Upload
phamthien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi November 2018 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2018, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut
bulan November 2018. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi
meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustika, S.Si, M.Si
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom
Editor : Hana Solihah, S.Si
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E
Aprilia Susilowati, S.Tr
Tim Analisis dan Prakiraan : Nizam Mawardi, S.Tr
Pande Made Rony Kurniawan, SST
Debora Truly Marpaung, SST
Ibnu Susilo, S.Tr
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, SP
Adelina M Situmorang, SE
Desain : M. Taufik, S.SI
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM OKTOBER 2018 ..................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA NOVEMBER 2018 ................................................................................................ 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT NOVEMBER 2018 ................................................................................ 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
NOVEMBER 2018 ............................................................................................................................................ 19
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Oktober 2018 adalah sebagai berikut :
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata yaitu berada pada kondisi bawah normal,
normal maupun di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin didominasi
dari arah Timur Laut - Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,5 km/jam.
b. Pada bulan Oktober nilai IOD, SOI, dan ENSO di wilayah Indonesia berada pada kondisi yang
dapat memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di
wilayah Kepulauan Riau pada bulan Oktober. Perambatan MJO dengan sifat kuat pada awal
hingga pertengahan Oktober turut memberikan pengaruh dengan bertambahnya curah hujan
di wilayah Indonesia khususnya wilayah Kepulauan Riau. Namun perambatan MJO dengan sifat
lemah pada akhir bulan Oktober cukup memberikan pengaruh dalam mengurangi
pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan di wilayah Kepulauan Riau.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2018
hingga Oktober 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim
periode November 1998 s.d Oktober 2018. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA
dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.88788 dan RMSE (error)
10.4188 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November 2018 pada dasarian II dan III
diprakirakan berada pada kisaran normalnya, sedangkan dasarian I berada pada kisaran diatas normal.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Oktober 1901 s/d 31 Oktober 1930, 1 Oktober 1931 s/d 31 Oktober 1960, 1 Oktober 1961
s/d 31 Oktober 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 2
ANALISA CUACA DAN IKLIM OKTOBER 2018
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta
dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi
zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi
keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5 o Lintang Utara ke
23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut
berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga
tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat
beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut
berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem
ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing
aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini
akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di
Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah
berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD
(Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-
Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Oktoberan
Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and
Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun
timur laut di Kepulauan Riau (April-Juni) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT),
phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim
Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di
Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat
( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan
sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik
memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau
melalui sensor infra merah pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN OKTOBER 2018
1. Monsun
Pada bulan Oktober, matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian
Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju 22°LS. Hal
ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator memicu terbentuknya
pola-pola tekanan udara rendah. Selama bulan Oktober 2018 tercatat terdapat satu buah
kejadian siklon tropis yaitu Yutu yang cukup mempengaruhi terhadap bertambah maupun
berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia maupun Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 3
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Oktober 2018
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Oktober 2018
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Oktober 2018
berkisar antara 28.00 - 32.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.50 - +1.50C (Gambar.2). Di wilayah
Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50 - +0.50C yang menunjukkan suhu muka
laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu
muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses
pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 4
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Oktober 2018
Pada bulan Oktober 2018, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada sekitar
equator karena matahari berada di sekitar wilayah equator dan BBS. Hal ini menyebabkan massa
udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga
membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang
dapat menghasilkan hujan.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Oktober 2018
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan Oktober
umumnya bertiup dari arah Timur Laut hingga Tenggara yang di dominasi dari arah Timur dengan
kecepatan rata-rata 5 hingga 10 knot (Gambar. 5).
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 5
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Oktober 2018
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan
Oktober 2018, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.83 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern
Oscillation Index) selama bulan Oktober sebesar +3.0. Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya
pengaruh terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia
khususnya Indonesia bagian timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 6
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
3. MJO (Madden-Oktoberan Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Oktober 2018
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 7
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan Oktober 2018, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah
utara Pulau Sumatera bagian utara yaitu berkisar antara 160 – 180 W/m2, sementara untuk wilayah
Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang ditunjukkan pada gambar (8) berada pada
kisaran 200 - 220 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan
Riau pada bulan Oktober 2018 cukup banyak.
b. Fase MJO
MJO selama bulan Oktober 2018 berada pada fase 1 sampai 8 dengan sifat perambatan kuat
pada awal hingga pertengahan bulan dan perambatan lemah pada akhir bulan Oktober. Wilayah
Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa wilayah Indonesia terlewati
oleh perambatan MJO. Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan
maupun pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk juga untuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Oktober 2018 nilai IOD berada
pada kondisi positif yang bernilai +0.6. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Oktober 2018
secara umum IOD cukup berpengaruh dalam mengurangi peluang pertumbuhan awan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 8
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2018
Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan Oktober 2018 adalah sebagai berikut:
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN OKTOBER 2018
a. Hujan
Hujan bulan Oktober 2018 di Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan
selama satu bulan berkisar 127,4 mm – 298,4 mm atau antara 51% - 118%. Curah hujan terendah
terjadi di Piayu dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Oktober 2018 terdapat
14 hari hujan terukur dan 5 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 165 mm
atau berkisar 65% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi
4 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur dengan jumlah curah hujan 41,2 mm, dasarian II
terdapat 6 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur dengan jumlah curah hujan 76,1 mm
dan dasarian III terjadi 4 hari hujan dan terukur 2 hari hujan tidak terukur dengan jumlah curah hujan
47,7 mm. Curah hujan tertinggi 45,0 mm terjadi pada tanggal 31 Oktober 2018.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 9
Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan Oktober 2018 di Hang Nadim
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,1°C - 29,6 °C. Suhu udara terendah dalam
bulan Oktober 2018 adalah 23,0 °C terjadi pada tanggal 20 Oktober 2018 pagi hari dan suhu udara
tertinggi 34,6°C terjadi pada tanggal 5 Oktober 2018 siang hari.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 10
Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Oktober 2018 di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 93 %. Kelembaban udara terendah
mutlak 35% terjadi pada tanggal 5 Oktober 2018 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi
98% terjadi pada tanggal 8 dan 14 Oktober 2018 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada
bulan Oktober 2018 lebih basah dibandingkan bulan September 2018.
Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Oktober 2018 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Oktober 2018 angin permukaan secara umum didominasi dari
arah Timur Laut - Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,5 km/jam, arah dan kecepatan maksimum
dari Tenggara dengan kecepatan 37 km/jam terjadi pada tanggal 6 Oktober 2018.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 11
PRAKIRAAN CUACA NOVEMBER 2018
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan November, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi
Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS
(http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada bulan November berada pada wilayah equator menuju ke wilayah bumi bagian selatan.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode November 2018 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan November 2018
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 14. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan November 2018
Pola angin rata-rata bulan November secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Utara
(BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) di sekitar wilayah
Kepulauan Rian dan konvergensi di sekitar bagian ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah
belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang menyebabkan perlambatan
kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung dalam proses pertumbuhan awan-
awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 15. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan November 2018
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 12
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, NOAA (National Oceanic and
Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) dan
BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan
November 2018 dalam kondisi El-Nino Lemah. Secara umum, ENSO diprediksi akan sedikit
memberi pengaruh terhadap pegurangan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 16. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir Oktober 2018 menunjukkan berada pada kondisi normal dengan
nilai SOI sebesar +3,0 sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 17. Grafik SOI Bulan Oktober 2015 s.d. Awal November 2018
3. MJO (Madden-Oktoberan Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan November 2018 dengan sifat kuat dan
berada pada fase 1 hingga 5 sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 13
Indonesia (Gambar 18) khususnya Kepulauan Riau. Nilai anomali OLR bernilai positif berada di utara
wilayah Indonesia, serta Indonesia bagian timur dan selatan pada minggu pertama bulan November.
Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut pada awal bulan
November tidak banyak, sedangkan pada minggu ke 2 hingga minggu ke 3 nilai OLR di wilayah
Indonesia bagian barat umumnya bernilai negatif, hal ini mengindikasikan tutupan awan di wilayah
tersebut cukup banyak. Untuk wilayah Kepulauan Riau nilai anomali OLR berkisar antara 5 hingga -
15 sehingga tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau diprediksi juga cukup banyak.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 18. Grafik Fase MJO pada Bulan Oktober 2018 dan prakiraan Bulan November 2018
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 19. Anomali OLR sampai dengan 31 Oktober 2018 dan prakiraan 15 hari kedepan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 14
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BMKG, NASA dan BoM (gambar. 20),
bulan November 2018 DMI akan berada pada kondisi normal sehingga secara umum tidak
mempengaruhi penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 20. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Oktober di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun (1993-
2017) diketahui:
ecara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan di Batam terbagi menjadi
dua daerah konsentrasi hujan selama bulan November, daerah Batam bagian Utara, Barat dan Selatan
curah hujannya 200 - 250 mm. Sedangkan Batam bagian Timur curah hujannya lebih sedikit yaitu 300
- 350 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan November 2018 akan lebih banyak dibandingkan bulan Oktober 2018, sehingga peluang curah
hujannya cenderung lebih besar dibandingkan dengan bulan Oktober 2018.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 15
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2018
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
November 2018 hingga Oktober 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2018.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.88788 dan RMSE (error) 10.4188. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November 2018 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian II dan
III berada pada kisaran normalnya, sedangkan dasarian I berada pada kisaran di atas normal.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan November 2018 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2018
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November 2018 di Barelang
dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2018
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang dan Galang
Bawah Normal -
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) NOVEMBER 2018
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI NOVEMBER 2018
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, November 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0545 1749 0007 1237
2 0545 1749 0103 1331
3 0545 1749 0157 1424
4 0545 1749 0249 1514
5 0545 1749 0340 1603
6 0545 1749 0430 1652
7 0545 1749 0519 1741
8 0545 1749 0609 1830
9 0545 1750 0659 1920
10 0545 1750 0749 2010
11 0545 1750 0840 2101
12 0546 1750 0930 2150
13 0546 1750 1019 2239
14 0546 1750 1107 2327
15 0546 1750 1153 0000
16 0546 1750 1238 0012
17 0546 1750 1322 0057
18 0547 1751 1405 0141
19 0547 1751 1449 0226
20 0547 1751 1534 0311
21 0547 1751 1621 0357
22 0548 1752 1711 0446
23 0548 1752 1805 0539
24 0548 1752 1902 0635
25 0549 1752 2001 0733
26 0549 1753 2102 0834
27 0549 1753 2202 0934
28 0550 1753 2259 1033
29 0550 1754 2355 1128
30 0550 1754 0000 1221
2. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, November 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0543 1748 0005 1235
2 0543 1748 0102 1329
3 0543 1748 0156 1422
4 0543 1748 0248 1512
5 0543 1748 0338 1602
6 0543 1748 0428 1650
7 0543 1748 0517 1739
8 0543 1748 0607 1829
9 0543 1748 0657 1919
10 0543 1748 0747 2009
11 0544 1748 0838 2059
12 0544 1748 0928 2149
13 0544 1748 1017 2238
14 0544 1749 1105 2325
15 0544 1749 1151 0000
16 0544 1749 1236 0011
17 0545 1749 1320 0056
18 0545 1749 1403 0140
19 0545 1749 1447 0224
20 0545 1750 1532 0309
21 0545 1750 1619 0355
22 0546 1750 1709 0444
23 0546 1750 1803 0537
24 0546 1751 1900 0633
25 0547 1751 2000 0731
26 0547 1751 2100 0832
27 0547 1752 2200 0932
28 0548 1752 2258 1031
29 0548 1752 2353 1127
30 0548 1753 0000 1220
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 20
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, November 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0531 1730 0000 1223
2 0531 1729 0042 1316
3 0531 1729 0137 1408
4 0531 1729 0230 1457
5 0531 1729 0322 1546
6 0531 1729 0413 1633
7 0531 1729 0503 1721
8 0531 1729 0554 1809
9 0532 1729 0644 1858
10 0532 1729 0736 1948
11 0532 1729 0827 2038
12 0532 1729 0917 2128
13 0532 1729 1006 2217
14 0533 1729 1053 2305
15 0533 1729 1139 2352
16 0533 1729 1223 0000
17 0533 1730 1306 0037
18 0534 1730 1349 0122
19 0534 1730 1432 0207
20 0534 1730 1515 0253
21 0534 1730 1602 0341
22 0535 1730 1651 0431
23 0535 1731 1743 0524
24 0535 1731 1840 0621
25 0536 1731 1939 0720
26 0536 1731 2040 0820
27 0536 1732 2140 0921
28 0537 1732 2238 1019
29 0537 1732 2334 1114
30 0538 1732 0000 1206
4. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, November 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0548 1752 0010 1240
2 0548 1752 0106 1334
3 0548 1752 0200 1427
4 0548 1752 0252 1517
5 0548 1752 0343 1607
6 0548 1752 0433 1655
7 0548 1752 0522 1744
8 0548 1752 0612 1833
9 0548 1753 0702 1923
10 0548 1753 0752 2013
11 0548 1753 0843 2104
12 0548 1753 0933 2154
13 0549 1753 1022 2242
14 0549 1753 1110 2330
15 0549 1753 1156 0000
16 0549 1753 1241 0016
17 0549 1753 1325 0100
18 0550 1754 1408 0145
19 0550 1754 1452 0229
20 0550 1754 1537 0314
21 0550 1754 1624 0400
22 0551 1755 1714 0449
23 0551 1755 1808 0541
24 0551 1755 1905 0637
25 0551 1755 2004 0736
26 0552 1756 2105 0837
27 0552 1756 2205 0937
28 0552 1756 2303 1036
29 0553 1757 2358 1131
30 0553 1757 0000 1224
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 21
5. STASIUN METEOROLOGI DABO
SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, November 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0542 1748 0006 1234
2 0542 1748 0102 1329
3 0542 1748 0156 1421
4 0542 1748 0248 1512
5 0542 1748 0338 1602
6 0542 1748 0428 1651
7 0543 1748 0517 1740
8 0543 1748 0606 1829
9 0543 1749 0656 1919
10 0543 1749 0747 2009
11 0543 1749 0837 2100
12 0543 1749 0927 2150
13 0543 1749 1016 2238
14 0543 1749 1104 2326
15 0543 1749 1151 0000
16 0544 1749 1236 0011
17 0544 1750 1320 0056
18 0544 1750 1403 0140
19 0544 1750 1447 0224
20 0544 1750 1532 0309
21 0545 1750 1620 0355
22 0545 1751 1710 0444
23 0545 1751 1804 0536
24 0546 1751 1901 0632
25 0546 1752 2000 0730
26 0546 1752 2101 0831
27 0546 1752 2201 0931
28 0547 1752 2258 1030
29 0547 1753 2353 1126
30 0547 1753 0000 1219
6. STASIUN METEOROLOGI
TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, November 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0539 1739 0000 1231
2 0539 1739 0052 1325
3 0539 1739 0147 1416
4 0539 1739 0240 1506
5 0539 1739 0331 1554
6 0539 1739 0421 1642
7 0539 1738 0511 1730
8 0539 1738 0602 1819
9 0539 1738 0652 1908
10 0539 1739 0743 1958
11 0540 1739 0834 2048
12 0540 1739 0925 2138
13 0540 1739 1014 2227
14 0540 1739 1101 2315
15 0540 1739 1147 0000
16 0541 1739 1231 0001
17 0541 1739 1315 0047
18 0541 1739 1357 0131
19 0541 1739 1440 0216
20 0542 1740 1525 0302
21 0542 1740 1611 0349
22 0542 1740 1700 0439
23 0543 1740 1753 0532
24 0543 1740 1850 0629
25 0543 1741 1949 0728
26 0544 1741 2050 0828
27 0544 1741 2150 0929
28 0544 1741 2248 1027
29 0545 1742 2344 1122
30 0545 1742 0000 1214
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.059] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Oktoberan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia
dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca