Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA
YANG MEMILIKI ANAK AUTISME
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
149114042
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA
YANG MEMILIKI ANAK AUTISME
Disusun oleh:
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
149114042
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Tanggal:
Prof. A. Supratiknya, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA
YANG MEMILIKI ANAK AUTISME
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
149114042
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 21 Januari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap
Tanda Tangan
1. Penguji 1: Prof. A. Supratiknya, Ph.D. ........................
2. Penguji 2: Dr. Tjipto Susana, M.Si. ........................
3. Penguji 3: Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. ........................
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Titik Kristiyani, M.Psi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Modal dasar meneliti adalah “teliti”
(A. Supratiknya)
“Studi itu belajar, belajar itu berproses, berproses itu kesediaan untuk dibentuk,
dan bersedia dibentuk itu harus ikhlas, jadi tidak boleh memberontak.”
(PS 2)
Kesadaran adalah matahari,
Kesabaran adalah bumi,
Keberanian adalah cakrawala, dan
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
~ W. S. Rendra ~
Bukan maut yang menggetarkan hatiku, tetapi hidup yang tidak hidup karena
kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya.
~ W. S. Rendra ~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini secara khusus saya persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan untuk menikmati
keajaiban-keajaiban dalam kehidupan, serta memberkati dan memberi kekuatan
dalam setiap langkah saya
Ajik dan ibu yang luar biasa hebat, serta mbokgek dan adik tersayang yang
memberikan dukungan dan doa tiada henti, serta selalu menjadi tempat ternyaman
untuk “pulang”
Dosen pembimbing yang tidak pernah lelah memberikan arahan dan bimbingan
Para sahabat dan teman sebagai keluarga kedua atas segala partisipasi dalam
dinamika kehidupan saya
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi “rumah kedua”
Para orang tua dengan anak autisme yang telah menginspirasi saya dengan cerita
pengalaman berharganya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Januari 2019
Penulis
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
NIM : 149114042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ORANG TUA
YANG MEMILIKI ANAK AUTISME
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 21 Januari 2019
Yang menyatakan,
(Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KEPUASAN PERKAWINANPADA ORANG TUA
YANG MEMILIKI ANAK AUTISME
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai kepuasan perkawinan
secara utuh dan menyeluruh pada orang tua yang memiliki anak autisme.Partisipan dalam
penelitian ini adalah 6 orang tua dengan taraf pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas
(SMA), tinggal di wilayah Yogyakarta, dan memiliki satu anak autisme.Metode yang digunakan
dalam pengambilan data adalah wawancara semi terstruktur.Analisis data dilakukan menggunakan
metode Analisis Isi Kualitatif (AIK) dengan pendekatan deduktif.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa empat dari enam orang tua yang memiliki anak autisme dapat dikatakan puas terhadap
kehidupan perkawinannya.Hal ini ditunjukkan oleh ungkapan perasaan positif berupa senang, bahagia, dan puas berkaitan dengan aspek-aspek kepuasan perkawinan, serta terdapat peningkatan
kehidupan beragama pada aspek orientasi keagamaan yang dirasakan oleh seluruh
partisipan.Meskipun demikian, terdapat aspek yang relatif paling berpotensi mengalami
permasalahan, yaitu aspek komunikasi serta aspek anak-anak dan pengasuhan.
Kata kunci: kepuasan perkawinan, orang tua, autisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
MARITAL SATISFACTION ON PARENTS
WHO HAVE CHILDREN WITH AUTISM
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
ABSTRACT This study aimed to gain an understanding of marital satisfaction as a whole and
thoroughly in parents who have children with autism. The participants in this study were 6 parents
with a minimum level of education in high school, living in the Yogyakarta area, and having one
child with autism. The method used in data collection is a semi-structured interview. Data analysis
was performed using the qualitative content analysis with deductive approach. The results showed
that four of six parents who have children with autism can be said to be satisfied with their marital
life. This is indicated by the expression of positive feelings like pleasure, happiness, and
satisfaction related to aspects of marital satisfaction, and there is an increase in religious life in the
aspect of religious orientation. Nevertheless, there are aspects that are relatively the most potential
to experience problems, namely the communication aspects and aspects of children and parenting.
Keywords: marital satisfaction, parents,autism
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan segala
kenikmatan dalam berproses. Berbagai tantangan menghampiri penulis agar tetap
teguh untuk berjuang dan mendapatkan pelajaran sebagai pengembangan diri.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucap syukur dan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan
skripsi ini.
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala proses berharga dalam hidup penulis dan
berkat di setiap langkah penulis.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
3. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S. J. dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si.,
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan selama menjalani proses perkuliahan.
4. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
sekaligus orang tua yang selalu mendidik, serta memberikan dukungan dan
arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran. Terima kasih sudah
memberikan kekuatan untuk terus berproses dalam segala situasi, sehingga
penulis bisa menunjukkan kemampuan terbaik selama berjuang dan menjadi
pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga Bapak sehat selalu dan
dilimpahkan berkat oleh Tuhan yang Maha Esa.
5. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M. A., selaku dosen sekaligus orang
tua yang selalu menguatkan dan mendukung penulis, serta setia menanyakan
kemajuan proses penyelesaian skripsi penulis dan memberikan motivasi.
Terima kasih atas dinamika kerjasama, diskusi, dan sharing yang sangat
bermanfaat untuk pengembangan diri penulis. Semoga Ibu selalu dilimpahkan
berkat oleh Tuhan yang Maha Esa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si., dan Ibu
Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji yang telah membantu
menyempurnakan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat
kepada penulis selama proses perkuliahan.
8. Staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya
Mas Gandung, Mas Sidiq, Bu Nanik, dan Mas Muji yang selalu membantu
penulis dengan keramahan terkait berbagai hal selama perkuliahan.
9. Para orang tua yang dengan ketulusan hati bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini dan rela menjalani proses wawancara. Tanpa beliau-beliau,
maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan.
10. Ratu Kakiang yang selalu hadir di setiap duka dan titik terendah hidup
penulis dengan senyuman yang menyejukkan dan memberikan energi yang
luar biasa.
11. Ratu Niang, Ninik, Pekak, dan kedua orang tua penulis tercinta (DS. Putra
dan Ibu kesabaran) yang selalu setia memberikan doa dan semangat, serta
segala pengertian, perhatian, kasih sayang, dan dukungan dalam berbagai
bentuk. Semoga Niang, Ninik, Pekak, Ajik, dan Ibu selalu dilindungi Sang
Hyang Widhi Wasa, diberi kesehatan dan kebahagiaan, dijauhkan dari mara
bahaya, dan selalu harmonis.
12. Satu-satunya kakak dan adik penulis yang selalu sabar menghadapi tingkah
laku penulis, serta selalu memberikan doa dan dukungan yang tulus. I Love
You more than you know. Sukses untuk kita!
13. Seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan penulis dan selalu setia
menemani dalam suka dan duka, mendengar setiap keluh kesah penulis,
meluangkan waktu, memberikan hal-hal spontan yang membuat bahagia dan
nyaman, serta nasihat-nasihat yang menenangkan. Tuhan memberkati setiap
langkahmu.
14. My kehat yang selalu siap sedia saat penulis membutuhkan bantuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
15. My cuy yang setia membantu dan menemani penulis saat mulai putus asa
mengurus segala kebutuhan untuk mencari partisipan.
16. Saudara tak sekandung Anggun dan Dian yang masih setia di samping
penulis, tidak pernah berubah meskipun jarak memisahkan, serta tetap saling
mendukung dan mendoakan. Sukses untuk kita! Sampai jumpa dengan
segudang cerita.
17. Lia dan Fuji yang selalu ada di saat suka dan duka selama menjadi perantau
di kota Jogja yang penuh kenangan. Terima kasih telah bertahan dengan
penulis yang tak luput dari berbagai kekurangan dan keterbatasan.
Keberadaan dan dukungan kalian sungguh berarti. Semoga kita tetap bertahan
meski akan terpisah oleh jarak. God bless you sisters.
18. Rani dan Deo yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis. Terima
kasih atas canda, tawa, dan air mata yang akan selalu terkenang.
19. Teman-teman kelas E (the one and only kelas E sepanjang sejarah sampai
saat ini) yang berdinamika bersama selama 6 semester. Panitia KPU Fakultas
Psikologi 2014, Class Meeting 2015, Psychotour 2016, dan Seminar Bedah
Skripsi 2016. Teman-teman Puspa Paingan 2015, Volunteer Pendampingan
Anak 2016-2017, PKM-M 2017 “LELUCON”, KKN LV Kelompok 64, dan
Asisten Penelitian Bu Agnes. Keluarga baru DPMF Psikologi 2014-2015,
BEMF Psikologi 2015-2016, dan DPMF Psikologi 2017.
20. Komisi A-ku tersayang (Kak Mitha) yang merangkap menjadi kakak
perempuan yang sangat mengayomi; PSDM-ku tercinta (Linda, Rosi, dan
Egi) yang membantu proses penulis untuk keluar dari zona nyaman dan
berjuang di tengah badai; DPMF-ku (Kevin, Teguh, Dito, Ima, Hannah, Tika,
Pev, Pipin, Sita, Rio, Lydia, Dian, Erick, Risty, Dhana, Bambang, dan Novi)
yang tetap setia bersama penulis dalam proses belajar menjadi pemimpin dan
manusia.
21. Teman-teman Asistensi Tes Kognitif (Bunda Gita Lovers: Tesha, Angel,
Cindy, Ella, Tia, Tini, Lydia, Ma) dan Tes Proyektif: TAT & CAT (TAT
Ceria: Dianri, Hera, Eva, Ima, Kenan, Novi, Dhisa, Tini) yang mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
menerima dan bersabar dengan penulis. Terima kasih atas pengertian dan
kesediaan kalian untuk berproses bersama. Sukses untuk kalian!
22. “Anak-anak profesor” yang telah meluangkan waktu untuk saling membantu,
bertukar pikiran, dan memberi semangat. Ayo terus berjuang! Sukses untuk
kita semua.
23. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu karena segala
keterbatasan penulis. Terima kasih sudah memberikan warna dalam hidup
penulis. Semoga selalu diberkati Tuhan Yang Maha Segalanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini sepenuhnya
adalah tanggung jawab penulis. Akhir kata semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 21 Januari 2019
Penulis,
Ida Ayu Made Gita Prati Sanjiwani Putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PERKAWINAN ................................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
B. KEPUASAN PERKAWINAN
1. Pengertian Kepuasan Perkawinan ................................................... 11
2. Aspek-aspek Kepuasan Perkawinan ................................................ 11
a. Permasalahan-permasalahan Kepribadian ................................. 12
b. Kesamaan Peran ....................................................................... 12
c. Komunikasi .............................................................................. 12
d. Pemecahan Masalah .................................................................. 12
e. Manajemen Keuangan .............................................................. 12
f. Aktivitas dalam Mengisi Waktu Luang ..................................... 13
g. Hubungan Seksual .................................................................... 13
h. Anak-anak dan Pengasuhan ...................................................... 13
i. Keluarga dan Teman-teman ...................................................... 13
j. Orientasi Keagamaan ................................................................ 14
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Perkawinan ................ 14
C. AUTISME
1. Pengertian Autisme ........................................................................ 15
2. Karakteristik Penderita Autisme ..................................................... 15
3. Beban Orang tua dengan Anak Autisme dan Kepuasan Perkawinan 16
D. KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................... 24
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 25
C. Partisipan ............................................................................................. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
D. Peran Peneliti ....................................................................................... 26
E. Metode Pengambilan Data .................................................................... 28
F. Analisis dan Interpretasi Data ............................................................... 32
G. Kredibilitas Data .................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 35
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ................ 35
C. Hasil Penelitian .................................................................................... 43
1. Permasalahan-permasalahan Kepribadian ....................................... 44
2. Kesamaan Peran ............................................................................. 47
3. Komunikasi .................................................................................... 49
4. Pemecahan Masalah ....................................................................... 52
5. Manajemen Keuangan .................................................................... 54
6. Aktivitas dalam Mengisi Waktu Luang ........................................... 55
7. Hubungan Seksual .......................................................................... 57
8. Anak-anak dan Pengasuhan ............................................................ 59
9. Keluarga dan Teman-teman ............................................................ 61
10. Orientasi Keagamaan ...................................................................... 64
D. Pembahasan ......................................................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
C. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................ 71
2. Bagi Praktisi Psikologi ................................................................... 72
3. Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Autisme ............................... 72
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Koding Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson ............... 33
Tabel 2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara ................................... 35
Tabel 3. Demografi Partisipan ....................................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk menikah dan
membangun sebuah keluarga memiliki harapan yang ingin dicapai dalam
perkawinannya. Terpenuhinya harapan-harapan dalam perkawinan dapat
menimbulkan perasaan senang, bahagia, dan puas. Hal ini biasa dikenal dengan
istilah kepuasan perkawinan. Spanier dan Cole (1976) mengungkapkan bahwa
kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subjektif yang dilakukan oleh
seseorang terhadap pasangan, perkawinan, dan hubungan yang terjalin dengan
pasangannya. Menurut Fowers dan Olson (1989), aspek-aspek kepuasan
perkawinan terdiri dari kepuasan terhadap perilaku dan kepribadian pasangan,
perasaan dan sikap dalam menjalankan berbagai peran dalam keluarga dan
perkawinan, komunikasi dengan pasangan, pemecahan masalah, manajemen
keuangan, aktivitas dalam mengisi waktu luang, hubungan seksual, kehadiran
anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-teman, serta orientasi keagamaan.
Pasangan suami istri yang merasa puas dengan perkawinannya
beranggapan bahwa harapan, keinginan, dan tujuan yang ingin dicapai saat
menikah terpenuhi, baik sebagian maupun seluruhnya. Berdasarkan hal tersebut,
pasangan suami istri merasa hidupnya menjadi lebih berarti dan lebih lengkap
dibandingkan sebelum menikah. Sebaliknya, pasangan suami istri yang merasa
tidak puas dengan perkawinannya dan mengalami permasalahan-permasalahan
yang tidak dapat teratasi dalam perkawinan dapat mengakibatkan depresi (Wright,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
1993). Hal ini ditandai antara lain dengan adanya ketergantungan yang berlebihan
terhadap pasangan, hambatan dalam menjalin komunikasi, menarik diri, memiliki
perasaan benci dan marah, konflik, serta perasaan negatif yang cenderung kuat
(Coyne, 1984).
Hendrick dan Hendrick (1992) mengungkapkan bahwa kepuasan
perkawinan dapat dipengaruhi oleh faktor premarital dan postmarital. Faktor
premarital terdiri dari latar belakang ekonomi, pendidikan, dan hubungan dengan
orang tua. Latar belakang ekonomi menunjukkan status ekonomi pasangan yang
apabila dirasakan tidak sesuai dengan harapan dapat menimbulkan konflik dan
membahayakan hubungan perkawinan. Pendidikan yang dimiliki pasangan juga
dapat memengaruhi kepuasan perkawinan karena pasangan yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah dapat mengakibatkan tingkat kepuasan perkawinan yang
lebih rendah karena lebih banyak mengalami stressor seperti pengangguran dan
penghasilan yang rendah. Hubungan dengan orang tua dapat memengaruhi sikap
terhadap romantisme, perkawinan, dan perceraian.
Faktor postmarital terdiri dari lama perkawinan dan kehadiran anak. Lama
perkawinan dapat memengaruhi kepuasan perkawinan karena semakin lama usia
perkawinan, maka semakin besar kemampuan pasangan suami istri untuk
menghadapi konflik yang muncul ketika sedang berjauhan (Gerstel & Gross,
1982). Menurut Bilgin dan Kucuk (2010), kehadiran anak dalam keluarga
membuat pasangan suami istri memiliki harapan hidup dan peran yang baru
sehingga perlu mempersiapkan diri agar proses adaptasi berjalan dengan optimal,
khususnya untuk menghadapi kehadiran anak yang membutuhkan perhatian atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
perawatan khusus seperti anak berkebutuhan khusus. Kehadiran anak memiliki
pengaruh yang besar terhadap kepuasan perkawinan pada orang tua karena dapat
menambah stres yang dirasakan dan mengurangi waktu bersama pasangan.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki kelainan atau
penyimpangan dari kondisi anak normal pada umumnya baik secara fisik, mental,
intelektual, sosial, maupun emosional (Soetjiningsih, 2010). Menurut Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 0,53% anak-anak rentang usia
24 sampai dengan 59 bulan umumnya mengalami keterbatasan yang disebabkan
oleh penyakit atau trauma dengan kecenderungan keterbatasan tertinggi adalah
keterbatasan penglihatan atau tuna netra dengan persentase sebesar 0,17%, dan
kecenderungan terendah adalah keterbatasan pendengaran atau tuna runggu
dengan persentase sebesar 0,07% (Infodatin, 2014).
Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus yang tergolong paling sulit
ditangani adalah anak autisme. Autisme merupakan istilah yang digunakan untuk
anak-anak yang dalam kehidupan sosialnya tidak mau bergaul dan memiliki
ketertarikan pada dunianya sendiri (Kanner dalam Suryana, 2004). Pada
umumnya, anak dengan autisme memiliki hambatan dalam berkomunikasi,
menjalin interaksi sosial, serta memiliki aktivitas dan minat yang terbatas dan
selalu berulang (repetitive). Di Indonesia, jumlah penyandang autisme pada tahun
2000 adalah satu per 500 anak dan diperkirakan tahun 2010 berubah menjadi satu
per 300 anak. Pada tahun 2015, Indonesia diperkirakan memiliki satu per 250
anak yang mengalami autisme dan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang
autisme (Judarwanto, 2015). Centers for Disease and Prevention (CDC, 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menemukan bahwa pada tahun 2006 terdapat 1 persen atau 40.000 anak-anak usia
8 tahun di Amerika Serikat yang memenuhi kriteria Autism Spectrum Disorder
(ASD). Menurut Sastry dan Aguirre (2014), CDC mengestimasi 1 dari 110 anak
di Amerika Serikat dapat mengalami ASD dan para ahli mengungkapkan prediksi
yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita ASD mengalami
peningkatan.
Orang tua akan mengalami kesedihan dan kebingungan setelah mengetahui
bahwa anaknya menderita autisme. Reaksi pertama yang muncul adalah
pertanyaan “kenapa saya?” yang disertai dengan perasaan marah, geram, kecewa,
sedih, tidak percaya, hingga akhirnya pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa
(Puspita, 2004). Menurut Marijani (2003), orang tua akan mengalami perasaan
galau antara penerimaan dan penolakan, serta antara rasa syukur dan amarah.
Pengasuhan terhadap anak dengan autisme yang jauh lebih sulit dibandingkan
dengan mengasuh anak biasa membuat orang tua harus berjuang merawat anaknya
hingga lupa menjaga keseimbangan hidup dan hubungannya dengan pasangan.
Orang tua juga mengalami tantangan finansial terkait biaya perawatan untuk anak,
tantangan psikologis yang berkaitan dengan stres yang dirasakan, serta tantangan
sosial dan praktis (Sastry & Aguirre, 2014). Kehadiran anak ke dalam keluarga
menuntut orang tua untuk melakukan perubahan-perubahan tertentu dalam
kehidupan perkawinannya, sehingga berdampak pada perubahan pola interaksi
yang terjalin bersama pasangan karena harus mulai membagi perhatian dan
menjalani peran baru sebagai orang tua (Bird & Melville, 1994). Peran baru untuk
merawat anak berdampak pada pengurangan waktu bersama pasangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pengurangan energi untuk memelihara hubungan dengan pasangan (Glenn &
Weaver dalam Kail & Cavanaugh, 2000). Hal ini menyebabkan adanya tekanan
dan berbagai permasalahan dalam perkawinan, sedangkan orang tua memiliki
peran penting dalam merawat dan menentukan penanganan yang tepat untuk anak
dengan autisme. Orang tua yang memiliki anak autisme juga cenderung memiliki
tingkat kepuasan yang lebih rendah dalam hubungan mereka (Sastry & Aguirre,
2014). Menurut Siegel (dalam Cohen & Volkmar, 1997), keretakan dalam rumah
tangga sering dipengaruhi oleh munculnya perasaan bersalah, kurangnya
penerimaan, perilaku saling menyalahkan satu sama lain, dan perbedaan
pandangan dalam merawat anak autisme. Permasalahan-permasalahan perkawinan
yang lain terkait dengan pembagian pekerjaan dalam rumah tangga dan
penyangkalan pasangan terhadap diagnosis yang diberikan kepada anak (IAN,
2009 dalam Sastry & Aguirre, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti meyakini bahwa orang tua mengalami
perasaan negatif dan kegalauan setelah mengetahui bahwa anaknya menderita
gangguan autis. Peran baru untuk merawat anak berdampak pada berkurangnya
waktu dan energi yang dimiliki oleh orang tua untuk memelihara hubungan
mereka, sehingga dapat menimbulkan permasalahan dalam perkawinan dan
memengaruhi tingkat kepuasan yang dirasakan terhadap hubungan yang dijalani.
Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki anak autisme?
Beberapa penelitian tentang kepuasan perkawinan yang pernah dilakukan
di Indonesia mengaitkan kepuasan perkawinan dengan variabel psikologis lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yaitu religiusitas (Istiqomah & Mukhlis, 2015) dan kelekatan (Soraiya, Khairani,
Rachmatan, Sari & Sulistyani 2016). Penelitian-penelitian tersebut melibatkan
sejumlah laki-laki dan perempuan sebagai subjek penelitian dan menunjukkan
bahwa kepuasan perkawinan berkorelasi positif terhadap religiusitas (Istiqomah &
Mukhlis, 2015) dan kelekatan aman (Soraiya dkk, 2016). Jenis penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif dengan instrumen pengumpulan data
berupa skala Enrich Marital Satisfaction (EMS) yang dikembangkan oleh Fowers
dan Olson (Istiqomah & Mukhlis, 2015; Soraiya dkk, 2016).
Meski demikian, ada pula penelitian yang tidak mengaitkan kepuasan
perkawinan dengan aspek lain. Penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2012)
menemukan bahwa kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh terpenuhi atau
tidaknya aspek-aspek kepuasan perkawinan dan hal tersebut berkaitan dengan
dukungan yang diberikan oleh suami dalam membantu perekonomian dan
pengerjaan tugas rumah tangga. Habibi (2015) menggali tentang kepuasan
perkawinan pada wanita yang dijodohkan dan menunjukkan bahwa terpenuhinya
aspek-aspek dalam perkawinan dapat menimbulkan kepuasan perkawinan.
Peneliti melibatkan tiga orang wanita sebagai subjek penelitian dengan jenis
penelitian kualitatif dan metode wawancara untuk mengumpulkan data.
Beberapa penelitian yang dilakukan pada orang tua yang memiliki anak
autisme menggunakan metode eksperimen, serta berfokus pada pemberian terapi
mindfulness dan menunjukkan bahwa pemberian terapi memberikan efek positif
terhadap kepuasan perkawinan (Bluth, Roberson, Billen, & Sams, 2013; Fahimi,
2016). Hartley et al (2011) menemukan bahwa kepuasan perkawinan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
prediktor penting dalam pengalaman mengasuh anak, khususnya pada ayah.
Penelitian lain menunjukkan bahwa ayah dan ibu tidak memiliki tingkat stres dan
depresi yang berbeda, namun ibu memiliki kecemasan yang lebih banyak
dibandingkan ayah (Hastings, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Pradana dan
Kustanti (2017) menunjukkan bahwa seorang ibu yang memiliki anak autisme
akan memiliki psychological well-being yang tinggi ketika memperoleh dukungan
sosial yang tinggi dari suaminya, namun penelitian lain menunjukkan bahwa
keterlibatan ayah dalam perawatan langsung terhadap anak berkebutuhan khusus
cenderung berkurang sehingga memengaruhi kepuasan hubungan yang terjalin di
antara orang tua (Bristol, Gallagher, & Schopler, 1988; Brobst, Clopton, &
Hendrick, 2009; Lee el al, 2008).
Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan jenis penelitian kualitatif
dan metode wawancara oleh Hock, Timm, dan Ramisch (2011) berfokus pada
bagaimana pengasuhan terhadap anak dengan autisme dapat menjadi wadah bagi
hubungan orang tua karena memberikan tekanan yang besar untuk dapat
beradaptasi dengan hubungan mereka. Penelitian lain yang dilakukan di dua
negara bagian AS menunjukkan bahwa sebanyak 391 orang tua dari anak-anak
autisme menunjukkan adanya permasalahan dalam perkawinan, serta memiliki
tingkat perceraian yang lebih tinggi pada rentang usia perkawinan 6 tahunan dan
tidak menunjukkan adanya penurunan dalam resiko perceraian (Hartley et al,
2010). Birditt, Brown, Orbuch, dan Mcilvane (2010) menyatakan bahwa perilaku
anak dengan autisme dapat menimbulkan konflik dan menurunnya kepuasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
perkawinan pada orang tua. Peneliti dalam penelitian tersebut menerapkan studi
longitudinal dalam penelitiannya.
Berikut ini adalah uraian defisiensi atau celah dalam penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai topik kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki
anak autisme. Dari segi variabel yang diteliti, penelitian sebelumnya
menghubungkan kepuasan perkawinan dengan variabel atau aspek psikologis lain
dan beberapa penelitian cenderung berfokus pada pemberian terapi. Penelitian-
penelitian yang khususnya dilakukan di Indonesia juga kurang berfokus pada
kepuasan perkawinan orang tua yang memiliki anak autisme. Penelitian lain
memberikan penekanan pada adanya permasalahan dalam perkawinan dan tingkat
perceraian yang terjadi. Dari segi metode, penelitian sebelumnya menggunakan
jenis penelitian kuantitatif dan instrumen berupa skala untuk mengukur kepuasan
perkawinan, serta beberapa penelitian menggunakan metode eksperimen.
Penelitian-penelitian yang khususnya dilakukan di Indonesia, menggunakan
metode wawancara dengan melibatkan subjek penelitian yang belum berfokus
pada orang tua yang memiliki anak autisme.
Berdasarkan defisiensi tersebut, maka penelitian ini secara khusus akan
mengungkap dan memahami bagaimana kepuasan perkawinan pada orang tua
yang memiliki anak autisme. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
untuk menggali penghayatan partisipan terhadap pengalaman pribadinya.
Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah orang tua dengan taraf
pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mempunyai seorang
anak autisme dan tinggal di wilayah Yogyakarta. Prosedur pengambilan data akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur pada masing-masing
partisipan dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki anak
autisme?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai kepuasan
perkawinan secara utuh dan menyeluruh pada orang tua yang memiliki anak
autisme.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan minimal dua manfaat. Pertama,
secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan baru bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis
dewasa terkait teori relasi pada perkawinan yang berkaitan dengan kepuasan
perkawinan pada orang tua yang memiliki anak autisme. Kedua, secara praktis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada tenaga
profesional mengenai aspek-aspek yang berpotensi dapat menjaga dan
membahayakan kepuasan perkawinan pada orang tua yang memiliki anak
autisme, serta memberikan pemahaman dan masukan kepada para orang tua yang
memiliki anak autisme mengenai aspek-aspek yang perlu dikembangkan agar
dapat meningkatkan perasaan puas dan bahagia dalam menjalani kehidupan
berumah tangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkawinan
Perkawinan merupakan hubungan mutual antara seorang laki-laki dan
perempuan yang diakui dan diatur oleh suatu institusi secara sosial dan legal,
sehingga memungkinkan dilakukannya hubungan seksual, pembagian peran
antara suami dan istri, serta pembagian tugas pengasuhan anak dengan tujuan
membentuk serta membina sebuah keluarga (Duvall-Miller, 1985; Levinson,
1995). Undang-undang No. I tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa
perkawinan ialah ikatan lahir dan batin yang terjalin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hubungan tersebut melibatkan peran dan tanggung jawab pasangan suami istri
yang di dalamnya terdapat keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih
sayang (afeksi), pemenuhan kebutuhan seksual, serta kesempatan untuk
pengembangan emosional sebagai sumber baru bagi identitas dan harga diri
(Gardiner & Kosmitzki, 2005; Myers, 2000).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perkawinan merupakan sebuah ikatan lahir batin yang terjalin antara seorang laki-
laki dan perempuan yang diakui dan diatur secara legal untuk membina sebuah
keluarga baru yang bahagia, serta melibatkan hubungan seksual, pembagian peran
antara suami dan istri, serta pembagian tugas pengasuhan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
B. Kepuasan Perkawinan
1. Pengertian Kepuasan Perkawinan
Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subjektif yang dilakukan
oleh suami atau istri atas kualitas hubungan dalam kehidupan perkawinan
berdasarkan perasaan senang, bahagia, dan puas (Bird & Melville, 1994). Hal
ini terkait dengan pengalaman menyenangkan yang dilalui bersama pasangan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek dalam perkawinan, khususnya yang
berhubungan dengan pasangan (Fower & Olson, 1993). Menurut Bradbury,
Fincham, dan Beach (2000), kepuasan perkawinan merupakan suatu kondisi
mental yang mencerminkan persepsi individu mengenai kelebihan dan
kekurangan perkawinannya, sehingga individu akan merasa puas ketika
mendapatkan manfaat dari perkawinan dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif yang dilakukan oleh individu
berkenaan dengan perasaan positif berupa bahagia, puas, dan senang yang
dirasakan terkait seluruh aspek dalam perkawinan untuk menggambarkan
kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam kehidupan perkawinan yang
dijalani.
2. Aspek-aspek Kepuasan Perkawinan
Fowers dan Olson (1989) pada ENRICH Marital Inventory
mengemukakan bahwa kepuasan perkawinan terdiri dari beberapa aspek yang
digunakan sebagai dasar dalam melakukan penilaian atau evaluasi terhadap
kehidupan perkawinan yang dijalani, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Permasalahan-permasalahan kepribadian
Aspek ini melihat persepsi individu mengenai pasangannya terkait
permasalahan-permasalahan perilaku dan tingkat kepuasan yang dirasakan
terhadap permasalahan-permasalahan tersebut.
b. Kesamaan peran
Aspek ini menilai perasaan senang dan kesediaan individu dalam
menjalankan peran yang beragam dalam kehidupan perkawinan dan
keluarga yang berfokus pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai
dengan jenis kelamin, dan peran sebagai orang tua.
c. Komunikasi
Aspek ini berkaitan dengan perasaan senang dan sikap individu terhadap
komunikasi di dalam hubungannya dengan pasangan yang berfokus pada
tingkat kenyamanan yang dirasakan dalam membagi dan menerima
informasi secara emosional dan kognitif kepada pasangan.
d. Pemecahan masalah
Aspek ini menilai persepsi individu mengenai keberadaan permasalahan dan
penyelesaian masalah yang ada di dalam hubungannya bersama pasangan
yang berfokus pada keterbukaan untuk mengenali dan menyelesaikan
masalah, serta strategi yang digunakan untuk mengakhiri perdebatan yang
terjadi bersama pasangan.
e. Manajemen keuangan
Aspek ini berfokus pada perasaan senang dan sikap individu dalam
mengelola masalah ekonomi dalam kehidupan perkawinan dengan menilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pola pengeluaran dan kepedulian terhadap pengambilan keputusan terkait
keuangan.
f. Aktivitas dalam mengisi waktu luang
Aspek ini berfokus pada kecenderungan individu untuk mengisi waktu
luang bersama pasangan dan harapan-harapan untuk mengisi waktu luang
sebagai pasangan.
g. Hubungan seksual
Aspek ini menilai perasaan senang yang dirasakan oleh individu terkait
afeksional dan hubungan seksual dalam kehidupan perkawinan yang
mencerminkan sikap terhadap permasalahan seksual, perilaku seksual,
kontrol terhadap kelahiran, dan kesetiaan seksual.
h. Anak-anak dan pengasuhan
Aspek ini menilai perasaan senang dan sikap individu terkait kehadiran anak
dan pengasuhan terhadap anak yang berfokus pada keputusan mengenai
disiplin anak, cita-cita untuk anak, dan pengaruh kehadiran anak terhadap
hubungan dengan pasangan.
i. Keluarga dan teman-teman
Aspek ini menilai perasaan senang yang dirasakan oleh individu terkait
hubungan dengan kerabat, mertua, dan teman-teman yang mencerminkan
harapan dan kenyamanan ketika menghabiskan waktu bersama keluarga dan
teman-teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
j. Orientasi keagamaan
Aspek ini menilai makna keyakinan beragama bagi individu dan praktik
keagamaan di dalam kehidupan perkawinan.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Perkawinan
Menurut Hendrick dan Hendrick (1992) faktor-faktor yang dapat
memengaruhi kepuasan perkawinan dapat dibagi menjadi dua. Pertama,
premarital factors yang terdiri dari latar belakang atau status ekonomi,
pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilan, serta hubungan
dengan orang tua terkait sikap romantisme, perkawinan, dan perceraian.
Kedua, postmarital factors yang terdiri dari lama perkawinan dan kehadiran
anak. Bilgin dan Kucuk (2010) mengungkapkan bahwa kehadiran anak dalam
sebuah keluarga memberikan harapan hidup dan peran baru bagi pasangan
suami istri, sehingga pasangan suami istri perlu mempersiapkan diri agar dapat
menyesuaikan diri dengan optimal terhadap kondisi keluarga yang baru,
khususnya ketika anak didiagnosis mengalami autisme. Kehadiran anak
autisme dengan berbagai keterbatasan mengharuskan orang tua untuk
memberikan perhatian dan perawatan khusus. Hal ini dapat meningkatkan stres
pada orang tua serta menambah tugas rumah tangga yang membutuhkan waktu
dan energi yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi waktu bersama
pasangan dan memengaruhi kepuasan terhadap hubungan dengan pasangan
(Sastry & Aguiree, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
C. Autisme
1. Pengertian Autisme
Istilah Autisme pertama kali ditemukan pada tahun 1943 oleh Leo
Kanner dan dideskripsikan sebagai sebuah gangguan yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain, adanya
gangguan dalam berbahasa yang ditunjukkan oleh tertundanya penguasaan
bahasa, echolalia, mutism, dan pembalikan kalimat, adanya kegiatan bermain
repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat, serta memiliki keinginan
obsesif untuk mempertahankan keteraturan lingkungannya (Dawson &
Castelloe dalam Widihastuti, 2007). Anak yang mengalami gangguan autis
biasanya memiliki penampilan dan pertumbuhan fisik yang normal seperti
anak-anak pada umumya, bahkan beberapa memiliki kemampuan dan
keterampilan yang unik meskipun mengalami gangguan perkembangan
kompleks terkait komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi yang
gejalanya mulai tampak pada tiga tahun pertama (Suryana, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa autisme
merupakan gangguan perkembangan kompleks pada anak yang ditandai
dengan ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain, adanya gangguan
berbahasa, adanya kegiatan bermain repetitive, serta memiliki keinginan untuk
mempertahankan keteraturan lingkungan sekitarnya.
2. Karakteristik Penderita Autisme
Sastry dan Aguirre (2014) mengungkapkan bahwa karakteristik
penderita autisme dapat dilihat dari tiga jenis perbedaan umum dalam autisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang mengacu pada kelemaham di wilayah-wilayah yang memiliki keterkaitan
satu sama lain, yaitu interaksi sosial, komunikasi dan bahasa, serta pola
perilaku. Perilaku spesifik terkait wilayah-wilayah tersebut, antara lain:
a. Interaksi sosial : Individu dengan spektrum autisme mengalami
kesulitan dalam berbagi pengalaman dengan orang lain karena memiliki
ketidakmampuan untuk memahami perasaan dan emosi orang lain.
b. Komunikasi : Individu dengan spektrum autisme mengalami
ketidakmampuan untuk memproduksi kata-kata bermakna, serta memiliki
permasalahan dalam memahami dan mengkontekskan perkataan, tulisan,
maupun ekspresi non verbal dari orang lain. Individu dengan autisme juga
memiliki ketidakmampuan untuk mempertahankan percakapan seperti orang
lain pada umumnya.
c. Minat dan perilaku : Individu dengan spektrum autisme menunjukkan
perilaku yang dianggap tidak biasa oleh orang lain, seperti gerakan tubuh
berulang dan gerakan yang menarik perhatian. Individu dengan spektrum
autisme juga memiliki minat pada hal-hal tertentu dan terbatas hanya pada
hal tersebut.
3. Beban Orang Tua dengan Anak Autisme dan Kepuasan Perkawinan
Orang tua akan menunjukkan serangkaian reaksi emosi saat mengetahui
kondisi anak dan diagnosis bahwa anaknya mengalami autisme, seperti
menangis, merasa tidak berdaya, marah kepada Tuhan, tidak mempercayai
diagnosis yang diberikan kepada anak mereka, marah atau mempertanyakan
kemampuan pihak profesional yang memberikan diagnosis, dan terkejut setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
memahami tingkat keseriusan diagnosis (Sullivian dalam Cohen & Volkmar,
1997). Widihastuti (2007) juga mengungkapkan bahwa orang tua biasanya
mengalami stres, kecewa, patah semangat, khawatir terhadap masa depan
anaknya, dan berusaha mencari pengobatan kemana-mana, serta menunjukkan
berbagai reaksi lainnya. Orang tua mulai mencari alternatif penanganan bagi
anak mereka untuk mempersiapkan anak semandiri mungkin agar dapat hidup
dengan layak saat orang tuanya beranjak tua atau meninggal dunia. Laura
Schieve dan koleganya (2007, dalam Sastry & Aguirre, 2014) menemukan
bahwa orang tua yang memiliki anak autisme akan merasa sedih karena
menghadapi lebih banyak persoalan dibandingkan orang tua dengan anak
berkebutuhan khusus lainnya saat berusaha untuk mendapatkan perawatan
kesehatan, intervensi, dan terapi yang dibutuhkan oleh anak mereka.
Sastry dan Arguirre (2014) mengungkapkan bahwa kehadiran anak
autisme juga menimbulkan sejumlah tantangan bagi orang tua, yaitu tantangan
pada faktor finansial, psikologis, praktis, dan sosial. Tantangan pada faktor
finansial berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk
mengasuh anak autisme, khususnya untuk biaya kesehatan dan pendidikan
yang sekaligus memengaruhi peningkatan biaya hidup keluarga. Tantangan
tersebut semakin berat ketika kehadiran anak autisme memberikan efek negatif
terhadap karir orang tua yang cenderung meminta libur atau bahkan berhenti
dari pekerjaan demi mengasuh anak.
Orang tua juga mengalami tantangan pada faktor psikologis terkait stres
yang dirasakan karena perilaku anak, serta penanganan yang melelahkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengecewakan. Faktor psikologis berupa kekhawatiran akan masa depan anak,
pendapat keluarga besar dan teman-teman, serta dukungan yang akan diperoleh
dari pasangan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh orang tua yang
memiliki anak autisme. Tantangan terkait stres lain yang umumnya dirasakan
oleh orang tua adalah depresi, kecemasan, dan kemarahan. Orang tua dengan
anak autisme mengalami stres dengan kadar stres pada ibu lebih tinggi
dibandingkan kadar stres yang dialami oleh ayah (Sastry & Aguirre, 2014).
Seorang ibu yang memiliki anak autisme juga mengalami stres yang lebih
besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak Down Syndrome
(Abbeduto et al, 2004). Menurut Annette Estes dan koleganya (2009, dalam
Sastry & Aguirre, 2014) sumber stres pada ibu disebabkan oleh antara lain
anak mudah tersinggung, melakukan agitasi, menangis, ujarannya tidak benar,
memiliki ketidakmampuan untuk mengikuti aturan dan menunjukkan kesulitan
perilaku lainnya, serta tidak pernah merasa membutuhkan bantuan untuk
melakukan tugas dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, orang tua dari
anak autisme mengungkapkan permasalahan psikologis yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang tua lainnya dan sering mengalami perasaan
terisolasi (Sastry & Aguirre, 2014).
Tantangan pada faktor praktis juga dialami oleh orang tua karena harus
menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas sehari-hari
dan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Orang tua juga
harus melakukan beberapa perubahan signifikan karena memiliki tugas rumah
tangga tambahan yang memerlukan ekstra waktu, perhatian, dan tenaga, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kerja keras dan adaptasi yang cenderung besar, seperti menyediakan waktu
yang lebih banyak untuk mengurus dan mengawasi perilaku anak, memikirkan
pengobatan atau terapi yang diperlukan untuk anak, dan lain-lain (Powers,
1989 dalam Powers, 2000). Tantangan lain yang dialami oleh orang tua yang
memiliki anak autisme terdapat pada faktor sosial karena orang tua cenderung
memiliki hubungan sosial yang lebih buruk dibandingkan dengan orang tua
dengan anak yang tergolong normal.
Semua hal tersebut diduga akan berpengaruh secara negatif terhadap
kepuasan perkawinan karena mengakibatkan adanya perubahan pola interaksi
yang terjalin di antara orang tua terkait aspek-aspek kepuasan perkawinan,
yaitu permasalahan-permasalahan kepribadian, kesamaan peran, komunikasi,
pemecahan masalah, manajemen keuangan, aktivitas dalam mengisi waktu
luang, hubungan seksual, anak-anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-
teman, serta orientasi keagamaan (Fowers & Olson, 1989). Orang tua dengan
anak autisme cenderung memiliki pola komunikasi dengan tingkat self-
disclosure yang berbeda dan tidak seimbang antara satu sama lain, sehingga
dapat menurunkan kepuasan perkawinan (Allen et al dan Schumm et al, dalam
Davidson & Moore, 1996). Para suami juga memiliki kecenderungan untuk
mengalah dan menarik diri ketika berada dalam situasi konflik, khususnya jika
topik yang menjadi sumber konflik dikemukakan oleh istri (Noller &
Fitzpatrick dalam Davidson & Moore, 1996).
Pada beberapa kasus, kehadiran anak autisme menjadi sumber konflik
bagi orang tua, bahkan dapat mengancam stabilitas perkawinan (Siegel dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Cohen & Volkmar, 1997). Sejumlah besar orang tua yang berjuang keras untuk
merawat anak autisme mengungkapkan bahwa terdapat tekanan dalam
kehidupan perkawinan yang dijalani dan beberapa diantaranya melaporkan
kepuasan yang lebih rendah dalam hubungan bersama pasangan (Sastry &
Aguirre, 2014). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang
memiliki anak autisme memiliki tingkat perceraian yang cenderung lebih tinggi
pada rentang usia perkawinan 6 tahunan dan tidak ada penurunan risiko
perceraian hingga anak berusia 8 tahunan (Hartley et al, 2010). Papalia, Sterns,
Feldman, dan Camp (2002) mengungkapkan bahwa penurunan tingkat
kepuasan perkawinan biasanya disebabkan oleh berkurangnya aspek-aspek
positif dalam kehidupan perkawinan, antara lain seperti keintiman, ekspresi
afeksi, diskusi, kerja sama, dan kegiatan yang bersifat menyenangkan yang
dilakukan bersama pasangan.
D. Kerangka Konseptual
Penelitian ini secara khusus akan berfokus pada orang tua yang memiliki
anak autisme. Anak dengan autisme cenderung memiliki keterbatasan atau
gangguan perkembangan yang kompleks terkait kemampuan interaksi sosial
karena memiliki ketidakmampuan untuk memahami perasaan dan emosi orang
lain. Anak juga mengalami hambatan yang berkaitan dengan kemampuan
komunikasi khususnya untuk memproduksi kata-kata bermakna, memahami
informasi sesuai konteks, dan mempertahankan percakapan dengan orang lain.
Selain itu, anak menunjukkan keterbatasan terkait minat dan perilaku karena anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
autisme memiliki kecenderungan untuk menunjukkan perilaku yang tidak lazim
dan memiliki minat yang terbatas pada hal-hal tertentu (Sastry & Aguirre, 2014).
Keterbatasan yang dimiliki oleh anak autisme menimbulkan berbagai
tantangan bagi orang tua pada faktor finansial, psikologis, praktis, dan sosial.
Tantangan pada faktor finansial berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan
oleh orang tua untuk merawat anak dengan autisme. Tantangan lain yang dihadapi
oleh orang tua terdapat pada faktor psikologis terkait peningkatan stres yang
dirasakan karena kondisi anak yang memiliki berbagai keterbatasan serta
membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, orang tua juga memiliki tantangan
pada faktor praktis berkaitan dengan meningkatnya jumlah tugas dalam rumah
tangga yang menuntut ekstra waktu, tenaga, dan perhatian, sehingga mengurangi
waktu bersama pasangan. Kemudian tantangan pada faktor sosial terkait
hubungan orang tua dengan orang-orang di sekitarnya yang cenderung lebih buruk
dibandingkan orang tua lainnya (Sastry & Aguirre, 2014).
Tantangan-tantangan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pola
interaksi yang berkaitan dengan aspek-aspek kepuasan perkawinan, antara lain
tingkat kepuasan terkait permasalahan-permasalahan kepribadian pasangan,
kesamaan peran, tingkat kenyamanan dalam menjalin komunikasi dengan
pasangan, pemecahan masalah, manajemen keuangan, aktivitas dalam mengisi
waktu luang, perasaan senang terkait hubungan seksual bersama pasangan, anak-
anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-teman, serta orientasi keagamaan
(Fowers & Olson, 1989). Hal tersebut berpotensi mengakibatkan timbulnya
tekanan dan berbagai permasalahan dalam perkawinan yang dapat membahayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
stabilitas perkawinan. Peneliti menduga berbagai perubahan yang dialami oleh
orang tua dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat kepuasan perkawinan yang
dirasakan. Kepuasan perkawinan yang dimaksud adalah evaluasi subjektif yang
dilakukan oleh suami atau istri terhadap kehidupan perkawinan yang dijalani
berkenaan dengan perasaan bahagia, puas, dan senang. Oleh karena itu, peneliti
berharap dapat mengeksplorasi perubahan-perubahan yang dialami oleh orang tua
berkenaan dengan aspek-aspek kepuasan perkawinan serta sejauh mana orang tua
merasakan kepuasan terhadap perkawinannya, sehingga pada akhirnya orang tua
yang memiliki anak autisme diharapkan dapat mengembangkan sikap dan
perasaan terkait aspek-aspek kepuasan perkawinan secara maksimal agar perasaan
puas dan bahagia dalam menjalani kehidupan berumah tangga semakin
meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Beban orang
tua:
1. Tantangan
pada faktor
finansial
(biaya)
2. Tantangan
pada faktor
psikologis
(stres)
3. Tantangan
pada faktor
praktis
(peran dan
tugas
tambahan)
4. Tantangan
pada faktor
sosial (relasi
dengan
orang lain)
Gangguan
interaksi
sosial
Anak
autisme
Gangguan
komunikasi
Gangguan
minat dan
perilaku
Perubahan pada
aspek-aspek
kepuasan
perkawinan:
1. Permasalah-
an -
permasalahan
kepribadian
2. Kesamaan
peran
3. Komunikasi
4. Pemecahan
masalah
5. Manajemen
keuangan
6. Aktivitas
dalam
mengisi
waktu luang
7. Hubungan
seksual
8. Anak-anak
dan
pengasuhan
9. Keluarga dan
teman-teman
10. Orientasi
keagamaan
Kepuasan
perkawinan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis
penelitian yang dilakukan dalam upaya menggali dan menangkap makna
mengenai suatu isu dari sudut pandang partisipan, sehingga peneliti diharuskan
untuk terjun langsung ke dalam lingkungan atau suasana alamiah partisipan demi
mengumpulkan berbagai macam data, melalui proses wawancara, observasi,
maupun dokumen-dokumen tertentu. Peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif untuk memperoleh gambaran dan pemahaman secara menyeluruh
mengenai isu yang diteliti dengan menginterpretasikan apa yang peneliti saksikan,
dengar, dan pahami (Creswell, 2009 dalam Supratiknya 2015).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Isi
Kualitatif (AIK) dengan pendekatan deduktif, yaitu metode penafsiran secara
subjektif terhadap isi data dalam bentuk teks melalui proses klasifikasi sistematik
berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian berbagai tema atau pola
(Hsieh & Shannon, 2005 dalam Supratiknya, 2015). Menurut Supratiknya (2015),
pendekatan deduktif cocok untuk digunakan ketika terdapat teori maupun hasil-
hasil penelitian terdahulu mengenai suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti
ingin menguji kepuasan perkawinan dengan melibatkan kelompok partisipan yang
baru, yaitu orang tua yang memiliki anak autisme. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh pemahaman secara utuh dan menyeluruh mengenai kepuasan
perkawinan pada orang tua yang memiliki anak autisme berdasarkan sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pandang partisipan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menggunakan
prosedur pengambilan data berupa wawancara semi terstuktur dengan beberapa
pertanyaan yang bersifat terbuka agar partisipan tidak merasa dibatasi (Smith,
2009), serta bersedia mengungkapkan pengalamannya secara personal dan
mendalam.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada kepuasan perkawinan orang tua yang
memiliki anak autisme berdasarkan aspek-aspek kepuasan perkawinan yang
diungkapkan oleh Fowers dan Olson (1989). Penelitian ini diharapkan dapat
mengeksplorasi sejauh mana kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh orang tua
yang memiliki anak autisme ditinjau dari aspek-aspek kepuasan perkawinan
Fowers dan Olson (1989), meliputi: (1) permasalahan-permasalahan
kepribadian (tingkat kepuasan terhadap perilaku dan kepribadian pasangan), (2)
kesamaan peran (perasaan senang dan kesediaan menjalankan berbagai peran
dalam perkawinan dan keluarga), (3) komunikasi (tingkat kenyamanan dalam
membagikan dan menerima informasi), (4) pemecahan masalah (keterbukaan
dalam mengenali dan menyelesaikan masalah), (5) manajemen keuangan
(perasaan senang dan sikap dalam mengatur masalah ekonomi), (6) aktivitas
dalam mengisi waktu luang (kecenderungan dalam mengisi waktu luang
bersama), (7) hubungan seksual (perasaan senang terkait afeksional dan
hubungan seksual), (8) anak-anak dan pengasuhan (perasaan senang dan
kesediaan saat memiliki dan merawat anak-anak), (9) keluarga dan teman-
teman (tingkat kenyamanan dalam menghabiskan waktu bersama keluarga dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
teman), serta (10) orientasi keagamaan (makna keyakinan beragama dan
mempraktikannya dalam perkawinan).
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang tua yang terdiri dari 3
pasangan suami istri dengan taraf pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas
(SMA), serta memiliki satu orang anak autisme dan tinggal di wilayah
Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik criterion sampling dalam pemilihan
partisipan agar dapat meninjau dan mempelajari suatu kasus yang memenuhi
kriteria yang ditentukan oleh peneliti, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian
(Patton, 2002). Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini bersifat homogen
karena memiliki karakteristik yang kurang lebih sama terkait permasalahan yang
akan diteliti. Pemilihan partisipan dilakukan berdasarkan rekomendasi dari staf
Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) Universitas Sanata Dharma
dan pengurus Pusat Layanan Autis Yogyakarta karena menyesuaikan kondisi dan
kesediaan partisipan untuk melakukan sesi wawancara.
D. Peran Peneliti
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci,
sehingga memiliki peran penting dalam pengumpulan dan pengolahan data.
Menurut Supratiknya (2015), peneliti harus terjun langsung ke lokasi penelitian
dan berhadapan dengan partisipan untuk memeriksa dokumen, mengamati
perilaku, maupun mewawancarai partisipan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
harus membekali diri dengan suatu protokol berupa instrumen pengumpulan data
atau pedoman wawancara dan observasi. Peneliti juga ditekankan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
memperoleh data yang kredibel dan sesuai sudut pandang partisipan dengan
benar-benar berupaya menangkap makna mengenai isu atau permasalahan yang
diteliti sesuai dengan apa yang diyakini dan dihayati oleh partisipan (Supratiknya,
2015). Peneliti tidak memiliki keterkaitan apapun dengan lokasi penelitian dan
para partisipan.
Peneliti merekrut partisipan yang sesuai dengan kriteria yang sudah
ditetapkan sebelumnya, kemudian menghubungi partisipan secara langsung untuk
menyampaikan maksud dan tujuan peneliti. Setelah itu, peneliti meminta
kesediaan partisipan untuk melakukan wawancara, lalu menjelaskan gambaran
umum mengenai penelitian yang akan dilakukan dan memberikan lembar
informed consent untuk ditandatangani oleh partisipan. Peneliti berperan untuk
menjaga kerahasiaan data dan kepercayaan yang telah diberikan oleh partisipan.
Pada proses wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap perilaku
nonverbal partisipan, lalu melakukan transkripsi terhadap hasil wawancara setelah
data terkumpul.
Potensi paling buruk yang dapat terjadi dalam penelitian ini adalah
munculnya perasaan sedih maupun perasaan lainnya yang dapat membuat
partisipan merasa tidak nyaman, sehingga peneliti mengantisipasi hal tersebut
dengan mempersilahkan partisipan mengetahui tema penelitian dan prosedur
pengambilan data yang akan dilakukan oleh peneliti. Isu sensitif terkait etika yang
mungkin terjadi adalah terungkapnya identitas partisipan, sehingga peneliti
mengantisipasinya dengan menggunakan inisial PS 1, PI 1, PS 2, PI 2, PS 3, dan
PI 3 dalam semua data mengenai identitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
E. Metode Pengambilan Data
Metode utama yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah wawancara dengan teknik semi terstruktur agar wawancara dapat
berjalan sesuai dengan garis besar wawancara yang telah ditentukan, namun tetap
dapat dikembangkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggali pengalaman dan
perasaan orang tua yang memiliki anak autisme dalam menjalani kehidupan
perkawinan. Patton (2002) menyatakan bahwa melalui proses wawancara peneliti
dapat menggali pernyataan langsung dari individu mengenai pengalaman,
pendapat, perasaan, serta pengetahuan yang dimiliki oleh yang bersangkutan.
Teknik wawancara semi terstruktur memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
mengubah urutan pertanyaan sesuai dengan respon yang diberikan oleh responden
(Smith, 2015). Peneliti juga dapat memberikan probing yang sesuai dengan hal-
hal penting yang muncul atau ketertarikan partisipan.
Sebelum wawancara dimulai, peneliti melalui beberapa tahapan yang
digunakan agar proses pengambilan data dapat berjalan dengan optimal. Tahapan
pelaksanaan wawancara tersebut, antara lain:
1. Mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Pencarian partisipan dilakukan dengan cara
menghubungi pihak-pihak terkait untuk selanjutnya menjalin kerjasama dengan
pihak-pihak tersebut, seperti PSIBK Universitas Sanata Dharma dan Pusat
Layanan Autis Yogyakarta.
2. Membangun rapport dengan partisipan untuk menjalin hubungan yang baik
serta menyampaikan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Peneliti juga memastikan kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
3. Menyusun kesepakatan jadwal pelaksanaan wawancara antara peneliti dan
partisipan.
4. Melaksanakan wawancara. Pada sesi wawancara, peneliti menggunakan alat
bantu perekam (digital recorder) dan mencatat perilaku non-verbal yang
ditunjukkan oleh partisipan selama proses wawancara berlangsung.
5. Melakukan transkrip wawancara berdasarkan hasil perekaman data.
Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti membuat pedoman
wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan
berdasarkan rumusan masalah dan teori-teori yang digunakan oleh peneliti.
Berikut adalah pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Pertanyaan pembuka
1. Siapakah nama Bapak/Ibu?
2. Berapa usia Bapak/Ibu?
3. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
4. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
5. Apa keyakinan yang Bapak/Ibu anut?
6. Berapa usia perkawinan Bapak/Ibu?
7. Berapa jumlah anak Bapak/Ibu?
8. Berapa jumlah anak autisme dalam keluarga Bapak/Ibu?
9. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mengalami autisme?
10. Berapa usia anak autisme yang ada dalam keluarga Bapak/Ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Pertanyaan pendahuluan
1. Coba ceritakan bagaimana pengalaman Bapak/Ibu terkait kehadiran anak
dengan autisme?
c. Pertanyaan transisi
1. Apakah kehadiran anak autisme berpengaruh terhadap kehidupan
perkawinan Bapak/Ibu?
d. Pertanyaan pokok
1. Coba ceritakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan
perkawinan Bapak/Ibu setelah kehadiran anak autisme!
Probing
1. Permasalahan-permasalahan kepribadian
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu terhadap tingkah laku, kebiasaan-
kebiasaan, dan kepribadian pasangan saat ini?
2. Kesamaan peran
Seperti apakah pembagian peran antara Bapak/Ibu dengan pasangan?
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu dalam menjalani peran-peran tersebut?
3. Komunikasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika mengkomunikasikan kebutuhan,
keinginan, dan perasaan kepada pasangan?
4. Pemecahan masalah
Apa yang biasanya menjadi sumber konflik dalam rumah tangga
Bapak/Ibu?
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi konflik yang ada?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
5. Manajemen keuangan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu terkait cara mengatur keuangan dalam
kehidupan berumah tangga?
6. Aktivitas dalam mengisi waktu luang
Bagaimana cara Bapak/Ibu menghabiskan waktu luang?
7. Hubungan seksual
Bagaimana cara Bapak/Ibu menunjukkan perhatian atau kasih sayang
kepada pasangan?
Apakah kehadiran anak autisme memengaruhi kehidupan seksual
Bapak/Ibu?
8. Anak-anak dan pengasuhan
Bagaimana perasaan dan sikap Bapak/Ibu setelah memiliki anak?
9. Keluarga dan teman-teman
Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan bersama keluarga besar dan
teman-teman?
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berkegiatan bersama keluarga
besar dan teman-teman?
10. Orientasi keagamaan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu mengenai hal-hal keagamaan dan
beribadah?
e. Pertanyaan Penutup
1. Apakah masih ada yang ingin Bapak/Ibu ceritakan terkait pengalaman
kehidupan perkawinan Bapak/Ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
F. Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Isi Kualitatif (AIK), yaitu sebuah metode untuk menganalisis pesan-pesan
komunikasi secara tertulis, lisan, maupun visual dengan melakukan klasifikasi
atau penyaringan terhadap teks atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang
mewakili aneka isi tertentu (Supratiknya, 2015). Hasil wawancara dalam
penelitian ini akan ditranskripkan menjadi data tertulis. Metode AIK digunakan
untuk menyaring teks atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang mewakili
aneka isi tertentu berdasarkan kesamaan makna agar diperoleh deskripsi yang
padat mengenai fenomena yang diteliti (Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya,
2015).
Analisis isi kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deduktif dengan proses analisis data yang mengikuti langkah-langkah berikut
(Supratiknya, 2018):
1. Membaca corpus data berupa transkripsi verbatim responden yang
dikumpulkan melalui proses wawancara semi terstruktur secara berulang-
ulang;
2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu yang terdapat di
dalam transkripsi verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-
line approach), serta membandingkannya dengan konsep kepuasan perkawinan
pada orang tua dengan anak autisme yang dilibatkan oleh peneliti;
3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori/kriteria, yaitu
sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
agar menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keseluruhan corpus
data;
4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan subtema-
subtema dalam suatu susunan hirarkis tertentu menjadi sebuah tema besar; sub-
subtema tersebut kemudian diberi label atau nama; masing-masing subtema
dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang diambil dari transkripsi verbatim
sebagai bukti pendukung, sehingga diperoleh narasi yang utuh tentang
fenomena yang diteliti.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kategori atau kriteria yang
digunakan dalam koding (Tabel 1) adalah:
Tabel 1
Kriteria Koding Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson
Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson
a. Permasalahan-permasalahan
kepribadian
Merasa puas terhadap tingkah laku
dan kepribadian pasangan
b. Kesamaan peran Merasa senang menjalani peran
dalam keluarga
c. Komunikasi Merasa senang terhadap komunikasi
bersama pasangan
d. Pemecahan masalah Merasa senang terkait penyelesaian
konflik dalam kehidupan
perkawinan
e. Manajemen keuangan Merasa senang terhadap pengelolaan
masalah ekonomi dalam kehidupan
perkawinan dan pembuatan
keputusan terkait keuangan
f. Aktivitas dalam mengisi waktu
luang
Meluangkan waktu untuk pasangan
Merasa senang ketika menghabiskan
waktu bersama
g. Hubungan seksual Merasa senang terkait
pengekspresian kasih sayang dan
hubungan seksual dengan pasangan
h. Anak-anak dan pengasuhan Merasa senang ketika mengasuh dan
membesarkan anak dengan autisme
Merawat anak tanpa beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kepuasan Perkawinan Fowers dan Olson
i. Keluarga dan teman-teman Merasa nyaman ketika melakukan
sesuatu bersama keluarga atau
teman-teman
Merasa senang ketika menghabiskan
waktu bersama keluarga atau teman-
teman
j. Orientasi keagamaan Merasa senang terkait praktik nilai-
nilai keagamaan dalam perkawinan
G. Kredibilitas Data
Kredibilitas data dalam penelitian ini diuji dengan beberapa cara, antara
lain member checking dan peer debriefing. Menurut Creswell (2009 dalam
Supratiknya, 2015), member checking dilaksanakan dengan melaporkan deskripsi
dan tema-tema spesifik kepada partisipan untuk memastikan bahwa deskripsi atas
tema yang dibuat oleh peneliti telah akurat. Peneliti juga melibatkan rekan sejawat
sebagai reviewer (peer debriefing) untuk me-review keseluruhan proyek
penelitian dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai penelitian
untuk memastikan keakuratan laporan.
Konsistensi hasil penelitian diuji dengan menggunakan dua strategi, antara
lain memeriksa transkrip-transkrip rekaman hasil wawancara untuk memastikan
tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang terjadi selama proses transkripsi, serta
memastikan tidak ada definisi dan makna yang kurang jelas mengenai kode-kode
selama proses koding. Peneliti akan membandingkan data yang diperoleh dengan
kode-kode yang telah ditentukan secara terus menerus atau membuat catatan
mengenai kode-kode dan definisi-definisinya (Gibbs, 2007 dalam Creswell,
2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai
November 2018 dengan menggunakan metode wawancara antara peneliti dan 6
orang tua (3 pasangan suami istri) yang memiliki anak autisme. Wawancara
dilakukan di tempat tinggal masing-masing partisipan karena menyesuaikan
kegiatan partisipan. Wawancara berlangsung dalam kurun waktu yang bervariasi
antara kurang lebih 30 menit sampai dengan 3 jam. Berikut ini merupakan waktu
dan tempat pelaksanaan wawancara yang disajikan di Tabel 2:
Tabel 2
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara
No. Partisipan Waktu Tempat
1. Orang tua 1 (PS 1) 8 Oktober 2018 Rumah partisipan
2. Orang tua 2 (PI 1) 8 Oktober 2018 Rumah partisipan
3. Orang tua 3 (PS 2) 18 November 2018 Rumah partisipan
4. Orang tua 4 (PI 2) 18 November 2018 Rumah partisipan
5. Orang tua 5 (PS 3) 25 November 2018 Tempat kos partisipan
6. Orang tua 6 (PI 3) 25 November 2018 Tempat kos partisipan
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara
Berikut merupakan data demografi partisipan yang disajikan dalam Tabel 3:
Tabel 3
Demografi Partisipan
No. Keterangan Orang
tua1
Orang
tua 2
Orang
tua 3
Orang
tua 4
Orang
tua 5
Orang
tua 6
1. Inisial PS 1 PI 1 PS 2 PI 2 PS 3 PI 3
2. Jenis
Kelamin L P L P L P
3. Usia 46 th 44 th 49 th 49 th 36 th 34 th
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
No. Keterangan Orang
tua1
Orang
tua 2
Orang
tua 3
Orang
tua 4
Orang
tua 5
Orang
tua 6
4. Agama Kristen Kristen Katolik Katolik Islam Islam
5. Suku Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa
6. Pendidikan
Terakhir S1 S1 S2 S3 SMU SMK
7. Pekerjaan Pendeta Pendeta Dosen Dosen Buruh -
8. Status
Perkawinan Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
9. Usia
Perkawinan 16 th 16 th 25 th 25 th 8 th 8 th
10. Jumlah
Anak 2 2 3 3 1 1
11. Jumlah
Anak
Autisme
1 1 1 1 1 1
12. Urutan
Anak
Autisme
1 1 1 1 1 1
13. Inisial
Anak
Autisme
E E T T J J
14.
Jenis
Kelamin
Anak
Autisme
P P P P P P
15. Usia Anak
Autisme 9 th 9 th 24 th 24 th 7 th 7 th
Secara umum, proses wawancara berjalan dengan cukup baik. Peneliti
melaksanakan wawancara dengan bertemu langsung secara personal terhadap
setiap partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menyampaikan penjelasan
tentang garis besar penelitian dan beberapa hal yang perlu diketahui oleh
partisipan. Setiap partisipan telah sepakat untuk berpartisipasi dalam penelitian
yang dibuktikan dengan penandatanganan surat pernyataan persetujuan partisipasi
penelitian (informed consent) yang mencakup pemberian informasi lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengenai penelitian dan pemberian kesediaan untuk berpartisipasi oleh partisipan
sesudah membaca informasi-informasi yang harus diketahui.
Orang tua 1 dan Orang tua 2 adalah pasangan suami istri yang berinisial
PS 1 dan PI 1. PS 1 dan PI 1 memiliki seorang anak dengan autisme dan dapat
menerima kehadiran anak meskipun harus menghadapi tantangan-tantangan dalam
kehidupan perkawinan terkait faktor finansial, psikologis, praktis, dan sosial. PS 1
mengungkapkan bahwa kehadiran anak dengan autisme meningkatkan
pengeluaran keluarga karena anak cenderung membutuhkan anggaran yang lebih
besar untuk jajan jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, sehingga
perekonomian keluarga terasa berat. PS 1 dan PI 1 juga memiliki kekhawatiran
akan masa depan anak dan menyatakan bahwa merawat anak dengan autisme
menimbulkan reaksi psikologis berupa stres yang disebabkan oleh perilaku anak
yang membutuhkan ekstra tenaga dan kesabaran. Tugas-tugas rumah tangga yang
dilakukan oleh PS 1 dan PI 1 juga cenderung bertambah dan menuntut kesiapan
setiap waktu. PS 1 yang sebelumnya sedang melanjutkan studi S2 memutuskan
untuk tidak melanjutkan studinya karena mengalami kesulitan mengerjakan tugas
dalam kegaduhan. Aktivitas yang harus dilakukan oleh PS 1 juga cenderung
terganggu, sehingga memengaruhi mobilitasnya. PS 1 dan PI 1 mengungkapkan
bahwa masih ada orang-orang di sekitarnya yang belum bisa menerima kehadiran
anak dengan autisme. Selain itu, PS 1 dan PI 1 cenderung merasa tidak enak dan
kurang nyaman ketika mengajak anak dengan autisme berkunjung ke suatu tempat
karena anak menunjukkan perilaku tertentu yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Wawancara pertama dilaksanakan antara peneliti dan PI 1. PI 1 adalah
seorang perempuan berusia 44 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana strata 1
dan bekerja sebagai seorang pendeta. Pengambilan data dilakukan satu kali pada
malam hari selama kurang lebih 54 menit, bertempat di ruang ibadah rumah PS 1
dan PI 1. Proses wawancara terjeda sebanyak dua kali karena partisipan harus
memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pada saat wawancara, partisipan
mengenakan kaos cokelat dan celana kain keunguan dengan panjang
tigaperempat. Selama proses wawancara berlangsung, partisipan duduk di
hadapan peneliti dan mampu mempertahankan kontak mata dengan peneliti.
Ketika PI 1 bercerita mengenai pengalaman hidupnya, partisipan terlihat duduk
dengan posisi bersandar pada kursi dan nada bicara yang cenderung tegas. PI 1
menyampaikan cerita tanpa henti dengan mata yang berkaca-kaca. Selama
wawancara, PI 1 berbicara dengan cukup lancar dan runtut, namun beberapa kali
melakukan pengulangan pengucapan dan mengatakan “apa ya” ketika mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan hal-hal yang ingin disampaikan. PI 1 juga
cenderung memberikan penekanan ketika menyampaikan bahwa terkadang
perilaku anak menimbulkan kelelahan. Selain itu, PI 1 sesekali membutuhkan
waktu jeda untuk mengingat pengalamannya dan tertawa saat menyampaikan
jawabannya.
Wawancara kedua dilaksanakan antara peneliti dan PS 1. PS 1 adalah
seorang laki-laki berusia 46 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana strata 1 dan
bekerja sebagai seorang pendeta. Pengambilan data dilakukan satu kali selama
kurang lebih 1 jam 39 menit di ruangan dan hari yang sama dengan PI 1 setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
wawancara dengan PI 1 selesai dilaksanakan. Pada saat wawancara, partisipan
mengenakan kaos abu-abu dan celana kain panjang berwarna hitam sambil duduk
di hadapan peneliti. Selama wawancara berlangsung, PS 1 dapat mempertahankan
kontak mata dengan peneliti. PS 1 terlihat santai dan bercerita tanpa henti saat
menyampaikan cerita mengenai pengalaman hidupnya dengan nada bicara yang
tidak terlalu tegas dan suara yang cenderung lebih kuat di awal kalimat kemudian
melembut. PS 1 berbicara dengan cukup lancar dan runtut, meskipun sesekali
membutuhkan waktu jeda untuk mengingat pengalamannya. Selain itu, PS 1
sesekali tertawa sambil menyampaikan jawabannya.
Orang tua 3 dan Orang tua 4 adalah pasangan suami istri yang berinisial
PS 2 dan PI 2. PS 2 dan PI 2 memiliki seorang anak autisme dan dapat melihat
kehadiran anak melalui sisi positif. PS 2 dan PI 2 dapat menerima kehadiran anak,
meskipun mengalami tantangan-tantangan terkait faktor fiansial, psikolgis,
praktis, dan sosial. PS 2 dan PI 2 sempat merasa kesulitan untuk menerima
kondisi anak sehingga berupaya mencari penanganan agar anak bisa sembuh. Hal
ini juga memengaruhi aktivitas mereka karena menghabiskan banyak waktu untuk
memberikan penanganan kepada anak. PS 2 juga merasa cemas terkait kondisi
anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan, sehingga membutuhkan
ekstra keberanian dan kesiapan mental ketika mengajak anak keluar rumah. PS 2
dan PI 2 mengungkapkan bahwa pendidikan dan pengobatan untuk anak dengan
autisme membutuhkan dana yang tergolong banyak, sehingga mereka mengalami
sedikit kesulitan terkait finansial. PI 2 menyatakan bahwa dirinya harus mengajak
anak ketika berkegiatan di hari libur dan mengalami kerepotan saat mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
anak bepergian karena anak membutuhkan persiapan yang lebih. PI 2 juga
mengungkapkan dirinya merasa sakit hati ketika mengetahui bahwa anak
berkebutuhan khusus kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. PS 2 dan PI
2 memiliki kekhawatiran akan masa depan anak dan pernah merasa malu ketika
mengajak anak keluar rumah karena anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa
dan membuat orang-orang di sekitarnya memberikan penilaian yang cenderung
negatif, namun orang-orang yang sudah mengerti kondisi anak dapat mentolerir
perilaku yang ditunjukkan oleh anak tersebut.
Wawancara pertama dilaksanakan antara peneliti dan PI 2. PI 2 adalah
seorang perempuan berusia 49 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana strata 3
dan bekerja sebagai seorang dosen. Pengambilan data dilakukan satu kali pada
sore hari selama kurang lebih 1 jam 39 menit, bertempat di teras rumah PS 2 dan
PI 2. Proses wawancara terjeda sebanyak satu kali karena anak dengan autisme
membawakan minuman untuk peneliti dan PI 2. Pada saat wawancara, partisipan
mengenakan kaos tank top merah dan celana kain panjang selutut berwarna
cokelat. Selama proses wawancara berlangsung, partisipan duduk di hadapan
peneliti dan mampu mempertahankan kontak mata dengan peneliti. Ketika PI 2
bercerita mengenai pengalaman hidupnya, partisipan terlihat duduk dengan posisi
bersandar pada tembok dan nada bicara yang cenderung tegas, serta
menyampaikan cerita tanpa