Upload
doantu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kemampuan Efisiensi Perusahaan Dalam Menghasilkan Laba Pada Sektor
Aneka Industri Dan Industri Barang Konsumsi Saat Krisis Perekonomian
Global
Pendahuluan
Adanya PBB sebagai salah satu organisasi dunia, menjadi bukti dan
gambaran bahwa terdapat hubungan antar negara yang telah terjalin dengan baik
saat ini. Hubungan baik antar negara tersebut menumbuhkan rasa saling
ketergantungan antar negara dalam berbagai sektor seperti sektor ekonomi,
ketahanan negara, dan berbagai sektor lainnya. Menurut Maramis (2012),
hubungan baik antar negara mempunyai dampak negatif seperti saat terjadi krisis
dalam suatu negara, negara lain ikut merasakan dampaknya seperti adanya krisis
perekonomian global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis perekonomian global
ini dimulai dengan adanya kredit macet perumahan di negara Amerika Serikat.
Krisis perekonomian yang terjadi di Amerika Serikat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi di negara tersebut melemah. Melemahnya perekonomian
Amerika Serikat membawa dampak yang juga dirasakan oleh negara lainnya
seperti Indonesia. Perekonomian Indonesia melemah saat terjadinya krisis global,
hal tersebut dapat di lihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2004
hingga tahun 2012 berikut ini :
Sumber : The World Bank (Lampiran 1)
Gb.1 Grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2004-2012 dalam persen (%)
2
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dari
tahun 2004 sampai 2012 berfluktuasi. Hal tersebut diperlihatkan oleh grafik
pertumbuhan ekonomi dari tahun 2008 yang menurun pada tahun 2009 dan
penurunannya terlihat jelas. Setelah mengalami penurunan, dari grafik tersebut
diperlihatkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami perbaikan setelah
tahun 2009. Pada saat terjadi krisis perekonomian global, setiap perusahaan
dituntut untuk dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya dapat dinilai
dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Berdasarkan quick survey yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia
Semarang dengan Fakultas Ekonomi UNISSULA Semarang (2008), krisis
keuangan global diperkirakan akan memberikan dampak berupa perlambatan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 dan 2009, hampir semua sektor ekonomi
akan terkena dampaknya, terutama yang berorientasi ekspor dan menggunakan
bahan baku impor relatif banyak, sektor perbankan diperkirakan akan mengalami
perlambatan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2008, dan sedikit membaik
pada tahun 2009 mendatang namun masih belum sebaik pada masa sebelum
terjadinya krisis. ( www.bi.go.id )
Uraian sebelumnya telah menjelaskan bahwa semua sektor perusahaan
terkena dampak dari krisis perekonomian global. Bursa Efek Indonesia telah
membagi perusahaan-perusahaan yang ada kedalam sembilan sektor perusahaan.
Berdasarkan sembilan sektor yang ada, sektor perusahaan yang dipilih sebagai
objek dalam penelitian ini adalah sektor aneka industri dan industri barang
konsumsi. Sektor aneka industri dipilih karena perusahaan-perusahaan sektor ini
merupakan perusahaan yang bahan baku produksinya harus dengan melakukan
impor dan juga terdapat perusahaan yang pemasaran produknya dengan
mengekspor, sedangkan industri barang konsumsi dipilih karena perusahaan di
sektor ini merupakan perusahaan yang memproduksi barang-barang yang
diperlukan oleh masyarakat umumnya pada kehidupan sehari-hari sehingga
produk yang dihasilkan oleh perusahaan dalam sektor ini sangat mudah
terpengaruh adanya inflasi akibat adanya kenaikan harga minyak bumi.
3
Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat ketidakstabilan
perekonomian di Indonesia yang dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang ada.
Kinerja perusahaan umumnya dinilai menggunakan laba yang dihasilkan
perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti tingkat penjualan serta kemampuan efektifitas dan efisiensi
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Tingkat penjualan yang dihasilkan
perusahaan sangat dipengaruhi oleh pihak eksternal perusahaan sehingga nilai dari
tingkat penjualan dapat tidak berbatas, sedangkan kemampuan efektifitas dan
efisiensi perusahaan merupakan faktor yang berpengaruh berasal dari dalam
perusahaan. Kemampuan efektifitas dan efisiensi yang berasal dari dalam
perusahaan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan keadaan yang terjadi
saat krisis ekonomi global. Persoalan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu
mengenai kemampuan efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasinya.
Berdasarkan seluruh uraian tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan kemampuan efisiensi perusahaan sektor aneka industri dan
industri barang konsumsi dalam menghadapi krisis perekonomian global serta
mendeskripsikan keterkaitan antara aspek ukuran perusahaan, perubahan laba dan
perubahan biaya operasi. Penelitian ini memiliki manfaat yaitu peneliti dapat
mengetahui kemampuan efisiensi perusahaan sektor aneka industri dan industri
barang konsumsi dalam menghadapi krisis perekonomian global, hasil penelitian
ini juga diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat menambah
pengetahuan mengenai kemampuan efisiensi perusahaan dalam menghadapi krisis
perekonomian.
Telaah Teoritis
Ukuran Perusahaan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan aset didefinisikan sebagai suatu
sumber yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
(misalnya pembelian atau penciptaan sendiri) dan dari manfaat ekonomis masa
4
depan (arus kas masuk atau aset lain-lain) yang diharapkan. Aset dikelompokan
menjadi 2 yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Berdasarkan dua kelompok
tersebut, aset diklasifikasikan kedalam beberapa bagian. Aset dapat digunakan
sebagai instrumen dalam menilai ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan menunjukan kondisi perusahaan. Menurut Reviani dan
Sudantoko (2012), beberapa informasi yang dapat digunakan untuk menilai besar
kecilnya ukuran perusahaan adalah jumlah karyawan, total asset, total penjualan,
dan kapitalisasi pasar. Semakin banyak jumlah karyawan, berarti semakin banyak
hasil yang diproduksi. Semakin besar asset berarti semakin banyak modal yang
ditanam, semakin tinggi jumlah penjualan berarti semakin banyak perputaran
uang, dan semakin tinggi kapitalisasi pasar berarti semakin dikenal dalam
masyarakat.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi persepsi
masyarakat dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Perusahaan besar dianggap
sebagai perusahaan yang lebih dapat bertahan dalam segala kondisi
perekonomian, sehingga sebagian besar masyarakat maupun investor yang ingin
menginvestasikan uangnya akan memilih menginvestasikannya ke perusahaan –
perusahaan yang berukuran besar. Masyarakat memiliki persepsi bahwa
perusahaan besar akan dapat menghasilkan keuntungan yang stabil, artinya bagi
masyarakat ukuran perusahaan mempengaruhi tingginya laba yang dihasilkan.
Perubahan Laba
Berdasarkan uraian sebelumnya, kemampuan perusahaan dapat dianalisa
dengan menggunakan analisis rasio. Menurut Atarwaman (2011), informasi laba
merupakan perhatian utama untuk menilai kinerja dan pertanggungjawaban
manajemen. Rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
adalah rasio provitabilitas.
Rasio provitabilitas terdiri dari beberapa rasio yang beberapa diantaranya,
penghitungannya menggunakan variabel laba. Menurut Widayanti et al (2009, 55-
5
57) rasio provitabilitas terdiri dari beberapa rasio yaitu gross profit margin
(GPM), operating profit margin (OPM), net profit margin (NPM), return on
investment (ROI), return on equity (ROE), earnings per share (EPS) dan
price/earning rasio (P/E).
Menurut Setiawan (2009) dan Kusumawati (2012) mengemukakan bahwa
informasi perubahan laba, perubahan piutang, perubahan persediaan, perubahan
biaya administrasi dan penjualan, perubahan gross profit margin serta perubahan
arus kas memiliki pengaruh dalam memprediksi laba dan arus kas masa depan.
Menurut Taruh (2012), perubahan laba merupakan perubahan persentase laba
yang diperoleh perusahaan.
Perubahan Biaya Operasi
Informasi selanjutnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
informasi perubahan biaya operasi. Informasi perubahan biaya operasi dalam
penelitian ini merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi kinerja
perusahaan. Menurut Belkaoui dalam Rusdiyaningsih (2008), biaya administrasi
dan penjualan atau beban operasi merupakan seluruh biaya non-manufaktur yang
diperlukan untuk memelihara organisasi penjualan dan administrasi dasar. Biaya
tersebut diperlukan sebagai biaya periodik pada periode di mana biaya tersebut
terjadi, baik dalam metode perhitungan biaya langsung, maupun metode
perhitungan penyerapan penuh.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jika terjadi
peningkatan biaya operasi, akan berpengaruh pada laba yang diperoleh
perusahaan semakin kecil. Perusahaan dapat mencapai kinerja yang optimal
apabila perusahaan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki secara efektif
dan efisien. Tingkat keefektifan sebuah perusahaan dapat dianalisis melalui
analisis rasio profitabilitas, sedangkan untuk mengukur tingkat keefisienan
perusahaan dalam menjalankan operasi, perusahaan dapat menggunakan rasio
efisiensi. Untuk menilai efisiensi biaya yang digunakan perusahaan dalam
operasionalnya, dapat digunakan rasio operasi.
6
Penelitian Terdahulu
Menurut Dwimulyani dan Shirley (2007), rasio laba kotor atas penjualan,
rasio kewajiban atas total aktiva, dan ukuran perusahaan merupakan variabel
yang dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba. Menurut Whitaker
dalam Sudiyatno dan Saleh (2013), faktor yang dapat menyebabkan perusahaan
menghadapi kebangrutan yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi
berlebihan, ketinggalan teknolgi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan
manajemen perusahaan dan penurunan aktivitas perdagangan industri. Menurut
Wibowo dan Pujiati (2011), efisiensi perusahaan dapat dinilai dengan rasio
perputaran total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat efisiensi aktiva perusahaan
dalam pemanfaatannya untuk memperoleh penghasilan, sehingga rasio ini juga
dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang.
Metode Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
publik yang digolongkan dalam sektor aneka industri serta sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling
yang merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun
kriteria dalam pengambilan sampel ini adalah :
1. Perusahaan Go Public yang terdaftar dalam BEI dari tahun 2008 – 2012
2. Perusahaan Go Public yang menerbitkan laporan keuangan auditan secara
konsisten dan lengkap dari tahun 2008–2012.
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Indonesia dalam laporan
keuangannya.
4. Data perusahaan yang digunakan dalam penelitian yaitu perusahaan yang
mengalami laba positif berturut-turut selama 5 tahun periode 2008-2012.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa laporan keuangan time series selama 5 tahun yaitu laporan keuangan tahun
7
2008 – 2012. Data yang digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan
situs resminya yaitu www.idx.co.id.
Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel ukuran
perusahaan, perubahan laba, dan perubahan biaya operasi. Berikut ini adalah
penjelasan dari variabel penelitian :
1. Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinilai berdasarkan informasi
total aset. Penghitungan variabel ukuran perusahaan dilakukan dengan
menghitung selisih nilai total aset riil yang dimiliki perusahaan. Penggunaan
nilai total aset ini dengan alasan agar diperoleh data yang valid, karena data
mengenai total aset tidak terpengaruh oleh kondisi pasar. Data dari variabel
ukuran perusahaan, kemudian dibagi kedalam 3 kategori perusahaan yaitu
kategori I, kategori II, dan kategori III.
Ukuran Perusahaan = Total Asset t – Total Aset t-1
2. Perubahan Laba
Variabel perubahan laba dalam penelitian ini merupakan perhitungan
perbandingan laba dengan penjualan. Variabel ini menjelaskan besar laba
yang dihasilkan dengan besar penjualan tertentu pada periode tertentu.
Informasi laba yang digunakan untuk menghitung variabel perubahan laba ini
adalah laba usaha, karena informasi laba usaha merupakan selisih dari
pendapatan perusahaan dengan biaya operasi perusahaan. Data variabel
perubahan laba yang diolah kemudian dibagi kedalam 3 tingkatan kelas yaitu
perubahan laba tinggi, sedang dan rendah.
Perhitungan perubahan laba yaitu :
Perubahan Laba =
8
3. Perubahan Biaya Operasi
Variabel perubahan biaya operasi dalam penelitian ini merupakan perhitungan
perbandingan biaya operasi dengan penjualan. Variabel ini menjelaskan besar
beban operasi yang digunakan untuk menghasilkan penjualan tertentu pada
periode tertentu. Data variabel perubahan biaya operasi yang diolah kemudian
dibagi kedalam 3 tingkatan kelas yaitu perubahan biaya operasi tinggi, sedang
dan rendah.
Perubahan Biaya Operasi =
Teknis Analisis
Teknik dan tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah,
mengklasifikasikan data dari variabel ukuran perusahaan tersebut menjadi 3
kategori dan membagi variabel perubahan laba dan perubahan biaya operasi
menjadi 3 tingkatan kelas. Selanjutnya dilakukan uji statistik deskriptif untuk
menguji kemampuan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dan
mendeskripsikan keterkaitan antara aspek ukuran perusahaan, perubahan laba, dan
perubahan biaya operasi.
Analisis dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan sektor aneka
industri dan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang listing di BEI
selama periode 2008-2012 dengan jumlah 75 perusahaan. Berikut hasil
perhitungan sampel :
9
Tabel 1. Jumlah Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012
Perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang
konsumsi yang tidak mengeluarkan laporan keuangan secara
terus menerus selama tahun 2008-2012
Perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang
konsumsi yang tidak menggunakan mata uang Indonesia dalam
laporan keuangannya
Perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang
konsumsi yang tidak mengalami laba positif berturut-turut
selama 2008-2012
75
(21)
(9)
(11)
Jumlah sampel yang terpilih 34
Lampiran 2
Setelah melakukan perhitungan terhadap sampel yang ada, dari 75
perusahaan sampel, sebanyak 41 perusahaan tidak memenuhi kriteria yang
ditentukan. Berdasarkan perhitungan sampel yang memenuhi kriteria, sampel
yang dapat digunakan dalam penelitian ini hanya 34 perusahaan sektor aneka
industri dan sektor industri barang konsumsi. Sampel perusahaan tersebut terdiri
dari 15 perusahaan aneka industri dan 19 perusahaan sektor industri barang
konsumsi.
Sampel berjumlah 34 yang akan diuji diklasifikasikan ke dalam 3 ukuran
perusahaan dan 3 tingkatan kelas perubahan laba dan perubahan biaya operasi.
Pengklasifikasian perusahaan menurut ukuran perusahaan dibagi kedalam 3
kategori yaitu Kategori I, Kategori II, Kategori III. Pembagian kategori tersebut
dilihat berdasarkan nilai perubahan aset riil perusahaan yang diurutkan menurut
besarnya nilai total aset perusahaan, kemudian dibagi tiga.
10
Tabel 2
Klasifikasi Sampel Berdasarkan Ukuran Perusahaan
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang masuk dalam Kategori I (120,2 Miliar – 8,2 Triliun)
Perusahaan yang masuk dalam Kategori II (1,2 Miliar – 84 Miliar)
Perusahaan yang masuk dalam Kategori III (-4,8 Miliar – 297 Miliar)
12
11
11
Jumlah 34
Lampiran 3
Perusahaan kategori I merupakan perusahaan dengan nilai perubahan
total aset 120,2 Miliar sampai 8,2 Triliun, sedangkan perusahaan kategori II
merupakan perusahaan dengan nilai perubahan total aset 1,2 Miliar sampai
dengan 84 Miliar. Kategori terakhir (Kategori III) merupakan perusahaan
dengan nilai perubahan total aset -4,8 Miliar sampai dengan -297 Miliar.
Perusahaan yang masuk dalam klasifikasian ukuran perusahaan pada
perusahaan kategori I adalah 12 perusahaan, perusahaan kategori II berjumlah
11 perusahaan dan perusahaan kategori III berjumlah 11 perusahaan. Sampel
perusahaan juga diklasifikasikan berdasarkan perubahan laba kedalam 3 kelas
yaitu tinggi, sedang, rendah.
Tabel 3
Klasifikasi Sampel Berdasarkan Perubahan Laba
Tingkatan Kelas Jumlah
Tinggi (0,4552 - 0,6826)
Sedang (0,2277 - 0,4551)
Rendah (0,0002 - 0,2276)
2
3
29
Jumlah 34
Lampiran 4
Berdasarkan nilai perubahan laba, perusahaan sampel yang berjumlah 34
diklasifikasikan kedalam 3 kelas yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Perusahaan
11
yang tergolong dalam perusahaan dengan nilai perubahan laba tinggi yaitu
perusahaan dengan nilai perubahan laba sebesar 0,4552 hingga 0,6826,
sedangkan yang tergolong dalam perusahaan dengan nilai perubahan laba
sedang yaitu perusahaan dengan nilai perubahan laba sebesar 0,2277 sampai
0,4551. Penggolongan perusahaan yang terakhir yaitu perusahaan dengan nilai
perubahan laba rendah, perusahaan ini memiliki nilai perubahan laba sebesar
0,0002 sampai 0,2276.
Berdasarkan pembagian tersebut, perusahaan sampel diklasifikasikan
sesuai kriteria yang telah disebutkan di atas. Setelah dilakukan
pengklasifikasian, diperlihatkan bahwa terdapat 2 perusahaan yang memiliki
perubahan laba yang tinggi, 3 perusahaan memiliki perubahan laba sedang, dan
29 perusahaan memiliki perubahan laba yang rendah. Sampel perusahaan juga
diklasifikasikan berdasarkan perubahan biaya operasi kedalam 3 kelas yaitu
tinggi, sedang, rendah.
Tabel 4
Klasifikasi Sampel Berdasarkan Perubahan Biaya Operasi
Tingkatan Kelas Jumlah
Tinggi (0,1333 – 0,1998)
Sedang (0,0667 – 0,1332)
Rendah (0,0001 – 0,0666)
1
0
33
Jumlah 34
Lampiran 5
Perusahaan sampel dibagi kedalam 3 kelas yaitu perusahaan dengan
perubahan biaya operasi tinggi, perusahaan dengan biaya operasi sedang, dan
perusahaan dengan perubahan biaya operasi rendah. Perusahaan dengan nilai
perubahan biaya operasi berkisar antara 0,1333 – 0,1998 merupakan perusahaan
dengan nilai biaya operasi tinggi, sedangkan nilai perubahan biaya operasi yang
berkisar antara 0,0667 sampai 0,1332 merupakan perusahaan dengan nilai
perubahan biaya operasi sedang. Perusahaan yang termasuk dalam kategori
biaya operasional rendah yaitu perusahaan 0,0001 sampai 0,0666. Perusahaan
12
yang perubahan biaya operasi tinggi sebanyak 1 perusahaan sedangkan 33
perusahaan yang lain merupakan perusahaan dengan perubahan biaya operasi
rendah.
Pengujian Kemampuan Efisiensi Perusahaan
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik deskriptif untuk menguji
kemampuan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba, yaitu dengan melihat
nilai rata-rata rasio antara variabel perubahan laba dan variabel perubahan biaya
operasi. Rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan efisiensi yaitu rasio
operasional. Rasio operasional membandingkan laba dengan penggunaan biaya
operasi perusahaan. Rasio ini menjelaskan besarnya biaya operasi perusahaan
yang digunakan untuk menghasilkan laba perusahaan.
Tabel. 5
Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Rasio Perubahan Laba Terhadap Perubahan
Biaya Operasi
Ukuran Perusahaan Rata – Rata Rasio Perubahan Laba / Perubahan Biaya
Operasi
Kategori I 94,732
Kategori II 3,222
Kategori III 1,633
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 (Lampiran 6)
Nilai rata-rata rasio perubahan laba / perubahan biaya operasi dari tiap
kategori perusahaan dapat dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan nilai rata-rata
tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio perubahan laba / perubahan biaya operasi
yang semakin rendah seiring dengan semakin kecilnya ukuran perusahaan. Pada
tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan dengan nilai besaran aset perusahaan
yang tinggi memiliki kemampuan efisiensi yang lebih baik yang ditunjukan
dengan nilai rata – rata rasio yang tinggi.
13
Pembahasan
Hasil pengujian menunjukan bahwa nilai rata – rata rasio perubahan laba /
perubahan biaya operasi semakin rendah seiring dengan ukuran perusahaan yang
besaran asetnya semakin kecil. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan yang besaran asetnya semakin besar, maka laba yang dihasilkan dari
biaya operasi perusahaan pada periode tersebut semakin tinggi. Hal ini berarti
semakin besar ukuran perusahaan, semakin baik kemampuan efisiensinya dalam
memperoleh laba.
Berdasarkan hasil pengujian, terlihat bahwa laba yang dihasilkan pada
perusahaan kategori I (120,2 Miliar – 8,2 Triliun) tinggi. Laba tinggi yang
dihasilkan oleh perusahaan kategori ini dapat diperoleh karena perusahaan –
perusahaan tersebut telah memiliki strategi khusus untuk dapat menghasilkan laba
tertentu dengan menggunakan biaya operasi rendah. Perusahaan kategori II (1,2
Miliar – 84 Miliar) memiliki laba yang cukup tinggi dihasilkan yang dapat
disebabkan karena perusahaan pada kategori ini telah memiliki strategi tertentu
untuk meminimalkan biaya operasi. Hal ini berarti pada perusahaan kategori I dan
II telah memiliki kemampuan efisiensi yang cukup baik dalam menjalankan
operasinya dan menghasilkan laba. Perusahaan kategori III (-4,8 Miliar – 297
Miliar) memiliki laba yang rendah, hal ini disebabkan karena pada perusahaan –
perusahaan kategori ini belum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
menggunakan biaya operasi secara efisien. Berikut ini adalah matrik yang dibuat
untuk menggambarkan hasil uji kemampuan efisiensi perusahaan dalam
menghasilkan laba pada penelitian ini dengan melihat keterkaitan antar variabel :
Tabel. 6
CrossTabulation antara Ukuran Perusahaan dengan Perubahan Laba
Ukuran
Perusahaan
Perubahan Laba
Tinggi Sedang Rendah
Kategori I 11 perusahaan 0 perusahaan 0 perusahaan
Kategori II 10 perusahaan 0 perusahaan 0 perusahaan
Kategori III 8 perusahaan 3 perusahaan 2 perusahaan
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 (Lampiran 7)
14
Berdasarkan matrik di atas dapat dilihat bahwa dalam setiap kategori
perusahaan terdapat perusahaan yang memiliki perubahan laba tinggi. Perusahaan
yang memiliki perubahan laba sedang dan rendah hanya dimiliki oleh perusahaan
kategori III. Berikut ini adalah hasil crosstabulation antara ukuran perusahaan
dengan perubahan biaya operasi :
Tabel. 7
CrossTabulation antara Ukuran Perusahaan dengan Perubahan Biaya Operasi
Besaran Total
Aset
Perubahan Biaya Operasi
Tinggi Sedang Rendah
Kategori I 11 perusahaan 0 perusahaan 0 perusahaan
Kategori II 10 perusahaan 0 perusahaan 0 perusahaan
Kategori III 12 perusahaan 0 perusahaan 1 perusahaan
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 (Lampiran 8)
Matrik di atas menunjukan hubungan antara ukuran perusahaan dengan
biaya operasi dari perusahaan sampel. Berdasarkan matrik di atas dapat dilihat
bahwa dalam setiap kategori perusahaan terdapat perusahaan yang memiliki
perubahan biaya operasi tinggi. Perusahaan yang memiliki perubahan biaya
operasi rendah hanya dimiliki oleh perusahaan kategori III, sedangkan tidak
terdapat perusahaan dalam semua kategori perusahaan yang memiliki perubahan
biaya operasi sedang.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Perusahaan kategori I (120,2 Miliar – 8,2 Triliun) dan kategori II (1,2 Miliar
– 84 Miliar) memiliki kemampuan efektifitas yang cukup baik, karena kedua
kategori perusahaan ini telah memiliki kemampuan yang baik dalam
memanfaatkan biaya operasi tertentu untuk hasil yang maksimal. Hal ini
berbeda dengan perusahaan kategori III (-4,8 Miliar sampai -297 Miliar) yang
belum memiliki kemampuan efektifitas yang baik, karena masih terjadi
pemborosan biaya operasinya.
15
2. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
perusahaan kategori I (120,2 Miliar – 8,2 Triliun) dan kategori II (1,2 Miliar
– 84 Miliar) memiliki tingkat perubahan laba yang tinggi dengan perubahan
biaya operasi yang juga tinggi, artinya perusahaan tersebut menggunakan
biaya operasi yang cukup besar, tetapi masih mampu menghasilkan laba yang
tinggi. Hal ini berbeda dengan perusahaan kategori III (-4,8 Miliar – 297
Miliar) yang menunjukan bahwa nilai perubahan biaya operasi lebih tinggi
dari laba.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini masih
memiliki keterbatasan yaitu :
1. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat banyak perusahaan yang tidak
memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini, sehingga
jumlah sampel yang digunakan semakin kecil.
2. Berdasarkan variabel penelitian yang digunakan, penilaian kemampuan
efektifitas dan efisiensi hanya terbatas dengan menggunakan variabel ukuran
perusahaan, variabel perubahan laba dan variabel perubahan biaya operasi.
Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya,
terdapat saran bagi penelitian selanjutnya yaitu :
1. Populasi penelitian dapat diperluas tidak hanya terbatas pada sektor aneka
industri dan sektor industri barang konsumsi saja.
2. Variabel penelitian yang digunakan dapat ditambah dengan variabel
penjualan, suku bunga, inflasi, perpajakan, bea ekspor & impor, dan nilai
tukar.
16
Daftar Pustaka
Atarwaman, Rita J.D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba yang
Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu Ekonomi ADVANTAGE, Vol.2, No.2 : 67 – 79
Bank Indonesia. 2008. Quick Survey Dampak Krisis Finansial Global Terhadap
Perbankan Dan Sektor Ekonomi Terpilih Di Jawa Tengah. www.bi.go.id
Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan Publikasi.
http://www.idx.co.id/id -
id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
Dwimulyani, Susi dan Shirley. 2007. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Rasio-
Rasio Keuangan, Laba Bersih, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Prediksi Pertumbuhan Laba Usaha Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan
Keuangan Publik, Vol. 2, No. 1 : 43 – 57
Kusumawati, Enik. 2012. Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi
Laba Masa Yang Akan Datang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2000-2005. Jurnal Studi Manajemen
Indonesia, Vol.1 No.1 : 44-53
Maramis, Christie N. J. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi,
Investasi, Dan Ekspor Neto Di Indonesia Dan Sulawesi Utara Sebelum
Dan Sesudah Krisis Finansial Global Tahun 2008. Jurnal EMBA, Vol.1
No.4 : 1431-1443
Reviani, Dinni dan Sudantoko Djoko. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan ,
Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba. Prestasi, Vol.9 No.1 : 96-112
Rudiyaningsih, Eka dan Abubakar Arif. 2008. Analisis Kemampuan Laba,
Piutang, Persediaan, Biaya Administrasi &Penjualan, Dan Rasio Laba
Kotor Terhadap Penjualan Dalam Memprediksi Laba. Jurnal Informasi
Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol.3 No.2 : 101-114
17
Setiawan, Zeffri. 2010. Kemampuan Informasi Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba Dan Perubahan Arus Kas Di Masa Mendatang Pada
Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi Yang Terdapat Di
Bursa Efek Indonesia (Bei). Universitas Diponegoro. Semarang
Sudiyatno, Bambang dan Amir Saleh. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Probablilitas Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan, Vol.1, No.1 : 82-91
Taruh, Victorson. 2012. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal Pelangi
Ilmu Vol.5 No.1
The World Bank. 2014. Pertumbuhan Perekonomian Indonesia.
www.worldbank.go.id
Wibowo, Hendra Agus dan Diyah Pujiati. 2011. Analisis Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Singapura (SGX). The Indonesian
Accounting Review, Vol.1, No.2 : 155-178
Widayanti, Rita et al. 2009. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat.
Jakarta
Lampiran – Lampiran
Lampiran 1
DATA PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2004-2012
18
Lampiran 2
DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL
No Kode Nama Perusahaan
1. AISA TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD
2. ASII ASTRA INTERNATIONAL
3. AUTO ASTRA OTOPARTS
4. BATA SEPATU BATA
5. BIMA PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE
6. DLTA DELTA DJAKARTA
7. DVLA DARYA-VARIA LABORATORIA
8. GJTL GAJAH TUNGGAL
9. HMSP HANJAYA MANDALA SAMPOERNA
10. ICBP INDOFOOD
11. INAF INDOFARMA
12. INDF INDOFOOD SUKSES MAKMUR
13. INDS INDOSPRING
14. KAEF KIMIA FARMA
15. KBLI KMI WIRE AND CABLE
16. KBLM KABELINDO MURNI
17. KDSI KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL
18. KLBF KALBE FARMA
19. LMPI LANGGENG MAKMUR INDUSTRI
20. LPIN MULTI PRIMA SEJAHTERA
21. MLBI MULTI BINTANG INDONESIA
22. MERK MERCK
23. MYOR MAYORA INDAH
24. NIPS NIPRESS
25. PBRX PAN BROTHERS
26. PYFA PYRIDAM FARMA
27. RICY RICKY PUTRA GLOBALINDO
28. SKLT SEKAR LAUT
29. SMSM SELAMAT SEMPURNA
30. SQBI TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA
31. TCID MANDOM INDONESIA
32. TSPC TEMPO SCAN PACIFIC
33. UNIT NUSANTARA INTI CORPORA
34 UNVR UNILEVER INDONESIA
19
Lampiran 3
DAFTAR PERUSAHAAN BERDASARKAN KLASIFIKASI UKURAN
PERUSAHAAN
Nama Perusahaan Perubahan Total
Aset
Klasifikasi
ASTRA INTERNATIONAL (ASII) 8,198,000,000,000 Kategori I
HANJAYA MANDALA SAMPOERNA (HMSP) 1,582,628,000,000 Kategori I
UNILEVER INDONESIA (UNVR) 980,254,000,000 Kategori I
INDOFOOD SUKSES MAKMUR (INDF) 791,644,000,000 Kategori I
KALBE FARMA (KLBF) 778,614,258,274 Kategori I
ASTRA OTOPARTS (AUTO) 663,623,000,000 Kategori I
TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD (AISA) 551,872,244,849 Kategori I
MAYORA INDAH (MYOR) 323,500,100,916 Kategori I
TEMPO SCAN PACIFIC (TSPC) 296,045,859,558 Kategori I
GAJAH TUNGGAL (GJTL) 163,587,000,000 Kategori I
DARYA-VARIA LABORATORIA (DVLA) 145,952,220,000 Kategori I
KIMIA FARMA (KAEF) 120,161,466,635 Kategori I
MANDOM INDONESIA (TCID) 83,830,548,404 Kategori II
KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL (KDSI) 64,969,613,191 Kategori II
DELTA DJAKARTA (DLTA) 62,128,892,000 Kategori II
MERCK (MERK) 58,906,143,000 Kategori II
MULTI BINTANG INDONESIA (MLBI) 52,076,000,000 Kategori II
TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA
(SQBI) 24,208,998,000 Kategori II
NUSANTARA INTI CORPORA (UNIT) 22,186,046,322 Kategori II
INDOFOOD (ICBP) 18,177,000,000 Kategori II
SEPATU BATA (BATA) 14,778,568,000 Kategori II
SELAMAT SEMPURNA (SMSM) 11,898,092,229 Kategori II
PYRIDAM FARMA (PYFA) 1,282,073,760 Kategori II
SEKAR LAUT (SKLT) (4,817,420,742) Kategori III
NIPRESS (NIPS) (10,530,348,413) Kategori III
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE
(BIMA) (12,588,285,433) Kategori III
LANGGENG MAKMUR INDUSTRI (LMPI) (19,564,483,454) Kategori III
MULTI PRIMA SEJAHTERA (LPIN) (45,030,211,286) Kategori III
RICKY PUTRA GLOBALINDO (RICY) (46,037,385,417) Kategori III
KABELINDO MURNI (KBLM) (104,329,755,558) Kategori III
KMI WIRE AND CABLE (KBLI) (116,510,338,185) Kategori III
PAN BROTHERS (PBRX) (133,177,050,782) Kategori III
INDOFARMA (INAF) (236,108,691,503) Kategori III
INDOSPRING (INDS) (297,087,306,764) Kategori III
20
Lampiran 4
DAFTAR PERUSAHAAN BERDASARKAN KLASIFIKASI PERUBAHAN
LABA
Nama Perusahaan Perubahan
Laba
Klasifikasi
INDOSPRING (INDS) 0,6825 Tinggi
SEPATU BATA (BATA) 0,5545 Tinggi
INDOFARMA (INAF) 0,3673 Sedang
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE (BIMA) 0,3252 Sedang
GAJAH TUNGGAL (GJTL) 0,2354 Sedang
KMI WIRE AND CABLE (KBLI) 0,1640 Rendah
RICKY PUTRA GLOBALINDO (RICY) 0,1172 Rendah
ASTRA OTOPARTS (AUTO) 0,1127 Rendah
MULTI BINTANG INDONESIA (MLBI) 0,1017 Rendah
PAN BROTHERS (PBRX) 0,1000 Rendah
SELAMAT SEMPURNA (SMSM) 0,0990 Rendah
TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA
(SQBI) 0,0929 Rendah
ASTRA INTERNATIONAL (ASII) 0,0790 Rendah
DELTA DJAKARTA (DLTA) 0,0684 Rendah
INDOFOOD (ICBP) 0,0674 Rendah
NUSANTARA INTI CORPORA (UNIT) 0,0533 Rendah
TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD (AISA) 0,0517 Rendah
MERCK (MERK) 0,0481 Rendah
NIPRESS (NIPS) 0,0426 Rendah
MAYORA INDAH (MYOR) 0,0400 Rendah
MULTI PRIMA SEJAHTERA (LPIN) 0,0312 Rendah
KALBE FARMA (KLBF) 0,0273 Rendah
INDOFOOD SUKSES MAKMUR (INDF) 0,0228 Rendah
SEKAR LAUT (SKLT) 0,0165 Rendah
LANGGENG MAKMUR INDUSTRI (LMPI) 0,0103 Rendah
MANDOM INDONESIA (TCID) 0,0083 Rendah
KABELINDO MURNI (KBLM) 0,0081 Rendah
HANJAYA MANDALA SAMPOERNA (HMSP) 0,0078 Rendah
UNILEVER INDONESIA (UNVR) 0,0049 Rendah
DARYA-VARIA LABORATORIA (DVLA) 0,0020 Rendah
TEMPO SCAN PACIFIC (TSPC) 0,0009 Rendah
KIMIA FARMA (KAEF) 0,0004 Rendah
KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL (KDSI) 0,0002 Rendah
PYRIDAM FARMA (PYFA) 0,0002 Rendah
21
Lampiran 5
DAFTAR PERUSAHAAN BERDASARKAN KLASIFIKASI PERUBAHAN
BIAYA OPERASI
Nama Perusahaan Perubahan
Biaya Operasi
Klasifikasi
TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA
(SQBI) 0,1995 Tinggi
NUSANTARA INTI CORPORA (UNIT) 0,0601 Rendah
MULTI BINTANG INDONESIA (MLBI) 0,0583 Rendah
INDOFARMA (INAF) 0,0471 Rendah
NIPRESS (NIPS) 0,0422 Rendah
MULTI PRIMA SEJAHTERA (LPIN) 0,0421 Rendah
MERCK (MERK) 0,0331 Rendah
DELTA DJAKARTA (DLTA) 0,0325 Rendah
DARYA-VARIA LABORATORIA (DVLA) 0,0321 Rendah
TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD (AISA) 0,0261 Rendah
SEKAR LAUT (SKLT) 0,0244 Rendah
KABELINDO MURNI (KBLM) 0,0223 Rendah
KMI WIRE AND CABLE (KBLI) 0,0191 Rendah
INDOFOOD SUKSES MAKMUR (INDF) 0,0183 Rendah
RICKY PUTRA GLOBALINDO (RICY) 0,0177 Rendah
KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL (KDSI) 0,0177 Rendah
INDOSPRING (INDS) 0,0176 Rendah
PYRIDAM FARMA (PYFA) 0,0174 Rendah
TEMPO SCAN PACIFIC (TSPC) 0,0158 Rendah
GAJAH TUNGGAL (GJTL) 0,0157 Rendah
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE (BIMA) 0,0140 Rendah
KALBE FARMA (KLBF) 0,0136 Rendah
ASTRA OTOPARTS (AUTO) 0,0134 Rendah
UNILEVER INDONESIA (UNVR) 0,0107 Rendah
LANGGENG MAKMUR INDUSTRI (LMPI) 0,0100 Rendah
KIMIA FARMA (KAEF) 0,0095 Rendah
MANDOM INDONESIA (TCID) 0.0086 Rendah
HANJAYA MANDALA SAMPOERNA (HMSP) 0.0074 Rendah
PAN BROTHERS (PBRX) 0.0065 Rendah
SELAMAT SEMPURNA (SMSM) 0.0065 Rendah
MAYORA INDAH (MYOR) 0.0044 Rendah
INDOFOOD (ICBP) 0.0033 Rendah
SEPATU BATA (BATA) 0.0026 Rendah
ASTRA INTERNATIONAL (ASII) 0.0001 Rendah
22
Lampiran 6
HASIL PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA RASIO PERUBAHAN LABA /
PERUBAHAN BIAYA OPERASI
Lampiran 7
Hasil Crosstabulation antara Ukuran Perusahaan dengan Perubahan Laba
23
Lampiran 8
Hasil Crosstabulation antara Ukuran Perusahaan dengan Perubahan Biaya Operasi