31
KELOMPOK 5 | PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Proses Stokastik LAPORAN KELOMPOK 5 DENGAN JUDUL “PROSES STOKASTIK DALAM DERET” Abdul Azis Rahmansyah P2700213006 Grazielly Duma P2700213416

kelompok 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Stokastik

Citation preview

Page 1: kelompok 5

Proses Stokastik

Laporan kelompok 5 DENGAN JUDUL “pROSES STOKASTIK DALAM DERET” |

Abdul Azis Rahmansyah P2700213006

Grazielly Duma P2700213416

Herman Buntulayuk P2700213436

Page 2: kelompok 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Deret waktu adalah rangkaian data yang diukur berdasarkan waktu dengan

interval yang uniform. Analisis deret waktu (time series analysis) merupakan

metode yang mempelajari deret waktu, baik dari segi teori yang membawahinya

maupun untuk membuat peramalan (prediksi). Prediksi deret waktu adalah

penggunaan model untuk memprediksi nilai di waktu mendatang berdasar

peristiwa yang telah terjadi. Deret waktu biasa digunakan pada penelitian yang

diambil dalam jangka waktu tertentu, seperti penelitian akustik penelitian maupun

oseanografi.

Analisis deret waktu merupakan cara menentukan variabilitas data deret

waktu dalam bentuk fungsi periodik dominan.  Data-data yang digunakan dapat

bersifat deterministik (dapat dijelaskan secara eksplisit dengan rumus matematika

ataupun Non-deterministik (tidak dapat dinyatakan dengan rumus matematika)

atau data acak.  Analisis data deret waktu pada dasarnya digunakan untuk

melakukan analisis data yang mempertimbangkan pengaruh waktu. Data-data

yang dikumpulkan secara periodik berdasarkan urutan waktu, bisa dalam jam,

hari, minggu, bulan, kuartal dan tahun, bisa dilakukan analisis menggunakan

metode analisis data deret waktu.  Analisis data deret waktu tidak hanya bisa

dilakukan untuk satu variabel (Univariate) tetapi juga bisa untuk banyak variabel

(Multivariate).  Selain itu pada analisis data deret waktu bisa dilakukan peramalan

data beberapa periode ke depan yang sangat membantu dalam menyusun

perencanaan ke depan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis deret waktu dan komponen-

komponen apa saja yang ada dalam data deret waktu

2. Cara menggambar deret analisa secara grafik

3. Komponen gerak apa saja yang terdapat dalam analisis deret waktu

Page 3: kelompok 5

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui analisis deret waktu

2. Mengetahui salah satu solusi dalam proses stokastik.

Page 4: kelompok 5

BAB II

KONSEP DASAR

2.1. Barisan

Barisan adalah daftar urutan bilangan dari kiri ke kanan yang mempunyai

karakteristik atau pola tertentu. Setiap bilangan dalam barisan merupakan suku

dalam barisan.

Bentuk umum barisan

a1, a2, a3, a4, ... , an, ...

dengan a1 = suku pertama dari barisan, ..., an = suku ke-n dari barisan

Contoh

- 2,4,6,8 termasuk barisan

- 3,7,9,15,21,44 bukan termasuk barisan, karena polanya tidak tentu

Barisan dibagi menjadi dua garis besar, yaitu:

a. Barisan berhingga

Contoh : 2,4,6,8

b. Barisan tak hingga

Contoh : 2,4,6,8,.....,n....,...

2.2. Deret

Deret adalah barisan bilangan yang setiap bilangannya setelah suku

pertama diperoleh dengan menambahkan (deret hitung atau deret Aritmetika) atau

mengalikan (deret ukur atau deret geometri) bilangan sebelumnya dengan sebuah

bilangan konstan yang bukan nol.

Misalkan

a1+a2+a3+a4+…+an maka deret dari barisan ini adalah ∑n=1

n

an

Sama seperti halnya barisan, deret juga terbagi menjadi dua bagian

a. Deret berhingga : ∑n=1

n

an

b. Deret tak hingga : ∑n=1

an

Page 5: kelompok 5

Deret tak hingga

Pembagiannya:

a. Deret bilangan: sukunya berupa bilangan tetap

b. Deret variabel/pangkat: sukunya adalah bilangan variabel

c. Deret positif: semua sukunya bertanda(+)

d. Deret bolak/balik: tanda pada sukunya selang-seling (+) & (-)

2.3. DERET GEOMETRI

Deret geometri dapat dijadikan pembanding dalam pengujian deret lain

Persamaan umumnya:

11p +

12p +

13p +…+ 1

np +…=∑n=1

∞1np

Jika p > 1, maka deretnya konvergen;

Jika p ≤ 1, maka deretnya divergen

Contoh :

Ujilah deret:

Gunakan deret pembanding

Jika p = 2, maka deret pembanding konvergen

Deret yang ingin diuji:

Hasil: 12

≤ 1;16

≤14

;1

12≤

19

; …→|an|≤ kn

Maka deret ini termasuk kedalam deret konvergen

1. Uji Integral

11⋅2

+ 12⋅3

+ 13⋅4

+⋯+ 1n (n+1 )

+⋯=∑n=1

∞ 1n (n+1 )

1

1p+ 1

2p+ 1

3p+⋯+ 1

np+⋯=∑

n=1

∞ 1

np

1+ 14+ 1

9+ 1

16+ 1

25+⋯

12+ 1

6+ 1

12+ 1

20+ 1

30+⋯

Page 6: kelompok 5

Dalam uji integral ini, yang dilakukan adalah dengan melakukan integrasi

secara kontinu terhadap n dimana ∑n

an →∫❑

an dn. Jika hasil integrasi deret yang

ditinjau tersebut terbatas, maka deret tersebut konvergen. Sebaliknya jika hasilnya

tak-hingga maka deret tersebut divergen.

Dapat diterapkan untuk deret dengan an+1 ≤an

∑n=1

an akan konvergen , jika ∫n=1

andn=berhingga (mempunyai nilai)

∑n=1

an akan divergen , jika ∫n=1

an dn=∞

Contoh

1+ 12+ 1

3+ 1

4+…

maka suku ke−n nyaadalah1n

Maka, ∫❑

∞1n

dn=ln n}∞=ln ∞=∞

2. Uji Rasio

Tentukan suku ke-n dari deret: an

Tentukan suku ke-(n+1) dari deret: an+1

Hitung besaran:

ρ=limn→∞

an+1

an

\

Jika hasilnya :

- Jika ρ<1, maka termasuk deret konvergen

- Jika ρ>1, maka termasuk deret divergen

- Jika ρ=1, maka perlu uji lain

Contoh :

1+ 12!

+ 13 !

+ 14 !

+⋯+ 1n!

+⋯

an=1n!

; an+1=1(n+1 ) !

;

an+1

an

=1(n+1 )!

:1n !

=n!(n+1 )!

= (n+1 ) n!n!

=1( n+1 )

ρ=limn→∞

1(n+1 )

=0

Page 7: kelompok 5

Karena ρ<1, maka termasuk deret konvergen

2.4. DERET SELANG-SELING

Deret bolak-balik merupakan penjumlahan barisan yang memiliki tanda

yang berubah-ubah dari positif dan negatif

∑n →1

(−1)n−1an=a1−a2+a3−a4+…(−1)n−1 an

Deret selang-seling akan konvergen jika:

Contoh :

1−12+ 1

3−1

4+…+(−1)n−1 1

n

limn → ∞

an=limn →∞

1n= 1

∞=0

Maka deret diatas termasuk deret konvergen

2.5. DERET PANGKAT

Persamaan umum dari deret pangkat

Dengan an adalah konstanta suku ke-n

Jika kita memasukkan harga x tertentu ke dalam persamaan deret pangkat, akan

kita peroleh deret bilangan yang bias berupa deret positif atau berupa deret selang-

seling. Karena itu kekonvergenan deret pangkat ditentukkan oleh harga x nya

Contoh

lim

n→∞an=0 dan |an+1|≤|an|

∑n=0

∞an xn=a0+a1 x+a2 x2+a3 x3+⋯ atau

∑n=0

an ( x−a )n=a0+a1 ( x−a )+a2 ( x−a )2+a3 (x−a )3+⋯

a . x−x2

2+ x3

3−x 4

4+⋯+

(−1 )n+1xn

n+⋯

b . 1+( x+2 )√2

+( x+2 )2

√3+⋯+

(x+2 )n

√n+1+⋯

Page 8: kelompok 5

Penyelesaian

a. Adapun konstanta dari deret pangkat tersebut adalah 1, ½, 1/3, ¼

b. Adapun konstanta dari deret pangkat tersebut adalah 1 ,1

√2,

1

√3

Konvergensi deret pangkat

Deret pangkat di sekitar titik x0 mempunyai bentuk

dan dikatakan konvergen pada titik x jika

Deret konvergen pada x = x0. Deret tsb mungkin konvergen untuk semua

x, atau konvergen untuk beberapa nilai x dan tidak untuk yang lainnya.

Konvergensi mutlak

Deret pangkat di sekitar titik x0

dikatakan konvergen mutlak pada suatu titik x jika deret

∑n=0

|an ( x−x0)n|=∑n=0

|an||x−x0|n

konvergen.

Uji Rasio (salah satu uji yang penting pada deret pangkat

Adalah uji rasio. Jika an≠ 0 dan jika, untuk suatu nilai tertentu,

Jika |x - x0|L < 1, maka konvergen mutlak;

∑n=0

an (x−x0 )n∑n=0

an (x−x0 )n

limm→∞

∑n=0

m

an (x−x0 )n=berhingga

∑n=0

an (x−x0 )n

∑n=0

an (x−x0 )n

limn→∞

|an+1( x−x0 )

n+1

an ( x−x0 )n

|=|x−x0|limn→∞

|an+1

an

|=|x−x0|L ,

Page 9: kelompok 5

Jika |x - x0|L > 1, deret akan divergen;

Jika|x - x0|L = 1, perlu diuji dengan test yang lain.

Jejari konvergensi

- Ada suatu bilangan r, yang disebut jejari konvergensi, dimana S an(x - x0)n

konvergen mutlak untuk semua x yang memenuhi|x - x0| < r dan divergen

|x - x0| > r.

- Untuk deret yang konvergen hanya pada x0, r = 0;

- Untuk deret yang konvergen pada semua x, r = ∞.

- Jika r > 0, maka|x - x0| < r disebut interval of convergence.

- Deret mungkin konvergen atau divergen ketika |x - x0| = r.

2.6. PENGURAIAN FUNGSI DALAM DERET

Ada kalanya dalam menyelesaikan soal-soal deferensiasi dan integrasi dari

suatu fungsi f (x) kita menemukan kesukaran. Salah satu cara mengatasi

kesukaran ini, dengan menguraikan fungsi f (x) tersebut menjadi sebuah deret

pangkat.

Deret pangkat lebih mudah di integrasi maupun didiferensiasi, dalam deret

pangkat terdapat dua macam deret pangkat : yaitu deret pangkat dengan x

berharga disekitar 0, dan deret pangkat dengan x berharga disekitar suatu tetapan,

misalnya b, ini berarti bahwa fungsi f (x) tadi dapat diuraikan menjadi deret

pangkat disekitar x=0, atau menjadi deret pangkat disekitar x=b.

Page 10: kelompok 5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Analisis Deret Waktu

Pada dasarnya setiap nilai dari hasil pengamatan (data), selalu dapat dikaitkan

dengan waktu pengamatannya. Hanya pada saat analisisnya, kaitan variabel

waktu dengan pengamatan sering tidak dipersoalkan. Dalam hal kaitan

variabel waktu dengan pengamatan diperhatikan, sehingga data dianggap

sebagai fungsi atas waktu, maka data seperti ini dinamakan Data Deret Waktu

(Time series). Banyak persoalan dalam ilmu terapan yang datanya merupakan data

deret waktu, misalnya dalam bidang ilmu :

a. Teknik : perhitungan pada P n D dalam proyek pembangunan gedung

b. Ekonomi : banyak barang terjual dalam setiap hari, keuntungan perusahaan

dalam setiap tahun, total nilai ekspor dalam setiap bulan,

b. Fisika : curah hujan bulanan, temperatur udara harian, gerak partikel,

c. Demografi : pertumbuhan penduduk, mortalitas dan natalitas,

d. Pengontrolan kualitas : proses pengontrolan kualitas produk, pengontrolan

proses produksi,

e. Biomedis : denyut nadi, proses penyembuhan, pertumbuhan mikroba.

Karena data deret waktu merupakan regresi data atas waktu, dan salah satu

segi (aspect) pada data deret waktu adalah terlibatnya sebuah besaran yang

dinamakan Autokorelasi (autocorrelation), yang konsepsinya sama dengan

korelasi untuk data bivariat, dalam analisis regresi biasa. Signifikansi

(keberartian) autokorelasi menentukan analisis regresi yang harus dilakukan pada

data deret waktu. Jika autokorelasi tidak signifikans (dalam kata lain data deret

waktu tidak berautokorelasi), maka analisis regresi yang harus dilakukan adalah

analisis regresi sederhana biasa, yaitu analisis regresi data atas waktu.

Sedangkan jika signifikans (berautokorelasi) harus dilakukan analisis regresi

data deret waktu, yaitu analisis regresi antar nilai pengamatan. Segi lain dalam

data deret waktu adalah kestasioneran data yang diklasifikasikan atas stasioner

kuat (stasioner orde pertama, strickly stationer) dan stasioner lemah (stasioner

orde dua, weakly stationer), dan kestasioner ini merupakan kondisi yang

Page 11: kelompok 5

diperlukan dalam analisis data deret waktu, karena akan memperkecil kekeliruan

baku.

Dalam teori Statistika, setiap data deret waktu dibangun atas komponen trend

(T), siklis (S), musiman (M, untuk data bulanan), dan variasi residu (R). Bentuk

hubungan antara nilai data dengan komponen-komponennya tersebut bisa

bermacam-macam, dan bentuk hubungan yang sering digunakan adalah linier dan

multiplikatif. Jika xt nilai data pada waktu-t dan hubungan dengan komponennya

linier, maka persamaannya :

xt = Tt + St + Mt + Rt , jika t : bulanan

xt = Tt + St + Rt , jika t : tahunan

dan multiplikatif, maka persamaannya

xt = T.S.M.R , jika t : bulanan (1.3)

xt = T.S.R , jika t : tahunan (1.4)

Sebagai akibat dari terdapatnya komponen-komponen dalam data deret waktu dan

terjadinya hubungan antar komponen, adalah berautokorelasinya antar

pengamatan sehingga dapat dibangun sebuah hubungan fungsional yang

dinamakan regresi deret waktu.

3.1.1. Regresi Deret Waktu

Analisis data deret waktu merupakan telaahan khusus dari analisis regresi

biasa,seperti halnya analisis ekonometrika dan analisis disain eksperimen.

Analisis regresi deret waktu adalah analisis regresi dalam kondisi variabel respon

berautokorelasi, sehingga antar variabel respon dapat dibangun sebuah hubungan

fungsional, yang dalam analisis data deret waktu bentuk hubungannya selalu

digunakan regresi linier. Konsepsi analisis regresi linier biasa dapat digunakan

secara utuh dalam analisis regresi deret waktu, hanya proses perhitungan nilai

penaksir parameternya tidak selalu bisa dijadikan acuan. Dalam analisis regresi

linier biasa, proses perhitungan taksiran parameter selalu dapat dilakukan dengan

menggunakan perhitungan matriks, sebab sistem persamaan parameternya selalu

merupakan sistem persamaan linier.

Sedangkan dalam analisis regresi deret waktu, ada beberapa model yang

perhitungan taksiran parameternya harus menggunakan metoda iterasi atau

Page 12: kelompok 5

rekursif, sehingga sebagian besar persoalan analisis regresi deret waktu harus

diselesaikan dengan menggunakan fasilitas komputer.

Dalam analisis data deret waktu, jika pengamatan berautokorelasi maka

model hubungan fungsionalnya dibangun berdasarkan kondisi kestasioner data,

sehingga model regresi deret waktu dikelompokan atas regresi deret waktu

stasioner dan regresi deret waktu tidak stasioner. Model regresi deret waktu tidak

stasioner identik dengan model regresi deret waktu stasioner, yang terlebih dulu

data distasionerkan melalui proses diferensi. Jika data deret waktu Xt , t = 1, 2, . . .

berautokorelasi maka model regresi antar pengamatan (autoregresi) disajikan

dalam persamaan :

Xt = + 1Xt-1 + 2Xt-2 + . . . + kXt-k + Zt

dengan Zt kekeliruan model yang diasumsikan berdistribusi

identik independen dengan rata 0 dan varians konstan 2, yang

dalam analisis data deret waktu Zt biasa disebut white noise,

, 1 , . . . , k parameter autoregresi.

Model autoregresi dengan Persamaan (1.5) dinamakan

Autoregresi Lag-k dan disingkat AR(k).

Dalam analisis data deret waktu, untuk menyajikan Xt-i , i =

1, 2 , . . . , k biasa digunakan operator backshift B, dengan

menuliskan Xt-i = BiXt, sehingga model AR(k) jika disajikan

dalam operator backshift maka persamaannya menjadi

Xt = + 1BXt + 2B2Xt + . . . + kBkXt + Zt (1.6)

Atau

Xt - 1BXt - 2B2Xt - . . . - kBkXt = + Zt

k(B)Xt = + Zt

dengan k(B) = 1 - 1B - 2B2 - . . . - kBk

Karena k(B) 0,

secara matematis persamaan k(B)Xt = + Zt setara

dengan

X t=μ

rk (B)+ 1

rk (B)Z t

Xt = k-1(B) + k-1(B)Zt = + k-1(B)Zt sehingga jika

Page 13: kelompok 5

didefinisikan k-1(B) = p(B) = 1 - 1B - 2B2 - . . . - pBp maka

Persamaan Xt = + p(B)Zt = + Zt - 1Zt-1 - 2Zt-2 - . . . - pZt-p

Model dengan Persamaan (1.8) dinamakan model rata-rata bergerak

(moving average) orde-p disingkat MA(p). Jadi dalam hal ini model MA(p)

merupakan model inversi dari AR(k), yang berarti model AR(k) dan MA(p)

merupakan model yang saling berkebalikan

(invertible)

Model AR(k) dan MA(p) merupakan model regresi deret waktu stasioner

dan saling berkebalikan, sehingga keduanya dapat digabungkan dengan cara

dijumlahkan, dan model yang diperoleh dinamakan model autoregresi rata-

rata bergerak, disingkat ARMA(k,p), dengan persamaan

Xt = + 1Xt-1 + 2Xt-2 + . . . + kXt-k + Zt - 1Zt-1 - 2Zt-2 - . . . -pZt-p

atau

Xt - 1Xt-1 - 2Xt-2 - . . . - kXt-k = + Zt - 1Zt-1 - 2Zt-2 - . . .

-pZt-p

k(B)Xt =

+ p(B)Zt

Karena AR(k) dan MA(p) adalah mode regresi deret waktu stasioner, maka

ARMA(k,p) juga model regresi deret waktu stasioner.

Jika data tidak stasioner, maka dapat distasionerkan melalui proses

stasioneritas, yang berupa proses diferensi jika trendnya linier, dan proses

linieritas dengan proses diferensi pada data hasil proses linieritas, jika trend data

tidak linier. Model ARMA(k,p) untuk data hasil proses diferensi dinamakan

model autoregresi integrated rata-rata bergerak disingkat ARIMA(k,q,p).

3.1.2. Proses Analisis Untuk Data Deret Waktu.

Page 14: kelompok 5

Dalam analisis data deret waktu, proses baku yang harus dilakukan adalah

1. Memetakan nilai data atas waktu, hal ini dilakukan untuk menelaah

kestasioneran data, sebab jika data tidak stasioner maka harus

distasionerkan melalui proses stasioneritas.

2. Menggambarkan korelogram (gambar fungsi autokorelasi), untuk

menelaah apakah autokorelasi signifikans atau tidak, dan perlu-

tidaknya proses diferensi dilakukan. Jika autokorelasi data tidak

signifikans, analisis data cukup menggunakan analisis regresi

sederhana data atas waktu, sedangkan jika signifikans harus

menggunakan analisis regresi deret waktu. Jika data ditransformasikan

maka proses pemetaan data dan penggambaran korelogram sebaiknya

dilakukan juga pada data hasil transformasi untuk menelaah apakah proses

transformasi ini sudah cukup baik dalam upaya menstasioner kan data.

3. Jika dari korelogram disimpulkan bahwa autokorelasi signifikans,

maka bangun model regresi deret waktunya dan lakukan penaksirannya

baik dalam kawasan waktu maupun kawasan frekuensi.

4. Lakukan proses peramalan dengan metode yang sesuai dengan kondisi

datanya, dan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sebaiknya

gunakan metode Box-Jenkins. Semua proses tersebut dapat dilakukan

dengan mengunakan kemasan program (software) komputer, dan telah

banyak kemasan program yang dapat digunakan diantaranya SPSS dan

STATISCA.

Untuk bisa memahami dengan baik mengenai analisis data deret

waktu, diperlukan pemahaman mengenai analisis regresi biasa, sebab

analisis data deret waktu adalah analisis khusus dari analisis regresi biasa,

yaitu analisis regresi dalam hal data responnya berautokorelasi, sehingga

konsepsi pada analisis regresi biasa berlaku dalam analisis regresi deret

waktu, tetapi belum tentu untuk sebaliknya.

3.2. Cara Menggambar Deret Analisis secara Grafik

Ada beberapa cara menggambarkan deret analisis secara grafik antara lain :

Page 15: kelompok 5

Setiap pengamatan di dalam deret waktu digambarkan sebagai suatu titik

pada susunan koordinat tegak lurus dengan memakai nilai pengamatan itu

sebagai ordinatnya dan angka yang menunjukkan waktu sebagai absis.

Kemudian kita akan mempunyai grafik deret waktu dalam bentuk scatter

diagram.

Hubungkan titik-titik yang berdekatan pada scatter diagram di atas dengan

garis-garis lurus, yang kemudian akan diperoleh line chart sebagai grafik

dari time series itu.

Dengan cara-cara tersebut diatas, dapat terlihat gerak gerik variabel yang sedang

diamati pada waktu tertentu.

3.3. Komponen Gerak Dalam Deret Waktu

Pada umumnya analisis deret waktu merupakan hasil pekerjaan dari empat

macam gerak yang disebut juga sebagai komponen-komponen dari deret waktu,

antara lain :

a. Gerak Jangka Panjang (Longterm Movements atau Secular Trend), yaitu

suatu gerak yang menunjukkan ke arah mana tujuan dari time series itu

pada umumnya, di dalam jangka waktu yang lama.

b. Gerak Berulang (Cyclical Movements), yaitu gerak naik-turun yang terjadi

di dalam jangka waktu yang lama dimana gerak ini terjadi dengan teratur

atau hampir teratur dan mempunyai kemungkinan amplitudo dan “lebar

getaran”nya berbeda dari waktu ke waktu.

c. Gerak Bermusim (Seasonal Variations), yaitu suatu gerak yang teratur dan

serupa (atau hampir serupa) berupa gerak naik-turun di dalam jangka

waktu yang singkat (bagian-bagian dari tahun atau musim), yang lebih

dikenal dengan Gerak Periodik.

d. Gerak Tak Teratur (Irregular Movements), yaitu gerak yang hanya terjadi

sekali-kali dan tidak mengikuti aturan tertentu dan karenanya tidak dapat

diramalkan terlebih dahulu.

3.4. Proses Analisis Untuk Data Deret Waktu.

Dalam analisis data deret waktu, proses baku yang harus dilakukan adalah

Page 16: kelompok 5

1. Memetakan nilai data atas waktu, hal ini dilakukan untuk menelaah

kestasioneran data, sebab jika data tidak stasioner maka harus

distasionerkan melalui proses stasioneritas.

2. Menggambarkan korelogram (gambar fungsi autokorelasi), untuk

menelaah apakah autokorelasi signifikans atau tidak, dan perlu-tidaknya

proses diferensi dilakukan. Jika autokorelasi data tidak signifikans,

analisis data cukup menggunakan analisis regresi sederhana data atas

waktu, sedangkan jika signifikans harus menggunakan analisis regresi

deret waktu. Jika data ditransformasikan, maka proses pemetaan data dan

penggambaran korelogram, sebaiknya dilakukan juga pada data hasil

transformasi, untuk menelaah ap kah proses transformasi ini sudah cukup

baik dal m upaya menstasioner kan data.

3. Jika dari korelogram disimpulkan bahwa autokorelasi signifikans, maka

bangun model regresi deret waktunya, dan lakukan penaksirannya baik

dalam kawasan waktu maupun kawasan frekuensi.

4. Lakukan proses peramalan dengan metode yang sesuai dengan kondisi

datanya, dan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sebaiknya

gunakan metode Box-Jenkins . Semua proses tersebut dapat dilakukan

dengan mengunakan kemasan program (software) komputer, dan telah

banyak kemasan program yang dapat digunakan diantaranya SPSS dan

STATISCA.

3.5. Sasaran Analisis Data Deret Waktu

Ada beberapa tujuan dalam analisis data deret waktu, yaitu

3.5.1. Deskripsi (description)

Jika ingin mempresentasikan karakter dari data yang dimiliki, seperti

kestasioneran, keberadaan komponen musiman, keberartian

autokorelasi (sebab pada dasarnya setiap data deret waktu

berautokorelasi hanya autokorelasinya signifikans atau tidak ?), maka

tahap pertama dari analisis data deret waktu adalah menggambarkan

peta data dan korelogram, yang tujuannya,

a gambar peta data atas waktu untuk menelaah kestasioneran dan

keberaadaan komponen musiman (jika datanya bulanan), dan

Page 17: kelompok 5

b gambar korelogram untuk menelaah signifikansi autokorelasi dan

perlu-tidaknya transformasi data,

sehingga berdasarkan informasi visual tersebut dapat dirumuskan

mengenai analisis data yang harus dilakukan, yaitu analisis regresi

sederhana data atas waktu, atau analisis regresi deret waktu.

3.5.2. Menerangkan (explanation)

Jika variabel data deret waktu lebih dari satu buah, maka telaahan

dilakukan untuk menentukan apakah salah satu variabel dapat

menjelaskan variabel lain, sehingga bisa dibangun sebuah model

regresi (fungsi transfer) untuk keperluan analisis data deret waktu

lebih lanju ? Sebab pada sarnya analisis data deret waktu adalah

analisis d ta univariat, sehingga jika datanya bivariat atau multivariat,

maka bagaimana proses univariatisasinya ?

3.5.3. Perkiraan (prediction)

Jika dimiliki sampel data deret waktu, dan diinginkan perkiraan nilai

data berikutnya, maka proses peramalan harus dilakukan. Peramalan

adalah sasaran utama dari analisis data deret waktu, yang prosesnya

bisa berdasarkan karakter dari komponen data, atau model regresi

deret waktu. Pengertian perkiraan (prediction) dan peramalan

(forecasting) beberapa penulis ada yang membedakannya, sebab

mereka berpendapat perkiraan adalah penaksiran (estimation) nilai

data dengan tidak memperhatikan model hubungan (regresi) antar

nilai data, tetapi peramalan adalah proses penaksiran nilai data

berdasarkan sebuah model hubungan fungsional antar nilai data.

Tetapi kebanyakan penulis berpendapat perkiraan dengan peramalan

adalah dua proses analisis data yang sama. Dalam buku ajar ini

perkiraan bisa diidentikan dengan peramalan.

3.5.4. Kontrol (control)

Proses kontrol dilakukan untuk menelaah apakah model (regresi)

ramalan (perkiraan) yang ditentukan cukup baik untuk digunakan ?

Dalam statistika, sebuah model baik digunakan untuk peramalan, jika

dipenuhi modelnya cocok dan asumsinya juga dipenuhi. Sehingga

Page 18: kelompok 5

proses kontrol terhadap model perlu dilakukan untuk menelaah

dipenuhitidaknya asumsi, kecocokan bentuk model yang dibangun,

ada-tidaknya pencilan (outliers), yang analisisnya dapat dilakukan

berdasarkan karakter nilai residu atau analisis varians.

Untuk bisa memahami dengan baik mengenai analisis data deret

waktu, diperlukan pemahaman mengenai analisis regresi biasa, sebab

analisis data deret waktu adalah analisis khusus dari analisis regresi

biasa, yaitu analisis regresi dalam hal data responnya berautokorelasi,

sehingga konsepsi pada analisis regresi biasa berlaku dalam analisis

regresi deret waktu, tetapi belum tentu untuk sebaliknya

3.6. Stasioneritas

Kestasioneran data merupakan kondisi yang diperlukan dalam analisis

regresi deret waktu karena dapat memperkecil kekeliruan model, sehingga jika

data tidak stasioner, maka harus dilakukan transformasi stasioneritas melalui

proses diferensi, jika trendnya linier, sedangkan jika tidak linier, maka

transformasinya harus dilakukan dulu transformasi linieritas trend melalui proses

logaritma natural jika trendnya eksponensial, dan proses pembobotan

(penghalusan eksponensial sederhana) jika bentuknya yang lain, yang selanjutnya

proses diferensi pada data hasil proses linieritas.

Berdasarkan deskripsinya, bentuk kestasioneran ada dua, yaitu stasioner

kuat (strickly stationer), atau stasioner orde pertama (primary stationer) dan

stasioner lemah (weakly stationer), atau stasioner orde kedua (secondary

stationer). Deskripsi umum kestasioneran adalah sebagai berikut, data deret X1 ,

X2 , . . . disebut stasioner kuat jika distribusi gabungan Xt1 , Xt2 , . . . ,Xtn sama

dengan distribusi gabungan

Xt1+k , Xt2+k , . . . ,Xtn+k , untuk setiap nilai t1, t2, . . . , tn dan k. Sedangkan

disebut stasioner lemah, jika rata-rata hitung data konstan, E(Xt) = µ, dan

autokovariansnya merupakan fungsi dari lag, ρk = f(k). Sedangkan

ketidakstasioner data diklasifikasikan atas tiga bentuk yaitu

1. tidak stasioner dalam rata-rata hitung, jika trend tidak datar (tidak sejajar

sumbu waktu) dan data tersebar pada “pita” yang meliput secara seimbang

trendnya.

Page 19: kelompok 5

2. tidak stasioner dalam varians, jika trend datar atau hampir datar tapi data

tersebar membangun pola melebar atau menyempit yang meliput secara

seimbang trendnya (pola terompet).

3. tidak stasioner dalam rata-rata hitung dan varians, jika trend tidak datar

dan data membangun pola terompet.

Untuk menelaah ketidak-stasioneran data secara visual, tahap pertama

dapat dilakukan pada peta data atas waktu, karena biasanya “mudah”, dan jika

belum mendapatkan kejelasan, maka tahap berikutnya ditelaah pada gambar ACF

dengan PACF. Telaahan pada gambar ACF, jika data tidak stasioner maka

gambarnya akan membangun pola,

1. menurun, jika data tidak stasioner dalam rata-rata hitung (trend naik atau

turun),

2. alternating, jika data tidak stasioner dalam varians,

3. gelombang, jika data tidak stasioner dalam rata-rata hitung dan varians.

Page 20: kelompok 5

BAB 4

KESIMPULAN

Pembangunan data untuk time series diskrit dapat dilakukan dengan cara 2

macam, yaitu

1. Melalui sampling dari time series kontinu, artinya data yang kontinu diambil

sampelnya dalam interval waktu yang sama.

2. Melalui akumulasi suatu peubah dalam suatu waktu tertentu. Misalnya curah

hujan yang biasanya diakumulasikan melalui suatu periode waktu tertentu

(hari, bulan,dst)

3. Ada kalanya dalam menyelesaikan soal-soal deferensiasi dan integrasi dari

suatu fungsi f (x) kita menemukan kesukaran. Salah satu cara mengatasi

kesukaran ini, dengan menguraikan fungsi f (x) tersebut menjadi sebuah deret

pangkat.

Page 21: kelompok 5

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, B. dan Ledolter, J. , 1983 , Statistical Methods for Forecasting , John

Wiley & Sons , New York.

Brockwell, P. J. dan Davis, R. A. , 1991 , Time Series : Theory and Methods ,

Springer-Verlag , New York.

Chatfield, C. , 1984 , The Analysis of Time Series : An Introduction , Chapman

and Hall , London.

Enders, W. , 1995 , Applied Econometric Time Series , John Wiley & Sons,

Inc. , New York.

Wei, W. W. S. , 1990 , TIME SERIES ANALYSIS : Univariate and

Multivariate Methods , Addison-Wesley Pub. Co. Inc. , Redwood City.