78
KEEFEKTIFAN MODEL TGT BERBANTU MEDIA GAMBAR DENGAN VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN PENUSUPAN 1 KABUPATEN TEGAL Skripsi diajukan sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar oleh Nur Hidayah 1401413344 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

KEEFEKTIFAN MODEL TGT BERBANTU MEDIA GAMBAR …lib.unnes.ac.id/31389/1/1401413344.pdf · dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Penusupan 1dan SDN Pener 3. Populasi dalam penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

i

KEEFEKTIFAN MODEL TGT

BERBANTU MEDIA GAMBAR DENGAN VIDEO

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SDN PENUSUPAN 1 KABUPATEN TEGAL

Skripsi

diajukan sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Nur Hidayah

1401413344

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari kaya tulis orang lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dirijuk bedasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, 10 Juli 2017

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji ke sidang panitia ujian

skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang.

Tempat : Kota Tegal

hari, tanggal : 31 Juli 2017

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. Drs. Yuli Witanto, M.Pd.

19630923 198703 2 001 19640717 198803 1 002

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Keefektifan Model TGT Berbantu Media Gambar Dengan

Video Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Penusupan 1 Kabupaten

Tegal oleh Nur Hidayah 1401413344, telah dipertahankan di hadapan sidang

Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 31 Juli 2017.

PANITIA UJIAN

Sekretaris

Drs. Utoyo, M.Pd.

19620619 198703 1 001

Penguji I,

Drs. Yuli Witanto, M.Pd.

19640717 198803 1 002

Penguji II,

Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.

19630923 198703 2 001

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan

sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri

pula. (QS. Al-Isra’: 7).

“Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, bersiaplah menanggung perihnya

kebodohan” (Imam Syafi’i).

Zona nyamanku adalah tantangan terberatku untuk maju (penulis).

Persembahan

Untuk Bapak Sunaryo, Ibu Rokhini, Ibu

Mufliah dan adikku Salma, Difa, dan hasan.

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Keefektifan Model TGT Berbantu Media Gambar Dengan Video Terhadap

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Penusupan 1 Kabupaten Tegal. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi

ini sehingga bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi kesempatan untuk menjadi mahasiswa UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang

telah mengijinkan untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberi kesempatan untuk

memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES yang telah memberi kemudahan administrasi dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., dan Drs. Yuli Witanto, M.Pd., dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan

motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

vii

6. Dr. Kutotul Aeni, M.Pd., sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan

pada penulis.

7. Malasia Antiningsih, S.Pd, SD., Kepala SDN penusupan 1 dan Umi Nurlatifah,

S.Pd., Kepala SDN Pener 3 Kabupaten Tegal, yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian.

8. Kholidin, S.Pd., Guru kelas VA SDN Penusupan 1, Muryatin, S.Pd., Guru

kelas VB SDN Penusupan 1 dan Triyo Aeni, S.Pd., Guru kelas V SDN Pene 3

Kabupaten Tegal yang telah membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian.

9. Teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

angkatan 2013, yang saling memberi pengetahuan, semangat, dan motivasi.

10. Dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu

Pendidikan UNNES, yang telah banyak membekali penulis dengan ilmu

pengetahuan.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penulis sendiri.

Penulis

viii

ABSTRAK

Hidayah, Nur. 2017. Keefektifan Model TGT Berbantu Media Gambar Dengan Video

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Penusupan 1 Kabupaten

Tegal. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.

Pembimbing 2: Drs. Yuli Witanto, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Media Gambar, Media Video, dan Model TGT.

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-

ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,

dan budaya. Pembelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial

untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Oleh sebab itu,

pembelajaran IPS memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Pentingnya

pembelajaran IPS bagi siswa, sudah seharusnya pembelajaran IPS dirancang

sedemikian rupa agar dapat mengembangkan serta melatih siswa untuk memecahkan

berbagai permasalahan sosial yang ada di lingkungannya. Namun, pembelajaran IPS di

SD masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa pasif dan kurang

mengembangkan keterampilan sosialnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji

keefektifan model TGT berbantu media gambar dan model TGT berbantu media video

dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Penusupan 1dan SDN Pener 3.

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VA dan VB SDN Penusupan 1

dan SDN Pener 3 Kabupaten Tegal yang berjumlah 74 siswa yang terdiri dari 22 siswa

kelas eksperimen 1, 26 siswa kelas eksperimen 2 dan 26 siswa kelas kontrol. Jenis

Penelitian ini yaitu penelitian komparasi. Desain yang digunakan yaitu quasi

experimental dengan bentuk nonequivalent control group. Teknik pengumpulan data

yang digunakan meliputi wawancara tidak terstruktur, dokumentasi, observasi, dan tes.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas,

homogenitas, dan kesamaan rata-rata. Pengujian hipotesis pada penelitian ini

menggunakan uji ANOVA dengan uji lanjut Post Hoc Test yaitu Tukey HSD kemudian

dilanjutkan dengan uji keefektifan menggunakan One Sample T-Test. Semua

penghitungan tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.

Berdasarkan uji Tukey HSD, diperoleh nilai signifikansi perbedaan rata-rata

hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,030 (0,030 <

0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar IPS yang

signifikan antara siswa kelas V yang mendapat pembelajaran dengan model TGT

berbantu media gambar dan TGT berbantu media video. Hal ini dibuktikan dengan rata-

rata hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran model TGT berbantu media video

lebih tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran model TGT berbantu media

gambar (85,58>77,50) dengan perbedaan rata-rata sebesar 8,077. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa model TGT berbantu media video lebih baik daripada model TGT

berbantu media gambar dalam pembelajaran IPS Kelas V Materi Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Prakata ............................................................................................................. vi

Abstrak ............................................................................................................ viii

Daftar Isi .......................................................................................................... ix

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii

Daftar Gambar .................................................................................................. xv

Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi

Bab

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 11

1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian ................................ 11

1.3.1 Pembatasan Masalah .......................................................................... 12

1.3.2 Paradigma Penelitian ......................................................................... 12

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 13

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 14

1.5.1 Tujuan Umum .................................................................................... 14

1.5.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 14

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 15

1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................. 15

1.6.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 15

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori ....................................................................................... 17

2.1.1 Pengertian Belajar ............................................................................. 18

2.1.2 Pembelajaran ..................................................................................... 21

2.1.3 Efektivitas Pembelajaran ................................................................... 22

x

2.1.4 Hasil Belajar....................................................................................... 24

2.1.5 Model Pembelajaran .......................................................................... 26

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 27

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperati Team Games Tournament (TGT) ... 28

2.1.8 Media Pembelajaran........................................................................... 29

2.1.9 Media Gambar ................................................................................... 32

2.1.10 Media Video....................................................................................... 33

2.1.11 Pembelajaran Konvensional............................................................... 35

2.1.12 Hakikat IPS SD ................................................................................. 36

2.1.13 Materi ................................................................................................. 37

2.2 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 39

2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 46

2.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 48

3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 51

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 54

3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 54

3.3.1 Populasi .............................................................................................. 54

3.3.2 Sampel................................................................................................ 56

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 57

3.4.1 Variabel Bebas ................................................................................... 57

3.4.2 Variabel Terikat ................................................................................. 57

3.5 Data Penelitian ................................................................................... 58

3.5.1 Jenis Data ........................................................................................... 58

3.5.2 Sumber Data....................................................................................... 58

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 60

3.6.1 Wawancara ......................................................................................... 60

3.6.2 Dokumentasi ...................................................................................... 61

3.6.3 Observasi............................................................................................ 61

3.6.4 Tes ...................................................................................................... 62

xi

3.6.5 Lembar Pengamatan Penilaian Afektif .............................................. 62

3.7 Instrumen Penelitian .......................................................................... 63

3.7.1 Pedoman Wawancara ......................................................................... 64

3.7.2 Lembar Pengamatan (Observasi) ....................................................... 64

3.7.3 Soal-soal Tes ...................................................................................... 65

3.7.4 Lembar Pengamatan Penilaian Afektif .............................................. 73

3.8 Teknik Analisis Data.......................................................................... 75

3.8.1 Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 76

3.8.2 Analisis Akhir .................................................................................... 77

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 82

4.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 84

4.2.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 84

4.3 Analisis Deskriptif Data Penelitian .................................................... 93

4.3.1 Analisis Deskriptif data Variabel Independen ................................... 93

4.3.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Dependen ..................................... 94

4.4 Analisis Statistik Data Penelitian ....................................................... 102

4.4.1 Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 103

4.4.2 Data Setelah Eksperimen ................................................................... 107

4.4.3 Uji Hipotesis ...................................................................................... 108

4.5 Pembahasan........................................................................................ 115

4.5.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Penerapan Model

Pembelajaran TGT Berbantu Media Gambar dengan TGT Berbantu

Media Video....................................................................................... 117

4.5.2 Keefektifan Model Pembelajaran TGT Berbantu media Gambar dan

TGT Berbantu Media Video terhadap Hasil Belajar Siswa ............... 120

5. PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................ 123

5.2 Saran ................................................................................................. 125

xii

5.2.1 Bagi Guru .......................................................................................... 125

5.2.2 Bagi Sekolah ...................................................................................... 126

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 128

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 133

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .................................. 68

3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Tes ........................................... 69

3.3 Kriteria Indeks Kesukaran ................................................................... 70

3.4 Analisis Taraf Kesukaran Soal ............................................................ 71

3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ............................................................... 72

3.6 Analisis Daya Pembeda Soal ............................................................... 72

3.7 Deskriptor Penilaian Afektif ............................................................... 74

3.8 Kualifikasi Presentase Penilaian Afektif Siswa .................................. 75

4.1 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model

TGT berbantu Media Gambar di Kelas Eksperimen 1 ........................ 87

4.2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model

TGT Berbantu Media Video di Kelas eksperimen 2 ........................... 90

4.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Konvensional di Kelas Kontrol ............................................................. 92

4.4 Deskripsi Data Nilai Tes Awal ............................................................ 94

4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal IPS ............................................ 95

4.6 Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif ...................................... 97

4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar ............................................. 98

4.8 Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif ....................................... 101

4.9 Klasifikasi Penilaian Afektif ............................................................... 101

4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif ...................... 101

4.11 Hasil Uji Normalitas Data Nilai Pretest IPS ....................................... 104

4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Pretest IPS .................................... 105

4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest IPS ................................. 106

4.14 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ............................ 107

4.15 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ........................ 108

4.16 Hasil Uji ANOVA ............................................................................... 109

4.17 Hasil Uji Tukey HSD ........................................................................... 110

xiv

4.18 Hasil Uji Keefektifan Model TGT Berbantu Media Gambar............... 114

4.19 Hasil Uji Keefektifan Model TGT Berbantu Media Video .................. 115

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan Paradigma Penelitian ................................................................. 12

2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................... 48

3.1 Desain Nonequivalent Control Grup Design ...................................... 52

4.1 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 ... 95

4.2 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 2 .... 96

4.3 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Kontrol ............. 96

4.4 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 .. 98

4.5 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 2 ... 99

4.6 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Kontrol ............. 99

4.7 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif ..... 102

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas V A (Eksperimen 1) .................................. 133

2. Daftar Nama Siswa Kelas V B (Eksperimen 2) .................................... 134

3. Daftar Nama Siswa Kelas V (Uji Coba) ................................................. 135

4. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ............................................. 136

5. Pedoman Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 138

6. Silabus Pembelajaran .......................................................................... 140

7. Silabus Pengembangan IPS Kelas Eksperimen 1 ................................ 142

8. Silabus Pengembangan IPS Kelas Eksperimen 2 ................................ 149

9. Silabus Pengembangan IPS Kelas Kontrol ......................................... 154

10. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 1 ............................... ................ 157

11. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 2 ............................................... 171

12. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 1 ................................................ 184

13. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 2 ................................................ 198

14. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ......................................................... 209

15. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ......................................................... 219

16. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Soal Kognitif ........................................... 228

17. Soal Uji Coba ...................................................................................... 230

18. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 1 ............................. 237

19. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 2 ............................. 242

20. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ….................................................... 247

21. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Uji Coba …........................................ 249

22. Hasil Uji Daya Pembeda Soal Uji Coba .............................................. 250

23. Soal Pretest dan Posttest ..................................................................... 251

24. Lembar Penilian Sikap Afektif Kelas Eksperimen 1 ........................... 152

25. Lembar Penilian Sikap Afektif Kelas Eksperimen 2 ........................... 259

26. Lembar Penilian Sikap Afektif Kelas Kontrol ..................................... 263

27. Pedoman Penskoran Penilian Afektif ................................................... 266

xvii

28. Lembar Pengamatan Pelaksanaan bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 . 269

29. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Model TGT Berbantu

Media Gambar bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 ............................. 269

30. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model Model TGT Berbantu Media

Gambar bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 .......................................... 273

31. Lembar Pengamatan Pelaksanaan bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 .. 274

Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Model TGT Berbantu

Media Video bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 ................................. 275

32. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model Model TGT Berbantu Media

Video bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 ............................................. 279

33. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di

Kelas Kontrol ...................................................................................... 280

34. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran

Konvensional bagi Guru di Kelas Kontrol .......................................... 281

35. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di Kelas

Kontrol ................................................................................................. 283

36. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen 1 .................................... 284

37. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen 2 .................................... 285

38. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Kontrol .............................................. 286

39. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Kesamaan Rata-rata Data

Nilai Tes Awal .................................................................................... 287

40. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen 1 .................................. 289

41. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen 2 .................................. 290

42. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol ............................................ 291

43. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data

Hasil Pretest Siswa .............................................................................. 292

44. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data

Hasil Belajar IPS Siswa (Posttest) ....................................................... 294

45. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, ANOVA dan Uji Lanjut Tukey HSD

Data Nilai Tes Akhir (Posttest) .............................................................. 296

46. Nilai Afektif Kelas Eksperimen 1 ....................................................... 299

xviii

47. Nilai Afektif Kelas Eksperimen 1 ....................................................... 300

48. Nilai Afektif Kelas Kontrol ................................................................. 301

49. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen 1 ......................................... 302

50. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen 2 ......................................... 303

51. Foto Pembelajaran di Kelas Kontrol ................................................... 304

52. Surat-surat Penelitian .......................................................................... 305

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai: latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah dan paradigma penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional senantiasa berorientasi pada upaya pengembangan

kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ditujukan untuk mencapai keunggulan

bangsa. Suatu negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi,

maka pembangunan negara tersebut akan berkembang secara pesat. Sebaliknya,

kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat menghambat pembangunan

nasional suatu negara. Investasi SDM merupakan tanggung jawab semua sektor

pembangunan, atau tanggung jawab multisektor di dalam suatu kesatuan secara

integral, dan salah satu sektor terpenting yang memiliki kontibusi langsung

terhadap pengembangan kualitas SDM ialah sektor pendidikan.

Setiap manusia memiliki hak dan harus mendapatkan pendidikan baik

pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Masyarakat akan mampu

mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan. Berdasarkan UU No. 20

Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, “pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang

2

terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi”. Salah satu pendidikan dasar yaitu pendidikan di sekolah

dasar (SD). Untuk meningkatkan kualitas sebuah pendidikan maka harus ada upaya

dari pemerintah. Upaya dari pemerintah juga membutuhkan peran dari semua pihak

baik guru, orang tua, masyarakat maupun anak didik itu sendiri. Undang-Undang

No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”.

Hamalik (2015: 79) menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu proses

dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin

terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam

dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekurat dalam kehidupan

masyarakat. Proses pendidikan pada umumnya berlangsung di sekolah melalui

kegiatan pembelajaran yang merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku.

Raharjo (2007) dalam Susanto (2015: 93) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran

di sekolah dasar saat ini, guru masih menganggap siswa sebagai objek, bukan

sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran guru

masih mendominasi aktivitas belajar. Siswa hanya menerima informasi dari guru

secara pasif. Keadaan inilah yang menyebabkan kurang majunya pendidikan di

Indonesia.

3

Peran seorang guru sangatlah penting dalam dunia pendidikan yaitu

menjadi pengajar sekaligus pendidik bagi muridnya. Guru tidak hanya dituntut

untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoritis tapi juga memiliki

kemampuan praktis untuk mengelola kelas agar kelas dalam keadaan yang

menyenangkan yang berujung pada hasil belajar yang tinggi dan siswa mudah

untuk menyerap materi yang diajarkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap dimensi kehidupan

manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

Agar perkembangan pendidikan tidak tertinggal perlu adanya penyesuaian-

penyesuaian terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran di sekolah.

Salah satu faktor tersebut adalah model dan media pembelajaran. Tujuan

pendidikan nasional akan tercapai apabila didukung oleh semua komponen yang

ada di dalam sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur yang memengaruhi

pendidikan meliputi: peserta didik, pendidik, tujuan, isi pendidikan, metode, dan

lingkungan (Munib, 2012: 38). Guru hendaknya menciptakan suatu proses

pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

dalam Pasal 19 ayat 1 berbunyi bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman

teoritis tapi juga memiliki kemampuan praktis untuk mengelola kelas agar kelas

4

dalam keadaan yang menyenangkan yang berujung pada hasil belajar yang tinggi

dan siswa mudah untuk menyerap materi yang diajarkan. Keterbatasan fasilitas dan

kejenuhan siswa merupakan hal yang sangat penting karena hal tersebut tentu saja

dapat berakibat buruk pada hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang inovatif

dan menyenangkan bagi siswa harus diterapkan dalam semua mata pelajaran,

termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya sejarah.

Susanto (2014: 6) ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari

berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pembelajaran IPS di SD mengajarkan

konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga

negara yang baik. Somantri (2004) dalam Susanto (2014: 35) ilmu pengetahuan

sosial dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan

warga yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan

agama.

Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial itu sendiri menurut Mutakin

(2007: 8) dalam Susanto (2014: 10-11) yaitu: (1) memiliki kesadaran dan

kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap

nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat; (2) mengetahui dan memahami

konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu

sosial yang dikemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

sosial; (3) mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat;

(4) menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu

5

membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat;

dan (5) mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun

diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun

masyarakat.

Banyak siswa berpendapat bahwa pelajaran sejarah tidak menarik, bahkan

sangat membosankan karena banyak materi yang harus dihafalkan. Hal itulah yang

sering dilontarkan oleh siswa. Berdasarkan observasi awal di SDN Penusupan 1

kabupaten Tegal dengan cara wawancara kepada guru kelas V, peneliti

mendapatkan data bahwa proses pembelajaran IPS masih berpusat pada guru, guru

menjadi sumber dan pemberi informasi utama, sementara siswa relatif pasif

menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Hal ini menimbulkan rasa

bosan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Interaksi pembelajaran di dua kelas V SDN Penusupan 1 yang diamati oleh

peneliti proses belajar mengajar masih berlangsung satu arah. Dari hasil

pengamatan menunjukkan, siswa kurang aktif selama proses pembelajaran

berlangsung, siswa yang bertanya kepada guru cenderung masih sedikit, siswa

kurang aktif menjawab pertanyaan dari guru, siswa kurang berani mengemukakan

pendapat dan siswa kurang aktif menanggapi atau menyanggah pendapat teman

maupun guru pada saat diskusi. Hal ini dikarenakan dari dalam diri siswa muncul

rasa takut salah dan tidak berani. Padahal guru pun sudah berusaha untuk

mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran.

Kondisi pembelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang

berminat mengikuti proses pembelajaran, sehingga guru dituntut dapat menjadi

6

fasilitator dan motivator bagi siswa. Salah satu upaya perbaikan yang dapat

dilakukan adalah dengan menerapkan model dan media pembelajaran, salah

satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tuornament

(TGT) berbantu media gambar dan Team Games Tuornament (TGT) berbantu

media video, sehingga diharapkan terciptanya hasil belajar IPS yang baik serta

memuaskan bagi siswa kelas V SDN Penusupan 1.

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas. Roger, dkk. (1992) dalam Huda (2014: 29)

menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok

yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang

di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Ciri-ciri dari model pembelajaran kooperatif adalah: (1) belajar bersama

dengan teman; (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman; (3) saling

mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok; (4) belajar dari teman sendiri

dalam kelompok; (5) belajar dalam kelompok kecil; (6) produktif berbicara atau

saling mengemukakan pendapat; (7) keputusan tergantung siswa aktif; dan (8)

siswa aktif (Taniredja, 2015: 59).

Aktivitas belajar dengan permainan dalam TGT memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks namun tetap menumbuhkan tanggungjawab, kerja sama,

persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Shoimin (2014: 203) pembelajaran

menyatakan kooperatif model Team Games Tuornament (TGT) adalah salah satu

tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

7

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. TGT

membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 3 sampai 5 siswa

yang heterogen, seperti prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis.

Penggunaan model pembelajaran TGT dapat membuat peserta didik lebih

bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru

menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik

(Shoimin 2014: 208).

Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif Team Games

Tournament (TGT) pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang

dilakukan oleh Utami (2015) Program Studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang yang berjudul Keefektifan Model Team Games

Tournament Berbantu Media Kartu dalam Pembelajaran Proses Pembentukan

Tanah Kelas V SDN Debong Kidul Kota Tegal. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-

rata hasil belajar pada kelas eksperimen 84,60 sedangkan di kelas kontrol sebesar

77,16. Data tersebut menunjukkan nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran di

kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran TGT berbantu media

kartu lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) Program Studi PGSD Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Peningkatan Kualitas

Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

dengan Media Video Pembelajaran pada Siswa Kelas VB SD Negeri Ngaliyan 01

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan guru dalam

siklus I pertemuan pertama mendapat skor 23 (baik), kemudian meningkat pada

8

siklus I pertemuan kedua menjadi 27 (baik), siklus II pertemuan pertama mendapat

skor 30 (sangat baik), dan siklus II pertemuan kedua mendapat skor 35 (sangat

baik). (2) Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama mendapat skor 21,8

(cukup), kemudian meningkat pada siklus I pertemuan kedua menjadi 25,3 (baik),

siklus II pertemuan pertama mendapat skor 28,6 (baik), dan siklus II pertemuan

kedua mendapat skor 32 (sangat baik). (3) Persentase ketuntasan belajar klasikal

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 54%, kemudian meningkat pada siklus I

pertemuan kedua menjadi 74 %, siklus II pertemuan pertama sebesar 77%, dan pada

siklus II pertemuan kedua sebesar 91%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator

keberhasilan yang ditetapkan sebesar 80% telah terpenuhi. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

dengan media video pembelajarandapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS

kelas V yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

Penelitian juga dilakukan oleh Asmorowati (2013) Program PGSD Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Mind Mapping Berbantuan

Gambar Pada Siswa Kelas IVD SDN Ngaliyan 01 Semarang. Hasil penelitian

dengan menerapkan model Mind Mapping berbantuan gambar ini aktivitas siswa

dan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas IVD SDN Ngaliyan 01

Semarang meningkat dengan signifikan pada tiap siklusnya. Hasil penelitian

menunjukkan aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan skor rata-rata 2,81 dan

meningkat pada siklus II sebesar 3,37. Untuk pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan guru rata-rata siklus I adalah 3,2 dan meningkat 3,6 pada siklus II.

Sedangkan untuk hasil evaluasi karangan narasi, ketuntasan belajar siswa mencapai

9

74,3% dan meningkat pada siklus II dengan ketuntasan belajar mencapai 89,1%.

Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 80%

telah terpenuhi dan penelitian ini dinyatakan berhasil.

Media merupakan penyuluhan informasi belajar atau penyaluran pesan

berupa materi ajar oleh guru kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih tertarik

dengan pembelajaran yang dilakukan (Ruminiati, 2007: 2-11). Media belajar

merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Rohani

(1994: 3) dalam Susanto (2014: 313) menjelaskan media sebagai sesuatu yang dapat

diindra yang berfungsi sebagai perantara atau sarana dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar, media digunakan untuk memperlancar komunikasi

mengenai apa yang akan disampaikan oleh guru. Peoples (1988) dalam Aqib (2014

:48) seluruh pengetahuan yang diperoleh didapat dari; (1) 75% dari melihat, (2)

13% dari mendengar dan, (3) 12% dari mengecap, mencium, dan meraba.

Beberapa media yang dapat digunakan untuk pembelajaran IPS di sekolah

dasar diantaranya yaitu media gambar dan media video. Media gambar adalah

media yang paling umum digunakan dalam kegiatam pembelajaran. Penelitian ini

akan menggunakan media gambar yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT).

Sadiman (2008: 29-31) menjelaskan kelebihan media gambar/foto

diantaranya yaitu: (1) sifatnya konkret; (2) gambar dapat mengatasi batasan ruang

dan waktu; (3) media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan; (4)

foto dapat memperjelas suatu masalah; dan (5) foto harganya murah dan mudah

didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Penelitian ini juga

10

menggunakan media video, media ini merupakan kombinasi antara audio dan

visual.

Media video yang digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki

banyak manfaat dan keuntungan, diantaranya adalah video merupakan pengganti

alam sekitar dan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat

siswa, video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat dilihat

secara berulang-ulang, video juga mendorong dan meningkatkan motivasi siswa

untuk tetap melihatnya. Selain menggunakan media gambar yang dikombinasikan

dengan model Team Games Tournament (TGT), peneliti juga menggunakan media

video yang dikombinasikan dengan model Team Games Tournament (TGT).

Berdasarkan hasil keempat penelitian yang relevan tersebut dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Team Games Tuornament (TGT) efektif

serta dapat meningkatkan hasil belajar. Selain model, media pembelajaran juga

dapat memengaruhi hasil belajar. Akan tetapi belum diketahui media pembelajaran

mana yang paling efektif diantara Team Games Tuornament (TGT) berbantu media

gambar atau Team Games Tuornament (TGT) berbantu media video.

Media pembelajaran memiliki tingkat keefektifan yang berbeda-beda. Hal

tersebut disebabkan adanya beberapa faktor yang memengaruhi seperti tingkat

kecocokan media terhadap suatu materi yang diajarkan. Setiap media pembelajaran

juga memiliki keunggulan dan kelemahan yang akan memengaruhi keefektifan

terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran. Atas dasar temuan pada penelitian

terdahulu dan beberapa perbedaan dari kedua tipe media pembelajaran tersebut,

penulis membandingkan Keefektifan Model TGT Berbantu Media Gambar Dengan

11

Video Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Penusupan 1 Kabupaten

Tegal.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diuraikan pada latar belakang tersebut,

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

(1) Model pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran IPS kelas V SD

Negeri Penusupan 1 kurang bervariasi, guru masih sering menggunakan model

konvensional.

(2) Penggunaan media pembelajaran masih kurang efektif.

(3) Pembelajaran yang berlangsung cenderung terpusat pada guru, sehingga

kesempatan siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep atau ilmu

pengetahuan menjadi berkurang.

(4) Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Penusupan 1 belum optimal.

1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian

Penulis perlu menentukan pembatasan masalah dan paradigma penelitian

untuk kefokusan penelitian dan menjelaskan hubungan antar variabel penelitian.

1.3.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, perlu adanya pembatasan

masalah pada penelitian ini. Untuk menghindari kesalahan maksud, tujuan, serta

agar lebih efektif dalam melakukan penelitian, maka pembatasan masalah pada

penelitian ini yaitu:

12

(1) Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas VA dan VB SD Negeri Penusupan

1 dan siswa kelas V SD Negeri Pener 3 Kabupaten Tegal tahun ajaran

2017/2018.

(2) Variabel penelitian mencakup hasil belajar ranah kognitif dan afektif.

(3) Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu Persiapan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia (usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia,

peristiwa Rengasdengklok, perumusan teks proklamasi, dan detik-detik

proklamasi).

1.3.2 Paradigma Penelitian

Penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu model TGT berbantu media

gambar dan model TGT berbantu media video sebagai variabel independen

(variabel bebas) yang memengaruhi hasil belajar IPS sebagai variabel dependen

(variabel terikat). Hubungan antara variabel tersebut dapat dilihat pada bagan 1.1

berikut:

Gambar 1.1. Bagan Paradigma Penelitian

Keterangan:

X1 : model pembelajaran Team Games Tournament berbantu media gambar

X2 : model pembelajaran Team Games Tournament berbantu media video

Y : hasil belajar

(Sugiyono 2015: 68)

X1

Y X2

Y r1

r2

13

1.4 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara yang mendapat

pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantu media gambar dan

yang mendapat pembelajaran konvensional?

(2) Bagaimana terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantu media

video dan yang mendapat pembelajaran konvensional?

(3) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1 antara

yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantu

media gambar dan yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran

TGT berbantu media video?

(4) Apakah penerapan model pembelajaran TGT berbantu media gambar efektif

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1?

(5) Apakah penerapan model pembelajaran TGT berbantu media video efektif

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1?

(6) Lebih baik mana hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1 antara

pembelajaran model TGT berbantu media gambar dan pembelajaran yang

menerapkan model pembelajaran TGT berbantu media video?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan bagian dari rencana penelitian secara

keseluruhan yang dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Tujuan penelitian berisi

tentang suatu pernyataan informasi (data) apa yang akan digali (diketahui) melalui

14

penelitian. Tujuan penelitian terdiri dari dua tujuan, meliputi tujuan umum dan

tujuan khusus. Uraiannya sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakannya penelitian yaitu untuk mengetahui

perbedaan keefektifan penerapan model Team Games Turnament (TGT) berbantu

media gambar dan Team Games Turnament (TGT) berbantu media video terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1 pada materi Persiapan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia.

1.5.2 Tujuan Khusus

(1) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa

kelas V antara yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT

berbantu media gambar dan yang mendapat pembelajaran konvensional.

(2) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa

kelas V antara yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT

berbantu media video dan yang mendapat pembelajaran konvensional.

(3) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model pembelajaran

TGT berbantu media gambar dengan yang menggunakan model pembelajaran

TGT berbantu media video.

(4) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model pembelajaran

TGT berbantu media gambar pada hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Penusupan 1.

(5) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan model pembelajaran TGT berbantu

media video pada hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1.

15

(6) Mendeskripsimana yang lebih baik antara hasil belajar IPS siswa kelas V

SDN Penusupan 1 antara yang menggunakan model pembelajaran TGT

berbantu media gambar dengan yang menggunakan model pembelajaran TGT

berbantu media video.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis. Berikut penjelasannya:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis berupa informasi

tentang keefektifan penerapan model Team Games Turnament (TGT) berbantu

media gambar dan Team Games Turnament (TGT) berbantu media video terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Penusupan 1 pada materi Persiapan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Siswa

(1) Menciptakan hasil belajar yang baik dan optimal melalui model dan media

pembelajaran yang efektif.

(2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran yang

inovatif dan menyenangkan.

1.6.2.2 Bagi Guru

(1) Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Team Games Turnament

(TGT).

16

(2) Menambah pengetahuan tentang media pembelajaran gambar dan video.

(3) Memberi motivasi guru untuk menggunakan model dan media pembelajaran

yang inovatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih

menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

1.6.2.3 Bagi Sekolah

(1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka memperbaiki atau

meningkatkan kualitas pembelajaran.

(2) Melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada.

17

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori

dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Kajian pustaka

dalam penelitian ini terdiri dari kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka

berpikir, dan hipotesis. Kajian teori akan dijelaskan mengenai teori-teori yang

berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan akan disebutkan

sebanyak sepuluh penelitian yang terdiri dari penelitian tingkat nasional dan

internasional. Kerangka berpikir merupakan gambara jalannya penelitian yang akan

dilakukan peneliti. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

2.1 Kajian Teori

Kajian teori berisi mengenai penjelasan terhadap variabel-variabel yang

diteliti, melalui pengertian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai

referensi. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu: (1) pengertian

belajar, (2) pembelajaran, (3) efektifitas pembelajaran, (4) hasil belajar, (5) model

pembelajaran, (6) pembelajaran kooperatif, (7) model pembelajaran kooperatif

team games tournament (TGT), (8) media pembelajaran, (9) media gambar, (10)

media video, (11) pembelajaran konvensionl, (12) pengertian IPS SD, dan (13)

matrei persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Uraian lebih lanjut adalah

sebagai berikut:

18

2.1.1 Pengertian Belajar

Esensinya belajar dilakukan oleh makhluk hidup di dunia. Bagi manusia,

belajar merupakan proses dan aktivitas yang selalu dilakukan sejak manusia dalam

kandungan sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat.

Dipahami ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam

kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar.

Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2014: 35) memaparkan bahwa belajar

adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah

laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,

afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011: 13).

Belajar merupakan suatu tindakan yang menghasilkan perubahan perilaku.

Whittaker (1994) dalam Aunurrahman (2014: 35) mengemukakan bahwa belajar

adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Belajar menurut Slameto (2013: 2) adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar

akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau

persoalan, menyimak, dan latihan (Anitah, 2009: 2.5).

Belajar menurut Gagne (1984) dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 10)

merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar, orang memiliki keterampilan,

19

pengetahuan, sikap, dan nilai. Gagne menambahkan, belajar terdiri dari tiga

komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Uno

(2015: 15) mengemukakan bahwa belajar adalah pemerolehan pengalaman baru

oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai

akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek

(pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk

pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Dari berbagai pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian belajar adalah interaksi individu dari tingkah laku dan pengalamannya

sebagai proses perubahan dari suatu usaha individu untuk mendapatkan hasil. Hasil

yang diperoleh individu berupa hasil dari pengalamannya baik pengalamannya

sendiri maupun pengalaman bersama orang lain sebagai bentuk interaksi yang telah

dilakukan idividu tersebut.

2.1.1.1 Ciri-Ciri Belajar

Terdapat tiga ciri yang tampak dari orang yang mempelajari suatu objek

(pengetahuan) tertentu, yaitu: (1) adanya objek (pengetahuan, sikap atau

keterampilan) yang menjadi tujuan untuk dikuasai; (2) terjadinya proses, berupa

interaksi antara seseorang dengan lingkungannya atau sumber belajar (orang,

media, dan sebagainya), baik melalui pengalaman langsung atau belajar

berpartisipasi dengan berbuat sesuatu maupun pengalaman pengganti; dan (3)

terjadinya perubahan perilaku baru sebagai akibat mempelajari suatu objek

(pengetahuan) tertentu (Uno, 2015: 16).

Djamarah (2011: 15) menjelaskan ciri-ciri belajar, yaitu: (1) perubahan yang

terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat fungsional, (3) perubahan

20

dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat

sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan

mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari beberapa pengertian ciri-ciri belajar di atas dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku baru sebagai akibat

mempelajari suatu objek (pengetahuan) tertentu.

2.1.1.2 Prinsip belajar

Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli memiliki bebagai

kesamaan dan perbedaan. Prinsip-prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono

(2013: 42) meliputi: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan

langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,

perbedaan individual.

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2013: 26) menyebutkan beberapa

prinsip-prinsip belajar yaitu: (1) berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk

belajar, (2) sesuai hakikat belajar, (3) sesuai materi atau bahan yang harus

dipelajari, dan (4) syarat keberhasilan belajar.

Dari berbagai prinsip-prinsip belajar tersebut, penulis dapat menjadikannya

sebagai petunjuk umum tentang belajar, terutama dalam pelaksanaan penelitian

pembelajaran IPS dengan menggunakan model TGT berbantu media gambar dan

model TGT berbantu media video. Selain itu, beberapa prinsip-prinsip belajar di

atas, dapat menambah keyakinan penulis dalam melaksanakan pembelajaran

sehingga penelitian yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai

dengan yang diharapkan.

21

2.1.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah

belajar mengajar. Pembelajaran menurut Winkel (1991) dalam Siregar (2011: 12)

adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar

siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berpengalaman

terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siwa.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,

memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta

didik. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar

terjadi karena pembelajaran (Winataputra, 2008: 1.18).

Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang memegang

peran penting untuk mengarahkan siswa agar berhasil dalam kegiatan proses

belajarnya. Corey (1986) dalam Ruminiati (2007: 1.14), menjelaskan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara

disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga

dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Pengertian pembelajaran menurut Usman (2006) dalam Ahmad (2012: 8) adalah

suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan dengan sengaja berupa

penyampaian ilmu pengetahuan, mengorganisir dan menciptakan sistem

lingkungan belajar menggunakan berbagai metode disertai adanya keterlibatan

22

peserta didik serta pendidik. Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bab IV pasal 19, proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasii aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian

pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses belajar dan mengajar dimana

terjadi komunikasi yang menghasilkan respon antara siswa dengan siswa dan siswa

dengan guru sebagai pusat pembelajaran dan menghasilkan perubahan perilaku.

2.1.3 Efektifitas Pembelajaran

Dune & Wragg (1996) dalam bukunya Effective Teaching, menyatakan

bahwa pembelajaran efektif (effective teaching) adalah jantung sekolah efektif atau

sekolah yang berhasil mencapai tujuannya (Ahmad, 2012: 12). Pembelajaran yang

efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang

dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran tersebut mampu

memberikan pemahaman yang baik, dapat memberikan perubahan perilaku dan

mengaplikasikannya ke dalam kehidupan peserta didik.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mewujudkan

pembelajaran yang yang efektif, yaitu: (1) guru harus membuat persiapan mengajar

secara sistematis, (2) proses belajar mengajar harus berkualitas tinggi yang

ditunjukkan dengan adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan

menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media, metode,

23

suara, maupun gerak, (3) waktu selama proses belajar mengajar berlangsung

digunakan secara efektif, dan (4) motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa

cukup tinggi (Susanto, 2015: 54). Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan

agar belajar dapat terjadi secara efektif yaitu motivasi, perhatian atau pemusatan

energi psikis, aktivitas, balikan, dan perbedaan individual (Anitah, 2009: 1.17).

Syarat-syarat yang harus diperhatikan agar guru dapat melaksanakan

mengajar yang efektif menurut Slameto (2013: 92), yaitu: (1) Siswa belajar secara

aktif, baik mental maupun fisik; (2) Guru harus mempergunakan banyak metode

pada waktu mengajar; (3) Motivasi, berperan pada kemajuan, perkembangan siswa

selanjutnya melalui proses belajar; (4) Kurikulum yang baik dan seimbang; (5)

Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual; (6) Guru selalu membuat

perencanaan sebelum mengajar; (7) Sugesti yang kuat untuk merangsang siswa

untuk lebih giat belajar; (8) Guru memiliki keberanian manghadapi siswa-siswanya;

(9) Guru mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah; (10) Guru perlu

memberikan masalah-masalah yang merangsang untuk berpikir pada penyajian

bahan pelajaran pada siswa; (11) Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu

diintegrasikan; (12) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan

nyata di masyarakat; (13) Guru memberikan kebebasan pada siswa dalam interaksi

belajar mengajar; dan (14) Guru dapat mendiagnosa dan menganalisis kesulitan-

kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

efektif adalah pembelajaran yang tidak hanya terfokus kepada hasil yang dicapai

peserta didik, namun juga mampu membuat perubahan yang baik pada perilaku

peserta didik. Salah satu usaha yang dilakukan untuk menciptakan pembelajaran

24

efektif adalah dengan menerapkan model dan media pembelajaran. Susanto (2015:

54) menjelaskan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar dan

aktivitas belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran yang masih konvensional pada tingkat

ketuntasan tertentu. Model dan media pembelajaran yang dapat digunakan salah

satunya yaitu model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan media

yang digunakan adalah gambar serta video. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang tidak

hanya terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun juga mampu

membuat perubahan yang baik pada perilaku peserta didik.

2.1.4 Hasil Belajar

Setiap proses pembelajaran harus diukur seberapa jauh siswa mampu

berkembang. Susanto (2015: 5) menjelaskan hasil belajar yaitu perubahan-

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Winkel (1996) dalam

Purwanto (2014: 45) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Suprijono

(2015: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Purwanto (2014: 46) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang diakibatkan oleh belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia

mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar

mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Saefullah (2012: 204) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan

25

perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan

aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada yang dipelajari oleh

siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Hasil itu

dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Gagne (1984) dalam Suprijono (2015: 5-6) menjelaskan hasil belajar

berupa: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4)

keterampilan motorik; dan (5) sikap. Informasi verbal yaitu kapabilitas

mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan

tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan.

Pendapat yang dikemukakan oleh Wasliman (2007) dalam Susanto (2015:

12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang

memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat

dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi

fisik dan kesehatan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

peserta didik yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal ini meliputi

keluarga, sekolah, dan masyarakat.

26

Simpulan dari paparan para ahli di atas adalah bahwa hasil belajar

merupakan wujud perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas

belajar yang dapat diaamati dan dapat diukur, berupa penguasaan konsep yang

dideskripsikan dalam tujuan pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

2.1.5 Model Pembelajaran

Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2010: 3) menjelaskan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar sistematis, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran. Pengertian model pembelajaran menurut Nieveen (1999) dalam

Trianto (2011: 8) model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria

sebagai berikut: sahih (valid), praktis, dan efektif.

Tingkat keberhasilan proses pembelajaran tidak akan lepas dari

pengembangan model pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran

yang dikembangkan harus dapat mendorong siswa agar belajar secara aktif. Dalam

suatu pembelajaran diharapkan siswa tidak hanya mendengar dan menyerap

informasi langsung dari guru, sehingga pembelajaran yang terjadi akan lebih

berkesan dan lebih mudah diingat oleh siswa. Model pembelajaran menurut

Suprijono (2015: 65) ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

27

Berdasarkan penjelasan para ahli, model pembelajaran dapat dikatakan

sebagai suatu bentuk rancangan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran yang menarik ataupun menyenangkan akan

menjadikan pembelajaran lebih berkesan bagi siswa. Taniredja (2015: 55)

menjelaskan pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran

(Slavin, 2014: 4).

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan

temannya (Trianto 2011: 41). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah

kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama (Egge and Kanchak, 1996: 279) dalam Trianto

(2011: 42). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pemahaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sam siswa yang

berbeda latar belakang.

28

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa manfaat, diantaranya: siswa

akan memperolah hasil pembelajara yang lebih tinggi, siswa yang berpartisipasi

dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan

motivasi belajar lebih besar, siswa juga lebih peduli kepada teman-temannya dan

dapat membangun rasa ketergantunngan yang positif diantara mereka, serta siswa

mampu meningkatkan rasa penerimaan terhadap teman-temannya yang berasal dari

latar belakang yang berbeda (Huda, 2014: 66).

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT)

Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu strategi

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk membantu

siswa mereview dan menguasai materi pelajaran (Huda, 2014: 197). Slavin

menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian,

interaksi positif antarsiswa, dan sikap-sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang

berbeda. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini merupakan salah satu model

pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement (Shoimin, 2014: 203).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengacu pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain. Susanto

(2014:233) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah

salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-

kelompok belajar yang beranggotakn 5 hingga 6 orang siswa yang memiliki

29

kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dalam model

pembelajaran TGT terdapat 5 komponen utama yaitu: (1) penyajian materi, (2) tim,

(3) game, (4) turnamen, dan (5) penghargaan kelompok (Slavin, 2014: 166).

Shoimin (2014: 207) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif

TGT juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya meliputi: (1)

peserta didik yang mempunyai kemampuan akademik tinggi maupun rendah sama-

sama aktif dan memberikan peranan penting dalam kelompoknya; (2) dapat

menumbuhkan rasa kebersamaan para peserta didik dan saling menghargai sesama

anggota kelompok; (3) dapat membuat peserta didik lebih bersemangat dalam

mengikuti pelajaran karena guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta

didik atau kelompok terbaik; dan (4) peseta didik menjadi lebih senang dalam

mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa turnamen.

Sedangkan, untuk kekurangan dalam model pembelajaran TGT diantaranya:

(1) membutuhkan waktu yang lama, (2) guru dituntut untuk pandai dalam memilih

materi pelajaran yang cocok untuk model TGT, dan (3) guru harus mempersiapkan

model ini dengan baik sebelum dilaksanakan.

2.1.8 Media Pembelajaran

Briggs (1970) dalam Sadiman (2009: 6) menjelaskan bahwa media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Sementara, Gagne (1970) dalam Sadiman (2009: 6) menjelaskan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang

30

berfungsi sebagai perantara atau sarana/alat untuk proses komunikasi dalam proses

pembelajaran (Susanto, 2014: 311).

Media diperlukan dalam proses pembelajaran karena proses belajar

mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi dimana terdapat pesan

yang akan disampaikan dari pengantar ke penerima. Media mampu mengaktifkan

siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat bantu yang akan

membantu kemudahan, kelancaran serta keberhasilan proses belajar sebagaimana

yang diharapkan (Susanto, 2014: 311). Burden dan Byrd (1999) dalam Susanto

(2014: 313) menjelaskan mengenai media pembelajaran adalah alat yang

menyediakan fungsi-fungsi pembelajarn dalam pendidikan terutama dalam

mengantarkan informasi dari sumber ke penerima, yang dapat memfasilitasi dan

meningkatkan kualitas belajar siswa.

Pendapat menurut Peoples (1988) dalam Aqib (2014:48) seluruh

pengetahuan yang diperoleh didapat dari: (1) 75% dari melihat, (2) 13% dari

mendengar dan, (3) 12% dari mengecap, mencium, dan meraba. Ruminiati (2007:

2-11) menyebutkan fungsi media dalam suatu pembelajaran adalah sebagai alat

bantu pembelajaran dan sebagai sumber belajar. Berdasarkan jenisnya media dibagi

atas media auduktif, media visual, media audio visual.Media audiktif adalah media

yang mengandalkan kemampuan suara saja (tape recorder dan radio).

Media visual adalah media yang mengandalkan media yang hanya

mengandalkan indra penglihatan (gambar, foto dan benda yang tidak bersuara).

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar

(televisi, video, film atau demonstrasi langsung, Ruminiati (2007: 2-13).

31

Adapun prinsip pemilihan dan penggunaan media, menurut Sudjana (1991)

dalam Ruminiati (2007: 2-20) yaitu: (a) menentukan jenis media, (b) menetapkan

atau memperhitungkan subjek dengan tepat, (c) menyajikan media dengan tepat.

Kedudukan media dalam sistem pembelajaran adalah sebagai: (1) alat bantu; (2)

alat penyalur pesan; (3) alat penguatan (reinforcement); dan (4) wakil guru dalam

menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas dan menarik, (Kustandi, 2011: 6).

Penggunaan media pembelajaran yang lebih bervariasi akan membuat siswa

mampu belajar dengan lebih optimal,

Media memiliki kemampuan masing-masing yang mampu diterapkan dalam

rangka menunjang kegiatan belajar. Kemp (1985) dalam Ruminiati (2007: 2-19)

menjabarkan peran media di dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (1) penyajian

materi ajar menjadi lebih standar; (2) penyusunan media yang terencana dan

terstruktur dapat membantu dalam penyampaian materi; (3) kegiatan pembelajaran

menjadi lebih menarik; (4) kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif; (5)

mengaktifkan siswa dalam proses belajar; (6) media dapat mempersingkat

penyajian materi pembelajaran yang kompleks; (7) kualitas belajar siswa dapat

ditingkatkan; (8) dengan media yang lebih bervariasi, maka siswa akan mampu

belajar dengan lebih optimal; dan (9) kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan

di dalam kelas saja tetapi dapat dimana saja.

Guru harus mampu memilih media yang tepat untuk disesuaikan dengan

materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini penulis memilih media gambar dan video

sebagai media bantu dalam model pembelajaran TGT.

32

2.1.9 Media Gambar

Media gambar adalah media yang umum digunakan di dalam kegiatan

pembelajaran, karena media ini mudah dimengerti, mudah didapatkan, dan

dijumpai serta banyak memberikan penjelasan. Sanaky (2013: 83) menjelaskan

mengenai penggunaan media gambar atau foto dalam proses pembelajaran sangat

tergantung pada kreasi dan inisiatif pengajar, asalkan gambar atau foto tersebut

dilihat dari sisi seni baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Media memiliki kelebihan yang berbeda-beda, menurut Sadiman (2008: 29-

31) kelebihan media gambar/foto di antaranya yaitu: (1) sifatnya konkret; (2)

gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; (3) media gambar/foto dapat

mengatasi keterbatasan pengamatan; (4) foto dapat memperjelas suatu masalah; dan

(5) foto harganya murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan

peralatan khusus. Fungsi media gambar yaitu: (1) mengkonkretkan hal-hal yang

bersifat abstrak; (2) mendekatkan dengan objek yang sebenarnya; (3) melatih siswa

berpikir konkret; dan (4) memperjelas sesuatu masalah.

Sadiman (2008: 31-33) menjelaskan bahwa syarat yang perlu dipenuhi oleh

gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan yaitu:

(1) autentik, maksudnya gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi

seperti benda sebenarnya; (2) sederhana, maksudnya komposisi gambar hendaknya

cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok gambar; (3) ukuran sederhana,

maksudnya gambar dapat membesarkan atau mengecilkan objek yang sebenarnya;

(4) gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, maksudnya gambar

yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan

aktivitas tertentu; (5) gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan

33

pebelajaran; dan (6) tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang baik,

gambar hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai.

Berdasarkan uraian tersebut media sangat membantu dalam proses

pembelajaran. Media gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

Penggunaan media gambar cocok digunakan dalam materi masa persiapan

kemerdekaan Indonesia, karena gambar dapat menampilkan peristiwa-peristiwa

yang telah terjadi di masa lampau.

2.1.10 Media Video

Media video adalah contoh dari media audiovisual yang mampu

menampilkan suara dan gambar yang bergerak, (Ruminiati, 2007: 2-14). Video

memiliki keunggulan untuk memanipulasi kondisi waktu dan ruang sehingga

peserta didik atau siswa dapat diajak untuk melihat objek yang sangat kecil maupun

objek yang sangat besar. Objek-objek berbahaya yang lokasinya jauh dibelahan

bumi lain maupun objek yang ada di luar angkasa. Penggunaan media video dalam

proses pembelajaran digunakan menggunkan bantuan proyeksi ke layar dengan

menggunakan proyektor.

Media video dapat didengar oleh siswa dan dilihat satu sama lainnya. Guru

dapat menjadi seorang fasilitator apabila menggunakan media ini, karena media

video dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam belajar, (Anitah, 2009:

6.30). Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi, akan tetapi

peran penyaji akan diganti menggunakan media video. Ruminiati (2007: 2-14)

menjelaskan bahwa kemampuan video dapat memanipulasi kondisi waktu dan

ruang.

34

Heinich (1993) dalam Isjoni (2008: 38) penggunaan media video dapat

memanipulasi ruang. Berdasarkan manipulasi ruang, sesuatu fenomena dapat

ditunjukkan melalui perspektif yang berbeda secara microcosm (amat dekat) atau

macrosm ( jarak jauh).

Media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu dalam Arsyad

(2009: 26) dijelaskan sebagai berikut: (1) objek atau benda yang terlalu besar untuk

ditampilkan langsung dikelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide realita, film,

video, radio, atau model; (2) objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak

oleh indera dapat disajikan dengan bantuan film/video; (3) kejadian langka yang

terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan

melalui rekaman video/film; (4) objek atau proses yang amat rumit dapat

ditampilkan secara kongkret melalui film/video; (5) kejadian atau pecobaan yang

dapat membahayakan mampu disimulasikan menggunakan video, film maupun

computer; dan (6) peristiwa alam atau proses yang dalam kenyataannya memakan

waktu lama dapat disajikan melalui film ataupun video.

Berdasarkan uraian diatas media sangat membantu dalam proses

pembelajaran. Penggunaan media video juga cocok digunakan dalam materi

Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Blank dan Cleggs (1990) dalam

Susanto (2014: 324) mengungkapkan bahwa keberagaman media yang digunakan

dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial akan sangat membantu guru untuk memilih

jenis media yang paling sesuai untuk mengajarkan berbagai konsep dan tujuan

instruksional yang beragam.

35

2.1.11 Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran biasa yang sering

diterapkan di sekolah-sekolah. Pembelajaran ini juga merupakan pembelajaran

paling tua, paling banyak, dan paling sering dipakai dalam berbagai kesempatan.

Susanto (2015: 192) menyatakan penerapan pembelajaran konvensional antara lain

dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas atau

pekerjaan rumah (PR).

Kegiatan dalam pembelajaran konvensional yaitu siswa menyimak

penjelasan guru dalam memberikan contoh-contoh soal dan menyelesaikannya di

papan tulis, kemudian meminta siswa mengerjakan sendiri dalam buku teks atau

lembar kerja siswa (LKS) yang telah disediakan (Susanto, 2015: 192).

Pembelajaran konvensional tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan potensi secara maksimal karena pembelajaran tersebut terpusat

kepada guru.

Hosnan (2014: 213) menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional itu

cenderung berpusat pada guru, penekanannya pada penerimaan pengetahuan, kuran

menyenangkan,kurang memberdayakan semua indera dan potensi anak didik,

menggunakan metode monoton dan kuran banyak media yang digunakan, dan tidak

perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Sugiyanto (2010: 37),

bahwa pembelajaran konvensional dikenal dengan pembelajaran tradisional yang

didalamnya guru lebih membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok

atau menggantung diri pada kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran yang sudah biasa dilakukan oleh guru di kelas,

36

berlangsung terpusat pada guru dengan guru sebagai pusat informasi, dan siswa

hanya menerima materi secara pasif.

2.1.12 Hakikat IPS SD

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang ada di SD terdiri dari dua bahan

kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Kajian sejarah meliputi

perkembangan dan proses perubahan masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa

lalu hingga masa kini. IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai

disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas

secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam

kepada peserta didik, khususnya tingkt dasar dan menengah (Susanto, 2015: 137).

Somantri (2004) dalam Susanto (2014: 35) ilmu pengetahuan sosial

dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga

yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama.

Susanto (2014: 6) menjelaskan mengenai ilmu pengetahuan sosial (IPS)

merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu:

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pembelajaran

IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek

didik menjadi warga negara yang baik.

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang

pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal

pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan

dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai

karakteristik.

37

Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial itu sendiri menurut Mutakin

(2007: 8) dalam Susanto (2014: 10-11) yaitu: (1) memiliki kesadaran dan

kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap

nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat; (2) mengetahui dan memahami

konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu

sosial yang dikemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

sosial; (3) mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat;

(4) menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu

membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat;

dan (5) mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun

diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun

masyarakat.

2.1.13 Materi

Materi yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu sejarah mengeni

Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Materi tersebut merupakan materi

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas V sekolah dasar pada

semester genap. Pada penelitian ini, penulis hanya membahas mengenai pertemuan

di Dallat, kekalahan Jepang dalam perang pasifik, peristiwa Rengasdengklok,

perumusan teks proklamasi dan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Materi tersebut diambil dari Syamsiyah dkk (2008: 89-93), berikut rangkumannya:

2.1.13.1 Pertemuan di Dalat

Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Dr.

Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Sukarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi

undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi adalah

38

Panglima tentara Jepang di Asia Tenggara. Dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi

mengatakan pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan

kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat

menjatuhkan bom atom di Jepang. Bom atom pertama di- jatuhkan di kota

Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom kedua dijatuhkan di kota Nagasaki

pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibatnya, Jepang menyatakan menyerah tanpa

syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.

2.1.13.2 Menanggapi berita kekalahan jepang

Berita tentang kekalahan itu sangat dirahasiakan oleh Jepang. Semua radio

disegel oleh pemerintah Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir

mendengar berita kekalahan tersebut. Syahrir mendesak agar proklamasi jangan

dilakukan oleh PPKI. Menurut Syahrir, Negara Indonesia yang lahir dengan cara

demikian akan dicap oleh Sekutu sebagai negara buatan Jepang.

Golongan muda mengancam akan terjadi pertumpahan darah jika tuntutan

golongan muda tidak dilaksanakan secepatnya. Hal itu menimbulkan suasana

ketegangan. Sukarno marah mendengar ancaman itu. Peristiwa menegangkan itu

disaksikan oleh golongan tua, seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, Dr.

Buntaran, Dr. Sanusi, dan Iwa Kusumasumantri. Golongan tua tetap menekankan

perlunya melakukan proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI untuk

menghindari pertumpahan darah.

2.1.13.2 Peristiwa Rengasdengklok (Jawa Barat)

Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo,

Dr.Rajiman dan sebagainya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung

39

Hatta diculik oleh golongan muda dibawa ke Rengasdengklok. Tujuan mereka

adalah mengamankan tokoh bangsa dari pengaruh Jepang.

2.1.13.4 Perumusan Teks Proklamasi

Teks proklamasi ditulis di kediaman Soekarno, Jln. Pegangsaan Timur 56

Jakarta.Naskah proklamasi disusun oleh tiga orang, yaitu Bung Karno, Bung

Hatta,dan Ahmad Soebarjo. Teks proklamasi terdiri dari dua kalimat, yang ditulis

oleh Bung Karno. Kalimat pertama dikutip oleh Mr. Ahmad Soebarjo dari piagam

Jakarta, kemudian Bung Hatta menyempurnakan dengan kalimat kedua. Naskah

proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Penandatanganan teks proklamasi dilakukan

oleh dua tokoh tersebut atas usulSukarni. Tokoh yang hadir dalam pertemuan

tersebut di antaranya Chairul Saleh,Sukarni, Sayuti Melik, B.M Diah, Sudiro, dan

tokoh-tokoh tua yang lain.

2.1.13.5 Detik-Detik Proklamasi

Pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, diadakan

upacara bendera dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Tepat pukul 10.00 WIB Ir. Soekarno berpidato singkat dan membacakan teks

proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Acara selanjutnya upacara

pengibaran bendera sang merah putih oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat yang

diiringi dengan lagu Indonesia Raya. Bendera tersebut dijahit oleh Ibu Fatmawati

Soekarno.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai pengaruh atau keefektifan model pembelajaran TGT

berbantu media gambar dan TGT berbantu media video terhadap hasil belajar sudah

pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai berikut:

40

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Rohmah (2015) Jurusan Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Tulungagung dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT (Teams Games Tournament) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Matematika pada Materi Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIII MTsN

Tunggangri Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan penyajian

data dan analisis data, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara thitung dengan ttabel. Nilai thitung > ttabel, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran TGT

terhadap motivasi belajar matematika siswa pada kelas VIII MTsN Tunggangri

tahun ajaran 2014-2015. Hasil belajar matematika siswa, nilai thitung > ttabel.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran

TGT terhadap hasil belajar matematika siswa pada kelas VIII MTsN

Tunggangri tahun ajaran 2014-2015. Berdasarkan penyajian data dan analisis

data untuk uji Anova 2 jalur, hasil analisis menunjukkan bahwa kelas memiliki

signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Artinya, harga F untuk Pillae Trace,

Wilk Lambda, Hotelling Trace, Roy’s Largest Root semuanya signifikan. Nilai

signifikansi pada variabel “kelas” semuanya menunjukkan nilai 0,004. Karena

signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan

antara model pembelajaran TGT terhadap motivasi belajar dan hasil belajar

matematika siswa.

(2) Penelitian dilakukan oleh Nurdiansyah (2014) Program Studi Teknologi

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya yang

41

berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games

Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok

Operasi Bilangan Pecahan Siswa Kelas VII SMPN 6 Sumenep. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kelas eksperimen nilai rata-rata siswanya lebih tinggi, hal

itu terbukti dari hasil posttest kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol,

pada kelas eksperimen rata-rata nilai 7,90, sedangkan pada kelas kontrol rata-

rata nilai 7,15. Dari hasil ini diketahui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) lebih membantu proses

pembelajaran.

(3) Penelitian juga dilakukan oleh Utami (2015) Program Studi PGSD Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang berjudul Keefektifan

Model Team Games Tournament Berbantu Media Kartu dalam Pembelajaran

Proses Pembentukan Tanah Kelas V SDN Debong Kidul Kota Tegal. Hasilnya

menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen 84,60

sedangkan di kelas kontrol sebesar 77,16. Data tersebut menunjukan nilai hasil

belajar siswa dalam pembelajaran di kelas eksperimen yang menggunakan

model pembelajaran TGT berbantu media kartu lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran di kelas kontrol.

(4) Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) dengan judul Peningkatan Kualitas

Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) dengan Media Video Pembelajaran pada Siswa Kelas VB SD Negeri

Ngaliyan 01 Semarang. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan

42

bahwa: (1) Keterampilan guru dalam siklus I pertemuan pertama mendapat

skor23(baik), kemudian meningkat pada siklus I pertemuan keduamenjadi 27

(baik), siklus II pertemuan pertama mendapat skor 30 (sangat baik), dan siklus

II pertemuan keduamendapat skor35 (sangat baik). (2) Aktivitas siswa pada

siklus I pertemuan pertama mendapat skor 21,8 (cukup), kemudian meningkat

pada siklus I pertemuan kedua menjadi 25,3 (baik), siklus II pertemuan pertama

mendapat skor 28,6 (baik), dan siklus II pertemuan kedua mendapat skor 32

(sangat baik). (3) Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I

pertemuan pertama sebesar 54%, kemudian meningkat pada siklus I pertemuan

kedua menjadi 74 %, siklus II pertemuan pertama sebesar 77%, dan pada siklus

II pertemuan kedua sebesar 91%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator

keberhasilan yang ditetapkan sebesar 80% telah terpenuhi. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

dengan media video pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

IPS kelas V yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar

siswa.

(5) Penelitian yang dilakukan oleh Asmorowati (2013) dengan judul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Mind Mapping Berbantuan

Gambar Pada Siswa Kelas IVD SDN Ngaliyan 01 Semarang. Skripsi Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang. Hasil penelitian dengan menerapkan model Mind Mapping

berbantuan gambar ini aktivitas siswa dan keterampilan menulis karangan

narasi pada siswa kelas IVD SDN Ngaliyan 01 Semarang meningkat dengan

signifikan pada tiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa

pada siklus I mendapatkan skor rata-rata 2,81 dan meningkat pada siklus II

43

sebesar 3,37. Untuk pengelolaan pembelajaran yang dilakukanguru rata-rata

siklus I adalah 3,2 dan meningkat 3,6 pada siklus II. Sedangkan untuk hasil

evaluasi karangan narasi, ketuntasan belajar siswa mencapai 74,3% dan

meningkat pada siklus II dengan ketuntasan belajar mencapai 89,1%. Hal ini

menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 80% telah

terpenuhi dan penelitian ini dinyatakan berhasil.

(6) Penelitian yang dilakukkan oleh Permana (2015) dengan judul Peningkatan

Kualitas Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Model Teams Games

Tournaments (TGT) Berbantu Media Audiovisual pada Siswa Kelas IVA SDN

Wates 01 Semarang. Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES pada

tahun 2015. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn dengan

menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) berbantu media

audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Wates 01 Semarang mengalami

peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata 65,24 dengan ketuntasan klasikal

61,11%. Pada siklus II nilai rata-rata 72,98 dengan ketuntasan klasikal 69,44%.

Pada siklus III nilai ata-rata 82,6 dengan ketuntasan klasikal 91,67%. Dari

uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

(7) Penelitian yang dilakukkan oleh Putra dkk (2014) dengan judul Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap Hasil Belajar IPA pada

Siswa Kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Kubutambahan. Jurusan PGSD FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Data yang diperoleh dianalisis

dengan menggunakan analisis statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukan

bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran Teams Games Tournament dan

44

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

konvensional. Dari rata-rata hasil belajar IPA diketahui siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih

baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

pembelajaran konvensional.

(8) Penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 1 Tambah Dadi Lampung Timur. dilakukan

oleh Ariyani (2016) FKIP Universitas Lampung. Hasil analisis uji hipotesis

diperoleh bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan adalah 0,021. Dapat

dinyatakan bahwa nilai 0,021 < 0,05 maka artinya H0 ditolak dan H1 diterima

atau ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model

pembelajaran yang diterapkan di SD Negeri 1 Tambah Dadi Lampung Timur.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT

berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa.

(9) Penelitian yang berjudul Effects of using Teams Games Tournaments (TGT)

Cooperative Technique for Learning Mathematics in Secondary Schools of

Bangladesh yang dilakukan oleh Salam dkk (2015). Hasilnya menunjukkan

bahwa kelompok eksperimen (rata-rata pretest 11,85) dan kelompok kontrol

(rata-rata pretest 7.90). Setelah melakukan eksperimen, hasil posttest untuk

kelompok eksperimen adalah 24,56 (SD = 12,71), sedangkan hasil posttest

kelompok kontrol yaitu 9,65 (SD = 5.81). Hal ini menunjukkan bahwa

kelompok eksperimen mengalami peningkatan 12,71 dari pretest ke posttest, t

(84) = -9,66, p <0,05. Selanjutnya, dari kelompok kontrol hanya menunjukkan

45

sedikit peningkatan dari 1,75 dari pretest ke posttest. Hal tersebut menunjukkan

bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar.

(10) Penelitian yang dilakukan oleh Nalliveettil dan Ali (2013) dengan judul A

Study on the Usefulness of Audio-Visual Aids in ELF Classroom: Implications

for Effective Intruction (Penelitian Mengenai Kegunaan dari Audio-Visual

Aids di Kelas EFL: Implikasi untuk Pengajaran Efektif). Pada penelitian ini

menggunakan kuisioner dengan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan

untuk membahas dan mengeksplorasi pertanyaan penelitian. Hasil penelitian

menunjukan 73,4% siswa menemukan kebutuhan untuk guru bahasa Inggris

untuk menggunakan alat bantu audio-visual dalam ruang kelas. Sebanyak

66,7% siswa menyatakan bahwa alat bantu audio-visual direkomendasikan

untuk kelas karena menghemat waktu dan tenaga kerja dari tenaga pengajar.

Berdasarkan pembahasan tentang penelitian yang relevan, terdapat

persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian

yang sudah ada. Persamaannya yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif model

TGT, media gambar dan video. Perbedaannya yaitu pada mata pelajaran, variabel

penelitian, objek penelitian dan jenis penelitian.

Penelitian pertama sampai dengan ketiga menggunakan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT). Penelitian keempat menggunakan

media video pada mata pelajaran IPS, penelitian kelima menggunakan media

gambar dan penelitian keenam menggunakan model pembelajaran TGT dengan

media audio visual. Pada penelitian ketujuh dan ke sembilan peneliti menggunakan

model pembelajaran TGT, penelitian kedelapan peneliti menggunakan model

46

pembelajaran TGT pada mata pelajaran IPS dan penelitian kesepuluh peneliti

menggunakan media audio visual.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif TGT, media gambar dan video

menunjukkan adanya keberhasilan dalam proses pembelajaran. Penelitian-

penelitian yang relevan tersebut belum ditemukan penelitan yang membandingkan

antara penelitian yang menggunakan model TGT berbantu gambar maupun TGT

berbantu video. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, peneliti menggunakan

model TGT berbantu gambar dan model TGT berbantu video. Peneliti

menggunakan model dan media tersebut dikarenakan di dalam penelitian yang

terdahulu menunjukan keberhasilan dalam pembelajaran. Adanya keberhasilan

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Keefektifan

Model TGT Berbantu Media Gambar Dengan Video Terhadap Hasil Belajar IPS

Siswa Kelas V SDN Penusupan 1 Kabupaten Tegal. Hasil belajar dalam penelitian

ini mencakup dua ranah yaitu ranah kognitif dan afektif. Adapun materi

pembelajaran IPS dalam penelitian ini yaitu mengenai Persiapan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antar variabel yang akan diteliti. Berikut penjelasan hubungan antara variabel

independen dan dependen pada penelitian ini.

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat

memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun

global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. Untuk

47

mencapai tujuan tersebut, sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat

mengembangkan dan melatih diri siswa yang mampu melahirkan manusia yang

andal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moral.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SD Negeri

Penusupan 1, siswa masih terlihat cenderung pasif, sedangkan gurunya lebih aktif

dalam menyampaikan materi. Hal itu dapat menyebabkan siswa menjadi bosan

terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Materi Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) banyak yang berupa hafalan, tetapi guru masih menggunakan

pembelajaran konvensional dalam penyampaiannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu adanya pembelajaran yang

bervariasi. Salah satunya dengan menerapkan model dan media pembelajaran yang

menarik. Model dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif Team Games

Tournament (TGT) dengan media gambar dan video. Guru menyajikan materi

menggunakan media gambar dan video terlebih dahulu, kemudian siswa dibentuk

kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen,

selanjutnya diadakan permainan yang akhirnya akan diadakan turnamen. Setelah

selesai, akan ada penghargaan kelompok bagi kelompok terbaik.

Model Team Games Tournament (TGT) berbantu media gambar dan model

Team Games Tournament (TGT) berbantu media video mempunyai perbedaan dan

persamaan yang terlihat jelas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan

bagan kerangka berpikir model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament

(TGT) dengan media gambar dan video, sebagai berikut

48

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

Siswa

Kelas Exsperimen 1

Kelas Exsperimen 2

Kelas Kontrol

Pretest

TGT Berbantu

Gambar

Posttest

Pretest

TGT Berbantu

Video

Posttest

Pretest

Model

Konvensional

Posttest

Hasil Belajar

1. Ada atau tidak perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan

model TGT berbantu media gambar dan pembelajran yang

menggunakan model TGT berbantu media video.

2. Pembelajaran yang menerapkan model TGT berbantu gambar dan

TGT berbantu video lebih efektif atau tidak lebih efektif dari pada

pembelajaran yang menggunakan model konvensional.

3.

Hasil Belajar Hasil Belajar

dibandingkan

49

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2014: 99).

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

(1) H01 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara

yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT

berbantu media gambar dan yang mendapat pembelajaran

konvensional.

Ha1 : Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantu

media gambar dan yang mendapat pembelajaran konvensional.

(2) H02 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara

yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT

berbantu media video dan yang mendapat pembelajaran

konvensional.

Ha2 : Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantu

media video dan yang mendapat pembelajaran konvensional.

(3) H03 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Penusupan 1 antara yang mendapat pembelajaran dengan model

pembelajaran TGT berbantu media gambar dan yang mendapat

pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantu media

video.

50

Ha3 : Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan

1 antara yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran

TGT berbantu media gambar dan yang mendapat pembelajaran

dengan model pembelajaran TGT berbantu media video.

(4) H04 : Penerapan model pembelajaran TGT berbantu media gambar

tidak efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Penusupan 1.

Ha4 : Penerapan model pembelajaran TGT berbantu media gambar efektif

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1.

(5) H05 : Penerapan model pembelajaran TGT berbantu media video

tidak efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Penusupan 1.

Ha5 : Penerapan model pembelajaran TGT berbantu media video efektif

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Penusupan 1.

123

BAB 5

PENUTUP

Bagian ini berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari hipotesis,

berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Sementara itu,

saran dalam penelitian ini berupa saran bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti

lanjutan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian komparasi

yang berjudul Keefektifan Model TGT Berbantu Media Gambar Dengan Video

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Penusupan 1 Kabupaten Tegal,

maka dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut:

(1) Hasil penelitian menunjukkan perbedaan hasil belajar IPS pada siswa kelas V

antara yang menggunakan pembelajaran model TGT berbantu media gambar

dan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan

hasil uji hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS versi

21 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata antara kelas

eksperimen 1 dan kelas kontrol kurang dati 0,05 (0,018<0,05).

124

(2) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa kelas

V antara yang menggunakan pemelajaran model TGT berbantu media video

dan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan

uji hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS versi 21 yang

menunjukkan bahwa nili signifikansi perbedaan rata-rata antara kelas

eksperimen 2 dan kelas kontrol kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05)

(3) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa kelas

V antara yang menggunakan pembelajaran model TGT berbantu media gambar

dan TGT berbantu media video. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis

menggunakan pembelajaran uji Tukey HSD melalui program SPSS 21 yang

menunjukan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata antar kelas

eksperimen 1 dan eksperimen 2 kurang dari 0,05 (0,030<0,05).

(4) Hasil belajar IPS siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran model TGT

berbantu gambar lebih tinggi dari pada yang menggunakan pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan one

sample t test melalui program SPSS versi 21 yang menunjukkan bahwa nilai

thitung > ttabel (3,373 > 2,080) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,003 <

0,05), sehingga dapat dikatakan pembelajaran model TGT berbantu media

gambar efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

(5) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran model

TGT berbantu media video lebih tinggi daripada yang menggunakan

pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis

menggunakan one sample t test melalui program SPSS versi 21 yang

menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (8,958 > 2,060) dan nilai signifikansi

123

125

kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga dapat dikatakan pembelajaran TGT

berbantu media video efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

(6) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran model

TGT berbantu media video lebih baik daripada yang menggunakan model TGT

berbantu media gambar. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar siswa

yang mendapat pembelajaran model TGT berbantu media video lebih tinggi

daripada yang menggunakan pembelajaran model TGT berbantu media gambar

(85,58>77,50) dengan perbedaan rata-rata sebesar 8,077 berdasarkan analisis

statistik uji Tukey HSD diperoleh nilai signifikansi perbedaan rata-rata hasil

belajar kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,030(0,030<0,05).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model TGT

berbantu media video lebih baik daripada pembelajaran model TGT berbantu

media gambar pada hasil belajar IPS siswa kelas V.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, bahwa pembelajaran model

TGT berbantu media gambar dan TGT berbantu media video efektif dalam

pembelajaran IPS, sehingga disarankan:

5.2.1 Bagi Guru

Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT berbantu

media gambar dan TGT berbantu media video dalam pembelajaran. Hal ini

didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif TGT berbantu media gambar dan TGT berbantu media video dalam

126

pembelajaran efektif pada hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar

siswa yang lebih maksimal, guru disarankan sebagai berikut.

(1) Jika akan menerapkan model pembelajaran kooperatif team games

tournament, guru disarankan untuk menjelaskan langkah-langkah

pelaksanaan modelnya secara lebih rinci dan jelas.

(2) Guru menyampaikan peraturan atau kesepakatan bersama siswa dalam

melaksanakan permainan dan turnamen sehingga siswa dapat melaksanakan

hal tersebut secara tertib dengan waktu yang efektif dan efisien.

(3) Ukuran media gambar yang digunakan lebih besar agar siswa lebih jelas saat

melihat media gambar sedang di perlihatkan.

(4) Media gambar sebaikknya berwarna agar siswa lebih menarik untuk

memperhatikannya.

5.2.2 Bagi Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif TGT berbantu media gambar dan TGT berbantu media video efektif

pada hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran IPS materi proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan model pembelajaran,

pihak sekolah disarankan sebagai berikut.

(1) Memfasilitasi guru dengan berbagai media pembelajaran.

(2) Kepala sekolah harus mendukung para guru untuk mengikuti seminar

pendidikan atau diklat, sehingga guru dapat menambah pengetahuan

mengenai cara mengefektifkan proses pembelajaran di kelas.

127

(3) Pihak sekolah disarankan untuk menambah koleksi buku di perpustakaan,

terutama buku mengenai model-model pembelajaran.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini, peneliti telah melakukan penelitian mengenai

keefektifan model pembelajaran kooperatif TGT berbantu media gambar dan

TGT berbantu media video dalam pembelajaran IPS dan hasilnya menunjukkan

bahwa model pembelajaran tersebut efektif pada hasil belajar siswa. Oleh karena

itu, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam, serta peneliti selanjutnya untuk memerhatikan kelemahan-kelemahan

pembelajaran dengan menggunakan model TGT serta media gambar dan video.

128

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zainal Arifin. 2012. Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampai

Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Anitah, W. Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Aqib, Zainal. 2014. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

(Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ariyani, Dwi. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games

Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS

Kelas IV SD Negeri 1 Tambah Dadi Lampung Timur. Skripsi: Universitas

Lampung. Online. http://digilib.unila.ac.id/22475/19/SKRIPSI%20TANPA

%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf (diakses pada tanggal 18/01/2017).

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Asmorowati, Dewata. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Melalui Mind Mapping Berbantukan Gambar Pada Siswa Kelas IVD SD

Negeri 01 Ngaliyan Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyati, dan Mudjiono. 2013. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Semarang: Undip.

Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksar.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

129

Isjoni, dkk. 2008. Pembelajaran Virtual Perpaduan Indonesia–Malaysia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran Manual dan

Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mathew, Nalliveettil George dan Ali Odeh Hammoud Alidmat. 2013. A Study on

The Usefulness of Audio-Visual Aids in ELF Classroom: Implication for

Effective Intruction. Vol. 2. International Journal of Higher Education. Saudi

Arabia. Online. http://www.sciedu.ca/journal/index.php/ijhe/article/viewFile/2737/1607.

(diakses pada tanggal 05/02/2017).

Munib, Achmad, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES

Press.

Nugroho, Dian Riski, dan Abdul Rachman S. T. 2013. Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe (Team Games Tournament) TGT Terhadap

Motivasi Siswa Mengikuti Pembelajaran Bolavoli di Kelas X SMAN 1

Panggul Kabupaten Trenggalek. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

1/1. 161 – 165: Universitas Negeri Surabaya. Online.

http://ejournal.unesa.ac.id/article/4882/68/article.pdf (diakses pada tanggal

26/09/2016)

Nurdiansyah, Santoni. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Pokok Operasi Bilangan Pecahan Siswa Kelas VII SMPN 6 Sumenep.

E-journal. 1/1. 1-10: Universitas Negeri Surabaya. Online.

http://ejournal.unesa.ac.id/article/10516/12/article.pdf (diakses pada tanggal

26/09/2016).

Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Permana. Azis. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Dengan

Menggunakan Model Teams Games Tournaments (TGT) Berbantu Media

Audiovisual pada Siswa Kelas IVA SDN Wates 01 Semarang. Skripsi:

Universitas Negeri Semarang. Online.

http://lib.unnes.ac.id/20528/1/1401411414-s.pdf (diakses pada tanggal

12/05/2016).

Poerwanti, Endang dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

MediaKom.

130

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra, Agus Budiastawa. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT Terhadap Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas IV di Gugus VIII

Kecamatan Kubutambahan. E-journal. 2/1: Universitas Pendidikan Ganesha.

Online. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/2529/2161 (diakses

pada tanggal 18/01/2017).

Republik Indonesia. 2003. UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Republik Indonesia. 2005. UU No. 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rohmah, Niswatur. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Matematika pada Materi Kubus Dan Balok Pada Siswa Kelas VIII MTsN

Tunggangri Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi: Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Online. http://Repo.Iain -

Tulungagung.Ac.Id/1694/ (diakses pada tanggal 12/01/2017).

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sadiman, Arief S. dkk. 2009. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan , dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: Pustaka

Setia.

Salam, Abdus, dkk. 2015. Effects of using Teams Games Tournaments (TGT)

Cooperative Technique for Learning Mathematics in Secondary Schools of

Bangladesh. Malaysian Online Journal of Educational Technology. 3/3.

Online. http://www.mojet.net/frontend/articles/pdf/v03i03/v03i03-04.pdf

(diakses pada tanggal 20/01/2017).

Sanaky, Hujair AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif – Inovatif. Yogyakarta:

Kaukaba Dipantara.

Sari, Angelia Puspita. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Dengan Media

Video Pembelajaran Pada Siswa Kelas VB SD Negeri Ngaliyan 01

Semarang. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

131

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Silberman, Melvin L. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. 2016.

Bandung: Nuansa Cendekia.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2014. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan instrumen Penelitian Pendidikan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Syamsiyah, Siti, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5, untuk SD/MI kelas V.

Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Taniredja, Tukiran. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.

Bandung: Alfabeta.

132

Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.

Malang: Madani.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trihendradi, Cornelius. 2013. Step By Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Uno, Hamzah B. 2015. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami, Fitria. 2016. Keefektifan Model Team Games Tournament Berbantu Media

Kartu dalam Pembelajaran Proses Pembentukan Tanah Kelas V SDN

Debong Kidul Kota Tegal. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Yonny, Acep. dkk. 2012. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Familia.

_____. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan. Tersedia di

https://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/standar-isi-sd.pdf (diakses 21 Januari

2017).