19
1 http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/ Review Jurnal Internasional Filsafat Ilmu Science, Philosophy, and Religion Find Ground For Common FrontBy : Watson Davis Oleh Kelompok 3A Ketua : Ginanjar Gesang (071311333082) Sekretaris : Lidya Victorya (071311333065) Bendahara : 1. Rifqi Hamdani (071311333099) 2. Ervan Wirawan (071311333003) 3. Rifqih Maulana (071311333077) Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Semester Gasal 2013/2014

Klp 3 a Science Philosophy and Religion Find Ground for Commont Front by Waston Davis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nbn

Citation preview

  • 1

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Review Jurnal Internasional Filsafat Ilmu

    Science, Philosophy, and Religion Find Ground

    For Common Front

    By : Watson Davis

    Oleh Kelompok 3A

    Ketua : Ginanjar Gesang

    (071311333082)

    Sekretaris : Lidya Victorya

    (071311333065)

    Bendahara : 1. Rifqi Hamdani

    (071311333099)

    2. Ervan Wirawan

    (071311333003)

    3. Rifqih Maulana

    (071311333077)

    Program Studi Ilmu Politik

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

    Universitas Airlangga

    Semester Gasal 2013/2014

  • 2

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

    Dengan ini kami dari kelompok 3A menyatakan bahwa tugas

    review jurnal yang berjudul Science, Philosophy, Religion Find Ground

    for Common Front kami kerjakan secara berkelompok dan tidak ada

    tindakan plagiat.

    Surabaya, 23 Oktober 2013

    Ginanjar Gesang (Ketua) Lidya Victorya (Sekretaris)

    ginanjar-gesang-fisip13.web.unair.ac.id lidya-victorya-fisip13.web.unair.ac.id

    Rifqi Hamdani (Bendahara I)

    rifqi-hamdani-fisip13.web.unair.ac.id

    Ervan Wirawan (Bendahara II) Rifqi Maulana ( Bendahara III)

    ervan-wirawan-fisip13.web.unair.ac.id rifqi-maulana-fisip13.web.unair.ac.id

  • 3

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Nama Kelompok 3A yang mengerjakan tugas review jurnal :

    1.Ketua

    Nama : Ginanjar Gesang Bayu Bisma

    NIM : 071311333082

    TTD :

    2.Sekretaris

    Nama : Lidya Victorya Pandiangan

    NIM : 071311333065

    TTD :

    3.Bendahara I

    Nama : Rifqi Hamdani

    NIM : 071311333099

    TTD :

    4.Bendahara II

    Nama : Ervan Wirawan

    NIM : 071311333003

    TTD :

    5.Bendahara III

    Nama : Rifqi Maulana

    NIM : 071311333077

    TTD :

  • 4

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Daftar Isi

    A.Kata Pengantar ...........................................................................................................

    B.Isi Pokok ......................................................................................................................

    C.Uraian dan Contoh .....................................................................................................

    D.Analisis Kritis/Solusi ..................................................................................................

    E.Kesimpulan dan Saran ..............................................................................................

  • 5

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Kata Pengantar

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

    karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas review jurnal

    Filsafat Ilmu ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami

    berterima kasih kepada Bapak Adib selaku Dosen mata kuliah Ilmu Filsafat.

    Kami sangat berharap tugas review jurnal ini dapat berguna dalam rangka menambah

    wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian. Kami juga menyadari sepenuhnya

    bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami

    harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa

    yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang

    membangun.

    Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

    Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang

    yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

    kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

    masa depan.

    Surabaya , 23 Oktober 2013

    Penyusun

  • 6

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Identitas Jurnal Internasional

    Judul : Science, Philosophy, Religion Find Ground for Commont Front

    (Ilmu Pengetahuan, Filosofi, dan Agama menemukan landasan untuk

    publik)

    Author (s) : Watson Davis

    Reviewed Work

    Source : The Science News-Letter, Vol.38, No.12 (Sep.21,1994),

    pp 180+188+190

    Published By : Society for Science & the Public

    Stabie URL : http://www.jstor.org/stable/3916566

    Accessed : 25/02/2013 19 :07

  • 7

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Isi Pokok

    1. Ilmu Pengetahuan, Filisofi dan Agama Menemukan Dasar untuk Publik

    Para ilmuwan, filsufdan agamawan bertemu diKonferensi Ilmu Pengetahuan, Filsafat

    danAgama yang tergabung dalam manifesto Amerika melaluipemimpinnya atau

    perwakilannya yang intelektualdan spiritual. Konferensi ini diadakan di Teologi Yahudi

    Seminari Amerika, New York, September 1940 di bawah pimpinan Presiden Louis

    Finkelstein sebagai perwakilan dari tuan rumah. Berawal dari doktrin kuno yang membahas

    tentang hakikat martabat manusia diformulasikan dalam bentuk modern Ilmu pengetahuan

    dan Filsafat. Mereka mencoba mempertahankan kebebasan dengan mempersatukan berbagai

    pendapat para ahli untuk menemukan kesepakatan guna mencegah kehancuran yang

    disebabkan oleh negara-negara dominan yang totaliter.

    Manifesto menjelaskan, Penurunan menghormatinilai-nilai etika dan agama di kalanganmasyarakat demokratis telah memperkenalkankebingungan intelektual dalam sistem

    pendidikan, literatur, dandalam organ opini publik pada umumnya. Dan dalam kondisi ini Negara Totaliter mengambil keuntungan atas kebingungan yang terjadi terutama di negara

    demokrasi, yang totaliter telah memenangkan cukup banyak penganutnya bahkan di kalangan

    masyarakat bebas dunia. Hal itu menyebabkan semangat demokrasi memburukdan kekuatan

    resistensike lengan totaliter dan diplomasi berkurang.

    Mayoritas filsuf dan para teolog percaya bahwa ada dunia yang melebihi alam

    semesta ini, seperti supranatural. Untuk para teolog ortodoks, mereka memiliki Tuhan

    sendiri. Para filsuf, atau ahli metafisika, percaya bahwa dalam beberapa kasus, apa yang

    mereka sebut dengan kebenaran filsafat adalah "superioritas" kepada kebenaran ilmu sensorik

    eksperimental asal mula dari apa yang mereka anggap sebagai "kerendahan" dari

    kebutuhan.Hal ini sama halnya dengan perbedaan antara Aristoteles dan Plato. Perbedaan ini

    memiliki implikasi dengan zaman saat ini, meskipun Gereja otoriter dapat disejajarkan

    dengan ilmuwan dalam menentang rezim nazi yang telah mendirikan agama lain dan

    mencemooh atau menindas ilmu pengetahuan. Para filsuf dan teolog yang mengklaim

    kebenaran hakiki mengalami kesulitan dalam memahami dan menghargai kesediaan ilmuwan

    untuk mengubah pikiran mereka dalam menghadapi pembaharuan ilmu pengetahuan. Dalam

    Konferensi Sains, Filosofi, dan Agama tersebut para filsuf dan teolog menyatakan

    pemahaman mereka akan hubungan sains dengan realitas manusia dan demokrasi.

    Para pembicara dalam bidang ilmu alam setuju bahwa empirisisme rasional dimana

    ilmu pengetahuan saat ini telah mencapai perkembangan. Dengan empirisisme rasional

    mereka menyadari bahwa metode penalaran didasarkan sepenuhnya pada data yang dirasakan

  • 8

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    oleh indera dan penalaran konsekuensi yang mengarah pada kesimpulan yang diverifikasi

    oleh indera.Para pembicara tidak setuju tentang batasan metode empirisisme rasional. Cita-

    cita dari penelitian ilmiah bertepatan lebih dekat dengan orang-orang dari demokrasi

    dibandingkan dengan bentuk lain dari masyarakat.

    Agama,filsafat, dan ilmu pengetahuan menunjukkan kesediaannya untuk

    meminjamkan metode yang telah berhasil menyelesaikan beberapa masalah yang paling

    mendesak di dunia ini. Agama didefinisikan oleh Dr William E. Ritter, Veteran University of

    California biologi dan presiden kehormatan Layanan Sains, sebagai respon sensorik-

    ideasional dengan alam ketika alam diterima dalam keutuhannya yang tak terbatas sebagai

    jumlah. Pemikiran metode ilmiah direkomendasikan oleh Prof Philipp Frank dari Harvard

    sebagai pertahanan terhadap totalitarianisme, karena dalam pemikiran ilmuwan yang mampu

    menjadi resistensi tertentu terhadap pemikiran regimented. Pelatihan dalam pekerjaan ilmiah

    untuk semua pemuda Amerika memberi mereka petunjuk umum dan fundamental dari sudut

    pandang demokrasi yang disarankan oleh Dr CP Haskins, dari Union College, Massachusetts

    Institute of Technology dan Laboratoriesa Haskins, sebagai sarana untuk memberikan unsur-

    unsur bermanfaat dalam mengatur pelatihan militer, karena implikasi mengerikan dari

    pelatihan militer tersebut di bawah kediktatoran.

    Mahasiswa fisika dan matematika yang paling rentan terhadap 4propaganda para

    diktator, sementara penganut yang paling kritis dari totalitarianisme adalah salah satu siswa

    dari ilmu-ilmu rekayasa. Para insinyur dan fisikawan mengenal dengan fakta-fakta yang

    sama, tapi orang teknis harus selalu mempertimbangkan aplikasi langsung dari pengetahuan.

    Keinginannya untuk mempertahankan struktur ekonomi yang menguntungkan untuk kegiatan

    teknis membuatnya secara khusus rentan terhadap ideologi yang tampaknya mempertahankan

    struktur itu. Salah satu karakteristik utama dari sikap ilmiah adalah penolakannya .

    Dr Frank menjelaskan bahwa Proposisi umum mungkin terdengar pernah begitu indah

    dan dapat dinyatakan dalam rumus-rumus matematika, tetapi untuk ilmu pengetahuan mereka

    hanya untuk dihakimi oleh hasil penggunaannya.Jika prinsip membawa penderitaan bagi

    umat manusia saat itu, Dr Frank berpendapat, itu harus menjadi prinsip palsu dan kepalsuan

    yang dapat diakui melalui penderitaan ini.Pelatihan ilmiah adalah perlindungan terhadap

    prinsip-prinsip berikut hanya karena mereka terdengar penting dan benar.Dr.Ritter menarik

    kesimpulan bahwa manusia selalu berbicara tentang keindahan, agama, pemikiran, politik,

    ekonomi, moral dan idealisasi.Bahkan Darwin di kenal karena pemikirannya tentang teori

    evolusi yang membuka tabir kealamian dan kesatuan dunia kehidupan.Dengan

    menghubungkan ilmu pengetahuan dan agama, Dr.Ritter menyatakan bahwa adanya

    hubungan antara teori evolusi Darwin dengan aturan alam Tuhan. Ilmu baru yang di usulkan

    Dr. Laswell di khwatirkan akan menimbulkan masalah mentransfer sumber daya lama,

    material dan limbah manusia yang berdampak pada martabat manusia.

    Status sosial dan ekonomi yang di sebut dengan menganggur harus di hapus sebab tidak ada gunanya dalam sosial. Laki-laki membutuhkan keamanan dengan dihormatinya

    pekerjaan dan ilmu demokrasi yang dapat memberikan pengalaman dalam krisis dunia untuk

  • 9

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    mengintegrasikan kebutuhan kekuatan dalam perang teknis modern ini guna melestarikan

    demokrasi vitalitas, jelas Dr.Laswell.

    Ilmu demokrasi dapat memberikan aplikasi yang tepat dari pengalaman agar tidak

    menghambat pertumbuhan ilmu pengetahuan. Ini akan dikhususkan untuk aplikasi waktu

    yang tepat dari metode yang tersedia dan temuan ilmu pengetahuan sampai akhir

    mewujudkan demokrasi dalam kehidupan. Setelah ilmu demokrasi tergantung realisasi

    sepenuhnya dari kedua demokrasi dan ilmu pengetahuan.

    Uraian dan Contoh

    Uraian :

    Menurut kelompok kami, review jurnal internasional ini memiliki relevansi dengan

    Ilmu Administrasi Negara dalam hal :

    1. Pertama, dalam hal totaliter di negara. Dimana kita tahu, Totaliter juga memiliki

    dampak yang tidak selalu baik untuk Negara. Negara Indonesia yang merupakan Negara

    demokrasi yang menjunjung nilai moral, kemanusiaan, dan mengakui keberadaan Tuhan

    Yang Maha Esa. Sebagai calon birokrat atau pembuat kebijakan publik haruslah mengerti

    dalam hal membuat keputusan yang dapat dijalankan melalui demokrasi.

    2. Filsafat dan Agama berusaha untuk memperoleh kerjasama dari semua para

    pemimpin ilmu pengetahuan, filsafat dan agama yang setuju dengan prinsip fundamental

    untuk mempromosikan demokrasi cara hidup. Hal itu mengajarkan kita untuk menjaga kerja

    sama ataupun musyawarah dalam hal untuk mencari kesepakatan dalam suatu urusan.

    3. Kualitas pemikiran ilmiah mungkin menunjukkan jalan untuk kedua agama dan

    filsafat. Dari artikel tersebut, kita dapat mengambil manfaat untuk senantiasa meningkatkan

    kemampuan kualitas pemikiran kita sebagai calon pembuat keputusan yang cepat dan tepat.

    4. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan yang diimbangi dengan filosofi dan agama yang

    baik akan membentuk karakter yang kuat dalam menjadi manusia yang berkarakter. Memiliki

    motivasi dan konsep-konsep yang kuat.

    5. Dalam hal pembuatan kebijakan publik, kita harus memikirkan bagi kebaikan

    masyarakat, bukan kemauan pemimpin Negara itu sendiri dan memaksakan kehendaknya

    kepada rakyat.

  • 10

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Contoh :

    Daftar negara-nagara yang pernah menganut ideologi diktator :

    Nama Negara Tahun

    berkuasa

    Akhir

    berkuasa Ideologi

    Abdullah dari

    Arab Saudi Arab Saudi 2005 petahana Islamik monarki

    Isaias Afewerki Eritrea 1991 present Nasionalis Diktator konstitusional

    Idi Amin Uganda 1971 1979 Diktator militer

    Bashar al-Assad Syria 2000 petahana Ba'athisme

    Hafez al-Assad Syria 1970 2000 Ba'athisme

    Frank

    Bainimarama Fiji 2006 petahana Diktator militer

    Siad Barre Somalia 1969 1991 Komunis Diktator militer

    Omar al-Bashir Sudan 1989 petahana Militer/Diktator konstitusional

    Fulgencio Batista Cuba 1952 1959 Anti-komunis Diktator militer

    Gurbanguly

    Berdimuhamedow Turkmenistan 2006 petahana Nasionalis Diktator konstitusional

  • 11

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Jean-Bdel

    Bokassa

    Central

    African Republic 1966 1979 Anti-komunis Diktator militer

    Hassanal Bolkiah Brunei 1967 petahana Sultan

    Omar Bongo Gabon 1967 2009 Diktator konstitusional

    Franois Boziz Central

    African Republic 2003 petahana Diktator konstitusional

    Fidel Castro Cuba 1959 2008 Marxis-Leninis Komunisme

    Ral Castro Cuba 2008 petahana Marxis-Leninis Komunisme

    Nicolae Ceauescu Romania 1965 1989 Komunisme

    Chiang Kai-shek Republic of

    China 1927 1975

    Nasionalis China/Anti-

    komunis Diktator militer

    Blaise Compaor Burkina Faso 1987 petahana Diktator konstitusional

    Idriss Dby Chad 1990 petahana Militer/Diktator konstitusional

    Porfirio Daz Mexico 1876 1911 Militer/Diktator konstitusional

    Chun Doo-hwan South Korea 1979 1988 Militer/Diktator konstitusional

    Engelbert Dollfuss Austria 1932 1934 Nasionalisme/Fasisme

    Franois Duvalier Haiti 1957 1971 Anti-komunis Diktator militer

    Mahathir

    Mohamad Malaysia 1981 2003 Diktator konstitusional

    Jean Claude

    Duvalier Haiti 1971 1986 Anti-komunis Diktator konstitusional

    Francisco Franco Spain 1939 1975 Nasionalis/Fasis Diktator militer

    Alberto Fujimori Peru 1990 2000 Anti-komunis Diktator

    konstitusional (Fujimorisme)

    Muammar Gaddafi Libya 1969 2011 Sosialis Arab/Pan-

    Afrikanisme (Gaddafisme)

  • 12

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Maumoon Abdul

    Gayoom Maldives 1978 2008 Diktator konstitusional

    Klement Gottwald Cekoslowakia 1948 1953 Komunisme

    Ismal Omar

    Guelleh Djibouti 1999 petahana Sosialis Diktator konstitusional

    Adolf Hitler Jerman 1933 1945 Nazisme

    Enver Hoxha Albania 1944 1985 MarxisLeninis Komunisme, Maoisme

    (Hoxhaisme)

    Ho Chi Minh Vietnam Utara 1954 1969 Komunisme

    Erich Honecker Jerman Timur 1971 1989 Komunisme

    Mikls Horthy Hongaria 1920 1944 Anti-komunis/Fasis Diktator militer

    Saddam Hussein Iraq 1979 2003 Ba'athisme

    Paul Kagame Rwanda 1994 petahana Diktator militer/Diktator

    konstitusional

    Islam Karimov Uzbekistan 1990 petahana Nasionalis Diktator konstitusional

    Ayub Khan Pakistan 1958 1969 Diktator militer/Kediktatoran

    konsitusional

    Yahya Khan Pakistan 1969 1971 Military/Kediktatoran konsitusional

    Ayatollah

    Khomeini Iran 1979 1989 Islam Shia teokrasi

    Ayatollah

    Khamenei Iran 1989 present Islam Shia theokrasi

    Kim Il-sung North Korea 1948 1994 Juche

    Kim Jong-il North Korea 1994 2011 Juche

    Kim Jong-un North Korea 2011 present Juche

    Alexander Belarus 1994 present Diktator konsitusional

  • 13

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Lukashenko

    Mahathir

    Mohamad Malaysia 1981 2003 Kediktatoran konsitusional

    Mao Zedong China 1949 1976 Maoism

    Ferdinand Marcos Philippines 1972 1986 Kediktatoran konsitusional

    Mengistu Haile

    Mariam Ethiopia 1977 1991 Komunisme Diktator militer

    Ioannis Metaxas Yunani 1936 1941 Nasionalisme/Fasisme Diktator militer

    Mobutu Sese Seko Zaire 1967 1997 Diktator militer

    Hosni Mubarak Egypt 1981 2011 Kediktatoran konsitusional

    Robert Mugabe Zimbabwe 1980 present Kediktatoran

    konsitusional, Nasionalisme hitam

    Yoweri Museveni Uganda 1986 present Diktator militer/Kediktatoran

    konsitusional

    Pervez Musharraf Pakistan 1998 2008 Pakistani nasionalismeDiktator militer

    Benito Mussolini Kerajaan Italia 1922 1943 Fasisme Diktator militer

    Francisco Macas

    Nguema

    Equatorial

    Guinea 1968 1979

    Nasionalisme Kediktatoran

    konsitusional

    Teodoro Obiang

    Nguema Mbasogo

    Equatorial

    Guinea 1979 present

    Nasionalisme Kediktatoran

    konsitusional

    Denis Sassou

    Nguesso Congo 1979 present NasionalismeDiktator militer

    Saparmurat

    Niyazov Turkmenistan 1990 2006

    Nasionalisme Kediktatoran

    konsitusional

    Manuel Noriega Panama 1983 1989 Diktator militer

    Juan Carlos

    Ongana Argentina 1966 1970 Diktator militer

  • 14

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Park Chung-hee South Korea 1961 1979 Diktator militer

    Ante Pavelic

    Negara

    Independen

    Kroasia

    1940 1944 Fasisme Diktator militer

    Philippe Ptain France 1941 1945 Nationalist/Fasisme Nazisme puppet

    regime

    Jzef Pilsudski Poland 1926 1935 Diktator militer/Kediktatoran

    konsitusional

    Augusto Pinochet Chile 1973 1990 Kediktatoran militer

    Pol Pot Cambodia 1975 1979 Maoisme/Komunisme Kediktatoran

    militer

    Miguel Primo de

    Rivera Spain 1923 1930 Diktator militer

    Emomalii Rahmon Tajikistan 1992 present Nasionalisme Kediktatoran

    konsitusional

    Efran Ros Montt Guatemala 1982 1983 Diktator militer

    Gustavo Rojas

    Pinilla Colombia 1953 1957

    Diktator militer/Kediktatoran

    konsitusional

    Vidkun Quisling Norway 1940 1945 Nazi puppet regime

    Antnio de

    Oliveira Salazar Portugal 1932 1968

    Fasisme/Anti-

    Komunisme kediktatoran militer

    Santa Anna Mexico 1833 1855 Diktator militer

    Than Shwe Myanmar 1992 2011 Diktator militer

    Anastasio Somoza

    Garca Nicaragua 1936 1956 Military/Kediktatoran konsitusional

    Luis Somoza

    Debayle Nicaragua 1956 1967 Military/Kediktatoran konsitusional

    Joseph Stalin Uni Soviet 1922 1953 Komunis (Stalinisme)

  • 15

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Alfredo Stroessner Paraguay 1954 1989 Anti-Komunisme Diktator militer

    Soeharto Indonesia 1967 1998 Anti-komunisme Kediktatoran militer

    Syngman Rhee South Korea 1948 1960

    Anti-

    komunisme/Kediktatoran konsitusiona

    l

    Josip Broz Tito Yugoslavia 1945 1980 Sosialisme (Titoisme)

    Rafael Trujillo Dominican

    Republic 1930 1961

    Diktator

    militer/Kediktatoran konsitusional

    Meles Zenawi Ethiopia 1991 2012 Kediktatoran konsitusional

    Todor Zhivkov Bulgaria 1954 1989 Komunisme

    Muhammad Zia-

    ul-Haq Pakistan 1978 1988

    Diktator

    militer/Kediktatoran konsitusional

  • 16

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Analisis Kritis dan Solusi

    Analisis Kritis :

    Ideologi dictator sepertinya kurang cocok dalam tujuannya memimpin suatu Negara.

    Karena dalam ideology tersebut sepertinya masih bertindak secara sewenang-wenangnya dan

    sesuai keinginan hati para pemimpin saja. Itu juga tidak sesuai jika para rakyatnya masih

    menderita dan tidak mempunyai hak untuk berpendapat. Beberapa pendapat mungkin juga

    dapat diperluas mencakup semua realitas rakyat yang sepertinya terbebani dengan ideology

    tersebut. Keinginan untuk mempertahankan struktur ekonomi yang juga menguntungkan juga

    rentan terhadap ideology tersebut sehingga sulit tampaknya untuk mempertahankan struktur

    tersebut. Kualitas pemikiran yang baik dan dapat dicerna oleh akal pikiran manusia juga

    mungkin dapat merubah sistem tatanan ideologi yang bersifat dictator menjadi bersifat

    demokrasi yang dapat membuat rakyat tidak menderita dan dapat mengeluarkan aspirasi

    mereka untuk kepentingan bersama juga.

    Solusi :

    Dengan kata lain ideologi dictator ini juga sepertinya merugikan banyak pihak dan

    hanya menguntungkan beberapa pihak saja, sehingga banyak hal negative yang bermunculan

    dan juga dapat terjadi konflik jika ini terus berlanjut tanpa ada solusi yang tepat. Oleh karena

    itu menurut kelompok kami, ideologidictator tersebut harus dihapus dan diganti dengan

    ideologi yang baru. Tak dapat dipungkiri, mengganti ideology yang telah lama mengakar

    dengan ideologi yang baru itu sangat sulit. Namun dengan pola fikir yang baik dan dengan

    pengetahuan yang luas serta dengan tekad bersama mungkin hal itu dapat terjadi sehingga

    tidak menimbulkan lagi hal negative serta konflik di kalangan masyarakat.

  • 17

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan :

    Ideologi Diktator adalah ideology yang dimiliki seorang pemimpin negara

    yang memerintah secara otoritarian dan menindas rakyatnya. Biasanya seorang diktator naik

    takhta dengan menggunakan kekerasan, seringkali dengan sebuah kudeta. Tetapi ada pula

    diktator yang naik takhta secara demokratis. Contoh yang paling terkenal adalah Adolf Hitler

    seorang pemimpin partai nazi di jerman dikatakan Diktator karena selalu mempunyai ambisi untuk menguasai, Soeharto di Indonesia yang menerapkan sistem otoritarian dimana

    semua kehendak ada pada kendalinya, Josef Stalin dictator dari Uni Soviet yang

    memperlakukan saingannya atau siapapun yang tidak sependapat dengannya secara kejam

    dan tidak manusiawi, terutama pada masa pembersihan besar-besaran di Uni Soviet yang

    memakan banyak korban jiwa.

    Namun sistem seperti itu tidak akan berlangsung lama Adolf Hitler dengan kekuatan

    militernya akhirnya menyerah ditangan amerika dan sekutunya begitu pula Soeharto di

    Indonesia karena pada saat itu Negara mengalami krisis ekonomi semua kalangan yang

    awalnya percaya kepadanya pada akhirnya juga menginginkan Soeharto turun seperti yang

    dilakukan Demonstrasi para mahasiwa.

    Para Filsuf, Ilmuwan dan agamawan memikirkan gimana cara untuk melawan

    munculnya lagi Negara-negara yang memiliki Ideologi Diktator atau pemikiran Diktator dan

    mencegah adanya pemikiran filsafat agama yang salah. Mereka mengadakan sebuah

    konferensi untuk membahas melawan semua Ideologi Diktator yang menurut mereka tidak

    pantas untuk diterapkan dalam suatu Negara sebagai bentuk penegakan martabat manusia

    melalui perlawanan terhadap Ideologi Diktator.

    Menurut Agamawan untuk menghindari Ideologi Diktator harus dilakukan

    Musyawarah Mufakat dalam mengambil keputusan karena menurutnya agar semua kalangan

    bisa mengeluarkan aspirasinya untuk kemajuan Negara-nya tanpa ada kesewenangan sepihak

    sedangkan para Filsuf berpendapat bahwa ada sebuah kekuatan supranatural diluar alam yang

  • 18

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    lebih hebat. Mereka sadar bahwa mereka bisa membedakan, memiliki fokus baru, suara

    dalam sesi ilmu pengetahuan alam maupun sosialnya Konferensi Sains, Filosofi, dan Agama

    menyatakan pemahaman mereka akan hubungan sains dengan realitas manusia dan

    demokrasi.

    Para filsuf dan teolog yang mengklaim kebenaran hakiki sebagai mereka prerogative

    mengalami kesulitan dalam memahami dan menghargai kesediaan ilmuwan untuk mengubah

    pikiran mereka dan mengubah pengetahuan. Dan menurut para pakar di bidang alam ilmu

    seperti Dr William E. Ritter dari Universitas California , Dr Philipp Frank dari Harvard , Dr

    C. P. Haskins dari Union College , Massachusetts Institute of Technology dan Haskins

    Laboratories , Dr Harold D. Lasswell dari Sekolah Washington Psikiatri dan Dr William F.

    Al dari Johns Hopkins University sepakat bahwa empirisisme rasional melalui mana ilmu

    pengetahuan saat ini memiliki mencapai status yang sekarang adalah prasyarat situs untuk

    pembangunan masa depan alam ilmu pengetahuan, sejauh yang kita tahu . oleh rasional

    empirisme mereka berarti metode penalaran seluruhnya didasarkan pada data yang dirasakan

    oleh indera dan penalaran berturut-turut yang mengarah ke conclusions diverifikasi oleh indra

    Saran :

    Saran kami, sebagai ilmuwan sudah selayaknya kita mencari metode yang paling tepat

    dan relevan dengan permasalahan bangsa dan Negara-nya. Dan menurut hasil diskusi

    kelompok kami praktek dan teori para filsuf, ilmuwan, dan agamawan selayaknya

    dikombinasikan menjadi teori yang seharusnya di buat paham bernegara supaya Ideologi

    Diktator tidak menguasai dalam kehidupan bangsa dan ber-negara karena Ideology Diktator

    adalah Ideologi yang hanya menguntungkan salah satu pihak.

    Menurut kelompok kami, ideologi t harus dihapuskan dari muka bumi ini, sebab

    ideologi seperti ini dapat membuat warga masyarakat dimana negaranya menganut paham ini

    menderita dan tidak dapat menyampaikan aspirasi mereka. Sebenarnya keberadaan ideologi

    sekuler yang melahirkan demokrasi liberal telah memunculkan kediktatoran gaya baru yang

    berlindung di balik baju demokrasi. Para diktator itu juga banyak berlindung di balik HAM.

    Hal ini bisa kita saksikan ketika sebuah masyarakat (negara) dengan suara mayoritas

    menghendaki tegaknya hukum Islam, maka para diktator (barat) itu dengan berbagai dalih

    berupaya untuk menggagalkan yang mereka inginkan.

    Sebaliknya, jika dengan demokrasi dan produk turunannya (pemilu) mereka

    mendapatkan kemenangan (atau sesuai dengan apa yang mereka inginkan), maka dengan

    mati-matian pula mereka akan membelanya.Keadaan ini boleh jadi akan terus berlangsung

    hingga akhirnya masyarakat dunia mengetahui bahwa apa yang selama ini berlangsung

    bukanlah hakikat dari demokrasi yang banyak mereka pahami, melainkan demokrasi liberal

    yang diinginkan oleh barat.

    Demokrasi ini adalah sebuah ideologi yang diproduksi untuk membela dan

    melindungi kepentingan barat, bukan untuk kepentingan manusia seluruh dunia. Jika kondisi

    ini terus berlangsung, maka dengan sendirinya kepercayaan masyarakat dunia hilang hingga

    akhirnya demokrasi akan ditinggalkan. Dan nampaknya inilah fenomena yang banyak kita

    saksikan terjadi pada negara-negara yang tengah mempraktikkan demokrasi liberal.

  • 19

    http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

    Jika periode zaman diktator telah berakhir dengan kemunculan demokrasi sekuler

    liberal, lalu ideologi ini juga dengan sendirinya runtuh dengan berbagai sebab yang telah kita

    bicarakan di atas, maka konsekuensi yang akan muncul adalah kembalinya khilafah rasyidah

    adalah sebuah kepastian, tidak mungkin tidak. Sebagai contohnya adalah Mahdi, seorang

    pemimpin muslim yang akan mempraktikkan hukum Islam secara total dalam

    kepemimpinannya, maka dengan sendirinya ideologi sekuler dan praktik demokrasi akan

    dibersihkan dari wilayah kekuasaannya, dan itu akan terjadi pada seluruh dunia.