Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 32
KEPEMIMPINAN KARISMATIK SEBAGAI EMPLOYER BRANDING
Ria Marginingsih
Fakultas Ekonomi Universitas Islam 45 Bekasi
Jalan Cut Mutia No. 83 Bekasi
ABSTRACT
Charismatic leadership is a type of leadership that can influence the values of its members. This
research is aimed at looking at employer branding factors from charismatic leadership based on
member's perceptions based on generations (generations X and Y) and gender (male and
female). Based on the independent t-test independent test results, the results of this study indicate
that there are significant differences based on generation and gender in the charismatic
leadership dimensions. Based on the gender of male employees have a more positive perception
on the dimensions of self-confidence, motivating inspiration and ideal influences, while female
employees have a more positive perception of the dimensions of individual consideration and
intellectual knowledge. By age, early adolescents and early adolescents have the highest
perception of ideal effects dimensions, the final adult employees and employees over 45 have the
highest perception of the dimension motivating.
Keywords: Charismatic Leadership, Employer Branding, Gender, Generation X and Y,
Leadership Style.
Abstrak
Kepemimpinan karismatik merupakan tipe kepemimpinan yang mampu mempengaruhi nilai-
nilai anggotanya. Penelitian ini ditujukan untuk melihat faktor-faktor employer branding dari
kepemimpinan karismatik berdasarkan persepsi anggota berdasarkan generasi (generasi X dan Y)
dan gender (laki-laki dan perempuan). Berdasarkan hasil uji beda independent t-Test, hasil
penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan berdasarkan generasi dan gender pada
dimensi-dimensi kepemimpinan karismatik. Berdasarkan gender karyawan laki-laki mempunyai
persepsi lebih positif pada dimensi kepercayaan diri, inspirasi yang memotivasi dan pengaruh
ideal, sedangkan karyawan perempuan mempunyai persepsi lebih positif pada dimensi
pertimbangan individual dan pengetahuan intelektual. Berdasarkan usia, karyawan remaja akhir
dan dewasa awal mempunyai persepsi paling tinggi pada dimensi pengaruh ideal, karyawan usia
dewasa akhirdan karyawan usia di atas 45 tahun mempunyai persepsi paling tinggi pada dimensi
inspirasi yang memotivasi.
Keywords: Kepemimpinan Karismatik, Employer Branding, Gender, Generasi X dan Y, Gaya
Kepemimpinan.
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 33
I. PENDAHULUAN
Gaya kepemimpinan karismatik merupakan
tipe kepemimpinan yang menanamkan nilai-
nilai ideologis dengan mengartikulasikan
visi-visi organisasi dengan lebih baik
(Delbecq et al., 2013). Nilai-nilai yang
disampaikan tersebut kemudian
mempengaruhi emosi anggota sehingga
nilai-nilai tersebut diterapkan oleh para
anggotanya (House dan Shamir, 1993). Pada
saat ini, para ahli mendefinisikan karisma
sebagai suatu hasil persepsi para
pengikut/anggota terhadap pemimpinnya
yang dipengaruhi oleh kemampuan-
kemampuan aktual dan perilaku seorang
pemimpin.
Banyak tipe kepemimpinan yang diterapkan
seorang pemimpin, namun menurut Achua
dan Lussier (2010) kepemimpinan
karismatik atau tranformasional merupakan
gaya kepemimpinan yang memiliki
pengaruh luar biasa kepada anggotanya.
Pengaruh besar yang ditimbulkan
kepemimpinan karismatik adalah mampu
mengubah fokus anggota dari fokus pribadi
menjadi fokus kolektif. Delbecq et al (2013)
juga menyatakan gaya kepemimpinan
karismatik merupakan salah satu tipe
kepemimpinan yang dianggap memiliki
pengaruh besar terhadap anggotanya. Hasil
penelitian yang dilakukannya menyatakan
bahwa kepemimpinan karismatik
berpengaruh positif terhadap motivasi
karyawan, kinerja dan teamwork.
Menurut model Conger-Kanungo (2000)
pemimpin karismatik mampu
mempengaruhi secara langsung kinerja
kelompok melalui sensitivitas pemimpin
terhadap lingkungan dan sebagian kecil
lainnya dipengaruhi oleh usaha pemimpin
dalam memformulasikan visi dan strategi
yang dimilikinya. Model Conger-Kanungo
merupakan model yang banyak dipakai oleh
para peneliti. Model ini menyatakan bahwa
kepemimpinan karismatik adalah sebuah
figure berdasarkan cara pandang karyawan
dari keseharian pemimpinya. Shamir, et al
(1993) yang menyatakan kepemimpinan
karismatik di sebuah organisasi membawa
pengaruh yang positif bagi keberlangsungan
organisasi yang dipimpinnya, yaitu mampu
mengubah sikap, nilai-nilai serta perilaku
anggota secara konsisten.
Banyak tipe kepemimpinan yang diterapkan
seorang pemimpin, namun menurut Achua
dan Lussier (2010) kepemimpinan
karismatik atau tranformasional merupakan
gaya kepemimpinan yang memiliki
pengaruh luar biasa kepada anggotanya.
Shamir, et al (1993) yang menyatakan
kepemimpinan karismatik di sebuah
organisasi membawa pengaruh yang positif
bagi keberlangsungan organisasi yang
dipimpinnya, yaitu mampu mengubah sikap,
nilai-nilai serta perilaku anggota secara
konsisten. Akhirnya, nilai-nilai yang
disampaikan tersebut kemudian
mempengaruhi emosi anggota sehingga
nilai-nilai tersebut diterapkan oleh para
anggotanya.
Eksistensi Rumah Batik Komar selama 17
tahun menjadi salah satu indikator
keberhasilan kepemimpinan yang mampu
memberikan pengaruh luar biasa pada
anggotanya. Kondisi ini terbukti, bahwa
Rumah Batik Komar berhasil menjadi salah
satu industri batik terbesar di Jawa Barat
yang memiliki tempat produksi (workshop
batik) relatif lebih luas dan memiliki
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 34
perlengkapan alat produksi yang relatif lebih
representative dan modern dibandingkan
organisasi lainnya.
Keberhasilan ini menjadi modal organisasi
dalam bersaing dan mempertahankan
keunggulan kompetitif, sebagai akibat
pengaruh dari kemampuan-kemampuan
aktual dan perilaku seorang pemimpin
dalam mempengaruhi anggotanya, namun
keberhasilan tersebut tidak lantas membuat
organisasi ini terhindar dari masalah.
Pertumbuhan industri batik dunia yang
semakin meningkat, sehingga meningkatkan
persaingan. Hal ini sejalan dengan data di
Kementrian Perindustrian (KEMENPRIN,
2015) yang menyatakan impor batik
mengalami peningkatan. Gambar 1.1
merupakan data impor batik di Indonesia.
Gambar 1.1
Jumlah Impor Batik Tahun 2007 – 2011 (US$)
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas dapat
dilihat terdapat peningkatann impor batik di
tahun 2008 sebesar 2.547 US$. Meski
sempat mengalami penurunan di tahun 2009
sebesar 1.688 US$, namun kondisi tersebut
tidak bertahan lama karena impor batik terus
meningkat dan tertinggi yaitu di tahun 2011
sebesar 2.885 US$. Kondisi tersebut tentu
menjadi permasalahan bagi pengusaha-
pengusaha batik Indonesia, khususnya
Rumah Batik Komar. Permasalahan lain
yang harus dihadapi Rumah Batik Komar
adalah pasokan tenaga kerja, karena industri
batik kurang diminati tenaga kerja muda.
Hal tersebut terbukti dengan rendahnya usia
karyawan remaja akhir (18-22 tahun) yang
bekerja di Rumah Batik Komar.
Berdasarkan data yang ada, saat ini
karyawan Rumah Batik Komar yang
termasuk pada golongan usia remaja akhir
(18 – 21 tahun) adalah sebesar 14,7%.
Kondisi ini dikhawatirkan akan
mengakibatkan kurangnya ide-ide kreatif,
mengingat usia muda merupakan usia
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 35
produktif sekaligus sebagai generasi penerus
keberlangsungan organisasi.
Kondisi pasar tenaga kerja di industri batik
yang kurang menarik bagi calon karyawan
usia muda bisa disebabkan berbagai faktor,
sehingga Rumah Batik Komar harus mampu
melakukan berbagai strategi untuk bisa
menarik karyawan potensial. Menurut
Figurska dan Matuska (2013) salah satu
perjuangan yang harus dilakukan perusahaan
di pasar tenaga kerja untuk menarik bakat-
bakat potensial adalah dengan menciptakan
employer branding.
Menurut Martin (2008) employer branding
merupakan salah satu cara menarik orang-
orang berbakat untuk bergabung dengan
organisasi dan memastikan bahwa antara
karyawan potensial dan organisasi memiliki
kesesuaian (merek, visi) sehingga bisa
memberikan hasil yang sesuai dengan
harapan. Penciptaan employer branding
diharapakan dapat menarik calon karyawan
berbakat yang sesuai nilai-nilai Rumah
Batik Komar.
Figurska dan Matuska (2013) menyatakan
pada saat ini kepemimpinan dan kualitas
produk merupakan salah satu faktor penting
untuk mencapai employer branding.
Kepemimpinan H. Komarudin Kudiya,
S.IP., M.Ds sebagai pengambil kebijakan
dan strategi menjadi faktor penting dalam
pencapaian employer branding.
Selain itu, menurut Mosley (2009) untuk
mendapatkan employer branding yang
sesuai kondisi saat ini,
pengusaha/perusahaan biasanya melakukan
penelitian kualitatif atau kuantitatif untuk
mengetahui kebutuhan dan keinginan
karyawan, calon karyawan dan pemangku
kepentingan lainnya (stakeholder). Namun,
selama ini Rumah Batik Komar belum
pernah melakukan penelitian tersebut.
Berangkat dari alasan tersebut peneliti
melihat adanya kebutuhan untuk
menganalisis persepsi karyawan pada
dimensi-dimensi kepemimpinan karismatik
H. Komarudin Kudiya, S.Ip., M.Ds.
Kajian Teori
Kepemimpinan Karismatik
Robbins (1996) menyatakan bahwa teori
kepemimpinan karismatik merupakan
keberlanjutan dari teori atribusi. Teori ini
menyatakan bahwa para pengikut memiliki
hubungan yang luar biasa yang disebabkan
oleh pengamatan terhadap perilaku-perilaku
tertentu dari seorang pemimpin. Pendapat
lain mengemukakan pada saat ini
kebanyakan teoritikus berpendapat bahwa
karisma merupakan hasil persepsi anggota
dan atribut-atribut yang dimiliki pemimpin
yang dipengaruhi oleh kemampuan-
kemampuan aktual, perilaku pemimpin pada
kepemimpinannya yang mempedulikan
kebutuhan-kebutuhan individual maupun
kolektif para anggotanya (Yukl, 1994).
Menurut Yukl (1994) pemimimpin
karismatik memiliki perilaku-perilaku
berikut ini, yaitu:
1. Pemimpin karismatik memiliki
perilaku yang dipercaya anggotanya
bahwa pemimpin merupakan orang
yang memiliki kompetensi sehingga
semua keputusan yang diambil
seorang pemimpin akan memberikan
kesan dan kepercayaan bagi
anggotanya yang pada akhirnya
anggota menjadi lebih patuh dan taat.
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 36
2. Pemimpin karismatik berperilaku
yang lebih menekankan pada tujuan-
tujuan ideologis yang berkaitan
dengan tujuan bersama/kelompok
berdasarkan nilai-nilai, cita-cita,
serta aspirasi-aspirasi anggotanya.
3. Pemimpin karismatik memiliki visi
yang menarik mengenai gambaran
masa depan organisasi sehinggga
anggota menjadi memiliki ikatan
emosional dan lebih termotivasi serta
merasa pekerjaan yang dilakukannya
bermakna, kemudian hal tersebut
mendorong para anggota
berkomitmen untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Pemimpin karismatik memberikan
contoh perilaku agar para
anggotanya mengikutinya. Ketika
para anggota telah mengikutinya,
pemimpin mampu memberikan
pengaruh lebih karena anggota telah
memiliki kesamaan keyakinan dan
nilai-nilai, sehingga hal tersebut
mengakibatkan kepuasan dan
motivasi anggota menjadi lebih besar
5. Pemimpin karismatik akan
mengkomunikasikan harapan-
harapannya kepada anggota dan pada
saat yang bersamaan pemimpin juga
akan memberikan kepercayaan
kepada anggotanya. Tujuan
dilakukannya hal itu adalah agar
anggota memiliki percaya diri
sehingga anggota memiliki kinerja
dan komitmen tinggi terhadap
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
6. Pemimpin karismatik berperilaku
yang dapat menimbulkan motivasi
untuk pencapaian tujuan kelompok.
Pemimpin karismatik memberikan
motivasi dengan memberikan tugas-
tugas yang kompleks, menantang,
inisiatif, berisiko sehinggga anggota
menjadi lebih bertanggung jawab
dan tekun. Selain itu, untuk
memberikan motivasi pemimpin
karismatik juga memberikan
wejangan atau pengetahuan yang
dapat menginspirasi anggota dengan
lebih menekankan pada nilai-nilai
dan kesetiaan.
Employer Branding
Martin (2008) mengemukakan bahwa
employer branding merupakan cara untuk
menarik orang-orang berberbakat agar mau
bergabung dengan organisasi dan
memastikan bahwa antara karyawan
potensial dan organisasi memiliki
kesesuaian/kecocokan (merek, visi)
sehingga bisa memberikan hasil yang sesuai
dengan harapan. Selain itu, employer
branding merupakan sebuah proses
membangun identitas yang unik dari sebuah
organisasi (Backhaus dan Tikoo, 2004).
Langkah-langkah Employer Branding
Munurut Backhaus dan Tikoo (2004) proses
pembentukan employer branding terdiri dari
tiga langkah, yaitu:
1. Menciptakan employer branding
dengan mengaitkan nilai-nilai yang
dimiliki karyawan, sehingga
organisasi dapat
mengkomunikasikan penawaran
kepada karyawan
2. Pemasaran eksternal yaitu
perusahaan menyampaikan pesan ke
pasar tenaga kerja untuk calon
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 37
pegawai, agen perekrutan dan
kelompok sasaran lainnya.
3. Pemasaran internal yaitu untuk
mengembangkan sumber daya
manusia, sehingga setiap anggota
organisasi mematuhi nilai-nilai dan
berupaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Hubungan Persepsi Karyawan
Berdasarkan Usia pada kepemimpinan
Karismatik
Figurska dan Matuska (2013) menyatakan
terdapat tiga kelompok usia berdasarkan
generasi, yaitu:
a. Usia muda yang dicirikan dengan
rentang usia kronologis antara 18
tahun hingga 25 tahun
b. Usia dewasa yang dicirikan dengan
rentang usia kronologis antara 26
tahun hingga 45 tahun
c. Usia tua yang dicirikan dengan
rentang usia kronologis di atas 45
tahun
Papalia dan Feldman (2014) menyatakan
masa remaja dikelompok sosial industri
modern adalah masa peralihan dari anak-
anak ke masa dewasa. Masa remaja awal
penuh dengan kesempatan bagi
pertumbuhan fisik, kognitif, dan
psikologikal, tetapi juga resiko
perkembangan kesehatan. Pada masa remaja
pengolahan informasi dilakukan dengan
amigdala sedangkan pada orang dewasa
menggunakan lobus fronstail, sehingga pada
masa remaja tedapat kecenderungan ketika
dalam pembuat penalaran menjadi kurang
akurat.
Shamir et al. (1993) berpendapat bahwa
teori kepemimpinan karismatik tidak
memiliki efek yang sama pada semua
pengikut. Hal tersebut karena pengikut
memiliki suatu kesimpulan yang berbeda
atas perilaku pemimpin dan pengaruh yang
diterimanya. Figurska dan Matuska (2013)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan
ketertarikan pada suatu perusahaan
berdasarkan usia (generasi), yaitu: pertama,
karyawan muda (generasi Y) ditandai
dengan lebih tertarik pada perusahaan yang
manawarkan prospek masa depan, peluang
karir secara global dan adanya tryning yang
baik. Selain itu, kelompok ini lebih ambisius
dan bersemangat untuk tumbuh kembang
karir yang dijalani.
Ke dua, kelompok usia dewasa (generasi X)
ditandai dengan ketertarikan pada
keseimbangan gaji dan keidupan kerja, hal
ini karena kelompok ini memiliki peran
sosial sebagai orang tua yang membutuhkan
jam kerja fleksibel dan anggaran yang cukup
untuk mengurus anak-anaknya. Terakhir,
yaitu kelompok usia di atas 45 (baby
boomers) tahun ditandai dengan ketertarikan
pada stabilitas, keamanan nilai kerja dan
kesehatan keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis
pertama dan ke dua dalam penelitian ini
adalah:
H1: Terdapat perbedaan persepsi karyawan
berdasarkan usia muda, usia dewasa dan
usia di atas 45 tahun pada dimensi-dimensi
kepemimpinan karismatik H. Komarudin
Kudiya, S.IP., M.Ds. di Rumah Batik
Komar.
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 38
Hubungan Persepsi Karyawan
Berdasarkan Gender pada kepemimpinan
Karismatik
Robbins (2006) menyatakan bahwa
perbedaan antara pria dan wanita dalam
kepribadian terwujud pada reaksi emosional
dan kemampuan membaca orang lain. Laki-
laki dicirikan sulit menegekspresikan emosi
dan sulit menjalin hubungan dengan orang
lain, memiliki nilai afektif yang lemah, serta
cenderung memiliki hubungan dengan relasi
yang diartikan sebagai prestasi/keberhasilan
(Gilingan, 1993).
Meski perempuan menunjukkan aktivitas
lebih pada area otak yang berhubungan
dengan penalaran yang didasarkan
perawatan (posterior, anterior cingulated,
dan anterior insula) sedangkan laki-laki
menunjukkan aktivitas lebih pada area otak
yang berhubungan dengan proses yang
didasarkan pada keadilan (superior temporal
suklus), berdasarkan pernyataan tersebut
antara laki-laki dan perempuan memang
terdapat perbedaan yang mencolok
(Gilingan, 1993).
Meskipun perempuan pada umumnya
melakukan hal yang jauh lebih baik
dibanding laki-laki di bidang matematika
dan sains di SMA dan lembaga kursus,
namun biasanya perempuan cenderung
mendapat nilai rendah dari standard
perguruan tinggi dan tes masuk perguruan
tinggi, fakta ini berkaitan dengan
kemampuan laki-laki dalam bidang
matematika, visual, dan spasial atau
mungkin perbedaan lainnya yaitu cara
penyelesaian masalah di antara keduanya
(Halpern dkk, 2007) dalam Papalia (2014)
H2: Terdapat perbedaan daya tarik
karyawan berdasarkan usia muda, usia
dewasa dan usia di atas 45 tahun pada
dimensi-dimensi kepemimpinan karismatik
H. Komarudin Kudiya, S.IP., M.Ds. di
Rumah Batik Komar.
II. METODE PENELITIAN
Responden Penelitian
Responden dalam penelitian Ini adalah
karyawan di Rumah Batik Komar. Populasi
penelitian ini adalah seluruh karyawan
Rumah Batik Komar. Responden harus
memiliki kriteria yaitu responden
merupakan karyawan tetap yang telah
bekerja selama kurun waktu enam (6) bulan
terakhir. Pemilihan kriteria tersebut
didasarkan pada asumsi bahwa karyawan
yang telah memenuhi kriteria pada
umumnya telah mengenal dan mampu
menilai perilaku maupun tindakan-tindakan
yang telah dilakukan bapak H. Komar
Kudiya, S. Ip., M. Ds. selaku pemimpin di
organisasi tersebut.
Instrumen Penelitian
Seluruh instrument dalam penelitian ini
merupakan instrument yang diadaptasi dari
penelitian sebelumnya, yaitu sebuah
penelitian yang di lakukan Delbecq et al
(2013) Skala likert satu (1) sampai dengan
tujuh (7) dalam kuesioner asli dimodifikasi
menjadi skala likert 1 – 5, yaitu: (1) sangat
tidak setuju (STS); (2) tidak setuju (ST); (3)
netral (N); (4) setuju (S); dan (5) sangat
setuju (SS).
Pada penelitian ini perilaku kepemimpinan
karismatik diukur berdasarkan jumlah skor
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 39
dari setiap dimensi. Semakin tinggi jumlah
skor yang diperoleh berdasarkan dimensi-
dimensi tersebut, maka semakin baik pula
penilaian atau anggapan karyawan terhadap
dimensi-dimensi kepemimpinan karismatik
di Rumah Batik Komar.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang
dibagikan kepada responden.
Pendistribusian kuesioner dilakukan dengan
mendatangi lokasi penelitian. Satu kuesioner
diberikan kepada satu karyawan tanpa
adanya intervensi antar karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 250
kuesioner yang disebar hanya 168 kuesioner
yang terkumpul dan sebanyak 143 kuesioner
yang dapat diolah, sehingga terdapat 25
kuesioner yang tidak dapat diolah.
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis
Independent-Sample t-Test. Analisis
Independent-Sample t-Test digunakan untuk
membandingkan rata-rata dari dua sampel
yang masing-masing sampel tersebut saling
bebas atau tidak memiliki hubungan
(Suliyanto, 2006).Tujuan uji beda t-test
adalah membandingkan rata-rata dua grup
yang tidak berhubungan satu dengan yang
lain (Ghozali, 2006). Pada penelitian ini, t-
test digunakan untuk menguji perbedaan
persepsi karyawan pada kepemimpinan
karismatik berdasarkan usia dan jenis
kelamin.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Validitas Instrumen
Hasil uji validitas dilakukan dengan cara
face validity dengan memberikan kuesioner
kepada ahli dan responden. Cara tersebut
dilakakukan untuk mengetahui sejauh mana
responden mengerti apa yang dimaksudkan
dari kuesioner tersebut. Berdasarkan uji
tersebut penulis mendapat umpan balik yang
dapat digunakan untuk memperbaiki
kuesioner sesuai dengan pemahaman dan
pengetahuan responden.
Reliabilitas Instrumen
Uji Reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan teknik korelasi Alpha
Cronbach. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pengukuran yang
dilakukan dalam penelitian ini dapat
dipercaya atau diandalakan. Instrument
pada penelitian ini berjumlah 26 butir
pertanyaan, adapun hasil uji terhadap
kuesioner penelitian tersaji pada Tabel 3.1
berikut ini:
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 40
Tabel 3.1
Hasil Uji Terhadap Kuesioner Penelitian
Kep. Karismatik
Berdasarkan Indikator
Corected Item
Total-
Corelation
Jumlah
Butir
Kesimpulan
Diterima Tidak
Diterima
Kepercayaan Diri > 0,3 3 3 -
Inspirasi yang Memotivasi > 0,3 4 3 1
Pengaruh Ideal > 0,3 7 7 -
Pertimbangan Individual > 0,3 6 6 -
Pengaruh Intelektual > 0,3 6 5 1
Sumber: Data primer diiolah, 2015
Berdasarkan hasil uji terhadap kuesioner
penelitian pada Tabel 3.1 diketahui terdapat
satu hasil uji kuesioner penelitian pada
dimensi motivasi dan satu hasil uji kuesioner
penelitian pada dimensi pengaruh intelektual
yang hasil uji kuesioner Corrected Item-
Total Correlation kurang dari 0,3.
Berdasarkan hasil tersebut, maka kedua item
peretanyaan tersebut dinyatakan tidak
reliable, karena pada teknik alpha Cronbach
pertanyaan dinyatakan reliable apabila
memiliki nilai koefisien korelasi item total
sama dengan atau lebih dari 0,3.
Berdasarkan hasil uji tersebut, sehingga
jumlah kuesioner dalam penelitian ini adalah
24 item. Adapun hasil uji reliabilitas disajikan
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Kep. Karismatik Koef. Alpha
Cronbach
Jumlah Butir Keterangan
Kepercayaan Diri 0,627 3 Reliabel
Inspirasi yang Memotivasi 0,651 3 Reliabel
Pengaruh Ideal 0,726 7 Reliabel
Pertimbangan Individual 0,742 6 Reliabel
Pengetahuan Intelektual 0,776 5 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, SPSS 22
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 41
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada Tabel
3.2 di atas seluruh instrument penelitian
memiliki nilai koefisien korelasi Cronbach’s
Alpha > 0,6 yang menunjukkan seluruh
kuesioner pada penelitian ini dinyatakan
reliable. Mengacu pada pernyataan Sekaran
(2003), maka hasil uji reliabilitas pada
penelitian ini termasuk pada kategori
diterima.
Deskripsi Responden
Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut
ini:
Tabel 3.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-Laki 48 33,6 %
2. Perempuan 95 66,4 %
Jumlah 143 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui
bahwa responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak sebesar 33,6% sedangkan
responden berjenis kelamin perempuan
sebesar 66,4% dari total responden.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa responden terbanyak pada penelitian
ini adalah responden berjenis kelamin
perempuan.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia
dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1. 18 – 21 21 14,7 %
2. 22 – 30 72 50,3 %
3. 31 – 45 44 30,8 %
4. > 45 6 4,2 %
Jumlah 143 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat diketahui
bahwa responden berdasarkan usia terbagi
menjadi empat kelas, yaitu (1) usia 18 – 21
tahun sebanyak 21 orang; (2) usia 22 - 30
tahun sebanyak 72 orang; dan (3) usia 31 –
45 tahun sebanyak 44 orang; (4) usia > 45
tahun sebanyak 6 orang. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa
persentase responden berdasarkan usia yang
terbesar adalah 50,3% yaitu responden
dengan rentang usia 22 - 30 tahun,
sedangkan persentase responden terendah
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 42
yaitu sebesar 4,2% terletak pada responden
dengan rentang usia di atas 45 tahun.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.5
berikut ini:
Tabel 3.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1. SD 60 42 %
2. SMP 25 17,5 %
3. SMA/SMK 50 35 %
4. Perguruan Tinggi 8 5,6 %
Jumlah 143 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui
bahwa responden berdasarkan tingkat
pendidikan terbagi pada empat kelompok,
yaitu (1) tingkat pendidikan SD sebanyak 60
orang; (2) tingkat poendidikan SMP
sebanyak 25 orang; (3) tingkat pendidikan
SMA/SMK sebanyak 50 orang; dan (4)
tingkat pendidikan perguruan tinggi
sebanyak 8 orang. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa persentase
responden berdasarkan tingkat pendidikan
tertinggi adalah responden dengan tingkat
pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebesar
42%, sedangkan persentase responden
terendah yaitu pada tingkat perguruan tinggi
(Diploma dan S1) yaitu sebesar 5,6%.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Unit Kerja
Karakteristik responden berdasarkan unit
kerja dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut
ini:
Tabel 3.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Unit Kerja
No Unit Kerja Jumlah Persentase
1. Pencelup 12 8,4 %
2. SPG 15 10,5 %
3. Pembuat Cap 15 10,5 %
4. Membatik 42 29,4 %
5. Pewarnaan 17 11,9 %
6. Desain 3 2,1 %
7. Sekertaris 1 0,7 %
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 43
8. Supervisor 1 0,7 %
9. Lilin dan Pengecapan 36 25,2 %
10. Accounting 1 0,7 %
Jumlah 143 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui
bahwa persentase responden berdasarkan
unit kerja tertinggi yaitu sebesar 29,4% pada
unit kerja membatik, sedangkan persentase
responden terendah yaitu pada unit
accounting, sekertaris dan supervisor dengan
total persentase sebesar 2,1%.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Masa Kerja
Karakteristik responden berdasarkan masa
kerja dapat dilihat pada Tabel 3.7
Tabel 3.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah Persentase
1. 0,6 – 3 Tahun 38 26,6 %
2. 3,1 – 6 Tahun 56 39,2 %
3. 6,1 – 9 Tahun 24 16,8 %
4. > 9 Tahun 25 17,5 %
Jumlah 143 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 3.7 dapat diketahui
bahwa responden berdasarkan masa kerja
terbagi pada empat kelompok, yaitu (1)
masa kerja 0,6 – 3 tahun sebanyak 38 orang;
(2) masa kerja 3,1 – 6 tahun sebanyak 56
orang; (3) masa kerja 6,1 – 9 tahun sebanyak
24 orang; dan (4) masa kerja lebih dari
Sembilan tahun sebanyak 25 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa persentase responden berdasarkan
masa kerja tertinggi yaitu sebesar 39,2%
pada masa kerja 3,1 – 6 tahun, sedangkan
persentase responden terendah yaitu pada
masa kerja 6,1 – 9 tahun dengan persentase
sebesar 16,8% atau terpaut 0,7% lebih kecil
dibanding respondenn dengan masa kerja
lebih dari sembilan tahun.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Pernikahan
Pada penelitian ini, responden berdasarkan
status pernikahan hanya dikelompokkan
pada dua kelompok status, yaitu (1)
responden yang sudah menikah; dan (2)
responden yang tidak menikah.
Karakteristik responden berdasarkan status
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 44
pernikahan dapat dilihat pada Tabel 3.8
berikut ini:
Tabel 3.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No Usia Jumlah Persentase
1. Menikah 64 44,8 %
2. Tidak Menikah 79 55,2 %
Jumlah 148 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diketahui
bahwa persentase responden berdasarkan
status pernikahan tertinggi yaitu sebesar
55,2% yang berstatus sudah menikah,
sedangkan persentase responden yang tidak
menikah sebesar 44,8%. Berdasarkan
persentase tersebut, maka responden
terbanyak di Rumah Batik Komar berstatus
tidak menikah.
Hasil Uji Deskripsi Independent Sample t-
test Kepemimpinan Karismatik per
Dimensi Berdasarkan Gender
Perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
jenis kelamin pada dimensi kepercayaan diri
kepemimpinan karismatik tersaji pada Tabel
3.9 berikut ini:
Tabel 3.9
Hasil Uji Independent Sample t-test
Dimensi Kepercayaan Diri pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan nilai signifikansi di atas, maka
dapat dinyatakan karyawan laki-laki
mempunyai persepsi yang lebih tinggi
dibandingkan karyawan perempuan. Jika
dilihat berdasarkan taraf nyata (probabilitas)
5%, maka hasil uji independent sample t-test
berdasarkan jenis kelamin pada tingkat
signifikansi 0,001 (<0,05%) maka dapat
dinyatakan terdapat perbedaan persepsi
antara karyawan laki-laki dan perempuan
pada dimensi kepercayaan diri
kepemimpinan karismatik.
Deskripsi Kepemimpinan Karismatik
Dimensi Inspirasi yang Memotivasi
Dimensi inspirasi yang memotivasi terdiri
dari tiga item pertanyaan, yaitu terletak pada
item 4, 5 dan 6. Tabel 3.10 di bawah ini
merupakan perbedaan persepsi karyawan
berdasarkan jenis kelamin pada dimensi
Jenis Kelamin Mean Mean
Diffrence
t Hitung Signifikansi
Laki-laki 13,2083 0,75570 3,518 0,001
Perempuan 12,4526
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 45
inspirasi yang memotivasi kepemimpinan
karismatik.
Tabel 3.10 Hasil Uji Independent Sample t-test
Dimensi Inspirasi yang Memotivasi pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Pada Tebl 3.10 jika berdasarkan taraf nyata
(probabilitas) 5%, maka hasil uji
independent sample t-test berdasarkan jenis
kelamin pada tingkat signifikansi 0,000 (<
0,05%). Berdasarkan hasil uji tersebut, maka
dapat dinyatakan terdapat perbedaan
persepsi antara karyawan laki-laki dan
perempuan pada dimensi kepercayaan diri
kepemimpinan karismatik.
Deskripsi Kepemimpinan Karismatik
Dimensi Pengaruh Ideal
Dimensi pengaruh ideal pada kepemimpinan
karismatik terdapat tujuh item pertanyaan.
Item-item tersebut yaitu pada item 8, 9, 10,
11, 12, dan 13. Tabel 3.11 di bawah ini
merupakan perbedaan persepsi karyawan
berdasarkan jenis kelamin pada dimensi
pengaruh ideal kepemimpinan karismatik
Tabel 3.11 Hasil Uji Independent Sample t-test
Dimensi Pengaruh Ideal pada Kepemimpinan Karismatik
S
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan data Tabel 3.11 di atas, jika
dilihat berdasarkan taraf nyata (probabilitas)
5%, maka hasil uji independent sample t-test
berdasarkan jenis kelamin pada tingkat
signifikansi 0,022 (< 0,05%) maka dapat
dinyatakan terdapat perbedaan persepsi
antara karyawan laki-laki dan perempuan
Jenis Kelamin Mean Mean
Diffrence
t Hitung Signifikansi
Laki-laki 13,2083 0,91360 4,335 0,0000
Perempuan 12,2947
Jenis Kelamin Mean Mean
Diffrence
t Hitung Signifikansi
Laki-laki 30,3333 1,00702 2,317 0,022
Perempuan 29,3263
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 46
pada dimensi pengaruh ideal kepemimpinan
karismatik.
Deskripsi Kepemimpinan Karismatik
Dimensi Pertimbangan Individual
Tabel 3.4 di bawah ini merupakan
perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
jenis kelamin pada dimensi pertimbangan
individual kepemimpinan karismatik
Tabel 3.12 Hasil Uji Independent Sample t-test
Dimensi Pertimbangan Individual pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Jika dilihat berdasarkan taraf nyata
(probabilitas) 5%, maka hasil uji
independent sample t-test berdasarkan jenis
kelamin pada tingkat signifikansi 0,063
(>0,05%) maka dapat dinyatakan tidak
terdapat perbedaan persepsi antara karyawan
laki-laki dan perempuan.
Deskripsi Kepemimpinan Karismatik
Dimensi Pengetahuan Intelektual
Tabel 3.13 di bawah ini merupakan
perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
jenis kelamin pada dimensi pengetahuan
intelektual kepemimpinan karismatik.
Tabel 3.13
Hasil Uji Independent Sample t-test Dimensi Pengetahuan Intelektual pada Kepemimpinan
Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Tabel 3.13 di atas, nilai signifikansi jika
dilihat berdasarkan taraf nyata (probabilitas)
5%, maka hasil uji independent sample t-test
berdasarkan jenis kelamin pada tingkat
signifikansi 0,034 (<0,05%) maka dapat
dinyatakan terdapat perbedaan persepsi
antara karyawan laki-laki dan perempuan
pada dimensi pengetahuan intelektual
kepemimpinan karismatik.
Analisis Uji Beda Berdasarkan Usia
Dimensi Kepercayaan Diri
Kepemimpinan Karismatik
Perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
usia pada dimensi kepercayaan diri
Jenis Kelamin Mean Mean
Diffrence
t Hitung Signifikansi
Laki-laki 24,0833 -0,77982 -1,874 0,063
Perempuan 24,8632
Jenis Kelamin Mean Mean
Diffrence
t Hitung Signifikansi
Laki-laki 20,2917 -0,63465 -2,143 0,034
Perempuan 20,9263
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 47
kepemimpinan karismatik, tertera pada table
3.14 di bawah ini:
Tabel 3.14
Hasil Uji Oneway Anova Dimensi Kepercayaan Diri pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Data pada Tabel 3.14 di atas, signifikansi
berdasarkan taraf nyata (probabilitas) 5%,
maka hasil uji Oneway Anova berdasarkan
usia pada tingkat signifikansi 0,000
(<0,05%) maka dapat dinyatakan terdapat
perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
usia pada dimensi kepercayaan diri
kepemimpinan karismatik.
Dimensi Inspirasi yang Memotivasi
Kepemimpinan Karismatik
Perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
usia pada dimensi inspirasi yang memotivasi
kepemimpinan karismatik tersaji pada Tabel
3.15 berikut ini:
Tabel 3.15
Hasil Uji Oneway Anova Dimensi Inspirasi yang Memotivasi pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Signifikansi pada data di atas, jika dilihat
berdasarkan taraf nyata (probabilitas) 5%,
maka hasil uji Oneway Anova berdasarkan
usia pada tingkat signifikansi 0,000
(<0,05%) adalah terdapat perbedaan
persepsi karyawan berdasarkan usia pada
dimensi inspirasi yang memotivasi
kepemimpinan karismatik.
Usia N Mean F Signifikansi
18 – 21 21 11,9524 11,670 0,000
22 – 30 72 12,4167
31 – 45 44 13,4773
> 45 6 13,1667
Total 143 12,7063
Usia N Mean F Signifikansi
18 – 21 21 12,0000 16,733 0,000
22 – 30 72 12,1667
31 – 45 44 13,4545
> 45 6 13,6667
Total 143 12,6014
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 48
Dimensi Pengaruh Ideal Kepemimpinan
Karismatik
Perbedaan persepsi karyawan
berdasarkan usia pada dimensi pengaruh
ideal kepemimpinan karismatik, tertera pada
Tabel 3.16 berikut ini:
Tabel 3.16
Hasil Uji Oneway Anova Dimensi Pengaruh Ideal pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Pada data di atas, signifikansi data jika
dilihat berdasarkan taraf nyata (probabilitas)
5%, maka hasil uji Oneway Anova
berdasarkan usia pada tingkat signifikansi
0,035 (<0,05%) dapat dinyatakan terdapat
perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
usia pada dimensi pengaruh ideal
kepemimpinan karismatik.
Dimensi Pertimbangan Individual
Memotivasi Kepemimpinan Karismatik
Perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
usia pada dimensi pertimbangan individual
kepemimpinan karismatik tersaji pada Tabel
3.17 berikut ini:
Tabel 3.17
Hasil Uji Oneway Anova Dimensi Pertimbangan Individual pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Jika dilihat berdasarkan taraf nyata
(probabilitas) 5%, maka hasil uji Oneway
Anova berdasarkan usia pada tingkat
signifikansi 0,000 (<0,05%) maka dapat
dinyatakan terdapat perbedaan persepsi
karyawan berdasarkan usia pada dimensi
pertimbangan individual kepemimpinan
karismatik.
Usia N Mean F Signifikansi
18 – 21 21 28,9524 2,944 0,035
22 – 30 72 29,3333
31 – 45 44 30,5455
> 45 6 29,6667
Total 143 129,6643
Usia N Mean F Signifikansi
18 – 21 21 24,3810 17,721 0,000
22 – 30 72 23,7083
31 – 45 44 26,2045
> 45 6 24,3333
Total 143 20,6014
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 49
Dimensi Pengetahuan Intelektual
Memotivasi Kepemimpinan Karismatik
Perbedaan persepsi karyawan berdasarkan
usia pada dimensi pengetahuan intelektual
tersaji pada Tabel 3.18 berikut ini:
Tabel 3.18
Hasil Uji Oneway Anova Dimensi pengetahuan Intelektual pada Kepemimpinan Karismatik
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan data di atas, signifikansi data
jika dilihat berdasarkan taraf nyata
(probabilitas) 5%, maka hasil uji Oneway
Anova berdasarkan usia pada tingkat
signifikansi 0,578 (>0,05%) maka dapat
dinyatakan tidak terdapat perbedaan persepsi
karyawan berdasarkan usia pada dimensi
pengetahuan intelektual kepemimpinan
karismatik.
Statistik Deskriptif Dimensi-dimensi
Kepemimpinan Karismatik
Tabel 3.19 menyajikan informasi mengenai
nilai rerata, standard deviasi, minimum dan
maksimum masing-masing dimensi variabel
kepemimpinan karismatik
Tabel 3.19
Deskripsi Dimensi-dimensi Kepemimpinan Karismatik
Dimensi Kep.
Karismatik
N Min. Mak. Mean Std.
Deviasi
Kepercayaan Diri 148 3,33 5,00 4,3235 0,4202
Inspirasi yang
Memotivasi
148 3,33 5,00 4,2005 0,4207
Pengaruh Ideal 148 3,57 5,00 4,2378 0,3560
Pertimbangan Individual 148 3,00 5,00 4,1002 0,3952
Pengetahuan Intelektual 148 2,00 5,00 4,1427 0,3387
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan data tersebut diketahui, dimensi
kepercayaan diri merupakan elemen
kepemimpinan karismatik yang memiliki
nilai rata-rata tertinggi, sehingga dapat
diartikan bahwa karyawan Rumah Batik
Komar lebih mempersepsikan pemimpin
sebagai seorang yang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi dibanding empat dimensi
lainnya. Pada dimensi kepercayaan diri
pemimpin digambarkan (1) sebagai seorang
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi;
(2) sebagai seorang yang mempunyai
Usia N Mean F Signifikansi
18 – 21 21 20,5238 0,660 0,578
22 – 30 72 20,5972
31 – 45 44 20,9091
> 45 6 21,3333
Total 143 20,7133
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 50
keyakinan yang besar atas strategi
persaingan perusahaan; dan (3) sebagai
seorang yang memiliki keyakinan yang
besar atas segala tindakan yang
dilakukannya.
Sedangkan untuk nilai rata-rata terendah
yaitu pada dimensi pertimbangan individual,
pada dimensi ini pemimpin digambarkan (1)
sebagai seorang yang memiliki perhatian
atas kesejahteraan anggotanya; (2) sebagai
seorang yang pada setiap tindakannya selalu
mempertimbangkan perasaan anggota; (3)
sebagai seorang yang memberikan
tantangan-tantang demi tercapainya
kesuksesan yang lebih baik; (4) sebagai
seorang yang memberikan kepercayaan
kepada anggota untuk turut serta terlibat
dalam pencapaian tujuan; dan (5) pemimpin
digambarkan sebagai seseorang yang
memiliki kebijakan atas kebutuhan pribadi
anggotanya. Berdasarkan nilai rata-rata
tersebut, maka dapat diartikan bahwa
pemimpin Rumah Batik Komar tidak
dipersepsikan sebaik keempat dimensi
lainnya. Rendahnya persepsi karyawan pada
dimensi ini mungkin diakibatkan perhatian
(finansian maupun non finansial) yang telah
diberikan pemimpin dianggap tidak
mecukupi, sehingga nilai skor pada dimensi
pertimbangan individual memiliki nilai
skornya yang rendah.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan persepsi
karyawan berdasarkan gender yaitu
karyawan laki-laki mempunyai
persepsi lebih positif pada dimensi
kepercayaan diri, inspirasi yang
memotivasi dan pengaruh ideal,
sedangkan karyawan perempuan
mempunyai persepsi lebih positif
pada dimensi pertimbangan
individual dan pengetahuan
intelektual.
2. Terdapat perbedaan persepsi
karyawan berdasarkan usia pada
dimensi-dimensi kepemimpinan
karismatik di Rumah Batik Komar.
Karyawan remaja akhir (usia 18 – 21
tahun); mempunyai persepsi paling
tinggi pada dimensi pengaruh ideal
dan persepsi paling rendah pada
dimensi kepercayaan diri
kepemimpinan karismati. Karayawan
dewasa awal (22 – 30 tahun)
mempunyai persepsi paling tinggi
pada dimensi pengaruh ideal dan
persepsi paling rendah pada dimensi
pengetahuan intelektual
kepemimpinan karismatik.
Karyawan usia dewasa akhir (31 –
45 tahun) mempunyai persepsi
paling tinggi pada dimensi inspirasi
yang memotivasi dan persepsi paling
rendah pada dimensi pengetahuan
intelektual kepemimpinan
karismatik. Terakhir, karyawan usia
di atas 45 tahun mempunyai persepsi
paling tinggi pada dimensi inspirasi
yang memotivasi dan persepsi paling
rendah pada dimensi pengaruh ideal
kepemimpinan karismatik.
Ria Marginingsih Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli 2016
Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya 51
DAFTAR PUSTAKA
Achua, C., F. dan Lussier, R., N. 2010. Effective
leadership. South Western: Delmar
Cengange Learning
Backhaus, K. & Tikoo, S. (2004).
Conceptualising and Researching
Employer Branding. Career
Development International, Vol. 9 No.
5.
Conger, J., A., Kanungo, R., N., dan Menon,
T., S. 2000. Charismatic Leadership
and Follower Effect. Journal of
Organizational Behavior. 21: 747-
762
Cooper, D., R., & Schindler, P. 2011. Business
Research Methods. New York:
McGrawHill.
Delbecq, A., House, R., J., Luque., M., S.,
D., Quiegley., N., R. Implicit
Motives, Leadership, and Follower
Outcomes: An Empirical Test of
CEOs. Journal of Leadership &
Organizational Studies, Vol. 20. No.
1
Figurska, I., dan Matuska, E. 2013. Employer
Branding As A Human Resources
Management Strategy. Human
Reosurces Management and
ergonomics, Vol. VII No. 2
Hair, J., F., William C. B., Barry J. B., dan
Rolph E., A. 2010. Multivariate Data
Analysis. 7th edition. Englewood Cliffs,
New Jersey: Prentice Hall.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Undip
Gilingan, C. 1993. In a Different Voice:
Psychological Theory and Women’s
Development. Cambridge, MA: Harvard
University Press.
Martin, G. 2008. Employer Branding – Time for
Some Long and ‘Hard’ Reflections?
Employer branding. The latest fad or the
future of HR? Research insight. London:
Chartered Institute of Personnel and
Development.
Mosley, R. 2009. Employer Brand. The
Performance Driver No Business Can
Ignore. A Shoulders of Giants
Publication.
Papalia, D., E. dan Feldman, R., T. 2014.
Perkembangan Manusia. Jakarta:
Salemba Humanika.
Robbbins, S. 1996. Perilaku Organisasi.
Prenhalindo. Jakarta
Robbins, S. 2006. Organizational Behavior,
Alih Bahasa Drs. Benyamin Molan,
Jakarta: PT. Indeks kelompok
Gramedia.
Sekaran, U. 2003. Research Methods For
Business. Fourth Edition. New York:
John Wiley and Sons. Shamir, B., House, R. J., dan Arthur, M. B.
1993. The Motivational Efffects of
Charismatic Leadership: Self-Concept
Based Theory. Organization Science,
Vol 4 No. 4.
Suliyanto. 2000. Metode Riset Bisnis.
Yogyakarta: Andi Offset
Yukl. 1994. Kepemimpinan dalam Organisasi.
Jakarta : Index