45
KEBIJAKAN PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DIREKTORAT JENDERAL PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN 2014

Kebijakan Pengendalian Fr Ppok_2014_addfa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abc

Citation preview

  • KEBIJAKAN PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIKDIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULARDIREKTORAT JENDERAL PP DAN PLKEMENTERIAN KESEHATAN2014

  • Source: WHO Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 Number in parentheses indicates number of deaths in millionsSource: WHO global Health observatory 2011 http://apps.who.int/ghodata/ DI SELURUH DUNIADI REGIONAL ASIA TENGGARAPENYEBAB KEMATIAN DI DUNIA DAN ASIA TENGGARA

  • *

  • SITUASI PTM DI INDONESIA 3 juta orangStroke20 juta orangPENYAKIT PARU MENAHUN5 juta orangDM3 juta orangKanker4 juta orangPenyakit JantungSumber: Riskesdas 2013

  • Regional Targets for NCD25% reduction in NCD mortalityby 2025Risk FactorNational System ResponseRegional Target

  • 3. Provide quality education and lifelong journeyEnsure healthy lives5. Ensure food security and good nutrition6. Achieve universal access to water and sanitationAgenda Post MDGs-2015 Terkait Kesehatan

  • Agenda Post-2015 Terkait Kesehatan*

    4. Ensure Healthy Lives4a. End preventable infant and under-5 deaths4b. Increase by x% the proportion of children, adolescents, at-risk adults and older people that are fully vaccinated 4c. Decrease the maternal mortality ratio to no more than x per 100,0004d. Ensure universal sexual and reproductive health and rights4e. Reduce the burden of disease from HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, neglected tropical diseases and priority non-communicable diseases

  • Pentahapan Pembangunan RPJPN 2005-2025*

  • PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK(PPOK)

  • LATAR BELAKANG

  • LATAR BELAKANG

  • DEFINISIPenyakit kronik saluran napasDitandai hambatan aliran udara Tidak sepenuhnya reversibelProgresif (makin lama makin memberat)Karena peradangan saluran napas akibat pajanan gas/partikel berbahaya/beracun.

  • Faktor ManusiaPajanan Gas / polusiPPOKGenetikHiperesponsif saluran napasPertumbuhan paru Asap RokokPolusi di dalam/luar ruangan Polusi di tempat kerjaInfeksi saluran napas berulang

    FAKTOR RISIKO

  • PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN FAKTOR RISIKO Cidera

  • Rakyat Indonesia menderita penyakit kronis. Salah satu faktor risiko : MEROKOK*

    Pasien Penyakit Kronis (data PT ASKES 2012)588.219Hipertensi207.786Gangguan Jantung149.934Kanker127.606Stroke16.386.274Total pasien penyakit kronis

    5 Penyakit Terbanyak Terkait Rokok tahun 2010 (IAKMI, Balitbangkes, 2012)284.058 penyakit183.680 Penyakit Paru Obstruktif Kronik53.740 Jantung Koroner47.600 Stroke47.546Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)19.810Tumor Paru, Bronchus dan Trakhea

  • PREVALENSI PEROKOK DI INDONESIA(2007 - 2013)*Sumber Data: Riskesdas 2007,2010 dan 201351 juta

  • PREVALENSI PEROKOK REMAJA (15-19 TAHUN) *Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*, 2010Diperkirakan pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta wanita Indonesia usia 15 tahun ke atas yang merokok.

  • PROPORSI PENDUDUK USIA > 15 TAHUN MEROKOK MENURUT PROVINSI 2007, 2010, dan 2013

  • Jumlah perokok usia muda meningkat dalam 13 tahun (2001 2013)Source: National Health Survey 1995, 2001, 2004and Basic Health Research 2007,2010

    Chart1

    199519958.9

    200120019.5

    2004200411.5

    2007200710.7

    2010201017.5

    2013201318

    Prevalence

    Column1

    Column2

    Sheet1

    PrevalenceColumn1Column2

    19958.9

    20019.5

    200411.5

    200710.7

    201017.5

    201318

    To resize chart data range, drag lower right corner of range.

  • 51.3% orang dewasa terpaparAROLdi tempat kerja78.4% orang dewasa terpaparAROLdi rumah85.4% orang dewasa terpaparAROLdi restoranSumber: GATS, 2011; GYTS, 200968.8% remaja (13-15 tahun) orang terpaparAROLdi rumah78.1% remaja (13-15 tahun) orang terpaparAROLdi luar rumah

  • *Risiko perokok : Tidak merokok = Risiko Kanker Paru 13,6 XZat-zat Karsinogenik MEROKOK MERUSAK SETIAP ORGAN TUBUH

  • PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PPOK

  • PENGENDALIAN PTMContinuum of CarePengendalian PTM dan KomplikasiPengendalian FR PTMTerintegrasiPromosi Kesehatan Lingkungan Kondusif KTR, Sarana OR dll Gaya Hidup Sehat: Tidak Merokok Cukup Aktivitas Fisik Diet Sehat Kalori Seimbang (Rendah Gula, garam dan lemak) Perilaku CERDIKDeteksi dini dan Monitoring FRTinjut dini /Konseling FR Rujukan

    Pencegahan Komplikasi Patuh Minum ObatRajin kontrolGaya Hidup Sehat : Tidak merokok, Diet Sehat Kalori Seimbang, cukup aktifitas fisik / Senam Jantung SehatHome Care/visite, Caregiver survivor strokeMonitoring dan Pengendalian FR / konselingRehabilitasi Medik / neurorestorasiPATUH Rujukan

    Deteksi dini FR Diagnosis dini Penatalaksanaan Faktor Risiko : Hipertensi Dislipidemia Merokok Obesitas , dll Pengobatan awal Kegawat daruratan Konseling PATUH PANDU Rujukan

    KegawatdaruratanPemeriksaan Lanjutan Pengobatan Lanjutan Rawat jalan Rawat Inap Rehabilitasi /Neurorestorasi PATUH Rujukan

    Populasi sehatPopulasi Berisiko PJPDPopulasi dengan PJPDPOSBINDU PTMMASYARAKATYAN PTM DI FASYANDAS / PPK 1RUMAH SAKIT / PPK 2-FASYANDAS-POSBINDU PTM-MASYARAKAT

    Surveilans FR-PTM di Masyarakat- SP2TP

    Survei /Registri PTM - SIRS

    *

  • PENGENDALIAN PPOK Peningkatan Deteksi & Tindak Lanjuti Dini Faktor Risiko PPOK melalui kegiatan Posbindu PTM Peningkatan Tatalaksana Faktor Risiko Utama (Konseling berhenti merokok, Hipertensi, dan lainya) di Fasilitas Pelayanan Dasar (Puskesmas, dokter keluarga, praktek swasta)Peningkatan Respons cepat kegawatdaruratan PPOK di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan dasarPeningkatan Pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit Support program untuk kelompok survival *

  • PENATALAKSANAAN PPOK

  • EDUKASI PENYANDANG DAN KELUARGANYA TENTANG PPOK

    Mengetahui seluk beluk penyakit Mengenali sifat penyakit Mengenali perubahan penyakit, membaik atau memburuk Mengerti kerja obat-obatan Mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter

    1

  • MENGHINDARI FAKTOR RISIKO2

  • TATALAKSANAPPK 13

  • Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Perkonsil Nomor 11 Tahun 2012), PPOK masuk dalam kategori 3B (Gawat darurat )Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Mampu menentukan rujukan & menindaklanjuti sesudahkembali dari rujukan. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

  • FORMULARIUM NASIONAL KEPMENKES NO 328/MENKES/SK/IX/2013

  • UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM) DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERFokus pada pelayanan :konseling, membangun motivasi untuk berhenti merokok, lingkungan sosial yang mendukung

    Pada akhir tahun 2019, 50% pusat pelayanan kesehatan diharapkan menyediakan UBM

  • *WHO/ISH risk prediction chartPENDEKATAN FAKTOR RISIKO PTM TERINTEGRASI DI FASILITAS LAYANAN PRIMER (PANDU PTM)

    Peningkatan Tatalaksana Faktor Risiko Utama (Konseling berhenti merokok, Hipertensi, Dislipidemia, Obesitas, dan lainya) di Fasilitas pelayanan dasar (Puskesmas, dokter keluarga, praktek swasta)

    Peningkatan Respons cepat kegawatdaruratan PTM di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan primerTatalaksana Terintegrasi Hipertensi dan Diabetes melalui pendekatan Faktor RisikoPrediksi berisiko penyakit jantung dan stroke dengan Charta WHO PEN

  • Monitoring :Obesitas HipertensiHiperglikemiHiperkolesterolPem.Klinis Payudara Faktor lain

    KIEAktifitas FisikSarasehanKonseling :Diet,Stop merokokStressSelf Care*

  • Kegiatan terintegrasi:Deteksi dini faktor risiko PTMPenyuluhanKonseling + Rujukan Berhenti merokokKegiatan lainnya senam, sepeda, dll

    POSBINDU PTM

  • Berbagai unit program di Kemenkes Berbagai sektor pemerintah3. Organisasi kemasya-katan, LSM Media massa, Org. Profesi, Perg. TinggiKalangan swasta, pengusahaBadan InternasionalSUB JEJARINGSurveilansMasalah merokok3. Gizi4. Aktivitas fisik 5. Manajemen pelayanan kasusJEJARING KERJA DAN KEMITRAANFUNGSI : INISIATOR FASILITATOR KOORDINATOR TRAINERFUNGSI : ReviewerAdvokatorThink Tank

  • PATUHPeriksa Kesehatan secara rutin, Atasi Penyakit dengan pengobatan yang tepat, Tetap diet sehat dan gizi seimbang,Upayakan beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnyaPROGRAM PATUH

  • PRACTICAL APROACH TO LUNG HEALTH (PAL)Pendekatan inovatif PAL salah satu penguatan sistem pelayanan kesehatanPAL merupakan pendekatan berdasar sindrom dalam penatalaksanaan pasien gangguan saluran pernapasanPPOK merupakan penyakit dalam pendekatan PALPilot Project PAL dilaksanakan pada awal tahun 2010 di 3 provinsi (DKI Jakarta, Jawa BArat, dan Lampung

  • Penyakit Yang Menjadi Perhatian TuberculosisPneumoniaAsmaPPOK

    Gejala dan Tanda UtamaBatukSesak

    PRACTICAL APROACH TO LUNG HEALTH

  • PRACTICAL APROACH TO LUNG HEALTHManfaat PAL bagi Pengendalian PPOK :Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam diagnosis dan tatalaksana PPOKPenemuan kasus PPOK Pencatatan dan pelaporan kasus PPOK

  • PERKEMBANGAN PAL TAHUN 2010 - 2014

    NoPERKEMBANGANTOTAL1. KAB/KOTA YANG MELAKSANAKAN PAL162. PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PAL5643. RUMAH SAKIT YANG MELAKSANAKAN PAL224. TENAGA KESEHATAN YANG TERLATIH PAL2950

  • PENEMUAN KASUS PPOKSELAMA IMPLEMENTASI PAL

    NoPENYAKIT TIDAK MENULAR2010201120122013TOTAL1.ASMA107412992279264172932.PPOK1112304964851322

  • CERDIK dan PATUH di BALAI GAYA HIDUP SEHAT SEHATBalai Gaya Hidup Sehat

  • Kelola stres

  • *Berikut saya sampaikan bagian pertama dari paparan saya yaitu mengenai penyebab kematian di dunia dan Asia Tenggara. Di Indonesia, kasus PTM yang menjadi perhatian dan pengendalian pada dewasa ini terdiri dari kasus hipertensi, penyakit jantung, DM type 2, PPOK, kanker leher rahim, asthma, cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Bila merujuk pada bagan referensi WHO tahun 2010, terlihat jelas bahwa persentase kematian akibat PTM dan cedera di dunia menempati proporsi yang besar dibandingkan dengan penyakit menular.

    *Trend kejadian penyakit tidak menular berdasarkan grafik survey rumah tangga dan riset kesehatan dasar menunjukan bahwa kasus PTM memperlihatkan trend yang cenderung meningkat dalam dua dasawarsa ini, demikian pula dengan kasus cedera yang belum menujukan penurunan secara signifikan.

    *Berdasarkan hasil Riskesdas, sebagian besar prevalensi PTM pada tahun 2013 dibandingkan dengan keadaan tahun 2007mengalami peningkatan.Dari grafik ini, diperkirakan pada tahun 2013 terdapat sekitar 3 juta orang penyandang stroke di Indonesia, 11 juta penyandang Asma, 5 juta penyandang DM, dan 3 juta penyandang tumor / kanker, 9 juta penyandang PPOK, 3,5 juta penyandang PJK, 800 ribu penyandang gagal jantung, dan 500 ribu penyandang gagal ginjal kronik *Saudara-saudara, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, stroke, dan penyakit paru kronik, mempunyai faktor risiko yang umumnya sama, yaitu merokok, diit yang tidak sehat dan seimbang, kurangnya aktifitas fisik serta konsumsi alkohol. Adanya salah satu faktor risiko tersebut, misalnya merokok mengakibatkan seseorang mempunyai risiko terjadinya lima PTM tersebut, dan merokok memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya. Perokok mempunyai risiko 2-4 kali lipat untuk terkena penyakit jantung koroner dan risiko lebih tinggi untuk penyakit kanker paru, di samping penyakit tidak menular lain yang sebenarnya dapat dicegah.

    **Rakyat kita menderita penyakit kronis, salah satu faktor utamanya adalah karena merokok.Data dari PT Askes tahun 2012 dari 16.386.274 pasien dengan penyakit kronis, terdapat penyakit kronis yang disebabkan karena rokok yaitu tertinggi hipertensi 588.219 pasien, dan terendah adalah stroke 127.606 pasien.

    Demikian juga hasil penelitian Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Balibangkes tahun 2012, dari 284.058 penyakit , lebih dari separuhnya adalah penyakit paru obstruktif kronik =183.680 pasien, dan terendah tumor paru, bronchus dan trachea sebanyak 19.810 pasien.*Jumlah perokok di Indonesia yang tinggi dan terus meningkat di berbagai kalangan mengancam kesehatan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi perokok pada tahun 2007, 2010 dan 2013 berturut-turut sebesar 34,2%, 34,7%, dan 36,3% (sekitar 51 juta penduduk > 15 tahun adalah perokok). Prevalensi perokok laki-laki lebih besar dibanding perempuan, namun prevalensi perokok perempuan juga terus meningkat dari 4,2% menjadi 5,9%. Selain itu, orang yang terpapar oleh asap rokok orang lain (AROL) juga berisiko terkena penyakit terkait bahaya rokok. Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 92 juta orang terpapar asap rokok orang lain, 43 juta diantaranya adalah anak-anak yang 11,4 jutanya merupakan Balita.

    *Yang menjadi keprihatinan dari kita semua yang hadir di sini adalah bahwa kebiasaan merokok juga cenderung meningkat pada generasi muda. Hasil Susenas dan Riskesdas menunjukkan prevalensi penduduk usia 15 19 tahun yang merokok, meningkat sebesar 3 kali lipat dimana kenaikan terbesar pada perokok remaja pria dari tahun 1995 dan tahun 2010, mulai dari 7,1% pada tahun 1995 menjadi 20.3% tahun 2010. Apakah kita mau mengorbankan anak-anak remaja kita menjadi perokok dan kemudian mendapatkan berbagai penyakit akibat kebiasaan merokok?Selain itu Indonesia juga dikenal dengan sebutan baby smoker country karena banyaknya anak-anak balita kita yang sudah ikut-ikutan merokok sejak usia dini. Adanya laporan beberapa kasus balita merokok, antara lain: di daerah Malang, Jawa Timur, Sandi Adi Susanto, balita usia 4 tahun yang sudah kecanduan rokok sejak usia 1,5 tahun. Di daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Ardi Rizal, balita usia 2 tahun. Tentu saja mengkonsumsi rokok sejak usia dini dapat menimbulkan kebiasaan yang sulit dihentikan, karena efek adiksi dari zat nikotin yang ada di dalam rokok, hal ini akan melahirkan generasi muda yang tidak sehat dan merupakan ancaman bagi kualitas bangsa.

    *Kecenderungan peningkatan jumlah perokok tersebut membawa konsekuensi jangka panjang. Semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan karsinogenik yang bersifat fatal. Apalagi saat ini anak-anak dan kaum muda kita semakin dijejali dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar.Grafik diatas menunjukkan perbandingan data pada Susenas tahun 1995 dengan Riskesdas tahun 2010. Pada grafik usia 10-14 tahun menunjukkan terjadi peningkatan tajam, dimana pada grafik berwarna hijau (data tahun 1995) sebesar 8,9% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 17,5%. Peningkatan ini kurang lebih sebesar 80%.

    **Pada gambar ini dapat kita lihat bagaimana bahwa zat-zat karsinogenik yang terdapat pada satu batang rokok dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.*Tambah konseling*Pendekatan 4T (versi Indonesia, modifikasi 5As dan ABC)Tanyakan, Telaah, Tolong dan nasehati, Tindak lanjut Fokus upaya konseling dengan pengembangan motivasi diri pada perokok guna berhenti mengkonsumsi rokok dalam lingkup dukungan sosial yang efektif.

    Identifikasi tipe pasienStrategiKlien yang mau berhenti merokok Bantu dengan langkah 4T(Modifikasi 5As dan ABC)

    Klien yang belum ingin berhenti merokok Tingkatkan motivasi klien (Contoh:dengan wawancara/ koseling, motivasional Klien yang baru berhenti merokok Lanjutkan kegiatan berhenti Merokok

    klien yang tidak pernah merokok Berikan selamatJaga pola hidup bebas dari rokok

    **Saat ini di Indonesia terdapat 1114 Posbindu PTM yang tersebar di 29 Propinsi,. Diharapkan di semua Kelurahan dapat menyelenggarakan kegiatan Posbindu PTM sebagai bentuk mawas diri dari masyarakat terhadap faktor risiko PTM.Diharapkan di fasilitas umum seperti hotel, apotik, mall, perkantoran, terminal, pelabuhan dll dapat tersedia fasilitas penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM. Sehingga masyarakat dapat selalu mawas diri terhadap faktor risiko PTM.Pemda/industri/swasta/organisasi/sektor lainnya diharapkan dapat ikut memfasilitasi kegiatan Posbindu PTM

    *KEGIATAN DETEKSI DINI DAN MONITORINGKEGIATAN KONSELING DAN RUJUKANKEGIATAN AKTIFITAS BERSAMA LAINNYA

    ******