14
41 Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.) KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA UDANG TAMBAK YANG BERASAL DARI PANTAI UTARA JAWA Presence of Potentially Human Pathogenic Vibrio parahaemolyticus of Fresh Shrimp in Ponds of The Northern Coast of Java Arifah Kusmarwati * , Irma Hermana, Yusma Yennie dan Singgih Wibowo Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jl.K.S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia * Korespondensi Penulis: [email protected] Diterima : 10 Maret 2016; Disetujui: 19 Mei 2016 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi cemaran Vibrio parahaemolyticus patogenik pada udang tambak. Pengambilan sampel udang segar vaname dari tambak dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau di wilayah Pantai Utara Jawa dengan metode purposive random sampling. Sebanyak 103 sampel (masing-masing 33 sampel dari wilayah Jawa Barat, 14 sampel dari wilayah Jawa Tengah dan 56 sampel dari wilayah Jawa Timur) telah diestimasi kandungan V. parahaemolyticus total dan patogenik menggunakan metode kultivasi pada medium CHROMagar TM Vibrio (CV) dan metode polymerase chain reaction (PCR) melalui amplifikasi gen toxR untuk total V. parahaemolyticus, serta gen tdh dan trh untuk V. parahaemolyticus patogen. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 103 sampel, 91 sampel bersifat tipikal pada medium CHROM agar TM Vibrio (CV). Selanjutnya dari 91 sampel tipikal tersebut, 62 (63,27%) sampel menunjukkan hasil positif untuk V. parahaemolyticus dengan metode PCR. Sementara dari 31 sampel positif V. parahaemolyticus yang berasal dari Jawa Timur ditemukan 2 sampel (3,23%) positif mengandung gen tdh, 1 sampel (1,61%) positif mengandung gen tdh dan trh, dan 1 sampel (1,61%) positif mengandung gen trh. KATA KUNCI: Vibrio parahaemolyticus, udang, Pantai Utara Jawa ABSTRACT Research was conducted to give information about pathogenic Vibrio parahaemolyticus contamination on shrimp. Sampling of fresh shrimps from the ponds was conducted in rainy and dry season in the Northern Coast of Java with purposive randomize sampling method. The level of total and pathogenic V. parahaemolyticus were estimated in 103 samples (each 33 samples of West Java, 14 samples of Central Java, and 56 samples of East Java) using CHROM agar TM Vibrio (CV) medium and polymerase chain reaction (PCR) methods by amplification of tox R gene for total V. parahaemolyticus , tdh and trh genes for pathogenic V. parahaemolyticus . The result showed that out of 103 samples, 91 samples were a typical on chromogenic agar Vibrio. Out of 91 typical samples, 62 (63.27%) samples gave positive results for total V. parahaemolyticus . Out of 31 positive samples V. parahaemolyticus from East Java, 2 samples (3.23%) positively contained the tdh gen, 1 sample (1.61%) positively contained the tdh and trh gen, and 1 sample (1.61%) positively contained the trh gen. KEYWORDS: Vibrio parahaemolyticus , shrimp, Northen Java Coast PENDAHULUAN Vibrio parahaemolyticus (V. parahaemolyticus) merupakan bakteri patogen bagi manusia yang cukup penting, karena berasosiasi dengan gastroenteritis dan infeksi foodborne pada manusia terutama yang disebabkan oleh konsumsi produk-produk seafood termasuk udang mentah/dimasak setengah matang atau akibat terkontaminasi. Beberapa kasus dilaporkan bahwa terjadinya foodborne atau waterborne disebabkan oleh spesies vibrio lain seperti V. mimicus dan V. alginolyticus (Centre for Health Protection, 2010; Merward, El-Ghareeb & Taisir, 2011; Shah & Deokule, 2006; Tiruvayipati et al., 2013; Yoder

KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

41

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA UDANGTAMBAK YANG BERASAL DARI PANTAI UTARA JAWA

Presence of Potentially Human Pathogenic Vibrio parahaemolyticus ofFresh Shrimp in Ponds of The Northern Coast of Java

Arifah Kusmarwati*, Irma Hermana, Yusma Yennie dan Singgih WibowoPusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,

Jl.K.S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia* Korespondensi Penulis: [email protected]

Diterima : 10 Maret 2016; Disetujui: 19 Mei 2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi cemaran Vibrio parahaemolyticuspatogenik pada udang tambak. Pengambilan sampel udang segar vaname dari tambak dilakukanpada musim hujan dan musim kemarau di wilayah Pantai Utara Jawa dengan metode purposiverandom sampling. Sebanyak 103 sampel (masing-masing 33 sampel dari wilayah Jawa Barat,14 sampel dari wilayah Jawa Tengah dan 56 sampel dari wilayah Jawa Timur) telah diestimasikandungan V. parahaemolyticus total dan patogenik menggunakan metode kultivasi pada mediumCHROMagarTM Vibrio (CV) dan metode polymerase chain reaction (PCR) melalui amplifikasi gentoxR untuk total V. parahaemolyticus, serta gen tdh dan trh untuk V. parahaemolyticus patogen.Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 103 sampel, 91 sampel bersifat tipikal pada mediumCHROM agarTM Vibrio (CV). Selanjutnya dari 91 sampel tipikal tersebut, 62 (63,27%) sampelmenunjukkan hasil positif untuk V. parahaemolyticus dengan metode PCR. Sementara dari 31sampel positif V. parahaemolyticus yang berasal dari Jawa Timur ditemukan 2 sampel (3,23%)positif mengandung gen tdh, 1 sampel (1,61%) positif mengandung gen tdh dan trh, dan 1 sampel(1,61%) positif mengandung gen trh.

KATA KUNCI: Vibrio parahaemolyticus, udang, Pantai Utara Jawa

ABSTRACT

Research was conducted to give information about pathogenic Vibrio parahaemolyticuscontamination on shrimp. Sampling of fresh shrimps from the ponds was conducted in rainy anddry season in the Northern Coast of Java with purposive randomize sampling method. The level oftotal and pathogenic V. parahaemolyticus were estimated in 103 samples (each 33 samples ofWest Java, 14 samples of Central Java, and 56 samples of East Java) using CHROM agarTM Vibrio(CV) medium and polymerase chain reaction (PCR) methods by amplification of toxR gene fortotal V. parahaemolyticus, tdh and trh genes for pathogenic V. parahaemolyticus. The result showedthat out of 103 samples, 91 samples were a typical on chromogenic agar Vibrio. Out of 91 typicalsamples, 62 (63.27%) samples gave positive results for total V. parahaemolyticus. Out of 31positive samples V. parahaemolyticus from East Java, 2 samples (3.23%) positively contained thetdh gen, 1 sample (1.61%) positively contained the tdh and trh gen, and 1 sample (1.61%) positivelycontained the trh gen.

KEYWORDS: Vibrio parahaemolyticus, shrimp, Northen Java Coast

PENDAHULUAN

Vibrio parahaemolyticus (V. parahaemolyticus)merupakan bakteri patogen bagi manusia yang cukuppenting, karena berasosiasi dengan gastroenteritis daninfeksi foodborne pada manusia terutama yangdisebabkan oleh konsumsi produk-produk seafood

termasuk udang mentah/dimasak setengah matangatau akibat terkontaminasi. Beberapa kasusdilaporkan bahwa terjadinya foodborne atauwaterborne disebabkan oleh spesies vibrio lain sepertiV. mimicus dan V. alginolyticus (Centre for HealthProtection, 2010; Merward, El-Ghareeb & Taisir, 2011;Shah & Deokule, 2006; Tiruvayipati et al., 2013; Yoder

Page 2: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

42

et al., 2008). Bakteri ini menjadi penyebab kasusseptisemia dan diare di berbagai wilayah AsiaTenggara (Merward, et al.; Thomspon, Lida & Swings,2004).

Beberapa kasus keracunan pangan akibatkontaminasi mikroba menyebabkan kejadian luarbiasa (KLB), akan tetapi sangat sedikit informasiterkait dengan kasus-kasus tersebut di Indonesia.Beberapa kasus yang pernah dilaporkan antara lainditemukannya penyakit gastroenteritis akut dan wabahdiare serupa kolera akibat kontaminasiV. parahaemolyticus (Dewanti-Hariyadi, Suliantari,Nuraida & Fardiaz, 2002; Lesmana et al., 2001).Sementara dari negara lain, KLB atau kasus seafoodborne gastroenteritis V. parahaemolyticus yangdisebabkan oleh sashimi dan sushi pernah dilaporkanterjadi di Jepang dan India (FDA, 2000; Nelapati &Krishnaiah, 2010). Dosis infeksi bakteri adalah 105 –107 cfu/g (Centre for Health Protection, 2010), namunFDA menyebutkan 105 - 109 cfu/g (FDA, 2000).

Strain V. parahaemolyticus yang dapatmenimbulkan penyakit pada umumnya berhubungandengan keberadaan faktor virulensi thermostabledirect hemolysin (TDH) dan thermostable directhemolysin related hemolysin (TRH) (Broberg, Calder& Orth, 2011; Nishibuchi & Kaper, 1995).Thermostable direct hemolysin (TDH) dikenal sebagaifaktor virulensi karena aktivitas hemolisisnya yangdapat melisis sel darah merah pada agar Wagatsuma(fenomena Kanagawa positi f /KP+) sehinggamengakibatkan gastroenteritis dan kematian sel(Bhunia, 2008; Nishibuchi & Kaper, 1995). Sementarakeberadaan TRH dikaitkan dengan fenomenaKanagawa negatif (Vieira, Costa, Menezes, &Maggioni, 2011).

Udang merupakan salah satu komoditas utamaekspor perikanan Indonesia dengan total produksitahun 2014 mencapai 645 ribu ton, sedangkan eksporterbesar adalah ke Amerika Serikat senilai US$ 938juta dengan total volume 77 ribu ton (Katadata KKP,2016). Beberapa informasi dari Dinas Kelautan danPerikanan di Indonesia menyebutkan sejumlah besartambak udang intensif di wilayah Pantai Utara Jawamerupakan penyuplai udang untuk tujuan ekspor.Namun kontaminasi bakteri patogen pada produkudang menjadi permasalahan serius yang berujungpada penolakan ekspor.

Pada tahun 2005, 2007, dan 2009 terjadi beberapakasus penolakan ekspor udang vaname oleh UniEropa karena kontaminasi V. parahaemolyticus yangberasal dari produk udang beku dan sushi ebi.Kemudian pada tahun 2009 dan 2010 terjadi penolakanekspor ikan Indonesia oleh negara Cina karena alasanyang sama (Sunorita & Tjarsono, 2014). Penolakanekspor produk perikanan Indonesia oleh negara Taiwan

juga terjadi akibat keberadaan V. parahaemolyticuspatogenik (Wong, Chen, Liu, & Liu, 1999).

Beberapa penelit ian tentang prevalensiV. parahaemolyticus pada produk perikanan maupunlingkungan di Indonesia telah dilakukan, namuninformasi yang diberikan masih sangat terbatas.Dilaporkan bahwa pada sampel kerang dan udangyang berasal dari pasar lokal, perairan, dan tambaktradisional dan intensif mengandung V. parahaemolyticus(Felix, Nugroho, Silalahi & Octavia, 2011; Marlina etal., 2007; Yennie, Hariyadi & Poernomo, 2015; Zulkifliet al., 2009). Berdasarkan penjelasan di atas makapenelitian mengenai keberadaan V. parahaemolyticuspatogenik pada udang tambak menjadi sangatdiperlukan.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Sampel udang vaname diperoleh dari tambakudang intensif dan semi intensif di wilayah Pantai UtaraJawa. Sampel udang dari tambak intensif diambil daritambak yang berlokasi di Kabupaten Indramayu,Karawang, Brebes, Sidoarjo, dan Lamongan,sedangkan tambak semi intensif berlokasi diKabupaten Tuban. Sampel yang berasal dariKabupaten Indramayu dan Karawang seluruhnyaberasal dari satu area budidaya tambak masing-masing sebanyak 16 dan 22 petak tambak yangberlokasi di Kecamatan Patrol dan Kecamatan Cilebar.Sampel udang dari Kabupaten Brebes berasal dariKecamatan Brebes yaitu dari desa Pulosari (4 petak),Randusanga (3 petak), Limbangan Wetan (2 petak)dan Limbangan Kulon (2 petak). Sampel udang dariKabupaten Sidoarjo berasal dari Kecamatan Paciran(7 petak) dan Kecamatan Sidoarjo (3 petak). Sampeludang yang berasal dari Kabupaten Lamongan berasaldari Kecamatan Brondong (15 petak) dan KecamatanLamongan (7 petak), sementara sampel udang dariKabupaten Tuban berasal dari Kecamatan Tuban yaitudari Desa Tuban (11 petak), Desa Jenu (7 petak),danDesa Gesik Harjo (4 petak). Jenis udang yang diambiladalah udang vaname siap panen dengan umurpemeliharaan 53-108 hari.

Metode

Teknik pengumpulan sampel

Pengambilan sampel udang segar vaname daritambak dilakukan pada musim hujan dan musimkemarau di wilayah Pantai Utara Jawa dengan metodepurposive random sampling. Adapun waktupengambilan sampel disesuaikan dengan waktu panen

Page 3: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

43

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

tambak berdasarkan informasi dari penyuluh DinasKelautan dan Perikanan setempat. Pengambilansampel udang pada musim hujan dilakukan 2 kali yaitupada bulan Februari dan Maret 2015, sedangkanpengambilan sampel udang pada musim kemaraudilakukan 3 kali yaitu pada bulan Agustus, September,dan Oktober 2015. Ukuran udang yang diambil antara58-160. Pada setiap petak tambak diambil sebanyak4 titik sampel dengan berat sampel pada setiap petaksekitar 500 gram. Sampel yang berasal dariKabupaten Indramayu, Karawang dan Brebesdimasukkan ke dalam plastik steril secara aseptiskemudian ditempatkan dalam coolbox yang berisies curah. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratoriumuntuk dilakukan analisis. Sementara sampel yangberasal dari Jawa Timur diambil secara aseptis dandimasukkan ke dalam plastik steril, kemudiandibekukan terlebih dahulu sebelum dibawa kelaboratorium untuk selanjutnya dilakukan analisis.

Isolasi dan identifikasi V. parahaemolyticusdengan Chrom agar Vibrio (BSN, 2006)

Analisis sampel bakteri diawali dengan enrichment(pengkayaan), isolasi dan identif ikasi bakterimenggunakan media selektif chrom agar vibrio yangdilanjutkan dengan konfirmasi V. parahaemolyticusyang bersifat patogen dan non patogen denganmenggunakan metode polymerase chain reaction(PCR).

Isolasi V. parahaemolyticus dilakukan menurutmetode BSN (2006) yang diawali dengan prosespengkayaan kultur dengan media alkaline peptonwater (APW) enrichment broth (APW denganpenambahan 3% NaCl). Selanjutnya dilakukanperhitungan konsentrasi bakteri dengan metode MPN(USFDA, 2015). Pengujian MPN dilakukan denganmenggunakan 3 seri tabung masing-masing sebanyak3 ulangan pada media APW enrichment broth. Setiapkultur pada tabung yang menunjukkan adanyakekeruhan digores pada media chrom agar vibrio dan

diinkubasi pada suhu 37 °C selama 18-24 jam. Koloniyang tumbuh pada media selektif chrom agar vibriodan berwarna ungu kemerahan merupakan presumtifV. parahaemolyticus. Koloni tipikal V. parahaemolyticuskemudian diinokulasikan pada media agar miring TrypticSoy Agar (TSA, Oxoid, England) ditambah 2,5% NaCluntuk selanjutnya di lakukan konf irmasi V.parahaemolyticus menggunakan metode PCR.

Konfirmasi V. parahaemolyticus dan V.parahaemolyticus patogenik dengan PCR

Konfirmasi adanya V. parahaemolyticus nonpatogenik pada sampel didasarkan pada keberadaangen spesif ik toxR, sementara konf irmasiV. parahaemolyticus patogenik didasarkan pada genspesifik tdh dan trh yang dilakukan menggunakanmetode polymerase chain reaction (PCR). Pada tahapawal dilakukan ekstraksi DNA genomik, dilanjutkandengan amplif ikasi gen dengan menggunakansepasang primer spesifik gen penyandi toxR untukV. parahaemolyticus non patogen serta menggunakansepasang primer spesifik gen penyandi tdh dan trhuntuk V. parahaemolyticus patogenik, kemudiandilanjutkan dengan elektroforesis gel.

Ekstraksi DNA genomik dilakukan dengan kitekstraksi DNA menggunakan protokol ekstraksi DNAdari TIANamp (Tiangen Biotech, Beijing). Amplifikasiuntuk konfirmasi adanya V. parahaemolyticusdilakukan dengan menggunakan sepasang primerspesifik gen penyandi toxR pada pita 368 bp (Tabel1).

Amplif ikasi untuk mengkonf irmasi V.parahaemolyticus patogenik dilakukan denganmenggunakan sepasang primer spesifik gen penyanditdh pada pita 199 bp dan sepasang primer spesifikgen penyandi trh pada pita 250 bp (Tabel 1). Adapunreaksi PCR dilakukan menggunakan campuranreaktan yang masing-masing mengandung 1 primerforward dan reverse dan Taq Green Master Mix dengan

Tabel 1. Primer Oligonukleotida yang digunakan dalam studiTable 1. Oligonucleotide primers used in the study

Primer/Primer

Gen Target/Target Gen

Sekuen Primer (5'-3')/Primer Sequence (5'-3')

Ukuran Fragmen (bp)/Fragment Size (bp)

Referensi/Reference

tox R-F tox R GTCTTCTGACGCAATCGTTG 368 Kim et al., 1999toxR-R tox R ATACGAGTGGTTGCTGTCATG 368 Kim et al., 1999tdh -F tdh CCACTACCACTCTCATATGC 199 Tada et al., 1992tdh -R tdh GGTCTAAATGGCTGACATC 199 Tada et al., 1992trh -R trh GGCTCAAAATGGTTAAGCG 250 Tada et al., 1992trh -F trh CATTTCCGCTCTCATATGC 250 Tada et al., 1992

Page 4: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

44

protokol PCR yang mengacu pada Yennie et al. (2015)dan Zulkifli et al. (2009). Kondisi siklus pada ketigapasangan primair sesuai dengan Tabel 2.

Elektroforesis gel dilakukan menurut Zulkifli et al.(2009) dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 5 µlproduk PCR dimasukkan ke dalam gel agarose 2%menggunakan bufer TBE1X. Alat dijalankan padavoltase 70 Volt dan arus 35 Ampere selama 35 menit.Selanjutnya pada gel yang terbentuk dilakukanpewarnaan menggunakan etidium bromide 0,5 µg/ml.Identif ikasi menggunakan kontrol posi ti fV. parahaemolyticus ATCC43996 untuk gen tdh danV. parahaemolyticus AQ4037 untuk gen trh.

HASIL DAN BAHASAN

Dari 103 sampel udang vaname segar yang berasaldari tambak-tambak semi intensif/intensif wilayahPantai Utara Jawa dan telah diuji menggunakanCHROMagarTM Vibrio, terdapat 91 sampel tipikalV. parahaemolyticus. Selanjutnya dari 91 sampeltipikal, setelah dikonf irmasi dengan PCRmenggunakan primer gen toxR, terdeteksi 62 sampelpositif V. parahaemolyticus (Tabel 3). Hal ini serupadengan studi lain yang melaporkan bahwa sekitar 50-70% produk udang/seafood mengandungV. parahaemolyticus (Adebayo et al., 2011; Annick,Alain & Fournier, 2002; Linda & Asim, 2006; Nelapati& Krishnaiah, 2010; Yennie et al., 2015; Zulkifli et al.,2009). Seleksi isolat vibrio didasarkan padakeberadaan koloni yang berwarna ungu pada mediakromogenik vibrio yaitu CHROM agarTM Vibrio.

Media tersebut dikembangkan oleh Hara-Kudo etal. (2003) dan mengandung substrat kromogenik (betagalaktosidase) yang mengandung gula fermentasiuntuk mendeteksi munculnya warna ungu pada koloniV. parahaemolyticus (Zulkifli et al., 2009). Contohdeteksi V. parahaemolyticus menggunakan primergen toxR disajikan pada Gambar 1 yaitu dari 11 sampeludang yang dianalisa terdapat 10 sampel yangmenunjukkan hasil positif (memiliki band).

Pada penelitian ini, V. parahaemolyticus telahterdeteksi pada hampir semua sampel udang (62 dari103 sampel) yang berasal dari beberapa lokasi tambakdi sepanjang Pantai Utara Jawa mulai dari Indramayu,Brebes hingga Tuban, sebagaimana disajikan padaTabel 4. Insidensi V. parahaemolyticus pada penelitianini cukup tinggi (60,2%). Hasil ini relatif lebih tinggidibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.Zulkif li et al. (2009) menyebutkan prevalensiV. parahaemolyticus pada sampel kerang yangberasal dari Padang, Sumatera Barat (N = 50) sebesar50%. Sementara Yennie et al. (2015) melaporkanprevalensi V. parahaemolyticus dari sampel udangyang berasal dari tambak tradisional dan intensif diIndramayu berturut-turut sebesar 50% dan 18,75%.Pada penelitian ini prevalensi V. parahaemolyticuspada sampel udang yang berada di lokasi yang samamencapai 92,3%. Prevalensi V. parahaemolyticuspada sampel ikan di Kolkata India juga relatif lebihtinggi. Pal dan Das (2010) menyebutkan dari 90sampel ikan yang diperoleh dari pasar ikan lokal diKolkata India 60 di antaranya positif mengandungV. parahaemolyticus. Dua puluh satu dari 60 (35%)sampel tersebut positif mengandung gen tdh, dan 1dari 60 (1,7%) sampel membawa gen trh. Kondisi inibisa menjadi penyebab terjadinya diare pada orangyang mengkonsumsi ikan asal Kolkata yangterkontaminasi V. parahaemolyticus. Namun beberapapeneliti lain menyebutkan adanya prevalensiV. parahaemolyticus yang lebih rendah. Yang et al.(2008) mengemukakan prevalensi V.parahaemolyticus pada sampel seafood asal Cinasebesar 19,0%. Sementara Adebayo et al. (2011)melaporkan derajat infeksi seafood oleh V.parahaemolyticus sebesar 18,9%, yakni 20% berasaldari periwinkle, kulit dan usus ikan, 10% dari crayfish,aquatic snail dan sampel air.

Caburlotto et al. (2016) melaporkan telah terdeteksi40 sampel positif (28%) V. parahaemolyticus yangberasal dari sampel udang (n = 143) yang biasadikonsumsi di Italia. Adapun prevalensinya sebanyak

Tabel 2. Kondisi siklus pada ketiga pasangan primerTable 2. Cycling conditions used for three sets of primers

No Tahapan/Step tox R/tox R tdh/tdh trh/trh

1. Predenaturasi/Initial denaturation 96 °C/5 menit/min 96 °C/5 menit/min

2. Denaturasi final/Final denaturation 94 °C/1 menit/min 94 °C/1 menit/min

3. Penempelan primer/Annealing 55 °C/1 menit/min 55 °C/1 menit/min

4. Pemanjangan awal/Initial extension 72 °C/1 menit/min 72 °C/1 menit/min

5. Pemanjangan final/Final extension 72 °C/7 menit/min 72 °C/7 menit/min

96 °C/5 menit/min

94 °C/1 menit/min

63 °C/1,5 menit/min

72 °C/1,5 menit/min

72 °C/7 menit/min

Page 5: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

45

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

Tabe

l 3.

Det

eksi

V. p

arah

aem

olyt

icus

den

gan

CH

RO

Mag

arTM

dan

toxR

Tabl

e 3.

Det

ectio

n of

V. p

arah

aem

olyt

icus

on

CH

RO

Mag

arTM

and

toxR

Page 6: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

46

Tabel 4. Insidensi V. parahaemolyticus pada udang vaname dari berbagai lokasi tambakTable 4. Incidence of V. parahaemolyticus in vaname shrimp obtained from different locations of ponds

Lokasi/location

Jumlah Sampel yang Diuji/ No. of Samples Examined V. parahaemolyticus (%)

Indramayu 1 6 5 83.3Indramayu 2 7 7 100.0Karawang 1 8 6 75.0Karawang 2 12 4 33.3Paciran 1 Sidoarjo 5 4 80.0Paciran 2 Sidoarjo 5 3 60.0Brondong 1 Lamongan 5 2 40.0Brondong 2 Lamongan 11 8 72.7Brondong 3 Lamongan 5 1 20.0Desa Jenu 1 Tuban 6 5 83.3Desa Jenu 2 Tuban 6 4 66.7Desa Gesik Harjo Tuban 10 4 40.0Pulosari Brebes 4 2 50.0Randusanga Brebes 1 4 4 100.0Randusanga Brebes 2 1 1 100.0Limbangan Wetan 1 4 0 0.0Limbangan Wetan 2 2 1 50.0Limbangan Kulon 2 1 50.0Jumlah total (% positif)/Total number(% positive) 103 62 60.2

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

400 bp 300 bp

Gambar 1. Contoh deteksi gen toxR pada V. parahaemolyticus M. 1 kb marker, 1. Kontrol positif (V.parahaemolyticus), 2. Kontrol negatif (Klebsiella sp.), 3. Kontrol negatif (water), 4-14. Sampel(sampel 4-13 menunjukkan hasil positif)

Figure 1. Example of toxR gene detection in V. parahaemolyticus M. 1 kb ladder, 1. Positive control (V.parahaemolyticus), 2. Negative control (Klebsiella sp.), 3. Negative control (water), 4-14. Samples(Sample 4-13 were shown as positive result)

41% berasal dari produk dingin dan 8% berasal dariproduk beku. Prevalensi dan derajat kontaminasiV. parahaemolyticus tertinggi terdeteksi di Crangon,Italia (prevalensi 58% dan konsentrasi 3400 MPN/g)dan yang berasal dari Laut Adriatik Utara (35%) dengansampel dari Danau Venetia Utara yang mencapai 1375MPN/g. Sementara hasil anal isis genetis

menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya gen tdh,namun terdapat 3 isolat yang mengandung gen trhdan gen T3SS2. Hasil ini memperlihatkan pentingnyamempertimbangkan penggunaan marker gen targetvirulen baru (T3SS2) dalam konfirmasi keberadaanfaktor virulen pada V. parahaemolyticus selainmenggunakan faktor virulen klasik.

Page 7: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

47

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

Tingginya insidensi V. parahaemolyticus padaudang disebabkan karena V. parahaemolyticusmerupakan flora normal di lingkungan perairan payau,sebagaimana dikemukakan oleh DePaola, Kaysner,Bowers dan Cook (2000) dan Ceccarelli, Hasan, Huqdan Colwell (2013) bahwa V. parahaemolyticusmerupakan flora normal di lingkungan perairan payaudan lingkungan pantai, merupakan biota alami padakerang-kerangan serta menjadi salah satu spesiesVibrio spp. yang bersifat patogen terhadap komoditasudang maupun pada manusia. Vibrio sp. dapat terjadisecara alami dalam lingkungan perairan danmerupakan bakteri yang paling sering terjadi dilingkungan budidaya udang (Abu & Egenonu, 2008;Chitov, Wongdao, Thatum, Puprae & Sisuwan, 2009;DePaola et al., 2000; Newton, Kendall, Vugia, Henao& Mahon, 2012). Namun terkadang para turisinternasional juga ikut bertanggung jawabmenyebarkan infeksi ini dari satu negara ke negaralain sebagaimana dikemukakan oleh Pal dan Das(2010). Sementara penggandaan V. parahaemolyticusberkaitan dengan suhu air dan musim. Lebih lanjutChitov et al. melaporkan tingginya kandungan Vibriospp. pada kerang yang melebihi 104 cfu/g akanberpotensi membahayakan terlebih jika strain yangmengkontaminasi produk merupakan strain yangbersifat patogen. Keberadaan strain Vibrio patogeniktersebut akan memberi dampak keamanan bagiproduk yang dimasak atau siap saji jika bakteritersebut survive karena proses pemasakan yangkurang sempurna atau menjadi sumber rekontaminasisetelah proses pengolahan pangan.

Indonesia dikenal sebagai wilayah tropis yangsangat berpotensi menyebabkan t ingginyakeberadaan V. parahaemolyticus. Hal inidimungkinkan karena tingginya suhu air laut(25-35 °C) yang menyebabkan keberadaanV. parahaemolyticus yang selalu terdeteksi danterdistribusi sepanjang tahun. Suhu perairan laut yangtinggi merupakan faktor utama yang berkontribusiterhadap tingginya persentase V. parahaemolyticus(Zulkifli et al., 2009). Disebutkan bahwa sebagianbesar wilayah beriklim tropis seperti Asia Tenggaramemil ik i potensi besar akan keberadaanV. parahaemolyticus, yakni dengan persentase sekitar20–70% (Ronald & Santos, 2001; Wong et al., 1999).

Pada penelitian ini, sejumlah besar isolatV. parahaemolyticus telah berhasil diisolasi selamabulan Februari (5 isolat), Maret (28 isolat) dan Agustus(14 isolat) ketika suhu air perairan tambak berada padakisaran 27-29°C (Tabel 5). InsidensiV. parahaemolyticus pada musim hujan cenderunglebih tinggi daripada musim kemarau. Namundemikian, insidensi V. parahaemolyticus yang bersifatpatogen lebih cenderung terjadi pada musim kemarau

(bulan Oktober) ketika suhu air tambak 31,69 °C danpH 8,44 (Tabel 5). Dibanding bulan lainnya, suhu airtambak di bulan Oktober merupakan suhu yang palingmendekati kondisi optimum (37°C) untuk pertumbuhanbakteri V. parahaemolyticus (Lake, Hudson &Cressey, 2003). Penelitian lain melaporkan bahwaV. parahaemolyticus berada pada semua lokasi diwilayah pantai Al Azziziah dan Half Moon (40/300;13,3%), dan kandungan V. parahaemolyticus yangtinggi terisolasi selama bulan Mei, Juni dan Juli ketikasuhu air laut 30, 31, dan 33 °C (ElHadi, 2012). Serupadengan penelitian ini, sampel positif V. parahaemolyticusdari sampel udang yang berasal dari Laut AdriatikUtara dan Danau Venetia Utara, Italia terkonsentrasidi musim panas dan musim gugur (Juni-November2012), tetapi juga terdeteksi pada bulan Maret danDesember 2012. Pada periode Juli hingga Desemberdi samping memiliki prevalensi yang tinggi jugamemiliki nilai MPN tertinggi dengan peningkatanhingga bulan September, dan menurun secara tetaphingga akhir tahun (Caburlotto et al., 2016). Sementaraitu Lopez-Hernandez et al. (2015) melaporkan bahwadari 80 sampel kerang yang berasal dari MandingaGrande Lagoon dan Mandinga City (Mandiga lagoonsystem) Veracruz, Meksiko ditemukan sebanyak62,5% V. parahaemolyticus tdh dan 12,5%V. parahaemolyticus trh. Prevalensi V. parahaemolyticusdengan gen tdh+/trh- yang tinggi telah ditemukan selamamusim dingin (dry season; April-Juni) dengan kisaransuhu 18,9-30,2°C sebesar 8,33%. Prevalensi V.parahaemolyticus dengan gen tdh+/trh+ ditemukanselama musim semi (dry season) sebesar 0,42%.

Sementara i tu, sejumlah besar isolatV. parahaemolyticus yang ditemukan di musim hujan(bulan Februari dan Maret) tidak bersifat patogen.Sebaliknya di musim kemarau (bulan Oktober)ditemukan sejumlah kecil isolat V. parahaemolyticusyang bersifat patogen. Pada bulan Oktober terdapat3,23% isolat V. parahaemolyticus dengan gen tdh dan1,61% dengan gen trh. Keduanya merupakan genvirulen yang menyebabkan V. parahaemolyticusmenjadi bersifat patogen. Dilaporkan bahwa tidaksemua strain V. parahaemolyticus menyebabkanpenyakit, akan tetapi yang dapat menimbulkanpenyakit pada umumnya berhubungan dengankeberadaan faktor TDH dan TRH. Miyamoto et al.,(1969) menyebutkan virulensi V. parahaemolyticuslebih dekat hubungannya dengan TDH.V. parahaemolyticus memiliki dua faktor virulen yaituprotein pembentuk pori TDH yang berkontribusi dalampenyebaran penyakit ke manusia, dan TRH yangmemiliki peran yang sama dengan TDH terhadappatogenesis penyakit. Selain i tu bakteriV. parahaemolyticus juga mengkode sistem adhesidan sekresi (T3SS1 dan T3SS2) yang membuatnya

Page 8: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

48

Tabe

l 5.

Insi

dens

i V. p

arah

aem

olyt

icus

pat

ogen

pad

a ud

ang

vana

me

di P

anta

i Uta

ra J

awa

anta

ra b

ulan

Feb

ruar

i hin

gga

Okt

ober

201

5Ta

ble

5.In

cide

nce

of p

atho

geni

c V.

par

ahae

mol

ytic

us in

van

ame

shrim

p co

llect

ed fr

om N

orth

ern

Coa

st o

f Jav

a fro

m F

ebru

ary

to O

ktob

er, 2

015

Page 9: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

49

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

mampu bertahan pada kondisi l ingkungan(Letchumanan, Chan & Lee., 2014; Raghunath, 2015).Gen tdh+ jarang dijumpai pada isolat lingkungan,namun lebih sering ditemukan pada isolat klinis (Shiraiet al., 1990). Beberapa strain membawa gene tdh dantrh, namun terjadinya kasus klinis lebih sering terjadipada strain yang membawa gen tdh dari pada gen trh(Okuda et al., 1997). Serupa dengan hal ini, Saito etal. (2015) menyebutkan bahwa TRH berperan sebagaifaktor patogenisitas, namun virulensi trh mungkin lebihrendah daripada tdh. Dilaporkan sebanyak 330(89,4%) outbreaks dan kasus infeksi sporadisV. parahaemolyticus yang terjadi di negara Jepangdisebabkan oleh strain tdh+/trh-, sedangkan frekuensiinfeksi yang disebabkan oleh strain tdh-/trh+ hanyasebesar 1,2%. Sementara Leoni, Talevi, Masini,Ottaviani, dan Rocchegiani (2016) melaporkan bahwa

Tabel 6. Distribusi dan frekuensi terjadi V. parahaemolyticus pada sampel udang berdasarkan musimTable 6. Distribution and frequency of the occurrence of V. parahaemolyticus from fresh shrimp samples based on season

gen trh+ ditemukan pada semua isolat yang berasaldari lingkungan dan pangan. Berdasarkan analisissekuens asam amino pada sampel lingkungan danpangan ditemukan adanya perbedaan sekuens asamamino trh2 isolat lingkungan dengan isolat klinis.

Berdasarkan Tabel 6, pada beberapa lokasi,insidensi V. parahaemolyticus yang lebih tinggi terjadipada musim hujan (Feb-Maret), seperti yang terjadidi Karawang, Pulosari Brebes, Paciran Sidoarjo, DesaJenu Tuban 1 dan Desa Gresik Harjo Tuban.Sebaliknya di lokasi lain seperti Indramayu insidensiV. parahaemolyticus yang lebih tinggi justru terjadipada musim kemarau (Agustus-September). Namunfrekuensi V. parahaemolyticus yang tinggi juga dapatterjadi pada kedua musim seperti yang terjadi diRandusanga Brebes, Brondong Lamongan dan DesaJenu Tuban. Pada Tabel 6 terl ihat bahwa

Musim Hujan/Rainy Season (%)

Musim Kemarau/Dry Season (%)

Indramayu 1 5/6 (83.33) -

Indramayu 2 - 7/7 (100.00)

Karawang 1 6/8 (75.00) 4/12 (33.33)

Pulosari Brebes 2/4 (50.00) -

Randusanga Brebes 1 4/4 (100.00) -

Randusanga Brebes 2 - 1/1 (100.00)

Limbangan Wetan 1 0/2 (0.00) -

Limbangan Wetan 2 - 1/2 (50.00)

Limbangan Kulon - 1/2 (50.00)

Paciran 1 Sidoarjo 4/5 (80.00) -

Paciran 2 Sidoarjo - 3/5 (60.00)

Brondong 1 Lamongan 1/2 (50.00) 1/3 (33.33)

Brondong 2 Lamongan 5/7 (71.43) 3/4 (75.00)

Brondong 3 Lamongan - 1/5 (20.00)

Ds Jenu 1 Tuban 2/2 (100.00) 3/4 (75.00)

Ds Jenu 2 Tuban 1/2 (50.00) 3/4 (75.00)

Ds Gesikharjo Tuban 3/4 (75.00) 1/6 (16.67)Jumlah sampel/No. of samples 48 55Prevalensi V. parahaemolyticus /Prevalence of V. parahaemolyticus (%) 33/48 (66.67) 29/55 (52.73)

Lokasi/Location

V. parahaemolyticus positif/Positive V. parahaemolyticus

Page 10: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

50

Tabe

l 7.

Insi

dens

i V. p

arah

aem

olyt

icus

pat

ogen

ik p

ada

sam

pel u

dang

dar

i ber

baga

i loka

si ta

mba

k di

Pan

tai U

tara

Jaw

aTa

ble

7.In

side

nce

of p

atho

geni

c V.

par

ahae

mol

ytic

us fr

om fr

esh

shr

imp

sam

ples

col

lect

ed fr

om N

orth

ern

Coa

st o

f Jav

a fro

m d

iffer

ent l

ocat

ions

of p

onds

Page 11: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

51

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

V. parahaemolyticus dijumpai hampir di setiap lokasibaik pada musim hujan maupun kemarau. KeberadaanV. parahaemolyticus pada setiap musimmengindikasikan bahwa bakteri ini merupakan spesiesendemi pada daerah tersebut (Lopez-Hernandez etal., 2015).

Sampel udang dengan kandungan V.parahaemolyticus yang bersifat patogen ditemukan didua lokasi tambak di wilayah Jawa Timur (Tabel 7)yang diindikasikan dengan ditemukannya gen tdh dantrh.

Pada penelitian ini suhu air tambak berada padakisaran yang mampu mendukung pertumbuhan bakteriV. parahaemolyticus, sementara pH perairan padakondisi optimum, yaitu berturut-turut sebesar 27,75 -31,69 °C dan 8,16 - 8,44. Menurut Lake et al. (2003)pertumbuhan bakteri V. parahaemolyticus terjadi padakisaran suhu 5 - 43 °C, namun pertumbuhan yangsangat cepat terjadi pada kondisi optimum (suhu37ºC). Sedangkan pH optimum V. parahaemolyticusadalah 7,8 - 8,6 (Lake et al.). Sumber lainmenyebutkan bahwa keberadaan bakteri berkaitandengan suhu perairan, sehingga beberapa tidakterdeteksi hingga suhu perairan mencapai 19 – 20 °C(Jay, 2000).

Dari 62 sampel positif V. parahaemolyticus yangdianalisis dengan metode PCR, ditemukan sebanyak2 sampel positif tdh dan 1 sampel positif trh. Keduasampel positif tdh, masing-masing dengan insidensi16,67% dan 10% (Tabel 7). Adanya gen tdh dan trhpada sampel udang tambak tersebut menjadi indikasipotensi patogenik dari V. parahaemolyticus (Lopez-Hernandez et al., 2015). Dengan kata lain ketigasampel tersebut mengandung gen virulen sehinggaberisiko menimbulkan penyakit. Berdasarkan hasilpengamatan di lapangan, sampel udang yangterindikasi mengandung gen virulen tersebut berasaldari tambak udang yang sebagian udangnyamengalami penyakit white feces. Hal ini terlihat dariukuran udang yang kecil meskipun telah berumur lebihdari 90 hari. Angka prevalensi ini relatif lebih tinggidibandingkan Amizar (2011) yang menyebutkanbahwa dari produk seafood (udang, kerang dankepiting) asal kota Padang, Sumatera Barat danMuara Angke,(Jakarta) ditemukan adanyaV. parahaemolyticus dengan total persentase gen toxRpada udang kelong (Penaeus indicus) sebesar 30%,udang rebung (Metapanous endeavori) 26,7%, kepitingkatam (Scylla serrata) 61,1% dan sebesar 45% padakerang hijau (Mytillus viridis). Namun dari 95 isolatyang positif toxR tidak ditemukan satupun gen virulentdh dan trh.

Berbeda dengan Zulkifli et al. (2009) yangmenyebutkan bahwa seluruh sampel kerang yang

berasal dari Perairan Padang, Sumatera Baratmemperlihatkan hasil negatif untuk gen tdh dan trh,maka prevalensi V. parahaemolyticus dengan gen tdhdan trh pada penelitan ini cukup besar yakni mencapai3,23% dan 1,61%. Laporan lain menyebutkan terdapat2,1% dari sampel udang di Iran terinfeksi Vibrio spp.(Hosseini, Cheraghali, Yalfani & Razavilar, 2004) dansebanyak 1/122 (0,88%) dari 8/122 (6,55%) sampelair dan seafood yang berasal dari perairan Tunisiapositif mengandung gen tdh dan trh (Khouadja et al.,2013). Hal ini berarti bahwa prev alensi V.parahaemolyticus dengan gen virulen pada sampeludang Indonesia yang berasal dari tambak wilayahJawa Timur sedikit lebih tinggi daripada seafood yangberasal dari Iran dan Tunisia. Adanya V.parahaemolyticus yang bersifat patogen pada sampeludang ini berisiko bagi kesehatan masyarakat terutamajika dikonsumsi dalam kondisi mentah. Chatterjee,Neogy dan Gorbach (1970) melaporkan bahwa sekitar10% dari kasus gastroenteritis pada pasien di rumahsakit penyakit infeksi di Kolkata India disebabkan olehV. parahaemolyticus. Dalam hal ini seafoodseharusnya disajikan matang sebelum dikonsumsi,selain itu diperlukan pengawasan kualitas yang baikdalam hal budidaya, proses pengolahan, panen, dankonsumsi untuk menjamin kesehatan masyarakat(Adebayo et al., 2011).

KESIMPULAN

Keberadaan V. parahaemolyticus total danpatogenik pada udang tambak yang berasal dariPantai Utara Jawa melalui deteksi gen toxR, tdh dantrh menunjukkan bahwa dari 103 sampel yang diujidiperoleh 62 sampel positif V. parahaemolyticus(63,27%). Terdapat 2 sampel positif tdh (3,23%), 1sampel positif trh (1,61%) dan 1 sampel positif tdhdan trh (1,61%) yang berasal dari tambak wilayah JawaTimur. Dengan demikian udang vaname segar yangberasal dari tambak wilayah Jawa Timur mengandungV. parahaemolyticus patogen sehingga berpeluangmenimbulkan risiko bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abu, G. & Egenonu, C. (2008). The current status of thenew Calabar river in the Niger Delta region ofSouthern Nigeria : a survey of antibiogram profiles ofits bacterial isolates. African J. EnvironmentalScience and Technol., 2(6), 134-141.

Adebayo-Tayo, B. C., Okonko, M. O., John, N. N., Odu, J.,Nwanze, C., & Ezediokpu, M. N. (2011). Occurrenceof Potentially Pathogenic Vibrio Species in Sea FoodsObtained from Oron Creek. Advances in BiologicalResearch, 5(6), 356-365.

Page 12: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

52

Amizar, R. (2011). Karakterisasi molekuler dari V.parahaemolyticus dan V. Cholerae yang diisolasi dariseafood (udang, kerang dan kepiting) asal kotaPadang, Sumatera Barat dan Muara Angke, JakartaUtara. Artikel. Program Pasca Sarjana UniversitasAndalas Padang. 24p.

Annick, R. P., Alain, G., & Fournier, J.M. (2002). Usefulnessof R72H PCR assay for diferentiation between V.parahaemolyticus and Vibrio alginolyticusspecies:validation by DNA^DNA hybridization. FEMSMicrobiology Letters, 215, 1-6.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2006). SNI 01-2332.5-2006. Cara uj i mikrobiologi Bagian 5.Penentuan Vibrio parahaemolyticus pada produkperikanan. 27 p.

Bhunia, A.K. (2008). Foodborne Microbial pathogens:Mechanism and pathogenesis. Food Science TextSeries. Springer.276 p.

Broberg, C. A., Calder, T. J., Orth, K. (2011). Review Vibrioparahaemolyticus cell biology and pathogenicitydeterminants. Microbes and Infection, 13, 992-10.

Caburlotto, G., Suffredini, E., Toson, M., Fasolato, L.,Antonetti, P., Zambon, M., & Manfrin, A. (2016).Occurrence and molecular characterisation of V.parahaemolyticus in crustaceans commercialisedin Venice area, Italy. International Journal of FoodMicrobiology, 220, 39-49.

Ceccarelli, D., Hasan, N. A., Huq, A., & Colwell, R. R.(2013). Distribution and dynamics of epidemic andpandemic Vibrio parahaemolyticus virulence factors.Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, 3(97),1-9.

Centre for Health Protection. (2010). Scientific Committeeon Enteric Infections and Foodborne Diseases FoodPoisoning Associated with V. parahaemolyticus inHong Kong–Current Situation andRecommendations. Department of Health forDisease Prevention and Control. 15 p.

Chatterjee, B. D., Neogy, K. N., & Gorbach, S. L. (1970).Study of Vibrio parahaemolyticus from cases ofdiarrhea in Calcutta. Indian J. Med Res., 58, 235-239.

Chitov, T., Wongdao, S., Thatum, W., Puprae, T., &Sisuwan, P. (2009). Occurrence of potentiallypathogenic Vibrio species in raw, processed, andready-to-eat seafood and seafood products. MaejoInt. J. Sci. Technol., 3(01), 88-98.

DePaola, A., Kaysner, C.A., Bowers, J.C., & Cook, D.W.(2000). Environmental investigations of Vibrioparahaemolyticus in oysters following outbreaks 83in Washington, Texas, and New York (1997 and 1998).Appl. Environ. Microbiol., 66, 4649–4654.

Dewanti-Hariyadi, R., Suliantari, Nuraida, L., & Fardiaz,S. (2002). Determination of contamination profiles ofhuman bacterial pathogens in shrimp obtained fromJava, Indonesia. Proceedings of a Final ResearchCoordination Meeting held in Mexico City, Mexico, 22–26 July 2002. Mexico: IAEA-Tecdoc-1431. 475 p.

Elhadi, N. (2012). Occurence of potentially humanpathogenic Vibrio species in the coastal water of the

eastern province of Saudi Arabia. Research Journalof Microbiology, 8(1), 1-4. doi: 10.3923/jm.2013.1.12.

Felix, F., Nugroho, T.T., Silalahi, S., & Octavia, Y. (2011).Skrining bakteri Vibrio sp. asli Indonesia sebagaipenyebab penyakit udang berbasis tehnik 16Sribosomal DNA. Jurnal Ilmu dan Teknologi KelautanTropis,3(2),85-99.

Food and Drug Administration (FDA). (2000). Draft RiskAssessment on the Public Health Impact of V.parahaemolyticus in Raw Molluscan Shellfish.December, 2000. 193 p.

Food and Drug Administration (FDA). (2015). BAMAppendix 2 : Most Probable Number from serialdilution. Retrieved from http://www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/ Laboratory Methods/ucm109656.htm.

Hara-Kudo, Y., Sugiyama, K., Nishibuchi, M., Chowdhury,A., Jun Yatsuyanagi, J., Ohtomo, Y., Saito, A., Nagano,N.,Nishina, T., Nakagawa, H., Konuma, H., Miyahara,M. & Kumagai, S. (2003). Prevalence of pandemicthermostable direct haemolysin producing V.parahaemolyticus O3:K6 in seafood and the coastalenvironment in Japan. Applied and EnvironmentalMicrobiology, 69, 3883-3891.

Hosseini, H., Cheraghali, A.M., Yalfani, R., & Razavilar,V. (2004). Incidence of Vibrio spp. in shrimp caughtoff the south coast of Iran. Food Control,15, 187-190.

Jay, J.M. (2000). Modern Food Microbiology. 6th edn. InJ, Sesma (Ed), (pp. 549-552). Maryland: AspenPublishers, Inc.

Katadata KKP. (2016). Indonesia raja udang ASEAN.Retrieved from http://www.m.katadata.co.id/infografik/2016/03/30/indonesia raja.

Khouadja, S., Suffredini, E., Spagnoletti, M., Croci, L.,Colombo, M. M., & Amina, B. (2013). Presence ofpathogenic V. parahaemolyticus in waters andseafood from the Tunisian Sea. World J MicrobiolBiotechnol, 29,1341-1348.

Kim, Y.B., Okuda, J., Matsumoto, C., Takahashi, N.,Hashimoto, S. & Nishibuchi, M. (1999). Identificationof V. parahaemolyticus strains at the species levelby PCR targeted to the toxR gene. Journal of ClinicalMicrobiology, 37, 1173-1177.

Lake, R., Hudson, A. & Cressey, P. (2003). Risk profile: V.parahaemolyticus in seafood . Institute ofEnvironmental Science and Research Ltd,Christchurch, New Zealand. 47 p.

Leoni, F., Talevi, G., Masini, L., Ottaviani, D., &Rocchegiani, E. (2016). Trh (tdh”/trh+) gene analysisof clinical, environmental and food isolates of V.parahaemolyticus as a tool for investigating pathogenicity. International Journal of Food Microbiology,225, 43-53.

Lesmana, M., Subekti, D., Simanjuntak, C.H., Tjaniadi,P., Campbell J.R.,& Oyofo B.A. (2001). Vibrioparahaemolyticus associated with cholera-likediarrhea among patients in North Jakarta, Indonesia.Diagn Microbiol Infect Dis., 39(2), 71-5.

Letchumanan, V., Chan, K., & Lee, L. (2014). Vibrioparahaemolyticus : are view on the pathogenesis,

Page 13: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

53

Keberadaan Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak.............................(Arifah Kusmarwati et al.)

prevalence, and advance molecular identificationtechniques. Frontiers in Cellular and InfectionMicrobiology, 5, 705

Linda, N.W. & Asim, K.B. (2006). Detection of V.parahaemolyticus in Shellfish by Use of MultiplexedReal-Time PCR with TaqMan Fluorescent Probes.Applied and Environmental Microbiology, 72, 2031-2042.

López-Hernández, K.M., Pardío-Sedas, V.T., Lizárraga-Partida, L., de J. Williams, J., Martínez-Herrera, D.,Flores-Primo, A., Uscanga-Serrano, R., & KarlaRendón-Castro, K. (2015). Environmentalparameters influence on the dynamics of total andpathogenic Vibrio parahaemolyticus densities inCrassostrea virginica harvested from Mexico’s Gulfcoast. Marine Pollution Bulletin, 91, 317-329.

Marlina, Radu, S., Kqueen, C.Y., Napis, S., Zakaria, Z.,Mutalib, S.A., & Nishibushi, M. (2007). Detection oftdh and trh genes in Vibrio parahaemolyticusisolated from Corbicula moltkiana prime in WestSumatera, Indonesia. Southeast Asian Journal ofTropicalMedicine and Public Health, 38(2), 349-355.

Merward, A. M. A., El-Ghareeb, W.R., & Taisir, S.M. (2011).Occurence of some zonotic Vibrios in shellfish andDiarrheic patients with regard to tdh gene in V.parahaemolyticus. J. American Sci., 7(9), 449-459.

Miyamoto, Y., Kato, T., Obara, Y., Akiyama, S., Takizawa,K. & Yamai, S. (1969). In vitro hemolytic characteristicof V. parahaemolyticus: its close correlation withhuma pathogenicity. Journal of Bacteriology, 100,1147-1149.

Nelapati, S., & Krishnaiah, N. (2010). Detection of totaland pathogenic V. parahaemolyticus by polymerasechain reaction using toxR, Tdh and trh genes.Veterinary World, 3(6), 268-271.

Newton, A., Kendall, M., Vugia, D. J., Henao, O. L., &Mahon, B.E. (2012). Increasing rates of vibriosis inthe United States,1996–2010: review of surveillancedata from 2 systems. Clin. Infect.Dis, 54, S391-S395.doi:10.1093/cid/cis243.

Nishibuchi, M., & Kaper, J.B. (1995). Thermostable directhemolysin gene of V. parahaemolyticus: a virulencegene acquired by a marine bacterium. Infect Immun,63(6), 2093–2099.

Okuda, J., Ishibashi, M., Hayakawa, E., Nishino, T.,Takeda, Y., Mukhopadhyay, A.K., Garg, S.,Bhattacharya, S.K., Nair, G.B., & Nishibuchi, M. (1997).Emergence of a unique O3: K6 clone of V.parahaemolyticus in Calcutta, India, and isolation ofstrains from the same clonal group from SoutheastAsian travelers arriving in Japan. J Clin Microbiol.,35(12), 3150-3155.

Pal, D., & Das, N. (2010). Isolation, identification andmolecular characterization of V. parahaemolyticusfrom fish samples in Kolkata. European Review forMedical and Pharmacological Sciences,14, 545-549.

Raghunath, P. (2015). Roles of thermostable directhemolysin (TDH) and TDH-related hemolysin (TRH)in Vibrio parahaemolyticus. Frontiers in Cellular andInfection Microbiology, 5(805), 1-4.

Ronald, G.L., & Santos, G. (2001). Guide to foodbornepathogens. New York: John Wiley and Sons, Inc. 373p.

Saito, S., Iwade, Y., Tokuoka, E., Nishio, T., Otomo, Y.,Araki, E., Konuma, H., Nakagawa, H.,Tanaka, H.,Sugiyama, K., Hasegawa, A., Sugita-Konishi, Y., &Hara-Kudo, Y., (2015). Epidemiological evidence oflesser role of thermostable direct hemolysin (TDH)-related hemolysin (TRH) than TDH on Vibrioparahaemolyticus pathogenicity. Foodborne Pathog.Dis.,12, 131-138.

Shah. P. D., & Deokule, J. S. (2006). Isolation of Vibriomimicus from a case of acute diarhea – a case report.Indian Journal of Pathology and Microbiology, 49,455-456.

Shirai, H., Ito, H., Hirayama, T., Nakamoto, Y.,Nakabayashi, N., Kumagai, K., Takeda, Y., &Nishibuchi, M. (1990). Molecular epidemiologicevidence for association of thermostable directhaemolysin (TDH) and TDH-related haemolysin ofV. parahaemolyticus with gastroenteritis. Infectionand Immunity, 58(11), 3568–3573.

Sunorita, M., & Tjarsono, I. (2014). Kebijakan HambatanNon Tarif Di Pasar Uni Eropa Terhadap EksporKomoditas Udang Indonesia. Jurnal Transnasional,6(1) : -

Tada, J., Ohashi, T., Nishimura, N., Shirasaki, Y., Ozaki,H., Fukushima, S., Takano, J., Nishibuchi, M. AndTakeda, Y. (1992). Detection of thermostable directhemolysin gene (tdh) and thermostable direct-related hemolysin gene (trh) of V. parahaemolyticusby polymerase chain reaction. Molecular and CellularProbes, 64, 477-487.

Thomspon, F.L., Lida, T., & Swings, J. (2004). Biodiversityof vibrios. Microbiol. Mol. Biol. Rev., 68, 403-431.

Tiruvayipati, S., Bhassu., Kumar, N., Baddam, R., Shaik,S., Gurindapalli, A. K., Lin Thong, K., & Niyaz Ahmed,N. (2013)..Genome anatomy of the gastrointestinalpathogen, V. parahaemolyticus of crustacean origin.Gut Pathogens, 5, 37.

Vieira, R. H. S. F., Costa, R. A., Menezes, F. G. R., &Maggioni, R. (2011). Kanagawa-Negative, tdh- andtrh-Positive Vibrio parahaemolyticus Isolated fromFresh Oysters Marketed in Fortaleza, Brazil. CurrMicrobiology, 63,126-130. doi: 10.1007/s00284-011-9945-x.

Wong, H.C., Chen, M.C., Liu, S.H., & Liu, D.P. (1999).Incidence of highly genetically diversified Vibrioparahaemolyticus in seafood imported from Asiancountries. Int. J. Food Microbiol., 52, 181-188.

Yang, Z., Jiao, X., Zhou, X., Cao, G., Fang, W., & Gu, R.(2008). Isolation and molecular characterization ofVibrio paraheamolyticus from fresh, low temperaturepreserved, dried and salted seafood products in twocoastal areas of eastern China.International of foodMicrobiol., 125, 279-285.

Yennie, Y., Hariyadi, R.D., & Poernomo, A. (2015).Prevalensi gen tdh dan trh Vibrio parahaemolyticuspada udang vaname (Litopenaeus vannamei) diwilayah Indramayu, Jawa Barat. JPB Kelautan danPerikanan, 10 (1), 61-70.

Page 14: KEBERADAAN Vibrio parahaemolyticus PATOGENIK PADA …

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 No. 1 Tahun 2016: 41-54

54

Yoder, J.S., Hlavsa, M.C., Craun, G.F., Hill, V., Roberts, V.,Yu, P.A., Hicks, L.A., Alexander, N.T., Calderon, R.L.,Roy, S. L and Beach, M. J. (2008). Surveillance forwaterborne diseases and outbreaks associated withrecreational water use and other aquatic facilityassociated health events-United State 2005-2006.MMWR Surveillance Summaries, 57, 1-29.

Zulkifli, Y., Alitheen, N.B., Son, R., Yeap, S.K., Lesley, M.B.& Raha, A.R. (2009). Identification ofV.parahaemolyticus isolates by PCR targeted to thetoxR gene and detection of virulence genes.International Food Research Journal, 16, 289-296.