Upload
ismayani-arifin
View
365
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
KELARUTAN INTRINSIK OBAT
A. Tujuan
Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu:
1. Untuk menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat
2. Untuk mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat.
B. Landasan Teori
Titrasi adalah suatu metode kimia analisis kuantitatif yang dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu dengan cara
mereaksikan sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui
secara tepat. Titrasi biasa dibedakan berdsarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, misalnya proses tittasi asam-basa yang artinya melibatkan larutan
asam-basa (Purba, 2007).
Pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi
asam-basa, biasanya secara umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi
larutan uji, yang sebelumnya telah diberi larutan indikator, apabila terjadi
peribahan warna yang disebut titik akhir maka penetesan larutan dihentikan.Dan
ini disebut larutan yang diuji setara secara kimia dengan larutan uji (Yulianto,
2009).
Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat
menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan
warna.Indikator berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi
asam basa (Suirta, 2010).
Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan
besarnya kelarutan, sebagian besar tergantung pada sifat serta
intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut-pelarut dan resultan
interaksi zat terlarut-pelarut (Lachman dkk, 1989).
Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen.Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi
yang dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur
tertentu.Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
keadaansetimbang dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari
yangseharusnya pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak
larut, keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang
dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan lebih mudah larut daripada
kristal besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan
akibat kegagalan kristalisasi (Martin dkk, 1993).
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zatterlarut
dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh faktor temperatur, tekanan, pH
larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut
(Martin dkk, 1993).
Asam salisilat yang memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk
Kristal kecil berwarna merah muda terang hingga kecoklatan yang memiliki berat
molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 1560C dan densitas pada
250C sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan
dalam panas.Asam salisilat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi dengan
mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat pada
suhu sekitar 2000C.Selain itu asam salisilat mudah menguap dalam steam.Asam
salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang banyak digunakan sebagai bahan
intermediet dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik serta
pembuatan bahan baku untuk keperluan farmasi (Kristian, 2007).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a. Pipet tetes
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Statif dan klem
d. Tabung reaksi
e. Pipet ukur 10 mL
f. Filer
g. Buret 50 mL
h. Gelas arloji
i. Timbangan analitik
j. Rak tabung reaksi
k. Corong
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a. Asam salisilat
b. NaOH 0,1 N
c. Propilen glikol
d. Etanol
e. Aquadest
f. Tissue
g. Kertas saring
D. Prosedur Kerja
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1-7- Ditambahkan etanol:
Tabung I = 0 mLTabung II = 0,5 mLTabung III = 1 mLTabung IV = 1,5 mLTabung V = 3 mLTabung VI = 3,5 mLTabung VII = 4 mL
- Ditambahkan propilen glikol:Tabung I = 4 mLTabung II = 3,5 mLTabung III = 3 mLTabung IV = 1,5 mLTabung V = 1 mLTabung VI = 0,5 mLTabung VII = 0 mL
- Ditambahkan asam salisilat 1 gr pada tabung 1-7- Dikocok selama 30 menit- disaring
-- ditambahkan indikator pp 3 tetes- dititrasi dengan NaOH 0,1 N- dicatat volume NaOH yang digunakan- ditentukan kadar asam salisilat
Tabung I = 0,134Tabung II = 0,04Tabung III = 0,08Tabung IV = 0,07Tabung V = 0,1Tabung VI = 0,11Tabung VII = 0,07
Aquadest 6 mL
Residu Filtrat
E. Hasil pengamatan
1) Tabel hasil pengamatan
Tabung
ke-
Volume (mL) Volume NaOH yang
digunakan (mL)Air Etanol P. Glikol
1 6 0 4 6,7
2 6 0,5 3,5 2
3 6 1 3 4
4 6 1,5 2,5 3,5
5 6 3 1 5
6 6 3,5 0,5 5,5
7 6 4 0 3,5
2) Perhitungan
1. Molaritas NaOH
Diketahui : Normalitas NaOH = 0,1 N
Ditanyakan : Molaritas NaOH…….?
Perhitungan :
N=M ×ek
M= Nek
M=0,1
grekL
1 grek
mol
M=0,1 mol
L
M=0,1 Molar
2. Kadar asam salisilat
Tabung 1
Diketahui : V NaOH = 6,7 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
6,7 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,134 M
Tabung II
Diketahui : V NaOH = 2 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
2 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,04 M
Tabung III
Diketahui : V NaOH = 4 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
4 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,08 M
Tabung IV
Diketahui : V NaOH = 3,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
3,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,07 M
Tabung V
Diketahui : V NaOH = 5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,1 M
Tabung VI
Diketahui : V NaOH = 5,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
5,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,11 M
Tabung VII
Diketahui : V NaOH = 3,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
3,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,07 M
3. Konstanta dielektrik (ε) masing-masing pelarut dalam pelarut
campuran
1. Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur
Pada tabung I – VII
Diketahui : ε air = 80,4
V air = 60 (% v/v)
Ditanyakan : ε air dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε air dalam pelarut campur = ε air × % v/v air
=80,4 ×60
100
= 48,24
2. Konstanta dielektrik etanol (alkohol)
Tabung I
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 0 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
0100
= 0
Tabung II
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 5 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
5100
= 1,285
Tabung III
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 10 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
10100
= 2,57
Tabung IV
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 15 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
15100
= 3,855
Tabung V
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 30 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
30100
= 7,71
Tabung VI
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 35 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
35100
= 8,995
Tabung VII
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 40 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εetanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
40100
= 10,28
3. Konstanta dielektrik propilen glikol
Tabung I
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 40 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
40100
= 20
Tabung II
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 35 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
35100
= 17,5
Tabung III
Diketahui : ε p.glikol = 42.5
V p.glikol = 30 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
30100
= 15
Tabung IV
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 15 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
15100
= 7,5
Tabung V
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 10 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
10100
= 5
Tabung VI
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 5 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
5100
= 2,5
Tabung VII
Diketahui : ε p.glikol = 42.5
V p.glikol = 0 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 42.5 ×
0100
= 0
Konstanta dielektrik pelarut campur
Tabung
Ke-ε air
ε
alkohol
ε
P.Glikol
ε pelarut campur
(ε air + ε alkohol + ε gliserol)
Kadar Asam
Salisilat
1 48,24 0 20 68,24 0,134
2 48,24 1,285 17,5 67,025 0,04
3 48,24 2,57 15 65,81 0,08
4 48,24 3,855 7,5 59,595 0,07
5 48,24 7,71 5 60,95 0,1
6 48,24 8,995 2,5 59,735 0,11
7 48,24 10,28 0 58,52 0.07
3) Grafik HasilPercobaan
0.04 0.07 0.07 0.08 0.1 0.11 0.13452545658606264666870
Kurva Hubungan ε Pelarut Campur vs Kadar Asam Aalisilat
Kadar Asam Aalisilat
ε Pe
laru
t Cam
pur
F. Pembahasan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan.Larutan hasil disebut larutan jenuh.Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan
zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil
tergantung pada hal terbaginya zat terlarut.Bila suatu pelarut pada temperatur
tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan
ini disebut larutan jenuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat padat dalam cairan
antara lain, Intensitas Pengadukan, pH (keasaman atau kebasaan), suhu, komposisi
cairan pelarut, ukuran partikel, pembentukan kompleks, dan tekanan.Tahap-tahap
terjadinya kelarutan adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama menyangkut pemindahan suatu molekul zat dari zat terlarutatau
pelepasan satu molekul dari kristal solut pada temperatur tertentu.
2. Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang dalam pelarut yang cukup besar
untuk menerima molekul zat terlarut.
3. Tahap ketiga molekul zat terlarut akhirnya ditempatkan dalam lubang pelarut.
Pada percobaan kali ini ditentukan kelarutan asam salisilat dengan
menggunakan pelarut campur yaitu akuades, etanol dan propilen glikol.Karena
pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode titrasi, maka
diperlukan juga indikator di tiap perlakuan sebagai penanda ketika nanti telah
tercapainya titik akhir titrasi.
Percobaan ini dilakukan pada tujuh sampel dengan variasi volume etanol
dan propilen glikol di tiap tabung itu berbeda, namun massa asam salisilat dan
volume akuades tetap sama di tiap tabung. Propilen glikol merupakan suatu zat
yang kental yang bersifat nonpolar, sedangkang etanol dan aquadest besifat polar.
Dan perlakuan selanjutnya harus dihomogenkan dengan mengocoknya selama 30
menit. Alasan dari penambahan pelarut campur dengan volume yang berbeda
yaitu untuk melihat kepolaran dari zat terlarut tersebut.
Percobaan dilakukan dengan metode titrasi asam basa. Itu dikarenakan
sampel yang akan diuji kelarutannya serta penentuan kadarnya adalah asam,
sehingga dengan metode ini dapat mempermudah proses atupun percobaan yang
dilakukan. Teorinya, ketika makin banyak volume NaOH yang digunakan nanti,
maka akan semakin sedikit terlarutnya zat. Karena dibutuhkan banyak NaOH
untuk dapat menyetarakan mol dengan asam salisilat.
Berdasarkan percobaan yaitu dari penambahan etanol dan propilen glikol
yang bervariasi di tiap tabung, maka volume NaOH yang ditambahkan dalam
proses titrasi ini bervariasi pula untuk mencapai titik akhir titrasi dan titik
ekuivalennya. Seperti contoh pada tabung I yang menggunakan propilen glikol
sebanyak 4 mL dan tanpa menggunakan etanol, diperlukan NaOH sebanyak 6.7
mL untuk dapat mencapai titik akhir titrasinya. Kemudian pada tabung II dengan
etanol sebanyak 0.5 mL dan propilen glikol sebanyak 3.5 mL, diperlukan NaOH
sebanyak 2 mL. Begitu selanjutnya pada tabung III, IV, V, VI, dan VII,
ditambahkan etanol sebanyak 1, 1.5, 3, 3.5, dan 4 mL kemudian propilen glikol
sebanyak 3, 1.5, 1, 0.5, dan 0 mL, sehingga untuk mencapai titik akhir titrasinya
diperlukan NaOH sebanyak 4, 3.5, 5, 5.5, dan 3.5 mL.
Dari hasil maka didapatkan kadar asam salisilat yang larut pada tabung I,
II, III, IV, V, VI, VII yaitu 0.134, 0.04, 0.08, 0.07, 0.1, 0.11, dan 0.07. Dan untuk
konstanta dielektrik pelarut campurnya yaitu 68.24, 67.025, 65.81, 59.595, 60.95,
59.735, dan 58.52.
Bardasarkan teori, konstanta dielektrik pelarut campur berbanding terbalik
dengan zat terlarut. Yaitu makin banyak konstanta dielektrik pelarut campurnya,
maka akan semakin sedikit zat terlarut. Seharusnya didapatkan hasil yang berurut
sesuai dengan konstanta dielektrik pelarut campurnya untuk melihat kelarutan,
yaitu dari tabung I hingga tabung VII.Namun pada percobaan kali ini didapatkan
hasil yang berbeda dari teori.Susunan berdasarkan hasil yang didapat yaitu tabung
I, II, III, V, VII, IV, kemudian VII.
Teori yang kedua, kepolaran berbanding lurus dengan asam salisilat yang
larut. Yaitu makin banyak zat yang bersifat polar dalam larutan tersebut, maka
akan makin banyak zat yang larut. Dalam percobaan ini dimisalkan dengan, ketika
makin banyak campuran dari etanol, maka zat yang terlarut akan makin banyak,
sebab etanol yang bersifat polar akan melarutkan asam salisilat, kemudian
didukung juga dengan adanya aquadest yang bersifat polar juga. Dibandingkan
propilen glikol yang bersifat nonpolar sehingga sulit melarutkan. Berdasarkan
teori, seharusnya didapatkan hasil tabung VII yang memiliki kadar kelarutan
paling tinggi dibandingkan dengan yang lain karena pada tabung VII yang
memiliki tambahan etanol yang paling banyak dibandingkan tabung lainnya.
Namun kali ini berbeda.Didapatkan hasil I, VI, V, III, VII, IV, kemudian II.
Perbedaan hasil pada percobaan dengan teori bisa saja terjadi.Adapun
penyebabnya bisa dari alat, praktikan, ataupun kesalahan dalam prosedur
kerja.Pada percobaan kali ini, perbedaan antara hasil dengan teori diduga
diakibatkan karena pada pengocokan menggunakan tangan padahal seharusnya
pada percobaan menggunakan alat pengocok orbital agar pengocokan lebih
merata. Kemudian waktu pegocokan seharusnya 2 jam, namun dipotong menjadi
30 menit saja, mengingat waktu yang begitu terbatas. Dan yang terakhir kesalahan
dapat disebabkan olah praktikan sendiri karena kurangnya ketelitian.
G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu intensitas pengadukan,
pH (keasaman atau kebasaan), suhu, komposisi cairan pelarut, ukuran
partikel, pembentukan kompleks, dan tekanan.
2. Adapun pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat yaitu untuk
melihat kepolaran dari zat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, Marline. 1990. Liposom sebagai Sistem Penghantar Obat Kanker . Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD. Jatinangor-Sumedang.
Avery, H. E. 1981. Basic Reaction Kinetics and Mechanism. Formerly PrincipalLecturer in Chemitry. Lanchester Polytechnics Coventry.
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Clark, Jim. 2007. Basa Kuat dan Basa Lemah. http://www.che-is-try.org/materi_kimia/kima_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/basa_kuat_dan_basa_lemah/ .Diakses 21 Mareet 2011.
Daintith, Jonh. 2010. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Damunir. 2007. Aspek Kinetika Reaksi Kernel U3O8 Dengan Gas H2 Terhadap Karakreristik Energi Aktivitas, Konstanta Laju Reaksi Rasio O/U Kernel UO2. Jurnal Tek. Bhn. Nukl. Vol. 3 No.2. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN. Yogyakarta.
Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia” Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Herlina, Elin. 2008. Upaya Peningkatan Kelarutan Hidroklortiazida dengan Penambahan Surfaktan Tween 60. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/asam-lemah. Diakses 21 Maret 2011.
Irawan, M.K., Hendra, C. 2004. Perancangan Kontrol Ph Pada Proses Titrasi Asam Basa.Jurnal Proses Penetralan pH. Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Kristian dkk. 2007. Penentuan Waktu kelarutan pada Uji Disolusi Obat. FMIPA USU. Medan.
Lachman, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Mangkoedihardjo, Sarwoko. 2005. Perencanaan Tata Ruang Fitostruktur Wilayah Pesisir Sebagai Penyangga Perencanaan Tata Ruang Wilayah Daratan. Jurusan Teknik Lingkungan ITS: Surabaya.Martin, A., Arthur
C., James S. 1993. Farmasi Fisik, Edisi Ketiga Jilid 1. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Martin, A., Arthur C., James S. 1993. Farmasi Fisik Edisi ke-3.UI-Press. Jakarta.
Mildy, Sahri David. 2010. Teori Asam Basa. http://sahri.ohlog.com/teori-asam-basa.oh80823.html . Diakses 21 Maret 2011.
Moechtar. 1987. Farmasi Fisika; Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Noorma R. 2004. Studi Kelarutan Astemizol(2): Perhitungan Rasio Saturasi dan Penentuan Parameter Termodinamika pada Proses Solubilisasi Miselar Menggunakan Tween 80 sebagai Solrrbilizing Agent.. Fakultas Farrnasi Universitas Airlangga. Jakarta.
Nugroho, A. K., Suwaldi M., Tedjo M. 2000. Pengaruh Propilen Glikol Terhadap Kelarutan Semu Teofilin dan Kofein. Majalah Farmasi 11 (3). Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Bogor.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM Press. Yogyakarta.
Soesilo, Diana, Rinna E.S., Indeswati D. 2005. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga: Surabaya. Suirta, I W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator Dalam Titrasi. Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Bali.
Suirta, I W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam Titrasi. Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Bali.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta Yulianto, 2009. Aplikasi PPI 8255 sebagai Alat Ukur Konsentrasi Larutan Metode Titrasi. UMM. Malang.
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Utami, T. S., Rita A., Doddy N. 2007. Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpa, ISSN. UI. Depok.
Widyaningsih, Linda. 2009. Pengaruh Penambahan Kosolven Propilen Glikol Terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Yulianto. 2009. Aplikasi PPI 8255 sebagai Alat Ukur Konsentrasi Larutan Metode Titrasi. UMM. Malang.
Zulkifly, Oktavian. 2003. http://zulfiky.blogspot.com/2010/03/larutan-penyangga.html. Diakses pada 18 maret 2011.