26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paget merupakan gangguan pada osteoklas dimana osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang berlebihan yang diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh osteoblast. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun strukstur dalam tulangnya sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan tulang. Sampai saat ini penyebab penyakit paget belum diketahui secara pasti. Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul sangat susah dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar penderita penyakit ini mengetahui bahwa menderita penyakit paget secara pasti setelah adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung penyakit ini. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini . Penyakit paget terjadi sekitar 3% populasi di atas usia 50 tahun. Insidensinya sedikit lebih tinggi pada pria dibanding wanita dan meningkat sesuai pertambahan usia. Riwayat keluarga telah diketahui, saudara sekandung yang menderita kelainan serupa. Penyebab virus sedang diteliti secara aktif. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari penyakit paget? 2. Apa penyebab dari penyakit paget? 3. Bagaimana gejala klinis dari penyakit paget? 4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit paget?

Kell 5 Paget

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oke

Citation preview

Page 1: Kell 5 Paget

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit paget merupakan gangguan pada osteoklas dimana osteoklas

lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang

berlebihan yang diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan

oleh osteoblast. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun strukstur

dalam tulangnya sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang,

deformitas, dan kerapuhan tulang.

Sampai saat ini penyebab penyakit paget belum diketahui secara pasti.

Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat

susah untuk diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul

sangat susah dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian

besar penderita penyakit ini mengetahui bahwa menderita penyakit paget

secara pasti setelah adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung

penyakit ini. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam

memahami penyakit paget ini .

Penyakit paget terjadi sekitar 3% populasi di atas usia 50 tahun.

Insidensinya sedikit lebih tinggi pada pria dibanding wanita dan meningkat

sesuai pertambahan usia. Riwayat keluarga telah diketahui, saudara

sekandung yang menderita kelainan serupa. Penyebab virus sedang diteliti

secara aktif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit paget?

2. Apa penyebab dari penyakit paget?

3. Bagaimana gejala klinis dari penyakit paget?

4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit paget?

Page 2: Kell 5 Paget

5. Pemerisaan penunjang apa saja yang di gunakan pada penyakit paget?

6. Bagaiman penatalaksanaan pada penyakit paget?

7. Komplikasi apa saja yang timbul akibat penyakit paget?

8. Bagaiman asuhan keperawatn pada penyakit paget?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

pembuatan makalah mata kuliah keperawatan Sistem Endokrin 1 dengan

judul “Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Paget”.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi penyakit paget

2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit paget

3. Untuk mengetahui gejala klinis yang timbul pada penyakit paget

4. Untuk mengatahui patofisiologi pada penyakit paget

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit paget

6. Untuk mengetahui penatalaksaan pada penyakit paget

7. Untuk mengetahui komplikasi yang timbul akibat penyakit paget

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pad apenyakit paget

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Agar mampu memahami dan menerapkan bagaimana penanganan

pasien dengan penyakit paget.

1.4.2 Bagi Institusi

Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyakit

paget, serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku

tentang penyakit-penyakit dan asuhan keperawatan penyakit tersebut.

Page 3: Kell 5 Paget

1.4.3 Bagi Masyarakat

Agar lebih mengerti, memahami dan mengetahui tanda gejala dini

tentang penyakit paget.

Page 4: Kell 5 Paget

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Paget

Penyakit Paget (osteitis deformans) adalah kelainan peningkatan

remodeling tulang lokal, kebanyakan mengenai tengkorak, femur, tibia,

tulang pelvis, dan vertebra. Terjadi proliferasi primer osteoklas, yang

menyebabkan resorpsi tulang. Kemudian diikuti oleh peningkatan

kompensatoris aktivitas osteoblastik yang akan memperbaiki tulang.

Sepanjang pergantian tulang berlangsung, terdapat pola mosaik klasik

perkembangan matriks tulang. Tulang yang baru terbentuk mengandung

mineral tinggi tapi konstruksinya tidak baik. Scara struktur tulang menjadi

lemah dan dapat terjadi fraktur patologis. Sering terjadi lengkungan tungkai;

yang menyebabkan ketidaksejajaran sendi panggul, lutut dan kaki

pergelangan, yang berperan dalam terjadinya artritis dan nyeri (Smelzter,

2001).

Penyakit paget, yang juga disebut osteitis deformans, merupakan

penyakit metabolik tulang yang perkembangannya berjalan lambat dan

ditandai oleh pola remodelling tulang yang cepat. Fase awal resoprsi tulang

yang berlebihan (fase osteoklasik) diikuti oleh fase reaktif pembentukan

tulang yang abnormal (fase osteoblasik). Remodelling cepat yang kronis pada

akhirnya akan membuat tulang yang terkena menjadi besar dan lunak.

Struktur tulang baru yang kacau, rapuh dan lemah menyebabkan deformitas

kontur eksternal maupun internal disertai rasa nyeri. Biasanya penyakit paget

terdapat pada satu atu beberapa bagian skeleton (bagian yang paling sering

terkena adalah vertebra lumbo sakral, tulang kranium, pelvis, femur, dan

tibia) tetapi kadang-kadang terjadi deformitas skletal yang tersebar luas

(Kowalak, 2011).

Penyakit paget pada tulang, atau osteitis deformans, adalah penyakit

gangguan pertumbuhan dan remodelling tulang (Greenberg, 2014).

Page 5: Kell 5 Paget

2.2 Klasifikasi

Menurut Brunner & Smeltzer, 2001 penyakit paget dibagi menjadi tiga fase,

yaitu:

1. Fase osteolitik, ditandai dengan resorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast

yang abnormal. Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam

memproduksi tulang baru secara berlebihan namun sangat tidak terkontrol.

2. Fase menengah

Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini di tunjukkan

dengan perubahan struktur tulang atau deformitas,

3. Fase quiescent

Pada fase ini, asktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan

proses remodeling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar

dan melebar dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan

sumsusm.

2.3 Etiologi

Meskipun penyebab pasti penyakit paget tidak diketahui, salah satu teori

mengatakan bahwa infeksi virus yang dini menyebabkan infeksi skeletal yang

dorman dan baru muncul beberapa tahun kemudian sebagai penyakit paget

(Kowalak, 2011) .

Keadaan lain yang mungkin menjadi penyebab meliputi:

1. Tumor tulang yang benigna atau maligna

2. Defisiensi vitamin D selama fase pembentukan tulang selama usia kanak-

kanak

3. Penyakit autoimun

4. Faktor lingkungan

5. Infeksi virus : paramyxo viruses

6. Kelainan Genetik

Page 6: Kell 5 Paget

2.4 Manifestasi Klinik

Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita

penyakit paget, karena kebanyakan yang muncul biasanya tidak terlalu

signifikan atau bahkan tidak menunjukan gejala sama sekali. Kelainan

biasanya didapat ketika melakukan pemeriksaan radiologis ataupun

pemeriksaan penunjang lainnya.

Menurut Kowalak, 2011 Penyakit Paget memiliki efek klinis yang

bervariasi . stadium dini bisa tanpa gejala (asimptomatik). Ketika muncul.

Tanda dan gejala dapat mencakup:

1. Nyeri persisten yang biasanya berat dan semakin terasa ketika harus

menyangga beban tubuh, gejala ini mungkin terjadi karena gangguan

gerak yang disebabkan oleh desakan tulang yang abnormal pada medulla

spinalis atau radiks saraf sensorik (nyeri dapat pula terjadi karena

inflamasi kontak yang menyertai pemecahan sel)

2. Pembesaran kranium yang khas pada daerah frontal serta oksipital

(ukuran topi bisa bertambah) dan mungkin pula sakit kepala,

abnormalitas sensorik, serta gangguan fungsi motorik (dengan

terdapatnya lesi kranium).

Deformitas yang lain meliputi:

1. Kifosis (tulang punggung yang melengkung akibat fraktur kompresi

vertebra)

2. Dada gentong (barrel chest)

3. Tulang tibia dan femur yang melengkung seperti busur (sering

menyebabkan berkurangnya tinggi badan)

4. Gaya berjalan yang goyah ke samping dengan langkah pendek-pendek

(waddling gait) (akibat pelunakan tulang pelvis)

5. Bagian yang sakit menjadi hangat, nyeri tekan, dan rentan terhadap

fraktur patologis akibat trauma ringan

6. Penyembuhan fraktur patologis yang lambat dan sering tidak lengkap .

Page 7: Kell 5 Paget

2.5 Patofisiologi

Kelainan awal pada penyakit paget adalah peningkatan dramatis dari

laju resorpsi tulang pada satu (monoostotic) atau beberapa daerah tulang

(poliostotic). Osteoklas pada penyakit paget memiliki bentuk yang abnormal,

yaitu berukuran lima kali lebih besar dan mengandung ± 20 inti tiap sel bila

dibandingkan dengan osteoklas orang dewasa normal yang hanya

mengandung 3 – 4 inti tiap sel. Osteoklas ini juga mengandung badan inklusi

yang berbentuk struktur mikrosilinder, dan badan inklusi ini memiliki

karakteristik yaitu menyerupai partikel virus. Badan inklusi ini tidak spesifik

untuk osteoklas pada penyakit paget, dan banyak struktur lain yang

menyerupai badan inklusi ini seperti pada penyakit osteopetrosis,

pycnodysostosis, dan pada makrofag pasien yang menderita hereditary

oxalosis.

Sel osteoblas walaupun jumlahnya banyak, namun tidak memiliki

kelainan. Karena resorpsi tulang berhubungan dengan formasi tulang, maka

peningkatan resorpsi tulang dibarengi oleh peningkatan laju pembentukan

tulang yang dapat meningkat hingga 40 kali lipat. Tulang yang baru terbentuk

memiliki struktur yang tidak terorganisasi (chaotic) yang kemudian berakibat

menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya resiko fraktur dan

deformitas. Sebagai tambahan, peningkatan dari formasi tulang berakibat

peningkatan vaskularitas dan peningkatan jumlah jaringan penunjang fibrosa

di sum-sum tulang, serta peningkatan formasi tulang yang tidak teratur.

Secara histologis, kelainan ini menyebabkan hilangnya gambaran arsitektur

normal dari tulang, dan digantikan oleh gambaran mozaik dari tulang yang

merupakan gabungan dari woven bone dan tulang lamellar .

Penyakit ini sering mengenai tulang panjang pada ekstremitas bawah

dan tulang tengkorak, yaitu tulang pelvis, femur, vertebra lumbal, tulang

tengkorak, dan tibia.

Kelainan sitologis ditandai dengan peningkatan aktifitas osteoklas dan

osteoblas. Siklus pertumbuhan tulang dipercepat, kadar alkaline phospatase di

darah meningkat akibat peningkatan aktifitas osteoblas, begitu juga kadar

Page 8: Kell 5 Paget

urinary hydroxi proline yang menunjukkan peningkatan kerja osteoklas.

Penyakit ini umumnya bersifat asimptomatik, dan biasanya terdeteksi secara

tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis, atau akibat peningkatan kadar

alkaline phospatase.

Penyakit paget terdiri dari 3 stadium, meliputi :

1. Fase litik awal atau hot phase

Stadium ini disebut juga stadium vascular. Awalnya aktifitas osteoklastik

predominan pada bagian akhir tulang, kemudian perlahan-lahan menjalar

ke diafisis. Adanya gambaran “blade of grass” atau “flame” pada ujung

tulang panjang yang menuju ke diafisis. Karakteristik yang menyolok

adalah dibatasinya daerah osteolisis mulai dari tulang subcortical dan

berlanjut sepanjang diafisis. Aktifitas osteoblastik tertinggal, kemudian

jaringan vaskular fibrosa menggantikan jaringan tulang normal. Pada fase

ini murni terjadi destruksi tulang

2. Intermediate atau mixed phase

Fase ini menampakkan kejadian osteolitik dan aktifitas osteoblastik yang

tak terorganisasi. Bentuk tulang baru abnormal dan menunjukkan

gambaran khas trabekula yang kasar dan penebalan cortex pada tulang

kanselosa dan kompakta. Pemasukan intrasitoplasmik jika dilihat secara

mikroskopis mendukung teori infeksi viral. Pada fase ini terjadi destruksi

tulang dan pembentukan tulang

3. Final cold phase atau sclerotic phase

Ditandai oleh formasi densitas tulang dan menurunnnya vaskularitas. Fase

ini menggambarkan sedikit kejadian dari remodelling tulang yang terus

menerus. Sebelumnya jaringan tulang diubah menjadi tulang lamellar.

Gambaran histologik dari tulang yang tak terorganisisr sangat mencolok.

Batas tulang yang mengalami remodelling memiliki gambaran mozaik

secara histologis

4. Kerusakan tulang rawan sendi

Perubahan bentuk tulang akibat proses resorpsi dan formasi tulang yang

berlebihan terutama pada ujung tulang panjang mengakibatkan perubahan

Page 9: Kell 5 Paget

bentuk dan inkongruensi dari permukaan sendi. Hal ini akan

mengakibatkan mekanisme wear and tear pada kartilago sendi yang akan

membawa ke oasteoarthritis sekunder

5. Penebalan pada tulang vertebra

Dapat menyebabkan penekanan pada korda spinalis dan serabut saraf

6. Steal syndrome

Akibat peningkatan kinerja resorpsi dan formasi tulang pada penyakit

paget, maka terjadi hipervaskularisasi pada daerah tulang yang terkena, hal

ini akan menyebabkan pengalihan sirkulasi darah dari organ dalam ke

sirkulasi tulang disekitarnya, hal ini dapat menyebabkan gangguan

serebral dan iskemi medulla spinalis. Apabila terdapat spinal stenosis,

pasien akan mengalami gejala yang khas, yaitu klaudikasio spinal dan

kelemahan tungkai bawah

7. Deformitas postur tubuh

Pada penyakit paget generalisata, terdapat pembengkokan pada tulang

punggung, sehingga postur tubuh pasien menjadi kiphosis, lebih pendek,

dan tampak seperti kera (ape like) dengan tungkai yang membengkok dan

lengan menggantung di depan tubuh pasien.

Page 10: Kell 5 Paget

2.6 Pathway

c

Infeksi Virus Genetik Lingkungan Faktor pencetus lainnya

Tubulus Tulang

Diafisis

Peningkatan aktifitas osteoklasik terus

Peningkatan resorpsi tulang

Lubang-lubang pada tulang diisi dengan jaringan fibrovaskuler

Peningkatan kompesasi aktivitas osteoblastik (osteolitik osteoblastik)

Peningkatan suhu diatas tulang

Peningkatan vaskularisasi tulang

Densitas kortex & trabekula tulang dipenuhi oleh deposit osteoblas

Proses mozaik klasik perkembangan matrix tulang

Tulang sklerosis. Disorgaisasi & rapuh Organ Target

Ekstremitas Kran ial Vertebra

Deformitas t ulang Penekanan saraf kranial Penebalan vertebra

Ketidak sajajaran sendi, panggul, lutut, pergelangan kaki

Nyeri akut

Gangguan penglihatan

Penekanan medulla spinalis

Kelemahan ekstremitas bawah

Kerusakan mobilitas fisik

Tuli Neuralgia trigeminus

Gangguan Persepsi sensori auditori

Risiko tinggi cedera (Fraktur)

Penurunan massa tulang,

Page 11: Kell 5 Paget

2.7 Penatalaksanaan

Biasanya tak ada tindakan yang di anjurkan bagi pasien tanpa gejala.

Nyeri biasanya berespons dengan pemberian NSAID.

Pasien dengan bentuk penyakit yang sedang sampai berat dapat ditolong

dengan terapi supresif. Pasien seperti ini mengalami nyeri berat, defisit

neurologis, keterlibatan skelet luas, atau gagal jantung curah-tinggi. Pada saat

ini, terdapat berbagai agens yang merupakan inhibitor poten terhadap resorpsi

tulang dan pada beberapa keadaan dapat mengganti tulang yang berpenyakit

dengan tulang lamelar normal.

Biposphonate adalah obat antiresortive yang paling banyak digunakan

dan saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget.

Banyak klinis yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate,

risedronate, dan zoledronik acid lebih baik dari pada jenis biphosponate yang

lama seperti etidronate dan tiludronate karena aminobiphosponate lebih

efektif dalam mengurangi bone turnaver. Biphosponate dapat diberikan secara

oral maupun intravena.

Kalsitonin, suatu hormon polipetid dapat memperlambat resorbsi tulang

dengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin

memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar

normal, mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi

neurologis dan biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping

berupa aliran panas pada wajah dan mual dapat diatasi denga memakai obat

sebelum tidur atau bersama dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang

bersama dengan waktu. Terapi kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan.

Disodium Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan

pengurangan pergantia tulang cepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan

peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidrosikpolin urine. Makanan

dapat mengahmabat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut, dan

diare dapat terjadi dan dapat dikurangi denga menurunkan dosis. Dosis tinggi

Page 12: Kell 5 Paget

dapat mencegah penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya

osteomalasia. Kalsitonon dan EHDP dapat dikombinasikan dan dapat

diberikan kepada pasien dengan penyakit yang sangat aktif.

Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi

pasien berat dnegan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten

terhadap terapi yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan

nyeri dan pada kalsium serum, alkali fosfatase, dan kadar hidroksiproline

urine. Diberikan secara infus intravena dna perlu pemantauan fungsi hepar,

ginjal dan sumsum tulang selama terapi.

Fraktur ditangani sesuai lokasinya, penyembuhan dapat terjadi bila

reduksi, imobilisasi dan stabilitasnya sesuai memadai. Tidak adanya

penyatuan fraktur leher femur, perlu ditangai dengan pemasangan

endoprostesis.

Kehilangan pendemgaran ditangani dengan alata bantu dengar dan teknik

komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran

(Smelzter, 2001).

Operasi Orthopaedi

Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut :

1. Osteoatrhitis yang menyebabkan nyeri

2. Fraktur pada tulang panjang

3. Deformitas berat

4. Nerve entrapment

5. Spinal stenosis

6. Osteosarkoma yang dapat di diagnosa dini.

2.8 Komplikasi

Menurut Kowalak, 2011 komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit

paget meliputi:

1. Kebutuhan dan kehilangan pendengaran disertai tinitus dan vertigo akibat

desakan tulang pada nervus kranialis

Page 13: Kell 5 Paget

2. Fraktur patologis

3. Hipertensi

4. Batu ginjal

5. Hiperkalsemia

6. Gout

7. Gagal jantung akibat kebutuhan aliran darah yang tinggi pada tulang

yang mengalami remodelling

8. Gagal nafas akibat deformitas tulang toraks

9. Perubahan maligna pada tulang yang terekna (pada 1% pasien)

2.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologis

Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget,

sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak darah

osteolitis yang terlokalisasi : gambaran yang paling khas adalah

gambaran seperti api yang memanjang sepanjang diafisis dari tulang

(flame shaped lesion atau blade of grass), atau bercak osteoporosis

berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis circumscripta).

Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran

trabekula yang kasar.

2. CT-Scan dan MRI

CT-scan dan MRI tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis

penyakit paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi

komplikasi penyakit paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular,

keterlibatan tulang belakang dengan gangguan neurologis.

Kelainana pada sendi membutuhkan CT-Scan atau MRI untuk

menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-San

dan MRI juga berguna untuk mendiagnosa dan mengevaluasi

komplikasi neurologis, seperti invaginasi basilar, kompresi medulla

spinalis atau hydrosefalus. Stenosis spinal dan keterlibatan vertebra

paling baik dievaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI. CT-Scan

Page 14: Kell 5 Paget

memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa

posterior, sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuk

otak, medulla spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena

itu, perubahan neoplastik seperti sarkoma paget dan penyebarannya

lebih baik dievaluasi menggunakan MRI.

3. Investigasi Biokimia

Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang

imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Tes urin yang yang paling

berguna untuk mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian

konsentrasi serum alkaline phospatase (merefleksikan aktivitas

osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan penyakit), dan kadar

hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan proses

resorpsi tulang).

4. Bone Scan

Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif

untuk mengevaluasi sejauh mana lesi yang terkena penyakit paget.

Namun pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis

polos, sehingga perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus

dikonfirmasi oleh adanya perubahan pada miimal satu tempat tulang

denga foto radiologis polos.

5. Biopsi tulang yang memperlihatkan pola mosaik yang khas

Page 15: Kell 5 Paget

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : -

Umur : Beresiko pada usia lebih dari 40 tahun

Jenis Kelamin : sedikit lebih tinggi pada pria dibanding wanita

Alamat : lingkungan yang terbuka dan sanitasi yang buruk

mempengaruhi karena di duga penyebab penyakit paget

adalah virus.

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Suku/ bangsa : -

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama:

Adanya nyeri terus menerus pada daerah yang terkena. Nyeri

bertambah jika melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi

penurunan tinggi badan dan adanya deformitas pada daerah yang

terkena. Rasa sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan

pinggang. Berat badan menurun

b. Riwayat Kesehatan Sekarang:

Kien biasanya mengatakan nyeri pada daerah yyang terkena dan

klien mengalami ketulian pada daerah telinga serta penurunan tinggi

badan dan berat badan

Page 16: Kell 5 Paget

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

1. Tanyakan pada klien mengenai masalah kesehatan yang pernah

dialaminya seperti cidera?

2. Tanyakan pada klien tentang imunisasi tetanus dan polio, karena

kekakuan pada persendian maupun kejang pada otot dapat juga

disebabkan oleh tetanus dan polio

3. Tanyakan pada klien apakah mengalami DM, anemia dan

sistemik lupus eritematosus Karena hal ini juga dapat menjadi

resiko terjadinya masalah muskuloskeletal seperti osteoporosis

dan osteomyelitis.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:

1. Tanyakan kepada anggota keluarga apakah mempunyai riwayat

penyakit paget?. karena penyakit paket adalah penyakit genetik

2. Tanyakan kepada anggota keluarga apakah mempunyai riwayat

rheumatoid arthtritis, gout atau osteoporosis

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : tampak lemah

b. Kesadaran : compos mentis

c. TTV

TD : > 120 / 80 mmhg

Nadi :< 100 x/menit

Suhu : >37,50C

RR : > 20 x/menit

d. Pemeriksaan Fisik

B1 (Breath)

Adanya penurunan pernafasan (bradikardi)

B2 (Blood)

Terdapat gangguan pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi

Page 17: Kell 5 Paget

B3( Brain)

Adanya penekanan saraf kranial dan kanalis spinalis. Biasanya

pasien mengalami vertigo sebagai akibat dari desakan tulang pada

nervus kranialis

B4 ( Bladder)

Tidak terdapat gangguan pada sistem perkemihan (normal)

B5 (Bowel)

Pasien biasanya mengalami kurangnya asupan kalsium, pola

makan yang tidak teratur

B6 (Bone)

Inspeksi : terlihat deformitas tulang seperti ada pembengkokan

pada tulang, perubahan gaya berjalan

Palpasi : ada nyeri tekan pada tulang deformitas dan peningkatan

suhu diatas tulang yang terkena deformitas

4. Pola Fungsi Gordon

1. Aktivitas/istirahat

Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri

(mungkin segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan

jaringan)

2. Sirkulasi

Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri/ansietas), pembengkakan jaringan atau massa, hematoma pada

sisi cedera, kadang muncul keluhan sakit kepala

3. Neurosensori

Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan

visual, auditori, gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan

saraf kranial dan kanalis spinalis

4. Nyeri atau kenyamanan

Page 18: Kell 5 Paget

Nyeri secara tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area/

jaringan/kerusakan dapat berkurang pada imobilisasi, spasme atau

kram otot (Setelah mobilisasi)

5. Pola nutrisi

Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tidak teratur, adanya

riwayat perokok dan riwayat konsumsi alcohol serta riwayat minum-

minuman yang juga bersoda

6. Pernafasan

Terjadi penurunan pernapasan pada kasus kiposis berat, karena

penekanan pada fungsional paru

7. Skeletal

Inspeksi dan palpasi seluruh tubuh pasien, penderita dengan penyakit

paget berat sering menunjukkan adanya perubahan gaya berjalan,

deformitas tulang, nyeri pada daerah tulang yang terkena

8. Keamanan

Laserasi kulit, avulsi jaringan,perdarahan, perubahan warna,

pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-

tiba)

9. Penyuluhan/pembelajaran

Lingkungan cedera memerlukan bantuan dengan transportasi,

aktivitas perawatan diri, dan tugas pemeliharaan dan perawatan

rumah

Page 19: Kell 5 Paget

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskular atau penurunan kekuatan atau tahanan

3. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan

penerimaan status/organ indera

4. Resiko tinggi cedera (fraktur) berhubungan dengan penurunan massa

tulang

3.3 Rencana Keperawatan

No Tujuan/ KH Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan nyeri

pasien berkurang,

dengan KH:

1. Skala nyeri 1

2. Melaporkan nyeri

berkurang/hilang

3. Pasien tampak

rileks, mampu

tidur dan istirahat

dengan tepat

1. Pertahan

imobilisasi bagian

yang sakit dengan

tirah baring, gips

dan pembebat,

traksi

2. Tinggikan dan

dukung ekstremitas

yang terkena

3. Evaluasi keluhan

nyeri/ketidaknyam

anan, perhatikan

lokasi,

karakteriktik,

termasuk intensitas

1. Menghilangkan

nyeri dan

mencegah

kesalahan posisi

tulang/tegangan

jaringan yang

tersedia

2. Meningkatkan

aliran darah balik

vena, menurunkan

edema dan

menurunkan nyeri

3. Mempengaruhi

pilihan/pengawasa

n keefektifan

intervensi. Tingkat

ansietas dapat

mempengaruhi

Page 20: Kell 5 Paget

nyeri (skala 0-10).

Perhatikan

petunjuk nyeri non

verbal (perubahan

tanda vital dan

emosi/perilaku)

4. Berikan alternatif

tindakan

kenyamanan,

mislanya pijatan

punggung dan

perubahan posisi

5. Dorong

menggunakan

teknik managemen

stress, misalnya :

relaksasi, progresif

nafas dalam,

imajinasi

visualisasi,

sentuhan terapeutik

6. Kolaborasi dalam

pemberian obat

analgesik

persepsi/reaksi

terhadap nyeri

4. Meningkatkan

sirkulasi umum,

menurunkan area

local dan kelelahan

otot

5. Memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

kontrol, dan dapat

meningkat

kemampuan

koping dalam

manajemen nyeri

yang mungkin

menetap untuk

periode lebih lama

6. Diberikan untuk

menghilangkan

nyeri atau spasme

otot

Page 21: Kell 5 Paget

2. Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan tidak

terjadi kerusakan

mobilitas fisik, dengan

KH:

1. Pasien dapat

menjelaskan

mobiltas fisik

teratasi

2. Pasien dapat

menunjukkan

teknik yang

mungkin

memampukan

akitivitas

1. Kaji dejarat

imobilisasi yang

dihasilkan oleh

cedera/pengobatan

dan perhatikan

persepsi pasien

terhadap

imobilisasi

2. Dorong partisipasi

pada

aktivitas/rekreasi.

Pertahankan

rangsangan

lingkungan,

mislanya: radio, tv,

koran, barang milik

pribadi, kunjungan

keluarga/teman

3. Bantu pasien dalam

rentang gerak aktif

pada ekstremitas

yang sakit dan

1. Pasien mungkin

dibatasi oleh

pandangan

diri/persepsi

tentang

keterbatasan fisik

aktual,

memerlukan

informasi/interven

si untuk

meningkatkan

kemajuan

kesehatan

2. Memberikan

kesempatan untuk

mengeluarkan

eneegi,

memfokuskan

kembali perhatian,

emningkatkan rasa

kontrol diri/harga

diri dan membantu

menurunkan

isolasi sosial

3. Meningkatkan

aliran darah ke

otot dan tulang

untuk

Page 22: Kell 5 Paget

yang tidak sakit

4. Bantu/dorong

perawatan

diri/kebersihan

misalnya : mandi,

mencukur

5. Berikan atau bantu

dalam mobilisasi

dengan kursi, roda,

kruk, tongkat

sesegera mungkin.

Instruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilisasi

meningkatkan

tonus otot,

mempertahankan

gerak sendi,

mencegah

kontraktur/atrofi

dan reasorpsi

kalsium karena

tidak digunakan

4. Meningkatkan

kekuatan otot dan

sirkulasi,

meningkatkan

kontrol pasien

dalam situasi dan

meningkatkan

kesehatan diri

langsung

5. Mobilitas dini

dapat menurunkan

komplikasi tirah

baring dan

meningkatkan

penyembuhan dan

normalisasi fungsi

organ. Belajar

memperbaiki cara

menggunakan alat

Page 23: Kell 5 Paget

6. Kolaborasi dengan

ahli terapi

fisik/okupasi

dan/atau

rehabilitasi

spesialis

penting untuk

mempertahankan

mobilisasi optimal

dan keamanan

pasien

6. Pasien dapat

memerlukan

bantuan jangka

panjang dengan

gerakan, kekuatan

dan aktivitas yang

mengandalkan

berat badan juga

penggunaan alat

3. Setelah di lakukan

tindakan keperawatan

2x24 jam tidak terjadi

gangguan persepsi

sensori auditori dengan

KH:

1. Pasien dapat

meningkatkan

ketajaman

pendengaran dalam

batas situasi kondisi

1. Tentukan

ketajaman

pendengaran, catat

satu atau kedua

telinga yang

terlibat

2. Orientasikan

pasien terhadap

lingkungan, staff,

orang lain

disekirnya

1. Kebutuhan

individu dan

pilihan intervensi

bervariasi, sebab

kehilangan

pendengaran

terjadi lambat dna

progresif

2. Memberikan

peningkatan

kenyamanan dan

kekeluargaan

menurunkan

kecemasan dan

disorientasi

Page 24: Kell 5 Paget

3. Letakkan barang

yang

dibutuhkan/posisi

bel pemanggil

dalam jangkauan

4. Kolaborasi dengan

poli THT

3. Memungkinkan

pasien melihat

objek lebih

mudah dan

memudahkan

panggilan untuk

pertolongan bila

diperlukan

4. Untuk

memperbaiki

gangguan pada

pasien

Setelah di lakukan

tindakan keperawatan

2x24 jam resiko cedera

tidak menjadi aktual

dengan KH:

1. Klien tidak jatuh

dan fraktur tidak

terjadi

2. Klien dapat

menghindari

aktivitas yang

mengakibatkan

fraktur

1. Observasi aktivitas

klien selama

dirumah sakit.

Hindari

membungkuk tiba-

tiba, gerakan

mendadak dan

mengangkat berat

2. Ajarkan

penggunaan

mekanik tubuh

yang baik dan

postur tubuh yang

benar saat duduk

maupun berdiri

3. Berikan support

ambulasi sesuai

1. Mencegah resiko

terjadinya

kecelakaan dan

mencegah

terjadinya nyeri

yang lebih berat

2. Mempertahankan

atay

mengembalikan

postur tubuh yang

benar

3. Mengurangi

resiko kecelaan

dan skala nyeri

bertambah

4. Mengurangi

resiko terjadinya

Page 25: Kell 5 Paget

dengan kebutuhan

4. Beri lingkungan

yang aman dan

nyaman bagi klien

5. Kolaborasi dalam

pemberian terapi

obat-obatan

misalnya terapi

hormonal dan

terapi non

hormolan

kecelakaan

5. Memperbaiki

kepadatan tulang

Page 26: Kell 5 Paget

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit paget adalah kelainan metabolic tulang kronik yang secara khas

mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan

tulang dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh

peningkatan remodelling tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan

yang di ikuti oleh peningkatan aktivitas osteoblas sehingga pada akhirnya

akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan tulang. Penyakit ini juga di

kenal dengan nama Osteitis Deformans.

3.2 Saran

Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit

paget. Karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu

signifikan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Penyakit

paget biasanya dapat di diagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostic

terhadap klien atau setelah klein mengalami kelainan bentuk tulang atau

rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab itu di perlukan pembelajaran lebih

lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget ini.