50
Keberagaman Dalam Populasi Kota – Relevansi untuk Aksesibilitas Universal MATERI CAPACITY BUILDING DESAIN UNIVERSAL KOTAKU <BULAN>, 2020 1

Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

KeberagamanDalam PopulasiKota – Relevansiuntuk AksesibilitasUniversalMATERI CAPACITY BUILDING DESAIN UNIVERSAL KOTAKU

<BULAN>, 2020

1

Page 2: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Referensi Utama

• Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif: Asal-Usul, Teori, dan

Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103. doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103

• Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training

Handbook - Who do We Design for?. Cardiff: Welsh Government. Retrieved

12 18, 2019, from https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-

cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

• Jackson, Mary Ann. (2018). Models of Disability and Human Rights: Informing

the Improvement of Built Environment Accessibility for People with Disability at

Neighborhood Scale. Laws, 7, 10, 1 – 21 doi: 10.3390/laws7010010

Agenda danKontenModul 2A

TujuanPeserta memahami keragaman masyarakat yang perludiakomodir dalam perancangan infrastruktur, dankebutuhan spesifik berbagai golongan masyarakat

Kegiatan Pelatihan• Paparan• Kerja kelompok• Presentasi peserta• Diskusi

Durasi• 2 JPL (90 menit)

Page 3: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Daftar IsiA. Mengapa Perlu Mengenal Keberagaman

Dalam Merancang Infrastruktur danFasilitas Publik?

B. Penekanan Pada Kebutuhan PenyandangDisabilitas Dalam Desain InfrastrukturAkses Universal

C. Mengenali Karakteristik dan KebutuhanBeragam Kelompok PenggunaInfrastruktur dan Sarana Publik

Page 4: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Mengapa PerluMengenalKeberagamanDalamMerancangInfrastrukturdan FasilitasPublik?

4

Page 5: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

5

Kenapa penting untuk memperhatikankeberagaman?

………………..

Page 6: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Aksesibilitas Universal Membutuhkan PendekatanTerintegrasi: Infrastruktur Aksesibel, Rehabilitasi, danPerubahan Sikap

Desain infrastruktur aksesibeloleh professional saja

Penekanan pada modul ini

Sumber gambar: (‘Manual Making PRSP Inclusive: 6.1.1 The four

models’, n.d.) dalam Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif:

Asal-Usul, Teori, dan Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103.

doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103

Page 7: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Tujuan Akhir Desain/ AksesibilitasUniversal: Kota Inklusif

Terdapat berbagai macam definisi untuk ‘Kota Inklusif’ di tingkat internasional: Kota ramah perempuan

Kota ramah anak dan lansia

Kota ramah penyandang disabilitas

Penyediaan layanan pokok bagi kalangan ekonomilemah

Namun pada prinsipnya, dapat dikatakanbahwa “sebuah kota inklusif adalah kota yang menghargai seluruh warga (semua orang), beserta kebutuhan mereka dengan setara”1., dan dengan demikian, semestinya mencakupseluruh golongan warga perkotaan yang diacudi atas

7

Inklusi Spasial:Akses terhadap tanah,

rumah, dan layanan publik

Inklusi Ekonomi:Akses

kesempatankerja,

pendidikan, sumber

pembiayaan

Inklusi Sosial:Akses bagi

individu untukberpartisipasi

dalamkehidupan

bermasyarakat

1. Commentary: What We Mean By ‘Inclusive Cities’ – The Informal City Dialogues. (2013, January 28). Retrieved 20 June 2020, from https://nextcity.org/informalcity/entry/commentary-what-wemean-by-inclusive-cities

2. Sumber gambar: dimodifikasi dari The World Bank. (2015). World Inclusive Cities Approach Paper. Retrieved 20 June 2020, from: http://documents.worldbank.org/curated/en/402451468169453117/pdf/AUS8539-REVISED-WP-P148654-PUBLIC-Box393236B-Inclusive-Cities-Approach-Paper-w-Annexes-final.pdf

Infrastrukturberperan penting

dalam memastikanakses dan inklusispasial, sosial dan

ekonomi dalamlingkungan kota

Page 8: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

8

Siapa yang dimaksud dengan semua orang?

Turis/ model selebgram/ orang lewat yang membawa tas/ koper?

Pemberi layanan public: bapak petugassampah, tukang air, dll?

Pedagang keliling/ PKL, dll?Ibu – ibu yang sedang membawabarang, menuju tempat upacara?

Page 9: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Aspek – Aspek Keberagaman Dalam Masyarakat

9

Bermacam variable/ factor individual dapat menimbulkankebutuhan yang beragam antar setiap kelompokmasyarakat.

Faktor – factor ini pada umumnya tidak berdiri sendiri, melainkan bergabung membentuk suatu kebutuhankelompok. Beberapa di antaranya membutuhkanperhatian khusus.

Misalnya: (Fisik) Penyandang disabilitas pergerakan, yang membutuhkan

alokasi ruang lebih, untuk pergerakan dengan kursi roda

Kelompok remaja putra/ putri (usia dan gender), yang seringkali membutuhkan ruang aktivitas aktif (e.g. lapanganolahraga) (kebiasaan dan kegiatan rekreasi)

Faktor pribadi (internal)

Faktor eksternal

1. Sumber diagram: dimodifikasi dari “Diversity Wheel”, dalamGardenswartz, Lee and Anita Rowe. Managing Diversity: A Complete Desk Reference and Planning Guide. Ed. Jeffrey Krames. United States: McGraw Hill, 1998*

2. “Diversity Wheel” di sini tidak memasukkan lapisan “organisasional”, yang merupakan komponen terluar dari kerangka berpikir keragaman

Disabilitastermasuk

dalam aspekkeberagaman“Kemampuan

Fisik”

Didiskusikan padabagian selanjutnya…

Page 10: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

10

Contoh Implikasi Salah Satu VariabelKeberagaman pada Desain Infrastruktur (Usia)

1. Sumber: Lampiran 1,Gambar 1.6 Dimesi Ketinggian Perabot untuk Anak, dan Tabel 1.1. Dimensi Ketinggian Perabot Untuk Anak, dari Permen PUPR no.14 tahun 2017 tentangPersyaratan Kemudahan Bangunan Gedung

Warna Kisaran Usia UkuranTinggi Tubuh

3 93-115

4-5 108-121

6-7 119-142

8-10 133-159

11-13 146-176.5

14-18 159-188

Contoh implikasi variable usiapada penggunaan fasilitas umum(e.g. bangku dan meja)

Page 11: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

11

1. Sumber: https://www.goereshotels.com/foodtruck-rental/2. Sumber: https://www.idntimes.com/life/inspiration/aisah/tak-disangka-pedagang-keliling-bisa-mengajarkanmu-4-hal-penting-dalam-hidup

Contoh implikasi variable pengalaman kerja(pekerjaan) pada penggunaan ruang jalan

Contoh Implikasi Salah Satu Variabel Keberagamanpada Desain Infrastruktur (Pekerjaan)

Page 12: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

12

1. Sumber data: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/26/70-usaha-di-indonesia-kategori-kaki-lima-dan-pedagang-keliling#2. Sumber gambar: Potwar, K., Ackerman, J., & Seipei, J. (2015, January). Design of Compliant Bamboo Poles for Carrying Loads. Journal of Mechanical Design, 137, 1-14.

doi:10.1115/1.4028757

0.5

1.4

1.5

2.2

5

16.2

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Pulau Maluku dan Papua

Pulau Kalimantan

Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Pulau Sulawesi

Pulau Sumatera

Pulau Jawa

Jumlah Usaha Non Pertanian Hasil Sensus Ekonomi2016 (dalam juta). BPS, 19 Agustus 2016

Total jumlah usaha non pertanian di Indonesia mencapai26,7 juta usaha

70.8% dari jumlah ini masuk dalam kategori usaha tidakmenempati bangunan (misalnya: pedagang keliling, usahakaki lima, usaha dalam rumah tinggal, dst)1

Contoh Implikasi Salah Satu Variabel Keberagamanpada Desain Infrastruktur (Pekerjaan)

Page 13: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

13

Implikasi beberapa variabel keberagamansekaligus pada penggunaan infrastruktur

1. Sumber data: https://data.jakarta.go.id/dataset/jumlah-penduduk-dki-jakarta-berdasarkan-agama (Disdukcapil DKI Jakarta 2018)2. Sumber data: https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/15/33/penduduk-provinsi-bali-menurut-agama-yang-dianut-hasil-sensus-penduduk-2010.html (Sensus 2010)

Contoh implikasi kombinasi variable kelompok gender, etnis, agama dan kepercayaan & lokasigeografis terhadap perilaku penggunaan infrastruktur

% Populasi beragama Hindu di provinsi DKI Jakarta (0.19% - 14.713 jiwa)1, dan di provinsi Bali (83.46% - 3.247.823 jiwa)2

0%5%0%

82%

4% 0% 9%

Komposisi Penganut Agama Prov. DKI Jakarta

Aliran Kepercayaan

Budha

Hindu

Islam

Katholik

Khonghuchu

Kristen

13%2%

1%

84%

0% 0% 0%

Komposisi Penganut Agama Prov. Bali

Islam

Katolik

Protestan

Hindu

Budha

Page 14: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

14

Pentingnya Mengetahui Komposisi DemografiDasar Pada Lokasi Infrastruktur Dibangun

Source: BPS 2014 “Penduduk Kota Palu Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin”https://palukota.bps.go.id/statictable/2017/07/05/633/penduduk-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-2014.html

Piramida Populasi Kota Palu 2014 Populasi masyarakatdiatas 65 tahun keatasadalah 10,658 (2.94% dari total populasi)

Populasi anak-anakberusia 15 tahunkebawah adalah 91,495 (25,26% dari total populasi)

Populasi wanita berusia15- 49 adalah 112, 271 (30.99% dari total populasi)

* Total population of elderly (people aged 65+ years old), women aged 15-49, and children below 15 years old

Source: BPS 2016 “Banyaknya Penderita Disabilitas MenurutKecamatan di Kota Palu, 2013-2016”https://palukota.bps.go.id/statictable/2017/06/09/564/banyaknya-penderita-cacat-menurut-kecamatan-di-kota-palu-2013-2016.html

0 20 40 60 80 100

Palu Barat

Ulujadi

Palu Timur

Palu Utara

Jumlah Penyandang Disabilitas TiapKecamatan di Kota Palu, 2016

Page 15: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

15

Pentingnya Mengetahui Komposisi DemografiDasar Pada Lokasi Infrastruktur Dibangun

1. Utomo, McDonald, Utomo, Cahyadi, Sparrow. (2018, May). Social engagement and the elderly in rural Indonesia. Social Science and Medicine, 229, 22-31. doi: 10.1016/j.socscimed.2018.05.009

Province Village Population Size

% Village population aged 60+

Poverty rate

October 2015

Yogyakarta Giriasih 2143 22 15.68

Central Java Winong 1448 19.2 19

West Sumatra Salo 1274 19.7 2.12

September 2016

North Sumatra Muaraa 1923 14.6 11.6

Banten Sikulan 1566 11.7 22.6

West Java Cacaban 1442 23.4 2.75

East Java Bugoharjo 1657 24 14.12

East Java Rejo Agung 2066 16.4 6.25

Bali Gunung Sari 2158 19.1 12.05

East Nusa Tenggara

Sei 1807 16.4 40.4Sumber: Everyday Life in Indonesian Villages, Herman Damar (2014)

• Penurunan angkakelahiran, dan migrasidesa-kota di Indonesia menciptakan kantung –kantung komunitasmenua di daerahpedesaan Indonesia

• Angka terendah dari % populasi lansia padastudi yang direferensi initerletak di desa Sikulan, di provinsi Banten(masih terletak cukupdekat dengan area metropolitan Jakarta)1

Page 16: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Group Activity/ Quiz/ Game

16

Page 17: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Group Activity…?

17

Page 18: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Penekanan PadaKebutuhanPenyandangDisabilitasDalam DesainInfrastrukturAkses Universal

18

Page 19: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Aksesibilitas Universal: Mengapa Fokus PadaPenyandang Disabilitas?

19

Fokus aksesibilitas universal sebenarnya bukan hanya padapenyandang disabilitas saja, tetapikepada semua kelompok rentan

Namun seringkali terdapatketerkaitan yang erat antaradisabilitas dan faktor – faktorlainnya yang menjadikankelompok penyandang disabilitascenderung lebih mudah masuk kedalam kategori rentan1

Impairment (Pelemahan)

Diskriminasi & Disabilitas

Eksklusi dari pelatihan danpendidikan formal Keahlian yang lebih

sedikit/ rendah

Rasa percaya diriyang rendah

Kontak social yang terbatas

Ekspektasirendah dari

masyarakat dandiri sendiri

Eksklusi dariproses politikdan hukum

Kesulitanmendapatkan

hak

Kesempatanmeningkatkanpenghasilanberkurang

Eksklusi dari layanan kesehatandasar

Prioritas rendah untuk sumber dayayang bersifat terbatas (makanan, air

bersih, tanah, dll)

Kesehatan yang buruk/

pelemahan fisik

Kurangnya dukungan dikarenakanbiaya yang diasosiasikan dengan

mitigasi impairmentKemiskinanKronis

EksklusiLebih Lanjut

Resiko lebih tinggiuntuk mengalamisakit, cedera, danpelemahan lebihjauh

1. Yeo, Moore. (2003). Including Disabled People in Poverty Reduction Work: “Nothing About Us, Without Us”. World Development, 31, 3, 571-590. doi: 10.1016/S0305-750X(02)00218-8, dari: https://www.academia.edu/25485434/Including_Disabled_People_in_Poverty_Reduction_Work_Nothing_About_Us_Without_Us

Page 20: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Distribusi Penyandang Disabilitas di Indonesia

20

Berdasarkan data Sensus Antar Penduduk(SUPAS) 2015, Indonesia memilikisebanyak 21.79 jutapenyandang disabilitas

Sulawesi Utara merupakan provinsidengan % pendudukpenyandang disabilitastertinggi (11.90%)

Sedangkan Jawa Barat merupakan provinsidengan jumlahpenyandang disabilitastertinggi (3.8 juta jiwa)

Sumber: Profil PendudukIndonesia Hasil SUPAS 2015 (BPS, 2015)

Sumber: SUPAS 2015

Sumber: (1) Tabel 7.1 SUPAS 2015. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Tingkat Kesulitan(2) Tabel L.3.1. SUPAS 2015. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2015

Page 21: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Definisi Nasional & Internasional (Penyandang) Disabilitas Menurut definisi UN-CRPD2

Article 1:

Orang dengan disabilitas mencakup mereka yang memiliki pelemahan (impairment) fisik, mental, intelektual, dan sensori jangka panjang*, yang melalui interaksi dengan berbagai penghalanglainnya dapat menghambat partisipasi penuhdan efektif mereka secara setara dengananggota masyarakat lainnya di dalam kehidupanbermasyarakat.

Menurut UU No. 8 tahun 2016 tentang PenyandangDisabilitas

Pasal 1:

Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang dalamberinteraksi dengan lingkungan dapat mengalamihambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secarapenuh dan efektif dengan warga negara lainnyaberdasarkan kesamaan hak.

UU No. 18 tahun 2011 tentang Pengesahan CRPD2*Materi pelengkap UN-CRPD menjelaskan bahwa Pasal 1

UN-CRPD, yang menyatakan bahwa ‘penyandang disabilitas

meliputi mereka yang memiliki ...’ harus diperlakukan

sebagai standar minimum, dengan memungkinkan definisi

yang lebih luas1”1. Source:

http://www.un.org/disabilities/documents/ppt/crpdbasics.ppt2. CRPD ( Convention on the Rights of Persons with Disabilities) /

Konvensi Mengenai Hak – Hak Penyandang DisabilitasPoin 1 dan Poin 2 yang akan didiskusikan daridefinisi penyandang disabilitas

Page 22: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang

22

• Pasal 1 dari UU No. 8 tahun 2016, dan UN-

CRPD menyebutkan bahwa “Penyandang

disabilitas meliputi mereka yang memiliki:

• Pelemahan (Impairment) fisik

• Pelemahan mental

• Pelemahan intelektual, dan

• Pelemahan sensori

Dalam jangka waktu lama…”

• Namun materi pendahuluan UN-CRPD poin (e) menyatakan juga bahwa “disabilitas adalahkonsep yang terus berkembang”

1. Sumber: https://www.un.org/disabilities/documents/convention/convoptprot-e.pdf

Perencanaan infrastruktur perlu mempertimbangkankemungkinan perkembangan definisi penyandangdisabilitas, melalui desain yang mencakupkebutuhan sebanyak mungkin anggota masyarakat

Page 23: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

23

Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Lansia)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

20

20

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

27

20

28

20

29

20

30

20

31

20

32

20

33

20

34

20

35

20

36

20

37

20

38

20

39

20

40

20

41

20

42

20

43

20

44

20

45

20

46

20

47

20

48

20

49

20

50

% o

f Po

pu

lati

on

Year

Persentase populasi manusia Indonesia, menurut kelompok umur (anak – anak, produktif, lansia), 2020 - 2050

Population ages 65 and above (% of total population)

Population ages 15-64 (% of total population)

Population ages 0-14 (% of total population)

Sumber: Population Estimates and Projections, World Bank Group, from https://datacatalog.worldbank.org/dataset/population-estimates-and-projections

• Populasi lansia (usia 65+ tahun) Indonesia diproyeksikan akanterus meningkat

• Pada tahun 2020, % populasilansia berada pada 6.26% daritotal populasi Indonesia

• Pada tahun 2050, % populasilansia diproyeksikan berada pada15.86%

Page 24: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

24

Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Lansia)

Source: Population Estimates and Projections, World Bank Group, from https://datacatalog.worldbank.org/dataset/population-estimates-and-projections

0

10

20

30

40

50

60

20

20

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

27

20

28

20

29

20

30

20

31

20

32

20

33

20

34

20

35

20

36

20

37

20

38

20

39

20

40

20

41

20

42

20

43

20

44

20

45

20

46

20

47

20

48

20

49

20

50

Angka Ketergantungan (Dependency Ratio) Indonesia, 2020 - 2050

Age dependency ratio (% of working-age population) Age dependency ratio, old

Age dependency ratio, young

Angka ketergantungan Indonesia pada tahun 2050 adalah sebagai berikut (terdukung : pendukung):

• Lansia (24.51%) – 15.86% : 64.71%• Anak – anak – (30.02%) – 19.42% : 64.71%• Total (54.53%) – 35.28% : 64.71%

4 Orang dewasa

3 Orang dewasa

2 Orang dewasa

1 Orang lansia

1 Orang anak - anak

1 Orang lansia, atauanak - anak

ATAU

24.51%

30.02%

54.53%

9.02%

38.25%

47.48%

Page 25: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

25

Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Obesitas)

Prevalensi Obesitas (IMT 25,0)

Prevalensi BB Lebih (IMT 23,0 – 24,9)

Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2018). Epidemi Obesitas. dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf

• Statistik obesitas Indonesia:• 13.5% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas

mengalami kelebihan berat badan• 28.7% mengalami obesitas (IMT 25)• 15.4% mengalami obesitas (IMT 27, RPJMN)

28.7

15.4

33.5

20.7

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Obesitas IMT > 25 Obesitas IMT > 27

IMT

Prevalensi Obesitas IMT 25 dan IMT 27 pada Penduduk Dewasa Usia > 18 tahun

Riskerdas 2013

Siskernas 2016

Page 26: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

26

KLASIFIKASI IMT

Berat badan kurang (underweight) < 18.5

Berat badan normal 18.5 – 22.9

Kelebihan berat badan

Dengan resiko 23 – 24.9

Obesitas I 25 – 29.9

Obesitas II 30

KLASIFIKASI IMT

Kurus Berat < 17

Ringan 17.0 – 18.4

Normal 18.5 – 25.0

Gemuk Ringan 25.1 – 27.0

Berat > 27

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑢𝑏𝑢ℎ 𝐼𝑀𝑇 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2

Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2018). Epidemi Obesitas. dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf

Klasifikasi World Health Organization (WHO) Klasifikasi Nasional

IMT bukan merupakan satu – satunya indicator obesitas. Selain IMT, metoda lain pengukuran antropometritubuh adalah melalui pengukuran lingkar perut/ pinggang

Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Obesitas)

Masuk ke annex?

Page 27: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 1: Disabilitas Bukan SebagaiKondisi Biner

27

Materi – materi terkait ICF dapat diunduh dari: https://www.who.int/classifications/icf/en/

• Disabilitas tidak dapatdilihat sebagai kondisibiner (ya/tidak - memilikidisabilitas/ tidak memilikidisabilitas)

• Terdapat cakupandisabilitas dan kondisikhusus yang luas, baikparsial, temporer, maupun permanen.

• Perilaku dan sikapmasyarakat sekitar, kondisi sosial, maupunlingkungan sekitar dapatjuga meningkatkankesulitan akses

Page 28: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 2: Perkembangan Paradigma PerancanganFasilitas/ Infrastruktur untuk Penyandang Disabilitas

Charity Model

•Akhir 1800 – awal 1900

Medical Model

•1950 - 1960

Social Model

•1960 - 1980s

Human rights Model

•1980s -2000s -sekarang

• Memandangpenyandang disabilitassebagai kelompokyang perlu dilindungidan dirawat/ dikontrol

• Ditandai denganpembangunan institusikhusus: rumah sakitjiwa, panti jompo, sekolah untuk siswabuta/ tuli

• Memandangdisabilitas sebagaipenyimpangan/ penyakit/ defisiensi

• Dapat disembuhkanmelalui rehabilitasi, obat-obatan, dll

• Penanganan hanyaoleh “professional”

• Dampak: Penguatan“institusi khusus”

• Mengenali lingkunganterbangun/ binaansebagai hambatantersendiri

• Eksklusi sosialpenyandang disabilitaskarena lingkunganterbangun yang tidakaksesibel merupakan hasildari sikap masyarakat(klien/perancang)

• Paradigma internasionalterbaru (inklusipenyandang disabilitas)

• Mengenali hak kelompokmarjinal/ minoritasuntuk turutberpartisipasi aktif dalambermasyarakat

• Mengenali produk DAN mekanisme perencanaanlingkungan binaansebagai hambatanSumber: Jackson, Mary Ann. (2018). Models of Disability and Human Rights: Informing the Improvement of Built

Environment Accessibility for People with Disability at Neighborhood Scale. Laws, 7, 10, 1 – 21 doi: 10.3390/laws7010010, dari: https://www.mdpi.com/2075-471X/7/1/10/pdf

Page 29: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 2: Contoh Interaksi Disabilitas denganFaktor – Faktor Lainnya (Eksternal/ Internal)

29

Seseorang dapat saja mengalamidisabilitas ganda (atau beberapa)

Faktor – factor internal maupuneksternal lainnya dapat jugamemperburuk kerentanan(termasuk akses dan tingkatkemiskinan) penyandangdisabilitas, seperti1:

Lingkungan

Gender

Kategori dan tingkat disabilitas

Penyakit, dll

1. Groce, N., Kembhavi, G., Wirz, S., Lang, R., & Trani, J.-F. (2011, September). Poverty and Disability - a Critical Review of the Literature in Low and Middle-Income Countries. UCL Working Paper Series, 16, pp. 1-30. Retrieved 06 23, 2020, from https://www.researchgate.net/publication/320757151_Poverty_and_Disability_a_critical_review_of_the_literature_in_low_and_middle-income_countries

2. Diagram: Kabia, E., Mbau, R., Muraya, K. W., Morgan, R., Molyneux, S., & Barasa, E. (2018). How Do Gender and Disability Influence the Ability of the Poor to Benefit from Pro-poor Health Financing Policies in Kenya? An Intersectional Analysis. International Journal for Equity in Health, 17(149), 1-12. doi:10.1186/s12939-018-0853-6

Pengalaman• Diskriminasi• Eksklusi• Prasangka• Hak

istimewa(privilege)

Akses terhadaplayanan kesehatan• Aksesibilitas• Keterjangkauan• Ketersediaan• Penerimaan• Kualitas layanan

Faktor Lingkungan/ Konteks• Sarana transportasi

umum• Infrastruktur dan

layanan kesehatan• Perilaku pemberi

layanan kesehatan

Faktor Individual• Gender• Disabilitas• Tingkat kemiskinan

Contoh interaksi berbagaifaktor terhadap akses layanan

kesehatan2

Page 30: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 2: Contoh Pemetaan KarakteristikPenyandang Disabilitas menurut ICF - WHO

30

Kerangka International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF) merupakan kerangka yang dibuat olehWHO pada tahun 2001 untukmenstandarisasi pemetaan danorganisasi informasi fungsi (manusia/ tubuh), dan disabilitas

Model identifikasi ini melihat disabilitassebagai hasil interaksi dari:

a) (Biologis) Kondisi kesehatan individu

b) (Individu) Faktor – factor terkait individu(Faktor lingkungan, dan individu lainnya), serta

c) (Sosial) Disabilitas dan fungsi tubuh(biologis, aktivitas individu, danpartisipasi social)

KondisiKesehatan

Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan

FaktorLingkungan

Faktor Pribadi

a)

b)

c)

Materi – materi terkait ICF dapat diunduh dari: https://www.who.int/classifications/icf/en/Lihat lampiran 1 untuk definisi lebih detail

Page 31: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 1 dan Poin 2: Pelibatan PenyandangDisabilitas dan Kelompok Rentan Pada Seluruh Fase ProyekPembangunan Infrastruktur

31

Sosialisasi Proyek

• Mendapatkan data terpilah kelompok – kelompok rentan

• Sosialiasi, dan undangan perwakilan kelompok ke dalamproses pengambilan keputusan terkait proyek infrastruktur

Perencanaan

•Kelompok rentan secara aktif berpartisipasi dalam proses perancangan, dengan memberikan masukan – masukan sesuai kebutuhan mereka

• Perencana dan pelaksana lain berinteraksi dengan kelompok rentansebagai klien/ pemilik infrastruktur

Konstruksi / Implementasi

• Pelaksana implementasi mengundang perwakilan kelompok rentan secaraberkala untuk mendapatkan masukan mereka selama proses konstruksi

• Bila memungkinkan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan dapatterlibat dalam proses konstruksi, berdasarkan keterampilan mereka

Monitoring & Evaluasi

• Evaluasi akhir oleh kelompok rentan, untuk memastikan konstruksidilakukan sesuai rencana

• Pelibatan kelompok rentan dalam evaluasi kualitas, perawatan rutin, danpenyediaan mekanisme umpan balik

• Pelibatan penyandang disabilitas dankelompok – kelompok rentan diperlukanpada setiap fase proyek

• Partisipasi harus bersifat aktif dan berarti. Jika diperlukan, disediakan upaya lebihuntuk memfasilitasi kebutuhanpenyandang disabilitas, misalnya:

• Penyediaan juru bahasa isyaratdalam pertemuan publik

• Pelibatan sebagai partisipan dalamproses pelakasanaan konstruksi(misal, sebagai pengawas)

• Peningkatan kapasitas untukmemudahkan komunikasi danmenyamakan persepsi diperlukan untuksemua pemangku kepentingan

• Etika berkomunikasi perlu terus dijaga

Peningkatanawareness

Peningkatanawareness

Peningkatanawareness

Peningkatanawareness

Page 32: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Aksesibilitas Universal Membutuhkan PendekatanTerintegrasi: Infrastruktur Aksesibel, Rehabilitasi, danPerubahan Sikap

Desain infrastruktur aksesibeloleh professional saja

Penekanan pada modul ini

Sumber gambar: (‘Manual Making PRSP Inclusive: 6.1.1 The four

models’, n.d.) dalam Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif:

Asal-Usul, Teori, dan Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103.

doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103

Page 33: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

MengenaliKarakteristik danKebutuhanBeragamKelompokPenggunaInfrastrukturdan SaranaPublik

33

Page 34: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Beragam Karakter dari PenyandangDisabilitas dan Warga Kota

34

Lansia

Penurunan mobilitas, kekuatan, stamina, kemampuan sensorik, dan cengkeraman, masalah inkontinensia

Wanita dan Anak-anakKerentanan terhadap kejahatan dan kekerasan. Kehamilandapat menyebabkan kelelahan, penyakit, penurunan mobilitasdan kemampuan membungkuk. Anak-anak mungkin memilikikekuatan dan jangkauan yang terbatas dibandingkan denganorang dewasa

Penyandang demensia

Gangguan memori, gangguan kemampuan berpikir, dan kemampuan fungsional yang menurun. Kecenderunganberkeliling sendirian, stress dari lingkungan dapatmenyebabkan kebingungan

Disabilitas Pergerakan

Membutuhkan penggunaan alat bantu mobilitas seperti kursi roda, kruk, atau anggota badan buatan

Disabilitas pendengaran dan PandanganGangguan Penglihatan dan Pendengaran bisa berkisar daritotal, hingga hilangnya sebagian kemampuan indera

Menempatkan ketergantungan yang lebih besar pada inderalain untuk mengenali lingkungan

Masalah kesehatan mentalMencakup berbagai kondisi, dari kecemasan dan depresi (yang paling umum) hingga gangguan mental yang parah(skizofrenia, psikosis, dll)

* Daftar di atas hanya merepresentasikan sebagian kecil dari semua kemungkinan kondisi warga perkotaan, dan dengan demikian, bukan merupakan daftar lengkap dari seluruh disabilitas, maupun kondisi spesifik yang dapat saja dimiliki seseorang. Selain itu, terdapat berbagai tingkat disabilitas, dan kombinasi factor (internal dan eksternal) yang dapat mempersulitpenyandang disabilitas lebih jauh

Page 35: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Kelompok Lansia

Pada skala kota, dan lingkungan, jarak antara area perumahan dan fasilitas umum (toko, rumah sakit, dll) harus mempertimbangkan mobilitas terbatas yang dimiliki kelompok ini.

Jika jarak berjalan kaki diperpanjang, perlu tempat pemberhentian dan peralatan yang memungkinkan untuk beristirahat, seperti tempat duduk umum, pegangan tangan, dan area terlindung yang memadai dalam lingkungan yang dibangun

Kontak yang memadai, baik dengan lingkungan alami dan sosial dapat meningkatkan kesehatan, dan kesejahteraan populasi lansia (mis., Dengan mengurangi kesepian dan depresi yang mungkinberasal dari isolasi sosial)

Papan nama yang jelas pada bangunan dan jalan, untuk membantu lansia dalam menavigasiperjalanan mereka

Desain furnitur, seperti tempat tidur, lemari, dan lemari harus memperhitungkan berkurangnyajangkauan dan ketinggian lansia

Toilet dan area tidur pada rumah dirancang berdekatan, untuk mengatasi masalah inkontinensia

35

Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from

https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

Page 36: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Wanita dan Anak - Anak

Standar ruang internal untuk rumah harus mengakomodasi penyimpanan kereta bayi, danperlengkapan penitipan anak lainnya

(Dalam hal bangunan bertingkat) toilet, dan area ganti bayi di toilet uniseks di lantai dasar, untukmemungkinkan penjaga laki-laki berpartisipasi dalam kegiatan pengasuhan anak

Pada skala kota, dan lingkungan, keamanan dan jarak antara daerah perumahan dan sekolahmerupakan faktor penting untuk dipertimbangkan

Penerapan prinsip-prinsip CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design - PencegahanKejahatan Melalui Desain Lingkungan) dalam desain lingkungan dan bangunan yang dibangun untukmeningkatkan keselamatan dan keamanan

Penyediaan lebih banyak toilet untuk wanita, untuk mengakomodasi peningkatan frekuensi kebutuhanuntuk buang air kecil selama kehamilan

Desain furnitur dan perlengkapan yang aman di ketinggian yang nyaman untuk kemudahan, danpenggunaan yang aman oleh anak-anak

Catatan: dalam keadaan normal, perempuan dan anak-anak biasanya tidak memiliki disabilitas, dan padaumumnya relative tidak membutuhkan akomodasi lebih, dibandingkan anggota masyarakat lainnya

36

Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from

https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

Page 37: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Penderita Demensia

Pada skala kota dan lingkungan, desain area yang mempromosikan citrarumahan, daripada kelembagaan atau komersial dapat mengurangi stress

Pada skala kota, dan lingkungan, memastikan keterbacaan rambu dan papan petunjuk untuk penderita demensia menyesuaikan diri

Desain area perkotaan yang memungkinkan kontak langsung dengan alam, danpertemuan sosial untuk mengurangi stres dan kebingungan

Promosi ruang aman, baik secara persepsi maupun secara nyata

Penyediaan ruang yang memungkinkan privasi dan kehormatan - mis. ruang untuk menyendiri

Berikan penunjuk arah dan tanda jalan yang jelas untuk orientasi perjalanan

37

Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from

https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

Page 38: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untukPenyandang Disabilitas Pergerakan

Desain pintu masuk dan jalur sirkulasi yang jelas dan rata, dengan lebar bukaan yang cukupuntuk mengakomodasi orang yang menggunakan perangkat mobilitas pendamping

Pegangan pembuka (pintu dan jendela) harus dalam jangkauan, mudah digenggam, dan mudahdigunakan

Untuk pengguna kursi roda, sediakan ramp di pintu masuk untuk memudahkan akses

Untuk orang-orang dengan kaki yang diamputasi, menggunakan kruk dan anggota badan buatan, melangkah pada umumnya lebih mudah dilakukan di jalan biasa daripada menggunakan ramp, asalkan dimensi dan bahan komponen tangga (langkah, riser, nosing) mematuhi standaraksesibilitas yang berlaku

Pastikan bahwa desain pegangan dapat digenggam dengan nyaman, dan kontinu di dalam gedungdan sirkulasi vertikal (mis .: landai, tangga)

Meja resepsionis, dan perabot publik lainnya harus dirancang untuk memiliki ketinggian yang dapat melayani berbagai pengguna

Menyediakan tempat istirahat, baik di dalam gedung maupun di tempat umum

38

Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from

https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

Page 39: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Penyandang Disabilitas Sensori

Untuk ganguan pendengaran:

Penggunaan peringatan visual, selain peringatan pendengaran untuk sistem darurat di gedung dan lingkungan (mis.: Alarm kebakaran dan asap)

Pastikan pencahayaan yang memadai, dan pola tekstur yang tidak mengganggu, untuk memfasilitasi membaca bibir di ruangpublik, khususnya, di titik-titik komunikasi

Privasi dalam komunikasi, untuk membantu menjaga pengguna bahasa isyarat dari pengungkapan konten percakapan pribadi

Untuk gangguan visual:

Bantu navigasi, dan berikan interpretasi (mis. Taman, objek wisata, melalui suara dan bau)

Pejalan kaki dan perlintasan pejalan kaki harus dilengkapi dengan blok timbul / pemandu yang berkelanjutan. Tetapkankosakata bertekstur untuk membatasi / menandai area

Lengkapi sinyal / lampu lalu lintas dengan notifikasi audio, sediakan demarkasi yang jelas antara jalur pejalan kaki, dankendaraan

Hindari membuat penghalang pada pejalan kaki, atau membangun fasilitas yang membahayakan (mis. Trotoar, perabotanjalan, atau bahaya lainnya)

Dalam hal penerangan bangunan, hindari daerah kontras pada area terang, gelap, dan silau

39

Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from

https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

Page 40: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Penyandang Disabilitas Mental

Desain ruang interior dengan pencahayaan alami yang baik, untuk meningkatkansuasana hati secara keseluruhan, dan mencegah gejala depresi

Gunakan tekstur untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan secara estetika

Atur ruang yang terbuka, mudah untuk bergerak, dan membina interaksi sosial untukmeminimalkan tingkat stress

Desain area perkotaan yang memungkinkan untuk kontak dengan alam, danpertemuan social

Desain area perkotaan dan bangunan dengan cara yang mempromosikan keselamatandan keamanan

Integrasikan aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari melalui desain lingkungan,misalnya, dengan memperkenalkan opsi transportasi aktif (bersepeda, berjalan) kejalur komuter sehari-hari untuk mengobati depresi ringan.

40

Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from

https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf

Page 41: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Implikasi Poin 1 dan Poin 2: Pelibatan PenyandangDisabilitas dan Kelompok Rentan Pada Seluruh Fase Proyek

41

Sosialisasi Proyek

•Mendapatkan data terpilah kelompok – kelompok rentan

•Sosialiasi, dan undangan perwakilan kelompok ke dalam proses pengambilankeputusan terkait proyek infrastruktur

Perencanaan

•Kelompok rentan secara aktif berpartisipasi dalam proses perancangan, dengan memberikan masukan – masukan sesuai kebutuhan mereka

• Perencana dan pelaksana lain berinteraksi dengan kelompok rentansebagai klien/ pemilik infrastruktur

Konstruksi / Implementasi

• Pelaksana implementasi mengundang perwakilan kelompok rentan secaraberkala untuk mendapatkan masukan mereka selama proses konstruksi

• Bila memungkinkan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan dapatterlibat dalam proses konstruksi, berdasarkan keterampilan mereka

Monitoring & Evaluasi

• Evaluasi akhir oleh kelompok rentan, untuk memastikan konstruksidilakukan sesuai rencana

• Pelibatan kelompok rentan dalam evaluasi kualitas, perawatan rutin, danpenyediaan mekanisme umpan balik

Peningkatan Awareness

Peningkatan kapasitas bagi penyandang disabilitas, dan pemangkukepentingan lainnya (pemerintah, sector swasta pelaksana, akademisi, LSM, etc)

• Fase perencanaan fasilitas daninfrastruktur seringkalimembutuhkan jasa/ pengalamanprofessional dalam bidangkonstruksi

• Profesional dapat membantudalam integrasi standar – standaraksesibilitas dalam fasilitas daninfrastruktur

Tapi perencanaan sesuai standaraksesibilitas oleh professional sajaBELUM menjadikan infrastruktur danfasilitas aksesibel

Page 42: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Thank youQUESTIONS?

42

Page 43: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Take-Home Exercise

43

Page 44: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Pengumpulan Informasi Penyandang Disabilitas, danDemografi Kota/ Kecamatan Tugas ini dirancang untuk mendorong peserta untuk menjadi familiar dengan data – data

perkotaan/ wilayah operasi mereka, yang terkait dengan situasi penyandang disabilitas, dandemografi yang relevan untuk perancangan perkotaan yang aksesibel secara universal

44

Piramida Populasi Kota Palu 2014 Populasimasyarakat diatas65 tahun keatasadalah 10,658 (2.94% dari total populasi)

Populasi anak-anak berusia 15 tahun kebawahadalah 91,495 (25,26% dari total populasi)

Populasi wanitaberusia 15- 49 adalah 112, 271 (30.99% dari total populasi)

0 20 40 60 80 100

Palu Barat

Tatanga

Ulujadi

Palu Selatan

Palu Timur

Mantikulore

Palu Utara

Tawaeli

Jumlah Penyandang DisabilitasTiap Kecamatan di Kota Palu, 2016

Page 45: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Lampiran 1 – Tujuan Awal, Struktur dan Kode ICF - WHO

45

KondisiKesehatan

Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan

FaktorLingkungan

FaktorPribadi

• ICF dikembangkan olehWHO untuk menetapkanBahasa yang seragamantar pemangkukepentingan yang berbeda – beda dalammengidentifikasikeberfungsian dandisabilitas

• Hal ini membantumenghindari tumpangtindih, maupun celahdalam pemberianlayanan, sertameningkatkan kolaborasiantar pihak

Sumber: ICF e-learning module, Chapter 1: Need for ICF, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html

Page 46: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Lampiran 1 – Tujuan Awal, Struktur dan Kode ICF - WHO

46

• Untuk tujuan ini, ICF-WHO mengklasifikasikanmasing – masing factor keberfungsian dandisabilitas menjadiberbagai kategori dengankode tertentu, yang tidakdibahas di dalam sesi ini

• Sesi ini bertujuanmemperkenalkan factor –factor penentukeberfungsian dandisabilitas, dan tidakmemperkenalkan kode-kode ICF-WHO secaraakurat

Sumber: ICF e-learning module, Chapter 5: Structure and Codes, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html

Page 47: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Lampiran 1 - Definisi Komponen –Komponen ICF

47

Kondisi Kesehatan: merupakan istilah umumyang meliputi penyakit, kelainan, cidera/ trauma, dan dapat juga mencakup keadaan – spesifikseperti penuaan, stress, kehamilan, dll

Fungsi Tubuh: Meliputi fungsi – fungsi fisiologispada tubuh individu, termasuk juga fungsipsikologis

Struktur Badan: Meliputi bagian tubuh individu, seperti organ dalam, kaki tangan, dan komponen- komponennya

Pelemahan (Impairment): permasalahan/ penyimpangan pada fungsi, maupun strukturtubuh

KondisiKesehatan

Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan

FaktorLingkungan

Faktor Pribadi

Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html

Page 48: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Lampiran 1 - Definisi Komponen –Komponen ICF

48

Aktivitas: merupakan eksekusi suatu tindakan/ atau kegiatan oleh individu

Partisipasi: merupakan keterlibatan dalam situasikehidupan (social, bermasyarakat, etc)

Batasan aktivitas: meliputi kesulitan – kesulitanyang mungkin dihadapi individu dalammelakukan suatu aktivitas

Batasan partisipasi: merupakan kesulitan –kesulitan yang mungkin dihadapi individu dalamupayanya untuk berpatisipasi dalam situasikehidupan (social, bermasyarakat, etc)

KondisiKesehatan

Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan

FaktorLingkungan

Faktor Pribadi

Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html

Page 49: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Lampiran 1 - Definisi Komponen –Komponen ICF

49

Faktor Lingkungan: terdiri atas lingkugan sekitardimana individu hidup, dan menjalani hidup mereka(termasuk lingkungan fisik, social, dan perilaku/ tanggapan masyarakat sekitar)

Faktor lingkungan dapat memberikan kontribusi positifmaupun negative terhadap kemampuan individu untukberfungsi sebagai anggota masyarakat

Faktor Pribadi: Latar belakang, dan fitur – fiturindividual, di luar kondisi kesehatan

Faktor – factor pribadi dapat meliputi gender, ras, usia, gaya hidup, kebiasaan, cara menghadapi permasalahan, latar belakan sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dll

KondisiKesehatan

Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan

FaktorLingkungan

Faktor Pribadi

Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html

Page 50: Keberagaman Dalam Populasi Kota Relevansi untuk

Lampiran 1 - Contoh Pemetaan KondisiPenyandang Disabilitas dengan ICF

50

Cidera tulangbelakang

Kesulitan dalambergerak dan

berjalan

Keterbatasan kesempatankerja dan menggunakan

transportasi umum

Masalah padapergerakan otot, serta

struktur tulangbelakang

Dukungan keluarga dekat, desainbangunan dan transportasi umum, ketersediaan layanan pendidikan

Laki – laki, 30 tahun, pendidikan S1, menikah, dan memiliki 1 orang

anak, bermotivasi tinggi untuk pulih

Cidera tulangbelakang

MakanPergi ke toilet

Duduk

Bertemu dengan teman– teman

Bekerja/ bersosialisasimelalui komputer

Perlemahan otot, pergerakan terbatas

pada kaki, fungsipernapasan terganggu

Kursi roda, bangunan sekitar, jalan yang tidak bebas

hambatan, dukungan orangtua, asuransi kesehatan

Laki – laki, 24 tahun, lajang, pendidikan S1, termotivasi untuk

pulih

Profil Bapak A Profil Bapak B

Catatan (Lihat Lampiran 1): ICF-WHO mengklasifikasikan masing – masing factor keberfungsian dan disabilitas menjadi berbagai kategoridengan kode tertentu, yang tidak dibahas di dalam sesi ini