1
., Han.a Untuk Vmum I(OMPAS AmaDoI If.dhuranl Rakyo. SABTU, 30 APRIL 1994 Halaman 4 Keluarga dan Negara S ECARA aklamasi Majelis Umum Perserikatan Bang- sa-Bangsa (PBB) menetap- kan 1994 sebagai Tahun Keluar- ga Internasional (TKI). Kepu- tusan ini layak disambut lebih serius dari sekadar basa-basi seremonial. Keluarga men un- tut kajian kritis kita bersama Oleh Ariel Heryanto Keputusan itu diberi semboyan: "membangun de- mokrasi terkecil di jantung ma- syarakat". Di satu pihak diakui semakin berat dan rumitnya beban hidup umat manusia ma- sa ini di berbagai bidang. Di pihak lain diakui pula betapa terbatasnya kemampuan aneka lembaga sosial yang besar, me- gah dan bergengsi (termasuk PBB) untuk mengatasi berba- gai derita itu. tik" (pemilu yang bersih, kebe- basan berpendapat, HAM). Ada lagi yang memperjuangkan "demokrasi sosial" dalam ber- bagai bidang kehidupan sehari- hari dalam arti seluas-luasnya. Biarpun menggebu dengan gegap-gempita, demokratisasi tidak dapat diperjuangkan se- cara.sempit di tingkat lembaga negara: pemilu, sidang DPR, atau ruang peradilan. Atau me- lulu lewat seminar, demonstra- si, pemogokan, bahkan revolu- si. Demokratisasi perlu diterje- mahkan dalam kehidupan yang bersahaja dan sehari-hari. Di tingkat kampung, di pusat be- lanja (antara pengunjung, pen- jaga dan pemilik toko), di jalan Penghargaan dan (pejalan, becak dan mobil), Ju- ga di lingkungan "swasta": di harapan lembaga penerbitan (wartawan, TKI menitipkan sebuah redaksi l pemodal), pendidikan penghargaan dan harapan. (mahaslswa, dosen dan rektor), Lembaga keluarga dianggap te- keagamaan (umat pemeluk dan lah paling berjasa, tangguh dan petinggi agama), dan keluarga! giat memberikan perlindung- Demokratisasi sosial yang an, kekuatan moral dan mate- bergulir dalam berbagai bidang rial bagi sebagian besar umat akan sulit ditindas oleh pe- manusia dalam pergulatan hi- nguasa. Kebal terhadap hasut- dup nyata sehari-hari. Berbeda an primordial, tuduhan adanya dari aneka lembaga pemerin- GPK, buruh yang brutal, atau tahan dan non-pemerintahan oknum LSM sebagai dalang yang banyak berpidato, sibuk subversi. Itu sebabnya kita per- membuat rekayasa, tak segan lu lebih menghargai hubungan menggunakan kekerasan, dan. sosial yang kelihatannya kecil, menghabiskan dana dari pihak lokal, pribadi atau sepele. Mi- lain. salnya hubungan romantik an- Keputusan PBB itu merupa- tarpacar. Atau suami-istri da- kan penghargaan resmi sebuah lam keluarga .. Atau sesama war- lembaga agung· kepada lemba- tawan, advokat, dan antar-akti- ga sosial terkecil, lokal, sehari- vis demonstran. Atau protes hart, dan bersahaja. Ini bukan dalam pemilihan rektor di se- hal baru, tetapi senantiasa di- buah kampus yang kelihatan- perbaharui dalam berbagai ver- !'.ya bersifat "interen". si. Dalam suasana meriahnya Keluarga: awal dan postmodernisme, hal ini sama I sekali tidak aneh. TKI juga me- a;wa nya nyatakan sebuah harapan bah- Berbagai peristiwa nyata wa demokrasi dapat dibangun yang kecil dan sehari-hari me- dari lingkup sosial yang terke- nyadarkan kita betapa maje- cil, lokaI, sehari-hari, dan bersa- muk dan kompleksnya hu- haja, yakni keluarga. . bungan so sial yang memben- tuk kekeluargaan. Betapa ba- Demokrasi sehari-hari nyak ragam keluarga yang tera- Analisis sosiologis oleh Ha- baikan dalam perc aka pan yang gen Koo atas demokratisasi di lazim tentang keluarga. Keluar- Korea Selatan memberikan ga bukanlah lembaga yang ser- ilustrasi bagus. Gerakan demo- ba manis seperti gambaran ro- kratisasi di negeri itu bisa ku- mantis dalam uraian di atas. kuh berkat bertemunya aneka Atau di komik dan film cerita. arus perjuangan rakyat. Ada Sejak awal terbentuknya gerakan buruh yang menekan- lembaga keluarga berkait erat kan perjuangan "demokrasi dengan sejarah penindasan ekonomi". Mereka bersekutu kaum perempuan di bawah ke- dengan kelas menengah yang kerasan, kuasa, harta dan geng- menekankan "demokrasi poli- si pria. Tidak aneh banyak pe- nguasa otoriter (biasanya pria) di Eropa dan bekas jajahan Eropa yang mengagungkan "asas kekeluargaan" dalam se- pak-terjang politiknya. Pemu- jaan terhadap "as as kekeluar- gaan" juga sering menyulut ra- sialisme. Tak kurang dari Hendryk So- kalski, koordinator PBB untuk peringatan TKI, yang menya- dari kemajemukan maupun sisi hitam pada lembaga keluarga. Keluarga bukan lembaga so sial yang abadi dan universal. Un- tuk lingkup terbatas, misalnya masyarakat Indonesia inuta- khir, betapa majemuk dan ru- mit aneka keluarga yang ada. Bila sebagian besar dari kita mempunyai pemahaman spon- tan yang seragam ketika men- dengar kata "keluarga", pasti ada yang tak beres. Tetapi tidak aneh. Kita adalah korban pena- taran seumur-hidup tentang makna keluarga secara tunggal lewat iklan dalam film. Kedua- nya bertubi-tubi membentuk batin dan fantasi kita dengan gambaran ideal tentang keluar- ga secara baku: satu ayah, satu ibu, dua anak dari kelas mene- ngah di kota. Keluarga merupakan kon- struksi sosial. Betapa pun pan- jang usianya, lembaga so sial ini punya mas a awal kebangkitan- nya, masa kejayaan, dan kerun- tuhannya. Ia dibentuk dan dia- wetkan untuk memenuhi kebu- tuhan zamannya. Mirip totem, tombak, tandu atau becak. Ada yang dipuja dan dikeramatkan sewaktu berjaya. Tapi menjadi usang dan dianggap menggang- gu ketika zaman berubah. Sejarah bangkit dan runtuh- nya lembaga keluarga ini telah dikaji para ahli secara rumit. Tapi beberapa pokoknya dapat disederhanakan. Ia dikaitkan dengan terbentuknya hak milik pribadi, dominasi pria, dan ne- gara. Bukan karena majunya peradaban atau ketatnya mora- litas. Malah sebaliknya, morali- tas seksual, aneka tabu, ta- hayul, dan adat kekeluargaan dibuat nimit dan ketat ketika ada (bagian) masyarakat yang mengandalkankeluarga seba- gai basis organisasi ekonomi dan politik. Misalnya di kalang- an bangsawan, tuan tanah, dan hartawan pada awal kapitalis- me di Eropa. Runtuhnya lembaga keluarga Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Keluarga dan Negara · Keluarga dan Negara ... an, kekuatan moral dan mate- bergulir dalam berbagai bidang rial bagi sebagian besar umat akan sulit ditindas oleh pe

  • Upload
    doanh

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

., Han.a Untuk Vmum

I(OMPAS AmaDoI If.dhuranl Rakyo.

SABTU, 30 APRIL 1994

Halaman 4

Keluarga dan Negara SECARA aklamasi Majelis

Umum Perserikatan Bang­sa-Bangsa (PBB) menetap­

kan 1994 sebagai Tahun Keluar­ga Internasional (TKI). Kepu­tusan ini layak disambut lebih serius dari sekadar basa-basi seremonial. Keluarga men un­tut kajian kritis kita bersama

Oleh Ariel Heryanto

Keputusan PB~ itu diberi semboyan: "membangun de­mokrasi terkecil di jantung ma­syarakat". Di satu pihak diakui semakin berat dan rumitnya beban hidup umat manusia ma­sa ini di berbagai bidang. Di pihak lain diakui pula betapa terbatasnya kemampuan aneka lembaga sosial yang besar, me­gah dan bergengsi (termasuk PBB) untuk mengatasi berba­gai derita itu.

tik" (pemilu yang bersih, kebe­basan berpendapat, HAM). Ada lagi yang memperjuangkan "demokrasi sosial" dalam ber­bagai bidang kehidupan sehari­hari dalam arti seluas-luasnya.

Biarpun menggebu dengan gegap-gempita, demokratisasi tidak dapat diperjuangkan se­cara.sempit di tingkat lembaga negara: pemilu, sidang DPR, atau ruang peradilan. Atau me­lulu lewat seminar, demonstra­si, pemogokan, bahkan revolu­si. Demokratisasi perlu diterje­mahkan dalam kehidupan yang bersahaja dan sehari-hari. Di tingkat kampung, di pusat be­lanja (antara pengunjung, pen­jaga dan pemilik toko), di jalan

Penghargaan dan (pejalan, becak dan mobil), Ju­ga di lingkungan "swasta": di

harapan lembaga penerbitan (wartawan, TKI menitipkan sebuah redaksil pemodal), pendidikan

penghargaan dan harapan. (mahaslswa, dosen dan rektor), Lembaga keluarga dianggap te- keagamaan (umat pemeluk dan lah paling berjasa, tangguh dan petinggi agama), dan keluarga! giat memberikan perlindung- Demokratisasi sosial yang an, kekuatan moral dan mate- bergulir dalam berbagai bidang rial bagi sebagian besar umat akan sulit ditindas oleh pe­manusia dalam pergulatan hi- nguasa. Kebal terhadap hasut­dup nyata sehari-hari. Berbeda an primordial, tuduhan adanya dari aneka lembaga pemerin- GPK, buruh yang brutal, atau tahan dan non-pemerintahan oknum LSM sebagai dalang yang banyak berpidato, sibuk subversi. Itu sebabnya kita per­membuat rekayasa, tak segan lu lebih menghargai hubungan menggunakan kekerasan, dan. sosial yang kelihatannya kecil, menghabiskan dana dari pihak lokal, pribadi atau sepele. Mi­lain. salnya hubungan romantik an-

Keputusan PBB itu merupa- tarpacar. Atau suami-istri da­kan penghargaan resmi sebuah lam keluarga .. Atau sesama war­lembaga agung· kepada lemba- tawan, advokat, dan antar-akti­ga sosial terkecil, lokal, sehari- vis demonstran. Atau protes hart, dan bersahaja. Ini bukan dalam pemilihan rektor di se­hal baru, tetapi senantiasa di- buah kampus yang kelihatan­perbaharui dalam berbagai ver- !'.ya bersifat "interen". si. Dalam suasana meriahnya Keluarga: awal dan postmodernisme, hal ini sama • I sekali tidak aneh. TKI juga me- a;wa nya nyatakan sebuah harapan bah- Berbagai peristiwa nyata wa demokrasi dapat dibangun yang kecil dan sehari-hari me­dari lingkup sosial yang terke- nyadarkan kita betapa maje­cil, lokaI, sehari-hari, dan bersa- muk dan kompleksnya hu­haja, yakni keluarga. . bungan so sial yang memben-

tuk kekeluargaan. Betapa ba­Demokrasi sehari-hari nyak ragam keluarga yang tera­Analisis sosiologis oleh Ha- baikan dalam perc aka pan yang

gen Koo atas demokratisasi di lazim tentang keluarga. Keluar­Korea Selatan memberikan ga bukanlah lembaga yang ser­ilustrasi bagus. Gerakan demo- ba manis seperti gambaran ro­kratisasi di negeri itu bisa ku- mantis dalam uraian di atas. kuh berkat bertemunya aneka Atau di komik dan film cerita. arus perjuangan rakyat. Ada Sejak awal terbentuknya gerakan buruh yang menekan- lembaga keluarga berkait erat kan perjuangan "demokrasi dengan sejarah penindasan ekonomi". Mereka bersekutu kaum perempuan di bawah ke­dengan kelas menengah yang kerasan, kuasa, harta dan geng­menekankan "demokrasi poli- si pria. Tidak aneh banyak pe-

nguasa otoriter (biasanya pria) di Eropa dan bekas jajahan Eropa yang mengagungkan "asas kekeluargaan" dalam se­pak-terjang politiknya. Pemu­jaan terhadap "as as kekeluar­gaan" juga sering menyulut ra­sialisme.

Tak kurang dari Hendryk So­kalski, koordinator PBB untuk peringatan TKI, yang menya­dari kemajemukan maupun sisi hitam pada lembaga keluarga. Keluarga bukan lembaga so sial yang abadi dan universal. Un­tuk lingkup terbatas, misalnya masyarakat Indonesia inuta­khir, betapa majemuk dan ru­mit aneka keluarga yang ada.

Bila sebagian besar dari kita mempunyai pemahaman spon­tan yang seragam ketika men­dengar kata "keluarga", pasti ada yang tak beres. Tetapi tidak aneh. Kita adalah korban pena­taran seumur-hidup tentang makna keluarga secara tunggal lewat iklan dalam film. Kedua­nya bertubi-tubi membentuk batin dan fantasi kita dengan gambaran ideal tentang keluar­ga secara baku: satu ayah, satu ibu, dua anak dari kelas mene­ngah di kota.

Keluarga merupakan kon­struksi sosial. Betapa pun pan­jang usianya, lembaga so sial ini punya mas a awal kebangkitan­nya, masa kejayaan, dan kerun­tuhannya. Ia dibentuk dan dia­wetkan untuk memenuhi kebu­tuhan zamannya. Mirip totem, tombak, tandu atau becak. Ada yang dipuja dan dikeramatkan sewaktu berjaya. Tapi menjadi usang dan dianggap menggang­gu ketika zaman berubah.

Sejarah bangkit dan runtuh­nya lembaga keluarga ini telah dikaji para ahli secara rumit. Tapi beberapa pokoknya dapat disederhanakan. Ia dikaitkan dengan terbentuknya hak milik pribadi, dominasi pria, dan ne­gara. Bukan karena majunya peradaban atau ketatnya mora­litas. Malah sebaliknya, morali­tas seksual, aneka tabu, ta­hayul, dan adat kekeluargaan dibuat nimit dan ketat ketika ada (bagian) masyarakat yang mengandalkankeluarga seba­gai basis organisasi ekonomi dan politik. Misalnya di kalang­an bangsawan, tuan tanah, dan hartawan pada awal kapitalis­me di Eropa.

Runtuhnya lembaga keluarga

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>