269
KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK DENGAN DISABILITAS DI UNIT PELAYANAN DISABILITAS KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh : Gita Abyanti Sanjaya NIM 11150541000066 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M  

KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK DENGAN DISABILITAS DI

UNIT PELAYANAN DISABILITAS KOTA

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun oleh :

Gita Abyanti Sanjaya

NIM 11150541000066

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

 

Page 2: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

 

Page 3: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

i

ABSTRAK

Gita Abyanti Sanjaya (11150541000066)

Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak dengan

Disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan.

Anak Penyandang Disabilitas adalah mereka yang

seringkali tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dan

pendidikan. Untuk itu keterlibatan orang tua dibutuhkan terutama

dalam hal pendidikan, karena orang tua lah yang paling

memahami kondisi perkembangan dan kebutuhan anak mereka.

Adapun dasar landasan yuridis mengenai keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak tercantum dalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal

7 Ayat 1 yang berisi: “Orang tua berhak berperan serta dalam

memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang

perkembangan anaknya”. Oleh karena itu, dibutuhkan

keterlibatan aktif dari orang tua dalam menumbuhkembangkan

partisipasi mereka pada proses belajar di rumah maupun di

sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan dan bagaimana

dampak keterlibatan orang tua bagi kemandirian anak dengan

disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini menggunakan pendektan kualitatif jenis deskriptif.

Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara, observasi,

dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari enam bentuk

keterlibatan orang tua dalam pendidikan, satu bentuk keterlibatan

tergolong tingggi yaitu tipe sukarelawan, satu bentuk keterlibatan

tergolong sedang yaitu tipe kerja sama dengan komunitas

masyarakat, satu lainnya berada pada kategori rendah yaitu tipe

komunikasi. Sementara tiga bentuk keterlibatan sisanya

mengalami hasil yang beragam, di mana tidak ada hasil yang

mendominasi yaitu pada tipe; 1) pendidikan orang tua; 2)

pembelajaran di rumah; dan 3) membuat keputusan. Adapun

dampak keterlibatan orang tua bagi kemandirian anak terbagi

menjadi tiga area yaitu; (1) area bekerja, (2) area bina diri, dan

(3) area komunikasi dan sosialisasi.

Kata Kunci : Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan, Anak

Penyandang Disabilitas.

 

Page 4: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya, yang ditujukan sebagai persyaratan

mendapatkan gelar sarjana strata I. Shalawat serta salam tidak

lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabatnya yang senantiasa berjalan di jalan Allah

hingga akhir zaman dan yang membawa ajaran Islam sebagai

rahmat bagi semesta alam.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih banyak kekurangan baik dari segi isi ataupun teknik

penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan tidak mengurangi rasa

hormat, penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu, memotivasi, dan

memberikan arahan-arahan terhadap penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai

Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Sihabuddin Noor,

M.A sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.

 

Page 5: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

iii

Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu

Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.Ag, sebagai dosen

pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

arahan dan masukan positif kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah

memberikan wawasan dan keilimuan serta membimbing saya

dalam mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan

sumbangan wawasan dan keilmuan dan membimbing saya

selama mengikuti perkulian di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, terimakasih telah membantu saya dalam memberikan

referensi buku, jurnal maupun skripsi.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, yaitu ayahanda

Abas Sanjaya dan ibunda Hamidah, yang telah mencurahkan

segenap kasih sayangnya serta senantiasa memberikan

 

Page 6: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

dukungan dan doa kepada penulis dalam menempuh

pendidikan.

8. Teruntuk orang tua asuh penulis, yaitu ayahanda Husen dan

ibunda Hindun yang menjalankan figur pengganti orang tua di

saat kedua orang tua kandungku sibuk bekerja. Terimakasih

atas kebaikan, dukungan dan doa yang telah diberikan kepada

penulis.

9. Kakak kandungku yaitu Pracynthia dan Keponakanku Oryzia

yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

10. Kepada sahabat seperjuangan “Kumbang” yaitu Alvionita

Rizqi Aulia, Elyya Nindiyani, Indah Choirunnisa, Lailatun

Najah, Karimah Marwaziah, Tiara Izmi Nabilla dan Nesa

Putri Syafia yang selalu menjadi system support dan

senantiasa memberikan dukungan, semangat, kritik dan

masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman Program Studi Kesejahteraan Sosial 2015 yang

telah memberikan warna-warni di kelas dan merasakan

perjuangan bersama dalam meraih gelar sarjana strata I.

12. Ketua, Pengurus dan Jajaran Staff Unit Pelayanan Disabilitas

Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya

kepada Bapak Adi Supanggih yang telah banyak membantu

pada saat proses penelitian.

13. Para Orang tua binaan dan anak-anak binaan di Unit

Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

 

Page 7: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

v

14. Kakak-kakak senior Program Studi Kesejahteraan Sosial 2014

yang selalu bersedia membantu dan memberikan arahan

kepada penulis dalam menyusun skripsi yaitu Kak Yulianti,

S.Sos., dan Kak Endah Ambarsari, S.Sos.

15. Teman-teman WSFams, Arabikukurasu dan para sahabat

penulis yang telah memberikan dukungan dan tawa sehingga

penulis tidak merasa jenuh dalam penulisan skripsi ini.

16. Keluarga besar Desa Ujung Alang Kecamatan Kampung Laut

Cilacap Jawa Tengah yang sudah penulis anggap sebagai

keluarga sendiri, terutama yaitu Bapak Ujang, Ibu Miyati dan

kedua adikku yaitu Revan dan Hanif yang telah memberikan

dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam

menempuh pendidikan.

17. Teman-teman Peer Counselor LK3 dan Center for Students

with Special Needs (CSSN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atas dukungan, kesempatan dan pengalaman yang tidak bisa

didapat di tempat lain.

18. Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan baik

moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini.

Demikianlah skripsi ini penulis persembahkan, penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khusunya dan

semua pembaca pada umumnya.

Ciputat, 5 Juli 2019

Gita Abyanti Sanjaya

 

Page 8: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................... vi

DAFTAR TABEL ....................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ..................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah............................................................. 8

C. Batasan Masalah .................................................................. 8

D. Rumusan Masalah ................................................................ 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 9

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 10

G. Metodologi Penelitian ........................................................ 14

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 29

A. Landasan Teori .................................................................. 29

1. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan ................... 29

a. Definisi Keterlibatan Orang Tua dalam kkk

Pendidikan ............................................................... 29

b. Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam kkk

Pendidikan ............................................................... 31

 

Page 9: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

vii

c. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dalam kkk

Pendidikan ............................................................... 49

2. Pendidikan Anak Disabilitas ......................................... 51

a. Pendidikan Inklusif ................................................. 51

b. Pendidikan Luar Biasa ............................................. 54

c. Pendidikan Berkebutuhan Khusus ........................... 55

3. Anak Penyandang Disabilitas ....................................... 61

a. Definisi Anak Penyandang Disabilitas .................... 62

b. Jenis-Jenis Anak Penyandang Disabilitas ................ 61

c. Konsep Kemandirian Anak Disabilitas.................... 67

B. Kajian Pustaka ................................................................... 72

C. Kerangka Berpikir ............................................................. 75

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA .......................... 79

A. Profil Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang kkk

Selatan................................................................................ 79

B. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Disabilitas Kota kkk

Tangerang Selatan ............................................................. 82

C. Tenaga Pelayanan .............................................................. 86

D. Jumlah Klien dan Tipe Klien ............................................. 87

E. Sarana dan Prasarana ......................................................... 87

F. Program Pelayanan Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan ............................................................. 88

G. Alur dan Prosedur Pelayanan Klien ................................... 98

H. Sumber Dana dan Kerjasama Unit Pelayanan kkkk

Disabilitas Kota Tangerang Selatan................................. 103

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................. 105

A. Profil Informan ................................................................ 105

 

Page 10: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

B. Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan ......... 111

1. Tipe 1= Pendidikan Orang Tua jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

(Parenting Education) ................................................ 112

2. Tipe 2= Komunikasi ................................................... 118

3. Tipe 3= Sukarelawan (Volunteering) .......................... 124

4. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah ................................ 128

5. Tipe 5= Membuat Keputusan...................................... 135

6. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat ... 138

C. Kemandirian Anak Disabilitas ......................................... 141

1. Area Bekerja ............................................................... 142

2. Area Bina Diri ............................................................. 148

3. Area Komunikasi dan Sosialisasi................................ 151

D. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan ....... 155

BAB V PEMBAHASAN ......................................................... 159

A. Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan ......... 159

1. Tipe 1= Pendidikan Orang Tua ................................... 160

2. Tipe 2= Komunikasi ................................................... 161

3. Tipe 3= Sukarelawan .................................................. 164

4. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah ................................ 165

5. Tipe 5= Membuat Keputusan...................................... 167

6. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat ... 168

B. Kemandirian Anak Disabilitas ......................................... 169

1. Area Bekerja ............................................................... 170

2. Area Bina Diri ............................................................. 172

3. Area Komunikasi dan Sosialisasi................................ 173

C. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan ....... 175

 

Page 11: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

ix

BAB VI PENUTUP ................................................................. 177

A. Kesimpulan ...................................................................... 177

B. Implikasi .......................................................................... 179

C. Saran ................................................................................ 180

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 183

 

Page 12: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pedoman Wawancara ................................................ 19

Tabel 3.1 Program UPD Tangsel .............................................. 88

 

Page 13: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Belajar Menulis ..................................................... 90

Gambar 3.2 Bernyanyi Bersama ............................................... 90

Gambar 3.3 Mengenal Warna ................................................... 90

Gambar 3.4 Belajar Memasak ................................................... 90

Gambar 3.5 Menyapu ................................................................ 90

Gambar 3.6 Proses Penerimaan Anak Binaan di luar Panti kk

atau Non Panti YSI-B ............................................. 98

Gambar 3.7 Alur Metode Penanganan Klien ............................ 99

Gambar 4.1 Foto Absensi Kegiatan .......................................... 126

Gambar 4.2 Foto Kegiatan Penyuluhan Kesehatan................... 127

Gambar 4.3 Sarana Belajar Anak di Rumah ............................. 129

Gambar 4.4 Foto pada saat H dan A Melatih Fokus ................. 134

Gambar 4.5 Foto A pada saat bersih-bersih .............................. 146

Gambar 4.6 Foto T pada saat belajar ........................................ 147

Gambar 4.7 Foto Penulis bersama dengan S ............................. 148

 

Page 14: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ................................... 77

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Lembaga .................................. 82

 

Page 15: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Program Studi Proposal Skripsi

yang Diajukan Memiliki Unsur Kebaruan

Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Izin Peneltian

Lampiran 4 Panduan Observasi Keterlibatan Orang Tua dalam

Pendidikan

Lampiran 5 Panduan Observasi Kemandirian Anak Disabilitas

Lampiran 6 Hasil Observasi

Lampiran 7 Pedoman Wawancara

Lampiran 8 Transkip Wawancara

Lampiran 9 Foto Penelitian

 

Page 16: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

 

Page 17: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang mendapat perhatian

oleh seluruh bangsa. Hal ini disebabkan karena keadaan

suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia

di dalamnya. Sumberdaya manusia yang berkualitas

merupakan hasil suatu proses pendidikan yang dapat

membangun bangsa ke arah tujuan yang akan dicapai oleh

bangsa tersebut (Jamaris 2010, 3). Pendidikan adalah hal

yang mutlak dalam membangun generasi penerus bangsa

agar mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan

perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, sehingga

perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,

terarah, dan berkesinambungan (Nasrawaty 2016, 1).

Pendidikan merupakan hal wajib bagi setiap warga

negara, tanpa melihat ras, suku dan agama. Bahkan sekat-

sekat harus dihilangkan termasuk bagi kaum miskin dan

kelompok disabilitas. Menurunnya kualitas pendidikan di

Indonesia membuat Indonesia tertinggal dari negara lainnya

di Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas dalam

memperoleh pendidikan yang layak. Berdasarkan sensus

2010 yang bersumber dari Aceh Tribun News, menyebutkan

bahwa dari keseluruhan jumlah anak berusia nol sampai

delapan belas tahun, tiga juta anak di antara nya mengalami

disabilitas dan hanya empat persen yang memperoleh

 

Page 18: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

2

pendidikan. Tindakan diskriminasi terhadap anak

penyandang disabilitas masih belum bisa dihilangkan,

tindakan tersebut bahkan datang dari keluarga mereka

sendiri. Seperti halnya mengurung anak mereka di rumah,

dianggap tidak berguna serta dikucilkan dari sekolah dan

masyarakat. Menurut Laporan Sosial Anak di Dunia 2013,

Anak Penyandang Disabilitas adalah mereka yang seringkali

tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan

(Bakri 2015).

Berdasarkan data Lembaga Dinas Sosial Tangerang

Selatan, jumlah penyandang disabilitas pada tahun 2016

berjumlah 360 orang penyandang disabilitas dewasa sudah

termasuk laki-laki dan perempuan. Sedangkan jumlah anak

penyandang disabilitas sebanyak 104 orang mencakup anak

perempuan dan laki-laki. Data tersebut sudah termasuk

penyandang disabilitas yang dikelola maupun yang tidak

dikelola oleh pihak Dinas Sosial Tangerang Selatan.

Sedangkan pada tahun 2017, tercatat sejumlah 75 orang

penyandang disabilitas yang dikelola oleh pihak Dinas Sosial

Tangerang Selatan (Farah 2018, 6).

Peran orang tua sangat penting bagi pendidikan anak

terlebih pada anak berkebutuhan khusus. Pendidikan dalam

keluarga menjadi pondasi dasar bagi anak di masa

mendatang, hal ini menjadikan orang tua sebagai sekolah

pertama bagi anak-anaknya (Darmono 2015, 1). Selain itu,

belajar di sekolah atau lembaga pendidikan dengan

bimbingan guru nampaknya belum dapat dijadikan satu-

 

Page 19: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

3

satunya langkah keberhasilan dari proses pembelajaran bagi

anak-anak di Indonesia, terutama anak berkebutuhan khusus.

Kebanyakan mereka membutuhkan peran dan keterlibatan

orang tua sebagai guru di rumah. Sejak 1980-an, keterlibatan

orang tua dengan sekolah menjadi sebuah isu besar yang

harus dipertimbangkan policy maker pendidikan (Nurhayati

2016).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pencapaian

siswa meningkat jika orang tua mengambil peran aktif dalam

pendidikan anak-anak mereka. Sebagaimana yang

ditunjukkan oleh hasil penelitian Harvard Family Research

Project‟s (HFRS) yang mengungkapkan bahwa keterlibatan

orang tua berkaitan erat dengan perkembangan maupun

prestasi anak. Untuk itu, keterlibatan orangtua sangat penting

bagi pendidikan anak terlebih pada anak penyandang

disabilitas (Inspirasi 2018).

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim,

Nabi Muhammad SAW. bersabda sebagai berikut:

مانحل والد والدامن نحل أفضل من أدب حسن

Artinya:

“Tidak ada satu pemberian orang tua yang lebih

utama kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (H.R.

Al Hakim: 7679) (Ichwan 2018).

Berdasarkan hadits tersebut terlihat bahwa

keterlibatan orangtua terhadap pendidikan anak disabilitas

menjadi tugas utama dalam keluarga. Adapun landasan

yuridis mengenai keterlibatan orang tua dalam pendidikan

 

Page 20: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

4

Anak tercantum dalam (“Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 7

Ayat 1.” 2003) yang berisi: “Orang tua berhak berperan serta

dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi

tentang perkembangan anaknya”. Hal tersebut, menujukkan

bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah

hal mutlak yang harus dilakukan pada setiap lembaga

pendidikan, sehingga mampu mengoptimalkan pencapaian

perkembangan dan tujuan program pendidikan anak (Diadha

2015, 62).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya suatu mutu dan kualitas output pendidikan ialah

adanya keterlibatan dari pihak orang tua. Seorang anak dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik jika mendapat

perhatian dari orangtua, terutama dalam hal pendidikan

(Musyawarah 2013, 2). Keterlibatan orangtua sangat

dibutuhkan pada setiap proses program pendidikan untuk

anak penyandang disabilitas. Seperti hal melayani,

membantu kegiatan di kelas, memberikan perhatian pada saat

terapi dan melanjutkan proses di rumah serta mempelajari

keterampilan baru yang dilatihkan (Mangunsong 2016, 176).

Untuk itu, dibutuhkan peran aktif orang tua dalam

menumbuhkembangkan partisipasi mereka pada proses

belajar mengajar di rumah maupun di sekolah (Nasrawaty

2016, 5).

Perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak, di

mana bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak

 

Page 21: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

5

pemerintah saja melainkan pula pihak swasta dalam

memberikan pelayanan yang baik bagi anak penyandang

disabilitas. Hal ini sebagaimana terdapat dalam (“Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas Bab I Pasal 1 Ayat 14” 2016) menyatakan bahwa:

“Unit Layanan Disabilitas adalah bagian dari satu Institusi

atau lembaga yang berfungsi sebagai penyedia layanan dan

fasilitas untuk penyandang disabilitas” (Nurman 2017, 3).

Dalam hal ini, Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan (UPD Tangsel) merupakan sebuah wadah

yang dibentuk untuk menjangkau anak-anak penyandang

disabilitas di wilayah kota Tangerang Selatan. Hal tersebut

menjadikan UPD Tangsel sebagai mitra dari Pemerintahan

Kota Tangerang Selatan dalam memberikan pelayanan bagi

anak-anak penyandang disabilitas di wilayah Kota Tangerang

Selatan. Di mana salah satu program pelayanan yang ada di

Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan adalah

Program Pendidikan Anak Disabilitas. Yayasan Sayap Ibu-

Bintaro (YSI-B) dan Unit Pelayanan Disabilitas (UPD) Kota

Tangerang Selatan merupakan satu kesatuan, UPD Tangsel

dapat dikatakan sebagai turunan dari YSI-B yang sebenarnya

dibuat untuk mempermudah akses bagi anak-anak

penyandang disabilitas di sekitar lingkup Tangerang Selatan

dengan tetap mengimplementasikan standar layanan yang

diberikan oleh Yayasan Sayap Ibu Cabang Banten.

Dibentuknya UPD Tangsel juga sebagai bentuk

pengembangan ide dari divisi Pengembangan Pelayanan

 

Page 22: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

6

yang menginginkan bahwa tidak hanya di panti saja anak-

anak mendapatkan pelayanan, namun juga bagi mereka yang

memang masih memiliki keluarga perlu mendapatkan

pelayanan (bersifat non panti). UPD Tangsel dibentuk

sebagai jawaban dari pengembangan pelayanan yang

dilakukan oleh YSI-B untuk anak-anak disabilitas yang sulit

mengakses keberadaan panti YSI-B. Pelayanan yang

diberikan di UPD Tangsel tidak berbeda dengan pelayanan

yang diberikan oleh YSI-B di Panti kepada anak dengan

disabilitas, yang membedakan adalah keterlibatan

masyarakat sebagai relawan dalam setiap kegiatan UPD.

Salah satu program pelayanan sosial yang terdapat di

UPD Tangsel adalah Program Pendidikan Anak Disabilitas.

Gearheart dalam buku Mangunsong (2014) mengatakan

bahwa seorang anak dianggap berkelainan bila “memerlukan

persyaratan pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak

normal, dan untuk dapat belajar secara efektif memerlukan

program, pelayanan, fasilitas dan materi khusus.”

(Mangunsong 2014, 3). Pelayanan pendidikan khusus

dibutuhkan bagi anak-anak yang mengalami hambatan atau

keterbelakangan fungsi kecerdasan atau intelektual, serta

keterlambatan dalam fungsi fisik sehingga dapat

mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara optimal

(Maftuhatin 2014, 204).

Sejalan dengan hal tersebut, UPD Tangsel sudah

melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan sosial

kepada anak penyandang disabilitas terutama dari segi

 

Page 23: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

7

pendidikan. Dalam hal ini, Program Pendidikan Anak

Disabilitas yang ada di UPD Tangsel memberikan

kesempatan bagi pihak orang tua binaan untuk terlibat dalam

proses pendidikan anak mereka. Pihak lembaga dan orang

tua dapat saling memberi masukan demi perkembangan

anak-anak binaan UPD Tangsel. Hasil yang diharapkan

dengan adaanya keterlibatan pihak orang tua adalah

menciptakan kemandirian bagi sang anak.

Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam (“Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

Nasional Bab XI Pasal 32 Ayat 1” 2003) yang berbunyi:

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,

mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa”.

Dengan demikian penting untuk diketahui bagaimana

realita keterlibatan orangtua dalam Pendidikan Anak

Disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan, serta sejauh mana dampak keterlibatan orangtua bagi

kemandirian sang anak. Berdasarkan latar belakang masalah

di atas, penulis tertarik untuk mengkaji penelitian dengan

judul: ”KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK DENGAN DISABILITAS DI

UNIT PELAYANAN DISABILITAS KOTA

TANGERANG SELATAN.”

 

Page 24: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah

dipaparkan dapat peneliti identifikasi masalah apa saja yang

ada penelitian ini yaitu:

1. Anak dengan disabilitas membutuhkan peran serta

keterlibatan orang tua terutama dalam hal pendidikan,

karena orang tua lah yang mengerti kondisi dan kebutuhan

sang anak.

2. Partisipasi dan keterlibatan orang tua dibutuhkan pada

pendidikan anak dengan disabilitas demi meningkatkan

dan mengembangkan potensi anak.

3. Program Pendidikan Anak Disabilitas UPD Tangsel

mendukung dan memberikan kesempatan bagi para orang

tua untuk dapat berpartisipasi, hal ini dilakukan demi

menciptakan kemandirian pada sang anak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah

di atas, diperlukan pembatasan masalah dalam penelitian

yang akan dilakukan agar tidak meluas dan mudah dipahami.

Maka pada penelitian ini, difokuskan untuk melihat bentuk

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dengan

disabilitas serta dampak keterlibatan orang tua bagi

kemandirian anak dengan disabilitas di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

 

Page 25: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam

Pendidikan Anak dengan Disabilitas di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana Dampak Keterlibatan Orang Tua bagi

Kemandirian Anak dengan Disabilitas di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini

dilakukan guna memperoleh gambaran yang jelas

mengenai:

a. Deskripsi tentang bentuk keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak dengan disabilitas di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

b. Deskripsi tentang dampak keterlibatan orang tua bagi

kemandirian anak dengan disabilitas di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

hasil penelitian yang telah ada sebelumnya, dan dapat

memberikan wawasan serta pengetahuan mengenai

 

Page 26: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

10

keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dengan

disabilitas. Kemudian dapat mengembangkan teori dan

keilmuan khususnya pada ranah disabilitas. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan

referensi dan atau pembanding bagi penelitian relevan

lainnya.

b. Manfaat Praktis

1) Penulis

Penulis dapat menambah wawasan tentang

keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dengan

disabilitas. Kemudian sebagai sarana peneliti untuk

memperluas dan menerapkan ilmu pengetahuan yang

diperoleh.

2) Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi keilmuan bidang kesejahteraan sosial

dan profesi pekerja sosial.

3) Orangtua dengan Anak Penyandang Disabilitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi dan wawasan, khususnya bagi

orangtua yang memiliki anak penyandang disabilitas.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis menggunakan beberapa literatur penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis, guna

membantu dalam menyusun skripsi. Kajian pustaka yang

penulis gunakan sebagai berikut:

 

Page 27: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

11

1. Skripsi karya Desi Haryanti Dewangga (2018) Mahasiswa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jurusan Psikologi

dengan judul “Hubungan antara Persepsi terhadap

Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan dan Motivasi

Berprestasi pada Siswa Sekolah Dasar”. Pada penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan

antara persepsi keterlibatan orang tua dalam pendidikan

terhadap motivasi berprestasi anak mereka (D. D.

Haryanti 2018). Persamaan penelitian Desi dengan

penelitian peneliti adalah tentang bagaimana orang tua

berpartisipasi dan memiliki peran dalam pendidikan anak

mereka. Perbedaannya terletak pada jenis penelitan yang

digunakan Desi menggunakan jenis penelitian kuantitatif,

sedangkan jenis penelitian peneliti adalah kualitatif. Objek

penelitiannya pun berbeda, di mana pada penelitian Desi

adalah para orang tua dari siswa sekolah dasar sedangkan

pada penelitian peneliti adalah para orang tua yang

memiliki anak penyandang disabilitas. Selain itu pada

penelitian Desi membahas bagaimana hubungan antara

keterlibatan orang tua dengan motivasi berprestasi sang

anak. Sedangkan pada penelitian peneliti melihat sejauh

mana keterlibatan orang tua berdampak pada kemandirian

anak dengan disabilitas.

2. Penelitian relevan selanjutnya yaitu Tesis karya

Musyawarah (2013) Mahasiswa Pacsa Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Kebutuhan

 

Page 28: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

12

Khusus yang berjudul “Keterlibatan Orang Tua dalam

Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di SLB X

Kota Makassar”. Persamaan penelitian Musyawarah

dengan penelitian peneliti adalah tentang bagaimana

keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak

berkebutuhan khusus. Perbedaannya adalah jika penelitian

Musyawarah membahas tentang rancangan program yang

dapat meningkatkan keterlibatan orangtua dalam layanan

pendidikan. Sedangkan pada penelitian peneliti membahas

tentang dampak keterlibatan orang tua bagi kemandirian

anak disabilitas. Selain itu, jenis penelitan yang digunakan

Musyawarah menggunakan jenis penelitian kombinasi

(Mixed Method) dengan menggunakan desain triangulasi

(triangulation design), sedangkan penulis menggunakan

jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian didapati bahwa

dari keenam bentuk keterlibatan, empat di antara nya

menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua dalam layanan

pendidikan anak berkebutuhan khusus tergolong rendah

(Musyawarah 2013).

3. Journal Of Educational Psychology. Karya L. Christa,

Green dan M. Joan T. Walker. (2007). American

Psychological Association dengan judul “Parents‟

Motivations for Involvement in Children‟s Education: An

Empirical Test of Theoretical Model of Parental

Involvement”. Vol. 99 No. 3. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia anak

 

Page 29: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

13

maka semakin rendah keterlibatan orang tua baik di rumah

maupun di sekolah (Christa dan Joan 2007). Selain itu

tingkat keterlibatan orang tua terlihat lebih besar

dibandingkan dengan pihak sekolah dalam hal pendidikan

anak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti

adalah sama-sama melihat bagaimana keterlibatan orang

tua dalam pendidikan anak baik di rumah dan di sekolah.

Perbedaannya adalah metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode kuantitatif, sedangkan

metode pada penelitian peneliti adalah kualitatif. Selain

itu objek penelitian pun berbeda, di mana objek pada

penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki anak

sekolah dasar dan menengah dan bukan penyandang

disabilitas. Sedangkan objek penelitian peneliti adalah

para orang tua dengan anak penyandang disabilitas usia

sekolah.

4. Jurnal Penelitian Karya Budiasih Retno. F, Marina Dwi.

M dan Jehan Safitri (2017). Mahasiswa Universitas

Lambung Mangkurat, Program Studi Psikologi yang

berjudul “Dinamika Keterlibatan Orangtua dalam Terapi

Anak Keterlambatan Bicara di Fusfa Klinik Psikologi dan

Pusat Terapi”. Penelitian ini menjelaskan bahwa

keterlibatan orang tua penting bagi proses dan

keberhasilan anak dalam terapi wicara (Retno, Marina,

dan Jehan 2017). Persamaan penelitian Budiasih, dkk

dengan penelitian peneliti adalah sama-sama melihat

 

Page 30: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

14

bahwa orang tua memiliki peran penting dalam

perkembangan anak serta melihat apa saja faktor

pendukung dan penghambat dari keterlibatan orang tua.

Perbedaan penelitian terletak pada hal yang diteliti, jika

pada penelitian Budiasih dkk terfokus pada bagaimana

keterlibatan orang tua berpengaruh bagi proses dan

keberhasilan dalam terapi bicara sang anak. Sedangkan

dalam penelitian peneliti melihat bagaimana bentuk

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dengan

disabilitas, serta sejauh mana keterlibatan orang tua

berdampak bagi kemandirian sang anak.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah

(sebagai lawan dari eksperimen), di mana peneliti

merupakan instrumen kunci, tekik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), data yang

dianalisis bersifat induktif. Penakanan pada makna terlihat

pada hasil penelitian kualitatif (Nurman 2017, 10).

Penelitian kualitatif memandang bahwa makna

adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman

seseorang dalam kehidupan sosialnya bersama orang lain.

Makna bukan sesuatu yang lahir di luar pengalaman objek

penelitian atau peneliti, akan tetapi menjadi bagian terbesar

 

Page 31: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

15

dari kehidupan penelitian ataupun objek penelitian (Bungin

2008, 5).

Menurut Soekanto (1984) pendekatan kualitatif

merupakan tata cara penelitian yang menghasikan data

deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden

berupa kata-kata tertulis, lisan dan perilaku yang nyata yang

dipelajari adalah objek penelitian yang utuh (Soekanto 1984,

132).

Dengan pendekatan kualitatif, diharapkan fakta-

fakta yang ada di lapangan dapat digali lebih dalam, guna

mendapatkan gambaran secara lengkap. Dengan kata lain,

pendekatan kualitatif dipandang sebagai pendekatan yang

tepat pada penelitian ini, karena dengan pendekatan

kualitatif diharapkan dapat menjelaskan dan

menggambarkan bagaimana keterlibatan para orang tua

dalam pendidikan anak mereka yang merupakan

penyandang disabilitas dan penerima manfaat di Unit

Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini

adalah penelitian kualitatif deskriptif, di mana dapat

diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat informan, apa

adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian

dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatarbelakangi

responden berperilaku (berpikir, berperasaan dan bertindak)

seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi,

 

Page 32: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

16

disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan diverifikasi

(dikonsultasikan kembali kepada responden dan teman

sejawat). Ada tiga hal yang dapat digambarkan pada

penelitian ini yaitu karakteristik perilaku, kegiatan atau

kejadian-kejadian selama penelitian dan keadaan

lingkungan/ karakteristik tempat penelitian berlangsung

(Usman dan Purnomo 2009, 130).

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah para orang tua dari

anak binaan yang mengikuti program pendidikan disabilitas

dan merupakan penerima manfaat di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan. Objek penelitiannya

berfokus pada keterlibatan para orang tua dalam pendidikan

anak disabilitas, di mana pendidikan disabilitas merupakan

salah satu program yang ada di Unit Pelayanan Disabilitas

Kota Tangerang Selatan.

4. Sumber Data

Terdapat dua sumber data yang diambil dalam

pelaksanaan penelitian ini, yaitu data primer (pokok) dan

data sekunder (pendukung):

a. Data Primer

Data primer adalah data yang belum tersedia,

sehingga untuk dapat menjawab masalah penelitian, data

harus diperoleh langsung dari sumber asli nya atau

dengan kata lain yaitu sasaran penelitian. Data yang

 

Page 33: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

17

peneliti dapatkan adalah dengan cara melakukan

observasi dan wawancara kepada berbagai pihak yaitu

beberapa orang tua dari anak binaan yang mengikuti

program pendidikan dan merupakan penerima manfaat

di Unit Pelayanan Disabilitas, ketua UPD Tangsel, dan

beberapa tenaga pengajar.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan

peneliti melalui sumber-sumber pendukung penelitian

yakni studi kepustakaan. Pada penelitian ini, data yang

digunakan peneliti diperoleh melalui dokumen, jurnal

dan buku yang menunjang penelitian peneliti.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan, yang bertempat di Jl.

Pinus Blok A 10/9 RW 09, Komplek Graha Permai.

Kelurahan Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan. Sedangkan

waktu penelitian dimulai dari Januari sampai dengan April

2019.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pada saat membuat sebuah kesimpulan, diperlukan

serangkaian data yang mendukung. Hal tersebut

membutuhkan sebuah proses pengumpulan data dari subjek

yang tepat (Idrus 2009, 99). Pada tahap pengumpulan data,

peneliti secara aktif mengumpulkan data penelitian. Peneliti

 

Page 34: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

18

juga mempertimbangkan hal-hal seperti penciptaan rapor,

pemilihan kasus, pengumpulan data dengan wawancara,

pengumpulan data dengan observasi, pengumpulan data

dari sumber-sumber non manusia, dan pencatatan data atau

informasi pengumpulan data (Bungin 2008, 136).

Dalam penelitian ini, untuk menentukan objek

penelitian, peneliti memilih secara khusus dengan

pertimbangan dan kriteria tertentu berdasarkan tujuan

penelitiannya (Usman dan Purnomo 2009, 45). Objek

penelitia yang dipilih berfokus pada keterlibatan enam

orang tua pada anak mereka dalam program pendidikan di

UPD Tangsel. Para orang tua yang dipilih berasal dari

beragam latar belakang baik dari tingkat pendidikan orang

tua, ekonomi maupun status mereka (single parent) atau

tidak. Alasan dipilihnya objek penelitian/ sampel dari

beragam latar belakang yaitu diharapkan dapat

menimbulkan berbagai pola keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak dengan disabilitas.

Setelah menentukan objek penelitian, peneliti

melakukan teknik pengumpulan data. Peneliti

menggunakan tiga teknik unutuk mengumpulkan data

secara menyeluruh. Adapun teknik yang akan dilakukan

yaitu:

a. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab

secara lisan dan langsung yang dilakukan oleh dua orang

atau lebih. Data yang didapat melalui wawancara berasal

 

Page 35: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

19

dari tangan pertama (primer); kemudian sebagai

pelengkap teknik pengumpulan lainnya dan menguji

hasil pengumpulan data lainnya (Usman dan Purnomo

2009, 55).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara kepada beberapa pihak, yaitu para orang tua

dari anak binaan UPD Tangsel, Ketua UPD Tangsel, dan

beberapa tenaga pengajar yang ada di UPD Tangsel.

Hasil wawancara digunakan penulis sebagai sumber data

utama dalam penelitian ini. Data yang diperoleh melalui

teknik wawancara ini berasal dari beberapa para orang

tua dari anak binaan yang merupakan penerima manfaat,

para pengajar dan ketua UPD Tangsel. Dalam

melakukan wawancara dengan para informan, penulis

menggunakan pedoman wawancara.

Adapun pedoman wawancara dalam peneltian ini

yaitu:

Tabel. 1.1 Pedoman Wawancara

No Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Orang Tua dari

Anak Binaan

yang Mengikuti

Program

Pendidikan

Bentuk keterlibatan

orang tua dalam

pendidikan dan dampak

keterlibatan orang tua

bagi kemandirian anak

dengan disabilitas.

6 orang

2. Ketua Unit Sebagai penentu 1 orang

 

Page 36: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

20

Pelayanan

Disabilitas

Tangerang

Selatan

kebijakan pelaksanaan

serta kontrolling pada

program pendidikan

yang ada di UPD

Tangsel.

3. Tenaga

Pengajar

Sebagai pelaksana

teknis program

pendidikan disabilitas,

untuk mengetahui

bagaimana pelayanan

pendidikan berjalan.

Dan bagaimana para

orang tua dilibatkan

dalam kegiatan

pembelajaran yang

dilakukan di UPD

Tangsel, terutama dalam

hal perkembangan serta

kemandirian anak.

3 orang

b. Teknik Observasi

Observasi adalah aktivitas pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan secara sistemastis terhadap

gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Purnomo 2009,

52). Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat

(partisipatif) maupun nonpartisipatif. Pengamatan

 

Page 37: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

21

terlibat sendiri melibatkan peneliti dalam kegiatan objek

penelitian dan tidak menutupi identitasnya sebagai

peneliti (Idrus 2009, 101).

Pengamatan yang dilakukan peneliti dilakukan

secara langsung dan terlibat selama empat bulan yaitu

pada bulan Januari sampai dengan April 2019 dan

dilakukan selama tiga sampai dengan enam jam perhari,

hal ini dikarenakan jumlah jam yang berbeda pada setiap

hari nya. Pengamatan dilakukan dengan mengamati para

orang tua dari anak binaan yang mengikuti program

pendidikan dan merupakan penerima manfaat, serta para

pengajar yang memberikan pelayanan pendidikan

langsung terhadap anak-anak binaan, sekaligus

berhubungan dengan para orang tua. Selain itu kepada

ketua UPD Tangsel yang banyak berinteraksi dengan

para orang tua binaan. Hasil pengamatan ini digunakan

peneliti sebagai informasi tambahan dalam penelitian.

c. Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang diperoleh melalui berbagai

dokumen. Data-data yang yang dikumpulkan dengan

teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder

(Usman dan Purnomo 2009, 69). Pada teknik ini,

pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah

dengan cara mengambil informasi dari arsip-arsip, serta

dokumen-dokumen yang berasal dari Unit Pelayanan

 

Page 38: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

22

Disabilitas Kota Tangerang Selatan. Seperti dokumen

absen anak binaan, buku perkembangan harian kelas,

brosur UPD dan dokumentasi lainnya yang berkaitan

dengan program pendidikan anak disabilitas UPD

Tangsel.

7. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Usman dan

Purnomo (2009) analisis data adalah proses pencarian dan

penyusunan data yang sistematis melalui transkip

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang secara

akumulatif menambah pemahaman peneliti terhadap yang

ditemukan (Usman dan Purnomo 2009, 84).

Sedangkan menurut Nasution dalam Usman dan

Purnomo (2009) analisis data adalah proses menyusun data

agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti dapat

menggolongkannya (mengategorikannya) dalam pola atau

tema. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna

terhadap analisis, menjelaskan pola atau kategori , serta

mencari hubungan antara berbagai konsep (Usman dan

Purnomo 2009, 84).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

analisis data ialah proses penyusunan data secara sistematis,

di mana analisis dilakukan dengan mengategorikan data

untuk mendapatkan pola, hubungan, tema dan bertujuan

untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang

perlu diperbaki.

 

Page 39: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

23

Dari beberapa teknik analisis data dalam penelitian

kualitatif, penelitian yang digunakan penulis merupakan

teknis analisis data versi Miles dan Huberman. Dalam

teknis ini mereka menegaskan bahwa penelitian kualitatif

dilakukan melalui tiga tahap. Adapun tiga tahap dalam

teknis ini yaitu reduksi data, penyajian data (display data),

dan penarikan kesimpulan/ verifikasi :

a. Tahap Reduksi Data

Tahapan reduksi data merupakan kegiatan

analisis, di mana data-data dipilih untuk dikoding dan

atau dibuang, pola mana yang meringkas bagian tersebut

dan cerita apa yang berkembang, hal tersebut merupakan

pilihan-pilihan analitis (Idrus 2009, 150).

Pada tahap ini peneliti membuat penamaan

terhadap hasil penelitian. Tahap ini dilakukan dengan

cara menulis ulang catatan-catatan lapangan hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian

dilakukan pemilihan informasi penting dengan cara

memberi tanda pada informasi yang telah dipilih. Setelah

itu peneliti menginterpretasikan informasi-informasi

yang telah dipilih dan mencari kaitan antara kode dan

memasukannya sesuai dengan fokus atau tema penelitian

(Afrizal 2014, 181).

Data-data yang direduksi memberikan gambaran

yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-

waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu

 

Page 40: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

24

memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu

(Usman dan Purnomo 2009, 84). Dengan begitu, proses

reduksi reduksi data dimaksudkan untuk lebih

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi

data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan

kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan proses

verifikasi (Idrus 2009, 150).

b. Tahap Penyajian Data (Display Data).

Menurut Miles dan Huberman dalam Idrus

(2009) penyajian data (display data) diartikan sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan (Idrus 2009, 151). Dengan kata

lain, peneliti melanjutkan analisisnya dan kemudian

memperdalam temuan tersebut. Pada tahapan ini,

peneliti dapat menyajikan data dalam bentuk matriks,

grafik, bentuk naratif dan sebagainya. Semua dirancang

guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

bentuk yang padu dan mudah dipahami (Usman dan

Purnomo 2009, 87).

c. Tahap Penarikan Kesimpulan

Tahap penarikan kesimpulan adalah tahap di

mana peneliti menarik kesimpulan dari temuan data.

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mencari arti benda-

 

Page 41: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

25

benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin ada, alur sebab

akibat dan proposisi. Namun kesimpulan tersebut masih

bersifat sementara, setelah kesimpulan didapatkan

peneliti kemudian melakukan verifikasi data untuk

memastikan tidak ada kesahalan yang telah dilakukan.

Dengan melakukan verifikasi, peneliti kualitatif dapat

mempertahankan dan menjamin validitas dan realibilitas

hasil temuannya (Idrus 2009, 151).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggunakan pedoman

penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi)

keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor:

507 tahun 2017. Agar mempermudah para pembaca untuk

membaca bagian yang diperlukan dalam skripsi ini, peneliti

memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini penulis akan

menjelaskan latar belakang, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,

metodologi penelitian (pendekatan penelitian, jenis

penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber

data, waktu dan tempat penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data), dan

sistematika penulisan.

 

Page 42: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

26

BAB II Landasan Teori, pada bab ini penulis akan

menjelaskan tentang teori-teori yang berkenaan

dengan skripsi ini yaitu kajian teori tentang

keterlibatan orang tua dalam pendidikan (definisi

keterlibatan orang tua dalam pendidikan, bentuk-

bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan,

manfaat keterlibatan orang tua dalam pendidikan,

faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan

orang tua, dan upaya meningkatkan keterlibatan

orang tua). Selain itu dibahas pula kajian mengenai

pendidikan berkebutuhan khusus, anak

penyandang disabilitas dan upaya menangani anak

penyandang disabilitas.

BAB III Gambaran Umum Unit Pelayanan Disabilitas

Kota Tangerang Selatan, pada bab ini penulis

memaparkan gambaran lokasi penelitian yaitu Unit

Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

Gambaran lokasi penelitian ini diantaranya sejarah

berdirinya dan profil lembaga, struktur organisasi

dan uruaian tugas serta tanggungjawab setiap

divisi, tenaga pelayanan, jumlah klien dan tipe

klien, sarana dan prasarana, alur dan prosedur

penanganan klien, sumber dana dan kerjasama,

program-program pelayanan beserta treck record

yang ada di Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan.

 

Page 43: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

27

BAB IV Data dan Temuan Penelitian, pada bab ini

penulis membahas uraian penyajian data hasil

temuan penelitian serta bentuk analisa tentang

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

dengan disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas

Kota Tangerang Selatan.

BAB V Pembahasan, pada bab ini berisi uraian yang

mengaitkan latar belakang, teori dan rumusan teori

baru dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil

analisa dari data dan temuan penelitian.

BAB VI Kesimpulan, Implikasi dan Saran, bab ini

merupakan bab terakhir yang di dalamnya terdiri

dari kesimpulan yang berfungsi menjawab

memberikan jawaban umum atas pertanyaan

penelitian yang terdapat dalam BAB I, serta

implikasi dan saran-saran yang menjadi penutup

dari pembahasan yang ada di dalam skripsi.

 

Page 44: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

28

 

Page 45: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

a. Definisi Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

dapat memberikan pengaruh positif apabila orang tua

dan guru memahami arti dan makna dari keterlibatan

tersebut. Pemahaman tersebut dibutuhkan agar pihak

orang tua dapat memutuskan tindakan yang tepat dan

sesuai dalam pendidikan anak mereka di sekolah.

Begitupun sebalikya, jika orangtua dan guru tidak

memahami makna, bentuk serta tujuan keterlibatan itu

sendiri, dikhawatirkan akan membawa dampak yang

tidak diharapkan (Diadha 2015, 63).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

“keterlibatan” berasal dari kata dasar “libat” yang berarti

adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap

ataupun emosi individu dalam situasi tertentu.

Sedangkan keterlibatan itu sendiri adalah kondisi atau

keadaan terlibat (Departemen Pendidikan Nasional 2005,

668). Makna dari keterlibatan orang tua dalam

pendidikan juga telah didefinisikan secara beragam oleh

beberapa tokoh, di antaranya adalah LaRocque dalam De

Gomes (2017) mengartikan keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak sebagai bentuk dukungan orang tua

 

Page 46: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

30

yang bertujuan pada perkembangan potensi anak, di

mana para orang tua ikut mengambil peran mereka

dalam pendidikan anak melalui relasi rumah sekolah

(home-school related) yang saling mendukung (De

Gomes 2017, 23).

Sedangkan Musyawarah (2013) berpendapat

bahwa keterlibatan orang tua dalam layanan pendidikan

merupakan bentuk peran serta orang tua dalam

membantu proses pendidikan anaknya, baik di

lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah

(Musyawarah 2013, 2). Kemudian Hawes & Jesney

dalam Diadha (2015) mengungkapkan bahwa

keterlibatan orangtua merupakan partisipasi orangtua

dalam proses pendidikan dan pengalaman anak mereka.

Definisi ini menunjukan bahwa keterlibatan sebagai

bentuk di mana orang tua turut mengalami apa yang

dialami oleh anak mereka dalam proses pendidikan yang

diikutinya seperti halnya kehadiran orang tua pada saat

proses belajar anak mereka (Diadha 2015, 63).

Menurut Hill & Taylor dalam Amini (2015)

menjelaskan bahwa keterlibatan orangtua adalah

serangkaian tindakan orangtua meliputi: pemeliharaan

arah kemajuan anak, menjalin komunikasi dengan guru,

memastikan bahwa anak-anak menikmati tantangan,

kelas pembelajaran yang baik dan mengarahkan anak

untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi di sekolah

(Amini 2015, 11).

 

Page 47: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

31

Selanjutnya pada proyek penelitian keluarga

Harvard dalam Diadha (2015) juga mendefinisikan

keterlibatan keluarga dalam pendidikan sebagai kegiatan

yang menghubungkan pihak orang tua dengan pihak

lembaga pendidikan, baik secara langsung atau tidak

dalam mendukung pendidikan anak mereka (Diadha

2015, 63). Pendapat ini sejalan dengan apa yang

disampaikan oleh White & Coleman dalam Diadha

(2015) mereka mendefinisikan keterlibatan orang tua

sebagai beragam kegiatan yang dilakukan secara

kerjasama antara orang tua dan guru, baik di sekolah

maupun di rumah untuk mendukung pendidikan anak

(Diadha 2015, 63).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

merupakan berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh orang tua melalui kerjasama dengan pihak sekolah

seperti guru, baik di rumah maupun di sekolah guna

memaksimalkan perkembangan dan pendidikan anak di

sekolah.

b. Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak

dapat mempengaruhi sikap anak terhadap pelajaran yang

diajarkan (Silvia dan Pramesti 2015, 12). Namun, hal

tersebut belum sepenuhnya disadari oleh para orang tua

bahwa betapa pentingnya keterlibatan mereka dalam

 

Page 48: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

32

pendidikan anak (Darmono 2015, 2). Bentuk keterlibatan

orang tua dalam pendidikan pada umumnya berupa

dukungan dari segi pendanaan dan terhadap hal-hal

tertentu pada pendidikan anak mereka (Diadha 2015, 64).

Berbagai bentuk keterlibatan orangtua sangat

dibutuhkan pada setiap proses pendidikan, khususnya

pada anak berkebutuhan khusus. Seperti hal melayani,

membantu kegiatan di kelas, memberikan perhatian pada

saat terapi dan melanjutkan proses di rumah serta

mempelajari keterampilan baru yang dilatihkan

(Mangunsong 2016, 176). Beberapa penelitian juga

menunjukkan bahwa bentuk keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak berupa kehadiran dalam kegiatan

anak, mengantar dan menjemput anak dan membayar

uang sekolah (Amini 2015, 11).

Sebuah lembaga pendidikan akan berusaha

menyediakan berbagai alternatif kegiatan yang

melibatkan para orangtua, sehingga dapat menunjang

keterlibatan mereka dengan mempertimbangkan kondisi

dan kebutuhan masing-masing para orangtua di sekolah.

Hal ini dilakukan apabila pihak lembaga pendidikan

memahami tentang pentingnya keterlibatan orangtua

dalam pendidikan anak di sekolah (Diadha 2015, 64).

Bentuk-bentuk keterlibatan orang tua tersebut

telah dicetuskan dalam Teori Overlapping Sphere of

Influence yang dikemukan oleh Epstein dalam (Diadha

2015, 64–66) yang membagi bentuk keterlibatan orang

 

Page 49: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

33

tua ke dalam enam tipe keterlibatan, yakni parenting

education (pendidikan orang tua), komunikasi,

volunteering (sukarelawan), pembelajaran di rumah,

membuat keputusan dan bekerjasama dengan komunitas.

Adapun penjelasan masing-masing tipe adalah sebagai

berikut:

1) Tipe 1: Parenting Education (Pendidikan Orang

Tua)

Parenting education ini berupa keterlibatan

orang tua dalam kegiatan pendidikan bagi orang tua

yang bertujuan membantu mereka untuk menciptakan

lingkungan rumah yang mendukung anak sebagai

pelajar, dan mendapatkan informasi tentang kesehatan,

keamanan, gizi dan setiap hal yang berhubungan

dengan perkembangan anak (Diadha 2015, 64).

Kegiatan pendidikan orang tua ini dapat

dilaksanakan secara formal di sekolah atau pun secara

non formal, dan dapat dilakukan langsung maupun

tidak langsung. Pada kegiatan pendidikan ini, orang

tua tidak hanya berperan sebagai narasumber

berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang

dimiliki. Peran lainnya yang dilakukan adalah sebagai

penerima materi, baik dari guru atau tenaga ahli

lainnya. Hal ini dilakukan mampu membuat orang tua

dan guru saling berbagi pengalaman dan pengetahuan

tentang anak berdasarkan pengetahuan mereka

masing-masing (Diadha 2015, 65).

 

Page 50: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

34

Adapun kegiatan dari pendidikan orang tua

dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk kegiatan

sebagai berikut:

a) Pendidikan bagi orang tua tentang perkembangan

dan kesehatan anak atau lainnya secara informal.

Menurut Henniger dalam Diadha (2015)

pada kegiatan pendidikan ini, orang tua akan

menerima pendidikan dalam situasi atau kondisi

yang tidak resmi dan dilakukan secara

berkelompok (Diadha 2015, 65). Di mana mereka

saling berbagi pengetahuam dan pengalaman

masing-masing dalam hal mendidik atau merawat

anak mereka, dan kegiatan tersebut dilakukan pada

suasana santai. Melalui kegiatan ini lah orang tua

mendapatkan pengetahuan atau cara-cara baru

yang sesuai dan dapat digunakan dalam mendidik

maupun mengasuh anak mereka di rumah.

b) Pendidikan bagi orang tua secara formal.

Keterlibatan orang tua dalam bentuk ini

dapat dilaksanakan melalui keikutsertaan orang tua

dalam kegiatan workshop, seminar atau pelatihan

tentang pendidikan, perkembangan dan kesehatan

anak yang diberikan oleh narasumber atau tenaga

ahli. Tenaga ahli tersebut dapat diberdayakan

berupa tenaga ahli dari orang tua sendiri atau pun

tenaga ahli yang diundang secara khusus untuk

menyajikan materi.

 

Page 51: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

35

c) Informasi tentang pendidikan, perkembangan dan

kesehatan anak pada berbagai media.

Keterlibatan orangtua dalam bentuk ini

dilakukan di mana orang tua memperoleh

informasi dari buku-buku, video, atau media lain

yang menyediakan informasi tentang pendidikan,

pengasuhan maupun perkembangan dan kesehatan

anak. Informasi yang dimaksud juga dapat berisi

tentang apa yang disampaikan pada workshop

maupun seminar. Informasi yang diperoleh dapat

diterapkan orang tua dalam membimbing dan

mendidik anak baik di rumah maupun di sekolah.

d) Kunjungan ke rumah anak yang dilakukan oleh

guru (Home visit).

Menurut Epstein dalam Diadha (2015)

program home visit penting dilakukan oleh guru

terutama terhadap orang tua yang sangat sulit

terlibat secara langsung di sekolah (Diadha 2015,

65). Program ini berfungsi sebagai bukti

kepedulian guru terhadap orang tua dan anak.

Tujuan dari program home visit adalah agar guru

lebih memahami anak dan orang tua dengan

mengetahui latar belakang mereka. Tujuan lainnya

yakni agar orang tua juga lebih mampu terbuka

dan memahami guru.

 

Page 52: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

36

2) Tipe 2: Komunikasi

Keterlibatan dalam bentuk komunikasi ini

berupa keterlibatan orang tua dalam komunikasi dua

arah antara rumah dan sekolah atau sebaliknya

(Diadha 2015, 65). Adapun bentuk keterlibatan ini

diharapkan mampu mengkomunikasikan tentang

program sekolah maupun pendidikan, perkembangan

dan kesehatan anak guna meningkatkan kerjasama

dan pemahaman orang tua dan guru tentang anak.

Sehingga dengan adanya komunikasi aktif antara

orang tua dan guru, maka anak dapat melihat bahwa

orang tua dan guru mereka bekerjasama dalam

mendidik mereka.

Adapun kegiatan komunikasi yang dimaksud

dapat berupa pertemuan orang tua dan guru, melalui

telepon, e-mail, website, buku penghubung atau surat

dengan lembar tanggapan, pengambilan rapor, papan

pengumuman, kegiatan atau bahan belajar anak di

rumah serta kotak saran. Kualitas komunikasi yang

terjalin oleh kedua belah pihak menentukan

keberhasilan berbagai jenis keterlibatan orang tua dan

terbentuknya hubungan yang baik antara orang tua di

rumah dengan guru di sekolah(Diadha 2015, 65).

Henniger dalam Diadha (2015) merumuskan

tujuh metode komunikasi yang efektif dalam

menghasilkan hubungan yang berkualitas antara

orang tua dan guru yakni komunikasi melalui telepon,

 

Page 53: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

37

komunikasi tertulis, komunikasi melalui teknologi,

alat komunikasi visual, kunjungan rumah, pertemuan

orang tua dan konfrensi orang tua dan guru (Diadha

2015, 66). Komunikasi yang efektif antara orang tua

dan guru tersebut tidak dapat tercipta dengan

sendirinya, akan tetapi memerlukan kemampuan dan

keterampilan guru sebagai pendidik dalam

mewujudkannya. Adapun keterampilan yang

dimaksud adalah keterampilan mendengar, ketegasan,

mendengar reaksi lainnya dan penyelesaian masalah

secara kolaboratif .

3) Tipe 3: Volunteering (Sukarelawan)

Keterlibatan orang tua dalam bentuk volunteer

atau sukarelawan ini berupa kegiatan orangtua dalam

memberikan bantuan dan dukungan secara langsung

pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan

yang dilakukan tentunya disesuaikan dengan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki para

orang tua. Kegiatan sukarelawan ini dapat berupa

pendampingan guru di kelas, membantu guru di

perpustakaan, di ruang makan, di halaman bermain,

ruang komputer, ruang keluarga, dan sebagainya

termasuk dalam menghadiri penampilan anak,

kegiatan olahraga, perayaan-perayaan dan

pendampingan anak pada kegiatan kunjungan

lapangan (Diadha 2015, 66).

 

Page 54: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

38

4) Tipe 4: Pembelajaran di rumah

Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di

rumah yang dimaksud adalah kegiatan orang tua

dalam membantu proses belajar anak di rumah

berdasarkan kegiatan yang ada di sekolah, seperti

membantu anak mengerjakan tugas di rumah,

membacakan buku cerita yang mendidik bagi anak,

dan sebagainya (Diadha 2015, 66).

5) Tipe 5: Membuat keputusan

Keterlibatan orang tua dalam membuat

keputusan di sekolah seperti hal nya keikutsertaan

orang tua dalam komite sekolah serta keikutsertaan

orang tua dalam persatuan orang tua dan guru dan

sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk

rasa memiliki orang tua terhadap lembaga pendidikan

tempat di mana anak mereka belajar (Diadha 2015,

66).

6) Tipe 6: Bekerjasama dengan komunitas

masyarakat

Bentuk keterlibatan ini menghubungkan pihak

orang tua dengan pihak guru, murid dan pihak

masyarakat. Kegiatan direncanakan dan dilakukan

secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas

sekolah. Bentuk kegiatan ini memerlukan kontribusi

masyarakat atau pun sebaliknya, seperti layanan

kesehatan, kelompok budaya, rekreasi dan sebagainya

(Diadha 2015, 66).

 

Page 55: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

39

Sedangkan menurut (D. Haryanti 2017, 60–64)

terdapat enam tipe bentuk lainnya dari keterlibatan orang

tua dalam pendidikan anak yang melandasi pendekatan

komprehensif terhadap perkembangan anak:

1) Tipe 1: Keterlibatan dan Pemberdayaan

Pribadi/Individu

Pada tipe ini, berbagai kegiatan pelibatan

dapat dilakukan orang tua dalam pendidikan anak,

sebagai berikut:

a) Menyediakan kelas-kelas pendidikan untuk

orangtua.

Penyediaan kelas ini ditujukan dalam hal

memberi kesempatan belajar kepada orang tua

mengenai ruang lingkup anak, seperti

perkembangan anak, membantu anak dalam proses

belajar misalnya membaca dan berhitung (D.

Haryanti 2017, 61).

b) Melaksanakan program-program pelatihan.

Berbagai program pelatihan yang dilakukan

seperti halnya memberikan wawasan dan

keterampilan kepada orang tua mengenai asistensi

kelas, membantu aktivitas kelas dan

menghubungkan pada system support lainnya,

merencanakan kurikulum serta pembuatan

kebijakan kelas maupun sekolah bagi sang anak.

Program-program pelatihan tersebut ditujukan

dalam mendukung pendidikan anak. Ketika orang

 

Page 56: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

40

tua sudah memahami apa yang harus dilakukan,

maka selanjutnya proses pemberdayaan akan

terjadi. Melibatkan orang tua di kelas dapat

menjadi metode yang baik untuk menyediakan

pekerjaan dan pelatihan. Namun perlu diingat

bahwa siapa pun yang terlibat harus memiliki

panduan, arahan dan pelatihan.

c) Aktivitas kelas dan pusat pembelajaran.

Meskipun tidak semua orang tua dapat

terlibat dalam pembelajaran di kelas, perlu

diperhatikan bahwa keterlibatan orang tua di kelas

memerlukan panduan, arahan dan pelatihan.

d) Perpustakaan dan sarana lainnya (D. Haryanti

2017, 62).

Keluarga memperoleh manfaat dari buku-

buku dan artikel lain yang berkaitan dengan

parenting. Beberapa program memiliki ruang

khusus dengan kursi yang nyaman untuk

mendorong keluarga menggunakan sarana ini.

2) Tipe 2. Keterlibatan dan Pemberdayaan

Keluarga

Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjukkan keterlibatan dan pemberdayaan

keluarga antara lain:

a) Performa seni dan drama.

Kegiatan performa seni dan drama biasanya

banyak melibatkan anak, hal ini cenderung

 

Page 57: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

41

menarik perhatian orang tua maupun keluarga

untuk datang ke sekolah. Tujuan dari kegiatan ini

tidak hanya ditujukan pada kehadiran orang tua,

melainkan orang tua dapat ikut berpartisipasi dan

mendukung penampilan anak mereka di atas

panggung.

b) Telepon Hotline.

Jaringan telepon digunakan dalam

membantu orang tua mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan anak di sekolah. Seperti

mendapatkan informasi mengenai tugas-tugas dan

pekerjaan rumah anak, serta pengalaman belajar

anak pada hari tersebut. Untuk itu orang tua dapat

bertanya melalui telepon kepada pihak sekolah.

c) Newsletter cetak dan elektronik.

Newsletter merupakan salah satu metode

untuk manjalin komunikasi dan informasi antara

tenaga pendidik dan orang tua, informasi yang

biasa diberikan antara lain mengenai kemajuan

program, aktivitas terkini dan informasi kurikulum

(D. Haryanti 2017, 62).

d) Buku-buku dan materi-materi lain bagi orang tua

dan anak untuk digunakan di rumah.

Menyediakan materi bagi orang tua untuk

dibacakan secara pribadi atau dibaca bersama

anak-anak mereka (D. Haryanti 2017, 63).

 

Page 58: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

42

e) Program pendidikan individual (IEP) bagi anak-

anak berkebutuhan khusus.

f) Website untuk orangtua.

3) Tipe 3: Keterlibatan dan Pemberdayaan

Berbasis Sekolah

Adapun kegiatan-kegiatan atau program yang

dapat dilakukan adalah:

a) Komite Sekolah.

b) Waktu Pentutoran.

c) Partisipasi di lokakarya dan seminar.

4) Tipe 4: Keterlibatan, Pemberdayaan dan

Kepemimpinan Berbasis Komunitas.

Kegiatan-kegiatan yang melibatkan orangtua

pada tipe ini antara lain:

a) Lakukan malam keluarga, jamuan budaya, pesta

kebun dan camping bersama.

b) Mengadakan pertemuan dengan kelompok

pendukung orangtua.

c) Mengadakan kunjungan ke rumah.

5) Tipe 5: Kepemimpinan, Pembuatan Keputusan,

Advokasi, dan Pemberdayaan.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada tipe ini

adalah:

a) Pameran dan bazar. Pada kegiatan ini banyak

membutuhkan keterlibatan orang tua dalam aspek

proses dan pembuatan keputusan. Pembuatan

keputusan dilakukan demi mendukung sang anak.

 

Page 59: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

43

b) Dewan orangtua. Kegiatan yang dilakukan oleh

dewan sekolah adalah mengkaji anggaran,

merekomendasikan program, mensponsori

kegiatan-kegiatan, mencari solusi masalah, dan

menggalang dana bagi aktivitas-aktivitas khusus

sekolah.

c) Dewan Sekolah. Pembuatan keputusan berbasis

sekolah menjadi tanggung jawab pihak dewan

sekolah. Keputusan yang diambil dapat

mempengaruhi pendidikan anak di sekolah.

Misalnya dalam hal memutuskan untuk menyewa

guru-guru khusus, menyetujui aturan-aturan

sekolah dan memutuskan seragam anak (D.

Haryanti 2017, 64).

d) Menyewa tenaga ahli dan terlibat di dalam

penyiapan kebijakan.

e) Pengembangan dan pengkajian kurikulum.

Keterlibatan orangtua di dalam perencanaan

kurikulum membantu anak belajar dan

memahami apa yang melandasi sebuah program

yang berkualitas, dan apa yang terlibat di dalam

kurikulum yang sesuai dengan usia

perkembangan anak. Ketika keluarga memahami

kurikulum yang ada di sekolah anak tersebut,

mereka akan lebih mendukung kesuksesan

pendidikan anak.

 

Page 60: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

44

6) Tipe 6: Keterlibatan dan Penguatan Berbasis

Negara

Menurut Morrison dalam Haryanti (2017,

h.64) keterlibatan dan penguatan berbasis Negara

merupakan langkah keterlibatan orang tua pada ranah

nasional. Di Indonesia, terdapat berbagai organisasi

dengan fokus anak yang dapat melibatkan orangtua,

seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Di Negara luar, seperti Amerika, terdapat organisasi

yang bernama Stand For Children. Organisasi ini

merupakan organisasi independen yang bekerja sama

dengan orang tua untuk melibatkan mereka di dalam

advokasi (D. Haryanti 2017, 64).

Adapun bentuk keterlibatan orang tua sesuai

dengan peran dan tanggung jawabnya sebagaimana yang

diungkapkan oleh Mangunsong (2016, 176-179) sebagai

berikut:

1) Orang Tua sebagai Pengambil Keputusan

Pilihan tentang alternatif mana yang akan

ditempuh anak penyandang disabilitas sepenuhnya

adalah hak dan tanggungjawab orangtua. Orang tua

harus terlibat langsung dalam keseluruhan proses

secara sistematis, meliputi tahap identifikasi, evaluasi

serta memutuskan tentang penempatan (placement)

anak penyandang disabilitas (Mangunsong 2016,

176). Tanpa keterlibatan yang nyata dari orang tua,

 

Page 61: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

45

akan sulit melakukan pengambilan keputusan dan

mempertanggungjawabkannya. Ada dua bentuk

tanggungjawab pengambilan keputusan orang tua

yang menyangkut pendidikan, yakni:

a) Bertanggungjawab dalam keterlibatannya

terhadap proses evaluasi. Misalnya turut menilai

kemajuan anaknya dalam membaca huruf Braille.

Dengan demikian orang tua bisa melihat

perkembangan kemajuan yang dicapai anaknya,

serta berbagai kebutuhan yang diperlukan anak

untuk mendukung kemajuan yang diinginkan. Di

samping itu juga bisa saling bertukar informasi

dengan pengajar atau ahli yang menangani dan

menerima interpretasi dari ahli, mengenai

kemajuan yang telah dicapai anak.

b) Bertanggungjawab untuk terlibat dalam

pengembangan Program Pengajaran Individual

(PPI). Berdasarkan proses evaluasi yang telah

dilakukan, kemudian disusun PPI yang dalam

pelaksanaannya akan melibatkan orang tua. Bila

orang tua telah ikut terlibat dalam proses evaluasi,

maka tidak akan ada kesulitan untuk berperan

serta dalam PPI.

2) Tanggungjawab sebagai Orangtua, meliputi:

a) Proses penyesuaian diri. Sebagai orang tua yang

memiliki anak penyandang disabilitas,

hendaknya mereka dapat menyesuaikan diri. Hal

 

Page 62: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

46

ini perlu dilakukan agar dapat memahami

bagaimana seharusnya mereka bersikap dan

berperilaku terhadap anak mereka. Terdapat tiga

hal yang perlu diperhatikan dalam proses

penyesuaian diri yaitu; Pertama, orang tua harus

menerima realitas. Kedua, mereka harus memliki

kesadaran intelektual mengenai kondisi

disabilitas anaknya. Ketiga, mereka harus bisa

melakukan penyesuaian secara emosional. Hal ini

dapat dibantu dengan “parent support group”, di

mana dengan forum ini para orang tua dapat

saling bertukar pengalaman dengan sesama orang

tua yang memiliki masalah yang sama

(Mangunsong 2016, 177).

b) Sosialisasi anak. Untuk menghindari dari rasa

kecewa dan keprihatinan orangtua tentang

perilaku negatif masyarakat normal terhadap

anak mereka, dapat diatasi apabila orang tua

bekerjasama dengan tenaga profesional untuk

memecahkan masalah. Selain itu, langkah

sosialisasi anak penyandang disabilitas dimulai

melalui lingkungan kehidupan terdekatnya.

c) Memperhatikan hubungan saudara-saudara anak

luar biasa. Para orang tua sebaiknya peka

terhadap situasi kakak ataupun adik dari anak

penyandang disabilitas. Mereka seringkali

membutuhkan bantuan khusus untuk bisa

 

Page 63: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

47

memahami keadaan saudara nya yang disabilitas.

Diharapkan saudara-saudaranya dapat memiliki

kesan positif dan bersikap optimis baik terhadap

saudara nya maupun diri sendiri.

d) Merencanakan masa depan dan perwalian. Para

orang tua dari anak penyandang disabilitas

sebaiknya merencanakan secara sistematis

langkah-langkah yang harus ditempuh untuk

mewujudkan harapan itu. Bila perlu, perwalian

ini dikuatkan dengan hukum yang berlaku. Hal

ini merupakan masalah penting karena

memikirkan siapa yang akan bertanggungjawab

terhadap masa depan anak apabila orang

tuamereka telah meninggal.

3) Tanggungjawab sebagai Guru

Orang tua dipandang sebagai “instructional

resources” dalam mempertemukan antara kebutuhan

anak dengan kebutuhan pendidikannya yang

disesuaikan dengan perkembangan anak

(Mangunsong 2016, 178). Ada beberapa alasan

mengapa orang tua juga memiliki tanggungjawab

sebagai guru:

a) Orang tua memiliki pengaruh yang sangat kuat

terhadap anak-anaknya.

b) Orang tua memiliki pengetahuan yang lebih baik

dan lebih banyak mengenai kondisi anak

dibandingkan orang lain.

 

Page 64: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

48

c) Orang tua memiliki lebih banyak waktu bersama

anaknya dibandingkan pihak lain (pendidik/ ahli).

d) Efektivitas intervensi pendidikan akan lebih

meningkat apabila orang tua rela membantu

melanjutkan latihan keterampilan yang telah

diajarkan di sekolah.

Namun posisi orang tua bukan lah sebagai

tenaga pendidik profesional, yang lebih ditekankan

adalah kesanggupan orang tua dalam memberi

pelatihan pada aspek-aspek tertentu sesuai dengan

kemampuan yang orang tua miliki (Mangunsong

2016, 178).

4) Tanggungjawab sebagai Advokat

Orang tua harus dapat dan mampu tampil

sebagai pembela bagi kepentingan anaknya. Anak

penyandang disabilitas seringkali berada dalam posisi

yang kepentingannya dirugikan, misalnya mereka

ditolak dalam bermain/ bergaul dengan teman sebaya

nya. Pada posisi ini, orang tua dapat memberikan

penjelasan yang baik kepada orang tua anak normal

mengenai keadaan disabilitas anaknya.

Demikian pada hal pendidikan dan pekerjaan

anak di masa depan, orang tua memiliki

tanggungjawab sebagai pendukung maupun pembela

bagi kepentingan anak mereka, misalnya dengan

membuat asosiasi “advocacy”. Selain itu, orang tua

dapat melaksanakan hasil konsultasi atau anjuran para

 

Page 65: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

49

ahli dalam pendidikan anaknya di masa depan, hal ini

dilakukan dalam hal tanggung jawab orang tua

sebagai pendukung dan pembela kepentingan anak

mereka (Mangunsong 2016, 179).

c. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dalam

Pendidikan

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

memberikan manfaat bagi anak, pihak lembaga penyedia

pendidikan atau sekolah, dan pihak orang tua itu sendiri

(De Gomes 2017, 25). Menurut Hornby dalam Diadha

(2015), manfaat yang dapat diraih anak dengan adanya

keterlibatan orang tua dalam pendidikan adalah

meningkatkan kehadiran anak di sekolah, sikap dan

perilaku kemandirian mereka (Diadha 2015, 64).

Keterlibatan orang tua juga dapat meningkatkan prestasi

dan perilaku positif. Hal ini disebabkan dukungan afektif

orang tua yang mampu meningkatkan konsep diri

akademik (academic self-concept) anak/ siswa yang

berkaitan langsung dengan kesuksesan akademiknya (De

Gomes 2017, 25).

Hornby juga mengungkapkan bahwa manfaat

dari adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak juga dapat dirasakan oleh pihak orang tua, seperti

kepercayaan diri dan kepuasan dalam mengasuh anak

mereka (Diadha: 2015, h.64). Selain itu, Epstein dkk

dalam Diadha (2015, h.64) menambahkan bahwa

 

Page 66: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

50

keterlibatan orang tua dapat meningkatkan wawasan,

pengalaman dan keterampilan orang tua dalam

mengasuh serta mendidik anak mereka. Manfaat tersebut

akan sangat membantu mereka dalam menjalankan

tugasnya sebagai orang tua anak.

Kemudian dengan adanya keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak dapat menyelaraskan kegiatan

anak di rumah dengan program sekolah, dapat mengikuti

kemajuan belajar anak dan memberikan dukungan untuk

kemajuan anak, memperbaiki pandangan terhadap

sekolah, meningkatkan kepuasan terhadap guru, dan

mempererat hubungan dengan anak (De Gomes: 2017,

h.26).

Pihak lain yang juga merasakan manfaat dari

adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

adalah lembaga pendidikan di mana anak belajar.

Menurut Desimone dalam De Gomes (2017) manfaat

yang dapat diperoleh adalah mampu memperbaiki iklim

sekolah dan meningkatkan kualitas sekolah (De Gomes

2017, 25). Selain itu dapat meningkatkan hubungan

antara guru dan orang tua yang berpengaruhi positif

terhadap kesan guru dan cara pandangnya tentang siswa.

Hubungan antara guru dan orang tua dapat

menciptakan sinergisitas antara program pendidikan di

sekolah dan praktik pengasuhan anak dalam keluarga.

Tanpa sinergisitas antara kedua hal ini maka akan

menimbulkan kebingungan dalam diri anak. sekolah

 

Page 67: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

51

mendapatkan informasi yang lengkap tentang

perkembangan anaknya baik dalam hal akademis

maupun tingkah lakunya. Informasi tersebut dapat

menjadi rujukan bagi sekolah untuk mengembangkan

program pendampingan anak yang tepat sesuai dengan

kondisi riilnya (De Gomes 2017, 26).

2. Pendidikan Anak Disabilitas

Tipologi pendidikan untuk anak dengan disabilitas

terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Pendidikan Inklusif

Menurut Hallahan dalam Darmono (2015)

Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang

ditujukan bagi semua peserta didik, di mana siswa

berkebutuhan khusus ditempatkan di dalam sekolah

reguler yang sama dengan peserta didik lainnya

sepanjang hari (Darmono 2015, 5). Dalam hal ini

pendidikan inklusif diselenggarakan sebagai wadah

untuk anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh

pendidikan yang terintegrasi di dalam sekolah reguler

yang dilaksanakan secara berkelanjutan.

Pendidikan inklusif merupakan sistem layanan

pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan

khusus dapat belajar di sekolah-sekolah terdekat di

dalam kelas biasa bersama teman-teman seusianya.

Pendidikan inklusif memberi ruang bagi anak

berkebutuhan khusus agar dapat saling berinteraksi

 

Page 68: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

52

dengan anak biasa sesuai dengan tuntunan kehidupan

sehari-hari di masyarakat, kemudian kebutuhan

pendidikannya dapat terpenuhi sesuai dengan potensi

masing-masing. Berbagai perubahan diperlukan pihak

sekolah dalam penyelenggaran pendidikan inklusif,

seperti sikap, cara pandang, serta proses pendidikan yang

tidak mendiskriminasi individu (Maftuhatin 2014, 206).

Menurut Darmono (2015) bahwa prinsip

penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah sebagai

berikut:

1) Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu.

Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam

menyusun strategi upaya pemerataan kesempatan

memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan

mutu (Darmono 2015, 7).

2) Prinsip Kebutuhan Individual. Setiap anak memiliki

kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda

karena itu pendidikan harus diusahakan untuk

menyesuaikan dengan kondisi anak.

3) Prinsip Kebermaknaan. Pada prinsip ini, pendidikan

inklusif berupaya menciptakan dan menjaga kondisi

kelas yang ramah, yaknidengan menerima

keanekaragaman dan menghargai perbedaan.

4) Prinsip Keberlanjutan. Di mana pendidikan inklusif

diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua

jenjang pendidikan.

 

Page 69: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

53

5) Prinsip Keterlibatan. Keterlibatan seluruh komponen

pendidikan terkait diperlukan dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif.

Penempatan anak dengan disabilitas di sekolah

inklusif dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai

berikut :

1) Bentuk kelas reguler penuh. Anak dengan disabilitas

ditempatkan dan dapat belajar bersama anak biasa

sepanjang hari di kelas reguler dengan

menggunakan kurikulum yang sama (Darmono 2015,

7).

2) Bentuk kelas reguler dengan cluster. Anak dengan

disabilitas belajar bersama anak biasa di kelas

reguler dalam kelompok khusus (Darmono 2015, 8).

3) Bentuk kelas reguler dengan pull out. Anak dengan

disabilitas belajar di kelas reguler bersama anak

biasa, namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik

dari kelas reguler dan dibawa ke ruang belajar

tersendiri bersama guru pembimbing khusus.

4) Bentuk kelas reguler dengan pull out dan cluster.

Anak dengan disabilitas belajar di kelas reguler

bersama anak biasa dalam kelompok khusus, dan

dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas

reguler dan dibawa ke ruang belajar tersendiri

bersama guru pembimbing khusus.

 

Page 70: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

54

5) Bentuk kelas khusus dengan berbagai

pengintegrasian. Anak dengan disabilitas belajar di

kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam

bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak

biasa di kelas reguler.

6) Bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler.

Samuel A. Kirks dalam Darmono (2015) membuat

gradasi layanan pendidikan bagi anak dengan

disabilitas, bergradasi dari model segregasi ke

model mainstreaming.

b. Pendidikan Luar Biasa

Pendidikan luar biasa merupakan tempat

pendidikan formal bagi anak dengan disabilitas seperti

penderita tunarungu, tunanetra, tunagrahita, tunadaksa

dan tunalaras (Mangunsong 2016, 184). Pendidikan luar

biasa (PLB) adalah bagian terpadu dari sistem

pendidikan nasional yang secara khusus di

selenggarakan di taman kanak-kanak luar biasa (TKLB),

sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah lanjutan

tingkat pertama luar biasa (SLTPLB) dan sekolah

menengah luar biasa (SMLB) (Mangunsong 2016, 183).

Melihat realitas di mana masih banyak anak dengan

disabilitas sulit memasuki sekolah umum, maka sekolah

luar biasa menjadi solusi atas hal tersebut (Mangunsong

2016, 184).

 

Page 71: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

55

Pendidikan luar biasa atau sekolah luar biasa

dibagi menjadi enam bagian menurut jenis disabilitas

anak, yaitu:

1) SLB Bagian A untuk anak tunanetra.

2) SLB Bagian B untuk anak tunarungu.

3) SLB Bagian C untuk anak tunagrahita.

4) SLB Bagian D untuk anak tunadaksa.

5) SLB Bagian E untuk anak tunalaras.

6) SLB Bagian F untuk anak autis.

7) SLB Bagian G untuk anak tunaganda.

Pembagian SLB berdasarkan jenis disabilitas

anak ditujukan untuk menyederhanakan dan

memudahkan penyelenggaraan program pendidikannya

(Mangunsong 2016, 184). Adapun lama nya waktu

pendidikan untuk satuan pendidikan luar biasa adalah

sebagai berikut:

1) TKLB berlangsung selama satu sampai tiga tahun;

2) SDLB berlangsung selama sekurang-kurangnya

enam tahun;

3) SLPTLB berlangsung selama sekurang-kurangnya

tiga tahun;

4) SMLB berlangsung selama sekurang-kurangnya tiga

tahun (Mangunsong 2016, 192).

c. Pendidikan Berkebutuhan Khusus

Berbeda dengan pendidikan inklusif dan

pendidikan luar biasa (PLB) keduanya biasa diterapkan

 

Page 72: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

56

pada lembaga penyedia pendidikan atau sekolah yang

bersifat formal. Sedangkan pada pendidikan

berkebutuhan khusus bersifat nonformal, dan dalam

konteks ini sesuai dengan sistem pendidikan yang

berjalan di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan.

Istilah Pendidikan Berkebutuhan Khusus

sebagaimana dalam UU Sidiknas disebut sebagai

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang

ditujukan bagi siswa dengan kebutuhan khusus yang

memiliki hambatan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelaianan dan atau kondisi

keterbatasan fisik, emosional, mental, sosial dan potensi

kecerdasan serta bakat istimewa. Sedangkan pendidikan

layanan khusus merupakan pendidikan yang ditujukan

untuk siswa berkebutuhan khusus yang mengalami

bencana alam, maupun sosial dengan tingkat ekonomi

rendah, serta masyarakat adat terpencil atau terbelakang

(Mangunsong 2016, 182).

Pendidikan Khusus yang diungkapkan oleh

Hallahan dan Kauffman dalam Mangunsong (2014)

adalah instruksi yang dirancang khusus untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang tidak umum dari siswa

berkebutuhan khusus, seperti materi, teknik mengajar

atau peralatan dan atau fasilitas khusus diperlukan

(Mangunsong 2014, 3). Pelayanan yang dibutuhkan

 

Page 73: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

57

meliputi transportasi khusus, asesmen psikologis, terapi

fisik dan okupasional, treatmen medis serta konseling

dibutuhkan pendidikan khusus berjalan efektif. Tujuan

utama dari pendidikan khusus adalah menemukan dan

menitikberatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.

Pendidikan Khusus bukanlah pendidikan yang

secara menyeluruh berbeda dari pendidikan untuk anak-

anak umumnya. Pendidikan khusus menunjukkan hanya

pada aspek-aspek pendidikan yang unik dan atau dalam

penambahan program-program pembelajaran untuk

seluruh anak (Mangunsong 2016, 183).

Pendidikan berkebutuhan khusus telah tertuang

ke dalam (“Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 32

Ayat 1” 2003) menyatakan bahwa: “Pendidikan khusus

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.

Berdasarkan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan dalam buku Mangunsong (2016)

Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa ditujukan untuk

membantu siswa berkebutuhan khusus yang

menyandang keterbatasan dan atau kelainan fisik, mental,

perilaku dan sosial, agar mampu mengembangkan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan mereka sebagai pribadi

maupun anggota masyarakat dalam melakukan

 

Page 74: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

58

hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya,

dan alam sekitarnya serta dapat mengembangkan

kemampuan mereka dalam dunia kerja atau mengikuti

pendidikan lanjutan (Mangunsong 2016, 182).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan khusus

adalah pendidikan yang ditujukan bagi peserta didik

yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

sosial dan membutuhkan pelayanan khusus seperti

materi, tehnik mengajar atau peralatan dan atau fasilitas

khusus. Tujuan utama dari pendidikan khusus adalah

menemukan dan menitikberatkan kemampuan siswa

berkebutuhan khusus.

Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara

khusus yang dapat dijadikan dasar dalam upaya

mendidik siswa berkebutuhan khusus (Abdullah 2013, 8),

antara lain sebagai berikut:

1) Prinsip kasih sayang. Prinsip kasih sayang pada

dasarnya adalah menerima kondisi mereka

sebagaimana adanya, upaya yang perlu dilakukan

untuk mereka: (1) tidak bersikap memanjakan anak;

(2) tidak bersikap cuek terhadap kebutuhannya, dan;

(3) memberikan tugas yang sesuai dengan

kemampuan anak.

2) Prinsip layanan individual. Pelayanan individual

perlu dilakukan pada porsi yang lebih besar dalam

mendidik anak berkebutuhan khusus, adapun upaya

 

Page 75: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

59

yang perlu dilakukan untuk mereka selama

pendidikannya: (1) jumlah siswa berkebutuhan

khusus yang dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang

dalam setiap kelasnya, (2) pengaturan kurikulum

dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, (3)

penataan kelas harus dirancang dengan sedemikian

rupa sehingga guru dapat menjangkau semua

siswanya dengan mudah, dan (4) modifikasi alat

bantu pengajaran.

3) Prinsip kesiapan. Kesiapan diperlukan siswa

berkebutuhan khusus dalam menerima suatu

pelajaran. Khususnya kesiapan mereka pada

pelajaran yang akan diajarkan, terutama pada

pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan,

mental dan fisik diperlukan untuk menunjang

pelajaran berikutnya.

4) Prinsip keperagaan. Alat peraga yang digunakan

sebagai media pembelajaran perlu diupayakan yakni

dengan menggunakan benda atau situasi aslinya,

namun apabila hal itu sulit dilakukan, dapat

menggunakan benda tiruan atau minimal gambarnya

(Abdullah 2013, 9).

5) Prinsip motivasi. Prinsip motivasi ini lebih

difokuskan pada cara mengajar dan pemberian

evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa

berkebutuhan khusus. Contoh, pembelajaran tentang

pengenalan suara binatang akan lebih menarik dan

 

Page 76: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

60

mengesankan bagi anak dengan kondisi netra

apabila mereka diajak ke kebun binatang dalam

memperoleh pembelajaran dan pengalaman secara

langsung.

6) Prinsip belajar dan bekerja kelompok. Pada prinsip

ini, menitikberatkan pada proses hubungan timbal

balik/ bergaul dengan masyarakat lingkungannya

tanpa harus merasa minder dengan kondisi mereka.

Oleh karena itu, sifat seperti egosentris atau egoistis

pada anak tunarungu dan tuna laras karena sikap dan

perilaku mereka yang cenderung tidak menghayati

perasaan, agresif, dan destruktif perlu diminimalkan

atau dihilangkan melalui prinsip ini. Melalui

kegiatan belajar dan bekerja kelompok tersebut

diharapkan dapat memahami bagaimana cara

bergaul dengan orang lain secara baik dan wajar.

7) Prinsip keterampilan. Pendidikan ketrampilan yang

diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus dapat

berfungsi sebagai edukatif, rekreatif, selektif, dan

terapi, juga dapat menjadi bekal dalam

kehidupannya kelak.

8) Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap.

Secara fisik dan psikis sikap siswa berkebutuhan

khusus terbilang kurang baik sehingga perlu

diupayakan dalam perubahan sikap mereka agar

tidak selalu menjadi perhatian orang lain (Abdullah

2013, 9).

 

Page 77: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

61

3. Anak Penyandang Disabilitas

a. Definisi Anak Penyandang Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

Penyandang diartikan sebagai orang yang menyandang

(menderita) sesuatu (Departemen Pendidikan Nasional

2005, 992). Sedangkan kata Disabilitas berasal dari

Bahasa Inggris yaitu disable, disability yang memiliki

arti cacat atau ketidakmampuan. Istilah disabilitas

ditujukan pada seseorang yang mengalami gangguan,

keterbatasan aktivitas dan partisipasi. Disabilitas sendiri

merupakan sebuah fenomena kompleks, yang

mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang

dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal (Rahayu

2014, 77).

The Social Work Dictionary mendefinisikan

disability dengan reduksi fungsi secara permanen atau

temporer serta ketidakmampuan seseorang untuk

melakukan sesuatu yang mampu dilakukan oleh orang

lain sebagai akibat dari kecacatan fisik atau mental

(Jamal dan Wilela 2017, 224).

Anak Penyandang Disabilitas (APD) adalah

seseorang yang belum berusia delapan belas tahun yang

memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual dan

sensorik dalam jangka waktu yang lama dalam

berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya

dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk

 

Page 78: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

62

berpartisipasi penuh berdasarkan kesamaan hak

(Nurman 2017, 38).

Sedangkan menurut Kementrian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia

(2013) Anak penyandang disabilitas (APD) adalah anak

yang mengalami keterbatasan atau kelainan yang

mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka baik

fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional

dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia

dengannya (KPPPA 2013, 4).

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa anak

penyandang disabilitas adalah seseorang yang belum

berusia delapan belas tahun yang mengalami

ketidakmampuan dan keterbatasan dalam aktifas dan

partisipasi dikarenakan adanya kecacatan baik fisik,

mental, intelektual, sensorik, sosial dan emosional yang

mempengaruhi proses pertumbuhan dan

perkembangannya.

b. Jenis-Jenis Anak Penyandang Disabilitas

Adapun jenis-jenis anak penyandang disabilitas,

sebagai berikut:

1) Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang

mengalami gangguan daya penglihatan berupa

kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian

(lowvision) (KPPPA 2013, 4). Gangguan

penglihatan yang dimaksud adalah adanya

 

Page 79: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

63

kerusakan penglihatan di mana walaupun sudah

dilakukan perbaikan, masih mempengaruhi prestasi

belajar secara optimal (Mangunsong 2014, 55).

2) Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang

mengalami gangguan dan kendala pada pendengaran,

baik sebagian maupun menyeluruh, dan biasanya

mereka juga mempunyai kendala dalam berbahasa

dan berbicara (KPPPA 2013, 4). Secara pedagogis,

seorang anak dapat dikategorikan disabilitas indra

pendengaran atau tunarungu, jika dampak dari

disfungsinya organ-organ yang berfungsi sebagai

penghantar dan persepsi pendengaran

mengakibatkan ia tidak mampu mengikuti program

pendidikan anak normal sehingga memerlukan

layanan pendidikan khusus untuk meniti tugas

perkembangannya (Abdullah 2013, 2).

3) Anak disabilitas intelektual adalah anak yang

memiliki inteligensia yang signifikan berada

dibawah rata-rata anak seusianya dan disertaidengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang

muncul dalam masa perkembangan (KPPPA 2013,

4). Kondisi ini menyebabkan seorang anak

mengalami hambatan dalam belajar dan melakukan

berbagai fungsi dalam kehidupannya serta dalam

penyesuaian diri (Jamaris 2010, 269).

4) Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami

gangguan dan kendala pada anggota gerak (tubuh)

 

Page 80: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

64

akibat kelumpuhan, kelainan bentuk dan fungsi

tubuh serta tidak lengkapnya anggota badan

(KPPPA 2013, 4). Menurut Hallahan dan Kauffman

dalam Mangunsong (2016) anak-anak dengan

kekurangan fisik atau gangguan kesehatan lainnya

adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau

masalah kesehatannya mengganggu kegiatan belajar

atau sekolah sehingga membutuhkan pelayanan,

pelatihan, peralatan, material, atau fasilitas-fasilitas

khusus (Mangunsong 2016, 25).

5) Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki

masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi

dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang

(KPPPA 2013, 4). The National Mental Health and

Special Education Coalition dalam Mangunsong

(2016) memberikan batasan mengenai pengertian

tuna laras, di mana gangguan emosi dan tingkah

laku adalah ketidakmampuan yang dicirikan dengan

respon emosi dan tingkah laku di sekolah yang

sangat berbeda dari segi umur, budaya atau norma

etik yang seharusnya, sehingga mempengaruhi

prestasi akademik. Prestasi akademik yang

dimaksud adalah kemampuan akademik, sosial,

vokasional dan kemampuan pribadi (Mangunsong

2016, 56).

6) Anak dengan gangguan pemusatan perhatian

dan hiperaktivitas (GPPH) atau ADHD adalah

 

Page 81: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

65

anak yang mengalami gangguan perkembangan,

yang ditandai dengan ganggguan pengendalian diri,

masalah rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas

dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulitan

berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi

(KPPPA 2013, 4). Tidak semua anak yang hiperaktif

itu menyandang ADHD, namun anak dengan

ADHD pasti hiperaktif (Darmono 2015, 4).

7) Anak dengan gangguan spektrum autisma adalah

anak yang mengalami gangguan dalam tiga area

dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan

komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola

perilaku yang repetitif dan stereotip (KPPPA 2013,

4). Gejala ini mulai tampak sebelum anak berusia 3

tahun, bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah

ada sejak lahir. Anak autis mempunyai masalah

dalam bidang; komunikasi, interaksi sosial,

gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan

emosi (Darmono 2015, 3).

8) Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang

memiliki dua atau lebih gangguan/ hambatan

sehingga memerlukan pendampingan, layanan,

pendidikan khusus maupun alat bantu belajar yang

khusus (KPPPA 2013, 5). Tujuan pelayanan bagi

anak tuna ganda dan majemuk bukanlah

“kemandirian” melainkan upaya keterwujudan sisa

 

Page 82: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

66

potensi secara optimal dan tingkat penyesuaian

sosialnya (Mangunsong 2016, 75).

9) Anak lamban belajar adalah anak yang memiliki

potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata, namun

belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh

waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat

menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non

akademik (KPPPA 2013, 5). Mereka membutuhkan

waktu belajar lebih lama dibandingkan dengan

teman sebayaknya. Sehingga mereka memerlukan

layanan pendidikan khusus (Maftuhatin 2014, 211).

10) Anak dengan kesulitan belajar khusus adalah

anak yang mengalami kendala atau penyimpangan

pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang

mencakup pengertian atau penggunaan bahasa baik

lisan maupun tulisan, di mana hambatannya dapat

berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir,

berbicara, membaca, menulis, mengeja dan

berhitung. Kendala tersebut dimaksud dengan MBD

(Minimal Brain Dysfunction) di mana sang anak

mengalami kerusakan otak dan mengakibatkan

gangguan persepsi, kesulitan membaca dan

memahami kata-kata (Mangunsong 2014, 199).

11) Anak dengan gangguan kemampuan

komunikasi adalah anak yang mengalami

penyimpangan dalam perkembangan bahasa wicara,

suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata

 

Page 83: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

67

umumnya yang disebabkan oleh faktor fisik,

psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun

ekspresif (KPPPA 2013, 5).

12) Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau

bakat istimewa adalah anak yang memiliki

kemampuan luar biasa sehingga mampu

menghasilkan unjuk kerja yang luar biasa yang

meliputi inteligensi umum, kemampuan akademik,

kemampuan dan dalam bidang spesifik, kemampuan

berpikir produktif, kreatifitas, kemampuan

kemimpinan dan seni (Jamaris 2010, 279).

c. Konsep Kemandirian Anak Disabilitas

Kemandirian berasal dari kata dasar “diri” yang

memiliki awalan “ke” dan akhiran “an”, dan membentuk

suatu keadaan atau kata benda. Karena kemandirian

berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan tentang

kemandirian tidak bisa lepas dari perkembangan diri itu

sendiri (Rizky 2015, 3).

Kemandirian pada anak disabilitas adalah suatu

keadaan di mana mereka dapat melakukan segala

aktivitas keseharian untuk memenuhi segala kebutuhan

dan keinginannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan

dari orang lain sehingga anak dengan disabilitas dapat

menumbuhkan kemampuan dan rasa percaya diri yang ia

miliki dan merasa mempunyai peran dan manfaat dalam

kehidupannya (Rezha 2016, 26).

 

Page 84: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

68

Kemandirian bukanlah keterampilan yang

muncul secara tiba-tiba, melainkan perlu dibina dan

dipelajari dalam kehidupan seseorang terutama pada

anak penyandang disabilitas. Proses belajar tersebut

memerlukan peran keluarga agar seorang anak dapat

mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya

tergantung pada orangtua menjadi mandiri (Muharani,

Hartati, dan Sari 2008, 4).

Kemandirian pada anak disabilitas mampu

berkembang dengan baik apabila anak diberikan latihan

secara terus menerus dan dilakukan sejak dini.

Pemberian tugas-tugas tanpa bantuan dan tentu nya

disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak

merupakan hal yang dapat dilatihkan pada anak. Dengan

latihan terus menerus akan tumbuh sikap mandiri dalam

diri anak yang pada gilirannya dengan sikap mandiri

tersebut seorang anak akan mampu menghadapi

permasalahan (Retnowati 2008, 203).

Adapun tiga area kemandirian anak berdasarkan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Pendidikan Dasar (2013) yang menjadi acuan

dari Yayasan Sayap Ibu Bintaro maupun Unit Pelayanan

Disabilitas, yaitu:

1) Area Bekerja.

Anak disabilitas dapat dilatih dan mampu

melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

Bekerja dalam konteks ini diartikan sebagai tanggung

 

Page 85: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

69

jawab anak dalam kegiatan sehari-hari sebagai bagian

dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Kemudian

sebagai peran serta yang dapat dilakukan untuk orang

lain selain dirinya. Pada arti yang lebih tinggi dapat

dimaksudkan sebagai keterampilan yang dapat

menghasilkan karya sehingga mampu menopang

hidupnya di masa depan (Direktorat Pembinaan

Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan

Dasar 2013, 53).

Beberapa contoh dari ruang lingkup area

bekerja meliputi apek-aspek sebagai berikut

(Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus Pendidikan Dasar 2013, 54):

a) Membuat makanan dan minuman sederhana

b) Menjaga kebersihan lingkungan

c) Berbelanja

d) Berkebun

e) Mencuci pakaian

2) Area Bina Diri

Bina diri merupakan suatu proses kegiatan

pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh orang tua,

pengasuh dan guru berdasarkan Program

Pembelajaran Individu (PPI) pada pendidikan anak

disabilitas termasuk tuna ganda dan MDVI. Pada

dasarnya area bina diri dilakukan dalam membantu

anak disabilitas belajar dan mampu melakukan

aktifitas menolong diri sesuai dengan kemampuan

 

Page 86: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

70

yang dimiliki, sehingga mereka mereka dapat

mengembangkan potensinya secara optimal dan

mandiri (melayani diri sendiri).

Adapun ruang lingkup area bina diri

(Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus Pendidikan Dasar 2013, 98) meliputi

aspek berikut:

a) Berpakaian, dalam hal ini melatih keterampilan

anak untuk bisa mandiri pada saat melepas dan

memakai pakaian sehari-hari.

b) Makan dan minum, dalam hal ini melatih

keterampilan anak untuk bisa mandiri pada saat

makan dan minum yang diajarkan secara rutin

dan konsistensi dengan melatihkan cara makan

dan minum yang benar dan mengenalkan mereka

berbagai macam makanan dan minuman.

c) Membersihkan diri, dalam hal ini melatih

keterampilan anak untuk bisa mandiri pada saat

mandi, gosok gigi, keramas, toilet dan berhias.

d) Kebersihan dan kesehatan alat reproduksi pada

wanita / laki-laki, dalam hal ini melatih

keterampilan anak untuk bisa mandiri pada saat

mereka melakukan aktifitas kebersihan dan

menjaga kesehatan wanita pada saat menstruasi,

dan mimpi basah pada laki-laki.

e) Pendidikan seksual.

 

Page 87: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

71

3) Area Komunikasi dan Sosialisasi

Pada umumnya komunikasi disampaikan

melalui kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh

kedua pihak. Apabila tidak ada bahasa yang tidak

dapat dimengerti oleh kedua pihak, komunikasi masih

bisa dilakukan menggunakan gerakan-gerakan badan

atau menunjukan sikap tertentu. Dalam

berkomunikasi, kedua pihak berperan aktif, saling

memberi informasi dan menerima perintah,

mengomentari dan sebagainya. Bagi anak-anak

disabilitas maupun tuna ganda dan MDVI, mereka

mungkin hanya mampu melakukan beberapa hal saja.

maka perlu adanya komitmen dari kedua belah pihak

untuk membangun kepercayaan (Direktorat

Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus

Pendidikan Dasar 2013, 130).

Adapun ruang lingkup area komunikasi dan

sosialisasi (Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus

dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar 2013, 131)

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Identitas diri, dalam hal ini mengajarkan anak

memahami identitas dirinya.

b. Memahami orang lain yang terdekat, dalam hal

ini mengenalkan orang lain yang ada di sekitar

anak, meliputi keluarga inti, guru, teman dan

lingkungan sekitar.

 

Page 88: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

72

c. Memahami wilayah tempat tinggal

lingkungannya, dalam hal ini mengenalkan

tempat tinggal lingkungan di sekitar rumah

seperti rumah tetangga, nama tetangga, dsb.

d. Memahami lingkungan sekolah, dalam hal ini

mengenalkan lingkungan sekolah di sekitar

sekolah, ruang kelas, nama-nama orang yang

berada di sekolah.

e. Memahami dan mengetahui tempat-tempat

umum di luar sekolah, dalam hal ini

mengenalkan tempat dan fasilitas umum di

sekitar sekolah, seperti tempat ibadah, tempat

belaja, tempat rekreasi, dsb.

f. Berinteraksi dengan masyarakat sekitar, dalam

hal ini mengenalkan dan melakukan

kegiatan/aktivitas yang terjadi di sekitar

masyarakat seperti melayat, berkunjung ke rumah

orang sakit, hajatan, dsb. Sehingga anak

mengetahui aturan yang ada di masyarakat.

B. Kajian Pustaka

Pada penelitian ini, peneliti mengkaji beberapa

literatur yang berkaitan dengan penelitian peneliti sehingga

dapat menunjang penelitian yang akan dilakukan. Beberapa

literatur yang digunakan peneliti diperoleh melalui jurnal,

skripsi maupun tesis yang berkaitan dengan tema penelitian

 

Page 89: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

73

peneliti yaitu tentang keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak dengan disabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Psikologis

Amerika (American Psychological Association)

menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia anak maka

keterlibatan yang dilakukan orang tua baik di rumah maupun

di sekolah menjadi semakin rendah. Selain itu dalam hal

pendidikan anak, tingkat keterlibatan orang tua terlihat lebih

besar dibandingkan dengan pihak sekolah (Christa dan Joan

2007).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi

Haryanti mengenai Hubungan antara Persepsi terhadap

Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan dan Motivasi

Berprestasi pada Siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan orang tua

siswa dalam pendidikan maka semakin tinggi pula motivasi

berprestasi yang dimiliki siswa dan begitupun sebaliknya.

Dengan kata lain terdapat hubungan positif antara persepsi

terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan dan

motivasi berprestasi pada siswa. Untuk itu partisipasi dan

peran yang dijalankan orang tua dalam hal pendidikan anak

berpengaruh terhadap kemajuan anak mereka (D. D. Haryanti

2018).

Pada penelitian selanjutnya yaitu karya Musyawarah

menunjukkan bahwa empat dari enam keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak dengan disabilitas masih tergolong

 

Page 90: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

74

rendah. Adapun enam bentuk keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak disabilitas, yaitu (Musyawarah 2013):

1. Mencari informasi seputar hakikat dan kebutuhan

anaknya yang berkebutuhan khusus.

2. Menyusun rencana pendidikan anak.

3. Aktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah untuk

mendapatkan pemahaman tentang cara-cara membantu

anak belajar.

4. Berperan aktif dalam kegiatan sekolah.

5. Pendampingan belajar di rumah.

6. Mengajarkan dan melatih keterampilan bina diri bagi

anak.

Pada penelitian keempat yang dilakukan oleh Retno,

Marina dan Jehan tentang Dinamika Keterlibatan Orang Tua

dalam Terapi Anak Keterlambatan Bicara di Fusfa Klinik

Psikologi dan Pusat Terapi, terdapat beberapa informasi

mengenai Keterlibatan Orang Tua dalam perkembangan

anak dengan disabilitas. Informasi yang dijelaskan pada

penetian ini adalah mengenai faktor yang mempengaruhi

keterlibatan orang tua terhadap progres anak disabilitas.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan orang

tua yaitu kondisi sosial ekonomi orang tua, latar belakang

pendidikan orang tua, struktur keluarga dan pola asuh, serta

jenis kelamin (Retno, Marina, dan Jehan 2017).

 

Page 91: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

75

C. Kerangka Berpikir

Anak penyandang disabilitas adalah seseorang yang

belum berusia delapan belas tahun yang mengalami

ketidakmampuan dan keterbatasan dalam menjalani aktifas

dan partisipasi dikarenakan adanya kecacatan baik fisik,

mental, intelektual, sensorik, sosial, emosional maupun

kecacatan ganda yang mempengaruhi proses pertumbuhan

dan perkembangan mereka.

Kondisi keterbatasan yang dimiliki anak penyandang

disabilitas membuat mereka memerlukan persyaratan

pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal lainnya,

dan untuk dapat belajar secara efektif, mereka memerlukan

program, pelayanan, fasilitas dan materi khusus. Pelayanan

pendidikan khusus dibutuhkan bagi anak-anak yang

mengalami hambatan atau keterbelakangan fungsi

kecerdasan atau intelektual, serta keterlambatan dalam fungsi

fisik sehingga kemampuan yang dimiliki sang anak dapat

berkembang secara optimal.

Untuk itu, keterlibatan orangtua sangat penting dalam

pendidikan anak dengan disabilitas. Keterlibatan orangtua

terhadap pendidikan anak disabilitas menjadi tugas utama

dalam keluarga. Keterlibatan orangtua terhadap anak

penyandang disabilitas secara langsung adalah mendidik

mereka guna menciptakan ilmu yang bermanfaat, baik di

rumah, melalui lembaga pendidikan maupun di lingkungan

masyarakat. Hal ini mencakup penyediaan materi dan sumber

 

Page 92: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

76

dukungan yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan

anak dengan disabilitas.

Adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

dengan disabilitas diharapkan mampu menciptakan

kemandirian pada anak, baik dalam melakukan aktivitas

sehari-hari maupun pada tugas-tugas di sekolah. Manfaat

lainnya juga akan dirasakan oleh para orang tua, di mana

orang tua dapat meningkatkan wawasan, pengalaman dan

keterampilan dalam mengasuh serta mendidik anak mereka.

Selain itu, manfaat selanjutnya juga akan dirasakan bagi

pihak lembaga pendidikan, seperti halnya mendukung

terwujudnya suasana sekolah yang lebih baik, adanya

perbaikan pada perilaku dan sikap guru dalam menyesuaikan

diri dalam hal mendidik anak dengan disabilitas serta

memperbaiki hubungan antara orang tua dan guru.

 

Page 93: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

77

2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Jenis:

Fisik

Mental

Sosial

Tuna Ganda

Keterlibatan Orang Tua dalam

Pendidikan Anak:

1. Pendidikan Orang Tua

2. Komunikasi

3. Sukarelawan (Volunteering)

4. Pembelajaran di Rumah

5. Membuat Keputusan

6. Bekerjasama dengan Komunitas

Masyarakat

Lingkungan

Kemandirian Anak:

1. Area Bekerja

2. Area Bina Diri

3. Area Komunikasi & Sosialisasi

Rumah

Program Pendidikan Anak

Disabilitas

UPD Tangsel

 

Page 94: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

78

 

Page 95: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

79

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan

1. Sejarah Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan

Keberadaan layanan terhadap anak disabilitas sangat

dibutuhkan terutama bagi para keluarga yang memiliki anak

disabilitas dan berada pada kondisi ekonomi menengah ke

bawah atau merupakan keluarga pra-sejahtera. Unit

Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan (UPD

Tangsel) didirikan oleh Yayasan Sayap Ibu Cabang

Provinsi Banten (YSI-B) yang mana melayani anak-anak

disabilitas yang masih tinggal dan dalam asuhan oleh orang

tua/ keluarga terdekat dengan jumlah lebih dari 120 anak

binaan.

Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan

(UPD Tangsel) didirikan pada tanggal 26 Desember 2014

ditandai dengan pengukuhan para pengurus UPD Tangsel

yaitu Ketua, Sekretaris serta Bendahara oleh Ketua Umum

YSI-B Periode 2010-2015 dan diresmikan oleh Walikota

Tangerang Selatan yaitu Ibu Airin Rachmy Diani, SH. MH

pada tanggal 11 Februari 2015 dan dihadiri oleh Dinas

Sosial Kota Tangerang Selatan serta Camat, Lurah, sampai

Tokoh Masyarakat di wilayah Kelurahan Sawah.

 

Page 96: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

80

UPD Tangsel merupakan program Yayasan Sayap

Ibu Cabang Provinsi Banten (YSI-B) sebagai jawaban dari

divisi pengembangan pelayanan yang dilakukan oleh YSI-B

serta menjadi wadah untuk menjangkau anak-anak

penyandang disabilitas di wilayah Kota Tangerang Selatan.

UPD Tangsel dibentuk untuk anak-anak disabilitas yang

sulit mengakses keberadaan panti YSI-B. Pelayanan yang

diberikan di UPD Tangsel tidak berbeda dengan pelayanan

yang diberikan oleh YSI-B di Panti kepada anak dengan

disabilitas, yang membedakan adalah keterlibatan

masyarakat sebagai relawan dalam setiap kegiatan UPD

Tangsel.

Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan

berlokasi di Jalan Pinus Blok. A 10/9 Komplek Graha

Permai Rw.09 Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat.

Tangerang Selatan. Saat ini UPD Tangsel telah menjadi

wadah bagi para orang tua dengan anak disabilitas untuk

saling bertemu, berbagi pengalaman tentang bagaimana

mereka merawat anak-anak dan saling membantu sama lain.

2. Visi, Misi dan Tujuan Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan

a. Visi

Setiap anak berhak atas kehidupan yang layak,

penelantaran tidak dapat ditolerir, maka Yayasan Sayap

Ibu melakukan upaya guna mewujudkan kesejahteraan

 

Page 97: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

81

anak yang holistik berkesinambungan serta penuh

kasih sayang.

b. Misi

1) Melakukan penyantunan dan pendidikan anak

penyandang disabilitas.

2) Meningatkan kemampuan anak penyandang

disabilitas baik fisik, psikis dan sosial secara

optimal.

3) Memfasilitasi akses pendidikan, kesehatan, dan

sosialisasi di masyarakat.

4) Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak agar

terciptanya masyarakat inklusif.

c. Tujuan

1) Tersedianya wadah layanan rehabilitasi sosial

penyandang disabilitas di masyarakat.

2) Terwujudnya partisipasi aktif penyandang

disabilitas, keluarga dan masyarakat dalam kegiatan

rehabilitasi sosial.

3) Terlatihnya kader di masyarakat dalam rehabilitasi

sosial penyandang disabilitas secara

berkesinambungan.

4) Terwujudnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi

sosial penyandang disabilitas di masyarakat.

5) Terwujudnya forum komunikasi penyandang

disabilitas, keluarga dan masyarakat.

6) Terwujudnya kemitraan terpadu dalam layanan

rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.

 

Page 98: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

82

Bagan 3.1 Stuktur Organisasi Unit Pelayanan Disabilitas

Sumber: Hasil Studi Dokumentasi

B. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan

1. Struktur Organisasi LembagaUnit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan

YSI CABANG

PROVINSI BANTEN

KETUA UPD

TANGERANG SELATAN

SEKRETARIS BENDAHARA

Kasi Organisasi &

Perencanaan

Sub: Program + Anggaran

Sarpras + SDM

Kasi Humas, Informasi &

Publikasi

Sub; Sosialisasi, Penyuluhan

Jejaring Sosial

Kasi

Pengembangan

Sub: Usaha

Kemitraan

Terminasi

Kasi Pelayanan

Sub: Pendidikan

Bansos

Kesehatan

Kasi Identifikasi

Sub: Pendataan

Home visit

assesmen

 

Page 99: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

83

SUSUNAN PENGURUS

UNIT PELAYANAN DISABILITAS TANGERANG SELATAN

YAYASAN SAYAP IBU PROVINSI BANTEN

KETUA

: ADI SUPANGGIH

SEKRETARIS

: MUSTAKIM

BENDAHARA

: M.A. GINTING, BE

Kasi ORGANISASI &

PERENCANAAN : Z A I N I

H. YANTO

HENDRI ZARKASIH

Kasi HUMAS,

INFORMASI dan

PUBLIKASI :

WANTI PURWANTO

KHOMSIAH

LILIS NURCHAMID

Kasi IDENTIFIKASI

: WAHYUNA BAY

SUMIATY

Kasi PELAYANAN

: SITI KHOTIJAH

ROMI SAWIYAH

SARINAH

Kasi PENGEMBANGAN : HJ .SRI PURWANINGRUM

ROIPAH

 

Page 100: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

84

Penjelasan:

a. Ketua UPD bertanggung jawab kepada Ketua YSI Cabang

Provinsi Banten

b. Ketua, Sekretaris dan Bendahara UPD, adalah Pengurus

Inti, yang selalu bersinergi, merupakan satu kesatuan.

c. Secara teknis, Sekretaris sekaligus sebagai koordinator

Seksi Humas, Informasi dan Publikasi.

d. Bendahara, sekaligus sebagai koordinator seksi Organisasi

dan Perencanaan

e. Sedangkan Seksi Identifikasi, Pelayanan dan Seksi

Pengembangan berada di bawah koordinasi Ketua UPD.

2. Uraian Tugas dan Tanggungjawab

a. Ketua UPD : Mengkoordinir seluruh kegiatan

b. Sekretaris : Bertanggung jawab atas segala kegiatan

Administrasi. (Mengkoordinir seksi

Humas, Dok, Publikasi)

c. Bendahara : Bertanggung jawab atas keluar masuknya

uang ( Mengkoorninir seksi Organisasi,

Program).

d. Seksi Organisasi & Program : Legalitas Lembaga, Sarana

Prasarana, Personalia dan

Program Kegiatan.

 

Page 101: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

85

e. Seksi Humas, Dok, Publikasi : Membuka Media (cetak,

Elektronik, Online). Meliput,

menyiarkan, mendokumentasikan

penyuluhan.

f. Seksi Identifikasi : Pendataan Klien, Home Visit,

Case Study – Asesment, Pemetaan

data klien.

g. Seksi Pelayanan : Invetarisasi kebutuhan klien

berdasarkan pemetaan data /

Assesment, Membuat Program

Pelayanan (siapa; apa; kapan; s/d

kapan), Membuat Data Klasifikasi

Pelayanan.

h. Seksi Pengembangan : Ikut Monitoring perkembangan

klien, selama dalam pelayanan,

Membuat Data Terminasi dan

Potensi klien. Menentukan

kelanjutan pelayanan klien

(dihentikan atau dilanjutkan),

Membangun kemitraan.

 

Page 102: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

86

C. Tenaga Pelayanan

Tenaga kerja yang terlibat di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan terdiri dari beragam latar

belakang profesi seperti pekerja sosial, guru hingga pada

fisioterapis. Lama nya pergantian pengurus dilakukan setiap

3 tahun sekali, namun hal ini hanya berlaku pada ketua,

sekretaris dan bendahara saja. Untuk status tenaga pelayanan

juga dibedakan menjadi karyawan, tenaga kontrak dan

relawan. Adapun daftar tenaga pelayanan di UPD Tangsel

yaitu:

1. Karyawan Tetap

Tenaga pelayanan UPD Tangsel yang berstatus

karyawan tetap hanya berjumlah satu orang yaitu Ketua

UPD Tangsel saja, di mana beliau berstatus sebagai

karyawan dari Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.

UPD Tangsel sendiri merupakan bagian dari divisi

pengembangan pelayanan YSI-B.

2. Tenaga Kontrak

Tenaga pelayanan UPD Tangsel yang berstatus

tenaga kontrak yaitu satu orang fisioterapis. Lamanya

waktu kontrak sekitar 1-2 tahun.

3. Relawan

Tenaga pelayanan UPD Tangsel yang berstatus

relawan yaitu satu orang sekretaris, satu orang bendahara,

dan tujuh orang tenaga pengajar, divisi organisasi dan

perencanaan, divisi humas dan publikasi, divisi identifikasi,

divisi pelayanan dan divisi pengembangan. Namun hanya

 

Page 103: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

87

sekretaris dan bendahara yang memiliki masa jabatan.

Selebihnya tidak memiliki ikatan atau kontrak yang tetap

dan bersifat relawan. Hanya saja status relawan yang

dimaksud adalah mereka yang benar-benar memiliki

komitmen pada UPD Tangsel.

D. Jumlah Klien dan Tipe Klien

Jumlah keseluruhan anak binaan Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan sebanyak 150 orang, dan

tercatat hanya 30-40 orang yang aktif mengikuti kegiatan dan

program pelayanan di UPD Tangsel. Secara garis besar anak

binaan UPD Tangsel memiliki tingkat disabilitas tergolong

berat, hal ini identik dengan Yayasan Sayap Ibu Cabang

Provinsi Banten yang memiliki anak binaan disabilitas

dengan gangguan tuna ganda, majemuk dan memiliki jenis

disabilitas yang beragam.

Adapun jenis disabilitas yang ada pada anak binaan di

Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan antara

lain yakni Cerebal Phalsy, Hidrosefalus, Mikrosefalus,

Autisme Spectrum, Down Syndrome, Tuna Rungu, Tuna

Grahita, Tuna Netra, MDVI dan Tuna Ganda.

E. Sarana dan Prasarana

Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan

belum memiliki gedung permanen dalam menjalakan

kegiatan dan program pelayanan. Gedung yang ditempati

UPD Tangsel berbentuk sebuah rumah dengan luas 200 m2.

 

Page 104: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

88

Rumah tersebut disewa pihak UPD Tangsel dengan biaya

sebesar 20-25 juta pertahun.

Adapun sarana dan pra sarana yang dimiliki oleh

UPD Tangsel yaitu dua ruang kelas dan satu ruang fisioterapi

dengan ditunjang alat bantu yang mendukung kegiatan

pelayanan. Seperti halnya di ruang kelas tersedianya meja

dan kursi, buku-buku, pensil hingga pada alat peraga.

Sedangkan di ruang fisioterapis juga memiliki alat bantu

seperti halnya stetoskop, bed/ ranjang pasien, bantal matras

dengan beragam bentuk. Selain itu, tersedia nya satu buah

komputer dan sebuah mesin print, beberapa kursi roda yang

bisa dipakai anak binaan pada saat mengikuti kegiatan

pelayanan serta beragam mainan tersedia.

F. Program Pelayanan Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan

Tabel 3.1 Program UPD Tangsel

Sumber: Hasil Studi Dokumentasi

PROGRAM KERJA

1 Pendidikan Anak Disabilitas

2 Fisioterapi

3 Familly Development Session (FDS)

4 Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

5 Penyuluhan Deteksi Dini Disabilitas

6 Penjangkauan (Pendataan Disabilitas)

7 Pembagian Nutrisi Tambahan

 

Page 105: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

89

8 Parenting Skill

9 Pemeriksaan Kesehatan

10 Konseling Disabilitas

11 Publikasi dan Sosialiasi

12 Jaringan dan Kerjasama

1. Program Pendidikan Anak Disabilitas

Program ini bertujuan untuk mendidik dan melatih

para anak binaan penyandang disabilitas agar terbentuknya

kemandirian serta mengembalikan keberfungsian mereka.

Sasaran dari program ini adalah para anak binaan disabilitas

yang ada di UPD Tangsel. Waktu pelaksanaan program

pendidikan anak disabilitas ini diadakan setiap dua kali

dalam seminggu yaitu pada hari rabu dan kamis. Saat ini,

UPD Tangsel memiliki tiga kelas utama yaitu:

a. Kelas Pra-vokasional. Kegiatan pendidikan yang

berjalan dilakukan untuk mempersiapkan anak dalam

kegiatan kerumahtanggaan/ bekerja, kegiatan yang

dilakukan seperti belajar melipat dan menyetrika baju,

menyapu serta mencuci piring.

b. Kelas Behaviour. Kelas dengan kegiatan pendidikan

perilaku.

c. Kelas Persiapan. Kelas dengan kegiatan latihan

motorik dan sensorik, juga mengenal warna, hewan dan

benda-benda serta latihan menulis.

 

Page 106: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

90

Di bawah ini penulis akan menyajikan hasil

dokumentasi dari setiap kegiatan yang dilaksanakan di

program Pendidikan Anak Disabilitas:

Gambar 3.1 Belajar Menulis Gambar 3.2 Bernyanyi Bersama

Gambar 3.3 Mengenal Warna Gambar 3.4 Belajar Memasak

Gambar 3.5 Menyapu

Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis

 

Page 107: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

91

2. Program Fisioterapi

Salah satu bentuk pelayanan terhadap anak binaan

UPD Tangsel yang mengalami disabilitas fisik terutama

jenis disabilitas cerebral phalsy adalah kegiatan fisioterapi.

Pelayanan/ kegiatan fisioterapi ini dilakukan oleh

fisioterapis profesional. Kegiatan ini diberikan dengan

berorientasi kepada kebutuhan dasar masing-masing anak

binaan. Latihan yang diberikan pun beragam, tergantung

pada kebutuhan dan tingkat keparahan sang anak. Kegiatan

ini berfungsi untuk menstabilkan dan atau memperbaiki

gangguan gerak anak binaan, di mana syaraf dan otot

mereka cenderung kaku dan tegang, kemudian melancarkan

aliran darah yang ada di dalam tubuh anak, serta

memperbaiki struktur tulang anak yang bengkok, dsb.

Sasaran pada kegiatan fisioterapi tidak hanya

ditujukan bagi para anak disabilitas binaan UPD Tangsel,

melainkan kepada orang tua binaan. Di mana pada sesi

terapi berlangsung, fisioterapis memberikan pelatihan

gerakan-gerakan dasar yang bisa dilatihkan orang tua

kepada anak mereka di rumah. Pelayanan fisioterapi ini

diadakan setiap dua kali dalam seminggu yaitu pada hari

selasa dan jum‟at.

3. Program Familly Development Session (FDS)

Program ini biasa disebut sebagai forum keluarga, di

mana terdapat materi panduan khusus yang dibuat oleh tim

yakni Pak Fahmi dan Pak Adi. Forum ini bertujuan untuk

 

Page 108: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

92

memberi wadah bagi para orang tua untuk saling berdiskusi

dan bertukar pengalaman serta saling memberi saran dan

atau masukan agar dapat lebih memahami pengasuhan anak

mereka dalam kegiatan sehari-hari yang kemudian akan

dipresentasikan. Forum ini dilakukan dengan cara membagi

para orang tua ke dalam kelompok-kelompok kecil dan

dibantu oleh satu orang fasilitator. Materi yang diberikan

pun beragam seperti halnya pemaparan tentang hak-hak

anak, dan berkembang sesuai jalannya diskusi. Program ini

dilaksanakan setiap satu kali dalam satu bulan atau fleksibel.

4. Program Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

Program ini dilakukan untuk meningkatkan

perekonomian keluarga dari anak binaan UPD Tangsel.

Program ini dilaksanakan satu kali dalam satu tahun.

Program ini ditujukan kepada para orang tua binaan dan

terdiri dari beragam kegiatan seperti pelatihan tata boga,

pemberian modal usaha dan alat masak serta keterampilan

lainnya seperti pembekalan bagaimana mengemas produk

yang baik dan menarik.

Pemberian modal yang diberikan berkisar 500.000

rupiah sampai dengan 2.000.000 rupiah, tergantung usaha

apa yang akan dijalankan masing-masing orang tua binaan.

Pemberian modal ini dinamakan “modal bergilir”, modal

yang telah diberikan akan dikembalikan dengan cara dicicil

setiap minggu atau setiap bulannya tergantung kesepakatan

masing-masing orang tua binaan terhadap pihak UPD

 

Page 109: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

93

sebesar 50ribu. Idealnya waktu penyetoran cicilan

dilakukan sebanyak 10 kali.

Pelatihan ini terlaksana berkat bantuan sponsor dan

kerjasama dari Pihak BRI dan satu yayasan lainnya.

Pelatihan masak dilakukan oleh trainer yang merupakan

tenaga profesional, dan standar yang diajarkan trainer pun

memiliki nilai yang tinggi. Sebelumnya, para orang tua

diajak berbelanja kebutuhan bahan masakan bersama di

salah satu pasar swalayan. Barang yang dibeli pun

disesuaikan dengan masing-masing kebutuhan masakan

yang akan mereka jual.

Menu-menu masakan yang diajarkan tidak hanya

berupa kue basah dan kue kering saja melainkan juga

masakan utama seperti soto, gado-gado dsb. Selain

pelatihan memasak, para orang tua diberikan modal berupa

alat masak untuk menunjang usaha mereka seperti oven,

etalase kaca, panci, penggorengan, dsb. Namun alat masak

yang diberikan tergantung pada kebutuhan masing-masing

usaha para orang tua.

Pelatihan usaha ekonomi produktif memang

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dan

menciptakan peluang usaha bagi mereka. Namun setelah

dievaluasi, banyak modal yang tidak kembali dan usaha

yang sudah tidak berjalan lagi. Hal ini dirasakan oleh pihak

UPD karena mereka menyadari kurangnya pendampingan

dan pemantauan kepada para orang tua yang disebabkan

oleh minimnya tenaga SDM yang ada di UPD.

 

Page 110: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

94

5. Program Penyuluhan Deteksi Dini Disabilitas

Program ini bertujuan untuk memberikan

pemahaman dan pengenalan tentang disabilitas kepada

masyarakat, dan mengurangi serta menghilangkan stigma

negatif yang berkembang di masyarakat mengenai anak

disabilitas. Penyuluhan ini dilakukan oleh Pak Adi, Pak

Fahmi dan Pak Doni secara bergantian. Penyuluhan deteksi

dini dilakukan melalui kerja sama dengan puskesmas dan

posyandu setempat, pertemuan pkk kelurahan maupun

kecamatan, PAUD dan masyarakat yang tinggal di sekitar

UPD.

Sasaran dari program ini adalah masyarakat

Tangerang Selatan terutama pada ibu hamil dan ibu muda.

Penyuluhan dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun.

Program ini berkaitan dengan program Penjangkauan, di

mana pada selesai sesi penyuluhan, pihak UPD diberi daftar

identitas keluarga yang memiliki anak penyandang

disabilitas yang kemudian didata oleh pihak UPD dan

diterima menjadi anak binaan di UPD Tangsel.

6. Program Penjangkauan (Pendataan Disabilitas)

Program penjangkauan bertujuan agar anak

penyandang disabilitas di wilayah Tangerang Selatan

memiliki aksesibilitas yang sesuai dengan kebutuhannya.

Selain itu, penjangkauan yang dilakukan pihak UPD

Tangsel kepada anak binaan yang sudah tidak aktif yakni

mengunjungi rumah anak binaan tersebut bersama dengan

 

Page 111: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

95

tim kesehatan atau fisioterapis dan atau tenaga pengajar.

Sedangkan pada pendataan disabilitas dilakukan bersamaan

dengan program penyuluhan deteksi dini yang dilakukan di

puskesmas, posyandu, dll.

Di mana pihak UPD diberi daftar identitas keluarga

yang memiliki anak penyandang disabilitas, dan selanjutnya

pendaatan dilakukan pada calon binaan UPD Tangsel

dengan mendatangi lokasi tempat tinggal calon anak binaan.

Sasaran dari program ini adalah calon anak binaan UPD

Tangsel maupun anak binaan yang sudah tidak aktif

mengikuti kegiatan di UPD Tangsel. Waktu penjangkauan

dan pendataan yang dilakukan bersamaan dengan program

penyuluhan deteksi dini, dan bisa dilakukan kapan saja

terutama dalam menjangaku anak binaan yang sudah tidak

aktif.

7. Program Pembagian Nutrisi Tambahan

Tujuan dari program ini adalah untuk membantu

memberikan gizi tambahan kepada anak binaan. Pembagian

nutrisi dilakukan secara rutin dan gratis bagi anak binaan

UPD Tangsel, barang-barang yang diberikan seperti susu,

popok, beras, obat dan sebagainya. Sesuai dengan

tujuannya, sasaran dari kegiatan ini adalah untuk para anak

binaan di UPD Tangsel. Waktu pemberian nutrisi tambahan

yakni pada minggu ke-2 setiap bulan.

 

Page 112: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

96

8. Program Parenting Skill

Tujuan dari program ini adalah agar para orang tua

memahami peran, tugas dan tanggung jawab mereka yang

merupakan anak penyandang disabilitas. Berbeda dengan

program Family Development Session, kegiatan ini tidak

hanya melibatkan para orang tua saja, namun juga

melibatkan para anak binaan. Kegiatan ini memiliki sesi di

mana para orang tua diberikan pembekalan tentang

bagaimana menangani anak disabilitas oleh beberapa

fasilitator. Sasaran dari program ini ditujukan untuk para

orang tua binaan UPD Tangsel. Waktu pelaksanaan

program ini adalah dua sampai tiga kali dalam setahun.

9. Program Pemeriksaan Kesehatan

Program ini berjalan atas kerjasama antara pihak

UPD Tangsel dan pihak puskesmas setempat. Kegiatan ini

bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan anak binaan

UPD Tangsel. Sesuai dengan tujuannya, sasaran dari

kegiatan ini ditujukan bagi para anak binaan disabilitas di

UPD Tangsel. Waktu pemeriksaan dilakukan sebanyak satu

kali dalam satu bulan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan

oleh seorang tenaga medis profesional dan satu orang

asisten medis.

10. Program Konseling Disabilitas

Tujuan dari program ini adalah memberi wadah bagi

para orang tua binaan di UPD Tangsel apabila ingin

 

Page 113: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

97

mengkonsultasikan permasalahan yang sedang mereka

alami. Kegiatan konseling dilakukan oleh psikolog

profesional yang merupakan volunteer dari Yayasan

Sayap Ibu Cabang Banten. Sasaran dari kegiatan ini

adalah para orang tua binaan UPD Tangsel. Namun pada

tahun 2018, program ini belum berjalan kembali karena

tidak adanya volunteer.

11. Publikasi dan Sosialiasi

Tujuan dari program ini adalah mempublikasikan

dan memperkenalkan kepada masyarakat Tangerang

Selatan mengenai keberadaan dan kegiatan UPD Tangsel,

sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegaiatan

yang ada di UPD Tangsel. Bentuk sosialisasi tidak hanya

berupa media cetak maupun media elektronik. Sosialisasi

dapat dilakukan pada saat penyuluhan deteksi dini, di

mana pihak UPD Tangsel mengunjungi berbagai tempat

seperti posyandu dan PAUD dalam memperkenalkan

keberadaan UPD Tangsel. Selain itu, sosialisasi pun

dilakukan apabila terdapat masyarakat umum yang ingin

memperoleh info seputar disabilitas ke pihak upd. Sasaran

dari kegiatan ini adalah masyarakat Tangerang Selatan.

Waktu pelaksanaan bisa kapan saja.

12. Jaringan dan Kerjasama

UPD Tangsel memiliki jalinan kerjasama dengan

beberapa lembaga seperti lembaga LAYAK (Lembaga)

 

Page 114: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

98

yaitu lembaga yang dapat menyediakan periksa mata dan

kacamata untuk anak disabilitas dan Lembaga WAFCAI

yaitu lembaga perantara penyedia kursi roda.

G. Alur dan Prosedur Pelayanan Klien

1. Proses Penerimaan Anak Binaan diluar Panti atau

Non Panti YSI-B

Gambar 3.6 Proses Penerimaan Anak Binaan di luar Panti atau

Non Panti YSI-B

Sumber: Hasil Studi Dokumentasi

Dalam hal ini, alur dan prosedur pelayanan anak-

anak binaan yang ada di UPD dan YSIB Non panti adalah

sama karena keduanya sama-sama bersifat non panti atau

mereka yaitu anak-anak binaan yang masih memiliki

keluarga dan tinggal bersama keluarga mereka. Adapun

kriteria menjadi anak non panti:

 

Page 115: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

99

a. Anak Disabilitas

b. Umur di bawah 18 tahun

c. Keluarga tidak mampu

2. Alur Metode Penanganan Klien

Gambar 3.7 Alur Metode Penanganan Klien

Sumber: Hasil Studi Dokumentasi

Penjelasan:

a. Pendekatan Awal (intake, engagement, identification)

1) Intake: memperoleh informasi dari klien tentang

masalah-masalahnya dan alasan-alasan meminta

pertolongan. Memperoleh data anak.

2) Engagement: membangun hubungan atau

membangun rasa kepercayaan klien terhadap

pekerja sosial. Mengkaji situasi masalah,

memperoleh informasi menyeluruh tentang klien

dan berbagai aspek sistem terkait.

 

Page 116: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

100

3) Identification: hal ini sama dengan kegiatan di atas,

yaitu sama-sama mengidentifikasi apapun yang

terakit klien yang nantinya dapat digunakan untuk

acuan pemberian pelayanan.

b. Observasi, pengungkapan dan pemahaman kasus

Dari observasi ini akan diperoleh identifikasi

masalah awal, observasi dilakukan dengan skill

observasi yang meliputi pengamatan. Dan dilakukan

dengan ketentuan, misalnya ingin observasi

lingkungannya atau sosialnya dll. Pengungkapan dan

pemahaman kasus yaitu data terpendam atau

tersembunyi dari klien dan bisa diperoleh dari observasi.

c. Perencanaan kegiatan dan kontrak

Kegiatan ini merupakan jembatan yang

menghubungkan assesmen dan tahap intervensi. Ini

dilakukan sesuai dengan tujuan pencapaian dan bekerja

dengan klien, klien wajib terlibat penuh dalam

keseluruhan kegiatan. Dan kegiatan perencanaan

pelayanan ini harus disepakati bersama-sama dengan

klien atau wali dari klien. Lalu merumuskan kontrak,

komponen utama kontrak adalah rincian tentang apa

yang akan dilakukan selama proses pelayanan. Dan ini

tertera di dalam form yang berisi informasi tentang

tujuan, metode, jadwal kerja dan ini disepakati bersama

antara pekerja sosial dengan klien atau wali dari klien.

d. Assessment

 

Page 117: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

101

Assesmen ialah proses mencari informasi dari

klien dan pihak alin yang memiliki hubungan dengan

klien untuk rencana penyelesaian masalah. Proses ini

akan menghasilkan profil yang akurat tentang klien,

masalah klien, potensi/kekuatan klien serta sumber-

sumber di sekililing klien. Tiga kegiatan utama dalam

assesmen: menyiapkan instrumen (form-form: face sheet,

tools BPSS), mengumpulkan data lalu menganalisis

masalah. Ini bisa dilakukan dengan wawancara,

pengamatan, studi dokumentasi.

e. Rencana Intervensi

Kegiatan pelayanan yang akan dilakukan ini

diperoleh dari hasil assesmen yang telah dikaji. Rencana

intervensi dilakukan untuk mengurutkan secara

sistematis kegiatan-kegiatan apa saja yang ingin

dilakukan. Ini dilampirkan dalam sebuah form yang

isinya ada permasalahan/kebutuhan klien, target dari

pelayanan, pelayanan yang diberikan sampai orang atau

lembaga yang bertanggung jawab.

f. Akses ke (sesuai kebutuhan klien)

Ini dilakukan setelah melihat hasil assesmen dan

rencana kegiatan, jika klien membutuhkan terapi maka

klien diakseskan ke tempat terapi. Apa yang paling

dibutuhkan dan itu semua sesuai hasil assesmen.

g. Intervensi

Intervensi adalah kegiatan yang dilakukan sesuai

rencana: pekerja sosial dan klien melaksanakan rencana

 

Page 118: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

102

untuk mencapai tujuan. Intervensi dapat menggunakan

berbagai pendekatan dan tekhnik spesifik. Intervensi

dilakukan untuk keadaan klien yang lebih baik lagi.

Menghubungkan klien dengan sistem-sistem yang dapat

menyediakan sumber, pelayanan dan kesempatan.

Intervensi bisa dilakukan dengan 3 metode pekerja sosial

yaitu case work, case manajer dan group work.

h. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi perlu dilakuakn untuk

memperoleh informasi terus menerus dari kinerja

program/intervensi yang telah dilakukan bersama klien.

Ini bisa dilakukan dengan pengamatan atau pun

menggunakan form monitoring dan evaluasi. Evaluasi

dilakukan untuk melihat keberhasilan dari suatu

intervensi yang dilakukan pekerja sosial.

i. Case Record

Case record ini bisa dilakukan dengan individu

maupun kelompok.

j. Terminasi

Terminasi merupakan pemutusan pelayanan

dilihat dari hasil monitoring dan evaluasi. Jika intervensi

berhasil maka pelayanan segera dicukupkan, dan jika

intervensi ada yang kurang berhasil pekerja sosial bisa

melakukan rujukan ke profesi yang bisa lebih menangani

permasalahn tersebut.

 

Page 119: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

103

H. Sumber Dana dan Kerjasama Unit Pelayanan Disabilitas

Kota Tangerang Selatan

Sumber dana Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan berasal dari Yayasan Sayap Ibu Cabang

Provinsi Banten dan berbagai donatur yang tidak terikat.

Dana yang berasal dari Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi

Banten digunakan untuk kegiatan operasional seperti sewa

rumah, pelaksanaan kegiatan program dan honor para tenaga

staff profesional. Selanjutnya dana yang diberikan oleh para

donatur ke UPD Tangsel tetap harus dilaporkan kepada pihak

Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten yang kemudian

akan dicatat ke dalam buku laporan.

Saat ini Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan menjalin kerjasama dengan berberapa pihak, di

antaranya:

1. Puskesmas Kelurahan Sawah, Ciputat. Kerjasama yang

dilakukan dalam rangka pemeriksaan kesehatan para anak

binaan penyandang disabilitas. Di mana pemeriksaan kesehatan

dilakukan oleh satu orang dokter dan satu orang asisten

kesehatan.

2. Prodi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Kerjasama yang dilakukan dalam rangka

penyelenggaraan program praktikum, magang dan

penelitian mahasiswa kesejahteraan sosial.

 

Page 120: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

104

 

Page 121: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

105

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan melalui metode

wawancara dan studi dokumentasi, dapat diperoleh beberapa

informasi terkait keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

dengan disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan. Pada bab ini penulis menjabarkan hasil data dan temuan

penelitian mengenai keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak dengan disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan.

Dalam menentukan informan, peneliti menentukannya

melalui kualifikasi yakni berasal dari beragam latar belakang,

latar belakang yang dimaksudkan oleh peneliti adalah usia,

pendidikan, status ekonomi dan status sosial. Kualifikasi tersebut

ditujukan untuk keenam orang tua dari anak binaan UPD Tangsel

yang dijadikan sebagai informan utama. Selain para orang tua

dari anak binaan, penulis juga mewawancarai para informan

pendukung yaitu ketua UPD Tangsel yang merupakan seorang

pekerja sosial yang bertugas sebagai penentu kebijakan dan tiga

orang tenaga pengajar sebagai pelaksana teknis program

pendidikan.

A. Profil Informan

1. Informan Utama

a. Informan Pertama

 

Page 122: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

106

Informan utama pertama yang penulis

wawancarai yaitu bernama Ibu DR atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu DR. Ibu DR merupakan orang tua

dari SF yang mengalami MDVI atau Multiple

Disability with Visual Impairment di mana seorang

anak mengalami gangguan penglihatan ditambah

dengan hambatan lain yaitu cerebral palsy jenis

quadriplegia dan berusia 17 tahun. Penulis

mewawancarai Ibu DR pada hari Selasa tanggal 7 Mei

2019 sekitar pukul 10.18 WIB. Ibu DR adalah seorang

ibu rumah tangga yang berusia 49 tahun dan memiliki

1 orang anak. Ibu DR sudah bergabung di Yayasan

Sayap Ibu selama 8 tahun yaitu sejak tahun 2011

bahkan sebelum Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan dibentuk. Ibu DR beragama Islam

dan pendidikan terakhirnya adalah SD. Penulis

mewawancarai Ibu DR karena Ibu DR mewakili salah

satu kualifikasi yaitu salah satu orang tua yang paling

lama bergabung di Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan.

b. Informan Kedua

Informan utama kedua yang penulis

wawancarai yaitu bernama Ibu ND atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu N. Ibu N merupakan orang tua

dari TE yang mengalami Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas dan berusia 7,5 tahun.

 

Page 123: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

107

Penulis mewawancarai Ibu N pada hari Selasa tanggal

7 Mei 2019 sekitar pukul 15.05 WIB. Ibu N adalah

seorang ibu rumah tangga yang berusia 38 tahun dan

memiliki 1 orang anak. Ibu N sudah bergabung di Unit

Pelayanan Disabilitas selama 2 tahun, yaitu sejak tahun

2017. Ibu N beragama Katolik dan pendidikan

terakhirnya adalah D4. Penulis mewawancarai Ibu N

karena Ibu N mewakili salah satu kualifikasi yaitu

salah satu orang tua yang memiliki latar pendidikan

terakhir D4 dan seorang ibu rumah tangga.

c. Informan Ketiga

Informan utama ketiga yang penulis

wawancarai yaitu bernama Ibu DM atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu DM. Ibu DM merupakan orang

tua dari NAP yang mengalami Tuna Rungu dan berusia

8 tahun. Penulis mewawancarai Ibu DM pada hari

Rabu tanggal 8 Mei 2019 sekitar pukul 15.10 WIB. Ibu

DM adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 36

tahun dan memiliki 2 orang anak. Ibu DM sudah

bergabung di Unit Pelayanan Disabilitas selama 1

tahun, yaitu sejak tahun 2018. Ibu DM beragama Islam

dan pendidikan terakhirnya adalah SMP. Penulis

mewawancarai Ibu DM karena Ibu DM mewakili salah

satu kualifikasi yaitu memiliki latar belakang

pendidikan SMP dan salah satu orang tua yang masih

 

Page 124: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

108

tergolong baru bergabung di Unit Pelayanan Disabilitas

Kota Tangerang Selatan.

d. Informan Keempat

Informan utama keempat yang penulis

wawancarai yaitu bernama Ibu SW atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu S. Ibu S merupakan orang tua

dari NA yang mengalami Down Syndrome dan berusia

20 tahun. Penulis mewawancarai Ibu S pada hari

Kamis tanggal 9 Mei 2019 sekitar pukul 10.26 WIB.

Ibu S adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 42

tahun dan memiliki 2 orang anak. Ibu S sudah

bergabung di Unit Pelayanan Disabilitas selama 4

tahun, yaitu sejak tahun 2015. Ibu S beragama Islam

dan pendidikan terakhirnya adalah SD. Penulis

mewawancarai Ibu S karena Ibu S mewakili salah satu

kualifikasi yaitu salah satu orang tua yang memiliki

memiliki latar pendidikan terakhir SD dan memiliki

kesibukan yakni sebagai penjual makanan.

e. Informan Kelima

Informan utama kelima yang penulis

wawancarai yaitu bernama Ibu DM atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu DW. Ibu DW merupakan orang

tua dari HS yang mengalami Retardasi Mental dan

berusia 15 tahun. Penulis mewawancarai Ibu DW pada

hari Kamis tanggal 9 Mei 2019 sekitar pukul 15.03

WIB. Ibu DW adalah seorang ibu rumah tangga yang

 

Page 125: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

109

berusia 53 tahun dan memiliki 4 orang anak. Ibu DW

sudah bergabung di Unit Pelayanan Disabilitas selama

2 tahun, yaitu sejak tahun 2017. Ibu DW beragama

Kristen dan pendidikan terakhirnya adalah SD. Penulis

mewawancarai Ibu DW karena Ibu DW mewakili

kualifikasi yaitu berstatus sebagai orang tua tunggal.

f. Informan Keenam

Informan utama keenam yang penulis

wawancarai yaitu bernama Ibu K atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu T. Ibu T merupakan orang tua

dari AA yang mengalami Down Syndrome dan berusia

9 tahun. Penulis mewawancarai Ibu T pada hari Sabtu

tanggal 11 Mei 2019 sekitar pukul 10.23 WIB. Ibu T

adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 43 tahun

dan memiliki 2 orang anak. Ibu T sudah bergabung di

Yayasan Sayap Ibu Cabang Bintaro sejak tahun 2012

bahkan sebelum Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan dibentuk,. Ibu T beragama Islam

dan pendidikan terakhirnya adalah SMA. Penulis

mewawancarai Ibu T karena Ibu T mewakili kualifikasi

yaitu memiliki latar pendidikan terakhir SMA.

2. Informan Pendukung

a. Informan Pertama (Tenaga Pengajar)

Informan pendukung pertama yang penulis

wawancarai yaitu bernama SR atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu R. Ibu R berusia 52 tahun.

 

Page 126: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

110

Penulis mewawancarai Ibu R pada hari Rabu tanggal

15 Mei 2019 sekitar pukul 13.32 WIB. Ibu R

merupakan guru pengajar di kelas Pra Vokasional sejak

tahun 2015. Ibu R dikenal sebagai guru yang lembut

dan sabar dalam mengajar.

b. Informan Kedua (Tenaga Pengajar)

Informan pendukung kedua yang penulis

wawancarai yaitu bernama SK atau yang biasa

dipanggil dengan Ibu SK. Penulis mewawancarai Ibu

SK pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2019 sekitar pukul

13.09 WIB. Ibu SK berusia 52 tahun. Ibu SK dikenal

sebagai guru yang tegas dalam mengajar. Ibu R

merupakan guru pengajar di kelas Persiapan sejak

tahun 2015.

c. Informan Ketiga (Tenaga Pengajar)

Informan pendukung ketiga yang penulis

wawancarai yaitu bernama T atau yang biasa dipanggil

dengan Ibu T. Penulis mewawancarai Ibu T pada hari

Kamis tanggal 16 Mei 2019 sekitar pukul 14.53 WIB.

Ibu T berusia 44 tahun. Ibu T dikenal sebagai guru

yang ramah, baik kepada murid maupun wali murid.

Ibu T sangat sabar dalam menghadapi siswanya yang

memiliki berbagai macam tingkah laku.Ibu T

 

Page 127: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

111

merupakan guru pengajar di kelas Behaviour sejak

tahun 2017.

d. Informan Keempat (Ketua UPD Tangsel)

Informan pendukung terakhir yang penulis

wawancarai yaitu bernama AS atau yang biasa dipanggil

dengan Bapak A. Bapak A merupakan Ketua Unit

Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan sejak

diresmikan pada tahun 2015 hingga sekarang. Penulis

mewawancarai Bapak A pada hari Kamis tanggal 16 Mei

2019 sekitar pukul 15.40 WIB. Bapak A berusia 52 tahun.

Bapak A dikenal sebagai seorang yang sabar, ramah dan

murah hati kepada anak-anak binaan dan orang tua binaan.

B. Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Keterlibatan berasal dari kata dasar “libat” yang

berarti adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap

ataupun emosi individu dalam situasi tertentu. Keterlibatan

orang tua dalam pendidikan anak merupakan berbagai bentuk

kegiatan yang dilakukan oleh orang tua melalui kerjasama

dengan pihak sekolah seperti guru, baik di rumah maupun di

sekolah guna memaksimalkan perkembangan dan pendidikan

anak.

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh

penulis, melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi,

terdapat enam bentuk keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak, di antaranya yaitu; (1) pendidikan orang

tua; (2) komunikasi; (3) sukarelawan; (4) pembelajaran di

 

Page 128: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

112

rumah; (5) membuat keputusan; (6) kerjasama dengan

komunitas masyarakat. Berikut hasil data dan temuan

lapangan mengenai keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak dengan disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

1. Tipe 1= Pendidikan Orang Tua (Parenting Education)

Bentuk keterlibatan tipe pertama yang penulis

sebutkan adalah tipe pendidikan orang tua atau parenting

education. Tipe pertama yang dimaksud adalah bukan

mengenai latar belakang pendidikan orang tua, melainkan

bagaimana langkah dan upaya yang diambil orang tua dalam

mengedukasi dirinya dan menambah pengetahuan terkait

perkembangan maupun kebutuhan anak.

Hasil penelitian menunjukkan bentuk keterlibatan

tipe pertama mengalami hasil yang beragam, di mana dari

jumlah enam orang tua yang penulis wawancarai, tiga

orang tua menunjukkan keterlibatan tinggi, dan tiga orang

tua lainnya menunjukkan keterlibatan rendah.

Pada tiga informan yang memiliki keterlibatan

tinggi yaitu Ibu T, Ibu N dan Ibu DR. Adapun hasil

observasi yang dilakukan penulis kepada ketiga orang tua

yang memiliki keterlibatan tinggi pada tipe pertama ini

memang terlihat lebih aktif hadir di lembaga, baik pada

saat acara tertentu yang diadakan lembaga, maupun pada

kegiatan kelas biasa. Kemudian, ketiganya terlihat dekat

dengan para guru dan ketua lembaga. Mereka juga aktif

 

Page 129: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

113

bertanya, terutama pada waktu kegiatan pendidikan

berlangsung.

Kemudian, tidak hanya program pendidikan

disabilitas saja yang dirancang UPD Tangsel dalam

membantu orang tua di bidang pendidikan sehingga dapat

bermanfaat untuk meningkatkan kemandirian anak

disabilitas seperti program parenting skill dan program

family development session. Pada program parenting skill,

orang tua dilatih oleh narasumber, baik terapis, ahli gizi

maupun narasumber lain.

Hal-hal yang dibahas tentunya terkait

permasalahan anak, seperti bagaimana melatih anak yang

mengalami delay speech. Selain itu tentang bagaimana

melatih anak dalam mengurangi sikap tantrum. Karena

kebanyakan anak disabilitas memiliki emosi yang tidak

terkontrol. Pelatihan diberikan melalui gerakan-gerakan

tertentu dan biasanya langsung dipraktekkan dengan anak

masing-masing.

Sedangkan pada program family development

session dilakukan melalui metode group work atau

metode kerja kelompok. Di mana para orang tua dibagi

menjadi beberapa kelompok yang kemudian dipimpin

oleh satu orang narasumber. Selanjutnya tiap-tiap orang

tua diberikan kesempatan untuk maju ke depan dan

menceritakan permasalahan yang dialami dan kemudian

akan dicari solusinya secara bersama-sama. Adapun

output yang diharapakan dari kedua program tersebut

 

Page 130: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

114

adalah menciptakan kemandirian pada anak (Hasil

observasi FDS pada tanggal 8 Mei 2019).

Selain melalui hasil observasi, data diperoleh

dengan wawancara yang dilakukan penulis kepada ketiga

informan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa beragam

cara dilakukan para orang tua dalam menambah

pengetahuan mereka seputar penanganan anak di rumah,

salah satunya yaitu melalui internet. Seperti yang

diungkapkan Ibu T:

“Biasanya browsing tentang cara menangani

anak terutama mengontrol emosi anak.” (Kristanti

2019)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu N:

“Saya cari di google tentang cara penanganan

anak di rumah sama gimana cara ngelatih fokusnya

dia. Karena dia susah fokus.” (Dwiyana 2019)

Selain itu, Ibu N juga mengatakan bahwa beliau

pernah mengikuti seminar dalam menambah informasi

seputar anak.

“Pernah, tahun 2018. Taunya dari grup di upd.

Ada seminar free di rumah sakit mayapada waktu

itu hari anak autis. Ngebahas kesukaan anak apa,

karena kan anak autis cenderung suka sama satu

hal.” (Dwiyana 2019)

Ibu DR mengatakan juga pernah terlibat pada

seminar yang diadakan pihak YSI-B dalam hal

penanganan anak.

“Pernah, waktu itu ikut seminar di YSI tentang

kemandirian anak, cara ngurus anak kaya gini. Ada

 

Page 131: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

115

prakteknya juga, jadi kita sambil peragain ke anak.”

(Daronah 2019)

Berbeda dengan Ibu T, Ibu T mengungkapkan

pernah mengikuti seminar di luar dari UPD Tangsel dan

YSI-B.

“Pernah, di BXChange sini dari yayasan

YCHI. Seminar psikiater, cara menangani anak

kaya gini. Waktu itu si Nn buat peraga, jadi aku

ikut denger seminarnya.” (Kristanti 2019)

Selain cara-cara di atas, para orang tua biasanya

memperoleh informasi seputar anak dengan cara bertanya

kepada pihak lembaga, baik guru, terapis maupun ketua

lembaga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu DR:

“Kalo forum sih emang jarang ada ya, paling

nanya ke guru dan pa adi, sama ke ibu-ibu lain aja

sambil ngobrol.” (Daronah 2019)

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu N:

“Tanya ke gurunya gimana tadi belajar di

kelas, terus informasi dari forum, dari pa adi sama

terakhir dari sesama ibu-ibu di sana. Mereka suka

kasih tau saya slb yang bagus dan ga terlalu mahal

di mana.” (Dwiyana 2019)

Sedangkan pada Ibu T biasa bertanya kepada

terapis tentang cara melatih anak di rumah. Sebagai

berikut:

“Kalo aku lebih banyak dapet informasi dari

yayasan/ YSI dan lebih sering ke yayasan,

informasi tentang perkembangan anak. Cara anak

bisa ngomong dan jalan karena Nn kakinya lemah.

Dan aku bertanya ke terapis gimana cara

 

Page 132: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

116

ngelatihnya, jadi aku yang belajar buat nerapin di

rumah. Kalo di upd ya paling kaya sosialisasi dan

proses belajar anak di sekolah kaya gimana.”

(Kristanti 2019)

Adapun pernyataan dari Ibu SK yaitu salah satu

pengajar di UPD Tangsel mengatakan bahwa orang tua

bertanya kepada guru tentang proses belajar anak di kelas.

“Biasanya mereka nanya ke Pak Adi, paling

beberapa aja yang nanya ke kita tentang gimana

proses belajar anaknya di kelas, terutama anak

yang belum bisa fokus.” (Khodijah 2019)

Selain itu, ketua UPD Tangsel menjelaskan

tentang hal-hal yang biasa para orang tua tanyakan kepada

pihak lembaga terutama informasi mengenai anak mereka.

“Biasanya nanya jenis disabilitas anaknya,

karena mereka bingung dan bahkan gatau. Cara

megang anak seperti ini di rumah gimana, sama

kaya nanya tempat terapi atau sekolah slb untuk

anaknya. Karena jenis terapi di sini kan cuma ada

fisioterapi, untuk okupasi dan terapi wicara belum

ada.” (Supanggih 2019)

Sedangkan tiga orang tua sisanya menunjukkan

keterlibatan yang rendah pada bentuk keterlibatan tipe

satu ini yaitu Ibu DW, Ibu DM dan Ibu S. Adapun hasil

observasi yang dilakukan penulis kepada ketiga informan

yang memiliki keterlibatan rendah pada tipe pertama ini

terlihat lebih pasif dibanding ketiga informan sebelumnya.

Selain itu pada Ibu DW dan Ibu S terlihat jarang hadir di

lembaga pada saat jadwal kegiatan pendidikan

 

Page 133: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

117

dikarenakan pekerjaan mereka yaitu penjual makanan.

Berbeda dengan Ibu DM yang membuka usaha warung

kelontong yang terbilang cukup kecil di depan rumah

kontrakan yang ditinggalinya.

Karena pekerjaan yang dimiliki Ibu DW dan Ibu S,

menyebabkan anak Ibu DW jarang masuk kelas,

sedangkan anak ibu S biasa diantar bergantian, baik oleh

suami ibu S maupun anak kedua Ibu S. Kemudian

ketiganya juga sama-sama masih menggunakan

handphone model lama yang tidak memiliki support untuk

mengakses media sosial, sehingga akses yang dimiliki

ketiga orang tua sangat terbatas dalam menggunakan

media sosial yang dapat dipakai untuk mencari informasi

seputar anak (Hasil observasi pada tanggal 9 Mei 2019).

Selain melalui hasil observasi, data diperoleh

dengan wawancara yang dilakukan penulis kepada ketiga

informan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa

kurangnya usaha yang dilakukan orang tua dalam mencari

informasi dan pengetahuan seputar anak, terlebih dalam

memanfaatkan media sosial yang disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya yaitu pekerjaan orang tua.

Sebagaimana yang diungkapkan ibu DW.

“Engga, ga pernah. Karena aku juga kurang

paham pake internet. Karena kita dulu sibuk kerja

buat cari makan, jadi ga pernah bisa cari-cari info.”

(Manalu 2019)

 

Page 134: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

118

Terbatasnya akses juga mengakibatkan ibu DM

kurang memanfaatkan media dalam mencari informasi

seputar anak:

“Engga si soalnya kan hape saya ga ada

internetnya, hape ayahnya aja yang ada....”

(Darmini 2019)

Hal serupa juga dialami oleh Ibu S, di mana beliau

kurang memanfaatkan berbagai media sosial maupun

internet dalam mencari informasi seputar anak:

“Kalo saya ga pernah, jarang sih cari info

lewat media atau internet gitu.” (Waningsih 2019)

Kemudian Ibu S juga belum pernah mengikuti

kegiatan seminar atau pelatihan yang terkait tentang anak.

“Belum pernah si kayanya, belum ada yang

ngajakin. Kalo ada sih mau.” (Waningsih 2019)

Ibu DM juga mengungkapkan belum pernah

mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan:

“Belum pernah ikut seminar atau pelatihan

tentang anak. Saya baru ikut forum gitu setelah

gabung upd.” (Darmini 2019)

2. Tipe 2= Komunikasi

Bentuk keterlibatan tipe kedua yang penulis

sebutkan adalah tipe komunikasi. Di mana pada tipe ini

menjelaskan tentang usaha yang dilakukan para orang tua

dalam hal mengkomunikasikan tentang program sekolah

maupun pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak

 

Page 135: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

119

dengan pihak lembaga baik pada saat bertemu langsung

maupun melalui handphone.

Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah enam

orang tua, tiga orang tua menunjukkan keterlibatan yang

rendah, dua orang tua dengan keterlibatan sedang dan satu

lainnya menunjukkan keterlibatan tinggi. Pada tiga orang

tua dengan keterlibatan rendah yaitu Ibu DW, Ibu DM dan

Ibu T. Adapun hasil observasi yang dilakukan penulis

kepada ketiga informan yang memiliki keterlibatan rendah

pada tipe komunikasi terlihat bahwa komunikasi yang

dilakukan kepada Ibu DW dan Ibu DM hanya bisa sebatas

telfon dan pesan singkat saja, dikarenakan ponsel mereka

belum support untuk mengakses media sosial (lihat hal.

117).

Penulis juga sempat bertanya kepada pihak guru

dan ketua lembaga, mereka mengatakan bahwa ketiganya

jarang bertanya dan muncul di grup ataupun melalui pesan

personal. Terutama pada Ibu DW yang tidak pernah

memberi kabar apabila anaknya tidak masuk kelas.

Sedangkan Ibu DM dan Ibu T masih menyempatkan izin

melalui grup yang ada di whatsapp. Pada saat penulis

melakukan kunjungan rumah, ketiganya mengaku bahwa

jarang menghubungi pihak lembaga di luar jam kegiatan

pendidikan, baik melalui pesan singkat ataupun melalui

telfon (Hasil observasi pada tanggal 9 Mei 2019).

Selain melalui hasil observasi, data diperoleh

dengan wawancara yang dilakukan penulis kepada ketiga

 

Page 136: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

120

informan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa di mana

dua di antara ketiga informan mengatakan bahwa proses

komunikasi hanya terjadi pada saat bertemu langsung di

lembaga. Seperti Ibu DW yang tidak pernah menjalin

komunikasi kepada pihak lembaga melalui handphone,

dan komunikasi terjadi hanya pada saat bertemu langsung.

“Ga pernah kalo lewat hape, paling ketemu

langsung di UPD.”(Manalu 2019)

Hal serupa juga terjadi pada ibu DM:

“Di sekolah aja, karena kalo di grup whatsapp

kan saya jarang liat. Kalo suami saya udah di

rumah aja soalnya grupnya ada di hape dia.”

(Darmini 2019)

Sedangkan Ibu T menjelaskan bahwa adanya grup

whatsapp hanya memberikan informasi seputar kunjungan

saja dan kurangnya informasi mengenai anak.

“Kalo di grup paling info-info ada apa, ada

kunjungan apa. Jarang sih kalo ngebahas masalah

anak atau pak Adi ngasih motivasi. Kalo chatt

personal paling izin ga masuk karena ga ada ongkos.”

(Kristanti 2019)

Hasil tersebut juga diperkuat oleh jawaban yang

dikemukakan oleh Ketua Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan

“Masih sebagian kecil kalo untuk bertanya secara

langsung, paling mereka bertanya saat ada forum.

Kadang mereka bingung juga apa yang mau mereka

tanyain, memang harus kitanya yang kasih stimulus.

 

Page 137: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

121

Harus kita panggil dan ajak ngobrol, baru mereka

cerita.” (Supanggih 2019).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu R yakni

salah satu pengajar di UPD Tangsel.

“Kalo untuk bertanya secara personal via

whatsapp kayanya jarang ya, paling mereka

ngabarinnya melalui grup atau mungkin kirim

pesan personal ke Pak Adi. Ke saya pribadi si ga

pernah ada yang nanya, kalo ke guru lain kurang

tau ya kak. Kalo ketemu langsung juga jarang pada

nanya tentang progres anaknya di kelas cuma

sebagian kecil aja.” (Sarinah 2019)

Sementara dua orang tua lainnya memiliki

keterlibatan sedang pada tipe komunikasi yaitu Ibu S dan

Ibu N. Adapun hasil observasi yang dilakukan penulis

kepada kedua informan yang memiliki keterlibatan sedang

pada tipe komunikasi terlihat bahwa mereka lebih sering

terlihat ngobrol dengan para guru dan ketua lembaga

dibanding ketiga informan sebelumnya. Terutama pada

selesai jam belajar. Selanjutnya pada saat penulis bertanya

kepada pihak guru maupun ketua lembaga, pihak lembaga

mengatakan bahwa keduanya masih menyempatkan

mengirim pesan secara personal walaupun bisa dikatakan

tidak begitu intens (Hasil observasi pada tanggal 9 Mei

2019).

Selain melalui hasil observasi, data diperoleh

dengan wawancara yang dilakukan penulis kepada kedua

informan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa

 

Page 138: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

122

komunikasi yang dilakukan orang tua kepada pihak

lembaga dikatakan cukup aktif, orang tua sudah berupaya

bertanya dan berkonsultasi kepada pihak lembaga

terutama kepada guru dalam proses belajar anak. Seperti

yang dikatakan oleh ibu N:

“Iya saya nanya ke gurunya gimana tadi anak

saya di kelas, gurunya bilang kalo dia mau nulis tapi

susah fokus. Pa Adi juga nyaranin buat sekolah

tambahan di luar.” (Dwiyana 2019)

Hal tersebut juga dilakukan oleh Ibu S yang

berupaya mengkonsultasikan perihal anak kepada pihak

lembaga, baik secara langsung maupun tidak langsung

yakni melalui chatt personal kepada guru dan ketua

lembaga.

“Ketemu langsung kalo engga lewat hape, ada

grupnya di whatsapp. Tapi grupnya ada di hape

adenya azka. Kalo kerja hapenya dibawa. Paling

nanti dia yang ngabarin ke saya kalo ada info di

grup. Kalo tanya tentang anak biasanya si chatt

personal Pak Adi atau gurunya,” (Waningsih 2019)

Sedangkan satu orang tua sisanya memiliki

keterlibatan yang tinggi yaitu Ibu DR. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa proses komunikasi tidak hanya

terjadi pada saat bertemu langsung tetapi juga

memanfaatkan handphone dengan menghubungi guru dan

ketua upd secara personal dalam bertanya seputar anak.

Selain itu orang tua tidak hanya bertanya mengenai proses

belajar anak di kelas, melainkan berupaya mencari

 

Page 139: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

123

informasi tentang sumber-sumber kebutuhan anaknya

seperti sekolah formal dan tempat terapi. Seperti yang

dilakukan oleh Ibu DR:

“Tanya ke guru anak saya di kelasnya gimana

bisa apa engga belajarnya, kalo ngobrol sama pak Adi

paling saya nanyain dia kaya nanya sekolah yang

murah di mana sama tempat terapi barangkali pak Adi

tau. Kalo di grup dikasih tau ada kegiatan apa di

lembaga. Kalo chatt personal paling kaya nanya

keperluannya dia kaya pempers, susu, izin ga masuk.”

(Daronah 2019)

Selain melalui hasil wawancara, data diperoleh

dengan observasi yang dilakukan penulis kepada

informan. Hasil observasi menunjukkan bahwa Ibu DR

memang sangat menjaga komunikasi kepada pihak

lembaga, baik melalui pesan personal maupun dengan

menelfon. Hal tersebut juga diakui oleh para guru dan

ketua lembaga, mereka mengatakan bahwa Ibu DR sering

mengirim pesan personal, baik hanya untuk menanyakan

kabar ataupun membahas perihal anak (Hasil observasi

pada tanggal 6 Maret 2019).

Kemudian hal tersebut juga dialami penulis, Ibu

DR juga beberapa kali menghubungi penulis baik melalui

telfon maupun pesan personal. Hal yang dibicarakan entah

itu menanyakan kabar penulis sampai memberikan kabar

tentang anaknya. Kabar terakhir yang penulis dapatkan

dari Ibu DR adalah Ibu DR meminta doa kepada penulis

karena anak Ibu DR ingin menjalani operasi katarak.

 

Page 140: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

124

3. Tipe 3= Sukarelawan (Volunteering)

Bentuk keterlibatan tipe ketiga yang penulis

sebutkan adalah tipe sukarelawan atau volunteering. Di

mana pada tipe ini menjelaskan tentang keterlibatan dan

partisipasi orang tua pada setiap kegiatan yang diadakan

oleh pihak lembaga. Empat dari enam orang tua yang

penulis wawancarai selalu menyempatkan hadir dan ikut

pada kegiatan yang diadakan oleh pihak lembaga atau

dapat dikatakan memiliki keterlibatan yang tergolong

tinggi yaitu Ibu S, Ibu T, Ibu DR dan Ibu DM.

Seperti Ibu S yang mampu memaparkan dengan

baik kegiatan apa saja yang biasa dilakukan di lembaga,

yaitu:

“Hari kartini, penyuluhan kesehatan, pelatihan

usaha buat orang tua, forum sesama orang tua,

buka puasa bersama sama ulang tahun anak

dirayain di sana sama hari-hari besar lainnya pasti

dibuat kegiatan di lembaga.” (Waningsih 2019)

Ibu T juga mampu menjelaskan setiap proses yang

dilakukan dengan cukup baik:

“Prosesnya ada tanya jawab, kadang ada orang

tua maju sharing pengalamannya. Banyak juga sih

yang nanya, tapi ada juga yang gak aktif.”

(Kristanti 2019)

Bagi Ibu DR, segala kegiatan yang ada di lembaga

dianggap beliau sebagai ruang bagi orang tua dalam

menambah keterampilan:

 

Page 141: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

125

“Ya bagus jadi ada kegiatan untuk ibu-ibu,

nambah keterampilan juga. Ga cuma buat anak

aja.” (Daronah 2019)

Pada salah satu orang tua lainnya yaitu Ibu DM

menganggap kegiatan yang dilakukan di lembaga

menambah system support untuk dirinya:

“Ya bagus, saya juga dulu sempet minder

punya anak kaya gini. Alhamdulillah sekarang

banyak yang ngasih semangat, bahkan masih

banyak anak yang lebih parah dibanding anak

saya.”(Darmini 2019)

Ibu DM menambahkan bahwa bantuan yang

diberikan para orang tua bersifat sukarela baik dalam

bentuk makanan maupun tenaga dalam mendukung

kegiatan yang diadakan lembaga.

“Saya bantu apa yang bisa saya bantu, ya

paling inisiatif aja si kaya bantu rapiin snack kalo

ada acara gitu, bawa snack juga. Tapi pak Adi gak

maksa si, semampunya kita aja.” (Darmini 2019)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu T:

“Biasanya ibu-ibu suka bawa konsumsi, tapi

ga ada paksaan harus bawa apa.” (Kristanti 2019)

Adapun jawaban yang diberikan Bapak A yaitu

ketua lembaga menjelaskan bahwa banyaknya orang tua

yang hadir dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak

lembaga, yaitu:

“Banyak orang tua yang hadir kalo ada

kegiatan, baik yang hanya melibatkan orang tua

 

Page 142: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

126

seperti sosialisasi gizi maupun melibatkan anak

seperti pemeriksaan kesehatan dan sosialisasi

kesehatan, kartini, buka puasa bersama.”

(Supanggih 2019)

Sebagimana pula yang dikatakan oleh Ibu T yakni

salah satu pengajar di UPD Tangsel:

“Kalo ada kegiatan suka rame yang dateng,

biasanya Pak Adi kasih info di grup. Kalo

kegiatannya kaya sosialisasi tentang kesehatan

atau gizi kan cuma ngelibatin orang tua. Kalo kaya

gitu, anaknya tetap belajar di kelas, orang tua di

luar ikut kegiatan. Kalo kaya acara kartini atau

buka puasa bersama itu kan ngelibatin keduanya,

jadi tidak ada kegiatan kelas.” (Tuti 2019)

Berikut hasil dokumentasi penulis pada salah satu

kegiatan yang ada di UPD Tangsel yakni pada tanggal 15

Mei 2019 yang bertepatan dengan kegiatan pemeriksaan

dan penyuluhan kesehatan, di mana terlihat lebih dari

sembilan belas orang tua bersama anak binaan yang hadir

pada kegiatan tersebut:

Gambar 4.1 Foto Absensi Kegiatan

 

Page 143: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

127

Gambar 4.2 Foto Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Gambar diatas merupakan gambaran dilangsungkannya

kegiatan penyuluhan kesehatan, di mana terlihat banyaknya

orangtua yang hadir pada kegiatan tersebut (Hasil observasi

pada tanggal 15 Mei 2019).

Sedangkan dua orang tua lainnya memiliki

keterlibatan yang tergolong sedang yaitu Ibu DW dan Ibu

N, di mana keterlibatan orang tua pada tipe sukarelawan

ini terhambat dikarenakan oleh pekerjaan, sebagaimana

yang dikatakan oleh ibu DW:

“Paling ulang tahun anak-anak, nanam di UPD

waktu itu si Hendrik ikutan. Waktu kartini ga ikut

karena ada acara waktu itu di gereja. Saya jarang

ikut kak, karena kerja.” (Manalu 2019)

Pada informan selanjutnya yaitu Ibu N, beliau

hanya mampu menjelaskan sebagian kecil kegiatan yang

ada di UPD Tangsel:

 

Page 144: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

128

“Kartini, penyuluhan, buka puasa juga ada

bersama tapi saya kan ga ikut.”

Kemudian saat ditanya bagaimana proses dari

kegiatan tersebut, Ibu N terlihat bingung dan sedikit lama

menjawab pertanyaan yang diberikan penulis.

“Iya....lumayan rame. Ada tanya jawab

biasanya. Tapi banyakan yang pasif ibu-ibunya.”

Pada saat penulis melakukan kunjungan ke rumah

kedua informan, penulis juga sempat bertanya terkait

kehadiran keduanya dalam acara yang diadakan lembaga.

Keduanya mengatakan bahwa dapat menyempatkan hadir

pada acara yang diadakan lembaga, kecuali pada hari

minggu di mana jadwal mereka pergi ibadah ke gereja.

Dan apabila tidak bentrok dengan jadwal terapi di RS

Fatmawati seperti yang dijelaskan Ibu N. Sedangkan

waktu yang dimiliki Ibu DW lebih susah karena harus

bekerja, hal ini dikarenakan Ibu DW merupakan orang tua

tunggal. Keduanya juga mengaku akan menyempatkan

hadir apabila ada waktu luang (Hasil observasi pada

tanggal 9 Mei 2019).

4. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

Bentuk keterlibatan tipe keempat yang penulis

sebutkan adalah tipe pembelajaran di rumah. Dapat

disimpulkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan

mengalami hasil yang beragam, di mana dari jumlah enam

 

Page 145: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

129

orang tua yang peneliti wawancarai, tiga orang tua

menunjukkan keterlibatan tinggi dan tiga orang tua

lainnya menunjukkan keterlibatan sedang.

Pada ketiga orang tua yang memiliki keterlibatan

tinggi yaitu Ibu DM, Ibu N dan Ibu T. Hasil observasi

menunjukkan ketiganya terbilang sangat memfasilitasi

kebutuhan belajar anak di rumah. Adapun hasil

dokumentasi penulis tentang sarana pembelajaran anak

yang disediakan orang tua, sebagai berikut:

Gambar 4.3 Sarana Belajar Anak di Rumah

Dapat dilihat dari gambar 4.3 di mana orang tua telah

menyediakan sarana belajar anak di rumah (Hasil observasi

pada tanggal 11 Mei 2019).

Selain melalui hasil observasi dan dokumentasi,

penulis melakukan wawancara kepada ketiga informan.

Hasil wawancara menunjukkan mereka selalu berusaha

mengajarkan anak mereka belajar di rumah walaupun

tanpa jadwal belajar yang khusus. Seperti yang dilakukan

oleh Ibu N.

 

Page 146: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

130

“Setiap hari sih saya usahain buat ngajarin dia

walaupun ga tentu, hari ini pagi, besok sore gitu.”

(Dwiyana 2019)

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu DM.

“Kadang saya ajarin setiap pagi kan dulu

sebelum sekolah di upd, kalo lagi ga mau saya ga

paksa. Kadang dia sendiri yang ngajak belajar, nanti

kalo bosen dia pergi. Ga ada jadwal khusus tapi tetep

saya usahain buat belajar.” (Darmini 2019)

Ibu T juga menyebutkan tidak ada jadwal belajar

secara khusus.

“Ga ada jadwal belajar, suka-suka dia tapi dia

memang suka megang buku. Bangun tidur bawa

buku sama pulpen terus main di depan rumah.”

(Kristanti 2019)

Ibu T biasa mengajarkan anaknya dengan metode

menebalkan titik-titik yang dibuat. Kemudian ibu T

memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan

PR sendiri.

“Kalo belajarnya lama ya bosen, dia gabisa

lama paling seperempat jam. Kalo aku sih ngajarin

biasanya pake titik-titik nanti dia ikutin titiknya.

Dia sih lebih senengnya kalo aku ajarin nyanyi.

Sama kalo dia ada PR, biasanya aku lepas biarin

dia belajar sendiri nanti kalo ada yang salah baru

aku koreksi.” (Kristanti 2019)

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu DM.

“Paling cuma nulis huruf dan angka. Biasanya

15 menit si dia fokusnya, abis itu bosen.” (Darmini

2019)

 

Page 147: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

131

Tidak jauh berbeda dengan Ibu T dan Ibu DM,

selain mengajarkan menulis, beragam hal juga diajarkan

Ibu N kepada anaknya seperti menyanyi, berhitung dan

mengenal panca indera.

“Saya ajarin nulis, menegenal panca indera,

menyanyi, berhitung. Dia bisa ngikutin cuma

konsentrasinya ga lama paling cuma 10 menit.”

Selain belajar, orang tua juga mengajarkan anak

dalam hal bina diri di rumah seperti makan dan

berpakaian.

“Kalo untuk bina diri itu awalnya aku ajarin,

misal kaya pake baju kadang dia pake sendiri nanti

aku liatin. Kalo pake bajunya kebalik baru aku

benerin. Kalo makan aku biarin aja dia makan sendiri,

mau berantakan atau apa gapapa biar dia bisa makan

sendiri nantinya.” (Kristanti 2019)

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu DM terutama

dalam hal mandi.

“Pertamanya dimandiin, terus lama-lama saya

suruh dia mandi sendiri sambil saya liatin terus

saya arahin.” (Darmini 2019)

Berbeda dengan Ibu DM, Ibu N menjelaskan

bahwa proses bina diri yang dilakukan tidak hanya

diajarkan secara langsung, namun terjadi secara tidak

langsung seperti halnya perilaku orang tua yang ditiru

sang anak.

“Saya ngajarin dia pake baju, kalo untuk

makan dia biasa ambil sendok sendiri di meja.

 

Page 148: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

132

Karena sering liat mama papanya jadi dia niru.”

(Dwiyana 2019)

Sementara ketiga orang tua lainnya yang memiliki

keterlibatan sedang yaitu Ibu DW, Ibu S dan Ibu DR,

dikarenakan mereka hanya melakukan salah satu upaya

antara menerapkan bina diri dan pembelajaran di rumah.

Seperti yang dialami oleh ibu DW yang sulit membujuk

anak untuk belajar, Ibu DW mengatakan bahwa sang anak

sering kali mengeluhkan dirinya stress ketika harus belajar

di rumah.

“Jadwal belajar ga pernah saya bikin, dia ga mau

kalo saya suruh belajar sampe marah buku disobekin

sama dia katanya dia stress kalo belajar.” (Manalu

2019)

Sementara dalam hal bina diri anak Ibu DW sudah

mampu melakukan beberapa hal secara mandiri hanya

saja masih butuh pendampingan.

“Kalo mandi sendiri dari dulu sudah bisa

walaupun gak bersih, paling saya suruh gosok

kakinya, telinganya bersihin, tangannya juga

sambil saya liatin.” (Manalu 2019)

Pada Ibu S, beliau tidak begitu kesulitan dalam

mengajak anak untuk belajar, hanya saja anak sulit fokus.

“Kalo diajarin kaya angka gitu dia ga fokus,

lupa-lupa terus. Kalo pake gambar kaya binatang

dan warna lama-lama dia hafal walaupun ga

secepat anak normal. Paling diajarin keseharian

kaya abis makan taro piringnya.” (Waningsih

2019)

 

Page 149: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

133

Dalam hal bina diri, anak Ibu S sudah mampu

melakukan secara mandiri hanya saja masih perlu diberi

perintah.

“Pertama diajarin sama saya, tapi lama-lama

bisa sendiri dia. Tapi males anaknya harus

disuruh.” (Waningsih 2019)

Beda halnya pada Ibu DR, beliau hanya dapat

mengajarkan pembelajaran di rumah saja seperti

mengenalkan hewan, mewarnai dan membaca buku.

“Saya ajarin mengenal hewan pake poster, baca

buku cerita juga, atau denger dari kaset. Kalo lagi

minta mewarnai dia mewarnai, tapi kalo udah bosen

dilempar pensilnya. Kalo lagi saya ajarin bisa dia

nyamain hewan. Paling cuma setengah jam doang

abis itu udah.” (Daronah 2019)

Sedangkan dalam hal mengajarkan bina diri

kepada anak, upaya yang diajarkan ibu DR terbilang

terbatas. Hal ini dikarenakan oleh kondisi keterbatasan

gerak pada anak ibu DR yang mengalami MDVI.

“Saya suruh dia makan sendiri, saya bilangin aja

mau sampe kapan disuapin mamanya terus. Tapi ya

namanya kondisi dia kaya gini pasti nanti ujung-

ujungnya ibunya yang nyuapin.” (Daronah 2019)

Selain hasil wawancara, penulis juga melakukan

observasi kepada ketiga anak informan selama proses

belajar di kelas. Di mana, pada anak Ibu DW dan Ibu S

memang dapat dikatakan sulit fokus selama belajar. Hal

ini dikarenakan kondisi disabilitas yang dialami anak Ibu

 

Page 150: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

134

DW (H) dan Ibu S (A), di mana H mengalami retardasi

mental dan A mengalami down syndrome. Dalam hal ini,

gangguan/ hambatan yang dialami terletak pada kognisi

mereka.

Pada saat penulis diberi kesempatan untuk

membimbing H dan A di kelas, penulis ingin mengetahui

dan melatih fokus mereka dengan cara mengajak H dan A

untuk memindahkan kedua warna biji congklak ke tiap-

tiap lubang dengan jumlah yang sama. Hasil observasi

menunjukkan bahwa H dan A masih kesulitan dan butuh

lebih banyak bimbingan. Selain itu, fokus mereka juga

tidak lama hanya sekitar lima belas menit.

Selebihnya mereka mengeluh kesulitan dan bosan.

Selain hambatan kognisi yang mereka alami, kondisi

mood dan emosi mereka juga terkadang sulit terkontrol.

Di luar itu, kemampuan komunikasi dan bina diri S dan A

cukup baik. Berikut hasil dokumentasi penulis pada saat

mengajak H dan A belajar sambil bermain.

Gambar 4.4 Foto pada saat H dan A Melatih Fokus

 

Page 151: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

135

Gambar diatas adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam

melatih fokus H dan A (Hasil observasi pada tanggal 28

Februari 2019).

5. Tipe 5= Membuat Keputusan

Bentuk keterlibatan tipe kelima yang penulis

sebutkan adalah membuat keputusan. Pada tipe ini

menjelaskan tentang keterlibatan orang tua dalam hal

menentukan alternatif mana yang akan ditempuh anak

yang didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sang anak.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara yang peneliti

lakukan, tiga dari enam orang tua memiliki keterlibatan

yang tinggi dalam membuat keputusan, dan tiga orang tua

lainnya memiliki keterlibatan sedang pada tipe membuat

keputusan.

Bagi ketiga orang tua yang memiliki keterlibatan

tinggi pada tipe membuat keputusan yaitu Ibu DR, Ibu N

dan Ibu DM, keputusan dan eksekusi yang mereka

lakukan sudah tepat dalam hal perkembangan anak. Di

mana para orang tua tidak hanya memasukkan anaknya di

UPD Tangsel saja, melainkan pada kelas terapi yang dapat

menunjang perkembangan anak dan dalam hal

mempersiapkan anak masuk ke sekolah formal.

Sebagaimana yang diungkapkan ibu N:

“Dari 2016 saya ikut OTTW (okupasi terapi

terapi wicara) di fatmawati sampe sekarang masih. Di

sana juga kan diajarin menulis dan mengenal huruf.”

(Dwiyana 2019)

 

Page 152: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

136

Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu DR:

“Dulu waktu dia belum bisa ngomong, saya

masukin dia terapi di fatmawati, OTTW namanya

(okupasi terapi terapi wicara), di sana juga diajarin

nulis, belajar juga. Kalo sekarang udah ga di situ,

terapi di tempat pak fardan yang di kedaung.”

(Daronah 2019)

Berbeda dengan yang dilakukan Ibu DM, berbagai

upaya telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

anaknya seperti tes bera maupun terapi.

“Kalo sekolah si belum, kalo cek kondisi dia

sih udah kaya tes bera, terapi juga udah, sampe

beli alat bantu denger juga pernah.” (Darmini

2019)

Selain hasil wawancara, penulis juga melakukan

observasi kepada ketiga informan yang memiliki

keterlibatan tinggi pada tipe membuat keputusan. Di mana

ketiganya terlihat rajin menghadiri kegiatan kelas. Hal ini

membuktikan bahwa keputusan yang dipilih orang tua

dalam memasukan anak mereka ke upd telah dioptimalkan

dengan baik (Hasil observasi pada tanggal 6 Maret 2019).

Sedangkan selama proses observasi, penulis

melihat hambatan yang dialami para orang tua yang jarang

hadir ke upd dikarenakan kesibukan orang tua, anak

mereka sakit atau sedang tidak punya uang untuk ongkos

(Hasil observasi pada tanggal 6 Maret 2019). Hal tersebut

juga diakui para orang tua pada saat proses wawancara

berlangsung.

 

Page 153: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

137

Kemudian pada tiga orang tua lainnya yang

memiliki keterlibatan sedang yaitu Ibu DW, Ibu S dan Ibu

T, keputusan yang mereka buat dalam hal menyekolahkan

anak sudah cukup baik namun eksekusi yang dilakukan

tergolong rendah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Ibu S:

“Sebelum gabung di upd belum pernah

sekolah di mana-mana. Cuma udah usaha nyari

terapi di sana-sini, ada yang cocok ya ada juga

yang ga cocok ga ada perubahan dianya. Paling

saya ajarin nulis di rumah.” (Waningsih 2019)

Sedangkan Ibu DW mengungkapkan bahwa alasan

anaknya terhambat dalam pendidikan dikarenakan oleh

pekerjaan orang tua.

“....saya masukin dia SD di Jurang Mangu cuma

beberapa bulan di sana. Setelah papanya meninggal

udah ga pernah sekolah lagi soalnya gak ada yang

nganterin, saya juga kan kerja cari duit buat makan.

Sampe dikenalin sama UPD baru dia sekolah lagi.

Rencananya memang saya mau panggil guru les biar

dia bisa belajar di rumah.” (Manalu 2019)

Berbeda dengan Ibu T, Ibu T sudah menyadari

tentang pentingnya komunitas terutama dalam hal

menambah informasi tentang anak. Namun Ibu T

menambahkan bahwa rendahnya kehadiran di UPD

dikarenakan tidak adanya ongkos.

“Alasan gabung ke upd ya karena anak, aku

harus bantu dia. Kalo aku nya gak aktif dia gimana

mau berkembang, kan harus akunya yang aktif.

Aku harus cari info, harus ada komunitasnya.

 

Page 154: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

138

Cuma ya gimana ya kak, kalo lagi ga ada ongkos

juga kan ga bisa ke upd. Ini juga udah lama dia gak

ke upd.” (Kristanti 2019)

6. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

Bentuk keterlibatan tipe keenam yang penulis

sebutkan adalah tipe kerjasama dengan komunitas

masyarakat. Dapat disimpulkan dari hasil wawancara,

ketiga dari enam orang tua menunjukkan keterlibatan

yang sedang dalam bekerjasama dengan komunitas

masyarakat, dua orang tua lainnya memiliki keterlibatan

tinggi dan satu orang sisanya memiliki keterlibatan yang

rendah.

Tiga orang yang memiliki keterlibatan sedang pada

tipe kerjasama dengan komunitas masyarakat yaitu Ibu N,

Ibu S dan Ibu T menunjukan bahwa proses mengenalkan

anak kepada lingkungan berjalan dan orang tua cukup

melibatkan anak. Namun dalam hal ini anak yang lebih

banyak mengeksplor. Sebagaimana yang diungkapkan ibu

T:

“Kalo diajak jalan nih kak ke mana gitu berapa

kali, langsung hafal gitu jalannya. Aku jarang sih

ngenalin dia tempat-tempat gitu, karena dia yang

sering main. Dia biasanya suka eksplor hal-hal sendiri,

paling kalo dia salah baru aku koreksi. Biasanya dia

liat, dia tanya dan dia jadi tau. ” (Kristanti 2019)

Sama halnya dengan Ibu N yang mengungkapkan

bahwa anak lebih banyak mengeksplor lingkungan.

“Dia kan suka masuk-masuk ruangan sendiri

jadi dia udah tau di mana kelasnya, di mana ruang

 

Page 155: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

139

untuk cari mamanya, di mana kamar mandi.”

(Dwiyana 2019)

Pada Ibu S proses mengenalkan lingkungan

kepada anak telah dilakukan. Hanya saja emosi anak yang

tidak terkontrol menghambat interaksi dengan lingkungan.

“Pertamanya saya yang ngenalin, tapi kalo

sering ketemu dia paham sendiri. Dia cepet akrab

si sama orang baru. Cuma kalo buat komunikasi

emosinya masih suka gak terkontrol. Nanti dia

suka meluk, tapi juga dia suka marah.” (Waningsih

2019)

Berdasrkan hasil observasi yang dilakukan penulis,

ketiga informan di atas memang terbilang cukup aktif

dalam mengenalkan lingkungan kepada sang anak. Ketiga

anak informan juga tidak takut dengan orang baru dan

terbilang mudah akrab sehingga proses pengenalan kepada

lingkungan dapat berjalan dengan cukup baik. Proses

pengenalan biasa dilakukan kepada lingkungan sekitar

lembaga, seperti para staff upd maupun orang tua binaan

lainnya. Selain itu, beberapa kali penulis juga melihat

ketiga informan ini mengenalkan tempat-tempat di sekitar

lingkup upd kepada sang anak seperti jalan, lapangan,

masjid, dan sebagainya (Hasil observasi pada tanggal 15

Mei 2019).

Sedangkan dua orang tua yang memiliki

keterlibatan tinggi memiliki upaya yang tinggi yaitu DR

dan Ibu DM. Di mana orang tua banyak melibatkan diri

 

Page 156: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

140

dengan masyarakat dalam hal mengenalkan lingkungan

kepada anaknya.

“....saya juga bilang ke temen-temen dia sama ke

tetangga kalo mau manggil anak saya harus dicolek,

karena mau dipanggil sampai teriak pun dia gak akan

denger. Tetangga juga sempet nanya ke saya kaya

gimana sih kalo nanyain ayahnya ke dia, saya ajarin

kalo simbol ayah itu pegang kepala.” (Darmini 2019)

Hal serupa juga dilakukan pada Ibu DR, di mana

Ibu DR berupaya mengenalkan orang-orang yang ditemui

anaknya.

“Setiap ketemu saya kenalin ke dia, salim nak

sama bunda guru. Salim sama bunda sumi, sama

bunda rina. Karena sering ketemu dia jadi kenal.

Di upd kan ada praktek masak, dibawa tuh dia ke

dapur sama gurunya. Paling dari situ dia ngeliat

terus jadi paham.” (Daronah 2019)

Berdasrkan hasil observasi, kedua informan di atas

sangat aktif terlibat dalam hal bekerjasama dengan

komunitas atau dalam hal ini mengenalkan anak kepada

lingkungan dan atau sebaliknya (Hasil observasi pada

tanggal 15 Mei 2019).

Sementara satu orang tua sisanya yang memiliki

keterlibatan rendah yaitu Ibu DW mengaku tidak banyak

melakukan usaha dalam mengenalkan anak kepada

lingkungan, hal ini dikarenakan anak yang lebih banyak

mengeksplor lingkungan.

 

Page 157: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

141

“Biasa-biasa aja, kalo misalnya kita baru masuk

ke lingkungan baru itu dia sendiri yang cari teman.”

(Manalu 2019)

Adapun hasil observasi yang dilakukan penulis

pun demikan, upaya yang dilakukan orang tua terbilang

rendah dalam mengenalkan lingkungan kepada anak

maupun mengenalkan anak kepada lingkungan. Sang

anaklah justru yang lebih aktif mengeksplor lingkungan

sekitarnya seperti bermain dengan anak binaan lain yang

bukan teman sekelasnya dan bahkan mengobrol dengan

orang tua binaan lainnya (Hasil observasi pada tanggal 6

Maret 2019).

C. Kemandirian Anak Disabilitas

Kemandirian pada anak disabilitas mampu

berkembang dengan baik apabila anak diberikan latihan

secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Proses belajar

tersebut memerlukan peran keluarga agar seorang anak dapat

mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya

tergantung pada orang tua menjadi mandiri.

Adapun tiga area kemandirian anak disabilitas

berdasarkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus Pendidikan Dasar (2013) yang menjadi

acuan dari Yayasan Sayap Ibu Bintaro maupun Unit

Pelayanan Disabilitas, yaitu; (1) area bekerja; (2) area bina

diri; dan (3) area komunikasi dan sosialisasi. Berikut hasil

data dan temuan lapangan mengenai dampak keterlibatan

 

Page 158: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

142

orang tua bagi kemandirian anak dengan disabilitas di Unit

Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan adalah sebagai

berikut:

1. Area Bekerja

Area kemandirian pertama yaitu area bekerja, di

mana pada area ini anak disabilitas mampu melakukan

aktivitas sehari-hari atau kegiatan yang dapat mampu

menopang hidupnya di masa depan seperti membuat

makan dan minum, menjaga kebersihan lingkungan,

menyapu, berbelanja, berkebun dan mencuci pakaian.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara yang

penulis lakukan kepada keenam orang tua dari anak

binaan menunjukkan bahwa area kemandirian pertama ini

yaitu area bekerja mengalami hasil yang beragam, di

mana dari jumlah enam orang tua yang penulis

wawancarai, dua orang tua mengatakan bahwa masing-

masing anak mereka memiliki kemadirian yang tinggi,

dua orang tua lainnya memiliki anak dengan kemandirian

sedang dan dua anak sisanya memiliki kemandirian yang

rendah.

Pada dua orang anak yang memiliki kemandirian

tinggi yaitu anak dari Ibu DM dan Ibu DW. Adapun hasil

observasi yang dilakukan penulis kepada kedua anak

informan selama di lembaga terlihat bahwa mereka sudah

mampu melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilatihkan

di lembaga seperti mencuci tempat makan setelah mereka

 

Page 159: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

143

selesai makan dan membersihkan ruang kelas. Baik H

yaitu anak ibu DW maupun P anak ibu DM sudah mampu

melakukan pekerjaan dengan baik, dan tidak

membutuhkan bantuan orang lain. Hanya saja sesekali

masih perlu pengawasan (Hasil observasi pada tanggal 9

Mei 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dari Ibu DM dan Ibu

DW, anak mereka sudah mampu melakukan pekerjaan

rumah seperti membuat makan dan minum, walaupun

masih membutuhkan pendampingan dari orang tua.

Seperti yang diungkapkan ibu DM:

“Mungkin awalnya dia sering ngeliat, terus dia

mau coba bikin susu sendiri. Iya saya ajarin sambil

saya liatin karena kan ngeri ya air panas, tapi bisa dia.”

(Darmini 2019)

Ibu DM menambahkan bahwa anaknya juga sudah

mampu membersihkan rumah.

“Sama, dia sering liat saya nyapu ngepel jadi dia

mau coba, walaupun ga begitu bersih harus saya sapu

lagi. Udah bisa dia, tapi emang harus saya liatin.”

(Darmini 2019)

Hal serupa juga diungkapkan Ibu DW, yakni:

“Dia sudah bisa mandi sendiri, ambil makan

sendiri, cuci piring bisa, nyapu rumah bisa

walaupun sedikit gak rapi. Gak perlu disuruh juga

kalo dia liat rumah berantakan pasti dirapiin sama

dia.” (Manalu 2019)

Dalam hal berbelanja, anak sudah mampu

melakukan aktivitas belanja dan bahkan orang tua sudah

 

Page 160: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

144

mempercayai anak dengan memberikan tugas belanja

kepada anak seperti yang dilakukan Ibu DW.

“Saya suruh dia ke warung, kalo banyak saya

kasih catetan. Kalo cuma satu atau dua barang dia

bisa. Saya ajarin kalo uang yang besar buat ditabung,

yang sepuluh ribuan baru boleh buat jajan.” (Manalu

2019)

Kemudian pada dua anak yang memiliki

kemandirian sedang yaitu anak dari Ibu S dan Ibu T,

kondisi anak sudah mampu melakukan beberapa aktivitas

seorang diri hanya saja masih perlu diingatkan dan masih

tergantung pada mood anak, seperti yang terjadi pada

anak dari Ibu S.

“Kalo buat makanan/ masak si awalnya dia liat

pengen ikutan, saya kasih izin buat bantuin kalo saya lagi

siapin dagangan, saya suruh aduk adonan bisa atau

motong-motong sayur bisa dia. Tapi males anaknya, perlu

disuruh dulu.” (Waningsih 2019)

Dalam hal membersihkan rumah, ibu S juga

mengatakan bahwa sang anak mampu melakukan tugas

membersihkan rumah, hanya saja bergantung pada mood

anak.

“Sama harus saya suruh juga. Kalo nyapu bisa,

ngepel gabisa peresnya jadi basah semua.

Tergantung mood anaknya kalo lagi males ya

susah.” (Waningsih 2019)

Sama halnya dengan ibu S, ibu T juga menjawab

demikian, terutama dalam mencuci pakaian.

 

Page 161: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

145

“Kalo aku lagi cuci baju aja dia sering mau

ikutan, belajar ngucek-ngucek, ngerendem baju. Kalo

untuk angkat jemuran udah bisa, kadang aku minta

tolong buat angkatin jemuran yang ga terlalu tinggi

diangkatin sama dia. Sama aku suruh dia buat

ngelipetin pakaian dalem dia, udah bisa. Tapi ya

tergantung moodnya dia, kalo lagi gak mood nih dia

ya susah dimintain tolongnya. ” (Kristanti 2019)

Adapun hasil observasi yang dilakukan penulis

kepada A anak dari Ibu S dan N anak dari Ibu T juga sama

seperti yang dikatakan oleh ibu S dan Ibu T. N sudah

mampu melakukan kegiatan secara mandiri, hanya saja

masih butuh banyak pendampingan dikarenakan N masih

berumur 9 tahun. Sedangkan A sebenarnya sudah mampu

melakukan kegiatan secara mandiri hanya saja perlu

dibujuk beberapa kali sehingga A mau melakukan

kegiatan tersebut secara mandiri.

Namun hal tersebut terjadi hanya ketika mood A

sedang tidak terkontrol, selebihnya A mau dan mampu

melakukan kegiatan secara mandiri seperti halnya

membersihkan ruang kelas dan mencuci tempat makan

miliknya setelah selesai makan. Adapun dokumentasi

yang diambil penulis pada saat A bersih-bersih, sebagai

berikut.

 

Page 162: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

146

Gambar 4.5 Foto A pada saat bersih-bersih

Gambar di atas adalah hasil pengamatan penulis

terhadap A dalam hal bersih-bersih (Hasil observasi

pada tanggal 27-28 Februari 2019).

Sementara pada dua anak yang memiliki

kemandirian yang rendah pada area bekerja yaitu anak

dari Ibu DR dan Ibu N, disebabkan oleh tingkat disabilitas

sang anak, di mana keterbatasan fisik dan gangguan

penglihatan atau MDVI yang dialami oleh anak dari Ibu

DR dan gangguan pemusatan perhatian atau GPPH yang

terjadi pada anak dari Ibu N menghambat proses

kemandirian anak. Seperti yang diungkapkan Ibu DR:

“Saya ajarin si biar dia bisa makan sama minum

sendiri, tapi kondisi dia kan gini. S beda sama anak

yang bisa jalan, masalah dia kan ada di fisik. Jadi

belum bisa mandiri, apa-apa masih mamanya.”

(Daronah 2019)

Kemudian pada Ibu N yang memiliki anak dengan

disabilitas GPPH atau gangguan pusat perhatian dan

 

Page 163: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

147

hiperaktif mengaku bahwa anaknya masih belum mengerti

tentang konsep berbelanja.

“Paling saya jelasin ini uang dua ribu warnanya

abu-abu. dia belum bisa jajan sendiri masih belum

paham.” (Dwiyana 2019)

Dalam hal membersihkan rumah, ibu N

menambahkan bahwa anak masih belum mampu

melakukan kegiatan secara mandiri dan ditambah dengan

kondisi anak yang sulit fokus.

“Kalo nyapu ngepel belum bisa. Paling saya

suruh buang sampah, ya gitu kadang-kadang bisa

tanpa disuruh, kadang malah buang sembarangan,

soalnya dia susah fokusnya.” (Dwiyana 2019)

Adapun hasil observasi terlihat bahwa memang

benar kondisi disabilitas kedua anak informan di atas

mengambat mereka dalam melakukan kegiatan secara

mandiri. T yaitu anak Ibu N yang mengalami GPPH

menyebabkan T sulit fokus dan sangat hiperaktif. Seperti

pada saat observasi penulis selama di kelas, T sangat sulit

untuk fokus dan tenang selama proses belajar sehingga

membutuhkan bimbingan dari guru.

 

Page 164: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

148

Gambar 4.6 Foto T pada saat belajar

Gambar di atas adalah hasil pengamatan yang

dilakukan penulis terhadap T di kelas (Hasil observasi

pada tanggal 8 Mei 2019).

Sedangkan S yaitu anak dari Ibu DR yang

mengalami MDVI di mana kondisi cerebal palsy dan

gangguan penglihatan yang disebabkan oleh katarak

menghambat S melakukan kegiatan secara mandiri.

Berikut dokumentasi penulis bersama S pada saat

kunjungan ke rumah Ibu DR.

Gambar 4.7 Foto Penulis bersama dengan S

Gambar di atas adalah hasil pengamatan penulis terhadap S

pada saat kunjungan ke rumah Ibu DR (Hasil observasi pada

tanggal 7 Mei 2019).

2. Area Bina Diri

Area kemandirian kedua yaitu area bina diri, di

mana pada area ini anak disabilitas mampu melakukan

 

Page 165: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

149

aktifitas menolong diri sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki, sehingga mereka mereka dapat mengembangkan

potensinya secara optimal dan mandiri teutama melayani

diri sendiri, seperti berpakaian, makan dan minum dan

membersihkan diri.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara yang

penulis lakukan kepada keenam orang tua dari anak

binaan menunjukkan bahwa empat dari enam orang anak

memiliki kemandirian yang tinggi dalam hal bina diri dan

dua orang anak lainnya memiliki kemandirian yang

rendah.

Pada keempat anak yang memiliki kemandirian

tinggi yaitu anak dari Ibu DM, Ibu S, Ibu DW dan Ibu T,

mereka sudah bisa melakukan kegiatan bina diri secara

mandiri di rumah. Seperti yang dikatakan oleh Ibu DM:

“Buat susu sendiri bisa, ambil makan bisa, pakai

baju bisa, ngelepas baju juga bisa sendiri. Mandi,

BAK, BAB bisa sendiri.” (Darmini 2019)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu T bahwa

sang anak sudah mampu melakukan beberapa aktivitas

secara mandiri:

“Makan sudah tapi masih berantakan, gosok

gigi juga sudah, mandi sudah bisa tapi masih saya

bantu untuk sikat bagian belakangnya. Pakai baju

dan celana bisa.” (Kristanti 2019)

Sama halnya yang terjadi pada Ibu DW.

“Udah bisa semuanya sendiri, dia sudah bisa

mandi sendiri, ambil makan sendiri, pakai dan

lepas baju sendiri.” (Manalu 2019)

 

Page 166: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

150

Selain itu, pada anak disabilitas yang memasuki

usia remaja pun juga mampu melakukan bina diri secara

mandiri seperti memakai pembalut saat menstruasi dan

memakai pakaian dalam sendiri.

“Awalnya saya yang pakein pembalutnya, tapi

sekarang udah bisa pake atau ganti sendiri. Kalo pake

daleman juga gitu, awalnya saya yang pakein tapi

sekarang dia udah bisa pake sendiri.” (Waningsih

2019)

Hasil observasi yang dilakukan penulis juga

menunjukkan bahwa keempat anak informan di atas sudah

mampu melakukan kegiatan bina diri selama di lembaga,

baik itu menyiapkan buku yang akan digunakan hingga

pada merapikannya dan memasukan kembali ke dalam tas

secara mandiri. Kemudian dalam hal makan dan minum,

keempat anak informan juga mampu makan secara

mandiri pada saat jam istirahat (Hasil observasi pada

tanggal 16 Mei 2019).

Adapun observasi yang dilakukan kepada kedua

anak yaitu S dan T yang memiliki kemandirian yang

rendah dalam hal bina diri disebabkan oleh gangguan/

hambatan yang dialaminya (lihat hal. 146). Namun dalam

hal makan dan minum, S masih mampu memegang

makanan atau minum dengan kedua tangannya.

Sedangkan S masih belum mampu untuk makan secara

mandiri. Kemudian pada T, T sudah mampu melakukan

kegiatan makan dan minum secara mandiri, hanya saja

 

Page 167: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

151

masih sangat berantakan dan butuh bimbingan dari orang

di sekitarnya.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada kedua

anak yang memiliki kemandirian yang rendah pada area

bina diri disebabkan oleh tingkat disabilitas sang anak

seperti yang terjadi pada anak dari Ibu DR dan Ibu N.

Sebagaimana yang diungkapkan Ibu DR yang memiliki

anak penyandang MDVI:

“Paling pas saya pakein baju ke dia saya

bilangin gitu ayo belajar pake baju sendiri, tapi ya

gimana ya kak dia kan keterbatasannya di fisik jadi ya

susah.” (Daronah 2019)

Sementara pada Ibu N yang memiliki anak

penyandang GPPH mengaku bahwa anaknya masih belum

mampu dalam melakukan bina diri terutama

membersihkan diri, hal ini dikarenakan gangguan fokus

yang dimiliki sang anak.

“Masih belum bisa kalo mandi sendiri, saya udah

bilang kalo mau BAB ke belakang gitu tapi

tempatnya suka gak pas kaya masih di lantai belum di

WC. Emang susah dia fokusnya.” (Dwiyana 2019)

3. Area Komunikasi dan Sosialisasi

Area kemandirian ketiga yang penulis sebutkan

yaitu area komunikasi dan sosialisai, dapat disimpulkan

dari hasil wawancara bahwa tiga dari enam orang anak

memiliki kemandirian yang sedang, sementara dua anak

 

Page 168: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

152

lainnya memiliki kemandirian yang tinggi dan satu anak

sisanya memiliki kemandirian yang rendah.

Pada tiga anak yang memiliki kemandirian sedang

yaitu anak dari Ibu DM, Ibu S dan Ibu DR, mereka

mampu bersosialisasi dengan baik dan tidak takut dengan

orang baru. Hanya saja proses komunikasi yang berjalan

terhambat oleh keterbatasan yang dimiliki anak sehingga

orang lain sulit memahami sang anak. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu DM yang memiliki anak

penyandang Tuli.

“Awalnya saya ga ngerti dia ngomong apa,

sampe saya ajarin bahasa tubuh yang simpel sehari-

hari aja bukan bahasa isyarat yang gimana-gimana

karena saya juga kan ga paham. Manggil dia juga

harus dicolek dulu, temen-temen sama tetangga juga

masih bingung kalo ngomong sama dia.” (Darmini

2019)

Selanjutnya pada Ibu DR mengungkapkan bahwa

sang anak sebenarnya mampu diajak berinteraksi hanya

saja cara bicara anak cenderung lambat dan sulit

dimengerti sehingga menghambat proses komunikasi yang

berjalan.

“Dia bisa diajak ngobrol, ngerti dia. Cuma kan

dia kalo ngomong suka lama, terus suka ga jelas

makanya kadang orang suka ga ngerti dia

ngomong apa.” (Daronah 2019)

 

Page 169: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

153

Berbeda dengan ibu S yang mengatakan bahwa

emosi anaknya masih belum dapat terkontrol sehingga

menghambat proses sosialisasi yang berjalan.

“Tapi emosinya masih suka gak kekontrol,

kadang dia cari perhatian, tapi juga kadang galak suka

mukul. Makanya kalo orang yang belum kenal sama

dia agak takut kayanya.” (Waningsih 2019)

Adapun hasil observasi yang dilakukan penulis

memiliki hasil yang sama seperti apa yang dikatakan

ketiga informan. Pada P yaitu anak Ibu DM yang

mengalami tuli memang perlu menggunakan bahasa

isyarat sederhana dalam berkomunikasi dengan P, selain

itu sentuhan perlu dilakukan agar P menyadari bahwa kita

sedang mengajak P berbicara. Sesekali penulis tidak

paham dengan maksud yang disampaikan oleh P, seperti

halnya P ingin mengajak penulis masuk ke dalam kelas.

Sehingga P menarik tangan penulis ke dalam kelas (Hasil

observasi pada tanggal 15 Mei 2019).

Kemudian pada S yaitu anak Ibu DR, S sebenarnya

mampu berbicara. Hanya saja gaya bicara S yang lambat

dan artikulasi yang kurang jelas menyebabkan penulis

sulit memahami perkataan S (Hasil observasi pada tanggal

7 Mei 2019). Sedangkan pada A yaitu anak ibu S sudah

mampu dalam melakukan komunikasi hanya saja

emosinya yang tidak terkontrol membuat komunikasi

terhambat. Sesekali A menjadi sosok yang manja dan

seringkali memeluk penulis, namun tidak jarang A juga

 

Page 170: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

154

memukul dan marah terhadap penulis tanpa sebab. Bagi

beberapa orang yang baru mengenal A mungkin takut dan

merasa terganggu dengan sikap A yang mudah berubah-

ubah, hal tersebut menghambat proses interaksi (Hasil

observasi pada tanggal 16 Mei 2019).

Sementara pada dua anak yang memiliki

kemandirian tinggi yaitu anak dari Ibu T dan Ibu DW,

mereka tidak memiliki masalah dalam proses komunikasi

dan sosialisasi dengan orang di sekitarnya, bahkan sang

anak dapat memulai percakapan terlebih dahulu dengan

menanyakan nama orang yang ditemuinya. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu T:

“Karena dia sering eksplor sendiri, dia jadi sering

ketemu orang baru. Enggak dia ga takut sama orang

baru, malah dia duluan yang nanya nama kamu siapa

gitu.” (Kristanti 2019)

Hal serupa juga diungkapan oleh Ibu DW:

“....kalo misalnya kita baru masuk ke lingkungan

baru itu dia sendiri yang cari teman.” (Manalu 2019)

Hasil observasi yang dilakukan penulis kepada H

yaitu anak Ibu DW dan N anak Ibu T menujukkan tidak

ada masalah yang dialami keduanya dalam hal

komunikasi dan sosialisasi. Bahkan keduanya tidak ragu

memulai percakapan, seperti hanya menanyakan kabar

penulis dan sebagainya (Hasil observasi pada tanggal 15

Mei 2019).

 

Page 171: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

155

Sedangkan satu orang anak sisanya memiliki

kemandirian yang rendah yaitu anak dari Ibu N, di mana

anak belum dapat berbicara dengan jelas, hiperaktif dan

sulit fokus ketika diajak bicara.

“Pake lisan si, tapi dia belum lancar ngomong

satu kalimat panjang paling kata perkata. Kalo

gerakan si misalnya dia laper terus dia nuntun tangan

papanya buat ambil piring. Dia anaknya hiperaktif

jadi susah juga ngadepinnya, terus susah fokusnya

kalo diajak bicara.” (Dwiyana 2019)

Hasil observasi yang dilakukan penulis terhadap T

yaitu anak Ibu N terlihat bahwa komunikasi dan interaksi

yang dilakukan T masih sangat rendah. Di mana T yang

sangat hiperaktif dan sulit fokus menyebabkan proses

komunikasi terhambat (Hasil observasi pada tanggal 8

Mei 2019).

D. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara yang penulis

lakukan kepada keenam orang tua dari anak binaan, beragam

manfat yang dirasakan pihak orang tua dengan adanya

keterlibatan mereka pada pendidikan anak. Bagi Ibu DR,

manfaat yang beliau rasakan yakni menambah pengalaman,

keterampilan dan menambah system support bagi dirinya.

“Ya nambah pengalaman, jadi tau ternyata yang

punya anak kaya gini bukan saya aja bahkan ada yang

lebih parah, hati kita jadi lebih kuat. Nambah

keterampilan juga.” (Daronah 2019)

 

Page 172: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

156

Sedangkan menurut Ibu DM, selain menambah

wawasan manfaat lain yang beliau rasakan adalah

bertambahnya relasi dan pertemanan baru serta informasi-

informasi baru.

“Nambah saudara, wawasana, iya nambah temen,

nambah relasi juga jadi dapet info baru gitu....”

(Darmini 2019)

Kemudian pada Ibu T, manfaat yang beliau

rasakan adalah bertambahnya wawasan tentang

bagaimana cara menangani anak terutama ketika anak

tantrum. Selanjutnya, Ibu T merasa kepuasan dalam diri

dalam merawat anak.

“Iya nambah wawasan, aku yang tadinya gatau

jadi tau, lebih ke cara pegang dia gimana. Bukan

masalah pendidikan sih, tapi lebih ke cara merawat

dia nya gimana apalagi pada saat tantrum. Iya, jadi

ngerasa puas bisa ngerawat dia.” (Kristanti 2019)

Selain itu, manfaat keterlibatan tidak hanya

dirasakan oleh para orang tua saja, melainkan adanya

perubahan yang terjadi pada sang anak dengan adanya

keterlibatan mereka dalam pendidikan anak seperti

tumbuhnya sikap kemandirian dan kedisiplinan anak.

Sebagaimana yang diungkapkan Ibu N:

“Kalo manfaat ke anaknya sih jadi lebih pinter,

mandiri, disiplin.” (Dwiyana 2019)

Berbeda dengan Ibu DW yang merasakan bahwa

sang anak menjadi lebih patuh dan paham.

 

Page 173: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

157

“Kalo ke anaknya, saya ngerasa dia jadi lebih

nurut dan ngerti kalo dibilangin.” (Manalu 2019)

Sedangkan pada Ibu S merasa lebih dekat dengan

sang anak.

“Lebih deket ke anak karena emang sehari-hari

sama saya.” (Waningsih 2019)

Pihak lain yang juga merasakan manfaat dari

adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak

adalah pihak lembaga. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Ibu R yaitu salah satu pengajar di UPD Tangsel, Ibu

R merasa dengan adanya keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak terutama di rumah, proses belajar anak di

kelas menjadi lebih cepat dibandingkan dengan anak yang

tidak diajarkan di rumah.

“Jadi lebih cepet menangkap dan menerima

pelajaran di kelas, karena biasa diajarin di rumah

sama orang tua nya. Beda sama yang engga diajarin,

lebih lama prosesnya.” (Sarinah 2019)

Sementara itu, menurut Ibu SK yakni salah satu

guru di kelas Persiapan merasa manfaat adanya

keterlibatan orang tua pada pendidikan anak adalah

menciptakan suasana kbm yang nyaman dan lebih efektif

dikarenakan kondisi emosi anak lebih terkontrol.

“Di kelas jadi lebih terkontrol emosinya, suasana

kelas jadi lebih nyaman dan efektif kan kalo mereka

bisa diatur.” (Khodijah 2019)

 

Page 174: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

158

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Ibu

T, salah satu guru di kelas behaviour yang mengatakan

bahwa anak menjadi lebih terkontrol dan dapat dengan

mudah diarahkan di kelas.

“Kalo orang tua nya aktif ngajarin di rumah kan

keliatan di kelasnya anak jadi terkontrol dan bisa

diarahkan.” (Tuti 2019)

Selanjutnya yaitu Ketua UPD Tangsel yaitu Bapak

A menegaskan bahwa manfaat dari adanya keterlibatan

orang tua pada pendidikan anak sebetulnya akan kembali

dirasakan pada diri orang tua.

“Sebenarnya setiap usaha yang dikeluarkan orang

tua pasti ada hasilnya, dan hasil yang dirasakan itu

kembali kepada mereka para orang tua.” (Supanggih

2019)

 

Page 175: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

159

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan hasil penelitan yang telah

dilakukan dan dikaitkan dengan kerangka berfikir yang sudah

dirancang oleh peneliti dalam bab 2. Dalam kerangka berpikir

dijelaskan bahwa anak penyandang disabilitas mengalami

keterbatasan maupun gangguan tidak hanya fisik, melainkan

mental, sosial, maupun tuna ganda atau cacat ganda. Dari

keterbasan tersebut, anak penyandang disabilitas membutuhkan

adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan mereka.

Keterlibatan orang tua tidak hanya dilakukan di rumah

saja, melainkan pada lingkungan dan lembaga pendidikan yaitu

dalam konteks ini adalah Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan. Keterlibatan ini diharapkan dapat

menciptakan kemandirian bagi anak disabilitas, di mana sang

anak mampu melakukan bina diri dan pekerjaan rumah secara

mandiri dan dapat menjalakankan komunikasi dan sosialisasi

kepada lingkungannya.

A. Bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Untuk bisa mengetahui bentuk keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak, peneliti menggunakan Teori

Keterlibatan oleh Epstein yang terdapat dalam Diadha

(2015). Dari paparan bab sebelumnya, dapat dilihat bahwa

terdapat enam bentuk keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak, di antaranya yaitu; 1) pendidikan orang tua;

 

Page 176: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

160

2) komunikasi; 3) sukarelawan; 4) pembelajaran di rumah; 5)

membuat keputusan; 6) kerjasama dengan komunitas

masyarakat. Berikut hasil analisa temuan lapangan mengenai

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dengan

disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan.

1. Tipe 1= Pendidikan Orang Tua

Bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak tipe pertama adalah pendidikan orang tua. Hasil

penelitian menunjukkan bentuk keterlibatan tipe pertama

mengalami hasil yang beragam, di mana dari jumlah enam

orang tua, tiga orang tua di antaranya menunjukkan

keterlibatan tinggi, dan tiga orang tua lainnya

menunjukkan keterlibatan rendah. Adapun tiga orang tua

dengan keterlibatan tinggi yaitu Ibu T, Ibu N dan Ibu DR.

Pada tiga orang tua yang memiliki keterlibatan

yang tinggi pada tipe satu ini, upaya yang dilakukan orang

tua dalam hal mengedukasi diri dan mencari informasi,

pengetahuan maupun keterampilan seputar anak tergolong

besar. Baik dalam hal pendidikan, kesehatan, penanganan

maupun kebutuhan anak. Informasi yang mereka dapatkan

berasal dari pihak lembaga, seperti bertanya kepada guru,

terapis maupun ketua lembaga tentang perkembangan

anak mereka dan proses kegiatan belajar anak di kelas.

Tidak hanya itu, mereka juga memanfaatkan internet yang

dapat diakses di mana saja dan kapan saja seperti yang

 

Page 177: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

161

dilakukan oleh Ibu T dan Ibu N. Kemudian ketiga orang

tua tersebut mengikuti seminar maupun pelatihan tentang

penanganan anak dalam rangka mengedukasi diri mereka

dan kemudian dapat mereka terapkan kepada anak mereka

di rumah.

Sedangkan tiga orang tua sisanya menunjukkan

keterlibatan yang rendah pada bentuk keterlibatan tipe

pertama yaitu tipe pendidikan orang tua yaitu Ibu S, Ibu

DM dan Ibu DW. Kurangnya usaha dalam mencari

informasi seputar perkembangan anak, terlebih dalam

memanfaatkan media sosial maupun ikut kegiatan yang

dapat menambah wawasan seputar anak seperti seminar

dan pelatihan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

salah satunya adalah pekerjaan orang tua. Sehingga dalam

hal ini dapat dikatakan bahwa Ibu S, Ibu DM dan Ibu DW

memiliki keterlibatan rendah pada tipe pendidikan orang

tua.

2. Tipe 2= Komunikasi

Bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak tipe kedua adalah tipe komunikasi. Hasil penelitian

menunjukkan dari jumlah enam orang tua, tiga orang tua

memiliki keterlibatan yang rendah, dua orang tua dengan

keterlibatan sedang dan satu lainnya menunjukkan

keterlibatan tinggi. Pada tiga orang tua dengan

keterlibatan rendah yaitu Ibu DW, Ibu DM dan Ibu T,

mereka menjelaskan bahwa proses komunikasi

 

Page 178: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

162

berlangsung hanya pada saat bertemu di lembaga saja dan

adanya grup whatsapp di rasa kurang optimal dalam

memberikan informasi seputar anak.

Ketiga orang tua ini berada ke dalam keterlibatan

rendah dikarenakan kurangnya upaya yang dilakukan

orang tua dalam hal mengkomunikasikan tentang program

pendidikan, perkembangan, kesehatan anak. Adapun

waktu kegiatan pendidikan hanya satu hari dalam

seminggu dan dan dirasa kurang optimal dalam hal

mengkonsultasikan perihal anak. Sebenarnya komunikasi

dapat lebih banyak dilakukan orang tua melalui

handphone dikarenakan waktu kegiatan kelas hanya

terjadi satu kali seminggu. Di mana mereka bisa

menghubungi para guru dan ketua upd secara personal,

maupun via grup whatsapp. Namun hal tersebut tidak

dilakukan. Sehingga dalam hal ini Ibu DW, Ibu DM dan

Ibu T berada pada keterlibatan rendah pada tipe

komunikasi.

Sementara dua orang tua lainnya yaitu Ibu N dan

Ibu S berada pada kategori keterlibatan sedang, di mana

upaya yang dilakukan Ibu N dan Ibu S dalam melakukan

komunikasi kepada pihak lembaga dikatakan cukup aktif,

orang tua sudah berupaya bertanya dan berkonsultasi

kepada pihak lembaga terutama kepada guru dalam proses

belajar anak. Baik secara langsung maupun melalui

handphone, walaupun tidak sepenuhnya dapat dilakukan

oleh Ibu S dikarenakan whatsapp grup berada pada

 

Page 179: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

163

handphone anaknya. Tetapi Ibu S sudah berupaya untuk

mengirim pesan secara personal kepada guru maupun

ketua lembaga dalam hal mengkonsultasi perihal anak.

Sedangkan pada satu orang tua lainnya yang

memiliki keterlibatan tinggi yaitu Ibu DR dikarenakan

usaha yang dilakukan orang tua tergolong besar dalam

mengkomunikasikan seputar anak mereka dengan pihak

lembaga baik pada saat bertemu langsung (waktu kegiatan

pendidikan) maupun melalui handphone yaitu di luar

waktu kegiatan pendidikan. Selain itu, orang tua tidak

hanya bertanya mengenai proses belajar anak di kelas,

melainkan berupaya mencari informasi tentang sumber-

sumber kebutuhan anak seperti sekolah formal dan tempat

terapi.

Dalam hal ini lembaga baru menyediakan alat

komunikasi berbasis teknologi saja yaitu grup whatsapp,

sedangkan alat komunikasi yang berbasis non teknologi

seperti halnya panduan yang dapat dipergunakan orang

tua dalam melakukan pembelajaran anak di rumah belum

disediakan pihak lembaga. Hal ini menyebabkan

rendahnya komunikasi yang terjalin antara pihak lembaga

dan pihak orang tua terutama dalam hal pembelajaran di

rumah, karena tidak adanya panduan yang menjadi acuan

bagi orang tua dalam hal mendidik anak di rumah.

 

Page 180: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

164

3. Tipe 3= Sukarelawan

Bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak tipe ketiga adalah tipe sukarelawan. Pada tipe ini

menjelaskan tentang keterlibatan dan partisipasi orang tua

secara langsung pada setiap kegiatan yang diadakan oleh

pihak lembaga. Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah

enam orang tua, empat orang tua di antaranya

menunjukkan keterlibatan tinggi dan dua orang tua

lainnya memiliki keterlibatan sedang. Keempat orang tua

yang memiliki keterlibatan tinggi pada tipe sukarelawan

adalah Ibu S, Ibu T, Ibu DM dan Ibu DR.

Keempat orang tua ini menyempatkan hadir dan

ikut secara langsung pada kegiatan yang diadakan oleh

pihak lembaga. Hadirnya para orang tua dalam kegiatan

tersebut dapat mendukung program-program yang

diadakan lembaga dan mendorong terciptanya tujuan yang

diinginkan. Dukungan yang diberikan para orang tua

sebenarnya bukan hanya kehadiran mereka saja,

melainkan waktu dan dedikasi mereka merupakan bentuk

kerjasama yang diberikan orang tua kepada pihak

lembaga. Selain itu, bentuk lain yang diberikan orang tua

seperti membawa konsumsi secara sukarela dan

merapikan konsumsi juga dapat dikatakan membantu

proses berlangsungnya kegiatan seperti yang dilakukan

oleh Ibu DM dan Ibu T.

Selain itu, para orang tua mampu menyebutkan

kegiatan apa saja yang pernah mereka ikuti dan

 

Page 181: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

165

bagaimana proses kegiatan tersebut juga merupakan bukti

bahwa mereka sering mengikuti kegiatan yang diadakan

oleh pihak lembaga seperti yang dilakukan oleh Ibu S dan

Ibu T. Adapun pada Ibu DM dan Ibu DR, kegiatan

tersebut mereka ikuti dalam rangka menambah

keterampilan dan support system bagi diri mereka.

Sedangkan dua orang tua lainnya yang memiliki

keterlibatan sedang yaitu Ibu DW dan Ibu N. Kedua orang

tua tersebut mengaku pernah mengikuti beberapa kegiatan

yang diadakan lembaga, hanya saja terkadang mereka

berhalangan hadir dikarenakan oleh pekerjaan orang tua

seperti yang terjadi oleh Ibu DW. Ibu N juga mengaku

mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan di lembaga.

Namun pada saat Ibu N ditanya oleh penulis mengenai

proses kegiatan tersebut, ibu N terlihat bingung dan

menjawab pertanyaan sedikit lebih lama. Untuk itu, dalam

hal ini Ibu DW dan Ibu N berada pada keterlibatan rendah

pada tipe sukarelawan.

4. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

Bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak tipe keempat adalah tipe pembelajaran di rumah.

Hasil penelitian meunjukkan bahwa keterlibatan orang tua

pada tipe ini adalah beragam, di mana dari jumlah enam

orang tua, tiga orang tua menunjukkan keterlibatan tinggi

dan tiga orang tua lainnya menunjukkan keterlibatan

sedang.

 

Page 182: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

166

Ketiga orang tua dengan keterlibatan tinggi pada

tipe pembelajaran di rumah yaitu Ibu N, Ibu DM dan Ibu

T. Dalam hal ini, ketiga orang tua sudah berupaya

menyediakan sarana belajar untuk anak di rumah seperti

buku, pensil, buku mewarnai hingga poster alfabet. Selain

itu orang tua selalu menyempatkan diri untuk

mengajarkan anak mereka meskipun tanpa jadwal belajar

secara khusus. Hal-hal yang diajarkan seperti menulis

angka dan huruf, berhitung, mengenal panca indera,

mengenal hewan, dan sebagainya. Kemudian orang tua

juga mengajarkan anak mereka tentang aktivitas bina diri

dan memberi kesempatan anak untuk mencoba dan

mengeskplor.

Sementara tiga orang tua lainnya yaitu Ibu DR, Ibu

S dan Ibu DW berada dalam kategori keterlibatan sedang

pada tipe pembelajaran di rumah. Pada ketiga orang tua

dengan kategori keterlibatan sedang ini sebenarnya sudah

berupaya menyediakan sarana belajar untuk anak di

rumah. Namun, orang tua belum mampu membujuk anak

mereka untuk belajar di rumah dikarenakan oleh beberapa

faktor yang menghambat proses tersebut seperti anak

mengeluhkan bahwa belajar membuatnya stres, dan mood

anak yang cepat merasa bosan. Selain itu, dalam hal bina

diri pun orang tua sudah berupaya melatihkan

keterampilan bina diri kepada anak. Namun, dalam hal ini

orang tua merasa bahwa anak mereka belum mampu

melakukan bina diri secara mandiri di rumah dikarenakan

 

Page 183: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

167

oleh beberapa faktor. Baik dikarenakan kondisi disabilitas

anak seperti pada anak Ibu DR yang mengalami MDVI,

maupun pada Ibu S dan Ibu DW yang merasa bahwa

beberapa aktivitas sang anak masih membutuhkan peran

orang tua.

5. Tipe 5= Membuat Keputusan

Bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak tipe kelima adalah membuat keputusan. Pada tipe ini

menjelaskan tentang pengambilan suatu keputusan atau

menentukan alternatif mana yang akan ditempuh anak

yang didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sang anak.

Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah enam orang tua,

tiga orang tua memiliki keterlibatan yang tinggi dalam

membuat keputusan, dan tiga orang tua lainnya memiliki

keterlibatan sedang pada tipe membuat keputusan.

Ketiga orang tua yang memiliki keterlibatan tinggi

pada tipe membuat keputusan adalah Ibu DR, Ibu N, dan

Ibu DM. Alasan orang tua dalam mengambil keputusan

cukup kuat, dan pengambilan keputusan yang dipilih atau

eksekusi yang dilakukan sudah baik bagi sang anak.

Seperti memberi terapi tambahan di luar dari kegiatan

sekolah dan terapi yang ada di UPD serta rajin menghadiri

kegiatan kelas. Hal ini membuktikan bahwa keputusan

yang dipilih orang tua dalam memasukan anak mereka ke

upd telah dioptimalkan dengan baik..

 

Page 184: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

168

Sedangkan tiga orang tua lainnya menunjukkan

keterlibatan yang sedang pada bentuk keterlibatan tipe

kelima ini yaitu Ibu S, Ibu DW dan Ibu T. Alasan orang

tua dalam mengambil keputusan cukup kuat, hanya saja

pengambilan keputusan yang dipilih atau eksekusi yang

dilakukan masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh

berbagai faktor, salah satunya pekerjaan orang tua dan

ekonomi keluarga.

6. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

Bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak tipe keenam adalah tipe kerjasama dengan

komunitas masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan dari

jumlah enam orang tua, tiga di antaranya memiliki

keterlibatan yang sedang, dua orang tua dengan

keterlibatan tinggi dan satu orang sisanya memiliki

keterlibatan yang rendah.

Ketiga orang tua yang memiliki keterlibatan

sedang pada tipe kerjasama dengan komunitas masyarakat

adalah Ibu N, Ibu S dan Ibu T. Ketiga orang tua ini cukup

melibatkan diri dalam hal mengenalkan anak pada

lingkungan. Namun pada prakteknya, sang anak yang

lebih banyak mengeksplor lingkungan dan peran orang tua

lebih banyak sebagai pendamping mereka.

Sedangkan pada dua orang tua dengan keterlibatan

yang tinggi pada tipe ini yaitu Ibu DR dan Ibu DM, upaya

yang dilakukan para orangtua dalam hal ini tergolong

 

Page 185: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

169

tinggi. Orang tua banyak melibatkan diri dalam hal

mengenalkan anak pada lingkungan seperti mengenalkan

orang-orang yang ditemui anak sebagaimana yang

dilakukan oleh Ibu DR. Selain itu orang tua juga berupaya

memberikan penjelasan kepada lingkungan tentang

kondisi keterbatasan yang dialami anaknya dan berupaya

mengajarkan bagaimana cara yang tepat dalam

berinteraksi dengan anaknya yaitu dengan cara disentuh

dan menggunakan bahasa isyarat.

Sementara pada satu orang tua sisanya yang

memiliki keterlibatan rendah, upaya yang dilakukan orang

tua tergolong rendah dikarenakan kesibukan orang tua.

Dalam hal ini anak yang lebih banyak mengeksplor

lingkungan sebagaimana yang terjadi pada Ibu DW.

B. Kemandirian Anak Disabilitas

Tiga area kemandirian anak disabilitas berdasarkan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Pendidikan Dasar (2013) yang menjadi acuan dari

Yayasan Sayap Ibu Bintaro maupun Unit Pelayanan

Disabilitas, yaitu; (1) area bekerja; (2) area bina diri; dan (3)

area komunikasi dan sosialisasi. Berikut analisa mengenai

dampak keterlibatan orang tua bagi kemandirian anak dengan

disabilitas di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan adalah sebagai berikut:

 

Page 186: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

170

1. Area Bekerja

Area pertama dalam kemandirian anak disabilitas

adalah area bekerja, di mana pada area ini anak mampu

melakukan aktivitas atau pekerjaan rumah secara mandiri

yang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh dirinya

sendiri melainkan juga oleh orang lain seperti halnya

membuat makan dan minum, menjaga dan membersihkan

rumah, berbelanja, mencuci pakaian maupun piring.

Hasil penelitian menunjukkan area pertama

kemandirian anak disabilitas mengalami hasil yang

beragam, di mana dari jumlah enam orang tua yang

penulis wawancarai, dua orang tua mengungkapkan

bahwa masing-masing anak mereka memiliki kemandirian

yang tinggi pada area bekerja, dua orang tua lainnya

memiliki anak dengan kemandirian sedang dan dua anak

sisanya memiliki kemandirian yang rendah.

Pada dua orang tua yang memiliki anak dengan

kemandirian tinggi pada area bekerja yaitu Ibu DM dan

Ibu DW. Di mana anak mereka sudah mampu melakukan

pekerjaan rumah secara mandiri seperti membuat makan

dan minum, berbelanja, membersihkan rumah baik

menyapu dan mengepel lantai, serta mencuci piring.

Walaupun terkadang masih perlu pengawasan dan

pendamping dari orang tua.

Terbentuknya kemandirian pada anak

menunjukkan adanya pengasuhan yang baik dari orang tua

di rumah, di mana orang tua memberi kesempatan kepada

 

Page 187: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

171

anak dengan cara mengajarkan dan melatihkan mereka

pekerjaan rumah. Selain itu pemberian tugas kepada anak

juga membuat anak terlatih dalam melakukan aktivitas

secara mandiri seperti halnya dalam pemberian tugas

berbelanja.

Sementara masing-masing anak dari dua orang tua

lainnya yaitu Ibu S dan Ibu T memiliki kemandirian yang

sedang pada area bekerja. Di mana kondisi anak sudah

mampu melakukan beberapa pekerjaan rumah secara

mandiri, hanya saja masih perlu diberi perintah dan masih

tergantung pada mood anak.

Sedangkan dua orang sisanya yaitu anak dari Ibu

DR dan Ibu N memiliki kemandirian yang rendah pada

area bekerja. Hal tersebut dikarenakan kondisi disabilitas

yang dialami oleh anak mereka, di mana anak Ibu DR

mengalami MDVI yaitu cerebral palsy quadriplegia dan

gangguan penglihatan yang disebabkan oleh katarak.

Keterbatasan ini menghambat S yaitu anak dari DR dalam

mengerjakan aktivitas yang berkaitan dengan fisik.

Berbeda dengan anak dari Ibu N yang mengalami GPPH

atau gangguan pusat perhatian dan hiperaktif, Ibu N

mengaku bahwa anaknya belum mampu melakukan dan

mengerjakan pekerjaan rumah secara mandiri dikarenakan

anak sulit fokus dan hiperaktif.

 

Page 188: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

172

2. Area Bina Diri

Area kedua dalam kemandirian anak disabilitas

adalah area bina diri, di mana pada area ini anak mampu

melakukan aktivitas atau pekerjaan yang dapat menolong

dirinya sendriri menolong diri sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki terutama dalam melayani diri sendiri,

seperti berpakaian, makan dan minum dan membersihkan

diri.

Hasil penelitian menunjukkan, dari enam orang tua,

empat orang tua di antaranya mengungkapkan bahwa

masing-masing anak mereka memiliki kemandirian yang

tinggi pada area bina diri. Sedangkan dua orang tua

sisanya memiliki anak dengan kemandirian yang rendah.

Pada empat orang tua yang memiliki anak dengan

kemandirian tinggi pada area bina diri yaitu Ibu DM, Ibu

S, Ibu DW dan Ibu T. Mereka mengungkapkan bahwa

anak sudah mampu melakukan beberapa aktivitas secara

mandiri, walaupun tanpa pendamping dari orang tua.

Terbentuknya kemandirian pada anak menunjukkan

adanya pengasuhan yang baik dari orang tua di rumah, di

mana orang tua memberi kesempatan kepada anak dengan

cara mengajarkan dan melatih mereka kegiatan bina diri

sehari-hari. Selain itu membiasakan anak untuk

melakukan pekerjaan secara mandiri seperti makan dan

berpakaian kepada anak juga membantu anak terlatih

dalam melakukan aktivitas.

 

Page 189: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

173

Sementara pada dua sisanya yaitu masing-masing

anak dari Ibu DR dan N memiliki kemandirian yang

rendah pada area bina diri. Hal tersebut dikarenakan

kondisi disabilitas yang dialami oleh anak mereka, di

mana S yaitu anak Ibu DR mengalami MDVI yaitu

cerebral palsy quadriplegia dan gangguan penglihatan

yang disebabkan oleh katarak. Keterbatasan ini

menghambat anak dari DR mengerjakan aktivitas yang

berkaitan dengan fisik.

Berbeda dengan T yaitu anak dari Ibu N yang

mengalami GPPH atau gangguan pusat perhatian dan

hiperaktif, Ibu N mengaku bahwa anaknya belum mampu

melakukan dan mengerjakan pekerjaan rumah secara

mandiri dikarenakan anak sulit fokus dan hiperaktif.

Namun dalam hal makan dan minum, S masih mampu

memegang makanan atau minum dengan kedua tangannya.

Sedangkan S masih belum mampu untuk makan secara

mandiri. Kemudian pada T, T sudah mampu melakukan

kegiatan makan dan minum secara mandiri, hanya saja

masih sangat berantakan dan butuh bimbingan dari orang

di sekitarnya.

3. Area Komunikasi dan Sosialisasi

Area ketiga dalam kemandirian anak disabilitas

adalah area komunikasi dan sosialisasi, di mana pada area

ini anak mampu melakukan interaksi dan berbaur terhadap

lingkungannya. Hasil penelitian menunjukkan, dari enam

 

Page 190: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

174

orang tua, tiga orang tua di antaranya mengungkapkan

bahwa masing-masing anak mereka memiliki kemandirian

yang sedang pada area komunikasi dan sosialisasi.

Sementara dua orang tua lainnya memiliki anak dengan

kemandirian yang tinggi, dan satu orang tua sisanya

memiliki anak dengan kemandirian yang rendah.

Pada tiga orang tua yang memiliki anak dengan

kemandirian sedang pada area komunikasi dan sosialisasi

yaitu Ibu DM, Ibu S, dan Ibu DR. Mereka

mengungkapkan bahwa anak mereka sudah mampu

bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik dan tidak takut

dengan orang baru. Hanya saja proses komunikasi yang

berjalan terhambat oleh keterbatasan yang dimiliki anak

sehingga orang lain sulit memahami sang anak. Seperti

halnya P yaitu anak Ibu DM yang mengalami tuli,

penyampaian pesan pada sang anak hanya bisa diawali

melalui setuhan terlebih dahulu, dan kemudian

disampaikan dengan gerakan tubuh maupun pengucapan

bibir yang jelas.

Sementara pada anak Ibu DR yang mengalami

MDVI, sebenarnya anak sudah mampu diajak

berkomunikasi dengan baik hanya saja kondisi bicara

anak yang lamban dan artikulasi yang kurang jelas

menyulitkan proses komunikasi. Berbeda dengan anak

dari Ibu S yang mengalami down syndrome, di mana anak

juga sudah mampu berinteraksi dengan lingkungan.

 

Page 191: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

175

Hanya saja kondisi emosi anak yang tidak terkontrol yang

menyebabkan terhambatnya proses sosialisasi.

Kemudian dua anak dengan kemandirian yang

tinggi pada area komunikasi dan sosialisasi yaitu pada

anak Ibu T dan Ibu DW. Mereka sudah mampu

melakukan sosialisasi dan interaksi dengan baik terhadap

lingkungan. Kondisi anakpun tidak takut dengan orang

baru, bahkan sang anak berani memulai percakapan

dengan menanyakan nama kepada orang yang baru

ditemuinya.

Selanjutnya pada satu orang sisanya yaitu anak

dari yaitu Ibu N, masih belum mampu menjalankan

komunikasi dan sosialisasi kepada lingkungan

dikarenakan kondisi anak yang tidak fokus dan hiperaktif

yang menyulitkan proses komunikasi.

C. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Manfaat adanya keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak tentu dapat dirasakan oleh pihak orang tua

seperti bertambahnya wawasan mereka tentang cara

penanganan anak terutama ketika anak mengalami tantrum

dan kemudian menambah rasa kepuasan diri orang tua dalam

merawat anak sebagaimana yang terjadi pada Ibu T. Selain

itu orang tua merasa lebih dekat dengan anak seperti yang

dirasakan oleh Ibu S.

Sementara pada Ibu DM merasa manfaat adanya

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah

 

Page 192: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

176

bertambahnya jalinan relasi dan hubungan pertemanan, di

mana dari relasi tersebut menghasilkan banyaknya informasi

seputar anak. Selanjutnya, manfaat lain yang dirasakan orang

tua adalah menambah support system bagi diri mereka seperti

yang diungkapkan oleh Ibu DR. Ketua lembaga yaitu Bapak

A pun menegaskan bahwa manfaat dari adanya keterlibatan

orang tua pada pendidikan anak sebetulnya akan kembali

dirasakan pada diri orang tua.

Tidak hanya dirasakan oleh pihak orang tua, manfaat

adanya keterlibatan secara tidak langsung terjadi pada sang

anak. Di mana adanya perubahan pada anak yang dirasakan

orang tua seperti tumbuhnya sikap kemandirian dan

kedisiplinan pada anak, seperti yang dirasakan oleh Ibu N.

Kemudian anak menjadi lebih patuh dan paham sebagaimana

yang diungkapkan Ibu DW.

Selanjutnya, pihak lembaga juga merasakan adanya

manfaat keterlibatan orang tua dalam pendidikan, di mana

dengan adanya keterlibatan para orang tua proses belajar

anak di kelas menjadi lebih cepat dibandingkan dengan anak

yang tidak diajarkan di rumah seperti yang dikatakan oleh

Ibu R yakni salah satu pengajar di UPD. Kemudian

terciptanya suasana belajar yang nyaman dan lebih efektif

dikarenakan kondisi emosi anak lebih terkontrol sehingga

anak dapat dengan mudah diarahkan di kelas sebagaimana

yang diungkapkan oleh Ibu guru T dan Ibu guru SK.

 

Page 193: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

177

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

dilakukan penulis, mengenai bentuk keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak dengan disabilitas di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan dapat disimpulkan bahwa

dari enam bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan

anak dengan disabilitas, satu bentuk keterlibatan orang tua

tergolong tinggi yaitu pada tipe sukarelawan, di mana banyak

orang tua menyempatkan hadir pada kegiatan yang diadakan

lembaga dalam mendukung program-program yang dibuat

dan mendorong terciptanya tujuan yang diinginkan.

Kemudian satu bentuk keterlibatan lain yang

tergolong sedang yaitu tipe kerjasama dengan komunitas

masyarakat, di mana para orang tua cukup melibatkan diri

dalam mengenalkan anak pada lingkungan. Namun pada

prakteknya, sang anak yang lebih banyak mengeksplor

lingkungan. Sehingga orang tua lebih banyak berperan

sebagai pendamping anak.

Pada satu tipe keterlibatan selanjutnya yaitu tipe

komunikasi, hasil penelitian menunjukkan keterlibatan

rendah dikarenakan rendahnya upaya yang dilakukan orang

tua dalam hal mengkomunikasikan tentang program

pendidikan maupun perkembangan anak kepada pihak

lembaga, baik pada saat bertemu langsung maupun melalui

 

Page 194: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

178

handphone yakni di luar waktu kegiatan pendidikan.

Sementara tiga bentuk keterlibatan orang tua dalam

pendidikan sisanya menunjukkan keterlibatan yang beragam

atau tidak ada hasil yang mendominasi yaitu pada tipe; (1)

tipe pendidikan orang tua, (2) tipe pembelajaran di rumah,

dan (3) tipe membuat keputusan.

Dampak keterlibatan orang tua bagi kemandirian anak

terbagi menjadi tiga area yaitu; (1) area bekerja, (2) area bina

diri, dan (3) area komunikasi dan sosialisasi. Dari ketiga area

kemandirian ini, keterlibatan orang tua paling banyak

berdampak pada area bina diri karena sebanyak empat dari

enam orang anak menunjukkan kemandirian yang tinggi

pada area bina diri. Di mana anak sudah mampu melakukan

aktivitas bina diri secara mandiri tanpa memerlukan bantuan

dari orang tua seperti makan dan minum, membersihkan diri

dan berpakaian.

Kemudian pada area komunikasi dan sosialisasi, tiga

dari enam anak menunjukkan kemandirian yang sedang, di

mana kondisi mereka sudah mampu bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak takut pada saat

bertemu orang baru. Hanya saja proses komunikasi yang

berjalan terhambat oleh keterbatasan yang dimiliki anak

sehingga orang lain sulit memahami sang anak.

Pada area kemandirian lainnya yaitu area bekerja

menujukkan hasil yang beragam dan tidak ada hasil yang

mendominasi dalam hal melakukan aktivitas atau pekerjaan

rumah yang manfaatnya tidak hanya dirasakan dirinya

 

Page 195: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

179

sendiri melainkan dapat dirasakan orang lain, seperti

membuat makan dan minum, berbelanja, menjaga dan

membersihkan rumah. Hasil penelitian menunjukkan dua

dari enam orang anak menunjukkan kemandirian bekerja

yang tinggi, dua orang anak menunjukkan kemandirian

sedang, dan dua orang anak sisanya menunjukkan

kemandirian yang rendah pada area bekerja.

B. Implikasi

Penulis berharap dari penelitian yang telah dilakukan

dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritik maupun

praktik. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah:

1. Segi Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi

kontribusi positif bagi perkembangan keilmuan studi

kesejahteraan sosial dan profesi pekerja sosial,

khususnya pada ranah disabilitas.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan

referensi dan atau pembanding bagi penelitian relevan

lainnya.

2. Segi Praktis

a. Dapat memberikan wawasan serta pengetahuan kepada

para orang tua yang memiliki anak penyandang

disabilitas mengenai keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak dengan disabilitas.

 

Page 196: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

180

C. Saran

Berdasarkan hasil data dan penelitian yang dilakukan,

sebagaimana telah disimpulkan di atas. Maka penulis ingin

menyampaikan beberapa saran kepada beberapa pihak, yaitu:

1. Orang Tua Binaan

Diharapkan kepada para orang tua untuk lebih

aktif dalam mengkosultasikan anak kepada pihak lembaga

baik guru, terapis maupun ketua lembaga dan berupaya

meningkatkan kehadiran anak di kelas. Serta lebih

semangat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab

mereka dalam mendidik dan merawat anak dengan

disabilitas. Selain itu orang tua seharusnya lebih bisa

memanfaatkan setiap kegiatan baik forum yang diadakan

lembaga, waktu mengobrol dengan sesama orang tua

binaan maupun waktu santai mereka dapat digunakan

untuk mengakses berbagai media dalam mencari

informasi seputar anak sehingga dapat memaksimalkan

pengasuhan anak di rumah.

2. Pihak Lembaga

Pihak lembaga diharapkan dapat membuat

kegiatan yang tidak hanya mempertemukan orang tua

dengan ketua lembaga atau narasumber dari luar saja.

Melainkan dapat mempertemukan pihak orang tua dan

guru dengan cara memanfaatkan adanya forum Family

Development Session yang mempergunakan metode group

work atau metode kerja kelompok. Di mana para orang tua

 

Page 197: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

181

dikelompokkan berdasarkan masing-masing kelas anak

pada jadwal pendidikan yang kemudian forum tersebut

dipimpin oleh tip-tiap guru kelas, karena biasanya anak

yang tergabung di dalam kelas yang sama memiliki

permasalahan dan kebutuhan relatif sama.

Selanjutnya tiap-tiap orang tua diberikan

kesempatan untuk maju ke depan dan menceritakan

permasalahan yang dialami dan kemudian akan dicari

solusinya secara bersama-sama, karena bagaimanapun

diperlukan keselarasan antara orang tua dan guru dalam

mendidik anak. Di mana guru yang bertugas sebagai

pelaksana teknis pendidikan dan orang tua yang paling

memahami kondisi anak dapat menetukan dan membuat

bersama bagaimana metode pembelajaran yang tepat

untuk anak, baik di sekolah maupun di rumah.

Selain itu pihak lembaga diharapkan mampu

membuat suatu panduan yang dapat dipergunakan orang

tua dalam melakukan pembelajaran anak di rumah,

sehingga hal tersebut menjadi alat komunikasi yang dapat

menghubungkan orang tua dengan pihak lembaga dan

kemudian dari situlah pihak lembaga dapat mengontrol

dan memonitoring perubahan yang dicapai sehingga

diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan orang tua

dalam hal pendidikan di rumah.

 

Page 198: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

182

3. Pemerintah

Kepada pemerintah khususnya kementerian

pendidikan dan kementerian sosial diharapkan dapat lebih

banyak menyediakan lembaga pendidikan khusus atau

sekolah luar biasa baik bersifat formal maupun informal

yang mudah dijangkau oleh masyarakat, dikarenakan

masih banyak keluarga dengan anak penyandang

disabilitas yang belum dan atau tidak bersekolah, terutama

pada keluarga prasejatera.

 

Page 199: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

183

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja

Grafindo.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif:Komunikasi,

Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.

Jakarta: Kencana.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Pendidikan Dasar. 2013. Panduan

Pengembangan Kurikulum dan Program Pembelajaran

bagi Siswa MDVI/ Deafblind. Kemendikbud.

Idrus Muhammad. 2009. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial:

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:PT Gelora

Aksara Pratama.

Jamaris, M. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Republik Indonesia. 2013. Panduan Penanganan

Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendampingan (Orang

Tua, Keluarga, dan Masyarakat). Jakarta.

Mangunsong, Frieda. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus: Jilid Kesatu. Depok: LPSP3 UI.

Mangunsong, Frieda. 2016. Psikologi dan Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus: Jilid Kedua. Depok: LPSP3 UI.

 

Page 200: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

184

Soekanto Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Usman, Husnaini dan Purnomo S.A. 2009. Metodologi

Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.

B. Sumber Skripsi

Farah, Dinda. F. 2018. Perlindungan Hukum Anak

Disabilitas di Tangerang Selatan. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Haryanti, D. Dewangga. 2018. Hubungan antara Persepsi

terhadap Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan dan

Motivasi Berprestasi pada Siswa Sekolah Dasar.

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Nasrawaty. 2016. Peran Orangtua dalam Pendidikan Siswa

Berkebutuhan Khusus di SLB AC Mandara Kendari

(Study kasus Tuna Netra dan Tuna Grahita). Universitas

Haluoleo, Kendari.

Nurman, M. Novian. 2017. Evaluasi Hasil Program

Parenting Skill Unit Pelayanan Disabilitas (UPD)

Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Provinsi Banten

terhadap Anak Binaan. UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

C. Sumber Tesis

Musyawarah. 2013. Keterlibatan Orang Tua dalam Layanan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di SLB X Kota

Makassar. Universitas Pendidikan Indonesia.

 

Page 201: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

185

D. Sumber Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

pendidikan Nasional Bab IV Pasal 7 Ayat 1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 32 Ayat 1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

pendidikan Nasional Bab XI Pasal 32 Ayat 1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas Bab I Pasal 1 Ayat 14.

E. Sumber Jurnal

Abdullah, Nandiyah. 2013. Jurnal Psikologi. Mengenal Anak

Berkebutuhan Khusus. Magistra No. 86 Th. XXV, Edisi

Desember.

Ainiyah, Qurrotul. 2017. Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum.

Social Learning Theory dan Perilaku Agresif Anak

dalam Keluarga. Vol. 2 No.1, Edisi Januari-Juni. STAI

Al Falah As Suniyyah Jember, Jawa Timur.

Amini, Mukti. 2015. Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI.

Profil Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak

Usia TK. Vol. 10, No.1, Edisi Juni.

Darmono, Al. 2015. Jurnal Penelitian. Peran Orangtua

dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Sekolah

Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi.

Diadha, Rahminur. 2015. Jurnal Ilmu Pendidikan dan

Pengajaran. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

 

Page 202: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

186

Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak. Vol. 2 No. 1,

Edisi Maret.

De Gomes, Fransiskus. 2017. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan Missio. Parental Guidance Service: Kiat

Meningkatkan Keterlibatan Orang Tua Dalam PAUD.

Volume 9, Nomor 1, Edisi Januari.

Ervika, Eka. 2005. Jurnal Publikasi. Kelekatan (Attachment)

Pada Anak. Universitas Sumatera Utara.

Haryanti, Dwi. 2017. Jurnal Penelitian. Keterlibatan

Keluarga sebagai Mitra dalam Pendidikan Anak. Vol. 1

No. 1, Edisi Juni.

Hidayati, N. 2011. Dukungan Sosial Bagi Keluarga Anak

Berkebutuhan Khusus. Vol. 13 No. 01, Edisi April.

Universitas Muhammadiyah Gresik.

Imania, E. Eliasa. 2011. Pentingnya Kelekatan Orang Tua

dalam Internal Working Model Untuk Pembentukan

Karakter Anak. Universitas Negeri Yogyakarta.

Jamal, Nasrul dan Wilela. 2017. Jurnal Ushuluddin.

Eksistensi Kaum Difable dalam Perspektif Al-Qur‟an.

Vol. 25 No. 2, Edisi Juli-Desember. UIN Sultan Syarif

Kasim, Riau.

Juneman. 2011. Jurnal Humaniora. Teori-Teori

Transorientasional dalam Psikologi Sosial. Vol. 2, No.

2, Edisi Oktober. Universitas Binus, Jakarta.

L. Christa, Green dan M. Joan T. Walker. 2007 Journal Of

Educational Psychology. Parents‟ Motivations for

Involvement in Children‟s Education: An Empirical Test

 

Page 203: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

187

of Theoretical Model of Parental Involvement. Vol. 99,

No. 3. American Psychological Association .

Maftuhatin, Lilik. 2014. Jurnal Studi Islam. Evaluasi

Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di

Kelas Inklusif di SD Plus Darul „Ulum Jombang.

Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober. Universitas

Pesantren Tinggi Darul „Ulum, Jombang.

Muharani, Qorizky, Sri Hartati, dan Kartika Sari. 2008.

Kemandirian pada Penyandang Low Vision: Studi Kasus

Berdasar Teori Kepribadian Adler. Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro.

Mustafa, Hasan. 2012. Perilaku Manusia dalam Perspektif

Psikologi Sosial.Edisi Januari. Universitas Katolik

Parahyangan.

Puspitawati, Herien. 2013. Jurnal Publikasi. Konsep dan

Teori Keluarga. Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, Ekawati. 2014. Jurnal Penelitian. Mainstreaming Isu

Disabilitas Di Masyarakat Dalam Kegiatan Penelitian

Maupun Pengabdian Pada Masyarakat Di STAIN Kudus.

Vol. 8 No.1, Edisi Februari. STAIN Kudus.

Retno B. F, Marina Dwi. M dan Jehan Safitri. 2017. Jurnal

Penelitian. Dinamika Keterlibatan Orangtua dalam

Terapi Anak Keterlambatan Bicara di Fusfa Klinik

Psikologi dan Pusat Terapi. Mahasiswa Universitas

Lambung Mangkurat, Program Studi Psikologi.

Retnowati, Yuni. 2008. Pola Komunikasi Orang Tua

Tunggal dalam Membentuk Kemandirian Anak (Kasus di

 

Page 204: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

188

Kota Yogyakarta). Akademi Komunikasi Indonesia

(AKINDO) 6 No.3.

Rezha, Cut. 2016. Pengaruh Konsep Desain Universal

Terhadap Tingkat Kemandirian Difabel: Studi Kasus

Masj id UIN Sunan Kalijaga dan Masjid Kampus

Universitas Gadjah Mada. Universitas Syiah Kuala 3

No.1.

Rizky, Ravika. 2015. Kemandirian pada Dewasa Difabel.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Silvia, M. R dan Pramesti. P. Paramitha. 2015. Jurnal

Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Keterlibatan

Orangtua dalam Pendidikan Anak di TK Anak Ceria.

Volume 4 No. 1 Edisi April. Universitas Airlangga.

F. Sumber Website

Bakri. 2015. Diskriminasi Kaum Difable Memperoleh

Pendidikan. Diakses dari Aceh Tribun News:

https://www.google.co.id/amp/aceh.tribunnews.com/amp

/2015/12/02/diskriminasi-kaum-difabel-memperoleh-

pendidikan . Pada tanggal 11 Oktober 2018.

Inspirasi. 2018. Pentingnya Keterlibatan Orang Tua dalam

Pendidikan Anak. Diakses dari:

https://axa.co.id/inspirasi/Pentingnya-Keterlibatan-

Orang-Tua-dalam-pendidikan-anak-2. Pada tanggal 26

Desember 2018.

 

Page 205: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

189

Nur M. Ichwan Muslim, 2014. Pendidikan Anak Tanggung

jawab Siapa. Diakses dari: https://muslim.or.id/20835-

pendidikan-anak-tanggung-jawab-siapa.html. Pada

tanggal 20 September 2018.

Nurhayati, 2016. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Anak. Diakses dari Media Indonesia:

https://m.mediaindonesia.com/amp/amp_detail/62777-

keterlibatan-orang-tua-dalam-pendidikan-anak. Pada

tanggal 26 Desember 2018.

G. Sumber Pengamatan

Hasil pengamatan kegiatan program Pendidikan Disabilitas

di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan,

pada tanggal 28 Februari 2019.

Hasil pengamatan kegiatan program Pendidikan Disabilitas

di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan,

pada tanggal 6 Maret 2019.

Hasil pengamatan Kegiatan Home Visit ke rumah Ibu

Daronah dan Ibu Nency, pada tanggal 7 Mei 2019.

Hasil pengamatan kegiatan program Pendidikan Disabilitas

dan Forum Development Session di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan, pada tanggal 8 Mei

2019.

Hasil pengamatan Kegiatan Home Visit ke rumah Ibu

Darmini, pada tanggal 8 Mei 2019.

 

Page 206: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

190

Hasil pengamatan Kegiatan Home Visit ke rumah Ibu Sri dan

Ibu Dewi, pada tanggal 9 Mei 2019.

Hasil pengamatan Kegiatan Home Visit ke rumah Ibu

Kristanti, pada tanggal 11 Mei 2019

Hasil pengamatan kegiatan program Pendidikan Disabilitas

dan Pemeriksaan Kesehatan di Unit Pelayanan

Disabilitas Kota Tangerang Selatan, pada tanggal 15 Mei

2019.

Hasil pengamatan kegiatan program Pendidikan Disabilitas

di Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan,

pada tanggal 16 Mei 2019.

H. Sumber Dokumentasi

Arsip Data Pribadi Para Informan

Arsip Data Kepengurusan Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan.

Brosur Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang Selatan.

 

Page 207: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

LAMPIRAN

 

Page 208: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

186

LAMPIRAN 1: Surat Pernyataan Program Studi Proposal

Skripsi yang Diajukan Memiliki Unsur Kebaruan

 

Page 209: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

187

LAMPIRAN 2: Surat Pembimbing Skripsi

 

Page 210: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

188

LAMPIRAN 3: Surat Izin Penelitian

 

Page 211: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

189

LAMPIRAN 4 Panduan Observasi Keterlibatan Orang Tua

dalam Pendidikan

No Aspek yang diamati Y T Keterangan

1 Orang tua aktif bertanya kepada

pihak lembaga.

2 Mengikuti seminar atau pelatihan

dalam memperoleh informasi anak.

3 Senantiasa menjaga komunikasi

dengan pihak lembaga.

4 Terlibat aktif dalam kegiatan yang

diadakan lembaga.

5 Menyiapkan sarana belajar untuk

anak di rumah.

6 Rajin menghadiri kegiatan kelas.

7 Orang tua aktif mengenalkan anak

kepada lingkungan sekitar.

 

Page 212: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

190

LAMPIRAN 5 Panduan Observasi Kemandirian Anak

Disabilitas

No Aspek yang diamati Y T Keterangan

1 Anak mampu membersihkan kelas.

2 Anak mampu menyuci tempat

makan dan minum miliknya.

3 Anak mampu menyiapkan buku

pelajaran secara mandiri.

4 Anak mampu merapikan buku

pelajaran secara mandiri ke dalam

tas.

5 Anak mampu makan dan minum

secara mandiri pada jam istirahat.

6 Anak tidak takut dengan orang

yang baru ditemuinya.

7 Anak mampu berinteraksi dengan

orang lain.

8 Anak mampu berkomunikasi

dengan oarng lain.

 

Page 213: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

191

LAMPIRAN 6 Hasil Observasi

28 Februari 2019

Pada hari ini penulis melakukan perizinan kepada pihak

lembaga dengan membawa surat izin penelitian sekaligus

melakukan observasi di Unit Pelayanan Disabilitas Kota

Tangerang Selatan, di sana penulis bertemu dengan ketua

lembaga yaitu Bapak Adi Supanggih. Tidak banyak hal yang

berubah sejak penulis melaksanakan praktikum di sana, namun

yang paling mencolok adalah mesin pencuci rambut yang terlihat

di ruang tengah. Saat penulis bertanya kepada ketua lembaga,

beliau menjelaskan bahwa mesin itu adalah kiriman dari YSI

Cabang Banten sebagai alat pembelajaran yang bisa digunakan

anak-anak di kelas besar.

Selain itu, guru-guru pengajar yang ada juga masih

terlihat sama yakni berjumlah tujuh orang. Tidak kurang dan

tidak lebih. Pada hari itu, penulis memasuki ruang kelas pra

vokasional atau biasa disebut dengan kelas besar. Seperti

sebutannya, kelas ini memang dikhususkan bagi anak-anak yang

berusia remaja ataupun memasuki usia remaja. Ada tiga orang

anak yang masuk pada hari ini, yaitu S anak laki-laki dengan

kondisi MDVI, sementara dua anak perempuan lainnya yaitu AZ

dengan kondisi down syndrome dan R dengan kondisi retardasi

mental.

Di kelas tersebut diajar oleh bunda S dan bunda T. Bunda

T mengajarkan S dengan melatih sistem motorik dengan cara

memindahkan balok mainan ke dalam wadah, sementara R

belajar mengenai mata uang yang diajarkan oleh bunda S.

Sedangkan penulis diberi kesempatan untuk mengajarkan AZ.

Penulis mengajarkan AZ berhitung dengan menggunakan biji

congklak. Fokus AZ cukup baik, hanya saja AZ kesulitan dalam

berhitung. Setelah kurang lebih satu sengah jam waktu belajar,

waktunya makan. Pada saat itu, penulis kembali ke ruang tengah

dan melihat para orang tua sedang sibuk menyiapkan makan

siang bagi anak mereka masing-masing. Kebanyakan para

orangtua tersebut berasal dari kelas persiapan atau disebut dengan

kelas kecil. Di mana kebanyakan mereka berusia sekolah, tak

banyak di antaranya yang usia pra sekolah. Selain itu, tidak ada

kegiatan khusus yang terjadi di sana.

06 Maret 2019.

 

Page 214: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

192

Tidak berbeda dengan hari-hari biasanya, tidak banyak

kegiatan khusus yang dilakukan pada hari ini selain kegiatan

pendidikan. Pada kelas persiapan atau kelas kecil yang dibimbing

oleh Ibu R dan Ibu SK, terdapat empat orang anak yang hadir

pada hari ini yaitu 3 anak perempuan yaitu N yang mengalami

down syndrome, SR hidrosefalus, KS retardasi mental, dan satu

orang anak laki-laki yaitu RS yang juga mengalami retardasi

mental. Pada saat penulis masuk ke kelas tersebut, patra guru

sedang membimbing anak-anak mewarnai agar terlihat rapi.

Sedangkan di kelas pra-vokasional atau kelas besar hanya

terdapat tiga orang yang hadir yaitu HD anak laki-kali dengan

kondisi retardasi mentasl, SD anak laki-laki dengan kondisi down

syndrome dan R anak perempuan dengan kondisi retardasi

mental. HD dan SD sedang belajar menebalkan huruf dengan cara

menghubungkan titik-titik yang dibuat garis, sedangkan R belajar

berhitung. Sementara di ruang tengah, para orang tua yang

sedang mengantar dan menunggu anak mereka terlihat sedang

mengobrol. Salah satu orang tua sedang bercerita tentang

pengalamannya yang sedang mencari sekolah formal untuk

anaknya. Beberapa orang tua lain terlihat membawa dagangan

mereka. Ada yang berjualan makanan ringan, baju anak hingga

kerudung.

07 Mei 2019

Pada hari ini penulis melakukan kunjungan ke rumah para

informan. Rumah pertama yang penulis kunjungi adalah Ibu

Daronah yang berlokasi di Pondok Cabe Ilir, Tangerang Selatan.

Rumah beliau terbilang sulit ditemukan, dikarenakan lokasinya

berada di dalam gang sempit hingga motor penulis harus parkir

beberapa meter di depan gang tersebut. Sesampainya di rumah

kontrakan Ibu Daronah, kondisi rumah tersebut terbilang cukup

sempit. Rumah tersebut terdiri dari tiga ruang, yang pertama yaitu

ruang depan yang terlihat banyak baju yang tergeletak dan satu

buah sepeda bekas almarhum suami beliau.

Di ruang kedua yaitu ruang tidur yang bercampur dengan

dapur terlihat ada satu buah ranjang, lemari pakaian, televisi dan

radio tape, di ruang ketiga adalah kamar mandi. Pada saat penulis

berkunjung sekitar pukul 10.18 WIB, Ibu Daronah bersama

seorang anaknya yaitu SL yang mengalami MDVI dan

merupakan anak binaan UPD Tangsel. Ibu Daronah memang

terlihat ramah sama seperti biasanya yaitu ketika penulis bertemu

 

Page 215: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

193

di UPD Tangsel selama waktu kegiatan pendidikan. Pada saat

proses wawancarapun berjalan lancar, semua pertanyaan dijawab

dengan baik dan jelas. Sesekali Ibu Daronah bercerita tentang

pengalaman mengasuh anaknya, hingga pada hal privasi. Dalam

hal ini, penulis melihat bahwa informan sudah memiliki rasa

percaya kepada penulis hingga bersedia menceritakan hal yang

terbilang pribadi. Setelah selesai melakukan wawancara, penulis

berpamitan ke tempat selanjutnya yaitu rumah Ibu Nency.

Penulis sampai di rumah Ibu Nency pada pukul 15.05

WIB seperti jam yang sudah kami tentukan sebelumnya. Rumah

beliau berlokasi di Bintaro, Tangerang Selatan. Rumah beliau

memang berada di kawasan perumahan yang terbilang cukup

elite, dan cukup sulit ditemukan karena melewati banyak blok.

Namun walaupun berada di kawasan perumahan, kondisi rumah

beliau tampak lusuh dan kotor di bagian teras rumah. Terdapat

sebuah mobil yang terlihat sudah tidak terpakai dan berdebu.

Namun kondisi di dalam rumah terlihat cukup rapi.

Saat penulis tiba, terlihat berliau sedang duduk bersama

TR yaitu anak beliau yang mengalami GPPH. Kemudian di

tengah wawancara penulis dengan Ibu Nency, suami beliau

terlihat turun dari lantai atas menuju ke ruang dapur. Seperti

biasanya, TR memang terlihat hiperaktif layaknya di UPD. Pada

saat proses wawancara, Ibu Nency terlihat bingung di beberapa

pertanyaan yang diajukan penulis sehingga penulis harus

mengulang dan menjelaskan kembali maksud yang disampaikan.

Setelah selesai, penulis berpamitan pulang.

08 Mei 2019

Pada hari ini, selain kegiatan pendidikan yang berjalan

seperti biasanya, Unit Pelayanan Disabilitas Kota Tangerang

Selatan mengadakan FDS atau Forum Development Session. Di

mana pada forum ini, orang tua saling berdiskusi dan bertukar

pengalaman serta saling memberi saran dan atau masukan agar

dapat lebih memahami pengasuhan anak mereka dalam kegiatan

sehari-hari. Pada FDS kali ini dipimpin oleh ketua lembaga yaitu

Bapak Adi dan salah satu guru pengajar yaitu Ibu Ginting.

Tema yang dibahaspun berkembang sesuai dengan

pembicaraan yang berlangsung, artinya tidak bersifat kontekstual

seperti melatih kemandirian anak, pelayanan di UPD, hambatan

keluarga dsb. Ibu-ibu terlihat cukup aktif dalam bertanya dan

memberi masukan. Ketua lembaga menegaskan kepada para

 

Page 216: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

194

orang tua untuk membiasakan anak melakukan kegiatan secara

mandiri di rumah. Seperti halnya makan, biarkan anak mencoba

untuk makan sendiri. Berantakan itu adalah salah satu hasil dari

proses.

Selain itu Pak Adi juga membahas tentang nilai plus dari

segi agama tentang keikhlasan mengasuh anak dengan kondisi

disabilitas. Pak Adi juga menyadari tentang pelayanan yang

diberikan UPD dalam hal memfasilitasi pelajaran anak tidak

terfokus pada baca dan tulis, melainkan pada komponen lain

seperti melatih fokus anak, mengontrol emosi mereka dan mampu

bersosialisasi. Pak Adi juga menyarankan, jika para orang tua

ingin anak mereka mampu membaca dan menulis secara

maksimal, upd tidak melarang para orang tua untuk membawa

anak mereka bersekolah formal di luar. Jadi anak mendapat

pelajaran tambahan di sekolah formal. Selain kegiatan FDS,

kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa. Di mana

anak-anak tetap belajar di kelas dan dibimbing oleh guru kelas

masing-masing. Sementara para orang tua yang menunggu anak

mereka di luar mengikuti kegiatan FDS.

Setelah selesai kegiatan di UPD Tangsel, penulis menuju

rumah informan selanjutnya yaitu Ibu Darmini. Sebelumnya

penulis sudah meminta izin dan membuat jadwal kunjungan ke

rumah Ibu Darmini. Rumah beliau terletak di Kedaung Ciputat,

Tangerang Selatan. Rumah beliau terbilang sulit ditemukan,

karena berada dalam gang-gang kecil di kawasan padat pemukim.

Beliau tinggal dengan suami dan dua orang anak, anak

pertamanya yaitu laki-laki berusia kurang lebih 15 tahun, dan

anak kedua beliau yaitu P yang mengalami tuli dan merupakan

anak binaan UPD Tangsel.

Di dalam rumah kontrakannya terlihat sebuah etalase

kaca, di mana beliau berjualan kecil-kecilan sebagai penambah

biaya hidup. Kondisi di dalam rumah terbilang cukup rapi, baik

ruang depan, ruang tengah, dapur dan kamar mandi. Proses

wawancara yang berjalanpun terbilang lancar, di mana Ibu

Darmini mampu menjawab pertanyaan dengan baik. Ibu Darmini

berperingai lembut, terlihat dari tutur bicaranya yang halus, baik

di rumah maupun di UPD Tangsel. Suami beliau seorang

pengemudi ojek online. Setelah selesai, penulis berpamitan

pulang.

9 Mei 2019

 

Page 217: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

195

Pada hari ini penulis akan melakukan home visit ke rumah

para informan. Rumah pertama yang informan datangi adalah

rumah Ibu Sri. Penulis tiba di sana sekita pukul 10.26 WIB. Saat

sampai di sana, beliau sedang menyiapkan barang dagangannya

yaitu gorengan seperti lntong, bakwan, pastel, dsb. Ibu Sri

dibantu oleh Afni yaitu anak kedua beliau. Sementara Azka

berada di ruang tengah sedang menonton televisi. Azka

merupakan anak pertama Ibu Sri yang mengalami down

syndrome dan merupakan anak binaan UPD Tangsel. Pada saat

itu, suami Ibu Sri sedang bekerja sebagai satpam di puskesmas

jurang mangu.

Proses wawancara dilakukan sembari ibu sri menyiapkan

dagangannya. Walaupun demikian, Ibu Sri mampu menjawab

pertanyaan dengan baik. Setelah kurang lebih satu jam proses

wawancara, penulis menawarkan diri untuk mengantar Azka ke

upd dikarenakan Ibu Sri sedang sibuk. Setelah selesai, penulis

dan Azka berpamitan menuju UPD. Selesainya kegiatan kelas

dan mengantar Azka pulang, penulis melanjutkan berkunjung ke

rumah informan selanjutnya yaitu Ibu Dewi.

Rumah beliau terletak tidak jauh dari UPD Tangsel dan

mudah untuk ditemui. Ibu Dewi tinggal di sebuah rumah

kontrakan bersama tiga orang anak laki-laki. Kondisi depan

rumah beliau terdapat banyak barang bekas yang belum

diserahkan ke pengepul barang. Di sana, penulis bertemu dengan

beliau dan anaknya yaitu hendrik yang mengalami retardasi

mental. Paada saat proses wawancara, hendrik juga ikut duduk

bersama dengan penulis dan Ibu Dewi. Proses wawancara

berjalan cukup lancar, walaupun terdapat beberapa pertanyaan

yang sulit dipahami beliau sehingga penulis harus menjelaskan

kembali hal yang dimaksud. Namun, Ibu Dewi dapat menjawab

pertanyaan dengan cukup baik. Setelah selesai, penulispun

berpamitan pulang.

11 Mei 2019

Pada hari ini penulis akan melakukan home visit ke salah

satu rumah informan yaitu Ibu Kristanti. Penulis tiba di sana

sekitar pukul 10.23 WIB. Setibanya di sana, penulis melihat

terdapat etalase kaca yang terletak di depan rumah kontrakan ibu

tanti. Beliau menjual mainan anak. Selain itu, ibu tanti menjual

beberapa menu makanan seperti roti bakar, pisang bakar, mie

instant, dan sosis goreng. Pada saat itu, ibu tanti bersama suami

 

Page 218: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

196

dan kedua anaknya. Salah satu anak ibu tanti mengalami down

syndrome yaitu Nindi.

Paada saat proses wawancara, Nindi juga ikut duduk

bersama dengan penulis dan Ibu Tanti. Proses wawancara

berjalan cukup lancar, di mana Ibu Tanti mampu menjawab

pertanyaan dengan sangat baik. Proses wawancara sesekali

terpotong karena Ibu Tanti harus melayani pembeli. Ibu Tanti

terlihat cukup tegas kepada kedua anaknya. Seperti hal yang

terjadi yaitu kedua anak beliau sedang berebutan handphone.

Beliau menujukkan sikap tegas, di mana beliau meminta kepada

anak pertamanya untuk mengizinkan adiknya memakai

handphone pertama dan selanjutnya bergantian. Setelah kurang

lebih satu setengah jam penulis berada di sana, penulis

berpamitan pulang.

15 Mei 2019

Pada hari ini, UPD Tangsel melakukan kerja sama dengan

pihak puskesmas setempat dalam hal pemeriksaan dan

penyuluhan kesehatan. Di mana, pemeriksaan ditujukan untuk

anak-anak disabilitas dan penyuluhan dilakukan untuk para orang

tua. Pada hari ini kegiatan kelas tetap berjalan seperti biasa,

pemeriksaan dilakukan secara bergantian dimulai dari kelas

persiapan. Pada saat anak-anak di kelas persiapan dipanggil satu

persatu untuk melakukan pemeriksaan, kelas yang lain tetap

belajar seperti biasa. Selain itu, hari ini juga ada kunjungan dari

mahasiswa universitas binus.

Para mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok, ada

yang membantu guru di tiap-tiap kelas, ada pula yang membantu

di ruang pemeriksaan. Anak-anak yang diperiksa didampingi oleh

orang tua masing-masing. Pemeriksaan dilakukan di ruang terapi

dan dilakukan oleh seorang dokter dan satu orang asistennya.

Setelah diperiksa, kemudian mereka diberi vitamin. Setelah

semua anak di setiap kelas selesai diperiksa, dokter bersama

asistennya menuju ruang tengah memberi penyuluhan kepada

para orang tua.

Hal-hal yang dibahas seputar kesehatan anak terutama

gigi mereka. Dokter mengatakan untuk membiasakan menyikat

gigi anak sebelum tidur dan setelah makan. Kemudian dokter

menghimbau tentang obat dan perlatan darurat yang diperlu

disediakan di rumah yaitu paracetamol dan termometer. Ketika

suhu tubuh anak melebihi 38 derajat celcius, pemberian obat

 

Page 219: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

197

boleh diberikan dalam kurun waktu pertiap empat jam. Selain itu,

antibiotik yang diminum harus selalu dihabiskan. Dan tidak

menyimpan obat terutama obat racik dan masa waktu obat biasa

hanya bisa bertahan tiga bulan.

16 Mei 2019

Hari ini UPD Tangsel menerima kunjungan mahasiswa

dari Universitas Binus dan Universitas Prasetya Mulya. Di mana

mahasiswa dari universitas binus membantu para guru di setiap

kelas dengan membawa perlengkapan pembelajaran seperti buku

mewarnai dan pensil warna. Sedangkam para mahasiswa dari

unversitas prasetya mulya membawa perlengkapan untuk

melakukan kerajinan batik celup yaitu kaos putih dan pewarna

tekstil.

Kegiatan membuat batik celup dilakukan secara

bergantian, dimulai dari kelas besar. Selain mahasiswa dan anak

binaan, bapak Adi selaku ketua lembaga juga ikut dalam

membuat batik celup. Langkah pertama yaitu memasukan

pewarna ke dalam wadah, diberi air secukupnya kemudian

direbus. Selanjutnya membuat model yang diingkan dengan cara

memasukan kelereng ke dalam bagian dalam baju yang kemudian

diikat menggunakan karet. Ikat di bagian-bagian sesuai

keinginan. Setelah diikat, masukan bagian tersebut ke dalam

pewarna sesuai selera. Selanjutnya buka ikatan dan dijemur.

Setelah kelas besar selesai, bergantian dengan kelas kecil dan

proses yang dilakukan sama.

 

Page 220: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

198

LAMPIRAN 7 Pedoman Wawancara

No Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Orang Tua dari

Anak Binaan

yang

Mengikuti

Program

Pendidikan

Bentuk keterlibatan orang tua

dalam pendidikan dan

dampak keterlibatan orang tua

bagi kemandirian anak

dengan disabilitas.

6 orang

2. Ketua Unit

Pelayanan

Disabilitas

Tangerang

Selatan

Sebagai penentu kebijakan

pelaksanaan serta kontrolling

pada program pendidikan

yang ada di UPD Tangsel.

1 orang

3. Tenaga

Pengajar

Sebagai pelaksana teknis

program pendidikan

disabilitas, untuk mengetahui

bagaimana pelayanan

pendidikan berjalan dan

bagaimana para orang tua

dilibatkan dalam kegiatan

pembelajaran yang dilakukan

di UPD Tangsel, terutama

dalam hal perkembangan serta

kemandirian anak.

3 orang

 

Page 221: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

199

LAMPIRAN 8 PEDOMAN WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan :

Usia :

Jenjang Pendidikan :

Hari, Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

Waktu Wawancara :

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa

anak ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus?

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel?

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan

dari UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak?

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana

prosesnya?

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya

dalam mencari informasi tentang anak? Jika ya,

bagaimana prosesnya?

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh

informasi tentang kebutuhan anak?

7) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal

keperluan anak?

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada

pihak UPD baik ketua dan guru dalam hal kepentingan

anak?

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan?

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja

yang biasa diadakan di UPD Tangsel?

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut?

 

Page 222: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

200

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung

kegiatan tersebut?

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan

tersebut?

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi

kegiatan belajar anak di rumah?

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah?

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah?

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal

bina diri?

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah?

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana

kondisi anak ibu/bapak dalam hal pendidikan?

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

3) Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang

ibu/bapak rasakan kurang dari pelayanan yang ada di

lembaga? Dan bagaimana cara ibu/bapak dalam

meningkatkan hal tersebut?

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan

anak?

2) Bagaimana respon mereka terhadap anak ibu/bapak?

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

orang terdekat?

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak?

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya?

6) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar?

 

Page 223: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

201

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal membuat makan dan

minum? Dan bagaimana hasilnya?

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan

lingkungan? Dan bagaimana hasilnya?

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana

hasilnya?

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana

hasilnya?

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan

bagaimana hasilnya?

b. Area Bina Diri

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana

hasilnya?

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya?

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan

bagaimana hasilnya?

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal kesehatan alat reproduksi?

Dan bagaimana hasilnya?

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan seksual? Dan

bagaimana hasilnya?

c. Area Komunikasi Dan Sosialisasi

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari?

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada

anak ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan

bagaimana hasilnya?

 

Page 224: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

202

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan

memahami orang terdekat?

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan

memahami wilayah tempat tinggal lingkungan anak?

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan

memahami lingkungan sekolahnya?

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar?

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak?

 

Page 225: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

203

PEDOMAN WAWANCARA

INFORMAN GURU PENGAJAR

Nama Informan :

Usia :

Hari, Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

Waktu Wawancara :

A. Isi Wawancara

1. Bagaimana tanggapan ibu terhadap keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak?

2. Hal-hal apa yang biasa orang tua tanyakan seputar anak?

3. Bagaimana proses bertanya yang dilakukan orang tua kepada

ibu selaku guru pengajar?

4. Bagaimana tingkat kehadiran orang tua pada saat diundang

dalam kegiatan di upd?

5. Apa yang ibu ajarkan/ latihkan di kelas dalam hal

kemandirian anak?

6. Manfaat apa yang ibu rasakan dengan adanya keterlibatan

orang tua terhadap pendidikan anak?

PEDOMAN WAWANCARA

KETUA LEMBAGA

Nama Informan :

Usia :

Hari, Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

Waktu Wawancara :

A. Isi Wawancara

1. Bagaimana tanggapan bapak terhadap keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak?

2. Hal-hal apa yang biasa orang tua tanyakan seputar anak?

3. Bagaimana proses bertanya yang dilakukan orang tua kepada

bapak selaku ketua lembaga?

4. Bagaimana tingkat kehadiran orang tua pada saat diundang

dalam kegiatan di upd?

5. Apa saja yang diajarkan/ latihkan di kelas dalam hal

kemandirian anak?

6. Manfaat apa yang bapak rasakan dengan adanya keterlibatan

orang tua terhadap pendidikan anak?

 

Page 226: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

204

LAMPIRAN 6: Transkip Wawancara

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan : Ibu Daronah

Usia : 49 tahun

Jenjang Pendidikan : SD

Hari, Tanggal Wawancara : Selasa, 7 Mei 2019

Tempat Wawancara : Rumah Kontrakan Ibu Daronah

Waktu Wawancara : 10.18 WIB

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa anak

ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus? Jawaban:

“Waktu dia umur setahun ga ada perkembangan, saya

langsung ke fatmawati ke dokter spesialis anak. Tapi di sana

cuma dibilang perkembangannya lambat doang. Tau ini

jenis CP pas dia umur 11 tahun dari dokter kandungan

katanya gara-gara virus binatang.”

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel? Jawaban: “Tahun 2011, itu saya ketemu pasien di

fatmawati terus dia tau anak saya kaya gini. Saya

ditunjukkin tuh ke YSI terus ketemu sama Pak Fahmi dan

Mba Ayu di sana.”

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan dari

UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak? Jawaban: “Biar

anak bisa mandiri, ya kepengennya biar dia bisa normal.

Tentang gizi juga, makan sayuran, ikan, buah. Sama biasanya

ibu-ibunya ngasih tau di sana ada tempat terapi yang bagus.”

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: “Kalo forum sih emang jarang ada ya, paling

nanya ke guru dan pa adi, sama ke ibu-ibu lain aja sambil

ngobrol.”

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya dalam

mencari informasi tentang anak? Jika ya, bagaimana

prosesnya? Jawaban: “Pernah, waktu itu ikut seminar di

 

Page 227: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

205

YSI tentang kemandirian anak, cara ngurus anak kaya gini.

Ada prakteknya juga, jadi kita sambil peragain ke anak.”

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh informasi

tentang kebutuhan anak? Jawaban: “Ga pernah, paling

nanya ke orang aja.”

7) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal keperluan

anak? Jawaban: “Belum ada, paling ketemunya di upd aja.”

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada pihak UPD

baik ketua dan guru dalam hal kepentingan anak? Jawaban:

“Ketemu langsung, di hape juga ada grupnya.”

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan? Jawaban: “Tanya

ke guru anak saya di kelasnya gimana bisa apa engga

belajarnya, kalo ngobrol sama pak Adi paling saya nanyain

dia kaya nanya sekolah yang murah di mana sama tempat

terapi barangkali pak Adi tau. Kalo di grup dikasih tau ada

kegiatan apa di lembaga. Kalo chatt personal paling kaya

nanya keperluannya dia kaya pempers, susu, izin ga masuk.”

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja yang

biasa diadakan di UPD Tangsel? Jawaban: “Kartini, buka

bersama, forum. Kalo dikabarin ya saya dateng.”

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut? Jawaban: “Lebih rame

waktu masih di rumah lama, kalo yang di rumah baru

kayanya pada gak kompak paling banyak cuma sepuluh

orang.”

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung kegiatan

tersebut? Jawaban: “Pada bawa makanan si biasanya, ada

yang bantu masak. Inisiatif ibu-ibu.”

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan tersebut?

Jawaban: “Ya bagus jadi ada kegiatan untuk ibu-ibu,

nambah keterampilan juga. Ga cuma buat anak aja.”

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi kegiatan

belajar anak di rumah? Jawaban: “CD atau kaset, buku,

puzzle, poster binatang, buku mewarnai.”

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah? Jawaban:

“Semaunya dia, kalo ga mau ya susah.”

 

Page 228: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

206

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah? Jawaban: “Saya

ajarin mengenal hewan pake poster, baca buku cerita juga,

atau denger dari kaset. Kalo lagi minta mewarnai dia

mewarnai, tapi kalo udah bosen dilempar pensilnya. Kalo

lagi saya ajarin bisa dia nyamain hewan. Paling cuma

setengah jam doang abis itu udah.”

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal bina diri?

Jawaban: “Saya suruh dia makan sendiri, saya bilangin aja

mau sampe kapan disuapin mamanya terus. Tapi ya namanya

kondisi dia kaya gini pasti nanti ujung-ujungnya ibunya yang

nyuapin.”

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah? Jawaban:

“Bisa dia minum susu sendiri atau pegang makanannya. Tapi

kalo lagi kolokan jadi saya yang harus nyuapin.”

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana kondisi

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan? Jawaban: “Dulu

waktu dia belum bisa ngomong, saya masukin dia terapi di

fatmawati, OTTW namanya (okupasi terapi terapi wicara), di

sana juga diajarin nulis, belajar juga. Kalo sekarang udah ga

di situ, terapi di tempat pak fardan yang di kedaung.”

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

Jawaban: “Buat kemajuan anak, namanya kita usaha kan ya

kak, pengennya dia bisa jalan bisa sekolah juga.”

3) Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang ibu/bapak

rasakan kurang dari pelayanan yang ada di lembaga? Dan

bagaimana cara ibu/bapak dalam meningkatkan hal tersebut?

Jawaban: “Pembagian nutrisinya sering telat, kemaren aja

empat bulan ga dapet katanya.”

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan anak?

Jawaban: “Di fatmawati aja itu OTTW, sama dulu cari-cari

terapi biar dipijet biar dibisa jalan ke sana-sini. Iya pijet

tradisional ada. Sekarang di pa pardan”

2) Bagaimana respon mereka terhadap anak ibu/bapak?

Jawaban: “Ini anak ada kemajuannya, berat badan juga naik

semenjak terapi di pak pardan. Terus didudukin udah bisa

tegak, dulu kan kalo didudukin jatoh.”

 

Page 229: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

207

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami orang

terdekat? Jawaban: “Karena sering liat, ketemu jadi tau.

Bahkan tau nama pakdenya, liliknya.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami wilayah

tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Kalo lewat

mushola saya kasih tau ini mushola, tempat buat sholat.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami lingkungan

sekolahnya? Jawaban: “Setiap ketemu saya kenalin ke dia,

salim nak sama bunda guru. Salim sama bunda sumi, sama

bunda rina. Karena sering ketemu dia jadi kenal. Di upd kan

ada praktek masak, dibawa tuh dia ke dapur sama gurunya.

Paling dari situ dia ngeliat terus jadi paham.”

6) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sekitar?

Jawaban: “Dulu pas kecil sering saya ajak kalo ada acara

kaya nikahan jadi kan dia ketemu banyak orang, sekarang

udah gede jarang. Soalnya kan digendong udah berat.”

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membuat makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Saya ajarin si biar dia bisa

makan sama minum sendiri, tapi kondisi dia kan gini beda

sama anak yang bisa jalan, masalah dia kan ada di fisik. Jadi

belum bisa mandiri, apa-apa masih mamanya.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan lingkungan? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Ya paling saya bilangin ke

dia sambil bercanda, nanti kalo udah bisa jalan bantuin mama

bersih-bersih rumah ya. Belum bisa kak.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Ga pernah, paling kalo lagi sama saya mampir ke

warung.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana hasilnya?

 

Page 230: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

208

Jawaban: “Ga pernah, waktu di upd aja itu. itu juga dia

dibawa bunda, jadi dia ngeliatin aja.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Ya sama kaya tadi saya bilang ke dia,

nanti baju kamu cuci sendiri ya, jangan mama lagi yang

nyuciin.”

b. AREA BINA DIRI

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Paling pas saya pakein baju ke dia saya bilangin

gitu ayo belajar pake baju sendiri, tapi ya gimana ya kak dia

kan keterbatasannya di fisik jadi ya susah.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya suruh dia makan sendiri, saya

bilangin aja mau sampe kapan disuapin mamanya terus. Dia

bisa pegang makanannya sama minum susu, cuma manja

kalo di rumah harus disuapin.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya udah ajarin ke dia buat bilang

kalo pempersnya udah rembes bilang ke saya, dia jawabnya

lupa. Tapi kata terapis emang kalo anak kaya gini emang ga

berasa kalo BAK.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal kesehatan alat reproduksi? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Saya suruh dia sunat kak

ya waktu itu, eh dia mau. Gak lama dari situ kebetulan ada

yang nawarin sunat massal. Alhamdulillah dia gak nangis.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal pendidikan seksual? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Kalo malem kan dia tidurnya pake

pempers, jadi gatau itu itu mimpi basah apa ngompol. Kalo

rembes gitu paginya saya tanya ini mimpi renang ya bisa

ngompol gini, dia jawab iya gitu aja paling. Paling kalo

pasangan gitu di upd si biasanya diledekin sama guru nya,

kamu pacarnya mana nih.”

c. AREA KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI

 

Page 231: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

209

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari? Jawaban: “Dia bisa diajak ngobrol,

ngerti dia. Cuma kan dia kalo ngomong suka lama, terus suka

ga jelas makanya kadang orang suka ga ngerti dia ngomong

apa.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Dia tau namanya, kalo dipanggil

nengok.”

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

orang terdekat? Jawaban: “Karena sering liat, ketemu jadi

tau. Bahkan tau nama pakdenya, liliknya.”

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Tau dia

karena sering lewat/ ke sana jadi dia tau.”

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya? Jawaban: “Sering ketemu dia jadi

kenal dan paham.”

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar? Jawaban: “Sama kak kalo sering

ketemu dia jadi kenal dan paham.”

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak? Jawaban:

“Ya nambah pengalaman, jadi tau ternyata yang punya anak

kaya gini bukan saya aja bahkan ada yang lebih parah, hati

kita jadi lebih kuat. Nambah keterampilan juga.”

 

Page 232: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

210

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan : Nency Dwiyana

Usia : 38 tahun

Jenjang Pendidikan : Diploma 4

Hari, Tanggal Wawancara : Selasa, 7 Mei 2019

Tempat Wawancara : Rumah Ibu Nency

Waktu Wawancara : 15.05 WIB

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa anak

ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus? Jawaban:

“Dari bayi keliatan kalo ini anak hiperaktif terus saya bawa

ke dokter spesialis anak. Dia bilang anak saya itu cenderung

ADHD .”

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel? Jawaban: “Tahun 2017, dari mamanya Ef dia dulu

juga ikut terapi okupasi di fatmawati lagi ngobrol terus

dikasih tau upd.”

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan dari

UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak? Jawaban: “Dapet

informasi tentang cara melatih anak di rumah praktek sehari-

harinya. Kaya biasain dia makan sendiri walaupun

berantakan, jangan disuapin terus nanti gabisa. Sama kaya

dapet rujukan nih ada tempat terapi yang bagus di mana.”

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: “Tanya ke gurunya gimana tadi belajar di kelas,

terus informasi dari forum, dari pa adi sama terakhir dari

sesama ibu-ibu di sana. Mereka suka kasih tau saya slb yang

bagus dan ga terlalu mahal di mana.”

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya dalam

mencari informasi tentang anak? Jika ya, bagaimana

prosesnya? Jawaban: “Pernah, tahun 2018. Taunya dari

grup di upd. Ada seminar free di rumah sakit mayapada

waktu itu hari anak autis. Ngebahas kesukaan anak apa,

karena kan anak autis cenderung suka sama satu hal.”

 

Page 233: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

211

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh informasi

tentang kebutuhan anak? Jawaban: “cari di google biasanya.”

7) Informasi apa saja yang ibu/bapak dapatkan dari media

tersebut? Jawaban: “Cara penanganan anak di rumah.”

8) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal keperluan

anak? Jawaban: “Belum.”

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada pihak UPD

baik ketua dan guru dalam hal kepentingan anak? Jawaban:

“Lebih sering ketemu langsung.”

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan? Jawaban: “Pak Adi

nanya keseharian anak di rumah.”

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja yang

biasa diadakan di UPD Tangsel? Jawaban: “Kartini,

penyuluhan, buka bersama tapi saya kan ga ikut.”

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut? Jawaban: “Lumayan

rame, nanti kita dikasih kertas buat nulis pertanyaan. Ada

tanya jawab. Tapi banyakan yang pasif ibu-ibunya.”

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung kegiatan

tersebut? Jawaban: “Pada patungan bawa apa gitu biasanya,

inisiatif ibu-ibunya.”

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan tersebut?

Jawaban: “Seneng sih, iya perlu.”

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi kegiatan

belajar anak di rumah? Jawaban: “Buku, pensil, pensil

warna, majalah bobo.”

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah? Jawaban: “Setiap

hari sih saya usahain buat ngajarin dia walaupun ga tentu,

hari ini pagi, besok sore gitu.”

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah? Jawaban: “Saya

ajarin nulis, panca idera, menyanyi, berhitung. Dia bisa

ngikutin cuma konsentrasinya ga lama paling cuma 10 menit.”

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal bina diri?

Jawaban: “Saya ngajarin, sama paling nyontoh dan sering

liat.”

 

Page 234: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

212

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah? Jawaban:

“Pakai baju sendiri tapi kadang kebalik pakenya, BAK

sendiri, buang sampah sendiri.”

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana kondisi

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan? Jawaban: “Dari 2016

saya ikut OTTW (okupasi terapi terapi wicara) di fatmawati

sampe sekarang masih. Di sana juga kan diajarin menulis,

mengenal huruf.”

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

Jawaban: “Alasan saya gabung di UPD biar dia bisa

sosialisasi, nambah pinter belajarnya, nambah latihan belajar

di kelas.”

3) Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang ibu/bapak

rasakan kurang dari pelayanan yang ada di lembaga? Dan

bagaimana cara ibu/bapak dalam meningkatkan hal tersebut?

Jawaban: “Udah cukup si.”

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan anak?

Jawaban: “Kalo komunitas si engga, paling ya tadi OTTW

di fatmawati.”

2) Bagaimana respon mereka terhadap anak ibu/bapak?

Jawaban: “Mereka bilang anak saya ada perkembangan,

saya ngerasa dia jadi lebih banyak kosakata, ga cuma mama

papa aja, bisa nyanyi.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami orang

terdekat? Jawaban: “Sering saya ajak, dia sering liat jadi

kenal.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami wilayah

tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Sama kak,

karena sering saya ajak jadi tau.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami lingkungan

sekolahnya? Jawaban: “Dia kan suka masuk-masuk ruangan

sendiri jadi dia tau mana kelasnya, mana kamar mandi.”

6) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sekitar?

 

Page 235: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

213

Jawaban: “Misalnya kalo mau saya ajak ke acara-acara kaya

nikahan atau jenguk yang sakit saya bilangin sebelum pergi

nanti di sana jangan nakal ya.”

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membuat makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Kalo ambil makan belum,

tapi dia udah bisa ambil minum sendiri di kulkas. Saya suruh

ngerti dia.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan lingkungan? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Paling saya suruh buang

sampah, bisa dia kadang dia buang sampah sendiri gapake

disuruh. Kalo nyapu ngepel belum bisa.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Paling saya jelasin ini uang dua ribu warnanya

abu-abu. dia belum bisa jajan sendiri masih belum paham.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Belum pernah, cuma di upd aja waktu itu.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Dia suka ngeliat papanya nyuci celana

dia, terus dijelasin celananya kotor kena pipis kamu nanti

besar nyuci sendiri ya. Kalo sekarang masih belum bisa.”

b. AREA BINA DIRI

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Saya ngajarin, sama paling nyontoh dan sering

liat. Bisa pake baju sendiri walaupun masih kebalik, kalo

lepas beum bisa.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Kalo ambil makan belum, tapi dia

udah bisa ambil minum sendiri di kulkas. Saya suruh ngerti

dia.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan bagaimana

 

Page 236: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

214

hasilnya? Jawaban: “Masih belum bisa kalo mandi sendiri,

saya udah bilang kalo mau BAB ke belakang gitu tapi

tempatnya suka gak pas kaya masih di lantai belum di WC.

Emang susah dia fokusnya.”.”

c. AREA KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari? Jawaban: “Pake lisan si, tapi dia

belum lancar ngomong satu kalimat panjang paling kata

perkata. Kalo gerakan si misalnya dia laper terus dia nuntun

tangan papanya buat ambil piring. Dia anaknya hiperaktif

jadi susah juga ngadepinnya, terus susah fokusnya kalo

diajak bicara.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Karena sering kita panggil jadi dia tau

itu namanya, dia paham kalo dipanggil namanya dia nengok.”

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

orang terdekat? Jawaban: “Kalo sering ketemu jadi dia

kenal.”

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “sering

diajak jadi tau.”

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya? Jawaban: “Dia kan suka masuk-

masuk ruangan sendiri jadi dia tau mana kelasnya, mana

kamar mandi.”

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar? Jawaban: “Masih belum begitu paham.”

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak? Jawaban:

“Nambah wawasan, temen, keterampilan buat nanganin anak

kaya gini. Kalo manfaat ke anaknya sih jadi lebih pinter,

mandiri, disiplin.”

 

Page 237: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

215

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan : Ibu Darmini

Usia : 36 tahun

Jenjang Pendidikan : SMP

Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Mei 2019

Tempat Wawancara : Rumah Kontrakan Ibu Darmini

Waktu Wawancara : 15.10 WIB

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa anak

ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus? Jawaban:

“Waktu lahir gak nangis, beberapa menit baru nangis. Pas

usia tujuh bulan dipanggil namanya tuh diem aja harus

dicolek.”

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel? Jawaban: “Akhir 2018, tau dari temen yang juga

gabung di sana.”

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan dari

UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak? Jawaban:

“Barangkali dari sini ada info yang nyediain alat bantu

dengar sama info sekolah slb yang terjangkau.”

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: “Selain forum bareng pa Adi, ya paling cerita aja

sama ibu-ibu tentang anaknya tuh begini. Iya saling

menguatkan dan disyukuri jadinya.”

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya dalam

mencari informasi tentang anak? Jika ya, bagaimana

prosesnya? Jawaban: “Belum pernah ikut seminar atau

pelatihan tentang anak. Saya baru ikut forum gitu setelah

gabung upd.”

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh informasi

tentang kebutuhan anak? Jawaban: “Engga si soalnya kan

hape saya ga ada internetnya, hape ayahnya aja yang ada.

Paling kalo di tv liat acara peduli kasih.”

 

Page 238: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

216

7) Informasi apa saja yang ibu/bapak dapatkan dari media

tersebut? Jawaban: “Iya pada dapet bantuan kursi roda,

sama bantuan biaya sekolah slb gitu kan cukup mahal.

Sempet juga ada yang bilang kirim surat aja ke sana, tapi

ayahnya kan ga ada waktunya.”

8) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal keperluan

anak? Jawaban: “Belum, paling di upd aja.”

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada pihak UPD

baik ketua dan guru dalam hal kepentingan anak? Jawaban:

“Di sekolah aja, karena kalo di grup whatsapp kan saya

jarang liat kalo suami saya udah di rumah aja soalnya

grupnya ada di hape dia.”

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan? Jawaban: “Pak

Adi nanya keseharian anak di rumah.”

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja yang

biasa diadakan di UPD Tangsel? Jawaban: “Syukuran,

selametan anak ulang tahun, sama forum-forum gitu. Kalo

acara lain kaya kartini, agustusan belum, saya kan baru di

situ.”

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut? Jawaban: “Ada tanya

jawabnya, tergantung masing-masing anak keluhannya apa.

Terus jadi saling ngasih masukan. Rata-rata pada nanya si,

tapi ada yang gak nanya juga.”

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung kegiatan

tersebut? Jawaban: “Saya bantu apa yang bisa saya bantu,

ya paling inisiatif aja si kaya bantu rapiin snack kalo ada

acara gitu, bawa snack juga. Tapi pak Adi gak maksa si,

semampunya kita aja.”

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan tersebut?

Jawaban: “Ya bagus, saya juga dulu sempet minder punya

anak kaya gini. Alhamdulillah sekarang banyak yang ngasih

semangat, bahkan masih banyak anak yang lebih parah

dibanding anak saya.”

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi kegiatan

belajar anak di rumah? Jawaban: “Buku ada, pensil warna,

tempat pensil, poster hijaiyah ada tapi disobekin sama dia.”

 

Page 239: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

217

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah? Jawaban:

“Kadang saya ajarin setiap pagi kan dulu sebelum sekolah di

upd, kalo lagi ga mau saya ga paksa. Kadang dia sendiri yang

ngajak belajar, nanti kalo bosen dia pergi. Ga ada jadwal

khusus tapi tetep saya usahain buat belajar.”

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah? Jawaban: “Paling

cuma nulis huruf dan angka. Biasanya 15 menit si dia

fokusnya, abis itu bosen.”

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal bina diri?

Jawaban: “Pertamanya dimandiin, terus lama-lama saya

suruh dia mandi sendiri sambil saya liatin terus saya arahin.”

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah? Jawaban:

“Buat susu sendiri bisa, ambil makan bisa, pakai baju bisa,

ngelepas baju juga bisa sendiri. Mandi, BAK, BAB bisa

sendiri.”

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana kondisi

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan? Jawaban: “Kalo

sekolah si belum, kalo cek kondisi dia sih udah kaya tes bera,

terapi juga udah, sampe beli alat bantu denger juga pernah.”

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

Jawaban: “Biar dia bisa sekolah, biar dia kaya yang lainnya

punya keahlian. Gak merasa sendiri gitu.”

3) Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang ibu/bapak

rasakan kurang dari pelayanan yang ada di lembaga? Dan

bagaimana cara ibu/bapak dalam meningkatkan hal tersebut?

Jawaban: “Pengennya ga cuma seminggu sekali ya

belajarnya, paling engga dua hari atau tiga hari biar optimal.

Dulu kan dua hari seminggu, sekarang cuma sehari aja dan

yang dua hari itu cuma kelas autis.”

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan anak?

Jawaban: “Belum, cuma cek-cek medis aja.”

2) Bagaimana respon mereka terhadap anak ibu/bapak?

Jawaban: “Hasil tesnya 50 desibel, tapi dia masalahnya

cuma pendengaran aja kalo otaknya normal.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami orang

terdekat? Jawaban: “Ya itu saya bingung, saya ngucap aja

 

Page 240: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

218

dia juga kan gak denger. Karena sering ketemu terus dia tau

dan akhirnya saya buat simbol kaya adek sepupunya kan

masih bayi jadi saya pake gerakan gendong bayi nah dia

paham tuh maksudnya itu dedek. Saya juga bilang ke temen-

temen dia sama ke tetangga kalo mau manggil anak saya

harus dicolek, karena mau dipanggil sampai teriak pun dia

gak akan denger. Tetangga juga sempet nanya ke saya kaya

gimana sih kalo nanyain ayahnya ke dia, saya ajarin kalo

simbol ayah itu pegang kepala.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami wilayah

tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Dia harus liat

dulu atau pernah ke sana jadi tau, karena kalo gak pernah

susah juga ngejelasinnya.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami lingkungan

sekolahnya? Jawaban: “Pake simbol juga kak, kaya ayo

sekolah pake gerakan nulis. Terus kalo dia mau kamar mandi

biasanya dia megang perut sambil dilambai-lambai ke bawah

yang artinya dia mau BAB atau BAK. Dia udah paham mana

kamar mandi, mana kelasnya tapi ya emang apa-apa harus

pake gerakan kalo mau komunikasi.”

6) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sekitar?

Jawaban: “Karena sering diajak jadi paham.”

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membuat makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Mungkin awalnya dia

sering ngeliat, terus dia mau coba bikin susu sendiri. Iya saya

ajarin sambil saya liatin karena kan ngeri ya air panas, tapi

bisa dia.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan lingkungan? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Sama, dia sering liat saya

nyapu ngepel jadi dia mau coba, walaupun ga begitu bersih

harus saya sapu lagi. Udah bisa dia, tapi emang harus saya

liatin.”

 

Page 241: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

219

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Dia paham kalo jajan di warung kurang uangnya,

pasti balik ke rumah bilang ke saya kalo uangnya kurang.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Belum pernah, cuma waktu itu aja di upd.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Dia bisa tapi harus ngeliat dulu

prosesnya, karena kalo dijelasinkan dia gak denger.”

b. AREA BINA DIRI

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Saya ajarin awalnya. Sekarang sudah bisa sendiri,

tapi kalo lagi manja dia minta pakein.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Awalnya saya biarin makan sendiri

walaupun berantakan , tapi sekarang udah bisa.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya liatin sambil ajarin kalo dia lagi

mandi, sekarang udah bisa mandi sendiri, bilas BAB, BAK

juga bisa.”

c. AREA KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari? Jawaban: “Awalnya saya ga ngerti

dia ngomong apa, sampe saya ajarin bahasa tubuh yang

simpel sehari-hari aja bukan bahasa isyarat yang gimana-

gimana karena saya juga kan ga paham. Manggil dia juga

harus dicolek dulu, temen-temen sama tetangga juga masih

bingung kalo ngomong sama dia.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Nah itu saya bingung, paling kalo

manggil dia kan harus dicolek dulu baru nengok. Mau

dipanggil kaya apa juga dia kan gak denger.”

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

 

Page 242: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

220

orang terdekat? Jawaban: “Kalo sering ketemu dia paham,

tapi kalo jarang agak susah juga ngasih taunya.”

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Dia

harus liat dulu atau pernah ke sana jadi tau, karena kalo gak

pernah susah juga ngejelasinnya dia ga paham.”

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya? Jawaban: “Sering liat dia jadi

paham.”

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar? Jawaban: “Karena sering diajak jadi

paham.”

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak?

Jawaban: “Nambah saudara, wawasana, iya nambah

temen, nambah relasi juga jadi dapet info baru gitu.

Tadinya ini anak males nulis, sekarang udah mau

walaupun cepet bosen”

 

Page 243: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

221

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan : Ibu Sri Waningsih

Usia : 42 tahun

Jenjang Pendidikan : SD

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 9 Mei 2019

Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sri

Waktu Wawancara : 10.26 WIB

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa anak

ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus? Jawaban:

“Waktu Az umur delapan bulan belum bisa merangkak,

badannya masih lemes. Dari situ baru mulai ke dokter

spesialis anak, kata dokter ada jenis anak kaya gitu,

sekolahnya juga khusus nanti. Tapi dokter ga bilang jenisnya

apa. ”

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel? Jawaban: “Tahun 2015. Dikasih tau keponakan

saya, kan UPD sempet penyuluhan di paud dia. Dari situ

saya tau dan dikasih telfon Pak Adi.”

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan dari

UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak? Jawaban:

“Ternyata di luar sana banyak yang punya anak kaya Az,

sama cara megang anak kaya gitu.”

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: “Cerita-cerita tentang pengalaman gimana cara

ngadepin anak kalo lagi kesel atau bosen. Biasa nya pa Adi

ngadain penyuluhan, terus tanya jawab. Ada orang khusus

juga yang dateng. Orang tua biasanya nanya sih, tergantung

anaknya ya kan beda-beda.”

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya dalam

mencari informasi tentang anak? Jika ya, bagaimana

prosesnya? Jawaban: “Belum pernah si kayanya, belum ada

yang ngajakin. Kalo ada sih mau.”

 

Page 244: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

222

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh informasi

tentang kebutuhan anak? Jawaban: “Kalo saya ga pernah,

jarang sih cari info lewat media atau internet gitu.”

7) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal keperluan

anak? Jawaban: “Belum pernah”

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada pihak UPD

baik ketua dan guru dalam hal kepentingan anak? Jawaban:

“Ketemu langsung kalo engga lewat hape, ada grupnya di

whatsapp. Tapi grupnya ada di hape adenya azka. Kalo kerja

hapenya dibawa. Paling nanti dia yang ngabarin ke saya kalo

ada info di grup. Kalo tanya tentang anak biasanya si chatt

personal Pak Adi atau gurunya,”

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan? Jawaban: “Ga ada

informasi khusus si, paling seputar ada kegiatan apa di

yayasan.”

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja yang

biasa diadakan di UPD Tangsel? Jawaban: “ Hari kartini,

penyuluhan kesehatan, pelatihan usaha buat orang tua, forum

sesama orang tua, buka puasa bersama sama ulang tahun

anak dirayain di sana sama hari-hari besar lainnya pasti

dibuat kegiatan di lembaga.”

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut? Jawaban: “Iya rame

yang dateng, kan anak-anak suka.”

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung kegiatan

tersebut? Jawaban: “Pak Adi biasanya minta tolong buat

bawain makanan, gak maksa si cuma yang bisa aja.”

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan tersebut?

Jawaban: “Seneng kak kalo ada kegiatan kaya gitu.

Sebenernya pengen buat kegiatan, tapi pada ga ada yang

gerakin. Kan bisa nyenengin anak, padahal kalo mau ngadain

sendiri ibu-ibu nya bisa asal kompak.”

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi kegiatan

belajar anak di rumah? Jawaban: “Buku, aplikasi hape

sama video animasi di flashdisk.”

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah? Jawaban: “Jarang

sih belajar sendiri gitu, dia nya susah diajarinnya. Belajar aja

 

Page 245: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

223

gak fokus, apalagi kalo dia ga mau. Paling kalo belajar

setengah jam juga bosen.”

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah? Jawaban: “Kalo

diajarin kaya angka gitu dia ga fokus, lupa-lupa terus. Kalo

pake gambar kaya binatang dan warna lama-lama dia hafal

walaupun ga secepat anak normal. Paling diajarin keseharian

kaya abis makan taro piringnya.”

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal bina diri?

Jawaban: “Pertama diajarin sama saya, tapi lama-lama bisa

sendiri dia. Tapi males anaknya harus disuruh.”

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah? Jawaban:

“Mandi sendiri, buang air besar udah bisa bilas sendiri.”

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana kondisi

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan? Jawaban: “Sebelum

gabung di upd belum pernah sekolah di mana-mana. Cuma

udah usaha nyari terapi di sana-sini, ada yang cocok ya ada

juga yang ga cocok ga ada perubahan dianya.”

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

Jawaban: “Biar dia bisa belajar, sosialisasi juga. Biar ada

kegiatan, abis sekolah khusus kan mahal ga mampu saya.”

3) Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang ibu/bapak

rasakan kurang dari pelayanan yang ada di lembaga? Dan

bagaimana cara ibu/bapak dalam meningkatkan hal tersebut?

Jawaban: “Lebih pembagian gizi, biasa nya dapet susu

sekarang jarang malah udah ga pernah. Pak Adi bilang Az

badannya udah sehat, jadi gak dapet susu lagi.”

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan anak?

Jawaban: “Dulu pernah, coba banyak tempat tapi bukan

terapi kaya pijet-pijet gitu doang. Dari ga bisa jalan, dipijet

jadi bisa jalan, ngomong juga gitu. Dulu juga lehernya agak

miring sekarang udah engga.”

2) Bagaimana respon mereka terhadap anak ibu/bapak?

Jawaban: “Mereka bilang si anak saya ada

perkembangannya.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami orang

terdekat? Jawaban: Pertamanya saya yang ngenalin, tapi

 

Page 246: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

224

kalo sering ketemu dia paham sendiri. Dia cepet akrab si

sama orang baru. Cuma kalo buat komunukasi emosinya

masih suka gak terkontrol. Nanti dia suka meluk, tapi juga

dia suka marah.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami wilayah

tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Kalo kaya gitu

dia udah paham sekarang, ngerti sendiri. Sering saya ajak

juga misal ke masjid makanya di tau masjid itu buat sholat.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami lingkungan

sekolahnya? Jawaban: “Sama sih, sering liat jadi hafal

sendiri dia.”

6) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sekitar?

Jawaban: “Saya ajak, nanti dia tau nih kalo ada undangan

itu berarti dia pergi gitu makan.”

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membuat makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Kalo buat makanan/ masak

si awalnya dia liat pengen ikutan, saya kasih izin buat

bantuin kalo saya lagi siapin dagangan, saya suruh aduk

adonan bisa atau motong-motong sayur bisa dia. Tapi males

anaknya, perlu disuruh dulu.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan lingkungan? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Sama harus saya suruh juga.

Kalo nyapu bisa, ngepel gabisa peresnya jadi basah semua.

Tergantung mood anaknya kalo lagi males ya susah.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Belum, masih gak ngerti uang. Padahal udah

saya bilangin, ini lima ribu, dua ribu gitu.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Pernah diajarin sama abi nya, tapi gatau deh bisa

apa engga”.

 

Page 247: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

225

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Engga belum bisa dia kalo nyuci, kalo

angkat jemuran sama ngelipet baju udah bisa dia.”

b. AREA BINA DIRI

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Awalnya diajarin sama saya, saya liatin sambil

arahin. Sekarang udah bisa pake dan lepas baju sendiri.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: ”Perlu saya suruh dulu, males anaknya.

Padahal bisa ambil makan sendiri, taro piring abis makan

juga.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya ajarin dia sambil saya temenin,

terus dia ikutin. Lama-lama dia bisa.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal kesehatan alat reproduksi? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Awalnya saya yang pakein

pembalutnya, tapi sekarang udah bisa pake atau ganti sendiri.

Kalo pake daleman juga gitu, awalnya saya yang pakein tapi

sekarang dia udah bisa pake sendiri.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal pendidikan seksual? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Lebih ngajarin ke rasa malunya,

kadang dia suka angkat-angkat baju gitu.”

c. AREA KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari? Jawaban: “Dia ngerti kalo kita

ngomong, cuma dianya yang belum bisa ngomong jelas.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya biasanya panggil dia kakak,

makanya kalo ditanya dia siapa dia jawabnya kakak. Cuma

kalo dipanggil namanya tetep nengok. Kalo ngeliat foto dia

masih kecil aja dia tau dia kalo itu dia.”

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

 

Page 248: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

226

orang terdekat? Jawaban: “Kalo sering ketemu juga nanti

dia hafal sendiri.”

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban:

“Sekarang dia udah paham kalo kaya gitu.”

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya? Jawaban: “Udah tau dan kenal dia.”

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar? Jawaban: “Ngerti dia kalo diajak

ngomong. Tapi emosinya masih suka gak terkontrol, kadang

dia cari perhatian, tapi juga kadang galak suka mukul.

Makanya kalo orang yang belum kenal sama dia agak takut

kayanya.”

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak?

Jawaban: “Nambah temen, saudara, wawasan, dan lebih

deket ke anak karena emang sehari-hari sama saya.”

 

Page 249: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

227

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan : Ibu Dewi Manalu

Usia : 53 tahun

Jenjang Pendidikan : SD

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 9 Mei 2019

Tempat Wawancara : Rumah Kontrakan Ibu Dewi

Waktu Wawancara : 15.03 WIB

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa anak

ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus? Jawaban:

“Saat Hd umur 1,4 tahun sempet jatuh dari meja tapi gak

langsung diurut, dulu juga pas umur 1,5 dia step. Dari situ

ngerasa ini anak perkembangannya lambat, umur 2 tahun

baru bisa jalan. Bicara yang bener-bener bicara pas usia 5

tahun.”

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel? Jawaban: “Sejak tahun 2017 dikasih tau temen kak,

mama Fz. Kan dia udah duluan gabung di UPD. Iya dulu kita

tetanggaan, terus dia saya suruh mampir tuh main ke

kontrakan saya. Dari situ kita ngobrol-ngobrol, akhirnya

sama-sama tau kalo anak kita kaya gini. Terus saya bilang ke

dia kalo saya pengen cari sekolah tapi yang ga terlalu mahal

biaya nya. Akhirnya mama Fz nyaranin saya ke UPD, terus

saya ditemuin ke Pak Adi besoknya samabil bawa Hd. Saat

itu Hd udah boleh belajar di UPD.”

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan dari

UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak? Jawaban: “Saya

mau dia nantinya bisa mengenal angka-angka, biar nanti saat

dia besar bisa usaha kecil-kecilan. Pa Adi juga sempet bilang

kalo di upd itu lebih ngajarin itu apa ya biar anak bisa

mandiri paling ya nulis juga tapi itu kan dorongan dari ibu

juga. Sama cari info terapi agar dia bisa bicara, masih bisa

gak ya soalnya udah 15 tahun umurnya.”

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: “Kita sering cerita tentang bagaimana anak di

 

Page 250: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

228

rumah, bagaimana menghadapi anak di rumah dan di luar

rumah saat kita bawa-bawa. Sama kita saling menyemangati.”

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya dalam

mencari informasi tentang anak? Jika ya, bagaimana

prosesnya? Jawaban: “Oh udah, seminar dua kali. Namanya

apa gitu lupa, tentang gizi. Pernah di gedung safari atau apa

gitu lupa. Iya tentang gizi, terus menghadapi anak harus kaya

gini, menangani anak harus kaya gini.”

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh informasi

tentang kebutuhan anak? Jawaban: “Engga, ga pernah.

Karena aku juga kurang paham pake internet. Karena kita

dulu sibuk kerja buat cari makan, jadi ga pernah bisa cari-

cari info.”

7) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal keperluan

anak? Jawaban: “Belum pernah, cuma pa Adi pernah dulu

berkunjung waktu awal Hd gabung di UPD sama anak

mahasiswa 2 kali ke sini.”

8) Informasi apa saja yang ibu/bapak terima maupun tanyakan

dari guru tersebut? Jawaban: “ Memberikan semangat buat

Hd supaya kita lebih kuat dan aktif dalam ngajarin Hd.”

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada pihak UPD

baik ketua dan guru dalam hal kepentingan anak? Jawaban:

“Ga pernah kalo lewat hape, paling ketemu langsung di

UPD.”

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan? Jawaban: “Kalo

masalah Hd tentang pribadi si Hd si kaya kalo fisiknya itu

kurang, kalo dipaksa nulis itu juga gak bisa.”

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja yang

biasa diadakan di UPD Tangsel? Jawaban: “Paling ulang

tahun anak-anak, nanam di UPD waktu itu si Hd ikutan.

Waktu kartini ga ikut karena ada acara waktu itu di gereja.

Saya jarang ikut kak, karena kerja.”

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut? Jawaban: “Rame si

kak pada dateng biasanya.”

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung kegiatan

tersebut? Jawaban: “Kalo ibu-ibu yang ada whatsapp nya

 

Page 251: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

229

kan bisa janjian, kalo kita kan gak pake whatsapp

dibilanginnya seminggu sebelum acara, terus ibu-ibu janjian

bawa apa. Inisiatif pribadi sih kak.”

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan tersebut?

Jawaban: “Saya seneng, bagus. Karena bikin semangat,

bikin kompak, jadi kaya saudara banget.”

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi kegiatan

belajar anak di rumah? Jawaban: “Kalo dulu saya sediain

poster huruf, Cuma kalo dateng temennya anak-anak suka

disobekin kertasnya. Buku ada, pensil juga saya beli. itu

buku mengenal hewan ada, mengenal makan.”

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah? Jawaban:

“Jadwal belajar ga pernah saya bikin, dia ga mau kalo saya

suruh belajar sampe marah buku disobekin sama dia katanya

dia stress kalo belajar.”

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah? Jawaban: “Setiap

mau diajarin dia nolak, ngambek.”

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal bina diri?

Jawaban: “Kalo mandi sendiri dari dulu walaupun gak

bersih, paling saya kasih suruh gosok kakinya, telinganya

bersihin, tangannya juga sambil saya liatin.”

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah? Jawaban:

“Dia sudah bisa mandi sendiri, ambil makan sendiri, cuci

piring bisa, nyapu rumah bisa walaupun sedikit gak rapi. Gak

perlu disuruh juga kalo dia liat rumah berantakan pasti

dirapiin sama dia.”

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana kondisi

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan? Jawaban: “Pernah

saya itu masukin dia di TK waktu Hd umur 4 tahun. Selama

satu tahun di sana, katanya dia ga bisa ngikutin pelajaran.

Dari situ berenti, terus saya masukin SD di Jurang Mangu

cuma beberapa bulan di sana. Setelah papa nya meninggal

udah ga pernah sekolah lagi soalnya gak ada yang nganterin,

saya juga kan kerja cari duit buat makan. Sampe dikenalin

sama UPD baru dia sekolah lagi.”

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

Jawaban: “Supaya dia melihat masih banyak yang seperti

dia, biar dia gak minder sama temen-temen yang melebihi

 

Page 252: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

230

dia.” Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang ibu/bapak

rasakan kurang dari pelayanan yang ada di lembaga?

Jawaban: “Kaya nya enggak deh.”

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan anak?

Jawaban: “Belum ada, belum tau. Kalo tau dan ada yang

ajak, saya juga mau masukin Hd ke sana.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami orang

terdekat? Jawaban: “Biasa-biasa aja, kalo misalnya kita

baru masuk ke lingkungan baru itu dia sendiri yang cari

teman.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami wilayah

tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Jarang kak,

kalo saya kerja dia saya tinggal di rumah. Dia suka main,

mainnya suka jauh sampe ke puskesmas sana, tapi dia tau

pulang.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami lingkungan

sekolahnya? Jawaban: “Biasa aja. Karena sering ketemu,

dia langsung hafal.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sekitar?

Jawaban: “Misalnya mau kita ajak buat pergi ke nikahan,

saya bilang ke dia dari rumah nanti di sana jangan nakal.”

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membuat makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Kalo makan juga ambil

sendiri biar ga ada saya di rumah. Kalo saya lagi masak,

pengen dia ikutan masukin ke penggorengannya atau

ngebalikin makanannya tapi tetep saya bantuin soalnya

mejanya tinggi, takut jatoh penggorengannya.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan lingkungan? Dan

 

Page 253: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

231

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Saya contohin cara nyapu

sama ngepel ke dia”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Saya suruh dia ke warung, kalo banyak saya

kasih catetan. Kalo cuma satu atau dua barang dia bisa. Saya

ajarin kalo uang yang besar buat ditabung, yang sepuluh

ribuan baru boleh buat jajan.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Belum pernah”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Bisa, tapi kita larang biar hemat air.

Kalo angkat jemuran udah bisa disuruh.”

b. AREA BINA DIRI

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Udah bisa semua, pakai sama lepas baju. Cuma

kalo pake sepatu tali masih belum bisa ngiketnya”.

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Kalo saya tingal kerja, dari rumah saya

ajarin ambil nasi di sini, nanti piringnya taro di belakang.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya kasih tau itu kakinya di gosok,

tangannya juga sambil saya liatin pas dia mandi.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal kesehatan alat reproduksi? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Saya ga tau, mungkin

pernah tapi gak ngomong dia nya. Mungkin malu.”

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal pendidikan seksual? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya bilang ke dia, kalo sama

perempuan jangan peluk-peluk.”

c. AREA KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari? Jawaban: “Udah bisa pake lisan,

cuma masih belum jelas. Dia anaknya kalo marah biasanya

 

Page 254: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

232

teriak kenceng. Iya dia bisa nolak kalo dia ga suka, sama

bilang apa yang dia mau”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Saya kasih tau nama kamu Hd, anak

ibu Dewi, marga kamu sitorus. Tau dia nama nya kalo

ditanya”

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

orang terdekat? Jawaban: “Saudara dari papanya dia tau,

saudara dari mama nya juga dia tau.”

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Kalo

kita bawa dia ke suatu tempat, dia yang paling tau jalan

dibanding saya.”

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya? Jawaban: “Karena sering ketemu,

dia langsung hafal.”

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar? Jawaban: “Udah paham dianya ”

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak?

Jawaban: “Kita jadi nambah pengetahuan, tau ternyata

banyak yang lebih susah, nambah temen juga. Kalo ke

anaknya, saya ngerasa dia jadi lebih nurut dan ngerti kalo

dibilangin.”

 

Page 255: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

233

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN ORANG TUA BINAAN

Nama Informan : Ibu Kristanti

Usia : 43 tahun

Jenjang Pendidikan : SMA

Hari, Tanggal Wawancara : Sabtu, 11 Mei 2019

Tempat Wawancara : Rumah Kontrakan Ibu Kristanti

Waktu Wawancara : 10.23 WIB

A. Isi Wawancara

1. BENTUK KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM

PENDIDIKAN ANAK

a. Tipe 1= Parenting Education

1) Bagaimana awal mula ibu/bapak mengetahui bahwa anak

ibu/bapak merupakan anak berkebutuhan khusus? Jawaban:

“Ya dari awal sudah dikasih tau sama dokter, kan waktu

hamilnya saya gak usg jadi gak ketauan. Pas lahir udah

dibilangin kalo anak saya down syndrome”.

2) Bagaimana awal mula ibu/bapak bergabung ke UPD

Tangsel? Jawaban: “Tahun 2012 saat Nn berusia kurang

lebih dua tahun, saya tau dari tetangga yang juga ikut di upd.”

3) Informasi apa saja yang ibu/bapak cari dan dapatkan dari

UPD Tangsel mengenai anak ibu/bapak? Jawaban: “Kalo

aku lebih banyak dapet informasi dari yayasan/ YSI dan

lebih sering ke yayasan, informasi tentang perkembangan

anak. Cara anak bisa ngomong dan jalan karena Nn kakinya

lemah. Dan aku bertanya ke terapis gimana cara ngelatihnya,

jadi aku yang belajar buat nerapin di rumah. Kalo di upd ya

paling kaya sosialisasi dan proses belajar anak di sekolah

kaya gimana.”

4) Apa saja proses yang dilakukan ibu/bapak dalam

memperoleh informasi tersebut? Dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: “Cerita-cerita sama ibunya tentang pengalaman,

lalu kalo ada acara di mana suka saling ngabarin. Lebih

banyak ibu-ibu lain yang nanya ke aku, aku selalu bilang

kalo terdeteksinya sejak kecil masih bisa dibentuk dan lebih

baik begitu.”

5) Selain di UPD Tangsel pernahkan ibu/bapak mengikuti

kegiatan workshop, seminar, pelatihan dan sejenisnya dalam

mencari informasi tentang anak? Jika ya, bagaimana

prosesnya? Jawaban: “Pernah, di BXChange sini dari

 

Page 256: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

234

yayasan YCHI. Seminar psikiater, cara menangani anak kaya

gini. Waktu itu si Nn buat peraga, jadi aku ikut denger

seminarnya.”

6) Sejauh mana ibu/bapak memanfaatkan media sosial,

elektronik dan media cetak dalam memperoleh informasi

tentang kebutuhan anak? Jawaban: “Kebanyakannya dari

google sih paling”

7) Informasi apa saja yang ibu/bapak dapatkan dari media

tersebut? Jawaban: “Biasanya browsing tentang cara

menangani anak terutama mengontrol emosi anak”

8) Pernahkan guru berkunjung ke rumah dalam hal keperluan

anak? Jawaban: “Belum ada kunjungan, kalo dulu waktu di

YSI ada tapi orang dari Depsos bukan guru.”

9) Informasi apa saja yang ibu/bapak terima maupun tanyakan

dari guru tersebut? Jawaban: “Waktu itu mereka ke sini

cuma survey dan ngedata aja sih kak.”

b. Tipe 2= Komunikasi

1) Bagaimana cara ibu/bapak berkomunikasi kepada pihak UPD

baik ketua dan guru dalam hal kepentingan anak? Jawaban:

“ada grup whatsapp, kadang aku chatt ke gurunya atau pak

Adi secara personal.”

2) Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan? Jawaban: “Kalo di

grup paling info-info ada apa, ada kunjungan apa. Jarang sih

kalo ngebahas masalah anak atau Pak Adi ngasih motivasi.

Kalo chatt personal paling izin ga masuk karena ga ada

ongkos.”

c. Tipe 3= Volunteering (Sukarelawan)

1) Selain kegiatan fisioterapi dan kelas, kegiatan apa saja yang

biasa diadakan di UPD Tangsel? Jawaban: “Ada dari

puskesmas cek kesehatan sama penyuluhan setelahnya, juga

sering kumpul-kumpulkan apa dari YSI itu mas fahmi atau

terapis. kegiatan kartini juga ikut, sama kemarin ada

penyuluhan gizi di upd.”

2) Bagaimana proses kegiatan tersebut? Jawaban: “Prosesnya

ada tanya jawab, kadang ada orang tua maju sharing

pengalamannya. Banyak juga sih yang nanya, tapi ada juga

yang gak aktif.”

3) Apa yang ibu/bapak lakukan dalam mendukung kegiatan

tersebut? Jawaban: “Biasanya ibu-ibu suka bawa konsumsi,

tapi ga ada paksaan harus bawa apa.”

 

Page 257: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

235

4) Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan tersebut?

Jawaban: “Seneng si jadi lebih banyak dapet info gimana

cara nanganin anak.”

d. Tipe 4= Pembelajaran di Rumah

1) Apa yang ibu/bapak sediakan dalam memfasilitasi kegiatan

belajar anak di rumah? Jawaban: “Banyak kaya buku-buku

untuk mengeja, poster hijaiyah, pensil warna, buku mewarnai,

majalah bobo.”

2) Bagaimana jadwal belajar anak di rumah? Jawaban: “Ga

ada jadwal belajar, suka-suka dia tapi dia memang suka

megang buku. Bangun tidur bawa buku sama pulpen terus

main di depan rumah.”

3) Bagaimana proses belajar anak di rumah? Jawaban: “Kalo

belajarnya lama ya bosen, dia gabisa lama paling seperempat

jam. Kalo aku sih ngajarin biasanya pake titik-titik nanti dia

ikutin titiknya. Dia sih lebih senengnya kalo aku ajarin

nyanyi. Sama kalo dia ada PR, biasanya aku lepas biarin dia

belajar sendiri nanti kalo ada yang salah baru aku koreksi.”

4) Bagaimana ibu/bapak mengajarkan anak dalam hal bina diri?

Jawaban: “Kalo untuk bina diri itu awalnya aku ajarin,

misal kaya pake baju kadang dia pake sendiri nanti aku liatin.

Kalo pake bajunya kebalik baru aku benerin. Kalo makan

aku biarin aja dia makan sendiri, mau berantakan atau apa

gapapa biar dia bisa makan sendiri nantinya.”

5) Apa saja yang sudah bisa anak lakukan di rumah? Jawaban:

“Makan sudah tapi masih berantakan, gosok gigi juga sudah,

mandi sudah bisa tapi masih saya bantu untuk sikat bagian

belakangnya. Pakai baju dan celana bisa.”

e. Tipe 5= Membuat Keputusan

1) Sebelum bergabung ke UPD Tangsel, bagaimana kondisi

anak ibu/bapak dalam hal pendidikan? Jawaban: “Kan aku

gabungnya udah lama kak, sebelum Nn usia sekolah juga aku

udah gabung ke YSI.“

2) Apa alasan ibu/bapak bergabung ke UPD Tangsel?

Jawaban: “Alasan gabung ke upd ya karena anak, aku harus

bantu dia. Kalo aku nya gak aktif dia gimana mau

berkembang, kan harus aku nya yang aktif. Aku harus cari

info, harus ada komunitasnya. Cuma ya gimana ya kak, kalo

lagi ga ada ongkos juga kan ga bisa ke upd. Ini juga udah

lama dia gak ke upd.”

 

Page 258: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

236

3) Setelah bergabung di UPD Tangsel, apa yang ibu/bapak

rasakan kurang dari pelayanan yang ada di lembaga?

Jawaban: “Kekurangannya ada sih, kaya yang sekarangkan

ibu-ibu banyak ngeluh masalah pembagian gizi. Sekarang

katanya udah ga ada, kemaren telat sebulan dua bulan lalu

dikurangi porsinya. Harusnya dapet susu dua dus dan

pempers, kemarin cuma dapet pempers susunya ga dapet.”

4) Bagaimana cara ibu/bapak dalam meningkatkan hal tersebut?

Jawaban: “Ya gimana ya kalo ga dibantu keteter kitanya,

tapi sih paling kita nya nanya kenapa bisa telat datengnya.

Paling pa Adi jelasin memang stok di gudangnya juga belum

ada. ”

f. Tipe 6= Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

1) Selain di UPD Tangsel, apakah ibu/bapak bergabung di

komunitas lain dalam hal menunjang perkembangan anak?

Jawaban: “Sekarang sih gak ada, cuma dulu tahun 2017 di

YCHI tapi sekarang udah engga. Ada sih ajakan di daerah

jakarta selatan, komunitas khusus orang tua yang memiliki

anak down syndrome. Cuma jauh, kalo deket sih saya mau

aja.”

2) Bagaimana respon mereka terhadap anak ibu/bapak?

Jawaban: “Mereka bilang sih anak aku bagus

perkembangannya, dari situ juga aku ngerasa kalo Nn bisa

nulis karena di YCHI. Kalo di YCHI itu jarang ketemu

sesama orang tua, karena ada jadwal khusus penanganan

peranak.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami orang

terdekat? Jawaban: “Nn cepet hafal anaknya, kan suka liat

di hp ada foto-foto, tau dia ini dia ini adiknya. Dia gak takut

sama orang baru, malah dia yang tanya duluan namanya

siapa gitu.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami wilayah

tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Kalo diajak

jalan nih kak ke mana gitu berapa kali, langsung hafal gitu

jalannya. Aku jarang sih ngenalin dia tempat-tempat gitu,

karena dia yang sering main. Dia biasanya suka eksplor hal-

hal sendiri, paling kalo dia salah baru aku koreksi. Biasanya

dia liat, dia tanya dan dia jadi tau. ”

 

Page 259: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

237

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami lingkungan

sekolahnya? Jawaban: “Dia udah tau sendiri, malah aku

sering jail masukin tasnya ke kelas sebelah terus dia protes

kalo kelasnya bukan di situ.”

6) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sekitar?

Jawaban: “Kalo nikah dan menjenguk orang sakit aku ajak,

dia gak pernah banyak nanya nanya sih biasanya.”

2. INDIKATOR KEMANDIRIAN ABK

a. Area Bekerja

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membuat makan dan minum? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Aku ajarin dia ambil

mangkok plastiknya dan pegang mangkoknya dideketin biar

ga terlalu berantakan. Kalo minum, dia udah bisa ambil

minum sendiri di galon, saya kasih tau ambil minumnya

sedikit-sedikit jangan sampai penuh. Kalo untuk ambil nasi

sendiri masih belum bisa, paling kalo udah selesai makan aku

ajarin untuk naro di meja belakang.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal menjaga kebersihan lingkungan? Dan

bagaimana hasilnya? Jawaban: “Aku sediain plastik sampah,

jadi kalo ada sampah aku bilang ke dia untuk taro ke dalam

plastik. Kadang-kadang dia yang protes ke orang untuk

buang sampah ke dalam plastik. Dia kadang mau nyapu, aku

biarin aja dia belajar nyapu.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berbelanja? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Udah bisa, kadang aku suruh buat belanja ke

warung. Kalo banyak aku kasih tulisan, kalo satu barang sih

bisa dia ngomong sendiri. Kalo uang paling dia tau nya yang

paling besar sepuluh ribu lah, yang sering dia bawa ke

warung. Aku ngajarinnya si dengan main-mainan sama dia

pake uang mainan. Kan ada uang mainan anak yang mirip

sama uang asli dan harus dipraktekkin.”

4) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berkebun? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Belum pernah”

 

Page 260: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

238

5) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mencuci pakaian? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Kalo aku lagi cuci baju aja dia sering

mau ikutan, belajar ngucek-ngucek, ngerendem baju. Kalo

untuk angkat jemuran udah bisa, kadang aku minta tolong

buat angkatin jemuran yang ga terlalu tinggi diangkatin sama

dia. Sama aku suruh dia buat ngelipetin pakaian dalem dia,

udah bisa. Tapi ya tergantung moodnya dia, kalo lagi gak

mood nih dia ya susah dimintain tolongnya. ”

b. AREA BINA DIRI

1) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal berpakaian? Dan bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Awalnya aku ajarin dia, terus aku arahin untuk

pake baju dan celana. Tapi tetep aku dampingin. Sekarang

Nn udah bisa pake baju sendiri, aku hanya liatin dia aja. Kalo

kebalik pakenya aku benerin. Baru bisa pake aja sih, kalo

ngelepas belum.”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal makan dan minum? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Aku kasih tau kalo makan itu pelan-

pelan, terus piringnya dideketin biar nanti gak berantakan.

Minum juga gitu, kalo ambil minum di galon ambil airnya

dikit aja jangan penuh-penuh, terus pencet yang warna biru.

Nn sih udah bisa makan dan ambil minum sendiri.”

3) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal membersihkan diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Aku biarin dia buat mandi sendiri, ya

walaupun masih belum bisa ngebersihin bagian belakang dan

masih perlu bantuan aku.”

c. AREA KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI

1) Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan anak

ibu/bapak sehari-hari? Jawaban: “Sudah full lisan”

2) Bagaimana proses yang diajarkan ibu/bapak kepada anak

ibu/bapak dalam hal mengenal identitas diri? Dan bagaimana

hasilnya? Jawaban: “Dia udah tau namanya Nn, nama

ibunya ibunya ibu Tanti. Aku kasih tau sambil main juga,

aku tanya dia namanya kakak Nn, aku kasih tau dia anaknya

ibu Tanti. Aku suka ajarin rumahnya di jalan swadaya.”

3) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

 

Page 261: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

239

orang terdekat? Jawaban: “Iya dia udah bisa mengenal

orang, terutama yang sering dia temui.”

4) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

wilayah tempat tinggal lingkungan anak? Jawaban: “Dia

udah tau di mana rumahnya, masjid itu untuk sholat, di mana

rumah temennya.”

5) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal mengenal dan memahami

lingkungan sekolahnya? Jawaban: “Dia udah paham

kelasnya di mana, kamar mandi di mana, kalo mau cari

ibunya di ruang tengah tempat biasa nunggu.”

6) Bagaimana hasil dari proses yang diajarkan ibu/bapak

kepada anak ibu/bapak dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat sekitar? Jawaban: “Karena dia sering eksplor

sendiri, dia jadi sering ketemu orang baru. Enggak dia ga

takut sama orang baru, malah dia duluan yang nanya nama

kamu siapa gitu.”

3. MANFAAT KETERLIBATAN ORANG TUA

a. Apa saja manfaat yang ibu/bapak rasakan dengan adanya

keterlibatan ibu/bapak dalam pendidikan anak?

Jawaban: “Iya nambah wawasan, aku yang tadinya

gatau jadi tau, lebih ke cara pegang dia gimana. Bukan

masalah pendidikan sih, tapi lebih ke cara merawat dia

nya gimana apalagi pada saat tantrum. Iya, jadi ngerasa

puas bisa ngerawat dia.”

 

Page 262: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

240

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN TENAGA PENGAJAR

Nama Informan : Sarinah (Guru Kelas Behaviour)

Usia : 52 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Mei 2019

Tempat Wawancara : Ruang Kelas Besar

Waktu Wawancara : 13.32 WIB

A. Isi Wawancara

1. Bagaimana tanggapan ibu terhadap keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak? Jawaban: “Sedikit sih yang aktif

terlibat, yang nanya juga sedikit paling kaya ibunya slamet,

umminya Azka kalo ibunya endrik sih jarang nanya. ”

2. Hal-hal apa yang biasa orang tua tanyakan seputar anak?

Jawaban: “Paling kalo abis kelas nanya ke saya tadi belajar

apa terus ada progres gak belajarnya. Ke anaknya juga nanya

gimana tadi belajarnya susah gak. Jarang sih kalo nanya yang

kaya gitu. Kebanyakan justru nanya seputar pembagian

nutrisi.”

3. Bagaimana proses bertanya yang dilakukan orang tua kepada

ibu selaku guru pengajar? Jawaban: “Kalo untuk bertanya

secara personal via whatsapp kayanya jarang ya, paling

mereka ngabarinnya melalui grup atau mungkin kirim pesan

personal ke Pak Adi. Ke saya pribadi si ga pernah ada yang

nanya, kalo ke guru lain kurang tau ya kak. Kalo ketemu

langsung juga jarang pada nanya tentang progres anaknya di

kelas cuma sebagian kecil aja.”

4. Bagaimana tingkat kehadiran orang tua pada saat diundang

dalam kegiatan di upd? Jawaban: “Tingkat kehadiran

mereka cukup tinggi ya dalam mengikut acara yang diadakan

lembaga kaya sosialisasi, penyuluhan.”

5. Apa yang ibu ajarkan/ latihkan di kelas dalam hal

kemandirian anak? Jawaban: “Merapikan buku dan alat tulis

dan dimasukkan ke tas secara mandiri, makan dan minum

sendiri, sama di sini biasa dilatih setiap habis makan itu anak

harus mencuci tempat makannya sendiri, buang sampah

bekas bungkusan makanannya dan merapikan kelas kaya

nyapu-nyapu gitu.”

 

Page 263: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

241

6. Manfaat apa yang ibu rasakan dengan adanya keterlibatan

orang tua terhadap pendidikan anak? Jawaban: “Jadi lebih

cepet menangkap dan menerima pelajaran di kelas, karena

biasa diajarin di rumah sama orang tua nya. Beda sama yang

engga diajarin, lebih lama prosesnya.”

\

 

Page 264: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

242

PEDOMAN WAWANCARA

INFORMAN TENAGA PENGAJAR

Nama Informan : Siti Khodijah (Guru Kelas Persiapan)

Usia : 52 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 16 Mei 2019

Tempat Wawancara : Ruang Terapi

Waktu Wawancara : 13.09 WIB

A. Isi Wawancara

1. Bagaimana tanggapan ibu terhadap keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak? Jawaban: “Jarang pada nanya si

paling mamanya Tor, Efika, sama mamanya Tasya yang

lumayan sering nanya.”

2. Hal-hal apa yang biasa orang tua tanyakan seputar anak?

Jawaban: “Biasanya merekea nanya ke Pak Adi, paling

beberapa aja yang nanya ke kita tentang gimana proses

belajar anaknya di kelas, terutama anak yang belum bisa

fokus.”

3. Bagaimana proses bertanya yang dilakukan orang tua kepada

ibu selaku guru pengajar? Jawaban: “Biasanya bertanya

langsung setelah selesai kelas, kalo untuk via hape paling di

grup upd aja.”

4. Bagaimana tingkat kehadiran orang tua pada saat diundang

dalam kegiatan di upd? Jawaban: “Beberapa orang tua

bertanya di grup, kan ada grup whatsappnya. Mereka juga

ngabarin lewat grup biasanya, izin gak masuk karena

anaknya sakit, atau lagi ada urusan. Kalo chatt personal ke

saya belum pernah, kebanyakan orang tua biasanya chatt

personal langsung ke Pak Adi.”

5. Apa yang ibu ajarkan/ latihkan di kelas dalam hal

kemandirian anak? Jawaban: “Makan, cuci piring, lap

liurnya sendiri.”

6. Manfaat apa yang ibu rasakan dengan adanya keterlibatan

orang tua terhadap pendidikan anak? Jawaban: “Di kelas

jadi lebih terkontrol emosinya, suasana kelas jadi lebih

nyaman dan efektif kan kalo mereka bisa diatur.”

 

Page 265: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

243

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN TENAGA PENGAJAR

Nama Informan : Tuti (Guru Kelas Pra-Vokasional)

Usia : 44 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 16 Mei 2019

Tempat Wawancara : Ruang Kelas Besar

Waktu Wawancara : 14.53

A. Isi Wawancara

1. Bagaimana tanggapan ibu terhadap keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak? Jawaban: “Sebagian besar bertanya.

Itu wajar ya kak, emang gak terlalu panjang yang gimana-

gimana. Mereka juga mungkin memahami kondisi anaknya

seperti apa.”

2. Hal-hal apa yang biasa orang tua tanyakan seputar anak?

Jawaban: “Iya paling nanya kaya anaknya mau gak ngikutin

pelajaran gitu, karena kan anak-anak kaya gini belajarnya

gak seperti anak normal. Mereka juga nanya kenapa di rumah

susah diajarinnya.”

3. Bagaimana proses bertanya yang dilakukan orang tua kepada

ibu selaku guru pengajar? Jawaban: “Ada beberapa orang

tua yang chatt personal ke saya atau ke grup whatsapp juga.”

4. Bagaimana tingkat kehadiran orang tua pada saat diundang

dalam kegiatan di upd? Jawaban: “Kalo ada kegiatan suka

rame yang dateng, biasanya Pak Adi kasih info di grup. Kalo

kegiatannya kaya sosialisasi tentang kesehatan atau gizi kan

cuma ngelibatin orang tua. Kalo kaya gitu, anaknya tetap

belajar di kelas, orang tua di luar ikut kegiatan. Kalo kaya

acara kartini atau buka puasa bersama itu kan ngelibatin

keduanya, jadi tidak ada kegiatan kelas.”

5. Apa yang ibu ajarkan/ latihkan di kelas dalam hal

kemandirian anak? Jawaban: “Melipat baju, menyetrika,

memasak, menyapu halaman, mencuci piring.”

6. Manfaat apa yang ibu rasakan dengan adanya keterlibatan

orang tua terhadap pendidikan anak? Jawaban: “Kalo orang

tuanya aktif ngajarin di rumahkan keliatan di kelasnya anak

jadi terkontrol dan lebih mudah untuk diarahkan.”

 

Page 266: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

244

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN KETUA UPD KOTA TANGSEL

Nama Informan : Adi Supanggih

Usia : 53 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 16 Mei 2019

Tempat Wawancara : Ruang Ketua

Waktu Wawancara : 15.40 WIB

A. Isi Wawancara

1. Bagaimana tanggapan bapak terhadap keterlibatan orang tua

dalam pendidikan anak? Jawaban: “Masih sebagian kecil

kalo untuk bertanya secara langsung, paling mereka bertanya

saat ada forum. Kadang mereka bingung juga apa yang mau

mereka tanyain, memang harus kitanya yang kasih stimulus.

Harus kita panggil dan ajak ngobrol, baru mereka cerita.”

2. Hal-hal apa yang biasa orang tua tanyakan seputar anak?

Jawaban: “Biasanya nanya jenis disabilitas anaknya, karena

mereka bingung dan bahkan gatau. Cara megang anak seperti

ini di rumah gimana, sama kaya nanya tempat terapi atau

sekolah slb untuk anaknya. Karena jenis terapi di sini kan

cuma ada fisioterapi, untuk okupasi dan terapi wicara belum

ada.”

3. Bagaimana proses bertanya yang dilakukan orang tua kepada

bapak selaku ketua lembaga? Jawaban: “Kami kan

menyediakan grup whatsapp yang isinya saya, para guru,

para orang tua dan para staff. Biasanya mereka langsung

menghubungi saya secara personal jika memang yang

dibicarakan bersifat personal. Banyak dari mereka juga

biasanya memberi kabar lewat grup seperti izin gak masuk.”

4. Bagaimana tingkat kehadiran orang tua pada saat diundang

dalam kegiatan di upd? Jawaban: “Banyak orang tua yang

hadir kalo ada kegiatan, baik yang hanya melibatkan orang

tua seperti sosialisasi gizi maupun melibatkan anak seperti

pemeriksaan kesehatan dan sosialisasi kesehatan, kartini,

buka puasa bersama.”

5. Apa saja yang diajarkan/ latihkan di kelas dalam hal

kemandirian anak? Jawaban: “Kalo untuk itu beda-beda di

setiap kelasnya, memang tujuan utamanya adalah

kemandirian. Tapi kita liat lagi, kalo untuk kelas besar

biasanya itu dilatih menyapu, memasak, mencuci piring.

 

Page 267: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

245

Kalo di kelas kecil dan autis kan ga mungkin kita ajarin kaya

gitu, pasti prosesnya lebih panjang. Di kelas kecil itu kita

latih untuk merapikan buku dan alat tulis sendiri, makan

sendiri, elap air liur sendiri. Hal-hal kecil yang memang terus

kita latih ulang-ulang biar mereka terbiasa mandiri nantinya.

Kalo untuk kelas autis hampir sama kaya kelas kecil, cuma

lebih ditekankan gimana caranya anak bisa fokus dan

terkontrol di kelas.”

6. Manfaat apa yang bapak rasakan dengan adanya keterlibatan

orang tua terhadap pendidikan anak? Jawaban: “Sebenarnya

setiap usaha yang dikeluarkan orang tua pasti ada hasilnya,

dan hasil yang dirasakan itu kembali kepada mereka para

orang tua.”

 

Page 268: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

246

LAMPIRAN 9: Foto Penelitian

Kegiatan Forum Development Session

Pemeriksaan Kesahatan

Membuat Batik Celup

 

Page 269: KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47298/1/GITA ABYANTI SANJAYA-FDK.pdfdi Asia. Hal ini memicu ketertindasan anak disabilitas

247

Penyuluhan Kesehatan

Buku Kehadiran Harian

Foto Pada Saat Penulis melakukan home visit