Upload
rini-safitri
View
171
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KELOMPOK 21. ALVAN NUR (02)
2. ANITA DESI R(07)
3. BAYU SISWANTO (12)
4. DINGGA KARADEWA (17)
5. EVA LIAWATI (22)
6. IKFANDA PUTRA R (27)
7. LIA LESTIOWATI (32)
8. M. SAROFUL ANAM (37)
9. RINI NERIA AYU S (42)
10. SEPTI PUTRI R (47)
11. YULI YUDIANI (52)
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman mycrobacterium tuberculosis. Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
ETIOLOGI
Disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu Tahan terhadap asam (BTA), panjang 1-4mm, tebal 0,3-0,6mm
Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab
Bersifat dormant
EPIDEMIOLOGI DAN PENULARAN TBC
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. RESERVOUR, SUMBER DAN PENULARAN Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet. 2. MASA INKUBASI Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.
3. MASA DAPAT MENULAR Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau dibersinkan. 4. IMMUNITAS
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC
RIWAYAT TERJADINYA TB PARU Infeksi primer - Pertama kali terpapar - Sistem pertahanan mukosilier bronkus, ke paru, ke limfe - Infeksi lanjutan tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan imunitas seluler penderita
TUBERKULOSIS PASCA PRIMER
Terjadi setelah beberapa bulan/ tahun Ciri khas kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas sampai effusi pleura
GEJALA PADA PENDERITA TB PARUGejala utama: batuk terus menerus
dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
Gejala tambahan: 1. dahak bercampur darah, 2. batuk darah, 3. sesak nafas dan 4. rasa nyeri dada, 5. badan lemah,
6. nafsu makan menurun, 7. berat badan menurun, 8. malaise,9. berkeringat malam hari, 10. demam lebih dari sebulan, 11. pembesaran kel. Getah bening
dileher, 12. nyeri tulang, 13. gangguan pencernaan kronis, 14. kejang pada anak.
PENANGANAN
A. PROMOTIF
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahayaTBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
B. PREVENTIF
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini
C.KURATIF Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama.
Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.
Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui
PENCEGAHAN
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG
sebadiberikan sejak anak masih kecil agar terhindar
dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka
harus segera diobati sampai tuntas agar tidak
menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan.
Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
Bagi penderita untuk tidak membuang ludah
sembarangan.
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan
dengan tidak melakukan kontak udara dengan
penderita, minum obat pencegah dengan dosis
tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah
harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari
pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN a. Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan
penderita b. Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia,
penurunan berat badan, berkeringat malam, keletihan, batuk dan pembentukan sputum, fungsi pernafasan, nyeri dada,bunyi nafas, kesiapan emosional, persepsi dan pengertian tuberkulosis dan pengobatannya, evaluasi fisik dan laboratorium.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunanpermukaan parenkim paru
INTERVENSI1. Kaji dispnea, takipnea, tak
normal/menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
3. Dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
b. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF BERHUBUNGAN DENGAN PENUMPUKAN SPUTUM
INTERVENSI : 1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan,
irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/batuk efektif,catat karakter,jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi.
4. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam. 5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500
ml/hari kecuali kontraindikasi.6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi
(agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid).
C. PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH BERHUBUNGAN DENGAN ANOREKSIA
INTERVENSI : 1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat
turgor kulit,berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare.
2. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.
3. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.
4. Dorong dan berikan periode istirahat sering.5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah
tindakan pernafasan.6. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan
tinggi protein dan karbohidrat. 7. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.