22
Case Report Session Katarak Senilis oleh: Kelompok 1 Siti Ardina Sari 1010313009 Vitro Darma Yusra1010313014 Yohanna Eclesia L.G 1010313032 rese!tor: dr. "itratul #lahi$ S!.% BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUP DR. M. DAMIL PADANG !AKULTAS KED"KTERAN UNI#ERSITAS ANDALAS $%1& 1

KATARAK IMATUR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

katarak

Citation preview

Case Report SessionKatarak Senilis

oleh:Kelompok 1Siti Ardina Sari1010313009Vitro Darma Yusra1010313014Yohanna Eclesia L.G1010313032

Preseptor:dr. Fitratul Ilahi, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATARSUP DR. M. DJAMIL PADANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS2015

BAB 1TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa1.1.1 Anatomi LensaLensa memiliki struktur yang transparan, bikonveks dan avaskular. Lensa memiliki fungsi untuk membiaskan cahaya, proses akomodasi dan memelihara transparansinya. Lensa terdiri dari epitel kapsul, lensa, korteks, dan nukleus. Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar tepat di belakang iris. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada jaringan lain.1 Gambar 1. Struktur Lensa11. KapsulKapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior. 12. Serat ZonulaLensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. 13. Epitel LensaTepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa. 14. Nukleus dan korteksSel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa. 1

Gambar 2. Struktur Lensa 11.1.2 Fisiologi LensaLensa berfungsi untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina. Otot-otot siliaris akan berelaksasi untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, serat zonula menegang dan diameteranteroposterior lensa akan mengecil sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Saat cahaya datang dari benda yang dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastikkemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina disebut sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. 1

1.2 DefinisiKatarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air tejun akibat lensa yang keruh.Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.2 Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital (katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun), katarak juvenil (katarak yang terjadi setelah usia 1 tahun), dan katarak senilis (katarak setelah usia 50 tahun).21.3 EpidemiologiBerdasarkan data WHO, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak menjadi penyebab 17 juta (47,8%) kebutaan dari 37 juta kebutaan di seluruh dunia, dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 40 juta pada 2020. Katarak diderita oleh 20,5 juta penduduk Amerika yang berusia 40 tahun ke atas, atau 1 di antara 6 orang menderita penyakit ini. Diperkirakan 2,5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat pada 2004 atau lebih besar dari 8000 operasi katarak per satu juta penduduk. Sedangkan di negara berkembang, hanya 50 operasi per satu juta penduduk.1Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005 dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah Asia tenggara.31.4 EtiologiPenyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan sebagai berikut:2a. Teori putaran biologic (A biologic clock)b. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali, matic. Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel d. Teori mutasi spontane. Teori A free radical Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan Vit.Ef. Teori A Cross-Link1.5 Klasifikasi Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu:2,4i. Menurut usia :1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )ii. Menurut lokasi kekeruhan lensa :1) Nuklear2) Kortikal3) Subkapsular (posterior/anterior) iii. Menurut derajat kekeruhan lensa :1) Insipien2) Imatur3) Matur4) Hipermaturiv. Menurut etiologi :1) Katarak primer2) Katarak sekunder

1.6 PatofisiologiPatofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami. Dalam beberapa kemungkinanya, patogenesis dari katarak melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Dengan bertambahnya umur, lensa akan mengalami perubahan menjadi lebih berat dan tebal sedangkan kemampuan akomodasinya berkurang. Lapisan kortikal baru akan terus bertambah dalam pola konsentris lensa, sedangkan nukelus sentral mengalami kompresi dan mengeras dalam proses yang disebut sklerosis nuklear.5Beberapa mekanisme berkontribusi terhadap hilangnya secara progresif transparansi dari lensa. Epitel lensa mengalami perubahan karena bertambahnya usia, terutama penurunan densitas sel epitel lensa dan diferensiasi menyimpang dari sel serat lensa. Walaupun epitel dari lensa katarak mengalami apoptosis dalam tingkat yang rendah yang tidak menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kepadatan sel, tetapi akumulasi kehilangan epitel dalam skala kecil dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa dan homeostasis yang selanjutnya dapat menyebabkan hilangnya transparansi lensa. Selanjutnya dengan bertambahnya usia, penurunan transportasi air, nutrisi dan antioksidan menyebabkan air dan metabolit dengan berat molekul rendah yang larut dalam air dapat masuk ke dalam sel inti lensa melalui epitelium dan korteks.5Akibatnya kerusakan oksidatif progresif lensa yang berhubungan dengan penuaan dan selanjutnya berkembang menjadi katarak senilis. Berbagai studi menunjukkan peningkatan produk oksidasi misalnya glutathione teroksidasi serta penurunan vitamin antioksidan dan enzim superoxida dismutase mempunyai peran penting dalam proses oksidatif dalam proses kataraktogenesis.5Mekanisme lain yang terlibat adalah konversi larutan dengan berat molekul rendah, protein sitoplasma lensa menjadi larutan dengan berat molekul tinggi. Perubahan protein yang tejadi menyebabkan fluktuasi mendadak dalam indeks bias dari lensa, sinar menghamburkan cahaya, dan mengurangi transparansi.5Katarak senilis secara klinik dibagi dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, hipermatur, dan Morgagni.2,4 Katarak insipienPada stadium ini akan terlihat hal-hal sebagai berikut : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadanag menetap untuk waktu yang lama. Katarak intumesenKekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degenratif menyerap air. Masuknya iar ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjapi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. Katarak imaturSebagian lensa keruh atau katark. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Katarak maturPada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa . Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bial katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal. Akan terjadi kekruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris negatif. Katarak hipermaturKatarak hipermatur katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenrasi keluara dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan Zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidka dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan ini disebut katark Morgagni.1.7 Manifestasi KlinisGejala yang sering dikeluhkan oleh penderita katarak antara lain:1,2,41. Pandangan kabur.Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atauberangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan denganpin-hole.2. Penglihatan silau3. Miopisasi. Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. 4. Distorsi. Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampaktumpul ataubergelombang.5. Halo. Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling sumber cahaya terang.6. Diplopia monokuler. Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole. 1.8 Pemeriksaan lensa. Uji bayangan iris, diketahui bahwa semakin sedikit lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris, dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh. Bila letak bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur, sedang bila bayangan kecil dekat pupil berarti lensa katarak matur. Pemeriksaan mata pasien dengan katarak urutannya sebagai berikut: Pemeriksaan tajam penglihatan. Dilakukan dengan kartu snellen yang merupakan kartu untuk melihat ketajaman penglihatan seseoran. Satu mata di tutup untuk menguji mata yang lainnya untuk membaca huruf yang makin lama ukurannya lebih kecil. Pemeriksaan slit lamp. Melihat semua susunan mata bagian depan dengan pembesaran. Dengan alat ini dapat dilihat keadaan kornea, manic mata, selaput hitam, dan lensa. Pemeriksaan mata dengan manic mata dilebarkan untuk melihat lensa yang keruh dan retina dibelakangnya.1.9 DiagnosisDiagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi.4Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.4Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.4

1.10 PenatalaksanaanIndikasi operasi katarak secara umum yaitu untuk mencegah dan mengatasi komplikasi, rehabilitasi visus, tujuan terapeutik dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan kosmetik. Saat ini terapi bedah katarak sudah mengalami banyak perkembangan.5Bedah katarak dulu dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE dan ICCE. ECCE dan ICCE memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh, sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang mengakibatkan proses pemulihan mata menjadi lama. Sekarang dengan teknologi fakoemulsifikasi sayatan pada mata menjadi sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.a. Metode Ekstraksi intrakapsuler (ICCE), yang jarang dilakukan sekarang adalah mengangkat lensa in toto yakni didalam kapsulnya melalui limbus superior 140-160 derajat. ICCE dilakukan pada negara-negara dimana terdapat keterbatasan mikroskop untuk melakukan operasi katarak. ICCE diindikasikan pada kasus-kasus katarak tidak stabil, intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi. Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak dan dewasa muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi relatif ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni.1,5b. Metode Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE), yang saat ini masih sering dipakai dengan insisi limbus superior. Bagian anterior kapsul dipotong atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga meninggalkan kapsul posterior. ECCE diindikasikan untuk operasi katarak yang diiringi dengan pemasangan IOL atau penambahan kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa, ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada keadaan dimana terjadi insufisiensi zonula zinni.1,5

Gambar 4. Teknik ECCE

c. Metode fakoemulsifikasi yaitu dengan sayatan kecil dan tidak memerlukan benang. Ada berbagai keuntungan dari metode tersebut, antara lain tanpa dijahit. Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu jahitan hanya satu jahitan. Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan irigasi atau aspirasi atau keduanya adalah teknik ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah tidak lama.5,7

Gambar 5. Teknik Fakoemulsifikasi

Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia yang tebal, lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam bola mata.5,7MetodeIndikasiKeuntunganKerugian

ICCEZonula lemah Tidak ada resiko katarak sekunder. Peralatan yang dibutuhkan sedikit. Resiko tinggi kebocoran vitreous (20%). Astigmatisme. Rehabilitasi visual terhambat. IOL di COA atau dijahit di posterior.

ECCE Lensa sangat keras. Endotel kornea kurang bagus. Peralatan yang dibutuhkan paling sedikit. Baik untuk endotel kornea. IOL di COP. Astigmatisme. Rehabilitasi visual terhambat.

PhacoSebagian besar katarak kecuali katarak Morgagni dan trauma.Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal. Pelatihan lama. Ultrasound dapat mempengaruhi endotel kornea.

Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL dapat menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam atau tajam penglihatan perifer.1IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata baca dan kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan jauh.1Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang, retinopati diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.8 Jangka PendekJangka Panjang

Infeksi pada mata Perdarahan pada kornea (hifema) Edema papil Edema kornea Rupture kapsul lensa Ablasio retina Fotosensitif Dislokasi IOL Kekeruhan pada kapsul lensa Ablasio retina Astigmatisma Glaukoma Ptosis

Tabel 2. Efek Operasi Katarak

1.11 PrognosisPrognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak dewasa. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat.Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.

BAB 2LAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan berumur 69 tahun datang ke RSUP DR.M djamil Padang pada tanggal 10 Maret 2015 denganKeluhan Utama: Kedua mata terasa kabur sejak 2 tahun yang laluRiwayat Penyakit Sekarang: Kedua mata kabur sejak 2 tahun yang lalu. Mata kabur dirasakan semakin bertambah secara perlahan-lahan. Mata kiri dirasakan lebih kabur dibandingkan mata kanan. Riwayat menderita penyakit Diabetes Melitus (-) Riwayat menderita penyakit Hipertensi (-) Riwayat mengkonsumsi obat lama (-) Riwayat memakai kacamata (+)Riwayat Penyakit Dahulu : - Pasien tidak pernah mengalami trauma mata sebelumnya.- Riwayat operasi lemak mata sejak 1 bulan yang laluRiwayat sosio ekonomi: Pasien seorang ibu rumah tanggaPemeriksaan FisikKeadaan umum: sakit sedangKesadaran: compos mentis cooperativeTekanan darah: 120/70 mmHgNadi: 96x/menitNafas: 20x/menitSuhu: 37,10C

Status GeneralisataKulit: teraba hangatThorax: jantung dan paru dalam batas normalAbdomen: abdomen dalam batas normalEkstremitas: dalam batas normalStatus OfthalmologisStatus oftalmologiODOS

Visus tanpa koreksi2/602/60

Visus dengan koreksi

Refleks fundus++

Silia/supersiliaTrichiasis (-) Madarosis (-)Trichiasis (-) Madarosis (-)

Palpebra superiorEdema (-) Hiperemis (-)Edema (-) Hiperemis (-)

Palpebra InferiorEdema (-) Hiperemis (-)Edema (-) Hiperemis (-)

Margo PalpebraEdema (-) Hiperemis (-)Edema (-) Hiperemis (-)

Aparat lakrimasiLakrimasi normalLakrimasi normal

Konjungtiva TarsalisHiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-)Hiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-)

Konjungtiva forniksHiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-)Hiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-)

Konjungtiva bulbiHiperemis (-), Injeksi silier (-), Injeksi konjungtiva (-)Hiperemis (-), Injeksi silier (-), Injeksi konjungtiva (-)

ScleraPutihPutih

KorneaBeningBening

Kamera okuli anteriorCukup dalamCukup dalam

IrisCoklat, Rugae (+)Coklat, Rugae (+)

PupilBulat, Refleks cahaya +/+, Diameter 3mmBulat, Refleks cahaya +/+, Diameter 3mm

LensaKeruh subkapsular posterior dan nukleusKeruh subkapsular posterior dan nukleus

Korpus vitreumSulit dinilaiSulit dinilai

Fundus: Papil optikus-Retina-Makula-Aa/vv retinaSulit dinilaiSulit dinilai

Tekanan bulbus okuliNormal Normal

Posisi bulbus okuliOrthoOrtho

Gerakan bulbus okuliBebasBebas

Diagnosis kerja: Katarak Imatur ODSAnjuran Pemeriksaan : Pemeriksaan Biometri dengan USG Mata Therapy: Fakoemulsifikasi + IOL OSPrognosis: Quo ad vitam : bonam Quo ad sanam : bonam

BAB 3DISKUSITelah dilaporkan seorang pasien perempuan berumur 69 tahun, dirawat di bangsal mata pada tanggal 10 Maret 2015 hari rawatan pertama dengan diagnosis katarak imature ODS. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada mata.Dari anamnesa didapatkan kedua mata terasa kabur sejak 2 tahun yang lalu yang semakin bertambah secara perlahan-lahan. Mata kiri dirasakan lebih kabur dibandingkan mata kanan. Riwayat menderita penyakit diabetes melitus tidak ada, riwayat menderita penyakit hipertensi tidak ada, dan riwayat mengkonsumsi obat lama tidak ada.Dari pemeriksaan Oftalmologis didapat visus OD 2/60 dan OS 2/60, refleksi fundus menurun pada kedua mata, kamera okuli anterior OD dan OS cukup dalam, Lensa OD dan OS keruh subskapular posterior dan nukleus, dan pemeriksaan fundskopi sulit dilakukan. Riwayat operasi lemak mata sejak 1 bulan yang lalu.Pada kasus ini, usia pasien adalah 69 tahun, dimana katarak yang terjadi pada pasien dapat digolongkan sebagai katarak senilis. Pada usia lanjut terjadi perubahan lensa yaitu kapsul menebal dan kurang elastis dimana bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur dan terlihat granular pada kapsul, epitel lensa semakin tipis, dan serat lensa lebih ireguler. Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Pada kasus ini mata kiri pasien dirasakan lebih kabur dibandingkan mata kanan pasien. Pada anamnesis, didapatkan bahwa tidak terdapat riwayat menderita penyakit hipertensi dan diabetes melitus sehingga pada kasus ini tidak terdapat hubungan antara katarak sinilis dan penyakit sistemik. Pasien telah mengeluhkan pandangan kabur sejak 2 tahun yang lalu yang semakin bertambah. Pandangan kabur, ditorsi gambar, dan pandangan berkabut dapat terjadi pada stadium awal katarak. Kemunduran visus akibat katarak senilis mempunyai beberapa gambaran tipikal. Penglihatan yang menurun atau hilang secara perlahan tanpa diseratai rasa nyeri. Pasien ini diagnosis katarak senilis imatur, karena pada temuan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa katarak belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada pemeriksaan lensa, kekeruhan pada subkapssular posterior dan nukleus. Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada lensa bagianbelakang secara perlahan. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang. Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Course Section 11. The Foundation of AAO San Fransisco. USA: LEO framework. 2001-2002: 6:8. 36-482. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199, 200-13.3. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan DT, Koh D, Saw SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia. Ophthalmology, Jul 2005; 112(7): 1255-62 4. Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI,2003.5. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi 17. Jakarta: EGC, 2007, p169-176.6. Ocampo VVD, Roy H.dkk. Senile Cataract. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015 (http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview) 7. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1993, 234-251.8. Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart, 2000.

1