32
Abstrak: Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya. Campak dan diare adalah dua penyakit yang pada umumnya memiliki prognosis baik, namun jika tidak ditangani dengan baik dan dideteksi secara dini, kemungkinan terjadinya KLB semakin besar. Dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, kita dapat mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, melaporkan hasil data cakupan program pelayanan kesehatan. Kata kunci: KLB, campak, diare, penyelidikan epidemiologi PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh Page | 1

Klb Campak Dan Diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah 26 community medicine

Citation preview

Abstrak: Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya. Campak dan diare adalah dua penyakit yang pada umumnya memiliki prognosis baik, namun jika tidak ditangani dengan baik dan dideteksi secara dini, kemungkinan terjadinya KLB semakin besar. Dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, kita dapat mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, melaporkan hasil data cakupan program pelayanan kesehatan.

Kata kunci: KLB, campak, diare, penyelidikan epidemiologi

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber-daya manusia yang sehat, trampil dan ahli, serta memiliki perencanaan kesehatan dan pembiayaan terpadu dengan justifikasi kuat dan logis yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Sejalan dengan pesatnya perkembangan IPTEK serta majunya sarana transportasi akan mempengaruhi gaya hidup, kondisi lingkungan dan perkembangan berbagai pola penyakit, terutama penyakit menular yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) serta penyakit-penyakit tidak menular yang terkait dengan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat. Berbagai penyakit yang semula tidak menjadi masalah disuatu wilayah dengan cepat akan menjadi masalah di wilayah yang lain atau sebaliknya.Salah satu masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah Kejadian Luar Biasa. KLB adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa peningkatan suatu penyakit.

PENGERTIAN KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) didefinisikan sebagai timbulnya dan/atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan dan /atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompokpenduduk dalam kurun waktu tertentu (undang-undang wabah, 1969). Pengertian secara epidemiologi dimaksudkan apakah terjadi peningkatan frekuensi kasus dalam arti epidemiologi deskriptif yaitu menurut waktu, tempat dan orang. Berbeda dengan KLB, wabah harus mencakup frekuensi kasus yang tinggi, daerah yang luas dan periode waktu yang lebih lama dengan dampak yang ditimbulkan lebih berat.1

Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan PP Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular dinyatakan:

Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan periode tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah dan periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91):

Suatu kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:1

a. Timbulnya suatu penyakit/menular sebelumnya tidak ada/tidak diketahui.

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

c. Peningkatan kejadian penyakit / kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata pebulan dalam tahun sebelumnya.

e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.

f. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR periode sebelumnya.

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :

Pada usia 4 bula bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. Hal ini akan meningkatkab risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekbalan terhadap infeksi.

Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol akan meningkatkan risiko pencemaran kiman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu tidak segera diminum.

Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.

Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan seseorang beresiko menderita campak :

Tidak menerima vaksinasi. Orang yang belum menerima vaksin untuk campak jauh lebih mungkin untuk menderita penyakit campak.

Melakukan perjalanan internasional. Orang yang tidak menerima vaksin yang melakukan perjalanan ke Negara Negara berkembang yang kasus campak sangat tinggi

Kekurangan vitamin A. Orang yang tidak punya cukup vitamin A dalam diet mereka lebih mungkin untuk menderita campak dan memiliki gejala yang lebih parah.

Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Sebagian KLB tergolong dalam letusan kejadian yang bersumber dari makanan/minuman dan air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau kejadian yang tak diketahui sebab-sebabnya. Menurut Undang-Undang wabah Kejadian Luar Biasa digolongkan sebagai berikut:

a. Menurut penyebabnya:

Toxin

Infeksi

Toxin Biologis

Toxin Kimia

b. Menurut Sumbernya:

Sumber dari manusia, seperti jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan dan lain-lain

Bersumber dari kegiatan manusia, seperti toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan asin dengan racun).

Bersumber binatang, seperti binatang piaraan, ikan, binatang mengerat. Contoh penyakit: salmonella, cacing dan parasit lainnya.

Bersumber dari serangga, seperti lalat, kecoa, dan sebagainya.

Bersumber dari udara seperti streptococcus, pencemaran udara dan lain-lain

Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat , misalnya salmonella

Bersumber dari air, seperti vibrio cholera, salmonella

Bersumber dari makanan/minuman, seperti keracunan singkong, jamur makanan kaleng.

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

Penyelidikan epidemiologi berkaitan dengan input, proses, output, dan efek. Input berkaitan dengan jenis dan sumber data. Data yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi:

Data umum, meliputi jumlah penduduk, jumlah kelahiran, kesakitan, kematian, luas wilayah, mata pencaharian, dan sebagainya. Pada kasus 1, data umum diperoleh dari monografi Kecamatan Bojong Gede.

Data penduduk sasaran yang disesuaikan dengan program yang dibina. Pada kasus campak, sasaran program imunisasi campak adalah balita. Pada kasus diare, sasaran program kesehatan lingkungan adalah wilayah Kecamatan Bojong Gede.

Data sumber daya berupa sarana, dana, dan tenaga.

Data cakupan program adalah jumlah penduduk yang mendapat pelayanan di wilayah kerja Puskesmas.

Setelah data dikumpulkan, data tersebut diolah dan dianalisa. Hal ini disebut proses. Di tingkat pelaksana program (misalnya di Puskesmas), pengolahan data hanya dilakukan sampai dengan analisis data sesuai dengan kegiatan program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di tempat tersebut. Untuk program pelayanan kesehatan terpadu, cakupan yang dihitung, antara lain:

Cakupan KIA dianalisis melalui perhitungan jumlah kunjungan baru ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak balita dibagi dengan jumlah ibu hamil, ibu menyusui, bayi, atau anak balita sebagai penduduk sasaran.

Cakupan gizi berupa hasil bagi antara jumlah balita yang datang dan ditimbang (D) dengan jumlah semua balita yang ada di wilayah kerja posyandu (S). Selain perhitungan D/S tersebut, masih ada perhitungan lain yang dapat dipakai untuk menghitung cakupan gizi. Hasil D/S ini dipakai untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat. Rumus perhitungan: Cakupan Gizi = (Jumlah D : Jumlah S) x 100%

Cakupan imunisasi adalah hasil pencapaian kegiatan imunisasi (bagian program P2M), dengan membandingkan jumlah penduduk yang telah diberikan imunisasi DPT1, polio 3, campak, BCG, dan TT2 dengan jumlah masing-masing penduduk sasaran imunisasi. Penduduk sasaran untuk imunisasi TT adalah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS), dan penduduk sasaran untuk imunisasi dasar adalah bayi yang berumur 3 12 bulan. Berdasarkan kasus 1, hasil cakupan imunisasi Kecamatan Bojong Gede sebesar 45% masih rendah apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam buku stratifikasi Puskesmas 1987, yaitu 80%. Contoh analisis cakupan kegiatan imunisasi campak yang didasarkan pada buku catatan imunisasi didistribusikan berdasarkan tempat (bagaimana penyebaran cakupan imunisasi campak di tiap-tiap desa di wilayah kerja Puskesmas?), waktu (bagaimana penilaian hasil cakupan setiap bulan, triwulan, atau enam bulan? kapan terjadi penurunan hasil cakupan atau kapan cakupan yang terendah?), dan orang: (kelompok penduduk yang mana cakupan imunisasinya terendah). Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan, pendidikan penduduk (sosial ekonominya) di suatu wilayah atau yang lainnya. Rumus perhitungan:

Cakupan Imunisasi TT = (Jumlah bumil yang mendapat TT : Jumlah semua bumil) x 100%

Cakupan Imunisasi Dasar = (Jumlah bayi yang diimunisasi : Jumlah semua bayi) x 100%

Cakupan Imunisasi Campak = (Jumlah bayi yang diimunisasi campak : Jumlah semua bayi) x 100%

Cakupan program penanggulangan diare dianalisis dengan menghitung jumlah balita yang menderita diare atau mencret dan mendapat pengobatan garam oralit dibagi dengan semua balita yang menderita diare. Jumlah balita yang menderita didapatkan dari laporan kader, kunjungan balita di posyandu, atau puskesmas. Laporan kejadian diare memang leboh sukar didapatkan karena tidak semua penderita berobat kepada petugas Puskesmas (provider), sehingga sering dipakai angka perkiraan berdasarkan besarnya angka insiden diare di suatu wilayah. Sedangkan kasus yang berobat atau yang memperoleh oralit dicatat dalam laporan mingguan puskesmas atau laporan posyandu. Rumus perhitungan: Cakupan Diare = (Jumlah balita diare yang diobati : Jumlah semua balita yang diare) x 100%

SURVEILLANCE

Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.

Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan Pusat.

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sector kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sector dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi Kesehatan fisik dan mental.

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadapa masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan fisik dan mental

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap maslah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan fisik-mental.2

EPIDEMIOLOGI

Dalam bidang epidemiologi, terdapat tiga model yang dikenal, yaitu segitiga epidemiologi, jaring-jaring sebab akibat, dan roda. Segitiga epidemiologi merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai digunakan di dunia. Segitiga epidemiologi yang saling terkait satu sama lain, yaitu:

Agent-Host-Environment (AHE)

Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan konsep berbagai permasalahan kesehatan, termasuk terjadinya penyakit.

Gambar 1. Model Segitiga Epidemiologi

Sumber: Prasetyawati AE. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kebidanan holistik (integrasi commnity oriented ke family oriented). Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. h. 253 61

A. HOST (pejamu)3,4,5

Yang dimaksud dengan faktor pejamu ialah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macam, antara lain:

Faktor keturunan

Dalam dunia kedokteran dikenal pelbagai macam penyakit yang dapat diturunkan seperti misalanya penyakit alergis, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan darah.

Mekanisme pertahanan tubuh

Secara umum mekanisme pertahanan tubuh dapat dibedakan atas 2 macam yakni pertahanan tubuh umum dan pertahan tubuh khusus. Jika kedua pertahanan tubuh ini baik, tentu dalam batas-batas tertentu beberapa jenis penyakit akan dapat diatasi.

Umur

Pada saat ini banyak dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur tertentu saja. Misalnya penyakit campak, polio dan dipteri yang banyak ditemukan pada anak.

Jenis kelamin

Beberapa jenis penyakit tertentu hanya pada jenis kelamin tertentu saja. Misalnya tumor prostat yang ditemukan pada laki laki sedangkan tumor leher rahim ditemukan pada wanita.

Ras

Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu, seperti misalnya penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang barat.

Pekerjaan

Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit ketegangan jiwa daripada bawahan atau karyawan lainnya.

Kebiasaan kebiasaan hidup

seseorang yang biasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah terkena penyakit infeksi daripada sebalaiknya.

Keadaan fisiologis tubuh

Kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.

Tingkah laku (behavior)

Gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan rekreasi.

B. AGENT (bibit penyakit)3,4,5

Yang dimaksud dengan bibit penyakit adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadirannya atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi dan element yang dimaksud banyak macamnya, yang secara sederhana dapat dikelompokkan dalam 5 macam yakni:

Golongan nutrient.

Yang dimaksud dengan golongan nutrient adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan.

Golongan kimia

Adalah zat kimia yang ditemukan dalam (exogenous chemical substance) dan atau zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance)

Golongan fisik

Golongan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bisisng, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis dpat menimbulkan pelabagai macam penyakit.

Golongan mekanik

Sama seperti golongan fisisk. Bedanya, pada golonga mekanik unsure capur tangan manusia lebih banyak ditemukan, seperti misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain sebagainya.

Golongan biologic

Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologic dapat berupa jasat renic (micro organisme) dan atau yang bukan jasat renik baik yang berasal dari hewan atau yang berasala dari tumbuh- tumbuhan. Misalnya: protozoa, bakteri, virua, jamur, metazoan (arthropoda dan helminthes).

Jika penyakit penyakit tergolong dalam kelompok biotis, maka penyakit yang ditimbulkan disebut dengan nama penyakit infekasi (infectious diseases). Penyakit infeksi ini ada yang bersifat menular (communicable diseases) dan ada pula yang tidak bersifat menular (non communicable desease). Berat ringannya suatu penyakit infeksi yang dialami ditentukan oleh sifat bibit penyakit yang menyerang. Sifat tersebut dapat dibedakan 4 macam:

1. Patogenisiti

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit. Jika kemampuan ini tidak dimiliki, penyakit tidak akan muncul.

2. Virulensi

Yang dimaksud dengan virulensi ialah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan, maka bibit penyakit tersebut termasuk dalam golongan bibit penyakit yang virulen.

3. Antigenesiti

Kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antigen) pada diri pejamu. Apabila antigen ini banyak dihasilkan, maka bibit penyakit memiliki antigenisitas yang tinggi.

4. Infektiviti

Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, berkembang biak dan bertempat tinggal dalam diri pejamu.

C. LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)3,4,5

Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh- pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni:

Lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi

Lingkungan non- fisik

Ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia. Misalnya social budaya, norma, nilai dan adat istiadat.

Peran lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam- macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir).

Penyebab

Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi :5

1) Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

2) Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp (1-2%), Vibri cholera, dll

3) Parasit : Entamoeba histolytica (120/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur. Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut diare inflamasi dengan gejala mual, muntah, dan demam yang tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus, diare yang disertai lendir dan darah.

2. Mengobati Kasus

Pada kasus Campak, pengobatan yang diberikan bersifat simtomatik, yaitu antipiretik bila suhu tinggi, sedatif, obat antitusif, dan memperbaiki keadaan umum dengan memperhatikan asupan cairan dan kalori serta pengobatan terhadap komplikasi.

Pada kasus Diare, ada tiga tahapan penatalaksanaan, yaitu:

Rehidrasi oral

Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima di seluruh dunia karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk diare. Larutan rehidrasi yang optimal harus dapat mengganti air, natrium, kalium, dan bikarbonat, dan larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik.10 Penambahan glukosa ke dalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan kotransportasi natrium yang digabungkan dengan glukosa, yang maksimal apabila konsentrasi glukosa tidak lebih daripada 110 sampai 140 mmol/L.10 Kontraindikasi pemakaian TRO adalah syok, volume tinja lebih dari 10 mL/kg/jam, ileus, atau intoleransi monosakarida.

Pemulihan diet

Setelah rehidrasi yang adekuat tercapai, masalah berikutnya yang perlu diatasi adalah pemulihan makanan yang normal sesuai usia. Pilihan makanan awal mungkin mencakup makanan yang mudah diserap, misalnya nasi dan mi gandum serta makanan komplementer, seperti pisang (yang banyak mengandung kalium).10

Obat antidiare

Terdapat tiga kategori obat diare, yaitu obat intralumen, antimotilitas, dan antisekretorik. Obat intralumen yang paling luas digunakan adalah suspensi tanah liat atau silikat yang berfungsi sebagai adsorben (penyerap). Opiat, termasuk paregorik serta obat sintetik, seperti kodein, difenoksilat, dan loperamid sering digunakan sebagai obat antimotilitas untuk pengobatan diare ringan pada orang dewasa sehingga karena efek sampingnya jangan digunakan pada anak-anak. Okteotrid sangat efektif dalam menghambat diare sekretorik yang berkaitan dengan tumor penghasil hormon dan dalam mengurangi volume diare akibat AIDS.10

3. Pencegahan Kasus

Ada tingkat pelaksanaan tindakan pencegahan dalam pengendalian penyakit, yaitu:

Pencegahan primer, tujuannya untuk mencegah awitan suatu penyakit selama masa prapatogenesis. Pencegahan primer meliputi health promotion dan spesific protection. Health promotion merupakan suatu tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit, seperti perilaku sehat (cuci tangan sebelum makan), olahraga, kebersihan lingkungan, dll). Spesific protection merupakan tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak sakit dengan menggunakan suatu alat pelindung khusus, seperti melakukan vaksinasi terhadap penyakit tertentu.

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.11 Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau expanded program on immunisation (EPI) dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977.12 Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional, yaitu universal child immunisation (UCI). Target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal), yang berarti cakupan imunisasi unutk BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B harus mencapai 80%, baik di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten bahkan di setiap desa.12 Pada kasus 1, cakupan imunisasi dasar masih rendah yaitu sebesar 60 dari target 90 persen, terutama imunisasi campak baru mencapai 45%. Maka tidak heran terjadi KLB campak di Kecamatan Bojong Gede.

Gambar 3. Jadwal imunisasi

Pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit sebelum penyakit itu berkembang dan disabilitas menjadi parah. Salah satu tindakan pencegahan sekunder yang paling penting adalah skrinning kesehatan. Tujuan skrinning ini bukan untuk mencegah terjadinya tetapi lebih untuk mendeteksi keberadaannya selama masa patogenesis awal, sehingga intervensi (pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas dapat dilakukan.

Pencegahan tersier bertujuan untuk melatih kembali, mendidik kembali, dan merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. Tindakan pencegahan tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya masa patogenesis.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

a. Program wajib antara lain:

Promosi Kesehatan (Promkes)

1. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

2. Sosialisasi Program Kesehatan

3. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

1. Surveilens Epidemiologi

2. Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi Menular Seksual), Rabies

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),

2. Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun

Upaya Peningkatan Gizi

1. Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

Kesehatan Lingkungan :

1. Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah

2. Survey Jentik Nyamuk

Air

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah dimasak (Peraturan Mentri Kesehatan No. 416 Tahun 1990) menurut UNICEF 2007, air minum terlindung adalah air ledeng, keran umum, air hujan atau mata air dan sumur tertutup yang jaraknya 10 meter dari pembuangan kotoran dan pembuangan sampah. Sumber air tidak terlindung termasuk air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air yang tidak terlindung. Hubungan diare dengan air dimana air yang telah tercemar kotoran baik dari sampah, tinja maupun kotoran hewan.

Air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

Air harus jernih atau tidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.

Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning , air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain.

Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air.

Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 8,5 . Air yang pHnya rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit. Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa)

Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan radioaktif.

Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera, typhus, paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu hingga mendidih, bakteri tersebut akan mati.

Jamban

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Sederhana desainnya

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

b. Program Pengembangan Puskesmas :

Program pengembangan ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan pelayanan

1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan

2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus

3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan

4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling

5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil

6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani.13

c. Program Penunjang Puskesmas

Harus menjadi penunjang baik dari upaya kesehatan wajib atau upaya kesehatan pengembangan. Terdiri dari:

1. Laboratorium medis

2. Laboratorium kesehatan masyarakat

3. Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)

Definisi SP2TP15

Adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas meliputi keadaan fisik, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil telah dicapai. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu)dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung.

Tujuan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) adalah agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Jenis Pelaporan Terpadu Puskesmas

Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:

1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi

3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.

HEALTH PROMOTION (PROMOSI KESEHATAN)

Penyuluhan mengenai PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat ) dan diare :

Perorangan :

adanya penyuluhan perorangan kepada setiap penderita diare yang berobat di BPU puskesmas secara wawancara

kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

kepada penderita/keluarganya di puskesmas

kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas

Kelompok :

adanya penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu berupa ceramah mengenai PHBS dan diare

Penyuluhan melalui media massa

TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk.II, I, dan pusat)

Penyuluhan kepada perorangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada penyuluhan hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan:

Tentang gejala diare dan pengobatannya.

Pengguanaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air tajin, dan kuah sayur.

Meneruskan makanan / ASI selama dan sesudah diare

Menggerakan masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat penting terutama sebelum musim penularan (musim kemarau) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala wilayah setempat. Di Puskesmas kegiatan ini seyogyanya diintegrasikan dalam program sanitasi Lingkungan.

KESIMPULAN

Dalam penyelidikan epidemiologi (PE), setiap kasus penyakit yang dinyatakan sebagai KLB/wabah dapat diketahui penyebab, tahu cara terjadinya, tahu sumber terjadinya dan tahu faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pada induvidu sebagai host dari kasus penyakit yang terjadi. Dengan mengerti dan memahami ini semua maka upaya pencegahan dapat dilakukan, kasus penyakit tidak akan muncul dengan penyebab yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lapau Buchari. Prinsip dan metode epidemiologi. Edisi ke 2. Jakarta: balai penerbit FKUI;2011.h. 71-81.

2. Gde muninjaya. Manajemen kesehatan. Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC;1999.h.80-120.

3. Sungkar, Saleha. Majalah Kedokteran Indonesia Volum 57 Nomor 6 Juni. IDI. Jakarta. 2007

4. Sungkar, Saleha. Majalah Kedokteran Indonesia Volum 55 Nomor 4 April. IDI. Jakarta. 2005

5. World Health Organization Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian /Organisasi kesehatan Dunia (WHO): Alih Bahas, Monica Ester; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Yasmin Asih. Ed.2. Jakarta: EGC, 1999

6. Prasetyawati AE. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kebidanan holistik (integrasi commnity oriented ke family oriented). Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. h. 25361.

7. Soegijanto S. Campak. Dalam: Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjamtmiko. Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 171 7.

8. Budi Setiawan. Diare akut karena infeksi. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-3. Jakarta: InternaPublishing; 2009. h. 2836 42.

9. Bickley LS. Bates: buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2009. h. 392 406.

10. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009. h. 13 42.

11. Notoatmojo S. Kesehatan masyarakat : ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2011. h. 4453.

12. McKenzie JF, Pinger RR. Kesehatan masyarakat : suatu pengantar. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2006. h. 97 107.

13. Program kesehatan puskesmas. Edisi 2 mei 2007. Diunduh dari http://www.puskel.com/5-upaya-dasar-program-kesehatan-lingkungan-di-puskesmas

14. Syarat Air Bersih. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38270/4/Chapter%20II.pdf

15. Pencatatan dan pelaporan. Diunduh dari:

https://www.scribd.com/doc/99274506/Sistem-Pencatatan-Dan-Pelaporan-Terpadu

Page | 11