Upload
are-niece
View
1.107
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-imla-dikte/
METODE IMLA (DIKTE)
OLEH : FAT HURRAHMAN
PROLOG
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun dari kurikulum pendidikan yang sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Mengingat mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar. Metode yang digunakan oleh guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi pelajar sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan perkataan lain, proses belajar mengajar merupakan proses interaksi edukatif anatar guru yang menciptakan suasana belajar dan pelajar yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut. Oleh sebab itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi pelajar, dan upaya guru dalam memilih metode yang baik merupakan upaya mempertinggi mutu pengajaran/pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diproleh hasil yang efektif dan efisien. Disamping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran secara baik.
Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapakan oleh seorang guru, baru berdaya guna dan berhasil-guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam proses pendidikan Islam. Metode yag tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merialisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi (keterkaitan) ideal dan operasional dalam proses kependidikan. Oleh karena proses kependidikan Islam mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi manusia-didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman dan bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tuntunan kebutuhan hidup bermasyarakat.
B. PEMBAHASAN
Menurut Makdisi, perkembangan ilmu humaniora Islam diawali pada akhir abad pertama hijriyah. Ini ditandai dengan lahirnya ilmu tata bahasa atau nahwu. Penggagasnya adalah Abu al-Aswad al-Du‘ali,yang membuat tanda-tanda baca pada naskah al-Qur’an dan infleksinya (perubahan bunyi akhir suatu kata)
yang meliputi tiga bagian penting: rafa’ (nominatif), nashb (akusatif), dan jarr (genitif).
Hal yang perlu dicatat, bahwa cabang-cabang pengetahuan yang mendasar dalam kajian adab telah berkembang sejak masa awal dan menjadi disiplin ilmu yang mapan pada abad dua hijriyah. Metode yang digunakan oleh para pakar adab adalah metode imla’ , hafalan, dan periwayatan. Namun dalam perkembanganya sebagian ahli adab mengabaikan metode periwayatan dan beralih pada metode pemahaman (dirayah). Prinsip Pembelajaran
Dalam metode pembelajaran untuk mengembangkan dan merencanakan pembelajaran yang hendak dicapai perlu memahami prinsip – prinsip pembelajaran yang hendak dicapai prinsip-prinsip pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Kesiapan ( Readness)
Dalam proses belajar mengajar baik itu pengajaran umum, agama maupun dalam pengajaran Bahasa sangat dipengaruhi oleh prinsip kesiapan yaitu kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik–psikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan subyek dapat melakukan belajar. Biasanya kalau beberapa tahap dapat dilalui oleh peserta didik maka ia siap untuk melaksanakan suatu tugas khusus. Berdasarkan prinsip kesiapan belajar tersebut dapat dikemukakan hal-hal yang terkait dalam pembelajaran antara lain :
Individu dapat belajar dengan baik apabila tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kesiapan ( kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang pengalamannya) Kesiapan belajar harus diakaji lebih dulu untuk memperoleh gambaran kesiapan belajar siswanya dengan jalam mengetes kesiapan atau kemmpuan.
Jika individu kurang siap untuk melaksanakan suatau tugas belajar maka akan menghambat proses pengaitan pengetahuan baru ke dalam stuktur kognitif yang dimilikinya. Kesiapan belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan untuk menerima sesuatu yang baru dalam membentuk atau mengembangkan kemampuan yang lebih matang. Bahan dan tugas–tugas belajar akan sangat baik kalau divariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor pserta didik yang kan belajar.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Menurut Morgan yang dikutip dalam bukunya Muhaimin dijelaskan bahwa Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku
kearah suatu tujuan tertentu (Muhaimin : 2001: 138). Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang perlu diperhtikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran pendidikan agama yaitu : Memberikan dorongan atau (drive) Tingkah laku seseorang akan terdorong kearah suatu tujuan tertentu apabila ada kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya dorongan internal, yang selanjutnya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
- Memberikan Insentif
Adanya karakteristik tujuan menyebabkan seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku tersebut disebut insentif. Dalam kegiatan belajar bahasa arab juga perlu insentif untuk lebih meningkatkan motiasi belajar peserta didik. Dalam hal ini insentif yang diberikan tidak selalu berupa materi, tetapi bisa berupa nilai atau penghargaan sesuai dengan kadar kemampuan yang dicapai peserta didik.
- Motivasi Berprestasi
Setiap orang mempuanyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk dapat berprestasi. Mc Clelland (dalam Carleson,1986) menemukan bahwa motivasi merupakan fungsi dari tiga variable yaitu
(1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil;
(2) prestasi tertinggi tentang nilai tugas dan
(3) kebutuhan untuk keberhasilan atau kesuksasan
- Motivasi Kompetensi
Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha menaklukkan lingkungnnnya. Motivasi belajar tidak dapat dilepaskan dari keinginannya untuk menunjukkan kemampuan dan penguasaannya kepada yang lain. Karena itu diperlukan yaitu
(1) ketrampilan mengevaluasi diri
(2) nilai tugas bagi peserta didik
(3) harapan untuk sukses
(4) patokan keberhasilan
(5) kontol belajar dan
(6) penguatan diri untuk mencapai tujuan( Worell dan Stilwell, 1981
3. Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat ketrmpiln, yaitu
(1) berorientasi pada suatu masalah;
(2) meninjau sepintas isi masalah ;
(3) Memusatkan pada aspek-aspek yang relefan dan
(4) mengabaikan stimuli yang idak relevan ( Worell dan Stilwell, 1981)
Dalam, proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya . Kalau peserta didk mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang disajikan atau dipelajari, peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimuli yang datang dari luar.
Perhatian dapat membuat peserta didik untuk :
(1) mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan
(2) melihat masalah-masalah yang akan diberikan
(3) memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan dan
(4) mengabaiakan hal-hal lain yang tidak relevan
Dalam pembelajaran PAI banyak metode yang digunakan salah satunya adalah metode imla, teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar dimana siswa didalam kelas diuji kemampuannya untuk menangkap dan menerima dengan baik dan benar tentang apa yang dikatakan atau yang didektekan oleh guru, baik dari segi tulisan atau ejaan. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh ketangkasan , ketepatan , kesempatan, dan keterampilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Kelebihan metode imla dari metode yang lain adalah :
- untuk memperoleh kecakapan motoris ,seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat ( mesin, permainan dan atletik) , dan terampil menggunakan peralatan olah raga.
- Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlah pengurangan ,pembagian, tanda-tanda ( symbol), dan liannya.
- Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan lain sebagainya.
Selain memiliki beberapa kelebihan dari pada metode yang lain, metode imla ini juga memiliki kelemahannya.
Adapun kelemahan metode ini antara lain adalah :
- Menghambat kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan .
- Kadang-kadang imla yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang menoton, dan mudah membosankan sehingga apabila metode ini dilakuakn terlalu sering.
- Membentuk kebiasaan yang kaku, dan fasik sehingga murid kurang aktif .
Selain memiliki beberapa kelebihan dari pada metode yang lain, metode imla ini juga memiliki kelemahannya , memang semua metode yang ada memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, begitu juga dengan metode imla ini. Jadi untuk menyingkapi masalah ini Cuma terletak kepada guru yang bersangkutan bagaimana dia bisa mensiasati dan menentukan metode mana yang afektif dan sesuai, sehingga tujuan dari pada pembelajaran tersebut bisa sesuai dan tercapai dengan baik. Jadi gurulah yang berperan sangat besar dalam memilih metode mana yang lebih tepat dan sesuai untuk memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan.
C. PENUTUP
Dalam pembelajaran PAI banyak metode yang digunakan salah satunya adalah metode imla, teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar dimana siswa didalam kelas diuji kemampuannya untuk menangkap dan menerima dengan baik dan benar tentang apa yang dikatakan atau yang didektekan oleh guru, baik dari segi tulisan atau ejaan. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.metode imla memiliki beberapa keunggulan dari metode yang lain tetapi juga memiki kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Saiful Bahri Djamarah , Aswan Zain, Strategi belajar mengajar . PT Rineka Cipata, Jakarta:
1997.
Tim direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama
Islam, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 2001. .
http://el-kalam.blogspot.com/2007/10/pembelajaran-bahasa-arab.html
http://www.islamemansipatoris.com/artikel.php?id=421
digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd777.dir/doc.pdf
http://vrgnlove.blogspot.com/2010/11/tes-kesiapan-belajar.html
TES KESIAPAN BELAJAR
BAB III
TES KESIAPAN BELAJAR
A. Pengertian Tes Kesiapan Belajar Kesiapan Belajar
1. Pengertian Kesiapan
Menurut Slameto (2003:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau
kecenderungan untuk memberi respon.
Menurut Hamalik (2003:41) kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa
dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu.
Menurut Soemanto (1998:191) ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan
atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama Cronbach memberikan
pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat
bereaksi dengan cara tertentu
Menurut Djamarah (2002:35) kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah
dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan.
KESIMPULAN
Tes Kesiapan adalah adalah suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui keseluruhan
kondisi seseorang (aspek kognitif, aspek afektif, serta psikomotor) dalam merespon suatu
stimulus yg akan diberikan, guna tercapainya tujuan pengajaran tertentu. (Adi Dharma
putra :2010)
Kesiapan belajar adalah suatu tes yg dilakukan di kondisi awal suatu kegiatan belajar,
guna mengetahui kesiapan seseorang dalam memberi respon/jawaban yang ada pada diri sendiri
untuk tercapainya tujuan pengajaran tertentu. (Slameto, 2003:113).
B. Faktor – faktor kesiapan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di
kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut:
a) Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan meliputi :
Kondisi fisik yang tidak kondusif Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain
yang dibutuhkan untuk belajar.
Kondisi psikologis yang kurang baik Misalnya gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal
yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
b) Menurut Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek,yaitu :
Kondisi fisik, mental dan emosional
Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari
c) Menurut Djamarah (2002:35) faktor-faktor kesiapan meliputi :
Kesiapan fisik Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu,mengantuk, dan sebagainya)
Kesiapan psikis Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi
intrinsik.
Kesiapan Materiil Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan,
catatan dll.
d) Menurut Soemanto (1998:191) faktor yang membentuk readiness meliputi :
Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan
pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuantujuan individu untuk mempertahankan
serta mengembangkan diri.
C. Macam-macam Tes Kesiapan Belajar
Tes kemampuan Afektif
Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk
mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif padasiswa. Aspek afektif adalah aspek yang
berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Dalam hal ini kita mencoba
untuk mengukur tingkat perubahan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa dari sebelum
belajar dan setelah selesai belajar
Tes kemampuan kognitif
Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes kesiapan belajar yang terkait Aspek
kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi,
menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Contoh tes kognitif antara lain :
a. Tes tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi
strategi problem solving dan lain sebagianya.
b. Tes tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan
kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
c. Tes tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahlcan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tes tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,
konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut
untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan
menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan
tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
e. Tes tingkat sintesis (synthesis’), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan
dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru
yang lebih menyeluruh.
Tes kemampuan psikomotor
Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan keterampilan yang didapatkan siswa
dari proses pendidikan dan pembelajarannya. Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka
kita dapat menentukan tingkat kemampuan siswa untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja yang
optimal.
D. Kegunaan Hasil Tes Kesiapan Belajar
Bagi individu ( siswa ) dan Guru BK
Agar individu dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan
mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu tujuan yang diinginkan ( Anthoni :
1992 )
Sebagai tolak ukur sejauh mana kesiapan belajar siswa dalam suatu program pelajaran dansampai
sejauh mana kemampuan siswa tersebutdalam maju ke arah tujuan yang harus dicapainya
(Suryabrata, 1984 (a)).
Hasil tes diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan
kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kesiapan psikologis dalam menghadapi proses
pembelajaran ( Prayitno : 1989 ).