Upload
ayu-anggraeni
View
19
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
KASUS SENGKETA MEREK BISKUIT OREO DAN ORIORIO
PENDAHULUAN
Era Globalisasi di bidang perekonomian telah mendorong perdagangan internasional
mengarah kepada perdagangan bebas. Zona-zona perdagangan bebas telah dibentuk di
banyak wilayah regional dunia. Perdagangan bebas bisa ditandai banyaknya produk-produk
global yang masuk dan ikut bersaing dalam pasar lokal kita. Banyaknya produk dengan
berbagai merek dan pilihan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk bebas
melakukan pilihan produk yang sesuai dengan selera mereka. Namun dengan banyaknya
produk dan merek membuat konsumen kebingungan dalam melakukan pilihan tersebut. Untuk
itu, produsen harus tanggap terhadap permasalahan ini. Produsen sebagai pembuat produk
yang akan dilepas ke pasar, harus membuat produknya mudah dikenali oleh para konsumen.
Sebagai solusinya produk-produk tersebut perlu sebuah merek. Merek merupakan penanda
yang membedakan produk dari perusahan yang satu dengan perusahaan yang lain di dalam
pasar.
Merek bukan hanya sekadar berfungsi untuk membedakan suatu produk dengan
produk yang lain, merek juga memiliki fungsi sebagai aset perusahaan yang sangat penting
bagi perusahaan, terutama apabila merek tersebut merupakan merek terkenal. Merek
membentuk karakter dari suatu produk. Dengan merek, konsumen akan mengenali sebuah
produk terkait asal muasal merek atau produsennya, bagaimana kualitasnya atau jaminan
mutunya, orisinalitasnya, dan sebagainya. Merek yang telah dikenal dan memperoleh
kepercayaan konsumen merupakan suatu prestasi tersendiri bagi produsen. Produsen akan
berupaya melindungi mereknya dan mencegah pihak-pihak lain yang berusaha menjiplaknya
sebab merek yang terkenal dan dipilih oleh banyak konsumen cenderung akan dipalsukan dan
diikuti oleh pesaing-pesaing produk. Dengan meniru atau memalsukan suatu merek terkenal,
peniru atau pemalsu berharap dapat membonceng ketenaran nama merek terkenal untuk
meningkatkan penjualan produk mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit kita jumpai berbagai merek produk barang
atau jasa sejenis yang saling menyerupai satu sama lain. Tentunya praktek seperti ini tidak
dibenarkan adanya. Suatu merek merupakan tanda pembeda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Hak atas sebuah merek
2
merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara dalam rangka memberikan perlindungan
kepada pemiliknya. Dengan hak eksklusif tadi, pemegang merek dapat melindungi produknya
dari upaya pemalsauan dan upaya upaya tiruan terhadap mereknya. Apabila suatu saat
terdapat pihak-pihak atau produsen lain yang menggunakan merek, meniru atau memalsukan
merek atas miliknya, pemegang merek dapat melakukan upaya hukum untuk melawan dan
memperjuangkan hat atas mereknya.
Sebagai konsumen kita pastinya telah menjumpai berbagai merek produk-produk yang
merupakan kebutuhan kita sehari –hari dari mulai produk makanan, minuman, kebersihan,
peralatan, elektronik dan banyak lainnya yang bisa dikatakan kita tidak terlepas dari produk
dan merek produk dari kita bangun tidur sampai kita tidur kembali. Untuk produk makanan
minuman saja, kita disajikan banyak pilihan merek dengan variasi ciri dan kualitas yang
melekat di dalamnya, bahkan kita jumpai beberapa diantaranya memliki kesamaan atau
kemiripan merek. Dalam tulisan selanjutnya akan disajikan kasus kemiripan merek dan
pembahasannya berdasarkan ketentuan hukum yang ada.
PEMBAHASAN
Kemiripan suatu merek produk bukan hal yang sulit kita jumpai sehari-hari. Banyak
sekali merek merek memiliki kesamaan bentuk warna ciri dan sebagainya. Tentunya kemiripan
merek tersebut bukanlah tanpa alasan. Motif atau tujuan kemiripan merek biasanya karena
dengan membentuk merek yang mirip dengan suatu merek yang terkenal yang banyak dipilih
masyarakat akan mendompleng jumlah penjualan produk. Apakah hal ini dapat dibenarkan
dalam hukum, pertanyaan tersebut akan terjawab dengan melihat contoh kasus kemiripan
merek makanan biskuit merek “OREO” milik KRAFT FOODS GLOBAL BRANDS LLC dengan biskuit
“ORIORIO” milik PT. SIANTAR TOP Tbk.
3
Gambar 1. Merek biskuit “OREO”
Gambar 2. Merek biskuit “ORIORIO”
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dikenal adanya sistem perlindungan
terhadap merek yaitu sistem konstitutif, artinya adalah perlindungan hak atas merek diberikan
hanya berdasarkan adanya pendaftaran. Sistem ini dikenal juga dengan istilah first to file
system, yang artinya perlindungan diberikan kepada siapa yang mendaftar lebih dulu.
Pemohon sesudahnya yang mengajukan merek yang sama atau mirip tidak akan mendapat
perlindungan hukum. Dalam kasus diatas pendaftar yang terlebih dahulu melakukan
pendaftaran adalah KRAFT FOODS GLOBAL BRANDS LLC. Yang menggunakan merek “OREO”.
Merek tersebut didaftarkan pada Ditjen HAKI pada tanggal 28 September 2008 dengan nomor
IDM000177907. Sedangkan merek “ORIORIO” milik PT. SIANTAR TOP, Tbk. Baru didaftarkan
pada tanggal 9 Juli 2010 dengan nomor IDM000257324. Dari hal ini telah dapat diketahui
bahwa KRAFT FOODS telah lebih dahulu mendaftarkan mereknya.
Terkait kemiripan merek keduanya, dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
telah pula diatur ketentuan merek sedemikian rupa dalam pemeriksaan pendaftaran merek
4
untuk mencegah hal tersebut terjadi, namun pada praktiknya masih sering timbul beberapa
masalah dalam pemeriksaan merek yang menyebabkan adanya kesamaan atau kemiripan
merek. Pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa permohonan merek harus ditolak oleh
Direktorat Jendral Hak atas Kekayaan Intelektual (DITJEN HAKI) apabila merek tersebut
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek pihak lain yang
sudah terdaftar lebih dulu untuk barang dan atau jasa sejenis. Pasal 6 ayat (1) huruf a tersebut
sedemikian jelas telah mengatur perlindungan hukum bagi pemegang hak atas merek namun
kenyataanya kasus kemiripan dalam merek “OREO” tersebut masih terjadi.
Selanjutnya dalam menentukan ada tidaknya suatu persamaan dalam merek dapat
dilakukan melalui pendekatan teori. Berikut ini adalah beberapa teori mengenai persamaan
merek dan contoh-contoh merek yang dianggap sama dan tidak sama, yaitu :
1. Persamaan Keseluruhan Elemen
Persamaan Keseluruhan Elemen adalah standar untuk menentukan adanya persamaan,
dalam hal ini merek yang diminta untuk didaftarkan merupakan hasil karya atau
reproduksi merek orang lain. Agar suatu merek dapat disebut hasil karya atau reproduksi
dari merek orang lain sehingga dapat dikualifikasi mengandung persamaan secara
keseluruhan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Terdapat Persamaan Elemen Merek secara Keseluruhan.
Bahwa dalam merek produk barang maupun jasa yang sejenis maupun tidak sejenis
terdapat kesamaan dalam unsur-unsur atau elemen-elemen yang terdapat dalam
merek secara keseluruhan baik dari bentuk, bunyi, penempatan atau tata letak, huruf,
angka dan gabungan dari semua elemen-elemen tersebut.
b. Persamaan Jenis atau Produksi dan Kelas Barang atau Jasa
Bahwa barang yang diproduksi memiliki kesamaan jenis dan cara memproduksi,
contohnya : jenis kesamaan merek jenis produk minuman dan kesamaan merek jenis
produk makanan
c. Persamaan Wilayah dan Segmen Perusahaan.
Bahwa merek barang atau jasa yang dihasilkan memiliki persamaan dalam wilayah
atau letak geografis yang sama dan segemen merek barang yang dihasilkan ditujukan
bagi masyarakat kelas menengah ke bawah atau menengah ke atas. Contohnya: Kopi
Toraja yang berasal dari daerah Toraja, Brem Bali dari Bali, Batik Pekalongan dari
Pekalongan, dan lain-lain.
d. Persamaan Cara dan Perilaku Pemakaian.
Bahwa adanya kesamaan cara dalam memproduksi merek barang maupun jasa
5
e. Persamaan Cara Pemeliharaan.
Adanya kesamaan dalam menjaga kualitas dan kuantitas sebuah merek produk barang
atau jasa.
f. Persamaan Jalur Pemasaran.
Bahwa dalam memasarkan merek barang atau jasa terdapat kesamaan antara unsur-
unsur dari suatu merek Syarat-syarat tersebut di atas bersifat kumulatif, sehingga
untuk menentukan adanya persamaan harus semuanya terpenuhi. Standar penentuan
berdasarkan ajaran ini dianggap terlalu kaku dan tidak dapat melindungi kepentinagan
pemilik merek khususnya untuk merek terkenal.
2. Persamaan Pada Pokoknya.
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tahun 2001 Tentang
Merek menyebutkan bahwa persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan
oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lain,
yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik dalam bentuk (lukisan atau
tulisan), cara penempatan (yaitu unsur-unsur yang diatur sedemikian rupa sehingga timbul
kesan sama dengan merek orang lain), arti dan kombinasi antara unsur-unsur ataupun
persamaan bunyi dalam ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.
Permasalahan yang timbul dalam pemeriksaan merek adalah bagaimana menerapkan
ketentuan mengenai barang dan /atau jasa sejenis atau tidak sejenis. Dilihat dari
ketentuan yang terdapat dalam pasal 6 ayat (1) huruf a untuk menentukan ada tidaknya
suatu persamaan pada merek, selain ditentukan oleh mereknya sendiri, juga ditentukan
oleh jenis barang dan atau jasanya. Jika barang atau jasa yang hendak dilindungi oleh suatu
merek yang sama dengan merek orang lain berbeda, maka dianggap tidak terpenuhi syarat
persaman baik keseluruhan maupun pada pokoknya.
Suatu barang belum tentu dapat dikatakan sejenis dengan barang tertentu lainnya
meskipun berada dalam satu kelas yang sama, demikian sebaliknya suatu barang bisa
dikatakan sejenis dengan barang lainnya walaupun berada pada kelas yang berbeda,
karena keterkaitan yang sangat erat antara kedua barang tersebut. Sejauh ini batasan
mengenai merek terkenal hanya berdasarkan kriteria penggolongan sebagai berikut:
a. Reputasi merek tersebut tidak harus terbatas pada produk tertentu atau jenis produk,
memiliki kualitas stabil dari waktu ke waktu, dapat dipertahankan di berbagai negara
serta memiliki pendaftaran di beberapa negara.
b. Perlindungan diberikan dalam hubungan pemakaian secara umum dan tidak hanya
berhubungan dengan jenis barang-barang dimana merek tersebut didaftarkan.
6
c. Faktor pengetahuan masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang
bersangkutan yang dapat diketahui dari adanya promosi yang dilakukan dengan gencar
dan besar-besaran, adanya investasi di beberapa negara yang dilakukan oleh
pemiliknya, disertai dengan adanya bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa
negara.
Sehubungan dengan kasus merek “OREO” dan “ORIORIO” dapat kita perbandingkan
keduanya untuk mengetahui kesamaan dan kemiripan keduanya sebagai berikut :
Deskripsi Produk OREO Produk ORIORIO
Penampakan Produk
Merek Kata OREO dicetak dengan warna
putih dengan kombinasi garis
biru dan putih
Kata ORIORIO dicetak dengan
warna putih dengan
kombinasi garis biru dan putih
Warna yang ada dalam
kemasan
biru tua , biru
muda, hitam dan merah
Sama, biru tua , biru
muda, hitam dan merah
Wujud Produk Kue cokelat kering dengan isi ,
yang terdiri dari dua kue cokelat
kering berbentuk bundar dengan
desain yang khas dan isian rasa
vanila berwarna putih, yang
diapit dua biskuit cokelat kering
berbentuk bundar.
Mirip, kue cokelat kering
dengan isi , yang terdiri dari
dua kue cokelat kering
berbentuk bundar dengan
desain yang khas dan isian
rasa vanila berwarna putih,
yang diapit dua biskuit cokelat
kering berbentuk bundar.
Desain Kue Kue kering cokelat berbentuk
bundar dengan desain yang khas
di sisi luarnya
Mirip, kue kering cokelat
berbentuk bundar dengan
desain yang khas di sisi
luarnya
Tabel Perbandingan Merek “OREO” dan “ORIORIO”
Persamaan merek dan jenis barang serta kriteria merek terkenal sering menimbulkan
masalah dalam pemeriksaan merek, selain karena tidak adanya ketentuan yang memberikan
pedoman yang pasti pada pemeriksaan merek, juga karena sifatnya sangat subyektif sehingga
untuk menentukan arti yang sebenarnya dari persamaan pada pokoknya dari suatu merek
barang atau jasa bergantung pada penafsiran dan penilaian yang berbeda dari masing-masing
individu. Keadaan ini menyebabkan munculnya putusan-putusan yang kurang konsisten
mengenai kasus-kasus yang serupa.
7
Apakah kiranya yang menjadi penyebab suatu merek memiliki persamaan atau
kemiripan dengan merek lainnya? Persamaan merek disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
Faktor-faktor yang menyebabkan suatu merek memiliki kemiripan dengan produk lain tersebut
yaitu :
1. Mengangkat nilai jual suatu barang dengan meniru produk lain yang sejenis yang lebih
terkenal dan laku produknya untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
2. Lemahnya aturan mengenai merek dalam hal ini Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek khususnya penafsiran terhadap pasal 6 ayat (1) sehingga memberikan
kesempatan kepada setiap orang atau badan usaha untuk meniru produk lain yang sejenis.
3. Lemahnya kesadaran untuk mendaftarkan merek hasil karya atau produksi.
4. Lemahnya kesadaran hukum masyarakat untuk menghargai merek hasil karya orang lain.
Kemiripan antara merek satu dengan yang lain ini bisa juga disebabkan oleh adanya
unsur-unsur yang menonjol dari masing-masing merek yang diperbandingkan. Unsur-unsur
yang menonjol itu apabila disimpulkan dari bunyi pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 Tentang Merek dapat terdiri dari :
1. Nama
2. Kata
3. Huruf-huruf
4. Angka-angka
5. Susunan warna atau
6. kombinasi dari unsur-unsur tersebut.
Sejauh mana unsur-unsur tersebut dikatakan menonjol, penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek hanya menyebutkan sampai unsur-
unsur itu menimbulkan kesan adanya persamaan pada :
1. Bentuk
2. Cara penempatan
3. Cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur tersebut
4. Bunyi ucapan
PT. SIANTAR TOP Tbk., dalam mendaftarkan mereknya harusnya memperhatikan
ketentuan ketentuan tersebut diatas. Dalam kasus ini perlu dipertanyakan bagaimana itikad
baik perusahaan tersebut dalam mendaftarkan mereknya. Dari begitu banyak kombinasi nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, sususan warna, mengapa PT. SIANTAR TOP Tbk. menggunakan
8
kombinasi yang memiliki kesamaan dengan yang telah digunakan KRAFT FOODS dalam produk
OREO-nya apabila PT. SIANTAR TOP memiliki itikad yang baik. Dalam ketentuan pasal 4
maupun penjelasan pasal 4 UU No.15 tahun 2001 menentukan bahwa ada tidaknya itikad baik
dalam pendaftaran suatu merek haruslah memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut (unsur-
unsur ini terkait satu sama lain tidak dapat dipisahkan) :
1. Mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur;
2. Tidak ada niat untuk membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran merek lain demi
kepentingan usahanya;
3. Tidak menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen
Dari uraian di atas dapat dtarik kesimpulan bahwa kemiripan atau kesamaan merek
produk “ORIORIO” yang berusaha menyamai “OREO” mempunyai maksud tersendiri yang
patut dicurigai memiliki itikad tidak baik. Hal ini mengingat produk “OREO” merupakan produk
yang telah terkenal secara internasional dan banyak diminati masyarakat. Indikasi adanya
upaya membonceng ketenaran merek lain untuk meraih keuntungan dapat terlihat dari
kesamaan/kemiripan merek “ORIORIO” dengan merek “OREO”.
Hal-hal tersebut diataslah yang menjadi pertimbangan Mahkamah Agung dalam
memutuskan sengketa merek antara KRAFT FOODS GLOBAL BRANDS LLC dengan PT SIANTAR
TOP Tbk. Akhir dari sengketa tersebut ditandai dengan keluarnya putusan MA nomor
402K/Pdt.Sus/2011 tanggal 30 September 2011 yang memutuskan bahwa pendaftaran merek
“ORIORIO” hatus dibatalkan dan PT SIANTAR TOP Tbk. tidak diperkenankan menggunakan merek
“ORIORIO” lagi untuk produk-produknya serta menyatakan bahwa merek “ORAEO” dan variasinya
adalah milik KRAFT FOODS GLOBAL BRANDS LLC semata.
Putusan MA tersebut memberikan kepastian hukum bagi produsen sekaligus
masyarakat sebagai pengguna dari produk-produk yang dihasilkan oleh produsen dan
mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan penggunaan merek dan
mengupayakan iklim usaha yang sehat. Putusan seperti ini serta ketentuan-ketentuan dalam
Undang Undang No 15 Tahun 2001 tentang merdijadikan pedoman dalam pendaftaran merek
sehingga dimasa mendatang tidak akan terjadi lagi sengketa serupa terkait penggunaan
danpendaftaran merek.
SUMBER :
• Undang-Undang No.15 Tahun 2011 tentang Merek
• Putusan MA nomor 402K/Pdt.Sus/2011 tanggal 30 September 2011