Upload
nguyenkhanh
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum
penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 68,69 dan 70 Tahun 2013 tentang pemberlakukan Kurikulum
2013 sebagai penyempurnaan KTSP yang sudah diberlakukan sejak tahun
2006. Kurikulum 2013 sangat menekankan pada penyempurnaan tujuan,
strategi pembelajaran dan sistem evaluasi. Dari sisi tujuan dan konsep
pengembangan, Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan KTSP. Namun,
bila ditelaah lebih dalam, secara operasional Kurikulum 2013 lebih menekan
pada pembentukan karakter dan pencapaian level berpikir tingkat tinggi yang
dianggap bersifat strategis jangka panjang. Menurut Kurikulum 2013, proses
pembelajaran diarahkan pada penyajian materi secara terpadu untuk
pencapaian semua aspek kompetensi secara utuh dengan lebih menekankan
pada pembentukan sikap dan karakter peserta didik.
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 Pasal 5 menyatakan bahwa mata
pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kurikulum 2013
dikelompokkan atas mata pelajaran umum Kelompok A dan mata pelajaran
umum Kelompok B. Mata pelajaran umum Kelompok A merupakan
program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta
didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Mata pelajaran umum Kelompok
A terdiri atas Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Menurut Trianto (2012: 5) salah satu prinsip kurikulum yaitu
memberikan atribut secara penuh kepada instansi sekolah untuk merancang
dan merencanakan sendiri pembelajaran sesuai dengan kondisi dan tingkat
kemampuan sekolah.Sehingga sekolah mempunyai wewenang untuk
2
melakukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah. Mengingat
salah satu karakteristik Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 57 Tahun
2014 yaitu menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik supaya mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke dalam masyarakat serta
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Dengan demikian,
kemampuan sekolah menjadi acuan dan pertimbangan dalam menyusun,
merancang, dan merencanakan pembelajaran supaya peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang bermakna serta dapat menerapkan
pembelajaran di sekolah ke dalam masyarakat.
Pembelajaran bermakna menurut Ausubel adalah proses mengaitkan
informasi atau materi baru dengan konsep - konsep yang telah ada dalam
struktur kognitif. Kegiatan belajar bermakna terlihat dari topik-topik yang
dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang relevan.
Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau sesuatu yang dipaksakan
oleh guru, melainkan sebagai bagian dari atau sebagai alat yang dibutuhkan
dalam kehidupan anak (Dedi Koswara, 2015: 4-5). Dalam menciptakan
pembelajaran bermakna dapat melalui pengemasan proses belajar mengajar
yang dirancang guru. Pengemasan proses belajar mengajar yang tepat atau
sesuai terhadap lingkungan peserta didik sangat berpengaruh terdapat
bermaknaan pengalaman belajar bagi siswa. Pendapat serupa juga dipaparkan
oleh Triarto (2011: 7) yaitu cara pengemasan pengalaman belajar yang
dirancang guru sangat berpengaruh terhadap pengalaman bagi peserta didik.
Cara pengemasan pengalaman belajar dapat melalui tema yang sesuai dengan
lingkungan peserta didik.
Melalui pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013, membuat guru
leluasa menyusun, merancang, dan merencanakan pembelajaran supaya
peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang bermakna serta dapat
menerapkan pembelajaran di sekolah ke dalam masyarakat. Mengingat
kekuatan pembelajaran tematik dalam materi pelatihan implementasi
Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran menjadi bermakna apabila dilakukan
3
dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat
individual dan kontekstual, sehingga peserta didik mengalami peristiwa
langsung dalam mempelajari materi yang digunakan untuk penerapan di
dalam masyarakat. Melalui penggunaan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik
(Kemendikbud, 2014: 16). Hal serupa dikemukakan oleh Triarto (2011:7)
yaitu melalui pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan tema yang
sesuai dengan lingkungan, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,
dan menerapkan konsep yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi pembelajaran dari beberapa mata pelajaran ke
dalam tema (Trianto, 2009: 84). Fungsi Pembelajaran tematikyaituuntuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami
konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat
belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata
(kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2014: 15). Jadi
dengan pembelajaran tematik sangat membantu guru dalam menanamkan
pengalaman belajar peserta didik untuk dijadikan bekal dalam hidup di
masyarakat sehingga pembelajaran yang diberikan guru menjadi bermakna.
Penerapan model desain pembelajaran tematik di Sekolah Dasar
merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam
rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah (Asep Hernawan, 2015:2).
Penjejalan isi kurikulum dikhawatirkan mengganggu perkembangan peserta
didik, karena terlalu banyak menuntut peserta didik untuk mengerjakan
aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan peserta
didik. Mengingat perkembangan anak pada usia Sekolah dasar menurut Piaget
yaitu selalu ingin belajar hal baru, pemahaman konsep perkembangan
berdasarkan lingkungan disekitarnya, keterampilan menulis dan berbahasa
terus berkembang, sangat kreatif dan senang menemukan hal baru, rasa ingin
4
tahu yang tinggi, mudah mengingat, mengatahui tentang konsep yang benar
dan salah (Trianto, 2010: 19). Sehingga dengan penerapan model desain
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar dapat mengimbangi gejala penjejalan
isi kurikulum karena model desain pembelajaran tematik bertolak dari suatu
topik atau tema. Tema bertujuan bukan hanya menguasai konsep-konsep mata
pelajaran, tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran dijadikan sebagai alat dan
wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema yang dipelajari.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat simpulkan dengan model desain
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar dengan cara memperbaiki kualitas
pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi
kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
di sekolah karena penjejalan isi kurikulum yang dikhawatirkan dapat
diantisipasi dengan tema yang dikembangakn dalam pembelajaran tematik.
Kurikulum 2013 menggunakan model pengembangan Kurikulum
berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada
sesuatu yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sehingga peserta didik harus
mampu menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kurikulum 2013
bukan menekankan pada hasil saja melainkan peserta didik harus mampu
menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap. Melaui model desain
pembelajaran tematik integratif peserta didik mampu menguasai ketiga ranah,
karena pada pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu karakter yang dibangun (Hernawan, Asep,
2015: 2).
Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik dalam proses
belajar mengajar dikelas. Secara umum pemerintah hanya menetapkan rambu-
rambu, selanjutnya sekolah mengembangkan sendiri dalam proses
pembelajaran melalui pembelajaran dari guru. Rambu-rambu yang ditetapkan
pemerintah berupa Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Tema, dan Sub Tema.
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Tema dan Sub Tema merupakan hasil
pemikiran dan pengkajian dari Pemerintah. Dengan kata lain guru memiliki
wewenang dalam merancang proses belajar mengajar di kelas tanpa merubah
5
rambu-rambu yang telah ditetapkan Pemerintah. Model desain pembelajaran
tematik Kurikulum 2013 yang diterapkan guru menggunakan model
pembelajaran dengan langkah-langkah yang telah dituliskan di buku panduan
guru Kurikulum 2013. Langkah model desain pembelajaran tematik yang
terdapat di buku guru merupakan salah satu rancangan proses belajar mengajar
menggunakan model desain pembelajaran tematik. Buku Guru atau buku
panduan gurudalam materi pelatihan implementasi Kurikulum 2013
merupakan buku yang digunakan sebagai panduan guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas. Buku guru memuat informasi tentang model dan
strategi pembelajaran yang digunakan sebagai acuan penyelenggaraan proses
pembelajaran (Kemendikbud, 2014: 43). Sehingga rancangan pembelajaran di
kelas sudah dipaparkan di buku guru dan guru tinggal melakukan proses
belajar mengajar di kelas sesuai rancangan pembelajaran di buku guru.
Buku siswa dalam materi pelatihan implementasi Kurikulum 2013
merupakan buku yang digunakan sebagai panduan aktivitas pembelajaran
untuk memudahkan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu. Buku siswa
juga digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran (activities based learning) di mana isinya dirancang dan
dilengkapi dengan contoh-contoh lembar kegiatan agar siswa dapat
mempelajari sesuatu yang relevan dengan kehidupan yang dialaminya.
(Kemendikbud, 2014: 42). Buku Siswa diarahkan agar siswa lebih aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran melalui kegiatan mengamati, bertanya,
menalar, mencoba, berdiskusi serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi
baik antarteman maupun dengan gurunya. Guru dapat mengembangkan atau
memperkaya materi dan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Implementasi Kurikulum 2013 saat ini senantiasa guru berpedoman
kepada Buku Guru dan Buku Siswa dari Pemerintah. Kesibukan guru
mengajar sesuai dengan Buku Guru dan mengejar pembelajaran agar tepat
pada waktu yang telah ditetapkan sekolah dan pemerintah membuatguru
kurang menganalisis lebih jauh Buku Guru dan Buku Siswa dari pemerintah.
6
Berdasarkan analisis Buku Siswa diperoleh beberapa materi yang terdapat
pada Buku Siswa yang kurang relevan dengan kondisi siswa, kurang
pendalaman materi, serta pembelajaran 1 sampai 6 yang kurang sesuai dengan
tema dan sub tema yang ada.
Kekurang relevannya materi dengan kondisi siswa terlihat dari
lingkungan siswa di sekolah satu dengan yang lain berbeda sehingga materi
tidak bisa jika membahas salah satu lingkungan yang ada atau penyamaan
materi setiap sekolah, mengingat latar belakang warga Indonesia yang
berbeda-beda. Sehingga peran guru yaitu mengembangkan pembelajaran
dengan memodifikasi materi yang sesuai dengan lingkungan peserta didik
supaya peserta didik dapat belajar sesuai dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
Selain kekurang relevan antara materi dengan kondisi siswa, materi juga
kurang pendalaman. Buku Siswa hanya menerangkan materi secara singkat
padahal saat pembelajaran tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru,
seharusnya Buku Siswa dalam masalah tersebut berperan aktif dalam
pemahaman siswa terhadap materi, namun karena kurangnya pendalaman
materi pada Buku Siswa membuat siswa kesulitan dalam pemahaman materi
apabila tidak memperhatikan. Pada Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam
memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya
siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya
pendalaman materi membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya.
Dengan pengembangan pembelajaran tematik siswa akan mudah memperoleh
pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dengan penggunaan tema yang disesuaikan dengan
lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka
dapatkan sendiri.
Kekurang kesesuaian antara pembelajaran 1 sampai 6 dengan tema dan
subtema yang ada juga menjadi kelemahan Buku Siswa yang beredar.
Kekurangan ini terletak pada pembelajaran yang seharusnya membahas sub-
sub tema dari sub tema yang ada ternyata semakin membuat pembelajaran
7
menjadi umum bukan mengerucut dan masih abstrak. Seharusnya dari tema
dan subtema yang umum dan abstrak dikembangkan menjadi pembelajaran 1
sampai 6 dengan pembelajaran yang konkret sehingga siswa lebih mudah
memahami materi dan membuat pembelajaran lebih bermakna.Tema yang
perlu dikembangkan dan diperbaharui salah satunya Tema 4 Berbagai
Pekerjaan subtema 1 Jenis Pekerjaan materi Kelas IV (empat). Pembelajaran 1
sampai 6 harusnya membahas materi dengan mengacu pada sub tema yang
ada yaitu jenis-jenis pekerjaan. Dari subtema jenis-jenis pekerjaan seharusnya
pembelajaran 1 sampai 6 mengkonkretkan jenis-jenis pekerjaan tersebut ke
dalam materi, seperti memfokuskan membahas salah satu jenis-jenis pekerjaan
yang sesuai dengan lingkungan peserta didikmisalnya sekolah yang berlatar
belakang mayoritas anak seorang petani maka materi pada pembelajaran 1
membahas petani. Sehingga materi terfokuskan pada pembahasan petani, lebih
konkret, sesuai lingkungan peserta didik, dan yang paling utama pembelajaran
akan lebih bermakna.
Berdasarkan analisis buku guru kelemahan terletak pada kedudukan dan
fungsi buku guru yang dijadikan sebagai panduan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Berdasarkan penjelasan apabila buku
guru dijadikan panduan melaksanakan pembelajaran di kelas maka guru tidak
bebas merancang proses pembelajarannya sendiri, guru lebih terpaku dengan
rancangan pembelajaran di buku guru. Guru mempunyai wewenang dalam
memodifikasi rancangan pembelajaran di buku guru untuk disesuaikan dengan
kondisi kelas. Buku guru merupakan media, alat, dan sumber pembelajaran
yang digunakan sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan, namun guru
juga dapat mengganti dan menambahkan media, alat, dan sumber
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas (Kemendikbud, 2014: 46)
Kenyataan dilapangan juga menunjukan bahwa penerapan pembelajaran
tematik di sekolah Dasar memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya,
yaitu pembelajaran tematik dibutuhkan harus sesuai sarana dan prasarana
belajar yang memadai untuk mencapai Kompetensi Dasar secara optoimal.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana akan berpengaruh terhadap hasil
8
belajar yang dicapai siswa. Selain itu, kurangnya ketersediaan sarana dan
prasarana dapat mempengaruhi sebagian guru Sekolah Dasar yang masih
belum memahami konsep pembelajaran tematik secara utuh, bahkan dapat
menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran tematik guru kelas
yang kurang memahami peran guru dalam merancang pembelajaran di kelas.
Sebenarnya lingkungan sekolah dapat dijadikan sarana dan prasarana
untuk menunjang pembelajaran di kelas, namun guru kurang memanfaatkan
sarana dan prasarana yang ada karena guru lebih sibuk melakukan
pembelajaran yang sesuai dengan buku guru da buku siswa. Padahal guru
memiliki wewenang dalam pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada
termasuk lingkungan di sekitar sekolah. Dengan pembelajaran berbasis
lingkungan guru akan lebih mudah melakukan pembelajaran serta
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, selain itu akan membuat
pembelajaran lebih terkesan dan bermakna serta Kompetensi Dasar tercapai
dengan optimal.
Berdasarkan observasi pelaksanaan Kurikulum 2013 kendala utama
disebabkan karena guru kelas belum memahami konsep pembelajaran tematik
secara utuh. Guru kelas hanya menjalankan dan melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rancangan pembelajaran di Buku Guru tanpa memahami konsep
pembelajaran tematik yang utuh dan tepat. Sehingga perlu adanya langkah-
langkah model desain pembelajaran tematik yang tepat untuk dijadikan bekal
guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Berdasarkan analisis pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013
guru kelas kurang memahami peran guru dalam merancang pembelajaran di
kelas. Guru yang seharusnya bebas merancang pembelajaran di kelas terpaku
pada buku guru dari Pemerintah sehingga guru kurang kreatif dalam proses
belajar mengajar di kelas. Sehingga guru perlu mengetahui perannya sebagai
guru, dan perlu belajar dalam menjalankan perannya untuk mencerdaskan
kehidupan Bangsa dengan menerapkan pembelajaran yang kreatif dalam
proses belajar mengajar sehingga peserta didik tertarik dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Dalam merancang proses belajar mengajar sendiri guru
9
harus memperhatikan lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat
karena hal tersebut akan berdampak pada kesuksesan pembelajaran.
Kenyataan di lapangan, guru tidak dapat secara bebas merancang materi
pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekitar dikarenakan sudah
dirancangnya materi dari pemerintah melalui buku guru dan buku siswa.
Ketergantungan dan keterbatasan merancang materi sendiri menjadikan guru
hanya berpusat pada buku guru dan buku siswa dari pemerintah. Padahal
materi yang terdapat pada buku guru dan buku siswa belum tentu sesuai
dengan lingkungan peserta didik. Ketidaksesuaian materi terhadap lingkungan
peserta didik menjadikan pembelajaran kurang bermakna yang diakibatkan
kegagalan Kurikulum maupun proses belajar mengajar.Dengan
mengembangakan model desain pembelajaran tematik guru dapat membuat
pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik, selain itu guru dapat
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang dibuat sebelum pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dan observasi Sekolah Dasar di salatiga yang
menerapkan Kurikulum 2013, diketahui bahwa pembelajaran di kelas
menggunakan pembelajaran tematik sehingga dalam pembelajarannya
diharuskan menggunakan tema. Dalam tema terdapat tiga sampai empat
subtema, serta dalam subtema terdapat pembelajaran 1 (satu) sampai 6 (enam).
Tema dan subtema tersebut sudah ditentukan oleh pemerintah, tugas guru
yaitu mengembangkan pembelajaran 1 (satu) sampai 6 (enam) menjadi
pembelajaran yang bermakna.Pada pembelajaran 1 sampai 6 terdapat ketidak
keterkaitan dan runtutan materi terkhusus pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan
subtema 1 Jenis Jenis Pekerjaan materi Kelas IV (empat). Ketidak keterkaitan
dan keruntutan materi membuat pembelajaran sulit diterima peserta didik,
apalagi materi yang terkandung belum sesuai dengan lingkungan peserta
didik. Guru kelas masihsaja berpusat pada sumber belajar buku guru dan buku
siswa dari pemerintah untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Guru
kelas melakukan pembelajaran 1 sampai 6 sesuai dengan buku dan buku siswa
sehingga guru kurang mengembangkan pembelajaran 1 sampai 6 menjadi
10
pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan peserta didik. Guru kelas hanya
menambahkan materi dengan tujuan memperdalam materi menggunakan buku
pelajaran lain yang sesuai dengan materi, namun guru kelas kurang menyadari
bahwa materi yang diberikan belum tentu sesuai dengan kondisi lingkungan
peserta didik dan keterkaitan serta keruntutan materi. Guru kelas hanya
mementingkan dan mengutamakan materi yang ada di buku guru dan buku
siswa disampaikan sesuai rencana program semester.
Dari analisis kebutuhan yang telah dipaparkan di atas perlu adanya
pengembangan model desain pembelajaran berbasis lingkungan supaya
memperbaiki kekurangan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran tematik
Kurikulum 2013. Pengembangan model desain pembelajaran tematik berbasis
lingkungan merupakan solusi untuk menjadikan pembelajaran 1 sampai 6
menjadi runtut dan saling berkaitan serta bermakna dengan memperdalam
materi sesuai dengan lingkungan peserta didik dan guru leluasa merancang
pembelajaran tanpa harus berpusat dengan buku guru dan buku
siswa.Pengembangan model desain pembelajaran tematik untuk menjadikan
pembelajaran 1 sampai 6 menjadi bermakna perlu menggunakan tema sebagai
alat bantu dalam mengkaitkan dan meruntutkan materi sehingga pembelajaran
akan menghasilkan ketercapaian kompetensi serta dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Kelebihan pembelajaran berbasis tema yaitu peserta didik diberikan
kesempatan untuk memilih dan mengembangkan tema berdasarkan minat dan
pengetahuan yang dimilikinya (Sundayana, Wachyu, 2014: 19). Dengan kata
lain dengan adanya tema dalam pembelajaran selain guru dapat memperdalam
materi juga dapat menyesuaikan materi dengan pengalaman dan lingkungan
peserta didik dan mengkhususkan pembelajaran sesuai dengan pengetahuan
peserta didik tentang materi dalam tema. Hal tersebut akan berdampak positif
terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dan ketercapaian kompetensi.
Pembelajaran tematik Kurikulum 2013 telah ditetapkan Tema dan
subtema sebagai pemersatu mata pelajaran, dengan adanya sub sub tema
sebagai pengganti pembelajaran 1 sampai 6 akan membuat guru lebih mudah
11
memperdalam materi dan leluasa mengembangkan pembelajaran konkret yang
sesuai dengan tema, subtema serta lingkungan peserta didik. Selain itu
pembelajaran tematik berbasis lingkungan lebih memfokuskan penyesuaian
materi dengan pengalaman dan mengkhususkan pembelajaran sesuai dengan
pengetahuan peserta didik tentang materi dalam tema dan sub tema terhadap
kehidupan disekitarnya. Sehingga pembelajaran tematik yang berbasis
lingkungan akan berdampak positif dalam kesuksesan kurikulum 2013.
Berdasarkan pemaparan tentang model desain pembelajaran tematik
berbasis lingkungan, maka dapat disimpulkan Model Desain Pembelajaran
Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yaitu kerangka konseptual dari
konkretisasi teori yang dibangun berdasarkan desain pembelajaran, teori
lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran, dan pembelajaran Tematik
Integratif yang berisi prinsip-prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah.
Desain pembelajaran yang dikembangkan memadukan beberapa materi
pembelajaran dari beberapa mata pelajaran ke dalam tema dengan
memfokuskan penyesuaian materi dengan pengalaman peserta didik serta
mengkhususkan pembelajaran sesuai dengan pengetahuan konkret terhadap
kehidupan disekitar dengan maksud memberikan pengalaman yang bermakna
kepada peserta didik.
Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan
mengembangkan materi pada pembelajaran 1 sampai 6 dengan menamai
pembelajaran 1 sampai 6 menjadi sub-sub tema tertentu sehingga
memudahkan siswa belajar secara terfokus dan konkret. Materi yang disajikan
disesuaikan dengan lingkungan peserta didik supaya peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, sehingga dapat digunakan
untuk bekal hidup di masyarakat. Dalam pengembangan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan menghasilkan produk
berupa model pembelajaran berbasis lingkungan, buku guru, buku siswa, RPP,
dan silabus. Langkah dalam pengembangan Model Desain Pembelajaran
Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dilaksanakan dengan (1)
menganalisis kebutuhan siswa,(2) memetakan terlebih dahulu Kompetensi
12
Inti, Kompetensi Dasardan Indikator, (3) menetapkan jaringan tema, (4)
membuat langkah-langkah pembelajaran (5) menyusun silabus dan RPP, (6)
menyusun Buku Guru dan Buku Siswa, (7) menguji model.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan untuk memecahkan
masalah yang terjadi, pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan cocok dilakukan untuk menjadikan
pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 lebih bermakna dan sesuai
dengan lingkungan peserta didik. Selain itu juga berdampak pada kompetensi
hasil belajar peserta didik serta guru lebih leluasa merancang pembelajaran di
kelas. Untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Model desain pembelajaran tematik Integratif Berbasis lingkungan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi, wawancara kepada guru dan analisis kebutuhan di
Sekolah Dasar didapat bahwa:
1. Kekurang relevannya materi dengan kondisi siswa, hal ini terlihat dari
lingkungan siswa di sekolah satu dengan yang lain berbeda sehingga
materi tidak bisa jika membahas salah satu lingkungan yang ada atau
penyamaan materi setiap sekolah, mengingat latar belakang warga
Indonesia yang berbeda-beda. Sehingga peran guru yaitu mengembangkan
pembelajaran dengan memodifikasi materi yang sesuai dengan lingkungan
peserta didik supaya peserta didik dapat belajar sesuai dengan lingkungan
tempat tinggalnya.
2. Kurang pendalaman materi pada Buku Siswa. Buku Siswa hanya
menerangkan materi secara singkat, seharusnya Buku Siswa berperan aktif
penanaman pengetahuan siswa, namun karena kurangnya pendalaman
materi pada Buku Siswa membuat siswa kesulitan dalam pemahaman
materi. Pada Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam memperoleh
pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa
dapat menemukan pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya
pendalaman materi juga membuat siswa kesulitan mendapatkan
pengetahuannya sendiri. Dengan pengembangan pembelajaran tematik
13
siswa akan mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat
pembelajaran tematik menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan
penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri.
Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri.,
3. Kekurang kesesuaian antara pembelajaran 1 sampai 6 dengan tema dan
subtema. Kekurang kesesuaian terletak pada pembelajaran yang
seharusnya membahas sub sub tema dari sub tema yang ada ternyata
semakin membuat pembelajaran menjadi umum bukan mengerucut dan
masih abstrak. Seharusnya dari tema dan sub tema yang umum dan abstrak
dikembangkan menjadi pembelajaran 1 sampai 6 dengan pembelajaran
yang konkret sehingga siswa lebih mudah memahami materi dan membuat
pembelajaran lebih bermakna.
4. Kesalahan pemanfaatan Buku Guru sebagai panduan guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Apabila buku guru dijadikan
panduan melaksanakan pembelajaran di kelas maka guru tidak bebas
merancang proses pembelajarannya sendiri, guru lebih terpaku dengan
rancangan pembelajaran di buku guru. Sehingga guru tidak bebas
merancang proses belajar mengajar yang berakibatkan pembeljaran
menjadi tidak bermakna oleh peserta didik.
5. Kurangnya sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai
Kompetensi Dasar secara optoimal. Kekurang ketersediaan sarana dan
prasarana akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
Sebenarnya lingkungan sekolah dapat dijadikan sarana dan prasarana
untuk menunjang pembelajaran di kelas, namun guru kurang
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Padahal guru memiliki
wewenang dalam pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada termasuk
lingkungan di sekitar sekolah. Dengan pembelajaran berbasis lingkungan
guru akan lebih mudah melakukan pembelajaran serta memanfaatkan
sarana dan prasarana yang ada, selain itu akan membuat pembelajaran
lebih terkesan dan bermakna serta Kompetensi Dasar tercapai dengan
optimal.
14
6. Guru Sekolah Dasar belum memahami konsep pembelajaran tematik
secara utuh dan kurang memahami peran guru dalam merancang
pembelajaran di kelas. Guru kelas hanya menjalankan dan melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran di Buku Guru tanpa
memahami konsep pembelajaran tematik yang utuh dan tepat. Sehingga
perlu adanya langkah-langkah model desain pembelajaran tematik yang
tepat untuk dijadikan bekal guru dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas. selain itu guru perlu tahu peran yang dimiliki apa saja sehingga guru
dapat dengan kreatif merancang proses pembelajaran.
7. Belum terfokuskannya pembelajaran 1 sampai 6 dengan tema yang ada.
Hal tersebut telihat dari kurang keterkaitan dan runtutnya materi yang
terdapat pada setiap pembelajaran pada buku guru dan buku siswa
khususnya materi Tema 4 Berbagai Pekerjaan subtema 1 Jenis-Jenis
Pekerjaan kelas IV (empat). Kekurang keterkaitan dan keruntutan materi
dalam pembelajaran membuat materi sulit diterima oleh peserta didik. Hal
tersebut menjadikan pembelajaran kurang bermakna dan tidak sesuai
dengan pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013. Terfokusnya
pembelajaran 1 sampai 6 dengan bantuan tema akan dapat memudahkan
guru merancang pembelajaran yang runtut dan saling berkaitan sehingga
berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar dan ketercapaian
kompetensi yang diinginkan.
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana model desain pembelajaran tematik integratif berbasis
lingkungan?
2. Seberapa tinggi tingkat validitas produk model desain pembelajaran
tematik integratif berbasis lingkungan?
3. Apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi
daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain
pembelajaran tematik integratif.
15
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian dalam rangka
memperoleh deskripsi dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif
berbasis lingkungan.
2. Mengetahui seberapa tinggi tingkat validitas produk model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan.
3. Mengetahui apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model
desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih
tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain
pembelajaran tematik integratif.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait untuk digunakan
dalam mengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan.
2. Manfaat Praktis
Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi
siswa, guru, dan peneliti lainnya.
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian berupa buku siswa yang dapat digunakan siswa
untuk belajar di sekolah maupun di rumah.
b. Bagi Guru
1. Hasil penelitian berupa Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkunganyang dapat digunakan guru
untuk mengajar di kelas.
2. Hasil penelitian berupa buku guru dan buku siswa yang dapat
digunakan guru untuk proses belajar mengajar di kelas.
16
3. Hasil penelitian berupa silabus dan RPP yang dapat digunakan
guru sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses
belajar mengajar di kelas.
4. Sebagai bahan informasi guru dalam ketrampilan
mengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkunganyang lain.
1.5 SpesifikasiProduk
Produk yang akan dikembangkan :
1. Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan
berisi pengertian, tujuan dan langkah-langkah Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan.
2. Buku panduan Guru tematik integratif berbasis lingkungan yang berisi
rancangan proses belajar mengajar yang sesuai dengan Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, Indikator, Tema, Sub Tema serta Sub sub tema.
3. Buku Siswa tematik integratif berbasis lingkungan yang berisi materi
yang sesuai dengan Buku Guru. Pada setiap sub sub tema pada Buku
Siswa akan dijelaskan materi yang konkret sehingga siswa lebih mudah
memahami materi.
4. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembeljaran (RPP) yang sesuai
dengan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, Tema, Sub tema
serta sub sub tema.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan
Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan
baik dan layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Model
desain pembelajaran yang dikembangkan lebih baik dan menjadi kebaruan
dari penelitian terdahulu. Namun penelitian dan pengembangan ini dikatakan
final hanya sampai pada uji coba terbatas. Untuk melihat efektif tidaknya
model desain pembelajaran yang dikembangkan harus dilakukan langkah lebih
lanjut yaitu melakukan uji coba luas dan uji efektivitas.