Upload
phamdang
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
GURU LUAR BIASA - B
STUDI KASUS PADA SMA LB SANTI RAMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh :
APRILIA MELFI PUTRI
NIM. 11140251000002
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1440 H / 2018 M
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
GURU LUAR BIASA - B
STUDI KASUS PADA SMA LB SANTI RAMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
APRILIA MELFI PUTRI
NIM. 11140251000002
Di bawah bimbingan
Nurul Hayati, M.Hum
NIDN. 2014058101
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1440 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Aprilia Melfi Putri (NIM : 11140251000002). Kebutuhan dan Perilaku Pencarian
Informasi Guru Luar Biasa – B : Studi Kasus Pada SMA Luar Biasa
Santi Rama. Di bawah bimbingan Nurul Hayati, M.Hum.Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dab Humaniora Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi dan perilaku
pencarian informasi guru SMA LB Santi Rama dalam menunjang proses
mengajar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Informan pada penelitian ini adalah guru SMA LB Santi
Rama. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling. Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi.
Sedangkan teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa informasi yang dibutuhkan guru SMA LB Santi
Rama terbagi menjadi 5 kategori yaitu 1) Kebutuhan informasi pada saat awal
tahun ajaran baru, 2) Informasi sebelum mengajar, 3) informasi saat mengajar, 4)
metode mengajar, 5). Informasi menambah wawasan. Proses perilaku pencarian
informasi yang dilakukan guru SMA LB Santi Rama berbeda-beda. Namun
umumnya tahapan dalam pencarian informasi sesuai dengan teori Ellis yaitu
starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracing, verifying,
ending. Ada 2 hal yang perlu dicermati dalam tahapan yang dilakukan guru SMA
LB dalam proses pencarian informasi yaitu dalam melakukan tahapan chaining,
yang dilakukan guru dalam pencarian informasi bukanlah merujuk pada daftar
pustaka ataupun referensi lain, melainkan bertanya kepada rekan satu prosfesi atau
pakar pendidikan. Kemudian pada tahapan montoring guru SMA LB Santi Rama
tidak melakukan tahapan ini secara terpisah, tetapi ini sudah dilakukan pada saat
pencarian informasi pada tahapan browsing untuk mencari informasi yang terbaru.
Sumber informasi yang digunakan guru SMA LB Santi Rama dalam pencarian
informasi terbagi menjadi 2 yaitu sumber dokumenter: buku pelajaran, majalah,
dan koran sedangkan untuk sumber non dokumenter yaitu pakar pendidikan, guru
senior, teman dan internet. Kendala dalam proses pencarian informasi yang
dihadapi guru SMA LB Santi Rama adalah sulitnya menentukan keyword,
kurangnya waktu, sumber informasi yang letaknya tidak beraturan, listrik dan
fasilitas internet yang kurang mendukung. Solusi yang digunakan guru SMA LB
Santi Rama yaitu mencari informasi dari teman sejawat dan mencari materi
alternatif untuk proses mengajar.
Kata Kunci : Kebutuhan Informasi, Perilaku Pencarian Informasi, Guru Sekolah
Luar Biasa
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puja dan puji serta syukur saya
curahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Serta shalawat dan salam tidak lupa saya hantarkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Shallallahu „Alayhi wa Sallam beserta keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir hayat, sehinggasaya dapat
menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul “Kebutuhan dan Perilaku
Pencarian Informasi Guru Luar Biasa-B (Studi Kasus Pada SMA LB Santi
Rama)” ini untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar S.IP.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak lain
berkat bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu mewujudkan penulisan skripsi ini kepada:
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
iii
4. Ibu Nurul Hayati, M.Hum, selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing serta memberi
masukan dan kritik kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang
akademis, sosial dan keagamaan kepada penulis.
6. Keluarga besar terutama kedua orang tua dan adik tercinta, yaitu Ayahanda
Ermanto, Ibunda Elfita, dan Arya Putra Anggito, yang senantiasa selalu
memberikan do’a, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi
baik moral maupun materil yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Pihak Yayasan dan Guru SMA Luar Biasa Santi Rama terutama
kepada Ibu Sundari Utami, S.Pd, Ibu Dra. Sri Purwani, Ibu Yuni Wulandari,
S.Pd, Ibu Elni Prafitri, S. Pd, dan Ibu Wiwit Endang P, S. Pd yang telah
membantu penulis selama kegiatan penelitisn di Yayasan Santi Rama.
8. Ine Damayanti, Chairida Saufatunnisa dan Etika Mulya Sari yang telah
membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi
ini.
9. Teman-teman Ilmu Perpustakaan angkatan 2014, terlebih khusus kelas A, dan
teman KKN GANDUM 105. Terimakasih atas segala kebersamaan,
kekompakan dan kenangan yang telah tercipta selama ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iv
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari segi susunan maupun dari segi penulisan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
saya pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2018
Aprilia Melfi Putri
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 8
D. Definisi Istilah .............................................................................................. 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 11 A. Informasi .................................................................................................... 11
1. Definisi Informasi ................................................................................ 11
2. Sumber Informasi ................................................................................ 12
B. Kebutuhan Informasi .................................................................................. 14
1. Definisi Kebutuhan Informasi ............................................................. 14
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Infromasi .............................. 15
C. Perilaku Pencarian Informasi ..................................................................... 18
1. Definisi Perilaku Pencarian Informasi ................................................. 18
2. Model Perilaku Pencarian Informasi ................................................... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Informasi ...... 27
4. Hambatan Perilaku Pencarian Informasi ............................................. 30
D. Guru Sebagai Pendidik ............................................................................... 31
E. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 34
F. Peta Literatur Penelitian ............................................................................. 38
BAB III METODE PENULISAN ...................................................................... 40 A. Jenis dan Pendekatan Penulisan ................................................................. 40
B. Kriteria Informan ........................................................................................ 41
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
E. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Triangulasi) ....................................... 46
F. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 47
vi
BAB IV HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN .................................... 48 A. Profil SLB Santi Rama ............................................................................... 48
1. Sejarah SLB Santi Rama...................................................................... 48
2. Visi dan Misi SLB Santi Rama ............................................................ 49
3. Program Pendidikan SLB Santi Rama ................................................. 51
4. Struktur Organisasi .............................................................................. 52
B. Hasil dan Pembahasan Penulisan ............................................................... 53
1. Kebutuhan Informasi Guru SMA LB Santi Rama ............................... 54
2. Perilaku Pencarian Informasi Guru SMA LB Santi Rama .................. 72
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 99 A. Kesimpulan ................................................................................................. 99
B. Saran ......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1: Model Pencarian Informasi Wilson ................................................ 21
Gambar 2. 2: Model Pencarian Informasi Ellis ..................................................... 25
Gambar 2. 3: Peta Literatur ................................................................................... 38
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1: Penduduk DisabilitasUsia >10 Tahun ................................................... 2
Tabel 3. 1 Jadwal Penulisan .................................................................................. 47
Tabel 4. 1 Program Pendidikan SLB Santi Rama ................................................. 51 Tabel 4. 2 Struktur Organisasi Yayasan Santi Rama ............................................ 52 Tabel 4. 3 Biodata Informan ................................................................................. 54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi
Lampiran 2 Pertanyaan Wawancara
Lampiran 3 Transkrip Wawancara
Lampiran 4 Reduksi Data
Lampiran 5 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 6 Berita Acara Proposal
Lampiran 7 Surat Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 8 Surat Izin Observasi dan Wawancara
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 11 Dokumentasi Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kebutuhan dasar manusia untuk keberlangsungan hidupnya
yaitu pendidikan. Proses awal dari pendidikan yaitu karena adanya
ketidaktahuan yang nantinya akan muncul rasa ingin tahu, rasa ingin tahu ini
yang mendorong manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan di Indonesia
mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan yang signifikan ini
dapat dilihat dari peraturan yang mewajibkan bagi warga negara Indonesia
untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang di berikan oleh negara.
Peraturan tersebut tertulis pada UU nomor 20 tahun 2003 pasal 10 yang
menyatakan bahwa ―Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak
mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.‖1
Dengan adanya UU tersebut dapat menggambarkan bahwa pendidikan di
Indonesia mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah.
Kewajiban untuk mendapatkan pendidikan tidak hanya ditujukan
untuk anak yang normal, tetapi juga kepada anak yang berkebutuhan khusus
(disabilitas). Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak pada umunya seperti mental, emosi
dan fisik. Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2014 mempublikasikan
jumlah penduduk berdasarkan golongan umur yang mengalami disabilitas,
data tersebut berdasarkan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun
1 Indonesia, ―Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,‖ 2003.
2
2012. Hasil Susenas pada tahun 2012 mendapatkan bahwa prevelensi
disabilitas meningkat seiring dengan pertambahan usia yaitu persentase anak
usia 0-4 tahun yang mengalami disabilits sebanyak 0,26%, usia 5-17 tahun
memiliki persentase 0,77%, usia 18-30 tahun memiliki persentase 1,15%, usia
31-59 tahun memiliki persentase 2,4%, dan persentase tertinggi untuk
penyandang disabilitas yaitu pada usia >60 tahun sebanyak 14,86.2
Kemudian sensus penduduk pada tahun 2010 mengumpulkan data
mengenai penduduk yang mengalami kesulitan melihat, mendengar, berjalan,
mengingat atau konsentrasi dan kesulitan mengurus diri sendiri. Data yang
disajikan merupakan penduduk disabilitas pada usia >10 tahun. Berikut
persentase penduduk disabilitas usia >10 tahun :3
Tabel 1. 1: Penduduk DisabilitasUsia >10 Tahun
Jenis Kesulitan
Mengalami Kesulitan
(dalam ribuan) %
Sedikit Parah
Melihat 5.313 507 3,05
Mendengar 5.268 456 1,58
Berjalan 2.432 656 1,62
Mengingat atau
Konsentrasi 2.126 616 1,44
Mengurus Diri
Sendiri 1.511 533 1,07
Mengalami
Kesulitan 9.046 4,74
Pemerataan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
ditindaklanjuti melalui UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa ―Warga negara yang
berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak
2 Kementerian Kesehatan RI, ―Situasi Penyandang Disabilitas,‖ Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, 2014, h.12.
3 Kementerian Kesehatan RI, h. 7.
3
memperoleh pendidikan khusus‖.4Berdasarkan hasil susenas 2012 maupun
riskesdas tahun 2013 mendapatkan bahawa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka prevelensi disabilitas akan menurun. Berikut persentase penyandang
disabilitas berdasarkan jenis pendidikan. Untuk tingkat SD/sederajat memiliki
persentase tertinggi 81,81%, sedangkan untuk tingkat SMP/sederajat
memiliki persentase 8,75%, dan tingkat SMA/sederajat memiliki persentase
9,44%.5
Salah satu layanan pendidikan untuk menurunkan prevelensi yang
khusus diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan luar
biasa. Pendidikan luar biasa memungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus sangat penting untuk hidup bermasyarakat dan
berinteraksi dengan orang lain yang nantinya akan diperlakukan sama dengan
anak normal lainnya.
Mendidik anak berkebutuhan khusus memang tidak mudah, butuh
kesabaran yang tinggi, mengerti psikologis anak dengan baik dan memiliki
kemampuan yang khusus untuk mengembangkan bakat yang dimiliki anak,
karena rata-rata anak berkebutuhan khusus memiliki bakat yang tidak dimiliki
oleh anak normal pada umumnya. Salah satu keterampilan yang harus
dimiliki seorang pendidik anak berkebutuhan khusus adalah dapat membaca
tulisan braille untuk anak disabilitas netra dan bahasa tubuh untuk anak
disabilitas rungu. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
menjelaskan bahwa guru adalah seorang pendidik profesional dengan tugas
4 Indonesia, ―Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.‖
5 Kementerian Kesehatan RI, ―Situasi Penyandang Disabilitas,‖ h. 13.
4
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal, dasar, dan menengah.6 Guru pendidikan khusus adalah guru yang
mempunyai latar belakang pendidikan luar biasa yang pernah mendapat
pelatihan khusus tentang pendidikan luar biasa.
Keberhasilan guru dalam mengajarkan anak berkebutuhan khusus
tergantung dengan proses belajar mengajar itu sendiri. Demi terciptanya
kondisi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya guru perlu
mengetahui terlebih dahulu kondisi kemampuan belajar siswanya dan
informasi seperti apa yang lebih mudah untuk di terima oleh siswanya. Maka
dari itu, di perlukan informasi dari sumber-sumber yang relevan dan memadai
agar dapat memahami kebutuhan informasi yang perlukan oleh siswanya.
Timbulnya kebutuhan informasi menurut Krech, Crutchfield, dan Ballachey
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kongnisinya.7 Kebutuhan
informasi muncul juga dikarenakan adanya kesenjangan pengetahuan yang
ada di diri seseorang dengan informasi yang diperlukan. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut, seseorang akan berusaha mencari informasi agar
pengetahuan yang dibutuhkan segera terpenuhi untuk membuat suatu
keputusan.8
Penjelasan di atas menyadarkan kita begitu pentingnya peranan
seorang guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Guru mempunyai
tanggungjawab yang sangat besar untuk memberikan informasi yang baik
6 Indonesia, ―Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,‖ 2005.
7 Pawit M. Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi : Information
Retrieval (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 82.
8 Putu Laxman Pendit, Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi : Suatu Pengantar Diskusi
Epistemologi dan Metodologi (Jakarta: JIP-FSUI, 2013), h. 38.
5
kepada siswanya agar tetap melek informasi. Guru dalam konteks pendidikan
Islam sebenarnya seseorang yang bertanggunggjawab terhadap
perkembangan anak didik, sebagaimana pendidikan pada umumnya. Melalui
peranannya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta
informasi apasaja yang dibutuhkan siswanya, kemudianmengembangkannya
dalam diri dan meningkatkan kemampuannya dalam segala hal yang
dimilikinya. Rasulullah Saw selalu menyampaikan wahyu dari Allah setelah
beliau mempelajarinya terlebih dahulu. Sehingga bahan atau materi tersebut
berkembang terlebih dahulu dalam diri beliau. Seperti penjelasan dari QS.Al-
Hujuraat ayat 6 dibawah ini :
نوا أن تصيبوا ق وما ياأي ها الذين آمنوا إن جاء كم فاسق بنبإ ف تب ي بهالة ف تصبحوا على ما ف علتم نادمي
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”9
Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap informasi yang kita peroleh,
kita harus mencari kebenarannya terlebih dahulu dan mencari sumber-sumber
yang valid terkait informasi tersebut. Seorang guru harus memenuhi
kebutuhan informasi dirinya dan siswanya, kemudian perilaku pencarian
informasi yang diterapkan guru akan menentukan apakah informasi tersebut
sesuai atau tidak dengan siswa yang berkebuhan khusus.
9 Harman Tanjang, ―Tafsir Surat Al-Hujuraat ayat 6,‖ Markaz Imam Malik, 2018, 1–5.
6
Proses ini terdapat pada model perilaku pencarian informasi yang
dikemukakan oleh Ellis dan Kulhthau. Dalam model perilaku yang
dikemukakan oleh Ellis proses ini berada pada tahapan differentiating yaitu
proses pemilihan data untuk mengetahui mana yang dapat digunakan dan
mana yang tidak, sedangkan dalam model perilaku pencarian informasi yang
di kemukakan oleh Kulhthau, proses ini berada pada tahapan selection
dimana pencari informasi mulai mempertimbangkan informasi yang telah
ditemukan dengan berbagai kriteria.
Yayasan Santi Rama merupakan Sekolah Luar Biasa yang khusus
menangani anak-anak tunarungu. Yayasan Santi Rama pada awalnya
didirikan oleh BPKKS untuk memberikan pelayanan intervensi dini bagi anak
disabilitas rungu dibawah 6 tahun. Sampai saat ini Yayasan Santi Rama
mempunyai tenaga pengajar sebanyak 90 orang dengan tingkatan pendidikan
dari PAUD sampai dengan SMA. Keberhasilan dari Yayasan Santi Rama
dalam memberikan pendidikan kepada siswanya dapat dilihat dari alumni SD
yang telah melanjutkan pendidikannya di sekolah umum bahkan melanjutkan
pendidikan ke tingkat universitas, akan tetapi siswa SMP dan SMA dari
Yayasan Santi Rama sebagian besar adalah siswa yang tidak mampu untuk
melanjutkan pendidikannya ke sekolah umum, maka dari itu khusus untuk
siswa SMP dan SMA Santi Rama akan lebih dipersiapkan untuk memasuki
dunia kerja.
Proses belajar dari tingat SMA Santi Rama ini terdiri dari 38%
program umum, muatan lokal, dan pengembangan diri kemudian 62%
program keterampilan. Berdasarkan persentase inilah guru yang mengajar di
7
SMA LB Santi Rama berusaha untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan
oleh siswanya. Jika dilihat persentase tersebut, untuk keterampilan memang
lebih tinggi dibandingkan persentase dari program umum, dikarenakan siswa
pada SMA tersebut di wajibkan untuk mengasah keterampilan yang
dimilikinya agar nantinya berguna ketika mereka akan memasuki dunia kerja.
Latar belakang inilah yang membuat penulis ingin mengetahui lebih
lanjut informasi seperti apa yang yang dibutuhkan guru SMA dalam proses
mengajar dan bagaimana perilaku guru SMA dalam proses pencarian
informasi untuk memenuhi persentasi pada proses pembalajaran tersebut.
Karena jika dipahami kebutuhan akan informasi untuk siswa yang
berkebutuhan khusus mungkin akan lebih sulit terpenuhi dibandingkan siswa
yang tidak memiliki kekurangan. Oleh karenanya penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penulisan dengan judul “KEBUTUHAN DAN
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI GURU LUAR BIASA - B:
STUDI KASUS PADA SMA LB SANTI RAMA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penulisan ini lebih terfokus,
terarah dan dapat dilaksanakan dengan mudah, maka penulisan ini dibatasi
pada:
1. Kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama dalam proses mengajar.
2. Perilaku pencarian informasi guru SMA LB Santi Rama dalam proses
mengajar.
8
Pembatasan ini bertujuan agar penulisan tidak meluas, lebih terarah,
jelas, dan memberikan hasil yang maksimal. Adapun masalah yang dapat
dikaji dalam penulisan ini, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama dalam proses
mengajar?
2. Bagaimana perilaku pencarian informasi guru SMA LB Santi Rama
dalam proses mengajar?
C. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Mengetahui kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama dalam
proses mengajar.
b. Mengetahui perilaku pencarian informasi guru SMA LB Santi Rama
dalam proses mengajar.
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini di harapkan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca yaitu sebagai berikut :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan
memberi gambaran terhadap guru Sekolah Luar Biasa mengenai perilaku
pencarian informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi siswa
berkebutuhan khusus dalam proses mengajar.
b. Penelitian ini diharapkan juga akan menambah wawasan penulis untuk
mengetahui lebih dalam perilaku pencarian informasi.
c. Bagi SLB Santi Rama, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan bahan pertimbangan kepada guru SLB Santi Rama dalam
9
perilaku pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi siswa
Tuna Rungu dalam menunjang proses kegiatan mengajar.
D. Definisi Istilah
Kebutuhan Informasi merupakan sesuatu yang diinginkan seseorang
karena adanya kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
berbagai pertanyaan di dalam fikiran.
Perilaku Pencarian Informasi merupakan kegiatan dan cara yang
dilakukan oleh seseorang untuk menambah pengetahuan maupun hanya untuk
diketahuinya dan kemudian informasi tersebut akan digunakan sesuai dengan
kebutuhannya.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia hingga pendidikan menengah.
SLB (Sekolah Luar Biasa) merupakan lembaga pendidikan formal
yang melayani pendidikan untuk anak-anak yang memiliki keterbatasan dan
berkebutuhan khusus.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah saat pemahaman skripsi ini, penulis membagi
pembahasan menjadi lima bab, dan masing-masing bab terdiri dari beberapa
sub bab. Adapun sistematika penulisannya, yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, definisi istilah,
serta sistematika penulisan.
10
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori yang berkaitan dengan tema penulisan,
sepertikebutuhan informasi, perilaku pencarian informasi, dan
hambatan dalam pencarian informasi. Selain itu, pada bab ini juga
terdapat penulisan terdahulu.
Bab III Metode Penulisan
Bab ini terdiri dari jenis dan pendekatan penulisan, kriteria
informan, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik analisa
data, dan jadwal penulisan.
BabIV Hasil Penulisan dan Pembahasan
Bab ini memuat tentang profil Yayasan Santi Rama dan hasil
penulisan yang berkaitan dengan kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi guru.
Bab V Penutup
Bab ini terdiri dari simpulan dan saran yang dibuat oleh penulis
setelah melakukan penulisan di Yayasan Santi Rama.
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Informasi
1. Definisi Informasi
Pada saat ini perkembangan informasi sangatlah cepat. Dengan
adanya informasi kita dapat mengetahui apa yang tidak diketahui dan
menambah wawasan kita. Informasi menjadi salah satu kebutuhan yang
mendasar bagi manusia dikarenakan seseorang perlu memenuhi
kebutuhan akan informasi. informasi adalah suatu bentuk yang
mempunyai arti/nilai bagi pemakai dan dapat digunakan untuk membantu
mengambil suatu keputusan bagi pemakai.10
Definisi lain dari informasi adalah suatu pengetahuan atau ilmu
yang dikomunikasikan atau disebarluaskan. Ilmu informasi tersebut
mempelajari susunan dan kualitas informasi ilmiah dan peraturan-
peraturan teori, sejarah dan metodologi. 11
Sedangkan menurut Estabrook yang dikutip oleh Pawit dan Priyo
dalam buku Teori dan Praktik Penelusuran Informasi mengatakan bahwa
informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga
berupa putusan-putusan yang dibuat.12
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka pengertian informasi
menurut penulis adalah segala jenis data, fakta ataupun pengetahuan
10 Bambang Setiarso, Penerapan Teknologi Informasi dalam Sistem Dokumentasi dan
Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, n.d.), h. 16.
11
Kosam Rimbarawa, Dasar-dasar Organisasi Informasi (Jakarta: Hakaesar, 2006), h. 1.
12
Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi : Information Retrieval,
h. 1.
12
yang telah diolah dan dikomunikasikan kepada seseorang yang nantinya
akan berguna bagi penerima sabagai bahan pengembilan keputusan.
2. Sumber Informasi
Sumber informasi merupakan sarana atau tempat penyimpanan
informasi. Informasi dapat diperoleh dari sumber dokumen dan non
dokumen. Untuk sumber informasi non dokumen diperoleh dari manusia
seperti dosen, guru, teman, pustakawan dan sebagainya.13
Sedangkan
menurut Singh yang dikutip oleh Ulpah dalam buku Dasar-dasar
Organisasi Informasi, sumber-sumber informasi dapat dikelompokan
kedalam dua kategori yaitu:
a. Sumber dokumenter (documentary source)
Sumber dokumenter yaitu sumber informasi yang di
dokumentasikan atau sumber informasi yang tertulis dan tercatat.
Sumber dokumenter dikelompokan menjadi tiga yaitu :
1) Sumber informasi primer (primay source)
Sumber informasi primer merupakan karya asli yang
menyajikan gagasan asli dari penulis yang pertama, sumber
informasi primer inibukan merupakan karya terjemahan ataupun
karya saduran. Contoh dari sumber informasi primer adalah
dokumen pemerintah, jurnal, laporan penulisan, prosiding
konferensi, paten dll.
13 Desviana Siti Solehat, Doddy Rusmono, dan Gema Rullyana, ―Perilaku Pencarian Infromasi
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Asing di Universitas Pendidikan Indonesia,‖ Edulib Vol. 6, no. 1
(2016): h. 51-67.
13
2) Sumber informasi sekunder (secondary source)
Sumber informasi sekunder merupakan pengetahuan yang
telah dikemas ulang dalam bentuk yang lebih mudah diakses.
Sumber informasi sekunder ini juga berfungsi sebagai pemandu
ke dokumen asli. Contoh sumber informasi sekunder adalah
buku, jurnal atau majalah, indeks dan abstrak, buku rujukan,
monograf dll.
3) Sumber informasi tersier (tertiary source)
Sumber informasi tersier merupakan sumber yang tidak
mengandung ulasan mengenai bidang subjek, tetapi sumber
informasi tersier ini digunakan sebagai alat bantu untuk
menggunakan sumber primer dan sekunder. Contoh informasi
tersier adalah bibliografi, direktori, panduan literatur, buku
tahunan dll.
b. Sumber non dokumenter
Sumber non dokumenter merupakan sumber informasi dalam
bentuk komunikasi lisan atau kata-kata (verbal). Sumber non
dokumenter dikelompokan menjadi 2 yaitu : sumber informasi
formal dan sumber informasi informal. Contoh sumber informasi
formal adalah radio, TV, organisasi penulisan. Sedangkan sumber
informasi informal adalah percakapan dengan para ahli pertemuan,
konferensi, dll.14
14 Ulpah Andayani, Dasar-dasar Organisasi Informasi (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2016),
h. 19.
14
Selain sumber-sumber informasi diatas, terdapat pula sumber
lain yaitu internet. Internet adalah kumpulan jaringan komputer yang
saling terkoneksi. Koneksi antar jaringan komputer ini menggunakan
kabel tembaga seperti yang masih digunakan di beberapa daerah di
Indonesia yaitu kabel optika serat, sambungan tanpa kabel dan
satelit.15
B. Kebutuhan Informasi
1. Definisi Kebutuhan Informasi
Banyak teori yang membahas masalah kebutuhan akan informasi.
Sebenarnya bukan hanya informasi saja yang dibutuhkan oleh seseorang,
melainkan banyak variasinya. Ada beberapa definisi mengenai kebutuhan
informasi, menurut Pawit dan Priyo kebutuhan informasi merupakan
suatu keadaan yang terjadi dalam struktur kongnisi seseorang yang
dirasakan ada kekosongan informasi atau pengetahuan akibat tugas atau
sekedar rasa ingin tahu.16
Sedangkan menurut Krikelas, kebutuhan informasi adalah
pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang
mendorong seseorang untuk mencari informasi.17
Kulthau menganggap kebutuhan informasi terjadi kerena adanya
kesenjangan informasi antara informasi yang dimiliki oleh seseorang
dengan informasi yang seharusnya dimiliki oleh orang tersebut untuk
15 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2013), h. 12.6.
16
Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi : Information Retrieval,
h. 68.
17
James Krikelas, ―Information Seeking Behavior : Pattern and Concepts,‖ Drexel Library
Quarterly Vol. 19, no. 2 (1983): h. 5-20.
15
mendukung kegiatannya sehari-hari memunculkan kebutuhan
informasi.18
Kebutuhan informasi mempunyai peranan penting dalan
kehidupan seseorang. Tailor yang dikutip oleh Kuhlthau mengatakan
bahwa terdapat 4 tingkat kebutuhan infromasi yaitu visceral, yaitu
informasi aktual yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diungkapkan;
concious, yaitu kebutuhan yang dapat djelaskan atau digambarkan;
formalized, yaitu pernyataan resmi atas suatu kebutuhan; dan
compromised, yaitu pernyataan yang diajukan pada sistem informasi.19
Teori kebutuhan informasi ini akan menjadi dasar untuk
memahami hal terkait kebutuhan informasi, sehingga akan memudahkan
penulis untuk memahami makna kebutuhan informasi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Infromasi
Munculnya kebutuhan informasi pada seseorang karena adanya
kesenjangan pengetahuan yang ada di dalam diri dengan kebutuhan
informasi yang diperlukan. Kesenjangan seseorang dalam memahami
sesuatu membuktikan bahwa kebutuhan informasi didorong oleh keadaan
yang disebut situasi problematik (problematik situation), yaitu situasi
ketika seseorang merasakan kekurangan informasi sedangkan
pengetahuan yang dimilikinya terbatas. Pengertian tersebut menunjukan
kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan
informasi yang dibutuhkan tidak memadai pada saat itu. Untuk mengatasi
18 Carol C. Kuhlthau, ―Inside the Search Process : Information Seeking from the User’s
Perspective,‖ Journal of the American Society for Information Science Vol. 42 No. 5 (1991): h.
361-371.
19
Carol C. Kuhlthau, h, 361-371.
16
kesenjangan tersebut seseorang akan berusaha menacari informasi agar
pengetahuan yang diperlukan akan segera terpenuhi.20
Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi tersebut,
menurut Crowford yang dijelaskan oleh Devadson dan Lingam
kebutuhan informasi seseorang dipengaruhi oleh 10 hal diantaranya :
a. Work Activity (aktifitas pekerjaan)
b. Discipline/Field/Area of interest (disiplin/lapangan/area
ketertarikan)
c. Availability of facilities (Ketersediaan fasilitas)
d. Hierarchical position of individuals (Posisi hirarki seorang individu)
e. Motivation factors for information needs (faktor motivasi terhadap
kebutuhan informasi)
f. Need to take a decision (kebutuhan untuk membuat keputusan)
g. Need to seek new ideas (kebutuhan dalam mencari ide baru)
h. Need to validate the correct ones (kebutuhan untuk mempalidasikan
agar sesuatu menjadi benar)
i. Need to make professional contributions (kebutuhan untuk membuat
kontribusi yang professional)
j. Need to establish priority for discovery etc (kebutuhan untuk
membangun prioritas dalam penemuan,dan sebagainya).21
20 Pendit, Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi : Suatu Pengantar Diskusi
Epistemologi dan Metodologi, h. 38.
21
Francis Jawahar Devadason dan Pandala Pratap Lingam, ―A Methodology for the
Identification of Information Needs of Users,‖ IFLA Journal Vol. 23, no. 1 (1997): h. 49-55,
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/034003529702300109.
17
Sedangkan menurut David Nicholas kebutuhan informasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Jenis pekerjaan
b. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencarian informasi yang
meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara
sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman,
kolega, dan atasan.
c. Waktu
d. Akses, menelusur informasi secara internal (didalam organisasi) atau
eksternal (duluar organisasi)
e. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.22
Menurut Katz, Gurevitch dan Hass seperti yang dikutip Pawit
Yusup bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
akan banyak mempunyai kebutuhan-kebutuhan dibandingkan dengan
orang yang berpendidikan rendah. Seorang guru, dosen maupun penulis
akan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang pada umumnya. Akan tetapi tidak semua
orang memiliki kesamanaan terkait kebutuhan, perbedaan individual
akan menentukan kebutuhan yang diperlukannya karena setiap orang
memiliki keunikan dan perbedaan kebutuhannya termasuk didalamnya
kebutuhan informasi.23
22 David Nicholas, Assessing Information Needs: Tools, Techniques and Concepts for the
Internet Age (London: Aslib, 2002), h. 93.
23
Pawit M. Yusup, Pedoman Praktis Mencari Informasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), h. 4.
18
C. Perilaku Pencarian Informasi
1. Definisi Perilaku Pencarian Informasi
Perilaku adalah setiap tindakan yang digunakan sebagai alat atau
cara agar dapat mencapai suatu tujuan, sehingga kebutuhan terpenuhi
atau suatu kehendak terpuaskan.24
Pencarian informasi adalah suatu kegiatan atau aktifitas individu
dalam mencari informasi yang dibutuhkan atau diinginkan dengan suatu
tujuan tertentu. Perilaku informasi merupakan keseluruhan pola laku
manusia terkait dengan keterlibatan informasi.25
Kemudian perilaku pencarian informasi adalah kegiatan
seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan informasi, seseorang
akan selalu berperilaku mencari informasi untuk memenuhi
kebutuhannya.26
Sedangkan menurut Wilson perilaku pencarian informasi
merupakan perilaku di tingkat mikro, yaitu berupa perilaku mencari yang
ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.
Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di
tingkat interaksidengan komputer maupun di tingkat intelektual dan
mental.27
24 Ahmad Syawqi, ―Perilaku Pencarian Informasi Guru Besar Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin,‖ Juenal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Vol. 1 No.1 (2017): 19–44.
25
Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi : Information Retrieval,
h. 105.
26
Herlina, Sri Suriana, dan Misroni, ―Perilaku Pencarian Infromasi Mahasiswa Program
Doktoral Universitas Islam Negeri Raden Fatah Dalam Menyusun Disertasi,‖ Tamaddun Vol.
XIV, no. 2 (2015): 186–219.
27
T.D Wilson, ―Human Information Behavior,‖ Informing Science Vol. 3, no. 2 (2000): 49–
55.
19
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
pencarian informasi merupakan sikap seseorang dalam mencari informasi
yang dibutuhkannya, dimulai dengan mencari, memilih, menyeleksi,
menetapkan informasi dan kemudian sampai informasi tersebut
digunakan untuk kebutuhannya.
Wilson mengemukakan terdapat beberapa batasan tentang
perilaku pencarian informasi dan aspek-aspek aksesorisnya. Beberapa
batasan tersebut yaitu :
a) Perilaku Informasi (information behavior) merupakan keseluruhan
perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi,
termasuk perilaku pencarian informasi dan penggunaan informasi
baik secara aktif maupun pasif
b) Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior)
merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat
dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.
c) Perilaku pencarian informasi (information searching behavior)
merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mancari yang
ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.
Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik
di tinggat interaksi dengan komputer, maupun tingkat intelektual dan
mental
d) Perilaku pengguna informasi (information user behavior) yakni
terdiri atas tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan
seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi
20
yangditemukannya dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki
sebelumnya.28
2. Model Perilaku Pencarian Informasi
Dalam perilaku pencarian informasi, banyak bermunculan teori-
teori yang dapat digunakan dalam penelitian diantaranya adalah teori
Wilson, Ellis dan Khulthau.
a. Teori Wilson
Ketika seseorang melakukan pencarian informasi, faktor
fisiologis, efektif, maupun kongnitif akan menentukan bagaimana
seseorang berperilaku dalam mencari informasi. Kemudian ada
faktor rintangan yang akan menentukan bagaimana akhirnya
seseorang bertindak dalam lingkungan sebuah sisitem informasi.
Dalam pencarian informasi, seseorang dapat berinteraksi dengan
panduan dari sebuah sistem informasi, perpustakaan dan komputer
berbasisi sistem World Wide Web.
Model pencarian informasi menurut Wilson dikenal dengan a
model of information bahavior. Dalam model ini ditekankan
mengenai keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
informasi dan hambatan dalam memenuhi kebutuhannya. Berikut
adalah model yang dikemukakan oleh Wilson :29
28 T.D Wilson, h. 49-55.
29
T.D. Wilson, ―Models in Information Behavior Research,‖ Journal of Documentation Vol.
55, no. 3 (1999): h. 249-270.
21
Gambar diatas menjelaskan bahwa perilaku pencarian
informasi seseorang diawali dari adanya kebutuhan seseorang akan
informasi sehingga mereka melakukan pencarian informasi yang
dapat dilakukan dengan cara bertukar informasi. Apabila pencarian
menggunakan sumber informasi dan sistem informasi maka
pencarian informasi dapat menghasilkan dua kemungkinan yaitu
sukses atau gagal, bila pencarian sukses maka informasi dapat
digunakan dan dibagikan pada orang lain. sedangkan bila pencarian
informasi gagal, makan kegiatan pencarian berhenti. Dalam model
ini seseorang yang melakukan pencarian informasi akan
mendapatkan hasil pencarian yang memuaskan atau tidak
memuaskan, bila hasil tidak memuaskan maka pencarian informasi
akan berhenti.
b. Teori Ellis
Salah satu teori paling populer di kalangan penulis perilaku
informasi atau information behaviour adalah teori karya David Ellis.
Ellis mengemukakan beberapa karakteristik perilaku pencarian
Gambar 2. 1: Model Pencarian Informasi Wilson
22
informasi, teori ini menjelaskan perilaku informasi secara umum
dalam bentuk serangkaian kegiatan yaitu:30
1) Starting : karakteristik aktifitas individu dari permulaan
pencarian informasi.31
Starting merupakan tahap awal yang
dilakukan seseorang untuk memulai melakukan pencarian
informasi. Tahapan ini dimulai dengan membandingkan
karakteristik aktifitas dari penemuan awal informasi seperti
mengenali referensi yang dapat digunakan sebagai titik awal
(starting point) dari siklus penemuan. Aktivitas dari starting ini
bisa dilakukan dengan bertanya pada rekan dan kolega,
mengkonsultasikan tinjauan literatur pada orang yang ahli,
mencari di katalog online dan indeks serta abstrak.32
2) Chaining : mata rantai berikutnya dari kutipan-kutipan atau
bentuk-bentuk referensi lain yang berhubungan dengan apa yang
dicari.33
Chaining merupakan aktivitas merangkai kutipan atau
bentuk lain dari hubungan yang referensial antara materi atau
sumber yang telah diketahui selama aktivitas starting. Chaining
maju mengenali dan menindaklanjuti sumber lain yang
30 David Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, ―A Comparison of The Information Seeking
Patterns of Researchers in The Physical and Social Sciences,‖ Journal of Documentation Vol. 49,
no. 4 (1993): h. 356-369.
31
Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, h. 356-369.
32
Nisa Emirina Royan, ―Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behavior)
di Kalangan Mahasiswa Skripsi,‖ Journal Universitas Airlangga Vol. 3, no. 2 (2014): h. 1-17.
33
Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, ―A Comparison of The Information Seeking Patterns
of Researchers in The Physical and Social Sciences,‖ h. 356-369.
23
mengarah pada sumber asli, sedangkan chaining mundur terjadi
ketika referensi dari sumber awal diikuti.34
3) Browsing : suatu kegiatan mencari informasi yang terstruktur
atau semistruktur.35
Browsing adalah menelusur atau mencari
informasi dalam bidang-bidang yang menarik. Browsing dalam
hal ini dapat dilakukan tidak hanya dengan pemindaian terhadap
jurnal yang telah diterbitkan atau daftar isi saja, namun juga
referensi dan abstrak cetak dari pencarian literatur retrospektif.36
4) Differentiating : pembagian atau reduksi data atau pemeliharaan
data, mana yang akan digunakan dan mana yang tidak perlu.37
Pada tahapann ini menjelaskan bahwa pencarian informasi mulai
menggunakan sumber-sumber yang beraneka ragam dengan
maksud untuk menyeleksi dan menguji secara kualitas dari
informasi yang dibutuhkan.38
5) Monitoring : selalu memantau atau mencari berita-berita/
informasi yang terbaru (up to date) di lapangan dengan
mengikuti sumber-sumber tertentu yang telah dipilih secara
teratur.39
34 Royan, ―Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behavior) di Kalangan
Mahasiswa Skripsi,‖ h. 1-17.
35
Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, ―A Comparison of The Information Seeking Patterns
of Researchers in The Physical and Social Sciences,‖ h. 356-369.
36
Royan, ―Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behavior) di Kalangan
Mahasiswa Skripsi,‖ h. 1-17.
37
Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, ―A Comparison of The Information Seeking Patterns
of Researchers in The Physical and Social Sciences,‖ h. 356-369.
38
Ahmad Junaidi, Dian Sinaga, dan Herika Rainathami, ―Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Pemustaka di Layanan Sirkulasi Perpustakaan Cistral UNPAD,‖ eJurnal Mahasiswa Universitas
Padjajaran Vol. 1, no. 1 (2012): 1–15.
39
Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, ―A Comparison of The Information Seeking Patterns
of Researchers in The Physical and Social Sciences,‖ h. 356-369.
24
6) Extracting : Mengidentifikasi secara selektif bahan sumber
informasi yang telah didapat untuk mendapatkan informasi yang
diminati.40
Tahapan ini melakukan aktivitas yang terkait dengan
sumber khusus dan secara selektif mengenali materi yang relevan
dari sumber tersebut, seperti serangkaian jurnal, serin monografi,
pengumpulan indeks, abstark, atau bibliografi dan database
komputer.41
7) Verifying :mengecek informasi yang sudah di ambil. kegiatan
ini terdiri dari penilaian dan pengecekan kesesuaian dan
ketepatan suatu informasi yang telah didapatkan. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan cara pengecekan ulang terhadap data
yang dimiliki, dan melakukan evaluasi, yakni penilaian terhadap
hasil yang telah didapat.42
8) Ending : akhir dari pecarian. Dalam tahapan inilah pencarian
informasi mengakhiri proses kegiatan pencariannya dan ini
terjadi saat berakhirnya topik yang ditulis yang sedang di
kerjakannya, dalam tahapan ini pencari informasi secara khusus
menetapkan akhir kegiatan pencarian informasi.43
Jika digambarkan, maka teori Ellis akan membentuk
serangkaian tahapan sebagai berikut :
40 Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, h. 356-369.
41
Royan, ―Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behavior) di Kalangan
Mahasiswa Skripsi,‖ h. 1-17.
42
Solehat, Doddy Rusmono, dan Gema Rullyana, ―Perilaku Pencarian Infromasi Mahasiswa
Pendidikan Bahasa Asing di Universitas Pendidikan Indonesia,‖ h. 51-67.
43
Junaidi, Dian Sinaga, dan Herika Rainathami, ―Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Pemustaka di Layanan Sirkulasi Perpustakaan Cistral UNPAD,‖ h. 1-15.
25
26
27
5) Koleksi (collection)
Tahap ini merupakan tahap interaksi antara pemakai dengan
fungsi-fungsi sistem yang paling efektif dan efisien. Pada tahap
ini pola pikir mereka dikonsentrasikan pada upaya memperjelas,
memperluas, dan mengumpulkan informasi tentang topik yang
digelutinya. Mereka mulai mencatat segala informasi yang
dianggap relevan dengan bidangnya.
6) Presentasi (presentation)
Tahapan ini merupakan tahap puncak dari pencarian
informasi yang akan berakhir dengan dua kemungkinan, yaitu
merasa puas atau sebaliknya. Pola pikir yang dihasilkan
merupakan sintesa dari berbagai informasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Informasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
pencarian informasi. Menurut Wilson ada beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan
informasi dalam bentuk perilaku pencarian informasi. Faktor tersebut
diantaranya :
a. Kondisi psikologis seseorang
Kondisi ini berkaitan dengan suasana hati seseorang ketika
mencari informasi. Seseorang yang dalam suasana hati tidak baik/
sedih akan berbeda hasil pencariannya jika dibandingkan dengan
seseorang yang dalam suasana hari baik/gembira.
28
b. Demografis
Kondisi ini terkait dengan sosial budaya seseorang dimana
tempat ia hidup dan berkegiatan. Perilaku seseorang dari kelompok
masyarakat yang tidak memlilki akses internet akan berbeda dengan
orang yang hidup dalam fasilitas teknologi.
c. Peran seseorang di masyarakat
Kondisi ini khususnya terjadi dalam hubungan interpersonal
yang akan mempengaruhi perilaku informasi. Seorang guru yang
berperan untuk menggurui akan menyebabkan perilaku pencarian
informasi berbeda dibandingkan perilaku siswa yang berperan
sebagai pelajar. Peran mereka akan mempengaruhi cara mereka
bertanya, bersikap, dan bertindak dalam kegiatan mencari informasi.
d. Lingkungan
Kondisi ini dapat terjadi dalam lingkungan terdekat maupun
lingkungan lebih luas
e. Karakteristik sumber informasi
Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan
menemukan informasi.45
Pendapat lain dikemukakan oleh Thanuskodi yang mengatakan
bahwa perilaku pencarian informasi dipengaruhi oleh empat faktor
diantaranya :46
45 Wilson, ―Models in Information Behavior Research,‖ h. 249-270.
46
S. Thanuskodi, ―information Needs and Use Pattern of District Court Lawyers of Salem and
Erode in Tamilnadu,‖ Library & Information Science Wing, Directorade of Distance Education
Vol. 30, no. 2 (2010): h. 61.
29
a. Faktor sosial
Informasi yang dibutuhkan mengenai pendidikan seks,
musik, ataupun mode yang tersedia secara terbuka untuk masyarakat,
tetapi tidak dibutuhkan untuk masyarakat tertentu (masyarakat
tertutup). Sehingga dalam situasi ini setiap individu akan mencari
infromasi tersebut secara tesembunyi.
b. Faktor politik
Sistem politik (khususnya dibawah pemerintahan diktator)
yang dapat menentukan jenis informasi tertentu seperti pertahanan,
kebebasan berbicara, hak azasi manusia dll. Informasi ini menjadi
terlarang untuk kelompok tertentu. Kelangkaan informasi tersebut
dapat memotivasi seseorang untuk menentang kebijakan pemerintah.
c. Faktor geografis
Lokasi geografis dapat menentukan seseorang bagaimana
seseorang dalam mencari informasi. Isolasi geografis (letak georafis
yang terpisah) dapat mendorong seseorang untuk berusaha mencari
informasi dengan cara yang tidak biasa.
d. Faktor pendidikan
Orang yang pendidikan tinggi dan yang memiliki pendidikan
rendah akan memiliki perbedaan dalam perilau pencarian informasi.
Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memanfaatkan sarana
formal (sistem informasi) dalam pencarian infromasi yang
dibutuhkannya, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah
30
akan cenderung bertanya kepada seseorang untuk mencari informasi
yang dibutuhkannya.
4. Hambatan Perilaku Pencarian Informasi
Menurut Wilson terdapat beberapa hambatan dalam mencari
informasi yaitu sebagai berikut :47
a. Karakter Pribadi
1) Disonansi kongnitif, yaitu gangguan yang terkait motivasi
individu dalam berprilaku. Konsep ini mengemukakan bahwa
adanya perasaan tidak nyaman yang mengakibatkan seseorang
menyelesaikan konflik dalam satu atau beberapa acara.
2) Tekanan selektif, yaitu pada umumnya individu cenderung
mengekspos diri untuk ide ide yang sesuai dengan kepentingan,
kebutuhan atau sikap mereka.
3) Fisiologis, kongnitif dan karakter emosional. Ini berkaitan
dengan kondisi fisik, proses memperoleh pengetahuan, dan
emosional seseorang dalam melakukan pencarian informasi
4) Tingkat pendidikan dan pengetahuan dasar. Individu yang
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan semakin
mudah untuk menemukan informasi, begitupun sebaliknya.
5) Variabel demografis, ini berkaitan dengan usia, jenis kelamin
dan faktor lainnya.
47 T.D Wilson, ―Information Bahavior: An Interdisciplinary Perspective,‖ Information
Processing & Management Vol. 33 (1997).
31
b. Hambatan sosial dan terkait peran
Masalah ini muncul saat interaksi antara seseorang dengan
orang lain untuk mendapatkan akses sumber informasi. Masalah
yang dimaksud bisa dalam bentuk sikap seseorang.
c. Hambatan lingkungan dan situasi
1) Waktu
2) Geografis
3) Budaya nasional
4) Hambatan ekonomi
5) Karakter sumber informasi
D. Guru Sebagai Pendidik
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pada bab 1 pasal 1 ayat 2
yang berbunyi:
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur fasilitator dan sebutan
lainnya yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.48
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya
inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber
daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan, selalu bermuara pada
faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam
dunia pendidikan.Guru juga sebagai pekerjaan profesional memerlukan
kemampuan dan keahlian khusus dalam menjalankan tugasnya yang biasa
48 Indonesia, ―Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.‖
32
disebut kompetensi guru. Kompetensi guru berupa seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas-tugas keprofesionalannya.
Dalam undang-undang no 14 tahun 2005 bab IV pasal 10 tentang guru dan
dosen disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.49
Kompetensi ini tidak dapat dipisahkan dan saling menjalin secara terpadu
dalam diri seorang guru. Berikut penjelasan 4 kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru :
1. Kompetensi Pedagogis
Kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan interaksi
pembelajaran antara guru dan peserta didik. Kompetensi ini meliputi
kemampuan guru dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode
pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
mengelola kelas, dan melaksanakan evaluasi.
2. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan dan karakteristik personal yang mencerminkan
realitas sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Kompetensi ini berkaitan dengan sikap yaitu meliputi sabar, tenang,
bertanggung jawab, demokratis, ikhlas, cerdas, menghormati orang lain,
stabil, ramah, tegas, berani, kreatif, inisiatif, dan lain-lain.
49 Indonesia, ―Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.‖
33
3. Kompetensi Sosial
Kemampuan dan keterampilan yang terkait dengan hubungan
atau interaksi dengan orang lain.
4. Kompetensi Profesional
Kemampuan dan keterampilan terhadap penguasaan materi
pelajaran secara mendalam, utuh, dan komprehensif.50
Kemudian seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu
pesat, guru tidak lagi sekedar bertindak sebagai penyaji informasi. Guru juga
harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang
lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari
dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, guru juga harus
senantiasa meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
menghadapi berbagai tantangan.
Pada proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa
dapat belajar secara efektif, efisien dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Strategi pembelajaran merupakan metode untuk menentukan pilihan dan tata
cara urutan belajar. Unsur atau komponen yang harus ada dalam sistem
pembelajaran adalah tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,
metode, alat sumber pelajaran dan evaluasi.51
Untuk memahami kebutuhan siswa tentunya guru perlu menggali
informasi sebanyak-banyaknya mengenai siswanya, informasi tersebut dapat
50 M. Shabir U, ―Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan
Kewajiban, dan Kompetensi Guru,‖ Auladuna Vol. 2, no. 2 (2015): 221–32.
51
Syaiful Bahri Djamah, Guru dan Anak Didik: Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rhineka
Cipta, (2000), h. 17.
34
diperoleh dari orang tua ataupun laporan-laporan sebelumnya. Kemudian
dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan siswa,Martin dan Kompf
berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran guru harus
mencoba berbagai pendekatan dan mencatat beragam cara untuk dapat
mengulangi, merevisi atau mengubah perilaku tersebut sehingga hasil yang
diinginkan terpenuhi.52
Kemudian dalam artikelnya Moore mengatakan
bahwa:
In all schools curriculum planning by groups of teachers was seen to promote
information sharing. Teachers talking to teachers was a key activity. The richness
and depth of educational debate, however, is likely to be influenced by the degree of
input from external sources and the range of collaborative, mentoring relationships
within the school.53
Maksudnya adalah dalam pencarian informasi, guru lebih
menggutamakan pada information sharing. Pembicaraan antar guru
merupakan kunci aktivitas pencarian informsi. Dengan demikian kedalaman
dan pengayaan pada pembicaraan mengenai dunia pendidikan semakin luas
dan komprehensif.
Dalam mencari informasi terkadang guru mengalami kegagalan, tidak
semua pencarian informasi yang dilakukan guru akan berhasil. Walaupun
mereka mendapatkan informasi yang dicari, mereka akan mengulangi
pencarian untuk lebih meyakinkan pemahaman akan informasi tersebut.
E. Penelitian Terdahulu
Dalam penelusuran, penulis menemukan 3 penulisan terdahulu yang
terkait dengan tema yang penulis akan lakukan. Penelitian tersebut adalah :
52 Michael Kompf dan Janice M Martin, Changing Research and Practice: Teracher‟s
Professionalism, Identities and Knowledge (London: The Falmer Press, 1996), h. 90-98,
53
Penny Moore, ―Teaching Information Problem Solving in Primary School: An Information
Literacy Survey,‖ 63rd IFLA General Conference - Conference Programme and Proceedings,
1997, https://archive.ifla.org/IV/ifla63/63moop.htm.
35
Skrispi yang pertama berjudul ”Perilaku Pencarian Informasi
Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Persiapan Mengajar” yang disusun
oleh Bella Septi Maulidya Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Skripsi ini bertujuan
untuk mengidentifikasi apasaja kebutuhan informasi, mengetahui perilaku
pencarian informasi dan kendala dalam pencarian informasi. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
mewawancarai dua orang dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dalam persiapan
mengajar. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku pencarian
informasi dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan tidak sesuai dengan metode yang
dipilih oleh peneliti pada skripsi ini. Meskipun demikian mereka mengaku
dapat memenuhi kebutuhan informasinya. Skripsi ini memiliki kesamaan
tema dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu perilaku informasi guru
dalam proses belajar mengajar.Perbedaan dari skripsi ini dengan penelitian
yang penulis lakukan adalah informan dari skripsi Bella Septi Maulidya ini
adalah 2 orang dosen dari Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sedangkan penulis menggunakan informan Guru SMA
LB Santi Rama.
Skripsi kedua berjudul “Kebutuhan Informasi dan Perilaku
Pencarian Informasi Guru di Sekolah Dasar Lazuardi Global Islamic
School” yang disusun oleh Tuti Fatimah Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia tahun 2005. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui informasi apasaja yang menjadi kebutuhan guru
36
dalam kegiatan belajar mengajar, diluar kegiatan belajar mengajar dan
pengolahan kelas dengan siswa berkebutuhan khusus dan mengetahui
gambaran perilaku pencarian informasi yang dilakukan guru SD Lazuardi
GIS. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa informasi yang diperluka
guru untuk kegiatan belajar mengajar meliputi media pengajaran, materi
pengajaran, strategi atau metode pengajaran, manajemen kelas dan
evaluasi.subjek yang diminati guru diluar jam pelajaran adalah psikologi dan
sastra. Subjek yang diinginkan untuk pengembangan diri dan wawasan adalah
informasi pendidikan, bahasa, psikologi dan keterampilan. Informasi yang
dibutuhkan untuk mengelola kelas dengan siswa berkebutuhan khusus adalah
metode penanganan, metode mengajar dan jenis-jenis kelainan serta
penyebabnya. Skripsi ini memiliki kesamaan tema dan metode penelitian
yang dilakukan oleh penulis, yaitu perilaku pencarian informasi dan metode
penulisan yang di gunakan adalah kualitatif. Untuk perbedaannya yang
terdapat pada skripsi Tuti Fatimah melakukan penelitian di SD Lazuardi
Global Islamic School yang merupakan sekolah dengan penerapan sistem
inklusi. Sedangkan penulis melakukan penelitian di SMA LB Santi Rama
yaitu sekolah khusus untuk anak Tunarungu.
Skripsi ketiga berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka
Tunanetra pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa – A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta” yang disusun oleh Donna Sitta Ariyanti Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi,
proses pencarian informasi, solusi untuk mengatasi kendala, dan peran
37
pustakawan dalam membantu pencarian informasi. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari
penelitian ini menunjukan kebutuhan informasi pemustaka ialah buku
pelajaran braille, atlas taktual dan Al-Quran braille. Proses pencarian
informasi pada pemustaka berbeda-beda, pada umumnya mereka melakukan
tahapan initiation (pemustaka merasa kurangnya ilmu pengetahuan), Starting
(pemustaka memulai pencarian), chaining (pemustaka menghubungkan
sumber yang dicari dengan informasi yang dibutuhkan), browsing (mencari
pada lebih dari satu sumber), differentiating (pemustaka membedakan
informasi yang didapat), extracting (pemustaka mencatat informas yang
dianggap penting), presentation (perasaan lega, puas yang dirasakan
pemustaka dengan informasi yang didapat sehingga informasi tersebut dapat
digunakan dan dipresentasikan), dan ending (pemustaka mengakhiri
pencarian informasi). Skripsi ini memiliki kesamaan tema dan metode
penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu perilaku pencarian informasi
dan metode penulisan yang di gunakan adalah kualitatif. Untuk perbedaannya
yang terdapat pada skripsi Donna Sitta Ariyanti yaitu terdapat pada
informannya, pada skripsi Donna yang dijadikan informan addalah siswa
dari sekolah luar biasa - b. Sedangkan yang dijadikan infoman oleh penulis
adalah guru SMA LB Santi Rama yaitu sekolah khusus untuk anak
Tunarungu.
38
F. Peta Literatur Penelitian
Kebutuhan informasi merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam
struktur kongnisi seseorang yang dirasakan ada kekosongan informasi atau
pengetahuan akibat tugas atau sekedar rasa ingin tahu (Pawit M Yusup dan Priyo
Subekti, 2010). Faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi yaitu Work
Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi
Kebutuhan Informasi
(Pawit M Yusup dan Priyo
Subekti, 2010; James
Krikelas, 1983; Carol C.
Kuhlthau, 1991)
Perilaku Pencarian
Informasi
(Herlina, Sri Suriana, dan
Misroni, 2015; T.D Wiilson,
2000)
Faktor yang Mempengaruhi
Kebutuhan Informasi
(Francis Jawahar Devadason
dan Pandala Pratap Lingam,
1997; David Nicholas, 2002)
Model Perilaku Pencarian
Informasi
(T.D Wilson, 1999; David
Ellis, Debora Cox dan
Katherine Hall, 1993; Carol
Kuhlthau, 1991)
Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku
Pencarian Informasi
(T.D Wilson, 1999;
Thanuskodi. S, 2010)
Hambatan Perilaku
Pencarian Informasi
(T.D Wilson, 1997)
Fokus Penelitian
Penelitian ini terfokus pada
Kebutuhan dan perilaku
pencarian informasi guru
Gambar 2. 3: Peta Literatur
39
Activity (aktifitas pekerjaan), Discipline/Field/Area of interest
(disiplin/lapangan/area ketertarikan), Availability of facilities (Ketersediaan
fasilitas), Hierarchical position of individuals (Posisi hirarki seorang individu),
Motivation factors for information needs (faktor motivasi terhadap kebutuhan
informasi), Need to take a decision (kebutuhan untuk membuat keputusan), Need
to seek new ideas (kebutuhan dalam mencari ide baru), Need to validate the
correct ones (kebutuhan untuk mempalidasikan agar sesuatu menjadi benar), Need
to make professional contributions (kebutuhan untuk membuat kontribusi yang
professional), Need to establish priority for discovery etc (kebutuhan untuk
membangun prioritas dalam penemuan,dan sebagainya) (Francis Jawahar
Devadason dan Pandala Pratap Lingam, 1997).
Perilaku pencarian informasi perilaku pencarian informasi adalah
kegiatan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan informasi, seseorang
akan selalu berperilaku mencari informasi untuk memenuhi kebutuhannya
(Herlina, Sri Suriana, dan Misroni, 2015). Dalam proses pencarian informasi
terdapat teori yang digunakan yaitu Starting, Chaining, Browsing, Differentiating,
Monitoring, Extracting, Verifying dan Ending (David Ellis, Debora Cox dan
Katherine Hall, 1993). Beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian informasi
yaitu kondisi psikologis seseorang, demografis, peran seseorang di masyarakat,
lingkungan, karakteristik sumber informasi ( Wilson, 2000). Dalam proses
pencarian infomasi pasti terrdapat beberapa hambatan, hambatan tersebut
diantaranya yaitu karakter pribadi, hambatan sosial, hambatan lingkugan dan
situasi (Wilson, 1997).
40
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis dan Pendekatan Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian studi
kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang di lakukan terhadap
objek atau sesuatu yang harus di teliti secara menyeluruh, utuh dan
mendalam.54
Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang suatu keadaan yang terjadi dan interaksi suatu unit
sosial.55
Ciri khas dari studi kasus yaitu untuk mengendalikan suatu variabel
yang akan diteliti tidak secara eksplisit, meneliti fenomena dalam konteks
sesungguhnya disuatu tempat atau beberapa tempat saja.56
Masalah yang
diangkat pada penelitian ini adalah kebutuhan informasi dan perilaku
pencarian informasi guru SMA LB Santi Rama dalam menunjang proses
mengajar.
Selain itu, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan yang menghasilkan data
berupa ucapan atau tulisan dari perilaku seseorang yang diamati.57
Pendekatan ini mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan
ataupun perilaku yang dapat diamati dari suatu individu maupun kelompok.58
54 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, 1 ed. (Jakarta: Bumi
Aksara, 13), h. 113.
55
Suryana, Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
(Universitas Pendidikan Terbuka, 2010).
56
Pendit, Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi : Suatu Pengantar Diskusi
Epistemologi dan Metodologi, h. 255.
57
Pupu Saeful Rahmat, ―Penelitian Kualitatif,‖ EQUILIBRIUM Vol. 5 No. 9 (2009): h. 2.
58
Rahmat, h. 3.
41
B. Kriteria Informan
Informan adalah seseorang yang dimanfaatkan untuk menyampaikan
suatu informasi tentang situasi dan kondisi tempat penulisan.59
Penentuan
informan dalam penulisan ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu
memilih informan dengan berlandaskan kualitas yang dimiliki oleh informan
tersebut.60
Ini bertujuan untuk mendapatkan informan yang benar-benar
mempunyai pengetahuan dan informasi terkait fenomena yang sedang diteliti.
Dalampenelitian ini yang menjadi informan yaitu guru SMA LB
Yayasan Santi Rama dan memiliku kriteria sebagai berikut :
1. Guru yang telah mengajar kurang lebih 5 tahun
2. Guru mata pelajaran umum
3. Guru keterampilan
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan dua
sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Tujuan dari diadakannya
pengumpulan data, yaitu agar nantinya data yang telah dikumpulkan dapat
digunakan sebagai bahan analisis data.
59 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.
90.
60
Ilker Etikan, Sulaiman Abu Bakar Musa, dan Rukayya Sunusi Alkassim, ―Comparison of
Convenience Sampling and Purposive Sampling,‖ American Journal of Theoretical and Applied
Statistics Vol. 5, no. 1 (2016): h. 1-4.
42
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya.61
Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, ataumanusia. Dalam
penelitian ini, penulis mendapatkan data-data primer dengan cara :
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,
direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol
keandalan dan kesahihannya.62
Pada observasi ini penulis melakukan
pengamatan secara langsung dengan melakukan pengamatan di
lokasi yang hendak di teliti untuk mendapatkan data yang di
perlukan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui perilaku
pencarian informasi guru dalam proses mengajar. Hasil observasi
dapat dilihat pada lampiran 1.
b. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab lisandengan maksud
tertentu antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Wawancara termasuk bagian terpenting karena
merupakan studi tentang interaksi antara manusia sehingga dapat
merupakan alat sekaligus objek yang mampu mensosialisasikan
61 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002), h. 195.
62
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 52.
43
kedua belah pihak yang mempunyai status yang sama.63
Wawancara
sebenarnya terbagi menjadi 2 jenis yaitu wawancara tertutup yaitu
wawancara yang lebih terstruktur dan lebih rinci dan wawancara
terbuka yaitu wawancara yang memberikan kebebasan kepada
penulis untuk berbicara secara luar dan mendalam.
Dalam penelitan kualitatif wawancara terbuka lebih
disarankan agar mendapatkan data yang lebih menadalam karena
dapat menggali data selengkap mungkin sehingga pemahaman
penulis terhadap fenomena yang ada dapat terbuktikan dengan
pemahaman narasumber.64
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terbuka
dan telah membuat beberapa pertanyaan yang akan di ajukan kepada
informan, kemudian informan menjawab dengan bebas dan terbuka.
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data ini adalah voice
recorder dan alat tulis. Data hasil wawancara yang berbentuk
rekaman kemudian diubah dalam bentuk tulisan. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan perilaku informasi guru
dalam proses mengajar.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung
dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen
63 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju,
(2011), h. 80.
64
Aunu Rofiq Djaelani, ―Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif,‖ FPTK IKIP
Vateran Semarang Vol. XX No. 1 (2013): h. 87.
44
(laporan, karya tulisorang lain, koran, majalah).65
Dalam penelitian ini,
penulis mendapatkan data-data sekunder dengan cara:
a. Studi Literatur
Studi literatur merupakan penelitian yang datanya diambil
dari berbagai literatur (buku, artikel, jurnal). Penulis menggunakan
beberapa referensi seperti buku, jurnal, dan lain-lain sebagai data
tambahan dalam penulisan ini.
b. Dokumentasi
Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumetasi dalam
penelitian ini menggunakan foto, gambar-gambar data struktur
organisasi. Hasil observasi dan wawancara akan semakin sah dan
dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumentasi.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya melakukan tahapan analisis data.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola-pola, memilih
mana yang penting dan yangakan di pelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.66
65 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis
Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999), h. 87.
66
Djam ’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,
2013), 201–2.
45
Ada beberapa tahap yang sebaiknya di lakukan dalam suatu proses
pengolahan data kualitatif, yaitu :67
a. Reduksi Data
Reduksi data ini diartikan sebagai proses pemilihan,
penyederhanaan dan pengabstraksian data kasar dari hasil temuan yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, kemudian di
reduksi dengan memilah dan membuang hal-hal yang dianggap tidak
penting dari hasil penulisan. Data yang diperoleh peneliti baik dari hasil
wawancara maupun observasi tidak semuanya diguakan, akan tetapi data
tersebut dipilah terlebih dahulu dalam menentukan yang relevan dengan
tema penelitian. Hasil reduksi data dapat dilihat pada lampiran 4.
b. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun sejumlah informasi
yang sudah di dapatkan untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Penyajian data akan mempermudah penulis dalam
menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk
kesatuan dan memaparkan hasil penulisan supaya lebih mudah di
pahami.
c. Penarikan kesimpulan
Data yang terkumpul dan terangkum kemudian akan dilakukan
penarikan kesimpulan. Untuk mendapatkan simpulan yang relevan, data-
data tersebut sebelumnya di analisa secara mendalam sehingga dapat di
tarik kesimpulan.
67 Subandi, ―Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian Pertunjukan,‖
Harminia Vol. 11, no. 2 (2011): 173–79.
46
E. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Triangulasi)
Menurut William Wiersma, triangulasi adalah menyilangkan validasi
hasil kualitatif, memberikan penilaian dari data-data yang telah disimpulkan
lalu disesuaikan dengan memusatkan beberapa sumber data dari data yang
masih diproses untuk dikumpulkan. Triangulasi juga diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.
Berikut penjelasannya :68
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber data seperti
dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut
pandang yang berbeda.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan
observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Jika data yang dihasilkan berbeda,
maka peneliti harus diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
68 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 125.
47
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga mempengaruhi kreadibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara ketika narasumber dalam keadaan yang baik
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
F. Jadwal Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian tentang Kebutuhan Informasi dan
Perilaku Pencarian Informasi Guru SMA LB Studi Kasus Yayasan Santi
Rama, penulis membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan. Adapun
perinciannya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. 1: Jadwal Penulisan
No
Waktu
Kegiatan Maret April Agustus September Oktober November
1 Pengajuan
Proposal
2 Sidang
Proposal
3
Konsultasi
dengan
pembimbing
4
Menyusun
daftar
pertanyaan
5 Penulisan di
lapangan
6
Analisi data
dan
kesimpulan
7 Pengesahan
skripsi
8 Pengajuan
sidang
48
BAB IV
HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SLB Santi Rama
1. Sejarah SLB Santi Rama
Jauh sebelum masyarakat Indonesia menyadari pentingnya
pendidikan bagi penyandanag tunarungu, seperti halnya sekarangini,
Santi Rama sudah lahir di bumi Indonesia. Walaupun baru berwujud
kehendak dan gagasan dari beberapa pribadi, diantaranya ibu J.S
Nasution, Dr. Hendarto Hendarmin, Ibu Oyong dan Ibu De Vreede
Varekamp. Didorong dengan semangat luhur untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa serta membantu mewujudkan hal seluruh warga
bangsa negara Indonesia untuk memperoleh pengajaran, khususnya
pengajaran bagi anak tunarungu, maka pada tangga 7 Sepetember 1970
didirikanlah Badan Pembina Santi Rama yang dalam perjalanan menuju
kemandiriannya akhirnya menjadi sebuah yayasan berbadan hukum yang
disahkan dengan akte notaris Keartini Mulyadi, SH nomor 121 tanggal
14 Februari 1976.
Pada tahun 1977 Santi Rama membuka taman kanak-kanak luar
biasa, setahun kemudian Santi Rama membuka SLB-B pada sore hari
guna menampung siswa yang terlambat usianya waktu masuk sekolah.
Secara terprogram Santi Rama mulai menerapkan pendidikan terpadu. Di
tahun 1982 Santi Rama membentuk bidang Penulisan dan Pengembangan
(Litbang Santi Rama), guna memberi masukan bagi pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun yang sama mendirikan Santi
49
Rama tingkat lanjutan, terpisah dari tingkat dasar dengan program
pendidikan selama 4 tahun.
Kemudian pada tahun 1997 Santi Rama membuka Sekolah
Menengah yang terdiri dari SLTPLB dan SMLB dengan lama program
masing-masing 3 tahun, 6 tahun kemudian kedua SLB-B Santi Rama
tingkat dasar (pagi dan sore) dilebur menjadi Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Santi Rama. Dengan kerja keras untuk meningkatkan mutu
pendidikan, pada akhirnya tahun 2008 unit pendidikan Santi Rama yaitu
SDLB, SMPLB dan SMALB, diakreditasi Tim Akreditasi Depdiknas
dengan predikat sangat memuaskan dengan nilai ―A‖. Pada tahun ini juga
Santi Rama membuka Program Intevensi Dini Anak dan Orangtua
(PRODINI), sebagai suatu bentuk baru dalam layanan Pendidikan Anak
Tunarungu Usia Dini (PAUD) di Santi Rama.69
2. Visi dan Misi SLB Santi Rama
a. Visi
Menjadikan Yayasan Santi Rama sebagai organisasi/lembaga sosial
penyelenggara dan pelayanan pendidikan anak tunarungu yang
menyeluruh (komprehensif), terpecaya, inovatif dna berwawasan
nasional.
b. Misi
1) Menyelenggarakan manajemen lembaga yang efektif, efisien
dan terbuka.
69
Lani Bunawan, 25 Tahun : Kenangan Lustrum V (Jakarta: Yayasan Santi Rama, 1995).
50
2) Menyelenggarakan program layanan deteksi dan intervensi dini
yang komprehensif dan selaras perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, berbasisi hakekat dan kebutuhan anak tunarungu
3) Menyelenggarakan jenjang pendidikan tingkat pra-sekolah,
pendidikan dasar dan menengah serta berbagai jalur dan
program sesuai kebutuhan anak tunarungu berdasarkan asesmen
yang rutin dan berkesinambungan.
4) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan tentang hal
yang berkaitan pelayanan pendidikan anak tunarungu
5) Melakasanakan program pebinaan sumber daya manusia
yangmampu mengaktualisasikan diri, berdisiplin, berdedikasi,
profesional dan bangga sebagai ―orang Santi Rama‖
6) Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan mutakhir
7) Menyelenggarakan program bimbingan konseling dan informasi
bagi orangtua, alumni dan masyarakat luas yang memerlukan
8) Berperan aktif dalam berbagai kegiatan penataran dan
pengembangan sistem pelayanan dan pendidikan anak
tunarungu pada taraf nasional.
9) Menjalin kerjasama dengan perorangan, organisasi, instansi
penerintah, serta perguruan tinggi yang terlibat dalam bidang
pelayanan dan pendidikan anak tunarungu.70
70
Santi Rama, ―Santi Rama,‖ Visi dan Misi, n.d., https://santirama.sch.id.
51
3. Program Pendidikan SLB Santi Rama
Terdapat beberapa program pendidikan di Yayasan Santi Rama
diantaranya adalah program umum, muatan lokal, khusus, pengembangan
diri, keterampilan, dan ekstra kulikuler.71
Berikut penjelasan program
yang terdapat di Yayasan Santi Rama :
Tabel 4. 1 Program Pendidikan SLB Santi Rama
No Program Pendidikan Jenis Program
1 Program Umum
a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Kewarganegaraan
c. Bahasa Indonesia
d. Matematika (berhitung)
e. Ilmu Pengetahuan Alam
f. Ilmu Pengetahuan Sosial
g. Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan
h. Bahasa Inggris
2 Program Muatan Lokal
a. Pendidikan Lingkungan dan
Budaya Jakarta (PLBJ)
b. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
3 Program Khusus a. Bina Komunikasi Persepsi
Bunyi dan Irama
4 Program Pengembangan
Diri
a. Pendidikan Kesehatan dan
Reproduksi (KESPRO)
b. Peragaan Busana
c. Kewirausahaan (Pretasi Junior
Indonesia / PJI)
5 Program Keterampilan
a. Tata Busana Pria
b. Tata Busana Wanita dan Anak
c. Otomotif (Perbengkelan Motor
dan Mobil)
d. Percetakan (Desain Grafis,
Sablon dan Cetak)
e. Mengetik dan Komputer
f. Menghias kain (menyulam,
lekapan, linen rumah tangga,
merajut, bordir)
71
Santi Rama.
52
g. Tata Boga
6 Program Ekstra Kulikuler
a. Kepramukaan
b. Iqra / Menbaca Al-Quran
c. Sanggar Seni Lukis
d. Sanggar Seni Tari
e. Olahraga : volly, basket, tenis
meja, bulutangkis, taekwondo.
4. Struktur Organisasi
Berikut ini merupakan susunan struktur organisasi yang ada di
Yayasan Santi Rama :
Tabel 4. 2 Struktur Organisasi Yayasan Santi Rama
Struktur Pimpinan Yayasan Santi Rama
No Jabatan Nama
1 Pembina Prof. Dr. H.Hendarto Hendarmin
Drs. Sularso Martodiwiryo
2 Pengawas Soemarmi Marjono
Hj. Soehartinah Hanafiah
Struktur Staf Pengurus Yayasan Santi Rama
1 Ketua Dra. Lani Halim Bunawan
2 Wakil Ketua Hj. Indresjwari Hendarto
3 Sekretaris Dra. Sri Udiati Hutadjulu
4 Wakil Sekretaris Wiwin Bintoro, SH
5 Bendahara Marjolijn Hermine Prawoto
Struktur Staf Bidang-bidang Yayasan Santi Rama
1 Pendidikan Maria C. Soesila Yuwati, BA, S.Pd
2 Ketenagakerjaan Dudung Abdurrachman, S.Pd
3 Sarana dan Prasarana Sutadi
4 Humas Hj. Surti Purwati R. Lubis. B. Sc
Peggy Samiasih Odang
5 Usaha dan Dana Hj. Sri Utami Adriyanti Indra
Struktur Staf SMP/SMA LB Santi Rama
1 Kepala Sekolah Suwandi, S.Pd
2 Wakil Kepala Sekolah
Bidang Akademis Sundari Utami, S.Pd
3 Wakil Kepala Sekolah
Bidang Keterampilan Sri Chahyaningsih, S.Pd
4 Guru A. Dadang Kartamiharja, S.Pd
53
Dra. Sri Purwani
Boniyo, S.Pd
Yuni Wulandari, S.Pd
Dimyati Hakim, S.Pd
Anna Lena, S.Sos
Nurlailah, S.Pd
Ninuk Dwi Wuriyani, S.Pd
Elni Nindia Prafitri, S.Pd
Wiwit Endang P, S.Pd
Ratih Restu Ningrum, S.Pd
Annisa Rusli, S.Pd
Rizski Nugra Fadillah, S.Pd
Nadiatus Saadah, S.Pd
Lastarina Andanawari, S.Pd
Denny Abdurrachman, S.Pd
Budiwati
Fajar Indra Susilowati
Entong Beny
Anggraeni Ragmasetiani
B. Hasil dan Pembahasan Penulisan
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan mengenai
hasil dari observasi dan wawancara mendalam terhadap informan tentang
kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi guru SMA LB Santi
Rama. Penulis memilih informan ini berdasarkan pada kriteria yang sudah
dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu 2 informan dari guru pelajaran
akademik dan 2 informan lainnya dari guru keterampilan. Pengambilan 4
informan ini dikarenakan pada saat wawancara pengambilan data sudah
mencapai saturasi, maka pengumpulan data dihentikan. Saturasi data adalah
istilah yang digunakan dalam penelitian untuk menunjukkan bahwa tidak ada
informasi baru yang diharapkan untuk ditambahkan yang akan meningkatkan
54
atau mengubah temuan penelitian.72
Saturasi menunjukkan bahwa data yang
dideskripsikan partisipan memiliki kesamaan atau mencapai titik jenuh
meskipun dilihat dari berbagai perspektif. Rentang waktu informan mengajar
yang penulis tetapkan kurang lebih 5 tahun keatas. Tabel berikut memuat
biodata singkat 4 orang informan.
Tabel 4. 3: Biodata Informan
No Informan Pengalaman Mengajar Lama terlibat di SMA
LB Santi Rama
1 Wiwit 2013 – sekarang 5 tahun
2 Elni 2013 – sekarang 5 tahun
3 Sri 1984 – sekarang 35 tahun
4 Yuni 2004 – Sekarang 16 tahun
Penulis mulai melakukan observasi pada tanggal 1 agustus 2018 dan
melakukan wawancara pada tanggal 20 Agustus 2018 di ruang guru SLB
Santi Rama. Berikut penulis akan menjabarkan hasil wawancara dengan
informan tersebut di SLB Santi Rama.
1. Kebutuhan Informasi Guru SMA LB Santi Rama
Kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama terbagi menjadi
5 kategori yaitu kebutuhan informasi pada awal tahun ajaran baru,
kebutuhan informasi sebelum menajar, kebutuhan informasi dalam
proses mengajar, kebutuhaan informasi metode mengajar dan kebutuhan
informasi dalam menambah wawasan. Berikut penjelasan lebih lanjut
mengenai kebutuhan informasi Guru SMA LB Santi Rama :
72 Collaborative research program of the universities of Maastricht, ―Data Saturation,‖ Gut
Feelings in general practice (blog), 2013, http://www.gutfeelings.eu/glossary/saturation-2/.
55
a. Kebutuhan Informasi pada Awal Tahun Ajaran Baru
Sebagai seorang pengajar, ada hal-hal yang harus diperhatikan
dalam kegiatan mengajar yang dilaksanakannya yaitu guru harus
mengatahui hal-hal yang akan diajarkannya, menyusun materi
sehingga dapat dimengerti oleh siswa sehingga proses mengajar akan
berjalan dengan lancar. Untuk itu informasi merupakan kebutuhan
yang diperlukan guru sebagai dasar pengajaran.Kebutuhan informasi
tersebut bermacam-macam dan disesuaikan dengan kemampuan
yang dimiliki siswa.Awal tahun ajaran baru merupakan awal dari
seorang guru untuk mencari informasi yang dibutuhkan sebelum
kegiatan mengajar dimulai. Dalam hal ini guru SMA LB Santi Rama
pada awal tahun ajaran baru membutuhkan informasi mengenai
jumlah dan IQ anak yang akan diajarkan. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai berikut :
“Pertamakan kalo saya jadi wali kelas ya, kita harus tau dulu
berapa jumlah anak yang kita pegang kelasnya, IQ nya
bagaimana jadi kita membuat programnya sesuai dengan
kemampuan anak.‖73
Informasi mengenai pembuatan program yang sesuai dengan
anak juga di perlukan pada awal tahun ajaran baru. Sebagaimana
hasil wawancara dengan ibu Wiwit sebagai berikut :
”Kalo informasi untuk belajar si kayaknya sebelum mulai
belajar ya, misalnya ini kan baru ajaran baru kita kan
biasanya bikin program dulu gitu, jadi informasinya itu
sebelum ajaran baru itu dimulai biasanya...” 74
73
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018. 74
Wiwit Endang Purwatiningsih.
56
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Elni yang
mengungkapkan bahwa kebutuhan informasi sebelum kegiatan
mengajar mulai dibutuhkan pada awal tahun ajaran baru dan
informasi yang dibutuhkannya adalah pembuatan program yang
sesuai dengan anak. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Elni
sebagai berikut :
“Butuh informasi kayaknya persiapan untuk mengajar ya,
karena persiapan untuk pengajaran ya, jadi biasanya si awal-
awal tahun ajaran baru kebutuhan seperti bikin program...”75
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Ibu Sri dalam
wawancara sebagai berikut :
“Kalo untuk tahun ajaran baru biasanya membuat program,
program tahunan, semesteran selama menyusun program itu
ya apa yang mau disampaikan ke anak. Saya kan mengajar
tata busana ya jadi untuk menyesuaikan kemampuan anak
saya mencari model yang sesuai dengan kemampuan anak.”76
Informasi yang dibutuhkan guru SMA LB Santi Rama
selanjutnya pada awal tahun ajaran baru yaitu informasi untuk
menyusun materi pembelajaran, hal tersebut diungkapkan oleh Ibu
Elni sebaagaimana hasil wawancara berikut:
“...menyusun materi gitu. Pastinya pake informasi tetep.”77
Kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama tidak hanya
mengenai informasi jumlah anak, IQ anak, pembuatan program
untuk pengajaran, dan informasi mengenai penyusunan materi. Guru
SMA LB Santi Rama juga membutuhkan informasi untuk
75
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018. 76
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018. 77
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi.
57
menunjang KBM. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Elni
sebagai berikut:
“Ya informasi mah selalu ya kayaknya setiap saat itu perlu
informasi untuk menunjang KBM nya.”78
Selain itu, guru juga memerlukan informasi mengenai
perbandingan pengajaran oleh sekolah lain, hal tersebut akan
berguna bagi guru untuk mengevaluasi program yang telah
dibuatnya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Yuni pada wawancara
berikut :
“Diawal tahun ajaran baru, itu yang paling pokoknya diawal
tahun ajaran baru. Biasanya informasi untuk perbandingan,
misalnya sekolah lain apa saja si pelajaran yang di ajarkan
pada semester ini. Itu-itu aja si sebagai perbandigan cocok
gak di sekolah saya.”79
Semua informan sepakat bahwa informasi akan lebih banyak
dibutuhkan pada awal tahun ajaran baru. Kebutuhan informasi guru
SMA LB Santi Rama akan terus berkelanjutan selama adanya proses
pengajaran. Namun pada awal tahun ajaran baru guru memerlukan
informasi yang lebih tepat dan akurat terutama pada saat membuat
program yang sesuai dengan kemampuan anak. Program yang telah
direncanakan adalah program tahunan yang selama satu semester
kedepan.
Pada awal tahun ajaran baru guru SMA LB Santi Rama lebih
banyak membutuhkan informasi jika dibandingkan dengan informasi
pada proses persiapan mengajar sehari-hari. Pada tahun ajaran baru
informasi yang dibutuhkan guru akademis dan guru keterampilan
78
Elni Nindia Prafitri. 79
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018.
58
yaitu mengenai jumlah dan IQ anak yang akan diajarkan, membuat
program yang sesuai dengan anak, pembuatan materi, informasi
untuk menunjang KBM, dan informasi perbandingan materi dengan
sekolah lain. Kebutuhan informasi mengenai IQ anak sangat di
perlukan guru LB untuk membuat program yang sesuai dengan
kemampuan anak. Kebutuhan informasi IQ ini yang membedakan
guru SMA LB dengan SMA umum.
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori Crowford yang
dikutip oleh Devadson dan Lingam mengenai faktor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi. Crowford menjelaskan bahwa
terdapat 10 faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi yaitu
aktifitas pekerjaan, ketertarikan, ketersediaan fasilitas, posisi hirarki
seseorang, motivasi terhadap kebutuhan informasi, kebutuhan untuk
membuat keputusan, kebutuhan dalam mencari ide baru, kebutuhan
untuk meyakinkan sesuatu, kebututuhan untuk membuat kontribusi
dan kebutuhan untuk membangun prioritas.80
Maka jelas terlihat
kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama sesuai dengan
penjelasan Crowford mengenai faktor yang mempengaruhi
kebutuhan informasi bahwa kebutuhan informasi berkaitan dengan
aktifitas kerja, kebutuhan membuat keputusan dan kebutuhan dalam
mencari ide baru.
80 Devadason dan Pandala Pratap Lingam, ―A Methodology for the Identification of
Information Needs of Users,‖ h. 49-55.
59
b. Informasi sebelum mengajar
Setelah informasi diawal tahun ajaran baru terpenuhi, maka
kebutuhan informasi berlanjut untuk memenuhi kebutuhan guru
sebelum melakukan proses mengajar. Informasi sebelum mengajar
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh guru agar proses
mengajar berjalan dengan lancar. Informasi yang dibutuhkan
sebelum mengajar terdiri dari media pembelajaran, KI (Kompetensi
Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) dari pemerintah, materi yang akan
diajarkan dan informasi mengenai kemampuan siswa agar dapat
disesuaikan dengan program yang telah dibuat pada awal tahun
ajaran baru.Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Wiwit pada
wawancara berikut :
”Iya, kalo udah dibikin programnya biasnya informasi
mengenai media yang dibutuhkan.”81
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh ibu Elni dalam
wawancara sebagai berikut :
“Iya, biasanya si kalau sebelum belajar kita membutuhkan
informasi tentang medianya, KI KDnya dari pemerintah tu
seperti apa kira-kira materi yang sudah di susun sesuai tidak
dengan kemampuan siswa. Ngait-ngaitin tentang KI KD sama
kemampuan anak tuh gimana, kan kalo materinya bagus tapi
tidak sesuai dengan kebutuhan anak kan percuma ya.”82
Kebutuhan informasi sebelum belajar juga dibutuhkan oleh
Ibu Sri dan Ibu Yuni. Sebagai guru keterampilan, informasi yang
mereka butuhkan sebelum proses belajar terkait dengan materi
pengajaran, tata cara atau proses dalam pembuatan kerajinan tangan
81
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 82
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi.
60
dan model-model terbaru mengenai keterampilan yang mereka
ajarkan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Sri sebagai
berikut:
“Ya. Saya nyari sehari sebelumnya. Saya nyari-nyari model-
model, cari materi.”83
Sependapat dengan Ibu Sri, Ibu Yuni juga membutuhkan
informasi mengenai tata cara dalam pembuatan suatu karya. Ibu
Yuni menambahkan bahwa beliau membutuhkan informasi
mengenai proses dalam pembuatan suatu karya karena adanya
kekhawatiran bahwa proses dalam pembuatan karya tersebut tidak
sesuai dengan yang ada. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu
Yuni sebagai berikut:
“Iya, saya si cuma untuk mastiin bener gak ni yang akan
saya berikan sesuai gak dengan yang ada. Misalnya di
internet cara membuat poster, saya sudah tahu cara-caranya
begini cuma sama atau tidak si, kalo sama ya sudah saya
semakin yakin.”84
Informasi yang dibutuhkan Ibu Sri tidak hanya tentang
model-model tata busana yang diperlukannya. Ibu Sri juga
membutuhkan informasi mengenai dunia wirausaha yang nantinya
akan berguna untuk siswanya setelah lulus dari jenjang menegah
atas. Informasi tersebut biasanya ia berikan di sela-sela waktu
pelajarannya, ia berharap keterampilan yang ia ajarkan akan berguna
untuk siswanya berwirausaha agar bisa mandiri, maka dari itu ia
tidak hanya membutuhkan informasi mengenai pelajaran yang akan
ia ajarkan melainkan informasi-informasi untuk menambah wawasan
83
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 84
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
61
siswanya pada bidang wirausaha. Sebagaimana wawancara dengan
Ibu Sri sebagai berikut :
“Saya nyari pelayanan prima, itu diperlukan untuk anak
untuk berwirausaha ya gak hanya belajar-belajar aja kan
ada tujuan akhirnya untuk berwirausaha biar bisa mandiri
dan punya keterampilan ya minimal keterampilan untuk
menghidupi dirinya sendiri lah. Syukur-syukur bisa
berwirausaha.”85
Setelah kebutuhan informasi pada awal tahun ajaran baru
terpenuhi selanjutnya informasi yang dibutuhkan guru SMA LB
Santi Rama adalah informasi mengenai persiapan sebelum mengajar.
Dalam tahapan ini informasi yang dibutuhkan guru akademis
maupun keterampilan di SMA LB Santi Rama adalah mengenai
media yang akan digunakan dalam proses mengajar, informasi
mengenai pelajaran yang akan diajarkan pada hari itu dan informasi
mengenai pelayanan prima. Media pembelajaran yang digunakan
guru SMA LB Santi Rama sangat berguna untuk membantu siswa
dalam memahami pelajaran yang diberikan. Kemudian untuk
memastikan apakah pelajaran yang diberikannya itu sesuai dengan
kurikulum, biasanya guru terlebih dahulu mencari informasi tersebut.
Maka jelas terlihat kebutuhan informasi guru SMA LB Santi
Rama sesuai dengan penjelasan Crowford mengenai faktor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi bahwa kebutuhan informasi
berkaitan dengan aktifitas kerja, kebutuhan membuat keputusan dan
kebutuhan dalam mencari ide baru.86
85 Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
86
Devadason dan Pandala Pratap Lingam, ―A Methodology for the Identification of
Information Needs of Users,‖ h. 49-55.
62
c. Kebutuhan Informasi dalam Proses Mengajar
Dalam proses mengajar terkadang guru membutuhkan
informasi yang sifatnya mendadak, kebutuhan informasi tersebut
terjadi karena adanya informasi baru yang diterima dan terjadi
kesenjangan antara informasi yang diterima dengan pengetahuan
yang dimiliki guru, maka disituasi seperti ini guru membutuhkan
informasi untuk melanjutkan proses mengajar. Ibu Elni mengatakan
bahwa dalam proses mengajar terkadang mereka membutuhkan
informasi yang sifatnya mendadak karena siswa tidak hanya
membahas tentang materi dalam buku akan tetapi informasi yang
sedang berkembang akan menjadi bahan dalam pengajaran pada
proses belajar di SMA SLB Santi Rama. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Elni sebagai berikut :
―Kadang-kadang si membutuhkan informasi, sebab kan di
santi rama ini pelajarannya up to date ya apa yang sedang
terjadi informasi saat ini, itu yang akan di kembangin, itu
yang di bahasaain.87
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Wiwit dan ibu Sri
yang mengatakan bahwa informasi pada saat proses mengajar yaitu
mengenai materi yang diajarkan pada saat itu juga. Sebagaimana
hasil wawancara dengan Ibu Wiwit dan Ibu Sri sebagai berikut :
“Terkadang, biasanya mengenai pelajaran yang diberikan
hari itu.”88
“Terkadang ya, paling informasi untuk modifikasi model-
model.”89
87
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 88
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 89
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
63
Sama halnya dengan ketiga informan sebelumnya, Ibu Yuni
juga membutuhkan informasi pada saat proses mengajar karena
jika terdapat informasi yang tidak terpenuhi pada saat mengajar itu
akan berpengaruh kepada proses belajar. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Yuni sebagai berikut :
“Sekali-sekali, misalnya gini kan saya ngasih materi
membuat poster, kadang-kadang anak suka rumit dengan
yang saya berikan jadi saya harus nyari dulu, pasti saat itu
saya itu berhenti dahulu untuk cari informasi tentang cara
pembuatan poster yang paling di pahami anak”90
Kemudian pada proses mengajar guru SMA LB Santi Rama
juga membutuhkan informasi yang mendukung materi ataupun
proses mengajar. Sebagai guru bahasa inggris, Ibu Elni
membutuhkan informasi yang mendukung materi mata pelajaran
yang diajarkannya. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Elni
sebagai berikut :
“Biasanya yang berkaitan dengan materi ya, bisanya tentang
ilmu ilmu kabahasa inggrisan...”91
Setuju dengan ibu Elni, Ibu Yuni dan Ibu Sri juga
membutuhkan informasi yang mendukung materi pelajaran yang
diajarkan. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
“Iya, yang saya cari adalah informasi materi yang akan saya
berikan ke anak. Jadi pertama-tama saya pastinya mencari
informasi-informasi yang berhubungan dengan materi yang
saya ajarkan yaitu ilmu komputer”92
“Iya pasti butuh ya itukan kebutuhan untuk tuntutan ya, saya
nyari informasi yang sesuai dengan yang saya ajarkan, saya
90
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 91
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 92
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
64
kan ngajar tata busana ya pasti berhubungan dengan yang
saya ajar”93
Selain informasi tersebut, informasi yang mendukung proses
mengajar guru SMA LB Santi Rama adalah informasi mengenai
parenting dan psikologi perkembangan anak. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Elni dan Ibu Wiwit sebaga berikut:
“saya gabung sama komunitas parenting ya untuk labih
menambah wawasan saya tentang penanganan anak, terus
biasanya tentang psikologi perkembangan anak”94
“..tentang parenting, trus kadang-kadang suka blog-blog
pendidikan.”95
Sependapat dengan Ibu Elni dan Ibu Wiwit, Ibu Yuni juga
membutuhkaan informasi mengenai psikologi perkembangan anak
untuk mendukung proses mengajar. Berikut hasil wawancara
dengan Ibu Yuni sebagai berikut:
“...saya juga suka mencari tentang psikologi...”96
Dalam proses mengajar terkadang guru SMA LB Santi Rama
membutuhkan informasi yang sifatnya mendadak. Informasi
tersebut terjadi karena adanya interaksi guru dengan siswanya.
Sistem pembelajaran di SLB Santi Rama tidak terfokus pada
silabus yang dibuat oleh pemerintah tetapi guru lah yang
memodifikasinya agar sesuai dengan kemampuan siswa. Informasi
yang dibutuhkan pada proses mengajar tentunya materi yang
diberikan pada saat mengajar. Jika informasi mendadak seperti itu
93
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 94
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 95
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 96
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
65
terjadi yang dilakukan guru SMA LB Santi Rama yaitu bertanya
kembali kepada siswa lain jika mengetahuinya, jadi guru SMA LB
Santi Rama tidak hanya memberikan informasi secara langsung
tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa lain jika
mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut ataupun mencarinya
bersama-sama. Jadi informasi mendadak seperti itu akan
diusahakan untuk mencari jawabannya pada saat itu juga.
Kebutuhan informasi dalam proses mengajar guru SMA LB
Santi Rama di bagi menjadi 2 kategori yaitu informasi mengenai
materi yang sedang diajarkan dan materi yang mendukung proses
mengajar. Informasi yang mendukung proses mengajar diantaranya
informasi mengenai dunia parenting dan psikologi perkembangan
anak.
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori Crowford yang
dijelaskan oleh Devadson dan Lingam mengenai faktor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi. Maka jelas terlihat kebutuhan
informasi guru SMA LB Santi Rama sesuai dengan penjelasan
Crowford mengenai faktor yang mempengaruhi kebutuhan
informasi bahwa kebutuhan informasi berkaitan dengan aktifitas
kerja, kebutuhan membuat keputusan dan kebutuhan untuk
meyakinkan sesuatu.
d. Kebuhan Informasi Metode Mengajar
Mengenai strategi mengajar sebelum proses mengajar
berlangsung semua informan setuju bahwa strategi mengajar
66
merupakan informasi yang sangat penting bagi guru yang memiliki
siswa berkebutuhan khusus. Strategi mengajar merupakan metode
yang sangat penting bagi guru untuk menyampaikan informasi yang
dimilikinya kepada siswa. Selain itu strategi mengajar harus
menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Strategi
mengajar memiliki model yang beragam, salah satu strategi
mengajar yang digunakan SLB Santi Rama adalah MMR (Metode
Maternal Reflektif ) atau biasa dikenal dengan metode bercakap.Ibu
Wiwit mengatakan bahwa ia membutuhkan informasi lebih
mengenai MMR yang diterapkan oleh SLB Santi Rama. Prinsip
pembelajaran yang terdapat pada MMR tidak semuanya dapat ia
gunakan pada proses mengajar. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Wiwit sebagai berikut:
"Metode yang dipakaikan MMR, sampai saat ini masih
membutuhkan informasi lanjutan menganai MMR, karena
walaupun udah lumayan lama disini juga untuk ber MMR itu
tidak mudah, jadi sampe sekarang masih belajar MMR dan
pasti butuh informasi tentang MMR. Di MMR itu ada 7
strategi, itu di dalem kita ngajar kalau bisa semua prinsipnya
bisa terpakai cuma kita ngajar gak bisa berurutan jadi boleh
diacak...”97
Sependapat dengan Ibu Wiwit, untuk metode mengajar Ibu
Elni juga membutuhkan informasi lebih mengenai MMR yang
digunakan SLB Santi Rama dalam proses mengajar. Ibu Elni juga
masih membutuhkan informasi mengenaiprinsip pembelajaran
yang terdapat pada metode tersebut. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Elni sebagai berikut :
97
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi.
67
“Terus untuk metode MMR saya juga butuh informasi lebih,
ini sesuai tidak dengan prinsip pembelajaran MMR terus
bagaimana caranya agar bisa di terapinprinsip itu, jadi
prinsip itu harus ada dalam pembelajaran...”98
Berbeda dengan Ibu Wiwit dan Ibu Elni, Ibu Yuni dan Ibu Sri
tidak membutuhkan informasi lebih mengenai MMR yang di
terapkan di SLB Santi Rama. Informasi yang ia miliki mengenai
MMR sudah cukup untuk menjadi strategi mengajar.
‖Kalau untuk metode MMR saya tidak butuh informasi lebih
ya, udah itu aja. Kalau untuk materi baru saya butuh
informasi lebih, tapi kalau untuk metodenya saya udah cukup
ya.”99
Sependapat dengan Ibu Yuni, Ibu Elni juga tidak
membutuhkan informasi lebih mengenai MMR. Ibu Sri
mengatakan bahwa untuk strategi mengejar yang ia butuhkan
hanyalah informasi mengenai kemampuan siswanya. Jika infomasi
tersebut sudah diketahui ia dapat menyesuaikan dengan MMR yang
telah ia kuasai. Berdasarkan pengalaman mengajar yang lebih dari
10 tahun, Ibu Yuni dan Ibu Sri sudah cukup menguasai MMR dan
tidak membutuhkan informasi lebih mengenai MMR. Sebagaimana
hasil wawancara dengan Ibu Sri sebagai berikut :
”Kalau metode MMRnya yang di butuhkan informasi
mengenai siswanya, menyesuaikan kemampuan siswanya
dari tes diagram bisa diliat. Ngajarnya kan bukan baru jadi
udah hafal kemampuan siswanya sama cara ngajarnya”100
Dalam proses mengajar salah satu informasi yang paling
penting adalah metode mengajar. Guru SMA LB Santi Rama setuju
98
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 99
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 100
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
68
bahwa meode mengajar akan menentukan keberhasilan dalam
proses mengajar. MMR adalah salah satu metode mengajar yang
diterapkan pada Yayasan Santi Rama dalam proses mengajar.
MMR adalah Metode Maternal Reflektif merupakan suatu bentuk
teknik pengajaran yang mengutamakan percakapan sebagai poros
kegiatan belajar mengajar dengan ditunjang oleh metode tangkap
dan peran ganda dari guru.101
Pada MMR ini terdapat prinsip yang harus terpenuhi dalam
proses mengajar. Informasi lanjutan mengenai metode mengajar
MMR ini masih dibutuhkan oleh guru akademis SMA LB Santi
Rama, sedangkan untuk guru keterampilan pemahaman mengenai
MMR sudah cukup mereka kuasai karena berdasarkan pengalaman
mengajar yang sudah lebih dari 10 tahun. Akan tetapi baik guru
akademis maupun keterampilan setuju bahwa informasi mengenai
metode mengajar merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
proses mengejar untuk mencapai program yang telah ditentukan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Djamarah
bahwa metode mengajar merupakan cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan dalam proses mengajar.102
e. Kebutuhan Informasi dalam Menambah Wawasan
Guru sebagai tenaga pendidik tentunya harus memiliki
wawasan yang luas. Mempunyai wawasan luas dan berusaha terus
untuk menambahnya adalah hal penting bagi guru. Hal tersebut akan
101 Zulmiyetri, ―Metoda Matermal Reflektif (MMR) untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Lisan Anak Tunarungu,‖ Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 5, no. 2 (2017): 62–67.
102
Djamarah, Guru dan Anak Didik: Dalam Interaksi Edukatif, h. 17.
69
membawa manfaat bagi dirinya pribadi, profesi maupun bagi siswa
yang di didiknya. Guru yang selalu ingin menambah pengetahuan,
bukan hanya wawasan bidang yang diampunya tetapi juga bidang
lain akan mempunyai wawasan yang lebih luas, itu artinya
pengetahuan ia akan bertambah dari waktu ke waktu. Wawasan yang
luas akan membantu guru menjalankan profesinya dengan baik.
Kemudian dengan memiliki wawasan luas guru akan lebih mudah
berinteraksi dengan siswanya, kemudahan berinteraksi ini nantinya
akan memudahkan guru untuk mengajar dan mudah diterima oleh
siswa.
Berbagai cara dapat dilakukan guru untuk menambah
wawasannya. Guru SMA LB Santi Rama mempunyai cara untuk
menambah wawasan mereka. Semua informan setuju bahwa
kebutuhan informasi untuk menambah wawasan sangat dibutuhkan
bagi mereka.
Selain menambah wawasan untuk mendukung proses
mengajar, guru SMA LB Santi Rama juga membutuhkan informasi
mengenai minat atau hobi yang mereka sukai. Sebagai guru
keterampilan, Ibu Sri dan Ibu Yuni tidak hanya menambah wawasan
mereka mengenai pelajaran yang mereka ajarkan, tetapi juga
pengetahuan-pengetahuan diluar profesi mereka sebagai guru. Ibu
Yuni sangat menyukai dunia politik, untuk itu ia selalu up date
dengan berita-berita politik untuk menambah wawasannya. Tetapi
tidak dapat dipungkiri bahwa informasi yang sangat mereka
70
butuhkan untuk menembah wawasannya adalah informasi mengenai
dunia mereka sebagai seorang pengajar. Sebegaimana hasil
wawancara dengan Ibu Yuni sebagai berikut:
“...tapi bukan itu aja saya juga suka mencari tentang
psikologi, keterampilan sama politik. Pokoknya 4 itu pasti
saya suka cari-cari informasinya, tapi pastinya lebih
cenderung ke materi yang saya ajarkan.”103
Sama halnya dengan Ibu Yuni, kebutuhan informasi
mengenai minat juga dibutuhkan oleh Ibu Elni dan Ibu Wiwit.
Sebagaimana hasil wawancara berikut:
“...biasanya saya juga suka sejarah-sejarah keislaman
tentang ilmu fiqh, rasulullah saw...”104
“...kalo yang berhubungan dengan minat, saya suka yang
berhubungan dengan pertandingan-pertandingan olahraga
gitu tapi gak suka olahraganya, cuma liat pertandingan
aja.”105
Tidak hanya guru yang memiliki kewajiban untuk menambah
wawasan mereka. Pihak Yayasan dari Santi Rama pun memberikan
banyak pelatihan untuk menambah wawasan dan mengasah
keterampilan para pengajarnya. Sebagai hasil wawancara dengan Ibu
Sri sebagai berikut :
“...saya dulu pernah ikut pelatihan selama 3 bulan. Ada
kursus juga untuk guru-gurunya itu kan jadi tambahan
wawasan kita juga ya buat guru, di kursusin dari yayasan,
atau pemerintah...”106
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni dalam
wawancara sebagai berikut :
103
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 104
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 105
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 106
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
71
“...ada kursus juga dari yayasan bisa untuk nambah
wawasan saya juga...”107
Tidak hanya Ibu Sri dan Ibu Yuni, guru keterampilan lain
juga diwajibkan untuk mengikuti kursus yang di berikan oleh
yayasan. Berbeda dengan guru keterampilan, Ibu Elni dan Ibu Wiwit
sebagai guru akademis belum pernah mendapatkan pelatihan yang
berhubungan dengan mata pelajaran yang ia ajarkan. Akan tetapi
pelatihan yang pernah ia ikuti yaitu perlatihan kurtilas, silabus dan
kisi-kisi soal. Berikut kutipan wawancara dengan Ibu Elni :
“Kalo untuk pelatihan bahasa inggris saya belum pernah,
tapi ada pelatihan kurtilas, silabus dan kisi2 soal. Kalau
pelatihan dari yayasan sendiri ada, kayak pelatihan
kurikulum tiga belas, kan kurtilas masih belum final ya jadi
kalau ada yang baru dari pemerintah pasti disekolah selalu
ada pelatihan, biasanya setiap jumat minggu”108
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Wiwit
dalam wawancarasebagai berikut :
“...Kalau pelatihan dari yayasan sendiri ada, kayak
pelatihan kurikulum tiga belas, kan kurtilas masih belum
final ya jadi kalau ada yang baru dari pemerintah pasti
disekolah selalu ada pelatihan...”109
Informasi yang dibutuhkan guru SMA LB Santi Rama bukan
hanya informasi mengenai proses mengajar ataupun materi yang
akan diajarkannya melainkan juga informasi mengenai parenting dan
psikologi anak. Untuk menambah wawasannya salah satu cara yang
dilakukan guru SMA LB Santi Rama adalah membaca buku
parenting dan bergabung dengan komunitas perenting untuk
107
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 108
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 109
Wiwit Endang Purwatiningsih.
72
mengetahui lebih lanjut perilaku siswanya. Kemudian dengan
menonton tv dan membaca artikel guru SMA LB setuju bahwa
mereka dapat menambah wawasan mereka. Kemudian guru SMA
LB Santi Rama juga membutukan informasi yang berhubungan
dengan hobi atau minat seperti informasi mengenai olahraga, politik
dan sejarah keislaman. Akan tetapi semua informan setuju bahwa
untuk menambah wawasan mereka informasi yang dibutuhkan tetap
informasi yang berhubungan dengan profesi mereka sebagai guru
SLB. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori Crowford yang
dijelaskan oleh Devadson dan Lingam mengenai faktor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi bahwa kebutuhan informasi
berkaitan dengan aktifitas kerja, dan ketertarikan.110
Untuk meningkatkan wawasan guru SMA LB Santi Rama,
pihak Yayasan Santi Rama juga memberikan berbagai pelatihan
yang berguna bagi para pengajar, akan tetapi sebagian besar
pelatihan dan kursus yang diberikan pihak yayasan merupakan
pelatihan bidang keterampilan seperti tata busana, komputer, tata
boga dll. Sedangkan untuk guru akademis tidak ada pelatihan khusus
hanya saja pelatihan tentang kurikulum tiga belas, pembuatan silabus
dan kisi-kisi soal.
2. Perilaku Pencarian Informasi Guru SMA LB Santi Rama
Dalam perilaku pencarian informasi ini, terdapat 3 bagian yang
akan dijelaskan penulis diantaranya proses pencarian informasi, sumber
110 Devadason dan Pandala Pratap Lingam, ―A Methodology for the Identification of
Information Needs of Users.‖
73
informasi, kendala pencarian informasi dan solusi mengatasi kendala
pencarian informasi. Berikut penjelasan hasil wawancara dan
pembahasan lebih lanjut:
a. Proses Pencarian Informasi Guru SMA LB Santi Rama
Perilaku pencarian informasi merupakan cara seseorang
dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Kebutuhan informasi
tersebut timbul karena adanya kesenjangan informasi yang diterima
dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ketika seseorang telah
menyadari bahwa informasi tersebut diperlukan untuk menjawab
pertanyaan, memecahkan dan memahami suatu masalah maka proses
pencarian informasi tersebut akan berlangsung.
Guru merupakan seseorang yang memiliki tanggung jawab
untuk memberikan informasi yang relevan kepada siswanya dan
harus mengetahui kebutuhan belajar siswanya, maka guru
memerlukan informasi. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya
guru harus melakukan pencarian informasi. Proses pencarian
informasi ini bukan hanya untuk kegitan mengajar saja, tetapi juga
dalam kehidupan guru untuk menambah wawasan mereka.
Dalam pencarian informasi, seseorang mempunyai caranya
tersendiri agar informasi yang dibutuhkannya dapat dipenuhi. Dalam
perilaku pencarian informasi terdapat beberapa teori yaitu teori
Wilson, Ellis dan Kuhlthau. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode Ellis untuk mengetahui perilaku guru SMA
LB Santi Rama dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Teori ini
74
digunakan karena proses perilaku pencarian informasi guru SMA LB
Santi Rama tidak berurutan dan setiap individu memiliki perbedaan
dalam proses pencarian informasi, sedangkan teori yang
dikemukakan oleh Kuhlthau merumuskan langkah-langkah tersebut
sebagai alur yang runtut dalam pencarian informasi dan teori yang
dikemukakan. Tahapan pencarian informasi yang dikemukakan oleh
Ellis dimulai dengan starting, chaining, browsing, differentiating,
monitoring, extracing, verifying, dan ending.111
Selanjutnya tahapan
informasi akan di jelaskan sebagai berikut :
1) Starting
Starting merupakan langkah awal sebelum melakukan
pencarian informasi. Dalam tahapan awal ini terdapat dua
kegiatan yang dilakukan yaitu menentukan topik dan
menganalisis informasi yang akan dicari. Penentuan dan
pemilihan topik ini akan menentukan dalam pencarian
informasi.
Seperti halnya yang dilakukan guru SMA LB Santi Rama
dalam pada tahapan starting ini yaitu menentukan topik untuk
dijadikan materi dalam proses mengajar. Penentuan topik untuk
proses mengajar dilakukan Ibu Wiwit, ia harus mengetahui
terlebih dahulu apa yang akan ia ajarkan dalam proses mengajar
sebelum melakukan pencarian informasi. sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai berikut :
111 Ellis, Debora Cox, dan Katherine Hall, ―A Comparison of The Information Seeking
Patterns of Researchers in The Physical and Social Sciences,‖ h. 356-369.
75
“Lihat materinya apa dulu yang mau ajarkan...”112
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Elni bahwa
dalam pencarian informasi ia harus mengetahui informasi apa
yang akan ia cari. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu
Elni sebagai berikut:
“Lihat materinya dulu, nanti kalau ada yang tidak di
ketahui baru nyari informasi...”113
Pernyataan berbeda diungkapkan oleh Ibu Yuni, karena
ia sudah paham informasi apa yang akan ia cari, maka proses
pencarian topik ini tidak ia lakukan. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Yuni sebagai berikut :
“Saya udah tau apa yang mau saya cari jadi saya
biasanya langsung mencari informasinya...”114
Sependapat denga Ibu Yuni, hal yang sama juga
dilakukan oleh Ibu Sri. Sebagaimana hasil wawancara dengan
Ibu Sri sebagai berikut :
“karena udah tahu materinya apa yang mau dikasih jadi
saya mencari informasi tambahan aja...”115
Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa dua
guru akademis yaitu Ibu Wiwit dan Ibu Elni, menentukan topik
untuk pencarian informasi dengan melihat meteri yang akan
mereka ajarkan, sedangkan 2 guru keterampilan yaitu Ibu Yuni
dan Ibu Sri sudah mengetahui informasi apa yang mereka
butuhkan, maka mereka langsung pada proses pencarian
112
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 113
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 114
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 115
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
76
informasi tersebut. Hasil ini tidak sesuai dengan observasi yang
dilakukan penulis yang menunjukan bahwa semua informan
tidak menentukan topik terlebih dahulu dalam proses pencarian
informasi.
Berdasarkan teori dan hasil observasidapat disimpulkan
bahwa dari empat informan hanya dua orang yang menentukan
topik terlebih dahulu sebelum pencarian informasi dan 2
informan lainnya tidak menentukan topik dalam pencarian
informasi dikarenakan mereka sudah mengetahui apa yang akan
mereka cari. Maka tahapan starting yang dijelaskan oleh Ellis
hanya digunakan oleh guru akademis dalam proses pencarian
informasi.
2) Chaining
Chaining merupakan kegiatan mengikuti catatan kaki dan
kutipan yang terdapat pada daftar pustaka atau bentuk referensi
lain yang berhubungan dengan apa yang dicari. Pada tahapan ini
yang dilakukan oleh guru SMA LB Santi Rama yaitu merujuk
pada sumber informasi dan berkosultasi mengenai materi yang
akan diajarkan.
Pada tahap ini yang dilakukan Ibu Wiwit adalah mencari
informasi dari buku pelajaran sebagai gambaran awal dalam
proses pencarian informasi. sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Wiwit sebagai berikut :
77
“...terus kalau ada yang gak paham baru nyari di buku
pelajaran dulu awalnya...”116
Hal yang sama diugkapkan oleh Ibu Sri, pada tahapan ini
yang dilakukan Ibu Sri adalah mencari informasi pada buku
pelajaran dan majalah yang dilanggannya. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Sri sebagai berikut :
“...biasanya saya baca-baca buku, majalah...”117
Kemudian hal yang sedikit berbeda dilakukan oleh Ibu
Elni pada tahapan ini. Pada tahapan ini yang dilakukan Ibu Elni
adalah berkosultasi mengenai materi yang akan diajarkan
kepada pakar pendidikan dan kemudian buku pelajaran.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Elni sebagai berikut:
“...biasanya si karena kita punya pakar pendidikan
disini jadi pertamaa si nanya ke pakar pendidikan dulu
ya, karena beliau punya jam terbang lebih tinggi...”118
Ibu Yuni mempunyai pendapat yang berbeda dari tiga
informan lainnya, ia tidak melakukan tahapan ini dalam proses
pencarian informasi karena ia langsung pada tahapan browsing
untuk pencarian informasi. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Yuni sebagai berikut :
“...Saya tidak mencari dibuku dulu langsung internet
aja...”119
Dari hasil wawancara tersebut menunjukan tiga dari
empat informan melakukan tahapan chaining. Hanya saja
116
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 117
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 118
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 119
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
78
terdapat sedikit perbedaan proses chaining dalam teori Ellis
dengan proses chaining yang dilakukan oleh guru SMA LB
Santi Rama. Perbedaan ini terdapat pada perilaku Ibu Elni dalam
melakukan proses chaining bukan merujuk pada daftar pustaka
ataupun referensi lain, melainkan bertanya kepada rekan satu
prosfesi. Hasil wawancara ini sesuai dengan observasi yang
dilakukan penulis terhadap guru SMA LB Santi Rama bahwa
semua informan melakukan pencarian informasi merujuk pada
buku pelajaran.
Berdasarkan teori dan hasil observasi dapat disimpulkan
bahwa guru tiga dari 4 guru SMA LB Santi Rama pada kegiatan
pencarian informasi melakukan tahapan chaining walaupun
terdapat sedikit perbedaan.
3) Browsing
Browsing merupakan kegiatan merambah/menelusur
informasi pada sistem informasi yang menyimpan informasi-
informasi yang diinginkan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua
guru yang menjadi informan. Guru SMA LB Santi Rama
menelusur dan mencari informasi yang dibutuhkannya melalui
internet. Sebagaiman hasil wawancara penulis dengan Ibu Wiwit
sebagai berikut:
“...kemudian nyari di internet untuk dapat artikel
lain.....”120
120
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi.
79
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Elni pada
wawancara sebagai berikut :
“...Terus saya searching dari internet....”121
Pernyataan yang sama juga diungkapkanoleh Ibu Yuni
pada wawancara sebagai berikut:
“...saya browsing pake google karena lebih cepet dan
lebih banyak referensinya...”122
Sependapat dengan tiga informan sebelumnya, ibu Sri
juga melakukan tahapan ini dengan mencari informasi
menggunakan internet. Sebagaimana hasil wawancara dengan
Ibu Sri sebagai berikut:
”...setelah itu cari-cari artikel di internet..."123
Dari wawancara penulis dengan semua informan
menunjukan bahwa semua informan melakukan tahapan
browsing untuk memenuhi kebutuhan informasinya diawali
dengan mencari di internet dengan menggunakan google. Hasil
ini sesuai dengan observasi yang penulis lakukan terhadap guru
SMA LB Santi Rama bahwa semua informan melakukan
browsing di internet untuk pencarian informasi.
Berdasarkan teori dan observasi dapat disimpulkan
bahwa perilaku pencarian informasi guru SMA LB Santi Rama
sesuai dengan tahapan browsing pada teori Ellis yaitu menelusur
pada sistem informasi.
121
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 122
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 123
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
80
4) Differentiating
Differentiating merupakan kegiatan pemilihan data atau
sumber informasi berdasarkan ketepatan dan kepentingan
dengan kebutuhan informasi sehingga akan terpilih sumber
informasi yang paling tepat dan relevan. Tahapan ini dilakukan
oleh Ibu Wiwit yang mengatakan bahwa informasi yang ia dapat
akan di seleksi terlebih dahulu. Sebagaimana hasil wawancara
penulis dengan Ibu Wiwit:
“...kalau mencari di internet biasanya saya tidak
langsung kasih ke anak, itu saya baca dan saya seleksi
dulu biasanya karena kan dari internet bahasanya
terlalu tinggi ya...”124
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Elni pada
wawancara sebagai berikut :
“...Terus informasi itu gak mungkin langsung di kasih
anak-anak ini kan harus di pilih dulu informasinya
disesuaikan sama kemampuan bahasa anaknya...”125
Pernyataan yang sama juga diungkapakan oleh Ibu Yuni
pada wawancara sebagai berikut :
“...saya simpen terus saya baca dan palajari lagi.
Kemudian saya pilih yang cocok untuk pelajaran yang
saya ajarkan ...”126
Sependapat dengan tiga informan sebelumnya, Ibu Sri
juga melakukan tahapan ini dengan memilih informasi yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkannya. Sebagaimana
hasil wawancara dengan Ibu Sri sebagai berikut:
124
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 125
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 126
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
81
“...Kalau sudah dapet informasi yang diinginkan biasaya
saya gak langsung kasih ya saya pilih dulu yang sesuai
dengan materi yang saya cari...”127
Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa guru
SMA LB Santi Rama dalam memenuhi kebutuhan informasi
untuk mengajar melakukan pemilahan atau seleksi sumber
informasi yang sudah didapatkan agar sesuai dengan materi
yang akan diajarkan dan sesuai dengan kemampuan siswanya.
Hasil ini sesuai dengan hasil observasi yang menunjukan bahwa
semua informan melakukan tahapan pemilihan atau seleksi pada
informasi yang di dapatkannya.
Berdasarkan teori dan hasil observasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa guru SMA LB Santi Rama dalam persiapan
mengajar melakukan proses differentiating atau pemilihan
sumber informasi yang dikemukakan oleh Ellis pada sumber
yang sudah didapatkan dan kemudian memilih informasi yang
ingin digunakan agar sesuai dengan materi yang akan diajarkan
dan sesuai dengan kemampuan siswanya.
5) Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan mencari informasi
terbaru (up to date) agar informasi yang dibutuhkannya masih
dalam informasi terbaru. Tahapan ini tidak dilakukan oleh guru
SMA LB Santi Rama dikarenakan pada saat mencari di internet
mereka sudah mencari informasi yang terbaru. Sebagaimana
127
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
82
wawancara penulis dengan Ibu Wiwit yang mengatakan bahwa
mencari informasi terbaru dilakukan pada saat mencari di
internet sebagai berikut :
“...iya, ketika mencari di internet itu...”128
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Elni pada
wawancara sebagai beriku :
“iya, yang cocok juga, nyari di internet”129
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri,
sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Sri sebagai berikut :
“...ketika mencari pasti yang terbaru dan harus cocok
juga”130
Sependapat dengan tiga informan sebelumnya, Ibu Yuni
mencari informasi yang terbaru dan sesuai dengan apa yang ia
butuhkan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Yuni
sebagai berikut:
“pasti ya informasi terbaru yang sesuai juga dengan
materi saya”131
Dari hasil wawancara dengan informan menunjukan
bahwa semua informan tidak melakukan tahapan monitoring
secara terpisah untuk mencari informasi-informasi yang up to
date dari informasi yang telah mereka dapatkan sebelumnya,
tetapi tahapan ini sudah dilakukan pada saat pencarian informasi
pada tahapan browsing untuk mencari informasi yang terbaru.
128
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 129
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 130
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 131
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
83
Hasil ini sesuai dengan hasil observasi yang menunjukan bahwa
semua informan tidak melakukan tahapan monitoring.
Berdasarkan teori dan hasil observasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa guru SMA LB Santi Rama dalam persiapan
mengajar tidak melakukan proses monitoring, mereka hanya
mencari informasi terbaru pada saat mencari di internet dan
tidak mencari informasi yang lebih up to date dari informasi
yang telah mereka dapatkan sebelumnya.
6) Extracting
Extracting merupakan kegiatan merangkum atau
mengidentifikasi lebih selektif sumber informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasinya. Pada kegiatan ini guru
SMA LB Santi Rama membaca keseluruhan isi dan memahami
kembali informasi yang telah mereka peroleh, kemudian
meresume dan menyederhanakan kata-kata agar mudah
dipahami oleh siswanya. Sebagaimana hasil wawancara dengan
Ibu Elnisebagai berikut :
“...Terus saya sederhankan kata-katanya sebab bahasa
yang di pakai kan tinggi-tinggi sedangkan anak-anak
keterbatasannya dalam bahasanya. Biasanya saya
langsung bikin resume sendiri yang penting-penting
pointnya dan bahasanya yang rendah-rendah...”132
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Wiwit dalam
wawancara sebagai berikut :
“...itu saya baca dan saya saring dulu biasanya karena
kan dari internet bahasanya terlalu tinggi ya, itu gimana
132
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi.
84
caranya kita harus modifikasi biar nanti penyampaian ke
anaknya tu bahasanya lebih gampang diserap sama
anak...”133
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri,
sebagaiman hasil wawancara sebagai berikut:
―...Kalo sudah sudah sesuai baca dulu terus di
sederhanakan dulu...”134
Sependapat dengan tiga informan sebelumnya, Ibu Yuni
mempelajari informasi yang telah di dapat dan merangkum ha-
hal yang dianggap penting. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Yuni sebagai berikut:
“...kemudian informasi yang pas dan cocok itu saya
rangkum dan pelajari lebih lanjut...”135
Dari hasil wawancara penulis dengan informan
menunjukan bahwa seluruh informan membaca dan memahami
terlebih dahulu keseluruhan isi informasi untuk
mengetahuiinformasi yangakan diambil dan memudahkan
informan untuk menyederhanakan kalimat agar mudah dipahami
oleh siswa.Hasilini sesuai dengan hasil observasi yang
menunjukan bahwa semua informan melakukan tahapan
extracing dengan memahami, menyederhanakan kata dan
mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Berdasarkan teori dan hasil observasi dapat disimpulkan
bahwa guru SMA LB Santi Rama melakukan tahapan extracing
yang dikemukakan oleh Ellis dengan cara membaca terlebih
133
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 134
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 135
Sri Purwani.
85
dahulu informasi yang telah ditemukan, kemudian merangkum
hal-hal yang dianggap penting dan menyederhanakan kalimat
tersebut agar mudah dipahami oleh siswanya.
7) Verifying
Verifying merupakankegiatan pengecekan terhadap suatu
sumber informasi yang didapat apakah informasi tersebut sudah
tepat dan sesuai dengan kebutuhan informasinya. Kegiatan ini
tidak dilakukan oleh guru SMA LB Santi Rama. Sebagaimana
hasil wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai berikut :
“Tidak ngecek lagi...”136
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Elni, sebagaimana
hasil wawancara sebagai berikut:
“Tidak ya, dari awal soalnya udah di cek sesuai apa
tidak...”137
Pernyataan yang sama juga diungkapakan oleh Ibu Sri
dan Ibu Yuni, sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
“Udah tahu sesuai apa enggak...”138
“Awalnya kan udah dicek cocok atau tidak. jadi enggak
ngecek lagi...”139
Dari hasil wawancara penulis dengan informan
menunjukan bahwa seluruh informan tidak melakukan
pengecekan terhadap informasi yang sudah mereka rangkum dan
pahami. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi yang
136
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 137
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 138
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 139
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
86
menunjukan bahwa tidak ada proses pengecekan ulang terhadap
informasi yang mereka dapatkan.
Berdasarkan hasil penulisan dan observasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa guru SMA LB Santi Rama tidak melakukan
tahapan verifyingyang terdapat pada teori Ellis.
8) Ending
Ending merupakan akhir dari kegiatan yang dilakukan
dalam proses pencarian informasi karena informasi yangtelah di
dapat akan segera digunakan. Pada tahapan ini guru SMA LB
Santi Rama akan menggunakan hasil dari pencariannya untuk
proses mengajar. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan
Ibu Elni sebagai berikut :
“...Kalo kata-katanya sudah sederhana dan mudah
dipahami kemudian baru dikasih ke anak...”140
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Wiwit,
sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
“...Setelah di baca dan dimodifikasi baru saya
percakapkan dengan anak...”141
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni
dan Ibu Sri sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut :
“...Kalau saya sudah paham banget dan kata atau
kalimatnya sudah saya sderhanakan baru saya kasih ke
anak...”142
“...Kalo sudah sudah sesuai di sederhanakan dulu. Baru
di cakapkan ke anak...”143
140
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 141
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 142
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 143
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
87
Dari hasil wawancara penulis dengan informan
menunjukan bahwa seluruh informan mengakhiri proses
pencarian informasinya dengan menggunakan informasi tersebut
untuk kebutuhan proses mengajar. Hal tersebut sesuai dengan
hasil observasi yang menunjukan bahwa proses ending
dilakukan dengan menggunakan hasil pencarian sebagai materi
mengajar.
Berdasarkan teori dan hasil observasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa informasi yang sudah guru dapatkan bisa
langsung digunakan untuk proses mengajar. hal tersebut sesuai
dengan teori Ellis pada tahapan ending, adanya kepuasan
terhadap informasi yang ia dapatkan.
b. Sumber Informasi Pencarian Informasi
Untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam mengajar,
seorang guru harus mengetahui sumber informasi yang memang
relevan, sehingga data tersebut dapat dijadikan bahan untuk
mengajar. Ibu Wiwit sebagai guru akademis mengatakan bahwa
sumber informasi yang ia gunakan untuk proses mengajar yang
paling utama adalah buku pelajaran, kemudian untuk sumber
tambahan yang ia gunakan adalah koran, internet dan sharing kepada
guru yang lebih berpengalaman. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Wiwit sebagai berikut:
88
“buku pelajaran sd kalo untuk SMP dan SMA sama dari
internet paling atau gambar-gambar dari koran bisa di
jadikan sumber media belajar dan guru senior.”144
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber informasi dokumenter yang dipakai oleh Ibu Wiwit adalah
buku pelajaran dan koran, sedangkan untuk sumber informasi non
dokumenter yang digunakan adalah internet dan sharing kepada guru
yang lebih berpengalaman.
Pengunaan buku pelajaran, koran dan internet sebagai sumber
informasi juga digunakan Ibu Elni dalam pencarian informasi.
sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Elni sebagai berikut:
“buku-buku pelajaran terus kita punya pakar pendidikan
disini jadi bisa bertanya ke pakar pendidikan, karena beliau
punya jam terbang lebih tinggi,website, kurtilas, koran.”145
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber informasi dokumenter yang dipakai oleh Ibu Elni adalah
buku pelajaran, kurtilas dan koran, sedangkan untuk sumber
informasi non dokumenter yang digunakan adalah internet dan pakar
pendidikan.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri, sumber
informasi yang ia gunakan dalam pencarian informasi adalah buku
pelajaran, majalah dan intenet. Majalah yang digunakan Ibu Sri
sebagai sumber informasi adalah majalah-majalah tata busana yang
ia langgan pribadi untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam
144
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 145
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi.
89
mengajar. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Sri sebagai
berikut:
“dari majalah-majalah yang saya langgan sendiri terus buku
pelajaran, internet”146
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber informasi dokumenter yang dipakai oleh Ibu Sri adalah buku
pelajaran, majalah, sedangkan untuk sumber informasi non
dokumenter yang digunakan adalah internet.
Kemudian Ibu Yuni juga menyebutkan bahwa sumber
informasi yang ia gunakan untuk pencarian informasi adalah buku
pelajaran, teman satu profesi dan internet. Sebagaiman hasil
wawancara dengan Ibu Yuni sebagai berikut:
“Buku, temen-temen satu profesi dan internet.”147
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber informasi dokumenter yang dipakai oleh Ibu Yuni adalah
buku pelajaran, sedangkan untuk sumber informasi non dokumenter
yang digunakan adalah internet dan teman satu prosfesi.
Dari penjelasan dan hasil wawancara dengan semua informan
tersebut dapat dipahami bahwa dalam memenuhi kebutuhan
informasi, mereka sudah mengetahui sumber-sumber apa saja yang
akan mereka gunakan untuk mengajar. Kemudian berdasarkan hasil
observasi, sumber informasi yang digunakan guru SMA LB Santi
Rama yaitu buku pelajaran, majalah, koran, guru satu profesi, dan
146
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi. 147
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi.
90
internet. Hanya saja pada saat observasi guru tidak menggunakan
pakar pendidikan sebagai sumber informasi.
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori Singh yang dikutip
oleh Ulpah dalam buku Dasar-Dasar Organisasi Informasi yang
mengatakan bahwa sumber-sumber informasi dikelompokan menjadi
2 kategori yaitu sumber dokumenter dan sumber non dokumenter.148
Sumber dokumenter yang digunakan oleh guru SMA LB Santi Rama
adalah buku pelajaran, majalah, dan koran sedangkan untuk sumber
non dokumenter adalah guru satu profesi, pakar pendidikan dan
internet.
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu lembaga untuk
mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Akan tetapi pada
penelitian ini di temukan bahwa di SLB Santi Rama peran
perpustakaan belum dimanfaatkan oleh guru SMA LB Santi Rama
dalam proses pencarian informasi. Seperti yang diungkapkan Ibu Sri
bahwa tidak adanya waktu untuk mengunjungi perpustakaan dan
masih sedikitnya koleksi untuk mata pelajaran keterampilan.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Sri sebagai berikut:
“Selama ini enggak, karena jam saya penuh gak ada waktu
untuk kesana. Kalo ada jam kosong paling baca koran.
Karena di perpustakaan banyak buku-buku akademis ya.”149
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni dan Ibu
Wiwit sebagaiman hasil wawancara berikut:
148
Ulpah Andayani, Dasar-dasar Organisasi Informasi, h. 19. 149
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
91
“Kalo perpustakaan fisik saya kurang karena kalau kesitu
saya harus meluangkan waktu kesana ya, nyarinya susah
juga ya.”150
“Jarang si, soalnya buku-buku atau media pembelajaran
udah ada di ruang guru jadi kalau perpustakaan paling
untuk anak-anak aja.”151
Sependapat dengan tiga informan sebelumnya, Ibu Elni
jarang menggunakan layanan perpustakaan karena terlalu memakan
waktu dan tidak secepat mencari di internet. Kemudian
ketidaknyamanan juga salah satu faktor mengapa ia tidak
menggunakan layanan perpustakaan. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Ibu Elni sebagai berikut:
“Kebetulan saya jarang ya ke perpustakaan, kalo literatur
bahasa inggris saya biasa nyarinya di internet. Karena
budaya ya, kemudahan browsing lebih memudahkan saya
untuk mendapatkan informas. Kalau buku yang pelajaran itu
udah ada di loker guru jadi pakai buku itu terus nanti di
modif, jadi jarang ke perpustakaannya kurang nyaman juga
baca disana ya”152
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
seluruh informan belum menggunakaan layanan perpustakaan dalam
pencarian informasi dikarenakan tersedianya buku pelajaran di ruang
guru, ruang perpustakaan kurang nyaman, merasa kesulitan saat
mencari koleksi di prpustakaan, koleksi di perpustakaan dominan
buku pelajaran umum, pencarian informasi di internet lebih mudah,
dan memilih melakukan kegiatan lain pada saat guru memiliki waktu
luang.
150
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 151
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 152
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi.
92
Hal ini menunjukan bahwa masih kurangnya minat guru
SMA LB Santi Rama dalam menggunakan layanan perpustakaan
sebagai salah lembaga dalam pencarian informasi.
c. Kendala dalam Pencarian Informasi Guru SMA LB Santi Rama
Dalam memenuhi kebutuhan informasi dan pencarian
informasi, tidak jarang seseorang mengalami kendala. Kendala yang
dialami oleh guru dalam melakukan pencarian informasi diantaranya
berasal dari pribadi/individu, antar individu dan lingkungan.
a) Kendala yang berasal dari diri sendiri/individu.
Kendala dari diri sendiri merupakan kendala yang timbul
dari dalam diri seseorang. Kendala ini dialami oleh Ibu Yuni,
terkadang ia merasa kurang puas dengan hasil pencariannya
karena sulit menentukan keyword atau kata kunci untuk mencari
informasi yang cocok dengan apa yang ia cari. Berikut kutipan
wawancara dengan Ibu Yuni :
“...terus saya suka susah mencari kata kunci yang pas
buat di cari. Terkadang yang dicari apa yang keluar
apa, tidak cocok jadinya”153
Berbeda dengan Ibu Sri, ia tidak merasa mengalami
kendala yang timbul dari dirinya sendiri saat melakukan
pencarian informasi. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu
Sri sebagai berikut:
“Sampai saat ini belum ada.”154
153
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 154
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
93
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Wiwit,
sebagaiman hasil wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai berikut:
“Tidak ada kendala kalau dari sayanya sendiri ya”155
Ibu Elni sependapat dengan Ibu Sri dan Ibu Wiwit,
bahwa kendala yang berasal dari dirinya sendiri saat pencarian
informasi belum pernah terkadi. Sebagaimana hasil wawancara
dengan ibu Elni sebagai berikut:
“Alhamdulillah belum ada kendala dari diri sendiri.”156
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
kendala yang berasal dari diri sendiri dialami oleh Ibu Yuni
yaitu sulit menentukan kata kunci dalam pencarian informasi,
sedangkan kendala dari diri sendiri tidak dirasakan oleh 3
informan lainnya.
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori Wilson mengenai
kendala dalam proses pencarian informasi. Wilson mengatakan
bahwa kendala dalam proses pencarian informasi salah satunya
adalah kendala dari diri sendiri/individu.157
b) Kendala yang berasal dari antar individu
Kendala yang berasal dari antar individu adalah kendala
yang muncul dalam bentuk sikap pada saat berinteraksi dengan
seseorang. Kendala ini tidak dialami oleh Ibu Wiwit,
sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai
berikut:
155
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 156
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 157
Wilson, ―Information Bahavior: An Interdisciplinary Perspective.‖
94
“Apa ya. Tidak ada sepertinya.”158
Pernyataan yang sama juga diungkapkan Ibu Elni, bahwa
proses pencarian informasi dengan cara bertanya kepada
seseorang hasilnya akan berupa sharing dan bertukar fikiran.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Elni sebagai berikut:
“tidak ada, kita kalau bertanya sama guru pasti sharing,
jadi bertukar fikiran.”159
Senada dengan pernyataan dua informan sebelumya, Ibu
Yuni dan Ibu Sri juga tidak mengalami kendala sosial.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Yuni dan Ibu Sri
sebagai berikut :
―Kendala sosial tidak pernah terjadi‖160
―tidak pernah si”161
Berdasarkan hasil wawancara pada seluruh informan,
dapat di simpulkan bahwa kendala sosial tidak dialami oleh
Guru SMA LB Santi Ramaini dikarenakan guru SMA LB Santi
Rama biasanya melakukan sharing dengan teman satu profesi
sehingga mereka bisa bertukar informasi yang mereka miliki.
c) Kendala yang berasal dari lingkungan dan situasi
Kendala yang berasal dari lingkungan dialami oleh
seluruh informan. Kendala ini dialami oleh Ibu Elni, ia
mengatakan masalah waktu adalah kendala yang berasal dari
lingkungan karena situasi yang tidak memungkinkan untuk
158
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 159
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 160
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 161
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
95
mencari informasi, masalah jaringan internet dan sumber
informasi dokumenter yang tidak diketahui keberadaannya.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Elni sebagai berikut :
“Waktunya yang tidak cukup ya kadang-kadang karena
situasi juga, kesediaan dari jaringan internet, terus
sumber informasi yang susah dicari keberadaannya”162
Kendala jaringan internet juga dirasakan oleh Ibu Yuni,
ia mengatakan bahwa keterbatasan jaringan internet adalah
kendala dari lingkungan, maka dari itu untuk tetap bisa
melakukan pencarian informasi, ia memakai fasilitas sendiri
untuk tetap memenuhi kebutuhan informasinya. Sebagaimana
hasil wawancara dengan Ibu Yuni sebagai berikut :
“Jaringan internet kadang agak susah trus mati, ya jadi
pake fasilitas sendiri jadinya”163
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri,
sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut :
“ya paling kalo listrik mati kan gak bisa akses
internet”164
Berbeda dengan tiga informan sebelumnya, Ibu Wiwit
mengatakan kendala yang ia alami yaitu ketika kebutuhan
informasi tersebut terjadi pada saat proses mengajar karena tidak
diperbolehkan menggunakan handphone di dalam kelas, jadi itu
menjadi kendala pada saat membutuhkan informasi.
sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai
berikut:
162
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 163
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 164
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
96
“Biasanya kalau informasi dadakan ya, terkadang kan
kita tidak enak ya kalau di kelas buka handphone jadi
paling kendalanya itu”.165
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
kendala lingkungan yang dialami oleh guru SMA LB Santi
Rama dalam proses pencarian informasi terjadi ketika sulitnya
jaringan internet, kurangnya waktu dalam proses pencarian,
sumber informasi yang letaknya tidak beraturan dan situasi yang
tidak memungkinkan untuk melakukan pencarian informasi.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa
kendala yang dialami Guru SMA LB Santi Rama adalah kendala
yang berasal dari individu, sosial dan lingkungan. Pernyataan
tersebut sesuai dengan teori Wilson mengenai kendala dalam
proses pencarian informasi. Wilson mengatakan bahwa
hambatan dalam proses pencarian informasi terbagi menjadi 3
yaitu hambatan pribadi, hambatan sosial dan hambatan
lingkungan dan situasi.166
d. Solusi mengatasi kendala pada pencarian informasi
Dalam mengatasi kendala pada pencarian informasi guru
SMA LB santi Rama memiliki solusi agar informasi yang
diinginkannya itu dapat terpenuhi yaitu dengan cara bertanya kepada
teman satu profesi ataupun guru-guru senior. Sebagaimana kendala
yang dialami Ibu Elniyaitu kurangnya waktu pada saat pencarian
165
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi. 166
Wilson, ―Information Bahavior: An Interdisciplinary Perspective.‖
97
informasi ketika akan mengajar, maka solusi yang dilakukan untuk
mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
“...Karena waktunya yang tidak cukup, biasanya mencari
informasi dari temen-temen sejawat aja, biasanya kan dapat
masukan dari yang senior-senior kan banyak
pengalamannya....”167
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni,
kendala yang dialaminya adalah susah menentukan keyword saat
melakukan pencarian infromasi sehingga informasi yang di
butuhkan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka solusi yang dilakukan
untuk mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
“...Saya biasanya telfon ke temen saya minta tolong untuk
mencarikan informasi yang saya inginkan. Ya berbagai cara
saya lakukan...”168
Begitu pula dengan ibu Sri, kendala yang dialaminya adalah
sulit untuk mendapatkan model-model busana yang ia inginkan,
maka solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut
adalah sebagai berikut :
“...karena sekalinya tidak dapat saya mencari solusi yang
lain, model-model yang lain..”169
Berbeda dengan ketiga informan lainnya, kendala yang
dialami Ibu Wiwit terjadi ketika proses mengajar, maka dari itu
solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah
sebagai berikut :
“Biasanya keluar dulu untuk mencari informasi yang
dadakan seperti itu”170
167
Elni Nindia Prafitri, Hasil Wawancara Pribadi. 168
Yuni Wulandari, Hasil Wawancara Pribadi. 169
Sri Purwani, Hasil Wawancara Pribadi.
98
Dari hasil wawancara penulis dengan informan dapat dilihat
bahwa solusi yang dilakukan guru SMA LB Santi Rama adalah
bertanya kepada teman satu profesi, guru-guru senior dan mencari
materi alternatif lain supaya proses mengajar tetap berjalan lancar.
170
Wiwit Endang Purwatiningsih, Hasil Wawancara Pribadi.
99
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan akan dikemukakan kesimpulan hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari
permasalahan yang dirumuskan pada rumusan masalah di awal skripsi ini. Selain
kesimpulan terdapat beberapa saran yang sekiranya bisa penulis berikan sebagai
masukan kepada Yayasan SLB Santi Rama sehubungan dengan penulisan yang
telah dilakukan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penulisan dan pembahasan yang sudah penulis
paparkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebutuhan informasi guru SMA LB Santi Rama akan berlangsung terus
menerus mulai dari awal tahun ajaran baru, persiapan mengajar, proses
mengajar dan kebutuhan informasi untuk menambah wawasan. Namun,
sangat disayangkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh guru SMA
LB Santi Rama tersebut tidak semuanya dapat disediakan oleh
perpustakaan Yayasan Santi Rama
2. Metode perilaku pencarian informasi yang dilakukan guru SMA LB Santi
Rama yaitu mencari ke sumber informasi tertulis, bertanya, memanfaatkan
pengetahuan diri sendiri dan memanfaatkan pengetahuan orang lain.
Perilaku tersebut sudah sesuai dengan teori Ellis yaitu Starting, Chaining,
Browsing, Differentiating, Monitoring, Extracting, Verifying dan Ending.
Hanya saja guru SMA LB Santi Rama tidak menggunakan tahapan
100
Monitoring dan Verifying yang sangat penting untuk mengetahui
kemutakhiran suatu sumber informasi.
B. Saran
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi masukan bagi SLB Santi
Rama berkaitan dengan Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi guru:
a. Informasi yang dibutuhkan guru SMA LB Santi Rama tidak semuanya
dapat disediakan oleh perpustakaan Yayasan Santi Rama, oleh karena itu
sebaikanya perpustakaan lebih memperhatikan lagi kebutuhan-kebutuhan
informasi guru SMA LB Santi Rama dalam kebijakan pengembangan
koleksinya.
b. Dalam proses pencarian informasi, guru SMA LB Santi Rama tidak
melalui tahapan monitoring dan verifying yang sangat penting untuk
mengetahui kemutakhiran suatu informasi, oleh karena itu sebaiknya
tahapan monitoring dan verifying dilakukan oleh guru SMA LB Santi
Rama dalam proses pencarian informasi, kemudian sebaiknya pihak
Yayasan Santi Rama melakukan pelatihan atau seminar terkait pencarian
informasi bagi guru SMA LB Santi Rama.
101
DAFTAR PUSTAKA
Carol C. Kuhlthau. ―Inside the Search Process : Information Seeking from the
User’s Perspective.‖ Journal of the American Society for Information
Science Vol. 42 No. 5 (1991).
Collaborative research program of the universities of Maastricht. ―Data
Saturation.‖ Gut Feelings in general practice (blog), 2013.
http://www.gutfeelings.eu/glossary/saturation-2/.
Devadason, Francis Jawahar, dan Pandala Pratap Lingam. ―A Methodology for
the Identification of Information Needs of Users.‖ IFLA Journal Vol. 23,
no. 1 (1997).
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/034003529702300109.
Djaelani, Aunu Rofiq. ―Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif.‖
FPTK IKIP Vateran Semarang Vol. XX No. 1 (2013).
Djamah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik: Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rhineka Cipta, 2000.
Ellis, David, Debora Cox, dan Katherine Hall. ―A Comparison of The Information
Seeking Patterns of Researchers in The Physical and Social Sciences.‖
Journal of Documentation Vol. 49, no. 4 (1993).
Elni Nindia Prafitri. Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018.
Etikan, Ilker, Sulaiman Abu Bakar Musa, dan Rukayya Sunusi Alkassim.
―Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling.‖
American Journal of Theoretical and Applied Statistics Vol. 5, no. 1
(2016).
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. 1 ed. Jakarta:
Bumi Aksara, 13.
Harman Tanjang. ―Tafsir Surat Al-Hujuraat ayat 6.‖ Markaz Imam Malik, 2018,
1–5.
Herlina, Sri Suriana, dan Misroni. ―Perilaku Pencarian Infromasi Mahasiswa
Program Doktoral Universitas Islam Negeri Raden Fatah Dalam
Menyusun Disertasi.‖ Tamaddun Vol. XIV, no. 2 (2015).
Husaini, Usman, dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Indonesia. ―Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen,‖ 2005.
102
———. ―Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,‖ 2003.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta:
STIA-LAN Press, 1999.
Junaidi, Ahmad, Dian Sinaga, dan Herika Rainathami. ―Perilaku Pencarian
Informasi Oleh Pemustaka di Layanan Sirkulasi Perpustakaan Cistral
UNPAD.‖ eJurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran Vol. 1, no. 1
(2012).
Kementerian Kesehatan RI. ―Situasi Penyandang Disabilitas.‖ Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan, 2014.
Kompf, Michael, dan Janice M Martin. Changing Research and Practice:
Teracher‟s Professionalism, Identities and Knowledge. London: The
Falmer Press, 1996.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=vqP9afj8BasC&oi=fnd&
pg=PA90&dq=teaching+in+inclusive+classroom+setting+michael+Kompf
&ots=AOWEOMv8EP&sig=GOK3RqaML_NCGqr4PEB6wA1PMmo&r
edir_esc=y#v=onepage&q=teaching%20in%20inclusive%20classroom%2
0setting%20michael%20Kompf&f=false.
Krikelas, James. ―Information Seeking Behavior : Pattern and Concepts.‖ Drexel
Library Quarterly Vol. 19, no. 2 (1983).
Kuhlthau, Carol. ―Information Search Process.‖ Rutgers School of
Communication and Information. Diakses 26 April 2017.
http://wp.comminfo.rutgers.edu/ckuhlthau/information-search-process/.
Lani Bunawan. 25 Tahun : Kenangan Lustrum V. Jakarta: Yayasan Santi Rama,
1995.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007.
Moore, Penny. ―Teaching Information Problem Solving in Primary School: An
Information Literacy Survey.‖ 63rd IFLA General Conference -
Conference Programme and Proceedings, 1997.
https://archive.ifla.org/IV/ifla63/63moop.htm.
Nicholas, David. Assessing Information Needs: Tools, Techniques and Concepts
for the Internet Age. London: Aslib, 2002.
Pendit, Putu Laxman. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi : Suatu
Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta: JIP-FSUI, 2013.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002.
103
Rahmat, Pupu Saeful. ―Penelitian Kualitatif.‖ EQUILIBRIUM Vol. 5 No. 9
(2009).
Rimbarawa, Kosam. Dasar-dasar Organisasi Informasi. Jakarta: Hakaesar, 2006.
Royan, Nisa Emirina. ―Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking
Behavior) di Kalangan Mahasiswa Skripsi.‖ Journal Universitas
Airlangga Vol. 3, no. 2 (2014).
Santi Rama. ―Santi Rama.‖ Visi dan Misi, n.d. https://santirama.sch.id.
Satori, Djam ’an, dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar
Maju, 2011.
Setiarso, Bambang. Penerapan Teknologi Informasi dalam Sistem Dokumentasi
dan Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, n.d.
Solehat, Desviana Siti, Doddy Rusmono, dan Gema Rullyana. ―Perilaku
Pencarian Infromasi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Asing di Universitas
Pendidikan Indonesia.‖ Edulib Vol. 6, no. 1 (2016).
Sri Purwani. Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018.
Subandi. ―Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian
Pertunjukan.‖ Harminia Vol. 11, no. 2 (2011).
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013.
Suryana. Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Universitas Pendidikan Terbuka, 2010.
Syawqi, Ahmad. ―Perilaku Pencarian Informasi Guru Besar Universitas Islam
Negeri Antasari Banjarmasin.‖ Juenal Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Vol. 1 No.1 (2017).
T.D Wilson. ―Human Information Behavior.‖ Informing Science Vol. 3, no. 2
(2000).
Thanuskodi, S. ―information Needs and Use Pattern of District Court Lawyers of
Salem and Erode in Tamilnadu.‖ Library & Information Science Wing,
Directorade of Distance Education Vol. 30, no. 2 (2010).
104
U, M. Shabir. ―Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab,
Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru.‖ Auladuna Vol. 2, no. 2
(2015): 221–32.
Ulpah Andayani. Dasar-dasar Organisasi Informasi. Tangerang: UIN Jakarta
Press, 2016.
Wilson, T.D. ―Information Bahavior: An Interdisciplinary Perspective.‖
Information Processing & Management Vol. 33 (1997).
Wilson, T.D. ―Models in Information Behavior Research.‖ Journal of
Documentation Vol. 55, no. 3 (1999).
Wiwit Endang Purwatiningsih. Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018.
Yuni Wulandari. Hasil Wawancara Pribadi, Agustus 2018.
Yusup, Pawit M. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Yusup, Pawit M., dan Priyo Subekti. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi :
Information Retrieval. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Zulmiyetri. ―Metoda Matermal Reflektif (MMR) untuk Meningkatkan
Kemampuan Bahasa Lisan Anak Tunarungu.‖ Jurnal Konseling dan
Pendidikan Vol. 5, no. 2 (2017).
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
PROSES PENCARIAN INFORMASI OLEH GURU SMA LB SANTI RAMA
Tanggal Lokasi
Pengamatan
Hal yang
diamati Hasil Pengamatan
1 Agustus
2018
SMA Luar
Biasa Santi
Rama
Perilaku
Pencarian
Informasi
Guru
Awal pencarian informasi
dilakukan yaitu ketika guru
ingin melakukan proses
mengajar. Hal pertama yang
dilakukan Bu Wiwit yaitu
melihat silabus atau materi
pelajaran, kemudian melakuka
pencarian informasi pada buki
yang pelajaran. Untuk
menambah informasi yang
didapat ibu wiwit melakukan
pencarian melalui internet.
Informasi yang telah didapat
kemudian di kumpulkan dan
melakukan penyeleksian
materi yang cocok untuk
proses mengajar. Setelah itu
bu wiwit melakukan proses
penyederhanaan kalimat agar
materi yang akan diajarkan
dapat dengan mudah diterima
oleh siswa. Setelah merasa
cukup puas dengan hasil yang
di dapat kemudian bu wiwit
menggunakan informasi
tersebut untuk proses
mengajar.
Tanggal Lokasi
Pengamatan
Hal yang
diamati Hasil Pengamatan
2 Agustus
2018
SMA Luar
Biasa Santi
Rama
Perilaku
Pencarian
Informasi Guru
Awal pencarian informasi
dilakukan yaitu ketika guru
ingin melakukan proses
mengajar. Hal pertama yang
dilakukan Bu Elni yaitu
melihat silabus atau materi
pelajaran, kemudian bertanya
kepada teman atau pakar
pendidikan mengenai materi
yang cocok untuk diajarkan
kepada siswa dan mencari
materi pada buku pelajaran.
Untuk menambah informasi
yang didapat ibu Elni
melakukan pencarian melalui
internet. Informasi yang telah
didapat kemudian di
kumpulkan dan melakukan
penyeleksian materi yang
cocok untuk proses mengajar.
Setelah itu bu wiwit
melakukan proses
penyederhanaan kalimat agar
materi yang akan diajarkan
dapat dengan mudah diterima
oleh siswa. Setelah merasa
cukup puas dengan hasil yang
di dapat kemudian Ibu Elni
menggunakan informasi
tersebut untuk proses
mengajar.
Tanggal Lokasi
Pengamatan
Hal yang
diamati Hasil Pengamatan
1 Agustus
2018
SMA Luar
Biasa Santi
Rama
Perilaku
Pencarian
Informasi Guru
Awal pencarian informasi
dilakukan yaitu ketika guru
ingin melakukan proses
mengajar. Hal pertama yang
dilakukan Ibu Sri yaitu
mencari materi pada buku
pelajaran ataupun majalah.
Untuk menambah informasi
yang didapat ibu Sri
melakukan pencarian melalui
internet. Informasi yang telah
didapat kemudian di
kumpulkan dan melakukan
penyeleksian materi yang
cocok untuk proses
mengajar. Setelah itu Ibu Sri
melakukan proses
penyederhanaan kalimat agar
materi yang akan diajarkan
dapat dengan mudah diterima
oleh siswa. Setelah merasa
cukup puas dengan hasil
yang di dapat kemudian Ibu
Elni menggunakan informasi
tersebut untuk proses
mengajar.
Tanggal Lokasi
Pengamatan
Hal yang
diamati Hasil Pengamatan
2 Agustus
2018
SMA Luar
Biasa Santi
Rama
Perilaku
Pencarian
Informasi Guru
Awal pencarian informasi
dilakukan yaitu ketika guru
ingin melakukan proses
mengajar. Hal pertama yang
dilakukan Ibu Yuni yaitu
melakukan pencarian melalui
internet. Informasi yang telah
didapat kemudian di
kumpulkan dan melakukan
penyeleksian materi yang
cocok untuk proses
mengajar. Setelah itu Ibu
Yuni melakukan proses
penyederhanaan kalimat agar
materi yang akan diajarkan
dapat dengan mudah diterima
oleh siswa. Setelah merasa
cukup puas dengan hasil
yang di dapat kemudian Ibu
Yuni menggunakan
informasi tersebut untuk
proses mengajar.
Lampiran 2
Pertanyaan Wawancara
A. Kebutuhan Informasi
1. Kapan saat bapak/ibu membutuhkan informasi?
2. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi sebelum mengajar? Informasi apa yang
bapak/ibu butuhkan dalam persiapan mengajar
3. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi ketika sedang dalam proses megajar?
Informasi apa yang bapak/ibu butuhkan dalam proses mengajar?
4. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi diluar jam pelajaran?
5. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi untuk perkembangan wawasan siswa?
Informasi seperti apa yang dibutuhkan?
6. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam menghadapi dunia kerja?Informasi seperti apa yang dibutuhkan?
B. Perilaku pencarian informasi
1. Bagaimana cara bapak/ibu mencari informasi yang dibutuhkan!
a. Bagaimana cara bapak/ibu memulai mencari informasi?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan informasi?
2. Jika dalam proses mengajar membutuhkan informasi apa yang ibu/bapak lakukan?
3. Sumber-sumber apasaja yang bapak/ibu ginakan untuk mencari informasi?
4. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencari informasi?
C. Hambatan
1. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kegagalan dalam melakukan pencarian
informasi?
2. Kendala apasaja yang bapak/ibu hadapi ketika melakukan pencarian dalam
memenuhi kebutuhan informasi dalam persiapan mengajar? Baik kendala individu
maupun lingkungan?
3. Apakah bapak/ibu lakukan jika mengalami kegagalan?
Lampiran 3
Biodata Informan dan Transkrip Wawancara Kebutuhan Informasi dan Perilaku
Pencarian Informasi Guru SMA LB Santi Rama
Nama Informan : Wiwit Endang Purwatiningsih, S.Pd
Pengampu : Pendidikan Kewarganegaraan
Tempat Wawancara : SLB Santi Rama
Waktu Wawancara : 23 Agustus 2018
A. Kebutuhan Informasi
1. Kapan saat bapak/ibu membutuhkan informasi?
Jawab :Kalo informasi untuk belajar sih kayaknya sebelum mulai belajar ya,
misalnya ini kan baru ajaran baru kita kan biasanya bikin program dulu
gitu, jadi informasinya itu sebelum ajaran baru itu dimulai
biasanya.Pertamakan kalo saya jadi wali kelas ya, kita harus tau dulu
berapa jumlah anak yang kita pegang kelasnya, iQ nya bagaimana jadi kita
membuat programnya sesuai dengan kemampuan anak
2. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi sebelum mengajar? Informasi apa yang
bapak/ibu butuhkan dalam persiapan mengajar
Jawab :Iya, kalo udah dibikin programnya biasnya informasi mengenai media yang
dibutuhkan. Biasanya dari buku pelajaran kalo buku pelajaran gak ada ya
biasanya dari internet terus anak bisa dijadikan informasi, kalo belajar
disinikan metodenya bercakap ya jadi ya natural aja. Jadi dari anak pun
bisa kita jadiin informasi
3. Metode apa yang ibu pakai dalam proses mengajar? Apakah membutuhkan
informasi lebih mengenai metode yang dipakai?
Jawab :Metode yang dipakaikan MMR, sampai saat ini masih membutuhkan
informasi lanjutan menganai MMR, karena walaupun udah lumayan lama
disini juga untuk ber MMR itu gak gampang, jadi MMR itu awalnya ada
Cuma gak ada sampe akhirnya jadi sampe sekarang masih belajar MMR
dan pasti butuh informasi tentang MMR. Di MMR itu ada 7 strategi, itu di
dalem kita ngajar kalau bisa semua prinsipnya bisa ke pakai Cuma kita
ngajar gak bisa berurutan jadi boleh diacak, Cuma kalau kita ngajar itu
suka ada yang keliru, ntar setelah belajar baru ada yang engeh “oh iya
prisip ini belom di pake”gtu jadi dibilang belom menguasai si enggak di
bilang jago banget juga enggak. Cuma disini kan ada simulasi ya, jadi
simulasi itu dijadiin evaluasi kita juga dalam mengajar.
4. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi ketika sedang dalam proses megajar?
Informasi apa yang bapak/ibu butuhkan dalam proses mengajar?
Jawab :Terkadang, biasanya mengenai pelajaran yang diberikan hari itu.
5. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi untuk perkembangan wawasan guru?
Informasi seperti apa yang dibutuhkan?
Jawab :Pasti ya, Palingan baca buku, buku-buku tentang parenting, trus kadang-
kadang suka blog-blog pendidikan dari internet aja si. Kalo yang
berhubungan dengan minat, saya suka yang berhubungan dengan
pertandingan-pertandingan olahraga gitu tapi gak suka olahraganya, cuma
liat pertandingan aja.Kalau disini kan suka ada simulasi ya, jadi kita
mengajar dilihat sama pimpinan sekolah, pimpinan yayasan dan guru
lainnya juga. Jadi setiap ada simulasi itu bisa jadi evaluasi kita juga.
Kalau pelatihan dari yayasan sendiri ada, kayak pelatihan kurikulum tiga
belas, kan kurtilas masih belum final ya jadi kalau ada yang baru dari
pemerintah pasti disekolah selalu ada pelatihan, biasanya setiap jumat
minggu pertama jadi anak-anak itu libur terus kita dapet kayak bimbingan
gitu dari yayasan. Jadi biasanya pelatihan jumat pertama itu dari yayasan
atau biasanya yayasan juga mengundang dari dinas pendidikan, pengawas
untuk mengisi materi jadi pasti selalu dapet pelatihan si
B. Perilaku pencarian informan
1. Bagaimana cara bapak/ibu mencari informasi yang dibutuhkan!
a. Bagaimana cara bapak/ibu memulai mencari informasi?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan informasi?
Jawab: Liat materinya apa dulu yang mau ajarkan,terus kalau ada yang gak
paham baru nyari referensii seperti buku pelajaran dulu awalnya,
kemudian nyari di internet untuk dapat artikel lain, kalau udah dapat
informasi tersebut biasanya saya gak langsung ngasih ke anak, itu
saya baca dan saya saring dulu biasanya karena kan dari internet
bahasanya terlalu tinggi ya, itu gimana caranya kita harus modifikasi
biar nanti penyampaian ke anaknya tu bahasanya lebih gampang
diserap sama anak. Setelah dapet kemudian di baca dan dimodifikasi
baru saya percakapkan dengan anak. Jadi gak murni yang saya dapat
di internet langsung saya kasih ke anak. Itu gak boleh kalo di samti
rama.jadi bener-bener di rendahin dulu bahasanya baru di cakapin
gitu
Apakah ibu melakukan kegiatan mencari informasi terbaru?
Jawab : Iya, ketika mencari di internet itu
Apakah ada pengecekan ulang terhadap sumber informasi tersebut
setelah ibu ringkas dan sederhanakan?
Jawab : tidak ngecek lagi
2. Jika dalam proses mengajar membutuhkan informasi apa yang ibu/bapak lakukan?
Jawab :Metode yang digunakan bercakap ya, jadi misalnya kalo saya lagi gak tau
saya tanya balik dulu ke anak. Misalnya informasi tentang calon presiden
gitu y, misalnya saya gak tau nih calon presiden siapa aja gitu kan nah
mungkin kan ada anak yang udah ngeliat di tv atau baca di koran atau di
media sosial. Jadi kita bisa nanya ke anak jadi informasi itu bisa dapet dari
anak. Atau kalo misalkan dari anak gak ada yang tahu pasti saya nanya
sama guru yang lain.Tapi kadang-kadang suka keluar kelas dulu dengan
alasan “sebentar ya bu wiwit mau ke toilet dulu” dan diluar bisa cari dari
internet, soalnya kan disini guru sama siswanya gak dibolehin bawa hp ke
kelas.
3. Sumber-sumber apasaja yang bapak/ibu guunakan untuk mencari informasi?
Jawab :Buku pelajaran sd kalo untuk SMP dan SMA sama dari internet paling atau
gambar-gambar dari koran bisa di jadikan sumber media belajar dan
guru senior.
4. Mengapa ibu/bapak tidak menggunakan layanan perpustakaan untuk mencari
informasi yang dibutuhkan ?
Jawab :Jarang si, soalnya buku-buku atau media pembelajaran udah ada di ruang
guru jadi kalau perpustakaan paling untuk anak-anak aja.
C. Hambatan
1. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kegagalan dalam melakukan pencarian
informasi?
Jawab :Kegagalan palingan gak fatal. Harus punya trik-trik sendiri
2. Kendala apasaja yang bapak/ibu hadapi ketika melakukan pencarian dalam
memenuhi kebutuhan informasi dalam persiapan mengajar? Baik kendala
individu maupun lingkungan?
Jawab :Biasanya kalo informasi dadakan ya, kadang kan kita gak enak ya kalo di
kelas buka handphone jadi paling kendalanya itu,
3. Apakah bapak/ibu lakukan jika mengalami kegagalan?
Jawab :Biasanya keluar dulu untuk nyari informasi yang dadakan kayak gitu.
Narasumber
Wiwit Endang Purwatiningsih, S.Pd
Nama Informan : Elni Nindia Prafitri, S.Pd
Pengampu : Bahasa Inggris
Tempat Wawancara : SLB Santi Rama
Waktu Wawancara : 23 Agustus 2018
A. Kebutuhan Informasi
1. Kapan saat bapak/ibu membutuhkan informasi?
Jawab :Butuh informasi kayaknya persiapan untuk mengajar ya, karena persiapan
untuk pengajaran ya, jadi biasanya si awal-awal tahun ajaran baru
kebutuhan seperti bikin program, menyusun materi gitu. Pastnya pake
informasi tetep
2. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi sebelum mengajar? Informasi apa yang
bapak/ibu butuhkan dalam persiapan mengajar?
Jawab :Iya, biasanya si kalau sebelum belajar kita membutuhkan informasi tentang
medianya, KIKDnya dari pemerintah tu seperti apa kira-kira materi yang
sudah di susus sesuai tidak dengan kemampuan siswa. Ngait-ngaitin
tentang KIKD sama kemampuan anak tuh gimana, kan kalo materinya
bagus tapi tidak sesuai dengan kebutuhan anak kan percuma ya.
3. Metode apa yang ibu pakai dalam proses mengajar? Apakah membutuhkan
informasi lebih mengenai metode yang dipakai?
Jawab :bercakap atau MMR. Terus untuk metode MMR saya juga butuh informasi
lebih, biasanya sebelum mengajar saya langsung lari ke wakil kepala
sekolah, guru-guru senior biasanya langsung bertanya “saya mau ngajar
ini, niatnya nanti kosakata yang diharapkan untuk keluar ini ini ini, terus
gimana si cara pancingannya biar kata itu keluar dari anak gitu, ini sesuai
gak si dengan prinsip MMR terus prinsip MMR itu gimana caranya agar
bisa di terapin prinsip itu jadi di diskusiin dulu, jadi 7 prinsip itu harus ada
dalam pembelajaran.
4. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi ketika sedang dalam proses megajar?
Informasi apa yang bapak/ibu butuhkan dalam proses mengajar?
Jawab :Kadang-kadang si membutuhkan informasi, sebab kan di santi rama ini
pelajarannya up to date ya apa yang sedang terjadi informasi saat ini, itu
yang akan di kembangin, itu yang di bahasaain.
5. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi untuk perkembangan wawasan guru?
Informasi seperti apa yang dibutuhkan?
Jawab :Biasanya yang berkaitan dengan materi ya, bisanya tentang ilmu ilmu
kabahasa inggrisan yang di KIKD dari pemerintah, dari umum dari buku
dan pasti informasi dari kemampuan anak dari situ diseimbangkan mana
yangcocok dan tidak yang cocok, kalo di minat biasanya saya suka sejarah-
sejarah keislaman tentang ilmu fiqh, rasulullah saw. Kalo pendidikan
biasanya search di situs guru baca, terus biasanya tentang psikologi
perkembangan anak, saya gabung sama komunitas parenting ya untuk
labih menambah wawasan saya tentang penanganan anak dan psikologi
anak. Kalo untuk pelatihan bahasa inggris saya belum pernah, tapi ada
pelatihan kurtilas, silabus dan kisi2 soal. Itu pelatihannya tidak rutin.
Terus di santi rama ada pembinaan, jadi kita ngajar nanti diliat sama
guru2 senior, kepala sekolah sama bid. pendidikan dari yayasan nanti
disitu kita dibina sesuai atau tidak metode yang kita ajari ke anak. Nanti
kita diskusi kesulitan saya ketika mengajar nanti guru2 lain memberikan
saran. Setelah simulasi ada evaluasi. Jadi kayak mikroteaching gitu, satu
semester 1 kali program itu.
B. Perilaku pencarian informasi
1. Bagaimana cara bapak/ibu mencari informasi yang dibutuhkan!
a. Bagaimana cara bapak/ibu memulai mencari informasi?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan informasi?
Jawab :Liat materinya dulu, nanti kalau ada yang tidak di ketahui baru nyari
informasi, biasanya sih karna kita punya pakar pendidikan disini jadi
pertamaa si nanya ke pakar pendidikan dulu ya, karena beliau punya
jam terbang lebih tinggi. Terus saya searching dari internet. Kalau
sudah dapet informasi yang diinginkan biasaya saya gak langsung
kasih ya saya pilih dulu yang sesuai dengan materi yang saya cari.
Terus saya sederhankan kata-katanya sebab bahasa yang di pakai kan
tinggi-tinggi sedangkan anak-anak keterbatasannya dalam bahasanya.
Biasanya saya langsung bikin resume sendiri yang penting-penting
pointnya dan bahasanya yang rendah-rendah, saya juga bikin
semacam kiat-kiat tahapan pengajaran jadi pas proses pelajaran gak
kaget gak bingung, gak linglung gitu. Kalo kata-katanya sudah
sederhana dan mudah dipahami kemudian baru dikasih ke anak.
Apakah ibu melakukan kegiatan mencari informasi terbaru?
Jawab :iya, yang cocok juga, nyari di internet
Apakah ada pengecekan ulang terhadap sumber informasi tersebut
setelah ibu ringkas dan sederhanakan?
Jawab :tidak ya, dari awal soalnya sudah di cek sesuai apa tidak.
2. Jika dalam proses mengajar membutuhkan informasi apa yang ibu/bapak lakukan?
Jawab :Kalo misalnya ada yang gak tau biasanya nyari informasi dari anak dulu
nih digali dulu pengetahuan dari anak-anak itu gimana, terus untuk
mengcross check informasi dari dia tanya sama temen sejawat, kalo masih
belum lengkap juga baru ke internet.
3. Sumber-sumber apasaja yang bapak/ibu gunakan untuk mencari informasi?
Jawab :Terus kita punya pakar pendidikan disini jadi bisa nanya ke pakar
pendidikan, karena beliau punya jam terbang lebih tinggi, website, buku-
buku pelajaran, kurtilas, koran
4. Mengapa ibu/bapak tidak layanan perpustakaan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan ?
Jawab :Kebetulan saya jarang ya ke perpustakaan, kalo literatur bahasa inggris
saya biasa nyarinya di internet. Karena budaya ya, kemudahan browsing
lebih memudahkan saya untuk mendapatkan informasi. Kalau buku yang
pelajaran itu udah ada di loker guru jadi pakai buku itu terus nanti di
modif, jadi jarang ke perpustakaannya kurang nyaman juga baca disana
ya.
C. Hambatan
1. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kegagalan dalam melakukan pencarian
informasi?
Jawab :Pernah si
2. Kendala apasaja yang bapak/ibu hadapi ketika melakukan pencarian dalam
memenuhi kebutuhan informasi dalam persiapan mengajar? Baik kendala
individu maupun lingkungan?
Jawab :Waktunya yang gak cukup ya kadang-kadang, kesediaan dari jaringan
internet tidak lancar, terus sumber informasi yang susah dicari
keberadaannya.
3. Apakah bapak/ibu lakukan jika mengalami kegagalan?
Jawab :Karena waktunya yang mepet gitu ya, biasanya nyari informasi dari
temen-temen sejawat aja, biasanya kan dapet masukan dari yang
senior-senior kan banyak pengalamannya kan.
Narasumber
Elni Nindia Prafitri, S.Pd
Nama Informan :Yuni Wulandari, S.Pd
Pengampu : Keterampilan Komputer
Tempat Wawancara : SLB Santi Rama
Waktu Wawancara : 23 Agustus 2018
A. Kebutuhan Informasi
1. Kapan saat bapak/ibu membutuhkan informasi?
Jawab :Diawal tahun ajaran baru, itu yang paling pokoknya diawal tahun ajaran
baru. Biasanya informasi untuk perbandingan, misalnya sekolah lain apa
saja si pelajaran yang di ajarkan pada semester ini. Itu-itu aja si sebagai
perbandigan cocok gak di sekolah saya
2. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi sebelum mengajar? Informasi apa yang
bapak/ibu butuhkan dalam persiapan mengajar.
Jawab :Iya, saya sih cuma untuk mastiin materi bener gak ni yang akan saya
berikan sesuai gak dengan yang ada. Misalnya di internet cara membuat
poster, saya sudah tahu cara-caranya begini cuma sama atau tidak si, kalo
sama ya sudah saya semakin yakin.
3. Metode apa yang ibu pakai dalam proses mengajar? Apakah membutuhkan
informasi lebih mengenai metode yang dipakai?
Jawab :Kalau untuk metode MMR si saya gak butuh informasi lebih ya, udah itu
aja. Kalau untuk materi baru saya butuh informasi lebih, tapi kalau untuk
metodenya saya udah cukup ya.
4. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi ketika sedang dalam proses megajar?
Informasi apa yang bapak/ibu butuhkan dalam proses mengajar?
Jawab :Sekali-sekali, misalnya gini kan saya ngasih materi membuat poster, kadang-
kadang anak suka rumit dengan yang saya berikan jadi saya harus nyari
dulu, pasti saat itu saya itu berhenti dahulu untuk cari informasi tentang
cara pembuatan poster yang paling di pahami anak
5. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi untuk perkembangan wawasan guru?
Informasi seperti apa yang dibutuhkan?
Jawab :Iya, yang saya cari adalah informasi materi yang akan saya berikan ke anak.
Terus informasi tentang psikologi, keterampilan. Jadi pertama-tama untuk
nambah wawasan saya pastinya mencari informasi-informasi yang
berhubungan dengan materi yang saya ajarkan yaitu ilmu komputer, tapi
bukan itu aja saya juga suka mencari tentang psikologi, keterampilan terus
saya juga suka politik, jadi suka iseng nyari informasi tentang poitik
Pokoknya 4 itu pasti saya suka cari-cari informasinya, tapi pastinya lebih
cenderung ke materi yang saya ajarkan. Ada kursus juga dari yayasan bisa
untuk nambah wawasan saya juga.
B. Perilaku pencarian informasi
1. Bagaimana cara bapak/ibu mencari informasi yang dibutuhkan!
a. Bagaimana cara bapak/ibu memulai mencari informasi?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan informasi?
Jawab : Saya udah tau apa yang mau saya cari jadi saya biasanya langsung
mencari informasinya yang dbutuhkan. Saya enggak nyari dibuku
dulu langsung internet aja, saya browsing pake google karena lebih
cepet dan lebih banyak referensinya., saya simpen terus saya baca
dan palajari lagi. Kemudian saya pilih yang cocok untuk pelajaran
yang saya ajarkan, kemudian informasi yang pas dan cocok itu saya
pelajari lebih lanjut. Kalau saya sudah paham banget dan kata atau
kalimatnya sudah saya sderhanakan baru saya kasih ke anak
Apakah ibu melakukan kegiatan mencari informasi terbaru?
Jawab : pasti ya informasi baru yang sesuai juga dengan materi saya
Apakah ada pengecekan ulang terhadap sumber informasi tersebut
setelah ibu ringkas dan sederhanakan?
Jawab : awalnya kan udah di cek cocok apa tidak, jadi tidak di cek
lagi
2. Jika dalam proses mengajar membutuhkan informasi apa yang ibu/bapak lakukan?
Jawab :Saya biasanya bilang dulu ke anak-anak, kita lihat bareng-bareng yuk
bener apa tidak informasi yang tadi ibu berikan, kan anak-anak belum
tahu gambar seperti apa gambarnya.
3. Sumber-sumber apasaja yang bapak/ibu ginakan untuk mencari informasi?
Jawab :Buku, temen-temen satu profesi dan internet
4. Mengapa ibu/bapak tidak layanan perpustakaan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan ?
Jawab :Perpustakaan digital yang saya pakai, jika saya menemukan hal baru yang
gak saya pahami saya mencari di perpustakan digital. Kalo perpustakaan
fisik saya kurang karena kalau kesitu saya harus meluangkan waktu
kesana ya, nyari bukunya susah juga ya.
C. Hambatan
1. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kegagalan dalam melakukan pencarian
informasi?
Jawab :Iya, kadang-kadang yang saya cari apa yang muncul apa itu bikin BT
juga si
2. Kendala apasaja yang bapak/ibu hadapi ketika melakukan pencarian dalam
memenuhi kebutuhan informasi dalam persiapan mengajar? Baik kendala
individu maupun lingkungan?
Jawab :Jaringan internet kadang agak susah trus mati, ya jadi pake fasilitas
sendiri jadinya. Terus saya suka susah mencari kata kunci yang pas buat
di cari
3. Apakah bapak/ibu lakukan jika mengalami kegagalan?
Jawab :Saya biasanya telfon ke temen saya minta tolong untuk mencarikan
informasi yang saya inginkan. Ya verbagai cara deh saya lakukan.
Narasumber
Yuni Wulandari, S.Pd
Nama Informan : Dra. Sri Purwani
Pengampu : Keterampilan Tata Busana
Tempat Wawancara : SLB Santi Rama
Waktu Wawancara : 23 Agustus 2018
A. Kebutuhan Informasi
1. Kapan saat bapak/ibu membutuhkan informasi?
Jawab :Ya informasi mah selalu ya kayaknya setiap saat itu perlu informasi untuk
menunjang KBM nya. Kalo untuk tahun ajaran baru biasanya membuat
program, program tahunan, semesteran selama menyusun program itu ya
apa yang mau disampaikan ke anak. Saya kan mengajar tata busana ya
jadi untuk menyesuaikan kemampuan anak saya mencari model yang sesuai
dengan kemampuan anak.
2. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi sebelum mengajar? Informasi apa yang
bapak/ibu butuhkan dalam persiapan mengajar?
Jawab :Ya. Saya nyari sehari sebelumnya. Saya nyari-nyari model-model, cari
materi. Saya nyari pelayanan prima, itu diperlukan untuk anak untuk
berwirausaha ya gak hanya belajar-belajar aja kan ada tujuan akhirnya
untuk berwirausaha biar bisa mandiri dan punya keterampilan ya minimal
keterampilan untuk menghidupi dirinya sendiri lah. Syukur-syukur bisa
berwirausaha.
3. Metode apa yang ibu pakai dalam proses mengajar? Apakah membutuhkan
informasi lebih mengenai metode yang dipakai?
Jawab :Metode MMR. Kalau metode MMRnya yang dibutuhkan informasi mengenai
siswanya, menyesuaikan kemampuan siswanya dari tes diagram bisa diliat.
Ngajarnya kan bukan baru jadi udah hafal kemampuan siswanya.
4. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi ketika sedang dalam proses megajar?
Informasi apa yang bapak/ibu butuhkan dalam proses mengajar?
Jawab :terkadang ya, paling informasi untuk modifikasi model-model.
5. Apakah bapak/ibu membutuhkan informasi untuk perkembangan wawasan guru?
Informasi seperti apa yang dibutuhkan?
Jawab :Iya pasti butuh ya itukan kebutuhan untuk tuntutan ya, saya nyari informasi
yang sesuai dengan yang saya ajarkan, saya kan ngajar tata busana ya
pasti berhubungan dengan yang saya ajar. Di tv kabel itu kan sering ada
acara fashion show gtu ya paling saya nonton-nonton itu, kalo lagi ada
waktu luang ya saya nonton itu. saya juga langganan tabloid kan jadi
nambah wawasan tentang model-model busana yang lagi up to date, harus
tau pasar mengenai trend busana juga. terus ada pelatihan-pelatihan, saya
dulu pernah ikut selama 3 bulan. Ada kursus juga untuk guru-gurunya itu
kan jadi tambahan wawasan kita juga ya buat guru, di kursusin dari
yayasan, atau pemerintah. Karena udah lumayan lama mengajar jadi itu
saya eksplore lagi ditambang dengan simulasi sama nonton tv fashion tadi.
B. Perilaku pencarian informasi
1. Bagaimana cara bapak/ibu mencari informasi yang dibutuhkan!
a. Bagaimana cara bapak/ibu memulai mencari informasi?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan informasi?
Jawab :karena udah tahu materinya apa yang mau dikasih jadi saya mencari
informasi tambahan aja. biasanya saya mencari referensi ya baca-
baca buku, majalah, setelah itu cari-cari artikel di internet, Terus
informasi itu gak mungkin langsung di kasih anak-anak ini kan harus
di pilih dulu informasinya disesuaikan sama materi yang saya cari.
Kalo sudah sudah sesuai di sederhanakan dulu. Baru di cakapkan ke
anak
Apakah ibu melakukan kegiatan mencari informasi terbaru?
Jawab :ketika mencari pasti yang terbaru dan harus cocok juga
Apakah ada pengecekan ulang terhadap sumber informasi tersebut
setelah ibu ringkas dan sederhanakan?
Jawab : tidak, sudah tahu sesuai apa tidaknya
2. Jika dalam proses mengajar membutuhkan informasi apa yang ibu/bapak
lakukan?
Jawab :Nyari bareng-bareng sama anak-anak si modifikasi model-modelnya.
Nyari pada saat itu juga.
3. Sumber-sumber apasaja yang bapak/ibu gunakan untuk mencari informasi?
Jawab :Dari majalah-majalah yang saya langgan sendiri terus buku pelajaran,
internet
4. Mengapa ibu/bapak tidak layanan perpustakaan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan ?
Jawab :Selama ini enggak, karena jam saya penuh gak ada waktu untuk kesana.
Kalo ada jam kosong paling baca koran. Karena di perpustakaan banyak
buku-buku akademis ya.
C. Hambatan
1. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kegagalan dalam melakukan pencarian
informasi?
Jawab :Jarang ya,
2. Kendala apasaja yang bapak/ibu hadapi ketika melakukan pencarian dalam
memenuhi kebutuhan informasi dalam persiapan mengajar? Baik kendala
individu maupun lingkungan?
Jawab :Gak ada ya, ya paling kalo listrik mati kan gak bisa akses internet ya cari
dari buku atau majalah-majalah.
3. Apakah bapak/ibu lakukan jika mengalami kegagalan?
Jawab :karena sekalinya gak dapet ya nyari solusi yang lain, model-model yang
lain.
Narasumber
Dra. Sri Purwani
Lampiran 4
Reduksi Data
No Kategori Sub Kategori Sub Kategori 1 Sub Kategori 2 Hasil Wawancara
1 Kebutuhan Informasi Kebutuhan informasi
pada saat awal taahun
ajaran baru
Mengetahui jumlah anak
yang akan diajarkan
“Pertamakan kalo saya jadi
wali kelas ya, kita harus tau
dulu berapa jumlah anak
yang kita pegang kelasnya”
-WE
Mengetahui IQ anak “...harus tau iQ nya
bagaimana jadi kita membuat
programnya sesuai dengan
kemampuan anak”
-WE
Membuat program yang
sesuai dengan anak
”Kalo informasi untuk belajar
sih kayaknya sebelum mulai
belajar ya, misalnya ini kan
baru ajaran baru kita kan
biasanya bikin program dulu
gitu, jadi informasinya itu
sebelum ajaran baru itu
dimulai biasanya” -WE
Butuh informasi kayaknya
persiapan untuk mengajar ya,
karena persiapan untuk
pengajaran ya, jadi biasanya
si awal-awal tahun ajaran
baru kebutuhan seperti bikin
program. -EN
Kalo untuk tahun ajaran baru
biasanya membuat program,
program tahunan, semesteran
selama menyusun program itu
ya apa yang mau disampaikan
ke anak. -SP
Menyusun materi
pembelajaran
“...menyusun materi gitu.
Pastinya pake informasi
tetep”-EN
Mengetahui informasi
untuk menunjang KBM
“Ya informasi mah selalu ya
kayaknya setiap saat itu perlu
informasi untuk menunjang
KBM nya.”-SP
Mengetahui perbandingan
materi dengan sekolah lain
“Diawal tahun ajaran baru,
itu yang paling pokoknya
diawal tahun ajaran baru.
Biasanya informasi untuk
perbandingan, misalnya
sekolah lain apa saja si
pelajaran yang di ajarkan
pada semester ini. Itu-itu aja
si sebagai perbandigan cocok
gak di sekolah saya.”-YW
Informasi sebelum
mengajar
Media Pegajaran “Iya, kalo udah dibikin
programnya biasnya
informasi mengenai media
yang dibutuhkan.” -WE
“Iya, biasanya si kalau
sebelum belajar kita
membutuhkan informasi
tentang medianya.”-EN
Materi pengajaran “Ya. Saya nyari sehari
sebelumnya. Saya nyari-nyari
model-model, cari materi.”
-SP
“Iya, saya sih cuma untuk
mastiin materi bener gak ni
yang akan saya berikan
sesuai gak dengan yang
ada”.-YW
“KIKDnya dari pemerintah tu
seperti apa kira-kira materi
yang sudah di susus sesuai
tidak dengan kemampuan
siswa. Ngait-ngaitin tentang
KIKD sama kemampuan anak
tuh gimana, kan kalo
materinya bagus tapi tidak
sesuai dengan kebutuhan
anak kan percuma ya” -EN
Informasi mengenai
Pelayanan Prima
“Saya nyari pelayanan prima,
itu diperlukan untuk anak
untuk berwirausaha ya gak
hanya belajar-belajar aja kan
ada tujuan akhirnya untuk
berwirausaha biar bisa
mandiri dan punya
keterampilan ya minimal
keterampilan untuk
menghidupi dirinya sendiri
lah. Syukur-syukur bisa
berwirausaha.”-SP
Informasi saat mengajar Materi pelajaran yang
sedang diajarkan
Mata pelajaran yang
diajarkan
“ya, paling informasi untuk
modifikasi model-model
busana.”-SP
“Gini kan saya ngasih materi
membuat poster, kadang-
kadang anak suka rumit
dengan yang saya berikan
jadi saya harus nyari dulu,
pasti saat itu saya itu berhenti
dahulu untuk cari informasi
tentang cara pembuatan
poster yang paling di pahami
anak”-YW
“Terkadang, biasanya
mengenai pelajaran yang
diberikan hari itu.”-WE
Materi yang mendukung
proses pembelajaran
“Biasanya yang berkaitan
dengan materi ya, bisanya
tentang ilmu ilmu kabahasa
inggrisan..”-EN
“Iya, yang saya cari adalah
informasi materi yang akan
saya berikan ke anak. Jadi
pertama-tama untuk nambah
wawasan saya pastinya
mencari informasi-informasi
yang berhubungan dengan
materi yang saya ajarkan
yaitu ilmu komputer”-YW
“Iya pasti butuh ya itukan
kebutuhan untuk tuntutan ya,
saya nyari informasi yang
sesuai dengan yang saya
ajarkan, saya kan ngajar tata
busana ya pasti berhubungan
dengan yang saya ajar.”-SP
Materi Parenting “saya gabung sama
komunitas parenting ya untuk
labih menambah wawasan
saya tentang penanganan
anak.”-EN
“..tentang parenting, trus
kadang-kadang suka blog-
blog pendidikan.”-WE
Psikologi
perkembangan anak
”...saya juga suka mencari
tentang psikologi...”-YW
”...terus biasanya tentang
psikologi perkembangan
anak.”-EN
Informasi menambah
wawasan
Minat Olahraga “Kalo yang berhubungan
dengan minat, saya suka yang
berhubungan dengan
pertandingan-pertandingan
olahraga gitu tapi gak suka
olahraganya, cuma liat
pertandingan aja.”-WE
Politik ―...terus saya juga suka
politik, jadi suka iseng nyari
informasi tentang poitik‖-YW
Sejarah Keislaman ”kalo di minat biasanya saya
suka sejarah-sejarah
keislaman tentang ilmu fiqh,
rasulullah saw.”-EN
Metode mengajar Metode bercakap/MMR ―Metode yang dipakaikan
MMR.”-WE
“bercakap atau MMR. Terus
untuk metode MMR saya juga
butuh informasi lebih.”-EN
“Kalau untuk metode MMR si
saya gak butuh informasi
lebih ya, udah itu aja..”-YW
”Metode MMR.”-SP
2
Perilaku Pencarian
Informasi
Cara pencarian
informasi
Starting Pencarian materi
pelajaran yang akan
diajarkan
“Liat materinya apa dulu
yang mau ajarkan...”-WE
―Liat materinya dulu, nanti
kalau ada yang tidak di
ketahui baru nyari
informasi...”-EN
“Saya udah tau apa yang mau
saya cari jadi saya biasanya
langsung mencari informasi
yang dbutuhkan...”-YW
“karena udah tahu materinya
apa yang mau dikasih jadi
saya mencari informasi
tambahan aja...”-SP
Chaining Merujuk pada sumber
informasi
“...nyari referensii seperti
buku pelajaran dulu
awalnya...”-WE
“...biasanya saya mencari
referensi ya baca-baca buku,
majalah...”-SP
Berkonsultasi mengenai
materi yang akan
diajarkan
“...biasanya sih karna kita
punya pakar pendidikan disini
jadi pertamaa si nanya ke
pakar pendidikan dulu ya,
karena beliau punya jam
terbang lebih tinggi...”-EN
Browsing Melakukan penelusuran
di internet
―...kemudian nyari di internet
untuk dapat artikel lain”-WE
‖... Terus saya searching dari
internet..”-EN
―...Saya enggak nyari dibuku
dulu langsung internet aja,
saya browsing pake google
karena lebih cepet dan lebih
banyak referensinya...”-YW
”...setelah itu cari-cari artikel
di internet...”-SP
Differentiating Memilah informasi
yang telah didapat
―...kalau udah dapat
informasi tersebut biasanya
saya gak langsung ngasih ke
anak, itu saya baca dan saya
saring dulu...”-WE
―...Kalau sudah dapet
informasi yang diinginkan
biasaya saya gak langsung
kasih ya saya pilih dulu yang
sesuai dengan materi yang
saya cari...”-EN
―...saya simpen terus saya
baca dan palajari lagi.
Kemudian saya pilih yang
cocok untuk pelajaran yang
saya ajarkan...”-YW
―...Terus informasi itu gak
mungkin langsung di kasih
anak-anak ini kan harus di
pilih dulu informasinya
disesuaikan sama materi yang
saya cari...”-SP
Monitoring “ketika mencari di internet
itu”-WE
“yang cocok juga, nyari di
internet”-EN
“pasti ya informasi baru yang
sesuai juga dengan materi
saya”-YW
“ketika mencari pasti yang
terbaru dan harus cocok
juga”-SP
Exstracting Merangkum dan
menyederhanakan
kalmat dari hasil
pencarian informasi
―...karena kan dari internet
bahasanya terlalu tinggi ya,
itu gimana caranya kita harus
modifikasi biar nanti
penyampaian ke anaknya tu
bahasanya lebih gampang
diserap sama anak...”-WE
―...Terus saya sederhankan
kata-katanya sebab bahasa
yang di pakai kan tinggi-
tinggi sedangkan anak-anak
keterbatasannya dalam
bahasanya. Biasanya saya
langsung bikin resume sendiri
yang penting-penting
pointnya dan bahasanya yang
rendah-rendah, saya juga
bikin semacam kiat-kiat
tahapan pengajaran jadi pas
proses pelajaran gak kaget
gak bingung, gak linglung
gtu...”-EN
―...kemudian informasi yang
pas dan cocok itu saya
pelajari lebih lanjut...”-YW
―...Kalo sudah sudah sesuai di
sederhanakan dulu...”-SP
Verifying Pengecekan ulang dari
informasi yang telah di
dapat
“tidak ngecek lagi”-WE
―tidak ya, dari awal soalnya
sudah di cek sesuai apa
tidak”-EN
“awalnya kan udah di cek
cocok apa tidak, jadi tidak di
cek lagi”-YW
“tidak, sudah tahu sesuai apa
tidaknya”-SP
Ending Menggunakan
informasi yang didapat
dalam proses mengajar
―...Setelah dapet kemudian di
baca dan dimodifikasi baru
saya percakapkan dengan
anak...”-WE
―...Kalo kata-katanya sudah
sederhana dan mudah
dipahami kemudian baru
dikasih ke anak...”-EN
“...Kalau saya sudah paham
banget dan kata atau
kalimatnya sudah saya
sderhanakan baru saya kasih
ke anak...”-YW
―...Kalo sudah sudah sesuai di
sederhanakan dulu. Baru di
cakapkan ke anak...”-SP
Perpustakaan di sekolah
belum menjadi tempat
dalam pencarian
alasan tidak ke
perpustakaan
tersedianya buku
pelajaran di ruang guru
“Jarang si, soalnya buku-
buku atau media
pembelajaran udah ada di
infomasi ruang guru jadi kalau
perpustakaan paling untuk
anak-anak aja.”-WE
“Kalau buku yang pelajaran
itu udah ada di loker guru
jadi pakai buku itu”-EN
ruang perpustakaan
kurang nyaman
“ke perpustakaannya kurang
nyaman juga baca disana
ya.”-EN
memilih melakukan
kegiatan lain pada saat
guru memiliki waktu
luang
“Kalo perpustakaan fisik saya
kurang karena kalau kesitu
saya harus meluangkan waktu
kesana ya”-YW
“karena jam saya penuh gak
ada waktu untuk kesana.”-SP
merasa kesulitan saat
mencari koleksi di
prpustakaan
“nyari bukunya susah juga
ya.”-YW
koleksi di perpustakaan
dominan buku pelajaran
umum
“Karena di perpustakaan
banyak buku-buku akademis
ya.”-SP
pencarian informasi di
internet lebih mudah
“kalo literatur bahasa inggris
saya biasa nyarinya di
internet. Karena budaya ya,
kemudahan browsing lebih
memudahkan saya untuk
mendapatkan informasi.”-EN
3 Hambatan Kendala dalam
pencarian informasi
kurangnya waktu “Waktunya yang gak cukup
ya kadang-kadang” -EN
listrik dan jaringan internet
tidak lancar
“ya paling kalo listrik mati
kan gak bisa akses internet
ya”-SP
“Jaringan internet kadang
agak susah trus mati, ya jadi
pake fasilitas sendiri
jadinya”-YW
“...kesediaan dari jaringan
internet tidak lancar”-EN
sulit menentukan kata
kunci
“...terus saya suka susah
mencari kata kunci yang pas
buat di cari”-YW
sumber informasi yang
letaknya tidak beraturan
“...terus sumber informasi
yang susah dicari
keberadaannya.”-EN
Solusi mencari informasi dari
teman sejawat
“Saya biasanya telfon ke
temen saya minta tolong
untuk mencarikan informasi
yang saya inginkan. Ya
verbagai cara deh saya
lakukan.”-YW
“Biasanya nyari informasi
dari temen-temen sejawat aja,
biasanya kan dapet masukan
dari yang senior-senior kan
banyak pengalamannya
kan.”-EN
mencari materi alternatif
untuk proses mengajar
“karena sekalinya gak dapet
ya nyari solusi yang lain,
model-model yang lain.”-SP
Lampiran 5
Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 6
Berita acara proposal
Lampiran 7
Surat Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 8
Surat Izin Observasi dan Wawancara
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian
Lampiran 10
Surat Balasan Izin Peneltian
BIODATA PENULIS
APRILIA MELFI PUTRI. Lahir di Tangerang, 14 April 1996, anak
pertama dari dua bersaudara. Ayahanda Ermanto dan ibunda Elfita.
bertempat tinggal di Jorong Tago Palange, Nagari Pangian, Kec.
Lintau Buo, Kab. Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat. Pendidikan
yang pernah ditempuh penulis antara lain: SDN Pisangan 1 Ciputat
(2002-2008). Kemudian melanjutkan di SMPN 2 Lintau Buo (2008-2011) dan melanjutkan
di SMAN 2 Lintau Buo (2011-2014). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora,
Program Studi Ilmu Perpustakaan. Kemudian penulis menyelesaikan kuliahnya dengan
menulis skripsi berjudul Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Guru Luar Biasa – B :
Studi Kasus Pada SMA LB Santi Rama. Penulis pernah menjalani Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Koleang, Kec. Jasinga, Kab. Bogor pada tahun 2017.