2020. “Cohesion and Coherence of Discourse in the Story of “Layangan

Putus” on Social Media Facebook”. Indonesian Journal of EFL and Linguistics. 5 (1), 41—56.

Mandia, I. N. 2015. “Analisis Wacana Karya Tulis Praskripsi Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali”. SOSHUM Jurnal Sosial dan Humaniora, 5 (3), 205—216.

Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Mode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana.

Yogyakarta: Tiara Wacana.Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjahmada Uni-versity Press.Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.Sumarlam et al. 2008. Teori dan Praktik: Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Citra.Tarigan, H.G. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.Yulianto, A. 2018. “Pemahaman Puisi Karya Ali Syamsuddin Arsi dalam Perspektif Makrostruktural

dan Mikrostruktural”. Suar Bétang, 13 (1), 95—105.

Page 12: KOHESI DAN KOHERENSI LAGU BELLE DALAM OPERA …

118

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 000–000