38
IMUNOLOGI “ANTIBODI” “Pengertian dan Klasifikasi antibodi” Oleh: Kelomok III Nama : 1. St. Hasma Nur Putriani 2. Uliyanti 3. Aprianti 4. Novi Pramuditha 5. !a Sa"itri #. $ahyuni %. Ha!&ul "attah 'elas : (armasi ) !U"U#AN $A"MA#I $AKULTA# ILMU K%#%&ATAN UNI'%"#ITA# I#LAM N%G%"I ALAUDDIN MAKA##A" #AMATA(GO)A TA&UN A!A"AN*P%"IOD% +,-.*+,-/ KATA P%NGANTA"

Klasifikasi-antibodi(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhh

Citation preview

Klasifikasi antibodi

IMUNOLOGI

ANTIBODIPengertian dan Klasifikasi antibodi

Oleh:

Kelompok III

Nama: 1. St. Hasma Nur Putriani

2. Uliyanti

3. Aprianti

4. Novi Pramuditha

5. Eka Safitri

6. Wahyuni

7. Hakqul fattah

Kelas: Farmasi B

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA

TAHUN AJARAN/PERIODE 2015/2016KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah, sehinnga kami dari kelompok tiga (3) sebagai penyusun makalah Imunologi yang berjudul Pengertian dan jenis-jenis (kalsifikasi) Antibodi dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Menyusun makalah dalam diskusi merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi kebutuhan diskusi dalam bertukar pikiran dalam mata kuliah tersebut, dimana isi makalah ini terdapat dari berbagai sumber.

Dalam makalah ini, dapat kami selesaikan berkat kerja sama yang baik dan kompak dari kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Tetapi, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan atau masih membutuhkan suatu perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak baik dosen maupun teman-teman yang bersifat membangun agar dapat lebih disempurnakan lagi untuk kedepannya. Terima kasih...

Penyusun

Kelompok IIIDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................................

C. Maksud dan Tujuan..............................................................................BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan mekanisme kerja antibodi Antibodi...................................

B. Jenis-jenis (Kalsifikasi Antibodi)..................................................

C. Penyakit yang berhubungan dengan sistem imun dan pengobatannya.......BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................

B. Saran dan kritik..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangUpaya peningkatan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan berbagai virus atau antigen spesifik lainnya dewasa ini sangat perlu mendapat perhatian serius. Biosintesis Immunoglobulin sebagai protein yang mempunyai aktifitas antibodi untuk sistem kekebalan tubuh harus diupayakan berlangsung secara normal dengan terpenuhinya kecukupan koenzim yang dibutuhkan untuk biosintesis tersebut. Pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme pathogen seperti virus dan bakteri, sangat perlu mendapat perhatian dari seluruh lapisan masyarakat. pencegahan dapat dilakukan melalui imunisasi aktif maupun imunisasi pasif. pencegahan dengan imunisasi aktif dilakukan dengan cara memasukkan/menyuntikkan antigen tertentu kedalam tubuh sehingga tubuh akan meresponnya dengan membentuk antibodi spesifik, sedangkan imunisasi pasif dilakukan dengan cara mengkonsumsi bahan makanan yang telah mengandung immunoglobulin /antibodi spesifik terhadap antigen tertentu sehingga tubuh akan kebal terhadap serangan antigen tersebut. Immunoglobulin merupakan protein yang mempunyai aktifitas antibodi. Protein ini dihasilkan oleh sel sel plasma sebagai akibat adanya interaksi antara limfosit B peka antigen dengan antigen spesifik. Berdasarkan berat molekul dan sifatsifat kimianya maka dikenal lima kelas immunoglobulin yaitu IgG, IgM , IgA, IgD dan IgE di mana setiap kelas berbeda dalam hal susunan asam amino, berat molekul sekaligus berbeda juga dalam hal sifat - sifat biologiknya (Kresno,1984). Diantara tiga kelas Immunoglobulin ayam (IgA,IgM,IgY) yang analog dengan mamalia, Immunoglobulin IgY merupakan Immunoglobulin yang tersedia dalam jumlah banyak ditemukan dalam kuning telur dari pada serum , diturunkan secara vertikal melalui telur dan berada dalam kuning telur (Naraz, 2003 ; Gassman et al 1990). Oleh karena itu, dengan mempelajari banyak tentang antibodi (sebagai alat penangkis atau pertahanan tubuh terhdap zat asing berupa antigen) sangat berguna untuk mengetahui peranan antibodi dalam tubuh, bahaya antigen jika masuk ke dalam tubuh, cara meningkatkan antibodi, dan lain-lain. Hal inilah yang melatarbelakangi penyuunan dari makalah ini.B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penulisan makalah ini penulis akan membatasi masalah antara lain: 1. Apa pengertian antibodi?2. Bagaimana interaksi antara antigen dan antibodi hingga menimbulkan respon bagi tubuh?3. Apa saja jenis-jenis (klasifikasi) antibodi?4. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan sistem imun?C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian antibodi

2. Mengetahui dan memahami interaksi antara antigen dan antibodi hingga menimbulkan respon bagi tubuh?3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis (klasifikasi) antibodi?4. Untuk mengetahui penyakit yang berhubungan dengan sistem imun?

D. Manfaat PenulisanBerdasarkan tujuan penulisan tersebut di atas, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Sebagai tambahan informasi bagi pengembangan ilmu tentang peranan antibodi dalam tubuh2. Sebagai bahan masukan dan acuan bagi para pembaca, yang tertarik untuk mendalami antibodi.BAB II

PEMBAHASANA. Pengertian Antibodi dan Mekanismenya

a) Pengertian

Antibody atau immunoglobulins sering kali disingkat dengan Ig. Immunoglobulins mengikat bacteri ,virus, atau molekul besar yang diidentifikasi sebagai benda asing. Immunoglobulins diproduksi oleh limfosit B atau sel B (David L. Nelson and Michael M. Cox; Lehninger PRINCIPLES OF BIOCHEMISTRY Fourth Edition)

Antibody atau immunoglobulin merupakan protein pelindung yang dihasilkan oleh limfosit vertebrata. Antibody memiliki kemampuan luar biasa untuk menolak atau mengabaikan bagian instriksik molekul dari organism inangnya. Secara khusus antibody dapat mengenali dan menetralkan molekul asing yang dihasilkan dari invasi organism virus, bakteri, atau sesuatu (agen) menular lainnya (R.H.Garrett, C.M.Grisham; Biochemistry;125)b) Struktur antibody Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan.

Heavy chain atau rantai berat pada antibody terdiri dari , , , , dan . Sedangkan rantai ringan atau light chain terdiri dari (kappa) dan (lambda).

Setiap molekul immunoglobulin minimal terdiri dari dua rantai ringan (L) dan dua berat (H) rantai. Setiap rantai ringan atau light chain terdiri dari daerah variabel (VL) dan konstanta (CL). Setiap rantai berat atau heavy chain terdiri dari daerah variabel (VH) dan daerah konstan(constan region) yang terbagi menjadi tiga domain (CH1, CH2, dan CH3). Domain CH2 mengandung the complement-binding site dan domain CH3 berisi site that attaches to receptors on neutrophils and macrophages. Antara heavy chain dan light chain dihubungkan dengan ikatan disulfide, dan ikatan antara heavy chain dan heavy chain juga dihubungkan dengan ikatan disulfide (Robert K. Murray et.al; hal 592)c) Pembagian antibody berdasarkan heavy chainnya dilengkapi strukturnya

Heavy chain atau rantai berat pada Ig terdiri atas 5 type, yaitu , , , , dan . Setiap type dari Ig memiliki heavy chain yang berbeda.Ig TypeHeavy ChainStructure

IgAMencegah melekatnya bakteri dan virus pada membrane mukosa.

10% dalam tubuh kebanyakan terdapat pada air mata, air liur, air mani dan kolostrum.

IgD1%, pada kanker (myeloma)

IgE

Menangani langsung hipersensitivitas dengan melepaskan mediator dari sel mast dan basofil setelah terpapar antigen (alergen). Memperthankan diri dari infeksi dengan menyebabkan pelepasan enzim dari eosinofil. Pengurus utama pertahanan terhadap infeksi kecacingan.

IgGAntibody utama dalam respon sekunder. Menetralisir bakteri dan virus. 70% dalam tubuh, dapat diwariskan, diberikan lewat kolostrum, ada 4 subkelas yaitu: IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4.

IgM

Diproduksi dalam respon utama terhadap antigen. Tidak melewati plasenta. Antigen reseptor pada permukaan sel B.6% dalam tubuh, merupakan makromelokul karena strukturnya pentamer.

(Robert K. Murray et.al; 594)d) Fungsi antibody

Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk penghancuran lebih lanjut. Umumnya, jika antibodi bertemu dengan antigen akan terbentuk kompleks antigen-antibodi.

Fungsi lain dari antibody yaitu :

a) Menetralisir virus dan bakteri dalam tubuh.

b) Mempertahankan diri dari infeksi dengan menyebabkan pelepasan enzim dari eosinofil.c) Mengenali dan menetralkan molekul asingd) Antibody katalitik digunakan untuk menanggapi9manangani) tantangan imunoligi oleh molekul asing yang disebut antigene) Immunoglobulin digunakan sebagai sinyal biokimia yang mengikat spesifik reseptor pada bagian luar membrane sel, lalu mentransfer informasi ke sitoplasma melalui membrane.

f) Bertanggung jawab dalan antibody humoral dan synthesis of circulating (Robert K. Murray et.al; Harpers Illustrated Biochemistry)e) Mekanisme pembentukan antibody

Menurut Roitt (1988) terdapat 2 teori mengenai mekanisme pembentukan

antibodi yaitu:

1. Teori instruktif (oleh Erlich). Menurut teori ini, pada setiap organisme memiliki prekursor limpfosit B yang hanya sejenis. Antigen akan memerintahkan precursor limfosit B tersebut untuk menyesuaikan dengan antigen yang masuk yang kemudian berkembang menjadi sel plasma untuk membentuk antibodi. Teori instrukstif saat ini telah ditinggalkan oleh para ahli.

2. Teori selektif (oleh Jerne & Burnet). Pembentukan antibodi berdasarkan clonal selection theory sebagai berikut: pada setiap organisme terdapat berjuta-juta precursor limfosit B. Oleh Jerne & Burnet (1978) dikatakan ada sekitar 108-1012 jenis sel limfosit B. Dengan adanya antigen yang masuk ke dalam tubuh suatu organisme, maka akan merangsang interaksi antara antigen determinan (epitope) dengan sel limfosit B yang sesuai yang kemudian akan memacu diferensiasi dan proliferasi dari sel tersebut menjadi sel plasma yang memiliki kemampuan menghasilkan antibody (immunoglobulin).

(Heru Nurcahyo; diktat bioteknologi)

Antibody dibentuk berdasarkan antigen yang masuk

(Campbell, Neil A et.al; Biology eight edition)

f) Mekanisme kerja antibody

Permukaan setiap substansi (virus, bakteri, plastik yang licin) bertaburan molekul-molekul yang menonjol ke dalam lingkungannya. Jika antibody menjumpai tonjolan yang kebetulan sesuai dengan lekuk-lekuknya, tonjolan akan masuk ke dalam lekukan dan terjadilah pelekatan yang erat seperti terkunci. Badan yang diikat boleh antibody disebut antigen. Antibodi hanya mengikat antigen yang bentuknya benar-benar sesuai.

Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibody :

1) NetralisasiAntibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi.

2)PenggumpalanPenggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibody memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan anti-gen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.3)Pengendapan

Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya.

4)Aktifasi Komplemen

Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis (http://www.sentra-edukasi.com/2011/09/pembentukan-macam-struktur-cara-kerja.html)

B. Kasifikasi AntibodiSistem imun normal untuk melindungi poejamu dari patogen yang masuk dan untuk melenyapkan penyakit. Dalam fungsinya yang paling optimal, sistem imun sangat responsif terhadap patogen yang masuk sekaligus mempertahankan kapasitas untuk mengenali jaringan dan antigen sendiri, tempat sistem ini toleran. Proteksi dari infeksi dan penyakit dihasilkan oleh upaya kerja sama sistem imun bawaan (innte) dan didapat (adaptif). a) Sistem imun bawaan

Sistem imun bawaan adalah ini pertama pertahanan terhadap aptogen yang masuk (misalnya bakteri, virus, jamur, parasit) dan terdiri dari komponen mekanis, biokimiawi, dan sel. Komponen mekanis mencakup kulit/epidermis dan mukus, komponen biokimiawi mencakup peptida dan dan protein antimikroba (mis. Dfensin), komplemen, enzim (mis. Lizosim, hidrolase asam), interferon, pH asam, dan radikal bebas(mis. Hidrogen peroksida, anion superoksida; komponen sel mencakup neutrofil, monosit, makrofag, natural killer cell (NK), dan natural Killer T-Cell (NKT). Tidak seperti sistem imun didapat, sostem imu bawan sudah ada sebelum infeks, tidak menguat oleh infeksi berulang dan umunya tidak spesifik antigen.b) Istem imun didapat

Sistem imun didapat atau adaptif dimobilisasi oleh petunjuk-petunjuk dari respon imun bawaan ketika proses-proses bawaan tersebut tidak mampu mengatasi infeksi. Sistem imun adaptif memiliki sejumlah ciri yang berperan dalam keberhasilannya mengeliminasi patogen. (Katzung, dkk. 20012: 1105-1107).Interaksi antigen dengan antibodi bersifat non-covalen dan pada umumnya sangat spesifik. Antibodi hanya diproduksi oleh limfosit B dan disebarkan keseluruh tubuh secara eksositosis dalam bentuk plasma dan cairan sekresi. Mereka membentuk sel B antigen reseptor yang spesifik. Antibodi ditemukan dalam plasma juga berikatan dengan reseptor spesifik untuk daerah konstan (Fc) dari imunoglobulin. Mereka juga ditemukan dalam cairan sekresi seperti mukus, susu dan keringat.Pada dasarnya satu unit struktur antibodi pada mamalia adalah glikoprotein (berat molekul sekitar 150.000 dalton) yang terdiri dari empat rantai polipeptida. Semua antibodi mempunyai bentuk struktur yang sama yaitu dua rantai pendek (VL) dan dua rantai panjang (VH). Bentuk tersebut dihubungkan dengan bentuk kovalen (disulfida) dan erat hubungannya dengan sequens asam amino yang mempunyai struktur sekunder dan tertier.Setiap rantai pendek (VL) berat molekulnya sekitar 25.000 dalton, dimana ada dua jenis rantai pendek yaitu lambda () atau kappa (). Pada manusia terdiri dari 60% adalah kappa dan 40% lambda, sedangkan pada mencit 95% kappa dan 5% lambda. Satu molekul antibodi hanya mengandung lambda saja atau kappa saja dan tidak pernah keduanya.Setiap rantai panjang (VH) mempunyai berat molekul sekitar 50.000 dalton, yang terdiri dari daerah variabel (V) dan konstan . Rantai panjang (VH) dan rantai pendek (VL) terdiri dari sejumlah homolog yang mengandung kelompok sequence asam amino yang mirip tetapi tidak identik. Unit-unit homolog tersebut terdiri dari 110 asam amino yang disebut domain imunoglobulin. Rantai panjang mengandung satu domain variabel (VH) dan tiga dari empat domain konstan lainnya (CH1, CH2, CH3, CH4, bergantung pada klas dan isotipe antibodi). Daerah antara CH1 dan CH2 disebut daerah hinge (engsel), yang memudahkan pergerakan / fleksibilitas dari lengan Fab dari bentuk Y molekul anti bodi tersebut. Hal itu menyebabkan lengan tersebut dapat membuka atau menutup untuk dapat mengikat dua antigen determinan yang terpisahkan oleh jarak diantar kedua lengan tersebut.Rantai panjang juga dapat meningkatkan fungsi aktifitas dari molekul antibodi. Ada 5 klas antibodi yaitu: IgG, IgA, IgM, IgE dan IgD, yang dibedakan menurut jenis rantai panjangnya masing-masing yaitu: , , , dan . Klas antibodi IgD, IgE dan IgG terbentuk dari struktur tunggal, sedangkan IgA mengandung dua atau tiga unit dan IgM terdiri dari 5 yang dihubungkan dengan sambungan disulfida. Antibodi IgG dibagi menjadi 4 subklas (disebut juga isotipe) yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4.Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin dan papain menjadi beberapa fragmen yang mempunyai sifat biologi yang khas. Perlakuan dengan pepsin dapat memisahkan Fab2 dari daerah persambungan hinge (engsel). Karena Fab2 adalah merupakan molekul bivalen sehingga ia dapat mempresipitasi antigen. Enzim papain dapat memutus daerah hinge diantara CH1 dan CH2 untuk membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan dengan reaksi antigen-antibodi dan juga satu non-antigen-antibodi fragmen yaitu daerah fragmen kristalisabel (Fc). Bagian Fc ini adalah glikosilat yang mempunyai banyak fungsi efektor (yaitu: binding komplemen, binding dengan sel reseptor pada makrofag dan monosit dan sebagainya) dan dapat digunakan untuk membedakan satu klas antibodi dengan lainnya.

Tabel 1. Sifat dan bentuk klas antibodi IgA, IgE, IgD dan IgM pada manusia dan mencit sama

AntibodiRantai pendek (CL)SubtipeRantai panjng (CH)

IgA

IgE

IgD

IgMKappa / lambda

Kappa / lambda

Kappa / lambda

Kappa / lambda

Kappa / lambdaIgA1

IgA2

-

-

-Alfa 1

Alfa 2

Tabel 2. Sifat dan bentuk subklas antibodi IgG pada manusia dan mencit berbeda

Manusiamencit

AntibodiRantai pendek*)SubtipeRantai panjangSubtipeRantaipanjang

IgGKappa / lambda

Kappa / lambda

Kappa / lambda

Kappa / lambdaIgG1

IgG2

IgG3

IgG41

2

3

4IgG1

IgG2

IgG2b

IgG31

2a

2b

3

*)antara mencit dan manusia hanya berbeda komposisinyaBerikut ini jenis-jenis antibody berdasarkan klasnya:1. Imunoglobulin A (IgA).

Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk kedalam lumen. Fungsi dari IgA ini ialah:

a) Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa

b) Tidak efektif dlam mengikat komplemen

c) Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam cairan sekretori yang mengandung IgA

d) Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif

2. Imunoglobulin D (IgD)

Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B normal. Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.

3. Imunoglobulin E (IgE)

Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk melawan parasit.

4. Imunoglobulin M (IgM)

Imunoglobulin m ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- aglutinin alamiah. IgM sngat efisien dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.

5. Imunoglobulin G (IgG)

Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya imunoglobulin yang dapat melewati plasenta. Kemampuannya melewati plasenta untuk setiap jenis hewan berturut-turut adalah: Rodentia>primata>anjing/kucing> manusia=babi=kuda. IgG adalah opsonin yang baik sebagai pagosit pada ikatan IgG reseptor. Imunoglobulin ini merangsang antigen-dependen cel-mediated cytotoxicity (ADCC)-IgG Fab untuk mengikat target sel, Natural Killer(NK) Fc-reseptor, mengikat Ig Fc, dan sel NK membebaskan citotoksik pada sel target. IgFc juga mengaktifkan komplemen, menetralkan toksin, imobilisasi bakteri dan menghambat serangan virus.Tabel 3. Sifat dan kemampuan imunoglobulin dan fungsinya

SifatIgA1,2IgDIgEIgMIgG1IgG2IgG3IgG4

BentukDimer

YYMonomer

YMonomer

YPentamer

YYYYYMonomer

YMonomer

YMonomer

YMonomer

Y

dalam serum (mg/ml)3,50,030,000051,59311,5

Aktifasi komplemen(-)(-)(-)++++++++++(-)

Transfer plasenta(-)(-)(-)(-)++++

Ikatan dengan makrofag / Fc reseptor(-)(-)(-)(-)+(-)+(-)

Ditemukan dalam jaringan eksresi eksternalCairan mukus

Dsb.(-)(-)Cairan mukus dsbSusuSusuSusuSusu

1) Subklas AntibodyDi antara pembagian antibody atau klasifikasi antibody, yang paling banyak dipelajari adalah imunoglobulin G (IgG),IgG ini dibagi menjadi subklas yang meiliki karakter yang berbeda satu dengan lainnya dalam aktivitas sistem kekebalan tubuh. Sekitr tahun 1960-an penelitian difokuskan untuk mendalami spesifik erforma dari poliklonal antiserum kelinci terhadap human homogen IgG protein mieloma, yang menunjukkan adanya subgrup IgG yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4.

Secara kuantitatif, konsentrasi subklas IgG pada serum manusia berturut-turut adalah IgG1>IgG2>IgG3 = IgG4. Empat subklas IgG ini sangat berbeda-beda berdasarkan jumlah komposisi asam aminonya dan skruktur hinge-regionnya. Hal tersebut terdapat pada molekul yang menandung ikatan disulfid di antara rantai y-heavy. Daerah tersebut terletak di atara fab (fragmen antibody bunding) dan dua dominan karboksil domain (CH2 dan CH3)keduanya pada rantai heavy (H), yang menunjukkkan fleksibilits dari molekul. Pada skma skruktu Ig terlihat skruktur molekul yang mengandung domain-like-scructure, dimana dua ikatan kembar fabfragmen singer (satu) Fc fragmen (fragmen cristalisable)terlihat sedikit bergerak-bergerak.

IgG3 sangat peka terhadap enzim tersebut (+++), sedangkan IgG2 relatif tahan. IgG1 dan IgG4bersifat sensitif sedang. Hal tersebut tergantung pada enzim yang digunakan. Selama enzim proteolitik memecah semua mo,ekul IgG di dekat atau pada daerah hinge menunjukkan bahwa sensitivitas dari IgG3 terhadap digesti enzim yang berhubungan dengan titik kelemahannya. Perbedaan skruktur lain diantara subklas IgG adalah hubungannya dengan rantai H dan L, dengan ikatan sulfida. 2) Aktivitas Subklas Antibody IgG

Distribusi respon spesifik subklas antibody IgG sangat bervariasi tergantung pada skruktur antigennya (karier, jumlah etiope,sifat fisika kimia) dosis, dan pintu masuknya serta konstitusigenetik dan hospesnya. Pada sel-T dependen antigen (timus dependen) memerlukan interaksi dengan helper sel-T limfosit untuk menstimulasi sel-B limfosit supaya memproduksi antibody. Dimana respon antibody terhadap antigen tertentu mengahasilkan respon subklas antibodi yang tertentu pula. (soderstorm et al, 1985; Burton dan woof, 1992; Bredius, 1994).C. Penyakit yang berkaitan dengan Antibodi dan Pengobatannya1. Imunodefisiensi (respon imun berkurang), Contoh; AIDS, leukemia2. Hepersensitifitas (respon imun berlebihan), Contoh; alergi, asma, rx transfusi3. Penyakit autoimun (rx sistem imun thdp Ag jar sendiri), Contoh; sistemik lupus eritematosus, AIHA, miastenia gravisGangguan system imun atau gangguan imunologi dapat di klasifikasikan:

1.Defisien imun

Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen system imun tidak aktif, kemampuan system imun untuk merespon pathogen berkurang baik pada golongan muda dan golongan tua, respon imun berkurang pda usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan alokohol dan narkoba adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di Negara berkembang. Diest kekurangan cukup protein berhubung dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, kensentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, defisiensi inutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A,C,E, B6, dan asam folik(vit B9) juga mengurangi respon imun.

Defisiensi imun juga dapat didapat dari choronic, granulomatus disease(penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit berkurang), contohnya: Aids, dan beberapa kanker.

Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetika, seperti severecombined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh oleh retrovirus HIV

Defisiensi imun non-spesifik

a.Defisiensi komplemen

1)Congenital

2)Fisiologik

3)Didapat

b.Diferensiasi interferon dan losozim

1)Defisiensi interferon congenital

2)Defisiensi interferon dan lisozim didapat

c.Defisiensi sel NK

1)Defisiensi congenital

2)Defisiensi didapat

d.Defisiensi system fagosit

1)Defisiensi kuantitatif

2)Defisiensi kualitatif

Defisiensi imun spesifik

a.Defisiensi kongiental atau primer

Defisiensi sel B: infeksi rekuren oleh bakteri berupa gangguan perkembangan sel B

Defisiensi sel T: kerentanan meningkat terhadap virus, jamur dan protozoa

b.Defisiensi imun fisiologik

1)Kehamilan

2)Usia tahun pertama

3)Usia lanjut

c.Defisiensi didapat atau sekunder

1)Malnutrisi

2)Infeksi

3)Obat, trauma, tindakan kateterisasi dan bedah

4)Penyinaran

5)Penyakit berat

6)Kehilangan Ig/leukosit

7)Stress

d.AIDS

Pengobatan

Sesuai dengan keragaman penyebab, mekanisme dasar, dan kelainan klinisnya maka pengobatan penyakit defisiensi imun sangat bervariasi.Pada dasarnya pengobatan tersebut bersifat suportif, substitusi, imunomodulasi, atau kausal.

Pengobatan suportif meliputi perbaikan keadaan umum dengan memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa, kebutuhan oksigen, serta melakukan usaha pencegahan infeksi.Substitusi dilakukan terhadap defisiensi komponen imun, misalnya dengan memberikan eritrosit, leukosit, plasma beku, enzim, serum hipergamaglobulin, gamaglobulin, imunoglobulin spesifik.Kebutuhan tersebut diberikan untuk kurun waktu tertentu atau selamanya, sesuai dengan kondisi klinis.

Pengobatan imunomodulasi masih diperdebatkan manfaatnya, beberapa memang bermanfaat dan ada yang hasilnya kontroversial. Obat yang diberikan antara lain adalah faktor tertentu (interferon), antibodi monoklonal, produk mikroba (BCG), produk biologik (timosin), komponen darah atau produk darah, serta bahan sintetik seperti inosipleks dan levamisol.

Terapi kausal adalah upaya mengatasi dan mengobati penyebab defisiensi imun, terutama pada defisiensi imun sekunder (pengobatan infeksi, suplemen gizi, pengobatan keganasan, dan lain-lain).Defisiensi imun primer hanya dapat diobati dengan transplantasi (timus, hati, sumsum tulang) atau rekayasa genetik.

2.Autoimunitas

Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri.

Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen.Antigen adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker).Beberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.

Penyakit Gangguan Autoimun

Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen.Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii.Tetapi, sistem imunitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri.Respon ini disebut reaksi autoimun.Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan.Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.

Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti radang sendi rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis, diantaranya.Penyakit tambahan yang diyakini berhubungan dengan autoimun seperti glomerulonephritis, penyakit Addison, penyakit campuran jaringan ikat, sindroma Sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus infertilitas.

Beberapa Gangguan Autoimun

GangguanJaringan yang terkenaKonsekwensi

Anemia hemolitik autoimunSel darah merahAnemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi, menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.Limpa mungkin membesar.Anemia bisa hebat dan bahkan fatal.

Bullous pemphigoidKulitLepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang merah, terbentuk di kulit.Gatal biasa.Dengan pengobatan, prognosis baik.

Sindrom GoodpastureParu-paru dan ginjalGejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin berkembang.Prognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau ginjal hebat terjadi.

Penyakit GravesKelenjar tiroidKelenjar gondok dirangsang dan membesar, menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism).Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat kehilangan, dan kecemasa.Dengan pengobatan, prognosis baik.

Tiroiditis HashimotoKelenjar tiroidKelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism).Gejala seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan mengantuk.Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi gejala secara sempurna.

Multiple sclerosisOtak dan spinal cordSeluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya.Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan, masalah dengan pandangan, kekejangan otot, dan sukar menahan hajat.Gejala berubah-ubah tentang waktu dan mungkin datang dan pergi.Prognosis berubah-ubah.

Myasthenia gravisKoneksi antara saraf dan otot (neuromuscular junction)Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas.Obat biasanya bisa mengontrol gejala.

PemphigusKulitLepuh besar terbentuk di kulit.Gangguan bisa mengancam hidup.

Pernicious anemiaSel tertentu di sepanjang perutKerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf).Anemia adalah, sering akibatnya menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.Syaraf bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan sensasi.Tanpa pengobatan, tali tulang belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat.Risiko kanker perut bertambah.Juga, dengan pengobatan, prognosis baik.

Rheumatoid arthritisSendi atau jaringan lain seperti jaringan paru-paru, saraf, kulit dan jantungBanyak gejala mungkin terjadi.termasuk demam, kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di bawah kulit.Progonosis bervariasi

Systemic lupus erythematosus (lupus)sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel darahSendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.Gejala anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan, pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin terjadi.Bercak mungkin timbul.Ramalan berubah-ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa menempuh hidup aktif meskipun ada gejolak kadang-kadang kekacauan.

Diabetes mellitus tipe 1Sel beta dari pankreas (yang memproduksi insulin)Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil, dan selera makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka panjang.Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks iinsulin yang cukup.Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang lama.

VasculitisPembuluh darahVasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal) bergantung pada bagian badan mana yang dipengaruhi.Prognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak jaringan rusak.Biasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.

Pengobatan

Pengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimmune dengan menekan sistem kekebalan tubuh.Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimmune juga mengganggu kemampuan badan untuk berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.

Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkal denganjangka panjang.Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker.Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.

Sering, kortikosteroid, seperti prednison, diberikan, biasanya secara oral.Obat ini mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan tubuh.KortiKosteroid yang digunakan dlama jangka panjang memiliki banyak efek samping.Kalau mungkin, kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau sewaktu gejala memburuk.Tetapi, kortikosteroid kadang-kadang harus dipakai untuk jangka waktu tidak terbatas.Ganggua autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan untuk mengurangi gejala juga mungkin diperlukan.

Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis (TNF), bahan yang bisa menyebabkan radang di badan.Obat ini sangat efektif dalam mengobati radang sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika digunakan untuk mengobati gangguan autoimun tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis.Obat ini juga bisa menambah risiko infeksi dan kanker tertentu.

Obat baru tertentu secara khusua membidik sel darah putih.Sel darah putih menolong pertahanan tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi pada reaksi autoimun.Abatacept menghalangi pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T) dan dipakai pada radang sendi rheumatoid.Rituximab, terlebih dulu dipakai melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja dengan menghabiskan sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh.Efektif pada radang sendi rheumatoid dan dalam penelitain untuk berbagai gangguan autoimun lainnya. Obat lain yang ditujukan melawan sel darah putih sedang dikembangkan.

Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun.Darah dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal.Lalu darah yang disaring dikembalikan kepada pasien.

Beberapa gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami sewaktu mereka mulai.Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun kronis.Obat sering diperlukan sepanjang hidup untuk mengontrol gejala.Prognosis bervariasi bergantung pada gangguan..

3.Hipersensitifitas

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas berbagai kelainan yang heterogen yang dapat dibagi menurut berbagai cara (Baratawidjaja, 2009).

Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktif, tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi, tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat). selain itu ada satu tipe lagi yaitu tipe V atau stimulatory hypersensitivity (Arwin dkk, 2008).

1.Reaksi Hipersensitif Tipe I(Hipersensitivitas Tipe Cepat Atau Anafilataksis)

Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi alergi yang terjadi karena terpapar antigen spesifik yang dikenal sebagai alergen. Terpapar dengan cara ditelan, dihirup, disuntik, ataupun kontak langsung. Perbedaan antara respon imun normal dan hipersensitivitas tipe I adalah adanya sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Antibodi ini akan berikatan dengan respetor IgE pada permukaan jaringan sel mast dan basofil. Selmast dan basofil yang dilapisi oleh IgE akan tersensitisasi (fase sensitisasi), karena sel B memerlukan waktu untuk menghasilkan IgE, maka pada kontak pertama, tidak terjadi apa-apa. Waktu yang diperlukan bervariasi dari 15-30 menit hingga 10-20 jam.Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi, yaitu IgE.IgE kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor disel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen, maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibodi di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi (Abbas, 2004).

2.Reaksi Hipersensitif Tipe II

Reaksi hipersensitivitas tipe II disebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu.Reaksi diawali oleh reaksi antara antibodi dan determinan antigen yang merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan metabolisme sel dilibatkan.Istilah lebih tepat mengingat reaksi yang terjadi disebabkan lisis dan bukan efek toksik.Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel yang memiliki reseptor Fc-R dan juga sel NK yang dapat berperan sebagai sel efektor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC.Reaksi tipe II dapat menunjukkan berbagai manifestasi klinik (Baratawidjaja, 2009).

3.Reaksi Hipersensitif Tipe III

Hipersensitivitas tipe III diperantarai oleh pengendapan kompleks antigencantibodi c (imun), diikuti dengan aktivitas komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear.Kompleks imun dapat melibatkan antigen eksogen seperti bakteri dan virus, atau antigen endogen seperti DNA.Kompleks imun patogen terbentuk dalam sirkulasi dan kemudian mengendap dalam jaringan ataupun terbentuk di daerah ekstravaskular tempat antigen tersebut tertanam (kompleks imun in situ).

Jejas akibat kompleks imun dapat bersifat sistemik jika kompleks tersebut terbentuk dalam sirkulasi mengendap dalam berbagai organ, atau terlokalisasi pada organ tertentu (misalnya, ginjal, sendi, atau kulit) jika kompleks tersebut terbentuk dan mengendap pada tempat khusus. Tanpa memperhatikan pola distribusi, mekanisme terjadinya jejas jarungan adalah sama; namun, urutan kejadian dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya kompleks imun berbeda. Pada keadaan normal kompleks imun dalam sirkulasi diikat dan diangkut eritrosit ke hati, limpa dan di sana dimusnahkanoleh sel fagosit mononuklear, terutama di hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Pada umumnya kompleks yang besar dapat dengan mudah dan cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati.Kompleks kecil dan larut sulit untuk dimusnahkan, karena itu dapat lebih lama berada dalam sirkulasi.Diduga bahwa ganggua fungsi fagosit merupakan salah satu penyebab mengapa kompleks tersebut sulit dimusnahkan.Meskipun kompleks imun berada dalam sirkulasi untuk jangka waktu yang lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila kompleks imun tersebut mengendap di jaringan (Baratawidjaja, 2009).

4. Reaksi Hipersensitif Tipe IV

Reaksi tipe IV disebut juga reaksi hipersensitivitas lambat, cell mediatif immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau reaksi tuberculin yang timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh terpajan dengan antigen. Reaksi terjadi karena sel T yang sudah disensitasi tersebut, sel T dengan reseptor spesifik pada permukaannya akan dirangsang oleh antigen yang sesuai dan mengeluarkan zat disebut limfokin. Limfosit yang terangsang mengalami transformasi menjadi besar seperti limfoblas yang mampu merusak sel target yang mempunyai reseptor di permukaannya sehingga dapat terjadi kerusakan jaringan.

Antigen yang dapat mencetuskan reaksi tersebut dapat berupa jaringan asing (seperti reaksi allograft), mikroorganisme intra seluler (virus, mikrobakteri, dll).Protein atau bahan kimia yang dapat menembus kulit dan bergabung dengan protein yang berfungsi sebagai carrier.Selain itu, bagian dari sel limfosit T dapat dirangsang oleh antigen yang terdapat di permukaan sel di dalam tubuh yang telah berubah karena adanya infeksi oleh kuman atau virus, sehingga sel limfosit ini menjadi ganas terhadap sel yang mengandung antigen itu (sel target).

Kerusakan sel atau jaringan yang disebabkan oleh mekanisme ini ditemukan pada beberapa penyakit infeksi kuman (tuberculosis, lepra), infeksi oleh virus (variola, morbilli, herpes), infeksi jamur (candidiasis, histoplasmosis) dan infeksi oleh protozoa (leishmaniasis, schitosomiasis).

Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, telah diperoleh berbagai penemuan-penemuan solusi berkaitan antibody sebagai sistem pertahana tubuh. Selain obat-obat (mis. Obat-obat golongan obat sitotoksik, obat imunosupresif, dan lain-lain), dikenal istilah:

1) Antibody imunospresif

Dikembangkan teknologi hibridoma ooeh milstein dan kohler pada tahun 1975 menyebabkan revolusi di bidang antibody, dan secara radikal meningkatkan kemurnian dan spesifitas antibodi yang diguanaknan di klinakdan sebagai alat tes antibodi di laboratorium. Hibridoma terdiri dari sel-sel pembentuk antibodi yang difusikan dengan sel plasmasitoma abadi. \sel-sel hibrid yang stabil dan menghasilkan sel-sel antibodi yang diinginkan dapat disubklonakan untuk pembiakan massal untuk menghasilkan antibodi.

Digunakan teknologi molekuler untuk menghasilkan antibodi monoklonal. Dilkukan penyaringan pada koleksi cDNA yang menyandi rantai berat dan ringan imunoglobulin yang diekspresikan pada permukaan bakteriofaga terhadap antigen-antigen yang telah dimurnikan. (Katzung, dkk. 2012: 1119).

2) Antibodi Monoklonal

Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tipa tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing dengan spesivitas yang luar biasa. Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang dapat mengikat satu epitop saja, yang merupakan zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh. Antibodi monoklonal dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik.Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tiap tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing denngan spesivitas yang luar biasa.

Antibodi monoklonal sekarang digunakan secara terapeutik. Antibodi monoklonal yang efektif telah dibuat untuk beberapa jenis kanker, termasuk limfoma dan kanker payudara. Sebagian besar antibodi yang sudah dibuat sekarang adalah antibodi murine yang dihumanisasi. Terapi antibodi monoklonal merupakan bentuk pasif dari imunoterapi, karena antibodi dibuat dalam kuantitas besar di luar tubuh (di laboratorium). Jadi terapi ini tidak membutuhkan sistem imun pasien untuk bersikap aktif melawan kanker. Antibodi diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang) dari sel B mencit yang menghasilkan antibodi spesifik. (Katzung, dkk; 2004).

BAB III

PENUTUPA. Kesimpulan1. Antibodi(Antibody)berasal dari bahasa Latin"Anti"yang berarti "melawan" dan"Bodiq"yang berarti "tubuh". Jadi, antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh yang berasal dari protein darah jenis gama-globulin yang diubahnya untuk melawan zat antigen (zat asing) yang masuk ke dalam tubuh2. Interaksi antigen dengan antibodi bersifat nonkovalen dan pada umumnya sangat spesifik. Antibodi hanya Antibodi hanya diproduksi oleh limfosit B dan disebarkan keseluruh tubuh secara eksositosis dalam bentuk plasma dan cairan sekresi. Mereka membentuk sel B antigen reseptor yang spesifik.3. Jenis-jenis (klasifikasi) antibodi terdiri dari 5 klas yaitu: Imunoglobulin A (IgA), Imunoglobulin D (IgD), Imunoglobulin E (IgE), Imunoglobulin M (IgM), Imunoglobulin G (IgG). 4. Jenis penyakit yang berkaitan dengan sistem imun adalah penyakit autoimun berupa rematik, HIV/AIDS, lupus, eksim, dan lain-lain.B. Saran dan KritikBerdasarkan makalah yang kami buat dengan penuh kesederhanaan yang membutuhkan pemikiran, usaha, kesabaran, dan kerja sama yang kompak. Namun, kami selalu sadar bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan dan pasti segala sesuatu di dunia ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak termasuk dosen maupun teman-teman, agar kami dapat memperbaikinya atau lebih menyempurnakannya lagi untuk ke depannya. Terima kasih...DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2006. Farmakologi Dan Toksikologi Sistem Kekebalan: Pengaruh Penyebab Dan Akibatnya Pada Kekebalan Tubuh. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gassmann M, P Thommes, T Weiser, and U Hubscher. 1990. Efficient production of chicken egg yolk antibodies against a conserved mammalian protein. FASEB Journal 4: 2528- 2532.Katzung, Bertram G., dkk. 2012. Farmakologi dasar dan Klinik edisi 12 Vol.2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.Katzung, Bertram G., dkk. 2004. Farmakologi dasar dan Klinik edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.