Upload
lexuyen
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali rasa syukur kepada Allah
SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan, dan
semoga kita mendapatkan Syafaat di hari akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti dan
berharga bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada siapapun yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini.
Terlebih dahulu sembah bakti dan do`a penulis haturkan kepada ayahanda
Mahmud dan Ibunda Nemih tercinta, Yang telah mendidik dan mengarahkan penulis
dengan kesabaran kasih sayang dan keikhlasan serta tak bosan-bosannya mendo`akan
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah
Swt mengampuni dan memaafkan segala kesalahan mereka serta menempatkan
derajat keduanya pada derajat yang tinggi. Kepada Kakak Tercinta Marlina dan
Magfiroh terima kasih banyak atas dukungan yang diberikan dan semoga cepet dapet
momongan.
ii
Selanjutnya ucapan syukur dan hormat penulis haturkan dan tujukan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajaranya.
2. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A. selaku dekan Fakultas
Ushuluddin beserta para pembantu Dekan I,II, III.
3. Bapak Dr. Bustamin, M.Si selaku ketua jurusan Tafsir Hadis sekaligus dosen
pembimbing dalam skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas kerelaannya, rela meluangkan waktu, bimbingan dan
saran-sarannya mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam
menyelesaikan skripsi ini. Lalu Ibu Dr. Lilik Ummi Kalstum, M.A.
4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, yang tidak bisa penulis sebutkan
namanya satu persatu. Terima Kasih atas ketulusan dan keikhlasanya dalam
memberikan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Semoga ilmu dan
pengalaman yang telah di ajarkan menjadi amal jariah bagi mereka semua dan
sentiasa membawa berkah dan manfaat bagi masa depas penulis.
5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Islam Iman
Jama`, yang telah membantu pengadaan sumber bacaan dari awal perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini.
6. Teman-teman Tafsir hadis angkatan `05 khususnya kepada Teman-teman
seperjuangan hingga tetes terakhir. Naufal al-Athos calon to leader MNI.
Syaid Lukman Hakim yang sudah support abis-abisan. Abus Tezar Alfi
iii
Syahdan (Selalu membawa keceriaan dengan ledek-ledekannya ). Nofiayanto
yang sedang berusaha menjadi kaya, Wasih yang sedang momong anak, Om
jangan lupain skripsi kelarin. (Bolang) Abdul Hadi. Kepada temen-temen
Kelasa Th.C (Tiga HaR! CeRia), ( Sri, Ummi, Sasa, Ulfah, Hidayah, Fauziah,
Bier Jannah, Asep M.D, Ucen, Irfan, Julkarnaen, Hafidz, Afif, Yasir, Suryadi,
Sahid, Samsul, Muamar. Semoga Allah Swt. Selalu melindungi kalian dan
tetap menatap masa depan. Itoh yang lagi hamiiilll mudah-mudahan dapet
anak yang banyak, bedah yang sudah semangatin sampai tetes terakhir.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
8. Buat yang tersayang Renny Indah cahyaning kadir, makasi yah sudah dukung
aa, marahin aa jika sedang males, ngingetin aa jika sedang lupa, you will be
the last for me… Amiinn.
Dalam penulisan ini tentu masih banyak kelemahan dan kekurangannya,
semoga segala bantuan dari segala pihak hingga tulisan ini dapat diselesaikan,
diterima sebagai amal baik di sisi Allah SWT. Dan memperoleh balasan yang
berlibat ganda dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya. Amin
Bekasi, 16 maret 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………………………………….i
Daftar isi…………………………………………………………………………………….iv
Transliterasi………...............................................................................................................vi
BAB I
Pendahuluan…………………………………………………………………………………1
A. Latar belakang masalah…………………………………………………………………1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………………………….5
C. Perumusan dan pembatasan masalah…………………………………………………...6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………………………7
E. Metodologi penelitian…………………………………………………………………..7
F. Kajian pustaka………………………………………………………………………….10
G. Sistematika penulisan…………………………………………………………………..12
BAB II
Kajian Teori………………………………………………………………………………..13
A. Pendefinisian………………………………………………………………………….13
1. Pengertian akhlak……………………………………………………………….13
2. Macam-macam akhlak………………………………………………………….15
3. Pengertian ibadah………………………………………………………………19
4. Akhlak beribadah………………………………………………………………21
5. Pengertian remaja………………………………………………………………23
v
B. Profile ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah…………………………………….25
1. Sejarah dan perkembangan IRMAS…………………………………………...25
2. Mengenal sosok pendiri IRMAS; almarhum kanda Ma’mun Syah…………...27
3. Filosofi dan tujuan IRMAS…………………………………………………...28
BAB III
Analisis pengaruh kajian hadis terhadap pembentukan akhlak remaja ………………….35
A. Pengajaran hadis dalam tradisi IRMAS……………………………………………..35
1. Bentuk pengajaran…………………………………………………………….35
2. Hadis akhlak yang dikaji……………………………………………………...36
B. Analisis data
1. Identitas ……………………………………………………………………....38
2. Materi pengajian…………………………………………………………….....42
3. Metode pembelajaran……………………………………………………....….44
4. Pemahaman …………………………………………………………………..44
5. Pengamalan…………………………………………………………………...47
BAB IV
Penutup………………………………………………………………………………….52
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………52
B. Saran-saran…………………………………………………………………………52
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI1
Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
B be ب
T te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D da د
Dz De dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis bawah ص
D de dengan garis bawah ض
T te dengan garis bawah ط
Z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik keatas, menghadap ke kanan ‘ ع
1 Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 - 105
vii
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha هـ
Apostrof ‘ ء
Y Ye ي
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih
aksaranya adalah sebai beeriku:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
______ a fathah
______ i kasrah
______ u dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ____ي
و____ au a dan u
viii
Vokal Panjang (Madd)
Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ــا
î i dengan topi di atas ــي
û u dengan topi di atas ـــو
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh
huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân
bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tashdid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan
berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,
demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
ix
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
no Kata Arab Alih aksara
tarîqah طريقة 1
al-jâmî ah al-islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2
wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-
Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa,
dimana dalam dunia mereka sedang dirundung oleh rasa ego yang amat tinggi
yang sangat membutuhkan arahan dan bimbingan. Pada saat sekarang ini
banyak sekali remaja-remaja yang sikap keberagamaannya sangat
memprihatinkan, terutama dalam masalah akhlak beribadah. Misalnya banyak
remaja yang mulai meninggalkan perintah shalat, terlibat dalam tindakan
kriminal, narkoba dan sikap kenakalan-kenakalan remaja lainnya.
Masa remaja yang penuh rasa ingin tahu tidak cukup hanya diberikan
siraman rohani yang isinya sejumlah doktrin agama yang harus diterima
begitu saja, melainkan doktrin-doktrin agama ini harus ditelaah lebih dalam
sehingga generasi remaja benar-benar telah mengetahui mengapa mereka
harus memilih Islam sebagai pedoman hidupnya.
Dalam masa perkembangannya, remaja sangat rawan dan mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Apalagi pada zaman sekarang yang
sudah tidak ada lagi penghalang untuk beraktifitas dan berkreasi, yang
semuanya itu belum tentu sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Untuk itu
2
pengajaran akhlak khususnya tentang akhlak beribadah bagi remaja sangat
dibutuhkan sejak dini.
Akhlak dan ibadah bagaikan dua mata uang yang tak bisa dipisahkan,
hal itu karena keduanya saling berkaitan. Seperti yang dijelaskan oleh ‘Amru
Khalid dalam bukunya Semulia Akhlak Nabi, dia mengutarakan
“sesungguhnya akhlak (dalam arti luas-edt) lebih esensial-daripada (lahiriyah)
ibadah, karena tujuan utama setiap ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika
tidak, dikhawatirkan seluruh aktifitas ibadah ‘hanya sebatas’ prima raga….!
Begitu juga ritual ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya tidak
akan bernilai tanpa didasari dengan akhlak….”.1
Keutamaan dan pahala besar yang ada dalam budi pekerti luhur. Maka,
ibadah pergaulan dan tradisi selalu dihiasi dengan akhlak yang baik. Setiap
ibadah yang hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, pasti dihiasi dengan
akhlak yang baik. Begitu juga, interaksi dengan orang lain dianjurkan untuk
berakhlak yang baik pula dan tradisi yang disahkan oleh Islam, pasti
dimahkotai dengan akhlak yang baik.2
Dari urayan di atas bisa disimpulkan dalam beribadah pun ada aturan,
tata cara dan harus selalu diiringi dengan akhlak baik. Seperti, menjauhi kata-
kata dusta ketika melakukan ibadah, menepati janji, menjaga rutinitas
1 Amru Khalid, Semulia Akhlak Nabi, (Aqwam, Mei 2008), cet 5, h. 23-27. Lihat juga :
Bambang Trim, meng-Install Akhlak Anak, (Jakarta: Hamdalah; Imprint Grafindo Media Pratama, Agustus 2008) cet 1, h. 64
2 Musthafa al-‘Adawy, Fiqh Akhlak, (Jakarta : Qisthi Press, 2005) cet 1, h. 8-9
3
(istiqomah) dalam beribadah dan sebagainya. Karena akhlak yang baik,
umumnya, merupakan petunjuk tentang tingkat keimanan seseorang.
Sebaliknya, akhlak yang buruk adalah petunjuk tentang tingkat keyakinannya
yang lemah.3
Pada masa kerasulan, Rasulullah saw Menanamkan modal akhlak
pada awal dakwahnya. Kebijakan pertama yang dilakukan oleh Nabi saw
adalah membangun masjid di Quba, sebuah kota yang terletak dekat dengan
Madinah, dan dilanjutkan dengan membangun masjid di Madinah. Masjid
inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan
dakwah, sejalan dengan berkembangnya Islam di Madinah yang semakin
pesat.4
Tak dipungkiri, hingga saat ini pun masjid berfungsi sebagai pusat
dakwah dan pendidikan. Sebagai salah satu bentuk pendidikan non formal
yang ada di masyarakat Islam adalah pengajian, yang sebenarnya pengajian
ini merupakan satu-satunya bentuk institusional pendidikan Islam sejak
pertama kali dan dapat bertahan hingga sekarang. Prof. Kuntowijoyo
mengatakan : “Kegiatan ini biasanya berpusat di lingkungan masjid yang
3 Musthafa al-‘Adawy, Fiqh Akhlak, (Jakarta : Qisthi Press, 2005) cet 1, h. 339 4H. Abuddin Nata, dan Fauzan, Pendidikan dalam perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, Desember 2005), cet 1, h. 22. Lihat juga, Musthafa al-‘Adawy, Fiqih Akhlak, h. 4-7
4
mana masjid sangat mungkin sekali melakukan pembinaan terhadap jama’ah
di wilayahnya.”5
Sebagai salah satu contoh di lingkungan Kp. Cakung Kelurahan
Jatimekar Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi terdapat kegiatan pengajian remaja
sebagai wadah kegiatan keagamaan bagi remaja di lingkungan sekitar itu.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh remaja di lingkungan
tersebut guna memberikan tameng ilmu agama khususnya tentang akhlak
beribadah adalah pengajian rutin mingguan yang dilaksanakan setiap malam
jum’at. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan diadakan oleh remaja
tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat. Tidak heran, jika
pengajian remaja ini dapat bertahan hingga 14 tahun dari usianya sejak awal
didirikan.
Di pengajian ini para remaja diberikan materi ilmu-ilmu hadis, seperti
materi akhlak yang meliput akhlak dalam beribadah, baik ibadah yang
langsung kepada Allah (hablum min Allah) maupun sesama manusia (hablum
min an-nậs).
Namun, hingga saat ini belum diketahui sebesar mana pengaruh kajian
hadis terhadap akhlak remaja yang berada dilingkungannya. Oleh karena itu,
maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai hal tersebut yang di beri
5 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Shalahudin Press,
1994) cet 2, h. 133
5
judul, “Pengaruh Kajian al-Hadits Terhadap Akhlak Remaja Dalam
Menjaga Istiqomah Beribadah: Studi Kasus Remaja Masjid Jami’ al-
Mubarakah Kampung Cakung Jatimekar Bekasi.”
B. Identifikasi Masalah
Muhammad Abdul Aziz al-Hakim mengutarakan barang siapa
memaksa dirinya untuk berakhlak, maka ia telah menjadi orang yang telah
mengabdikan diri kepada Allah dengan ikhlas.6
Sejauh penelusuran awal penulis, terjadi pergeseran dalam akhlak
remaja khususnya dalam akhlak beribadah seiring dengan perkembangan
zaman dan pergumulannya dengan westernisasi. Namun, masih terdapat
remaja yang giat mengkaji ilmu Agama khususnya tentang hadis yang
berkaitan dengan akhlak beribadah.
Akhlak dalam beribadah adalah sangat diperlukan, karena dalam
pengertiannya akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antara sesama manusia, melainkan juga norma yang mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhannya.7 Sebagai contoh dari keduanya adalah:
berbuat baik, menjaga perasaan orang lain dan menghargai kemampuannya, kasih
sayang dan rendah hati antar sesama, menghormati guru dan orang tua dan masi
banyak contoh lainnya dalam akhlak beribadah antar sesama, sedangkan dalam
6 Muhammad, Tetes-tetes Hikmah, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, Juni 2004), cet 2, h. 129 7 H. Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
6
akhlak beribadah kepada Allah adalah: melakukan shalat lima waktu yang wajib dan
sunnah yang menyertainya, puasa, zakat dan lain sebagainya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebetulnya banyak masalah yang bisa dikembangkan untuk diteliti
dalam skiripsi ini, namun dalam hal ini, penulis membatasi kajiannya hanya
pada persoalan pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja dalam menjaga
rutinitas beribadah.
Sejatinya banyak ritual-ritual keagamaan yang harus disertai dengan
akhlak dalam melakukannya, baik dalam ibadah yang langsung kepada Allah
(hablum min Allah) maupun sesama manusia (hablum min an-naas). Namun,
sebaik-baiknya akhlak dalam melakukannya adalah menjaga rutinitas
(istiqamah) dalam melakukannya. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi saw yang
diuraikan oleh Muslim dalam kitab shahihnya.8
Untuk itu, dalam hal ini penulis akan meneliti pengaruh kajian hadits
terhadap akhlak remaja dalam menjaga rutinitas beribadahnya. Khususnya
dalam ibadah yang langsung kepada Allah, salat lima waktu yang wajib.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana
pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja masjid jami’ al-mubarakah
dalam menjaga istiqomah beribadah?
8 Lihat Abi al-Husain Muslim bin al-Hujjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab
al-Iman Bab Jaami’ aushafil Islam, (Bairut, dar-al-Kutub al-Arabi, 2004), cet 1, No, 62, h. 46. Lihat juga Syaik Islam Muhyiddin Abi Zakariya yahya bin Syarif an-Nawawi, Riyaad as-Shalihin, h. 59.
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skiripsi ini, diantaranya adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana atau sejauh mana sebenarnya pengaruh kajian
hadis terhadap pembentukan akhlak remaja masjid jami’ al-mubarakah dalam
menjaga istiqomah beribadah.
Kemudian secara khusus, penulisan skiripsi ini tidak lain sebagai
syarat bagi penulis untuk bisa mendapatkan gelar strata satu (S-1) pada
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam bidang
Tafsir Hadis.
E. Metodologi penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research. Yakni
penelitian lapangan yang dilakukan di Kp. Cakung Jatimekar Bekasi. Adapun
pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan
kualitatif. Yang dilakukan melalui kegiatan deskriptif analisis, sebagai upaya
memberikan penjelasan serta gambaran komprehensif tentang pengaruh kajian
hadis terhadap akhlak remaja.
Penelitian kualitatif di sini maksudnya adalah penelitian yang mempunyai
latar belakang alami dan peneliti sendiri berperan sebagai instrument inti. Dan
studi yang dilakukan adalah studi deskriptif di mana data yang dikumpulkan
8
lebih banyak berupa kata atau gambar keadaan daripada dalam bentuk angka-
angka atau statistik.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2007.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kp. Cakung Jatimekar Bekasi.
Alasannya adalah tempat remaja masjid belajar berbagai ilmu pengetahuan
melalui pengajian, khususnya ilmu hadis. Walau tak dipungkiri masih banyak
tempat-tempat pengajian remaja yang lain diluar kampung ini. Namun
demikian, masih belum diketahui sejauh mana pengaruh kajian hadis terhadap
akhlak remaja setempat. Serta lokasi penelitian adalah tempat peneliti
menetap sehingga mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang
dibutuhkan.
3. Subyek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Subyek utama (key informan) penelitian ini adalah remaja masjid jami’ al-
mubarakah yang menetap dikampung setempat dan untuk memperoleh data
sebagai berikut:
9
a) Observasi atau pengamatan langsung
Yakni pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan
langsung terhadap gejala dan obyek yang diteliti.9 Untuk memperkaya data
dan interpretasi, penelitian ini juga menggunakan data sekunder dan
kepustakaan sebagai penunjang.
b) Wawancara
Yakni penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya dengan responden10 yang menggunakan alat
yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).11 Kemudian untuk
memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan wawancara dengan
beberapa pihak yang dianggap berwenang atau mengetahui masalah yang
diteliti.
c) Angket
Yakni pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada informan
agar penulis dapat mengetahui atau menggambarkan bagaimana pengaruh
kajian hadis terhadap akhlak remaja.
d) Analisis Data
Setelah hasil penelitian dapat di peroleh, telah di olah, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisanya. Maksudnya penulis menganalisa
9 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tasito, 1986) cet ke-7, h. 102 10 Koentjaraningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985), h. 125 11 M. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) cet. Ke-2, h. 182
10
persoalan-persoalan apa saja yang terjadi selama penelitian dan adakah hasil
yang signifikan dengan permasalahan yang di angkat, sehingga menjadi
sebuah hasil data yang valid untuk mempermudah penulis dalam penyusunan.
4. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Menurut Suharsimi arikunto, populasi adalah keseluruhan obyek-obyek
penelitian.12 Dengan demikian populasi pada penelitian ini adalah seluruh
remaja yang mengikuti pengajian remaja Kp. Cakung Kelurahan Jatimekar
Bekasi yaitu sebanyak 80 orang.
b) Sampel
Adapun besarnya sampel yang penulis ambil sebanyak 50% dari populasi,
yaitu 50% x 80 orang = 40 orang (Responden). Jadi samplingnya sekitar 40
orang responden. Dan penganbilan sampel ini dilakukan dengan
menggunakan teknik random sampling, yaitu dengan cara mengundi.
F. Kajian Pustaka
Beberapa kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain
sebagai berikut:
MATULLAH (2009) judul skripsi: “Pengaruh Aktivitas Dakwah Terhadap
Perubahan Akhlak Remaja Masjid Jami” Asy-Syafi’iyah PondokPucung
Karang Tengah Tangerang”.
12 Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek), (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), Cet. Ke-10, h. 115
11
ZULFANI INDRA KAUTSAR (2010) judul skripsi: “Kegiatan Pengajian
Remaja dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Akhlak Generasi Muda
(Studi Kasus Di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok).
Namun dari kedua penelitian di atas, ada beberapa perbedaan yang
signifikan dengan skripsi yang peneliti buat. Diantara perbedaan tersebut
adalah terletak pada judul skripsi, objek atau sasaran, serta tempat
dilaksanakannya penelitian.
Selain itu, pada skripsi saudara Matullah tentang pengaruh aktivitas
dakwah terhadap perubahan akhlak remaja masjid, yang dibahas dalam
penelitiannya itu hanya tentang bagaimana bentuk dan pengaruh aktivitas
dakwah masjid terhadap perubahan akhlak remaja.
Sementara itu, pada skripsi saudari Zulfani Indra Kautsar yang dibahas
pada penelitian tersebut adalah tentang bagaimana akhlak generasi muda
secara menyeluruh setelah mengikuti kegiatan pengajian.
Sedangkan pada skripsi yang penulis buat membahas tentang
bagaimana Akhlak remaja dalam menjaga istiqomah beribadah setelah
mengikuti pengajian. Dan lebih dari itu keunggulan skripsi yang penulis
angkat dari kedua skripsi diatas adalah lebih fokusnya materi kedalam sebuah
topik tertentu yakni tentang akhlak remaja dalam menjaga istiqomah
beribadah.
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk keserasian pembahasan dan mempermudah analisis materi
dalam penulisan skripsi ini, maka berikut ini penulis jelaskan dalam
sistematika penulisan.
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari empat bab, setiap bab dibagi
menjadi sub bab, dan setiap sub bab mempunyai pembahasan masing-masing
yag antara satu dan lainnya saling berkaitan.
Adapun bab pertama, diawali dengan pendahuluan yang menguraikan
argumentasi signifikansi studi ini. Bagian ini terdiri dari latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan pustaka , tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Dilanjutkan bab kedua, Berisikan tentang keutamaan mema’murkan
masjid diantaranya; hanyalah orang yang beriman dan mendapat petunjuk,
akan mendapat naungan Allah dihari akhir, jasadnya di muliakan oleh
Rasulullah. Bab ini juga membahas gambaran umum tentang remaja masjid
jami’ al-mubarakah, sejarah berdirinya IRMAS dan perkembangannya,
filosofi, serta Visi dan misi didirikannya. Kemudian pada bab ketiga berisikan
tentang metodologi pengajaran dan analisis pengaruh kajian hadis terhadap
akhlak remaja, diantaranya tentang ibadah Mahzhah dan Ghairu Mahzhah.
Yang terakhir bab keempat merupakan penutup, yang meliputi kesimpulan
dan saran-saran penulis.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENDEFINISIAN
1. Pengertian akhlak
Pengertian akhlak secara Etimologi “akhlak” berasal dari bahasa Arab
jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun” ( خلق ) yang menurut logat diartikan:
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut Dalam
mengandung segi-segi kesesuaian dengan perkataan ‘khalqun” ( خلق ) yang
berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kata ‘khaliq” ( خالق ) yang
berarti penciptadan “makhluq” ( مخلوق ) yang berarti yang diciptakan.1
Kata khuluq dalam al-Qur’an dapat dijumpai dalam surat al-Qolam ayat ke
empat. Allah swt berfirman;
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. al-Qalam, 68:4)2
Dalam kamus bahasa Indonesia kata akhlak memiliki arti yang sama
dengan budi pekerti, watak dan tabiat.3 Persamaan dari budi pekerti, adalah
1 Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet
ke-1, h. 1 2 Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha
Putra Semarang, 1989), h. 960 3 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1987)
cet ke 10, h 25
14
etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Italia “etos” yang berarti kebiasaan,
sedangkan moral berasal dari bahasa Belanda Latin “mores” yang berarti
kebiasaan.4
Adapun pengertian akhlak secara terminologi mempunyai beragam arti,
karena beragamnya pendapat para ahli. Menurut Imam al-Ghazali ra:
و ةلوهسب العفاناإل ردصا تهنع ةخاسر سفي النف ةئيه نع ةاربع قلخلايرس مغ نري حاجىلإ ة ركف و رؤية
Artinya: “Akhlak adalah keadaan yang melekat dalam jiwa dan dari padanya timbul semua perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan petimbangan”.5
Menurut Asmaran AS dengan mengutip perkataan Ibnu maskawaih dalam
bukunya Tahzibul Akhlak wa Tathir al-‘Ar q yang artinya: “Akhlak itu ialah
keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pemikiran”.6
Dalam Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan
yang melekat dalam jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian. Jika
keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan
akal dan syara (hukum Islam), maka disebut akhlak yang baik. Sebaliknya jika
4 Rahmat Jadmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet ke-1, h 26 5 Imam Ghazali, Ihy al-‘Ulum al-D n, (Semarang: Toha Putra Semarang, 1990), Jilid
3, hal 52 6 Asmaran AS, Pengantar studi akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1994), cet ke-2,
h. 1
15
perbuatan yang timbul itu perbuatan yang tidak baik, maka dinamakan akhlak
yang buruk.7
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat diketahui
cirri-ciri perbuatan akhlak. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadian.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa
adanya pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu. Ketiga, perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa
ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sesungguhnya bukan main-main atau dilakukan dengan
bersandiwara. Kelima, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas
karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapat pujian.8
Jadi, akhlak bersifat mengarah, membimbing, mendorong, membangun
peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental, serta
tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Macam-macam akhlak
1. Akhlak yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah).
Akhlak yang terpuji adalah akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol
Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi
kemaslahatan umat seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, rendah hati,
7 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: letiar Baru Van Voebe, 1994), cet ke-3,
h. 102 8 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-1, h.
5-7
16
berprasangka baik, optimis, suka menolong orang lain, kasih sayang terhadap
sesama dan lian sebagainya.9
Menurut H. Muhammad Ardani, dilihat dari segi hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian
Agung sifat itu, yang jangan kan manusia, malaikat pun tidak akan
menjangkau hakekatnya.
Allah swt berfirman;
Artinya:“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.(Q.S. al-Rahm n, 55:33)10
b) Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai
9 Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002) 153 10 Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha
Putra Semarang, 1989), h. 960
17
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya.
Rasulluh saw bersabda:
حثدنا عباهللا د بن عبد الرحامأ نخبرا األنسود بن عرام حثدا أنبو ركب بن عاشي األ نععشم عن سعيد نب عباهللا د نب جرجي عن ا ل ملس و هيلع ى اهللالص اهللا لوسر الق: الق يملسألا ةزرب يباتزق لودما عبد يوم القيامة حتى يلئس عن عرمه فيفأ مناه وعن لعمه فيف ملع وعن ماله مأ نياك نتسبه وفيأ مقفنه وعج نسمه فيأ مالبه
Artinya: “Dari Abi barzah al-Aslam berkata; Rasulullah saw bersabda; Pada hari kiamat kedua kaki seorang hamba tidak akan bergerak sama sekali sampai ia ditanya tentang usia yang dihabiskannya, tentang ilmunya; apa yang diperbuat dengannya, tentang hartanya; darimana ia mendapatkannya dan kemana diinfakkannya, serta tentang badan yang diarunginya.(HR. at-Tirmizi)11
c) Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal hanya bergantung
kepada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling
tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan
berakhlak yang baik kepada sesama dan kepada orang yang paling
dekat dengan nya.12
11 Ab ‘Îs Muhammad bin Îs bin saurah, Sunan at-Tirmizi, bab fi al-Qiyamah, (Dar
al-ma’rifah, Bairut,2002) juz 4, h. 612 12 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), cet ke-2, h. 49-
57
18
Rasulullah saw bersabda:
حدثنا محمد بن المثنى وابن بشار قاال حدثنا محمد بن جعفر
يحدث عن أنس بن مالك عن النبى حدثنا شعبة قال سمعت قتادة ال يؤمن أحدكم حتى يحب ألخيه « قال - صلى اهللا عليه وسلم- - ارهجقال ل أو - فسهنل بحا يم«.
Artinya: “Dari Anas bin Malik dari Nabi saw bersabda; tidak beriman sesorang sampai dia mencintai saudaranya -atau tetangganya- seperti dia mencintai dirinya sendiri.(HR. Muslim)13
2. Akhlak yang tercela (al-akhlaq al-madzmumah).
Akhlak yang tidak dalam control Ilahiyah, atau berasal dari nafsu
yang berada lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negative
bagi kepentingan manusia, seperti sombong, berprasangka buruk, tamak,
pesimis, dusta, berkhianat dan lain-linnya.
Allah swt berfirman;
Artinya: “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”. (Q.S. Yusuf, 12:53)
13 Ab al-Husain Muslim bin al-Hujj j, Sah h muslim, (d rul Fikri, 1981) juz 1, h. 49
19
3. Pengertian Ibadah
Arti ibadadah secara harfiah ialah “al-‘Abdu” yang artinya “pelayan dan
budak”. Jadi ibadah mempunyai pengertian penghambaan dan perbudakan.14
Dalam kamus ilmiah populer, ibadah adalah kebaktian dan ketundukan pada
Tuhan.15 Dalam pengertian lain, ibadah yaitu penyembahan seseorang hamba
terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya,
dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama.16
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat adz-Dzariy t ayat 56:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. adz-Dzariy t, 51:56)17
Jelaslah dari ayat tersebut di atas, bahwa manusia mempunyai tugas paling
utama dalam hidupnya yaitu beribadah kepada dan harus dilakukan hanya semata-
mata kepada Allah swt.
Dalam buka Islam Alternatif, Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa ibadah itu
terbagi dua yaitu:
1) Ibadah yang merupakan upacara-upacara tertentu untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt, seperti salat, dzikir, saum dan sebagainya.
14 Abul ‘Ala al Maududi, Dasar-dasar Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), cet ke-1, h. 107 15 Pius A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), h.236 16 Slamet Abidin dan Moh. Suyono HS, Fiqih Ibadah, (Jakarta: CV. Pustaka Setia, 1998),
cet ke-1, h.11, Lihat juga, Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 59
17 Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960
20
2) Ibadah yang mencakup hubungan antara manusia dalam rangka
mengabdi atau mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ibadah jenis pertama bersifat ritual, yakni berhubungan langsung dengan
Allah swt, karenanya para ulama menamakannya dengan ibadah mahdah. Ibadah
mahdah ini tidak banyak jumlahnya hanya terdiri dari delapan macam, yaitu
taharah, salat, saum, dzakat, haji, mengurus jenazah, uhdiyah dan ‘aqiqah, dzikir
dan doa. Ibadah jenis ini bersifat ta’abudi18, artinya manusia tidak boleh merubah
dan menambahkannya dengan hal-hal baru.
Sedangkan ibadah kedua bersifat sosial, yakni hubungan diantara sesama
manusia yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, karenanya juga
para ulama menamakannya dengan ibadah ghair al-mahdah. Ibadah ini banyak
sekali jumlahnya tidak bisa dibatasi, mencakup segala perbuatan apa saja yang
tidak dilarang syara’ melakukannya yang diniatkan karena Allah maka menjadi
ibadah.19
Dengan demikian pangkal semua amal perbuatan ibadah adalah niat, artinya
suatu amal perbuatan dunia, kalau niatnya baik, maka akan menjadi amal akhirat
dan sebaliknya meski suatu perbuatan itu secara lahiriah adalah perbuatan akhirat,
kalau niatnya jelek maka akan menjadi amal dunia. Sebagaimana sabda Nabi saw:
18 Ta’abudi adalah beribadah mengikuti sesuai syara yang telah ditentukan dan tidak bisa
diterka-terka atau dipikirkan oleh akal, sedangkan ibadah yang dapat dipikirkan dengan akal disebut ibadah ta’aquli.
19 Jalaludin Rahmat, Islam alternatif, (Bandung: Mizan, 1991) cet ke-4, h. 478
21
حدثنا يحيى بن : حدثنا سفيان، قال: حدثنا احلميدي عبد الله بن الزبير، قالأخبرني محمد بن إبراهيم التيمي، أنه سمع علقمة بن : سعيد األنصاري، قال: على املنبر قال سمعت عمر بن اخلطاب رضي الله عنه: وقاص الليثي، يقول
، وإنما إنما األعمال بالنيات : "سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لكل امرئ ما نوى ، فمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها ، أو إلى امرأة ينكحها،
هإلي راجا هإلى م هترفهج.
Artinya: “Dari Muhammad bin Ibrahim, dia mendengar ‘Alqamah bin waq s al-laits , dia berkata, aku mendengar ‘Umar bin al-Khattab ra dari atas minbar berkata, aku mendengar Nabi saw bersabda: sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya (yang diperoleh) bagi setiap orang hanya sekedar apa yang diniatkannya, maka siapa yang niatnya untuk dunia dan keindahannya, atau wanita yang ingin dinikahinya, maka niatnya apa yang dinginkanya saja. (H.R Bukhari)20
4. Akhlak Beribadah
Akhlak dan ibadah dua hal yang berbeda namun tidak bisa dilepaskan,
karena jelas dalam Islam mengajarkan manusia untuk senantiasa berakhlak dalam
beribadah, seperti menjaga aurat, bersuci, menggunakan wewangian ketika
hendak beribadah dan lain sebagainya.
Allah swt befirman:
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid........”(Q.S. al-‘Araf, 07:31)
20Lihat Ab Muhammad bin Ism ’ l al-Buh r , Sah h al-Bukh r , bab bad’u al-
Wahyu,(Riyad: Bait al-Afkar ad-dauliyah, 1998) Juz 1, h. 2
22
Selain dianjurkan menggunakan pakaian yang indah disetiap (memasuki)
masjid, sebagai seorang muslim pun harus lah senantiasa istiqamah dalam
beribadah. Sebagaimana firman Allah swt;
Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. H d, 11:112)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu".(Q.S. Fussilat, 41:30)
Rasulullah saw pun menjelaskan dalam sabdanya;
حدثنا أبو بكر بن أبى شيبة وأبو كريب قاال حدثنا ابن نمير عن هشام بن قلت يا رسول الله قل لى عروة عن أبيه عن سفيان بن عبد الله الثقفى قال
»قل آمنت بالله فاستقم « فى اإلسالم قوال ال أسأل عنه أحدا بعدك قال
23
Artinya: “Dari Suufy n bin ‘Abdill hi al-Tsaqafiyi berkata; aku berkata ya Rasulallah katakanlah kepadaku perkataan dalam Islam yang aku tidak bertannya lagi kepada seseorang setelahmu, Rasulullah bersabda; katakanlah aku beriman kepada Allah maka Istiqamahlah. (HR. Muslim)21
5. Pengertian remaja
Remaja dalam bahasa inggris disebut “Puberty” atau “Pubertait” dalam
bahasa belanda. Sedangkan dalam bahasa latin disebut “Purbetas” artinya
“kelaki-lakian, kedewasaan yang ditandai oleh sifat dan tanda kelahiran”.22
Istilah remaja atau kata yang berarti remaja dijelaskan dalam agama Islam,
dalam al-Qur’an kata (Fityatun), mempunyai makna orang muda (remaja) yang
terdapat dalam firman Allah surat al-Kahfi ayat 13:
Artinya:“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. (Q.S. al-Kahfi 18:13)
Remaja menurut Zakiyah darajat adalah masa peralihan yang ditempuh
oleh seseorang dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara fisik telah
terbentuk dan orang-orangnya telah dapat menjalankan fungsinya, segi emosi dan
sosial belum matang dan memerlukan waktu proses untuk berkembang menjadi
dewasa.23
21 Ab al-Husain Muslim bin al-Hujj j, Sah h muslim, (d rul Fikri, 1981) juz 1, h. 47 22 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1990), cet
ke-3, h. 109 23 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 70
24
Sedangkan menurut pendapat Drs. Sudarsono, SH masa remaja adalah
masa transisi, masa yang berbahaya bagi dirinya sebab ia mengalami hidup di dua
alam, yakni antara alam hayalan dan alam kenyataan dimana banyak ditemukan
gejolak jiwa dan fisik, gejolak emosional yang tidak terkendali.24
Masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa anak-anak kepada
masa dewasa. Ini berarti anak-anak masa ini harus meninggalkan sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan pola prilaku
yang baru pengganti prilaku dan sikap yang ditinggalkan. Akibat sikap peralihan
ini remaja bersifat ambivalensi: di satu pihak ingin diperlukan sebagai orang
dewasa, jangan selalu diperintah seperti anak kecil, tetapi dilain pihak segala
kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya anak-anak.25
Dalam perkembangannya masa remaja terbagi kedalam dua fase, yakni;
fase remaja awal dan fase remaja akhir dan masing-masing fase memiliki cirri-ciri
khusus. Adapun cirri-ciri khusus remaja awal adalah sebagai berikut:
1. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil.
2. Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan.
3. Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna.
4. Hal sikap dan moral, menonjol menjelang akhir fase remaja awal.
5. Remaja awal adalah masa kritis.
6. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
24 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara), cet, ke-1,
h. 14 25 Sarlito Wirawan Sarwono, Mengenal dan memahami Masalah Remaja, Seks dan
Disiplin, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h. 102
25
Adapun cirri-ciri remaja akhir, pada umumnya dan yang tidak mempunyai
problema yang serius adalah;
1. Stabilitas mulai timbul.
2. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis.
3. Perasaannya lebih matang.
4. Dalam menghadapi masalah dihadapi secara lebih matang.26
B. PROFIL IKATAN REMAJA MASJID JAMI’ AL-MUBARAKAH
1. Sejarah dan Perkembangan Irmas
Ikatan remaja masjid jami’ al-Mubarakah terletak di jalan Jatimekar,
Kelurahan Jatimekar. Tidak seperti ikatan remaja masjid lainnya, Ikatan remaja
masjid jami’ al-Mubarakah terletak di dua perkampungan yang terpisahkan
dengan adanya jalan protokol. Sehingga memiliki jangkauan dakwah yang lebih
luas di bandingkan dengan remaja masjid lainnya di kelurahan jatimekar.
Ikatan remaja masjid jami’ al-Mubarakah pada mulanya adalah
sekumpulan pengajian atau penela’ahan yang biasa dilaksanakan di mushala an-
Nûr al-Huda kampung cakung Jatimekar. Pengajian di mushala yang terletak di
jalan nangka kampung cakung tersebut lambat laun mulai berkembang. Dilihat
dari latar pendidikan, peserta pengajian rata-rata keluaran SD hingga SMA,
bahkan ada pula yang sambil melajutkan kejenjang perkuliahan.
26 Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Problema remaja, (Jakarta:
Kalam Mulya, 2002), cet ke-2, h. 65.
26
Pada waktu itu, tujuan pengajian adalah ada dua, pertama meningkatkan
ketaqwaan pada Allah melalui pengajian dan pendekatan kepada seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Kedua menjauhkan remaja kampung tersebut dari hingar bingarnya
pergaulan bebas dan akibat yang ditibulkan olehnya.
Pada mulanya materi yang diangkat hanyalah diskusi-diskusi ringan
semata, namun belakangan ini barulah mulai diberikan materi-materi khusus oleh
beberapa Ustad setempat, diantaranya pembahasan tentang hadis Nabi
Muhammad saw dengan merujuk kitab Sah h al-Bukhari karya al-Imam Bukhari,
al-Lu lu’u wa al-Marjận karya Muhammad fuad abd al-Baqy.
Akhirnya, dari sekedar kelompok pengkajian kecil kemudian berevolusi
menjadi sebuah organisasi kepemudaan yang menjadikan masjid sebagai simbol
pemersatu. tepatnya pada tanggal 28 April 1995 ikatan remaja masjid jami’ al-
mubarakah pun resmi didirikan. Dengan kesekretariatan yang berpusat di masjid
jami’ al-Mubarakah maka seluruh kegiatan pun diabdikan untuk masyarakat,
khususnya masyarakat kampung cakung Jatimekar. Namun, untuk lebih
mempermudahkan pengabdian dan memperluas sasaran dakwah keseluruh
pemuda. Maka, pengajian pun tidak hanya berpusat dimasjid semata, akan tetapi
diseluruh mushala yang berada di lingkungan tersebut.
Hal ini tidak mengherankan, disamping karena ikatan remaja masjid jami’
al-Mubarakah mempunyai sejarah panjang di kampung cakung, juga didukung
oleh karakteristik masyarakat setempat yang masih menjaga nilai-nilai keagamaan
dengan baik, sehingga mempengaruhi pola pemikiran remaja terhadap nilai
agama, pentingnya dakwah, silaturahmi dan lainnya.
27
2. Sosok Pendiri Ikatan Remaja Masjid Jami’ al-mubarakah 012; Almarhum
Kanda Ma’mun Syah
Corak pengkajian dan karakteristik ikatan remaja masjid jami’ al-
mubarakah tidak bisa lepas dari sosok pendirinya, yaitu Almarhum Kanda
Ma’mun Syah. Beliau lahir pada tanggal 16 September 1974 dan wafat pada
tanggal 13 September 1996. Almarhum lahir dari pasangan bapak H. Mudin dan
Ibu Nui. Orang tua beliau dikenal sebagai petani kebun bunga yang mempunyai
semangat tinggi untuk mempelajari Islam. Sejak kecil ayah beliau selalu mendidik
anaknya agar cinta terhadap ilmu dan Islam. Diantaranya dengan sering mengajak
almarhum kecil kepengajian dan memasukkan almarhum kepengajian yang diajar
langsung oleh salah satu ustad di dekat kediamannya.
Setelah lulus SMA, almarhum lebih banyak mengabiskan waktunya untuk
mengaji al-Qur’an, disamping bersilaturahmi dan berdiskusi dengan teman
seusianya. Ada beberapa rekan yang ketika itu sangat mempengaruhi corak
pemikiran dan semangat juangnya. yaitu Ahmad Syukran, Muhammad Furqon, H.
Ahmad Saroni, H. Saiful Bahri.27
Perjuangan almarhum bisa dikatakan berhasil dalam mendirikan ikatan
remaja masjid jami’ al-mubarakah dan mengkader pelanjut beliau. Hampir seluruh
aktivitas organisasi almarhum beliau abdikan di organisasi ikatan remaja masjid
27 Nama-nama tersebut adalah tokoh-tokoh utama dalam sejarah awal perjuangan ikatan
remaja masjid jami’ al-mubarakah. Keempatnya kini aktif diberbagai organisasi kemasyarakatan diantaranya; Ahmad Syukran yang lebih dikenal kanda canik kini mengabdi sebagai polisi yang bertugas di polsek padang jaya resort Bengkulu utara, M. furqon aktif di KNPI kota Bekasi, H. Ahmad sahroni menjabat sebagai ketua organisasi yang didirikannya bernama satelit dan H. Saiful bahri mengabdi sebagai ketua majlis silaturahmi remaja masjid kecamatan Jatiasih. Wawancara pribadi dengan Abdul Ajid, Bekasi 24 Januari 2011
28
jami’ al-mubarakah. Namun sayang jabatan yang pernah beliau emban sebagai
ketua remaja masjid tersebut tidak lah berlangsung lama. Setelah mendirikan
ikatan remaja masjid almarhum mendapat cobaan sebuah penyakit yang kemudian
akhirnya beliau wafat dan kalah dengan penyakitnya tersebut. Praktis hanya lima
bulan beliau mengemban amanah sebagai ketua ikatan remaja masjid jami’ al-
mubarakah.28
3. Filosofi dan Tujuan Ikatan Remaja Masjid jami’ al-mubarakah
Filosofi ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah tidak terlepas dari lambang
yang menjadi pengikat organisasi tersebut. Sebuah kitab dan masjid yang
terbungkuskan sebuah segitiga yang mengandung makna. Sebuah kitab yang
diartikan sebagai sebuah kunci ilmu, masjid sebagai tempat beribadah umat
muslim dan puncak segitiga sebagai simbol yang Maha Tinggi Allah ‘Azza wa
Jalla. Maka, apabila di gabungkan keseluruhannya berarti sebuah ilmu harus lah
digunakan untuk beribadah, ibadah haruslah didasari dengan ilmu. Karena,
dengan ilmu bisa diketahui ketentuan yang harus dijalankan dalam beribadah
sesuai dengan syariat yang di ajarkan oleh Rasulullah saw, bila tidak maka seluruh
amalnya tidak diterima.29
Rasulullah saw bersabda:
ص بيل النقوى اهللالل لعيه ولسال: ممل عمع نم در وا فهنرأم هليع سلي.
28 Wawancara pribadi dengan Abdul Ajid, Adik kandung almarhum yang kini menjabat
sebagai ketua ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah , Bekasi 24 Januari 2011 29 Lihat anggaran rumah tangga (art) ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah, BAB I,
PASAL I tentang makna lambang. 25 Januari 2009. hal, 6
29
Artinya: “Siapa yang beramal suatu amalan yang tidah sejalan dengan ajaran kami, maka amalannya tertolak.” (HR. Bukhari)30
Dan seluruh manusia tidak diperintah kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepadanya, semua itu dapat diraih dengan ilmu dan
beribadah sesuai dengan syariat yang diwahyukan oleh Allah dan kemudian
disampaikan oleh Rasulullah saw. Hal itu sesuai dengan firman Allah swt dalam
al-Qur’an:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus31, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah 98: 5)
Filosofi yang mendasari berdirinya ikatan remaja masjid jami’ al-
mubarakah;
1. Berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah
Setiap manusia haruslah memiliki pedoman hidup dalam menjalani
kehidupannya, karena tanpa memiliki pedoman hidup yang jelas maka manusia
akan terjerumus kedalam lubang kehinaan. Bagi seorang muslim tidak lah sulit
dalam mencari pedoman dalam kehidupan, karena Allah melalui Rasul-Nya telah
memberikan dua warisan yang apabila berpegang teguh dengannya tidak akan
tersesat selamanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam khutbah al-Wadâ’:
30 Lihat, Ab Muhammad bin Ism ’ l al-Buh r , Sah h al-Bukh ri, bab bad’u al-Wahyu, (Riyad: Bait al-Afkar ad-dauliyah, 1998), Juz 9, h. 132
31 Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. Lihat al-Qur’an dan TarjamahDepartemen Agama Reublik Indonesia, Jakarta. 22 Maret 1990, hal 1804
30
انىرعل الشن الفضب دمحم نيل باعمنى إسربظ أخافالح الله دبو عا أبنربأخ
دة حكرمع نع ىيلالد دين زر بثو نا أبى عثندس حيأبى أو نا ابثندى حدا جثنخطب - صلى اهللا عليه وسلم- أن رسول الله : عن ابن عباس رضى الله عنهما
ا أيها الناس إنى قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم ي« :الناس فى حجة الوداع فقال هبية ننسو الله ابتا كدلوا أبضت فلن به«.
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a: Bahwa Rasulullah saw berkhutbah kepada manusia dalam haji wadậ’ dan bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di antara kalian yang jika kalian berpegang teguh padanya niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”.32
2. ‘Amar Ma’rûf Nahi Munkar
Seorang muslim dalam dirinya memikul kewajiban untuk berdakwah,
menyerukan kepada perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan
menjauhkan dari pebuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah, karena
sejatinya seperti itulah orang beriman lagi saleh. Sesuai dengan firman Allah swt:
Artinya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ali ‘Imran (03): 114).
32 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra lil-Baihaqi, (Dar
el-Fikr Beirut, 1996) Juz 10, hal. 114
31
Adapun yang menjadi tujuan dari ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah
adalah sebagai berikut33:
1. Meningkatkan ketaqwaan pada Allah swt melalui pengkajian dan
pendekatan pada ciptaannya.
Artinya: “Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah." dia Telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang34. dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman35.(QS. Al an‘âm (06): 12).
Artinya: “Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
33 Sesuai dengan Anggaran Dasar ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah, BAB VI, PASAL 6 tentang Tujuan, 25 Januari 2009, hal. 3
34 Maksudnya: Allah Telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada mahluk-Nya.
35 Maksudnya: orang-orang yang tidak menggunakan akal-fikirannya, tidak mau beriman.
32
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al an‘âm (06): 99).
Dalam menbentuk kader yang senantiasa berfikir tentang keagungan Allah
melalui hal terdekat yang berada dilingkungan dan tersebar diseluruh alam
nampaknya menjadi tujuan utama pembentukan remaja masjid jami’ al-
mubarakah36.
2. Mencetak kader yang berakhlak mulia
Akhlak atau moral tidak dapat dipisahkan dari pada mentalnya. Sebab
akhlak seseorang merupakan pencerminan dari pada mentalnya. Dengan kata lain,
akhlak seseorang adalah hasil dari pada mental. Mental adalah sesuatu kekuatan
di dalam jiwa yang mengerakkan perilaku seseorang. Seseorang tidak dapat
diketahui, melainkan yang dapat diketahui adalah akhlaknya, yang merupakan
budi pekerti, sikap, tingkah lakunya dan kebiasaannya sehari-hari.37 Hal inilah
yang menjadikan tujuan berdirinya remaja masjid untuk mencetak kader yang
berakhlak mulia. Hal itu senada dengan di utusnya Rasulullah saw untuk
memperbagus akhlak dan sebaik-baiknya kebaikan adalah budi pekerti yang baik.
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
نح عالن صة باويعم نع ىدهم نا ابثندح ونمين مم باتح نب دمحثنى مدحعبد الرحمن بن جبير بن نفير عن أبيه عن النواس بن سمعان األنصارى قال
36 Lihat Anggaran Dasar ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah, …….., 37 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (akhlak mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1996), cet 2, h.62
33
ول اللهسر ألتاإلثم فقال - عليه وسلمصلى اهللا-سو ن البرع »البر نسح »واإلثم ما حاك فى صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس الخلق
Artinya: “Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah sesuatu yang bergerak didalam hatimu serta engkau tidak senang dilihat orang”.(HR. Muslim).38
حدثنا أحمد بن حنبل حدثنا يحيى بن سعيد عن محمد بن عمرو عن أبى سلمة ول اللهسة قال قال رريرأبى ه نأ« -صلى اهللا عليه وسلم-ع ننيمؤل المكم
.»إميانا أحسنهم خلقا Artinya: “Dari Abu Hurairah ra; Rasulullah saw bersabda; Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. (HR. Abu Daud).39
3. Bermanfaat bagi agama, sesama dan negara
Sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberikan manfaat kepada
manusia lainnya. Dalam al-Qur’an jelas Allah memerintahkan manusia untuk
saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling memberikan nasihat yang baik.
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(Q.S. al-M idah, 05;02)
38Ab� al-Husain Muslim bin al-Hujj�j , Sah�h muslim, (d�rul Fikri, 1981) juz 15, h. 111 39 Ab� D�ud Sulaim�n bin al-Asy’ats al-sijist�n�, Sunan Abu Daud, (Dar al-‘Alam, 2003)
juz 4, h. 354
35
BAB III
ANALISIS PENGARUH KAJIAN HADIS TERHADAP PEMBENTUKAN
AKHLAK REMAJA
A. Pengajaran hadis dalam tradisi IRMAS
1. Bentuk pengajaran
Berkaitan dengan metodologi mengajar, menurut Mastuhu secara umum terbagi
menjadi menjadi empat macam, yaitu bandongan, sorogan, halaqah dan lalaran.
Sorogan biasanya pelajaran diberikan secara individual. Kata sorogan berasal
dari kata Jawa sorog artinya menyodorkan. Seseorang santri yang menyodorkan
kitabnya kepada kiyai untuk minta diajarkan. Dengan teknik ini antara santri dan
kiyai terjadi saling interaksi secara mendalam. Karena sifatnya yang individual, maka
santri harus benar-benar menyiapkan diri sebelumnya.
Bandongan atau weton yaitu dengan cara pelajaran diberikan secara kelompok.
Kata bandongan, berasal dari bahasa Jawa banding artinya pergi berbondong-
bondong secara berkelompok. Baik secara sorogan maupun bandongan, pelajaran
disampaikan dalam bahasa sesuai darimana kiyai itu berasal. Metode weton atau
sorogan akan sangat berguna ketika jumlah murid cukup banyak dan waktu yang
36
tersedia relative sedikit tapi materi yang harus disampaikan banyak. Kelemahan dari
kedua metode tersebut adalah kurangnya komunikasi antara guru dan murid, juga
kegiatan belajar mengajar terlalu terpusat pada guru, sehingga murid menjadi pasif
dan melemahkan daya kretivitas murid. Maka untuk mengurangi kelemahan metode
ini, sekurang-kurangnya guru menyediakan kesempatan pada murid untuk bertanya.
Halaqah artinya belajar secara diskusi untuk saling mencocokkan pemahaman.
Lalaran adalah belajar sendiri-sendiri secara individual dengan jalan menghafal.1
Dari pengertian diatas, nampaknya metode bandongan atau weton yang
digunakan ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah. Seluruh remaja berbondong-
bondong menuju tempat pengajian yang kemudian hanya menyimak secara cermat
pelajaran yang diberikan oleh seorang ustad.
2. Hadis akhlak yang dikaji
Dalam pemilihan dan penentuan hadis yang akan diberikan kepada remaja
nampaknya menjadi hak dari seorang ustad, hal itu terlihat ketika seorang ustad
memberikan copy-an hadis kepada seluruh remaja yang kemudian dijelaskan dan
tugas remaja hanya menyimak dengan seksama.
Melihat dari hasil kumpulan seorang anggota IRMAS hadis akhlak yang sudah
diberikan diantaranya;
1 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta; INIS, 1994), hal. 143-144
37
أخبرنا حنظلة بن أبي سفيان ، عن عكرمة بن خالد : حدثنا عبيد اهللا بن موسى قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم بني : : ، عن ابن عمر ، رضي الله عنهما ، قال
وإقام الصالةدة أن ال إله إال الله ، وأن محمدا رسول اهللا ، اإلسالم على خمس شها .، وإيتاء الزكاة والحج ، وصوم رمضان
Artinya; “Dari ‘Ikrimah bin Khalid, dari ‘Ibn ‘Umar, ra. Berkata: Rasulullah saw bersabda: Islam didirikan atas lima perkara, bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat, pergi haji dan puasa Ramadan. (HR. Bukhari)2
محمد بن يعقوب : بو العباس أخبرنا أبو زكريا بن أبى إسحاق المزكى حدثنا أع ىاب الثقفهالو دبا عنربأخ ىعافا الشنربأخ ىادران الممليس نب بيعا الرنربأخ ن
رث رضى الله عنه قال قال مالك بن الحوي: أيوب عن أبى قالبة حدثنا أبو سليمان ول اللهسا رونى« : - صلى اهللا عليه وسلم-لنمتأيا رلوا كمص ترضلى ، فإذا حأص
كمرأكب كممؤليو ، كمدأح ذن لكمؤالة فليالص« Artinya: “Dari Malik bin al-Huwairisi ra berkata; Rasulullah saw bersabda kepada kami; “Salatlah kalian seperti kalian melihat aku salat, maka apabila waktu salat datang azan lah salah satu dari kalian, dan ankatlah menjadi imam yang lebih tua dari kalian.3
2 Ab Muhammad bin Ism ’ l al-Buh r , Sah h al-Bukh r , bab bad’u al-
Wahyu,(Riyad: Bait al-Afkar ad-dauliyah, 1998) Juz 1, h. 9 3 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra lil-Baihaqi, (Dar el-Fikr
Beirut, 1996) Juz 2, hal. 345
38
أخبرنا معمر ، : أخبرنا عبد الرزاق قال : حدثنا إسحاق بن إبراهيم الحنظلي قال : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن همام بن منبه أنه سمع أبا هريرة يقول
.من أحدث حتى يتوضأ ةتقبل صالال Artinya; “Dari Hamm m bin Munabbih sesungguhnya dia ia mendengar Ab Hurairah berkata; Rasulullah saw bersabda; Tidak diterima salat seorang hamba yang berhadas sehingga ia berwudu.(HR. Bukhari)4
أخبرنا مالك ، عن أبي الزناد ، عن األعرج ، عن : حدثنا عبد اهللا بن يوسف قال لوال أن أشق : أبي هريرة ، رضي الله عنه ، أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال
لى النع ي ، أوتلى أمكل -اس ع عم اكوبالس مهترألمالةص Artinya; Dari Ab hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda; jikalua tidak membebani umatku-atau kepada manusia-aku akan memerintahkan untuk bersiwak setiap kali hendak salat.(HR. Bukhari)5
Tentunya hadis ketiga diatas hanyalah beberapa contoh dari hadis-hadis yang sudah dikaji oleh remaja masjid jami’ al-mubarakah.
B. Analisis data
Untuk mengetahui sebuah pengaruh dari kajian hadis terhadap akhlak remaja
masjid jami’ al-mubarakah penulis melakukan penelitian yang hasilnya akan penulis
gambar dan jelaskan dalam sebuah tabel-tabel.
4 Ab Muhammad bin Ism ’ l al-Buh r , Sah h al-Bukh r , bab bad’u al-
Wahyu,(Riyad: Bait al-Afkar ad-dauliyah, 1998) Juz 1, h. 46 5 Ab Muhammad bin Ism ’ l al-Buh r , Sah h al-Bukh r , bab bad’u al-
Wahyu,(Riyad: Bait al-Afkar ad-dauliyah, 1998) Juz 1, h. 5
39
1. Identitas
Table 1.1
Apakah kegiatan anda selain aktif di IRMAS ?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Kerja b. Sekolah c. Dll
10 23 7
25% 57,5% 17,5%
Jumlah 40 100%
Dari pertanyaan diatas penulis ingin mengetahui berapa jumlah remaja yang
masih aktif mengenyam pendidikan, bekerja dan berbagai kesibukan lainnya. Dengan
prosentase 57,5% pelajar, 25% pekerja dan 17,5% lain-lain, bisa disimpulkan, bahwa
mayoritas remaja masjid jami’ al-mubarakah masih aktif sebagai pelajar dan
sebagiannya sebagai pegawai dan lain-lain.
Tabel 1.2
Jika masih bersekolah, dimanakah anda mengenyam pendidikan?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. SMP/sederajat 13 32,5%
40
b. SMA/sederajat c. Perguruan tinggi
20 7
50% 17,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel ini penulis ingin mengetahui tingkat pendidikan remaja masjid
jami’ al-mubarakah. Jelas terlihat dari tabel 1.2 diatas dengan prosentase 50% remaja
masih duduk di tingkat mengah ke atas, 32,5% duduk ditingkat menengah pertama
dan 17,5% tingkat perguruan tinggi. Bisa disimpulkan separuh remaja masjid yang
masih duduk ditingkat menengah atas (SMA).
Tabel 1.3
Selain aktif di IRMAS apakah anda pernah aktif dikerohisan sekolah?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Pernah b. Sesekali c. Tidak pernah
18 10 12
45% 25% 30%
Jumlah 40 100%
“Ilmu” bukan hanya dapat diraih pada pendidikan formal semata, namun bisa
juga diraih dari pengalaman seseorang terhadap sesuatu. Hal itu yang ingin penulis
ketahui seberapa banyak remaja yang pernah aktif di kerohisan saat duduk dibangku
sekolah. 45% remaja pernah merasakan aktif di kerohisan.
41
Tabel 1.4
Sudah berapa lama anda aktif di IRMAS?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Satu tahun b. Dua tahun c. ≥ 2 tahun
8 10 22
20% 25% 55%
Jumlah 40 100%
Sebuah organisasi keislaman, dibutuhkan adanya kaderisasi sebagai
pemegang tongkat estapet kepengurusan. Dari pertanyaan diatas, selain dapat
mengetahui seberapa lama remaja aktif di IRMAS juga dapat mengukur seberapa
jauh kaderisasinya. Dari 20% yang baru satu tahun, 25% dua tahun dan 55% lebih
dari dua tahun, bisa disimpulkan pergerakan kaderisasinya berjalan dengan baik.
Tabel 1.5
Darimanakah anda mengetahui tentang IRMAS?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Teman b. Ustad c. Orang tua
25 10 5
62,5% 25%
12,5%
Jumlah 40 100%
42
Sebagai seorang muslim memilki kewajiban untuk mendakwahkan agama
Islam kepada yang lainnya, sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh
Amru Khalid dalam buku “semulia akhlak Nabi” “jangan anda menduga bahwa
amanat itu cukup melakukan wudhu dengan satu bejana air dan melaksanakan salat
dua rakaan di mihrab. Sesungguhnya amanat itu adalah mendakwahkaan agama ini
keseluruh manusia”.6 Untuk itu penulis ingin mengetahui seberapa banyak peranan
orang disekitar remaja untuk mengajak mereka. Bisa disimpulkan, lebih dari setengah
remaja mengetahui IRMAS dari teman mereka.
2. Materi pengajian
Tabel 2.1
Menurut anda, seberapa pentingkah kajian hadis untuk remaja?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat penting b. Penting c. Tidak penting
13 27 0
32,5% 67,5%
0%
Jumlah 40 100%
6 Amru Khalid, Semulia akhlak Nabi, (Solo: Aqwam, 2006), cet ke-3, h. 180
43
Kebutuhan kepada sebuah ilmu mutlak dirasakan manusia, karena salah satu
kewajiban manusia adalah menuntut ilmu.7 Untuk itu, penulis ingin mengetahui
kepekaan remaja terhadap penting nya sebuah ilmu hadis dalam kehidupan remaja.
Setengah lebih dari jumlah responden remaja merasakan penting untuk mengkaji ilmu
hadis.
Tabel 2.2
Selain hadis, materi apa saja yang penting diajarkan untuk remaja?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Al-Qur’an dan tafsirnya
b. Fiqh c. Dll
17 15 8
42,5% 37,5% 25%
Jumlah 40 100%
Allah swt berfirman dalam al-Qur’an, bahwa Dia akan mengangkat orang-
orang yang beriman dan memiliki ilmu beberapa derajat. Maka, seolah ayat itu
mewajibkan kita untuk senantiasa beriman dan memiliki ilmu. Jadi, penulis sekali
lagi bertanya kepada remaja ilmu apa yang penting diajarkan kepada pemuda.
7 ب دمحم نري ، عظنش نب ريا كثثندان ، حمليس نب فصا حثندار ، حمع نب امشا هثندن حس بأن نع ، ريينن س
……طلب العلم فريضة على كل مسلم: قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : مالك قال Lihat Ab ‘Abdill hi Muhammad bin yaz di ibn M jah al-Qazw n , Sunan Ibn M jah, juz ke 1, h. 151
44
Walaupun terlihat hampir merata, akan tetapi mayoritas para remaja memilih al-
Qur’an dan tafsirnya yang penting untuk diajarkan kepada remaja.
3. Metode pembelajaran
Tabel 3.1
Metode apakah yang digunakan saat pemberian materi?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ceramah b. Diskusi c. Dll
32 8 0
80% 20% 0%
Jumlah 40 100%
Pemahaman seorang anak didik tergantung bagaimana metode yang
digunakan saat penyampaian sebuah materi. Untuk itu, penulis merasa perlu
menanyakan metode apakah yang digunakan saat penyampaian materi. Dari tabel
diatas bisa disipulkan lebih dari separuh remaja memilih metode ceramah dalam
penyampaian materi.
4. Pemahaman
Tabel 4.1
Apakah anda tahu bahwa Islam memerintahkan kita untuk beribadah kepada
Allah dan sesama?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat mengetahui 17 42,5%
45
b. Tahu c. Tidak tahu
23 0
57,5% 0%
Jumlah 40 100%
Allad swt berfirman dalam al-Qur’an, apakah sama orang yang
mengetahui dengan orang yang tidk mengetahui?. Inilah kenapa kemudian penulis
menanyakan kepada remaja. Dari tabel diatas bisa disimpulkan bahwa separuh lebih
remaja mengetahui Islam memerintahkan untuk ibadah kepada Allah (mahdah) dan
sesama (ghair mahdah).
Tabel 4.2
Apakah anda pernah mendengar hadis tentang perintah wajib?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Pernah b. Sesekali c. Tidak pernah
26 11 3
65% 27,5% 7,5%
Jumlah 40 100%
Dari pertanyaan diatas penulis ingin mengetahui, sejauh mana pengetahuan
remaja akan hadis-hadis yang memerintahkan untuk beribadah kepada Allah dan
sesama, agar ibadah yang mereka lakukan tidaklah hanya sekedar ikut-ikutan akan
tetapi atas dasar pengetahuan. Dari tabel diatas memberikan informasi hanya dua
puluh enam remaja atau melebihi setengah dari sempel yang penulis ambil menjawab
46
pernah mendengar hadis-hadis tentang wajib beribadah kepada Allah (mahdah) dan
sesama (ghair mahdah).
Tabel 4.3
Jika pernah darimanakah anda mendengarnya?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Pengajian b. Ceramah agama c. Ustad
18 10 12
45% 25% 30%
Jumlah 40 100%
Setiap sesuatu yang dimiliki manusia pastilah akan dipertanyakan oleh Allah
swt, oleh karenanya perlu ditananyakan dari mana remaja mendapatkan atau
mendengar hadis-hadis tentang beribadah kepada Allah. Tabel diatas memberikan
informasi bahwa pengajian memberikan pengaruh tentang pengetahuan hadis ibadah,
karena memang mayoritas remaja masjid jami’ al-mubarakah masih aktif mengikuti
pengajian.
Tabel 4.4
Apakah anda memahami hadis yang mewajibkan ibadah salat?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat faham b. Faham
17 23
42,5% 57,5%
47
c. Tidak faham 0 0%
Jumlah 40 100%
Tidak hanya mendengar, penulis merasa perlu menanyakan sejauh mana
pemahaman remaja tentang hadis-hadis ibadah yang mereka ketahui. Dari tabel 4.4
membrikan informasi, bahwa setengah remaja memahami hadis-hadis yang mereka
dengar.
5. Pengamalan
Tabel 5.1
Apakah anda sudah mengamalkan hadis yang mewajibkan ibadah salat?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sudah b. Sesekali c. Tidak pernah
20 16 4
50% 40% 10%
Jumlah 40 100%
Pengamalan adalah suatu hal yang wajib dilakukan oleh seseorang yang
mengetahui, karena Allah dengan jelas murka kepada orang yang mengetahui namun
tidak mengerjakan8. Untuk itu penulis menanyakan apakah remaja mengamalkan apa
3
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui.(Q.S al-Anf l 08;27)
48
yang sudah mereka ketahui. Dari tabel diatas menginformasikan 50% dari responden
mengamalkan apa yang sudah mereka ketahui, sedangkan yang tidak mengamalkan
hanya 10% dan 40% nya mengamalkan hanya sesekali.
Tabel 5.2
Bagaimanakah perasaan anda setelah mengamalkan hadis ibadah ?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Senang b. Menyesal c. Biasa saja
29 0 11
72,5% 0%
27,5%
Jumlah 40 100%
Manisnya iman akan terasa ketika seorang muslim mengamalkan ibadah
sesuai dengan ketentuan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Maka dari itu, selain
mengetahui perasaan remaja setelah mengamalkan juga bisa dilihat kesungguhan
remaja dalam beribadah. Tabel 5.2 diatas memberikan informasi bahwa lebih dari
setengah responden remaja menjawab senang setelah mengamalkan hadis ibadah.
Tabel 5.3
Apakah anda merasa dekat kepada Allah setelah mengamalkan hadis?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ya b. Tidak c. Biasa saja
25 0 15
62,5% 0%
37,5%
Jumlah 40 100%
49
Merasa dekat kepada Allah adalah salah satu tanda keimanan seseorang, hal
itu terjadi ketika seseorang telah mengamalkan ibadah yang telah diwajibkan oleh
Allah swt dan disunnahkan oleh Rasulullah saw. Maka dari itu, penulis merasa perlu
menanyakan hal ini kepada remaja. Bisa disimpulkan, sebagagian besar remaja
merasa dekat kepada Allah swt setelah mereka mengamalkan hadis.
Tabel 5.4
Apakah anda merasa diawasi oleh Allah swt setelah mengamalkan hadis?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ya b. Tidak c. Biasa saja
27 0 13
67,5% 0%
32,5%
Jumlah 40 100%
Allah seringkali mengungkapkan dalam al-Qur’an bahwa Dia Maha Melihat,
baik segala hal yang tersembunyi atau yang tidak sama sekali. Untuk itu, menjadi
suatu hal yang wajib dirasakan oleh seorang muslim bahwa dirinya senantiasa
dibawah pengawasan sang Maha Pencipta. Dari pertanyaan diatas penulis ingin
mengetahui seberapa banyakkah remaja yang merasakan pengawasan Allah swt. Dari
40 responden yang penulis berikan pertanyaan, hanya 27 orang atau 67,5% yang
menjawab iya, dan selebihnya menjawab biasa saja.
50
Tabel 5.5
Apakah anda pernah ditegur teman atau orang disekitar mengenai cara anda
beribadah?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sering b. Pernah c. Tidak pernah
9 24 7
22,5% 60%
17,5%
Jumlah 40 100%
Berdakwah tidaklah untuk diri sendiri saja, akan tetapi untuk orang lain
disekitar khususnya. Sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari penilaian orang
lain. Pertanyaan diatas, selain mengukur ibadah seseorang juga dapat melihat
seberapa besar pengaruh orang luar terhadap ibadah seseorang. Namun, saat ini
penulis hanya mengukur seberapa banyak remaja yang pernah ditegur oleh orang lain
disekitarnya tentang ibadah mereka. Dari sampel diatas bisa disimpulkan 24 orang
atau 60% pernah ditegur oleh orang lain disekelilingnya.
Tabel 5.6
Apakah terdapat perubahan dalam ibadah anda setelah mendapat kajian hadis?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ya b. Tidak
32 0
80% 0%
51
c. Tidak tahu 8 20%
Jumlah 40 100%
Akhirnya, dari seluruh pertanyaan diatas “bermuarakan” pada pertanyaan
terakhir apakah terdapat perubahan dalam ibadah remaja setelah mendapat kajian
hadis. bisa disimpulkan 80% remaja menjawab terdapat perubahan dalam ibadah
mereka setelah mendapatkan kajian hadis.
52
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemudian, setelah melakukan penelitian dan pengolahan data oleh penulis,
ternyata kajian hadis ibadah mempengaruhi secara positif terhadap pembentukan
akhlak dalam menjaga istiqamah beribadah seorang remaja. Khususnya ibadah yang
langsung kepada Allah (mahdah).
Dalam penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa aktivitas
pengkajian yang diadakan sebagian remaja masjid jami’ al-mubarakah mendapat
respon yang baik dan sikap yang antusias dari remaja dan masyarakat yang berada
disekitarnya, bahkan ada diantara mereka yang sebelumnya acuh dan tidak mau tahu
terhadap ajaran agama, namun setelah mengikuti kegiatan tersebut mereka menjadi
lebih perhatian dan patuh terhadap ajaran agama seperti melaksanakan ibadah salat,
dzikir, sadaqah, puasa dan lainnya. Tetapi setelah mereka mengikuti kegiatan remaja
mereka menjadi lebih giat dan lebih tekun dalam melaksanakan ajaran Agama Islam.
B. Saran-saran
Berdasarkan pada hasil penelitian tentang pengaruh kajian hadis terhadap
penbentukan akhlak dalam menjaga istiqamah beribadah remaja masjid jami’ al-
mubarakah Jatimekar Bekasi, akhirnya penulis dapat memberikan beberapa saran dan
masukan penting yang ditujukan kepada seluruh remaja masjid dan remaja ormas
lainnya. Adapun saran-saran tersebut antara lain.
53
1. Hendaknya remaja masjid lebih jauh lagi mengkaji hadis-hadis Rasulullah
saw sebagai pegangan setelah kitab Allah swt (al-Qur’an).
2. Remaja hendaknya sebelum mengkaji hadis harus lebih mengetahui dan
menguasai ilmu hadis yang diajarkan dan sebaiknya didampingi oleh ustad
pembimbing agar tidak keluar dari makna yang dimaksud oleh hadis
tersebut.
3. Tokoh agama dan ormas Islam lain hendaknya selalu menanamkan sikap
keagamaan pada diri remaja baik didalam beribadah kepada Allah atau pun
terhadap sesama, agar nantinya remaja dapat menerapkan cara hidup sosial
yang baik dalam kehidupannya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Adawy, Musthafa, Fiqh Akhlak, (Jakarta : Qisthi Press, 2005) cet 1,
Al-Hujj j, Ab al-Husain Muslim bin, Sah h Muslim, ( Dar el-Fikri Bairut,1981)
juz 1
Ali al-baihaqi, Ab bakr ahmad bin al-husain bin, Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, ( Dar el-Fikri Bairut,1996) juz 10 Al maududi, Abul ‘ala, Dasar- Dasar Islam, ( Bandung : pustaka,1984 ). Cet. Ke 1
Al-Khatib, M. Ajjaj, Usul al-Hadits, (Bairut: Dar al-Fikr, 1987)
Al-Qazw n , Ab ‘Abdill hi Muhammad bin Yaz d Ibnu m jah, Sunan ibn Majah, juz ke 1 Al-quran dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta : CV. Toha Putra Semarang, 1989) Al-Sijist n , Ab D ud Sulaim n bin al-Asy’ats, Sunan Abu Daud ,( dar al-Alam 2003 ) juz 4 Aminuddin,dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), h. 153
AR, Zahruddin. Pengantar Ilmu Akhlak ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004 ),cet ke-1,h.1 AS, Asmaran Pengantar Studi Akhlak,( Jakarta : Raja Grafindo Persada,1994),cet ke-2, as-Shalih, Subhi, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an), terjm. Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), cet. 9, as-Shalih, Subhi, Ulum al-Hadits wa Mustalahuhu,(Bairut, Dar al-Ilmi al-Malayin, 1997), Azami, M. M, Hadis Nabi dan Sejarah Kodifikasinya, terj. Prof. H. Ali Mustafa Yaqub, M.A. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994),
55
Bustamin dan M. Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004), cet. 1, Dahlan, Abdul Aziz Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Letiar Baru Van Voebe,1994 ),cet
ke-3
Dahlan Al-barry,Muhammad dan Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer,( Surabaya: Arkola,1994 ) Darajat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 )
Djatnika, Rachmat, System Ethika Islami (Akhlak Mulia),(Jakarta: Pustaka Panjimas,1996), cet ke-2 Ghazali, Imam, Ihya al-‘Ulum al-D n, (Semarang : Toha Putra Semarang,1990), jilid 3, hal 52 Gunarsa, Singgih D, Psikologi Remaja, ( Jakarta: P T. BPK Gunung Mulya,1990) cet ke-3 Ibn Manzur, Muhammad Ibn Mukarram, Lisan al-’Arab (Mesir: al-Dar al-Mishriyah) vol IV Ism l al-Buh r , Ab ‘Abdill hi Muhammad bin, Sah h al-Bukh r , Bab Bad’u al-Wahyu, ( Riyad: Bait al-Afkar al-Dauliyah,1998) juz 1 Khalid, Amru , Semulia Akhlak Nabi, ( Solo: Aqwam,2006) cet ke-3
Koentjaraningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985) Majid, Abdul dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Bandung : Trigenda Karya,1993 ) Muhammad, Tetes-Tetes Hikmah, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, Juni 2004), cet 2
Muhammad, Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama,2005 ), cet ke-2
Nasuton, H. Harun dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Nasir, Salihun A, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Problema Remaja, ( Jakarta: Kalam Mulya,2002 ) cet ke-2
56
Nasir, Muhammad, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) cet. Ke-2,
Nata, Abudin Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1996), cet ke-1
Nata, Abuddin dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, Desember 2005), cet I, Poerwadarminta,W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1987 ) cet ke 10, Rahmat, Jalaludin, Islam Alternatif, ( Bandung : Mizan, 1991 ) cet. Ke-4
Sarwono, Sarlito Wirawan, Mengenal Dan Memahami Remaja, Seks Dan Displin, ( Jakarta : Pustaka Antara,1996 ) Saurah, Ab ‘Îs Muhammad bin ‘Îs bin, Sunan al-Tirmidzi, bab fi al-giyamah, ( Dar al-ma’rifah, Bairut 2002 ) juz 4 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, ( Jakarta : Bina Aksara ), cet ke-
1
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tasito, 1986) cet ke-7
Sutardi, Ahmad : al-Imam al-Tirmizi, Peranannya Dalam Hadits Dan Fiqh
Suyono Hs, Muhammad Dan Slamet abidin, Fiqih Ibadah, ( Jakarta : CV . Pustaka Setia,1998 ),cet ke-1 Trim, Bambang, Meng-Install Akhlak Anak, (Jakarta: Hamdalah; Imprint Grafindo Media Pratama, Agustus 2008) cet 1, Zuhdi, Masfuk, Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1993), cet IV