31
MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR “TRAVELER’S DIARRHEA” DOSEN PENGAMPU: Inaratul Rizkhy H., M.Sc.,Apt DISUSUN OLEH : KELOMPOK : 5 (LIMA) / KELOMPOK C ANGGOTA : 1. AFIFAH MIFTA AULIA R. ( 18123460 A ) 2. AYU PRACILIA SISKA ( 18123462 A ) 3. DEWI LARASWATI

Kasus 2 Traveler's Diarrhea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR// PENYELESAIAN KASUS TRAVELLER DHIARREA

Citation preview

Page 1: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

INFEKSI DAN TUMOR

“TRAVELER’S DIARRHEA”

DOSEN PENGAMPU:

Inaratul Rizkhy H., M.Sc.,Apt

DISUSUN OLEH :

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015

KELOMPOK : 5 (LIMA) / KELOMPOK C ANGGOTA : 1. AFIFAH MIFTA AULIA R. ( 18123460 A )

2. AYU PRACILIA SISKA ( 18123462 A ) 3. DEWI LARASWATI ( 18123463 A )

4. RINI PRAMUATI ( 18123464 A ) 5. LAILA TASBICHA ( 18123465 A )

Page 2: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

Traveler’s Diarrhea

I. PENDAHULUAN

1.1 Epidemiologi

Traveler’s diarrhea adalah penyakit paling umum yang mempengaruhi

wisatawan. Setiap tahun antara 20%-50% dari 10 juta orang wisatawan didunia terkena

traveler’s diarrhea. Onset traveler’s diarrhea biasanya terjadi dalam minggu pertama

perjalanan tapi dapat terjadi setiap saat selama perjalanan, dan bahkan setelah kembali

ke rumah. Resiko penentu yang paling penting adalah tempat tujuan wisatawan. Tempat

tujuan yang paling beresiko tinggi adalah negara-negara berkembang di Amerika Latin,

Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Orang yang beresiko tinggi terkena traveler’s diarrhea

termasuk orang dewasa muda, orang dengan imunosupresi, orang dengan penyakit

inflamasi usus atau diabetes, dan orang-orang yang sedang dalam pengobatan dengan

H-2 blocker atau antasida. Tingkat serangan serupa untuk pria dan wanita. Sumber

utama infeksi adalah konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi tinja.

1.2 Klasifikasi

1. Classic diarrhea

Didefinisikan sebagai bagian dari lebih dari 3 kali buang air besar yang

terbentuk dalam 24 jam, ditambah perkembangan lebih dari satu gejala infeksi

enterik (demam, sakit perut atau kram, peningkatan gas usus, mual, muntah,

dan tinja yang berdarah)

2. Moderate diarrhea

Didefinisikan sebagai bagian dari 1 atau 2 kali buang air besar yang terbentuk

dengan lebih dari satu gejala enterik tambahan atau lebih dari 2 kali buang air

besar yang terbentuk tanpa gejala tambahan.

3. Moderate diarrhea

Didefinisikan sebagai bagian dari 1 atau 2 kali buang air besar yang terbentuk

tanpa gejala enterik.

1.3 Faktor resiko

1. Faktor resiko pada traveler’s diarrhea bisa disebabkan karena bakteri.

2. Faktor resiko pada traveler’s diarrhea juga bisa disebabkan karena virus.

Page 3: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

3. Tempat maupun makanan yang tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya

juga sebagai faktor resiko pada traveler’s diarrhea.

4. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti

penderita HIV/AIDS.

5. Orang yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi.

6. Orang yang sedang menjalani pengobatan yang menggunakan steroid.

7. Orang yang memiliki gangguan saluran pencernaan sebelumnya seperti

kolitis dan Irritable Bowel Syndrome.

8. Orang penderita diabetes.

9. Orang dengan gangguan sama lambung dan sering mengkonsumsi obat-

obatan karena penyakit lambungnya ini seperti famotidine, cimetidine,

omeprazole, esomeprazole.

II. PATOFISIOLOGI

2.1 Patogenesis

Diare adalah komplikasi medis yang paling umum terjadi diantara wisatawan

yang ke daerah tropis dan semi tropik dari negara-negara berkembang maupun dari

negara-negara industri. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari berbagai agen

bakteri, yang sering terjadi akibat bakteri enterotoksigenik Escherichia coli. Gerakan

cairan elektrolit usus menjelaskan patofisiologi kebanyakan kasus, sementara diare

dalam situasi osmotik tertentu atau karena motilitas usus yang dirubah dapat

menyebabkan bentuk dari tinja yang terbentuk. Dalam 1-2% dari wisatawan, diare

berlangsung lebih dari 1 bulan. Sebagian besar pasien akan mengalami diare yang

akhirnya membatasi diri dari aktivitas sehari-hari. Penyebab dan mekanisme diare pada

pengaturan ini sebagian besar tidak diketahui meskipun lesi inflamasi usus dapat

ditemukan.

2.2 Etiologi

Bakteri adalah penyebab paling umum dari traveler’s diarrhea. Secara

keseluruhan, patogen penyebab yang paling umum adalah enterotoksigenik Escherichia

coli, diikuti oleh Campylobacter jejuni, Shigella spp., dan Salmonella spp.

Enteroadherent dan Escherichia coli patotipe yang lainnya juga merupakan patogen

umum yang menyebabkan terjadi penyakit traveler’s diarrhea. Ada peningkatan

Page 4: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

aktivitas bakteri Aeromonas spp. dan Plesiomonas spp. sebagai penyebab potensial dari

traveler’s diarrhea juga.

Traveler’s diarrhea juga bisa disebabkan virus termasuk norovirus, rotavirus, dan

astrovirus. Giardia adalah protozoa patogen utama yang ditemukan di traveler’s

diarrhea. Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium spp. adalah patogen yang jarang

ditemukan di wisatawan yang terkena traveler’s diarrhea. Resiko untuk Cyclospora

berdasarkan faktor geografisnya dan bersifat musiman, biasanya terjadi di Nepal, Peru,

Haiti, dan Guatemala. Dientamoeba fragilis adalah kelas rendah tetapi patogen

persisten yang kadang-kadang didiagnosis pada wisatawan yang terkena traveler’s

diarrhea.

2.3 Gejala

1. Mual dan muntah.

2. Kembung.

3. Kebutuhan mendesak untuk buang air besar.

4. Kelemahan atau ketidaknyamanan.

5. Kehilangan selera makan.

6. Bising usus yang meningkat.

7. Kram perut.

8. Pada infeksi karena virus Norwalk, biasanya terjadi muntah, sakit kepala dan

nyeri otot.

2.4 Manifestasi klinik

Bakteri dan virus traveler’s diarrhea timbul dengan gejala yang tiba-tiba dan

mengganggu seperti kram ringan dan mencret mendesak untuk sakit perut yang parah,

demam, muntah, dan diare berdarah, meskipun dengan norovirus muntah lebih

menonjol. Protozoa diare, seperti yang disebabkan oleh Giardia intestinalis atau

Entamoeba histolytica, umumnya memiliki onset lebih bertahap dari gejala ringan

dengan 2-5 buang air besar per hari.

Masa inkubasi dari patogen bisa menjadi petunjuk untuk etiologi penyakit

traveler’s diarrhea. Patogen bakteri dan virus memiliki masa inkubasi 6-72 jam.

Patogen protozoa umumnya memiliki masa inkubasi 1-2 minggu dan jarang ditemukan

terjadi dalam beberapa minggu pertama perjalanan. Pengecualian pada Cyclospora

Page 5: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

cayetanensis yang dapat terjadi secara cepat di daerah resiko tinggi terkena traveler’s

diarrhea.

Pengobatan traveler’s diarrhea yang disebabkan bakteri berlangsung 3-7 hari.

Pengobatan traveler’s diarrhea yang disebabkan virus umumnya berlangsung 2-3 hari.

Traveler’s diarrhea yang disebabkan protozoa dapat bertahan selama beberapa minggu

atau bulan tanpa pengobatan.

II.5 Diagnosis

Diagnosis pada traveler’s diarrhea dibuat semata-mata pada tanda-tanda dan

gejala yang timbul. Pengujian laboratorium tidak diperlukan dalam kebanyakan kasus.

Jika tanda-tanda dan gejala berlangsung lebih lama dari seminggu atau terjadi diare

yang berdarah akan dilakukan kultur feses untuk pemeriksaan mikroskopis untuk

parasit, akan tetapi setelah terkena diare juga langsung bisa diperiksa kultur bakteri

pada fesesnya.

III. SASARAN TERAPI

- Bakteri penyebab traveler’s diarrhea yaitu Escherichia coli.

- Dehidrasi dengan pemberian cairan elektrolit.

IV. TUJUAN TERAPI

- Untuk menghilangkan bakteri penyebab traveler’s diarrhea.

- Untuk menghilangkan gejala yang ditimbulkan.

- Untuk mengatasi penyebab diare.

- Untuk mencegah pengeluaran air dan elektrolit yang berlebihan.

Page 6: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

V. STRATEGI TERAPI

Tata Laksana Terapi

5.1 Guideline Terapi

Terapi Traveler’s Diarrhea

Page 7: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

5.2 Terapi Non Farmakologi

1. Memperbanyak minum air.

2. Makan maupun minum pada tempat yang terjamin kebersihannya.

3. Menghindari konsumsi sayuran atau buah yang mentah yang diletakkan

ditempat terbuka.

4. Menghindari makan makanan mentah atau kurang matang seperti daging atau

seafood.

5. Mengonsumsi minuman yang sudah matang.

6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan maupun

minuman.

5.3 Terapi Farmakologi

A. Pengobatan traveler’s diarrhea

1. Antimotilitas

Obat-obat antimotilitas, seperti loperamide atau diphenoxylate dapat

digunakan sebagai terapi simtomatik pada diare akut dengan atau tanpa demam

serta fesesnya tidak berdarah/mukoid.

Loperamide merupakan obat terpilih untuk orang dewasa. Obat ini paling

baik digunakan pada traveler’s diarrhea ringan/sedang, serta tanpa tanda klinik

diare invasif. Loperamide menghambat peristaltik usus dan mempunyai efek

antisekresi yang ringan. Sebaiknya dihindari penggunaannya pada bloody/mucoid

diarrhea atau suspek inflamasi (dengan demam). Nyeri abdomen hebat yang

mengarahkan suatu diare inflamatif termasuk kontraindikasi untuk pemberian

loperamide. Pemberian loperamide mula-mula 2 tablet (4 mg), kemudian 2 mg

setiap keluar feses yang tak berbentuk, tidak lebih dari 16 mg/hari selama =2 hari.

Difenoksilat mempunyai efek opiat sentral dan dapat menimbulkan efek samping

kolinergik. Dosis difenoksilat adalah 2 tablet (4 mg) 4 kali/hari selama = 2 hari.

Pasien perlu berhati-hati bila mendapat obat tersebut karena dapat menutupi

jumlah kehilangan cairan akibat pengumpulan cairan dalam usus. Jadi, pada

pasien yang mendapat obat antimotilitas sebaiknya diberikan cairan yang lebih

banyak.

Page 8: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

2. Antisekresi

Bismut subsalisilat dapat mengurangi gejala diare, mual, dan nyeri

abdomen pada diare wisatawan. Obat ini bekerja melalui efek antisekresi dari

salisilatnya. Bismut subsalisilat 30 ml atau 2 tablet setiap 30 menit sebanyak 8

dosis bermanfaat pada beberapa pasien. Obat ini paling efektif untuk pasien

dengan gejala muntah yang menonjol, namun tidak boleh diberikan pada diare

inflamasi atau berdarah. Bismuth subsalisilat tidak direkomendasika pada pasien

anak-anak, ibu hamil, dan pasien yang alergi terhadap aspirin

(http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/travelers-diarrhea/basics/

treatment/con-20019237).

Racecadotril merupakan suatu inhibitor enkephalinase (nonopiat) dengan

aktivitas antisekresi, didapatkan bermanfaat pada anak-anak dengan diare, tetapi

tidak pada orang dewasa dengan kolera.

3. Antimikroba

Page 9: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

Terapi antimikroba memperpendek durasi dan keparahan traveler’s

diarrhea. Resistensi luas enteropatogen umum terhadap tetrasiklin dan TMP-SMX

membuat agen ini cocok pilihan untuk pengobatan empiris dari traveler’s

diarrhea. Tergantung pada perjalanan yang dituju dan manifestasi klinis dari

penyakit diare, pilihan pengobatan yang dianjurkan yaitu azitromisin,

fluoroquinolone (ciprofloxacin, levofloxacin), atau rifaximin.

Rifaximin sama efektifnya dengan ciprofloxacin melawan bakteri non-

invasif enteropatogen, tetapi rifaximin kurang efektif daripada ciprofloxacin saat

patogen invasif yang diidentifikasi. Rifaximin sebaiknya tidak digunakan pada

pasien dengan diare rumit dengan demam dan tinja berdarah atau diare yang

disebabkan oleh patogen lain dari Escherichia coli.

4. Zink

Zinc merupakan mikronutrien yang memiliki banyak fungsi antara lain

memperpendek waktu dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-

3 bulan kedepan dan  mengembalikan nafsu makan anak. Dosis yg diberikan

adalah :  untuk anak - anak dibawah umur 6 bulan sebesar  10 mg per hari dan

untuk  anak di atas umur 6 bulan sebesar 20 mg  per hari.

5. Probiotik

Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak

digunakan untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus.

Namun berbagai hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk

diare akut secara umum. Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium,

Streptokokus spp, yeast (Saccaromyces boulardi), dan lainnya. Apabila

mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang

positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat

penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan

dalam jumlah yang adekuat.

B. Pengobatan Dehidrasi

Rehidrasi cairan pada anak yang terkena diare paling utama dilakukan

menggunakan cairan ringer laktat. Jika tidak tersedia dapat digunakan NaCl

0,9%. Banyaknya cairan serta waktu pemberiannya tergantung pada usia anak.

Page 10: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

Apabila anak kurang dari 12 bulan, pertama diberikan cairan 30 ml/kgBB dalam

1 jam dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam. Sementara itu, untuk anak lebih dari

setahun, rehidrasi dilakukan lebih cepat, yaitu 30 ml/kgBB dalam 30 menit

kemudian dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam. Setelah pemberian cairan yang

pertama, kita harus melakukan evaluasi terutama denyut nadi radial. Apabila

masih lemah atau tidak teraba, kita harus mengulangi kembali pemberian cairan

pertama (30 ml/kg dalam 1 jam untuk <12 bulan atau dalam 30 menit untuk ≥12

bulan.

VI. PENYELESAIAN KASUS

A. Kasus

Traveler’s Diarrhea

Seorang anak bernama Bayu berusia 3 tahun dan mempunyai berat badan 10 kg.

Mual sejak 1 hari yang lalu dengan intensitas 15 kali dalam sehari setelah pulang dari

liburan di Jakarta. Berak cair kekuningan, lendir (-), darah (-). Tekanan darah 110/80

mmHg, denyut nadi 90 kali per menit, suhu (T) 37,5°C, turgor kulit menurun,

extrimitas hangat, jarang buang air kecil (kira-kira 500 ml sehari), pemeriksaan sampel

feses Escherichia coli (+), diagnosis traveler’s diarrhea, dan dehidrasi sedang.

B. Analisis Kasus

Analisis kasus secara SOAP :

- SUBYEKTIF

Seorang anak bernama Bayu berusia 3 tahun, mengalami mual sejak 1 hari yang

lalu dengan intensitas 15 kali dalam sehari setelah pulang dari liburan di Jakarta, berak

cair kekuningan, dehidrasi sedang, dan jarang buang air kecil (kira-kira 500 ml sehari).

- OBYEKTIF

No.Hasil Pemeriksaan

LaboratoriumNilai Normal Keterangan

1. TD : 110/80 mmHg110 -130 mmHg (systolic)

80-90 mmHg (diastolic)Normal

2. Nadi : 90 kali/menit 60 - 100 x /menit Normal

3. Suhu : 37,5°C 36,5 - 37,5 °C Normal

Page 11: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

4. Lendir (-) Normal

5. Darah (-) Normal

6. Turgor kulit menurun Menurun

7. Extrimitas hangat Normal

8.

Pemeriksaan sampel

feses Escherichia coli

(+)

Kultur

bakteri (+)

- ASSESMENT

1. Dari pemeriksaan laboratorium pada sampel feses, pasien mengalami diare

yang terinfeksi bakteri, hal tersebut ditunjukkan dengan pemeriksaan sampel

feses yang positif terdapat bakteri Escherichia coli.

2. Pasien didiagnosa menderita traveler’s diarrhea. Hal tersebut ditunjukkan

dengan pasien terkena diare setelah pulang dari liburan di Jakarta, yang

ditandai dengan gejala mual, berak cair kekuningan, dan dehidrasi derajat

sedang karena jarang buang air kecil.

3. Berdasarkan keluhan, penyebab, dan hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan pasien terkena traveler’s diarrhea yang terinfeksi bakteri

Escherichia coli, sehingga didalam pemilihan obat harus disesuaikan dengan

bakteri yang menyebabkan diare tersebut.

- PLAN

1. Mengatasi dehidrasi dengan pemberian terapi infus yang disesuaikan dengan

kondisi pasien yang intensitas mual lebih banyak.

2. Mengobati pasien yang didiagnosa terkena traveler’s diarrhea yang terinfeksi

bakteri Escherichia coli dengan memberikan terapi yang sesuai berdasarkan

algoritma terapi dan disesuaikan berdasarkan umur pasien dan kondisi pasien.

3. Melakukan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi pada pasien

traveler’s diarrhea yang terinfeksi bakteri Escherichia coli.

Page 12: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

C. Sasaran Terapi

- Bakteri penyebab traveler’s diarrhea yaitu Escherichia coli.

- Dehidrasi dengan pemberian cairan elektrolit.

D. Tujuan Terapi

- Untuk menghilangkan bakteri penyebab traveler’s diarrhea.

- Untuk menghilangkan gejala yang ditimbulkan.

- Untuk mengatasi penyebab diare.

- Untuk mencegah pengeluaran air dan elektrolit yang berlebihan.

E. Strategi Terapi

- Farmakologi : obat antimikroba dan pemberian cairan rehidrasi seperti infus

ringer laktat.

- Non Farmakologi : minum air yang cukup, menjaga kebersihan makanan-

minuman dan tempat saat makan, serta makan makanan yang sudah matang.

F. Tata Laksana Terapi

1) Guideline Terapi

A. Terapi Traveler’s Diarrhea

Page 13: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

2) Terapi Non Farmakologi

1. Memperbanyak minum air.

2. Makan maupun minum pada tempat yang terjamin kebersihannya.

3. Menghindari konsumsi sayuran atau buah yang mentah yang diletakkan

ditempat terbuka.

4. Menghindari makan makanan mentah atau kurang matang seperti daging

atau seafood.

5. Mengonsumsi minuman yang sudah matang.

6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan maupun

minuman.

3) Terapi Farmakologi

Penggunaan Obat Rasional

A. Pengobatan traveler’s diarrhea

1. Antimotilitas

Obat-obat antimotilitas, seperti loperamide atau diphenoxylate dapat

digunakan sebagai terapi simtomatik pada diare akut dengan atau tanpa demam

serta fesesnya tidak berdarah/mukoid.

Loperamide merupakan obat terpilih untuk orang dewasa. Obat ini paling

baik digunakan pada traveler’s diarrhea ringan/sedang, serta tanpa tanda klinik

Page 14: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

diare invasif. Loperamide menghambat peristaltik usus dan mempunyai efek

antisekresi yang ringan. Sebaiknya dihindari penggunaannya pada bloody/mucoid

diarrhea atau suspek inflamasi (dengan demam). Nyeri abdomen hebat yang

mengarahkan suatu diare inflamatif termasuk kontraindikasi untuk pemberian

loperamide. Pemberian loperamide mula-mula 2 tablet (4 mg), kemudian 2 mg

setiap keluar feses yang tak berbentuk, tidak lebih dari 16 mg/hari selama =2 hari.

Difenoksilat mempunyai efek opiat sentral dan dapat menimbulkan efek samping

kolinergik. Dosis difenoksilat adalah 2 tablet (4 mg) 4 kali/hari selama = 2 hari.

Pasien perlu berhati-hati bila mendapat obat tersebut karena dapat menutupi

jumlah kehilangan cairan akibat pengumpulan cairan dalam usus. Pada pasien

yang mendapat obat antimotilitas sebaiknya diberikan cairan yang lebih banyak.

2. Antisekresi

Bismuth subsalisilat dapat mengurangi gejala diare, mual, dan nyeri

abdomen pada diare wisatawan. Obat ini bekerja melalui efek antisekresi dari

salisilatnya. Bismut subsalisilat 30 ml atau 2 tablet setiap 30 menit sebanyak 8

dosis bermanfaat pada beberapa pasien. Obat ini paling efektif untuk pasien

dengan gejala muntah yang menonjol, namun tidak boleh diberikan pada diare

inflamasi atau berdarah. Bismuth subsalisilat tidak direkomendasika pada pasien

anak-anak, ibu hamil, dan pasien yang alergi terhadap aspirin

(http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/travelers-diarrhea/basics/

treatment/con-20019237).

Racecadotril merupakan suatu inhibitor enkephalinase (nonopiat) dengan

aktivitas antisekresi, didapatkan bermanfaat pada anak-anak dengan diare, tetapi

tidak pada orang dewasa dengan kolera.

3. Antimikroba

Page 15: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

Terapi antimikroba memperpendek durasi dan keparahan traveler’s

diarrhea. Resistensi luas enteropatogen umum terhadap tetrasiklin dan TMP-SMX

membuat agen ini cocok pilihan untuk pengobatan empiris dari traveler’s

diarrhea. Tergantung pada perjalanan yang dituju dan manifestasi klinis dari

penyakit diare, pilihan pengobatan yang dianjurkan yaitu azitromisin,

fluoroquinolone (ciprofloxacin, levofloxacin), atau rifaximin.

Rifaximin sama efektifnya dengan ciprofloxacin melawan bakteri non-

invasif enteropatogen, tetapi rifaximin kurang efektif daripada ciprofloxacin saat

patogen invasif yang diidentifikasi. Rifaximin sebaiknya tidak digunakan pada

pasien dengan diare rumit dengan demam dan tinja berdarah atau diare yang

disebabkan oleh patogen lain dari Escherichia coli.

4. Zink

Zinc merupakan mikronutrien yang memiliki banyak fungsi antara lain

memperpendek waktu dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-

3 bulan kedepan dan  mengembalikan nafsu makan anak. Dosis yg diberikan

adalah :  untuk anak - anak dibawah umur 6 bulan sebesar  10 mg per hari dan

untuk  anak di atas umur 6 bulan sebesar 20 mg  per hari.

Page 16: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

5. Probiotik

Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak

digunakan untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus.

Namun berbagai hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk

diare akut secara umum. Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium,

Streptokokus spp, yeast (Saccaromyces boulardi), dan lainnya. Apabila

mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang

positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat

penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan

dalam jumlah yang adekuat.

B. Pengobatan Dehidrasi

Rehidrasi cairan pada anak yang terkena diare paling utama dilakukan

menggunakan cairan ringer laktat. Jika tidak tersedia dapat digunakan NaCl

0,9%. Banyaknya cairan serta waktu pemberiannya tergantung pada usia anak.

Apabila anak kurang dari 12 bulan, pertama diberikan cairan 30 ml/kgBB dalam

1 jam dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam. Sementara itu, untuk anak lebih dari

setahun, rehidrasi dilakukan lebih cepat, yaitu 30 ml/kgBB dalam 30 menit

kemudian dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam. Setelah pemberian cairan yang

pertama, kita harus melakukan evaluasi terutama denyut nadi radial. Apabila

masih lemah atau tidak teraba, kita harus mengulangi kembali pemberian cairan

pertama (30 ml/kg dalam 1 jam untuk <12 bulan atau dalam 30 menit untuk ≥12

bulan..

G. Evaluasi Obat Terpilih

1) Co-trimoxazole (Trimethoprim-sulfamethoxazole) 5ml 2 x sehari

Komposisi Co-trimoxazole (sulfamethoxazole (SMZ) dan

trimethoprim (TM).

Per tablet, sulfamethoxazole 400 mg dan

trimethoprim 80 mg.

Per 5 ml suspensi, sulfamethoxazole 200 mg

dan trimethoprim 40 mg.

Indikasi Infeksi saluran gastro intestinal, infeksi saluran

kemih, infeksi saluran nafas atas dan infeksi

Page 17: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

yang disebabkan karena mikroorganisme

sensitif

Dosis Oral : 960 mg/hari tiap 12 jam, dapat

ditingkatkan menjadi 1,44 gram tiap 12 jam

pada infeksi berat, 480 mg tiap 12 jam bila

pengobatan lebih dari 14 hari. Pada usia 6

bulan sampai 5 tahun: 240 mg tiap 12 jam.

Pada usia 6-12 tahun: 480 mg tiap 12 jam.

Efek Samping Gangguan gastro intestinal, sindrom Stevens-

Johnson, dan gangguan hematologi.

Interaksi Obat Meningkatkan efek antikoagulan dan

memperpanjang waktu paruh fenitoin.

Penggunaan bersama dengan tiazid dapat

meningkatkan resiko trombositopenia.

Alasan Pemilihan Obat Karena Co-trimoxazole digunakan pada

pengobatan traveler’s diarrhea dan diare yang

terinfeksi oleh bakteri Escherichia coli. Co-

trimoxazole bukan termasuk first line agent

pada pengobatan diare yang terinfeksi

Escherichia coli, melainkan alternative agent

pada pengobatan diare yang terinfeksi

Escherichia coli. Co-trimoxazole dipilih karena

lebih aman daripada first line agent golongan

kuinolon seperti norfloxacin dan ciprofloxacin

yang tidak dianjurkan dikonsumsi pada anak

yang sedang dalam masa pertumbuhan karena

dalam waktu yang lama dapat menghambat

pertumbuhan tulang rawan.

Harga obat Suspensi 60 ml (Rp 12.800)

2) Infus Ringer Laktat

Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada

Page 18: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

dehidrasi.

Dosis Anak kurang dari 12 bulan, pertama diberikan

cairan 30 ml/kgBB dalam 1 jam dilanjutkan 70

ml/kgBB dalam 5 jam. Sementara itu, untuk

anak lebih dari setahun, rehidrasi dilakukan

lebih cepat, yaitu 30 ml/kgBB dalam 30 menit

kemudian dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5

jam.

Efek Samping Panas, infeksi pada tempat penyuntikan,

trombosis vena atau flebitis yang meluas dari

tempat penyuntikan, ekstravasasi.

Interaksi Obat -

Alasan Pemilihan Obat Karena pasien mengalami keluhan diare

dengan dehidrasi sedang serta mual dengan

intensitas 15 kali per hari sehingga diberikan

pengganti cairan elektrolit yang hilang yaitu

infus ringer laktat. Pasien tidak bisa diberikan

cairan elektrolit pengganti secara oral karena

mual 15 kali per hari.

Harga obat 1 botol @500 ml Rp. 4.800

3. Zink (Zircum Kid) 5 ml/hari selama 10 hari

Indikasi Untuk suplemen diare pada anak-anak, dapat

menurunkan durasi diare

Dosis Anak 6 bulan-5 tahun 1 sendok teh (5 ml)/hari

selama 10 hari.

Bayi 2-5 bulan ½ sendok teh (2,5 ml)/hari

selama 10 hari.

Efek Samping Toksisitas zink, penurunan kadar lipoprotein

plasma.

Interaksi Obat Zat besi, tetrasiklin, dan golongan kuinolon.

Alasan Pemilihan Obat Digunakan untuk menurunkan durasi diare

Harga obat Sirup 20mg/5ml x 60 ml, Rp 22.000

Page 19: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

4. Probiotik (Probiokid) 1xsehari

Indikasi Pemeliharaan fungsi saluran cerna.

Dosis 2-6 tahun 1 sachet/hari

Efek Samping Lactobacillus aman bagi sebagian besar orang,

termasuk bayi dan anak-anak. Efek-efek samping

biasanya ringan dan yang paling sering antara lain

intestinal gas atau perut kembung.

Interaksi Obat -

Alasan Pemilihan Obat Sesuai untuk digunakan dalam memelihara fungsi

saluran cerna pada anak-anak

Harga obat Rp 3.200/sachet

5. Domperidon 3xsehari

Indikasi Mual dan muntah

Dosis Dewasa 10 mg 3 kali sehari, anak-anak 0,25 ml/kg

BB 3 kali sehari.

Efek Samping Kram perut ringan, amenore, dan galaktore

Interaksi Obat Bersifat antagonis dengan antikolinergik, antasida,

obat anti sekretorik.

Alasan Pemilihan Obat Sesuai untuk digunakan dalam memelihara fungsi

saluran cerna pada anak-anak

Harga obat Sirup 1mg/ml x 60 ml, Rp 40.950

H. KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

- Co-trimoxazole harus dikonsumsi hingga habis dan mengonsumsinya dengan

teratur sesuai dengan aturan dosis yang dianjurkan.

- Infus diberikan karena pasien mual dengan intensitas banyak, sehingga infus

diberikan hingga pasien tidak dehidrasi lagi

- Menghindari makanan maupun minuman yang tidak terjamin kebersihan dan

kesehatannya.

- Zink harus dihabiskan selama 10 hari.

- Memberikan informasi kepada pasien tentang aturan dosis yang diberikan dan cara

penggunaan masing-masing obat

Page 20: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

I. Monitoring dan Evaluasi

- Memonitoring kepatuhan pasien dalam mengonsumsi co-trimoxazole.

- Memonitoring tanda-tanda vital, turgor kulit.

- Memonitoring bila terdapat efek samping yang muncul didalam pengobatan.

- Melakukan evaluasi pemeriksaan sampel feses apakah masih positif terdapat

bakteri Escherichia coli atau tidak setelah dilakukan terapi pengobatan.

- Memonitoring konsistensi tinja.

- Memonitoring tingkat dehidrasi yang terjadi.

- Memonitoring gejala-gejala yang timbul akibat diare.

VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN SAAT DISKUSI

1. Ditanyakan oleh : Endah Puji Yati (18123456 A)

Pertanyaan : Apakah bedanya traveler’s diarrhea dengan diare yang lain ?

Jawaban : Traveler’s diarrhea merupakan diare yang terjadi karena

berwisata atau liburan ke suatu tempat, dan terjadi karena tempat atau makanan

tidak terjamin kebersihan maupun kesehatannya. Menurut durasinya, diare pada

pasien tersebut merupakan diare akut

2. Ditanyakan oleh : Riskha Meilidha (18123440 A)

Pertanyaan : Kenapa tidak diberi obat untuk mengurangi frekuensi diare ?

Jawaban : Pasien diberikan suplemen zink untuk mengurangi frekuensi

diare pada pasien anak tersebut. Sediaan yang digunakan adalah sirup agar pasien

mau mengonsumsinya, karena pasien tersebut mual-mual dengan intensitas

banyak.

3. Ditanyakan oleh : Priscilla Wahyu C. (18123459 A)

Pertanyaan : Kenapa tidak diberi obat untuk mengatasi gejala mual ?

Jawaban : pasien diberikan obat domperidon untuk mengatasi gejala

mual. Diberikan dalam bentuk sirup karena pasien tersebut anak berusia 3 tahun.

Domperidon aman digunakan pada anak-anak.

VIII. KESIMPULAN

Dari kasus yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien

didiagnosa menderita traveler’s diarrhea yang terinfeksi bakteri Escherichia coli.

Pasien diberikan co-trimoxazole untuk pengobatan traveler’s diarrhea yang terinfeksi

Page 21: Kasus 2 Traveler's Diarrhea

bakteri Escherichia coli, infus ringer laktat untuk pengobatan dehidrasi dengan

intensitas mual yang banyak sehingga pemberian cairan elektrolit berupa infus, zink

untuk pengobatan pendukung pada diare dengan mengurangi frekuensi diare,

probiotik bakteri Lactobacillus sp. untuk pemelihara fungsi saluran cerna pada anak,

dan domperidon untuk pengobatan indikasi mual.

IX. DAFTAR PUSTAKA

DiPiro, J.T. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7e. Joseph T.

DiPiro. New York: McGraw-Hill.

Elin Y.S, Retnosari A, Joseph I Sigit, I Ketut Adnyana, A. Adji P.S, Kusnandar. 2013.

Isofarmakoterapi Buku 1. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

http://secure.medicalletter.org/TG-article-87a. Diakses online 7 Oktober 2015.

http://www.aafp.org/afp/2001/0915/p1065.html. Diakses online 7 Oktober 2015.

http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/travelersdiarrhea_g.htm. Diakses online

7 Oktober 2015.

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/travelers-diarrhea/basics/treatment/

con-20019237. Diakses online 7 Oktober 2015.

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh-kembang/diare-akut-pada-

anak-pedoman-tatalaksana-diare-akut-dari-who/. Diakses online 7 Oktober

2015.

http://www.webmd.com/digestive-disorders/travelers-diarrhea. Diakses online 7

Oktober 2015.

Koda-Kimble, M.A., et. al. 2009. Applied Therapeutics. The Clinical Use Of Drug.

Ninth Edition. Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins.