Kelembaban Udara Usu 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pertanian "Satu"015 "Siap"

Citation preview

KELEMBABAN UDARA

JURNAL

OLEH:

MUHAMMAD IKHWAN INDARTO150301159AGROEKOTEKNOLOGI 3A

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGIPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA2015

I. JUDUL PRAKTIKUM : KELEMBABAN UDARAII. TANGGAL PRAKTIKUM DIMULAI : Rabu, 23 September 2015III. TANGGAL PRAKTIKUM SELESAI : Rabu, 23 September 2015IV. TUJUAN PRAKTIKUM : Untuk mengukur dan mengetahui kelembaban udara pada daerah vegetasi dan non-vegetasi di ketinggian tertentu.

V. TINJAUAN PUSTAKAJumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot sebenarnya uap air yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka biasanya di ukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan tekanan yang sedang ada (Michael, 1994).

Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air persatuan udara. Jumlah uap air yang tersimpan di udara dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah temperatur dan tekanan tertentu (Umar, 2012).

Temperatur dan kelembaban umunya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga sebagai bagian yang paling penting dalam iklim. Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Sehingga temperatur memberikan efek yang membatasinyalebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperatur ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek lain dari azas mengenai faktor interaksi (Odum, 1994).

Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini di dasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya dengan hidrat kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).

Konsentrasi kelembaban dapat diekspresikan dalam: kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebauah alat pengawal lembab (dehumiifier). Dapat di analogikan dengan sebuah termometer dan sebuah termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 C (86 F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 C (32 F) (Odum, 1994).

Kelembaban absolut mendefenisikan massa uap air pada volume tertentu campuran udara atau gas, dan umumnya dilaporkan dalam gram per meter kubik. Kelembaban relatif (RH) dan suhu udara merupakan salah satu parameter yang penting dalam pengukuran meteorologi. Pengukuran kelembaban relatif secara kontinyu dan kemudahan dalam perawatan diperlukan dalam bidang perikanan dan kelautan, antara lain: perekam data rh lingkungan pantai dan lepas pantai secara in situ, manajemen cold storage untuk hasil perikanan tangkap, pengukuran dalam Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), analisis penyimpanan dalam kontainer dan dengan kandungan air dalam udara. Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang dikandungnya tinggi, dan udara dikatakan mempunyai kelembaban yang rendah apabila uap air yang dikandungnya rendah. Secara matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air di dalam suatu volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap air) di dalam volume yang sama (Odum, 1994).

Kelembaban relatif adalah rasio yang digambarkan sebagai persentase antara tekanan uap air aktual es terhadap tekanan uap jenuh es, pada suhu udara T tertentu. Sedangkan suhu udara adalah jumlah panas yang terkandung di udara (Lakitan, 1994).

Kelembapan udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ).

VI. BAHAN DAN METODEVI.1. Waktu Praktikum : Rabu, 23 September 2015VI.2. Bahan Praktikum : 1. Air 2. UdaraVI.3. Alat Praktikum : Sling psychometer

VI.4. Prosedur Percobaan : 1. Ambil alat ukur Kelembaban Udara (sling psychometer) 2. Buka penutup pada bagian bawah sling psychometer 3. Basahi alat sling psychometer pada termometer bola basah (TBB) sehingga kain kasa pada alat tersebut basah 4. Bawa alat sling psychometer ke daerah yang akan diukur Kelembaban Udaranya (Vegetasi dan Non-vegetasi) 5. Pada ketinggian 50 cm, ayunkan alat sling psychometer searah jarum jam sebanyak 3-4 kali putaran per detik dan lakukan selama satu menit 6. Perhatikan angka yang tertera pada termometer bola kering (TBK) dan termometer bola basah (TBB) 7. Catat hasil pengamatan pada termometer bola kering (TBK) dan termometer bola basah (TBB) pada ketinggian tersebut 8. Lakukan hal yang sama pada ketinggian 100 cm, 150 cm, dan 200 cm 9. Hitunglah Kelembaban Udara dari hasil pengamatan pada termometer bola kering (TBK) dan termometer bola basah (TBB) pada ketinggian tersebut

VII. HASIL DAN PEMBAHASANVII.1. Hasil Untuk menghitung kelembaban udara, maka diperlukan rumus :RH = x 100%E = EBB A x P (TBK-TBB)Emax = EBK A x P (TBK TBB)Ket:RH = kelembaban udaraE = tekanan uap air parsialEBB = uap air jenuh bola basahEBK = uap air jenuh bola keringA = konstanta psychometer (0,00067)P = 1013 millibarTBK = termometer bola kering (0C)TBB = termometer bola basah (0C)

a. Pengamatan pada daerah VegetasiKetinggian tempat(cm)TBK (oC)TBB (oC)RH (%)

50 30,52669,99

1003126,568,76

1503125,547,83

20030,526.573,07

b. Pengamatan pada daerah Non-VegetasiKetinggian tempat(cm)TBK (oC)TBB (oC)RH (%)

50 342653,0

10031,52664,67

1503125,564,34

200322662,14

VII.2. PembahasanPraktikum Kelembaban Udara dilakukan di Laboratorium Agroklimatologi Universitas Sumatera Utara. Pengukuran kelembaban udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering, kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh penyinaran matahari beserta ketinggian tempat dilakukannya pengukuran kelembaban.Pada daerah Vegetatif didapati hasil kelembaban pada ketinggian 50 cm memiliki kelembaban sebesar 69,99 %, pada ketinggian 100 cm memiliki kelembaban sebesar 68,76 %, pada ketinggian 150 cm memiliki kelembaban 47,83 %, dan pada ketinggian 200 cm memiliki kelembaban 73,07 %. Ini menyatakan bahwa kelembaban udara mempengaruhi ketinggian suatu tempat.Pada daerah Non-Vegetatif hasil kelembaban pada ketinggian 50 cm memiliki kelembaban sebesar 53,0 %, pada ketinggian 100 cm memiliki kelembapan sebesar 64,67 %, pada ketinggian 150 cm memiliki kelembaban sebesar 64,34 %, dan pada ketinggian 200 cm memiliki kelembaban sebesar 62,14 %. Ini menyatakan bahwa kelembaban udara pada daerah Vegetasi relatif lebih tinggi daripada didaerah Non-Vegetatif. Pada Tumbuhan pengaruh kelembaban merupakan faktor penting dalam tumbuh kembang tanaman .Kelembaban udara adalah banyaknya kadar uap air yang berada di udara . Kelembaban udara memengaruhi pemanjangan sel pada kecambah . Kondisi yang lembab menyebabkan banyak air yang diserap kecambah dan lebih sedikit yang diuapkan . Kondisi tersebut mendukung aktivitas pemanjangan sel sel . Sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum sehingga ukuran kecambah semakin besar .Pada tanaman buah-buahan kelembaban udara akan mempengaruhi kondisi dari buah tersebut. Semakin tinggi kelembaban udara pada suatu tanaman. maka akan semakin cepat pula buah yang dihasilkan menjadi busuk dikarenakan kadar air yang lumayan tinggi. sebaliknya, saat kelembaban udara rendah kadar air dalam buah-buah cenderung lebih rendah jadi tidak mudah busuk.Hal ini sesuai dengan literatur (Odum, 1994) yang mengatakan temperatur dan kelembaban umunya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga sebagai bagian yang paling penting dalam iklim. Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Sehingga temperatur memberikan efek yang membatasinyalebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperatur ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek lain dari azas mengenai faktor interaksi

VIII. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Terdapat perbedaan nilai kelembaban relatif pada dua tempat pengukuran yaitu pada daerah vegetasi dan non-vegetasi . Disamping itu, perbedaan nilai juga terdapat pada hasil pengukuran dengan menggunakan sling psychrometer. Faktor-faktor lain yang memepengaruhi perbedaan kelembaban relatif adalah: kualitas penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu ,dan waktu pengambilan data.2. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sling psychrometer yang digunakan dengan cara di ayunkan searah putaran jarum jam sebanyak tiga sampai empat putaran per detik dan diukur selama satu menit di ketinggian yang berbeda dan tempat yang berbeda pula.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Gunarsih, K.A, Ir. 2008. Klimatologi. Jakarta : Bumi AksaraGuslim. 2007. Agroklimatologi. Medan : USU PressGuslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.Handoko, Ir. Dr. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta : Pustaka JayaHandoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor : FMIPA-IPBHandoko. 2008. Pengamatan Unsur Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB. BogorHardjodinomo, Soekirno. 1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta, Bandung.Ir.Gusniwati,MP.2012.Penuntun Praktikum Instrumentasi Klimatologi.Universitas Jambi.Lakitan, Benyamin.1994. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta : PT.Raja GrafindoMichael. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Jakarta:UI PressOdum, Eugene.1994. Dasar-Dasar Ekologi.Yogyakarta:UGM PressSyehan, Ersin.1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta : UGM Press T. Trewartha, Glenn & Lyle H.Horn. 1995. Pengantar Iklim. Yogyakarta : UGM PressUmar, M. Ruslan. 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: UNHAS Press