Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN COCCINELLIDAEPADA LAHAN TANAMAN CRUCIFERA BERDASARKAN
PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT
OlehDEWI PRAJWALITA MAHAYANA
105040200111134MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar SarjanaPertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANMALANG
2018
RINGKASAN
DEWI PRAJWALITA MAHAYANA. 105040200111134. Keanekaragamandan Kelimpahan Coccinellidae pada Lahan Tanaman CruciferaBerdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat. Di bawah bimbingan Dr. Ir.Sri Karindah, MS. sebagai Pembimbing Utama dan Rina Rachmawati, SP.,MP., M.Eng. sebagai Pembimbing Pendamping.
Studi keanekaragaman dan kelimpahan Coccinellidae merupakansalah satu praktik studi saintifik yang berguna untuk mengetahui peranekologis dari setiap spesies dalam famili tersebut sebagai musuh alami atauhama tanaman. Coccinellidae secara umum diketahui bersifat generalisterhadap pakan dan habitatnya, namun Coccinellidae tetap memilikipreferensi tertentu terhadap pakan dan habitat apabila terdapat variasi yangberagam. Pada penelitian ini, keanekaragaman dan kelimpahan populasiCoccinellidae lebih difokuskan padapertanaman caisim Brassica rapa var.juncea, petsai Brassica rapa var. pekinensis, dan pakcoy Brassica rapa var.parachinensis dengan lokasi ketinggian yang berbeda, yaitu dataran tinggidan dataran rendah.
Lokasi yang ditetapkan sebagai lahan pengamatan adalah lahanpertanian sekitar Pendem-Kota Batu dengan ketinggian 500-600 m dpl danlahan samping Arboretum, Desa Sumber Brantas-Kota Batu denganketinggian 1500-1600 m dpl. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2017. Metode dan mekanisme pengambilan sampel dilakukandengan dengan metode nisbi dengan pola pengambilan mengikuti lajurtanaman sawi. Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara manual danalat bantu berupa mesin penyedot dan jaring ayun. Analisis datamenggunakan software Microsoft Excel dan perbandingan indeks Shannon-Wienner. Sedangkan identifikasi Coccinellidae menggunakan berbagai bukupedoman Coccinellidae (Kalshoven, 1981; Slipinski, 2013; Poorani, 2016).
Keanekaragaman dan kelimpahan populasi Coccinellidae tertinggiterdapat pada areal pertanaman sawi dengan ketinggian 500-600 m dpl.Total spesies Coccinellidae yang ditemukan berjumlah delapan, yaituCoccinella transversalis, Menochilus sexmatulata, Micraspis crocea,Micraspis lineata, Coelophora inaequalis, Scymnus nubilus, Harmoniasedecimnotata, dan Ephilachna sparsa. Spesies Coccinellidae yang memilikikelimpahan populasi tertinggi adalah C. transversalis, sedangkan spesiesyang memiliki sebaran lingkungan yang luas adalah M. sexmatulata.Perbedaan ketinggian tempat yang terkait akan suhu dan kelembaban udarapada lahan suatu kawasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadapkeanekaragaman dan kelimpahan Coccinellidae. Keanekaragaman dankelimpahan populasi Coccinellidae lebih dipengaruhi oleh tingkatkeragaman komoditas tanaman yang dibudidayakan oleh petani pada suatuhamparan kawasan pertanian serta intensitas aplikasi pestisida.
SUMMARY
DEWI PRAJWALITA MAHAYANA. 105040200111134. The DiversityandAbundance of Coccinellidae in Crucifera PlantationBased on AltitudeDifferences. Supervised by Dr. Ir. Sri Karindah, MS. asMain Supervisordan Rina Rachmawati, SP., MP., M.Eng. asSecond Supervisor.
The study of Coccinellidae diversity and abundance is one of thescientific practice that useful to know the ecological role of each species in thefamily as natural enemies or plant pest. Mostly, Coccinellidae known as ageneralist predator. Although it is known as a generalist, each Coccinellidaestill has it own specific habitat and food preference to conduct their qualitylife. In this study, Coccinellidae diversity and abundace were focused onBrassica rapa juncea, Brassica rapa parachinensis and Brassica rapapekinensisin altitude differences, lowland dan highland plantation.
Observation location determined by two locations; plantation area inPendem-Batu as lowland (altitude range 500-600 m asl) and plantation besideArboretum, Desa Sumber Brantas-Batu as highland (altitude range 1500-1600 m asl).This study was conducted in September-October 2017. Methodsand sampling mechanisms were performed by using relative methode withmechanisms by following the plantation pattern. Observation due by visualin manually handpicking and tools (farmcop and sweep net). Data analysperformed by using Microsoft Excel and Shannon-Wienner Index. Bookguidance for identifiying Coccinellidae samples were various (Kalshoven,1981; Slipinski, 2013; Poorani, 2016).
The highest Coccinellidae diversity and abundance were take place inBrassica rapa plantation with 500-600 m asl altitude which has a variousplantation in the expanse area. There were eight spesies of Coccinellidae intotal which wereCoccinella transversalis, Menochilus sexmatulata, Micraspiscrocea, Micraspis lineata, Coelophora inaequalis, Scymnus nubilus, Harmoniasedecimnotata, and Ephilachna sparsa. Coccinellidae spesies with the highestpopulation abundance was C. transversalis, while the spesies that have wideenviroment distribution wasM. sexmaculata. The altitude differences of fieldplantations that associated with temperature and humidity did not affectsignificantly to the diversity and abudance of Coccinellidae. The diversityand abundance of Coccinellidae were more influenced by the diverse of cropcommodities cultivated by farmers on an agricultural expanse area and theintensity of pesticide applications were used in time.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Keanekaragaman dan Kelimpahan
Coccinellidae pada Lahan Tanaman Crucifera Berdasarkan Perbedaan Ketinggian
Tempat”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada ibu Dr. Ir. Sri Karindah, MS. dan ibu Rina Rachmawati, SP.,
MP., M.Eng., selaku dosen pembimbing utama dan pendamping atas segala
kesabaran, nasehat, kritik, arahan, dan bimbingannya kepada penulis. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo,
SU. dan bapak Luqman Qurata Aini, SP., MSi., PhD. selaku penguji atas nasehat,
arahan, dan bimbingan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan ibu Dr. Ir.
Ludji Pantja Astuti, MS. atas nasehat dan kesempatan yang diberikan kepada
penulis beserta seluruh dosen dan karyawan Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya atas arahan, fasilitas, dan
bantuan yang diberikan.
Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orang tua dan kakak
atas do’a, kasih sayang, kesabaran, motivasi, serta dukungan yang diberikan
kepada penulis. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan,
khususnya Dina, Dik Alya, Rizki, Amel, Noer Zein, Patrica, Fariska, dan Mitha
yang telah membantu, menemani, memberi semangat, motivasi, serta dukungan
kepada penulis.
Malang, Januari 2018Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 27 Oktober 1991 sebagai putri keduadari dua bersaudara dari Bapak Drs. Sulisjani Harijanta, M.Ed., TESOL dan IbuDra. Paripurna Yuani, MBA.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Tunjung Sekar I (Brugge)Malang pada tahun 1998 sampai tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMPNegeri 5 Malang pada tahun 2004 sampai tahun 2007. Pada tahun 2007 hinggatahun 2010 penulis menempuh pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3Malang. Kemudian penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata 1 FakultasPertanian Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum MataKuliah Biokimia Pertanian tahun 2012. Selain itu penulis juga pernah aktif dalamUKM Rohis Forsika 2010 hingga tahun 2012 serta aktif dalam kepanitiaanPOSTER FP UB 2011 dan GNORESQ 2011.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yangpernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yangpernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacudalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Januari 2018
Dewi Prajwalita Mahayana
DAFTAR ISI
RINGKASAN .......................................................................................................... i
SUMMARY ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... ix
I.PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Tujuan ..................................................................................................................... 3
Hipotesis.................................................................................................................. 3
Manfaat ................................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 4
Ciri Umum Famili Coccinellidae ............................................................................ 4
Macam Peranan Coccinellidae pada Ekosistem...................................................... 4
Jenis-jenis (spesies) Serangga Coccinellidae .......................................................... 9
Taksonomi Serangga Coccinellidae...................................................................... 11
Biologi dan Siklus Hidup Coccinelidae ................................................................ 12
a. Telur ....................................................................................................... 13
b. Larva....................................................................................................... 14
c. Pupa ........................................................................................................ 14
d. Imago...................................................................................................... 15
Morfologi Serangga Dewasa................................................................................. 16
a. Kepala..................................................................................................... 16
b. Toraks ..................................................................................................... 20
c. Elytra ...................................................................................................... 21
d. Tungkai................................................................................................... 21
e. Abdomen ................................................................................................ 22
Preferensi Habitat Serangga Coccinellidae ........................................................... 23
III. METODOLOGI .............................................................................................. 25
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 25
Alat dan Bahan...................................................................................................... 25
Metode Penelitian.................................................................................................. 26
Kondisi Lingkungan dan Vegetasi Lokasi Pengambilan Sampel SeranggaCoccinellidae......................................................................................................... 27
Alur Penelitian ...................................................................................................... 28
Metode dan Mekanisme Pengambilan Sampel. .................................................... 29
Pencuplikan Sampel Serangga Coccinelidae ........................................................ 29
Perbandingan Keanekaragaman dan Pola Distribusi Coccinelidae ...................... 30
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 31
Identifikasi Sampel Serangga Coccinellidae Hasil Koleksi Lapang..................... 31
a. Coccinella transversalis Fabricius ......................................................... 31
b. Menochilus sexmatulata Fabricius ......................................................... 32
c. Micraspis lineata .................................................................................... 32
d. Micrasis crocea ...................................................................................... 33
e. Coelophora inaequalis Fabricius ........................................................... 34
f. Scymnus nubilus Mulsant ....................................................................... 34
g. Harmonia sedemcinotata Fabricius........................................................ 35
h. Ephilachna sparsa .................................................................................. 36
Serangga Coccinellidae yang ditemukan di area pertanaman sawi Pendem(ketinggian 500-600 m dpl)................................................................................... 36
Serangga Coccinellidae yang ditemukan di area pertanaman sawi Desa SumberBrantas (ketinggian 1500-1600 m dpl) ................................................................. 37
V.PENUTUP......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45
LAMPIRAN.......................................................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Imago Harmonia octomaculata ................................................................ 92. Menochilus sexmaculata ......................................................................... 103. Imago Micraspis crocea ......................................................................... 104. Imago Heteroneda billardieri ................................................................. 115. Siklus hidup Coccinellidae ..................................................................... 126. Penampakkan permukaan telur kumbang koksi dengan menggunakan
mikroskop elektron ................................................................................. 137. Larva Coccinelidae dengan bagan anggota tubuhnya............................. 148. Bagian-bagian pupa yang dapat dijadikan pembeda antar spesies ......... 149. Imago Coccinelidae tampak atas ............................................................ 1610. Bagian tubuh imago Coccinelidae tampak bawah .................................. 1611. Bagian kepala Coccinellidae................................................................... 1712. Bentuk kepala dan letak mata Coccinellidae .......................................... 1713. Macam-macam bentuk antena Coccinelidae .......................................... 1814. Bagian-bagian mulut Coccinelidae ......................................................... 1915. Macam-macam maksilla famili Coccinellidae........................................ 2016. Macam-macam prosternum famili Coccinellidae ................................... 2017. Macam-macam bentuk tarsi Coccinellidae ............................................. 2118. Perbedaan abdomen jantan betina Coccinelidae..................................... 2219. Perbedaan tipe mandibel Coccinellidae berdasarkan jenis pakan........... 2420. Peta lokasi pengambilan sampel ............................................................. 2621. Citra satelit lokasi lahan sampling. ......................................................... 2722. Denah Plot Pengambilan Sampel............................................................ 2923. C. transversalis. ...................................................................................... 3124. M. sexmatulata. ....................................................................................... 3225. M. lineata ............................................................................................... 3326. M. crocea ................................................................................................ 3327. C. inaequalis ........................................................................................... 3428. S. nubilus................................................................................................. 3529. H. sedecimnotata..................................................................................... 3530. E. sparsa. ................................................................................................ 3631. Grafik kelimpahan populasi Coccinellidae lahan Ampeldento,
Karangploso ............................................................................................ 3732. Grafik kelimpahan populasi Coccinellidae Arboretum, Desa Sumber
Brantas .................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Pengelompokkan imago Coccinellidae berdasarkan speisifikasi pakan ..... 62. Taksonomi serangga famili Coccinellidae ................................................ 123. Kategori habitat Coccinellidae dilihat dari macam dan kerapatanvegetasi
secara global.............................................................................................. 234. Keragaman spesies Coccinellidae pada lahan caisin dan pakcoy Pendem
.................................................................................................................. .375. Keragaman spesies Coccinellidae pada lahan sawi putih, Arboretum Desa
Sumber Brantas ......................................................................................... 386. Perbandingan Indeks Keragaman Shannon-Wienner (H’)........................ 39
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Studi keragaman serangga famili Coccinellidae merupakan salah satu praktik studi
saintifik yang sangat berguna untuk mengetahui peranan masing-masing spesies dalam famili
tersebut sebagai musuh alami atau hama tanaman. Di Indonesia, serangga famili
Coccinellidae biasa dikenal dengan sebutan kumbang kubah spot. Serangga dewasa atau
imago mudah dikenali dengan ciri fisik berbentuk kubah berwarna cerah seperti kuning,
oranye, atau merah dengan spot –spot hitam atau hitam kuning sampai merah (Subyanto,
1991).
Anggota famili Coccinellidae pada umumnya dikenal sebagai predator homopteran
seperti kutu apis, kutu sisik,kutu perisai atau kutu kebul dan beberapa macam tungau. Namun
terdapat satu subfamili dari spesies-spesies yang berperan kumbang perusak tanaman, yaitu
Epilachninae (Borror, 1992). Berdasarkan perbedaan jenis pakan dan peran ekologisnya,
spesies dari famili Coccinellidae ini dapat dikelompokkan sebagai pemakan serangga lain
(karnivor/predator) atau pemakan tumbuhan (herbivor).
Contoh serangga Coccinellidae predator yang seringkali dijumpai di tanaman
semusim Indonesia adalah Harmonia octomaculata (= Coccinella arcuata), Menochilus (=
Chilomenes) sexmaculatus, Coccinella transversalis, dan Micraspis sp. Sedangkan anggota
Coccinellidae yang diketahuimerusak dan menjadi hama penting suatu komoditas adalah
Epilachna sp. Sebagai contoh adalah jenis E. sparsa yang menyerang tanaman Solanaceae
(Kalshoven, 1981). danE. varivestis yang merupakan hama pada tanaman Leguminose
(Borror, 1992).
Serangga Coccinellidae predator tersebut harus mempunyai kemampuan berkompetisi
dan menyebar yang tinggi serta memiliki kisaran toleransi terhadap lingkungan lebar,
terutama pada perubahan suhu dan kelembaban yang juga berkaitan dengan ketinggian
tempat (de Bach, 1991).
Preferensi habitat serangga Coccinellidae sangat erat kaitannya dengan dua faktor,
yaitu abiotik dan biotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah kondisi klimat, seperti
temperatur, dan kelembaban (Majerus, 2016). Sedangkan faktor biotik adalah berupa
ketersediaan pakan berupa kutu apis, kutu sisik,atau tanaman inang (Slogget & Majerus,
2000). Secara global, preferensi habitat Coccinellidae dibagi menjadi 7 kategori. Ketujuh
kategori tersebut meliputi generalis, generalis yang dipengaruhi lingkungan abiotik, generalis
yang dipengaruhi lingkungan biotik, generalis tanaman herba, generalis pepohonan, spesialis
tanaman tertentu, dan habitat dengan kondisi ekstrim (Majerus, 2016).
Pada lingkungan agroekosistem, lahan Crucifera terutama sawi putih (petsai), sawi
hijau (caisin), dan sawi daging (pakcoy) juga sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik. Faktor
abiotik meliputi curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Faktor ini
sangat erat kaitannya dengan kondisi ketinggian tempat.Pengembangan budidaya sayuran
Crucifera di Indonesia biasa dilakukan pada dataran tingi maupun dataran rendah. Namun
tanaman Crucifera dengan hasil memuaskan biasa tumbuh dengan baik pada daerah yang
memiliki kisaran ketinggian tempat antara 600-2000 mdpl (Edi, 2010).
Kondisi lingkungan yang terkait dengan ketinggian tempat lahan Crucifera dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Spesies-spesies
tanaman Crucifera yang biasa tumbuh pada dataran tinggi adalah kubis, brokoli, kembang
kol, dan sawi putih. Sedangkan pada dataran rendah adalah caisin atau sawi hijau dan sawi
daging. Kondisi lingkungan tersebut juga sangat mempengaruhikelimpahan populasi hama
dan musuh alami seperti predator.
Dengan melihat tatanan lingkungan pertanian yang telah dijabarkan sebelumnya,
maka penting dilakukan pengaturan dan manajemen agroekosistem yang mendukung
kehidupan, keberagaman, dan kelimpahan Coccinellidae predator. Salah satu cara awal untuk
mengadakan pengaturan dan manajemen agroekosistem ramah musuh alami adalah dengan
cara survei dan identifikasi sebaran diversitas dan kelimpahan populasi Coccinellidae.
Dengan begitu dari hasil dari survei dan identifikasi ini dapat dijadikan indikator dan
inventaris musuh alami pada manajemen agroekosistem ke depan.
Tujuan
Kegiatan penelitian inibertujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan kelimpahan
serangga Coccinellidae pada lahan tanaman Crucifera terutama sawi putih, sawi hijau
(caisin), dan sawi daging (pakcoy) di dua ketinggian tempat.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalahkeanekaragaman dan kelimpahan
serangga Coccinellidae pada tanaman Crucifera di dataran tinggi akan lebih tinggi
dibandingkan dengan dataran rendah. Selain itu mempelajari peran ekologis Coccinellidae di
dua lahan dengan ketinggian tempat yang berbeda.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh
ketinggian tempat suatu lahan pertanaman Crucifera terhadap tingkat keanekaragaman dan
kelimpahan populasi serangga Coccinellidae serta peranan masing-masing Coccinellidae
dalam suatu ekosistem.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ciri Umum Famili Coccinellidae
Secara umum masyarakat banyak mengenal dan menjumpai kumbang
“Ladybird” pada lahanatau kebun mereka. Namun masih sangat jarang yang dapat
mengelompokkan keberagaman spesies tersebut ke dalam famili Coccinellidae,
begitu pun dengan peran ekologisnya. Asal nama famili Coccinellidae berasal dari
kata Yunani “Kokkos”, yang mengacu pada biji atau buah buni berukuran kecil
berbentuk bulat cembung. Sedangkan kata “Coccinus” mengacu pada arti merah
padam atau merah menyala (Slipinski, 2013). Selain itu kata “Coccinella” juga
mengacu pada nama salah satu genus dalam famili ini (Khormizi, 2013).
Serangga famili Coccinellidae termasuk tipe serangga holometabolus,
yaitu serangga yang memiliki metamorfosis sempurna, dimulai dari stadia telur,
larva, pupa, dan imago (Hodek, 2012). Imago serangga famili Coccinellidae
berbentuk bulat cembung dengan panjang 0,8 – 1,0 mm (Borror, 1992) dan
mayoritas berwarna cerah: kuning, jingga, atau merah dengan spot-spot hitam atau
hitam kuning sampai merah (Subyanto dkk, 1991).
Macam Peranan Coccinellidae pada Ekosistem
Dalam aspek ekologis, serangga famili Coccinellidae memiliki peranan
sebagai serangga predator atau herbivor (Slipinski, 2013) atau predator
merangkap sebagai polinator karena ketertarikan akan ekstrafloral (Almeida,
2011). Pada umumnya famili Coccinellidae lebih dikenal sebagai predator
hemipteran seperti aphid, kutu sisik, atau kutu kebul dan beberapa jenis tungau
fitofag. Namun terdapat satu subfamili yang berperan sebagai herbivor, yaitu
Epilachninae (Borror, 1992).
Serangga predator merupakan serangga pemakan hewan atau serangga
lain. Pakan merekaberupa telur, larva/nimfa, dan pupa.(Borror, 1990). Sedangkan
serangga herbivor merupakan serangga pemakan tumbuhan.Predator dengan tipe
mulut menggigit mengunyah contohnya adalah kumbang kubah spot
(Coccinelidae) dan kumbang tanah (Carabidae) (Altieri, 2005).
Mayoritas spesies Coccinellidae (sekitar 90%) merupakan serangga
predator yang berperan sebagai agen hayati. Sedangkan sisanya merupakan
herbivor atau “mycophagous” (pemakan jamur) (Roy dan Migeon, 2010).
a. Karakter-karakter Coccinellidae Predator
Serangga predator yang mempunyai potensi dan efektif sebagai agen
hayati dicirikan dengan (1) daya pemangsaan dan kemampuan mencari habitat
dan mangsa yang tinggi; (2) prefensi (kekhususan) terhadap jenis mangsa; (3)
potensi reproduksi yang tinggi; dan (4) kisaran toleransi terhadap lingkungan
lebar atau daya penyebaran yang luas (de Bach, 1991).
Selama ini Coccinellidae predator lebih diidentikkan sebagai agen hayati
yang kurang bersifat spesifik atau lebih bersifat generalis atau polifag, yaitu dapat
memangsa beberapa spesies mangsa dan semua hama kutu daun. Namun
hakikatnya setiap makhluk hidup tetap memiliki kecenderungan terhadap mangsa
tertentu. Seperti contohnya kumbang vedalia (Rodolia cardinalis) yang telah
berhasil menjadi pengendali kutu Icerya purchasi pada tanaman lamtoro (de
Bach, 1991).
Sifat lain yang menyatakan keefektifan suatu serangga predator adalah
dengan memiliki kekhususan terhadap suatu mangsa. Sebagai contoh terdapat dua
jenis mangsa dari spesies yang sama, hanya saja kondisi stadia yang
membedakan, yaitu nimfa dan imago Bemisia tabaci. Meskipun tingkat
penerimaan terhadap kedua mangsa sama, namun Coccinellidae predator lebih
memilih nimfa B. tabaci. Hal dikarenakan stadia nimfa lebih pasif dan hanya
menempel pada permukaan bawah daun. Sebaliknya imago B. tabaci sangat aktif
bergerak, sehingga sulit ditangkap predator (de Bach, 1991).
Selain itu terdapat sifat lainnya, yaitu predator harus memiliki kisaran
toleransi terhadap lingkungan yang tinggi. Artinya pada saat tanaman semusim
habitat mangsa tidak tersedia di lapang, predator harus mampu menyebar ke
habitat bukan tanaman inang mangsanya. Tujuannya adalah untuk mengungsi dan
mencari inang alternatif agar dapat bertahan. Namun ketika tanaman inang
mangsa mulai ditanam, maka predator harus mampu dengan cepat menguasai atau
mengolonisasi habitat tersebut sebelum datangnya hama (de Bach, 1991).
Serangga predator yang berpotensial menjadi musuh alami yang efektif
harus mempunyai kemampuan berkompetisi menyebar yang tinggi serta kisaran
toleransi akan lingkungan yang lebar (de Bach, 1991).
b. Karakter-karakter Coccinellidae Herbivor
Spesies-spesies Coccinellidae subfamili Ephilachninae yang mayoritas berberan
sebagai herbivor memiliki kecenderungan secara alami memilih jenis tumbuhan
inang tertentu. Variasi jenis tumbuhan inang pada suatu kondisi habitat dapat
disebabkan keterbatasan tumbuhan inang atau pengaruh perbedaan genetis
kumbang. Selain itu adanya perbedaan habitat dan kondisi lingkungan yang
dipengaruhi ketinggian tempat dan curah hujan yang berbeda (Kahono, 2002).
Dengan melihat peran Coccinellidae sebagai serangga predator maupun
herbivor, terdapat pula Coccinellidae yang berperan sebagai polinator dan
pemakan fungi.Perbedaan tersebut dapat ditengarai dari perbedaan tipe mandibel
masing-masing Coccinellidae. Meskipun begitu terdapat perdebatan mengenai
peran ganda Coccinellidae predator sebagai polinator, yaitu saat ketersediaan
serangga mangsa sedikit, pakan alternatif Coccinellidae predator dapat berupa
pollen, nektar, dan beberapa fungi. Hal tersebut dimaksudkan agar suplai energi
tetap terjamin saat dormansi atau saat ketiadaan mangsa sedikit (Almeida et al.,
1997).
Tabel1. Pengelompokkan imago Coccinellidae berdasarkan speisifikasi pakanSpesies Negara asal Jenis pakan
EPILACHNINAEEpilachna annulata Zaire Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. bifasciata Afrika Selatan Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. chenoni Zaire Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. hurta Rwanda Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. lupina Zambia Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. mirifica Zaire Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. misella Zaire Cucurbita, polong-polongan,
SolanaceaeE. pavonia Madagascar Cucurbita, polong-polongan,
Solanaceae
E. reticulata Ghana Cucurbita, polong-polongan,Solanaceae
Chnootriba maderi Rwanda Gandum, jagung, danGraminaceae
C. similis Kenya Gandum, jagung, danGraminaceae
Subcoccinella 24-punctata
Jerman Semanggi, alfalfa, dan tumbuhanmerambat famili leguminosae
Afidenta alia Uganda Semanggi, alfalfa, dan tumbuhanmerambat famili legumenosae
Cynegetis impunctata Jerman Gandum dan bilberryCOCCINELLINAEBulaeini
Bulaea lichatohovii Mesir Pollen, cairan gula, spora fungiPsylloborini
Psyllobora 22-punctata Jerman Embun tepung dan sporaP. variegata Afrika Selatan Embun tepung dan sporaVibidia 12-gutata Jerman Embun tepung dan spora
TyttahaspiniTytthaspis 16-punctata Jerman
CoccinelliniAdalia bipunctata Amerika Serikat Kutu apis (pakan utama),
homoptera dan serangga lain(pakan sampingan)
A. decempunctata Jerman Kutu apis (pakan utama),homoptera dan serangga lain(pakan sampingan)
Aiolocaria mirabilis Rusia Fase larvaColeopteraAnatis ocellata Jerman Kutu apisAphidectadecempunctata
Jerman Kutu apis
Calvia 14-guttata Jerman Fase larva ChrysomelidaeCheilomenes lunata Afrika Selatan Kutu apisC. propinqua Afrika Selatan Kutu apisC. sulphurea Madagaskar Kutu apisCoccinella 5-punctata Jerman Kutu apisC. 7-punctata Jerman Kutu apisC. 14-punctata Jerman Kutu apisC. 14-pustulata Yugoslavia Kutu apisColeomegilla maculata Kanada Kutu apisDeclivitata hamata Zaire Kutu apisD. oliveri Afrika Selatan Kutu apisD. uncifera Zaire Kutu apisDysis 4-lineata Mozambik Kutu apisHarmonia axyridis Jepang Kutu apisHippodamia 12-punctata
Autria Kutu apis
Liodalia flavomaculata Afrika Selatan Kutu apis
Myrrha 18-guttata Jerman Kutu apisOenopia conglobata Yordania Kutu apisPania luteopustulata Cina Kutu apisPropylea japonica Cina Kutu apisP. 14-punctata Jerman Kutu apisXanthadalia rufescens Zaire Kutu apis
COCCIDULINAELithophilini
Mimolithophiluscapensis
Afrika Selatan Belum diketahui
M. alobatus Afrika Selatan Belum diketahuiTetrabarachys graecus Ethiopia Belum diketahuiT. tenebrosus Turki Belum diketahui
CocciduliniEpipleuria rufosuturalis Afrika Selatan Kutu sisikRhizobius decoratus Afrika Selatan Kutu sisikR. litura Corsica
(Perancis)Kutu sisik
ExoplectriniAulis annexa Zaire Icerya
NoviiniRodolia cardinalis Australia IceryaR. accidentalis Zaire Icerya
STICHOLOTINAESerangiini
Serangium giffardi Kenya Kutu putih (Aleyrodidae)Sticholotini
Lotis neglecta Afrika Selatan Kutu perisai (Diaspididae)L. quadrivulneratus - Kutu perisai (Diaspididae)Pharoscymnus 6-guttatus
Sao Tome Kutu apis dan kutu sisik
P. ovoideus Pulai Kreta Kutu apis dan kutu sisikXanthorcus concinnus Guinea Serangga famili HomopteraX. rufescens Chad Serangga famili Homoptera
SCYMNINAEStethorini
Stethorus arthiops Afrika Selatan Tungau fitofagS. punctillium Amerika Serikat Tungau fitofagCrysptolaemusmontrouzieri
Algeria Kutu tepung atau kutu dompolan
Midus 4-stillatus Afrika Selatan Belum diketahuiNephus binaevatus - Belum diketahuiScymnus apetzi Yugoslavia Kutu sisik dan kutu apisS. frontalis Austria Kutu sisik dan kutu apisS. rubromaculatus Jerman Kutu sisik dan kutu apis
HyperasiniHyperaspiscampestris
Jerman Kutu sisik
H. felixi Afrika Selatan Kutu sisikH. senegalensis Zaire Kutu sisik
OrtaliniOrtalia ochraea Boswana Kutu loncat, larva Flatidae, semut
PheidoleCryptognathini
Cryptognathusnodiceps
Perancis Kutu sisik dan kutu apis
CranophoriniCranophorus variius Afrika Selatan Belum diketahui
CHILOCORINAEPlatynaspini
Platynaspis solieri Zaire Kutu sisikChilocorini
Brumus nigrifrons Sao TomeChilocorusbipustulatus
Afrika Selatan Kutu perisai (Diaspididae)
C. infernalis Pakistan Kutu perisai (Diaspididae)C. nigritus Afrika Selatan Kutu perisai (Diaspididae)C. schiodtei Kamerun Kutu perisai (Diaspididae)C. wahlbergi Zaire Kutu perisai (Diaspididae)Exochomus flavipes Afrika Selatan Kutu tepung atau kutu dompolanE. 4-pustulatus Austria Kutu sisik
Sumber: Samways etal.,1997
Jenis-jenis (spesies) Serangga Coccinellidae
Kumbang Harmonia octomaculata(Coccinella arcuata) tubuhnya
berwarna merah orange sampai merah kekuningan. Panjang badan sekitar4-8
mm, kepala coklat kekuningan agak lebar. Protoraks kuning coklat, ditengah
terdapat dua totol besar yang bertemu di tengah. Elitra berwarna kuning
kecoklatan, pada setiap sisi elitra terdapat dua pasang totol hitam di depan dan di
tengah, dan satu totol hitam di belakang, di tengah elitra terdapat garis median
hitam (Herlinda, 2010).
Gambar 1. Imago Harmonia octomaculata (Sumber: Shepard, 1987)
Menochilus (Chilomenes) sexmaculata merupakan kumbang Coccinellidae
predator yang umum ditemukan memangsa aphid. Serangga berukuran panjang
antara 5-6 mm dan berwarna merah dengan pola hitam berbentuk zig-zag M
(Kalshoven, 1981).
Gambar 2. Menochilus sexmaculata (Sumber: Shepard, 1987)
Coccinella transversalis (= repanda)merupakan kumbang menyebar di
Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru. Di Indonesia sendiri bahkan dapat
ditemukan di daerah pegunungan. Kumbang berukuranpanjang 6 mm dan
memiliki pola hitam berbentuk spot dan pita. Sedang pronotum berwarna hitam
dengan warna kuning pada tepiannya (Kalshoven, 1981).
Micraspis crocea merupakan kubah kubah yang secara keseluruhan
memiliki sayap luarnya berwarna merah cerah atau jingga dan terdapat titik hitam
tepat di belakang kepalanya (pronotum). Sehingga nampak seperti mata besar.
Sedangkan pada sayap depannya yang keras tidak terdapat titik hitam (Shepard,
1987).
Gambar 3. Imago Micraspis crocea (Sumber: Shepard, 1987)
Anisolemnia dilatata yang ditemukan memiliki bentuk tubuh bulat
dengan panjangnya berkisar 8-11 mm, dorsum berwarna merah dengan totol-
totol hitam. Protoraks berwarna merah, pada permukaan elitra terdapat masing-
masing 3 totol hitam di tepi kiri dan kanan, satu pasang totol hitam besar di tengah
dan satu pasang totol lebih kecil dibagian pasterior elitra.
Heteroneda billardieri merupakan serangga Coccinellidae berwarna dasar
kuning cerah seperti lemon dengan pola hitam menyerupai jaringH. billardieri
memiliki sinonim H. reticulta. Sejauh ini, Coccinellidae jenis ini berpotensi
sebagai pengendali populasi Idioscopus clypealis, hama kutu putih dompolan pada
pohon mangga dan Heteropsylla cubana(Barcos, 2014).
Gambar4. Imago Heteroneda billardieri
Harmonia (=Callineda) sedemcinotata memiliki badan berbentuk bulat
cembung dengan warna kecoklatan. Kepala kecil tersembunyi di balik pronotum.
Pronotum relatif besar beerwarna coklat kekuningan dengan sisi lateral membulat
dan terdapat dua totol hitam kecil. Elitra berbentuk cembung berwarna coklat
kekuningan dengan hiasan 16 totol hitam di atasnya. Serangga dewasa dapat
hidup hingga 3 bulan dan menghasilkan lebih dari 3000 butir telur (Duriat, 2006).
Coleophora reniplagiata memiliki tubuh hampir bulat, berukuran
sedang dengan panjang berkisar 3,5-4,5 mm. Kepala dan pronotum berwarna
hitam. Pada sisi lateral elitra hampir setengahnya berwarna kuning coklat, bagian
depan berwarna lebih pucat, pada bagian depan terdapat empat totol, dua
totol besar berbentuk segi empat melengkung dibagian tengah, dan dua totol
kecil masing-masing dibagian epipleuron. Pada bagian belakang terdapat dua
totol besar ditengah berbentuk segitiga, dan satu totol berbentuk lonjong pada
masing-masing sisi lateral elitra.
Taksonomi Serangga Coccinellidae
Dalam mengenali taksonomi famili Coccinellidae (Sasaji, 1968 dalam
Chanmamla, 2009) terdapat sistem baru berdasarkan filogeni, morfologi
komparatif pada stadia larva dan imago. Terdapat enam sub keluarga (sub-famili)
dan 19 suku yang dijelaskan pada tabel 2.
Tabel2. Taksonomi serangga famili CoccinellidaeNo. Subfamili Suku1 Ephilachninae Ephilachnini2 Coccidulinae Noviini, Coccidulini, Lithophilini, Exoplectrini3 Sticholotine Shinozwelli, Serangiini, Sukunahikonini,
Stichotini4 Coccinellinae Coccinelini, Psylloborini5 Chilocorinae Chilocorini, Telsimiini, Platynaspini6 Scymniinae Scymnini, Hyperaspini, Aspidemirini, Ortalinii,
StethoriniSumber: Chanmamla, 2009
Biologi dan Siklus Hidup Coccinelidae
Coccinellidaemerupakan serangga holometabolus, yaitu serangga yang
memiliki metamorfosis sempurna. Proses perkembangannya dimulai dari telur,
larva, pupa, dan imago. Stadia telur membutuhkan proses antara 15-20% dari total
perkembangan sebelum menjadi imago, larva 55-65% dan pupa 20-25% (Hodek,
2012).
Gambar 5. Siklus hidup Coccinellidae:a. siklus hidup kumbang koksi pemakan kutu sisik (coccidophagous); b. siklus
hidup kumbang koksi pemakan aphid (aphidophagous)(Sumber: Hodek, 2012)
a. Telur
Telur Coccinellidae dapat berbentuk lonjong memanjang, oval, maupun
elips. Telur Coccinelidaediletakkan secara individu (Scymninae, Coccidulinae,
Chilocorinae → coccidophagus) atau dalam kelompok telur (Coccinelinae-
→aphidophagous, Ephilachninae→phytophagus). Posisi peletakkan telur
dilakukan secara tegak bertumpuk dan saling merekat atau diletakkan secara
sejajar. Ukuran individu telur tergantung akan ukuran tubuh masing-masing
spesies; telur dengan ukuran kurang dari 0,4 mm untuk genera terkecil dan lebih
dari 2 mm pada genera terbesar (Hodek, 2012).
Spesies memiliki warna telur yang bervariasi dimulai dari kuning cerah
yang biasa dijumpai hingga warna mendekati transparan (Scymnus louisiane).
Selain itu juga terdapat telur dengan warna abu-abu terang (Stethorus), kuning
pudar (Halyzia), jingga (Chilocorini) dan bahkan warna kehijauan (Hodek, 2012).
Pada penelitian lebih lanjut, telur yang diamati menggunakan mikroskop
elektron pada gambar 6, diketahui bahwa permukaan cangkang telur
(chorion)mayoritas spesies Coccinellidae memiliki permukaan yang halus, kecuali
Ephilachninae. Selain itu diketahui adanyakumpulan mikropil membentuk cincin
di atas permukaan anterior kutub telur. Mikropil tersebut merupakan pori-pori
yang berfungsi sebagai jalan masuknya spermatozoa dari spermateka selama
proses oviposisi dan merupakan saluran difusi oksigen (Hodek,2012).
Gambar 6. Penampakkan permukaan telur kumbang koksi dengan menggunakanmikroskop elektron: (a,b) telur Harmonia axyridis; (c,d) telur Cynegetis
impunctata. (a,c) bagian atas telur dengan cincin mikropil; (d) mikropil dalamkeadaan terbuka
(Sumber: Hodek, 2012)
b. Larva
Larva Coccinelidae dapat bergerak sangat cepat dan dapat menempuh
jarak yang cukup jauh untuk menemukan mangsanya. Penampakan mereka tidak
seperti serangga dewasa, tubuh mereka memanjang dan menyerupai bentuk tubuh
buaya dilengkapi tiga pasang kaki. Warna tubuh cenderung berwarna gelap atau
sedikit keabu-abuan dengan bercorak warna terang (kuning, jingga, putih) dan
kadang dihiasi duri-duri, tergantung dari jenis spesies tersebut. Stadia larva
Coccinelidae terbagi menjadi empat instar (Hodek et.al., 2012).
Gambar 7. Larva Coccinelidae dengan bagan anggota tubuhnya(Sumber: Michigan State University, 2016)
c. Pupa
Terdapat beberapa perbedaan tipe pupa dalam famili Coccinelidae. Pada
subfamili Coccinellidae dan Sticholotinae, pupa tidak tertutupi atau terlindungi,
hanya pada saat pergantian kulit ke pupa, kulit larva berganti hanya tepat dimana
titik ujung ekor (cauda) yang mana ujung ekor tersebut menempel pada substrat.
Pada rumpun Chillocorini danNoviini, pupa tertutupi sebagian dalam kulit larva
yang melebar pada bagian punggung saja. Sedangkan pupa Hyperaspini dan
Scymini secara keseluruhan tertutupi kulit larva (Hodek, 1973).
Gambar 8. Bagian-bagian pupa yang dapat dijadikan pembeda antar spesies(Sumber: Phuoc, 1973)
Pada tahapan pupa, serangga famili ini tidak sepenuhnya diam tak
bergerak. Bagian kepala akan bergerak ketika terganggu. Sedangkan warna pupa
sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Sebagai contoh, Coccinella
septempunctata akan berwarna jingga terang ketika berada pada temperatur tinggi
(35oC) dan kelembaban udara rendah (55%). Namun ketika berada pada kisaran
suhu 15oC dan kelembaban udara 95%, pupa berwarna coklat tua (Hodek, 1973).
d. Imago
Imago Coccinelidae memiliki variasi ukuran tubuh, mulai dari yang
terkecil dengan ukuran kurang dari 1 mm hingga yang terbesar berukuran antara
10-17 mm. Bentuk serangga ini umumnya seperti kubah membulat, oval hingga
sedikit elips memanjang. Sedangkan warna sayap terluar (elytra) kebanyakan
spesies memiliki warna merah cerah, jingga, atau kuning dengan dihiasi pola
seperti polkadot, garis, atau bentuk pola lainnya. Bahkan beberapa spesies di
antaranya memiliki warna biru metalik, hijau metalik, atau violet (Poorani, 2016)
Bagian tubuh tampak bawah biasanya mendatar, sedangkan bagian atas
tubuh tampak seperti perisai cembung yang halus mengkilat atau mungkin
tertutupi rambut-rambut halus. Bagian kepala terlihat kecil dan sebagian
terlindungi dalam prothoraks yang kemudian berlanjut ke belakang dengan
penutup pronotum. Pada persendian dasar antara prothoraks dan elytra hampir
dapat dipastikan keras dan kaku. Sedangkan bagian tubuh tambahan (appendiks)
seperti antena dan tungkai terlihat pendek dan kadang tidak begitu terlihat
(Slipinski, 2013).
Bagian tubuh Coccinelidae terbagi menjadi tiga utama; yaitu kepala,
toraks, dan abdomen; serta beberapa pelengkap seperti yang terlihat pada gambar
9 dan 10, terdapat skutellum berbentuk segitiga, tepat di tengah-tengah antara
pronotum dan elytra. Bagian pronotum dan elytra terhubung menjadi satu. Sedang
bagian kepala berada dalam lindungan pronotum (Poorani, 2016).
Gambar 9. Imago Coccinelidae tampak atas(Sumber: Poorani, 2016)
Gambar 10. Bagian tubuh imago Coccinelidae tampak bawah(Sumber: Poorani, 2016)
Morfologi Serangga Dewasa
a. Kepala
Perbedaan karakter bentuk kepala dan appendiks dapat dijadikan sebagai
bahan acuan pembeda dari masing-masing spesies Coccinellidae yang ditemukan.
Secara umum, kepala terlihat lebih panjang secara melintang dengan sudut
membulat. Lebih lanjut,pencirian penting dalam klasifikasi famili dapat dilihat
dari penampakan bagian kepala di atas mata (clypeus) tiap spesies yang
ditunjukkan pada gambar 11. Begitu juga area dimana jarak antar kedua mata bisa
datar maupun cembung (Slipinski, 2013; Poorani, 2016).
Gambar 11. Bagian kepala Coccinellidae: (a) sisi atas; (b) sisi bawahAn-antena; Ce-mata majemuk; Clp-clypeus; Lm-labrum; Lp-labial palpus; Md-
mandibel; Mp-maksila palpus; Mt-mentum; Pm-prementum(Sumber: Poorani, 2016)
Bagian-bagian kepala:
Mata
Mata majemuk serangga Coccinelidae terbentuk secara sempurna dan
terletak sejajar tampak muka. Ukurannya dapat berbeda tergantung akan genus
dan spesies, namun secara keseluruhan mata Coccinellidae sangat besar dan
hampir memenuhi setengah ruang kepala. Mata dapat terlihat halus tanpa rambut
atau kadang ditumbuhi rambut-rambut halus seperti pada rumpun (tribes)
Scymini, Ortalini, Noviini, Platynaspidini, dan Telsimiini. Pada beberapa spesies
hidup seperti Hyperaspis maindroni, beberapa spesies Telsimia sp. dan Ortalia
spp.,memiliki mata faset yang terlihat berwarna hijau atau ungu metalik
(Slipinski, 2013; Poorani, 2016).
Gambar 12. Bentuk kepala dan letak mata Coccinellidae: (a) Aspidimerini; (b)Chilocorinae; (c) Coccinellinae; (d) Sticholotidini; (e) Ephilachninae; (f)
Ortaliinae
Pada bagian muka tepi mata majemuk terdapat tempat antena (post-
antennal canthus) dan cekungan kutikula yang dinamakan celah klipeus (clepeal
shelf, ocular canthus) yang memisahkan kedua mata majemuk. Post-antennal
canthus dan celah klipeuspada rumpun (tribes)Ortaliini telihat sangat menonjol
dibandingrumpun lainnya pada famili Coccinellidae (gambar 12f). Perbedaan
jarak antar kedua dan sempit celah klipeus merupakan kunci penting dalam
klasifikasi taksonomi (Slipinski, 2013; Poorani, 2016).
Antena
Gambar 13. Macam-macam bentuk antena Coccinelidae(Sumber: Poorani, 2016)
Antena dari Coccinellidae memiliki 6-11 segmen (gambar 13a-n) dan
merupakan segmen yang bebas bergerak. Tiga atau empat segmen terakhir
membentuk sebuah kesatuan yang longgar atau kompak dalam banyak spesies.
Padarumpun Serangiini, segmen terakhir membentuk pisau atau spatula yang
sedikit membesar (gambar 13h). Panjang antena bervariasi dari yang sangat
pendek (sekitar 1/5 dari lebar kepala). Terkadang antena jantan terlihat lebih
panjang daripada betina.
Mulut
Bagian-bagian mulut Coccinellidae tergolong tipe mulut yang telah
disesuaikan untuk menggigit dan mengunyah. Dan pada beberapa bagian terdapat
modifikasi bentuk akan adaptasi kebiasaan makan, seperti predator, herbivor, atau
pemakan fungi. Bagian-bagian mulut terdiri dari labrum, labium, sepasang rahang
atas bawah (mandibel) dan maksilla (Slipinski, 2013).
Labrum merupakan sklerit yang melintang sepanjang klipeus dan terbagi
menjadi sisi dasar yang memendek dan sisi membulat (gambar 14m-r). Biasanya
bagian ini lebih sempit dari klipeus dan terlihat tepat di atas anterior atau batas
klipeus.
Gambar 14. Bagian-bagian mulut Coccinelidae(Sumber: Poorani, 2016)
Rahang (mandibel) Coccinellidae terlihat kuat, merupakan sklerit
berbentuk segitiga yang saling terhubung pada bagian atas dan terjulur ke bagian
bawah. Posisi mandibel atas bawah saling berhadapan dan bersinggungan ketika
membuka dan menutup (seperti rahang manusia). Selain itu bagian mandibel
membentuk cerukan bergerigi, yang berfungsi seperti gigi (Slipinski, 2013).
Ujung mandibula dengan bentuk sederhana (gambar 14b) atau bercabang
(gambar. 14c & d) pada spesies karnivora atau predator, dan multidentat (gambar
14a) pada spesies fitofag atau herbivor. Pada banyak spesies pemakan fungi, gigi
ventral apikal memiliki serangkaian gerigi kecil (gambar 14e), yang digunakan
untuk menyisir spora jamur. Selain itu, terdapat gigi basal pada spesies yang
hanya memakan serangga fitofag atau herbivore (Poorani, 2016).
Maksilla merupakan bagian mulut yang tampak besar, dapat bergerak
bebas memanjang melintang atau menekuk. Hal ini dikarenakan maksilla terdiri
atas struktur bagian ruas dasar (kardo) dan ruas pembagi (stipes) yang dapat
memanjang dan berukuran kecil. Ruas pembagi atau stipes berupa empat
(4)segmen terdiri atas palpus, gelambir berambut duri (galea), dan lasinia (Borror,
1992; Slipinski, 2013).
Gambar 15. Macam-macam maksilla famili Coccinellidae(Poorani, 2016)
b. Toraks
Pada sisi atas kumbang, piringan prothoraks yang terdapat pada punggung
dinamakan pronotum (gambar 9) yang juga merupakan bagian dari toraks. Ketika
tepian pronotum Coccinellidae ditarik dengan kuat atau pelan, maka yang terlihat
adalah pola trapesium dan sangat jarang terpotong lurus. Dalam beberapa
kelompok, pronotum menutupi sebagian kepala dan sangat jarang menutupi secara
keseluruhannya. Selain itu juga terdapat skutellum, bagian dari mesotunum yang
telah mengalami pengerasan, biasa terlihat pada pangkal elitra dan berbentuk
segitiga terbalik.
Gambar 16. Macam-macam prosternum famili Coccinellidae(Poorani, 2016)
Sedangkan prostermum, daerah pronotum sisi bawah terlihat lurus
melintang dan sedikit cembung (gambar 16a). Bagian median prosternum di
sebagian coccinellidae berbentuk T (gambar 16a). Pada rumpunStethorini, batas
anterior prosternum memiliki lobus median setengah lingkaran atau tonjolan
(gambar 16d). Terkadang, bagian tersebut (gambar 16b & c) berfungsi untuk
menutupi sebagian atau sepenuhnya mulut serangga (misalnya, Cryptolaemus
Mulsant, rumpunPlotinini dan Serangiini) (Poorani, 2016).
c. Elytra
Elytra merupakan sayap depan yang telah mengalami pengerasan (gambar
9) dan sepenuhnya menutupi abdomen, berbentuk cembungdan kadang sedikit
pipih pada beberapa spesies. Batas antar elitra saat menutupterlihat lurus
membentuk garis sutural dan ujung-ujungsayap membulat(gambar 9). Kalus
humerus yang berfungsi untuk mengangkat (membuka-menutup) elitra, berada
dekat sudut anterolateral tepat di bawah batas anterior. Sedang epipleuron elytra
atau sambungan elitra di bagian bawah. Dalam beberapa rumpun Coccinellidae,
epipleura dapat berfungsi sebagai tempat pasangan kaki tengah dan belakang
untuk disembunyikan pada saat istirahat (misalnya, rumpunSerangiini,
Aspidimerini dan Platynaspidini) (Poorani, 2016).
d. Tungkai
Gambar 17. Macam-macam bentuk tarsi Coccinellidae(Poorani, 2016)
Kaki Coccinelidae berkembang dengan baik dan disesuaikan untuk
berjalan dan berlari. Bagian ruas tungkai ketiga (femur) biasanya memanjang dan
sedikit beralur di sisi bawah (ventral) yang berfungsi sebagai ruang saat
tibiaditekuk. Pada rumpun Serangiini dan Aspidimerini, femurberbentuk pelat,
dapat diperbesar dan ditarik ke bagiandalam di sisi ventral tubuh. Tibia biasanya
tipis, kadang-kadang meruncing. Terdapat satu atau dua taji di ujung tibia
(Poorani, 2016).
Posisi letak tarsi dapatdigambarkan dengan susunan angka (jumlah
segmen tarsal di pro, meso, dan metatarsi), biasanya dinyatakan dalam susunan
tiga angka, yaitu 3-3-3 atau 4-4-4 dan sangat penting dalam taksonomi
Coccinelidae. susunan segmen sama untuk semua kaki serangga jantan maupun
betina (Poorani, 2016).
Tarsi dengan tiga segmentasi (gambar 16b) disebut cryptotetramerous/
pseudotrimerous (gambar 17a). Dalam kondisi pseudotrimerous atau
cryptotetramerous, tarsi memiliki empat segmen, tetapi yang ketiga sangat kecil,
sebagian tersembunyi oleh segmen kedua. Hanya dalam rumpunLithophilini (sin:
Tetrabrachini), tarsi benar-benar tetramerous (empat segmentasi) (gambar 17c).
Segmen tarsi terakhir memanjang dan berakhir menjadi sepasang cakar, bebas
satu sama lain dan biasanya dilengkapi dengan gigi basal (gambar17d, e), atau
bercabang (bifid) (gambar 17f) atau sederhana, tanpa cakar (gambar 17g)
(Poorani, 2016).
e. Abdomen
Gambar 18. Perbedaan abdomen jantan betina Coccinelidae
Bagian abdomen atau perutCoccinelidae memiliki lima atau enam segmen
(sternites atau ventrites) pada sisi ventral. Jumlah segmen terlihat sama pada
kedua jenis kelamin dan jarang berbeda jumlah (misalnya, dalam beberapa genera
dari suku Chilocorini, jantan biasanya memiliki enam dan pada betina hanya
memiliki lima segmen). Segmen abdomen terakhir (kadang-kadang dua terakhir)
biasanya menjadi acuan pembeda jenis kelamin. Pada jantan (gambar 18 d, e)
segmen tersebut terlihat menyempit dan bahkan berlekukbeberapa derajat
(Gambar. 18 b, c) atau medial pada serangga betina (gambar 18a). Bagian dari
segmen abdomen kesembilan dan kesepuluh biasanya didefinisikan sebagai alat
kelamin (genetalia).
Preferensi Habitat Serangga Coccinellidae
Preferensi habitat serangga Coccinellidae cenderung dinamis, seringkali
bergantung pada ketersediaan pakan primer maupun alternatif. Lebih dari itu,
habitat Coccinellidae bisa bervariasi dalam suatu musim setahun ke tahun
berikutnya. Pada akhirnya, preferansi habitat Coccinellidae sangat bervariasi
dalam cakupan geografis yang luas dengan melihat dari jenis vegetasi yang
dominan dan perubahan tanaman utama. Secara global preferensi habitat
Coccinellidae dapat dikategorikan menjadi 7 kategori berdasarkan tabel 2
(Majerus, 2016).
Tabel 3 .Kategori habitat Coccinellidae dilihat dari macam dan kerapatan vegetasisecara globalKategori Penjelasan Contoh spesiesGeneralis Berkembang biak secara luas di tanaman
herba dan pohon pada habitat non-ekstrem.Spesies tersebut cenderung memilikiberbagai sumber pakan pada berbagai jenishabitat.
Hippodamiaconvergens,Coleomegillamaculata, Harmoniaaxyridis, Propylea 14-punctata, Propyleajaponica, Adaniavariegata, Adalia 2-punctata
Generalisdengankendalaabiotik
Berkembang biak secara luas di tanamanherba dan pohon pada habitat non-ekstrem,namun dipengaruhi kondisi klimat,kelembaban, jenis tanah, dan faktorlingkungan abiotik lainnya.
Coccinella 5-punctata,Hippodamia 13-punctata, Hippodamiaepiscopalia, Coccinella11-punctata
Generalisdengankendalabiotik
Berkembang biak secara luas di tanamanherba dan pohon pada habitat non-ekstrem, namun dipengaruhi olehkehadiran spesies lain, bukan sumberpakan.
Platynaspis luteorubra,Coccinella magnifica,Cleidostethus meliponae
Generalistanamanherba
Berkembang biak pada berbagai vegetasitanaman semusim.
Coccinella 7-punctata,Coccinellatransversaguttata,Coccinula sinensis,Coccinula crothci,
Micraspis frenata,Tythaspis 16-punctata
Generalispepohonan
Berkembang biak pada berbagai jenispepohonan atau semak belukar.
Calvia 14-guttata,Eocaria muiri, Acalia10-punctata, Harmoniatestudinaria, Halyzia16-guttata
Spesialistanamaninangterbatas
Berkembang biak terbatas pada sejumlahspesies tanaman tertentu.
Scymnus suturalis,Myrrha 18-guttata,Coccinellahieroglyphica, Myziapullata, Macronaemiaepiscopalia, Anisostictabitriangulari
Habitatekstrim
Berkembang biakpada habitat dengankondisi klimat yang ekstrim sepertipegunungan, artik, atau gurun pasir.
Hippodamia arctica,Coccinella reitteri,Coccinella alta,Ceratomegilla ulkei
Sumber: Majerus, 2016
Preferensi Pakan
Studi preferensi pakan Coccinellidae telah banyak ditelitidan dipetakan di
negara-negara Eropa dan Amerika Utara, Rusia, Cina, dan Jepang. Namun hasil
dari studi tersebut baru terbatas pada kondisi geografis negara dan taksom yang
didominasi subfamili Coccinellini dan Chilocorini (Slipinski, 2013).
Pengelompokkan Coocinnellidae berdasarkan jenis pakan berkaitan
dengan tipe mandibel. Coccinellidae predator memiliki kecenderungan mandibel
bertaring. Sedangkan Coccinellidae herbivor memiliki mandibel multidentat
(Samways, 1997).
Gambar 19. Perbedaan tipe mandibel Coccinellidae berdasarkan jenis pakan(a) herbivor; (b) pemakan fungi; (c) predator
(Sumber: Samways, 1997)
III. METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret-Oktober 2017.
Sedangkan pengambilan secara langsung menggunakan tangan dan alat hisap
farmcop dimulai pukul 07.00-11.30 WIB. Selanjutnya sampel serangga
Coccinelidae yang didapat diidentifikasi di Laboratorium Entomologi, Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Penelitian dilaksanakan pada lahan-lahan penanaman sawi putih (petsai),
sawi hijau (caisin), dan sawi daging (pakcoy) berdasarkan perbedaan dua
ketinggian tempat, yaitu pada kisaran ketinggian antara 500 meter di atas
permukaan laut (mdpl) hingga ketinggian 1500 mdpl. Lokasi pengambilan sampel
berada pada beberapa titik koordinat antara 7˚44’ S, 112˚32’ T dan 7˚53’ S,
112˚35 T. Titik-titik pengambilan sampel diambil berdasarkan dua titik perbedaan
ketinggian, yaitu 500-600 m dpl untuk lahan bawah dan 1500m dpl untuk lahan
atas. Lokasi lahan bawah berpusat di sekitar area lahan tanam sawi jl. Langsep,
Pendem- Kota Batu (+ 500m dpl). Sedangkan lahan atas berpusat di sekitar lahan
samping Arboretum, Desa Sumber Brantas, Bumiaji-Kota Batu. Titik-titik
pengambilan sampel tersebut berada tepat di area pegunungan dan lembah kaki
Gunung Panderman dan Gunung Arjuna dengan kondisi topografi pegunungan
dan vegetasi yang sama. Dimana pada area tersebut banyak penduduk sekitar
bertani sayuran.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah: (1) alat penyedot/hisap (farmcop), dan jaring
ayun (sweep net); (2) alat pengamatan sampel serangga berupa cawan petri,
mikroskop binokuler, fial film, pinset, kuas, kamera digital, buku identifikasi
serangga, dan alat tulis; (3) alat pengukur parameter lingkungan berupa
termometer udara, higrometer, GPS, dan altimeter.
Bahan pengamatan yang digunakan berupa serangga Coccinelidae dengan
stadia nimfa dan imago, asetil asetat sebagai racun serangga, dan kapas.
Metode Penelitian
Survei Area yang Akan Ditetapkan Sebagai Lokasi Pos Pengamatan.
Survei area merupakan salah satu langkah yang bertujuan untuk
menentukan titik-titik lokasi pengamatan. Kegiatan diawali dengan survei lapang
dan wawancara terhadap petani lahan setempat. Dengan begitu, dapat diketahui
gambaran kondisi lapang yang sesuai kondisi lingkungan, serta dapat diketahui
titik koordinat lokasi lahan pertanaman sawi dengan variasi ketinggian.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel
Kondisi Lingkungan dan Vegetasi Lokasi Pengambilan Sampel SeranggaCoccinellidae
Pengambilan sampel serangga Coccinellidae dilakukan di dua lokasi
dengan ketinggian berbeda, yaitu 1500-1600 m dpl untuk dataran tinggi dan 500-
600 m dpl untuk dataran rendah. Arboretum, Dusun Jurang Kuali mewakili lokasi
pengambilan sampling dataran tinggi, terletak di Desa Sumber Brantas,
Kecamatan Bumiaji- Kota Batu. Sedangkan untuk lokasi pengambilan sampling
dataran rendah diwakili lahan sekitar jl. Langsep yang terletak di Kecamatan
Pendem-Kota Batu.
Gambar2. Citra satelit lokasi lahan sampling. a) Desa Sumber Brantas b) DesaPendem
Pengambilan sampling lahan atas dilakukan di Desa Sumber Brantas
karena pada lokasi ini banyak petani bercocok tanam sawi putih (petsai). Selain
itu terdapat komoditas utama lainnya, yaitu wortel, kentang, dan brokoli. Lahan
samping Arboretum bersebelahan dengan kawasan Taman Hutan Rakyat Raden
Soeryo yang merupakan daerah tangkapan air hujan. Lahan pengamatan memiliki
luas 800 m2.
Untuk pengambilan sampling serangga Coccinelidae lahan bawah
dilakukan di Pendem, Kota Batu. Pengambilan sampling rutin dilakukan di lahan
sekitar Jl. Langsepmembudidayakan caisim dan pakcoy. Luas lahan yang
dijadikan sampling berukuran 400 m2 dan terfragmentasi dengan sawah padi dan
pemukiman. Komoditas sayuran yang sering ditanam warga adalah sawi hijau
(caisin), sawi daging (pakcoy), kembang kol, buncis, seledri, tomat, dan lombok.
Alur Penelitian
Survei lokasi pengambilan sampelberdasarkan perbedaan ketinggian
Penentuan titik lokasipengamatan
Lokasi
Pengamatan visual dankoleksi sampel
serangga (telur, nimfa,dan imago)
Pengukuranparameterlingkungan
- Dokumentasi dan inventarisasi keanekaragaman dankelimpahan serangga Coccinelidae.
- Hubungan kondisi klimat (suhu, kelembaban udara) terhadapkeanekaragaman dan kelimpahan serangga Coccinelidae.
Tabulasi dan analisis data
- Penentuan lokasikoordinat berdasarkanGPS.
- Pengukuran ketinggianlokasi dengan altimeter.
- Pengambilan data suhudan kelembaban udaralokasi disesuaikan denganstasiun klimatKarangploso dan Punten.
- Pengambilan manualdengan menggunakantangan dan jaring ayun(sweep net).
- Pengambilan denganmenggunakan mesinpenyedot (farmcop).
- Peletakan jebakanyellowtrap.
Metode dan Mekanisme Pengambilan Sampel.
Pada setiap lokasi survei yang telah ditentukan, dilakukan teknik
pengambilan sampel dengan metode nisbi dengan pola pengambilan
samplingmengikuti pola lajur tanaman sawi pada setiap lokasi survei. Sedangkan
sistem mekanisme sampling menggunakan pengamatan visual kurang lebih 10
menit setiap titik pemberhentian dan pengambilan langsung atau manual. Teknik
pengambilan langsung menggunakan tangan dan mesin penyedot (farmcop) serta
menggunakan jaring ayun hanya pada tepian lahan.
Gambar3. Pola pengambilan Coccinellidae
Pencuplikan Sampel Serangga Coccinelidae
Pengamatan diversitas dan kelimpahan serangga Coccinelidae dilakukan
dengan menggunakan metode pengamatan visual. Metode pengamatan visual
dilakukan dengan cara pengambilan sampel serangga berupa larva, pupaatau
imago yang ditemukan di lapang secara manual dengan 10 menit pengamatan.
Pencuplikan sampel serangga dilakukan dengan pengambilan secara
langsung (farmcop dan tangan).
Lahan survei ditanami caisim dan pakcoymemiliki rentang fase
pengamatan berkisar antara 30-35 hari. Sedangkan petsai antara 35-40 hari.
Dalam kurun waktu 40 hari tersebut, dilakukan pengamatan dan pengambilan
sampel serangga Coccinellidae sebanyak 8 kali untuk masing-masing lokasi, lahan
atas (Arboretum, Desa Sumber Brantas) dan lahan bawah (Desa Pendem). Jadi,
total pengambilan sampel berjumlah 16 kali pengamatan lapang.
Selanjutnya sampel serangga Coccinellidae yang didapat dari kedua lahan
dengan beda ketinggian, diidentikasi dengan bantuan mikroskop binokuler dan
buku panduan determinasi serangga Coccinellidae (Buku: Australian Ladybird
Beetles (Coleoptera: Cocinellidae): Their Biologi and Classification dan Pest of
Crops in Indonesia) hingga tingkat genus atau spesies.
Perbandingan Keanekaragaman dan Pola Distribusi Coccinelidae
Diversitas Cocccinellidae yang ditemukan pada setiap lokasi dihitung dengan
indeks Shannon-Wiener. Indeks Shannon-Wiener dihitung dengan rumus:
H’= -∑ ( ) (2log pi) dimana pi =
H’: Indeks Keanekaragaman Shannon-WienerN : jumlah total spesies di dalam komunitasni : jumlah individu jenis ke-1pi : kelimpahan proporsional
Nilai H’ berkisar antara <1 sampai >3
<1 : keanekaragaman rendah1-3: keanekaragaman sedang>3 : keanekaragaman tinggi
Terdapat dua hal yang berkaitan dengan indeks Shannon-Wiener, yaitu:
H’=0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel dan H’ maksimum terjadi
jika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, dan merupakan
distribusi kelimpahan yang merata yang secara sempurna.
Pengamatan kelimpahan dan kekayaan masing-masing taksa serangga
Coccinelidae predator yang ditemukan pada setiap lokasi pengamatan akan
dianalisis secara terpisah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Sampel Serangga Coccinellidae Hasil Koleksi Lapang
a. Coccinella transversalis Fabricius
Morfologi dan Biologi
Serangga imago C. transversalis berbentuk oval, cembung memanjang
dengan sedikit meruncing pada ujung belakang (posterior). Serangga ini termasuk
serangga Coccinellidae berukuran sedang. Permukaan pronotum dan elitra terlihat
licin dan mengkilat. Bagian kepala sedikit menonjol dengan adanya sepasang
mata berukuran besar. Kepala dilindung pronotum yang sedikit berbentuk
segitiga. Bagian mulut berambut halus. Serangga ini merupakan serangga yang
aktif di siang hari (diurnal) yang banyak ditemukan pada lahan areal pertanaman
caisim yang banyak terserang kutu apis atau biasa disebut sebagai aphidophaga.
Gambar1.C. transversalis. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Imago C. transversalis memiliki elitra berwarna jingga hingga merah
terang dengan tiga hiasan pita hitam melintang pada kedua sisi elitra. Skutelum
berwarna hitam. Garis komunal sangat terlihat jelas berwarna hitam. Kepala dan
pronotum berwarna hitam. Pada pronotum, selain berwarna hitam terdapat warna
kuning hingga jingga pada ujung kanan kiri bagian muka (anterior). Sedangkan
pada area samping mata bagian tengah juga terdapat titik berwarna kuning hingga
jingga. Bagian bawah tubuh seperti thoraks, abdomen, dan tungkai berwarna
hitam.Imago C. transversalis sampel memiliki panjang 6,8 mm dan lebar 4,9 mm.
Untuk ukuran panjang pronotum adalah 3,2 mm.
b. Menochilus sexmatulata Fabricius
Morfologi dan Biologi
Serangga M. sexmatulata merupakan serangga Coccinellidae berukuran
sedang. Ukuran serangga betina lebih besar daripada serangga jantan. Serangga
berbentuk oval, cembung. Permukaan pronotom dan elitra terlihat licin mengkilat.
Kepala berukuran kecil dilindungi pronotum berbentuk trapesium. Antena
bersegmen 11 dan abdomen bersegmen 6. Serangga dewasa memiliki tiga pasang
tungkai dengan sepasang cakar pada ujung tarsus. Serangga ini merupakan salah
satu serangga Coccinellidae yang sering dijumpai aktif pada siang hari (diurnal)
dan memangsa kutu apis dan kutu sisik (coccids) atau coccidophaga.
Gambar 2. M. sexmatulata. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Imago M. sexmatulata yang ditemukan memiliki elitra berwarna merah
bata dengan dua hiasan pita melintang hitam berbentuk M pada kedua sisinya dan
satu titik hitam di bagian ujung belakang masing-masing elitra. Skutelum dan
garis komunal berwarna hitam. Kepala dan pronotum berwarna putih. Pronotum
dengan pola hitam berbentuk M di bagian pinggir belakang (posterior).M.
sexmatulata sampel memiliki ukuran tubuh dengan panjang 4,7 mm dan lebar 3,7
mm. Sedangkan ukuran panjang pronotum 2,3 mm.
c. Micraspis lineata
Morfologi dan Biologi
Imago M. lineata merupakan serangga Coccinellidae berukuran sedang.
Badan berbentuk oval memanjang, cembung. Permukaan pronotom dan elitra
terlihat licin mengkilat tanpa rambut halus. Antena bersegmen 11 dan abdomen
bersegmen 5. Serangga dewasa memiliki tiga pasang tungkai berambut halus pada
permukaannya dengan sepasang cakar pada ujung tarsus.Serangga ini merupakan
serangga yang aktif di siang hari (diurnal) yang banyak ditemukan pada lahan
areal pertanaman sayuran banyak terserang kutu apis.
Gambar3. M. lineata. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Imago M. lineata memiliki elitra berwarna jingga hingga merah dengan
corak hitam membujur menyerupai bulan sabit pada masing-masing elitron.
Pronotum berwarna kuning dengan corak hitam pada bagian posterior. Kepala dan
labrum berwarna hitam. Antena berwarna coklat. Skutelum dan garis komisura
berwarna hitam. Thoraks dan abdomen berwarna hitam. Pada bagian tungkai,
femur hitam sedangkan tibia coklat.M. lineata sampel memiliki ukuran panjang
4,7 mm dan 3,6 mm. Ukuran panjang pronotum 2,2 mm.
d. Micrasis crocea
Biologi dan Morfologi
Serangga dewasa M. crocea merupakan serangga Coccinellidae berukuran
sedang. Serangga imago memiliki bentuk oval memanjang, cembung. Serangga
ini memiliki antena 11 segmen, abdomen 5 segmen, tungkai berambut halus
disertai sepasang cakar pada masing-masing ujung tarsus. Imago dan larva
merupakan serangga yang aktif selama siang hari (diurnal). M. crocea biasa
memangsa aphid dan telur-telur serangga lain.
Gambar4. M. crocea. a) Sisi dorsal dan b) pronotum
Imago M. crocea memiliki elitra berwarna kuning hingga jingga tanpa
hiasan titik maupun pita hitam pada elitra. Skutelum kecil dan berwarna hitam.
Kepala dan pronotum berwarna putih. Pada sisi belakang pronotum terdapat
variasi bercak hitam dengan hiasan dua titik hitam di ujung belakang (posterior),
sehingga menyerupai sepasang mata. Bagian bawah tubuh seperti thoraks,
abdomen, dan tungkai berwarna coklat kekuningan. M. crocea memiliki ukuran
panjang tubuh 4,1 mm dan lebar 3 mm. Ukuran panjang pronotum 1,7 mm.
e. Coelophora inaequalis Fabricius
Morfologi dan Biologi
Serangga dewasa C. inaequalis merupakan serangga Coccinellidae
berukuran sedang. Serangga ini berbentuk bulat, cembung. Permukaan elitra dan
pronotum licin dan mengkilat tanpa rambut halus. Abdomen memiliki 5 segmen.
Tungkai berambut halus dan memiliki sepasang cakar pada ujung tarsus. Serangga
imago merupakan serangga diurnal dan merupakan aphidophaga.
Gambar5. C. inaequalis. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Imago C. inaequalis memiliki elitra, kepala, dan pronotum berwarna
jingga. Pada elitra terdapat 9 titik hitam (4 pada masing-masing elitron dan 1 di
bagian posterior). Skutelum berwarna hitam. Bagian bawah tubuh seperti thoraks,
abdomen, dan tungkai berwarna coklat.C. inaequalis memiliki ukuran panjang
tubuh 4,5 mm dan lebar 4,3 mm. Protonum berukuran panjang 2,7 mm.
f. Scymnus nubilus Mulsant
Morfologi dan Biologi
Serangga S. nubilus termasuk serangga Coccinellidae berukuran kecil.
Serangga dewasa berbentuk oval memanjang, cembung, dan meruncing pada
bagian ujung belakang (posterior). Permukaan elityra dan pronotum ditutupi
rambut-rambut halus. Antena bersegmen 9 dengan 2 ujung segmen terakhir
membesar dan sedikit memanjang. Serangga imago termasuk Coccinellidae
berukuran kecil yang aktif di siang hari dan merupakan pemangsa aktif kutu putih
dompolan.
Gambar 6. S. nubilus. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Pronotum dan kepala S. nubilus berwarna coklat kehitaman. Elitra
berwarna coklat tua dengan skutelum dan garis kommisura berwarna hitam.
Antena berwarna coklat. Bagian bawah tubuh seperti thoraks, abdomen, dan
tungkai berwarna coklat kehitaman. S. nubilus memiliki ukuran panjang 2,0 mm
dan lebar 1,3 mm. Panjang pronotum 1,0 mm.
g. Harmonia sedemcinotata Fabricius
Morfologi dan Biologi
Serangga dewasa H. sedecimnotata berbentuk bulat, cembung. Kepala
kecil tersembunyi di bawah pronotum. Tampak muka terlihat mata majemuk yang
besar dan bagian depan labrum berambut halus. Serangga ini memiliki berbentuk
gada dan bersegmen 11 dengan 3 segmen terakhir membesar dan membulat.
Serangga hidup sebagai pemangsa kutu apis atau aphidophaga dan cenderung
dijumpai pada daerah areal pertanaman sayuran di pegunungan,terutama pada
tanaman kentang.
Gambar7. H. sedecimnotata. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Elitra dan pronotum H. sedecimnotata berwarna coklat kekuningan. Pada
elitra terdapat 16 titik hitam (8 titik pada masing-masing elitron) dan 2 titik hitam
pada ujung posterior pronotum. Antena berwarna coklat. Skutelum berwarna
hitam. Bagian bawah tubuh dan tungkai berwarna coklat kekuningan.H.
sedecimnotata memiliki ukuran panjang tubuh 6,3 mm dan lebar 5,9 mm.
Sedangkan ukuran panjang pronotum 3,3 mm.
h. Ephilachna sparsa
Morfologi dan Biologi
Serangga dewasa E. sparsa memiliki elitra dan pronotum yang ditumbuhi
rambut-rambut halus. Bentuk dari serangga ini oval, cembung. Abdomen
memiliki 5 segmen. Baik larva maupun imago serangga ini dikenali sebagai hama
penting tumbuhan keluarga Solanaceae. Dalam famili Coccinellidae, Ephilachna
merupakan satu-satunya sub-famili yang berperan ekologis sebagai herbivor.
Gambar8. E. sparsa. a) sisi dorsal dan b) pronotum
Imago E. sparsa memiliki kepala dan pronotum berwarna jingga. Pada
bagian elitra berwarna jingga dengan dihiasi 6 titik hitam pada masing-masing
elitron (total 12 titik hitam). Thoraks berwarna hitam kecoklatan. Abdomen dan
tungkai berwarna coklat. E. sparsa memiliki ukuran panjang 6,2 mm dan lebar 4,8
mm. Panjang pronotum 2,8 mm.
Serangga Coccinellidae yang ditemukan di area pertanaman sawi Pendem(ketinggian 500-600 m dpl)
Hasil survei lapang menunjukkan bahwa ditemukan tujuh jenis serangga
Coccinellidae pada lahan pertanaman sawi manis dan sawi daging, yaitu C.
transversalis, M. sexmaculata, M. lineata, M. crocea, C. inaequalis, S. nubilus,
dan E. sparsa. dari ketujuh jenis yang telah disebutkan, terdapat satu spesies
Coccinellidaeyang berperan sebagai hama tanaman, yaitu E.sparsa. sedangkan
keenam jenis lainnya merupakan serangga Coccinellidae predator pada kutu apis,
kutu sisik, dan kutu putih dompolan. Indeks keragaman Shannon-Wiener
(H’)Coccinellidae di lokasi survei tergolong sedang, yaitu 1,55 (Tabel 6).
Tabel1. Keragaman spesies Coccinellidae pada lahan caisin dan pakcoyPendemSub-famili Identifikasi spesies Individu
(N)Peran
ekologisCoccinellinae C. transversalis 34 predator
M. sexmatulata 16 predatorM. lineata 7 predatorM. crocea 1 predatorC. inaequalis 5 predator
Scymninae S. nubilus 3 predatorEphilachninae E. sparsa 14 herbivor
Gambar9. Grafik kelimpahan populasi Coccinellidae lahan Pendem
Serangga Coccinellidae yang ditemukan di area pertanaman sawi DesaSumber Brantas (ketinggian 1500-1600 m dpl)
Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa ditemukan dua jenis
serangga Coccinellidae pada lahan pertanaman sawi putih, yaitu M. sexmaculata
dan H. sedecimnotata. Kedua jenis serangga tersebut merupakan serangga
Coccinellidae yang berperan sebagai predatorkutu apis. Indeks keragaman
Shannon-Wiener (H’) jenis Coccinellidae predator di lokasi survey tergolong
rendah, yaitu 0,41 (Tabel 6).
0510152025303540
kutu sisik, dan kutu putih dompolan. Indeks keragaman Shannon-Wiener
(H’)Coccinellidae di lokasi survei tergolong sedang, yaitu 1,55 (Tabel 6).
Tabel1. Keragaman spesies Coccinellidae pada lahan caisin dan pakcoyPendemSub-famili Identifikasi spesies Individu
(N)Peran
ekologisCoccinellinae C. transversalis 34 predator
M. sexmatulata 16 predatorM. lineata 7 predatorM. crocea 1 predatorC. inaequalis 5 predator
Scymninae S. nubilus 3 predatorEphilachninae E. sparsa 14 herbivor
Gambar9. Grafik kelimpahan populasi Coccinellidae lahan Pendem
Serangga Coccinellidae yang ditemukan di area pertanaman sawi DesaSumber Brantas (ketinggian 1500-1600 m dpl)
Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa ditemukan dua jenis
serangga Coccinellidae pada lahan pertanaman sawi putih, yaitu M. sexmaculata
dan H. sedecimnotata. Kedua jenis serangga tersebut merupakan serangga
Coccinellidae yang berperan sebagai predatorkutu apis. Indeks keragaman
Shannon-Wiener (H’) jenis Coccinellidae predator di lokasi survey tergolong
rendah, yaitu 0,41 (Tabel 6).
C. transversalis
M. sexmatulatus
M. lineata
M. crocea
C. inaequalis
S. nubilus
E. sparsa
kutu sisik, dan kutu putih dompolan. Indeks keragaman Shannon-Wiener
(H’)Coccinellidae di lokasi survei tergolong sedang, yaitu 1,55 (Tabel 6).
Tabel1. Keragaman spesies Coccinellidae pada lahan caisin dan pakcoyPendemSub-famili Identifikasi spesies Individu
(N)Peran
ekologisCoccinellinae C. transversalis 34 predator
M. sexmatulata 16 predatorM. lineata 7 predatorM. crocea 1 predatorC. inaequalis 5 predator
Scymninae S. nubilus 3 predatorEphilachninae E. sparsa 14 herbivor
Gambar9. Grafik kelimpahan populasi Coccinellidae lahan Pendem
Serangga Coccinellidae yang ditemukan di area pertanaman sawi DesaSumber Brantas (ketinggian 1500-1600 m dpl)
Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa ditemukan dua jenis
serangga Coccinellidae pada lahan pertanaman sawi putih, yaitu M. sexmaculata
dan H. sedecimnotata. Kedua jenis serangga tersebut merupakan serangga
Coccinellidae yang berperan sebagai predatorkutu apis. Indeks keragaman
Shannon-Wiener (H’) jenis Coccinellidae predator di lokasi survey tergolong
rendah, yaitu 0,41 (Tabel 6).
C. transversalis
M. sexmatulatus
M. lineata
M. crocea
C. inaequalis
S. nubilus
E. sparsa
Tabel 2. Keragaman spesies Coccinellidae pada lahan sawi putih, Arboretum-Desa Sumber Brantas
Sub-famili Identifikasi spesies Individu(N)
Peranekologis
Coccinellinae M. sexmatulata 12 predatorH. sedemcinotata 2 predator
Gambar10. Grafik kelimpahan populasi Coccinellidae Arboretum, Desa SumberBrantas
Pembahasan
Berdasarkan penelitian lapang yang telah dilakukan pada lahan
pertanaman sawi hijau (caisin), sawi daging (pakcoy), dan sawi putih (petsai)
selama kurun waktu 2-3 bulan, secara umum telah ditemukan kelimpahan
populasi Coccinellidae dengan total 94 individu. Dari total 94 individu terdapat
tiga sub-famili, yaitu Coccinellinae, Scymninae, dan Ephilachninae. Sub-famili
Coccinellinae dan Scymninae secara umum dikenal memiliki peran ekologis
sebagai predator kutu apis, kutu sisik, dan kutu putih dompolan. Dalam sub-famili
Coccinellinae terdapat suku Coccinellini yang secara umum beranggotakan
pemakan kutu apis atau aphidophaga. Kelompok aphidophaga dikenal memiliki
cakupan habitat yang luas. Sedangkan sub-famili Ephilachninaesecara umum
diketahui berperan ekologis sebagai hama tanaman budidaya terutama pada famili
tanaman Solanaceae.
Dari hasil pengambilan sampel pada lahan yang memiliki ketinggian
berbeda, ditemukan delapan spesies Coccinellidae berbeda, yaitu C. transversalis,
M. sexmaculata, M. lineata, M. crocea, H. sedecimnotata,C. inaequalis, Scymnus
nubilus, danE. sparsa. Mayoritas spesies yang ditemukan termasuk ke dalam sub-
famili Coccinellinae, kecuali S. nubilus (Scymninae) dan E. sparsa
(Ephilachninae). Coccinellidaeyang memiliki persebaran cukup luas adalah M.
sexmatulata. Sedangkan serangga Coccinellidae yang memiliki
0
5
10
15
Menochilussexmatulatus
Harmoniasedecimnotata
Menochilussexmatulatus
Harmoniasedecimnotata
kelimpahanpopulasi tertinggi adalah C. tranversalis. Contoh sub-famili
Coccinellinae yang ditemukan pada lahan Pendem mayoritas merupakan pemakan
kutu apis atau biasa disebut aphidophaga. Sedangkan sub-famili Scymninae yang
ditemukan merupakan pemakan kutu sisik dan dan kutu putih dompolan atau
biasa disebut coccidophaga.
Dari kedua lokasi penelitian berdasarkan berbedaan ketinggian tempat,
indeks keragaman (H’) pada ketinggian 1500-1600 m dpl serangga Coccinellidae
lebih rendah dibandingkan H’ pada lahan ketinggian 500-600 m dpl, yaitu 0,41
dibanding 1,55 (tabel 6). Pada awal hipotesis dikemukakan bahwa
keanekaragaman dan kelimpahan populasi Coccinellidaedipengaruhi oleh
ketinggian tempat, yaitu semakin tinggi ketinggian maka akan semakin tinggi.
Namun hal yang terjadi pada lapang, justru tidak menunjukkan hal sebaliknya,
yaitu pada dataran yang lebih rendah menunjukkan keberagaman dan kelimpahan
yang lebih tinggi.Hal ini dikarenakan lahan dataran rendah lebih beeragaman
agroekosistem yang diusahakan petani dan lebih minim naungan serta relatif lebih
datar (tidak berbukit). Selain itu adanya pengaruh perbedaan ketinggian tempat
terhadap kondisi suhu dan kelembaban suatu dataran. Sedangkan suhu biasa
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan populasi kutu apis, kutu sisik dan
tanaman inang sebagai sumber ketersediaan pakan Coccinellidae.
Tabel 3. Perbandingan Indeks Keragaman Shannon-Wienner (H’)Lokasi Indeks Shannon-Wienner (H’) Kategori
Pendem 1,55 sedang
Arboretum, Sumber Brantas 0,41 rendah
Secara umum, meningkatnya jumlah mangsa berupa kutu apis akan
meningkatkan pula kemampuan pemangsaan dan perkembangan Coccinellidae
predator terhadap kutu apis. Sangat erat kaitannya antara suhu dan kelembaban
terhadap populasi kutu apis sebagai ketersediaan pakan Coccinellidae predator.
Semakin tinggi suhu dan kelembaban, maka semakin tinggi jumlah populasi kutu
apis, sehingga mayoritas Coccinellidaeyang berperan sebagai predator akan
semakin bertambah pula populasinya untuk menekan laju populasi kutu apis. Hal
tersebut sesuai dengan kurva keseimbangan densitas populasi dan kurva Lotka-
Voltera tentang hubungan antara inang dan predator. Keseimbangan densitas
berfluktuasi menurut waktudan bersifat dinamis. Jadi, pertambahan populasi
Coccinellidae mengikuti pertambahan populasi inang.
Selain itu adanya faktor ketinggian tempat yang mempengaruhi kondisi
temperatur dan kelembaban biasa mempengaruhi perilaku serangga Coccinellidae.
Sebagai contoh, Coccinella transversoguttata lebih memilih kondisi lahan yang
memiliki suhu tinggi dan kelembaban rendah (Majerus, 2016).Adanya pengaruh
perubahan dan gangguan habitat, seperti fenologi dan senyawa kimia pada
tanaman inang serta kondisi habitat juga sangat mempengaruhi keragaman dan
kelimpahan populasi Coccinellidae. MenurutSpeight (1999) dalam Syahrawati
(2010) meningkatnya populasi Coccinellidae terjadi seiring menurunnya
diversitas naungan pohon. Hal ini dikarenakan spesies Coccinellidae lebih
menyukai habitat terbuka yang relatif datar tanpa adanya naungan dan habitat
yang terganggu.
Pada daerah Pendem dengan ketinggian tempat antara 500-600 m dpl dan
memiliki kondisi topografi relatif datar menyebabkan kawasan tersebut
dikategorikan daerah beriklim panas dan sedikit naungan. Daerah Pendem, Kota
Batu memiliki kisaran rata-rata suhu maksimum 28,66oC dan minimum 20,34oC
serta kelembaban relatif rata-rata daerah tersebut adalah 79,167%. Pada saat
dilakukan survei keanekaragaman dan kelimpahan populasi Coccinelidae di bulan
September-Oktober, suhu maksimum menunjukkan angka yang lebih tinggi
dibandingkan bulan lainnya dalam setahun, yaitu 29,7˚C dan 29,6˚C.
Hal ini sesuai dengan pembagian iklim menurut Junghuhn, karena rentang
suhu yang dicantumkan padadataran dengan ketinggian 500-600 m dpl adalah
antara 22-26,3˚C. Selain itu jika dilihat dari kondisi topografinya, lahan di daerah
Pendem memiliki kelas keseuaian lahan kategori II dan III, maka daerah tersebut
biasa digunakan sebagai lahan pertanian intensif padi, palawija, dan hortikultura.
Dengan melihat kelas sesuaian lahan kategori II dan III yang memiliki variasi
pilihan komoditas, menyebabkan petani lebih bebas memilih jenis komoditas
tanaman sesuai dengan musim dan kondisi perekonomian masing-masing. Jadi,
hamparan pertanian kawasan Pendem lebih bervariasi dan terfragmentasi.
Kondisi iklim yang panas serta beragamnya penanaman komoditas
pertanian di daerah Pendem menyebabkan semakin bervariasinya komunitas
serangga dalam suatu ekosistem. Suhu dan kelembaban pada bulan September-
Oktober 2017 yang menunjukkansuhu tertinggi dan kelembaban terendah juga
mempengaruhi populasi hama, contohnya kutu apis dan kutu sisik. Kondisi klimat
tersebut sangat sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan populasi kutu
apis.Kutu apis merupakan hama yang biasa menyerang pucuk-pucuk tanaman.
Kutu apis diketahui merupakan sumber pakan utama bagi sebagian besar famili
Coccinellidae.
Secara umum, meningkatnya jumlah mangsa berupa kutu apis akan
meningkatkan pula kemampuan pemangsaan, perkembangan, serta populasi
Coccinellidae predator. Sangat erat kaitannya antara suhu dan kelembaban
terhadap laju perkembangan populasi kutu apis sebagai ketersediaan pakan
Coccinellidae predator. Sehingga semakin tinggi suhu dan rendah kelembaban
udara, maka semakin tinggi jumlah populasi kutu apis yang tersedia pada tanaman
budidaya sawi. Sehingga Coccinellidae yang mayoritas berperan sebagai
predatorakan semakin bertambah pula populasinya untuk menekan laju populasi
kutu apis.
Sedangkan lahan sekitar Arboretum yang memiliki ketinggian 1500-1600
m dpl dan berada di antara Gunung Banyak dan Gunung Arjuno-Welirang,
menjadikan kawasan ini berhawa sejuk. Hal tersebut sesuai dengan pembagian
iklim menurut Junghuhn berdasarkan ketinggian tempat, yaitu daerah beriklim
sejuk dengan rentang suhu 11,1˚C -17,1˚C. Namun kenyataan yang terjadi di
lapang, telah terjadi peningkatan suhu pada ketinggian tersebut. Berdasarkan suhu
yang diperoleh dari BMKG ( tabel lampiran 2), rata-rata suhu maksimum dalam
serahun mencapai angka 25,90˚C dan minimum 20,85˚C. Meskipun terdapat suatu
peningkatan suhu, kelembaban udara kawasan tersebut tergolong tinggi, yaitu
91,66%, sehingga lebih sering tertutup kabut di atas pukul 11.00 WIB.
Lahansamping Arboretum berdekatan dengan kawasan hutan dan
topografi berbukit sehingga lahan cenderung ternaungi. Sedangkan lahan dataran
rendah, Pendem memiliki topografi hamparan yang cenderung mendatar dengan
sedikit sekali pohon sehingga nampak tanpa naungan. Perbedaan kondisi topografi
yang serta ada tidaknya naungan memberikan efek berupa perbedaan suhu dan
kelembaban yang berbeda.
Selain itu dengan melihat kondisi perbedaan hamparan, kawasan sekitar
Arboretum memiliki komoditas pertanian yang cenderung seragam dibanding
hamparan kawasan Pendem yang lebih bervariasi dan terfragmentasi, dapat
diketahui bahwa agroekosistem Pendem lebih beragam, meski lebih didominasi
dengan lahan persawahan. Kebegaraman ekosistem pertanian dalam suatu luasan
hamparan kawasan pertanian memunculkan keberagaman dan kelimpahan
serangga yang lebih bervariasi.
Hamparan pertanian sekitar Arboretum cenderung seragam atau
monokultur. Para petani kawasan ini lebih memilih membudidayakan petsai,
wortel, dan kentang dalam waktu yang hampir bersamaan dan kurun waktu yang
cukup lama dikarenakan permintaan pasar yang tinggi, terutama dengan tujuan
Taiwan dan Korea Selatan. Hal tersebut memaksa para petani kawasan
Arboretum, Desa Sumber Brantas mempertahankan kualitas dan kuantitas
komoditas pertanian tersebut dari gangguan hama dan penyakit tanaman dengan
mengaplikasikan pestisida sintetik secara berlebih dan intesitas tinggi.Rata-rata
hasil wawancara dengan petani kawasan Arboretum menggunakan 10 jenis zat
kimia sintesis, yaitu pestida sintetik beserta bahan pendukung seperti perekat dan
zat anti koagulan. Kondisi ekosistem pertanian yang jenuh konsentrasi zat kimia
sintetik biasa mempengaruhi keberagaman musuh alami, terutama
predator.Sedangkan mayoritas anggota famili Coccinellidae yang berperan
sebagai predator serangga hama kutu apis dan kutu sisik sangat rentan terhadap
paparan pestisida sintetik.
Pada lokasi pengamatan lahan Pendem, aplikasi pestisida cenderung tidak
diberlakukan secara insentif seperti yang diterapkan oleh petani lahan Arboretum.
Karena pada kawasan Pendem yang cenderung lebih datar, lebih sering berupa
lahan persawahan padi dan lahan sayuran lain yang lebih beragam macam.
Diketahui bahwa ekosistem sawah padi lebih memiliki agroekosistem yang lebih
kompleks daripada lahan tegalan sayur. Hal ini dikarenakan lahan persawahan
padi di sekitar lahan sawi yang dijadikan pengamatan memiliki habitat terestrial
dan akuatik.
Kolerasi keberagaman Coccinellidae dengan ekosistem pertanian memang
sangat erat kaitannya dengan kondisi klimatologi dan topografi lahan sehingga
dapat ditentukan jenis peruntukkan komoditas pertanian yang akan dipilih. Namun
pada fakta lapang membuktikan bahwa suhu pada dataran yang mrmiliki beda
ketinggian tempat (Pendem dan Arboretum) tidak menunjukkan perbedaan yang
signikan yang dapat mempengaruhi populasi Coccinellidae. Hal ini dikarenakan
suhu pada kedua tempat relatif memiliki kisaran rata-rata suhu harian yang sama,
yaitu antara 24-26˚C. Dengan begitu, keberagaman ekosistem pertanian yang
diterapkan dalam suatu luasan hamparan, lebih mempengaruhi keberagaman dan
kelimpahan Coccinellidae yang ditemukan.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Keanekaragaman spesies dan kelimpahan populasi serangga Coccinellidae
tertinggi terdapat pada areal pertanaman sawi dengan ketinggian 500-600 m dpl,
yaitu di lahan pengamatan Pendem-Kota Batu.Coccinellidae yang memiliki
kepadatan populasi tertinggi adalah C. transversalis. Sedangkan Coccinellidae
yang memiliki sebaran lingkungan luas adalah M. sexmatulata.
Perbedaan ketinggian tempat yang terkait akan suhu dan kelembaban
udara pada lahan suatu kawasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keanekaragaman dan kelimpahan Coccinellidae. Keanekaragaman dan
kelimpahan populasi Coccinellidae lebih dipengaruhi oleh tingkat kearagaman
komoditas tanaman yang dibudidayakan oleh para petani pada suatu hamparan
kawasan pertanian serta intensitas aplikasi pestisida.
Saran
Kedepannya diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut berkenaan
dengan korelasi antara pergantian musim, curah hujan, dan lama penyinaran
matahari dengan keanekaragaman dan kelimpahan populasi Coccinellidae pada
dataran lebih rendah seperti lahan di pesisir pantai.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri, Miguel A., Clara I. Nicholls. 2005. Agroecology and the Search forTruly Suistainable Agriculture First Edition. United Nation EnviromentProgramme Enviromental Training Network for Latin America and theCaribbean Boulevard de los Virreyes. Mexico.
Barcos, Ana Kristie S., Luis Rey I. Velasco, and Celia dR. Medina. 2014.Foraging Behaviour of Yellow Netted Ladybeetle Heteroneda billardieriCrotch (Coleoptera: Coccinellidae). Philipp Agric Scientist Vol. 97 No.2.Filipina.
Borror, Donald J., Charles A. Triplehorn, and Norman F. Johnson. 1992.Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Terjemahan Keenam. UniversitasGajah Mada. Yogyakarta.
Chanmamla, G.,2009. TaxonomicStudies on Predacious Coccinelllidae Order:Coleoptera. Thesis. Acharya N.G. Ranga Agril. Univ. Tirupati. India
De Bach, P. 1991. Biology Control by Natural Enemies. Cambrige UniversityPress. London.
Dixon, Geoffrey. 2007. Vegetable Brassicas and Related Crucifers. CABI. UK.
Duriat, Ati S., Oni Setiani Gunawan, dan Neni Gunaeni. 2006. PenerapanTeknologi PHT pada Tanaman Kentang. Monograf No.28 BalaiPenelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Edi, Syafri dan Julistia Bobihoe. 2010. Buklet: Budidaya Tanaman Sayuran.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jambi.
Herlinda, S., Cheppy Wati, Chandra Irsan, dan Yulia Pudjiastuti. 2010.Kutudaun Eksotik, Lipaphis erysimi:Perkembangan Populasi danSerangannya di Ekosistem Sayuran Sumatra Selatan. Seminar NasionalPEI. Yogyakarta.
Hodek, I., H.F. van Emden, and A. Honek. 2012. Ecology and Behaviour of theLadybird Beetles (Coccinellidae) First Edition. Wiley-BlackwellPublishing. United Kingdom.
Hodek, Ivo. 1973. Biology of Coccinellidae. Springer Science and BussinesMedia. Holand.
Ide, Pangkalan. 2007. Seri Diet Korektif – Diet Cabbage Soup. PT. Elex MediaKomputindo, Kelompok Garamedia. Jakarta.
Kahono, S., Haruo Katakura, Susumu Nakano, Idrus Abbas, dan Koji Nakamura.2001. Ephilachnine Ladybird Beetles (Coleoptera, Coccinellidae) ofSumatra and Java. TROPICS: Vol. 10 (3): 325-352.
Kalshoven, I.G.E., 1981. Pest of Crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru – VanHoeve. Jakarta.
Khormizi, M., A. Biranvand, j. Shakarami, 2013. The Faunistic Survey of LadyBeetles (Coleoptera, Coccinellidae) in The Mehriz Region (YazdProvince), Iran. Bull. Iraq nat. Hist. Mus.(2013)12 (4): 43-51.
Majerus, Michael E.N., 2016. A Natural History Ladybird Beetles. CambridgeUniversity Press. London.
Michigan State University. 2016. http://www.ipm.msu.edu/biocontrol/beetles.Diakses pada tanggal 17 November 2016.
Phuoc. 1973. The Parts of the Ladybird Beetle Pupae. http:www.vegedge.umn.edu/pest-profiles/pests/ladybird-beetle-key/pupae.Diakses pada tanggal 17 November 2016.
Poorani. 2016. Adult Morphology. www.angelfire.com/bug2/j_poorani/morphology.htm.Diakses pada tanggal 5 November 2016.
Roy, Helen and Alain Migeon, 2010. Ladybeetles (Coccinellidae) Chapter 8.4.BioRisk 4(1): 293-313.
Samways, M.J., R. Osborn, and T.L. Saunders. 1997. Mandible Form Relative toThe Main Food Type in Ladybirds (Coleoptera: Coccinellidae).Biocontrol Science and Technology 7. Carfax Publishing.
Shepard, B.M., A.T. Barrion, and J.A. Litsinger. 1987. Friends of Rice Farmer:Helpful Insects, Spiders, and Pathogens. International Rice ResearchInstitute. Philippines.
Slipinski, Adam. 2013. Australian Ladybird Beetles (Coleoptera: Cocinellidae):Their Biologi and Classification. CSIRO Publishing. Australia.
Slogget, John J., and Michael E.N. Majerus, 2000. Habitat Preferences and Dietin The Predatory Coccinellidae (Coleoptera): An EvolutionaryPerspective. Biology Journal of Linnean Society. London.
Subiyakto, Ir. dan Prof. Dr. Ir. Achmad Sulthoni. 1991. Kunci DeterminasiSerangga. Kanisius. Yogyakarta.
Syahrawati, My dan Hasmiandi Hamid. 2010. Diversitas Coccinellidae Predatorpada Pertanaman Sayuran di Kota Padang. Universitas Andalas. Padang.