2
11 MPA 304 / Januari 2012 Kabag Pembinaan Keluarga Sa- kinah dan Kewanitaan Masjid Nasio- nal Al Akbar Surabaya DR. Hj. Has- niah Hasan, M.Si mengatakan, kasus perselingkuhan kini menjadi faktor utama perceraian. Takut selingkuh, beberapa orang memilih melakukan nikah sirri tanpa sepengetahuan istri- nya. “Bahkan ada perempuan yang masih sah sebagai istri orang lain, re- la menikah lagi secara sirri dengan lelaki lain,” ujar Hj. Hasniah merujuk pada kasus yang pernah ditangani- nya sambil mengurat dada. Selain perselingkuhan yang lagi ngetren mewarnai persoalan rumah tangga modern, faktor ekonomi juga masih seringkali jadi pemicu konflik rumah tangga. Apalagi, perempuan saat ini juga banyak yang bekerja. Pendapatan istri yang lebih besar, ju- ga cenderung menjadi pemicu per- tengkaran antara suami-istri. Dengan memiliki penghasilan sendiri, biasanya istri merasa mandiri. Sehingga banyak yang berani terha- dap suami dan tak takut untuk dice- raikan. “Angka cerai gugat kini men- capai 70 persen, jauh lebih tinggi dari cerai talak,” keluh dosen Pasca Sar- jana Unmuh Surabaya ini. “Karena- nya, agar kuat bangunan rumah tang- ganya, seorang suami harus kuat se- galanya; kuat ibadah, kuat finansial, kuat kepribadian, sabar dan yang lain- nya. Dia harus lebih baik dari istri- nya,” tandasnya. Konflik keluarga terjadi, juga karena tidak adanya saling pengerti- an antara keduanya. Mereka saling mementingkan egonya masing-ma- sing; tak mau mengalah, saling me- nyalahkan yang lain – dan lebih pa- rahnya, tak sedikit umpatan dan ca- cian yang mereka lontarkan kepada pasangannya. Pengaruh lingkungan dan buda- ya televisi yang buruk, juga ikut me- warnai pernik-pernik permasalahan rumah tangga zaman sekarang. Sebab stasiun televisi lebih suka mena- yangkan program yang banyak me- nyoroti kehidupan rumah tangga para artis, daripada memutar tayangan yang bersifat religi-edukatif. Dengan kata lain, tayangan televisi lebih ba- nyak efek negatifnya. Sebab tak se- dikit yang mengumbar kebobrokan rumah tangga artis, pejabat publik, maupun tokoh ulama dan masyara- kat. “Dengan demikian, masyarakat akan kehilangan panutan. Maka, tidak ada yang patut untuk ditonton apa- lagi ditiru,” tutur perempuan kelahir- an 10 Juni 1947 itu. Persoalan dalam rumah tangga sebetulnya bisa diminimalisasi. Cara- nya, dengan memberikan “Bimbingan Pra Nikah” kepada calon pengantin. Dalam bimbingan itu, mereka diajar- kan bagaimana membangun rumah tangga yang sakinah. Sayangnya, sa- at ini, yang sadar untuk memberikan bimbingan pra nikah masih sangat sedikit. Di sisi lain, orangtua hanya si- buk menyiapkan pernik-pernik per- nikahan yang bersifat seremonial sa- ja. Karena dikejar gengsi, mereka ha- nya sibuk memikirkan perhelatan per- nikahan yang hanya memakan waktu kurang lebih dua hari saja. “Rata-rata orangtua yang akan menikahkan anaknya hanya bingung dengan un- dangan, pakaian, hidangan, maupun gedung. Tapi mereka tidak bingung bagaimana menyiapkan anaknya agar siap menerima tanggung jawab Mencegah Perceraian Masalah Sepele Saja Menghancurkan Rumah Tangga Mengapa orang sekarang lebih mudah meminta cerai ketimbang membangun rumah tangga yang lebih baik? Ada banyak faktor yang memicu keretakan sebuah rumah tangga. Mulai konflik antar keluarga, percekcokan, kebuntuan komunikasi, poligami dan sejumlah kasus perselingkuhan, serta persoalan lainnya yang menggerogoti bangunan keluarga. DR. Hj. Hasniah Hasan, M.Si

kebuntuan komunikasi, poligami dan sejumlah …nya. “Bahkan ada perempuan yang masih sah sebagai istri orang lain, re-la menikah lagi secara sirri dengan lelaki lain,” ujar Hj

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kebuntuan komunikasi, poligami dan sejumlah …nya. “Bahkan ada perempuan yang masih sah sebagai istri orang lain, re-la menikah lagi secara sirri dengan lelaki lain,” ujar Hj

11MPA 304 / Januari 2012

Kabag Pembinaan Keluarga Sa-kinah dan Kewanitaan Masjid Nasio-nal Al Akbar Surabaya DR. Hj. Has-niah Hasan, M.Si mengatakan, kasusperselingkuhan kini menjadi faktorutama perceraian. Takut selingkuh,beberapa orang memilih melakukannikah sirri tanpa sepengetahuan istri-nya. “Bahkan ada perempuan yangmasih sah sebagai istri orang lain, re-la menikah lagi secara sirri denganlelaki lain,” ujar Hj. Hasniah merujukpada kasus yang pernah ditangani-nya sambil mengurat dada.

Selain perselingkuhan yang lagingetren mewarnai persoalan rumahtangga modern, faktor ekonomi jugamasih seringkali jadi pemicu konflikrumah tangga. Apalagi, perempuansaat ini juga banyak yang bekerja.Pendapatan istri yang lebih besar, ju-ga cenderung menjadi pemicu per-tengkaran antara suami-istri.

Dengan memiliki penghasilansendiri, biasanya istri merasa mandiri.Sehingga banyak yang berani terha-dap suami dan tak takut untuk dice-raikan. “Angka cerai gugat kini men-capai 70 persen, jauh lebih tinggi daricerai talak,” keluh dosen Pasca Sar-jana Unmuh Surabaya ini. “Karena-nya, agar kuat bangunan rumah tang-ganya, seorang suami harus kuat se-galanya; kuat ibadah, kuat finansial,kuat kepribadian, sabar dan yang lain-nya. Dia harus lebih baik dari istri-

nya,” tandasnya.Konflik keluarga terjadi, juga

karena tidak adanya saling pengerti-an antara keduanya. Mereka salingmementingkan egonya masing-ma-sing; tak mau mengalah, saling me-nyalahkan yang lain – dan lebih pa-rahnya, tak sedikit umpatan dan ca-cian yang mereka lontarkan kepadapasangannya.

Pengaruh lingkungan dan buda-ya televisi yang buruk, juga ikut me-warnai pernik-pernik permasalahanrumah tangga zaman sekarang. Sebab

stasiun televisi lebih suka mena-yangkan program yang banyak me-nyoroti kehidupan rumah tangga paraartis, daripada memutar tayanganyang bersifat religi-edukatif. Dengankata lain, tayangan televisi lebih ba-nyak efek negatifnya. Sebab tak se-dikit yang mengumbar kebobrokanrumah tangga artis, pejabat publik,maupun tokoh ulama dan masyara-kat. “Dengan demikian, masyarakatakan kehilangan panutan. Maka, tidak

ada yang patut untuk ditonton apa-lagi ditiru,” tutur perempuan kelahir-an 10 Juni 1947 itu.

Persoalan dalam rumah tanggasebetulnya bisa diminimalisasi. Cara-nya, dengan memberikan “BimbinganPra Nikah” kepada calon pengantin.Dalam bimbingan itu, mereka diajar-kan bagaimana membangun rumahtangga yang sakinah. Sayangnya, sa-at ini, yang sadar untuk memberikanbimbingan pra nikah masih sangatsedikit.

Di sisi lain, orangtua hanya si-

buk menyiapkan pernik-pernik per-nikahan yang bersifat seremonial sa-ja. Karena dikejar gengsi, mereka ha-nya sibuk memikirkan perhelatan per-nikahan yang hanya memakan waktukurang lebih dua hari saja. “Rata-rataorangtua yang akan menikahkananaknya hanya bingung dengan un-dangan, pakaian, hidangan, maupungedung. Tapi mereka tidak bingungbagaimana menyiapkan anaknyaagar siap menerima tanggung jawab

Mencegah PerceraianMasalah Sepele Saja

Menghancurkan Rumah Tangga

Mengapa orangsekarang lebih mudah

meminta cerai ketimbangmembangun rumah tangga

yang lebih baik? Ada banyakfaktor yang memicu

keretakan sebuah rumahtangga. Mulai konflik antar

keluarga, percekcokan,kebuntuan komunikasi,

poligami dan sejumlah kasusperselingkuhan, serta

persoalan lainnya yangmenggerogoti bangunan

keluarga.

DR. Hj. Hasniah Hasan, M.Si

Page 2: kebuntuan komunikasi, poligami dan sejumlah …nya. “Bahkan ada perempuan yang masih sah sebagai istri orang lain, re-la menikah lagi secara sirri dengan lelaki lain,” ujar Hj

12 MPA 304 / Januari 2012

dan kewajiban setelahmenikah,” ujarnya bersedih.

Padahal memasuki belantarakehidupan rumah tangga tanpa adapersiapan, akan banyak menimbulkanmasalah di kemudian hari. Sebab me-reka tidak punya wawasan maupunbekal pengetahuan tentang apa yangakan mereka hadapi saat berumahtangga. “Selain tak siap mental, mere-ka juga tidak siap dengan kedewasa-an berpikir, emosi dan finansial, sertatidak siap untuk hidup dalam keber-samaan,” jelasnya.

Ketidaksiapan pengantin baru,bisa dilihat dari bagaimana merekaberperilaku setelah menikah. Jika me-reka masih melakukan kebiasaan se-perti saat masih lajang, hal itu me-nandakan bahwa mereka tidak sadarkalau dirinya telah berubah fungsi.Padahal calon pengantin seharusnyatelah berpikir tentang bagaimana me-nyikapi faktor-faktor yang mungkintimbul saat berumah tangga. Sepertimasalah ketidakcocokan keluarga,perbedaan pandangan, maupun ba-gaimana cara menyikapi kebiasaanburuk pasangan.

Jika ada masalah keluarga, ja-nganlah gegabah mengambil kepu-tusan cerai. Hendaknya ditelusuri da-hulu akar permasalahannya. Apa sajayang menyebabkan perselisihan ituterjadi. Hj. Hasniah menghimbau agarpasangan suami istri yang sedangbermasalah untuk bisa memilah manawatak asli dan mana watak kulturalyang mempengaruhi sikap pasang-annya. Perbedaan, bukanlah sebagaipenghalang. “Mari jadikan perbeda-an itu sebagai simfoni untuk menya-tukan kekuatan yang luar biasa.Ingatlah! bahwa menikah adalah iba-dah. Sedangkan bercerai adalah per-buatan yang dibenci oleh Allah,” tu-tur Widyaswara Utama KementerianAgama Prov. Jatim ini mengingatkan.

Meski perbuatan cerai dibencioleh Allah, tapi masih banyaksekali orang yang tetap sajamelakukannya – denganberbagai latar belakang-nya masing-masing. Me-nurut data dari B4 JawaTimur, ada banyak halyang menjadi penye-bab perceraian. Di an-taranya, adalah masa-lah faktor ekonomi, se-

ringnya terjadi perselisihan, masalahtimpangnya pendidikan suami-istri,gangguan dari pihak ketiga, masalahmoralitas, serta ada pula yang dise-babkan oleh kasus-kasus politik.

Melihat banyaknya kasus per-ceraian yang ada, membuat B4 JawaTimur tak jenak. Padahal, seandainyamereka mau memperhatikan nasehatdari BP4, tentu perceraian itu akanbisa dihindari. Sebab sudah menjadimisi BP4 untuk meningkatkan kualitaskonsultasi perkawinan sebelum sepa-sang mempelai menuju jenjang per-nikahan. Disamping itu, BP4 jugamemberikan pelayanan terhadap ke-luarga yang bermasalah melalui kon-sultasi, mediasi dan advokasi.

Yang disayangkan Drs. H. AbdulHamid, SH, M.Si, ketika terjadi kere-takan dalam rumah tangga sang mem-pelai langsung menyelesaikannya diPengadilan Agama. Padahal seharus-nya, keduanya terlebih dahulu pergike BP4 sebagai mitra KementerianAgama. Kalau itu mau dilakukan,mungkin saja bahtera rumah tangga-nya bisa diselamatkan. “Kalau dulukan PA nggak akan menerima kalautak ada pengantar dari BP4. Tapi seka-rang BP4 dilewati saja, sehingga per-karanya langsung ditangani oleh pi-hak PA,” keluh Ketua BP4 JawaTimur ini.

Maka langkah-langkah yang bi-

sa dilakukan oleh BP4, adalah mem-berikan pembekalan berupa kursuscalon pengantin (Suscatin) dan so-sialisasi keluarga sakinah, serta mela-kukan pembinaan dan pelatihan-pe-latihan baik lewat media cetak maupunelektronika. Khusus bagi keluargabermasalah, pihaknya akan membe-rikan konseling dan mediasi.

Sebenarnya, kata mantan KabidUrais Kanwil Kemenag Prov. JawaTimur ini, perceraian akan bisa ter-hindarkan jika suami-istri mau salingmelaksanakan hak dan kewajibannyamasing-masing. Mereka juga mau me-nyadari satu sama lainnya, saling me-nasehati, saling tolong-menolong,saling mengerti, serta mau salingmengingatkan dan memaafkan.

Oleh karenanya dirinya berha-rap, agar masing-masing pasanganmenyadari akan tugas dan tanggungjawabnya. Baik bagi suami sebagaikepala rumah tangga, maupun istrisebagai ibu rumah tangga. Jika ma-sing-masing bagian ini mau disadaridan dilaksanakan dengan sebaik-ba-iknya, maka akan tercapai sebuah ru-mah tangga yang sakinah, mawadd-ah, warahmah, dan bahagia duniaakherat.

Kepada para petugas BP4 us-tadz Hamid – demikian dia biasadipanggil – berpesan, agar BP4 lebihdiberdayakan lagi sehingga masya-rakat tahu tentang BP4. Bahwa BP4itu berfungsi sebagai mediator untukmembantu masyarakat untuk mewu-judkan keluarga sakinah yang tente-ram dan damai.

Dirinya menyadari, kalau meng-urus tugas di BP4 itu berat, tapi sangatmulia. Sebab salah satu tugasnyaadalah untuk mengutuhkan kembalisebuah rumah tangga yang telah re-tak. Dan nyatanya, untuk mewujud-kan rumah tangga yang sakinah ituternyata tak gampang. “Bayangkan,terkadang hanya masalah sepele saja

bisa menghancurkan rumah tanggayang berpuncak pada percerai-

an,” tukasnya. “Dan BP4 ber-kewajiban untuk menda-maikan keduanya agar ti-dak bercerai,” tandas-nya.

Laporan:Dedy Kurniawan,

Feri Aria Santi(Surabaya).

Drs. H. Abdul Hamid, SH, M.Si