21
BAB 1 PENDAHULUAN Bahwa anak dapat mengalami kejang bila menderita demam telah lama diketahui. Hippokrates, pakar ilmu kedokteran asal Yunani yang hidup pada abad ke-4 sebelum Masehi antara lain pernah menulis : "......Kejang dapat terjadi pada anak bila terdapat demam akut, sampai usia 7 tahun...". 2 Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada anak-anak dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1.000 anak. Kejang ini merupakan penyebab paling lazim untuk rujukan pada praktek neurologi anak. 3 Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dibidang neurologi khususnya anak. 1 Kejang juga selalu menjadi peristiwa yang menakutkan bagi orang tua, sehingga sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan tepat dan cepat. Untungnya, sebagian besar kejang demam tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kerusakan otak atau komplikasi serius yang lain. Bagaimanapun bayi dan anak dengan kejang demam menderita demam yang membutuhkan penanganan medis yang tepat. Meskipun rawat inap di rumah sakit bukan suatu keharusan, dokter harus memantau dan menangani penyebab dari demam yang menyebabkan kejang tersebut, serta memonitor kejang itu sendiri. 1

kejang_demam_

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kejang demam

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

Bahwa anak dapat mengalami kejang bila menderita demam telah lama

diketahui. Hippokrates, pakar ilmu kedokteran asal Yunani yang hidup pada abad

ke-4 sebelum Masehi antara lain pernah menulis : "......Kejang dapat terjadi pada

anak bila terdapat demam akut, sampai usia 7 tahun...".2

Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada anak-anak dan

terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1.000 anak. Kejang ini merupakan penyebab

paling lazim untuk rujukan pada praktek neurologi anak.3 Kejang demam

merupakan penyakit kejang yang paling sering dibidang neurologi khususnya

anak.1

Kejang juga selalu menjadi peristiwa yang menakutkan bagi orang tua,

sehingga sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan tepat dan cepat.

Untungnya, sebagian besar kejang demam tidak berbahaya dan tidak

menyebabkan kerusakan otak atau komplikasi serius yang lain. Bagaimanapun

bayi dan anak dengan kejang demam menderita demam yang membutuhkan

penanganan medis yang tepat. Meskipun rawat inap di rumah sakit bukan suatu

keharusan, dokter harus memantau dan menangani penyebab dari demam yang

menyebabkan kejang tersebut, serta memonitor kejang itu sendiri.

Penanganan kejang demam sejak awal sampai saat ini masih kontroversi

terutama mengenai pengobatannya yaitu perlu tidaknya penggunaan obat untuk

profilaksis rumat.1

1

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kejang adalah fenomena elektro-fisiologik abnormal dari otak yang terjadi

sementara sehingga menyebabkan sinkronisasi abnormal dari aktivitas elektrik

neuron, yang bermanifestasi berupa gerakan tubuh involunter, gangguan

kesadaran atau perilaku. 7

Menurut konsensus National Institute of Health tahun 1980 ataupun

consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam didefinisikan sebagai

suatu kejadian saat masa anak-anak dan bayi yang biasanya terjadi pada usia 3

bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam, tetapi tidak ada bukti infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan

bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Derajat tingginya demam

yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam ialah 38°C atau lebih.4

Sedangkan berdasarkan Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam,

definisi kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 38° C) yang disebabkan oleh prases ekstrakranium.2,4,13

2.2 Insiden

Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung pada umur, tinggi serta

cepatnya suhu meningkat, dan faktor hereditas. Anak usia 6 bulan sampai 5 tahun

prevalensi terjadinya kejang demam adalah 2-4%. Penelitian di Jepang

menunjukkan insiden yang lebih tinggi yaitu 9,7% (10,5% pada laki-laki dan

8,9% pada perempuan). Angka kejadian kejang demam lebih sering dijumpai pada

anak laki-laki dibanding anak perempuan, dengan perbandingan yang berkisar

antara 1,4:1 dan 1,2:1. Kejang demam cenderung terjadi dalam hubungan sebuah

keluarga. Pada seorang anak dengan kejang demam, risiko kejang demam saudara

kandungnya adalah sebesar 10% bahkan dapat menjadi 50% jika orangtua pernah

mengalami kejang demam.2

2.3 Klasifikasi

2

Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu

a. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan

umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,

tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 ,jam. Tidak ada

gangguan neurologis sebelum kejang. Kejang demam sederhana merupakan 80%

di antara seluruh kejang demam.1

Di sub bagian Saraf anak bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta, kriteria

Livingston yang dimodifikasi dipakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis

kejang demam sederhana. Kriteria tersebut adalah : 4

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15

menit.

3. kejang bersifat umum.

4. kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam

5. pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu

normal tidak menunjukkan kelainan.

7. frekuensi bangkitan kejang di dalam I tahun tidak melebihi 4

kali.

Kejang Demam Kompleks

Kejang dengan salah satu ciri sebagai berikut ini :

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

3

2.4 Patofisiologi 5,10,14

Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu

senyawa glukosa yang didapat dari proses metabolisme. sel

Sel-sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam keadaan normal membran sel

neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui

oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya

konsentrasi ion K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah.

Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut maka terejadi beda potensial yang

disebut “Potensial Membran Sel Neuron”. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran sel diperlukan energi dan enzim Na-K-ATP ase yang terdapat

pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran sel dipengaruhi oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

2. Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanis, kimiawi,

atau aliran listrik disekitarnya

3. Perubahan patofisiologi dari membrane karena penyakit atau factor keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Jadi

pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane

dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui

membrane sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar

sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel tetangga dengan

bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Pada anak balita, aliran darah ke

otak mencapai 65% dari aliran darah seluruh tubuh (pada orang dewasa hanya

15%). Sebab itu kenaikan suhu tubuh lebih mudah menimbulkan gangguan pada

metabolisme otak. Sehingga akan mengganggu keseimbangan sel otak yang

menimbulkan terjadinya pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh

jaringan otak. Akibatnya terjadi kekakuan otot yang menyebabkan kejang tadi.6,14

4

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C

sudah terjadi kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru terjadi pada suhu diatas 40 C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi

pada anak dengan ambang kejang rendah.

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan

tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama

(>15 menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen

dan energi untuk kontraksi otot skelet yang mengakibatkan hipoksemia,

hiperkapnea, dan asidosis laktat.

Hipotensi areterial disetai dengan arimia jantung dan kenaikan suhu tubuh

disebabkan meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak.

Rangkaian kejadian diatas adalah factor panyebab kerusakan neuron otak pada

kejang yang lama. Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang

mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular

dan odem otak serta kerusakan sel neuron. 10

2.5 Manifestasi Klinis

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak, sebagian

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan

oleh infeksi otitis media akuta, bronkhitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan

kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung

singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal.

Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi

reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan

terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.

5

Gambar 2.1 Jenis kejang pada kejang demam

2.5.1 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik anak dengan kejang demam status neurologis dan

pertumbuhannya sama dengan anak sehat. Yang paling penting pada anak dengan

kejang demam tidak ditemukan tanda-tanda meningitis atau ensefalitis seperti

kaku kuduk dan perubahan status kesadaran yang persisten.1

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab

demam, atau penyebab lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit

dan gula darah.5

b. Pemeriksaan Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk

menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi

klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu fungsi lumbal dilakukan pada :5

Bayi (kurang dari 12 bulan) sangat dianjurkan dilakukan

Bayi 12-18 bulan dianjurkan

6

Anak umur > 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara

klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Berdasarkan penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang

abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang :12

Memiliki tanda peradangan selaput otak

Mengalami complex partial seizure

Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga

sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.

c. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada

pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam

yang tidak khas. Misalnya : kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6

tahun, atau kejang demam fokal.

d. Pencitraan

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-

scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin

dan hanya atas indikasi seperti :5

Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala

Kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali, spastic)

Adanya tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun,

muntah berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI,

edema papil).

2.6 Diagnosis Banding

Meningitis

7

Ensefalitis

Abses otak

Epilepsi.10,11

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Penatalaksanaan saat kejang

Saat terjadi kejang kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.

Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring ke salah satu sisi.

Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan

lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien

datang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling

cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara

intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20

mg.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah

diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam

rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk

berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak

di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti. dapat

diulangi lagi cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah

2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.

Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis

awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50

mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai

12 jam setelah dosis awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di

ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya

8

tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang demam sederhana atau kejang

demam kompleks dan faktor resikonya.

2.7.2 Pemberian obat pada saat demam

a. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko

terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik

tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali

diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10

mg/kg/kali, 3-4 kali sehari,dapat digunakan pada anak usia lebih dari 6 bulan, tapi

jangan diberikan pada anak dengan demam yang disertai tanda-tanda kekurangan

cairan (dehidrasi) atau muntah.13

Meskipun jarang, asam asetilsalisilat (aspirin) dapat menyebabkan

sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan

asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.

b. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan resiko berulangnya kejang 30%-60% kasus, begitu pula dengan

diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,50C. Dosis tersebut

cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi yang cukup berat pada

25-39% kasus.

Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna

untuk mencegah kejang demam.1

2.7.3 Pemberian Obat Rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri

sebagai berikut (salah satu) :1

Kejang lama > 15 menit

9

Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,

hidrosefalus

Kejang fokal

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :

Kejang berulang dua kali atau lebih dari 4 jam

Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

Kejang demam > 4 kali per tahun

Sebagian peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan

indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya

keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan

rumat.

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari

dibagi dalam 2-3 dosis setiap hari efektif dalam menurunkan resiko berulangnya

kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan

penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat

hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian

fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan

belajar pada 40%-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada

sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat

dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 1540 mg/kg/hr

dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

2.8 Prognosis

2.8.1 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kelainan kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada

pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan

10

kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi

pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.2

2.8.2 Kemungkinan mengalami kematian

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.1

2.8.3 Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko

berulangnya kejang demam adalah :1

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Usia kurang dari 12 bulan

Temperatur yang rendah saat kejang

Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah

80%. Sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya

kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling

besar pada tahun pertama.

2.8.4 Faktor resiko terjadinya epilepsi

Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor

resiko menjadi epilepsi adalah :

Kelainan neurologis atau kelainan perkembangan yang jelas sebelum

kejang demam pertama (Kejang demam simtomatik)

Kejang demam kompleks

Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan terjadinya epilepsi

sampai 4%-6%, kemungkinan dari faktor resiko tersebut meningkatkan

kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan mejadi epilepsi tidak

dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

11

BAB 3

KESIMPULAN

1. Kejang demam didefinisikan sebagai suatu kejadian saat masa anak-anak dan

bayi yang biasanya terjadi pada usia 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan

dengan demam, tetapi tidak ada bukti infeksi intrakranial atau penyebab

tertentu.

2. Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu : kejang demam

sederhana (Simple febrile seizure), kejang demam kompleks (complex febrile

seizure).

3. Terapi saat kejang terjadi dapat diberikan obat antikonvulsan. Pemberian

antipiretik saat panas dapat diberikan meskipun tidak mengurangi resiko

terjadinya kejang demam. Pemberian obat rumat tidak diberikan secara rutin,

hanya diberikan bila ada indikasi.

4. Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Kelainan

kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien

yang sebelumnya normal. Kematian karena kejang demam tidak pernah

dilaporkan.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Baumann, R. 2007. Febrile Seizure. Available at http://www.emedicine.com/

neuro/topic 134.htm

2. Lumbantobing, S.M. 2004. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta :

Balai Penerbit FKUI

3. Nelson, W.E, et.all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 Vol 3.

Jakarta: EGC

4. Soetomomenggolo, T.S. dan Ismael, S. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak.

Jakarta: IDAI

5. D. Pusponegoro, Hardiono, dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Edisi I. Jakarta : IDAI

6. Komite Medik RSUP Dr.Sardjito. 1999. Standar Pelayanan Medis RSUP Dr.

Sardjito. Buku 2. Yogyakarta : Medika FK UGM

7. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

8. Merenstein, Gerald. 1999. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta : Widya Medika

9. Rendle Short, John. 1995. Ikhtisar Penyakit Anak Jilid II. Jakarta : Binarupa

Aksara

13

10. www.google.com ./Tentang kedokteran dan linux/kejang demam pada

anak.htm

11. www.pediatrik.com./ kejang demam.htm

12. www.google.com./ Informasi tentang kesehatan anak dan ibu/ kejang

demam.htm

13. www.google.com./ WawasanDigital/demam pada anak.htm

14. www.indomedia.com . /intisari/2001/Mei/tetaplah tenang jika anak kejang

demam/griya maya faiq.htm

14