19
68 K A N D A I Volume 10 No. 1, Mei 2014 Halaman 68-86 KESATUAN TEMATIK PUISI “LAUT” DAN “SELAIN LAUT” KARYA ABDUL HADI W.M.: INTERPRETASI SEMIOTIK (The Thematic Unity of "Laut” and "Selain Laut" Poems Written by Abdul Hadi W.M.: Semiotic Interpretation) I Wayan Nitayadnya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu 94118 Pos-el: [email protected] (Diterima 7 Januari 2014; Revisi 20 April 2014; Disetujui 29 April 2014) Abstract Two poems of Abdul Hadi entitled “Laut” (Meditation,1976) and “Selain Laut”(Pembawa Matahari, 2002) had a thematic unity although those were created in the different period of time. Problem of the research was how to describe a thematic unity from those poems. The research aimed to reveal the thematic unity of those poems. The methods used were literature studies, descriptive and analytical, and informal. Both of poems showed a thematic unity based on syntactic analysis and semantic articulation. The thematic unity of those two poems was nothing’s eternal in this universe. It meant that life was changing as the times and human thinking. Keywords: thematic, syntactic, semantic, speech, poem “Laut” and “Selain Laut” Abstrak Puisi ”Laut” (Meditasi, 1976) dan “Selain Laut” (Pembawa Matahari, 2002) karya Abdul Hadi W.M. memiliki kesatuan tematik walaupun diciptakan dalam kurun waktu yang berbeda. Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah kesatuan tematik yang terlukis dari kedua puisi tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap kesatuan tematik dari kedua puisi tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, deskriptif analitik, dan informal. Dari analisis sintaksis, semantik, dan pengujaran dapat disimpulkan bahwa kedua puisi tersebut mencerminkan satu kesatuan tematik. Kesatuan tematik kedua puisi tersebut adalah hidup di alam semesta ini tidak ada yang abadi. Artinya, hidup itu terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran manusia. Kata-kata kunci: tematik, sintaksis, semantik, pengujaran, puisi “Laut” dan “Selain Laut” PENDAHULUAN Abdul Hadi Widji Muthari yang lebih dikenal dengan sebutan Abdul Hadi W.M. merupakan salah satu penyair Indonesia yang beraliran sufistik. Puitika sufistik yang dikembangkan oleh penyair ini sekitar tahun 1970-an memiliki kecenderungan untuk menguatkan estetika timur dalam karya-karyanya. Puisi-puisi yang ditulisnya dinapasi

KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

68

K A N D A IVolume 10 No. 1, Mei 2014 Halaman 68-86

KESATUAN TEMATIK PUISI “LAUT” DAN “SELAIN LAUT”KARYA ABDUL HADI W.M.: INTERPRETASI SEMIOTIK

(The Thematic Unity of "Laut” and "Selain Laut" Poems Written byAbdul Hadi W.M.: Semiotic Interpretation)

I Wayan NitayadnyaBalai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah

Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu 94118Pos-el: [email protected]

(Diterima 7 Januari 2014; Revisi 20 April 2014; Disetujui 29 April 2014)

AbstractTwo poems of Abdul Hadi entitled “Laut” (Meditation,1976) and “Selain

Laut”(Pembawa Matahari, 2002) had a thematic unity although those werecreated in the different period of time. Problem of the research was how todescribe a thematic unity from those poems. The research aimed to reveal thethematic unity of those poems. The methods used were literature studies,descriptive and analytical, and informal. Both of poems showed a thematic unitybased on syntactic analysis and semantic articulation. The thematic unity of thosetwo poems was nothing’s eternal in this universe. It meant that life was changingas the times and human thinking.Keywords: thematic, syntactic, semantic, speech, poem “Laut” and “Selain

Laut”

AbstrakPuisi ”Laut” (Meditasi, 1976) dan “Selain Laut” (Pembawa Matahari, 2002)

karya Abdul Hadi W.M. memiliki kesatuan tematik walaupun diciptakan dalamkurun waktu yang berbeda. Masalah penelitian ini adalah bagaimanakahkesatuan tematik yang terlukis dari kedua puisi tersebut. Tujuan yang ingindicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap kesatuan tematik darikedua puisi tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, deskriptifanalitik, dan informal. Dari analisis sintaksis, semantik, dan pengujaran dapatdisimpulkan bahwa kedua puisi tersebut mencerminkan satu kesatuan tematik.Kesatuan tematik kedua puisi tersebut adalah hidup di alam semesta ini tidak adayang abadi. Artinya, hidup itu terus mengalami perubahan seiring denganperkembangan zaman dan pemikiran manusia.Kata-kata kunci: tematik, sintaksis, semantik, pengujaran, puisi “Laut” dan

“Selain Laut”

PENDAHULUAN

Abdul Hadi Widji Muthari yanglebih dikenal dengan sebutan AbdulHadi W.M. merupakan salah satupenyair Indonesia yang beraliran

sufistik. Puitika sufistik yangdikembangkan oleh penyair ini sekitartahun 1970-an memilikikecenderungan untuk menguatkanestetika timur dalam karya-karyanya.Puisi-puisi yang ditulisnya dinapasi

Page 2: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

69

oleh kebudayaan dengan puitikasufistik dan prinsip-prinsip seni Islamyang mendorong masyarakat ke arahpencerahan sosial dan spiritual dandianggap sebagai penyeimbangpengaruh budaya Barat yang bersifathedonis dan sekuler. Puitika sufistikyang dikembangkan oleh penyair inicukup berpengaruh dan banyak diikutioleh penyair-penyair Indonesialainnya.

Abdul Hadi W.M. yang lahir padatanggal 24 Juni 1946 di Sumenep,Madura, banyak menulis buku berupabuku penelitian filsafat, kumpulanpuisi, dongeng, dan karya terjemahansastra sufi dan sastra dunia. Bukupenelitian filsafat di antaranya Kembalike Akar Kembali ke Sumber: Esai-EsaiSastra Profetik dan Sufistik (PustakaFirdaus, 1999), Islam: CakrawalaEstetik dan Budaya (Pustaka Firdaus,1999), Tasawuf yang Terindas, sertabuku kumpulan puisi antara lain AtLast We Meet Again, Arjuna inMeditation (bersama Sutardji CalzoumBachri dan Darmanto Yatman).Kumpulan puisinya adalah Laut BelumPasang, Meditasi, Cermin, Tergantungpada Angin, Potret PanjangPengunjung Pantai Sanur, Anak LautAnak Angin, Madura: Luang Prahangdan Pembawa Matahari. Ia jugabanyak menulis karya terjemahansastra sufi dan sastra dunia, terutamakarya Iqbal, Rumi, Hafiz, Goethe,penyair sufi Persia dan penyair modernJepang. Selain itu, ia juga menulisbeberapa buku dongeng anak-anakyang diterbitkan oleh Balai Pustaka(Horison, 2002: 50).

Puisi yang bernuansa sufistikkarya Abdul Hadi W.M. memilikikecenderungan memanfaatkanmetafora laut, sebagaimana terlihatdalam kumpulan puisi Meditasi (1976)dan Pembawa Matahari (2002). Salahsatu puisi yang menggunakan metafora

laut dalam kumpulan puisi Meditasiadalah puisi yang berjudul “Laut” yangmelukiskan tentang keharmonisanmanusia dengan alam. Dalamkumpulan puisi Pembawa Matahariterdapat puisi yang juga menggunakanmetafora laut, yaitu puisi berjudul“Selain Laut”. Puisi ini mengisahkantentang kegelisahan yang dirasakanoleh manusia. Bila ditelaah secarateliti, kedua puisi yang ditulis dalamtahun yang berbeda ini memilikikerunutan cerita, artinya puisi “Laut”memiliki kronologis cerita denganpuisi “Selain Laut”. Karena keduapuisi ini memiliki satu kesatuan cerita,tentu juga memiliki satu kesatuantema. Sehubungan dengan itu,permasalahan penelitian ini dapatdirumuskan sebagai berikut,bagaimanakah kesatuan tematik yangterlukis dari kedua puisi tersebut?Perlu juga disampaikan dalam hal ini,yang dimaksud tema di sini adalahgagasan dasar umum yang menopangsebuah karya sastra dan yangterkandung di dalam teks sebagaistruktur semantik dan yangmenyangkut persamaan-persamaan danperbedaan-perbedaan (Hartoko danRahmanto, 1986: 142).

Dasar pertimbangan pemilihankedua puisi ini adalah (1) kedua puisikarya Abdul Hadi W.M. memilikipertautan tema, dan (2) sepengetahuanpenulis, penelitian yang mengungkapkesatuan tematik kedua puisi ini belumpernah diteliti oleh penulis lain.Penelitian yang dilakukan oleh OkkeK.S. Zaimar dalam makalah yangberjudul “Telaah Semiotik dalamKarya Sastra” dalam buku Semiotik:Kumpulan Makalah Seminar yangditerbitkan oleh Pusat PenelitianKemasyarakatan dan Budaya,Lembaga Penelitian UniversitasIndonesia tahun 2002 hanya menelaahpuisi “Laut” dari analisis semiotik.

Page 3: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

70

Sementara itu, puisi “Selain Laut”belum pernah ada yang meneliti.Penelitian Okke K.S. Zaimar itudijadikan dasar untuk memahami lebihlanjut puisi “Selain Laut,” sehinggadengan dasar itu pemahaman maknaterhadap kedua puisi ini menjadi lebihterarah.

LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan dalamupaya mengungkap kesatuan tematikkedua puisi tersebut adalah teorisemiotik dari F. de Saussure. Daripandangan semiotik F. de Saussure,bahasa merupakan sistem tanda dansebagai suatu tanda bahasa mewakilisatu yang lain yang disebut makna.Bahasa sebagai suatu sistem tandadalam teks kesastraan, tidak hanyamenyaran pada sistem (tataran) maknatingkat pertama (first order semioticsystem), melainkan terlebih padasistem tingkat kedua (second ordersemiotic system) (Culler, 1977: 144).

Teori semiotik Saussuresebenarnya berkaitan denganpengembangan teori linguistik secaraumum, sehingga tidak mengherankanistilah-istilah yang dipakai untuk kajianbidang semiotik ini meminjam dariistilah-istilah dan model linguistik.Bahasa sebagai sistem tanda dalamteori Saussure memiliki dua unsuryang tak terpisahkan, yakni signifierdan signified, signifiant dan signifie,atau penanda dan petanda. Wujudsignificant (penanda) dapat berupabunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruftulisan, sedang signifie (petanda)adalah unsur konseptual, gagasan, ataumakna yang terkandung dalampenanda tersebut (Abrams, 1981: 171).

Konsep lain dalam teori Saussureini adalah perbedaan antara ekspresikebahasaan (parole, speech, utterance)dan sistem perbedaan antara tanda-

tanda, sistem yang digunakan olehsemua orang (langue, language).Parole bersifat konkret yang kemudianmembentuk sistem bahasa yangbersifat abstrak, yaitu langue. Languedengan demikian dianggap sebagaifakta sosial, sebagai ciri-ciri institusi,impersonal, gudang tanda, dan sistemkebahasaan yang dipahami bersama.Langue diumpamakan sebagai bahasanasional atau kamus yang dimiliki olehsemua anggota masyarakat, dan dalamkamus itu semua orang dapat mencariperbendaharaan kata-kata untukdigunakan sebagai alat komunikasi.Jadi, komunikasi dapat berjalan denganlancar dengan aturan yang dipahamibersama, dalam hubungan ini sebagaistruktur dan fungsi (Ratna, 2004: 99-100).

Selain itu, teori Saussure yangdipergunakan secara luas di bidangkajian kesastraan adalah konsepsintagmatik dan paradigmatik. Konsepini memandang bahwa kata-kata dalamsebuah wacana saling berhubungan danberkesinambungan sesuai dengan sifatlinearitas bahasa dan tidak mungkinorang melafalkan dua unsur tersebutsekaligus. Di luar wacana, kata-katamempunyai kesamaan berasosiasidalam ingatan dan menjadi bagiankekayaan tiap individu dalam bentuklangue. Hubungan yang bersifat linearini disebut hubungan sintagmatik,sedangkan hubungan asosiasitif itudisebut paradigmatik (Nurgiyantoro,2000: 43; Ratna, 2004: 100). Dariuraian teori semiotik Saussure ini dapatditarik sebuah simpulan bahwahubungan sintagmatik dipergunakanuntuk menelaah struktur karya denganmenekankan urutan satuan-satuanmakna (konstruksi) karya yangdianalisis. Dalam ilmu bahasa, hal iniberkaitan dengan analisis sintaksis danpengujaran. Hubungan paradigamatikdipergunakan untuk menelaah

Page 4: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

71

hubungan makna perlambangan,hubungan asosiatif, pertautan makna,antara unsur yang hadir. Hal iniberkaitan dengan analisis aspeksemantik dalam ilmu bahasa.

Semantik merupakan bidanglinguistik yang mempelajari maknatanda bahasa, yaitu kaitan antarakonsep dan tanda bahasa yangmelambangkannya. Sebuah kata,misalnya buku, terdiri atas unsurlambang bunyi yaitu (b-u-k-u) dankonsep atau citra mental benda-benda(objek) yang dinamakan buku. Jadi,makna buku adalah konsep tentangbuku yang tersimpan dalam otak kitadan dilambangkan dengan kata buku(Darmojuwono, 2005: 114). Analisisaspek semantik, pertama-tama yangdilakukan adalah pencarian motif yangmungkin dapat menghasilkan temakeseluruhan. Pencarian motif akandilakukan dengan menemukan isotopidi dalam sajak. Konsep isotopi iniuntuk pertama kalinya dikemukakanoleh Greimas. Menurut pendapatnya,makna kata bersifat polisemi dan halitu memungkinkan timbulnya konsepisotopi. Yang dimaksud isotopi adalahwilayah makna terbuka yang terdapatdi sepanjang wacana; isotopi adalahsuatu bagian dalam pemahaman yangmemungkinkan pesan apa pun untukdipahami sebagai suatu perlambangyang utuh. Jadi, dalam isotopilahmakna mencapai keutuhannya (Zaimar,2002: 125).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalampenelitian ini disesuikan dengantahapan-tahapan penelitian. Pada tahappengumpulan data, metode yangdigunakan adalah metode studikepustakaan (library research). Padatahap pengolahan data, metode yangdigunakan adalah metode deskriptif

analitik. Metode deskriptif analitik inibertujuan untuk membuat deskripsi,gambaran atau uraian secara sistematis,faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubunganantarfenomena yang diselidiki (Ratna,2004: 53; Nazir, 1988: 65).

Data berupa teks puisi “Laut”karya Abdul Hadi W.M. yang terdapatdalam buku Meditasi (1976) terbitanBudaya Jaya Jakarta dan teks puisi“Selain Laut” yang terdapat dalambuku Pembawa Matahari (2002)terbitan Yayasan Benteng BudayaYogyakarta. Objek kajian tersebutdidekati dengan berbagai sumberpustaka dan informasi tambahan dariberbagai sumber seperti dari sudutpembaca maupun dari para kritikussastra untuk menunjang pembuktiananalisis.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untukmengungkap kesatuan tematik duapuisi karya Abdul Hadi W.M. denganteori semiotik yang dikemukakan olehF. de Saussure. Sehubungan denganitu, ada tiga pembahasan semiotik yangdisajikan dalam tulisan ini, yaknipertama, menyajikan analisis sintaksis,kedua, analisis semantik, dan ketiga,analisis pengujaran terhadap keduapuisi tersebut. Dari ketiga analisissemiotik itu diharapkan dapatterungkap keterpautan makna (tematik)dari kedua puisi tersebut.

Kajian Semiotik Puisi “Laut” dan“Selain Laut”

Hipotesis penelitian ini adalahpuisi “Laut” (W.M., 1976) dan puisi“Selain Laut” (W.M., 2002) karyaAbdul Hadi W.M. memiliki kesatuantematik. Puisi “Laut” telah ditelaaholeh Okke K.S. Zaimar dalam makalah

Page 5: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

72

yang berjudul “Telaah Semiotik dalamKarya Sastra” dalam buku Semiotik:Kumpulan Makalah Seminar yangditerbitkan oleh Pusat PenelitianKemasyarakatan dan Budaya,Lembaga Penelitian UniversitasIndonesia tahun 2002. Penelitian yangdilakukan oleh Okke K.S. Zaimar ituyang dijadikan dasar pijakan untukmemahami keterpautan makna denganpuisi “Selain Laut”. Analisissemiotiknya adalah sebagai berikut.

Analisis Sintaksis Puisi “Laut”Analisis sintaksis menelaah

struktur satuan bahasa yang lebih besardari kata, mulai dari frasa hinggakalimat. Dengan kata lain, sintaksismerupakan studi gramatikal strukturantarkata. Struktur yang dimaksud disini, untuk sebagian kata, ialah urutankata. Sebagaian besar makna suatukata, misalnya, bergantung pada urutankata pembentuknya (Sihombing danDjoko Kencono, 2005: 123). Analisissintaksis terhadap puisi “Laut” adalahsebagai berikut.

LautDan aku pun mendengar ke laut

yang bangkit kepadakuselalu kudengar selamatpaginya dengan ombakberbuncah-buncahdan selamat pagi laut katakupula, siapa bersamamumenyanyisetiap malammenyanyikan yang tak ada ataupagi atau senja? atau kata-katalaut menyanyi lagi, lautmendengar apa yangkubisikkan padanyaperlahan-lahanselamat pagi laut kataku danlaut pun tersenyum, selamatpagi

katanya suaranya kedengaranseperti angin yang berhembusdi rambutku, igauan waktu di ubun-ubundan di atas sana hanya bayang-bayang dari sinar matahariyangkuning keperak-perakandan alun yang berbincang-bincang dengan pasir, tiram,lokan danrumput-rumput di atas karangdan burung-burung bebas itu diudara bagai pandang asingkami yang lupaselamat pagi laut kataku danselamat pagi katanya tertawa-tawakemudian bagi sepasang kakekdan nenek yang sudah lamabercintakami pun terdiamkami pun diam oleh tulang-belulang kami dan suara sedihkami yangsaling geser-menggeser danterkam-menerkamkalau maut suatu kali maumengeringkan tubuh kamibiarlah keringjuga air mata kamiatau bisikan ini senantiasamerisaukan engkau: siapakahdiantara kamiyang paling luas dan dalam, airkebalaunya atau kami tempatkabut dan sinar selam-menyelam?Tapi laut selalu setia takbertanya, ia selalu tersenyumdan bangkit ke arahkulaut melemparkan aku ke pantaidan aku melemparkan lau kebatu-batu karang

Page 6: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

73

andai di sana ada perempuantelanjang atau kanak-kanakatausaatmu dipulangkan petanglaut tertawa padaku, selamatmalam katanya dan aku punketawapada laut, selamat malamkatakudan atas selamat malam kamilangit-langit terguncang-guncang dan jatuh kecakrawala senjabegitulah tak ada yangsebenarnya kami tawarkan danpercakapkankecauali sajak lama:aku cinta pada laut, laut cintapadaku dan cinta kami sepertikata-katadan hati yangmengucapkannya.(W.M., 1976: 18-19)

Larik-larik yang membangun puisiini bervariasi. Ada sebagian larikdalam puisi ini ditulis memenuhihalaman (dari ujung kiri hingga ujungkanan) sehingga memberi kesan sepertibentuk prosa. Ada pula lariknya yanghanya terdiri atas dua dan tiga kata.Bahkan, ada juga yang dibangun olehsatu kata. Larik yang berbeda ukurandan letaknya berselang-seling itumerupakan sebuah tanda, yaknimenunjukkan adanya ikon gelombangatau ombak laut.

Sulit menentukan berapa jumlahkalimat yang terdapat dalam puisi ini.Walaupun demikian, dengan mengacupada pengertian kalimat dalam kamussebagai satuan bahasa yang secararelatif berdiri sendiri, mempunyai polaintonasi final dan secara aktualmaupun potensial terdiri atas klausa,dapat ditegaskan bahwa wujud nyatasebuah kalimat ditandai olehpenggunaan tanda baca yang berupa

tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru.Ketiga tanda baca itu menyatakanintonasi final dari sebuah konstruksibahasa. Bila diperhatikan tanda bacadalam larik-larik puisi itu, hanya adasatu titik yang menyatakan akhirkalimat, yaitu pada larik terakhir.Selain itu, dalam puisi “Laut” terdapatdua tanda tanya yang diletakkan padaakhir larik. Pertama, tanda tanya ituterletak pada larik 5 yang menandaipertanyaan yang diajukan oleh tokohpenutur (aku-lirik) kepada laut. Akantetapi, setelah tanda tanya ini, larikselanjutnya tidak diikuti oleh hurufkapital sebagai penanda sebuah kalimatbaru. Ternyata tanda tanya dalam larik-larik itu merupakan bagian dari tuturanyang disampaikan oleh aku-lirik.Dalam hal ini, aku-lirik menyampaikanpertanyaan yang pernah diajukankepada laut dengan gaya tak langsungyang bebas. Artinya, aku-lirikmemasukan sebuah pertanyaan yangdahulu yang pernah ditanyakanlangsung kepada laut ke dalamtuturannya. Jadi, penggunaan tandatanya pada larik itu bukan tanda akhirdari sebuah kalimat. Hal ini berbedadengan tanda tanya pada larik 27 yangdiikuti oleh huruf kapital untukmengawali larik berikutnya. Ini berartitanda tanya itu mengakhiri pertanyaanyang diajukan aku-lirik kepada“engkau”. Jadi, dapat disimpulkanbahwa dalam puisi ini hanya terdapatdua kalimat.

Kedua kalimat di dalam puisi“Laut” terdiri atas beberapa klausabebas dan klausa terikat. Yangdimaksud dengan klausa adalah satuangramatikal yang mengandung predikatdan berpotensi menjadi kalimat.Klausa dapat dibedakan menjadi dua,yaitu klausa bebas dan klausa terikat.Klausa bebas adalah klausa yang dapatberdiri sendiri menjadi kalimat,sebaliknya klausa terikat adalah klausa

Page 7: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

74

yang tidak dapat berdiri sendiri sebagaikalimat (Sihombing dan Kencono,2005: 131). Kalimat pertama terdiriatas 22 klausa bebas, yaitu aku punmendengar ke laut, kudengar selamatpaginya, selamat pagi laut kataku,siapa bersamamu menyanyi setiapmalam, menyanyikan yang tak adaatau pagi atau senja, laut menyanyilagi, laut mendengar, selamat pagi lautkataku, laut pun tersenyum, selamatpagi katanya, suaranya kedengaran,alun yang berbincang-bincang,burung-burung bebas itu di udara,selamat pagi laut kataku, selamat pagikatanya tertawa-tawa, sepasang kakekdan nenek yang sudah lama bercinta,kami pun terdiam, kami pun diam olehtulang-belulang kami, suara sedihkami yang saling geser-menggeser,terkam-menerkam, kalau maut suatukali mau mengeringkan tubuh kami,bisikan ini senantiasa merisaukanengkau, siapakah di antara kami yangpaling luas dan dalam, sinar selam-menyela, dan 7 klausa terikat, yaitubangkit kepadaku, ombak berbuncah-buncah, kubisikkan padanya perlahan-lahan, angin yang berhembus dirambut, igauan waktu di ubun-ubun,pandang asing kami yang lupa, biarlahkering juga air mata kami. Kalimatkedua terdiri atas 14 klausa bebas,yakni laut selalu setia tak bertanya, iaselalu tersenyum, laut melemparkanaku ke pantai, aku melemparkan lautke batu-batu karang, andai di sana adaperempuan telanjang atau kanak-kanak atau saatmu dipulangkanpetang, laut tertawa padaku, selamatmalam katanya, aku pun ketawapadalaut, selamat malam kataku, atasselamat malam kami langit-langitterguncang-guncang, jatuh kecakrawala senja, begitulah tak adayang sebenarnya kami tawarkan, akucinta pada laut, laut cinta padaku,cinta kami seperti kata-kata, hati yang

mengucapkannya, dan 3 klausa terikat,yakni bangkit ke arahku, jatuh kecakrawala senja, percakapkan kecualisajak lama.

Banyaknya klausa pada kalimatpanjang itu memberikan gambaranalunan ombak yang bergerak untukmencapai bibir pantai dan terdorongkembali ke laut. Ombak yang satudengan yang lainnya tampak berkejar-kejaran, tetapi sebenarnya merekasemua menyatu. Setelah pecah dipantai, ombak itu tampak terpisah dankembali ke laut. Hal ini diperkuatdengan adanya konjungsi dan di awalkalimat pertama, seakan-akan kalimatitu pun hanya kelanjutan dari kalimatlainnya. Demikian pula pada kalimatkedua diawali oleh kata tapi yangmenunjukkan adanya maknaperlawanan. Memang, setelahmencapai pantai, alunan ombak ituberlawanan arah dengan sebelumnya.Itulah gambaran yang diperoleh darianalisis aspek sintaksis puisi “Laut”.

Analisis Sintaksis Puisi “Selain Laut”Tidak ada bedanya dengan puisi

“Laut”, puisi “Selain Laut” juga cukuppanjang. Larik-lariknya berbedaukuran panjangnya dan letaknyaberselang-seling. Hal ini menunjukkanadanya ikon pasang surut kehidupan.

Selain LautSuatu sore aku dudukmengenang kisah itu kembali,antara kita:sebuah laut dan juga rerontoktiram.Meraka semua berdiri danmemanggilku:cahaya kabur, ombak gaduhyang tak pernah diamdan bintang laut yang jari-jarinya lunglai-mereka semua memanggilkudan menjerit-jerit

Page 8: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

75

hingga aku tak mengenalnyakembali.

Apakah masa lalu itu? Kemanasulur-sulurnyamerambat dari hari-harinyayang keemasan disimpan?Mengapa hanya kekecewaandan kesedihan-kesedihannyayang

sering datang?Seperti potret kusam kenanganhitamatau keinginan yangsekonyong-konyong padam

Kubuka ruang itu. Tak seorangpun di sanakecuali derak pintu yang menuadan gema kosongserta bumi dan waktu dengankelaparan yang menghantusemuanya mendekat ke arahku

Tapi sebuah tangantiba-tiba datang dan menarikkusekuntum duri yang merekahmenebarkan kisah-kisahnyaseperti kesia-siaan dankehancuran yang kembaliseperti sederet kamar tanpajendela dan kuncidari mana kita berangkat danakan berangkat

Seperti teka-teki, namun akrabsekalidi mana bertemu yang hidupmaupun yang mati

Atau marilah kita ingat ini, kitakenang:cinta yang tidak dapat kitauraikan dengan nafsu dan katapun tanpa nama. Kegagalandan perjalan pedih tiap sejarahserta bersimbah darah. Dansahabat-sahabat setia

yang akan berkumpulmenangisi kitapada hari kematian, dalam hatilalu kabur dan menghilangdalam kegelapanmeninggalkan jejak-jejak yangmembingungkanSemua ini cukup mengharukanAtau kalau kita ketambuah pohon kita yang lebatsekaligus kerontangAkan terasalah perjalanan kitayang tersaruk-saruk namunmenyenangkandi mana kecemasan tetaptinggal sebagai kecemasankebebasan sebagai kebebasandan siksaan sebagai siksaanSelain laut yang luassebagaimana tiap-tiap kesepian(W.M., 2002: 7-9)

Tidak sulit menentukan jumlahkalimat yang terdapat dalam puisi inikarena di dalam sebagian besar larik-larikya terdapat penggunaan tanda bacaberupa titik dan tanda tanya sebagaipenanda intonasi final. Meskipun adabeberapa larik yang tidakmenggunakan tanda titik sebagaipenanda intonasi final, hal itu dapatdiatasi dengan cara melihatpenggunaan huruf kapital pada larikberikutnya. Pemakaian huruf kapitalyang mengawali sebuah larikmemberikan indikasi bahwa itu adalahsebuah kalimat. Kalimat yang terdapatdalam puisi itu keseluruhannyaberjumlah tujuh belas kalimat.

Ketujuh belas kalimat dalampuisi dibentuk atas beberapa klausabebas dan klausa terikat. Kalimatpertama pada bait I terdiri atas 2 klausabebas, yaitu suatu sore aku duduk,mengenang kisah itu kembali antarakita. Rangkaian larik itu menyatakantentang kenangan masa lalu aku-lirikterhadap laut dan isinya laut, seperti

Page 9: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

76

tiram. Kalimat kedua terdiri atas 5klausa bebas, yaitu dan klausa terikat,yaitu mereka semua berdiri, ombakgaduh, bintang laut yang jari-jarinyalunglai, mereka semua memanggilku,aku tak mengenalnya kembali, danklausa terikat, yaitu memanggilku, takpernah diam, menjerit-jerti. Kalimatitu menyatakan tentang laut besertaisinya seperti tiram, bintang laut, danombak. Semuanya menjerit danmemanggil aku-lirik. Keadaan merekayang seperti itu yang menyebabkanaku-lirik tidak mengenal merekakembali. Dua kalimat yangmembangun bait I itu memberikangambaran bahwa aku lirik, laut besertaisinya telah lama saling mengenal.Penyatuan laut beserta isinya denganaku lirik juga dilukiskan dalam puisi“Laut”. Dengan demikian, dapatdikatakan bahwa antara puisi “Laut”dan puisi “Selain Laut” karya AbdulHadi W.M. ini mempunyai keterpautancerita dan tentu juga memilikiketerkaitan makna atau tema.

Kalimat ketiga yang terdapatdalam bait II terdiri atas 1 klausabebas, yaitu apakah masa lalu itu. Halini menyatakan bahwa aku-lirikmenanyakan tentang masa lalunyadengan laut beserta isinya. Kalimatkeempat terdiri atas 1 klausa bebas,yaitu kemana sulur-sulurnyamerambat, dan 1 klausa terikat, yaituhari-harinya yang keemasan disimpan.Kalimat ini menyatakan bahwakeharmonisan hubungan aku-lirikdengan laut beserta isinya hanyalahsebuah kenangan. Kalimat kelimaterdiri atas 2 klausa bebas, yaitumengapa hanya kekecewaan,kesedihan-kesedihannya yang seringdatang. Hal ini menyatakan aku-lirikkecewa dan bersedih atas penderitaanyang dialami oleh laut beserta isinya.Kalimat keenam terdiri atas 1 klausabebas, yaitu keinginan yang

sekonyong-konyong padam. Kalimatini menyatakan bahwa keinginan aku-lirik untuk mengenang masa lalunyayang manis bersama laut beserta isinyamenjadi padam, sebab ia merasa kinilaut beserta isinya telah hidupmenderita.

Kalimat ketujuh pada bait IIIterdiri atas 1 klausa bebas, yaitukubuka ruang itu, menyatakan bahwaaku lirik merenungkan kenangannyabersama laut beserta isinya di sebuahruang. Setelah selesai merenungkan halitu, ia membuka (pintu, jendela)ruangan itu. Kalimat kedelapan terdiriatas 1 klausa bebas, yaitu semuanyamendekat ke arahku. Hal inimenyatakan bahwa tidak ada seorangpun berada di ruangan itu, hanya gemaderak pintu yang sudah tua sertabayangan bumi dan waktu yangkelaparan yang menghantui si aku-lirik. Semuanya itu sekan-akanmendekat kepada aku-lirik.

Kalimat kesembilan pada bait IVterdiri atas 4 klausa bebas, yaitusebuah tangan tiba-tiba datang,sekuntum duri yang merekahmenebarkan kisah-kisahnya, dari manakita berangkat, akan berangkat, danklausa 2 terikat, yaitu menarikku,kehancuran yang kembali. Klausa inimenunjukkan adanya paralelismedengan suasana tersebut, yaknisekuntum duri menarik tangan aku-lirik. Di depan aku-lirik, sekuntum duriitu menceritakan tentang kesia-siaandan kehancuran yang kembali dialamidalam hidupnya. Kesia-siaan dankehancuran yang dialami sekuntumduri diibarat seperti sederet kamartanpa jendela dan kunci. Artinya,penderitaan itu muncul dalam hiduptidak diketahui sebab musababnya. Halini sama dengan kehidupan ataukematian, manusia tidak tahu kapandan di mana kehidupan atau kematianitu akan menunggu (dari mana kita

Page 10: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

77

berangkat dan akan berangkat).Persona kita di sini mengacu kepadadiri si aku-lirik dan pembaca.

Kalimat kesepuluh pada bait Vterdiri atas 2 klausa bebas, yaitu akrabsekali, di mana bertemu yang hidupmaupun yang mati. Kalimat itumenyatakan bahwa kehidupan dankematian merupakan sebuah teka-tekiyang akrab dalam hidup ini. Tidak adayang tahu tempat bertemunyakehidupan dan kematian itu.

Kalimat kesebelas pada bait VIterdiri atas 3 klausa bebas, yaitumarilah kita ingat ini, kita kenang,cinta yang tidak dapat kita uraikan,dan 1 klausa terikat, yaitu dengannafsu dan kata pun tanpa nama.Menyatakan bahwa aku-lirik mengajakkepada kita untuk mengingat danmengenang atau merenungkankehidupan ini. Dalam kehidupan ini,cinta yang pernah kita rasakan dankata-kata yang pernah kita ucapkan,semuanya adalah semu. Kalimat keduabelas terdiri atas 1 klausa bebas, yaitubersimbah darah. Kalimat inimenyatakan bahwa kegagalan dankepedihan dalam hidup serta hidupdipenuhi oleh kucuran darah. Kalimatketiga belas terdiri atas 3 klausa bebas,yaitu sahabat-sahabat setia yang akanberkumpul menangisi kita pada harikematian, menghilang dalamkegelapan, meninggalkan jejak-jejakyang membingungkan, dan 1 klausaterikat, yaitu kabur. Kalimat itumenyatakan bahwa pada saat kematiansahabat-sahabat setia menangisi kita,tetapi setelah itu mereka hilang begitusaja. Mereka hanya meninggalkanjejak-jejak yang membingungkan.Kalimat keempat belas terdiri atas 1klausa bebas, yaitu semua ini cukupmengharukan. Ini menyatakan bahwasemua itu dirasakan oleh aku-liriksebagai sesuatu yang mengharukandalah hidup ini.

Kalimat kelima belas pada bait VIIterdiri atas 1 klausa bebas, yaitu kalaukita ketam buah pohon kita yang lebatsekaligus kerontang. Dalam kalimatitu, kata ketam berarti berangsur-angsur ciut, sehingga atau kalau kitaketam dapat diartikan kalau kita ciutmenghadapi kehidupan ini, makasegala keinginan untuk berbuat baikdalam dunia ini akan menjadi sia-sia.Kalimat keenam belas terdiri atas 1klausa bebas, yaitu akan terasalahperjalanan kita, dan 5 klausa terikat,yaitu tersaruk-saruk, menyenangkan,kecemasan tetap tinggal sebagaikecemasan, kebebasan sebagaikebebasan, siksaan sebagai siksaan.Hal ini menyatakan bahwa bila hidupdapat dipahami dengan baik, kita akanmerasakan bahwa penderitaan ituadalah sesuatu yang menyenangkan.Kecemasan harus dapat diterimasebagai kecemasan, kebebasan harusditerima sebagai kebebasan, dansiksaan harus diterima sebagai siksaan.Dengan demikian, kita lapangmenerima segala bentuk penderitaanyang menimpa diri kita. Kalimatketujuh belas terdiri atas 1 klausabebas, yaitu laut yang luassebagaimana tiap-tiap kesepian.Kalimat ini menyatakan bahwakesepian atau kehampaan hidup samadengan laut yang luas.

Banyaknya klausa yang digunakandalam kalimat puisi “Selain Laut”memberikan gambaran tentang pasangsurut kehidupan. Tidak hanya laut sajamengalami pasang surut tetapikehidupan manusia juga mengalamipasang surut, terkadang penderitaandan terkadang pula kebahagiaan yangdatang silih berganti. Oleh karena itu,manusia diharapkan mampu berbuatsecara bijak dalam menghadapikehidupan ini. Imbauan itu tampaksecara eksplisit pada kalimat kesebelas.Penggunaan kata mari merupakan

Page 11: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

78

imbauan agar kita dapat memahamidengan bijak hidup ini. Itulahgambaran yang diperoleh dari analisisaspek sintaksis.

Analisis Semantik Puisi “Laut”Berikut ini disajikan analisis

semantik melalui pencarian motif yangterdapat dalam puisi itu. Setelahditelusuri komponen makna di dalampuisi itu dapat ditemukan isotopisebagai berikut.

Tabel 1Isotopi dalam Puisi “Laut”

Isotopi: Alam Isotopi: Manusia Isotopi: Suara Isotopi: Gerakan Isotopi: Waktu

- laut (14 kali)- ombak- angin- matahari- alun- pasir- tiram- lokan- rumput-rumput- karang- burung-burung- udara- air- kabut- sinar- pantai- langit- cakrawala- bayang-bayang- batu

- menyanyi (3kali)

- kubisikan (2kali)

- tersenyum (2kali)

- rambutku- ubun-ubun- berbincang-

bincang- tertawa-tawa (3

kali)- kakek- nenek- airmata- lupa- bertanya- perempuan- telanjang- kanak-kanak- tawakan- percakapkan- mengucapkan- merisaukan- bercinta- cinta (3 kali)- terdiam (2kali)- sedih- maut- hati- kabut (metafora)- sinar (metafora)- setia

- ku (men)dengar(2 kali)

- menyanyi (3 kali)- kubisikan- igauan- kedengaran- berbincang-

bincang- tertawa-tawa (3

kali)- (ter) diam (2 kali)- suara- tawakan- Percakapan- kataku (nya)

(7 kali)

- bangkit (2 kali)- kea rah (2 kali)- memandang- perlahan-lahan- berbuncah-

buncah- berembus- tebas- geser-

menggeser- terkam-

menerkam- selam-

menyelam- melemparkan (2

kali)- dipulangkan- berguncang-

guncang- patuh

- selalu (3 kali)- pagi (7 kali)- setiap- malam (4 kali)- senja (2 kali)- lama (2 kali)- maut- suatu kali- senantiasa- saatmu- petang

Hasil analisis menunjukkanadanya lima kelompok isotopi yangmendukung lima motif. Isotopi yangpaling menonjol adalah isotopimanusia yang kemudian disusul olehisotopi alam. Salah satu anggotaisotopi alam itu adalah kata laut yang

diulang sebanyak empat belas kali.Jadi, laut yang menjadi topik puisi iniadalah sinekdok alam atau mewakilialam raya. Menonjolnya isotopimanusia di sini menunjukkan bahwamotif utama adalah manusia. Hal initampak pula dari personifikasi laut

Page 12: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

79

yang muncul dari awal hingga akhirpuisi. Personifikasi laut itu adalah lautyang bangkit kepadaku, kudengarselamat paginya, siapa bersamamumenyanyi, menyanyikan yang tak ada,laut menyanyi lagi, laut mendengarapa yang kubisikkan padanya, laut puntersenyum, selamat pagi katanya,suaranya kedengaran seperti anginyang berhembus di rambut, alun yangberbincang-bincang, selamat pagikatanya tertawa-tawa, laut selalusetia, ia selalu tersenyum, bangkit kearahku, laut melemparkan aku, lauttertawa padaku, selamat malamkatanya, laut cinta padaku. Kutipan itumenunjukkan adanya tegur sapa yangakrab antara laut dan penutur atau aku-lirik. Laut dapat menyanyi, mendengar,tersenyum, berbincang-bincang,tertawa-tawa, setia, jatuh, cinta, dansebagainya. Personifikasi laut itumenunjukkan bahwa penyatuanperasaan antara alam dan manusia.

Selain isotopi laut dan manusia,dalam puisi “Laut” juga terdapatisotopi suara. Suara-suara yang munculdalam puisi itu merupakan upayapenutur atau aku-lirik dan laut untukmenjalin kontak. Laut menyanyi, akumendengar, aku berbisik, laut punmendengar, mereka saling bertegursapa, bercakap-cakap, bahkan kata(ter)diam yang menunjukkan tiadanyasuara digunakan oleh keduanya untuksaling berhubungan. Laut tidak hanyamenjalin kontak dengan dengan aku,tetapi juga dengan unsur alam lainnya,seperti ia berbincang dengan pasir,tiram, lokan, dan rumput-rumput diatas karang, bahkan bertegur sapadengan langit.

Isotopi yang lain adalah isotopigerakan dan isotopi waktu. Isotopigerakan menunjukkan adanya aktivitasdi alam raya ini, baik yang dilakukanoleh setiap unsurnya, di sini terutamadiwakili oleh laut dan aku maupun

aktivitas bersama. Aktivitas inimengandung arti hidup ataukehidupan. Hal ini diperkuat olehisotopi waktu. Isotopi yang terakhir inimengandung kata-kata yangmenunjukkan suatu kebiasaan atauaktivitas pada saat-saat tertentu.Perubahan waktu dari malam ke pagihari atau dari pagi ke malam tampakdalam kata-kata pagi, malam, petang,dan senja menunjukkan peristiwa yangberlangsung satu kali (misalnya, pagiini) dan dapat juga menunjuk suatukebiasaan (misalnya, setiap pagi). Didalam sajak ini, tegur sapa selamatpagi dan selamat malam dikemukakanberkali-kali. Hal ini menunjukkanadanya unsur waktu sesaat dan unsurwaktu kebiasaan. Unsur waktu sesaatdidukung oleh kosakata lainnya,seperti suatu kali dan saatmu,sedangkan unsur waktu kebiasaandidukung oleh kosakata selalu, setiapdan senantiasa. Selain itu, ada pulaunsur waktu yang menunjukkan durasi,yaitu selalu, senantiasa, lama, dansuatu kali. Motif waktu yang terdapatdalam puisi sangat mendukung motifkehidupan. Apabila dihubungkandengan judul, dapat dikatakan bahwadalam puisi ini laut adalah metaforakehidupan. Persamaan komponenmakna antara laut dan kehidupanadalah mahaluas dan tidak henti-hentinya bergerak.

Analisis Semantik Puisi “SelainLaut”

Dari judulnya dapat diketahuibahwa puisi ini menggambarkantentang sesuatu selain laut. Hal inimenunjukkan adanya hubunganpertentangan dengan puisi “Laut”. Jikadalam puisi “Laut”, laut dimetaforakansebagai kehidupan, sedangkan dalampuisi “Selain Laut” laut dimetaforakansebagai hanya sebagai bagian dariunsur kehidupan. Berikut ini disajikan

Page 13: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

80

analisis semantik pencarian motif yangterdapat dalam puisi itu. Setelahditelusuri komponen makna di dalam

puisi itu dapat ditemukan isotopisebagai berikut.

Tabel 2Isotopi dalam Puisi “Selain Laut”

Isotopi: Alam Isotopi: Manusia Isotopi: Suara Isotopi: Gerakan Isotopi: Waktu- laut (2 kali)- rerontok tiram- ombak- bintang laut- ruang- bumi- waktu- tangan- sekuntum duri- kamar- jendela- kunci- darah- jejak-jejak- buah pohon

- duduk- mengenang- mengenalnya- menghantu- marilah- ingat- kenang- cinta- kegagalan- perjalanan (2

kali)- uraikan- nafsu- kata- bersimbah- sahabat-sahabat- setia- berkumpul- kematian- hati- kabur- menghilang- meninggalkan- membingungkan- mengharukan- terasalah- tersaruk-saruk- menyenangkan- kecemasan

(2 kali)- kebebasan

(2 kali)- siksaan (2 kali)- kesepian

- memanggil (2kali)

- gaduh- diam- menjerit-jerit- menangisi

- berdiri- lunglai- merambat- disimpan- kekecewaan- kesedihan-

kesedihan- datang- padam- buka- mendekat- berangkat ( 2

kali)- datang- menarikku- menebarkan- bertemu

- suatu sore- masa- lalu- hari- sering- sekonyong-

konyong- menua- tiba-tiba- tiap sejarah- tiap-tiap

Di dalam analisis semantik iniditemukan lima kelompok isotopi yangmendukung lima motif. Isotopi yangpaling menonjol adalah isotopimanusia dan diikuti oleh isotopi alam.Menonjolnya isotopi manusia di sinimenunjukkan bahwa motif utamadalam puisi ini adalah manusia.Anggota isotopi alam dalam puisi“Selain Laut” tidak ada yang menonjolbila dibandingkan dengan dengan puisi“Laut”. Dalam puisi “Laut,” kata lautsangatlah menonjol, yakni diulang

sebanyak empat belas kali. Kata lautdalam puisi “Selain Laut” hanyadiulang sebanyak dua kali, yakni padabait I larik 3 dan bait X larik 6.Anggota isotopi alam mendapat porsipenceritaan secara merata dalam puisiini. Ini berarti bahwa yang menjaditopik puisi ini adalah semua anggotaisotopi alam seperti laut, rerontoktiram, ombak, bintang laut, ruang,bumi, waktu, tangan, sekuntum duri,kamar, jendela, kunci, darah, jejak-jejak, dan buah pohon sebagai

Page 14: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

81

sinekdok alam atau mewakili alamraya (kehidupan). Jika dihubungkandengan judul puisi “Selain Laut”,sinekdok alam termasuk lautmemegang peranan penting dalampuisi ini. Kata laut dan unsur-unsurnya, seperti rerontok tiram,ombak, bintang laut hanya beradadalam khayalan si aku-lirik. Merekasemuanya hidup dalam penderitaansehingga si aku-lirik hampir tidakmengenalnya lagi. Keharmonisan siaku-lirik dengan laut beserta unsur-unsurnya hanyalah sebuah kenangansaja dan kini kekecewaan dankesedihan yang dibayangkan oleh aku-lirik melihat keadaan mereka. Jadi,tegur sapa atau kontak si aku-lirikdengan laut beserta unsur-unsurnyaterjadi dalam khayalan. Justru, yangmemegang peranan penting dalampuisi ini adalah anggota isotopi ruang,bumi, waktu, tangan, sekuntum duri,kamar, jendela, kunci, darah, jejak-jejak, dan buah pohon. Merekamenjalin kontak dengan aku,sebagaimana terlihat dalam personikasiberikut: serta bumi dan waktu dengankelaparan yang menghantu semuanyamendekat ke arahku, tapi sebuahtangan tiba-tiba datang dan menarikkusekuntum duri yang merekahmenebarkan kisah-kisahnya.Personifikasi itu menunjukkan adanyaperasaan dan tindakan alam yangpenuh misteri yang dirasakan oleh aku-lirik. Penderitaan yang dirasakan alamdirasakan juga oleh aku-lirik sehinggaia mengharap manusia merenungkanmisteri alam itu, sebagaimana tampakdalam kutipan atau marilah kita ingatini, kita kenang, cinta yang tidak dapatkita uraikan dengan nafsu dankata,kegagalan dan perjalan pedih tiapsejarah serta bersimbah darah, dansahabat-sahabat setia yang akanberkumpul menangisi kita pada harikematian, dalam hati, lalu kabur dan

menghilang dalam kegelapanmeninggalkan jejak-jejak yangmembingungkan, atau kalau kita ketambuah pohon kita yang lebat sekaliguskerontang, akan terasalah perjalanankita yang tersaruk-saruk namunmenyenangkan, di mana kecemasantetap tinggal sebagai kecemasan,kebebasan sebagai kebebasan dansiksaan sebagai siksaan.

Selain isotopi alam dan manusia,dalam puisi “Selain Laut” juga terdapatisotopi suara. Suara-suara yang munculdalam puisi itu merupakan upayapenutur atau aku lirik dan alam untukmenjalin kontak. tak seorang pun disana kecuali derak pintu yang menuadan gema kosong serta bumi danwaktu dengan kelaparan yangmenghantu semuanya mendekat kearahku, tapi sebuah tangan tiba-tibadatang dan menarikku sekuntum duriyang merekah menebarkan kisah-kisahnya seperti kesia-siaan dankehancuran yang kembali sepertisederet kamar tanpa jendela dan kunci.Aku tidak hanya menjalin kontakdengan dengan alam, tetapi jugadengan unsur manusia lainnya, sepertiterlihat dalam kalimat Atau marilahkita ingat ini, kita kenang: cinta yangtidak dapat kita uraikan dengan nafsudan katapun tanpa nama. Kegagalandan perjalan pedih tiap sejarah sertabersimbah darah. Dan sahabat-sahabat setiayang akan berkumpulmenangisi kita pada hari kematian,dalam hati, lalu kabur dan menghilangdalam kegelapan meninggalkan jejak-jejak yang membingungkan, Semua inicukup mengharukan, Atau kalau kitaketambuah pohon kita yang lebatsekaligus kerontang, Akan terasalahperjalanan kita yang tersaruk-saruknamun menyenangkan, di manakecemasan tetap tinggal sebagaikecemasan kebebasan sebagai

Page 15: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

82

kebebasan dan siksaan sebagaisiksaan.

Isotopi yang lain adalah isotopigerakan dan isotopi waktu. Isotopigerakan menunjukkan adanya aktivitasdi alam raya ini, terutama diwakili olehanggota isotopi alam dan aku maupunaktivitas bersama. Aktivitas inimengandung arti hidup ataukehidupan. Hal ini diperkuat olehisotopi waktu. Isotopi yang terakhir inimengandung kata-kata yangmenunjukkan suatu kebiasaan atauaktivitas pada saat-saat tertentu. Didalam puisi ini, kosa kata suatu sore,masa, lalu, hari, sekonyong-konyong,tiba-tiba menunjukkan adanya unsurwaktu sesaat, sedangkan unsur waktukebiasaan didukung oleh kosakata tiapsejarah dan tiap-tiap. Selain itu, adapula unsur waktu yang menunjukkandurasi, yaitu menua.

Kedua puisi ini sama-samamenonjolkan unsur manusia, terutamaperasaannya. Perasaan manusia yangmenyatu dengan alam. Perasaan itutidak selamanya dapat berjalan denganbaik. Ada saja hal-hal yang dapatmenghambat penyatuan perasaan itu.Peristiwa itu terlukis pada puisi “Laut”dan “Selain Laut’. Puisi “Laut”melukiskan kisah keharmonisanhubungan manusia dengan alam didalam mengarungi kehidupan. Merekasaling bertegur sapa. Akan tetapi,seiring dengan perkembangan zamankeharmonisan hubungan mereka tidakselamanya abadi. Ketidakabadian ituterlukis dalam puisi “Selain Laut.”Tegur sapa yang harmonis antaramanusia dan laut beserta unsur-unsuralam lainnya tidak ada lagi. Lautbeserta unsur alam lainnya kini telahmenderita.

Analisis Pengujaran Puisi “Laut”Salah satu hal yang penting dalam

interpretasi percakapan secara

pragmmatik, yaitu konsep yangmenghubungkan antara maknapercakapan dengan konteks, adalahkonsep tindak ujar (speech acts).Konsep itu berangkat dari adanyakenyataan bahwa jika seseorangmengucapkan kalimat-kalimat dalampercakapan yang dilakukan umumnyadisertai oleh adanya performs actsyang berbeda-beda. Misalnya,penampilan tindak ujar yang berupapenjelasan, pernyataan, permintaan,perintah, dan sebagainya. Bagaimanadan apa wujud penampilan tindak ujarpara pelaku percakapan ditentukanoleh konteks percakapan itu sendiriyang tentunya juga tergantung pada“keperluan” (Nurgiyantoro, 2000: 316-137).

Puisi “Laut” pada awal baitnyatelah menunjukkan hubungan baikantara penutur dan laut. Akumemandangi laut dan laut memandangiaku-lirik. Mereka selalu bertegur sapa,saling mengucapkan selamat pagi.Setiap malam, aku-lirik mendengarnyanyian laut, nyanyian tanpa kata-kata, yang tak terdengar di pagi atau disenja hari. Deburan ombak terdengar dimalam hari, ketika tidak ada suara lain.Pada pagi hari, suara laut terdengarseperti suara yang berhembus atauseperti perbincangan alun denganpasir, tiram, lokan, dan rumput-rumputdi atas karang. Juga, salam pagidisampaikan laut kepada kakek dannenek yang telah lama bercinta. Ceritamenyenangkan ini berlangsung hinggalarik 18.

Pada larik 19, tiba-tiba aku danlaut sama-sama terdiam. Di sini mulaipenggunaan kata persona kami yangdapat diartikan antara aku dan lautmulai menyatu. Mereka bersatumendengarkan tulang-belulang yangsaling geser-menggeser dan terkam-menerkam. Ternyata, di dalam dirimereka terjadi pertentangan dan hal ini

Page 16: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

83

yang menyebabkan mereka bersedih.Tampaknya hanya maut yang dapatmengeringkan air mata mereka.

Kemudian, aku-lirik bertanyakepada engkau tentang hal yangdirisaukannya. Persona engkaumengacu dengan orang yang diajakbicara oleh aku-lirik. Persona engkaudi sini tidak mungkin mengacu kepadalaut, sebab si aku-lirik justru berceritakepada engkau, sedangkan laut adalahyang diceritakannya. Walaupun sama-sama kata ganti persona keduapenggunaan engkau dan –mu dalampuisi ini berbeda. Persona–mudigunakan untuk menyapa laut didalam selipan klausa tak langsungyang bebas. Sedangkan, personaengkau yang hanya satu kalidigunakan, yaitu pada larik 24ditujukan kepada yang diajak bicara.Engkau dalam puisi ini adalahpembaca puisi (yang dituju olehpenyair) atau orang yang dituju olehpenutur yang merisaukan hubungan sipenutur dengan laut.

Analisis Pengujaran Puisi “SelainLaut”

Pada awal bait, terutama bait I danII telah menunjukkan adanya hubunganmasa lalu yang harmonis antarapenutur dan laut beserta unsur-unsurnya. Penggunaan kata personakita mengacu kepada keharmonisanantara aku dan laut beserta unsur-unsurnya. Dalam khayalan aku-lirik,keharmonisannya dengan laut besertaunsurnya kini telah berubah karena lautbeserta unsurnya kini telah mengalamipenderitaan. Laut, rerontok tiram,ombak, dan bintang laut semuanyalunglai dan menjerit-jeritmemanggilnya, hingga membuat aku-lirik tidak mengenali mereka kembali.Kebahagiaan yang dirasakan aku-lirikbersama laut beserta unsur-unsurnyakini telah sirna, yang ada hanyalah

kekecewaan dan kesedihan yangdirasakannya datang secara tiba-tiba.

Bait III menunjukkan bahwa diruang tempat aku-lirik mengenangkisah lamanya dengan laut besertaisinya suasananya sangat sepi. Yangada hanyalah derak pintu yang menuadan gema yang kosong. Sementara itu,bumi dan waktu yang kelaparanmendekat ke arah si aku-lirik. Bait IVdan V menunjukkan keterkejutan aku-lirik karena secara tiba-tiba ada tangandatang dan menariknya. Dihadapannya berdiri sekuntum duriyang menceritakan kisah hidupnyayang kembali mengalami kehancuran.Kehidupan mereka diibaratkan sepertisederet kamar tanpa jendela dan kunci,artinya kehancuran dan kesia-siaan itusemacam teka-teki yang bisa kapansaja datang. Larik 6 pada bait IV,persona kita tidak lagi mengacu kepadaaku dan laut beserta unsur-unsurnya,tetapi telah mengacu kepada penyatuanaku dan pembaca. Penutur mengajakpembaca agar memahami hidup inibahwa di dalam hidup ini kita dapatmengetahui dengan pasti dari manakita hidup dan mau kemana kita hidup.Semua itu hanyalah sebuah misteridalam kehidupan. Sama hal dengantempat bertemunya yang hidup danyang mati, tidak dapat diterka olehsiapa pun.

Bait VI mempertegas ajakanpenutur kepada pembaca, melaluipenggunaan persona kita, untukmerenungkan hidup ini. Cinta dalamhidup hanyalah sebuah misteri yangtidak dapat diuraikan oleh nafsu dankata-kata. Kegagalan dalam perjalananhidup yang keras dan bersimbah darahpada tiap sejarah juga merupakanmisteri. Demikian pula, sahabat-sahabat menangis pada saat kematiankita lalu kabur meninggalkan jejak-jejak yang membingungkan. Kejadiandalam hidup seperti itu cukup

Page 17: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

84

mengharukan kita. Berikutnya, bait VIImenunjukkan aku-lirik mendorong kitauntuk memaknai hidup ini denganbijaksana. Menurut aku-lirik, kalau kitaciut menghadapi hidup ini maka tidakbergunalah segala perbuatan baik yangpernah kita perbuat dalam hidup. Olehkarena itu, aku-lirik mengharapkanagar kita tidak gentar menghadapihidup ini dan menerimannya denganhati yang pasrah (bahagia), pasrahmenghadapi kecemasan, kebebasan,dan siksaan dalam kehidupan ini.Lebih ditegaskan oleh aku-lirik bahwaselain laut luas yang terus bergerak,yaitu mengalami pasang surutkehidupan, hati manusia juga terusbergerak mengikuti perasaannya.

Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan“Selain Laut”

Hasil analisis sintaksis, semantik,dan pengujaran pada puisi “Laut”menunjukkan adanya dua tema besaryang saling berkaitan di dalam puisiini. Telah diuraikan bahwa laut adalahmetafora kehidupan. Itu dapatdianggap sebagai tema pertama.Kemudian, penyatuan diri aku-lirikdengan laut sebagai tema kedua, yangjuga berarti penyatuan dirinya denganalam semesta. Hubungannya yangbegitu intim dengan laut menyiratkankeharmonisan hubungannya denganalam semesta. Meskipun judul puisi ini“Laut”, ternyata hasil isotopimengungkapkan bahwa unsur manusia,terutama perasaannya, lebih menonjoldari unsur alam. Di sini tampak bahwapuisi ini bukan semata-matamenceritakan tentang laut, melainkanmengemukakan keharmonisanhubungan manusia dengan alam didalam mengarungi kehidupan.

Puisi “Selain Laut” juga memuatdua tema besar yang saling berkaitan.Telah diuraikan bahwa unsur selain

laut adalah sinekdok alam ataumewakili alam raya atau dapat disebutpula metafora kehidupan. Kehidupanyang mengalami pasang dan surut, daribahagia menjadi menderita; dariharmonis menjadai tidak harmonis; dansebagainya, dalam hal ini dapatdianggap sebagai tema pertama.Penyatuan diri aku-lirik denganpenderitaan yang dialami oleh alamkehidupan sebagai tema kedua, yangjuga berarti munculnya kesadarandalam diri aku-lirik untuk selalu pasrahmenerima berbagai bentuk perlakuanalam semesta atau kehidupan. Hasilisotopi menunjukkan bahwa unsurmanusia, terutama perasaannya, dalampuisi “Selain Laut” juga lebihmenonjol dari unsur alam selain laut.Jadi, di sini tampak bahwa puisi inibukan semata-mata menceritakanunsur-unsur alam selain laut,melainkan mengemukakan hubunganpenyatuan perasaan antara alam danmanusia. Artinya, apa yang dirasakanoleh alam juga dirasakan oleh manusia.Dari kejadian yang terjadi di alaminilah manusia dapat mengambilhikmah kehidupan.

Berdasarkan hasil analisissemiotik tersebut, dapat disimpulkanbahwa antara puisi “Laut” dan “SelainLaut” merupakan sebuah rangkaiancerita yang tidak dapat dipisahkan.Puisi “Laut” melukiskan kisahkeharmonisan hubungan manusiadengan alam di dalam mengarungikehidupan. Aku memandangi laut danlaut memandangi aku. Mereka selalubertegur sapa, saling mengucapkanselamat pagi. Setiap malam, si akumendengar nyanyian laut, nyanyiantanpa kata-kata, yang tidak terdengarpadai pagi atau senja hari. Deburanombak terdengar di malam hari, ketikatidak ada suara lain. Pada pagi hari,suara laut terdengar seperti suara yangberhembus atau seperti perbincangan

Page 18: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

I Wayan Nitayadnya: Kesatuan Tematik Puisi “Laut” dan…

85

alun dengan pasir, tiram, lokan, danrumput-rumput di atas karang. Juga,salam pagi disampaikan laut kepadakakek dan nenek yang telah lamabercinta. Demikianlah hubunganharmonis antara manusia dan alamdalam mengarungi kehidupan dalampuisi “Laut”.

Tidak ada yang kekal atau abadidalam hidup ini. Ketidakabadian ituterlukis dalam puisi “Selain Laut”.Tegur sapa yang harmonis antaramanusia dan laut beserta unsur-unsurkini tidak ada lagi. Laut besertaunsurnya kini telah menderita. Laut,rerontok tiram, ombak, dan bintanglaut semuanya lunglai dan menjerit.Unsur-unsur alam selain laut jugamengalami penderitaan hidup.Sekuntum duri yang merekahmenceritakan hidupnya yang sia-siadan hancur kepada manusia.Kebahagiaan dan dan penderitaan yangdatang dalam hidup seperti sebuahteka-teki, yang tidak dapat diterkadengan pasti kapan datang danberakhirnya. Oleh sebab itu, manusiadiharapkan dapat mengambil hikmahdari hidup ini untuk selalu pasrahdengan hati yang tulus atas segalasiksaan, kebebasan, dan termasukkecemasan yang datang dalam hidup.

Hasil pembahasan mengarah padasimpulan bahwa kesatuan tematikkedua puisi tersebut dapat terungkapmelalui pesan atau makna, yaitu hidupdi alam semesta ini tidak ada yangabadi, artinya hidup itu terusmengalami perubahan seiring denganperkembangan zaman dan pemikiranmanusia. Dari yang bahagia menjadisengsara; bebas menjadi terpasung,ramai menjadi sepi; raja menjadibudak; atau sebaliknya, hal itumerupakan kodrat alam yang tidakdapat dihindari dan harus diterimadengan pasrah dan lapang dada.

PENUTUP

Puisi “Laut dan “Selain Laut”karya Abdul Hadi W.M. merupakansebuah rangkaian kisah yang padusehingga melahirkan satu kesatuantematik. Tema itu dapat terungkap darimakna dan pesan yang disampaikanoleh kedua puisi itu, yakni hidup dialam semesta ini tidak ada yang abadi,artinya hidup itu terus mengalamiperubahan seiring denganperkembangan zaman dan pemikiranmanusia. Hal ini dapat tercermin darihasil analisis sintaksis, yakni larik-larikdalam bait kedua puisi itu memilikiukuran dan letaknya berselang-selingitu merupakan sebuah tanda, yaknimenunjukkan adanya ikon gelombangatau ombak laut. Ini artinya,gelombang atau ombak laut itu selalumemberikan perubahan dalam hidupini. Hasil analisis semantikmenunjukkan bahwa kedua puisi itusama-sama menonjolkan unsurmanusia, terutama dari aspekperasaannya. Perasaan manusiaawalnya menyatu dengan alam.Perasaan itu tidak selamanya dapatberjalan dengan baik. Ada saja hal-halyang dapat menghambat penyatuanperasaan itu. Hal itu yangmenyebabkan alam semakin menderita.Peristiwa itu juga tampak pada analisispengujaran yang menunjukkan bahwapada awalnya terdapat hubungan baikantara manusia dan alam. Perasaanmereka menyatu dan selalu salingbertegur sapa. Keharmonisan manusiadengan laut termasuk juga denganunsur-unsur alam lainnya kini telahberubah sehingga manusia tidakmengenali mereka. Hal itumenimbulkan kekecewaan dankesedihan di antara mereka.

Page 19: KESATUAN TEMATIK PUISI ˝LAUT ˛ DAN ˝SELAIN LAUT ˛ KARYA

Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 68—86

86

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1981. A Glossary ofLiterary Terms. NewYork: Holt, Rinehart danWinston.

Culler, Jonathan. 1977. StructuralPoetics, Structuralism,Linguistic, and the Studyof Literature. Ithaca, NewYork: Cornell UniversityPress.

Darmojuwono, Setiawati. 2005.“Semantik” Dalam bukuPesona Bahasa: LangkahAwal MemahamiLingusitik, PenyuntingKushartanti, UntungYowono, Multamia RMTLauder. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Horison. 2002. “Sajak-Sajak AbdulHadi W.M.” MajalahHorison, Tahun XXXV,No. 4/2002, Edisi KhususBulan April 2002.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986.Pemandu di DuniaSastra. Yogyakarta:Kanisius.

Jefferson, Ann dan David Robey.1988. Teori KesusastraanModern. Kuala Lumpur:Dewan Bahasa danPustaka.

Nazir. 1988. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. TeoriPengkajian Fiksi.Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Ratna, Kutha. 2004. Teori, Metode,dan Teknik PenelitianSastra. Bandung:Angkasa.

Sarup, Madam. 2007.Posstrukturalisme danPosmodernisme: Sebuahpengantar Kritis.Yogyakarta: Jendela.

Selden, Raman. 1996. PanduanPembaca Teori SastraMasa Kini. RachmatDjoko Paradopo(penerjemah).Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Sihombing, Liberty P. dan DjokoKetjono. 2005.“Sintaksis” DalamKushartanti, UntungYowono, Multamia RMTLauder (Ed.). PesonaBahasa: Langkah AwalMemahami Lingusitik: .Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

W.M., Abdul Hadi. 1976. Meditasi.Jakarta: Budaya Jaya.

___________. 2002. PembawaMatahari. Yogyakarta:Yayasan BentengBudaya.

Zaimar, Okke K.S. 2002. “TelaahSemiotik dalam KaryaSastra” Dalam Semiotik:Kumpulan MakalasSeminar. Jakarta: PusatPenelitianKemasyarakatan danBudaya, LembagaPenelitian UniversitasIndonesia.