Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB VI
KESIMPULAN, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
1-Kesimpulan.
a. Pola Kebijakan Koordinasi Dalan Proses Adninis
trasi Akadenik
Kebijakan koordinasi dalam proses administrasi
akademik Universitas Langlangbuana, sejalan dengan kebi
jakan koordinasi dan pengelolaan institusi tersebut se
cara keseluruhan, mengacu kepada PP Nomor 30 Tahun 1990,
yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan setempat.
Rektor sebagai penanggung jawab utama Universitas
berperan memberikan kebijakan umum dalam administrasi
akademik. Penjabaran dari kebijakan umum tersebut diker
jakan oleh unit-unit kerja atau tim-tim khusus yang di
koordinasi oleh Pembantu Rektor I. Beberapa penjabaran
dari kebijakan Rektor tersebut tertuang dalam Statuta,
RIP, Kurikulum, Pedoman Akademik, Pedoman Administrasi
Akademik, Kalender Akademik dll. Beberapa program dan
pedoman dasar seperti Statuta, RIP, unsur-unsur dasar
dari kurikulum dibahas dulu dalam Senat Universitas se
belum disyahkan, program atau pedoman yang lain langsung
160
disyahkan oleh Rektor bahkan oleh Pembantu Rektor. Prog
ram dan pedoman-pedoman tersebut selain merupakan pedo
man kerja juga berfungsi sebagai alat koordinasi.
Dekan dibantu oleh Pembantu Dekan I, berperan
mengkoordinasi pelaksanaan kebijakan akademik yang sudah
dijabarkan dalam bentuk program-program dan pedoman aka
demik pada Fakultasnya masing-masing. Kepala Biro, khu
susnya BAAK mengkoordinasi pelaksanaan administrasi pe
nunjang akademik, seperti penerimaan mahasiswa, regis
trasi, penyusunan jadwal kuliah, ujian, wisuda, sertifi
kasi dll.
Dengan pola koordinasi seperti itu, proses
administrasi akademik telah dapat terlaksana, walaupun
belum semua berjalan efisien dan efektif.Kekurangsinkro-
nan pelaksanaan beberapa kegiatan administrasi akademik
masih ditemukan.Kekurangsinkronan ini dapat dilihat dari
adanya keterlambatan-keterlambatan. Dosen terlambat me-
nyerahkan kesediaan waktu mengajar, menyiapkan bahan
ujian, memulai kuliah, melaksanakan ujian, menyerahkan
hasil ujian dll. Tim atau panitia terlambat menyusun
rencana, melaksanakan kegiatan, menyusun laporan dll.
Unit-unit administrasi terlambat menyiapkan daftar isian,
menyampaikan pengumuman, memproses sesuatu, melaksanakan
162
tugas, membuat laporan dsb. Kegiatan akademik ada yang
berjalan simultan, tetapi ada juga yang berjalan beru-
rutan, keterlambatan mengerjakan sesuatu kegiatan dapat
menimbulkan keterlambatan bagi penyelesaian kegiatan
berikutnya.
Ada beberapa faktor yang diperkirakan melatarbe
lakangi kelemahan-kelemahan koordinasi dalam proses
administrasi akademik. Pertama, program kerja masih ber
sifat umum (belum operasional) dan belum disertai dengan
petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis. Kedua,pe
doman-pedoman kurang jelas dan penafsirannya bisa berbeda
Ketiga,jalur komunikasi yang kurang lancar serta infor
masi yang kurang lengkap. Keempat, kekurangan dana dan/
atau peralatan untuk pelaksanaan kegiatan. Kelima,kemam
puan dan motivasi kerja yang belum sesuai dengan
tuntutan.
b.Koordinasi Dalan Proses Adninistrasi Penerinaan
Mahasiswa Baru, Registrasi dan Penjadwalan
Secara garis besar administrasi akademik dibagi
atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan
tahap pelaporan. Tahap persiapan mencakup penerimaan
mahasiswa baru dan registrasi/herregistrasi. Penerimaan
16
mahasiswa baru meliputi kegiatan publikasi, pendaftaran
dan seleksi calon mahasiswa.
1) Koordinasi Tahap Perencanaan
Secara umum telah ada koordinasi pada tahap pe
rencanaan penerimaan mahasiswa baru. Kegiatan koordinasi
diwujudkan dalam bentuk pengeluaran SK Rektor tentang
panitia, rapat-rapat panitia serta konsultasi staf kepa
da ketua seksi, atau ketua seksi kepada ketua panitia
pada awal kegiatan. Materi yang dibahas dalam rapat men
cakup bentuk dan sasaran kegiatan, penegasan tugas serta
penentuan target waktu, sedangkan konsultasi digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul.
Perencanaan penerimaan mahasiswa baru belum memi
liki program atau perencanaan tertulis, semua sasaran
dan kegiatan serta jadwal kegiatan disampaikan secara
lisan dalam rapat. Walaupun ada beberapa keterlambatan,
kegiatan penerimaan mahasiswa baru dapat berjalan de
ngan tertib. Hal itu bukan saja karena telah berjalannya
fungsi koordinasi, tetapi juga karena penerimaan maha
siswa baru telah merupakan kegiatan rutin, yang dikerja
kan oleh tim yang relatif tetap.
Sedikitnya ada dua dampak yang timbul dari sistem
164
koordinasi perencanaan kegiatan PMB tersebut, yaitu
1) konsistensi kegiatan yang direncanakan dari satu pe
riode ke periode lain kurang terjamin. Hal itu menyulit-
kan kontrol terhadap tingkat keberhasilan atau kekurang
an dari perencanaan terdahulu, 2) koordinasi perencanaan
demikian sangat mengandalkan tanggung jawab pribadi per
sonil sehingga tingkat keberhasilan sasaran sukar diten
tukan .
Kegiatan registrasi mahasiswa terbagi atas dua
kegiatan, yaitu registrasi bagi mahasiswa lama dan
baru. Bagi mahasiswa lama herregistrasi dilakukan pada
tingkat Universitas dan Fakultas sedangkan bagi mahasis
wa baru pada tingkat Universitas, Kopertis dan Fakultas.
Hampir pada seluruh kegiatan perencanaan regis
trasi tidak ada koordinasi secara khusus. Setiap unit
kerja yang terlibat mempersiapkan keperluan registrasi
secara sendiri-sendiri. Petunjuk bagi para mahasiswa
untuk melakukan kegiatan registrasi/heregistrasi disam-
kan melalui pengumuman yang tertera pada spanduk atau
lembar pengumuman. Keadaan ini tampaknya dilatarbela
kangi tidak hanya oleh anggapan bahwa kegiatan regis
trasi sebagai kegiatan rutin, namun juga menunjukkan
belum optimalnya fungsi koordinasi pada tahap perenca
naan .
165
2) Koordinasi Tahap Pelaksanaan
Pada batas-batas terentu, koordinasi pelaksanaan
kegiatan penerimaan mahasiswa baru sudah berjalan.
Walaupun demikian, sesuai dengan bentuk kegiatannya, ada
perbedaan bentuk koordinasi antara satu kegiatan dengan
lainnya.Koordinasi pelaksanaan kegiatan seleksi sudah
berjalan dan nampak jelas. Hal tersebut dapat terlihat
dari ketepatan waktu pelaksanaan seleksi serta sedikit-
nya permasalahan yang dihadapi. Koordinasi kegiatan pub
likasi dan pendaftaran belum berjalan dengan baik. Hal
itu dapat dilihat dari adanya pengabaian personil (fa
kultas) yang sudah ditunjuk pada seksi pendaftaran serta
adanya keterlambatan waktu kegiatan publikasi.
Seperti halnya pada tahap perencanaan, pada tahap
pelaksanaan kegiatan penerimaan mahasiswa baru juga sama
koordinasi dilakukan secara informal dan insidental, me
lalui pemantauan atau dialog langsung di tempat kegiatan
sambil melaksanakan kegiatan. Materi yang dikoordinasi
berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil kerja yang telah
dicapai, serta masalah-masalah yang dihadapi. Koordinasi
belum menyentuh pada koordinasi personil yang melakukan
kegiatan penerimaan mahasiswa baru.
Walaupun ada beberapa permasalahan , khususnya
dalam kegiatan publikasi dan pendaftaran calon mahasis
wa, namun kegiatan pendaftaran tetap berjalan. Hal
tersebut memberi bukti bahwa walaupun dengan koordinasi
yang lemah, personil tetap melaksanakan tugas. Ada bebe
rapa hal yang menjadi latar belakang keadaan tersebut,
di antaranya: a) pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan
rutin dan masih sederhana sifatnya, setiap personil yang
terlibat melaksanakannya sebagai kegiatan biasa (sehari
-hari), b) karena adanya rasa bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan, 3) personil yang terlibat mendapat
tambahan insentif.
Seperti halnya pada tahap perencanaan, pada ta
hap pelaksanaan koordinasinya kurang begitu jelas.
Unit-unit kerja yang terlibat, bekerja menurut kebiasa-
annya masing-masing, sehingga banyak ditemui kekurangan
atau keterlambatan. Di samping akibat kurangnya koordi
nasi dalam pelaksanaan, keterlambatan juga banyak dipe
ngaruhi oleh kemampuan dan sikap para mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan registrasi atau herregistrasi. Ke
mampuan berkenaan dengan kemampuan membayar SPP tepat
waktu sedangkan sikap berkenaan dengan ketepatan maha
siswa melakukan registrasi/herregistrasi.
167
3) Koordinasi Tahap Pelaporan -- ••
Koordinasi pelaporan kegiatan penerimaan maha
siswa baru nampak jelas jika dibandingkan dengan tahap
persiapan dan pelaksanaan. Kegiatan koordinasi dilakukan
dalam beberapa bentuk, seperti pemantauan langsung ke
tempat tugas, laporan lisan serta pengecekan hasil (pen-
capaian target) secara individual maupun dalam rapat.
Koordinasi pada tahap pelaporan kegiatan publi
kasi dan seleksi dilakukan dalam rapat, kegiatan pendaf
taran dilakukan secara lisan dan tertulis.
Hampir pada setiap kegiatan tahap pelaporan,
koordinasi lebih diarahkan pada hasil kegiatan, bukan
pada koordinasi proses maupun personil yang melaksanakan
kegiatan/pekerjaan. Hal tersebut tampaknya dipengaruhi
oleh beberapa hal, di antaranya: 1) keterbatasan pema
haman para koordinator terhadap fungsi kegiatan dan pe
ranan dukungan personil bagi pencapaian hasil, 2) koor
dinator tidak memiliki waktu yang cukup untuk melak
sanakan hal-hal tersebut. Pelaksanaan koordinasi demi
kian menyebabkan masih adanya beberapa keterlambatan
atau kekurangsinkronan dalam pelaksanaan sejumlah
kegiatan.
Salah satu indikator dari keberhasilan penerima-
168
an mahasiswa baru adalah tercapainya jumlah yang ditar-
getkan dengan kualitas input yang diharapkan, serta pe
laksanaan kegiatan berlangsung pada waktu yang tepat.
Sedangkan salah satu indikator keberhasilan koordinasi
dalam kegiatan tersebut adalah tercapainya efisiensi dan
efektifitas dalam berbagai kegiatan yang berkenaan de
ngan penerimaan mahasiswa baru.
Meskipun dengan beberapa kali perpanjangan waktu
pendaftaran, secara kuantitas penerimaan mahasiswa baru
memenuhi target yang diharapkan, namun belum memenuhi
target secara kualitas. Adanya perpanjangan waktu pen
daftaran dan dua kali ujian seleksi, juga dapat menjadi
petunjuk belum optimalnya fungsi koordinasi dalam pene
rimaan mahasiswa baru .
Sesuai bentuk kegiatannya, ada perbedaan koor
dinasi pada tahap pengawasan antara satu kegiatan regis
trasi dengan kegiatan registrasi lainnya. Walaupun hanya
melalui evaluasi hasil kerja yang ditampilkan, koordina
si pelaporan kegiatan registrasi ke Kopertis tampak
lebih jelas apabila dibandingkan dengan kegiatan regis
trasi di universitas atau fakultas.
Seperti halnya koordinasi pelaksanaan, koordina
si tahap pelaporan registrasi di tingkat universitas ju
ga berjalan kurang lancar. Keadaan tersebut ada kaitannya
169
dengan hal-hal lain, diantaranya a) sistem informasi re
gistrasi mahasiswa yang belum tertata baik, b)koordinasi
di antara unit kerja yang terlibat masih lemah, c) belum
ada pengaturan sistem koordinasi secara terpusat,d) ter
ikat dengan kondisi keuangan mahasiswa dan e) terikat
dengan kemampuan dan kemauan unit kerja yang terlibat.
Karena hampir setiap fakultas memiliki sistem
koordinasi dan kebijaksanaan registrasi tersendiri,
koordinasi pelaporan antara satu fakultas dengan fakul
tas lain juga ada perbedaan. Fakultas yang memiliki ja
ringan kerja yang sudah terkoordinasi, memperlihatkan
koordinasi pelaporan yang lebih jelas dibandingkan de
ngan fakultas yang tidak memiliki jaringan kerja yang
terkoordinasi. Fakultas yang menerapkan banyak kebijak
sanaan dalam pelaksanaan registrasi mahasiswa, memperli
hatkan koordinasi pelaporan yang kurang jelas.
Walaupun tidak ada koordinasi pe laporan yang
sama dan jelas, pada batas-batas tertentu sebagian besar
personil melaksanakan tugasnya masing-masing. Kondisi
ini tampaknya tidak ada kaitannya dengan bentuk koordi
nasi yang dilaksanakan, namun lebih menyangkut pada tu
gas dan tanggung jawab masing-masing. Tanpa koordinasi,
para personil bekerja berdasarkan kebiasaan. Hal itu di
samping berdampak kurang terjaminnya mutu hasil kerja,
1 70
pada batas-batas tertentu juga merupakan petunjuk kurang
terjalinnya koordinasi pelaporan secara terpusat.
c.Koordinasi Proses Adninistrasi Perkuliahan
Kegiatan perkuliahan mencakup sejumlah aktivitas
baik aktivitas pendukung perkuliahan, seperti penyusunan
kalender akademik dan jadwal kuliah, maupun kegiatan
perkuliahannya itu sendiri, yang terdiri atas penyiapan
sarana dan prasarana kuliah, pembuatan persiapan menga
jar dan pelaksanaan perkuliahan.
1) Koordinasi Tahap Perencanaan
Koordinasi perencanaan penyusunan kalender aka
demik dilakukan pada tingkat universitas, sedangkan ko-
koordinasi perencanaan pembuatan jadwal perkuliahan
dilakukan pada fakultas. Perencanaan penyusunan kalender
akademik dibuat oleh Bagian Perencanaan dan dikoordinasi
oleh PR I. Perencanaan penyusunan kalender akademik me
rupakan pekerjaan yang sederhana sebab hanya meniru ka
lender akademik tahun lalu dengan beberapa penyesuaian.
Apabila dibandingkan dengan koordinasi pembuatan
kalender akademik, koordinasi perencanaan pembuatan
17 J.
jadwal perkuliahan tampak lebih kompleks karena melibat
kan banyak pihak luar, di antaranya dosen luar biasa.
Kendati demikian, karena kegiatan tersebut merupakan
kegiatan rutin dan ada dalam jangkauan koordinasi yang
sederhana, terlepas dari kualitas hasil, koordinasi
perencanaan penyusunan jadwal perkuliahan pada umumnya
berjalan lancar (tepat waktu).
Di samping penyusunan jadwal umum, perencanaan
perkuliahan juga menyangkut kerjasama antara dosen pem
bina dengan asisten dalam pembuatan persiapan perkuli
ahan. Bentuk koordinasi perencanaan perkuliahan antara
satu pengajar dengan tim pengajar lainnya berlainan.
Di samping itu ada juga tim yang tidak melakukan koordi
nasi dalam perencanaan perkuliahan.
Keragaman koordinasi perencanaan kegiatan perku
liahan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di
antaranya, karena perbedaan kebiasaan, persepsi serta
kondisi lembaga di mana tim-tim itu berada. Kebiasaan
berkenaan dengan apa yang dilakukannya di PTN, persepsi
berkenaan dengan cara memandang permasalahan dari
kacamatanya sendiri sedangkan kondisi berkenaan dengan
aturan serta sistem yang berlaku di fakultas masing-
masing. Terlepas dari jumlah serta kualitas tim yang
melaksanakan koordinasi perencanaan perkuliahan, adanya
172
keragaman tersebut menunjukkan belum berjalannya koor
dinasi secara terpusat.
2) Koordinasi Tahap Pelaksanaan
Kalender akademik merupakam perangkat lunak
koordinasi di tingkat fakultas. Dengan kalender tersebut
setiap fakultas membuat jadwal perkuliahan masing-ma
sing.Jadwal tersebut merupakan perangkat lunak koordina
si yang memberi pedoman pada pelaksanaan perkuliahan.
Jadwal perkuliahan memperjelas koordinasi tahap
pelaksanaan perkuliahan. Jadwal tersebut memberi pe
tunjuk tentang pembagian tugas dan tanggung jawab masing-
masing personil.
Yang menjadi permasalahan adalah pelaksanaan koor
dinasi yang sudah terjadwal tersebut tidak selalu
berjalan lancar. Terutama koordinasi antara dosen pembi
na dengan asisten, tidak selamanya berjalan harmonis.
Ketidakcocokan, kadang-kadang mewarnai koordinasi pelak
sanaan perkulihan.
Hal itu tampaknya dilatarbelakangi oleh beberapa
hal, diantaranya perbedaan persepsi masing-masing pihak
terhadap tugas dan tanggung jawabnya, komunikasi di an
tara tim, serta cara kerja yang sudah menjadi kebiasaan.
Kendati kurang adanya harmonisan koordinasi, pe
laksanaan perkuliahan. Pada umumnya sebagian besar
kegiatan perkuliahan tetap berlangsung dan memenuhi tar
get. Hal itu terjadi karena para asisten adalah tenaga
tetap dan selalu siap melaksanakan tugas. Dengan atau
tanpa koordinasi dengan dosen pembina tugas tetap di-
jalankan. Hal ini juga merupakan suatu fenomena kurang
nya koordinasi, namun sekaligus menunjukkan bahwa rasa
tanggung jawab akan tugas dapat mengatasi kelemahan
koordinasi.
3) Koordinasi Tahap Pelaporan
Daftar kehadiran dosen di BAAK, merupakan alat
koordinasi pelaporan perkuliahan secara formal dari
tingkat universitas. Karena hasil pemantauan ini dise
rahkan kepada fakultas, maka secara formal koordinasi
pelaporan dilaksanakan menurut jenjang. Akan tetapi ka
rena penyampaian laporan tersebut tidak rutin, dan se-
ringkali terlambat maka koordinasi pelaporan juga se
ring tidak lancar.
Adanya keragaman pendataan dan pengawasan keha
diran dosen pada beberapa fakultas, menunjukkan masih
lemahnya koordinasi pada tahap pelaporan perkuliahan.
174
Hal itu berkaitan erat dengan kesungguhan para dosen dan
staf tata usaha dalam mencatat dan melaporkan perkuli
ahan, serta adanya mekanisme kerja yang kurang efisien.
Koordinasi pelaporan kehadiran dosen tidak se-
ragam, beberapa fakultas mengadakan koordinasi menjelang
akhir perkuliahan, Fakultas E cara pengawasan sendiri,
beberapa fakultas yang lain koordinasinya lemah sekali.
Walaupun telah ada pengawasan dan pencatatan data keha
diran dosen, namun hanya sedikit yang telah diberi tin-
dak lanjut. Dengan demikian data hasil pelaporan diman-
faatkan secara maksimal.
Keadaan tersebut bukan saja mencerminkan koordi
nasi yang kurang berkesinambungan, tetapi sekaligus me
nunjukkan masih lemahnya penerapan prinsip efisiensi.
d.Koordinasi Proses Adninistrasi Evaluasi, Hisuda
dan Sertifikasi
Kegiatan evaluasi atau ujian dilaksanakan dalam
dua tahap. Tahap pertama adalah evaluasi/ujian lokal
yang diselenggarakan oleh PTS, dan tahap kedua ujian ne
gara yang diselenggarakan melalui Kopertis. Evaluasi
lokal meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semes
ter dan ujian Skripsi, sedangkan ujian negara melipu
ti ujian tulis Negara dan ujian lisan.
Koordinasi tahap perencanaan evaluasi/ujian lokal
dilakukan oleh fakultas (Dekan), sedangkan ujian negara
dikoordinasi oleh Kopertis.
1) Koordinasi Tahap Perencanaan
Kegiatan koordinasi persiapan tiap macam ujian
tidak selalu sama, koordinasi persiapan ujian negara
lebih nampak jelas dibandingkan dengan ujian lokal. Hal
tersebut dipengaruhi oleh adanya koordinasi pada tahap
yang lebih tinggi, dilaksanakan secara lebih formal ser
ta karena melibatkan lembaga-lembaga di luar PTS.
Kegiatan koordinasi persipan ujian pada berbagai
Fakultas juga tidak sama. Fakultas-Fakultas yang telah
memiliki jaringan koordinasi yang lebih mapan, persipan
ujiannya lebih baik jika dibandingkan dengan Fakultas
kurang mapan.
Di hampir seluruh fakultas, tidak ada koordinasi
pada tahap persiapan ujian tengah semester. Masing-ma
sing dosen/asisten mempersiapkan sendiri. Hampir pada
setiap fakultas,koordinasi kegiatan ujian akhir semester
lebih nampak jelas jika dibandingkan dengan kegiatan
ujian lain.
Tidak semua Fakultas memiliki jaringan koordina-
176
si kegiatan persiapan ujian/evaluasi yang sudah jelas
dan mapan, tetapi walaupun dengan beberapa keterlambatan
pada umumnya ujian-ujian dapat dilaksanakan pada waktu
nya. Keterlaksanaan persiapan ujian bukan hanya dipenga
ruhi oleh koordinasi tetapi oleh rasa tanggung jawab
dari pelaksana. Lemahnya koordinasi pada kegiatan per
siapan ujian berkaitan erat dengan status para pejabat
dan dosen di UNLA, yang sebagian besar berstatus dosen
tidak tetap. Status dosen tidak tetap dapat menghambat
pelaksanaan koordinasi, terutama karena menyangkut ke-
sulitan komunikasi serta banyaknya beban tugas pada
institusi tetapnya, disamping adanya sikap menomordua-
kan tugas-tugas pada PTS.
2) Koordinasi Tahap Pelaksanaan
Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan ujian,
koordinasi pelaksanaan satu kegiatan ujian berbeda
dengan kegiatan ujian lainnya. Koordinasi pelaksanaan
ujian tengah semester, hampir tidak nampak karena kegi
atan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para Dosen.
Walaupun tanpa koordinasi yang jelas, sebagian
besar Dosen melaksanakan ujian tengah semester. Hal itu
menunjukkan bahwa tanpa koordinasi khusus kegiatan ter-
177
sebut dapat terus berlangsung. Ada beberapa faktor yang
melatarbelakangi hal itu, di antaranya a) UTS merupakan
kegiatan rutin sehingga tanpa koordinasipun tetap berja
lan, b) adanya rasa tanggung jawab yang kuat dari para
Dosen dan personil yang terlibat .
Hampir pada setiap fakultas, kegiatan ujian
akhir semester dikoordinasi secara khusus dalam suatu
kepanitiaan oleh PD I/Jurusan. Kejelasan beban dan tang
gung jawab masing-masing personil memudahkan koordinasi
pelaksanaan UTS, sehingga garis koordinasi menjadi lebih
jelas. Kegiatan koordinasi terutama menyangkut penyiapan
bahan dan pelaksanaan ujian.
Karena belum adanya peraturan atau pedoman khusus
dari Universitas atau Kopertis, koordinasi pelaksanaan
ujian skripsi pada setiap fakultas berbeda-beda. Nampak
adanya kecenderungan koordinasi dan pelaksanaan ujian
skripsi mengikuti cara yang diterapkan pada PTN pembina,
disesuaikan dengan kondisi Fakultas masing-masing. Hal
itu memberikan petunjuk masih kurang terjalinnya koordi
nasi dari pusat ke Fakultas-Fakultas, dan dapat berpe
ngaruh terhadap pengawasan kualitas skripsi.
Sesuai dengan status akreditasi Jurusan-Jurusan
yang ada di UNLA (diakui dan terdaftar), pelaksanaan
ujian tulis negara secara keseluruhan dikoordinasi oleh
Kopertis melalui suatu tim pelaksana ujian tulis negara.
178
Pelaksanaan ujian pada suatu Fakultas dikoordinasi oleh
Fakultas pembinannya masing-masing. Karena garis koordi
nasi, peraturan dan pembagian tugasnya cukup jelas, wa
laupun melibatkan banyak pihak di antaranya PTN pembina
dan Kopertis, pelasanaan kegiatan ujian tulis negara
dapat berjalan dengan lancar.
3) Koordinasi Tahap Pelaporan ... ?»• _
Sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegia
tan masing-masing, koordinasi tahap pelaporan bagi
setiap kegiatan juga berbeda-beda. Kegiatan UTS karena
hanya melibatkan dosen, asisten dan mahasiswa. Kegiatan
ini berjalan walaupun tanpa koordinasi. Hampir semua Do
sen melaksanakan UTS, dan pelaksanaannya berjalan cukup
lancar.
Keadaan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa
hal di antaranya, a) UTS sudah merupakan kegiatan rutin,
b) pelaksanaan UTS cukup sederhana, c) sebagian besar
Dosen memiliki rasa tanggung jawab yang besar akan tu
gasnya .
Kegiatan koordinasi pelaksanaan UAS lebih jelas
dibandingkan dengan UTS, karena sebagian besar fakultas
membentuk panitia UAS. Bentuk koordinasi pengawasan di
wujudkan dalam beberapa bentuk baik secara formal maupun
179
informal. Koordinasi pengawasan secara formal berbentuk
penyampaian laporan tertulis kegiatan UAS dari Ketua/
Sekretaris Jurusan kepada PD I. Koordinasi pengawasan
secara informal dengan mengadakan pengawasan/kunjungan
langsung pada saat pelaksanaan UAS, baik oleh Dekan/PD I
maupun oleh Ketua Jurusa.
Sidang skripsi merupakan kegiatan yang bersifat
insidental. Dengan status akreditasi diakui/terdaftar
pelaksanaannya masih melibatkan dosen PTN, namun karena
seluruh penguji skripsi dianggap telah memenuhi kuali-
fikasi memadai maka secara formal tidak ada koordinasi
pengawasan khusus.
Seperti halnya skripsi, kegiatan ujian negara
merupakan kegiatan yang bersifat insidental. Kegiatan
ini memiliki jaringan koordinasi tertentu yang melibat
kan beberapa pihak luar. Dengan aturan dan pedoman kerja
yang sudah jelas, koordinasi pengawasan dalam pelaksa
naan ujian negara tampak jelas. Melalui pengawasan /
kunjungan langsung, baik oleh Koordinator dari Kopertis
atau dari PTN pada saat pelaksanaan Ujian Tulis Negara
koordinasi tahap pengawasan telah berjalan baik.Kegiatan
koordinasi pengawasan bukan saja pada pelaksanaan ujian,
tetapi juga sudah nampak upaya-upaya peningkatan ke arah
mutu penilaian.
180
2.Penbahasan
Perguruan Tinggi merupakan suatu organisasi formal
yang memiliki fungsi dan sasaran-sasaran tertentu.
Pelaksanaan fungsi dan pencapaian sasaran-sasaran terse
but terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan, dengan
kegiatan pendidikan dan pengajaran sebagai intinya.
Kegiatan pendidikan dan pengajaran dilaksanakan oleh te
naga akademik (Dosen dan Asisten), para pengelola (pim
pinan Universitas, Fakultas dan Jurusan) dibantu oleh
tenaga administrasi, sebagai staf pendukung. Pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan pengajaran juga ditunjang oleh
sarana dan fasilitas pendidikan, dana, sumber-sumber
lingkungan serta pengelolaan pendidikan.
Universitas Langlangbuana sebagai suatu Pergu
ruan Tinggi Swasta yang masih muda, bernaung di bawah
suatu yayasan kepolisian dan berada di dearah yang kaya
dengan perguruan yang telah punya nama, memiliki kon
disi, karakteristik dan masalah-masalah tertentu.Kondisi,
karakteristik dan masalah-masalah tersebut secara lang
sung atau tidak langsung, menyangkut dan mempengaruhi
koordinasi kegiatan administrasi akademik.
Jurusan-jurusan pada UNLA kebanyakan berstatus
terdaftar atau diakui. Dengan status demikian Fakultas
181
atau Jurusan-jurusan tersebut belum mempunyai otonomi
penuh. Secara akademis masih perlu mendapatkan pembinaan
dari PTN dan secara administratif memerlukan banyak
pembinaan dari Kopertis.
Ketergantungan PTS muda pada PTN bukan hanya dalam
pembinaan akademik, tetapi juga dalam penyediaan tenaga
pengajar. Banyaknya tenaga pengajar dan atau pengelola
dari luar PTS, akan menimbulkan banyak problema,terutama
problema koordinasi. Secara kepegawaian tenaga-tenaga PTN
akan mendahulukan tugas pada lembaganya, dan penyediaan
waktu dan tenaganya pada PTS menduduki tempat nomor dua.
Problema tersebut akan semakin besar dihadapi apabila
Dosen tersebut juga memangku jabatan struktural dan atau
mengajar pada beberapa PTS lain. Problema ini nampak
jelas dihadapi oleh beberapa Fakultas di UNLA, yang meng
akibatkan terlambatnya penyusunan jadwal kuliah (karena
Dosen terlambat memberikan kesediaan mengajar),terlambat
memulai kuliah, terlambat menyerahkan soal ujian,terlam
bat mengumunkan hasil ujian, pengunduran waktu ujian,dll.
Ketergantungan pada PTN juga dapat mempunyai
dampak pada kesukaran koordinasi dalam pengembangan
kebijakan dan peraturan yang seragam. Pembinaan Fakultas
diberikan oleh Fakultas yang sejenis di PTN. Walaupun
Fakultas pembinanya berasal dari satu Universitas belum
182
tentu peraturan dan ketentuannya sama, apalagi kalau
Fakultas pembinanya berasal dari Perguruan Tunggi yang
berbeda. Masalah ini dihadapi dalam penyusunan silabus,
SAP, skripsi dll. Karena belum ada keseragaman ketentuan
maka prosedur penyusunan skripsi dan bentuk format
skripsi pada beberapa Fakultas tidak sama. Demikian juga
dengan ketentuan penyusunan dan format silabus dan SAP.
Ada Fakultas yang mewajibkan Dosen membuat silabus dan
SAP,ada pula yang hanya menuntut pembuatan silabus, atau
pembuatan silabuspun diserahkan pada kesediaan Dosen.
Format silabus dan SAP antar Fakultas di UNLA,juga ter-
dapat keragaman.
Banyaknya pejabat struktural UNLA yang mempunyai
jabatan atau tugas rangkap dengan di institusinya (PTN)
juga besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas-tugas
pengelolaan di UNLA, khususnya tugas koordinasi. Hal itu
nampak jelas dalam beberapa kegiatan. Ada beberapa
kegiatan administrasi akademik yang terkoordinasi dengan
baik, ada yang kurang terkoordinasi, dan ada pula yang
hampir tidak terkoordinasi. Kegiatan yang banyak melibat
kan pihak luar (Dosen PTN, Kopertis dll), dikerjakan
dengan membentuk tim khusus (panitia) dengan dukungan
dana khusus,seperti ujian akhir semester, ujian skripsi,
ujian negara dll., terkoordinasi dengan baik. Kegiatan-
kegiatan yang bersifat rutin, seperti registrasi,kuliah,
ujian tengah semester dll., koordinasinya hampir tidak
nampak.
Status tenaga pengajar pada UNLA bermacam-macam,
ada tenaga tetap Yayasan, tenaga Kopertis yang diperban-
tukan,tenaga honorer dari PTN dan tenaga honorer di luar
PTN. Variasi status ini bukan saja menyangkut perbedaan
asal kelembagaan,latar belakang pendidikan dan pengalam-
an, tetapi juga perbedaan dalam penugasan dan tuntutan
(kewajiban).Asisten dengan golongan gaji yang sama dibe
ri penugasan yang berbeda, pada Fakultas tertentu sudah
diberi tugas mandiri, sedang pada Fakultas lain belum di
beri tugas mandiri, atau malah belum diberi wewenang
untuk mengajar.Perbedaan penugasan, tuntutan, dan peng
hargaan dalam satu Fakultas dan atau antar Fakultas (yang
hal ini juga menunjukkan kurang adanya koordinasi) akan
menimbulkan kecemburuan, iri hati, yang akhirnya akan
mengendurkan kohesivisme di antara staf, dan dapat
menurunkan kadar belongingness terhadap organisasi.
Tenaga administrasi di UNLA sebagian besar berla-
tar belakang pendidikan umum, dengan dasar pendi
dikan jenjang SLTA. Kurangnya dasar.profesionalisme dan
rendahnya tingkat pendidikan staf administrasi organisa
si Perguruan Tinggi, merupakan hal yang kurang mengun
184
tungkan. Hal itu bukan saja akan menghambat pelaksanaan
tugas dan menghambat peningkatan mutu pelayanan, tetapi
juga akan menurunkan kredibilitas ketatausahaan organi
sasi Perguruan Tinggi. Kredibilitas ketatausahaan Per
guruan Tinggi harus lebih tinggi dibandingkan dengan
organisasi Perguruan Menengah dan Perguruan Dasar.
Sampai saat ini pelayanan administrasi akademik
dan sistem informasi akademis masih banyak dikerjakan
secara manual.Dalam tahap perkembangan UNLA seperti se
karang ini pekerjaan masih bisa dikerjakan oleh tenaga
non profesional jenjang SLTA, tetapi pada masa yang akan
datang, apabila program dan kegiatan akademik telah
lebih banyak, informasi yang perlu diolah dan dikelola
lebih banyak, tuntutan akan mutu pelayanan lebih tinggi
dan lebih cepat, tugas-tugas perlu dikerjakan secara
komputer, tenaga-tenaga demikian tidak sesuai lagi.
Kemampuan mereka perlu ditingkatkan, dan ditambah dengan
tenaga yang lebih profesional.
Meskipun fungsi koordinasi belum terlaksana se
cara merata pada seluruh kegiatan dan seluruh bagian
organisasi, tetapi pada umumnya kegiatan-kegiatan admi
nistrasi akademik dapat berjalan. Ada kegiatan yang su
dah berjalan lancar, dan ada yang kurang lancar, ada
yang tepat waktu dan ada pula yang mengalamai keterlam-
batan. Kegiatan yang berjalan lancar dan tepat waktu
umumnya adalah kegiatan yang terkoordinasi dengan baik,
sedang yang kurang lancar dan tidak tepat waktu umumnya
yang kurang terkoordinasi. Dengan demikian nampak sekali
peranan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
administrasi akademik.
Keterlaksanaan kegiatan-kegiatan yang kurang
terkoordinasi dimungkinkan, karena pekerjaan itu masih
sederhana, merupakan tugas utama dari para pelaksana,
tugas belum begitu banyak dan adanya rasa tanggung jawab
dan motivasi kerja yang sangat besar dari para pelaksa
na yaitu Dosen, Asisten dan Staf Administrasi. Apabila
kegiatan tersebut menjadi semakin kompleks, tugas-tugas
para pelaksana semakin banyak, tuntutan mutu semakin
tinggi, maka penyelesaian tugas, tidak bisa hanya
mengandalkan kesadaran individual, tetapi membutuhkan
mekanisme kerja dan koordinasi yang mapan.
Kelemahan penyelesaian tugas tanpa koordinasi
nampak pada kegiatan-kegiatan yang dikerjakan oleh
petugas yang kurang trampil ( karena memang latar bela
kang pendidikan dan pengalamannya masih kurang), bebera
pa kegiatan mengalami keterlambatan, malah kegiatan
tertentu kadang-kadang mengalami kemacetan. Dalam situa-
si seperti itu maka koordinasi mulai tahap perencanaa,
pelaksanaan sampai pengawasan sangat diperlukan.
Salah satu faktor yang mendasari mantapnya
fungsi koordinasi adalah kejelasan struktur organisasi.
Struktur organisasi yang jelas memberikan landasan yang
kokoh bagi penentuan jaringan kerja, hierarki kedudukan
dan jabatan, wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat
dan staf. Universitas Langlangbuana telah mempunyai
struktur organisasi yang jelas, sesuai dengan PP30 tahun
1990, dengan tugas-tugas dan wewenangnya masing-masing.
Namun pelaksanaan dari tugas-tugas dan wewenang tersebut
(terutama tugas) nampaknya belum bisa dikerjakan secara
maksimal. Hal ini kemungkinan besar juga dilatarbela
kangi oleh keadaan personil, karena para pengelola dan
Dosen UNLA banyak yang berstatus tidak tetap yang mem
punyai tugas-tugas lain yang juga cukup banyak pada
institusinya. Belum meratanya pelaksanaan fungsi koor
dinasi pada berbagai unit, bukan disebabkan karena
struktur organisasinya, tetapi karena pelaksanaan tugas
dan wewenang dari unit-unit dalam organisasi UNLA yang
belum maksimal.
Koordinasi mempunyai makna penyatupaduan sumber-
sumber daya yang terlibat dalam suatu organisasi sehingga
mencapai sasaran-sasaran tertentu. Dengan konsep terse
but maka pelaksanaan koordinasi kegiatan akademik harus
187
menunjukkan adanya keselarasan.Indikator dari hal terse
but dapat dilihat dari adanya beberapa kesamaan tindakan
dalam menangani kegiatan yang sama di antara unit-unit
kerja yang berlainan. Adanya perbedaan pelaksanaan koor
dinasi yang digunakan pada beberapa unit kerja (fakultas)
menunjukkan bahwa koordinasi belum berjalan selaras.
Keberhasilan proses koordinasi perlu ditunjang
oleh proses lain, Oteng Sutisna mengemukakan tiga tahap
an yang harus dipersiapkan bagi efektivitas koordinasi,
di antaranya: a) perencanaan perilaku seluruh personil
yang terlibat dalam proses koordinasi, b)pemahaman pe
rencanaan yang telah dibuat, oleh setiap personil yang
terlibat dalam kegiatan koordinasi serta c) adanya kese
diaan personil yang terlibat untuk berbuat sesuai
dengan rencana. Pendapat tersebut menekankan pentingnya
program yang matang serta kesiapan unsur manusia. Selan
jutnya Terry menambahkan bahwa dalam kegiatan koordinasi
terkandung adanya proses manajemen. Hal itu menunjukkan
tentang pentingnya tahap perencanaan, dan pengorganisaian
dalam koordinasi, pentingnya penggerakan personil dalam
pelaksanaan koordinasi, serta pengawasan bagi koordinasi
yang sedang dilaksanakan.
Pelaksanaan fungsi dan pencapaian sasaran-
sasaran organisasi Perguruan Tinggi (UNLA), dipengaruhi
188
oleh besarnya dana dan kelengkapan sarana dan fasilitas
pendidikan. Keterbatasan sarana dan fasilitas pendidikan
yang dihadapi UNLA, menimbulkan beberapa hambatan dalam
pelaksanaan kuliah, ujian, pemberian pelayanan adminis
trasi akademis, maupun peningkatan mutu perkuliahan.
Keterbatasan dana bukan saja menghambat kelancaran
pelaksanaan kegiatan-kegiatan akademik seperti perkuli
ahan, ujian, penulisan skripsi, praktek lapangan, pem-
bimbingan mahasiswa dll., tetapi sampai batas tertentu
menjadi hambatan dalam peningkatan mutu input yang
akhirnya juga menghambat peningkatan mutu lulusan.
Sampai saat ini UNLA belum bisa menerapkan sistem selek
si yang betul-betul selektif. Demi pencapaian target
jumlah mahasiswa, yang hal ini sangat berkaitan erat
dengan pemasukan dana bagi operasional pendidikan, maka
UNLA terpaksa menurunkan kualifikasi penerimaan. Hal ini
dapat menjadi kendala bagi UNLA, bukan saja bagi pening
katan mutu lulusannya, tetapi juga bagi peningkatan
kredibilitas organisasi sebagai Perguruan Tinggi. Be
berapa jadwal kegiatan terpaksa ditunda, atau beberapa
peraturan terpaksa dilonggarkan, karena menyangkut
pemasukan dana. Hal-hal tersebut dapat menjadi penyebab
penting terhambatnya pelaksanaan fungsi organisasi,
khususnya pelaksanaan fungsi koordinasi. Lemahnya koor-
189
dinasi karena latar belakang masalah dana, mengakibatkan
sukarnya menyeragamkan mutu lulusan. Fakultas yang
banyak diminati para mahasiswa dapat meningkatkan mutu,
sedang yang kurang diminati akan sukar sekali meningkat
kan mutu lulusannya.
3. Rekonendasi
Seperti diutarakan pads, pembahasan, koordinasi ba
gi proses administrasi akademik yang diterapkan di UNLA
adalah koordinasi khas UNLA, suatu bentuk koordinasi yang
tercipta sesuai dengan kondisi, karakteristik dan kemam
puan yang dimiliki UNLA saat ini. Sampai batas tertentu
bentuk koordinasi tersebut masih cocok untuk diterapkan
di UNLA. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa semua
kegiatan administrasi akademik dapat berjalan dengan baik,
walaupun belum seluruhnya berjalan efisien.
Untuk kegiatan-kegiatan tertentu UNLA menggunakan
koordinasi secara terpusat pada tingkat Universitas,
untuk kegiatan-kegiatan lain menempuh cara koordinasi
terbagi pada tingkat Fakultas dan Jurusan. Untuk hal-hal
tertentu garis koordinasi jelas dan formal, sedang hal-
hal lain kurang formal dan kadang-kadang kurang jelas.
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
189
190
kegiatan administrasi akademik melalui koordinasi, ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan.
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran formal
tentang jaringan koordinasi dalam suatu organisasi.
Universitas Langlangbuana telah memiliki struktur orga
nisasi yang telah disesuaikan dengan PP 30 tahun 1990,
namun dalam pelaksanaannya belum seluruhnya dijadikan
pedoman dalam koordinasi kegiatan administrasi akademik.
Agar dapat dijadikan pedoman maka perlu beberapa
penyempurnaan.
1) Perlu adanya kejelasan tentang tujuan keseluruhan
organisasi Perguruan Tinggi dan tujuan unit kerja
bagi pimpinan dan staf sesuatu unit kerja.Tujuan yang
jelas dapat membantu mempermudah mengarahkan kegiatan
pada sasaran.
2) Perlu adanya penjabaran fungsi setiap unit kerja/
jabatan atas tugas-tugas pokok dengan rumusan yang
jelas dan tegas sehingga tidak terjadi tumpang tindih
atau kesenjangan tugas antar unit kerja.
3) Perlu adanya deskripsi tugas (job description) yang
jelas dan rinci dari setiap tugas pokok masing-masing
unit kerja dan personalia pelaksananya.Berpegang pada
191
tugas-tugas pokok tersebut, para staf pada suatu unit
dikoordinasi oleh pimpinan unit menyusun program ker
ja. Dalam program kerja tersebut selain dirumuskan sa
saran yang akan dicapai, macam kegiatan yang dilakukan
serta prosedur/mekanisme pelaksanaannya, juga dirumus
kan bagaimana jalinan kerjasama antara suatu unit de
ngan unit lain, antara satu unit dengan unit atasan
atau bawahannya.
4) Kegiatan yang sifatnya temporer, yang memerlukan
kerjasama antar beberapa unit dalam bentuk suatu task
force atau panitia, juga perlu disusun dalam suatu
program seperti yang dikerjakan oleh unit-unit kerja
permanen.
5) Baik untuk kegiatan yang sifatnya rutin ataupun
temporer, perlu adanya kesatuan komando dimana staf
pelaksana hanya menerima tugas dan melapor kepada
satu atasan/pimpinan langsung. Pimpinan langsung ini
juga menerima tugas dan melapor kepada pimpinan di
atasnya. Cara ini dapat menghilangkan kekaburan dan
mengurangi konflik dan kebingungan di antara staf,
sehingga alur perintah dan laporan dapat mengalir
dengan lancar. Dengan komandonya, seorang pimpinan
dapat meminta bawahannya untuk mengadakan kerjasama
dan atas laporan yang diperolehnya dapat mengidenti-
192
fikasi masalah-masalah berkenaan dengan koordinasi.
Pengawasan juga dapat dilakukan dengan cara mengana-
lisis laporan yang diterima dari bawahannya.
6) Perlu adanya kejelasan tentang ruang lingkup penga
wasan yang menjadi tugas pimpinan pada unit/tingkat
tertentu, seperti tingkat Biro, Fakultas Lembaga dan
unit lainnya. Hal tersebut penting karena akan menen-
tukan besarnya tanggung jawab dalam mengawasi dan
mengkoordinasi personil di bawahnya.
b. Pinpinan
Penyempurnaan sistem koordinasi bagi proses admi
nistrasi akademik bertumpu pada faktor manusia, sebab ma
nusia memegang peranan kunci dalam suatu organisasi.Koor
dinasi kegiatan admministrasi akademik melibatkan beberapa
unsur manusia, yaitu pimpinan, pelaksana dan staf penun
jang. Sistem koordinasi yang mantap membutuhkan kerjasama
yang harmonis di antara ketiga unsur di atas. Pimpinan,
apakah pimpinan tertinggi organisasi atau pimpinan unit-
unit kerja atau pimpinan panitia memegang peranan utama
dalam menciptakan kerjasama yang harmonis tersebut.
Untuk memantapkan sistem koordinasi kegiatan adminis
trasi akademik pimpinan perlu memiliki konsep yang jelas
tentang koordinasi, memiliki kemampuan dan kemauan untuk
melaksakan koordinasi. Pemantapan sistem koordinasi harus
dilakukan secara menyeluruh, melalui cara formal maupun
informal. Pemantapan secara formal dilakukan mengikuti
hierarki, menggunakan wewenang dan otoritas jabatan, di
antaranya melalui surat keputusan, peraturan atau petunjuk
petunjuk. Cara informal dilakukan melalui pendekatan-pen-
dekatan kekeluargaan, pendekatan psikologis dan sosio-
logis.
Ada beberapa langkah praktis yang dapat dilaku
kan oleh pimpinan dalam upaya pemantapan sistem koordi
nasi kegiatan administrasi akademik di UNLA, di antaranya:
1) Mengkomunikasikan rencana kegiatan organisasi, unit
kerja (kegiatan administrasi akademik) kepada bawah
an sehingga benar-benar difahami oleh bawahan. Yang di-
komunikasikan adalah keseluruhan program kegiatan yang
mencakup tujuan dan sasaran, alasan, langkah-langkah
khusus yang harus dilakukan.
2) Membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja dengan
sebaik-baiknya, dengan cara memelihara suasana/iklim
kerja sebaik mungkin. Suasana dapat dibentuk melalui
perlakuan yang konsekuen terhadap bawahan, melalui
pemberian ganjaran dan sanksi.
3) Menarik bawahan sehingga bawahan menjadi pengikutnya
yang setia dan bersedia dengan rela melaksanakan
194
tugas dengan baik melalui pengembangan sikap pokok,
yakni empathy, self awareness dan objectivity.
c. Staf Pengajar
Selain pimpinan, unsur manusia dalam organisasi
Perguruan Tinggi yang memegang peranan penting adalah
Staf Pengajar atau Dosen. Dosen merupakan para pelaksana
langsung dari kegiatan administrasi akademik. Beberapa
hambatan dihadapi oleh UNLA berkiatan dengan kondisi Do
sen, yaitu karena sebagian besar Dosen UNLA adalah tenaga
honorer dari PTN dan lembaga lain.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah ini.
1) Secara berangsur UNLA hendaknya menambah jumlah Dosen
Tetap, baik Tenaga Tetap bantuan Kopertis maupun Te
naga Tetap Yayasan. Seiring dengan itu penggunaan Do
sen Tidak Tetap (Honorer) secara berangsur pula diku-
rangi.Penerimaan Dosen baru hendaknya betul-betul di
lakukan secara selektif dan proporsional. Penerimaan
atas dasar kekeluargaan sedapat mungkin dihindarkan.
2) Secara berangsur meningkatkan kemampuan para Asisten
atau Dosen muda, baik melalui penataran-penataran,dan
diutamakan melalui pendidikan gelar, program S2 dan
S3. Staf pengajar yang berkualifikasi merupakan sya-
195
rat mutlak bagi peningkatan kredibilitas Universitas
dan peningkatan mutu lulusan. Sebaiknya Universitas
dengan Fakultas-Fakultasnya memiliki suatu program
yang jelas dalam peningkatan kualifikasi Dosen,dengan
target jumlah tertentu pada setiap tahun. Akan sangat
mempercepat keberhasilan apabila UNLA juga menyediakan
dana yang cukup untuk membantu para Dosen/Asisten yang
mengikuti studi pada Program S2 dan S3.
3) Menciptakan iklim dan mekanisme kerja yang sehat.
Kalau perlu peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
pembagian tugas mengajar, kewajiban Dosen/Asisten di-
tinjau kembali dengan mengikutsertakan semua staf peng
ajar. Sebaiknya para Dosen/Asisten diikutsertakan mem-
bicarakan tugas, wewenang, serta sanksi-sanksi dan hu
kuman yang akan dikenakan kepada para Dosen/Asisten
sendiri. Dengan cara seperti itu akan terhindar anggap-
an bahwa peraturan, sanksi dan hukuman akan diberikan
sepihak dari para pimpinan.
4) Pemantauan dan pengawasan, baik terhadap pelaksanaan
tugas-tugas akademis maupun pengembangan kemampuan
Dosen/Asisten perlu dilakukan secara kontinu.
d. Staf Adninistrasi
Meskipun hanya berperan sebagai tenaga penunjang
196
Tenaga Administrasi juga memegang peranan yang cukup
penting dalam organisasi Perguruan Tinggi. Semua kegia
tan baik yang berkenaan langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan administrasi akademik, baik yang berkait
an dengan tugas pengelola, Dosen/Asisten maupun mahasiswa
baru akan berjalan optimal apabila mendapat dukungan yang
optimal pula dari Tenaga Administrasi. Sebagian besar te
naga administrasi di UNLA belum profesional, berlatar-
belakang pendidikan umum jenjang sekolah menengah. Keada
an ini sudah tentu kurang mendukung pelaksanaan adminis
trasi dan pelayanan pada Perguruan Tinggi.
Untuk mengatasi hal itu dapat ditempuh beberapa
upaya.
1) Secara berangsur menambah Tenaga Administrasi yang
ada dengan tenaga yang lebih profesional. Minimal
berlatar belakang pendidikan D-3 dalam bidang admi
nistrasi ( kalau ada administrasi perguruan tinggi)
dengan bidang kemampuan sesuai dengan tugasnya.
2) Memberi kesempatan kepada tenaga yang ada untuk meng
ikuti pendidikan, atau UNLA menyediakan program peng
embangan staf yang intensif, antara 2-3 bulan.
3) Menciptakan iklim dan mekanisme kerja yang sehat, de
ngan pemberian tugas yang merata dan seimbang, diser-
tai pembinaan dan pengawasan yang kontinu.
197
e. Sisten Informasi Akadenik
Koordinasi kegiatan administrasi akademik, selain
dilaksanakan oleh tenaga profesional, didukung oleh tena
ga administrasi yang cakap, juga perlu ditunjang oleh
peralatan dan sistem informasi akademik yang memadai.
Kelemahan umum yang dihadapi dalam administrasi akademik
adalah masih lemahnya sistem informasi akademik. Data ma
hasiswa pada beberapa unit kerja jumlahnya seringkali ti
dak cocok, mahasiswa seringkali dirugikan karena kelalai-
an dalam dokumentasi nilai ujian. Problema dokumentasi
dan informasi akademik, akan semakin kompleks apabila
program-program pendidikan telah berkembang lebih tinggi
dan lebih bervariasi.
Untuk mengatasi masalah dan mengantisipasi per-
kembangannya pada masa yang akan datang beberapa usaha
dapat dilakukan.
1) Perlu adanya perangkat keras disertai perangkat lunak
program pengolahan dan penyimpanan data akademik pada
tiap unit kerja (Fakultas, Jurusan, Lembaga dll) se
bagai terminal yang bisa dihubungkan ke pusat (BAAK,
Puskom).
2) Diadakan pembinaan/pelatihan tenaga-tenaga operator
yang akan menangani administrasi akademik.
3) Diciptakan mekanisme kerja dan mekanisme pelayanan
198
yang efisien dalam administrasi akademik.
4) Disusun pedoman-pedoman akademik yang aktual dan
komprehensif, yang merauat semua informasi tentang Uni-
versitas/Fakultas/Jurusan sampai dengan silabus dan
SAP.
f. Sisten Pengawasan
Pemantapan sistem koordinasi bagi proses adminis
trasi akademik juga mencakup pemantapan sistem pengawas
an .Yang berjalan selama ini tidak ada sistem pengawasan
yang jelas. Semua pihak bekerja menurut tuntutan dan pe-
mahamannya sendiri sehingga banyak terjadi pemborosan.
Penyebab utama keadaan tersebut adalah belum tertatanya
sistem administrasi secara keseluruhan dan kurangnya
pemahaman staf personil akan pentingnya kegiatan
administrasi akademik bagi pencapaian tujuan organisasi
Perguruan Tinggi. Dalam mengkoordinasi kegiatan adminis
trasi akademik dapat ditempuh beberapa langkah praktis,
di antaranya:
1) Memfungsikan dengan benar wewenang dan tugas masing-
masing personil sesuai dengan tugas dan hierarkinya.
2) Membuat ukuran-ukuran pengawasan bagi seluruh per
sonil yang terlibat dalam koordinasi kegiatan admi
nistrasi akademik.
'! Q!
3) Melakukan pengukuran terhadap produk^produk kerja,
serta selalu melihat feedbback yang datang kemudian.
4. Penutup
Temuan-temuan penting dari studi ini, komentar
terhadap temuan-temuan tersebut serta beberapa rekomen
dasi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan
telah dituangkan pada bab ini. Mungkin masih banyak
yang tidak dapat kami temukan, atau banyak hal yang
tidak sempat kami angkat dalam studi ini, mudah-mudahan
hal demikian dapat menjadi bahan bagi studi kami lebih
lanjut.
Alhamdulillahirobil 'alamin.
^<§^^tf^f?
fcs~^