Upload
nury-yanthie
View
64
Download
17
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmasi
Citation preview
Keamanan Pangan di Lingkungan Rumah
(Food safety in the home environment)
DISUSUN OLEH : Kelompok 2
Anisa Hidayanti (14344092)
Triana Widyasari (14344095)
Yugo Guntoro
PROGRAM STUDY APOTEKER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL (ISTN)
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak
asasi setiap warga negara, sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup aman,
bermutu, bergizi, beragam dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan daya beli
masyarakat. Melihat betapa kompleksnya persyaratan yang harus dipenuhi diperlukan
suatu standard sehingga tidak merugikan dan membahayakan bagi konsumen, serta
menjamin terselenggaranya perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab. Hal ini di
dasarkan pada upaya untuk mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan sumber daya
yang berkualitas.
Pembangunan pangan adalah suatu upaya pembangunan yang bersifat terus-
menerus dan lintas bidang yang saling berkaitan. Pada saat ini sasaran pembangunan
pangan antara lain membebaskan masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi
kesehatan, memantapkan kelembagaan yang sudah ada, penataan ulang (deregulasi)
untuk peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pangan, mutu serta gizi
masyarakat oleh industri pangan maupun konsumen.
Pangan yang aman mempunyai pengertian yang sangat luas tetapi pada
prinsipnya mempunyai batasan-batasan antara lain; bebas dari mikroba patogen, bebas
dari bahan beracun, bebas dari kontaminan, bebas dari pemalsuan, bebas dari bahan-
bahan yang dilarang oleh oleh agama, budaya, dan adat istiadat, bebas dari perubahan
kimia dan fisika, mempunyai nilai gizi yang tinggi dan seimbang, mempunyai rasa
enak dan menarik, tersedia dalam jumlah cukup, serta mendapat sertifikasi SAH
(sehat, aman, dan halal).
Rumah tangga sebagai basis masyarakat terkecil perlu mendapat perhatian dan
pembinaan yang baik, karena keberhasilan pembangunan nasional bertumpu pada
keberhasilan pembanguna manusia tersebut. Salah satunya adalah ketersediaan
pangan yang aman dan berkualitas. Dalam sistem kemasyarakatan terkecil ini yang
sangat berperan dalam pengambilan keputusan asupan gizi setiap hari adalah ibu
rumah tangga, sehingga pendidikan dan pembinaan mutlak diperlukan.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya persentasi dan pembuatan makalah ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang keamanan pangan ditingkat
mahasiswa apoteker ISTN sehingga mampu menjelaskan dan memberikan
pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya memperhatikan keamanan pangan
keluarga.
BAB II
ISI
A. Pentingnya Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Masyarakat Indonesia umumnya beranggapan makan agar kenyang dan kuat
bekerja (sumber energi). Sekarang mulai muncul kepedualian terhadap kualitas dan
kuantitas makanan. Sebagian mengetahui bahwa makanan dapat mempengaruhi fisik
seseorang, namun kurang informasi tenatang bagaimana makanan dan minuman yang
aman dan bergizi, itulah yang kadang kala menjadi kendala utama di masyarakat,
disamping juga transfer informasi tersebut dalam media komunikasi yang tepat dan
jika perlu adanya edukasi kepada seluruh komponen masyarakat termasuk keluarga.
Kekurangan zat gizi esensial dan energi dapat menyebabkan penyakit atau
gangguan kesehatan tertentu. Demikian juga makanan yang berlebihan dan tidak
seimbang dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung, kencing manis, tekanan
darah tinggi, dan lain-lain. Ibu hamil yang mengkonsumsi makanan yang kurang
berkualitas dapat berakibat bayi dengan berat badan yang kurang normal atau rendah
bahkan perkembangan fisik dan mental bayi akan terganggu. Selain itu makanan dan
minuman dapat juga berfungsi sebagai pengantar penybab penyakit. Dengan demikian
distribusi makanan perlu memperhatikan proses pengolahan, penyajian, penyimpanan
dan lain sebagainya.
Perlaku konsumen terhadap pangn yang aman sangat dipengaruhi oleh :
1. Faktor predisposisi perorangan (kepribadian, kebiasaan, norma, nilai kepercayaan,
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap dari konsumen sehubungan makanan
tersebut.)
2. Faktor dukungan pemerintah maupun swasta terhadap keberadaan makanan yang
aman sehingga tersedia kapan saja dibutuhkan, terjangkau daya beli, digemari, mudah
didapat, penjualnya terampil, jujur dan nyaman, dan tersedia informasi rujukan)
3. Faktor penguat (ajakan teman dekat, dukungan orang tua, pimpinan, guru, petugas
kesehata, dll) yang menganjurkan konsumsi makanan yang aman.
B. Metabolime Zat Gizi dan Kaitannya dengan Keamanan Pangan
Zat gizi dapat digolongkan menjadi 6 kelompok utama, yaitu: karbohidrat,
lipid, protein, vitamin, dan mineral. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi,
lemak/lipid berfungsi sebagai sumber energi cadangan, dan juga pertumbuhan dan
mempertahankan jaringan, protein berfungsi sebagai sumber energi, pertumbuhan dan
mempertahankan jaringan juga dalam proses regulasi dalam tubuh. Mineral berfungsi
untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan juga dalam proses regulasi tubuh,
sedangkan untuk vitamin dan air berfungsi untuk regulasi dalam tubuh. Paling tidak
ada 45 jenis zat gizi dari 67 kelopmpok utama zat gizi tersebut di atas yang tidak
dibutuhkan manusia.
C. Jenis Toksin dalam Pangan dan Pengaruhnya terhadap gizi dan Kesehatan
Zat toksik alamiah meliputi aneka ragam senayawa yang terdapat dalam bahan
pangan hewani maupun nabati, yang dapat menimbulkan keracunan. Beberapa yang
termasuk dalam bahan pangan nabati adalah zat penghambat protease, hemaglutinin,
goitroge, dan sianogen. Zat penghambat protease merupakan suatu protein yang
banyak terdapat dalam kacang-kacangan, kacang polong, kentang, ubi jalar, dan biji-
bijian. Wujud toksiknya berupa pertumbuhan dan penggunaan makanan yang tidak
baik serta pembesaran kelenjar pakreas, akibat adanya hambatan terhadap aneka
ragam enzim protease. Hemaglutinin terutama dalam kacang-kacangan dan kacang
polong famili Legumenimose dan euphorbiaceae. Zat aktifnya berupa protein yang
akan menggumpalkan dan hemolisis butir darah merah. Berbeda dengan kedua
senaywa tersebut, goitrogen merupakan tioglukosida yang benyak terdapat dalam kol,
lobak, dan mustard. Senyawa ini menimbulkan hipertiroid dan pembengkakan
kelenjar tiroid. Sianogen banyak terkandung kacang-kacangan, buah berbiji keras dan
singkong. Zat toksiknya berupa glukosida diantaranya amigladin, linamasrin,
lotausralin, durin, taksifilian, proteasin. Wujud efek toksinnya berupa gangguan
neurologi karena sianogen menghambat pernafasan sel melalui ikatan-ikatan antar
sianida dan protein heme terutama sitokrom oksidase dan mitokondria.
Zat tambahan makanan dapat digolongkan menjadi zat tambahan sengaja atau
langsung dan zat tambahan tidak sengaja atau tidak langsung. Termasuk dalam
tambahan sengaja antara lain zat warna, penyedap rasa dan aroma, pelembab,
antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat, dan pengental. Zat pewarna
makanan yang mempunyai efek toksik adalah tartazina. Wujudnya berupa
perangsangan perilaku hiperaktif pada anak urikaria atau raum kulit, dengan
mekanisme aksi yang sampai saat ini belum jelas. Zat makanan tambahan lain yang
perlu diwaspadai adalah antioksidan, misalnya BHA dan BHT, karena kecendrungan
efek karsinogenik terutama BHA. Tentang penyedap rasa dan aroma ketoksikan MSG
sampai saat ini masih kontroversial. Kelebihan vitamin sebagai suplemen gizi, juga
dapat menimbulkan efek toksik, terutama over Vitamin D dan A, untuk vitamin D
hiperkalsemia, stenosis aortik, nefrokalsinposis. Sedangkan untuk vitamin A yang
terberat adalah neksrosis hati.
Senayawa pencemar makanan yang sering menimbulkan masalah kesehatan
ialah botulinin, aflatoksin, merkuri, dan timah. Botulinin dihasilkan oleh bakteri
Clostridium botulinum, karacunannya berupa efek neurologi melalui aksi
penghambatan pelepasan asetilkolin di ujung syaraf. Aflatoksin merupakan produk
jamur atau kapang Aspergillus flavus, yang tumbuh subur pada kacang-kacangan
dalam kondisi panas dan lembab. Diantara ragam aflatoksin yang bersifat karsinogen
adalah aflatoksin B1 dan G1. Efek hepatokarsinogenik aflatoksin B1 beruapa
diawalinya ikatan kovalen antara metabolit reaktif epoksidanya dan makromolekul sel
hati protein RNA dan DNA). Merkuri berupa bentuk senyawa yang sangat toksik.
Keracunan merkuri senyawa organik dapat terjadi melalui konsumsi ikan dan padi-
padian yang tercemar. Akibat keracunan juga dikenal dengan penyakit “Minamata”
dengan gejala-gejala neurologi yang dapat berujung kematian demikian juga dengan
timah dan Pb.
Faktor intrinsik racun pangan antara lain faktor kimia, kondisi ekspresi,
pengolahan, pengawetan, pengentalan, pengepakan racun pangan. Selain itu pula
bergantung pada sifat dan berbagai proses yang dapat mempengaruhi keefektifan
interakasi racun pangan dan tempat aksinya. Dengan cara demikian akhirnya akan
mempangaruhi ketoksikan racun pangan.
Termasuk faktor intrinsik mahluk hidup diantaranya keadaan fisiologi
(misalnya berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung,
kecepatan aliran darah, status gizi, kehamilan, jenis kelamin, penyimpanan racun
pangan dalam mahluk hidup, genetika, serta toleransi dan resistensi) dan keadaan
patologi mahluk hidup (penyakit saluran cerna, kardiovaskuler, ginjal dan hati). Pada
dasrnya faktor tersebut dapat mempengaruhi keefektifan atau kerentanan tempat aksi
terhadap aksi racun pangan, sehingga akan mempengaruhi toksisitas racun pangan.
D. Sanitasi dan Higiene pada Pengolahan Pangan
Sanitasi adalah suatu usaha untuk pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan taua mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tersebut. Jadi dengan penerapan sanitasi yang benar akan
membantu dalam memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan kesehatan
ynag baik pada manusia. Adaaun penerapannya adalah dengan cara aseptik untuk
persiapan, pengolahan, dan pengemasan produk makanan, pembersihan dan sanitasi
lingkungan. Ini diawali dengan pengawasan mutu bahan pangan yang akan diolah,
penyimpanan sebelum pengolahan dan setelah pengolahan, perlengkapan dan suplai
air bersih, pencegahan kontaminan makan dan peralatan, pekerja dan hama pada
semua tahap pengolahan, pengemas, dan cara penyajian.
Sanitasi pangan berupa pengendalian mikroba patogen, pengendalian sumber
kontaminan, serta standar pengoperasian yang sehat untuk setiap tahap pengolahan.
Juga sistem pengolahan dan cara penyajian akhir akan sangat mempengaruhi terhadap
kesehatan dan keamanan pangan.
E. Keracunan dan Upaya Identifikasinya
Bahan pangan ataupun makanan dapat merusak karena beberapa faktor, yaitu
pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme, kerusakan karena serangga atau hewan
pengerat lainnya. Aktifitas enzim pada tanaman atau hewan, reaksi kimia
nonenzimatik, kerusakan fisik misalnya pada pembekuan, hangus, pengeringan,
tekanan atau yang lainnya.
Gejala keracunan sering terjadi karena seseorang mengkonsumsi makan yang
mengandung bahan-bahan berbahaya, termasuk mikroorganisme, yang tidak dapat
dideteksi langsung dengan indera manusia. Bahan-bahan kimia berbahaya yang
terdapat pada makanan sukar diketahui secara langsung oleh orang yang
mengkonsumsi makanan tersebut, sehingga seringkali menyebabkan keracunan.
Mikroorganisme yang berbahaya kadang kala sulit dideteksi jika aktifitasnya
mengakibatkan perubahan-perubahan pada makanan.
Berbagai tanda-tanda kerusakan bahan pangan dapat dilihat targantung jenis
pangannya, diantara lain:
a. Perubahan kekenyalan pada produk-produk daging dan ikan, hal ini
disebabkan pemecahan struktur daging oleh bakteri
b. Pelunakan tekstur pada sayur-sayuran yang menyebabkan penampakan
berubah
c. Perubahan kekentalan, misalnya pada susu, santan, dan lainnya yang
disebabkan oleh penggumpalan protein dan pemisahan serum (skim)
d. Pembentukan lendir pada produk-produk daging, ikan dan sayuran yang
antara lain oleh khamir, bakteri asam laktat, dan lainnya.
e. Pembentukan asam, biasanya oleh bakteri
f. Pembentukan warna-warna hijau pada produk daging, misalnya hidrogen
peroksida atau hidrogen sulfida
g. Pembentukan warna kuning pada daging
h. Pembentukan warna hitam pada sayuran
i. Perubahan warna dan penampakan karena kapang pada serelia
j. Perubahan bau, misalnya bau busuk pada daging atau anmis pada ikan
Pada dasarnya kerusakan pangan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis;
1. Kerusakan fisik karena benturan, sayatan, atau lainnya
2. Keruskan kimia karena terjadinya reaksi kimia, baik enzimatis mapun non
enzimatis, seperti ketengikan, pencoklatan, dan lain-lain
3. Kerusakan biologis yang disebabkan oleh faktor-faktor yaitu
mikroorganisme dan serangga perusak makanan.
Sedangkan untuk mendeteksi kerusakan pangan atau bahan pangan dapat
dilakukan dengan ;
a. Uji organoleptik, yaitu dengan melihat tanda-tanda kerusakan seperti
perubahan tekstur, atau kekenyalan, kekentalan, warna, bau, pembentukan
lendir, dan lain-lain
b. Uji fisik untuk melihat perubahan-perubahan fisik yang terjadi karena
kerusakan-kerusakan oleh mikroba maun reaksi kimia misalnya pH,
kekentalan, tekstur, indeks refraktif, dll
c. Uji kimia untuk menganalisa senyawa-senyawa kimia sebagai hasil
pemecahan komponen pangan oleh mikroba tau hasil reaksi kimia
d. Uji mikrobiologis yang ditentukan dengan hitung cawa, MPN, dan
mikroskopis. Uji ini relatif mahal dan membutuhkan peralatan yang
banyak dan agak rumit serta perlu persiapan yang cukup lama oleh karena
itu dianggap tidak praktis.
F. Beberapa Upaya yang Dapat Dilakukan
Perhatikan lingkungan sekitar dapur tempat pengolahan makanan :
Dapur harus memiliki ventilasi udara.
Dapur harus mendapatkan penerangan alami untuk menerangi ruang dapur
sehingga kita dapat beraktivitas dengan baik, gunakanlah cahaya matahari.
Selain itu cahaya matahari mampu membunuh kuman maupun bakteri dan
membuat ruangan tidak lembap.
Material dinding dapur sebaiknya tahan terhadap panas dan uap Terkadang
banyak dapur menggunakan keramik sebagai dinding dapur karena kuat dan
mudah dibersihkan. Namun upayakan untuk menggunakan keramik dinding
yang tidak bertekstur karena celah-celahnya akan sulit dibersihkan dan dapat
menjadi timbunan kotoran.
Perlengkapan memasak yang aman
Penggunaan alat elektronik dengan efisien seperti lemari pendingin,
dishwasher, dan microwave seefisien mungkin.Hal ini dikarenakan peralatan
elektronik membutuhkan energi listrik yang sangat besar dan dapat malah
mengakibatkan efek radiasi elektromagnetik.
Kebersihan dapur harus tetap diperhatikan, dengan cara membersihkan dapur
pada saat selesai memasak. Anda juga harus membuang sampah yang ada di
dapur setiap hari karena sampah yang disimpan lebih dari satu hari akan
menjadi tempat tumbuhnya bakteri dan jamur. Selain itu sampah di dapur juga
dapat menimbulkan penyakit dan bau tak sedap.
Kenali makanan disekeliling kita, perhatikan hal-hal berikut :
Metode pengenalan paling mudah dari berbagai sudut yakni warna, kandungan
boraks, kandungan formalin, daging gelonggongan, ayam basi, ikan basi, makanan
kaleng, bahaya snack, dan bahaya kemasan plastik.
1. Hati-hati dengan makanan yang warnanya mencolok dan menarik, misalnya
saos yang warnanya membekas di tangan memungkinkan pewarna yang
digunakan adalah pewarna tekstil yang dapat menyebabkan kanker.
2. Untuk boraks, dapat diamati dari bakso. Kalau kenyal atau mudah dipantulkan
seperti memantulkan bola karet di tanah, maka berarti banyak mengandung
boraks.
3. Sebaiknya tahu putih yang terlalu keras justru patut diduga mengandung
formalin. Karena tahu putih yang tidak lembek dapat diduga ada kandungan
formalin di dalamnya.
4. Daging gelonggong (daging yang diisi air), daging seperti itu dapat dikenali
dari air yang menetes bila digantung. Warna daging yang asli masih merah
segar dan serat-serat di dalam daging juga tidak menggelembung. Selain itu
pula harga yang tidak wajar juga merupakan pertanda (lebih murah).
5. Daging ayam yang masih segar itu berwarna agak kekuning-kuningan, kalau
warnanya putih bersih justru dimungkinkan dari bekas ayam mati, apalagi
kalau ada warna biru seperti bekas memar serta bau sangat amis. Bahkan ada
pula daging ayam yang direndam formalin agar awet. Mengenali daging ayam
berformalin dengan menekan atau mendorongnya dengan jari telunjuk. Kalau
keluar lendir atau air berarti pernah direndam dengan formalin.“Formalin
dalam makanan juga dapat dihilangkan. “Caranya, makanan yang
mencurigakan itu direndam dengan air panas sekitar 30 menit atau dipanaskan
dengan oven bersuhu 121 derajat tiga menit. Kalau ikan dapat direndam
dengan air cuka 5 persen selama 15 menit atau direndam air garam selama 30
menit untuk ikan asin”
6. Cara mngenali ikan basi. Kalau ditekan justru lembek, warna insang tampak
merah tua, atau mata ikan justru terlihat bening, maka cirinya ikan itu basi
atau diberi formalin. Lebih aman membeli ikan yang masih hidup.
7. Jangan membeli makanan kaleng yang kemasan kalengnya sudah penyok.
Kaleng yang penyok akan mengubah konsentrasi di dalam kemasan, karena
kaleng penyok dapat mengandung racun.
8. Untuk snack (makanan ringan) yang banyak disukai anak-anak, perlu dilihat
komposisi zat warna-nya dan nomor registrasi. Hati-hati dengan warna-warna
mencolok dan perhatikan tanggal produk kadaluarsanya.
9. Satu lagi bahaya yang sering tak disadari adalah kemasan dari plastik,
styrofoam, dan melamin. Kalau kemasan itu diisi dengan bakso panas, soto
panas, teh panas, dan makanan atau minuman serba panas akan dapat
menyebabkan interaksi dengan kandungan kimia plastik yang dapat memacu
penyakit kanker.
Buah Berformalin
Ciri-ciri:
Bagian kulitnya terlihat kencang dan segar meski sudah berbulan-bulan dipanen.
Umumnya buah yang diberi formalin adalah jeruk, anggur, dan apel
Formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, misalnya lengkeng dan anggur,
dapat lebih mudah dikenali. Jika tangkainya sudah tampak layu, sementara
buahnya masih sangat segar dengan bau menyengat yang bukan bau buah, patut
diwaspadai.
Disuntik Zat Pewarna
Ciri-ciri:
Adapun ciri-ciri buah yang telah disuntik dengan zat berbahaya biasanya
meninggalkan bekas lubang kecil agak dalam.
Bekas suntikan umunya berada di bagian ujung yang ada tangkai buahnya.
Khusus buah yang sudah disuntik dengan pewarna tekstil, biasanya warnanya
lebih terang dan meninggalkan bekas di mulut.
Zat pewarna biasanya diberikan pada bua pier, mangga, belimbing, pisang, jeruk,
dan semangka.
Mengandung Lilin
Ciri-ciri:
Buah berlilin biasanya lebih mengkilat.
Untuk mengetahuinya cukup dengan mengerik memakai pisau dan serbuk-serbuk
putih akan berjatuhan.
Untuk memastikan, jika serbuk tadi dibakar akan meleleh.
Daging buah yang dilapis lilin biasanya sudah tidak segar.
Cara lain adalah membakar langsung buah. Jika mengandung lapisan lilin,
kulitnya basah seperti minyak.
Meskipun demikian, kita harus tetap mengkonsumsi buah dengan porsi yang
cukup, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Cara dalam Memilih Buah dan Sayur
1. Pilihlah buah dan sayur dengan penampakan yang baik, warnanya cerah atau
tidak kusam, serta menunjukkan kesegaran.
2. Untuk pemilihan kentang, diusahakan jangan yang masih muda dan kulitnya
berwarna hijau karena pada bagian kulit yang berwarna hijau banyak
mengandung senyawa yang disebut solanin, yaitu senyawa yang dapat
menyebabkan keracunan dan menyebabkan gangguan pada pembuluh syaraf
manusia serta merupakan zat karsinogenik.
3. Menghindari memilih buah impor dengan penampakan kulit terlalu mengkilat
(kemungkinan mengandung parafin/lilin).
Persiapan Buah dan Sayuran Sebelum Dimasak
1. Menghindari memilih bercak putih pada buah dan sayuran yang kemungkinan
bekas pestisida yang mengering atau lebih aman pilih sayuran yang berlubang
yang diindikasikan tidak disemprot pestisida.
2. Buang bagian akar yang dapat menjadi sumber pencemaran.
3. Cuci dengan air mengalir sebelum diolah dan disajikan.
4. Kupas lebih dahulu kulit buah sebelum dikonsumsi (seperti apel, sawo
sejenisnya), begitu juga dengan sayur (seperti wortel dan kentang) karena
tidak semua residu pestisida akan hilang dalam pencucian.
5. Lepaskan lembar daun sayuran seperti kubis dan sawi.
Cara Memasak Sayuran
1. Cuci sayuran yang akan direbus atau dimasak dengan air keran yang mengalir.
2. Potong-potong menurut ukuran yang sesuai, dan jangan terlalu kecil.
3. Masak sayuran dalam porsi sekali makan, agar tidak perlu dipanaskan berkali-
kali, masak dengan suhu minimum 77’C.
4. Bila akan direbus , rebus dalam air yang sudah dididihkan terlebih dahulu
dengan jumlah air secukupnya.
5. Buka tutup panci selama perebusan dan dilakukan perebusan dalam waktu
tidak terlalu lama sehingga sayur tidak menjadi terlalu lunak dan tidak pudar
warnanya.
6. Bila akan dikukus atau ditumis, gunakan waktu secukupnya.
7. Sayuran yang akan dihidangkan dalam keadaan mentah seperti untuk salad,
karedok atau lalap, harus dicuci bersih dengan air kran yang mengalir dan
dicelup sebentar kedalam air panas atau dibilas dengan air matang.
8. Sayuran yang bersantan umumnya lebih mudah basi, jangan simpan lebih dari
4 jam pada suhu kamar.
Cara Penyimpanan Sayun dan Buah
1. Penyimpanan yang benar, memastikan sayur-sayuran dan buah-buahan
menjadi segar dan tahan lama.
2. Sayur-sayuran dan buah-buahan perlu dibasuh, dibungkus dengan kertas dan
disimpan di ruangan khusus di dalam kulkas.
3. Jlka tidak ada kulkas, boleh disimpan di tempat yang dingin dan redup di
dapur. Hindari penggunaan tas plastik supaya tidak menjadi layu dan hilang
vitaminnya.
4. Buah-buahan seperti pisang jangan disimpan di dalam kulkas karena kulitnya
akan mudah menJadi hitam dan busuk.
5. Sayur-sayuran dan buah-buahan di dalam kemasan hendaklah dipindahkan di
dalam tempal penyimpanan yang lain, kemudian disimpan di kulkas.
6. Kentang, labu, dan bawang, hendaklah disimpan di dalam tempat yang agak
gelap dan sejuk. Bila perlu disimpan ditempal yang memiliki aliran udara.
Proses Pengolahan yang Baik:
Sayur-sayuran dan buah-buahan haya dengan vitamin dan garam mineral.
Vitamin C atau asam askorbat mudah rusak dan larut pada saat dimasak, melalui
proses pengoksidaan, dan cara pemotongan atau pengupasan Sayur-sayuran dan buah-
buahan perlu dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran, serangga yang melekat, dan
sisa racun pestisida, kemudian baru dipotong Jangan merendam sayur-sayuran dan
buah-buahan yang telah dipotong, karena vitamin C mudah larut di dalam air Buah-
buahan yang perlu dikupas kulitnya harus cepat disantap karena vitamin terutama
vitamin C mudah teroksida oleh udaradan suhu yang tinggi Hindari memotong sayur-
sayuran dan buah-buahan terlalu kecil karena ukuran kecil juga menyebabhan mudah
terjadi proses pengoksidaan vitamin terutama vitamin C Sebaiknya buah-buahan segar
baru dipotong ketika hendak dimakan saja. Sel yang rusak akan mengeluarkan enzim
dan menyebabkan hilangnya vitamin C. Jangan memasak sayur-sayuran terlalu
matang.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam mengupayakan pangan yang berkualitas sangat berkaitan dengan pemahaman
dan pengetahuan keamanan pangan tingkat Rumah Tangga, untuk itu upaya sosialisasi
tentang keamanan pangan sangat dibutuhkan. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
menciptakan keberhasilan pangan yang aman dan berkualitas dilingkungan rumah
dipengaruhi oleh Sistem sanitasi ruang pengolahan pangan (DAPUR) Cara memilih,
menyimpan, dan mengolah bahan pangan yang baik.
Peran Pemerintah, swasta baik di tingkat produksi maupun distributor, serta peran
masyakat sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan keamanan pangan yang sehat,
aman, dan terjamin demi mewujudkan perbaikan kualitas penduduk yang sehat dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Bahaya Buah Impor, http://www.surabayapost.co.id, edisi Minggu, 27/05/2012
Pramono, Y.B. 2003. Keaman Pangan Rumah Tangga. Makalah Pelatihan dan Pengendalian
Mutu Keamanan Pangan. Universitas Diponogoro. Semarang
Nurida, L. 2000. Identifikasi Sederhana Makanan yang Beresiko Tidak Aman. Makalah
Pelatihan dan Pengendalian Mutu Keamanan Pangan. IPB. Bogor
Palupi, N.S. dkk. 2007. Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai Gizi Pangan. Modul e-Learning
ENBP. IPB. Bogor