38
Kisah 3 Negara source : http://id.wikipedia.org/wiki/Kisah_Tiga_Negara 1 | Page

Kisah 3 Negarafaridfaridfarid.weebly.com/.../6/0/8/9608571/3_kngdoom.docx · Web viewuntuk menjadi penasihatnya,karena itu adalah pesan terakhir sahabatnya dia berkata "aku akan membaca

  • Upload
    voquynh

  • View
    218

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Kisah 3 Negara

source : http://id.wikipedia.org/wiki/Kisah_Tiga_Negara

1 | P a g e

Kisah 3 Negara

Kisah Tiga NegaraDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seluruh kekuatan di dunia, bersatu untuk bercerai dan bercerai untuk bersatu kembali

Kisah Tiga Negara (Hanzi: 三國演義, hanyu pinyin: sānguó yǎnyì, Bahasa Inggris: Romance of the Three

Kingdoms) adalah sebuah roman berlatar-belakang sejarah dari zamanDinasti Han dan Tiga Negara. Di

kalangan Tionghoa di Indonesia, kisah ini dikenal dengan nama Samkok yang merupakan dialek Hokkian

dari sanguo atau tiga negara.

Sering orang salah kaprah akan perbedaan Kisah Tiga Negara atau Kisah Tiga Kerajaan mengingat

terjemahan bahasa Inggris dari roman ini adalah Romance of the Three Kingdoms, namun pada sebenarnya,

yang tepat adalah Kisah Tiga Negara mengingat pada klimaks roman ini, ketiga pemimpin yang bertikai; Cao

Cao (negeri Wei), Liu Bei (negeri Shu) dan Sun Quan (negeri Wu) masing-masing telah memaklumatkan diri

sebagai kaisar dan mengklaim legitimasi sebagai kekaisaran yang mewarisi Dinasti Han yang telah runtuh.

Roman ini ditulis oleh Luo Guanzhong (羅貫中), seorang sastrawan dinasti Ming yang mengambil referensi dari

literatur sejarah resmi mengenai Zaman Tiga Negara di Tiongkok dimulai dari penghujung Dinasti Han,

pecahnya Tiongkok ke dalam tiga negara dan kemudian dipersatukan kembali di bawah Dinasti Jin. Selain dari

sejarah resmi, Luo juga mengambil referensi dari cerita rakyat turun temurun yang dituturkan secara lisan di

masyarakat pada masa hidupnya.

Kisah Tiga Negara adalah salah satu karya sastra klasik yang paling populer di dalam sejarah Tiongkok. Luo

menuliskan roman ini dalam 120 bab yang mempunyai alur cerita bersambung dengan referensi Catatan

Sejarah Tiga Negara oleh Chen Shou dan sedikit imajinasinya sendiri. Ada sekitar lebih 400 tokoh sejarah

yang diceritakan di dalam Kisah Tiga Negara yang dilukiskan dengan karakter berbeda. Cao Cao, Liu

Bei dan Sun Quan sama sebagai karakter pemimpin namun berbeda dalam sifat dan pemikiran. Demikian pula

2 | P a g e

Kisah 3 Negara

penasehat Zhuge Liang, Xun You, Guo Jia dan Zhou Yu masing-masing berbeda pandangan dan wataknya.

Setiap karakter mempunyai watak dan sifatnya sendiri yang berbeda satu sama lain. Penggambaran

perbedaan watak karakter ini menjadikan roman ini diakui sebagai salah satu wakil dari puncak perkembangan

sastra Tiongkok dalam sejarah. Kisah Tiga Negara ditulis dalam bahasa klasik (文言文).

Tokoh-tokoh utama berdasarkan negara

Penghujung Dinasti Han

Dong Zhuo, perdana menteri tiran, kemudian dibunuh oleh Lu Bu Yuan Shao, bangsawan dari utara, kemudian dikalahkan Cao Cao Liu Biao, bangsawan dari Jingzhou, musuh bebuyutan keluarga Sun Gongsun Zan, jenderal Han di perbatasan timur laut, kemudian dikalahkan Yuan

Shao Lu Bu, jenderal bengis penuh sifat khianat, membunuh 2 ayah angkatnya Ma Teng, penguasa Liangzhou, terbunuh karena dijebak oleh Cao Cao Kaisar Xiandi, kaisar terakhir Dinasti Han, menjadi kaisar pada masa anak-anak Diaochan, disuruh Wang Yun untuk membuat hubungan Dong Zhuo dan Lu Bu retak Cao Wei

Cao Cao, raja perang, mempersatukan utara Tiongkok Cao Pi , anak Cao Cao, kaisar pertama Wei Sima Yi, penasehat militer, kakek Sima Yan kaisar pertama Jin Guo Jia, penasehat militer, mati muda karena sakit Xun Yu, penasehat militer, handal dalam masalah pemerintahan Xiahou Dun, jenderal perang, kehilangan satu matanya karena dipanah Xiahou Yuan,jenderal perang, dikenal karena kemampuan memanahnya Zhang Liao, jenderal perang, mantan bawahan Lu Bu Zhang He, jenderal perang, mantan bawahan Yuan Xhao Dian Wei, pengawal pribadi Cao Cao, tewas demi melindungi kaburnya Cao Cao Pang De, jenderal perang, mantan bawahan Ma Teng Cao Ren, jenderal perang, sepupu Cao Cao Cao Yi, cucu perempuan Cao Cao, anak dari Cao Pi, pemimpin terakhir dari

keturunan/marga Cao

3 | P a g e

Kisah 3 Negara

Dong Wu

Sun Jian, panglima perang, penguasa Changsha, dikenal dengan sebutan "Macan dari Jiang Dong"

Sun Ce, anak sulung Sun Jian, peletak dasar negara Wu, suami Da Qiao Sun Quan, adik Sun Ce, kaisar pertama negara Wu Sun Shan Xiang, adik Sun Ce, menjalin hubungan cinta dengan Liu Bei Lu Meng, penasehat militer, kemudian dibunuh Guan Yu Zhou Yu, penasehat militer, suami Xiao Qiao, mati muda karena sakit Zhuge Jin, penasehat militer, kakak Zhuge Liang Lu Xun, jenderal perang, memenangi pertempuran Xiaoting/Yiling Huang Gai, jenderal perang, pura-pura membelot ke Wei saat pertempuran tebing

merah Gan Ning, jenderal perang, mantan bajak laut yang membunuh Ling Cao Taishi Ci, jenderal perang, pernah memerangi Sun Ce Da Qiao dan Xiao Qiao, istri Sun Ce dan Zhou Yu Ling Tong, anak Ling Cao, menaruh dendam pada Gan Ning, tetapi akhirnya

mereka berdua bersatu berperang mendampingi Sun Quan Ling Cao, jenderal perang,ayah dari Ling Tong,dan pernah dibunuh oleh Gan Ning Shu Han

Liu Bei, bangsawan masih keturunan trah Han, ingin meneruskan Dinasti Han Zhuge Liang, penasehat militer, dijuluki 'Naga Tidur' Pang Tong, penasehat militer, dijuluki 'Phoenix Muda' Jiang Wei, jenderal perang, membelot dari Wei Guan Yu, dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei, salah satu dari

Jenderal 5 Harimau Zhang Fei, adik angkat Liu Bei, seorang pemabuk berat, salah satu dari Jenderal 5

Harimau Zhao Yun, jenderal perang, pernah mengabdi pada Gongsun Zan,menyelamatkan

Liu Chan di Chang Ban yang menjadi kaisar terakhir negeri Shu, salah satu dari Jenderal 5 Harimau yang hidup paling lama

Huang Zhong, jenderal perang, dikenal karena kemampuan memanahnya, salah satu dari Jenderal 5 Harimau

4 | P a g e

Kisah 3 Negara

Ma Chao, jenderal perang, anak Ma Teng, salah satu dari Jenderal 5 Harimau Wei Yan, jenderal perang, berkhianat di Wu Zhang Xing Cai, anak dari Zhang Fei, istri dari Liu Chan Liu Chan, anak dari LiuBei , ia menjadi kaisar 2 di SHU ketika liu bei meninggal Guan Xing, anak dari Guan Yu, mati mudah karena sakit Zhang Bao, anak dari ZhangFei, mati diperang Wu Zhang

Peta Kekuasaan Dinasti Shu , Wei dan Wu

5 | P a g e

Kisah 3 Negara

Tokoh tokoh Penghujungdinasti Han

Dong ZhuoDong Zhuo (Hanzi: 董卓) (139 – 192), nama lengkap Dong Zhongyin (董仲穎), adalah seorang

negarawan pada penghujung zaman Dinasti Han. Ia menguasai Luoyang pada tahun 189 setelah ibukota

jatuh kedalam kekacauan karena tewasnya Kaisar Ling dan perselisihan berdarah antara faksi kasim

dengan pejabat negeri. Setelah itu, Dong Zhuo mengambil alih tahta dan memasangKaisar Xian sebagai

boneka.

Namun, kekejamannya menimbulkan kemarahan. Pemimpin

perang diseluruh negeri segera membentuk koalisi melawannya,

sehingga Dong Zhuo untuk memindahkan ibukota ke Chang'an.

Ia akhirnya dibunuh oleh anak adopsinya, Lü Bu, sebagai bagian

dari rencana yang dibuat oleh Wang Yun pada tahun 192.

6 | P a g e

Kisah 3 Negara

Lu BuLü Bu (Hanzi: 呂布; baca: Luî Pù) (153 – 198), nama lengkap Lü Fengxian, lahir

di Wuyuan (sekarang Mongolia Dalam) adalah seorang jenderal terkenal dari penghujung zaman Dinasti

Han danTiga Negara.Lu Bu dengan ciri khas memakai penutup kepala dengan ekor, ia memiliki kuda

bernama Terwelu Merah (赤兔马; Chìtù mǎ) yang dikenal karena daya tahannya dalam pertempuran.

Kuda ini berasal dari Fergana dan menurut legenda dapat berlari sejauh 1000 li (500 km) dalam satu hari.

Ia walaupun sangat lihai bertarung, namun juga adalah seorang yang menghalalkan segala cara untuk

mewujudkan ambisinya. Lü Bu pertama kali mengabdi kepada Ding Yuan, yang kemudian berkomplot

bersama He Jin untuk membunuh para menteri istana sepeninggal Kaisar Lingdi dan naik pangkat

menjadi letnan jenderal. Lu Bu merupakan seseorang yang penuh dengan sifat khianat, tidak ragu

membunuh kedua ayah angkatnya yaitu Ding Yuan dan Dong Zhuo.

Lü Bu kemudian termakan hasutan Dong Zhuo untuk membunuh Ding Yuan. Setelah Dong Zhuo

mengangkat diri sebagai perdana menteri, ia kemudian menjadikan Lü Bu sebagai anak angkatnya dan

panglima perang kekaisaran. Karena sifat Dong Zhuo yang tidak sabar dan bertemperamen kasar, Lü Bu

akhirnya membunuh Dong Zhuo setelah dihasut oleh salah satu menteri istana, Wang Yun. Setelah

kematian Dong Zhuo, Lü Bu lalu diangkat sebagai panglima besar kekaisaran. Di dalam catatan sejarah,

Lü Bu diceritakan menjalin hubungan gelap dengan seorang dayang-dayang Dong Zhuo yang tidak

disebutkan namanya. Di dalam Kisah Tiga Negara, karakter ini menjadi Diao Chan, yang juga diangkat

sebagai anak oleh Dong Zhuo.

Hanya sebulan setelah kematian Dong Zhuo, bawahannya, Li

Jue memimpin pasukan menyerang dan mengusir Lü Bu dari ibukota.

Lü Bu kemudian melarikan diri dalam pengasingan, mencari

perlindungan kepada Yuan Shu, yang menolak untuk menerimanya,

lalu Yuan Shao, Zhang Miao dan Liu Bei.

Ia akhirnya menyusun kekuatan di Xiapi, di mana ia sering terlibat

pertempuran dengan Cao Cao. Tahun 198, Cao Cao menyerang Xiapi

dan memukul mundur pasukan Lü Bu terus menerus serta akhirnya

mengepung pasukan Lü Bu selama 3 bulan. Lü Bu dengan moral pasukan yang rendah diperparah

dengan pengkhianatan bawahannya, Hou Cheng, Song Xian dan Wei Xu. Lü Bu tertangkap oleh Cao

Cao dan memohon kepadanya agar melepaskannya. Namun Liu Bei mengingatkan Cao Cao bahwa Lü

Bu tidak dapat dipercaya dan membiarkannya hidup sangat berbahaya. Lü Bu kemudian dicekik sampai

7 | P a g e

Kisah 3 Negara

mati oleh Cao Cao. Hukuman ini dilakukan untuk membuat malu Lu Bu, karena biasanya hukuman cekik

mati pada Zaman tiga negara diperuntukkan pada perempuan, sedangkan laki-laki dihukum mati dengan

cara dipenggal. Bawahan Lu Bu, Gao Shun dengan sukarela menyerahkan kepalanya untuk dipenggal

sedangkan bawahan lain Zhang Liao memutuskan untuk mengabdi pada Cao Cao. Dalam novel Kisah

Tiga Negara, Kuda Terwelu merah sendiri setelah beberapa waktu dihadiahkan kepada Guan Yu

Diao ChanDiaochan (Hanzi: 貂蟬), kadang ditulis sebagai Diao Chan Dikatakan kecantikan Diao Chan dapat

membuat awan-awan menutupi bulan purnama. Maksudnya kecantikan Di¨¡o Ch¨¢n menutupi kecantikan

bulan purnama.

Diao Chan adalah pelayan Wang Yun yang telah dianggap seperti anak kandung sendiri. Wang Yun lalu

memakai siasat wanita cantik dengan persetujuan Diao Chan sendiri untuk memecah belah Dong Zhuo

yang saat itu berkuasa sewenang-wenang dengan Lu Bu, panglima andalan sekaligus anak angkat Dong

Zhuo snediri. Secara lengkap, kisah Diao Chan diceritakan dalam San Guo Yan Yi.

Nama Diao Chan sendiri tidak tercatat di dalam sejarah tertulis dan sangat mungkin merupakan cerita

rakyat yang dibakukan dalam novel San Guo Yan Yi hasil karya Luo Guanzhong. Dalam sejarah tertulis

memang tercatat bahwa Lu Bu memiliki hubungan perselingkuhan dengan pelayan Dong Zhuo, namun

tidak ada bukti bahwa nama pelayan itu Diao Chan. Bahkan sangat mungkin tidak, karena nama Diao

tidak umum dipakai sebagai nama keluarga. Lagipula "Diao Chan" mungkin merujuk ke bulu ekor "Diao" /

sable (sejenis musang yang bulunya sering dijadikan perlengkapan pakaian) dan dekorasi giok berbentuk

"Chan" / cicada (jengkerik / tenggerek) yang merupakan hiasan topi pejabat era Han.

Yuan Shao8 | P a g e

Kisah 3 Negara

Yuan Shao, (Hanzi:袁绍) bernama lengkap Yuan Benchu (袁本初),(154 – 202) adalah salah seorang

penguasa daerah utama yang menguasai daerah utara Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Ia juga

kakak sepupu (sumber lain:saudara tiri) dari Yuan Shu, penguasa daerah sekitar sungai Huai.

Sebagai salah satu penguasa terkuat di zamannya, Yuan Shao merintis

koalisi penguasa daerah melawan Dong Zhuo yang menguasai istana

dan berkuasa atas kaisar Xian. Pada tahun 200, ia memimpin ekspedisi

melawan Cao Cao tetapi kalah telak pada Pertempuran Guandu. Ia

meninggal 2 tahun kemudian di kota Ye.

Tokoh tokoh dinasti wu

9 | P a g e

Kisah 3 Negara

Zhao YuZhou Yu (Hanzi: 周瑜, 175-210 M) adalah penasehat militer Tiongkok yang pertama dan terpenting

dari Wu di Zaman Tiga Negara. Ia bernama lengkap Zhou Gong Jin, ia adalah anak seorang bangsawan

dari daerah Lujiang. Di dalam Kisah Tiga Negara, ia dideskripsikan sebagai seorang tampan yang cakap

dalam hal kemiliteran dan kenegaraan. 206 M, Zhou Yu berhasil menumpas bandit lokal, menangkap

ribuan bandit. Setelah itu Zhou Yu berhasil menangkis serangan Liu Biao, yang pada prosesnya Zhou Yu

juga berhasil menangkap jendral Liu Biao, Deng Long.

Antara tahun 207-208 M, Zhou Yu mendapat tugas dari Sun Quan untuk menghancurkan Huang Zu

(penyebab wafatnya Sun Jian). Dengan bantuan Gan Ning (yang sebelumnya adalah anak buah Huang

Zu), Lu Meng, Ling Tong, Dong Xi, dan Xu Sheng, Zhou Yu berhasil merebut daerah Xia Kou, dan

membunuh Huang Zu.

pada tahun 208 M, Sun Quan beraliansi dengan Liu Bei untuk bekerja sama

mengalahkan Cao Cao yang ingin menyerang daerah selatan. Zhou Yu diangkat

oleh Sun Quan menjadi Panglima Besar membawahi 30.000 pasukan dan menjadi

wakil Sun Quan untuk berdiskusi dengan ahli strategi Liu Bei Zhuge Liang, total

pasukan aliansi berjumlah 50.000. Mereka setuju untuk melakukan serangan api

terhadap kapal-kapal milik Cao Cao. Alhasil, setelah Zhou Yu menggunakan

berbagai macam strategi dan bantuan ahli strategi lain yaitu Pang Tong serta

pengorbanan diri oleh Huang Gai, aliansi Liu Bei-Sun Quan berhasil membakar kapal-kapal perang milik

Cao Cao yang mengangkut 200.000 pasukan dan memenangkan perang Chibi atau yang lebih dikenal

dengan Perang Tebing Merah. Setelah itu Zhou Yu maju ke daerah Jing, dan berhasil merebut daerah

Nan Jun(Jiang Ling) dari tangan Cao Ren dan Niu Jin. Karena keberhasilan ini Zhou Yu diangkat menjadi

Gubernur Nan.

Sun QuanSun Quan (Hanzi:孫權)(182-252), putera kedua dari Sun Jian adalah pendiri negara Dong Wu (Wu

Timur) pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok. Dia memerintah sebagai raja Wu dari

tahun 220 sampai222, kemudian naik tahta sebagai kaisar Wu dari tahun 222 sampai 252.

10 | P a g e

Kisah 3 Negara

Sun Quan menghabiskan masa kecilnya di kota

kelahirannya, Fuchun. Sejak ayahnya (Sun Jian)

meninggal pada tahun 191, dia berpindah dari kota ke

kota di daerah bawah sungai Yangtze. Kakaknya, Sun

Ce mendirikan negara bagian yang terbentuk dari

beberapa daerah kecil di sekitarnya. Pada tahun 200,

sejak Sun Ce terbunuh, Sun Quan yang baru berumur

18 tahun mewarisi wilayah di daerah tenggara sungai

Yangtze. Dalam pemerintahannya yang cukup aman

dan stabil, Sun Quan dibantu oleh beberapa bekas

pejabat Sun Ce, seperti Zhou Yu,Zhang Zhao,Zhang

Hong dan Cheng Pu. Selama beberapa tahun, Sun

Quan mampu membangun angkatan perang yang kuat dengan bantuan para perwiranya sehingga pada

tahun 207, pasukannya mampu mengalahkan Huang Zu, perwira dari Liu Biao yang menguasai sungai

Yangtze bagian tengah.

Pada musim dingin tahun 207, Cao Cao memimpin sekitar 200.000 tentara untuk menguasai wilayah

Selatan sebagai bagian dari rencana penyatuan seluruh Tiongkok. Di satu pihak, Zhang Zhao sebagai

penasehat urusan dalam negeri Wu menyarankan untuk menyerah, sedangkan di lain pihak, Zhou Yu

dan Lu Su menyarankan untuk melawan. Akhirnya Sun Quan memilih untuk mengusung bendera perang.

Bersama Liu Bei yang saat itu berstatus pengungsi di negerinya, Sun Quan menggabungkan 2 ahli

strategi terbesar, Zhuge Liang dan Zhou Yu, dibantu oleh siasat jebakan Huang Gai,Kan Ze dan Pang

Tong untuk menghancurkan seluruh bala tentara Cao Cao pada Pertempuran Chibi

Tai Shi Chi

Taishi Ci (166 - 206 M) adalah perwira militer negara Dong Wu pada Zaman Tiga

Negara di Tiongkok dulu. Pada awalnya Taishi Ci bekerja dibawah Liu Yao tetapi kemudian melanggar

kesetiaannya setelah Liu Yao menolak untuk memperhatikan nasihat strategi yang diajukan oleh Taishi

Ci, kemudian dia melarikan diri ke daerah tetangga. Taishi Ci melarikan diri ke daerah Dangyang, suatu

11 | P a g e

Kisah 3 Negara

posisi daerah militer yang strategis dan penting sejak zaman Sun Tzu, disana dia mengangkat dirinya

sebagai gubenur.

Pada suatu perang, pasukan sisa Taishi Ci dengan cepat

dapat dikepung oleh pasukan Sun Ce tanpa tandingan, yang

kemudian Taishi Ci tertangkap. Taishi Ci memohon untuk

dibunuh bersama dengan pasukan dan orang-orangnya,

tetapi Sun Ce tidak bersedia dan membujuk dia untuk

bergabung. setelah bujukan yang lama dan dijanjikan diberi

pangkat dan posisi tinggi di negara Wu, akhirnya Taishi Ci

bergabun g. Taishi Ci setia sampai akhir hayatnya kepada

negara Wu.

Lu MengLü Meng atau Lu Meng (178 - 219 Masehi) adalah jendral perang yang bekerja untuk kerajaan Wu

timur (Dong Wu) pada masa Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Lu Meng lahir di Fupo, Runan

(sekarang Fuyang, Anhui) pada tahun 178. Pada awalnya dia adalah seorang jendral yang tangguh

seperti Taishi Ci,tetapi sebelum Zhou Yu mati, dia sempat dipesan untuk meneruskan menjaga Sun

Quan untuk menjadi penasihatnya,karena itu adalah pesan terakhir sahabatnya dia berkata "aku akan

membaca buku perang keluarga Sun(THE BOOK WAR MANUAL OF SUN TZU) dan tidak akan

memedulikan keadaan perang hingga menguasai buku ini demi memenuhi pesan sahabatku untuk

melindungi Sun Quan dan membantunya, yang pada dasarnya dia adalah seorang jendral berubah

menjadi penasihat adalah sesuatu yang luar biasa karena kemampuanya mampu membantu Sun

Quan dalam perang invasi Cao Cao dan menjadi perdana menteri kerajaan Wu. Memajukan sektor

militer, perdagangan, bendungan,dsb bersama Lü Xun yang akhirnya merekomendasikan Lü Xun(THE

LAST OF GREAT STRATEGIC OF WU) kepada Sun Quan sebagai penerusnya.

Salah satu peranannya yang terkenal adalah sebagai jendral dalam invasi di Jingzhou yang dimana

menyebabkan kematian Guan Yu, salah satu jendral negara Shu terkuat di zaman itu. Tidak lama setelah

Guan Yu meninggal, Lu Meng jatuh sakit yang membuat Sun Quan (raja Wu) khawatir. Sun Quan

menyatakan akan memberi hadiah besar bagi orang yang mampu menyembuhkan Lu Meng, tetapi pada

akhirnya Lu Meng tidak dapat disembuhkan dan meninggal pada umur 41 tahun. Sebelum kematiannya,

Lu Meng merekomendasikan Zhu Ran dan Lü Xun kepada Sun Quan.

12 | P a g e

Kisah 3 Negara

Da Qiao dan Xia QiaoDa Qiao dan Xiao Qiao (Hanzi: 大喬小喬) adalah dua bersaudari di Zaman Tiga

Negara di Tiongkok kuno yang merupakan anak perempuan dari Qiao Xuan dan terkenal akan

kecantikannya pada Zaman Tiongkok dulu. Nama mereka tidak berhasil diketahui kecuali marga mereka

yaitu Qiao, sehingga mereka hanya disebut Da Qiao dan Xiao Qiao yang dimana da adalah besar dalam

bahasa Mandarin dan xiao berarti kecil, sehingga Da Qiao adalah lebih tua dan kakak daripada Xiao

Qiao.

Da Qiao menikah dengan Sun Ce, panglima perang dan pemimpin negara Wu. Mereka menikah dan

mempunyai 2 orang anak kandung dan 1 anak angkat yang bernama Sun Shao. 2 anak kandungnya

adalah perempuan yang kemudian dinikahkan dengan Zhu Ji dan Lu Xun. Adik Da Qiao yaitu Xiao

Qiao menikah dengan Zhou Yu dan mempunyai 3 orang anak yaitu Zhou Xun, Zhou Yin, dan Zhou Ying.

Kedua Qiao disebut saat pertempuran tebing merah. Zhuge Liang memanipulasi cerita kepada Zhou

Yu bahwa salah satu tujuan Cao Cao menyerang adalah merebut kedua Qiao bersaudara untuk dirinya,

karena kecantikan kedua Qiao telah melegenda.

Sun JianSun Jian (Hanzi: 孫堅) (155-191) adalah seorang jendral dan panglima kecil yang terkenal,

semasa Dinasti Han Timur akhir. Ia bernama lengkap Sun Wentai, lahir di Fuchun, Kabupaten Wu.

Karier politiknya diawali dengan membasmi bandit-bandit yang saat itu merajalela di wilayah Huiji dan

Qiantang. Berjasa dalam pemadaman Pemberontakan Serban Kuning di daerah tersebut, ia kemudian

diberikan jabatan yang memperluas kesempatannya untuk memperkuat diri sendiri di daerah Changsha.

13 | P a g e

Kisah 3 Negara

Sewaktu para jenderal perang membentuk aliansi bersama menggulingkan sang perdana menteri

zalim, Dong Zhuo, Sun Jian juga turut serta menyumbangkan prajurit dan menyumbangkan ide strategi,

saat itu (190 M) Sun Jian beraliansi dengan Yuan Shu. Tentaranya berhasil membunuh Jenderal Hua

Xiong, seorang jendral andalan Dong Zhuo (dalam novel Kisah Tiga Negara, dikatakan bahwa Hua

Xiong dibunuh oleh Guan Yu, bukan oleh bawahan Sun Jian).

Setelah aliansi bersama dibubarkan, China jatuh ke dalam

peperangan masal antara para panglima perang. Tahun

191 M, Sun Jian gugur dalam pertempuran sewaktu

menyerang Liu Biao. Sun Jian terkena panah beracun

sewaktu mengejar Jenderal Huang Zu. Ia kemudian

digantikan oleh anaknya, Sun Ce yang juga seorang

pemimpin yang cakap dan garang, namun seperti

ayahnya juga mati di usia muda.

Peran dalam perang melawan Dong Zhuo

Ditunjuk sebagai kepala pasukan depan dari tentara aliansi yang melawan Dong Zhuo. Sun Jian sudah

hampir berhasil menguasai Terusan Fanshui namun disebabkan hantaran bahan makanan yang tidak

sampai oleh Yuan Shu, Sun Jian tidak dapat menduduki Terusan Sishui.

Tentara yang kelaparan dengan moral yang rendah, membuat kekuatan tentara Sun Jian dapat

dikalahkan oleh Hua Xiong. Kembali ke markas tentara gabungan, Sun Jian berdebat dengan Yuan Shu

mengenai pengiriman bahan makanan yang tidak sampai. Yuan Shu membantah semua tuduhan yang

dilontarkan Sun Jian, dan mengkambing hitamkan salah seorang anak buahnya untuk menghindari

kemarahan Sun Jian dan Yuan Shao.

Pada saat kejatuhan Terusan Hulao dan kebakaran di Luoyang, Sun Jian memimpin tentaranya

ke Luoyang untuk membantu memadamkan api. Pada saat memadamkan api, salah seorang tentara Sun

Jian menemukan sebuah stempel kerajaan. Penemuan stempel kekaisaran ini membuat Jenderal Huang

Gai menyarankan Sun Jian untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Yuan Shao dan kembali ke

Jiangdong untuk membuat rencana berikutnya.

Sun Jian menginginkan penemuan stempel kerajaan ini

menjadi sesuatu yang bersifat rahasia. Namun salah

seorang prajuritnya melaporkan penemuan tersebut ke

Yuan Shao untuk mendapatkan hadiah. Ketika Sun Jian

datang untuk mengucapkan selamat tinggal, Yuan Shao

14 | P a g e

Kisah 3 Negara

memaksa Sun Jian menyerahkan stempel tersebut untuk disimpan dengan aman. Sun Jian berkata dia

tidak memiliki stempel tersebut dan berhasil mengelabui Yuan Shao. Namun Yuan Shao mengirimkan

utusan kepada Liu Biao untuk menyerang Sun Jian dalam perjalanan pulang untuk mendapatkan stempel

tersebut.

Pertarungan antara Sun Jian dengan Liu Biao demi stempel kerajaan terjadi di Jingzhou. Dan Sun Jian

berhasil melarikan diri untuk pulang ke Jiangdong.

Tahun 191 M, Sun Jian gugur dalam pertempuran sewaktu menyerang Liu Biao. Sun Jian terkena panah

beracun sewaktu mengejar Jenderal Huang Zu. Ia kemudian digantikan oleh anaknya, Sun Ce

Tokoh tokoh dinasti wei

15 | P a g e

Kisah 3 Negara

Cao CaoCao Cao (Hanzi: 曹操)(155-220) merupakan seorang tokoh Zaman Tiga Negara yang terkenal. Ia dikenal

sebagai pemikir ulung, ahli strategi dan juga ahli perang. Ia bernama lengkap Cao Mengde, juga

dipanggil sebagai Cao A Man yang merupakan nama kecilnya. Cao Cao dikenal di kalangan Tionghoa

Indonesia sebagai Tsao-tsao, Tso-tso atau Cho Cho.

Biografi

Ia lahir di kota Qiao (sekarang di Haozhou, Anhui). Kitab sejarah Catatan Sejarah Tiga Negara mencatat

bahwa salah satu leluhurnya, Cao Can adalah seorang pejabat kekaisaran di awal Dinasti Han.

Karier politik

Karier politiknya dimulai dengan ikut memadamkan Pemberontakan Serban Kuning yang mengancam

legitimasi Dinasti Han di masa-masa akhir dinasti tersebut. Setelah berhasil memadamkan

pemberontakan tersebut, ia diberikan jabatan dan kemudian mengambil kesempatan tersebut untuk

menguasai Prefektur Qingzhou. Ia kemudian memperkuat diri sendiri dengan membujuk bekas anggota

pemberontak Serban Kuning untuk bergabung di dalam tentara pribadinya.

Tahun 196, ia menerima dan memberikan perlindungan kepada Kaisar Han Xiandi yang pada saat itu

mendapat ancaman. Namun kemudian malah menyandera kaisar dan meminjam kesempatan ini untuk

menaklukkan beberapa jenderal perang di sekitar wilayah Xuchang yang merupakan pusat kekuatannya.

Kemenangan terbesarnya adalah Pertempuran Guandu menaklukkan Yuan Shao yang pada saat itu

merupakan jenderal perang terbesar di wilayah utara Tiongkok. Setelah penaklukan itu, ia resmi menjadi

perdana menteri dan berhasil mempersatukan Tiongkok utara.

Setelah menggapai kedudukan sebagai perdana menteri, Cao Cao kemudian menyusun kekuatan untuk

invasi ke Tiongkok selatan yang waktu itu dikuasai oleh Liu Bei dan Sun Quan.Pertempuran Chibi adalah

16 | P a g e

Kisah 3 Negara

pertempuran di antara Cao Cao melawan aliansi Liu Bei dan Sun Quan. Cao Cao kalah telak dalam

peperangan terkenal sepanjang sejarah Tiongkok ini.

Ia memaklumatkan diri sebagai Raja Wei. Sepeninggalnya, anaknya Cao Pi kemudian memaklumatkan

diri sebagai Kaisar Wei dan sekaligus berdirinya negara Cao Wei. Selanjutnya, Cao Cao diangkat

statusnya menjadi Kaisar Wei Wudi.

Cao PiCáo Pī (曹丕, 187 - 226), yang secara formal dikenal sebagai Kaisar Wen dari (Cao) Wei (曹魏文帝),

atau juga dikenal dengan nama Zihuan (子桓), lahir di Distrik Qiao, Wilayah Pei (sekarang dikenal

dengan daerah Bozhou, Anhui). Dia adalah anak kedua dari politisi dan pengarang Tiongkok pada

zaman Tiga Kerajaan yang terkenal, Cao Cao, dan juga pencetus pertama kekaisaran Tiongkok bersatu

dan juga pendiri asli "Kerajaan Wei") (lihat Kisah Tiga Negara).

Sima YiSima Yi (179 – 7 September, 251) merupakan seorang strategis, jenderal dan politisi Cao Wei di era Tiga

Kerajaan, Cina. Ia mungkin paling dikenal sebagai pembela Cao Wei dari Zhuge Liang,Ekspedisi Utara.

Kesuksesannya dan prestasinya yang menonjol membuka jalan bagi fondasi cucunya Sima Yan Dinasti

Jin, yang akhirnya akan mengakhiri era Tiga Kerajaan. Setelah pendirian Dinasti Jin, Sima Yi diberikan

gelar anumerta sebagai Kaisar Xuan dari Jin dengan nama kuil Gaozu.

Kehidupan awal

Sima Yi merupakan satu dari delapan bersaudara, yang semuanya terkenal karena garis keturunan

mereka. Masing-masing dari mereka memiliki nama gaya Cina yang diakhiri dengan karakter Da (達).

Karena hal tersebut, kedelapan bersaudara itu secara bersama dikenal sebagai "Delapan Da Sima" (司馬

17 | P a g e

Kisah 3 Negara

八達). Ini merupakan istilah kehormatan karena kelompok lain delapan administrator yang berbakat di

dalam era sebelumnya telah diberikan sedemikian rupa. Keluarganya bertempat tinggal

di Luoyang ketika Dong Zhuo menguasai kota, menghancurkannya, dan memindahkan ibukota

ke Chang'an. Abang Sima Yi, Sima Lang memimpin keluarga ke kediaman leluhur mereka di distrik Wen

(温縣), dan kemudian, dengan tepat meramalkan bahwa tempat itu akan menjadi medan perang,

memindahkan mereka sekali lagi ke Liyang (黎陽). Di tahun 194, karena Cao Cao berperang dengan Lü

Bu, Sima Yi menemani keluarganya kembali ke distrik Wen.

Awal karier

Sima Yi memulai karier nya pada saat ia berusia 20 tahun. Saat itu terjadi peperangan antara pasukan

Cao Cao dengan Lü Bu di Xiapi. Sima Yi membantu Cao Cao untuk mengalahkan dan membunuh Lü Bu.

Setelah Lü Bu mati, Sima Yi diangkat menjadi jenderal perang Wei. Lama setelah peperangan itu Sima Yi

pun berperang lagi dengan ahli strategis dan perdana menteri negara Shu yang sekaligus musuhnya,

Zhuge Liang di Wuzhang Plains . Pada saat peperangan, Zhuge Liang jatuh sakit, dan kabar itu

terdengar oleh Sima Yi. Sima Yi membuat pasukannya bersemangat melawan Shu. Setelah beberapa

lama berperang, akhirnya Sima Yi bertemu dengan Zhuge Liang. Dengan penuh keyakinan akhirnya

Zhuge Liang yang menjadi pahlawan Shu saat itu tewas dibunuh Sima Yi. Setelah itu Wei menyerbu

pertahanan Shu. Akhirnya Wei menang telak atas Shu.

Xiahou DuanXiahou Dun (Hanzi: 夏侯惇) (? - 220) adalah jendral perang negara Wei. Ia masih berkerabat

dengan Cao Cao karena ayahnya diadopsi oleh keluarga Cao.

Xiahou Dun adalah seorang jenderal militer yang melayani di

bawah panglima perang Cao Cao selama periode akhir

Dinasti Han dari sejarah Cina. Nama keluarga asli Cao

Cao adalah Xiahou, tetapi ayahnya Cao Song adalah anak

angkat dari kasim Cao Teng, sehingga Xiahou Dun dan

hubungan darah Cao Cao berbagi. Sebagai salah satu jendral

18 | P a g e

Kisah 3 Negara

Cao Cao yang paling terpercaya, Xiahou membantu para panglima perang dalam kampanye melawan Liu

Bei, Sun Quan, dan Lu Bu.

Xiahou kehilangan mata kirinya selama Pertempuran Xiapi pada tahun 198, dan kemudian menjadi

dikenal di kalangan pangkat dan file sebagai "Buta Xiahou", yang sangat kesal kepadanya. Gambar-Nya

sebagai seorang prajurit bermata satu kemudian dipopulerkan oleh Romance novel sejarah Luo

Guanzhong tentang Tiga Kerajaan, di mana ia dikatakan telah merenggut panah yang ditembakkan oleh

musuh Cao umum Xing keluar dari matanya dan melahap sendiri bola mata untuk menanamkan rasa

takut di musuh-musuhnya.

Zang HeZhang He (張郃) (dilahirkan tahun 167 – 231) adalah seorang jendral militer terkenal yang bekerja

dibawah panglima perang Cao Cao selama akhir dinasti Han Timur dan Zaman Tiga

Kerajaan di Tiongkok kuno dulu. Dia memulai karier militernya sewaktu pemberontakan kelompok pita

kuning terjadi pada tahun 184 masehi dan sesudah itu bekerja pada Han Fu dan Yuan Shao sebelum

beralih ke Cao Cao saat pertempuran Guandu. Zhang He berpartisipasi di

banyak pertempuran besar, termasuk diantaranya pertempuran

melawan Yuan Tan, Ma Chao, Zhang Lu, dan Liu Bei. Sesudah kematian

19 | P a g e

Kisah 3 Negara

Cao Cao pada tahun 220, Zhang He secara khusus diminta untuk mempertahankan kerajaan

Wei melawan ekspedisi utara yang dipimpin oleh Zhuge Liang dari kerajaan Shu. Zhang He mati karena

luka yang disebabkan oleh panah selama pertempuran dengan pasukan Zhuge Liang pada tahun 231

Tokoh tokoh dinasti shu

20 | P a g e

Kisah 3 Negara

Liu BeiLiu Bei (Hanzi: 劉備) (161-223) adalah seorang tokoh terkenal di Zaman Tiga Negara. Ia lahir di

Kabupaten Zhuo (sekarang di wilayah provinsi Hebei), merupakan keturunan dari Liu Sheng, Raja Jing di

Zhongshan yang merupakan anak dari Kaisar Jing dari Han. Dihitung-hitung, ia masih paman dari Kaisar

Xian dari Han yang memerintah waktu itu. Ia bernama lengkap Liu Xuande. Ia juga dikenal di

kalangan Tionghoa Indonesia dengan nama Lau Pi yang merupakan lafal dialek Hokkian.

Karier politiknya dimulai dengan pemberantasan pemberontak

Serban Kuning di akhir zaman Dinasti Han yang mengancam

legitimasi dinasti tersebut bersama dengan 2 saudara

angkatnya, Guan Yu dan Zhang Fei. Setelah berjasa atas

pemadaman pemberontakan tadi, ia diberikan jabatan

kecil sebagai penjabat bupati di sebuah kabupaten kecil di

daerah Anxi.

Pada awalnya, karier politiknya sangat tidak mulus. Tidak

punya wilayah sendiri untuk menyusun kekuatan, ia bahkan

sempat mencari perlindungan dan menjadi bawahan daripada kekuatan-kekuatan lainnya di masa

tersebut misalnya Tao Qian, Yuan Shao, Lu Bu, Cao Cao, Liu Biao dan terakhir Liu Zhang yang

kemudian menyerahkan Prefektur Yizhoukepadanya sebagai tempat menyusun kekuatan.

Keberhasilannya di kemudian hari adalah karena muncul orang-orang di sekelilingnya yang membantu

dalam banyak hal, seperti Zhuge Liang dan Pang Tong di bidang sipil, strategi dan politik; Guan

Yu, Zhang Fei, Ma Chao, Huang Zhong dan Zhao Yun di bidang militer.

Setelah menguasai Prefektur Yizhou dan Hanzhong, ia kemudian memaklumatkan diri sebagai Raja

Hanzhong. Tahun 221, setahun setelah Cao Pi memaklumatkan diri sebagai kaisar, Liu Bei juga

memaklumatkan diri sebagai Kaisar Han Liedi, mendirikan Negara Shu Han yang mengklaim legitimasi

sebagai penerus Dinasti Han yang resmi telah tidak ada setelah proklamasi Negara Cao Wei.

Sepeninggalnya, ia digantikan oleh anaknya Liu Chan yang tidak cakap memerintah. Seluruh urusan

pemerintahan pada saat itu dibebankan kepada Zhuge Liang sebagai perdana menteri.

Biografi sejarah

Liu Bei adalah keturunan dari pangeran Sheng dari Zhongshan, cucu buyut dari kaisar keempat Han,

Jing. Liu Bei hidup dalam kemiskinan semasa mudanya. Ayahnya telah

meninggal dan ibunya bekerja sebagai penenun

21 | P a g e

Kisah 3 Negara

dan penjual sandal jerami. Pada umur 15 tahun, Liu Bei bersama rekannya, Gongsun Zan berguru

pada Lu Zhi.

Pada masa Pemberontakan Serban Kuning, dia terpilih menjadi Pegawai Pengadilan di kabupaten Anxi.

Liu Bei memulai karier militernya di bawah komandan utama,He Jin dalam perwalian Gongsun Zan

sebagai Komandan Pasukan Cadangan dan bupati Ping Yuan.

Ketika Cao Cao menyerang kota Xu Zhou milik Tao Qian, Liu Bei membawa pasukannya untuk

melindungi sang Pelindung Kekaisaran. Pada tahun 196, Liu Bei direkomendasikan untuk menjabat

sebagai Jendral Penjaga Wilayah Timur dan diberi gelar Penguasa Yicheng.

Selanjutnya Liu Bei membantu Cao Cao dalam penangkapan Lu Bu dan dipromosikan menjadi Jendral

Pasukan Kiri. Saat ini, kaisar Xian mengetahui adanya hubungan keluarga antara Liu Bei dan pangeran

Zhongshan sehingga ia menganugerahi Liu Bei gelar "Paman Kaisar".

Antara tahun 198 - 199, Liu Bei tidak disenangi Cao Cao karena mendukung rencana pembunuhannya.

Liu Bei pindah ke Xia Pi,dan pada tahun 200, meminta perlindungan Yuan Shao.

Setelah bertemu kembali dengan saudara angkatnya, Zhang Fei dan Guan Yu, Liu Bei meninggalkan

Yuan Shao untuk menjumpai Liu Biao di Jingzhou. Cao Cao mengejar Liu Bei yang akhirnya melepas pos

pertahanannya di Fancheng dan mengungsi ke Xia Kou. Selanjutnya Liu Bei bersekutu dengan Sun

Quan untuk mengalahkan Cao Cao. Setelah kemenangan mutlak di Pertempuran Chibi, Liu Bei sukses

menempati daerah selatan Jing saat Zhou Yu menghancurkan angkatan perang Cao Cao.

Setelah wafatnya Liu Biao dan putranya Liu Qi, Liu Bei menempati beberapa kabupaten di provinsi Jing.

Ia kemudian menikahi adik Sun Quan dan resmi menjadi Pelindung Jingzhou.

Pada tahun 211, ia berangkat ke Yizhou sambil berpura-pura membantu Liu Zhang mengalahkan Zhang

Lu. Saat ini, Liu Bei menerima dua rekomendasi untuk menempati posisi Menhankam dan Panglima

Distrik Ibukota. 3 tahun kemudian, Liu Bei berbalik melawan Liu Zhang dan menguasai Cheng Du dan

seluruh wilayah barat. Ia menjabat sebagai Pelindung Yizhou dan pada tahun 219, ia mengangkat dirinya

sebagai Raja Hanzhong.

Setelah melewati beberapa peperangan dengan Dong Wu dan Cao Wei, atas desakan Zhuge Liang, Liu

Bei mengumumkan dirinya sebagai Kaisar pada bulan April tahun 221. Perang terakhirnya adalah

melawan negeri Dong Wu sebagai aksi balas dendam setelah ekspedisi Wu yang mengakibatkan

terbunuhnya Guan Yu. Liu Bei dikalahkan oleh Lu Xun, jendral dari Sun Quan di Yiling. Liu Bei menetap

di Bai Di Cheng pasca kekalahan tersebut. Pada bulan April tahun 223, Liu Bei meninggal karena sakit

dan dimakamkan di Hui Ling. Ia diberi gelar anumerta "Raja Zhao Di" (Shu Han Zhao Lie Di).

22 | P a g e

Kisah 3 Negara

Zhao YunZhao Yun (168-229), bernama lengkap Zhao Zilong, yang berarti anak naga, lahir di Zhending,

propinsi Chang shan (sekarang Hebei, China bagian utara). Zhao Yun dikenal sebagai satu di antara

Lima Jendral Harimau yang mengabdi kepada Liu Bei.

Zhao Yun awalnya menjadi jendral dari Gongsun Zan yang berkuasa di daerah tersebut sekitar akhir

tahun 191 M. Ia mengawali kariernya sebagai komandan grup kecil relawan desa. Pada tahun 192 M, ia

ditempatkan dibawah komando Liu Bei sebagai komandan pasukan kavaleri, yang waktu itu masih

menjadi mayor di bawah pemerintahan Gongsun Zan.

Zhao Yun pergi meninggalkan Gongsun Zan dan Liu Bei sementara waktu, untuk menghadiri

pemakaman kakak laki-lakinya. Ia kembali bergabung dengan Liu Bei pada tahun 200 M. Hubungan Zhao

Yun dan Liu Bei begitu baik, sehingga menurut cerita rakyat, mereka pernah tidur di tempat tidur yang

sama, pada saat darurat di kota Ye. Zhao Yun juga dipercaya untuk merekrut orang secara diam-diam

untuk memperkuat pasukan Liu Bei. Sejak itulah, Zhao Yun menjadi pengikut setia Liu Bei.

Setelah Gongsun Zan wafat, Zhao Yun tetap mengabdi pada Liu Bei karena ia melihat kebaikan Liu Bei

yang begitu mendalam.

Sewaktu pertempuran di Chang Ban (sekarang, dekat kota Yichang, Propinsi Hebei), pada tahun 208 M,

Zhao Yun diutus untuk menyelamatkan istri dan anak Liu Bei, Liu Chan yang masih bayi. Ketika Zhao

Yun sampai di sana, istri Liu Bei tidak mau membebani Zhao Yun, karena jalan kembalinya sangat

berbahaya. Maka Zhao Yun membawa sendiri anak Liu Bei dengan mengendarai kudanya, dan

menerobos kepungan pasukan Cao Cao yang jumlahnya sangat

banyak, dengan berani Zhao Yun mempertaruhkan nyawanya selama

perjalanan kembali dengan menembus dan mengalahkan banyak

pasukan Cao Cao dengan seorang diri.Zhao Yun dikenal sebagai

jendral Yijun, setelah Liu Bei menguasai Cheng Du. Pada saat Liu Chan

dinobatkan menjadi kaisar Shu pada tahun 223 M, Zhao Yun menerima

gelar "Jendral yang menahlukkan Daerah Selatan", dan dinobatkan

sebagai Marquis Yongchangting. Kemudian dia dipromosikan menjadi

"Jendral yang memelihara Perdamaian di Timur".

Tahun 227 M, Zhao Yun, dikenal sebagai jendral tanpa tanding di Shu,

ditemani Zhuge Liang melakukan ekspedisi utara pertama menuju

23 | P a g e

Kisah 3 Negara

Hanzhong. Pada musim semi berikutnya, Zhao diperintahkan untuk memimpin barisan melalui Yegu,

untuk mengalihkan perhatian musuh terhadap pasukan inti Liu Bei, yang berbaris melalui Qishan. Zhao

Yun bertemu pasukan Wei yang dipimpin oleh jendral Cao Zhen yang terkenal. Setelah berhasil menahan

gempuran serangan pasukan Wei, Zhao Yun menarik pasukannya secara teratur. Ia dikaruniai gelar

"jendral yang memelihara Perdamaian Dalam Armada".

Sekitar tahun 229 M, Zhao Yun wafat di Hanzhong. Kematiannya ditangisi oleh banyak pasukan dan

perwira Shu. Ia menerima anugrah anumerta Marquis Shunping dari Liu Chan pada tahun 261 M.

Zhao Yun mempunyai dua orang anak laki-laki, Zhao Tong dan Zhao Guang. Zhao Guang menjadi

bawahan jendral Jiang Wei, dan gugur di medan pertempuran di Ta Zhong.

Ma ChaoMa Chao (Mengqi) adalah orang asli Fufeng dari Maoling. Ayahnya (Ma Teng) rekan dari Bian Zhang

dan Han Sui di daerah Xizhou pada akhir masa pemerintahan Han Ling Di.

Pada tahun ketiga ChuPing (192 M), Han Sui dan Ma Teng membawa pengikutnya dalam kunjungan

resmi ke Chang An. Kekaisaran Han mengangkat Han Sui sebagai Zhen Xi Jiangjun (Jendral yang

Mempertahankan Wilayah Barat), ditempatkan di Jing Cheng. Ma Teng diangkat sebagai Zheng Xi

Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan ditempatkan di Tun Mei.

Selanjutnya, Ma Teng menyerang Chang An, tetapi ia gagal dan mundur ke propinsi Liang. Zhong Yao

yang menjaga Guanzhong mengirim surat kepada Han Sui dan Ma Teng

menawarkan bantuan. Ma Chao dikirim Ma Teng untuk membantu Zhong Yao

melawan Guo Yan dan Gao Gan di Ping Yang. Dalam pertempuran tersebut,

Pang De, anak buah Ma Chao berhasil membunuh Guo Yuan. Ma Teng, yang

kemudian berselisih dengan Han Sui, mengirim petisi untuk ditempatkan di

ibukota. Ma Teng dianugerahi gelar Weiwei (Komandan Penjaga Istana),

sedangkan Ma Chao digelari Bian Jiangjun (Letnan Jendral) serta Marquis Duting.

Ma Chao mengumpulkan pasukan bersama Han Sui, Yang Qiu, Li Kan dan Cheng Yi untuk menyerang

gerbang Tong. Di tengah medan tempur, Cao Cao bertemu Han Sui dan Ma Chao untuk berunding

daripada berperang. Ma Chao ingin menunjukkan keperkasaannya dengan merencanakan menangkap

Cao Cao secara mendadak. Hanya tatapan tajam Xu Chu sebagai pengawal pribadi Cao Cao yang

mengurungkan niat Ma Chao. Selanjutnya Cao Cao menggunakan strategiJia Xu untuk menciptakan

perselisihan antara Ma Chao dan Han Sui yang mengakibatkan persekutuan mereka terpecah.

24 | P a g e

Kisah 3 Negara

Ma Chao melarikan diri dari pengejaran Cao Cao sampai ke An Ding. Yang Fu menyatakan bahwa Cao

Cao pernah berkomentar "Ma Chao memiliki keberanian seperti Lu Bu dan Han Xin, dan juga

kesungguhan hati bangsa Qiang dan Hun. Jika dia kembali dengan pasukan pada saat pertahanan kita

lemah, semua pangkalan tentara di Long Shang akan jatuh ke tangan Ma Chao." Komentar tersebut

menjadi kenyataan. Walaupun Long Shang telah memperkuat pertahanan, Ma Chao mampu membunuh

gubernur provinsi Liang, Wei Kang dan menjadikan kota Yi sebagai pangkalannya.

Ma Chao menggelari dirinya Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan menjadi

gubernur provinsi Bing dan mengatur urusan militer di provinsi Liang. Mantan anak buah Wei Kang

seperti Yang Fu, Jiang Yi, Liang Kuan dan Zhao Qu bersekutu untuk mengalahkan Ma Chao. Yang Fu

dan Jiang Yi mendekati pasukan Ma Chao dari kota Lu saat Ma Chao berusaha menyerang mereka

tetapi menemui kegagalan. Di saat yang bersamaan, Liang Kuan dan Zhao Qu menutup pintu kota Yi,

menghalangi Ma Chao untuk kembali. Ma Chao terpaksa mengungsi ke Hanzhong, tempat Zhang

Lu berkuasa. Zhang Lu tidak memiliki kemampuan untuk membantu rencana Ma Chao untuk merebut

kembali kota Yi. Ketika mendengar Liu Bei telah mengurungLiu Zhang di kota Chengdu, ia menulis surat

yang menunjukkan keinginan untuk bergabung dengan tentara Liu Bei.

Liu Bei mengirim beberapa pengikut untuk meminta Ma Chao agar segera bergabung dalam

pengepungan Chengdu. Setibanya Ma Chao di luar kota Cheng Du, seluruh kota menjadi panik dan tak

lama kemudian Liu Zhang menyerah. Ma Chao diangkat menjadi Ping Xi Jiangjun (Jendral yang

Menentramkan Wilayah Barat) dan ditempatkan di daerah sekitar Ju. Ketika Liu Bei menjadi pangeran

Hanzhong, dia memberi Ma Chao gelar semu Zuo Jiangjun (Jendral Pasukan Kiri). Pada tahun pertama

Zhangwu (221 M), Ma Chao diangkat menjadi Biao Qi Jiangjun (Jendral Kavaleri yang Tangkas),

gubernur provinsi Liang, serta Marquis Xi Liang.

Pidato Liu Bei mengatakan "Saya bukan seorang yang bijak dan baik,

hanya mewarisi kehormatan dari nenek moyang saya. Cao Cao dan

putra-putranya akan diingat dan disegani atas dosa dan kejahatan

mereka sampai ke seluruh Tiongkok bahkan oleh bangsa Di dan Qiang.

Anda (Ma Chao) adalah junjungan bangsa Utara dan keberanian Anda

kekal dikenang di sana, bahkan mereka bersedia bertempur bersama

Anda melalui jarak ribuan mil untuk melawan kejahatan. Anda

diharapkan untuk mempersatukan mereka ke dalam budaya bangsa

Han dan berlaku adil dalam memberikan balas jasa dan hukuman yang

sepantasnya."

Pada tahun kedua, Ma Chao meninggal pada usia 47 tahun. Sebelum wafatnya, dia mengajukan

permohonan, isinya: "Hamba pernah memiliki dua ratus orang di seluruh keluarga hamba, tetapi hampir

25 | P a g e

Kisah 3 Negara

semuanya dibunuh oleh Meng De (Cao Cao), kecuali adik sepupu saya, Ma Dai. Dia satu-satunya yang

tersisa untuk melanjutkan garis keturunan keluarga, maka dari hati yang terdalam, hamba menitipkannya

kepada Yang Mulia (Liu Bei) dan tak ada penyesalan dalam diri hamba." Ma Chao mendapat gelar

anumerta Marquis Yue Wei dan putranya, Ma Cheng menggantikannya. Ma Dai diangkat menjadi Ping

Bei Jiangjun {Jendral yang Menentramkan Wilayah Utara} dan digelari Marquis Chen Cang. Putri Ma

Chao dinikahkan dengan Pangeran Anping, Liu Li.

Wei Yan

Wèi Yán (175–234), (nama lain Wéncháng (文長)), adalah perwira perang negara Shu yang terkenal

pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok dulu. Menurut novel Romance of the Three Kingdoms bahwa Wei

Yan awalnya bekerja sebagai perwira militer menengah dari Liu Biao, tetapi buku sejarah tidak

membahasnya. Wei Yan bergabung dengan pasukan Liu Bei sesudah Liu menguasai Changsha sekitar

tahun 209. Bakatnya membawa dia sebagai jendral utama dari pasukan Liu Bei selama bertahun-

tahun. Liu Bei menawarkan dia sebagai kepala eksekutif di Hanzhong tahun 219, dan Wei Yan menjadi

salah satu dari 6 orang militer terpenting di kerajaan Shu sesudah 5 Jendral Macan Shu.

Dia tidak pernah dipercaya oleh Zhuge Liang karena

perangainya yang tergesa-gesa itu dapat membuat

kehancuran Shu, tetapi hanya Liu Bei yang selalu

memperhatikan Wei Yan,sehingga hanya Liu Bei teman

perjuanganya, setelah Liu Bei wafat, Wei Yan semakin

diintimidasi oleh Zhuge Liang. Pada peristiwa "Wu

Zhang Plains" di perbatasan Chang An dan Han-

Zhong,yang dimana Zhuge Liang mati karena sakit dan

digantikan oleh Jiang Wei. Jiang Wei menyuruh seluruh pasukan Shu untuk mundur,tetapi tentara Wei

Yan tetap di garis depan,karena merasa kemenangan ada di depan mata dan Zhuge Liang tiada, dia

meneruskan pertempuran yang mengakibatkan kekalahan besar pada tentara garis depan Shu karena

terkena jebakan "Catapult" Deng Ai dan "Ambush" Sima Zhao.Jiang wei sangat marah dan mengutus Ma

Dai untuk membunuh Wei Yan, yang pada akhirnya disesalkan oleh kaisar Shu,Liu Chan, karena Shu

kehilangan salah satu jendral terbaik pada saat itu setelah era Guan Yu, dan menjadi salah satu faktor

Kehancuran Shu dalam peperangan.

26 | P a g e

Kisah 3 Negara

Pertarungan pertarungan bersejarah dari 3 negara

Pertempuran Red Cliff di Chi Bhi

Pertempuran Chibi (Hanzi: 赤壁之戰) adalah sebuah pertempuran besar yang terjadi sebelum Zaman Tiga

Negara antara pihak Cao Cao dengan koalisi Liu Bei dan Sun Quan.

Pertempuran ini adalah salah satu pertempuran di mana pihak yang lemah menang lewat strategi atas pihak yang

kuat. Berlokasi di Sungai Panjang, menjadikannya sebagai pertempuran pertama yang menjadikan Sungai Panjang

sebagai wilayah militer strategis bersama dengan Sungai Kuning di utara.

Pertempuran ini lebih jauh juga merupakan pertempuran yang menjadikan Tiongkok terbagi atas 3 kekuatan yang

relatif berimbang yang menjadi bibit terpecahnya Dinasti Han menjadi 3 negara.

Dalam pertempuran ini, jenderal-jenderal yang berperan penting adalah:

Cao Cao

Cheng Pu

Zhuge Liang

Sima Yi

27 | P a g e

Kisah 3 Negara

Zhou Yun

Kemenangan koalisi Sun Quan dan Liu Bei pada dasarnya dikarenakan pertempuran Chibi berlangsung di atas air

dan pasukan Cao Cao tidak ahli bertempur di atas air.

Peperangan Guandu dan penyatuan utara

Peta wilayah pengaruh Yuan Shao (merah) dan Cao Cao (biru) pada tahun 195

Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan peperangan di

antara mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198

serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil

dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke

selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di

sini, kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan

mendadak dan memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral

prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang terkenal itu.

Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun

gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan

Shang. Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan. Yuan

Shang kemudian mencari perlindungan kepada sukuWuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat

Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya mencari

perlindungan kemudian 

28 | P a g e

Kisah 3 Negara

Peperangan Wu Zhang PlainsPertempuran Wuzhang (五丈原之戰) adalah pertempuran terkenal antara kerajaan Wei dan Shu pada tahun 234 selama periode Tiga Kerajaan di Cina. Pada Pertempuran ini merupakan pertempuran kelima dan terakhir pada Ekspedisi Utara Zhuge Liang yang dipimpin oleh Zhuge Liang,yang jatuh sakit dan meninggal selama pertempuran ini.

Latar belakang

Pada tahun 234, Zhuge Liang memimpin 100.000 pasukan untuk melanjutkan ekspedisinya setelah melakukan tiga

tahun persiapan sejak ekspedisi terakhirnya. Pada saat yang sama Zhuge Liang mengirimkan utusan ke Dong

Wu agar Wu dapat menyerang Wei pada saat bersamaan. Pada bulan April, pasukan Shu sampai ke daerah

Wuzhang dekat sungai Wei dan mendirikan kemah disana. Sementara komandan Cao Wei Sima Yi telah

menyiapkan 200.000 pasukan dan bersiap di tepi selatan sungai Wei.

Pertempuran

Awal bentrokan

Guo Huai menyarankan Sima Yi untuk membangun posisi di bagian utara. Sima Yi setuju, dan mengirim Guo Huai

untuk berkemah disana. Pasukan Shu menyerang kemah Wei saat sedang dibangun, namun Guo Huai berhasil

menahan serangan pasukan Shu.

Jalan buntu

Sima Yi tidak mau menantang pasukan Shu, namun lebih memilih untuk membuat pasukan Shu mundur karena

kehabisan perbekalan. Zhuge Liang mengerti akan kondisi ini dan memerintahkan pasukannya untuk bercocok

tanam agar tidak kehabisan bahan pangan (kebijakan ini dipopulerkan oleh Cao Cao).

Pasukan Shu sendiri tidak menyerang, melainkan menunggu penyerangan yang dilakukan oleh Wu ke Wei sebelum

menyerang pasukan Wei. Tetapi pasukan Sun Quan berhasil dikalahkan pasukan Cao Rui (kaisar Wei) di Hefei

sehingga kedua pasukan Shu dan Wei masih menghadapi kebuntuan selama beratus-ratus hari. Pasukan Shu

menantang pasukan Wei untuk bertempur beberapa kali, tapi Sima Yi tetap tidak mau melawan musuh.

Sesudah itu Zhuge Liang mengirimkan pakaian wanita ke Sima Yi, berkata bahwa Sima Yi adalah wanita karena

tidak berani menyerang. Para perwira pasukan Wei sangat marah terhadap hal ini, namun Sima Yi tetap tidak

terpancing untuk menyerang. Untuk menengakan perwiranya Sima Yi meminta izin Kaisar Wei Cao Rui untuk

menyerang musuh. Cao Rui mengerti akan situasi disana dan mengirimkan penasihatnya Xin Pi ke Sima Yi untuk

memberi tahu para pasukan Wei agar tetap bersabar.

Kematian Zhuge Liang

Dalam usahanya untuk menantang Wei agar bertempur, Zhuge Liang mengirim utusan ke Sima Yi untuk

menantangnya bertempur. Namun Sima Yi tidaklah berbicara tentang militer dengan utusan Zhuge Liang, melainkan

29 | P a g e

Kisah 3 Negara

bertanya tentang tugas-tugas Zhuge Liang. Si utusan lalu menjawab bahwa Zhuge Liang mengurus semua masalah

militer seorang diri, mulai dari hal kecil sampai hal besar, dari taktik militer sampai makanan untuk malam hari. Sima

Yi lalu berkata bahwa umur Zhuge Liang tidak akan lama lagi.

Pada bulan Agustus, Zhuge Liang jatuh sakit karena kelelahan, dan kondisinya semakin hari semakin buruk. Saat

mendengar tentang hal ini Kaisar Shu, Liu Chan mengirim Li Fu untuk bertanya kepada Zhuge Liang tentang rencana

Shu kedepannya. Zhuge Liang menjawab bahwa Jiang Wan dapat mengambil posisinya sebagai Perdana Menteri,

dan setelah Jiang Wan meninggal Fei Yi dapat mengambil posisinya.

Zhuge Liang juga memberikan instruksi bagaimana cara pasukan Shu untuk mundur dari HanZhong: Yang

Yi dan Fei Yi memimpin pasukan mundur, sementara Jiang Wei dan Wei Yan menjaga barisan belakang, jika Wei

Yan tidak patuh, maka pasukan Shu harus pergi tanpa dia. Pada awal musim gugur tahun 234, Zhuge Liang

meninggal dunia pada umur 54 tahun.

Pasukan Shu mundur

Setelah Zhuge Liang meninggal, pasukan Shu secara sembunyi-sembunyi pergi dari kemah-kemah mereka sambil

merahasiakan kematian Zhuge Liang. Sementara itu Sima Yi yang telah diyakinkan oleh penduduk lokal bahwa

Zhuge Liang telah meninggal berusaha mengejar pasukan Shu. Jiang Wei segera menyuruh Yang Yi berputar dan

berpura-pura menyerang sehingga membuat Sima Yi takut bahwa Zhuge Liang hanya berpura-pura mati untuk

memancingnya keluar bertempur sehingga ia langsung melarikan diri. Ada cerita yang mengatakan bahwa Sima Yi

mundur karena ia melihat patung kayu yang dipakaikan baju Zhuge Liang, sehingga seolah-olah Zhuge Liang masih

hidup. Berita tentang Sima Yi melarikan diri dari Zhuge Liang yang telah mati menyebar, dan muncul kalimat "Zhuge

yang telah mati menakuti Zhong Da yang masih hidup". Zhongda adalah nama nama kehormatan milik Sima Yi

Berita tentang kematian Zhuge Liang dirahasiakan oleh tentara Shu sampai mereka tiba dengan selamat di lembah

Baoye untuk kembali ke Hanzhong. Sima Yi sendiri takut jika berita bahwa Zhuge Liang sudah mati adalah berita

bohong dan merupakan kesempatan bagi Zhuge Liang untuk menyergapnya. Setelah melakukan pemeriksaan

30 | P a g e

Peta Wu Zhang

Kisah 3 Negara

terhadap kemah Shu yang kosong ia menyimpulkan bahwa ia seharusnya mengejar pasukan Shu, namun setelah

sampai di Baoye dan memutuskan bahwa mereka kekurangan persediaan makanan, pasukan Wei kembali ke sungai

Wei.

Pasca pertempuran

Konflik antara Wei Yan dan Yang Yi

Wei Yan yang kecewa karena pasukan Shu mundur hanya karena

"kematian satu orang" mengumpulkan pasukannya dan

menghancurkan jalan di belakang mereka untuk mencegah

pasukan utama mundur. Yang Yi yang mempunyai kekesalan

pribadi terhadap Wei Yan, mengirim surat kepada kaisar,

menuduh bahwa Wei Yan telah berkhianat; Wei Yan sendiri juga

melakukan hal yang sama terhadap Yang Yi, ia juga mengirim surat kepada kaisar. Kaisar Liu Shan bertanya

kepada Jiang Wan dan Dong Yun tentang pandangan mereka, dan keduanya curiga terhadap Wei Yan. Liu Shan

kemudian mengirim Jiang Wan beserta pengawal kekaisaran menuju utara untuk mengatasi gangguan.

Kemudian Yang Yi memimpin pasukan utama melewati pegunungan karena jalan utama sudah tidak bisa digunakan,

lalu ia menantang pasukan detasemen Wei Yan di Celah Nangu (南谷口). Disana Wei Yan mengirim pasukan untuk

menyerang Yang Yi, sementara Yang Yi mengirim Wang Ping untuk melawan Wei Yan. Saat mereka bertemu Wang

Ping berkata marah pada Wei Yan, "Yang Mulia baru saja meninggal bahkan tubuhnya belum dingin; beraninya kau

bertingkah seperti ini!" Mendengar hal tersebut pasukan Wei Yan tercerai berai karena tahu komandan mereka telah

berbuat salah. Wei Yan, bersama anak-anaknya dan beberapa pengikutnya melarikan diri ke Hanzhong. Yang Yi lalu

mengirim Ma Dai untuk mengejar dan tidak lama kemudian Ma Dai berhasil memenggal kepala Wei Yan dan

membawanya ke Yang Yi. Yang Yi kemudian memerintahkan seluruh keluarga Wei Yan untuk dieksekusi.

Saat mendengar hal ini Jiang Wan sendiri baru pergi sejauh sepuluh li dari ibukota Shu yaitu Chengdu , jadi ia

kembali ke ibukota.

Pengaruh jangka panjang

Setelah Zhuge Liang mati, Jiang Wan mengambil alih posisinya sebagai perdana menteri. Meskipun Jiang Wan

adalah perdana menteri yang cakap dan pandai mengurus urusan kerajaan, namun Jiang Wan lebih tertarik

mengurusi masalah domestik daripada perang. Kematian Zhuge Liang juga menyebabkan berakhirnya ancaman

terhadap Wei sehingga Sima Yi bisa memupuk kekuasaan pada dirinya yang menjadi cikal bakal berdirinya Dinasti

Jin.

Setelah Jiang Wan meninggal, sesuai dengan amanat Zhuge Liang, Fei Yi meneruskan jabatan sebagai perdana

menteri. Pada masanya sebagai perdana menteri ia memposisikan Jiang Wei sebagai kepala sekretaris untuknya.

Sebagai perdana menteri Fei Yi lebih aktif dalam urusan militer daripada Jiang Wan, namun ia tidak pernah

31 | P a g e

Kisah 3 Negara

memerintahkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Wei secara besar-besaran. Namun karena mereka Fei Yi dan

Jiang Wan sama-sama disibukan pada masalah militer, urusan domestik jadi jatuh ke tangan Huang Hao seorang

kasim istana yang korup, yang merupakan tokoh penyebab jatuhnya Shu Han.

Pertempuran Chang BanPertempuran Changban (Hanzi tradisional: 長 坂 之 戰 ; bahasa Tionghoa: 长坂 之 战; Pinyin: Chángbǎn zhī zhàn)

terjadi di Changban (dekat kota Jingmen di Hubei[1]), Cina pada tahun208. Pertempuran ini terjadi antara Liu Bei,

yang nantinya mendirikan negara Shu Han, dan Cao Cao, penguasa de facto Cina utara pada periode akhir Dinasti

Han dan Tiga Kerajaan.Tokoh tokoh yang terlibat yaitu liu Bei, Cao cao , Zhang Fei , Zhang He , Zhuge Liang dan

Guan Yu

32 | P a g e