Upload
lyque
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEPEMIMPINAN PEDAGOGIK
DIREKTUR TERBIYATUL MU’ALLIMIN AL ISLAMIYAH
PONDOK PESANTREN RAFAH
KABUPATEN BOGOR
Tesis
DISUSUN OLEH:
ABD. RAHMAN
21160181000022
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1439 H
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
Di dalam naskah tesis ini akan dijumpai ayat Al-Quran yang otomatis
ditulis dengan huruf Arab. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk
penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Nama
Alif Tidak dilambangkan ا
Ba b Be ب
Ta t Te خ
Tsa st Es (dengan titik di atas) ز
Jim j Je ض
Cha H Ha (dengan titik di bawah) غ
Kha kh Ka dan ha خ
Dal d De د
Dzal dh De dan ha ر
Ra r Er س
Za z Zet ص
Sin s Es س
Syin sy Es dan ha ش
Shad s Es (dengan titik di bawah) ص
Dlat d De (dengan titik di bawah) ض
Tha t Te (dengan titik di bawah) ط
Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain „ Koma terbalik di atas„ ع
Ghain gh Ge dan ha غ
Fa f Ef ف
Qaf q Qi ق
Kaf k Ka ن
Lam l El ي
Mim m Em
Nun n En
Wawu w We و
Ha h Ha هـ
Hamzah ‟ Apostrof ء
Ya y Ye ي
ii
1. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-yawm.
b. Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.
2. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( فاذحح ) ,( - = ا
عى ح ) um ) dan - = ا .( = ل
3. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حذ = ), ( سذ =
saddun ), ( طة = tayyib ).
4. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah
dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( د ث ) ,( al-bayt = ا
.( - =اسآء
5. ah mati atau yang dibaca seperti ber-h transliterasinya
dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( هاليسؤ ا ح = -
atau ).
6. Tanda apostrof (‟) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ح = فمهاء ) ,( = سؤ
).
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah
Pondok Pesatren Rafah Kabupaten Bogor
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten
Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
dan dianalisa dengan pendekatan analisis deskriptif. Adapun teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumen.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan kepemimpinan
pedagogik Direktur Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah
sudah berjalan dengan baik.
Dari penelitian ini, peneliti menemukan bahwa pelaksanaan kepemimpinan
pedagogik direktur ini mampu melakukan perubahan-perubahan yang besar
terhadap pesantren, hal ini dibuktikan dengan kemampuan direktur mengubah
kurikulum, mulai dari kurikulum Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP
IT) dan Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMA IT) ke kurikulum Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), kemudian melakukan perubahan
ke kurikulum pesantren yang di sebut Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah atau
kurikulum pesantren dan di Mu‟adalahkan (disetarakan) oleh Kementrian Agama
secara resmi. Kepemimpinan pedagogik direktur TMI juga memberikan dampak
kepada kapasitas dan keilmuan santri dan juga membangun profesionalitas guru-
guru yang ada di Pondok Pesantren Rafah.
Kata kunci : kepemimpinan pedagogik, kurikulum pesantren, kepala sekolah
viii
ABSTRACT
Pedagogical Leadership Director Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok
Pesantren Rafah Bogor Regency
This study aims to describe the Implementation of Pedagogical Leadership
Director Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Bogor Regency. The method used in this research is qualitative research, and analyzed by
descriptive analysis approach. The techniques of data collection using observation,
interviews, and document studies.
The results of this study revealed that the pedagogic leadership director
tarbiyatul muallimin al Islamiyah pondok pesantren rafah is running well.
From this research, the researcher found that the implementation of
pedagogical leadership of this director is able to make big changes to pesantren,
this is proved by the ability of director to change the curriculum, starting from
starting from the curriculum of Islamic Integrated High School and Integrated
Islamic Senior High School to the curriculum of Madrasah Tsanawiyah (Secondary
School and Madrasah Aliyah (High School), then make changes to curriculum of
pesantren which is called Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah or curriculum of
pesantren and in Mu‟adalah (equalized) by Ministry of Religious Affairs Officially.
The pedagogical leadership of the TMI director also has an impact on the capacity
and scholarship of the students and also builds the professionalism of the teachers
in the Rafah Pesantren.
Keywords: pedagogical leadership, curriculum of pesantren, principal
ix
اخض
تىظىسسعسعهذسفااالسالحشتحاعاالسالحارشتىحذذشامادج
امادي ارشتىي اذش ذفز وطف إى اذساسح هز اعذهذف ذشتح ارشتىح امادج
سعستىظىس االسالح سفا عهذ اثحسهاثحساىع،االسالح فهزا اسرخذح اطشمح .ودساساخوذحها واماتالخ اشالثح تاسرخذا اثااخ ظع ذماخ اىطف. ارح هط خالي
اىشائك.
امادجارشتىحذشتحاعاالسالحووشفدرائطهزاذساسحأذفزذشارشتحارشتىح
عتشىظذ.عهذسفااالسالحسعستىظىس
اثحسف فهزا إحذازذغشاخوثشج لادسعى ذش ارشتىح امادج اثاحسأذفز وظذ
ولذشثدرهخاليلذسجاذشعىذغشااهطاذساسح،تذءااالطالقهطاذسسحاعهذ
هطاذساسحذسسحإىاا (SMA)،اذسسحاصاىحاإلسالحارىاح (SMP)اإلسالحارىاح
(،شإظشاءذغشاخعىااهطاذساسحارذسىذشتحاعMA(وذسسحعاح)MTsاصاىح)
االسالحأواهطتسارشوفعادحلثوصاسجاذحواأامادجارشتىحذشاعهذلذأششخ
اهحعفعهذسفااالسالحأضاعىلذساخاطثحوحهاذسا ذثاىفاءج أها سح،وا
سعستىظىس.
ذشاعهذ،ااهطاذساسحواخاثحس:،امادجارشتىح،
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji seraya dipanjatkan kepada Dzat Yang Maha
Tinggi, Allah Robbul „izzati berkat rahmat dan karunia-Nya, saya diberi kesehatan
dan kekuatan untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul “Kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten
Bogor” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Manajemen
Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang akan ilmu, iman dan pengajaran.
Penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari motivasi, dukungan dan do‟a dari
berbagai pihak, oleh sebab itu izinkan pada kesempatan kali ini izinkan penulis
untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Ketua program studi magister
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Zaenul Arifin Yusuf, M.Pd. yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan, nasihat, bimbingan, dan motivasi bagi penulis serta kesabaran
selama bimbingan menyelesaikan tesis.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Alm. Nur Hayati, Allahummaghfir laha warhamha wa „aafihi wa‟fu „anha, Ibu
tercinta yang telah memperjuangkan hidupnya untuk kesuksesan anak-anaknya.
Semoga Ibunda berada dalam Rahamat-Nya di alam sana.
7. Bapak Abbas Adam, Ayah terhebat sedunia, karena motivasi dan doa dari
beliaulah yang menjadikan penulis selalu terinspirasi untuk berjuang gigih,
tidak menyerah akan keadaan yang terkadang menyulitkan. sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan tanpa suatu halangan apapun.
xi
8. Dompet Dhuafa Republika sebagai penyandang dana biaya pendidikan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan jenjang
pendidikan.
9. Keluarga besar Dompet Dhuafa Pendidikan: SMART Ekselensia Indonesia,
Makmal Pendidikan, Pusat Sumber Belajar, Beastudi Indonesia.
10. Keluarga besar Dompet Dhuafa University dan Sekolah Guru Indonesia yang
telah memfaslitasi seluruh program pendidikan di Sekolah Guru Indonesia dan
kerjasama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Kak Hamzah, Kak Ruslan, Kak Alamsyah, Kak Sukri, Najmawati dan Husain
saudara-saudaraku yang tidak lelah memberikan support kepada penulis.
12. Direktur Tarbiyatul Mu‟allimin Al Islamiyah beserta guru-guru dan karyawan
di Pondok Pesantren Rafah Bogor terkhusus Ustad Nanang, Ustad Arhan,
Ustad Aldi dan Ustad Sandi yang secara sabar telah memberikan bantuan dan
meluangkan waktu bagi penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.
13. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, dan Guru Imo
selaku pengelola Sekolah Guru Indonesia.
14. Guru Hebat SGI angkatan 21 yang sangat menginspirasi, 19 bulan yang
berharga tentang cerita kita kawan. Riki, Ade, Ades, Ayu, Eci, Epang, Firda,
Habib, Isil, Wahyu, Nardis, Afid, Upi dan Upa.
15. Fauzan Basri, Fitriani Nuralamsari, Risnawati, Ulil Amri, Kahiril Yusuf
Ahmad, Fatwa, Mahmud Arni, Sukardi, Kurnia dan Nirwana sahabat dalam
berbagi ide dan motivasi bagi penulis.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak
dapat ditulis satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan mereka. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis
berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan Indonesia.
Aamiin.
Jakarta, Januari 2018
Penulis
Abd. Rahman
xii
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ i
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SEMINAR HASIL TESIS ................. iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS .................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HASIL UNTUK UJIAN HASIL vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................................. xiv
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 6
1. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
2. Pembatasan Masalah ........................................................................... 6
3. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Kepemimppinan ...................................................................................... 8
1. Pengertian Kepemimpinan................................................................... 8
2. Ciri-ciri Pemimpin ............................................................................... 9
3. Gaya Kepemimpinan ........................................................................... 14
B. Pedagogik ................................................................................................ 17
1. Pengertian Pedagogik ......................................................................... 17
2. Syarat Pedagogik ................................................................................. 18
3. Objek Pedagogik ................................................................................. 19
C. Kepemimpinan Pedagogik ....................................................................... 19
1. Pengertian Kepemimpinan Pedagogik ................................................. 19
2. Prinsip Pelaksanaan Kepemimpinan Pedagogik .................................. 20
3. Aspek Aspek Kepemimpinan Pedagogik ............................................. 21
4. Ciri-Ciri Kepemimpinan Pedagogik .................................................... 22
xiii
D. Kepala Sekolah ....................................................................................... 31
1. Pengertian Kepala Sekolah .................................................................. 31
2. Kompetensi Kepala Sekolah ................................................................ 32
3. Fungsi dan tugas kepala sekolah ......................................................... 35
E. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 37
F. Kerangka Konseptual .............................................................................. 41
BAB III Metode Penelitian
A. Metode Penelitian .................................................................................... 42
B. Objek dan Desain Penelitian ................................................................... 42
C. Subjek Penelitian ..................................................................................... 47
D. Data Yang di kumpulkan ........................................................................ 47
E. Sumber data ............................................................................................. 47
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 48
G. Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 49
H. Analisis Data .......................................................................................... 49
I. Pengecekan Keabsahan data ................................................................... 50
J. Time Schedule ......................................................................................... 52
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Profil Lokasi Penelitian ........................................................................... 53
1. Sejarah Pondok Pesantren Rafah ......................................................... 53
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Rafah................................................ 54
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren rafah ........................................ 54
4. Kurikulum Pondok Pesantren rafah ..................................................... 54
5. Keunggulan Pondok Pesantren Rafah dengan sistem Asrama ............. 55
6. Tahfidzul qur‟an sebagai program unggulan ....................................... 56
7. Kegiatan Ekstrakurikuler ..................................................................... 56
9. Letak geografis .................................................................................... 57
B. Implementasi Kepemimpinan Pedagogik Di Pondok Pesantren Rafah .... 57
1. Memiliki Staf Kredibilitas dan Profesional.......................................... 58
2. Menggunakan proses Pembelajaran dan Pengembangan
profesional yang efektif ...................................................................... 65
3. Budaya, Kreatif Strategis dan fokus pada Perbaikan dan
Peningkatan Pondok Pesantren ........................................................... 69
4. Keterlibatan Direktur Dalam Pesantren ............................................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 79
B. Rekomendasi ........................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I Struktur Organisasi Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor .............. 54
Tabel II Daftar Nama-Nama Guru Kelas Pondok Pesantren Rafah ..................... 60
Tabel III Daftar nama guru-guru Tahfidz Pondok Pesantren Rafah .................... 61
Tabel IV Daftar nama guru-guru Tahfidz Pondok Pesantren Rafah .................... 62
Tabel V Bidang Studi Pondok Pesantren Rafah .................................................. 77
Tabel VI Jam Pelajaran Pondok Pesantren Rafah ................................................ 78
Tabel VII Kegiatan Santri Pondok Pesantren Rafah ............................................ 78
LAMPIRAN
DATA DIRI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses globalisasi yang mengubah wajah dunia dengan cepat, sangat
berpengaruh terhadap wajah masyarakat dengan dimensi-dimensi baru. Hal ini berarti manusia Indonesia haruslah dipersiapkan untuk menghadapi
masyarakat global melalui tujuan pendidikan nasional yaitu perlu mempunyai
suatu visi strategis yang dapat menjawab tantangan tersebut. Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II
Pasal 3 menetapkan: Pendidikan nasional berfungsi mengembang kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Nurbaya,
2015:116).
Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas di sekolah, banyak
faktor atau komponen yang terlibat di dalamnya baik manusia maupun sumber
daya alam lainnya. Sekolah merupakan salah satu organisasi yang kompleks
dan unik, sehingga dalam pelaksanaanya memerlukan koordinasi yang tinggi
dengan segala komponennya. Salah satunya adalah kepala sekolah selaku
pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja
bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap bawahan,
akan berbeda dengan kepemimpinan yang acuh tak acuh, kurang komunikatif
apalagi arogan dengan komunitas sekolahnya.
Sebagai pemimpin sekolah, kepala sekolah memiliki peranan yang
sangat penting dalam menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia di sekolah dan menggunakannya sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Gurr (2005:548) dari hasil
penelitiannya di Australia dia menyimpulkan bahwa peran dari kepala sekolah
terhadap kualitas pendidikan dari perspektif Australia, kepala sekolah tetap
merupakan tokoh penting atau figur dalam menentukan keberhasilan sebuah
sekolah. Sedang hasil penelitian lain disebutkan dalam penelitian Dr Lawrie
Drysdale tahun 2008 yang disampaikan juga oleh Gurr, (2008:5), melalui
sebuah survei yang dilakukan oleh lebih dari 200 kepala sekolah di semua
sekolah di Victoria, kepala sekolah melaporkan bekerja rata-rata sekitar 61
jam, dengan waktu di sekolah terbagi antara pengajaran (9,1%), administrasi
(26,3%), berjalan di sekitar sekolah (6,6%), pembelajaran profesional (3,9%),
waktu untuk diri sendiri (14,1%), bekerja dengan siswa (7,3%), guru (11,6%),
2
staf non-pengajar (6,8%), dewan pengurus sekolah (3.9%) dan kelompok
eksternal (stakeholder) (4,8%). Perhatikan bahwa angka-angka ini tidak
mencapai 100% karena kategori tumpang tindih dan 10,7% penggunaan waktu
tidak ditentukan.
Melihat data tersebut kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah
dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah.
Di Indonesia kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai
pemimpin sekolah telah di atur dalam peraturan yang jelas yaitu dapat dilihat
pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2017 pada pasal 54 ayat 1 dan 2
dikatakan bahwa beban kerja kepala satuan pendidikan sepenuhnya untuk
melaksanakan tugas manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi
kepada guru dan tenaga kependidikan. Dalam keadaan tertentu selain
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat satu kepala satuan
pendidikan dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan untuk
memenuhi kebutuhan Guru pada satuan pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut kepala sekolah harus memiliki
kompetensi yang telah diatur oleh pemerintah secara nasional, maka seorang
kepala sekolah sudah semestinya memiliki kompetensi sebagai penunjang
keterlaksanaan tugasnya. Kompetensi kepala sekolah telah di atur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi
supervisi dan kompetensi sosial.
Kelima standar kompetensi kepala sekolah/madrasah inilah yang menjadi
acuan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya di sekolah
sehingga kepala sekolah mampu melakukan pengembangan-pengembangan di
sekolah mereka dan juga memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa
menjadi nilai lebih dari sekolah yang dipimpinnya sebagai bentuk pelaksanaan
tugasnya sebagai pemimpin pendidikan.
Dengan peraturan tersebut maka faktor penting yang besar pengaruhnya
terhadap mutu pendidikan adalah kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan. Untuk itu ia harus memiliki sikap dan sifat yang mendukung
perannya dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin sekolah. Ada beberapa
ciri-ciri kepala sekolah yang profesional menurut Kementerian Pendidikan
Nasional (2011: 7), diantaranya:
3
1. Memiliki kejujuran dan integritas pribadi.
2. Mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk bekerja di bidangnya.
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat dikategorikan ahli
pada suatu bidang.
4. Berusahan mencapai tujuan dengan target-target yang telah ditetapkan secara rasional.
5. Memiliki standar yang tinggi dalam bekerja.
6. Memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai keberhasilan dengan standar
kualitas yang tinggi.
7. Mencintai dan memiliki sifat positif terhadap profesinya antara lain
tercermin dari perilaku dan respon orang-orang yang berkaitan dengan
profesi.
8. Memiliki pandangan jauh ke depan.
9. Menjadi agen perubahan.
10. Memiliki kode etik.
11. Memiliki lembaga profesi.
Sifat-sifat yang dimiliki kepala sekolah akan mencerminkan
kepemimpinan dan pelaksanaan tugasnya sebagai pemimpin di sekolah.
Sehingga baik dan buruknya perkembangan sekolah tentu dipengaruhi oleh
kinerja dan sikap yang dimiliki oleh kepala sekolah. Hal ini sesuai yang
dijelaskan oleh Mulyasa (2013:6) bahwa manejemen dan kepemimpinan
kepala sekolah perlu lebih ditekankan dalam koordinasi, komunikasi, dan
supervisi, karena kelemahan dan hambatan pendidikan seringkali bersumber
dari kurangnya koordinasi, komunikasi, dan supervisi, sehingga menyebabkan
persepsi yang berbeda di antara komponen-komponen pelaksana di lapangan
(kepala dinas, pengawas, kepala sekolah, dan guru), serta kurangnya sosialisasi
dari kepala sekolah kepada seluruh tenaga kependidikan lainnya.
Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan berbagai tugas dan fungsi
yang harus diembannya dalam mewujudkan sekolah yang efektif, produktif,
mandiri, dan akuntabel (Mulyasa, 2013:6).
Dengan pernyataan tersebut, gaya kepemimpinan merupakan poin
khusus dan menjadi karakteristik seseorang untuk mempengaruhi orang lain
atau organisasi, sehingga orang lain mau dan mampu bergerak serta
meneladani sikap dan watak pribadinya kearah pencapaian tujuan. Gaya
kepemimpinan adalah norma perilaku oleh seseorang pada saat itu
mempengaruhi orang lain. Selanjutnya, Wahyudi menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang diterapkan pada tingkat kematangan atau kedewasaan
(nature) bawahan dan tujuan yang ingin dicapai. Bawahan sebagai unsur
penting yang terlibat dalam mencapai tujuan mempunyai perbedaan dalam hal
kemampuan, kebutuhan dan kepribadian, sehingga pendekatan yang dilakukan
pemimpin disesuaikan dengan tingkat kematangan bawaan (Wahyudi,
2012:123).
4
Salah seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan
kepemimpinannya. Menurut Danim ada beberapa tipe kepemimpinan tersebut:
1) pemimpin otokratik, 2) pemimpin demokratik, 3) pemimpin permisif.
Sedang Danim menyampaikan bahwa pemimpin dalam kepemimpinannya harus profesional, pemimpin profesional adalah seorang ‘seniman’ dalam
memimpin. Seni adalah buah kreasi personal yang mungkin tidak dimiliki
orang lain. Oleh karena itu, seni dalam memimpin berbeda pada setiap orang
(Danim, 2012:212-214). Kemudian MacNeil menambahkan satu tipe
kepimimpinan, yaitu kepemimpinan Pedagogik, kepemimpinan yang
mengarahkan pada pengajaran dan pembelajaran (MacNeil dkk, 2005:12)
Dalam konteks ini istilah 'pedagogi' dipahami sebagai seperangkat
praktik yang membentuk organisasi pendidikan seputar pengajaran dan
pembelajaran agar dapat menyesuaikan standar dan harapan pada outcome
peserta didik. Dalam tahapan ini, kepemimpinan di integrasikan sebagai proses
menyeluruh untuk berfungsinya organisasi pendidikan ini secara efektif (Male
dan Palaiologou, 2013:1). Berdasarkan dari pendapat Male dan Palaiologou,
pedagogik adalah tentang menciptakan lingkungan belajar yang menjadi pusat
interaksi dan hubungan antara peserta didik, guru, keluarga dan masyarakat
dan berinteraksi dengan dunia luar sehingga bersama-sama dalam membangun
pengetahuan para peserta didik sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka.
Sehingga dalam lingkungan ini, kepemimpinan pedagogis adalah
pendekatan yang menghargai nilai dan tidak terlibat dalam bentuk kegiatan
apapun yang hanya akan menguntungkan individu, namun juga menjaga
hubungan timbal-balik antar masyarakat. Male dan Palaiologou (2013:7) juga
mengatakan bahwa aspek lingkungan yang merupakan sumbu pedagogis
adalah:
1. Aspek internal (nilai, kepercayaan, budaya, agama, adat istiadat &
ekonomi lokal).
2. Aspek eksternal (nilai sosial, ekonomi global, media massa, jejaring sosial,
teknologi komunikasi informasi, kurikulum nasional, 'media akademik'
nilai ujian siswa).
Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan ini maka kepemimpinan
pedagogik kepala sekolah menjadi hal yang sebaiknya dikembangkan dalam
tiap instansi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas, seorang kepala sekolah tentu memiliki banyak
rintangan dan tantangan yang harus diselesaikan baik mengenai keberhasilan
siswa maupun mengenai nilai dan moral siswa disekolah. Tim Pusat Pengkajian
Pedagogik UPI (2010:4) mengungkapkan permasalahan pendidikan saat ini
adalah:
5
1. Ketidaksesuaian praktek dan penyelenggaraan pendidikan kita dengan
filsafat yang mendasarinya, yaitu filsafat pancasila.
2. Hilangnya spiritualitas dalam rutinitas dan inovasi penyelenggaraan
pendidikan.
Salah satu yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan adalah dengan memperbaiki pengelolaan sekolah dan tentunya
untuk memperbaiki pengelolaan sebuah sekolah dimulai dari seorang
pemimpin sekolah yaitu kepala sekolah itu sendiri.
Dalam observasi awal peneliti pada Pondok Pesantren Rafah, Pemimpin
Pendidikan atau kepala sekolah di Pondok Pesantren Rafah di sebut sebagai
Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah (TMI) Pondok Pesantren Rafah.
Pemberian nama direktur ini terjadi setelah perubahan kurikulum yang
dilakukan oleh pihak pondok pesantren dari program Madrasah Tsanawiyah
(MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) ke Kurikulum Tarbiyatul Mu’allimin Al
Islmaiyah (TMI) yaitu kurikulum pondok pesantren yang dikelola sendiri oleh
pondok pesantren yang kemudian mendapatkan penyetaraan atau mu’adalah.
Pondok Pesantren Rafah mendapatkan SK Mu’adalah Mu’allimin dari Menteri
Agama RI pada tanggal 31 September 2016 yang diterima langsung pada saat
acara peringatan 90 tahun Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo.
Satuan pendidikan muadalah adalah program pendidikan resmi yang
berada dibawah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kementerian
Agama RI setelah terbitnya Peraturan Menteri Agama (PMA) No 18 tahun
2014 disetarakan dengan pendidikan madrasah tsanawiyah dan madrasah
aliyah yang berada dibawah Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama
Islam Kementerian Agama Islam (selayang pandang pondok pesantren rafah
2017).
Dengan pendidikan muadalah ini pondok pesantren diberikan kebebasan
dan wewenang mengatur kurikulum dan sistem pendidikan sendiri dan tidak
diikutkan ujian nasional (UN). Sehingga pondok pesantren rafah yang
sebelumnya menggunakan kurikulum MTs dan MA dengan 2 kepala sekolah
mengubah kurikulum pendidikan ke kurikulum pesantren dengan jenjang 6
tahun pendidikan untuk lulusan SD/MI dan 4 tahun untuk SMP/MTs. Dan
dipimpin oleh 1 orang kepala sekolah yang kemudian di sebut dengan Direktur
Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah. Walaupun nama
jabatan pemimpin pendidikan di Pondok Pesantren Rafah ini direktur namun
tugasnya adalah tugas kepala sekolah.
Tugas kepala sekolah merupakan tugas yang berat sehingga masih banyak
permasalahan yang terjadi, salah satunya lemahnya kepemimpinan kepala
sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam manajerial dan pengembangan
6
sekolah sehingga sulit mencapai 8 standar pendidikan di tiap sekolah. Setelah
melakukan observasi awal pada Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor,
salah satu permasalahan yang dihadapi Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al
Islamiyah Pondok Pesantren Rafah adalah terbatasnya gerak kepemimpinan
sebagai pimpinan pesantren dalam mengembangkan sayap kerjasama dengan stakeholder, hal ini terjadi karena Direktur TMI Pondok Pesantren Rafah
masih dibawah kendali Pimpinan Yayasan, sehingga dalam melakukan
program kerjasama harus disetujui lebih dahulu oleh pimpinan yayasan, dan
ketika program tidak disetujui maka program tersebut tidak bisa dilaksanakan
oleh direktur (Direktur TMI PP Rafah).
Untuk melihat seberapa jauh kepemimpinan kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin sekolah baik sebagai pemimpin
pedagogik, manajer, pengawas, dan pelaksanaan proses pembelajaran yang
efektif ini maka peneliti menetapkan untuk melakukan penelitian terhadap
Kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah
Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor.
B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
a. Minimnya pelaksanaan peran kepemimpinan pedagogik kepala sekolah.
b. Minimnya kemampuan kepala sekolah dalam mengendalikan
perkembangan sekolah.
c. Kurangnya komitmen kepala sekolah dalam menerapkan budaya yang
mengedepankan nilai nilai keislaman dan moral.
d. Kurangnya kerja sama antar kepala sekolah dengan stakeholder yang
ada.
e. Kurangnya pengembangan kemampuan dan kompetensi guru oleh
kepala sekolah.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah agar peneliti lebih terfokus dalam
pelitian, penulis memberikan batasan yaitu:
a. Kepemimpinan pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al
Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor
b. Dampak kepemimpinan pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al
Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor.
3. Rumusan Masalah a. Bagaimana kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin
Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor?
7
b. Bagaimana dampak pelaksanaan Kepemimpinan Pedagogik Direktur
Tarbiyatul Mu'allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten
Bogor?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis:
a. Kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al
Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor.
b. Dampak Kepemimpinan Pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al
Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor.
D. MANFAAT PENEITIAN
Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut
1. Secara Terapan
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan
memberikan kontribusi praktis kepada berbagai pihak antara lain:
a. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan informasi bagi kepala sekolah agar berupaya
meningkatkan kemampuan dalam memimpin sekolah.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan informasi bagi pihak sekolah dalam melakukan
perubahan, pengembangan dan inovasi disekolah.
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperkaya informasi empirik dalam hal kepemimpinan pedagogik
kepala sekolah.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya guna
memperdalam kajian berkaitan dengan permasalahan yang telah diteliti
penulis.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam sebuah organisasi merupakan hal sangat penting karena berkaitan dengan perkembangan sebuah
organisasi, maju mundurnya sebuah organisasi sangat di tentukan oleh sosok
pemimpin dan proses yang terjadi dalam kepemimpinan seorang pemimpin.
Berbicara tentang kepemimpinan terkadang orang sulit memberikan
perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan. Hal ini terjadi karena
pemimpinan dan kepemimpinan bagaikan keping mata uang logam yang bisa
dibedakan tidak bisa kita pisahkan, sehingga bisa dikaji secara terpisah namun
harus dilihat sebagai kesatuan. Para ahli dengan berbagai latar bidang ilmu
berusaha memberikan penafsiran tentang pemimpin dan kepemimpinan.
Pemimpin dan kepemimpinan berasal dari akar kata yang sama yaitu
‘pimpin’ namun keduanya digunakan dalam konteks yang berbeda. Menurut
Duryat (2016:2) pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu,
karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan
kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Hal yang serupa
disampaikan pula oleh Ambarita (2015:59) bahwa pemimpin adalah seseorang
yang berperan mempengaruhi, menunjukkan arah (mengarahkan),
membimbing orang lain atau sekelompok orang (organisasi) untuk mencapai
tujuan.
Suharsaputra (2016:21) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang
bertanggung jawab dan membimbing, mengarahkan kinerja serta aktivitas.
Dengan beberapa pengertian pemimpin tersebut maka dapat dikatakan bahwa
pemimpin adalah orang yang memiliki pengakuan dan berperan sebagai
penanggung jawab, pembimbing serta mengarahkan kemamuan dan aktivitas
yang berjalan dalam sistem tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Banyak para pakar yang mendefinisikan tentang apa itu kepemimpinan
berikut adalah beberapa pengertian tentang kepemimpinan:
a. Menurut Dubrin (2009:4) kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting
yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan.
b. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri
dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai
(Dubrin, 2009:4).
8
9
c. Stephen P. Robbins dalam Fahmi (2013:15) mengatakan kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya suatu tujuan.
d. Carol O‟Connor (2014:6) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menyampaikan visi supaya orang lain tertarik ingin mencapainya. Para pemimpin membutuhkan keterampilan untuk bekerja
sama dengan orang lain sekaligus meraih kepercayaan agar mereka dapat
menciptakan perubahan.
e. Kepemimpinan merupakan sifat yang dimiliki oleh seseorang yang oleh
karena tugas yang diembannya berusaha untuk memberikan pengaruh
kepada pengikutnya (follower) dengan mematuhi terhadap apa yang
menjadi instruksi dari orang yang dipimpinnya (Hermino, 2014:126).
f. Soekarso (2015:9) mengatakan kepemimpinan (leadership) merupakan
proses pengaruh sosial, yaitu suatu proses kehidupan yang mempengaruhi
kehidupan lain, kekuatan yang mempengaruhi perilaku orang lain ke arah
pencapaian tujuan tertentu.
Dengan beberapa pendapat dari para pakar diatas aka dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan atau keterampilan dari dalam diri
seseorang dalam menyampaikan informasi, mempengaruhi dan memberikan
kepercayaan, memotivasi dan mengkoordinasikan segala bentuk kerjasama
dalam kelompok maupun organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan bersama. Kemampuan yang dimiliki baik dalam
menyampaikan informasi, mempengaruhi, memotivasi, dan
mengkoordinasikan terhubung dengan para anggota yang dipimpin sehingga
terjalin kepercayaan satu sama lain dalam organisasi.
1. Ciri-Ciri Pemimpin
Orang yang memiliki latar belakang berbeda dapat saling bekerja sama
dengan baik apabila memiliki tujuan dan maksud yang sama, dan merupakan
tugas pemimpin untuk membuat semua bawahan untuk saling bekerja sama.
Sebagai pemimpin yang mampu membuat semua orang bekerja sama, namun
hal ini bukanlah hal yang mudah. Tidak semua pemimpin mampu melakukan
hal ini. Ada beberapa ciri ciri pemimpin yaitu :
Menurut O‟Connor (2014:6) ciri ciri pemimpin ada 3 yaitu:
a. Membuat semua orang berfokus sehingga mengenali sasaran sasaran
tersebut.
b. Mengadakan diskusi atau debat sampai semua orang memahami sasaran.
c. Menginspirasi dengan berbagai tindakan supaya sasaran dapat dicapai
(O‟Connor,).
10
Sedangkan menurut Sudarwan Danim (2004:60) ciri pemimpin yang ideal
sebagai berikut:
a. Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Seorang pemimpin tidak melihat manusia dari satu sisi saja, misalnya
agama, intelegensi, kondisi fisik, tingkat sosial ekonomi, dan latar belakang keturunan untuk kepentingan mendudukan label tertentu
kepadanya, melainkan memandangnya utuh sebagai makhluk Tuhan.
Penghargaan dan pengakuan bahwa manusia itu makhluk Tuhan amat
esensial, agar pemimpin tidak bertatalaku secara serta-merta.
b. Memiliki inteligensi yang tinggi
Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi kepemimpinan
yang efektif. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan masalah, akan
tetapi pemimpin modern harus membantu anggota kelompok melalui
perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
c. Memiliki fisik yang kuat
Tidak jarang seorang pemimpin harus bekerja dalam waktu lama dan
sangat melelahkan. Banyak pekerjaan organisasi menuntut kekuatan dan
ketahanan fisik dalam waktu lama. Pemimpin organisasi besar mempunyai
kesibukan luar biasa dan seringkali lebih sibuk dari dugaan orang banyak.
Oleh karena itu, pemimpin dituntut memiliki fisik yang kuat.
d. Berpengetahuan luas
Kegagalan seorang pimpinan antara lain disebabkan oleh rendahnya
kemampuan teoritis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis.
Sebaliknya pemimpin profesional perlu memiliki kedua-duanya. Pemimpin
memiliki pengetahuan luas dengan kecakapan praktis yang memadai untuk
mengelola organisasi.
e. Percaya diri
Sikap percaya diri adalah faktor penentu kesuksesan kerja seorang
pimpinan. Pimpinan yang sukses bersikap konsisten menghadapi situasi
yang variatif.
f. Dapat menjadi anggota kelompok
Kerjasama memiliki peran penting dalam suatu organisasi, karena adanya
perpaduan antara pimpinan dengan anggota kelompok. Perpaduan antara
pimpinan dengan anggota kelompoklah yang membuat tujuan organisasi
akan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
11
g. Adil dan bijaksana
Keadilan disini mengandung makna kesesuaian antara hak dan kewajiban,
posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Kemudian bijaksana
berarti bahwa pemimpin harus menjangkau aspek manusiawi individu
yang dipimpin.
h. Tegas dan berinisiatif
Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan
tertentu, dengan didukung oleh data yang kuat atau naluri intuitif yang jitu.
Berinisiatif berarti bahwa seseorang yang menduduki posisi pimpinan
mampu membuat gagasan baru, inovasi baru atau tindakan lain yang
memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai pemikiran tertentu atas
suatu subjek.
i. Berkapasitas membuat keputusan
Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalan
keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat keputusan
akan dapat membawa organisasinya mencapai tujuan tertentu.
j. Memiliki kestabilan emosi
Pimpinan yang sabar didambakan oleh pengikut, dan karenanya dia harus
mampu mengendalikan emosi dan berpikir rasional pada situasi yang
berbeda. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut tetap
berada pada posisi sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang
stabil berarti pula bersikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar teliti,
dan hati-hati, karena setiap tindakan atau keputusannya mengandung suatu
konsekuensi tertentu.
k. Sehat jasmani dan rohani
Sehat jasmani dan rohani ini seperti tidak terganggu pendengarannya,
ketentuan tinggi badan, tidak cacat fisik yang benar-benar menganggu,
rekomendasi rumah sakit jiwa, dan sebagainya. Bisa dibayangkan ketika
seorang pimpinan buta, padahal pimpinan harus sering menandatangani
dokumen.
l. Bersifat prospektif
Sifat prospektif itu diperlukan terutama untuk menghadapi sistem yang
dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
perubahan kondisi politik di dalam dan di luar negeri, perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter, dan sebagainya. Sehingga,
persaingan organisasi tetap terjaga.
Untuk mewujudkan seorang menjadi pemimpin ideal dibutuhkan syarat
syarat yang tergambar dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. George R. Terry
12
yang dijelaskan oleh Fahmi (2013:19-20).mengemukakan ada delapan ciri dari
pemimpin yaitu:
a. Energi, mempunyai kekuatan mental dan fisik.
b. Stabilitas emosi, seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek
terhadap bawahannya, tidak boleh cepat marah dan mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar.
c. Human relationship, mempunyai pengetahuan tentang hubungan
manusia.
d. Personal motivation, keinginan untuk menjadi seorang pemimpin harus
besar, dan dapat memotivasi diri sendiri.
e. Communication skill, mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi.
f. Teaching skill, mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan
dan mengembangkan bawahannya.
g. Social skill, mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin
kepercayaan dan kesetiaan bawahannya.
h. Technical competent, mempunyai kecakapan menganalisis
merencanakan, mengorganisir, mendelegasikan wewenang, mengambil
keputusan dan mampu menyusun konsep.
Pemimpin menurut Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi (2012:21), memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tingkat energi dan toleransi terhadap stres
Tingkat energi yang tinggi dan toleransi terhadap stres membantu para
manajer menanggulangi tingkat kecepatan yang tinggi, jam-jam yang
panjang serta permintaan yang tidak habis-habisnya terhadap pekerjaan.
b. Rasa percaya diri
Rasa percaya diri berhubungan secara positif dengan efektivitas dan
kemajuan diri sendiri. Tanpa adanya rasa percaya diri yang kuat maka
seorang manajer lebih kecil kemungkinannya berhasil dalam usaha-usaha
mempengaruhi.
c. Integritas
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas dalam etika
diartikan sebagai perilaku seseorang yang konsisten dengan nilai-nilai
yang menyertainya dan orang tersebut bersifat jujur, etis, dan dapat
dipercaya.
d. Motivasi kekuasaan
Seseorang yang mempunyai motivasi kekuasaan yang tinggi yaitu
seseorang yang senang mempengaruhi orang untuk mencari posisi
kewenangan. Kebanyakan studi menemukan adanya suatu hubungan
13
yang kuat antara kebutuhan akan kekuasaan dan posisi ke tingkat
manajemen yang lebih tinggi dalam organisasi yang besar.
e. Orientasi pada keberhasilan
Orientasi terhadap keberhasilan termasuk sejumlah sikap yang saling berhubungan, nilai-nilai serta kebutuhan-kebutuhan akan keberhasilan,
keinginan untuk unggul, dorongan untuk berhasil, kesediaan untuk
memikul tanggung jawab dan perhatian terhadap sasaran tugas.
f. Kebutuhan akan afiliasi yang rendah
Afiliasi merupakan perhubungan antara anggota satu dengan yang
lainnya. Orang yang memiliki afiliasi tinggi memiliki dorongan untuk
lingkungan yang ramah dan mendukung. Individu tersebut yang
berkinerja dalam tim karena ingin disukai oleh orang lain.
Akan tetapi hal tersebut kurang tepat untuk pimpinan karena, pimpinan
dalam membuat keputusan akan terhambat disebabkan pimpinan lebih
memilih untuk diterima dan disukai oleh orang lain, dan hal ini
melemahkan objektivitas mereka. Sehingga, afiliasi rendahlah yang tepat
untuk seorang pemimpin.
g. Keterampilan teknis
Keterampilan ini adalah pengetahuan mengenai metode-metode, proses-
proses, prosedur serta teknik-teknik untuk melakukan kegiatan khusus
dari unit organisasi. Keterampilan tersebut dipelajari selama pendidikan
formal dalam bidang yang terspesialisasi misalnya akuntansi, pemasaran,
hukum bisnis dan lain-lain.
h. Keterampilan antar pribadi
Pengetahuan mengenai perasaan, sikap serta motivasi dari orang lain dan
kemampuan untuk mengomunikasikan dengan jelas dan persuasif.
Keterampilan hubungan antar manusia tersebut adalah penting bagi
efektivitas serta kemajuan.
i. Keterampilan konseptual
Keterampilan ini adalah beberapa kemampuan kognitif seperti
kemampuan analitis, berpikiran logis, membuat konsep, pemikiran yang
induktif, dan pemikiran yang deduktif. Dalam arti umumnya
keterampilan konseptual termasuk penilaian yang baik, dapat melihat
kedepan, intuisi, kreatif, dan kemampuan untuk menemukan arti dan
sukses mengelola peristiwa-peristiwa yang ambisius dan tidak pasti.
Jika melihat ciri-ciri pemimpin diatas maka terlihat jelas peran-peran
pemimpin tidak lepas dari interaksi-interaksi dengan bawahannya untuk
14
mencapai tujuan organisasi, maka seorang pemimpin harus mempunyai
berbagai kemampuan dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin.
2. Gaya Kepemimpinan Setiap orang mempunyai watak dan kepribadian yang berbeda-beda, dan
watak serta kepribadian tiap orang akan dibawa ketika memimpin sebuah organisasi yang kemudian berpengaruh pada gaya kepemimpinannya. Ada
beberapa gaya kepemimpinan menurut Sutrisno (2009:223) yaitu:
a. Gaya persuasif, yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan
yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan
melakukan ajakan atau bujukan.
b. Gaya represif yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan
tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa
ketakutan.
c. Gaya Partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk ikut secara aktif baik mental,
spritual, fisik, maupun materil dalam kiprahnya di organisasi.
d. Gaya inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk
mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan
kebutuhan manusia.
e. Gaya motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi
mengenai ide-idenya, program-program, dan kebijakan-kebijakan kepada
bawahan dengan baik. Komunitas tersebut membuat ide, program dan
kebijakan dapat dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau
merealisasikan semua ide, program dan kebijakan yang ditetapkan oleh
pemimpin.
f. Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan
bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada
bawahan, sehingga bawahan memiliki wawasan dan pengalaman yang
lebih baik dari hari ke hari. Sehingga seseorang pemimpin yang bergaya
edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin
mengembangkan pendidikan dan keterampilan.
Tipe kepemimpinan dapat di klasifikasikan menurut cara kerjanya,
prakteknya dan model kepemimpinan, aktifitas kepemimpinan kebutuhan
pemimpin dan hubungan dengan bawahan terhadap produk.
a. Klasifikasi kepemimpinan menurut cara kerjanya.
Menurut Rivai dan Arifin (2009:305-306) ada lima gaya
kepemimpinan: birokratis, permisif atau serba membolehkan, laissez-
faire yang berasal dari bahasa perancis yang sejatinya menunjuk pada
doktrin ekonomi yang menganut paham tanpa campur tangan pemerintah
15
di bidang perniagaan, sementara dalam praktik kepemimpinan, si
pemimpin mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk
melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Melihat masing-masing
gaya tersebut menurut cara kerja pemimpinnya dalam organisasi.
1) Birokratis
Birokratis adalah salah satu gaya yang ditandai dengan ketertarikan
yang terus-menerus kepada aturan organisasi. Gaya ini menganggap
bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi apabila setiap orang
mematuhi peraturannya. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan
prosedur-prosedur baku. Pemimpin adalah seorang diplomat dan tahu
bagaimana memakai sebagian besar peraturan orang untuk membuat satu
keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering harus mengalah kepada
orang lain.
2) Permisif
Permisif adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut
puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan lainnya. Gaya ini
menganggap bahwa apabila orang-orang merasa puas dengan diri mereka
sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi, dengan
demikian akan bisa di selesaikan. Kondisi sering dikorbankan dalam
gaya ini.
3) Laissez-faire
Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini membiarkan
segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya
melaksanakan fungsi pemilihan saja. Misalnya, seorang ulama mungkin
hanya namanya saja ketua dari organisasi tersebut harus beroprasi. Gaya
ini kadang-kadang di pakai oleh pemimpin yang sering berpergian atau
yang hanya bertugas sementara.
4) Partisipatif
Gaya ini yang dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk
memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan mereka dalam proses
pengambilan keputusan. Hal ini di harapkan akan menciptakan rasa
memiliki sasaran dan tujuan bersama. Masalah yang timbul adalah
kemungkinan lambatnya tindakan dalam menangani masa-masa krisis.
5) Otokratis
Gaya ini di tandai dengan ketergantungan kepada yang berwenang
dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan
apa-apa kecuali jika di perintahkan. Gaya ini tidak akan mendorong
adanya pembaharuan. Pemimpin menganggap dirinya sangat di perlukan.
Keputusan dapat di buat dengan cepat.
16
b. Klasifikasi Jenis-jenis Kepemimpinan dalam praktik
Gaya kepemimpinan dalam praktik pelaksanaannya menurut Rivai
dan Arifin (2009:168) adalah: 1) Otokrat
a) Kurang mempercayai anggota kelompoknya.
b) Hanya dengan imbalan materi sajalah yang mampu
mendorong orang untuk bertindak.
c) Kurang toleransi terhadap kesalahan yang di lakukan anggota
kelompok.
d) Peka terhadap perbedaan kekuasaan.
e) Kurang perhatian terhadap anggota kelompok.
f) Memberikan kesan seolah-olah demokratis.
g) Mendengar pendapat kelompok semata-mata hanya untuk
menyenangkannya.
h) Senantiasa membuat keputusan sendiri.
2) Demokrat
a) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok.
b) Selalu menjelaskan sebab- sebab keputusan yang di buat
sendiri kepada kelompok.
c) Feed back di jadikan sebagai salah satu masukan yang
berharga.
d) Mengkritik dan memuji secara objektif.
3) Laissez- Faire
a) Tidak yakin pada kemampuan sendiri.
b) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok
c) Tidak berani menanggung resiko.
d) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok.
c. Klasifikasi kepemimpinan menurut model kepemimpinan
1) Kepemimpinan partisipatif dan pendelegasian
Kepemimpinan partisipatif adalah suatu kepemimpinan yang
memberikan seperangkat aturan yang menentukan ragam dan
banyak pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi
yang berlainan. Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-
saran dari bawahan tetapi masih membuat keputusan.
Kepemimpinan partisipatif memberikan satu perangkat urutan aturan
yang seharusnya diikuti untuk menentukan ragam dan banyaknya
partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan,
sebagaimana ditentukan oleh jenis situasi yang berlainan. Rivai dan
Arifin (2009:123)
2) Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik
dan berwibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
17
sehingga mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Pemimpin yang
kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh
pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar (Kartono, 2016:81)
3) Kepemimpinan Tranformasional
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini
dikemukakan oleh James McGregor Burns sebagaimana yang
dijelaskan oleh Baharuddin dan Umiarso (2012:222) yang
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan
sebuah sketsa yang di dalamnya mengandung suatu proses dimana
pimpinan dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat
moralitas dan motivasi yang tinggi. Dalam artian, pemimpin
transformasional mencoba untuk membangun kesadaranpara
bawahannya dengan menyerukan cita-cita yang besar dan moralitas
yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan, dan kemanusiaan.
B. PEDAGOGIK
1. Pengertian Pedagogik
Sebelum berbicara tentang kepemimpinan pedagogik maka terlebih dahulu
kita harus memahami tentang pedagogic itu sendiri. Istilah pedagogik berasal
dari bahasa kuno Yunani „paidagogos‟ yang terdiri atas kata “paidos” (child)
dan “agogos” (lead), Maksudnya adalah memimpin anak dalam belajar
(Hidayat, 2013:1).
Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah
“pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik
beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran
bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi
berarti pendidikan, yang lebih menekankan pada praktik, menyangkut kegiatan
mendidik, kegiatan membimbing anak (Nuraeni, 2014:16).
Pendapat yang serupa disampaikan oleh Tilaar (2015:10), ia
mengemukakan bahwa pedagogik berarti membimbing anak. Sedang menurut
Sikun Pribadi (1970) seperti yang dijelaskan oleh Rasyidin (2014:6)
mengatakan bahwa kata pedagogiek/paedagogiek dapat diganti dengan ilmu
mendidik, yaitu segala ilmu dan ilmu-ilmu bantu/pendukung yang dipelajari
untuk keperluan pendidikan dengan singkat ilmu mendidik sama dengan teori
pendidikan. Sedangkan paedagogie adalah seni didik atau kecakapan yang
dipergunakan untuk mendidik anak.
18
Dengan beberapa pengertian dari para pakar tersebut, pedagogik dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara memimpin, membimbing,
mengarahkan dan mendidik anak sehingga terjadi proses belajar dalam
kehidupan anak.
2. Syarat Pedagogik
Pedagogi merupakan suatu teori yang secara teliti, krisis dan objektif,
mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak,
hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan. Walaupun
demikian, masih banyak daerah yang gelap sebagai “terraincegnita” (daerah
tak dikenal) dalam lapangan pendidikan, karena masalah hakikat hidup dan
hakikat manusia masih banyak diliputi oleh kabut misteri (Nuraeni, 2014:16).
Nuraeni (2014:17) menyebutkan beberapa syarat pedagogis diantaranya
adalah:
a. Kedewasaan, seorang pendidik harus orang dewasa, sebab hubungan
antara anak dengan orang yang belum dewasa tidak dapat menciptakan
situasi pendidik dalam arti yang sebenarnya.
b. Identifikasi norma, artinya menjadi satu dengan norma yang disampaikan
kepada anak, misalnya pendidikan agama tidak akan berhasil diberikan
oleh orang yang sekedar tahu tentang agama tetapi tidak menganut agama
yang diajarkan tersebut, di sinilah letak keistimewaan pekerjaan mendidik,
dimana mendidik anak itu tidak hanya sekedar persoalan teknis saja
menguasai bahan atau cara menyampaikan saja, Tetapi juga persoalan
batin dalam arti pendidik harus menjadi satu dengan norma yang
disampaikan kepada anak didik.
c. Identifikasi dengan anak, artinya pendidik dapat menempatkan diri dalam
kehidupan anak, hingga usaha pendidikan tidak bertentangan dengan
kodrat anak.
d. Knowledge, mempunyai pengetahuan yang cukup perihal pendidikan
e. Skill, mempunyai keterampilan mendidik
f. Attitude, mempunyai sikap jiwa yang positif terhadap pendidikan.
Dalam perkembangan ilmu pendidikan (pedagogik) saat ini, pengertian
ilmu pendidikan tidak lagi terbatas kepada anak, tapi juga kepada orang
dewasa. Bahkan pendidikan berlangsung selama hidup manusia. Melihat
perkembangan zaman yang begitu pesat di abad 21 ini, dengan perkembangan
teknologi yang maju maka menuntut manusia untuk terus belajar demi
kebutuhan hidup mereka.
19
3. Objek Pedagogik
Pada awalnya teori pendidikan didasarkan pada anggapan bahwa tujuan
utama pendidikan adalah mengalihkan keseluruhan pengetahuan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Asumsi tersebut dikelola secara menyeluruh
oleh sistem pendidikan dengan alasan, pertama: kecepatan perubahan yang terjadi dalam tata budaya atau masyarakat cukup lamban sehingga
memungkinkan untuk menyimpan pengetahuan dalam kemasan tertentu serta
menyampaikannya sebelum pengetahuan itu sendiri berubah. Kedua, keadaan
tersebut tidak berlaku lagi di abad modern saat ini. Dimana pengetahuan dapat
menimbulkan perubahan-perubahan sedemikian pesat (Ahmadi, 2016:177).
Dengan melihat penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa objek dari
pedagogik adalah manusia itu sendiri dengan seluruh kehidupan mereka.
C. KEPEMIMPINAN PEDAGOGIK
1. Pengertian Kepemimpinan Pedagogik
Pengertian kepemimpinan pedagogik dari beberapa pakar adalah:
a. MacNeill, Cavanagh, dan Silcox mendefinisikan pedagogical
leadership sebagai “Pedagogic leadership is therefore an act that
motivates others, thus facilitating culturally and morally aware learning
in a second party” Definisi di atas dapat dipahami bahwa pedagogical
leadership adalah tindakan untuk memotivasi orang lain, juga
memfasilitasi sadar belajar pada anak secara budaya dan moral
(MacNeill, 2005:3)
b. Menurut Coughlin dan Baird kepemimpinan pedagogik adalah
pembimbing studi proses belajar mengajar (Coughlin dan Baird, 2013:1).
c. Taipale (2004:72) mendefenisikan kepemimpinan pedagogik adalah
kemampuan yang luar biasa dalam membimbing bawahan menuju tujuan
bersama, membuat visi dan tujuan yang spesifik terlihat dan mengajari
orang untuk mengerti dan menafsirkannya, serta membahas dan
mengelola interaksi dengan cara saling ketergantungan dan keterbukaan
positif.
d. Menurut Alameen, Male dan Palaiologou (2015:4) Kepemimpinan
pedagogik adalah sesuatu yang lebih dari pada mendukung proses
pengajaran dan pembelajaran, dan karir dengan expektasi bahwa
tindakan seharusnya tidak ditentukan sebelumnya, namun relevan
dengan situasi dan kondisi.
e. Menurut Sergiovanni (1998) yang dijelaskan oleh Okoth (2016:18)
mengatakan bahwa kepemimpinan yang mengembangkan kapasitas
dengan mengembangkan modal sosial dan akademik bagi siswa dan
20
modal intelektual dan profesional bagi para guru untuk memberikan
kondisi yang diperlukan untuk meningkatkan level pembelajaran dan
pengembangan siswa.
Dengan beberapa defenisi di atas maka dapat dikatakan bahwa
kepemimpinan pedagogik adalah kemampuan seorang dalam mengembangkan kapasitas dan moral seseorang maupun organisasi sehingga meningkatkan
profesionalitas dalam mencapai tujuan bersama yang telah disepakati bersama.
Dengan begitu, ketika kepemimpinan pedagogik diaplikasikan dalam
kepemimpinan pendidikan maka dapat diartikan bahwa kemampuan kepala
sekolah dalam mengelola sekolah, dan meningakatkan kapasitas organisasi
sekolah dan menciptakan pembelajaran yang profesional dalam mencapai visi
dan tujuan sekolah.
2. Prinsip Pelaksanaan Kepemimpinan Pedagogik
Prinsip pelaksanaan kepemimpinan pedagogik ada 4 sebagaimana yang
telah disebutkan oleh Education Review Office (2012:14) sebuah lembaga
pemerintahan independen New Zealand yang mengawasi kinerja sekolah-
sekolah di New Zealand, yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki staf dengan kredibilitas dan profesional
Pemimpin pedagogis yang efektif membawa berbagai keterampilan
pribadi dan profesional ke pekerjaan mereka dan mereka bekerjasama
dengan para guru dan siswa. Mereka membentuk hubungan kerja yang
baik sehingga para guru juga memiliki keterampilan. Membagi tugas
sesuai bidang guru untuk mendukung guru dalam memperbaiki praktik
mengajar mereka. Sehingga dapat diidentifikasi empat aspek yang
berkontribusi terhadap kredibilitas dan keahlian para pemimpin
pedagogis:
1) Latar belakang dan pengalaman yang relevan.
2) Kemampuan untuk membangun hubungan kerja yang efektif.
3) Pengetahuan teori dan praktik pendidikan yang luas.
4) Pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan hasil pendidikan
b. Membangun nilai, kreatif, strategis dan fokus pada perbaikan dan
peningkatan.
Kepemimpinan pedagogik yang memiliki corak ini mendukung
untuk meningkatkan hasil akademik, sosial dan tujuan pelajaran. Pada
aspek ini kepemimpinan pedagogik yang dibahas adalah:
1) Mengembangkan praktek inovatif
2) Penekanan pada hasil siswa
3) Kepemimpinan kreatif, fleksibel dan gigih
4) Nilai-nilai etika dan tindakan
21
5) Penggunaan strategis dari data untuk menginformasikan
perubahan.
c. Menggunakan proses pembelajaran dan pengembangan profesional yang
efektif.
Proses pengembangan dan dukungan profesional yang efektif diperlukan untuk pemimpin pedagogis untuk mendukung perbaikan terus-menerus
untuk guru dan sekolah. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:
1) Fokus pada hasil siswa, dengan cara menghubungkan antara
kegiatan di kelas dengan tujuan yang di inginkan.
2) Menggunakan instrumen penilaian tentang kinerja guru dan siswa
untuk menentukan perbedaan di dalam kelas.
3) Menyediakan berbagai macam bentuk kegiatan bagi guru untuk
belajar dan menerapkan ilmu baru yang di peroleh di dalam kelas
ketika mengajar.
4) Bekerja sama dan memberikan tantangan kepada guru untuk
belajar.
d. Ikut terlibat aktif dalam kegiatan di sekolah.
Keempat prinsip kepemimpinan pedagogik ini menunjukkan bahwa dalam
pelaksanaan tugas pemimpin pedagogik maka pemimpin memastikan bahwa
dia terhubung dengan semua aspek organisasi dan mampu melaksanakan tugas
masing-masing dengan baik.
3. Aspek Aspek Kepemimpinan Pedagogik
Ada beberapa aspek kepemimpinan pedagogik, aspek kepemimpinan
pedagogik ini dapat dilihat dari perbandingan instructional leadership dan
pedagogical leadership yang dikaji oleh MacNeill, Cavanagh, dan Silcox
(2005:5) berikut ini. Perbandingan antara kepemimpinan instruksional dan
kepemimpinan pedagogic adalah:
Instruksional Leadership Pedagogic Leadership
Fokus pada instruksi guru Fokus pada pembelajaran
siswa
Didorong oleh kurikulum
yang diamanatkan
Ditentukan berdasarkan minat
dan bakat
Kelas oriented Terhubung pada contoh
kontekstual
Hasil tes dilihat sebagai
tujuan
Hasil pengujian terlihat adanya
satu aspek pembelajaran dan
informatif tingkat pemahaman
siswa terhadap konsep yang
dieksplorasi
22
Mengacu pada pengajaran
sebagai keahlian
Mengacu pada pengajaran
sebagai profesional
Bersifat Hierarki Kepemimpinan terdistribusi
Lebih jauh menekankan pada
manajemen sekolah
Lebih menekankan pada
membangun komunitas belajar
profesional
Kepala sekolah sebagai
instruktur guru
Kepala sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran
profesional guru
Bersifat pragmatis Bersifat Moral dan fasilitatif
Dengan perbedaan tersebut, maka beberapa aspek kepemimpinan
pedagogik adalah:
a. Memfokuskan perhatian dan usahanya untuk perbaikan dan peningkatan
belajar peserta didik;
b. Mengupayakan guru-guru, laboran, pustakawan, teknisi, dan tenaga
administrasi sekolah (TAS) untuk melihat kebutuhan dan minat peserta
didik (bukan ditentukan oleh terlaksana kurikulum) dalam memberikan
layanan kepada peserta didik;
c. Menjamin pembelajaran yang dialami oleh peserta didik selalu dikaitkan
dengan kejadian-kejadian nyata/kehidupan keseharian anak;
d. Menjadikan tes sebagai bagian dari proses pembelajaran dan menjadi
informasi berharga bagi capaian peserta didik dalam belajarnya;
e. Menstimulus guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk menjalani
pekerjaanya sebagai profesi yang dicirikan oleh pengabdian, bukan
hanya keahlian.
f. Memberikan kepercayaan kepada guru-guru dan tenaga kependidikan
lainnya untuk menjadi pemimpin di sekolah.
g. Memimpin sekolah dengan orientasi pada membangun komunitas
pembelajar, bukan pada manajerial sekolah semata;
h. Memposisikan diri sebagai pemimpin pembelajar professional bukan
sebagai pengajar bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya;
i. Mendasarkan tindakan dalam mengelola sekolah secara moral dan
fasilitator bukan untuk kepentingan praktis.
4. Ciri-Ciri Kepemimpinan Pedagogik
Ciri-ciri dari kepemimpinan pedagogik dapat dilihat dari beberapa hal
yaitu:
a. Menstimulus Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Tim Profesional.
23
Kajian Mac Evoy (1987) yang dijelaskan oleh Supardi (2013:54)
mengatakan mengenai cara yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk
meningkatkan profesionalisme guru yaitu dengan cara:
1) Menjelaskan kepada guru peluang peluang yang berkaitan dengan
profesi mereka. 2) Menyampaikan informasi terkini berkaitan dengan profesionalisme dan
kurikulum kepada guru guru.
3) Menarik perhatian guru tentang pengajaran dan pembelajaran.
4) Mendapatkan pandangan guru tentang pengajaran dan pembelajaran
yang dapat meningkatkan profesionalisme dikalangan guru.
5) Menganjurkan guru melakukan percobaan atau penelitian baru dan
memberi pencerahan baru kepada keberhasilan guru.
Priansa (2017:60-61) memiliki pandangan yang berbeda terhadap peran
kepala sekolah dalam membangun profesionalisme guru, yaitu:
1) Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif.
Kepala sekolah berperan menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif
dan efektif bagi pencapaian tujuan yang menunjukkan adanya kedekatan
dan keterbukaan antara guru dan kepala sekolah, terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif, aman dan nyaman, serta mengoptimalkan
kesejahteraan guru. Peran kepala sekolah disini sebagai jembatan untuk
melakukan proses supervisi yang humanis dalam proses pengelolaan
iklim agar mendukung efektivitas tujuan pendidikan.
2) Menciptakan peluang dan kesempatan bagi optimalisasi potensi guru.
Kepala sekolah harus melibatkan guru tanpa diskriminatif, untuk terlibat
dalam kegiatan yang akan menunjang kegiatan profesionalisme guru.
Kepala sekolah memberikan peluang dan kesempatan kepada guru untuk
berkreasi dan berinovasi sehingga guru tersebut dapat
mengaktualisasikan dirinya. Hal tersebut dapat menciptakan budaya
yang kreatif di lingkungan sekolah, yang berdampak pada kematangan
guru dalam menjelaskan tugas secara profesional.
3) Optimalisasi peran kepemimpinan.
Kepala sekolah harus mampu mengoptimalkan peran kepemimpinan
yang tersebar di dalam hierarkis organisasi sekolah. Peran kepemimpinan
sangat berpengaruh terhadap kematangan profesional guru, yaitu kepala
sekolah sebagai konduktor, motivator dan koordinator perlu memiliki
peran kepemimpinan yang jelas. Kepala sekolah bertugas memimpin
guru untuk membina kerja sama yang harmonis antar guru sehingga
membangkitkan semangat serta motivasi kerja.
4) Pelaksanaan supervisi klinis.
Pelaksanaan supervisi klinis merupakan salah satu upaya kepala sekolah
dalam mematangkan profesionalisme guru. Supervisi klinis bertujuan
24
meningkatkan kemampuan dasar guru yang berkaitan dengan kompetensi
mengajarnya. Sebagai supervisor kepala sekolah harus mengetahui
aspek-aspek didaktik metodik, yang notabene nya merupakan prasyarat
utama tugas guru.
Dengan beberapa cara untuk menstimulus guru menjadi tenaga
kependidikan yang profesional, maka peran peran kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan lebih banyak ke memfasilitasi dan menstimulus guru
sehingga mulai terbangun kesadaran dari dalam dirinya.
b. Fokus Pada Perbaikan dan Peningkatan Belajar Peserta Didik
Dalam melakukan perbaikan dan peningkatan peserta didik tentu tidak
lepas dari kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Salah
satu upaya kepala sekolah dalam perbaikan dan peningkatan belajar siswa
adalah dengan meningkatkan keterampilan mengajar guru. Seperti yang
disampaikan Priansa (2017:178) bahwa guru yang paripurna adalah guru yang
menguasai keterampilan dasar dalam mengajar secara baik. Dengan kata lain
ketika mengadakan pelatihan guru, ataupun observasi ke kelas secara tidak
langsung kepala sekolah sedang berusaha meningkatkan proses belajar siswa.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Rosyada (2013:110) bahwa guru
harus memenuhi dua kategori yaitu capability dan loyality, capability disini
adalah guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang
diajarkannya, memiliki kemampuan teoritis tentang mengajar yang baik, dari
perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Guru juga harus memenuhi
kategori loyality, loyality di sini adalah loyalitas keguruan, yaitu loyalitas
terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tetapi
sebelum dan sesudah kelas.
Ketika guru memenuhi kategori tersebut maka tugas-tugas guru dalam
meningkatkan kemampuan siswa akan dilaksanakan dan mencari solusi yang
tepat terhadap berbagai permasalahan di kelasnya karena mereka paham akan
tugas dan kewajiban mereka. Selain dua kategori tersebut dalam meningkatkan
kemampuan siswa guru harus memiliki kecakapan dalam melakukan
komunikasi kepada siswa agar materi yang disampaikan diserap dengan
maksimal oleh siswa. Moore (2001:156) seperti yang dijelaskan oleh Rosyada
(2013:148-145) membagi komunikasi verbal dalam pembelajaran menjadi dua
yaitu, verbal learning dan vocal learning. Vocal learning adalah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan memahami apa yang
disampaikan guru melalui kata-kata yang diucapkannya. Oleh sebab itu tingkat
pemahaman siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
25
1) Pengorganisasian bahan ajar, semakin baik bahan-bahan uraian
terorganisasikan, maka akan semakin baik tingkat pemahaman siswa
terhadap bahan-bahan pelajaran tersebut.
2) Kejelasan kata, yaitu menggunakan kata-kata yang jelas dan bermakna
pasti hanya satu makna, lebih baik daripada menggunakan kata-kata bermakna ganda, sehingga pemahaman siswa sesuai dengan maksud
yang diucapkan oleh gurunya. Namun tidak boleh untuk memaksakan
penggunaan kata-kata yang jelas dengan mengabaikan inti pesan.
3) Untuk mempermudah pemahaman, sebaiknya informasi diperjelas
dengan contoh-contoh dua arah, arah yang dimaksud dan arah yang tidak
dimaksud, atau contoh yang salah supaya siswa memahami dengan baik
maksud pesan yang disampaikan.
Sedangkan vocal learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan
siswa dengan memahami pesan-pesan yang diucapkan guru dengan tempo
yang sedang, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, tinggi rendah
nada suara diatur, dan intonasinya sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Penggunaan vocal yang baik, intonasi yang pas, tempo yang sedang dan ritme
yang sesuai dengan alur pesan akan membantu efektivitas penyampaian pesan
dalam proses pembelajaran, dan membantu pemahaman siswa terhadap pesan-
pesan yang dibawakan guru tersebut (Moore, 2001:158).
Dengan memahami cara komunikasi yang baik dan kemampuan mengatur
pembelajaran maka guru mampu meningkatkan proses belajar siswa, dan
bukan hanya meningkatkan hasil belajar namun menciptakan suasana nyaman
dalam belajar.
c. Kepemimpinan Distributif.
Mustonen (2003) dalam Alava Dkk (2012:24) mengemukakan bahwa
walaupun tanggung jawab utama tetap berada pada pemimpin, Pemimpin
mensosialisasikan kepemimpinan mereka sendiri dengan berbagi tanggung
jawab dan bekerja sama dengan guru. Memimpin sebuah sekolah untuk
mencapai tujuan bersama-sama merupakan tantangan yang besar bagi
seorang kepala sekolah, memerlukan chemistry antara seluruh tim kerja yang
ada di sekolah. Sebagai pemimpin sekolah kepala sekolah diberikan tugas
dan tanggung jawab yang sangat banyak, berkaitan dengan keuangan,
administrasi, sumber daya manusia sekolah, implementasi pendidikan,
integrasi kebutuhan siswa, dan secara keseluruhan perkembangan sekolah itu
sendiri (Alava, Halttunen, Risku, 2012:24). Dengan tugas yang banyak ini
kepala sekolah harus menyadari ketidakmampuannya untuk menjalankan
semua tugasnya seorang diri. Sementara keberlangsungan pendidikan bukan
hanya sekedar jangka pendek, tapi kepala sekolah juga harus memikirkan
26
keberlangsungan sekolah dalam jangka panjang. Maka salah satu pilihan
seorang kepala sekolah adalah berbagi kepemimpinan.
Kepala sekolah juga dituntut mampu membagi dan mendelegasikan
setiap jenis tugas secara efektif kepada orang yang tepat. Karena itu kepala sekolah perlu memahami secara benar setiap detail pekerjaan yang diberikan
kepada orang lain, sehingga kalaupun pekerjaan dikerjakan oleh orang lain,
hasilnya sama dengan yang diharapkan oleh kepala sekolah (Ambarita,
2015:92)
Mendistribusikan kepemimpinan keseluruh sekolah serta mempersiapkan
suksesi kepemimpinan merupakan hal yang sangat diperlukan dalam sekolah
(Hargreaves dan Fink 2003 dalam Stronge, 2011:6). Berbagi kepemimpinan
juga berarti memberikan bimbingan dan dukungan yang berfokus pada
masing-masing pihak secara individu dan untuk memastikannya bahwa
sumber kepemimpinan terdistribusi yang terdiri dari berbagai pihak
membentuk sebuah kesatuan keseluruhan dalam hal operasi sekolah (Alava,
Halttunen, Risku, 2012:24). Dengan berbagi kepemimpinan maka kepala
sekolah tidak terjebak dengan berbagai masalah administrasi di sekolah
karena memiliki tim yang mampu mengerjakan tugas sesuai tugas masing
masing yang telah dipercayakan dan kepala sekolah juga karus meluangkan
waktu untuk memantau kelas untuk memastikan pembelajaran berlangsung
sesuai dengan yang diharapkan dan juga mempersiapkan pemimpin
pemimpin sekolah dimasa yang akan datang.
Salah satu contoh yang nyata distribusi kepemimpinan kepala sekolah
adalah berbicara langsung dengan para guru, memfasilitasi para staf sekolah,
dan mendukung pembelajaran jangka panjang khususnya yang berkaitan
dengan pembelajaran (Blase dan Blase 1999 dalam Stronge, 2011:6) dengan
kata lain para guru diberikan kesempatan kepada guru untuk bekerja sama
dan saling berbagi praktek pengajaran antara guru di sekolah dalam bentuk
observasi, begitu juga dengan para staf sekolah diberikan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya. Hal ini lebih terkenal dengan istilah
kolaborasi.
d. Membangun Komunitas Pembelajaran
Komunitas belajar profesional adalah kelompok individu yang berkumpul
bersama waktu dengan minat dan hasrat bersama untuk terlibat dalam proses
kolektif dan kolaboratif belajar (Coughlin, 2013:3)
Sebagai pemimpin sekolah, kepala sekolah juga harus menjadi contoh
atau teladan bagi seluruh warga sekolah, baik guru, staf, maupun siswa untuk
27
pembelajaran. Menurut Stonger (2011:8) sekolah diorganisasikan dalam dua
fungsi kunci, yaitu Pembelajaran dan Organisasi Pembelajaran.
1) Kepala Sekolah Sebagai Pembelajar
Kepala sekolah yang efektif menjadikan kesuksesan siswanya
sebagai titik pusat pekerjaannya, dan karenanya mereka memberikan perhatian dan berkomunikasi mengenai pengajaran, kurikulum dan
mengenai penguasaan siswa terhadap objek-objek pembelajaran yang
mudah ditemui di sekolahnya. Proses pembelajaran harus terjadi di
seluruh organisasi sekolah, dimana kepala sekolah harus menjadi
partisipan dalam proses pembelajaran tersebut dengan tujuan membentuk
dan mendorong implementasi model pembelajaran yang efektif di
sekolahnya (Stronger, 2011:8) kepala sekolah merupakan contoh yang
paling sering diperhatikan karena dari segi jabatan kepala sekolah
merupakan pemimpin tertinggi di sekolah, sehingga semua bentuk
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah menjadi profil bagi seluruh
peserta didik di sekolah.
Kepala sekolah dalam mengelola sekolah sebagai teladan di sekolah
dipengaruhi oleh beberapa faktor di sekolah yang terlibat aktif
menyumbangkan masalah. Yaitu:
a) Komponen penyelenggara sekolah, pada sekolah negeri
penyelenggara sekolah adalah pemerintah yang dibantu oleh
masyarakat, selama ini sering dijumpai kebijakan pemerintah yang
tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Komponen pelaksana sekolah yaitu kepala sekolah itu sendiri, guru
dan staf, masalah yang muncul umumnya masalah profesionalisme.
c) Komponen siswa yang menyangkut motivasi, sikap, kreativitas,
hasil belajar dan sebagainya.
d) Komponen masyarakat yang berkaitan dengan peran mereka
terhadap sekolah (Rawita, 2011, 6-7)
Dengan beberapa masalah yang sering muncul dalam dinamika
sekolah inilah seorang kepala sekolah menjadi pembelajar di sekolah dan
apapun yang dilakukan akan menjadi bentuk yang akan di lihat dan
dicontoh oleh warga sekolah, baik dalam pola pikir dan pengambilan
keputusan dan kebijakan sekolah.
2) Kepala Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran
Kepala sekolah harus mampu secara berkelanjutan mengambil
bagian dalam berbagai program pengembangan dan pelatihan, baik yang
berasal dari sekolah tempat ia mengabdi maupun diluar sekolah. Kepala
sekolah harus mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif,
sehingga mampu mempelajari situasi. Kepala sekolah harus mampu
mengejar peluang untuk bekerja sama dan mengambil bagian dalam
28
proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan
berpikir, dan mengembangkan imajinasi (Priansa, 2017:111).
Dengan kemampuan kepala sekolah dalam membangun relasi dan
kerja sama maka dalam mengembangkan komunitas pembelajaran di
sekolah dapat dilakukan dengan mudah dan akan memberikan wawasan yang luas bagi para guru sebagai anggota komunitas pembelajaran. Di
samping mendapatkan pemahaman para guru juga bisa mengambil
peluang lain dalam komunitas. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan
tim, keberhasilan bersama, dan bukan keberhasilan kepala sekolah
sendiri (Ambarita, 2015:91)
e. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajar Profesional (Memposisikan
diri sebagai pemimpin pembelajar professional bukan sebagai pengajar
bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya)
Peran penting kepemimpinan pembelajaran dalam membina
profesionalisme guru seharusnya memiliki implikasi bahwa kepemimpinan
sekolah perlu mengalihkan perhatian dari sekedar melakukan pembinaan
administratif menjadi pembinaan profesional dengan pusat perhatian pada
peningkatan kinerja pembelajaran di sekolah (Kusmintarjo, 2014: 203).
Aktivitas utama perilaku kepemimpinan pengajaran di sekolah menurut
Blase, J (2001) dalam Supardi (2011:47) adalah berdiskusi dengan guru,
mengadakan pengembangan profesional dikalangan guru, memupuk refleksi
dikalangan guru.
Portin (2003) dalam stronge (2013:5) mengatakan bahwa semua sekolah
memerlukan kepala sekolah yang dapat melaksanakan perannya sebagai
pemimpin dalam pengajaran dan mampu memastikan kualitas pengajaran.
Maka seorang kepala sekolah tidak hanya akan melakukan tugas sebagai
manajer tapi harus meluangkan waktu berkunjung ke kelas untuk
memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung atau mengobservasi
guru demi memastikan jalannya proses pembelajaran. Di samping itu kepala
sekolah menyeimbangkan kebutuhan lain seperti keamanan siswa, dan
hubungan dengan orang tua siswa maupun stakeholder sekolah. Jika dilihat
dari peran kepala sekolah ini maka kepala sekolah memiliki peran ganda, dan
untuk melaksanakan tanggungjawab ganda ini, kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk menunjukkan kecenderungan atau perkembangan sekolah
dimasa yang akan datang, dan memastikan sekolah tidak kehilangan visi, misi,
dan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
29
f. Membangun Nilai Moral di Sekolah
Kepala sekolah bisa saja mengerjakan aspek-aspek lain dengan benar,
namun kegagalan dalam aspek perilaku berakibat kepala sekolah tidak dapat
mengerjakan tugas-tugas dengan baik, atau dalam beberapa kasus kepala
sekolah bahkan tidak dapat melanjutkan pekerjaannya (Stronge, 2013:122).
Pola pikir kepala sekolah yang efektif menempatkan sekolah sebagai
lahan belajar baik bagi dirinya, guru, pegawai, dan terutama bagi siswa
siswanya. Berdasarkan pola pikir ini, kepala sekolah akan berusaha
mengkondisikan dan memanfaatkan berbagai aspek di sekolah sebagai wahana
pembelajaran. Kepala sekolah yang efektif tidak hanya berfokus pada kegiatan
pembelajaran di kelas tetapi juga mengelola sikap dan perilaku guru dan
pegawai agar dapat dijadikan teladan bagi siswa dan lingkungan sekolah agar
memiliki nilai edukatif dan menjadi sumber belajar bagi civitas akademika
(Ambarita, 2015:89).
Menurut Edgar H. Schein (2004) yang dikutip oleh Baedowi (2015:39)
mengatakan bahwa ada 3 lapis budaya organisasi yaitu artefak dan perilaku,
nilai-nilai dan asumsi. Ketiga lapisan inilah yang membedakan antara budaya
satu organisasi dari organisasi lainnya jika dijelaskan secara terperinci adalah:
1) Artefak, adalah elemen-elemen apa saja yang terlihat secara kasat mata
pada sebuah organisasi, seperti arsitektur, furnitur, seragam kerja, atau
ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam berkomunikasi.
2) Nilai-nilai bentukan, (espoused values) nilai nilai dan aturan apa saja
yang dibuat dan digunakan oleh organisasi secara resmi. Nilai-nilai ini
diekspresikan dalam filosofi resmi organisasi dan dalam setiap
pernyataan publik. Ia bisa berupa visi, misi, dan tujuan organisasi atau
proyeksi dan prinsip-prinsip profesionalisme.
3) Asumsi-asumsi yang hidup, (shared basic assumptions) dalam organisasi
dapat dilihat pada perilaku perilaku anggota organisasi, yang cenderung
tidak disadari atau diungkapkan namun merupakan inti dari budaya
organisasi. Asumsi-asumsi ini terintegrasi dalam dinamika organisasi
sehingga sulit dikenali oleh „orang dalam‟ organisasi sendiri.
Kultur menempatkan perbedaan keberadaan orang dalam hubungannya
dengan perasaan, perilaku, dasar kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan
pendapat. Kultur dipelajari bersama oleh suatu anggota masyarakat dan
memiliki daya paksa mempengaruhi perilaku mereka (Fathurrohman dan
Suryana, 2012:90).
30
g. Membangun dan Menjaga Visi Sekolah
Kepala Sekolah yang memiliki gambaran yang jelas terhadap sekolah
yang dipimpinnya, baik visi, tujuan, akan membantu kepala sekolah terhindar
pekerjaan-pekerjaan administratif yang tidak diperlukan dan terlalu memakan
waktu (Stronge, Richard, Catano, 2013:4) hal ini terjadi karena dengan adanya visi yang jelas memudahkan kepala sekolah dalam memetakan tugas yang
akan dikerjakan, baik oleh staf sekolah, guru dan seluruh warga sekolah.
Sehingga peran peran kepala sekolah bisa dilaksanakan dengan maksimal.
Rawita (2012:4) mengungkapkan kalau strategi-strategi baru yang
inovatif harus dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan
akan melaksanakan tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mendatang. Maka dilihat bahwa seorang kepala sekolah harus terus berpikir
untuk melakukan karya-karya inovasi dalam melakukan pengembangan
sekolahnya, baik untuk mencapai visi yang telah ditentukan maupun dalam
melaksanakan tujuan pendidikan, baik tujuan nasional pendidikan maupun
tujuan sekolah itu sendiri.
Ada 3 faktor yang dipandang menjadi indikasi keberhasilan kepala
sekolah efektif menurut Blumberg dan Greefiel (1980) dalam Supardi
(2013:80) yaitu:
1) Keinginan dan harapan untuk menjadikan sekolah yang dipimpin lebih
dari sekolah sekolah lain, dan mampu menstrukturisasi waktu dan
harapannya sedemikian rupa sehingga memungkinkan kepala sekolah
yang bersangkutan mencapai tujuan pribadinya sebagai kepala sekolah.
2) Kecenderungan berinisiatif dan memulai tindakan proaktif terhadap
situasi kerjanya.
3) Memiliki kemampuan untuk tidak ditenggelamkan oleh lembaganya,
kepala sekolah tidak dapat mengabaikan tuntutan sekolahnya tetapi dapat
dikatakan mampu memuaskan dengan menggunakan sedikit porsi waktu
dan energi atau memanfaatkan personel lain untuk memenuhi tuntutan
organisasi sekolahnya.
Melihat beberapa faktor tersebut kepala sekolah yang baik adalah kepala
sekolah yang mampu melaksanakan tugasnya bersama dengan seluruh warga
sekolah secara bersama sama dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai
visi sekolah itu sendiri dan juga terus menjaga visi tersebut ketika sudah
tercapai dengan melakukan pengembangan pengembangan dalam proses
pembelajaran. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Stronge (2011:5)
bahwa kepala sekolah terus memberikan hubungan emosional terhadap guru
dan staf sekolah dan memandang mereka memiliki kemampuan untuk
menciptakan hubungan interpersonal yang positif. Proses pengembangan visi
sekolah dapat dilihat dari sekolah sekolah yang berekspektasi tinggi dimana
31
seluruh siswa dan guru mampu mencapai ekspektasi tersebut dan memiliki
rasa tanggung jawab untuk kesuksesan sekolahnya sebagai pemimpin
D. KEPALA SEKOLAH
1. Pengertian Kepala Sekolah
Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana
terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran”.
Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala
sekolah adalah seorang guru (Jabatan fungsional) yang diangkat untuk
menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.
Melihat beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin
dan memberdayakan segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai tujuan
bersama.
Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah A. Tabrani Rusyan
(2000) menyatakan bahwa:
Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi
peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa.
Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat
penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga
produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam
arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan
kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya
untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah
digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar
siswa meningkat.”
Sebenarnya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan anggotanya
mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap anggota
organisasi mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi tercapainya
tujuan organisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya kebersamaan. Rasa
kebersamaan dan rasa memiliki pada diri setiap anggota mampu
menimbulkan suasana organisasi yang baik.
32
2. Kompetensi Kepala Sekolah
Kompetensi kepala sekolah ada lima seperti yang telah di atur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun
2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Kompetensi tersebut
adalah:
No Dimensi Kompetensi Kompetensi
1
Kepribadian
1. Berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan
tradisi akhlak mulia, dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi
komunitas di sekolah/madrasah.
2. Memiliki integritas kepribadian
sebagai pemimpin.
3. Memiliki keinginan yang kuat
dalam pengembangan diri
sebagai kepala sekolah/madrasah.
4. Bersikap terbuka dan
melaksanakan tugas pokok dan
fungsi.
5. Mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
6. Memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendidikan.
2
Manajerial
1. Menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai
tingkatan perencanaan.
2. Mengembangkan organisasi
sekolah/madrasah sesuai
kebutuhan.
3. Memimpin sekolah/madrasah
dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah/madrasah
secara optimal.
4. Mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajar
yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim
sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran
peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam
33
No Dimensi Kompetensi Kompetensi
rangka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal.
7. Mengelola sarana dan prasarana
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
8. Mengelola hubungan
sekolah/madrasah dan
masyarakat dalam rangka
pencarian dukungan ide, sumber
belajar, dan pembiayaan
sekolah/madrasah.
9. Mengelola peserta didik dalam
rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta
didik.
10. Mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah
dan tujuan pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan
sekolah/madrasah sesuai dengan
prinsip pengelolaan yang
akutabel, transparan dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan
sekolah/madrasah.
13. Mengelola unit layanan khusus
sekolah/madrasah dalam
mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan
peserta didik di
sekolah/madrasah.
14. Mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam
mendukung penyusunan program
dan pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/madrasah.
16. Melakukan monitoring, evaluasi
34
No Dimensi Kompetensi Kompetensi
dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan
sekolah/madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
3
Kewirausahaan
1. Menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
2. Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar
yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat
untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin
sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu
mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah.
5. Memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah
sebagai sumber belajar peserta
didik.
4 Supervisi 1. Merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme
guru.
2. Melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan
profesionalisme guru.
5
Sosial
1. Bekejasama dengan pihak lain
untuk kepentingan
sekolah/madrasah.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan
35
No Dimensi Kompetensi Kompetensi
sosial kemasyarakatan.
3. Memiliki kepekaan sosial
terhadap orang/kelompok lain.
Kompetensi inilah yang membedakan guru dan kepala sekolah, dengan
kelima kompetensi tersebut maka kepala sekolah dituntut untuk lebih
berwawasan dan memiliki pengalaman serta kemampuan dalam
memimpin sebuah instasi.
3. Fungsi dan tugas Kepala sekolah
Fungsi kepala sekolah merupakan akibat dari perannya sebagai kepala
sekolah. Menurut Crowther (2009) dalam Suharsaputra (2016:163) terdapat 5
fungsi dari kepala sekolah yaitu:
a. Meginspirasi
b. Memadukan unsur kelembagaan yang penting dalam menjalankan peran
kepemimpinannya di sekolah,
c. Mendorong dan mengembang kepemimpinan guru menjadi fungsi kepala
sekolah, sehingga konstribusi guru terhadap pengembangan sekolah
terhadap secara keseluruhan mendapat dukungan kuat dengan
keterlibaatan guru dalam kepemimpinan pada tingkat organisasi sekolah.
d. Membangun aliansi strategis dengan berbagai pihak yang dapat
membantu, mendorong bagi perkembangan organisasi sekolah.
e. Membangun budaya dan memunculkan identitas menjadi fungsi lainnya
dari sekolah.
Sementara menurut Mulyasa, kepala sekolah harus melakukan perannya
sebagai pimpinan sebagai fungsi:
a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
b. Kepala sekolah sebagai manajer
c. Kepala sekolah sebagai administrator
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
f. Kepala sekolah sebagai inovator
g. Kepala sekolah sebagai motivator (Mulyasa, 2009:98).
Selain fungsi fungsi tersebut kepala sekolah juga harus menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin organisasi atau dalam mengelola pendidikan yaitu:
a. Mengelola seluruh sumber daya manusia, fasilitas dan dana.
b. Membuat keputusan.
c. Menjadi teladan.
d. Menyelenggarakan tugas-tugas administrasi.
36
e. Melakukan inovasi.
f. Melakukan tugas sebagai supervisor atau penyelia.
g. Melaksanakan tugas sebagai pencipta kondisi yang kondusif untuk
belajar.
h. Melakukan tugas selaku pembimbing guru, staf administrasi dan siswa (Danim, 2009:28).
Dalam Permendiknas No 19 tahun 2007 dijelaskan beberapa tugas seorang
kepala sekolah yaitu:
a. Menjabarkan visi kedalam misi target mutu.
b. Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai.
c. Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan
sekolah/madrasah.
d. Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
melaksanakan peningkatan mutu.
e. Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah.
f. Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting
sekolah/madrasah.
g. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua
peserta didik dan masyarakat.
h. Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan dan
sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan kode etik.
i. Menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi peserta didik.
j. Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan
kurikulum.
k. Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan
hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah.
l. Meningkatkan mutu pendidikan.
m. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
n. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah.
o. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan
sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses
belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga
kependidikan.
p. Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman,
sehat, efisien dan efektif
37
q. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dan
komite sekolah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang
beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat (Suharsaputra,
2016:163-164).
Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi-fungsi dan tugas di
atas dengan baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan
memimpin yang baik.
Dari beberapa fungsi kepala sekolah yang dipaparkan oleh Crowther,
dapat dilihat petapa pentingnya posisi kepala sekolah untuk mengatur dan
mengelola segala potensi yang ada di sebuah organisasi sekolah agar terjadi
peningkatan kualitas pendidikan. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya,
kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang besar terhadap tugasnya
sebagai kepala sekolah.
Menurut Rich (1981) ada 5 rana pengetahuan yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah, yaitu:
1. Pengetahuan praktis, digunakan untuk bidang pekerjaan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan.
2. Pengetahuan intelektual, digunakan untuk menjawab keingintahuan
dalam bidang intelektual seperti ekonomi, hukum dan budaya.
3. Small talk, digunakan untuk menjawab keingintahuan yang tidak
intelektual seperti tentang gosip, berita, kriminal dan ceria.
4. Pengetahuan spiritual, digunakan untuk meningkatkan hubungan
manusia dengan tuhan atau agama.
5. Pengetahuan yang tidak diketahui (unwanted Knowladge) yang
berhubungan dengan suatu yang diluar perhatian seseorang atau sesuatu
yang tidak disengaja.
E. PENELITIAN YANG RELEVAN
Dalam penelitian ini ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki
topik yang hampir sama dengan penelitian ini yaitu:
1. Saifudin, tesis dengan judul “Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah
Tsanawiyah Negeri Gondowulung Bantul (Studi Kasus di MTsN
Gondowulung Bantul)”. Hasil dari penelitian ini adalah:
a. Gaya kepemimpinan kepala MTsN Gondowulung Bantul adalah
gaya kepemimpinan demokratis-partisipatif, yaitu gaya
kepemimpinan yang menerapkan unsur-unsur demokrasi dalam
memberikan instruksi dan koordinasi kepada para anggotanya
sekaligus melibatkan diri secara langsung pada prakteknya di
lapangan. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan gaya
kepemimpinan yang menekankan pada nilai-nilai kebebasan,
38
demokrasi dan peran partisipasi aktif dari seorang kepala
madrasah. Kepala madrasah menerapkan gaya kepemimpinan
demokratis-partisipatif dengan menggunakan beberapa pola yang
sangat kentara yaitu pola komunikasi, pola kultural dan pola
struktural. Pola komunikasi yang dimaksud disini bertujuan untuk melancarkan kegiatan-kegiatan yang telah diagendakan, baik itu
bersifat kedinasan formal maupun kedinasan nonformal.
Kemudian pola kultural yaitu budaya yang biasa diterapkan di
MTsN Gondowulung secara dinas berupa pembinaan seminggu
sekali dan pengajian dua bulan sekali secara bergilir untuk
membangun semangat kekeluargaan diantara guru dan karyawan
beserta keluarganya. Pola struktural yaitu struktur kepengurusan
madrasah yang profesional dan proporsional. Dalam struktur
kepemimpinan mardasah, profesionalitas sangat menekankan
tercapainya tujuan madrasah dan keinginan bersama.
b. Mengenai sifat-sifat kepemimpinan yang diterapkan kepela
madrasah di MTsN Gondowulung Bantul, kepala madrasah
berusaha menerapkan sifat sifat Nabi Muhammad SAW. Seperti
shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Namun kepala sekolah
masih memiliki beberapa kekurangan dalam menerapkan sifat-
sifat kepemimpinan yang ideal seperti kurangnya inovasi dan
kreativitas untuk mengembangkan kualitas madrasah.
c. Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah kondisi geografis,
tenaga pendidik (guru), sarana prasarana, dukungan warga dan
masyarakat. Sedangkan faktor penghambat dalam penerapan gaya
kepemimpinan Kepala Madrasah di MTsN Gondowulung Bantul
adalah senioritas, berkelompok antar guru, dan minimnya
motivasi kerja.
Persamaan dari penelitian ini adalah, sama sama menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dan meneliti pemimpin sekolah yaitu
kepala Madrasah. Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Saifuddin adalah studi kasus yang menemukan bentuk
dan pola kepemimpinan dari kepala Madrasah sedang dalam
penelitian ini adalah penelitian yang berfokus pada satu tipe
kepemimpinan pemimpin pendidikan yaitu kepemimpinan pedagogik
Kepela sekolah.
2. Choirul Anwar, Kepemimpinan Kepala Madrasah (Studi Tentang
Peningkatan profesionalitas Guru Madrasah Aliyah Al-Wathoniyah
Semarang). Hasil penelitian yang telah dilakukan Anwar adalah:
a. Kepemimpinan yang dikembangkan di Madrasah Aliyah Al-
Wathoniyah Semarang adalah kepemimpinan humanistik dengan
gaya kharismatik. Kepemimpinan humanis ini didasarkan pada
39
pola interaksi antara pimpinan dan bawahan, yang tidak saklek
dan men-judgement apabila melakukan kesalahan. Namun kepala
madrasah kurang tegas dalam memberikan sanksi kepada pihak-
pihak yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Kepala
madrasah juga memiliki karisma dalam memimpin, namun lemah dalam penataan aktifitas yang membutuhkan dukungan
administratif.
b. Faktor pendukung kepemimpinan kepala madrasah dalam
upayanya meningkatkan profesionalitas guru di MA Al-
Wathoniyah antara lain keberadaan yayasan, dedikasi dan
loyalitas yang tinggi dari guru serta stuktur organisasi yang
membagi tugas dan tanggungjawab secara jelas.
c. Faktor penghambat kepemimpinan kepala madrasah dalam
peningkatan profesionalitas guru adalah ketidak tegasan dalam
punishment dan reward, belum tercapainya dan terpenuhi standar
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan berkualitas
dan kurangnya pembiayaan pendidikan yang secara khusus
dialokasikan untuk peningkatan mutu pendidikan serta
profesionalitas guru.
Dari penelitian tersebut ada beberapa persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini yaitu: dari segi persamaan penelitian ini juga
menggunakan metode kualitatif, meneliti aspek kepemimpinan
pemimpin pendidikan. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini
terfokus kepada dampak kepemimpinan kepada peningkatan kualitas
guru,
3. Agustina, penelitian yang berjudul pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah, iklim sekolah, dan kinerja guru terhadap mutu pendidikan di
SMP Negeri Kecamatan Terbagi Besar Kabupaten Lampung Tengah,
penelitian ini mengungkap beberapa hal penting melalui penelitian
kuantitatif yaitu secara parsial kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja guru. Secara parsial iklim
sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, dan ada
hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah.
Dari hasil penelitian ini baik secara parsial maupun secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang meyakinkan terhadap mutu
pendidikan, hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu
pendidikan dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemimpinan
kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja guru.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama sama meneliti tentang
kepemimpinan kepala sekolah, baik interaksi kepala sekolah dengan
guru dan masyarakat sekolah termasuk menciptakan iklim yang baik
40
untuk proses peningkatan proses pembelajaran. Ada beberapa
perbedaan dari penelitian ini adalah pertama: penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan
sampel proporsional random sampling, sedangkan penelitian yang
akan saya teliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Kedua, penelitian ini
berfokus pada beberapa variabel sedang penelitian yang akan saya
lakukan berfokus pada kepemimpinan pedagogik kepala sekolah.
4. Trevor Male and Ioanna Palaiologou dengan judul penelitian
Learning-Centred Leadership or Pedagogical Leadership? An
Alternative Approach to Leadership in Education Contexts. Centre for
Educational Studies, University of Hull (International Journal Of
Leadership In Education. Volume 15, Nomor 1, 2012).
Penelitian ini menjelaskan bahwa:
a. Kepemimpinan pedagogik merupakan proses kolaborasi antara
guru, pelajar, dan anggota masyarakat dalam sebuah komunitas.
Hal ini terus berevolusi dari waktu ke waktu dan berusaha untuk
menghasilkan yang terbaik bagi pendidik dan peserta didik,
bekerja sama dengan institusi terkait untuk menyelesaikan
masalah-masalah dalam pendidikan seperti kebijakan, ras, jenis
kelamin, atau kelas, dan bekerja sama dengan masyarakat dalam
usaha secara kolektif untuk berkontribusi pada pertumbuhan
pengetahuan.
b. Kepemimpinan pedagogik tidak hanya memperhatikan
pembelajaran dan prestasi pelajar peserta didik, tapi juga
memperhatikan tim pendidik, dan masyarakat lingkungan
sekolah. Kepemimpinan pedagogik terlibat dengan semua
kegiatan dan perkembangan pendidikan untuk dapat memahami
arus dan membuat keputusan tentang arah masa depan sekolah
dan peserta didik.
c. Kepemimpinan pedagogik menyampaikan visi dan tujuan yang
jelas kepada orang-orang yang berkepentingan seperti bawahan
dan atasannya sehingga mereka terlibat aktif dan mengembangkan
keterikatan dan perasaan bertanggung jawab terhadap etika, nilai,
dan kepercayaan yang menjadi pusat standar sekolah.
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama-
sama meneliti tentang kepemimpinan pedagogik dalam dunia
pendidikan, dimana penelitian ini meneliti instansi pendidikan dengan
metode penelitian kualitatif.
Dalam berbagai metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian
dengan tema kepemimpinan kepala sekolah oleh beberapa peneliti
sebelumnya, terdapat beberapa variasi kesimpulan sebagai hasil dari
41
penelitian yang telah dilaksanakan. Maka penulis secara mandiri
melakukan penelitian pada waktu, situasi dan tempat yang berbeda.
F. KERANGKA KONSEPTUAL
Keberhasilan sebuah sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan
pemimpin di sekolah tersebut. Semakin baik kemampuan seorang pemimpin
maka akan berpengaruh pada semua unsur yang ada dalam sekolah, Dengan
tabel ini maka dapat dilihat bahwa kepemimpinan pedagogik memiliki
hubungan dengan berbagai aspek di sekolah yang secara bertahap akan
memberikan perubahan pada kemampuan warga sekolah. Diantaranya adalah
adnya staf dengan kredibilitas dan profesional , Membangun nilai, kreatif,
dan fokus pada perbaikan sekolah, juga melakukan pengembangan
profesionalisme masyarakat sekolah dan keterlibatan Direktur. Dengan adanya
pengaruh yang baik terhadap keempat unsur sekolah ini maka akan
menciptakan budaya sekolah yang baik sehingga proses pembelajaran terjadi
bukan hanya di dalam kelas saja namun di seluruh lingkungan sekolah. Dengan
adanya budaya-budaya sekolah yang baik.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan dari suatu persoalan, peneliti harus
melihat kealamiahan atau naturalistik dari suatu peristiwa, mendalami
persoalan secara fenomenologis, interaksi simbolik, etnografi, studi kasus, dan
mendeskripsikan sifat-sifat kualitatif, yang kemungkinan dapat dikatakan
sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan atau lebih singkat dikenal
dengan istilah penelitian kualitatif (Ulfatin, 2015:19)
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data
yang pasti yang merupakan suatu nilai balik data yang tampak. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu memaparkan semua
fenomena yang terjadi dalam setting penelitian ini. Penelitian deskriptif
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan
analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan suatu objek secara
objektif dalam suatu deskripsi situasi (Ali, 1982:120). Alasan dipilihnya
pendekatan ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
keadaan suatu fenomena yang terjadi, dan berusaha untuk memaparkan data
sebagaimana adanya atau alamiah. Istilah kasus menunjukkan topik atau unit
analisis yang dipilih untuk dipelajari. Topik atau unit yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah kepemimpinan pedagogik kepala sekolah.
B. Objek Dan Desain Penelitian
Objek penelitian ini adalah Kepemimpinan Direktur Tarbiyatul Mu‟allimin
Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor
Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan
Penelitian
Metode Penelitian Teknik
Pengumpulan
Data
Unit Analisis Time
Horizone
T1 E DESKRIPTIF Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Kepala sekolah
Guru
Lingkungan Masyarakat
sekolah
42
43
PANDUAN PENGUMPULAN DATA
Komponen Sub Komponen Indikator
Teknik
Pengumpu
lan Data
Informan
W O D
Memiliki Staf
dengan
kredibilitas
dan
Profesional
1. Latar belakang
staf
2. Staf memiliki
kemampuan di
bidangnya
3. Memahami
cara
peningkatan
hasil
pendidikan
1. Profil Guru
2. Mampu
membangun
hubungan
kerja dengan
direktur
3. Mengetahui
teori dan
praktik
pendidikan
√
√
√
Direktur
Guru
Staf
Membangun
nilai, kreatif,
strategi dan
fokus pada
perbaikan dan
peningkatan
pesantren
1. mengembangk
an kreativitas
2. Mengembangk
an praktek
inovatif
3. Menekankan
pada hasil
siswa
4. Membangun
nilai di
pesantren
1. Memberikan
peluang
untuk
meningkatka
n
kemampuan
staf
2. Memberikan
kesempatan
kepada
pendidik
mengemban
gkan metode
pembelajara
n
3. Membuat
data
perkembang
an siswa
4. Terbangun
budaya di
√
√
√
√
√
√
Direktur
Guru
43
44
Komponen Sub Komponen Indikator
Teknik
Pengumpu
lan Data
Informan
W O D
pesantren
Proses
pembelajaran
dan
pengembangan
profesional
yang efektif
1. Fokus pada
hasil siswa
2. Menggunakan
instrumen
penilaian
kinerja
3. Menyediakan
fasilitas bagi
guru
4. Membarikan
tantangan bagi
guru
5. Distribusi
kepemimpinan
1. Menghubun
gkan antara
kegiatan di
kelas dengan
tujuan yang
di inginkan
2. Menentukan
progress dan
perkembang
an siswa di
kelas
3. Memberikan
ruang bagi
guru untuk
berinovasi di
kelas
4. Memberikan
penghargaan
(reward)
bagi guru
yang
berprestasi
5. Ada
pembagian
tugas yang
jelas
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Direktur
Guru
Aktif dalam
kegiatan
pesantren
1. Membuat
agenda
pekanan
2. Melakukan
rapat guru
3. Hadir dalam
1. Terdapat
jadwal
Kegiatan
pesantren
2. Ada jadwal
tetap untuk
√
√
√
Direktur
Guru
45
Komponen Sub Komponen Indikator
Teknik
Pengumpu
lan Data
Informan
W O D
tiap kegiatan rapat
bersama
semua guru
3. Hadir dan
ikut andil
dalam
kegiatan di
pesantren
PANDUAN WAWANCARA
No Dimensi Indikator Butir pertanyaan
1 Memiliki Staf
dengan
kredibilitas dan
Profesional
1. Mampu
membangun
hubungan
kerja dengan
direktur
2. Mengetahui
teori dan
praktik
pendidikan
1. Bagaimana proses
perekrutan guru guru di
Pesantren Rafah
dilakukan?
2. Apakah guru pengabdian
melalui seleksi seperti
guru yang lain?
2
Membangun
nilai, kreatif,
strategi dan fokus
pada perbaikan
dan peningkatan
pesantren
1. Memberikan
peluang untuk
meningkatkan
kemampuan
staf
2. Memberikan
kesempatan
kepada
pendidik
mengembang
kan metode
1. Apakah guru di berikan
kesempatan belajar di luar
pesantren?
2. Apakah guru diberikan
kebebasan
mengembangkan metode
pembelajaran?
3. Apakah guru melakukan
penilaian harian?
4. Bagaimana budaya
terbangun di Pesantren?
46
pembelajaran
3. Membuat data
perkembanga
n siswa
4. Terbangun
budaya di
pesantren
5. Melakukan
supervisi
5. Apakah dilakukan
supervisi terhadap guru?
3
Proses
pembelajaran dan
pengembangan
profesional yang
efektif
1. Menghubung
kan antara
kegiatan di
kelas dengan
tujuan yang di
inginkan
2. Menentukan
progress dan
perkembanga
n siswa.
3. Memberikan
ruang bagi
guru untuk
berinovasi di
kelas
4. Memberikan
penghargaan
(reward) bagi
guru yang
berprestasi
5. Pembagian
tugas dala
kepemimpina
n
1. Bagaimana proses
pembelajaran dilakukan di
pesantren?
2. Apa saja pengembangan
kemampuan santri di
pesantren?
3. Apakah fasilitas
pembelajaran teresedia
bagi proses pembelajaran
di pesantren?
4. Bagaimana bentuk
penghargaan bagi guru
yang berprestasi di
pesantren?
5. Apakah ada pembagian
tugas dalam pengelolaan
pesantren?
4 Aktif dalam
kegiatan
pesantren
1. Ada jadwal
tetap untuk
rapat bersama
1. Apakah ada jadwal tetap
untuk rapat bersama para
guru?
47
semua guru
2. Hadir dan ikut
andil dalam
kegiatan di
pesantren
2. Apakah direktur
mengikuti setiap kegiatan
di pesantren?
C. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Direktur Tarbiyatul
Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor yang
beralamat di Jl. Kp. Sukajadi Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Untuk memaksimalkan data, peneliti
menambahkan informasi yang berkenaan dengan hal tersebut seperti para guru,
siswa, dan orang tua serta masyarakat setempat di Kp Sukajadi.
D. Data Yang Dikumpulkan
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti
sendiri dibantu oleh orang lain. Adapun data-data yang dikumpulkan peneliti
adalah sebagai berikut:
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini penelitian lakukan sendiri
dengan bantuan dari orang lain. Adapun data-data yang akan dikumpulkan
adalah sebagai berikut:
a. Informasi mengenai gambaran umum tentang kepemimpinan pedagogik
kepala sekolah khususnya kepemimpinan pedagogik Direktur Tarbiyatul
Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor. Data
tersebut diperoleh dari dokumen yang berupa arsip dan foto serta hasil
wawancara dengan pihak terkait.
b. Informasi mengenai pelaksanaan kepemimpinan pedagogik kepala sekolah,
data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa guru dan
stakeholder yang terlibat dalam perkembangan sekolah.
E. Sumber Data
Adapun sumber/subjek dalam penelitian kualitatif adalah orang yang dapat
dijadikan sebagai, sumber informasi sebanyak-banyaknya kepada peneliti.
Sumber data di sini dibagi dua yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer yang dilakukan yaitu dengan mengolah informasi
yang diperoleh dari lapangan berupa catatan dan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan fokus penelitian.
48
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara kepada guru-guru yang secara struktural aktif dalam kegiatan
ini. Selanjutnya peneliti memperoleh data dari hasil observasi tentang
kepemimpinan pedagogik kepala sekolah itu sendiri.
b. Data Sekunder
Sumber data skunder dalam penelitian ini diarahkan pada pencarian
data dari pihak sekolah baik tenaga usaha mengenai bukti kegiatan kegiatan
pengembangan yang dilakukan kepala sekolah maupun guru-guru yang
berpartisipasi. Pencarian data akan dimulai dari pengawas sebagai informan
kunci, informasi ditentukan berdasarkan atas petunjuk, kecukupan data
didasarkan pada kejenuhan data yaitu apabila dari data yang satu dan data
yang lainnya adalah sama.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen
saling mendukung dan melengkapi dalam memenuhi data yang diperlukan
sebagaimana fokus penelitian ini.
a. Observasi
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi berperan serta
untuk mengungkapkan makna suatu kejadian tertentu yang merupakan
perhatian esensial dalam penelitian kualitatif. Observasi berperan serta
dilakukan untuk mengamati objek penelitian, seperti khusus organisasi,
sekelompok orang dan beberapa aktivitas suatu sekolah.
Data informasi yang dikumpulkan dengan observasi dilakukan melalui
pengamatan langsung pada tempat penelitian baik secara terbuka maupun
tersembunyi.
b. Wawancara
Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi
dilakukan dengan tujuan menggali informasi tentang fokus penelitian.
Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih, yang memiliki tujuan
dan diarahkan salah seorang dengan maksud memperoleh keterangan.
Sebelum mengumpulkan data di lapangan sebaiknya menyusun daftar
pertanyaan sebagai pedoman, namun pertanyaan bukanlah sesuatu yang
bersifat ketat, dapat mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi
dilokasi penelitian.
49
c. Studi Dokumen
Studi dokumen dalam menganalisis data penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian seperti
catatan tertulis dan dokumen-dokumen baik bersifat pribadi maupun tertulis
dan melakukan pengkajian berbagai hal yang didapat yang berhubungan dalam penelitian.
Berbagai dokumen yang diperoleh seperti catatan dan data sekolah,
foto dan profil sekolah, kegiatan belajar yang sedang berlangsung dan
dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
G. Teknik Pengolahan Data Proses analisis data dimulai dari menyusun dan menyajikan kemudian
menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu wawancara
dan pengamatan observasi di lokasi penelitian. Penelitian melakukan
interpretasi hasil observasi dan menyimpulkannya, untuk kemudian dilakukan
analisa terhadap data tersebut.
Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan dari sebelum ke lokasi
penelitian. Peneliti melakukan analisis terlebih dahulu terkait penelitian
sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis saat di lokasi penelitian. Data yang
diperoleh dikumpulkan, kemudian di reduksi kembali. Pada proses reduksi ini,
peneliti memilih dan memilah data yang diperlukan dalam penelitian untuk
selanjutnya melakukan display data dan membuat kesimpulan.
H. Analisis Dan Interpretasi Data
Analisis dan interpretasi data dimaksudkan untuk memaknai data yang
berupa teks atau gambar. Usaha ini melibatkan segmentasi dan memilah-milah
data (misalnya menguliti kulit bawang) serta menyusun kembali (Creswell,
2014:260).
Peneliti menyusun langkah-langkah teknik analisa data dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Identifikasi Data
Data-data yang berhasil peneliti kumpulkan dari hasil wawancara, dan
dokumentasi kemudian diidentifikasi yang selanjutnya dikelompokkan
sesuai dengan permasalahannya. Dalam hal ini, peneliti melakukan
pengumpulan data baik hasil wawancara dengan dan juga data penunjang
berupa dokumentasi berupa file maupun hardcopy untuk mendukung hasil
penelitian.
50
2. Analisis Data
Data-data yang telah berhasil peneliti kelompokkan, kemudian di analisa
dengan cara cek silang (cross check), antar data dari hasil wawancara, dan
dokumentasi sehingga menghasilkan vasilitas data yang mendukung dan
saling menguatkan terhadap temuan.
3. Interpretasi Data
Data-data yang berhasil dianalisa kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan teknik deskriptif kualitatif sehingga diperoleh hasil
kesimpulan yang sebenarnya tentang kepemimpinan pedagogik yang sesuai
dengan Education Review Office.
I. Pengecekan Keabsahan Data
1. Validitas Internal
a. Memperpanjang masa observasi
Setelah memperoleh data yang diperlukan selama waktu penelitian,
peneliti akan menambah waktu keterlibatan peneliti dalam proses
kehidupan keseharian sampai dinyatakan bahwa data yang telah
diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
b. Melakukan pengamatan secara terus menerus
Pengamatan terus menerus akan membantu peneliti menemukan
data yang perlu diamati dalam proses memperoleh data. Pengamatan
terus menerus juga mengarahkan peneliti untuk fokus pada pertanyaan
penelitian yang diajukan.
c. Triangulasi data
Untuk membandingkan hasil pengamatan pertama dengan
pengamatan berikutnya terkait data wawancara dengan informant dan
key informant. Apabila terdapat perbedaan dalam data, maka harus
diteliti lebih lanjut apa alasan dari terjadinya perbedaan itu sendiri.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1) Triangulasi sumber, membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara:
membandingkan data hasil dokumentasi dengan hasil wawancara,
membandingkan apa yang dikatakan umum dengan ada yang
dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yag dikatakan
sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan perspektif orang
dengan berbagai pendapat dan pandangan seperti orang biasa,
orang yang berpendidikan tinggi, menengah dan pemerintahan
serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan. Dalam hal ini peneliti membandingkan data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan berbagai jenis informan
yang berbeda-beda. Diantaranya melalu data hasil wawancara
51
dengan Direktur Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah, guru, dan
karyawan di Pondok Pesantren Rafah.
2) Triangulasi metode, pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.
3) Triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta dapat
diperikasa derajat kepercayaannya. Hal ini dinamakan penjelasan
banding (rival explanation).
c. Menggunakan Bahan Referensi
Dengan adanya referensi, ini dapat digunakan sebagai bahan
pembanding dalam mempertajam analisa data. Hal ini sangat diperlukan
bagi peneliti untuk mendukung penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
didukung dengan bukti transkip wawancara dan beberapa dokumentasi
di pesantren.
d. Membicarakan dengan orang lain
Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh masukan dan saran
atas kekurangan yang mungkin terjadi saat melakukan penelitian.
e. Menganalisis kasus negatif
Mencari kebenaran data yang diperoleh dari sumber data tetapi
ditolak oleh sumber data lainnya.
f. Menggunakan bahan referensi
Digunakan untuk membandingkan dan mempertajam analisa data.
Hal ini diperlukan bagi peneliti untuk mendukung penelitian.
g. Mengadakan member check
Agar informasi yang telah diperoleh dan yang akan digunakan
dalam penulisan laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud
informant dan key informant.
2. Validitas Eksternal
Teknik Transferability peneliti lakukan dengan melaporkan hasil
penelitian secara rinci. Laporan penelitian mengungkapkan segala sesuatu
yang diperlukan oleh pembaca agar pembaca dapat dengan mudah
memahami temuan-temuan yang diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti
mendeskripsikan dengan rinci sebagaimana dengan data-data yang telah
didapatkan dari berbagai informan. Dengan demikian dapat membuat
pembaca memahami bagaimana kepemimpinan pedagogik di Pondok
Pesantren Rafah.
3. Reliabilitas
Untuk mencapai reabilitas instrumen dalam penelitian ini, dilakukan
dengan teknik ulang (check and recheck). Reliabelitas kualitatif
mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika
diterapkan oleh peneliti-peneliti lain dan untuk proyek yang berbeda. Lalu
bagaimana peneliti kualitatif mengetahui bahwa pendekatan mereka
konsisten dan reliabel? Para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan
52
prosedur-prosedur penelitian mereka dan mendokumentasikan sebanyak
mungkin langkah-langkah dalam prosedur tersebut.
4. Objektivitas
Uji confirmability memiliki kesamaan dengan uji Dependability,
sehingga dalam penelitian ini keduanya dilakukan secara bersama – sama. Uji ini dilakukan dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian. Cara
yang dapat dilakukan ialah dengan meminta bantuan untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam penelitian kepada dosen pembimbing.
Digunakan untuk meneliti hasil penelitian sedangkan pengeditan
dependibilitas digunakan untuk menilai proses yang dilalui peneliti di
lokasi penelitian.
J. Time Schedule
Untuk memudahkan langkah penelitian maka perlu disusun jadwal kegiatan
agar dalam melakukan penelitian dapat tepat selesai dengan jadwal kegiatan
yang dikehendaki peneliti.
Penelitian ini membutuhkan waktu 6 bulan, dengan kegiatan-kegiatan
antara lain sebagai berikut :
No Kegiatan Waktu Penelitian
Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Observasi
lapangan
2 Pembuatan
Proposal
3 Seminar
proposal
4 Persiapan
pedoman
peliputan data
5 Perbaikan
pembuatan
rancangan
6 Pengumpulan
Data
7 Pengolahan
Data
8 Perbaikan
outline
9 Pengadaan
laporan
10 Ujian
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL PONDOK PESANTREN RAFAH
1. Sejarah Pondok Pesantren Rafah
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan
generasi yang selama ini diidamkan oleh umat dan masyarakat demi
terbentuknya insan kamil. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan kita semua untuk
mencetak kader generasi muda baik sebagai individu yang sholeh maupun
ummatan wasathon yang berakidah benar, Qur‟ani dan berakhlak karimah
sehingga bisa menjadi generasi khoiru ummah. Persiapan tersebut tentu saja
harus dilakukan sejak dini dan bersifat multidimensional yang mencakup
aspek imtaq, iptek, mental dan skill.
Dalam konteks itulah Pondok Pesantren Rafah hadir di tengah-tengah
masyarakat untuk berkhidmat kepada ilmu dan santri walau dengan
kemampuan yang terbatas. Lembaga ini bernaung dibawah Yayasan Ar-
Rahmah, didirikan pada tahun 1997 dan dipimpin oleh KH. Muhammad
Nasir Zein, MA dengan membawa misi melahirkan kader ulama intelek yang
amilin (berkiprah nyata) dengan manhaj ahlussunnah wal jama'ah.
Mulai tahun ajaran 2009 - 2010 Pondok Pesantren Rafah membuka
kurikulum pendidikan Tarbiyatul Mu'allimin Al Islamiyyah (TMI) program
Reguler / MTS dan MA dengan jenjang pendidikan 6 tahun untuk lulusan
MI/SD. Dan mulai tahun ajaran 2011 - 2012 dibuka Program Intensif / MA
dengan jenjang pendidikan 4 tahun untuk lulusan SMP/MTs, didukung
dengan program unggulan hafalan Al Qur'an, kemampuan percakapan harian
dengan Bahasa Arab dan Inggris serta praktik berorganisasi dan
pengembangan kemampuan / skill lainnya.
Pada bulan Syawal 1432 H./Agustus 2011 M. Pondok Pesantren Rafah
mendapatkan mu‟adalah atau persamaan dari Jami‟ah Islamiyyah Al-
Madinah Al-Munawwaroh. Dan pada tahun 2016 TMI Rafah mendapatkan
SK Mu‟adalah Mu‟allimin dari Menteri Agama RI yang diserahkan langsung
pada acara Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Gontor Ponorogo pada hari
jum‟at, 01 Dzulhijjah 1437 H./ 02 September 2016 M. Dengan kurikulum
TMI satuan pendidikan Mu‟adalah tersebut diatas diharapkan para santri bisa
menjadi kader umat yang qur‟ani, bertafaqquh fiddin, menjadi ulama dai dan
dai ulama orientasi kemasyarakatan dan bisa melanjutkan jenjang pendidikan
54
baik dalam negeri maupun luar negeri dengan dasar nilai qur‟ani sehingga
bisa menjadi khoiru ummah yang diharapkan.
Alamat Pondok Pesantren Rafah adalah Jl. Kp. Sukajadi Desa
Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16310
(Brosur Pondok Pesantren Rafah:2017)
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Rafah
a. Visi
Visi Pondok Pesantren Rafah adalah Terbentuknya Generasi Qur‟ani
b. Misi
1) Membentuk kader ulama yang amilin dengan akidah yang benar
dan berakhlakul karimah.
2) Membentuk intelektual ulama dan ulama yang Intelektual.
3) Membentuk ulama da'i dan da'i ulama
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Rafah
Stuktur organisasi Pengurus Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor
adalah:
Tabel I
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor
4. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Rafah
Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Rafah adalah Tarbiyatul
Mu‟allimin Al Islamiyah yang berkiblat ke Kurikulum KMI Pondok
Pesantren Gontor dengan program satuan Pendidikan Mu‟adalah
dibawah naungan Kementerian Agama RI dengan jenjang pendidikan 6
tahun untuk lulusan MI/SD dan 4 tahun untuk lulusan MTs/SMP.
Ketua Yayasan Ar Rahmah : KH. Muhammad Nasir Zein, MA
Direktur TMI : Ust. Nanang Alfan Amrullah, S.Ag
Bag. Kurikulum : Ust. Duddy Wahyudi, S.Pt
Bag. Pengasuhan : Ust. Wahyudin, S.Th.l
Bag. Mabikori : Ust. Ahmad Sanusi, S.Pd
Bag. Sarana dan Prasarana : Ust. Abdul Ghoni
Bag. Humas : Ust. Musthofa Sonhaji, S.Ei
Bendahara : Ust. Ahmad Yasin
Bagian Tata Usaha : Ust. Edy Mawardi, A.Md
55
Muatan TMI mencakup Bahasa Arab, Dirasah Islamiyah, Bahasa Inggris,
Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Keguruan dan
dilengkapi dengan program Tahfidzul Qur‟an sebagai program unggulan.
Juga beberapa program santri kelas enam diantaranya: Fathul Kutub,
Rihlah Ilmiyyah Iqtishodiyyah, amaliyah tadris/praktek latihan mengajar, bahtsul masa'i, kegiatan pembekalan kelas enam seperti praktek
mengurus jenazah, mawarist, serta keterlibatan santri dalam kepanitiaan
ujian.
Satuan Pendidikan Mu‟adalah adalah program pendidikan resmi
yang beradah dibawah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren
Kementerian Agama RI setelah terbitnya Peraturan Menteri Agama
(PMA) No. 18 Tahun 2014 disamakan dengan Pendidikan Madrasah
Tsanawiyah dan Aliyah yang berada dibawah Direktorat Madrasah dan
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama. Jadi lulusan satuan
pendidikan mu‟adalah akan mendapatkan ijazah yang bisa digunakan
untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta. Dalam program satuan pendidikan mu‟adalah ini pesantren
diberikan wewenang dan keleluasaan dalam mengatur kurikulum dan
sistem pendidikan, dan tidak diikutkan Ujian Nasional (UN), pesantren
dapat secara mandiri merancang pengembangan kompetensi santrinya
dengan tetap mendapat ijazah yang diakui oleh negara.
5. Keunggulan Pondok Pesantren Rafah Dengan Sistem Asrama
a. Dengan sistem asrama santri dididik dan dibimbing 24 jam dengan
disiplin dan kemandirian, menjadi generasi mudah yang berdisiplin
tinggi, tanggung jawab dan militan.
b. Penguasaan terhadap ilmu Syar‟iyyah (agama) secara Syamil untuk
tafaquh fiddin tanpa meninggalkan ilmu kauniyah (umum)
c. Santri dipersiapkan untuk menjadi kader pemimpin umat, ulama
du'at dan durat ulama dengan fondasi akidah yang shohih serta
manhaj ahlussunnah wal jama'ah - Santri menguasai bahasa Arab
dan Ingris secara aktif sebagai alat untuk mempelajari ilmu agama
dan ilmu pengetahuan umum. Bahasa Arab dan Inggris menjadi
bahasa pengantar dalam pengajaran di kelas dan menjadi bahasa
wajib dalam komunikasi santri sehari-hari.
d. Dengan program Tahfidzul Qur'an akan lahir kader kader generasi
muda dan pemimpin umat yang qur‟ani.
e. Penguasaan terhadap ilmu syariyyah (agama) secara syamilah untuk
tafaquh fiddin tanpa meninggalkan ilmu kauniyah (umum).
f. Santri dipersiapkan untuk menjadi kader pemimpin ummat, ulama
da‟i dan da‟i ulama dengan pondasi aqidah yang shahih
serta manhaj ahlussunnah wal jama'ah
56
6. Tahfidzul Qur'an Sebagai Program Unggulan
Salah satu program unggulan Pondok Pesantren Rafah adalah
program Tahfidzul Qur'an untuk seluruh santri yang di bimbing oleh para
huffadz. Program ini dilaksanakan perkelas yang masing-masing kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan dibimbing oleh seorang ustaz
dengan sistem talaqqi. Setiap pertemuan santri menyetorkan hafalan
kepada pengajar di kelompok tersebut. Setiap tahunnya santri ditargetkan
mampu menghafal 2 juz, sehingga santri yang menamatkan jenjang
pendidikannya mampu menghafal minimal 10 juz. Program ini
dilaksanakan setiap pagi hari setelah shalat subuh sampai pukul 06.30
dan sore hari pukul 15.45 - 16.30. Sedangkan waktu antara adzan dan
iqamah setiap shalat lima waktu di gunakan untuk muroja'ah bersama.
a. Target yang dicapai
Target yang dicapai dalam program tahfidz ini, minimal 2 juz dalam
setiap tahunnya untuk setiap santri. Kelas 1 yang dihafal adalah juz
30 dan juz 1, kelas 3 adalah juz 2 dan juz 3, kelas 4 adalah juz 4 dan
juz 5, kelas 5 adalah juz 6, dan kelas 7 adalah juz 7. Degan demikian
ditargetkan dalam 6 tahun santri mampu menghafal Al-Qur‟an
minimal 10 juz.
b. Program Muraja'ah
Program muraja‟ah ini dilaksanakan dengan tujuan supaya santri
senantiasa menjaga hafalannya. Program ini dilaksanakan diantara
adzan dan iqamah, materi muraja‟ah sesuai hafalan santri, yaitu
mulai juz 1 sampai juz 7 dan juz 28 sampai juz 30. Sehingga materi
seluruhnya berjumlah 10 juz dalam 2 pekan.
7. Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah seluruh kegiatan di luar jam
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini di bawah tanggungjawab
pengasuhan santri penanggung jawab ekstrakurikuler. Kegiatan ini
terbagi menjadi empat:
a. Kegiatan harian : Olahraga : Sepak bola, volley, futsal, basket,
takraw, badminton, tenis meja dll
b. Kesenian : Nasyid, marawis, rebana ,hadroh, kartun, lukis, kaligrafi,
pantomim, dance, teater
c. Journalis : Majalah dinding dan Buletin Triwulan SADAR
57
d. Kegiatan pekanan : Lari pagi setiap hari Ahad dan Rabu, kegiatan
pramuka pada hari Sabtu Siang, muhadatsah setiap Ahad pagi, dan
latuhan pidato 3 bahasa malam Ahad, malam Rabu, dan Sabtu siang.
Kegiatan tahunan . Studi Tour/kunjungan ke Book Fair dan Rihlah
Iqtihshodiyyah
8. Letak Geografis
Pondok Pesantren RAFAH - Pondok Pesantren Rafah terletak di
bagian barat kota Bogor, berdiri di atas tanah wakaf seluas 5 hektar
dengan lahan pengembangan 10 hektar di Kampung Sukajadi Desa
Mekarsari Kecamatan Rancabungur Bogor Jawa Barat.
B. IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN PEDAGOGIK DI PONDOK
PESANTREN RAFAH
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh oleh penulis maka
hasil penelitian ini meliputi implementasi kepemimpinan pedagogik Direktur
Tarbiyatul Mu‟allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten
Bogor. Pada penelitian mengenai implementasi kepemimpinan pedagogik ini,
peneliti akan membagi ke dalam empat pokok pembahasan yaitu: (1) Memiliki
staf dengan kredibilitas dan profesional. (2) Menggunakan proses pembelajaran
dan pengembangan profesional yang efektif. (3) Membangun nilai, kreatif,
strategis dan fokus pada perbaikan dan peningkatan pondok pesantren. (4) Ikut
terlibat dalam membuat program secara efektif. Untuk mendukung penelitian
ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun hasil penelitian yang
telah dilakukan sebagai berikut: Kepemimpinan Pedagogik Direktur
Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren.
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
organisasi, tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditentukan sangat
dipengaruhi oleh kepemimpinannya. Kepemimpinan pedagogik merupakan
kepemipinan yang efektif implementasinya dalam memimpin sebuah sekolah.
Dengan kepemimpinan pedagogik ini kepala sekolah berupaya untuk lebih
memajukan sekolah lebih baik dari berbagai aspeknya. implementasi
kepemimpinan pedagogik direktur tarbiyatul Mu‟allimin al islamiyah di
Pondok Pesantren Rafah ini dilaksanakan melalui beberapa dimensi
kepemimpinan pedagogik. Hal tersebut dipaparkan sebagai berikut:
58
1. MEMILIKI STAF DENGAN KREDIBILITAS DAN PROFESIONAL
a. Guru profesional Pondok Pesantren Rafah
Dari hasil observasi yang peneliti laksanakan menggambarkan bahwa
Ustaz Nanang Alfan Amrullah merupakan direktur TMI yang memiliki
anggota yang profesional yang mampu dipercaya dan diajak bekerja sama
dalam organisasi pesantren, dengan tenaga pendidik ini di bagi menjadi tiga
kelompok guru yaitu guru kelas, guru tahfidz dan guru pengabdian.
Hal ini sesuai dengan hasil interview dengan beliau secara langsung,
beliau mengatakan bahwa:
“Guru kita bagi tiga yaitu guru mengajar di kelas, guru tahfidz dan
guru pengabdian. Guru pengabdian adalah guru lulusan alumni Rafah
yang diperbantukan untuk belajar cara mengajar. Kalau untuk
pemahaman pendidikan dan pengajaran guru pengabdian mereka telah
belajar di kelas 6 ada pelajaran tarbiyah amaliah, kalau diluar micro
teaching. Jadi mereka sudah diajarkan bagaimana mengajar. Dari cara-
cara menyampaikannya cara pertama kali dari awal sampai akhir. Kalau
pertama untuk melihat kemampuan mengajar siswa di lakukan di
Gedung Serbaguna, disana ada kiai, ada guru kemudian di ambil satu
kelas lalu 1 orang di lihat bagaimana mereka mengajar di kelas. Jadi
walupun mereka guru pengabdian dan lulusan SMA tapi keahlian
mengajar itu kita sudah tanamkan di kelas 6. Nah untuk kriteria
pengabdian banyak, dari akademiknya bagus, akhlaknya baik dan
loyalitas. Ya termasuk prestasi dan nilai ketika jadi santri, ada mungkin
yang akademiknya bagus, tapi mu‟amalah dengan guru kurang baik,
atau pernah terjadi pelanggaran yang mungkin bagi Pondok Pesantren
Rafah agak berat, atau ada juga yang orang tuanya tidak mau. Ya sudah
kita tidak ambil dari pada mereka mengabdi tapi setengah-setengah.
Jadi orang-orang yang kita pilih jadi guru pengabdian benar-benar
ikhlas dan tidak dipaksa. Itupun ada beberapa orang tua yang datang
meminta ke pihak pesantren dan menawarkan agar anak mereka
menjadi guru pengabdian setahun. “ustaz sudahlah anak saya di sini
mengabdi satu tahun lagi”, jadi orang tuanya datang menawarkan, itu
pun kita lihat dulu anaknya. Kalau anaknya belum bisa kita percaya
kita menolak, kalau memang mereka mempunyai kompetensi ya kita
ambil. Itu pun tugas-tugas mereka adalah tugas-tugas umum. Sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Ya mengurusi organisasi,
membantu bidang-bidang yang lain, di sini TMI jadi ada bagian yang
kita ambil. Kita pilih oh ini si A cocoknya dimana dan bagian
59
pengasuhan kita ambil dari guru pengabdian. Selain mereka belajar
mengelola organisasi mereka juga akan punya pengalaman dan ketika
mereka nanti kuliah mereka sudah punya sedikit bekal di luar. Untuk
menjadi pengelola kegiatan. Kalau guru tahfidz mereka konsentrasi
pada hafalan saja, mereka tidak masuk di kelas, mereka fokus pada masalah hafalan dan masalah ubudiah santri. Seperti tilawah, imam
masjid, itu bagian guru tahfidz jadi dari pagi sampai sore mereka
kosong, mereka hanya di asrama saja sampai ashar. Mereka juga dapat
bagian kegiatan seperti tilawah membaca Al-Quran sebelum iqamah itu
termasuk membimbing santri dalam hafalan” (Nanang Alfan Amrullah:
16 Januari 2018).
Dengan pembagian tiga bidang guru tersebut dapat dilihat bahwa para
guru di Pondok Pesantren Rafah adalah orang-orang yang ahli di
bidangnya, guru kelas selain mengajar di kelas beberapa guru juga diberi
amanah tambahan seperti bagian pengasuhan, bagian kurikulum kauni,
bagian pengembangan bahasa, bagian ekstrakurikuler, dan bagian pramuka.
Begitu juga dengan guru tahfidz selain mengajar menghafal Al-qur‟an
mereka juga dapat tugas tambahan seperti bagian koperasi, bagian kantin
dan bagian wartel. Hal ini sesuai hasil wawancara tentang pembagian tugas
para guru pondok pesantren Nur Solihin (28 Januari 2018) mengatakan:
“Diluar jam mengajar santri menghafal Al-Qur‟an guru-guru tahfidz
biasanya di asrama saja muraja‟ah untuk menjaga hafalan, kalau santri
istirahat kita bagi tugas, ada yang di k operasi, ada yang di kantin, jadi
kalau habis itu istirahat, shalat berjamaah, muraja‟ah lagi, intinya menjaga
hafalan, karena kita tidak terlibat dalam proses belajar di dalam kelas,
kecuali yang di tunjuk menjadi Guru Tajwid”.
Begitu juga dengan guru pengabdian, para guru pengabdian selain
mengajar sesuai jadwal yang diberikan juga membantu mengawal santri di
bagian pengasuhan dan staf kurikulum. Hal ini sesuai hasil interview
peneliti dengan Ustad Aldi Rozaqi (14 Desember 2017):
“Dalam pembagian tugas misalnya yang tidak ada jadwal mengajar maka
guru pengabdian mengontrol kelas dengan cara keliling mengecek ruangan
jangan sampai ada kelas yang tidak ada yang mengajar, kalau ada kelas
yang kosong menginfokan apakah ustaznya hadir atau tidak kalau malam
ada waktu-waktu tertentu tugas untuk mendampingi santri saat belajar
malam di kelas. Guru pengabdian juga dibagi ke beberapa tugas. Ada yang
bagian pengasuhan, kalau di sini sebagai staf kurikulum TMI membantu
ustaz Nanang”.
Berikut adalah nama-nama guru yang ada di Pondok Pesantren Rafah
yang didapatkan dari dokumen pondok pesantren:
60
1) Guru Kegiatan Belajar Mengajar (Guru Kelas)
Guru Kegiatan belajar mengajar adalah guru yang menangani proses
belajar seperti guru pada umumnya. Mereka mengajar sesuai bidang masing-masing.
Tabel II
Daftar nama guru-guru kelas Pondok Pesantren Rafah
No Nama Guru Lulusan Amanah
1 Dudi Wahyudi, S.Pt Universitas
Pakuan
KBM/Bag.
Kurikulum
kauni
2 Ahmad Syaifuddin, LC Al Azhar Cairo Bag.
Pengembangan
Bahasa
3 Muhammad Alif KMI Gontor Bag. Kurikulum
Syar‟i
4 Wahyuddin, S.Th.I ISID Gontor Bag.
Pengasuhan
Santri
5 Muhammad Anhar,
S.Pi
IPB Bogor Bag. Ekskul
6 Putra Agung, S.Ip UGM
Yogyakarta
Bag. Ekskul
7 Ahmad Sanusi, S.Pd UIK Bogor Bag. Pramuka
8 Asep Misbahuddin,
S.Pd
UPI Bandung Bag. Pramuka
9 Edwin, S.Si IPB Bogor Guru KBM
10 Ihsan Dwi Ramadhan,
S.Si
IPB Bogor Guru KBM
11 Abd. Kohar, S.Pd UIK Bogor Guru KBM
12 Kanta Sasmita, S.Kom IPB Bogor Guru KBM
13 Wimas Hijriyansyah,
S.Hi
UIN Sunan
Ampel Surabaya
Guru KBM
14 Hadi Santoso, L.c LIPIA Jakarta Guru KBM
15 Agus Santoso, S.Si IPB Bogor Guru KBM
16 Musthofa Sonhaji, S.Ei UT Jakarta Guru KBM
61
2) Guru Tahfidz
Guru tahfidz adalah guru yang fokus pada peningkatan hafalan Al-
Qur‟an para santri di Pondok Pesantren, Guru Tahfidz tidak masuk ke kelas
seperti guru mata pelajaran lainnya. Guru tahfidz hanya bertugas mengajar
tahfidz di waktu-waktu tertentu, yaitu setelah shalat 5 waktu, malam hari dan sebelum shalat subuh. Guru Tahfidz di Pondok Pesantren Rafah adalah
sebagai berikut:
Tabel III
Daftar nama guru-guru Tahfidz Pondok Pesantren Rafah
No Nama Guru Lulusan Amanah
1 Abdul Syukur Al
Hafidz
PP Nurul Qur‟an
Demak
Bag. Kegiatan
Tahfidz
2 Ahmad Yasin Al
Hafidz
PP Manbau‟ul
Qur‟an Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
3 Ulil Qurba Al Hafidz PP Mambau‟ul
Qur‟an Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
4 Fathurrahman Al
Hafidz
PP Bustanul
Usysyaqil Qur‟an
Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
5 Fithrotuddin Al
Hafidz
PP Bustanul
Usysyaqil Qur‟an
Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
6 Ahnmad Riziq Al
Hafidz
Al Kautsar Kajen
Pati
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
7 Hikam Shofa Al
Hafidz
PP Mambau‟ul
Qur‟an Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
8 „Awin Al Hafidz PP Mambau‟ul
Qur‟an Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
9 Hilmi Muzakky Al
Hafidz
PP Yanbu‟ul
Qur‟an Kudus
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
10 Nur Sholihin Al
Hafidz
PP Mambau‟ul
Qur‟an Demak
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
11 Saiful Huda Al
Hafidz
PP Darul Islah
Wonosobo
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
12 Rofiq Al Hafidz PP Mardiyyah
Kudus
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
13 Manshur Al Hafidz PP Al Ma‟unah
Kudus
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
14 Fuad Al Hafidz PP Al Anshor
Kudus
Guru Tahfidz Al-
Qur‟an
62
3) Guru Pengabdian
Guru pengabdian ini adalah guru yang berasal dari lulusan Pesantren
Rafah yang baru lulus. Santri yang di angkat sebagai guru pengabdian
melewati beberapa proses seleksi.
Tabel IV
Daftar nama guru-guru Tahfidz Pondok Pesantren Rafah
No Nama Guru Lulusan Amanah
1 Zaenuddin SMA IT
Rafah/UIK
Bogor
Guru Pengabdian
2 Abdul Ghoni SMA IT
Rafah/UIK
Bogor
Guru Pengabdian
3 Sulaiman Gozali TMI Rafah Guru Pengabdian
4 Irfan Fauzi TMI Rafah Guru Pengabdian
5 Rijaluddin TMI Rafah Guru Pengabdian
6 Sati TMI Rafah Guru Pengabdian
7 Fakhrorruzi TMI Rafah Guru Pengabdian
8 Adil Ihsani TMI Rafah Guru Pengabdian
9 Abdul Fatah TMI Rafah Guru Pengabdian
10 Haidir Ahmad TMI Rafah Guru Pengabdian
11 Fahreza Harvian TMI Rafah Guru Pengabdian
12 Rosyid Ridho TMI Rafah Guru Pengabdian
13 Rakha Putra TMI Rafah Guru Pengabdian
14 Fakhri Helmi Abdat TMI Rafah Guru Pengabdian
15 Deden Mulyana TMI Rafah Guru Pengabdian
16 Aldy Rozaqy TMI Rafah Guru Pengabdian
17 Alfiansyah Fauzi TMI Rafah Guru Pengabdian
18 Guruh Putra Jaya TMI Rafah Guru Pengabdian
19 Fikra Nur Firman TMI Rafah Guru Pengabdian
20 Krisna Ardiansyah TMI Rafah Guru Pengabdian
21 Faisal Abdu Rozaq TMI Rafah Guru Pengabdian
22 Taufiqurrahman TMI Rafah Guru Pengabdian
23 Abdurrahman TMI Rafah Guru Pengabdian
24 Muhammad Raihan
Alfiansah
TMI Rafah Guru Pengabdian
25 Satria Ramadhani TMI Rafah Guru Pengabdian
26 Sandi Sholeh TMI Rafah Guru Pengabdian
27 Abdul Aziz TMI Rafah Guru Pengabdian
63
Selain guru pengabdian dari alumni Pondok Pesantren Rafah itu
sendiri pada tahun-tahun sebelumnya ada juga guru pengabdian yang di
tugaskan dari Pondok Pesantren Modern Gontor, hal ini disampaikan
oleh beberapa guru yang diperkuat oleh Direktur TMI Pondok Pesantren
Rafah dalam kesempatan interview dengan Ustad Nanang Alfan Amrullah (16 Januari 2018):
“Untuk guru pengabdian dari Gontor sesuai kebutuhan. Kalau butuh kita
minta dari Gontor. Kadang juga kita minta tiga cuman di kasi 1 karena
banyak juga pesantren yang membutuhkan guru pengabdian dari Gontor.
Nah kalau sudah sampai di sini mereka berbaur dengan guru pengabdian
yang ada di Rafah. Kalau itu tidak diseleksi, karena sistemnya kita minta
dari Gontor. Hanya saja waktunya cuman 1 tahun. Terlepas dari satu tahu
itu kalau dia masih mau mengabdi di Rafah kita persilahkan, kalau
misalnya mau kuliah sambil mengabdi, kita juga persilahkan. Permintaan
kita ke Gontor itu menggunakan surat resmi, dari gontor nanti ada surat
tugas. Nanti kalau mau keluar di buatkan surat keterangan melakukan
pengabdian di Rafah dan itu menjadi syarat mengambil ijazah di gontor.
Karena syarat mengambil ijazah di gontor adalah melakukan pengabdian
selama 1 tahun. Kalau di Rafah tidak. Itu yang mendapatkan pengabdian
ya mereka mengabdi satu tahun dan yang tidak dapat mereka sudah
boleh keluar. Bagi yang mau kuliah bisa kuliah atau mau bekerja
silahkan. Hanya yang di pilih saja yang melakukan pengabdian”.
Dengan pembagian tugas guru ini maka pengawalan siswa di
pesantren akan terjadi selama 24 jam. Selain pengawalan santri, ada hal
yang lebih penting yang harus di perhatikan dalam pengelolaan sumber
daya pendidikan dalam sebuah organisasi pendidikan, yaitu: latar
belakang dan pengalaman yang relevan, kemampuan untuk membangun
hubungan kerja yang efektif. pengetahuan teori dan praktik pendidikan
yang luas, pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan hasil
pendidikan
Setelah melakukan observasi dan menganalisa dokumen-dokumen
pondok pesantren Rafah, maka dapat dilihat bahwa semua guru yang
secara keseluruhan berjumlah 57 orang memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya di pesantren. Guru
guru kelas ketika masuk mengajar maka wajib menggunakan Bahasa
Arab atau Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan, kecuali
beberapa pelajaran seperti pelajaran umum, yaitu bahasa indonesia,
matematika, IPS dan IPA. Selebihnya menggunakan pengantar Bahasa
Arab. Begitu juga dengan guru tahfidz, ketika mengajarkan santri
mereka juga menggunakan Bahasa Arab.
64
Begitu juga dengan guru-guru pengabdian, dalam berkomunikasi
dengan para santri dan ustaz tetap menggunakan Bahasa Arab,
Penggunaan Bahasa Arab ini bukan hanya dilakukan di kelas tapi ketika
di kantor guru guru pun berkomunikasi menggunakan Bahasa Arab,
kecuali ada acara resmi misalnya rapat atau ada tamu. Hasil observasi peneliti ini di kuatkan oleh pernyataan langsung dari direktur TMI (16
Januari 2018):
“Pelajarannya itu tidak di terjemahkan. Bahasa arab di MTS di luar
walaupun 6 tahun belajar bahasa arab saya kira untuk berbicara bahasa
arab saya kira tidak bisa. Kenapa, karena pelajarannya diterjemahkan.
Kalau kita tidak, kita langsung jadi kalau belajar Nahwu ya langsung,
balajar Fiqh Bahasa Arab, belajar Hadits Bahasa Arab kalau di
terjemahkan tidak bisa, membahas rukun Islam pakai Bahasa Arab,
bukan lagi di terjemahkan, rukun Islam adalah... itu tidak bisa. Jadi kita
mengajarkannya langsung. Nanti kalau kita terangkan menerangkannya
juga menggunakan Bahasa Arab. Nah nanti dengan sendirinya anak-
anak memahami pelajaran. Begitu juga dengan Bahasa Inggris juga
begitu, ditekankan menggunakan Bahasa Inggris dalam pembelajaran”.
Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Yamin (2006:65) bahwa
profesi guru berbeda dengan profesi lain, guru harus memiliki
kemampuan mengajar, memiliki wawasan luas, memiliki pengalaman
mengajar, dan juga keterampilan/skill.
Dengan berbagai keterampilan yang dimiliki oleh guru pondok
pesantren rafah hal ini memudahkan mereka untuk membangun
lingkungan kerja yang rapi, dan dalam mengkomunikasikan sesuatu
langsung pada orang yang tepat sesuai pembagian tugas yang telah
ditetapkan oleh organisasi pesantren. Hal ini sesuai yang di sampaikan
oleh Ustad Edy Mawardi (6 Desember 2017):
“guru pengabdian biasanya kita ada pembagian struktur. Dan guru yang
tinggal di perumahan guru. Dan bidang ini tiap tahun ada perubahan
karena tiap bagian punya anggota. Dan anggota nya itu dari guru
pengabdian. Karena guru pengabdian juga dilihat dari kinerjanya
waktu di ospera, misalnya bagian admisnistrasi maka yang paham
dengan administrasi yang di masukkan ke bagian tersebut. Jadi
kebanyakan mirip dengan yang tugas mereka waktu di ospera dan
pengabdian”.
Dengan banyaknya guru yang profesional di pondok pesantren
maka akan semakin memudahkan dalam proses pembelajaran begitu
juga dengan segala kegiatan yang dilakukan di pesantren karena para
65
guru paham akan semua jalur koordinasi, jalur komando dan
komunikasi di dalam pesantren.
2. MENGGUNAKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN
PENGEMBANGAN PROFESIONAL YANG EFEKTIF
a. Kurikulum Pesantren Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah
Hasil pengamatan penulis, kurikulum yang berlaku di Pondok
Pesantren Rafah adalah perpaduan antara kurikulum pendidikan pesantren
dengan kurikulum pemerintah (Kementerian Agama), sehingga lulusannya
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam
maupun di luar negeri. Tarbiyatul al-Mu‟allimin al-Islamiyah (TMI) dapat
diketahui bahwa TMI Pondok Pesantren Rafah adalah jenjang pendidikan
selama 6 (enam) tahun yaitu, I, II dan III yang setara dengan kelas I, II, III
SMP dan kelas IV, V dan VI yang setara dengan kelas I, II dan III SMA
dengan menggunakan kurikulum yang berkolaborasi, sesuai dengan nama
Tarbiyatul al-Mu‟allimin al-Islamiyah (TMI) yaitu mendidik santrinya
untuk mampu mendidik, memimpin dan mampu berdakwah dengan
harapan ketika kembali ke daerah masing-masing dengan konsep Islam,
agar agama Islam tetap tegak (Brosur Pesantren Rafah:2017).
Pondok Pesantren Rafah menyelenggarakan program pendidikan
Tarbiyatu Al-Mu‟allimin Al-Islamiyah yaitu, setingkat dengan MTs/SLTP
dan MA/SLTA. Kurikulum Tarbiyatul al-Mu‟allimin wa al-Mu‟allimin al-
Islamiyah (TMI) bersifat integratif, komprehensif, dan mandiri,
memadukan pelajaran umum dan keagamaan dalam satu kesatuan sistem
pendidikan pesantren yang mampu memadukan tri pusat pendidikan,
pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola seperti ini
memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara iman, ilmu, dan amal,
antara teori dan praktik dalam satu kesatuan. Hal ini didukung oleh santri
yang berada di dalam pesantren selama 24 jam. Proses pelaksanaan
kurikulum TMI adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan. Secara yuridis, kurikulum TMI Pondok Pesantren
Rafah didasarkan kepada aturan perundang-undangan yang berlaku.
Diantara aturan dan peraturan yang menjadi dasar penyusunan dan
pengembangan kurikulum adalah undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah RI nomor
66
55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan keagamaan,
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun 2014
tentang Pendidikan Keagamaan Islam, Peraturan Menteri Agama
nomor 18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Mu‟adalah dapat
Pondok Pesantren dan Statuta TMI Pondok Pesantren Rafah Bogor, menerangkan bahwa TMI Pondok Pesantren Rafah Bogor
menyelenggarakan kurikulum Dirasah Islamiyah dengan pola
Mu‟allimin dan mempunyai kedudukan sama sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan dalam pendidikan.
Secara filosofis apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dialami
oleh siswa (santri) sehari-hari dalam kehidupan di pesantren adalah
unsur yang mendidik. Selanjutnya nilai-nilai dan falsafah pendidikan
tersebut diwujudkan dalam rumusan-rumusan visi TMI Pondok
Pesantren Pondok Pesantren Rafah sebagai lembaga pendidikan
pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah thalabul
ilmi, dan menjadi pusat pengetahuan Islam, Bahasa Alquran, dan ilmu
pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren. Prinsip-prinsip
dasar seperti itulah yang menjadi acuan dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum TMI Pondok Pesantren Pondok Pesantren
Rafah.
Pada aspek teoritis, kurikulum TMI Pondok Pesantren Pondok
Pesantren Rafah dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan
tradisi budaya pesantren secara berkesinambungan. Karakteristik
kurikulum TMI dikembangkan pada kompetensi ini yang merupakan
gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang. Kurikulum ini membidik kompetensi
siswa (santri) pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam
proses pembelajaran yang didasarkan pada upaya mengenai kompetensi
dapa tingkat yang menekankan karakter siswa.
Dari hasil pengamatan penulis, kurikulum pendidikan TMI di
Pondok Pesantren Rafah berjalan secara tertulis. Dimana kurikulum
dirumuskan oleh tim penyusun kurikulum untuk menentukan arah
kebijakan pendidikan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hingga
sampai dengan evaluasi pendidikan.
2) Pelaksanaan Kurikulum
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pelaksanaan kurikulum
terbagi menjadi dua tingkatan yaitu, pelaksanaan kurikulum tingkat
sekolah dan tingkat kelas. Dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat
sekolah direktur bertanggung jawab atas pelaksanaannya, sedangkan di
67
tingkat kelas guru yang bertanggung jawab. Pendidikan Tarbiyatul
Mu‟allimin Al-Islamiyah (TMI) dilaksanakan 24 (dua puluh empat)
jam, dimana proses belajar mengajar yang mengedepankan aspek
akademis dilaksanakan mulai pukul 07.30 sampai pukul 15.00, selain
waktu tersebut siswa mengalami proses pendidikan dengan sekian banyaknya kegiatan yang mendukung seperti kegiatan ekstra kurikuler.
Strategi pembelajaran, menurut Direktur TMI dan para ustaz lebih
ditekankan pada kebutuhan santri memahami ilmu-ilmu keagamaan,
bagaimana santri dapat memahami materi pembelajaran yang
diperolehnya dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan lainnya diperoleh dengan pengalaman bagaimana dapat
mengerjakan sesuatu, dan pembelajaran secara khusus.
3) Proses Pembelajaran
Secara umum metode pendidikan Tarbiyatul Mu‟allimin Al-
Islamiyah (TMI) dilaksanakan dengan keteladanan, pengarahan,
penugasan, pembiasaan, dan penciptaan lingkungan.
a) Keteladanan
Keteladanan di contohkan oleh kiai, guru, dan siswa (santri).
Metode ini sangat efektif dalam mendidik karakter, karena sebaik-
baik pendidikan adalah dengan perbuatan, bukan sekadar
dipidatokan.
b) Pengarahan
Setiap pekerjaan selalu diawali dengan pengarahan. Hal itulah yang
diterapkan dalam proses pendidikan, sehingga memungkinkan siswa
(santri) untuk memahami nilai-nilai filosofis dari setiap apa yang
dikerjakan, dan bukan hanya sekadar mengerjakan tugas dan
kewajibannya.
c) Penugasan
Diantara metode yang benar dalam mendidik adalah dengan
penugasan. Siswa (santri) dapat menghayati nilai-nilai pendidikan
setelah mengerjakan tugas yang diberikan, siswa diberi tanggung
jawab untuk mengerjakan tugas dalam jumlah yang cukup banyak,
hal tersebut melatih siswa mampu memecahkan problem yang
dihadapinya.
d) Pembiasaan
Metode pembiasaan yang diterapkan cukup efektif di dalam melatih
siswa (santri) untuk melakukan hal-hal yang positif, karena siswa
dibiasakan berdisiplin bahkan dengan sedikit paksaan.
68
e) Pencipta Lingkungan
Lingkungan yang kondusif mutlak ada dalam sistem pendidikan
asrama, karena kondisi tersebut mendukung terciptanya miliu
belajar yang sehat, segala apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan
oleh siswa adalah merupakan unsur-unsur yang mendidik.
b. Pengembangan guru Pondok Pesantren Rafah
Dalam melakukan pengembangan pesantren, perbaikan pada
kurikulum bukanlah satu-satunya yang mendukung peningkatan kualitas
santri, namun guru harus di upgrade juga kemampuannya, dalam Pondok
Pesantren Rafah kemampuan guru juga merupakan hal yang di perhatikan.
Mengenai kompetensi guru pondok pesantren berikut adalah hasil
wawancara Ustad Muhammad Anhar (16 Januari 2018):
“Dalam melakukan peningkatan kompetensi guru, Kita kebanyakan di
internal. Dan di fokuskan ke guru-guru pengabdian. Biasanya mereka
membedah buku pengajarannya, membuat RPP (I‟dad Tadris) meskipun
i‟dad tadris ini tidak sedetail RPP. Kita ingin fokusnya mengajar saja. Kalau
misalnya ada pelatihan diluar kita utusan saja. Jadi awalnya kita ini
dibawah dinas pendidikan terus pindah ke depag karena perpindahan dari
SMP it ke MTS, terus kita pindah ke kurikulum Gontor. Karena memang
ingin bebas dari administrasi segala macam. Walaupun kadang ada yang
memang perlu. Namun kadang adminidstrasi itu yang menjadi beban juga
ke guru guru. Sehingga inginnya kita fokus mengajar, menyiapkan bahan
ajar, fokus mendidik. Dan ternyata tahun 2016 itu kurikulum gontor diakui
pemerintah”.
Dari hasil observasi peneliti, ada beberapa hal yang dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru di pondok pesantren, yaitu bagi guru senior,
studi tour, melihat perkembangan dan inovasi dari pesantren modern
lainnya, kemudian jika inovasi itu baik tapi tidak cocok di terapkan di
pondok maka di buang. Namun jika cocok untuk di terapkan di pesantren
akan didiskusikan dengan guru untuk dilaksanakan dan jika disepakati maka
kemudian di ajukan ke kiai untuk di sepakati.
Untuk guru tahfidz waktu yang luang untuk muraja‟ah dan menjaga
hafalan, guru tahfidz tidak dilibatkan mengajar di kelas seperti halnya
dengan guru kelas atau guru pengabdian, guru tahfidz mendapatkan jam
mengajar yang lebih sedikit, yaitu hanya pad waktu subuh sesudah shalat
berjamaah dan waktu ashar. Sehingga guru tahfidz diberikan waktu yang
luang untuk menjaga hafalan mereka.
Dalam meningkatkan kompetensi guru pengabdian ada bedah buku
pelajaran dari guru kelas dan pemeriksaan RPP (I‟dad Tadris). Bedah buku
pelajaran ini biasanya dilakukan agar guru pengabdian sebelum mengajar di
69
kelas paham akan tujuan-tujuan yang harus di capai dalam pembelajaran
dan juga memahami metode apa yang mereka harus gunakan dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut. Hal ini di sampaikan oleh Ustad Aldi
Rozaqy (30 November 2017):
“Setiap mata pelajaran memiliki metode yang berbeda dalam
mengajarkannya, Fiqhi misalnya itu berbeda dengan mengajarkan hadits,
kalau Hadits biasanya di bacakan dulu kemudian santri mengikuti. Setiap
mau masuk mengajar I‟dad Tadris harus diperiksa dulu oleh guru kelas,
semuanya di periksa, mulai dari awal, metodenya dan penulisannya, karena
kadang ada yang salah huruf atau kurang huruf. Ketika ada yang salah maka
di perbaiki lagi kemudian di perlihatkan lagi dan ketika sudah di katakan
I‟dad Tadrisnya baik baru masuk untuk mengajar di kelas”.
Dari hasil observasi peneliti ada pemeriksaan I‟dad Tadris (RPP) yang
dilakukan oleh guru-guru mata pelajaran terhadap guru pengabdian, setelah
melakukan pemeriksaan I‟dad Tadris guru pengabdian akan melakukan
perbaikan selama 15 menit sebelum mengajar ketika ada perbaikan. Yang di
periksa dalam I‟dad Tadris guru pengabdian adalah mengenai metode
pembelajaran, waktu, penulisan kata (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
sehingga tidak terjadi kesalahan di dalam kelas.
3. BUDAYA, KREATIF, STRATEGIS DAN FOKUS PADA PERBAIKAN
DAN PENINGKATAN PONDOK PESANTREN
a. Perubahan kurikulum
Dalam menjalankan kepemimpinan di Pondok Pesantren Rafah, sudah 3
kali Pondok Pesantren Rafah melakukan perubahan kurikulum pondok
pesantren hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ustaz Muhammad Anhar (16
Januari 2018) saat wawancara:
“Awalnya perubahan ini sendiri dari SMA ke MA karena ada beberapa alumni
yang melanjutkan kuliah di mesir. Nah kalau untuk kuliah di mesir itu yang
dari indonesia harus lulusan MA. Namun tetap ada tes dan santri tetap lolos.
Makanya kita pindah dari SMA ke MA. Ada juga yang di Madinah, namun
kalau yang di Madinah ijazah apapun tetap diterima. Baik SMA dan MA yang
penting dapat rekomendasi. Nah dari MA ke TMI awalnya kita dapat referensi
pembelajaran TMI itu awalnya buku buku dari gontor semua. Nah sampai di
sini akhirnya kita rapat dan menyarankan kita full aja Kurikulum Gontor.
Walau pun ada enaknya juga kalau dulu ketika belum di akui pemerintah,
sekolah yang memakai paket TMI ini tidak bisa masuk kuliah di negeri kecuali
UIN. Karena kalau negeri kan syaratnya ujian SBNPTN dan MANDIRI”.
70
Dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada pesantren harapan dari
seluruh guru adalah adanya perbaikan-perbaikan pada pesantren, hal ini juga
disampaikan oleh Ustaz Nanang Alfan Amrullah (16 Januari 2018) pada
kesempatan interview dengan beliau:
“Pengembangan pesantren ini melihat evaluasi pesantren, intinya ingin mengembangkan pesantren ke arah yang lebih baik. Dulu SMP IT/ SMA IT,
setelah itu masuk ke MTs/MA sekarang ada mu‟adalah kita masuk mu‟adalah,
kita meninggalkan SMP IT dan SMA IT bukan berarti keduanya itu jelek,
namun kita mencari yang terbaik untuk santri. Yang kedua kita ingin benar-
benar totalitas kurikulum pesantren. waktu kita SMP SMA IT, yaa artinya kita
programnya kurikulum pesantren artinya kita harus menerapkan ke anak benar-
benar pesantren. Kalau anak pesantren dan masih merasa mereka anak SMP itu
kurikulum pesantrennya tidak greget gitu. Terus setelah masuk ke MTS kita
merasa birokrasinya lebih cocok karena kita pesantren dibawah kementerian
agama. Kalau SMP kan dibawah dinas pendidikan. Itu kadang-kadang kalo pas
nasibnya kita kurang baik pengawasnya dari nasrani, pernah kami pengawasnya
dari nasrani. Kami secara akidah kita tidak terima, masa pesantren pengawas
sekolahnya dari orang kristen. Ya secara ini tidak enak. Masa pesantren di
awasi orang nasrani. Ketika MTS/MA kita sudah bagus. Kalau tidak ada
mu‟adalah kita tetap MTS tapi karena ada kurikulum baru mu‟adalah, yang
memang mu‟adalah adalah totalitas kurikulum pesantren, tidak terpengaruh
kurikulum luar. Kita lebih nikmati. Ideologi kiai kita bisa kita tanamkan di
pesantren 100%. Kalau di MTS kita punya kurikulum Fiqhi misalkan, Fiqhnya
pakai Bahasa Arab, nanti ujiannya harus mengerjakan Fiqh Departemen Agama
yang Bahasa Indonesia, itukan artinya malah menghancurkan yang di
pesantren, anak belajar bahasa arab pas ujian tiba tiba Fiqh nya ujian Bahasa
Indonesia, itu akan menghancurkan kurikulum pesantren yang telah kita
bangun bersama. Akhirnya setelah ada mu‟adalah, ya sudah kita keluar dari
MTS/MA. mu‟adalah sama sebenarnya di bawah kementerian agama cuman
beda kamar. Kalau MTS MA di bagian Pendidikan Madrasah dan Agama
Islam, kalau pesantren di bagian Pendidikan Pondok Pesantren. Jadi induk
semang nya kita sama Depag cuman beda kamar. Nah di Bogor sudah ada 3
pesantren baru yang sekarang sudah mengajukan mu‟adalah”.
Dari beberapa data yang ditemukan oleh penulis baik dari hasil wawancara
maupun hasil interview dan studi dokumen, sejak awal pak Nanang menjadi
kepala sekolah SMP IT pada tahun 2009, telah banyak perubahan-perubahan
yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang menurut kepala sekolah
saat itu kurang cocok dengan pesantren. Pada saat masih SMP IT dan SMA IT
ada beberapa hal yang menjadi kendala yang di hadapi pesantren yaitu:
1) Mereka harus menginduk pada SMA 1 Parung karena belum mendapatkan
ijin, sehingga saat ujian mereka akan ikut dengan SMAN 1 Parung. Hal ini
71
menjadikan pesantren tidak leluasa dalam melakukan pengembangan
kemampuan santri.
2) Dari segi administrasi juga menguras tenaga dan waktu guru, selain mereka
menyelesaikan kewajiban mereka mengajar di kelas, guru juga terkuras
tenaga dan waktunya untuk menyelesaikan perlengkapan administrasi, seperti RPP, Program Kerja Tahunan, Program Kerja Semester yang untuk
memenuhi standar pendidikan.
3) Pengawas Pesantren. Beberapa kali Pondok Pesantren Rafah di evaluasi
oleh pengawas, dan pernah di awasi oleh orang yang bukan beragama
Islam (Kristen), secara peraturan tidak ada yang di langgar, namun secara
aqidah pihak pesantren merasa tidak terima dengan hal seperti ini, karena
dari pihak Dinas Pendidikan sudah mengetahui bahwa yang akan di awasi
adalah Pondok Pesantren namun yang mengawasi adalah pengawas Non
Islam.
4) Sulit membangun pola pikir siswa terhadap pesantren. Hal ini terjadi
karena mereka tinggal di pesantren tapi kalau mereka masih berpikir
mereka anak SMP maka kurang maksimal kurikulum pesantren yang di
berikan.
5) Alumni pondok Pesantren Rafah. Ada beberapa alumni yang melanjutkan
pendidikannya keluar negeri, kususnya Al Azhar Cairo, namun persyaratan
yang ada hanya alumni Madrasah Aliyah (MA) saja yang di terima jika
siswanya dari Indonesia maka yang diterima hanya lulusan yang berasal
dari Madrasah Aliyah, namun jika di Madinah semua lulusan bisa di terima
jika mengikuti prosedur yang ada.
Sehingga untuk menjawab tantangan tersebut beberapa hal yang di lakukan
oleh kepala sekolah dan para guru. Karena Pondok Pesantren Rafah adalah
salah satu pesantren yang di bangun oleh alumni-alumni Pondok Pesantren
Modern Gontor maka mereka melakukan perubahan kurikulum dan
mengadopsi kurikulum Pondok Pesantren Gontor untuk meningkatkan
kemampuan siswa selain dari segi hafalan Al Qur‟an.
Pada tahun ajaran 2009-2010 pondok pesantren Rafah mengubah
kurikulum Tarbiyatul Mu‟allimin Al Islamiyah (TMI) atau yang lebih dikenal
dengan kurikulum pesantren. Kurikulum pesantren ini menggunakan bahan
referensi dari Podok Pesantren Modern Gontor. Namun karena masih berstatus
MTs dan MA maka beberapa mata pelajaran belum bisa di maksimalkan
contohnya saja pelajaran Fiqh, dalam kurikulum TMI pelajaran Fiqh
menggunakan full Bahasa Arab namun ketika mengikuti ujian maka soal-soal
yang di berikan dari departemen agama adalah soal yang berbahasa indonesia,
jadi seakan akan pelajaran yang berbahasa arab selama satu semester itu tidak
maksimal.
72
Sehingga ketika keluar Peraturan Menteri Agama nomor 18 tahun 2014
tentang satuan pendidikan mu‟adalah, maka hal ini menjadi peluang besar bagi
Ustaz Nanang (kepala Madrasah) untuk melakukan pengembangan kurikulum
pesantren di Pondok Pesantren Rafah. Karena jika mendapatkan mu‟adalah
atau kesetaraan dari keenterian agama, maka pesantren diberikan keleluasaan mengembangkan kurikulum sendiri dan melakukan ujian akhir sendiri yang
ijazahnya dikeluarkan oleh pesantren itu yang telah disetarakan dengan SMA
atau MA oleh Kementerian Agama.
Dari perubahan kurikulum ini juga diharapkan terjadinya peningkatan
terhadap peserta didik atau santri pondok pesantren terutama dalam
meningkatkan kualitas keilmuan santri. Dengan perubahan ke Kurikulum
Mu‟adalah maka salah satu keuntungannya adalah kebebasan pesantren
membuat kurikulum sendiri, sehingga menanamkan budaya dan nilai-nilai
kepada siswa bisa di maksimalkan, berikut beberapa hasil wawancara dengan
guru tahfidz Ustad Nur Solihin (28 Januari 2018) yang telah dirangkum oleh
penulis:
“Selain OSPERA Nilai-nilai yang dikembangkan di sini terutama dilihat dari
guru-guru yang tinggal di sini. Karena mereka 24 jam tinggal di sini bersama
santri, sehingga menjadi contoh juga bagi santri yang ada di Rafah. Cara kita
menjaga budaya di sini seperti tetap saling menghormati, tidak pakai kaus, dan
mengikuti aturan yang ada di sini, pakai sarung, pakai gamis kalau ke masjid,
lebih memberikan contoh”.
Direktur TMI (16 Januari 2018) juga menambahkan hal tersebut dalam
wawancara dengan beliau:
“OSPERA organisasi pesantren juga salah satu aspek yang membangun
budaya. Kalau di sekolah ada OSIS, namun OSIS pun tidak terlalu mewarnai.
OSPERA ini sebagai pengawal kehidupan santri 24 jam di pesantren. Petugas
ospera merupakan santri kelas atas yaitu kelas 5 dan kelas 6. Karena kelas 6
sudah 6 tahun di sini tentu mereka sudah paham dan sudah menjiwai disiplin
kehidupan di pesantren. Kalau budaya dengan sesama guru ya dengan
sendirinya, guru tidak minta dihormati, tapi anak wajib hormat kepada guru,
kita tidak memerintahkan kepada siswa bahwa saya guru, “kamu harus cium
tangan” bukan, tapi anak harus hormat kepada guru, makanya ketika kita
datang santri cium tangan, itu dengan sendirinya. Itu tidak ditulis santri wajib
berjabat tangan, tidak usah di tulis, santri dengan sendirinya melakukan hal itu,
ketika kita masuk ke kelas juga seperti itu, ketika kita keluar mereka salaman,
itu tidak pernah kita ajarkan, tidak pernah bilang nanti kalo ustaz keluar harus
salaman sama saya, tapi rata-rata kayak gitu, ketika kita jalan, ketemu mereka
salaman dan cium tangan. Itu termasuk falsafah, adab kepada guru. Karena
salah satu kata-kata bijak yang dihafalkan sama mereka bahwa dokter dengan
73
guru itu dua orang yang kalau semakin kita tidak hormatin dia tidak akan
memberikan ilmu kepada kita, kalau kamu jauh dari dokter maka kamu akan
sakit terus, kalau kamu jauh dari guru, atau tidak menghormati guru maka
kamu akan tidak bisa pintar. Dengan adanya falsafah kayak begitu tanpa ada
aturan kamu harus hormat kepada guru tapi dengan adanya falsafah-falsafah kayak gitu yang kita tanamkan melalui pembelajaran-pembelajaran kepada
mereka. Kalau sesama santri mereka memanggil kakak, kalau adek ke kakak
jelas mereka memanggil kak, tidak menyebut nama secara langsung. Tapi
kalau kakak ke adeknya mereka menyebut nama langsung. Kelas 1 atau kelas
2 yang ketemu dengan kelas 5 atau kelas 6 mereka akan memanggilnya
dengan kakak. Itu untuk membiasakan mereka hormat kepada yang lebih tua”.
b. Kepemimpinan distributif (pembagian kepemimpinan)
Untuk meningkatkan kualitas baik kualitas pesantren dan santri semua
aspek pesantren harus terlibat dalam proses yang terjadi, baik guru maupun
santri, Direktur TMI telah melakukan pembagian tugas dengan seluruh warga
pondok pesantren, baik bagian bagian struktural pengurus, santri, guru kelas,
guru tahfidz dan juga guru Pengabdian. Hal ini seperti halnya yang dijelaskan
oleh Ustaz Aldi (guru Pengabdian) sebagai berikut:
1) Direktur TMI
Direktur TMI adalah Ustaz Nanang sendiri yang secara umum fokus pada
pengembangan pesantren di bidang Tarbiyatul Mu‟allimin al Islamiyah
dimana direktur ini membagi tim kerja ke beberapa bagian untk
meningkatkan kualitas pendidikan dipesantren. Tugas dari direktur sendiri
adalah sama dengan kepala sekolah di instansi pendidikan sederajat, seperti
SMA dan SMP.
2) Bagian Kurikulum
Bagian kurikulum sendiri adalah bagian yang fokus pada kurikulum
Tarbiyatul Mu‟allimin, bagian kurikulum ini di ketuai oleh Ust. Duddy
Wahyudi, S.Pt yang di bantu oleh beberapa guru pengabdian yang memang
dibina untuk membantu di bagian kurikulum. Selain Ustaz Duddy
Wahyudi, Ustaz Nanang selaku direktur TMI juga banyak turut andil
dalam bidang kurikulum sebagai penyambung informasi eksternal, seperti
kegiatan kegiatan atau adanya perubahan dari Kemenag.
3) Bagian Pengasuhan
Bagian pengasuhan adalah bidang yang dibentuk untuk membantu
koordinasi dengan direktur. Bagian pengasuhan juga memiliki beberapa
anggota dari guru pengabdian. Bidang pengasuhan juga melibatkan
langsung santri yang bergabung dengan Ospera atau Organisasi Pesantren
Rafah, sehingga yang berinteraksi langsung dengan semua santri adalah
OSPERA.
74
4) Bagian MABIKORI (Majelis Bimbingan Koordinator Harian)
Majelis Bimbingan Koordinator Harian adalah bagian yang menaungi
kegiatan kegiatan kesiswaan atau kegiatan ekstrakulikuler pesantren.
Bidang Mabikori ini dibantu oleh guru pengabdian, untuk jalannya tugas
Mabikori banyak melakukan koordinasi dan melibatkan santri yang terlibat aktif dalam Organisasi Santri Pondok Pesantren Rafah, hal ini
terjadi karena Ospera diberikan kebebasan menentukan kegiatan
Ekstrakulikuler yang akan mereka lakukan.
5) Bagian Sarana dan Prasarana
Bagian sarana dan prasarana selain kordinasi ke direktur TMI dalam hal
pengadaan dan perbaikan sarana dan fasilitas pesantren. Bagian sarana dan
prasarana berkoordinasi langsung dengan bagian penerangan di Bidang
Ospera untuk perawatan dan perbaikan fasilitas yang ada di pesantren.
6) Bagian Humas (Hubungan masyarakat)
Bagian humas ini adalah bagian yang mengatur kegiatan-kegiatan yang ada
di luar pesantren dan bentuk kegiatan, dalam bidang humas ini banyak di
bantu oleh guru pengabdian dan santri OSPERA.
7) Bendahara
Di Pesantren Rafah bendahara tidak menyatu dengan Tarbiyatul
Mu‟allimin al Islamiyah. Bendahara langsung di bawah pengawasan Ketua
Yayasan seperti Direktur Tarbiyatul Mu‟allimin Al Islamiyah dan dibantu
oleh beberapa orang guru pengabdian, sehingga untuk pendanaan yang ada
di pesantren memiliki jalur tersendiri. Ketika ada yang membutuhkan dana
maka harus mengajukan dulu ke tiap bidang yang bersangkutan, setelah
bidang bersangkutan menyetujui maka draf pendanaan akan dilaporkan ke
direktur TMI dan direktur mengajukan ke ketua yayasan. Setelah disetujui
dan di acc oleh ketua yayasan barulah pihak bendahara berhak
mengeluarkan dana.
8) Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha ini seperti halnya dengan bagian bendahara, dengan
artian dibawah komando ketua yayasan. Dan memiliki jalur koordinasi
dengan Direktur TMI atau Ustaz Nanang. Seperti bidang yang lain tata
usaha juga dibantu oleh guru pengabdian dalam menjalankan tugasnya.
9) Guru kelas
Guru kelas adalah guru bidang studi yang ada di pondok pesantren, guru
kelas selain mengerjakan tugas utama mengajar di kelas mereka juga
mempunyai tugas lain yaitu membantu guru pengabdian dalam melakukan
tugasnya, berupa mengontrol RPP dan juga menjadi tempat konsultasi bagi
guru pengabdian dan juga pengurus ospera.
10) Guru tahfidz
Guru tahfidz tugas utamanya adalah fokus pada peningkatan hafalan santri
dan menjaga ruhiyah santri melalui murajaah seperempat jus tiap waktu
shalat wajib sebelum iqamah, namun juga mendapat tugas tambahan
75
seperti menjaga koperasi, kantin, dan wartel. Koperasi dan kantin hanya
dibuka pada waktu tertentu, yaitu jam istirahat pelajaran.
11) Guru pengabdian
Guru pengabdian adalah guru yang diperbantukan untuk beberapa hal,
selain belajar mengajar, guru pengabdian adalah guru yang mengawal kegiatan santri 24 jam di pesantren, hal ini karena mereka juga tinggal
didalam pesantren dan melakukan tugas tugas seperti staf bagian
pengasuhan, staf Tarbiyatul Mu‟allimin al Islamiyah.
12) Organisasi Santri Pondok Pesantren Rafah (OSPERA)
Salah satu cara melibatkan siswa adalah dengan adanya Organisasi Santri
Pondok Pesantren Rafah (OSPERA), dan di Pondok Pesantren Rafah
semua masalah yang berkaitan dengan santri itu ditangani oleh Ospera itu
sendiri, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dari Ijlal Irawan (14 Januari
2018):
“Semua aspek kehidupan santri disini itu yang ngatur ospera,
bimbingannya sama ustaz bagian pengasuhan, kita juga punya anggota,
anggotanya dari kelas 1 sampai kelas 5, dan kelas 6 pengurus semua.
Kalau bagian bagian ospera ada 18 bagian minimal setiap bagian
anggotanya 2 orang, Nanti ketika LPJ semua bagian melakukan laporan
semua”.
Pernyataan ini di dukung oleh Ustaz Nanang Alfan Amrullah (16 Januari
2018) sesuai hasil wawancara dengan beliau:
“OSPERA sepenuhnya dilibatkan dalam kehidupan santri yang di bimbing
oleh bagian pengasuhan. Beda sekali ketika orang luar yang datang dan
diseleksi kemudian menjadi pembina asrama, mereka hanya membina saja.
Dan tidak mendarah daging pekerjaannya. Di masjid misalnya ada bagian
itu, ada yang adzan, bagian muraja‟ah, sudah anak-anak yang mengatur
semua itu. Sampai mendisiplinkan anak-anak dikelas. Guru mengajar, tapi
yang mendisiplinkan santri masuk kelas adalah pengurus OSPERA, guru
sebagai monitoring saja. Tapi yang pertama kali ada yang namanya Kismu
Ta‟lim yang menertibkan anak-anak masuk kelas, termasuk belajar malam,
namun juga yang menjadikan sesuatu menjadi budaya karena yang ada di
pesantren tidak hanya sebatas aturan tapi ada yang mengawal, termasuk
bagian bahasa, bahasa kita disiplinkan, ada bagian bahasa yang mengawal
bahasa, nanti habis dhuhur itu nanti ada panggilan “panggilan ke bagian
bahasa untuk anak-anak yang melanggar” mereka diberi sanksi, itu di
antara cara kita menanamkan budaya hidup di pesantren”.
Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan, dari semua
kegiatan yang ada dalam pesantren kecuali proses belajar di kelas tidak di
atur oleh guru, yang mengawasi kegiatan dalam pesantren adalah santri itu
sendiri, ketika jam istirahat selesai, santri yang bertugas memeriksa semua
76
tempat untuk memastikan tidak ada lagi santri yang berada di uar kelas,
begitu juga saat waktu tilawah di masjid, santri yang bertugas mengawasi
santri dan juga yang mengatur dan merapikan shaf sebelum shalat agar
semuanya rapi dilakukan oleh santri yang bertugas.
Dengan beberapa pembagian tugas yang dikelola secara terstruktur tersebut dapat dilihat bagaimana kemampuan direktur dalam mendisrtibusikan
kepemimpinannya. Kepemimpinan direktur TMI disini melibatkan seluruh
aspek pesantren dalam melaksanakan kepemimpinan di pesantren.
c. Peningkatan Kualitas peserta didik
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kepemimpinan pedagogik direktur
TMI Pondok Pesantren Rafah terlihat bahwa beliau memprioritaskan
keberhasilan siswa dalam belajar dengan mengedepankan pendidikan, bukan
hanya sekedar mengajar tapi mengedepankan pendidikan. hal ini sesuai yang di
sampaikan Ustaz Nanang Alfan Amrullah (16 Januari 2018) ke peneliti saat
wawancara:
“Kita mempunyai slogan, slogan kita adalah bahwa semuanya itu mengandung
“pendidikan”, baik yang mengatur maupun yang diatur itu semuanya belajar,
sebagai OSPERA nih, menjadi pengurus organisasi santri itu bukan harga mati
dia pintar, nggak, tapi dari dia tidak bisa belajar menjadi bisa, sehingga
semuanya kita tanamkan ke santri bahwa ini semuanya belajar. Yang
organisasi belajar organisasi, yang jadi pramuka belajar pramuka, kalau jadi
pengurus dia akan merasakan bahwa saya sekarang sedang belajar menjadi
pengurus, itu yang kita tanamkan ke santri. Misalkan ada acara nih,
perkumpulan, nanti ada yang MC, ada yang menjadi Qori‟ itu semuanya kita
tanamkan itu semua untuk belajar, qori‟ nya bukan qori‟ hebat tapi sekarang
kamu belajar bagaimana membuat agenda yang hebat. MC juga termasuk di
dalamnya. Itu, dengan nuansa semuanya ingin belajar, maka mereka untuk
menjalankan tugasnya mereka benar-benar bukan sebuah paksaan. Tapi untuk
ilmu, “saya sekarang disuruh jadi MC berarti saya sekarang berkesempatan
belajar jadi MC”, itu diantaranya”.
Dalam meningkatkan kemampuan siswa ada beberapa hal yang dilakukan
oleh Pondok Pesantren Rafah. Proses pembelajaran di kelas dan juga luar kelas
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa, berikut data temuan peneliti
mengenai proses pembelajaran di Pondok Pesantren Rafah.
Salah satu yang mencolok dari pondok pesantren pada umumnya adalah
proses pembelajaran yang dilakukan lebih panjang dari sekolah-sekolah umum.
Hal ini terjadi karena tuntutan keilmuan dan mata pelajaran yang lebih banyak
dari sekolah umum atau pun madrasah.
77
a. Pembelajaran di kelas
Materi pelajaran di Pondok Pesantren Rafah terbagi 3 yaitu bidang
studi Ulum Syar‟i, bidang studi bahasa yaitu Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris, dan bidang studi Ulum Kauni:
Tabel V
Bidang Studi Pondok Pesantren Rafah
No Bidang Studi
Ulum Syar’i
Bidang Studi
Bahasa
Bidang Studi Ulum
Kauni
1 Aqidah Durusul Lughoh Pendidikan
kewarganegaraan
2 Fiqih Al-Insya‟ Bahasa Indonesia
3 Al-Qur‟an Al-Muthala‟ah Matematika
4 Tajwid Nahwu Ilmu Pengetahuan
Alam
5 Ushul Fiqih Sharaf Ilmu Pengetahuan
Sosial
6 Tafsir Tarikh Adab Fisika
7 Faroid Balaghah Biologi
8 Hadits Imla‟ Kimia
9 Musthalah
Hadits
Khat Sejarah
10 Tarikh Islam Reading
(Inggris)
Geografi
11 Al-Adyan Grammar
(Inggris)
Ekonomi
12 Tarbiyah Wa
Ta‟lim
Dictation
(Inggris)
Sosiologi
13 Mahfudhat Composition
(Inggris)
Psikologi
Dengan mata pelajaran yang padat ini alokasi waktu pembelajaran
juga akan banyak. Jam pembelajaran di kelas untuk setiap mata pelajaran
dialokasikan 45 menit/mata pelajaran dengan jadwal sebagai berikut:
78
Tabel VI
Jam Pelajaran Pondok Pesantren Rafah
No. Jam Pelajaran Waktu
1 Jam I 07.30 – 08.15
2 Jam II 08.15 – 09.00
3 Jam III 09.00 – 09.45
4 Istirahat 09.45 – 10.15
5 Jam IV 10.15 – 11.00
6 Jam V 11.00 – 11.45
7 Istirahat 11.45 – 13.40
8 Jam VI 13.40 – 14.20
9 Jam VII 14.20 – 15.00
Dengan data diatas maka tatap muka di kelas dalam satu pekan adalah
35 jam pembelajaran. Adapun penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
dilakukan oleh santri pada waktu sore dan malam hari. Sementara alokasi
waktu untuk praktek adalah seluruh waktu yang dimiliki oleh santri dari
bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatan harian para santri pondok
pesantren rafah:
Tabel VII
Kegiatan Santri Pondok Pesantren Rafah
No. Waktu Bentuk Kegiatan
1 03.30 - 05.00 Qiyamullail dan shalat subuh
2 05.00 - 06.30 Kegiatan tahfidzul qur‟an
3 06.30 - 07.30 Sarapan dan persiapan sekolah
4 07.30 - 09.15 Kegiatan belajar mengajar di
kelas
5 09.15 - 09.30 Istirahat dan shalat dhuha
6 09.30 - 11.45 Kegiatan belajar mengajar di
kelas
7 11.45 - 13.45 Shalat dhuhur dan makan
siang
8 13.45 - 15.15 Kegiatan belajar mengajar di
kelas
9 15.15 - 15.45 Shalat ashar
10 15.45 - 16.30 Halaqah tahfidzul qur‟an
11 16.30 - 17.05 Olahraga dan ekstrakulikuler
12 17.05 - 17.40 Mandi dan persiapan ke
masjid
13 17.40 - 18.35 Shalat magrib
79
14 18.35 - 19.00 Tilawah Al-Qur‟an di asrama
dan penyampaian kalimat
jadidah
15 19.00 - 19.30 Makan malam
16 19.30 - 20.00 Shalat isya
17 20.00 - 21.30 Belajar mandiri di kelas
18 21.30 - 03.30 Istirahat
b. Tahfidz Al Qur’an
Salah satu program unggulan Pondok Pesantren Rafah adalah program
Tahfidzul Qur'an untuk seluruh santri yang di bimbing oleh para huffadz.
Program ini dilaksanakan perkelas yang masing-masing kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok dan dibimbing oleh seorang ustaz dengan
sistem talaqqi. Setiap pertemuan santri menyetorkan hafalan kepada
pengajar di kelompok tersebut. Setiap tahunnya santri ditargetkan mampu
menghafal 2 juz, sehingga santri yang menamatkan jenjang pendidikannya
mampu menghafal minimal 10 juz. Program ini dilaksanakan setiap pagi
hari setelah shalat subuh sampai pukul 06.30 dan sore hari pukul 15.45 -
16.30. Sedangkan waktu antara adzan dan iqamah setiap shalat lima waktu
di gunakan untuk muroja'ah bersama.
c. Target yang dicapai
Target yang dicapai dalam program tahfidz ini, minimal 2 juz dalam
setiap tahunnya untuk setiap santri. Kelas 1 yang dihafal adalah juz 30
dan juz 1, kelas 3 adalah juz 2 dan juz 3, kelas 4 adalah juz 4 dan juz 5,
kelas 5 adalah juz 6, dan kelas 7 adalah juz 7. Degan demikian
ditargetkan dalam 6 tahun santri mampu menghafal Al-Qur‟an minimal
10 juz.
d. Program Muraja'ah
Program muraja‟ah ini dilaksanakan dengan tujuan supaya santri
senantiasa menjaga hafalannya. Program ini dilaksanakan diantara
adzan dan iqamah, materi muraja‟ah sesuai hafalan santri, yaitu mulai
juz 1 sampai juz 7 dan juz 28 sampai juz 30. Sehingga materi
seluruhnya berjumlah 10 juz dalam 2 pekan.
Program tahfidz Al Qur‟ann ini di ajarkan oleh guru tahfidz yang
berjumlah 14 orang untuk semua kelas di pondok pesantren rafah, meskipun
target hafasalan santri hanya 10 juz selama setahun tapi banyak santri yang
80
sampai khatam 30 juz selama 6 tahun mereka belajar di pondok pesantren
rafah, hal ini di sampaikan oleh Ustaz Nur Sholihin (28 Januari 2018) saat
wawancara dengan peneliti:
“Waktu menyetor hafalan setiap hari, waktunya setelah subuh sampai jam
setengah 7 dan ashar. Kalau malam itu biasanya bagi yang mengejar target selain belajar malam. Biasanya santri mulai menghafal dari jus akhir atau
juz 30 smpai 28 dan mulai lagi dari jus 1 lagi. Stornya itu misalnya biasanya
1 halaman dan ada yang stor sampai 5 halaman dan setengah juz dan target
mereka minimal 10 juz atau 2 juz persemester. Dan rata rata kelas 3 sampai
4 mereka sudah khatam 30 juz. Ketika ujian akhir di kelas 6 semua hafalan
di ujiankan dari juz 1 sampai juz 30”.
Dari temuan observasi peneliti, dengan program tahfidz ini para santri
melakukan muraja‟ah Al Qur‟an setiap awal waktu shalat, para santri
melakukan muraja‟ah bersama sebanyak seperempat juz di pimpin oleh
guru tahfidz, sehingga dalam sehari mereka murajaah 1 juz dan sebulan
para santri menyelesaikan murajaah 30 juz.
c. Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah seluruh kegiatan yang dilakukan di
luar jam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini di bawah tanggung jawab
pengasuhan santri penanggung jawab ekstrakurikuler. Kegiatan ini terbagi
menjadi empat:
e. Kegiatan harian : Olahraga : Sepak bola, volley, futsal, basket, takraw,
badminton, tenis meja dll
f. Kesenian : Nasyid, marawis, rebana ,hadroh, , marawis, kartun, lukis,
kaligrafi, pantomim, dance, teater
g. Journalis : Majalah dinding dan Buletin Triwulan SADAR
h. Kegiatan pekanan : Lari pagi setiap hari Ahad dan Rabu, kegiatan
pramuka pada hari Sabtu Siang, muhadatsah setiap Ahad pagi, dan
latuhan pidato 3 bahasa malam Ahad, malam Rabu, dan Sabtu siang.
Kegiatan tahunan. Studi Tour/kunjungan ke Book Fair dan Rihlah
Iqtihshodiyyah
Dari hasil observasi peneliti ditemukan bahwa yang mengurus
kegiatan ekstrakurikuler adalah pengurus ospera dibawah naungan
bagian pengasuhan. Hal ini dilakukan karena semua yang berkaitan
dengan kehidupan santri dikelola oleh organisasi pondok pesantren
(OSPERA). Sehingga kegiatan ekstrakurikuler di lakukan sesuai
dengan minat siswa yang di tampung oleh ospera kemudian disepakati
81
dalam rapat kerja ospera tiap awal tahun yang di dampingi oleh seluruh
guru dan pimpinan pondok pesantren.
4. KETERLIBATAN DIREKTUR DALAM PESANTREN
Direktur Tarbiyatul Mu‟allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah melibatkan diri dalam seluruh perkembangan pesantren hal ini berdasarkan
data yang di temukan di pesantren yaitu:
a. Keterlibatan secara langsung
Direktur TMI juga mempunyai jam mengajar seperti guru yang lain namun
tidak sebanyak guru yang lain hal ini sesuai yang disampaikan oleh Ustaz
Sandi (28 Januari 2018) saat wawancara:
“Ustaz Nanang juga mempunyai jam mengajar di pesantren, namun beliau
sibuk sekali, selain mengurus kegiatan di pesantren juga mengurus
administrasi di DEPAG, jadi setelah mengajar kadang langsung keluar,
terkadang beliau sampai malam di pesantren mengurus administrasi
pesantren. Apalagi kalau menjelang ujian semester, kan banyak sekali hal
yang harus dilengkapi.
Dengan melibatkan diri secara langsung dalam mengajar maka direktur
memiliki peluang untuk melihat perkembangan peserta didik secara
langsung.
b. Keterlibatan Secara Tidak Langsung
Keterlibatan tidak langsung oleh direktur adalah melalui rapat guru. Rapat
guru dalam pondok pesantren ada 4, yaitu:
1) Rapat hari senin
Rapat di hari senin dilakukan setiap hari senin setelah upacara, rapat
ini berlangsung kurang lebih 15 menit. Dalam rapat direktur
memberikan informasi-informasi yang penting dan agenda selama
sepekan. Baik mengenai kegiatan santri maupun kegiatan yang akan
dilakukan oleh tim guru. Dalam rapat ini semua guru diwajibkan ikut
agar mudah terjalin komunikasi dan koordinasi.
2) Rapat hari rabu
Rapat ini dilakukan setiap hari rabu, hal ini dilakukan untuk
mengevaluasi perkembangan yang terjadi dalam pesantren. Dalam
rapat ini yang di evaluasi adalah seluruh aspek pesantren.
3) Rapat pimpinan pesantren
Rapat ini dilakukan kadang 1 kali sebulan atau 2 kali sebulan. Rapat
ini dihadiri oleh seluruh guru dan di ikuti oleh Kyai sebagian pimpinan
pesantren, dari data yang ditemukan dalam rapat ini kyai memberikan
82
motifasi kepada seluruh guru, agar istiqamah dalam membagi ilmu.
Dan juga dilaporkan perkembangan siswa kepada kyai.
4) Rapat Insidental
Rapat insidental ini dilakukan ketika ada agenda dadakan dari
eksternal yang kemungkinan mengganggu aktifitas pembelajaran atau melibatkan banyak guru dan santri yang di informasikan melalui grup
Whatsapp.
Dengan pelibatan direktur terhadap semua aspek pesantren ini maka
direktur mengetahui sejauh mana perkembangan yang terjadi dalam
pesantren.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian mengenai Kepemimpinan Pedagogik Direktur
Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantreen Rafah Kabupaten
Bogor yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen
kepada pihak yang dipandang layak menjadi sumber penelitan, maka penulis
dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah
memimpin Pesantren dengan Kepemimpinan Pedagogik, hal ini terlihat
dari prinsip pelaksanaan kepemimpinan pedagogik yang dilaksanakan yaitu
memiliki staf dengan kredibilitas dan keahlian dibidang masing-masing,
mampu membangun nilai, kreatif dan melakukan peningkatan kualitas
pendidikan, membangun proses pembelajaran yang efektif serta ikut terlibat
dalam kegiatan disekolah
2. Kepemimpinan pedagogik Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah
Pondok Pesantren Rafah secara umum terlihat dalam kepemimpinannya.
3. Pelaksanaan kepemimpinan pedagogik direktur ini mampu melakukan
perubahan perubahan yang besar terhadap pesantren, hal ini di buktikan
dengan kemampuan direktur mengubah kurikulum, mulai dari kurikulum
SMP IT dan SMA IT ke kurikulum MTS dan MA, kemudian melakukan
perubahan ke kurikulum pesantren yang di sebut Tarbiyatul Muallimin Al
Islamiyah atau kurikulum pesantren dan di Muadalahkan (disetarakan) oleh
Kementrian Agama Secara resmi.
4. Kepemimpinan pedagogik direktur TMI memberikan dampak besar kepada
santri, dari kapasitas dan keilmuan santri dan juga membangun
profesionalitas guru-guru yang ada di pesantren.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka penulis
menyampaikan beberapa rekomendasi yang dianggap positif dan diharapkan
dapat membantu meningkatkan pelaksanaan kepemimpinan pedagogik antara
direktur dengan anggota organisasi lainnya, khususnya dengan guru sebagai
berikut:
1. Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah
hendaknya memberikan ruang kepada para guru untuk meningkatkan
kompetensinya di luar pesantren agar proses pendidikan berjalan lebih
maksimal. Karena dengan banyak melihat perkembangan pendidikan di luar
pesantren dapat memberikan inspirasi baru bagi para guru dalam mengajar.
Dengan banyak melihat pendidikan diluar pesantren dapat juga menjadikan
84
evaluasi bagi guru apakah bentuk pengajaran mereka dalam keseharian di
pesantren sudah bagus atau butuh ditingkatkan dalam hal tertentu.
2. Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah Pondok Pesantren Rafah
hendaknya membangun kerjasama dengan berbagai stakeholder sehingga
proses pengembangan pesantren lebih maksimal. Hal ini karena pendidikan yang efektif tidak bisa di lakukan hanya seorang diri. Banyak stakeholder
yang mempunyai tujuan yang sama dengan pesantren yang bisa diajak
bekerja sama namun karena tidak ada informasi tentang program program
pengembangan yang di lakukan di Pondok Pesantren Rafah sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ada sinergi dengan pihak pihak yang terkait dengan
pengembangan kurikulum pesantren di Indonesia
3. Direktur TMI juga hendaknya melakukan komunikasi efektif kepada
pemerintah (Kementerian Agama) agar lebih fokus dalam perkembangan
dan pembinaan kurikulum secara terencana dan berkesinambungan,
termasuk di dalamnya manajemen kurikulum mu’adalah. Sehingga dengan
adanya pengelolaan kurikulum yang baik dari pemerintah dapat
meningkatkan minat masyarakat untuk memasukkan anaknya ke pesantren
untuk menempuh pendidikan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, Dan Kinerja
Guru Terhadap Mutu Pendidikan Di Smp Negeri Kecamatan Terbagi
Besar Kabupaten Lampung Tengah”. Tesis, Universitas Lampung 2016.
Ahmadi Rulam, pengantar pendidikan (asas dan filsafat pendidikan). Cet 2. Ar Ruzz media, yogyakarta 2016.
Alava Jukka, Halttunen Leena, Risku Mika. Changing School Management.
Finnish National Board Of Education, Helsinki, 2012
Ali, Mohammad, Penelitian kependidikan (prosedur dan strategi) angkasa.
Bandung 1982.
Ambarita Alben. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cet 1, Graha Ilmu, Yogyakarta
2015.
Anwar Choirul, “Kepemimpinan Kepala Madrasah (Studi Tentang Peningkatan
profesionalitas Guru Madrasah Aliyah Al-Wathoniyah Semarang)”, Tesis
(Digital Library UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009). http://digilib.uin-
suka.ac.id/6923/1/BAB%20I%2C%20VII%2C%20DAFTAR%20PUSTA
KA.pdf
Baedowi Ahmad, Dkk. Manajemen Sekolah Efektif (pengalaman Sekolah Sukma
Bangsa). Cet 1, Pustaka Alvabet, Jakarta 2015.
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (antara Teori dan
Praktek). Cet 1. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta 2012
Brandon Jim, Saar Candace, Friesen Sharon, Brown Barbara, & Yee Dianne.
Pedagogical Leadership Teams: Magnifying and Spreading Impact,
proceeding of IDEAS. Canada 2016.
Coughlin, Annie Marie dan Baird Lorrie. Pedagogical Leadership, London Bridge
Child Care Services & Kawartha Child Care Service. Queen’s Printer for
Ontario. 2013.
Creswell, John, W. Research Design (Pendekatan Metode kuntitatif, kualitatif dan
campuran edisi keempat. Diterjemahkan dari research design qualitative,
quantitative, and mixed methods approaches, fourth edition, pustaka
pelajar, Yogyakarta, 2014.
86
Danim Sudarwan, Prof. Dr. Manajemen dan Kepemimpinan Transfomasional
Kepala Sekolah. Cet. 1. Pt. Rineka Cipta, 2009.
Danim Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah, PT. Bumi Aksara. Jakarta, 2012
Dubrin Andrew J. The Complete Ideal’s Guides :Leadership, Translated By Tri
Wibowo B.S. 2009. (Jakarta, Prenada) Cet ke 3.
Duryat Masduki. Kepemimpinan Pendidikan (Meneguhkan Legitimasi dalam
Berkontestasi di Bidang Pendidikan). Alfabeta. Bandung, 2016.
Education Review Office. Alternative Education: An Evaluation of the Pedagogical
Leadership Initiative. New Zealand gevornment. 2012
Fahmi Irham,S.E., M.Si. Manajemen Kepemimpinan (Teori dan Aplikasi, Cet. 2,
Alfabeta, Bandung 2013.
Fathurrohman Pupuh, Suryana Aa. Guru Profesional, Cet 1, Reflika Aditama,
Bandung. 2012.
Gurr, David, Et. Successfull Principal Leadership: Australian Case studies, Journal
of Educational administration the international successfull school
principalship project. Vol 43 (6) 2005
Gurr, David, Principal Leadership:What does it do,what does it look like, and how
might it evolve? Centre for Organisational Learning and Leadership The
University of Melbourne 2008
Hermino Agustinus, Ir., S.P., M.Pd. Kepemimpinan Pendidikan di Era
Globalisasi, Cet. 1. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Kartono,kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu? Ed 1, Cet 21, rajawali Pers jakarta 2016.
Kementrian Pendidikan Nasional. Buku Kerja Kepada Sekolah. Jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2011.
Kusmintardjo, Kepemimpinan Pembelajaran Oleh Kepala Sekolah, Manajemen
Pendidikan, Vol. 24, No. 3. 2014
MacNeill Neil, Cavanagh Robert F., Silcox Steffan, Pedagogic Leadership:
Refocusing on Learning and Teaching, International Electronic Journal
For Leadership In Learning, Volume 9, 2005
87
Male Trevor and Palaiologou Ioanna, Pedagogical Leadership in the 21st Century:
Evidence from the field. University of Hull, ENGLAND. Educational
Management, Administration and Leadership, 2013
Male Trevor and Palaiologou Ioanna. Learning-Centred Leadership or
Pedagogical Leadership? An Alternative Approach to Leadership in Education Contexts. Centre for Educational Studies, University of Hull
(International Journal Of Leadership In Education. Volume 15, Nomor 1,
2012)
Moore, Kenneth D. Classroom teaching skill. New York: McGraw Hill. 2001.
Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Bumi Aksara.
Jakarta 2013.
Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
2009.
Nuraeni Lenny, Pendidikan Berbasis Neuropedagogis, DIDAKTIK, volume 8,
nomor 1, 2014
Nurbaya Siti, dkk, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Sd Negeri Lambaro Angan, Jurnal Administrasi
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 3, No. 2, 2015.
O’Connor Carol, Ph.D. Successfull Leadership in a Week (Kepemimpinan Yang
Sukses), Cet. 1, alih bahasa Alex Andra, indeks Jakarta Barat 2014.
Okoth, Teresa A. Enhancing Pedagogical Leadership: Refocusing On School
Practices. IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS)
Volume 21, Issue 2, Ver. VI 2016
Pransia, Donni Juni. Menjadi Kepala Sekolah Dan Guru Profesional (Konsep,
Peran dan Pengembangannya). Cet 1. Pustaka Setia. Bandung, 2017
Rahman dkk. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan,: Alqaprint, Jatinangor 2006.
Rasyidin Waini. Pedagogik teoritis dan Praktis. Cet 1, Remaja Rosdakarya,
Bandung 2014.
Rawita, Ino Sutisno, Mengelola Sekolah Efektif (Perspektif Manajerial dan Ikllim
sekolah) Cet II LaksBang Yogyakarta 2012.
88
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Pemerintah
Republik Indonesia, 2017.
Republik Indonesia. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepla Sekolah/Madrasah. Jakarta: Mentri Pendidikan Nasional. 2017
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan). Ed 2, Cet 4. Kencana,
Jakarta 2013.
Saifudin, “Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri
Gondowulung Bantul (Studi Kasus di MTsN Gondowulung Bantul)”.,
Tesis (Yogyakarta:PPS UIN Sunan Kalijaga, 2008)
Soekarso, Kepemimpinan (Kajian Teori dan Praktis) Buku dan artikel karya Iskandar Putong, 2015.
Suharsaputra Uhar, Dr., M.Pd, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan, Cet. 1, Pt.
Refika Aditama, Bandung, 2016.
Supardi, Sekolah Efektif (Konsep Dasar dan Praktiknya). Ed 1, Cet 1, Rajawali
Pers Jakarta, 2013
Supardi. Profil Sekolah Efektif. Cet. 1. HAJA Mandiri. Ciputat, 2011
Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media Group,
Jakarta 2009.
Taipale, Maria Elina. Taipale, M. 2004. Työnjohtajasta
tiimivalmentajaksi.Tapaustutkimus esimiehistä tiimien ohjaajina ja
pedagogisina ohtajina prosessiorganisaatiossa. [From supervisor to team
coach. Case study in leaders as team tutors and pedagogical leaders in a
process organization.] Acta Universitatis Tamperensis 1033.
Tilaar, H.A.R. Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia. Kompas, Jakarta 2015.
Ulfatin nurul, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, Cet 3, MNC
Publishing, Malang, 2015.
89
Veithzal Rivai dan Arviayan Arifin, Islamic Leadership, membangun
superleadeship melalui kecerdasan spiritual, (Jakarta: Bumi Aksara
2009), 305-306.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Edisi Tiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002.
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran,
Alfabeta, Bandung 2012.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007
Yamin, Sertifikasi profesi keguruan di indonesia. Gaung Persada Press, Cet 1.
Ciputat, 2006
90
91
1. SELAYANG PANDANG PONDOK PESANTREN RAFAH
KABUPATEN BOGOR
a. Sejarah Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan
generasi yang selama ini diidamkan oleh umat dan masyarakat demi terbentuknya insan kamil. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan kita semua untuk
mencetak kader generasi muda baik sebagai individu yang sholeh maupun
ummatan wasathon yang berakidah benar, qur'ani dan berakhlak karimah
sehingga bisa menjadi generasi khoiru ummah. Persiapan tersebut tentu saja
harus dilakukan sejak dini dan bersifat multidimensional yang mencakup aspek
imtaq, iptek, mental dan skill.
Dalam konteks itulah Pondok Pesantren Rafah hadir di tengah-tengah
masyarakat untuk berkhidmat kepada ilmu dan santri walau dengan kemampuan
yang terbatas. Lembaga ini bernaung dibawah Yayasan Ar-Rahmah, didirikan
pada tahun 1997 dan dipimpin oleh KH. Muhammad Nasir Zein, MA dengan
membawa misi melahirkan kader ulama intelek yang amilin (berkiprah nyata)
dengan manhaj ahlussunnah wal jama'ah.
Mulai tahun ajaran 2009 - 2010 Pondok Pesantren Rafah membuka
kurikulum pendidikan Tarbiyatul Mu'allimin Al Islamiyyah (TMI) program
Reguler / MTS dan MA dengan jenjang pendidikan 6 tahun untuk lulusan
MI/SD. Dan mulai tahun ajaran 2011 - 2012 dibuka Program Intensif / MA
dengan jenjang pendidikan 4 tahun untuk untuk lulusan SMP/MTs, didukung
dengan program unggulan hafalan Al Qur'an, kemampuan percakapan harian
dengan Bahasa Arab dan Inggris serta praktek berorganisasi dan pengembangan
kemampuan / skill lainnya.
Pada bulan Syawal 1432 H./Agustus 2011 M. Pondok Pesantren Rafah
mendapatkan mu’adalah atau persamaan dari Jami’ah Islamiyyah Al-Madinah
Al-Munawwaroh. Dan pada tahun 2016 TMI Rafah mendapatkan SK
Mu’adalah Mu’allimin dari Menteri Agama RI yang diserahkan langsung pada
acara Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Gontor Ponorogo pada hari jum’at,
01 Dzulhijjah 1437 H./ 02 September 2016 M. Dengan kurikulum TMI satuan
pendidikan Mu,adalah tersebut diatas diharapkan para santri bisa menjadi kader
umat yang qur’ani, bertafaqquh fiddin, menjadi ulama dai dan dai ulama
orientasi kemasyarakatan dan bisa melanjutkan jenjang pendidikan baik dalam
negeri maupun luar negeri dengan dasar nilai qur’ani sehingga bisa menjadi
khoru ummah yang diharapkan.
92
b. Landasan Pemikiran
كو عون إل ولت ة يدت ن ٱننكمت أ يت
لت مرون بتروف ٱويأ تهعت ن عو ل وينتهوت
هنكر ٱ ت ولئك هم ل
لحون ٱوأ تهفت ١٠٤ ل
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Ali Imron : 104)
―...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al Mujadilah : 11)
―Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Q.S At Taubah :
122)
c. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Rafah Kabupaten Bogor
a. Visi dari Pondok Pesantren Rafah adalah:
Terbentuknya Generasi Qur'ani.
b. Misi Pondok Pesantren Rafah adalah sebagai berikut:
1) Membentuk kader ulama yang amilin dengan aqidah yang benar dan
berakhlak karimah.
2) Membentuk intelektual ulama dan ulama yang Intelektual.
3) Membentuk ulama da'i dan da'i ulama
d. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Rafah
Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Rafah adalah Tarbiyatul
Mu’alliminal Islamiyah yang berkiblat ke Kurikulum KMI Pondok Pesantren
93
Gontor dengan program satuan Pendidikan Mu’adalah dibawah naungan
Kementerian Agama RI dengan jenjang pendidikan 6 tahun untuk lulusaan
MI/SD dan 4 tahun untuk lulusan MTs/SMP. Muatan TMI mencakup Bahasa
Arab, Dirasah Islamiyah, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Ilmu Keguruan dan dilengkapi dengan program Tahfidzul
Qur’an sebagai program unggulan. Juga beberapa program santri kelas enam
diantaranya: Fathul Kutub, Rihlah Ilmiyyah Iqtishodiyyah, amaliyah
tadris/praktek latihan mengajar, bahtsul masa'i, kegiatan pembekalan kelas
enam seperti praktek mengurus jenazah, mawarist, serta keterlibatan santri
dalam kepanitiaan ujian.
Satuan Pendidikan Mu’adalah adalah program pendidikan resmi yang
beradah dibawah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kementerian
Agama RI setelah terbitnya Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 18 Tahun
2014 disamakan dengan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang
berada dibawah Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama. Jadi lulusan satuan pendidikan mu’adalah akan
mendapatkan ijazah yang bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikan
keperguruan tunggi baik negeri maupun swasta. Dalam program satuan
pendidikan mu’adalah ini pesantren diberikan wewenang dan keleluasaan
danlam mengatur kurikulum dan sistem pendidikan, dan tidak diikutkan Ujian
Nasional (UN), pesantren dapat secara mandiri merancang pengembangan
kompetensi santrinya dengan tetap mendapat ijazah yang diakui oleh negara.
KEUNGGULAN PONDOK PESANTREN RAFAH DENGAN SISTEM
ASUMA
Dengan sistem asrama santri dididik dan dibimbing 24 jam dengan disiplin
dan kemandirian, menjadi generasi mudah yang berdisiplin tinggi,
tanggung jawab dan militan.
Penguasaan terhadap ilmu syar'iyyah (agama) secara syamilah untuk tafaqu
h fiddin tanpa meninggalkan ilmu kauniwah (umum).
Santri dipersiapkan untuk menjadi kader pemimpin umat, ulama du'at dan
durat ulama dengan pondasi akidah yang shohih serta manhaj ahlussunnah
wal jama'ah - Santri menguasai bahasa Arab dan Ingris secara aktif sebagai
alat untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Bahasa
Arab dan Inggris menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran di kelas &
menjadi bahasa wajib dalam komunikasi santri sehari-hari.
Dengan program Tahfidzul Qur'an akan Iahirkader kader generasi muda
dan pemimpin umat yang qur’ani.
94
Penguasaan terhadap ilmu syariyyah (agama) secara syamilah untuk
tafaquh fiddin tanpa meninggalkan ilmu kauniyah (umum).
Santri dipersiapkan untuk menjadi kader pemimpin ummat, ulama da’i dan
da’i ulama dengan pondasi aqidah yang shahih
serta manhaj ahlussunnah wal jama'ah
TAHFIDZUL QUR'AN SEBAGAI PROGRAM UNGGULAN
Salah satu program unggulan Pondok Pesantren Rafah adalah program
Tahfidzul Qur'an untuk seluruh santri yang di bimbing oleh para huffadz.
Program ini dilaksanakan perkelas yang masing-masing kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok dan dibimbing oleh seorang ustadz dengan sistem talaqqi.
Setiap pertemuan santri menyetorkan hafalan kepada pengajar di kelompok
tersebut. Setiap tahunnya santri ditargetkan mampu menghafal 2 juz, sehingga
santri yang menamatkan jenjang pendidikannya mampu menghafal minimal 10
juz. Program ini dilaksanakan setiap pagi hari setelah sholat subuh sampai pukul
06.30 dan sore hari pukul 15.45 - 16.30. Sedangkan waktu antara adzan dan
iqomat setiap sholat lima waktu di gunakan untuk muroja'ah bersama.
a. Target yang dicapai
Target yang dicapai dalam program tahfidz ini, minimal 2 juz dalam
setiap tahunnya untuk setiap santri. Kelas 1 yang dihafal adalah juz 30
dan juz 1, kelas 3 adalah juz 2 dan juz 3, kelas 4 adalaj juz 4 dan juz 5,
kelas 5 adalah juz 6, dan kelas 7 adalah juz 7. Degan demikian
ditargetkan dalam 6 tahun santri mampu menghafal Al-Qur’an minimal
10 juz.
b. Program Muraja'ah
Program murajaan ini dilaksanakan dengan tujuan supaya santri senantiasa
menjaga hafalannya. Pprogram ini dilaksanakan diantara adzan dan iqamah,
materi murajaan sesuai hafalan santri, yaitu mulai juz 1 sampai juz 7 dan
juz 28 sampai juz 30. Sehingga materi seluruhnya berjumlah 10 juz dalam 2
pekan.
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Kegiatan ekstrakurikuler adalah seluruh kegiatan di luar jam kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan ini di bawah tanggungjawab pengasuhan santri
penanggungjawab ekstrakurikuler. Kegiatan ini terbagi menjadi empat:
95
a. Kegiatan harian : Olahraga : Sepak bola, volley, futsal, basket, takraw,
badminton, tenis meja dll
b. Kesenian : Nasyid, marawis, rebana ,hadroh, , marawis, kartun, lukis, kaligrafi,
pantomim, dance, teater
c. Journalis : Majalah dinding dan Buletin Triwulan SADAR d. Kegiatan pekanan : Lari pagi setiap hari Ahad dan Rabu, kegiatan pramuka
pada hari Sabtu Siang, muhadatsah setiap Ahad pagi, dan latuhan pidato 3
bahasa malam Ahad, malam Rabu, dan Sabtu siang. Kegiatan tahunan . Studi
Tour/kunjungan ke Book Fair dan Rihlah Iqtihshodiyyah
LETAK GEOGRAFIS
Pondok Pesantren RAFAH - Pondok Pesantren Rafah terletak di bagian
barat kota Bogor, berdiri di atas tanah wakaf seluas 5 hektar dengan Iahan
pengembangan 10 hektar di Kampung Sukajadi Desa Mekarsari Kecamatan
Rancabungur Bogor Jawa Barat.
SARANA DAN PRASARANA
Masjid Ar Rahmah
Ruang Kelas
Arama Santri
Gedung Serba Guna
Laboratorium Komputer
Laboratorium Biologi, Fisika dan Kimia
Wartel
Laundry
Lapangan mini Soccer
Lapangan bola voly
Lapangan bola basket
Lapangan badminton indoor dan sarana olah raga lainnya
Kantin
Koperasi Sekolah
Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat Gedung Penginapan Tamu
Dapur umum.
TENAGA PENGAJAR
Tenaga Pengajar Pondok Pesantren RAFAH terdiri dari berbagai tamatan S2, SI
dari berbagai perguruan tinggi negeri/swasta seperti LIPIA Jakarta, ISID Gontor,
Universitas Ibnu Khaldun Bogor, IPB, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, UGM Yogyakarta dan Huffadz dari pesantren tahfidz Al
Qur'an Demak, Kudus , Bogor dll.
96
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN RAFAH
Ketua Yayasan Ar Rahmah : KH. Muhammad Nasir Zein, MA
Direktur TMI : Ust. Nanang Alfan Amrullah, S.Ag
Bag. Kurikulum : Ust. Duddy Wahyudi, S.Pt
Bag. Pengasuhan : Ust. Wahyudin, S.Th.l
Bag. Mabikori : Ust. Ahmad Sanusi, S.Pd
Bag. Sarana dan Prasarana : Ust. Abdul Ghoni
Bag. Humas : Ust. Musthofa Sonhaji, S.Ei
Bendahara : Ust. Ahmad Yasin
Bagian Tata Usaha : Ust. Edy Mawardi, A.Md
JUMLAH SANTRI
Jumlah santri Pondok Pesantren Rafah untuk tahun ajaran 2016 — 2017
berjumlah 450 santri, berasal dari berbagai daerah diantaranya Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Jakarta, Karawang, Yogyakarta serta dari luar Jawa diantaranya
Jambi, Palembang, Bengkulu, Samarinda dan Nunukan Kalimantan
PENGASUHAN SANTRI/ BIMBINGAN DAN KONSELING
Adalah lembaga yang membina seluruh kegiatan santri di Iuar kelas.
Lembaga ini ditangani oleh Pengasuh Pondok Pesantren yang sekaligus juga
Pimpinan Pondok Pesatren, dalam hal ini KH. Muhammad Nasir Zein, M.A. yang
dalam pelaksanaannya dibantu oleh staf Pengasuhan Santri/Bagian Kesantrian
sebagai bagian dari Bimbingan dan Konseling.
METODE PENDIDIKAN.
Methode pendidikan di pondok pesantren Rafah dilaksanakan dengan cara
mempertahankan cara-cara lama yang baik, dan mengakomodasikan cara-cara baru
yang lebih baik, dengan mengacu pada efektifitas, efesiensi dan akselerasi,
berorientasi pada pencapaian tujuan transpformasi ilmu dengan pengembangan
kepribadian serta pengamalan. Dan dengan ditekankan pada upaya-
upaya keteladanan, pembiasaan, pembentukan value, nasehat dan pengarahan,
penugasan dan pengawasan. Serta dilaksanakan secara modern dengan
falsafah ikhlas, cerdas dan tangkas serta ihsan.
97
MATERI PELAJARAN
Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Rafah adalah kurikulum TMI
Satuan Pendidikan Mu’adalah dengan materi pelajaran yang diajarkan sebagai
berikut : a. Kelompok Bidang studi Ulum Syar'i.
1. Aqidah
2. Fiqih
3. Al-Qur'an
4. Tajwid
5. Ushul fiqh
6. Tafsir
7. Faroid
8. Hadist
9. Musthalah Hadist
10. Tarikh Islam
11. Al-Adyan.
12. Tarbiyah wa ta'lim
13. Mahfudhat
b. Kelompok Bidang Studi Bahasa
1. Bahasa Arab
a. Durusul lughoh
b. Al Insya'
c. Al Muthalaah
d. Nahwu
e. Shorf
f. Tarikh Adab
g. Balaghah
h. Imla'
i. Khot
2. Bahasa Inggris
a. Reading
b. Grammar
c. Dictation
d. Composition
1. Kelompok bidang studi Ulum Kauni
1. Pendidikan kewarganegaraan
2. Bahasa Indonesia
3. Matematika
4. llmu Pengetahuan Alam
5. llmu Pengetahuan Sosial
6. Fisika
7. Biologi
98
8. Kimia
9. Sejarah
10. Geografi
11. Ekonomi
12. Sosiologi 13. Psikologi
ALOKASI WAKTU BELAJAR
a. Jam pembelajaran di kelas untuk setiap rnata pelajaran dialokasikan 45
menit/mata pelajaran dengan jadwal sbb:
Jam I 07.30 – 08.15
Jam II 08.15 – 09.00
Jam III 09.00 – 09.45
Istirahat 09.40 – 10.15
Jam IV 10.15 – 11.00
Jam V 11.00 – 11.45
Istirahat 11.45 – 13. 40
Jam VI 13.40 – 14.20
Jam VII 14.20 – 15.00
b. Kegiatan tatap muka di kelas permingu adalah 35 jam pembelajaran.
c. Alokasi waktu untuk penugasan tersturtur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
dilaksanakan pada waktu sore dan malam hari.
d. Alokasi waktu untuk praktek adalah seluruh waktu yang dimiliki anak dari
bangun tidur sampai tidur kembali.
PERMULAAN TAHUN PELAJARAN
Permulaan tahun ajaran dimulai pada bulan Juli sebagaimana kalender pemerintah
dan disesuaikan dengan keadaan Pesantren.
WAKTU BELAJAR
KBM dimulai dari jam 07.30 WIB sampai jam 15. 15 WIB untuk hari senin sampai
jum'at. Sedangkan hari sabtu dimulai pada jam 07.30 sampai 09.45.
KEGIATAN TENGAH SEMESTER
Pada tengah semester diadakan kegiatan lomba-lomba classmeeting atau dormitory
meeting atau kegiatan yang bermanfaat Iain yang ditentukan oleh pesantren sesuai
dengan keadaan saat itu.
99
LIBUR SEKOLAH
Libur pekanan adalah hari ahad, libur semesteran mengacu jadwal dari depag dan
disesuaikan dengan keadaan pondok pesantren
JADWAL KEGIATAN HARIAN SANTRI RAFAH 03.30 - 05.00 : Qiyamullail dan sholat shubuh
05.00-06 30 : Kegiatan Tahfidzul Qurtan
06.00 - 07.30 : Sarapan dan persiapan sekolah
07.30 - 11.45 : Kegiatan Belajar Mengajar di kelas
11.45 - 13.45 : Sholat dzuhur dan makan siang
13.45 - 15.15 : Kegiatan Belajar Mengajar di kelas
15.00 - 15.45 : Sholat ashar
15.45 - 16.30 : Halaqoh Tahfidzul Qur'an
16.45 - 17.05 : Olah Raga dan Ekstrakulikuler
17.05 - 17.40 : Mandi, Persiapan ke masjid, Sholat Maghrib
17.40 - 18.35 : Sholat Maghrib
18.35 - 19.00 : Tilawah Al Qur'an di asrama dan penyampaian kalimah jadidah
19.00 - 19.30 : Makan malam
19.30 - 20.00 : Sholat isya
20.00 - 21.30 : Belajar mandiri di kelas
21.30 - 03.30 : Istirahat
NB : Antara waktu adzan dan iqomah kegiatan muroja'ah hafalan Al Qur'an secara
berjama'ah
JADWAL KEGIATAN PEKANAN
Hari Ahad dan Rabu pagi : kegiatan lari pagi bersama
Hari Ahad pagi : Kegiatan Muhadatsah
Hari Rabu sore : Kegiatan Pramuka
Hari Sabtu siang : Kegiatan Muhadlarah bahasa arab
Hari Sabtu malam : Kegiatan Muhadlarah bahasa indonesia
Hari Selama malam : Kegiatan Muhadlarah bahasa inggris
ALUMNI PONDOK PESANTREN RAFAH
Alumni Pondok Pesantren Rafah sebagian melanjutkan pendidikannya di berbagai
lembaga pendidikan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan sebagian
sudah selesai masa studinya, diantaranya di :
1. Jami'ah Islamiyah Al Madinah Al Munawwaroh
2. Jami'ah Ad Da'wah Al Islamiyyah Tripoli Libya
3. Universitas Al Azhar Cairo Mesir
4. International Islamic University of Islamabad Pakistan
100
5. Ankara University Turki
6. Perancis
7. LIPtA Jakarta
8. Sekolah Tinssi Islam Annuaimi Jakarta
9. Universìtas Trisakti Jakarta 10. Universìtas Neseri Jakarta
11. Universìtas Islam Jakarta
12. Universitas Al Azhar Indonesia
13. Universìtas Muhammadiyah Jakarta
14. Universitas Islam Neseri Syarif Hidayatullah Jakarta
15. Universitas Bina Nusantara Jakarta Universìtas Tarumanegara
Jakarta
16. Bina Sarana Informatika Jakarta
17. STT PLN Jakarta
18. STIE Nusantara Jakarta
19. STIE Indonesia
20. STAN Jakarta
21. STEI Jakarta
22. STEI PERBANAS
23. London School of Public Relation Jakarta
24. President University Jakarta
25. Politeknik Negeri Jakarta
26. Sekolah Tinggi Penerbangan Curug Tangerang Universitas
Indonesia Depok
27. Universita Gunadarma Depok
28. Institut Pertanian Bogor STEI Tazkia Bogor
29. Universitas Islam Ibnu Kholdun Bogor
30. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
31. Institut Teknologi Bandung
32. Institut Teknologi Telkom Bandung Universitas Padjajaran
Bandung
33. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
34. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
35. Universitas Diponegoro Semarang
36. IAIN Sunan Ampel Surabaya
37. Universitas Airlangga Surabaya
38. Universitas Brawijaya Malang
39. STPDN Jatinangor Sumedang
40. Universitas Negeri Lampung
41. Universitas Riau
42. Universitas Sriwijaya Palembang
101
SYARAT PENDAFTARAN SANTRI BARU tahun dan lulusan
• Laki-laki, lulusan SD/MI untuk program reguler 6
SMP/MTs untuk program intensif 4 tahun
• Mampu membaca Al Qur'an
• Lulus tes/ujian seleksi masuk
• Pendaftaran tdk diwakilkan dan diantar langsung oleh walinya
• Sanggup belajar 6 tahun untuk program reguler dan 4 tahun untuk program
intensif
• Tidak merokok dan bebas narkoba
• Sanggup tinggal di asrama
• Mentaati ketentuan dan disiplin pondok.
ADMINISTRASI PENDAFTARAN
Mengisi Formulir Pendaftaran
• Membayar uang pendaftaran
• Menyerahkan photo copy raport kelas VI untuk program reguler 6 tahun dan
photo copy raport kelas IX untuk program Intensif 4 tahun
• Menyerahkan photo copy Akte Kelahiran
• Menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter
• Menyerahkan photo hitam putih 3x4 (4 Imbr)
• Mengikuti ujian masuk
MATERI UJIAN
• Ujian Lisan : Membaca Al Qur'an, Wawancara
102
• Ujian Tulis : Pendidikan Agamas Islam, Matematika, IPA, IPS, Bahasa
Inggris, Menulis Arab/imla'
RUTE KE RAFAH :
Dari TOI Jagorawi (Jakarta - Ciawi) : Keluar Pintu tol Sentul Selatan/Kedunghalang lewat fly over arah Dramaga – pertigaan lampu merah Lotte
Mart belok kiri arah Yasmin – perempatan lampu merah Yasmin belok kanan arah
Semplak/Atang Sanjaya - pertigaan Atang Sanjaya/tugu helikopter belok kiri arah
Rancabungur - pertigaan Rancabungur belok kanan arah Warungnangka - pertigaan
Warungnangka/lndomart /plang Rafah belok kanan -arah RAFAH
Dari Tangerang / Ciputat / Depok : Pasar Parung - arah Bogor - gerbang Dishub
Kemang (kanan jalan ada pom bensin) belok kanan - SDN Pabuaran belok kanan
ikuti jalan arah perkebunan sawit Candali - pertigaan Sukajadi / Plang Rafah belok
kanan.
Dari Leuwiliang / Jasinga :pertigaan Warungborong belok kanan arah pasar
Ciampea lama pertigaan Rancabungur belok kiri arah Warungnangka pertigaan
Warungnangka/lndomart /plang Rafah belok kanan - arah RAFAH
103
2. I’DAD TADRIS (RPP)
104
105
106
107
108
109
110
111
3. Foto Pondok Pesantren Rafah
4. Foto Ujian Semester Genap
112
5.
6. Persiapan Shalat Berjamaah
7. Rapat Guru
113
8. Foto Wawancara Guru
9. Proses Belajar Mengajar
114
10. Brosur Pondok Pesantren Rafah
115
116
117
118
119
11. Kartu Seminar
120
12. Data Diri Kepala Sekolah
Nama : Nanang Alfan Amrulloh, S.Ag
TTL : Kebumen, 16 Juli 1970
Pekerjaan : Direktur Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyyah/TMI Rafah
Alamat : Pondok Pesantren Rafah
Kp. Sukajadi Desa Mekarsari Kec. Rancabungur Bogor Jawa Barat
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD N Sembir Kadipaten Prembun Kebumen : 1977 - 1984
SMP N 1 Prembun Kebumen : 1984 - 1987
SMA N 1 Prembun Kebumen : 1987 - 1989
Pondok Pesantren Salafiyah Al Anwar
Loano Purworejo : 1989 - 1990
KMI Pondok Modern Gontor Ponorogo : 1990 - 1994
ISID (Institut Studi Islam Darussalam)
Gontor Ponorogo Fak Ushuluddin : 1994 - 1999
PENGALAMAN MENGAJAR
Guru KMI Pondok Modern Gontor : 1994 - 2000
Guru KMI Subulussalam Tangerang : 2000 - 2003
Dosen Ma’had Aly Subulussalam Tangerang : 2001 - 2003
Guru TMI Husnayain Jakarta : 2003 - 2004
Guru TMI Rafah : 2004 - 2006
Kepala Sekolah SMP IT Rafah : 2006 - 2009
Kepala Sekolah MTs Rafah : 2009 - 2017
Direktur TMI Rafah : 2009 - sekarang
121
RIWAYAT HIDUP
Abd. Rahman dilahirkan pada tanggal 12 Desember
1993 di Sangkara’na Kabupaten Gowa. Anak kelima
dari tujuh bersaudar yang merupakan pasangan dari
Bapak Abbas Adam dan Ibu Nurhayati. Penulis
menempuh pendidikan tingkat dasar di SD Inpres
Sangkara’na (selesai pada tahun 2006) Kemudian
melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah pertama
di MTS Muhammadiyah Balassuka (tamat tahun 2009
dan melanjutkan pendidikan di tahun yang sama ke
jenjang Tingkat Menengah atas di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Balassuka (lulus pada tahun 2011. Penulis menempuh pendidikan
S1 di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Agama Islam dengan Prodi
Pendidikan Bahasa Arab. Pengalaman organisasi selama kuliah di antaranya aktif
di Organisasi Nasional internal kampus, selanjutnya penulis menempuh pendidikan
S2 pada jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) di Universitas islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Kelas kerjasama dengan Dompet Dhuafa.