44
KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014 Studi terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2011-2013 Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Oleh Zaid Hizbullah Abdul Ghafar Zein I1A011011 1

Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

  • Upload
    lamdung

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014

Studi terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2011-2013

Karya Tulis IlmiahDiajukan guna memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh derajat Sarjana KedokteranFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

OlehZaid Hizbullah Abdul Ghafar Zein

I1A011011

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERBANJARMASIN

Desember, 2014

1

Page 2: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, meskipun malnutrisi masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama, terutama di kalangan masyarakat miskin, tetapi

prevalensi obesitas muncul sebagai masalah baru bagi kesehatan masyarakat. Data

dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional pada tahun 2013

menunjukan bahwa kelebihan gizi ditemukan di semua kelompok usia. Prevalensi

anak balita kurang gizi sekitar 12,1 % dan 11,9 % yang kelebihan gizi. Pada anak

usia 6-12 tahun 11,2% kekurangan gizi, sedangkan kelebihan gizi sekitar 18,2%.

Pada anak usia 13-15 tahun, prevalensi kekurangan gizi 11,1% dan kelebihan gizi

hanya 10,8%. Pada usia dewasa prevalensi gizi kurang menjadi 8,7% dan

kelebihan gizi meningkat mencapai 28,9 % untuk kegemukan dan obesitas (1).

Status gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks massa

tubuh (IMT), dimana berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari

tinggi badan dalam meter. Orang dewasa dengan IMT < 18,5 dianggap kurus,

IMT ≥ 18,5 - < 24,9 dianggap normal, IMT ≥ 25,0 - < 30,0 dianggap kelebihan

berat badan, dan IMT ≥ 30,0 dianggap sebagai obesitas (2).

Indeks massa tubuh merupakan variabel independen yang dapat

mempengaruhi hasil pengukuran spirometri. Peningkatan IMT perlu diperhatikan

untuk mengevaluasi efek pada fungsi paru. Pada beberapa penelitian

Page 3: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

3

menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan

terhadap volume paru, khususnya pada volume cadangan ekspirasi (3,4).

Obesitas dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan peningkatan gejala

pernapasan bahkan pada individu tanpa obstruksi jalan napas. Efek fisiologis

utama dari obesitas adalah berkurangnya penyesuaian sistem pernapasan,

peningkatan kinerja dan jumlah oksigen pernapasan, serta peningkatan penutupan

saluran pernapasan bawah (5).

Orang yang memiliki berat badan kurang atau kurus sangat erat kaitannya

dengan malnutrisi. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pada massa otot

pernapasan, kekuatan, daya tahan, serta mekanisme pertahanan sistem imun paru

sehingga dapat mempengaruhi fungsi paru (6).

Menurut Ristianingrum et al, IMT dengan kapasitas vital memberikan korelasi

positif dengan angka signifikansi p=0,015. Sedangkan menurut penelitian Jones et

al menyatakan hasil yang berbeda yaitu peningkatan satu unit IMT akan

menyebabkan penurunan 0,5% pada kapasitas vital. Hal senada juga diungkapkan

El-Baz. et al bahwa kapasitas vital memiliki korelasi negatif dengan IMT (7,8,9).

Penelitian yang berkaitan dengan fungsi paru sudah dilakukan beberapa kali

yang berhubungan dengan status gizi seperti halnya yang dilakukan oleh Watson

et al (10) dan Piper et al (11). Namun, penelitian yang secara langsung

berhubungan dengan IMT dirasa masih sedikit. Kesimpulan yang didapatkan

dalam beberapa penelitian juga masih terasa kurang dan adanya perbedaaan pada

beberapa hasil penelitian yang kemudian menimbulkan kerancuan. Oleh karena

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara IMT dengan

Page 4: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

4

fungsi paru khususnya kapasitas vital paru di Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu, apakah terdapat korelasi antara IMT dengan kapasitas vital paru

pada mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara IMT

dengan kapasitas vital paru pada mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Menghitung IMT mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013.

b. Mengukur kapasitas vital paru mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-

2013.

c. Menganalisa korelasi antara IMT dengan kapasitas vital paru pada

mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti,

mahasiswa, masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi penetili,

diharapkan dapat memberikan data tentang hubungan antara IMT dengan fungsi

paru pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Page 5: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

5

sehingga bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya. Bagi mahasiswa,

diharapkan dapat memotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan

kebugaran sehingga mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bagi

masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan tentang hubungan antara IMT

dengan fungsi paru sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menambah informasi

ilmiah tentang hubungan antara IMT dengan fungsi paru.

Page 6: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Pernafasan

Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari

beberapa organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-

paru. Organ-organ ini bekerja sama dalam menerima udara bersih, pergantian

udara dari darah, dan mengeluarkan udara yang telah dimodifikasi (12).

Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian tergantung fungsinya,yaitu

konduksi, sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan bagian

respiratorik yang terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang berfungsi dalam

pertukaran gas. Organ-organ respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu

upper respiratory tract yang dimulai dari hidung hingga laring dan lower

respiratory tract yang dimulai dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru

(12).

Gambar 2.1 Sistem Pernapasan (13)

Page 7: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

7

B. Fisiologi Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen (O2)

dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi

yang vital bagi kehidupan. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel untuk

menghasilkan energi bagi tubuh yang dipasok terus-menerus, sedangkan

karbondioksida merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari

tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan penurunan pH

sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh

dan bahkan dapat menyebabkan kematian (14).

Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Ventilasi paru, yaitu pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus Paru

2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah

3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke

dan dari sel jaringan tubuh (12).

Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang

terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya

perubahan tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume

paru (13).

Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu:

1. Inspirasi

Proses aktif kontraksi otot-otot pernafasan untuk menaikan volume

intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan

dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-

Page 8: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

8

paru.

2. Ekspirasi

Proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali

ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang,

tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara

mengalir keluar dari paru-paru (15).

C. Parameter Fungsi Paru

1. Volume Paru

Ada empat jenis volume paru, yaitu:

a. Volume tidal, yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan dalam satu

siklus pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang

dewasa.

b. Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat

dihirup setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai 3.000 ml.

c. Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat

dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya sekitar 1.100 ml.

d. Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah

melakukan ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling kuat. Volume

tersebut ± 1.200 ml (13).

2. Kapasitas Paru

Peristiwa dalam siklus paru mencakup dua atau lebih nilai volume paru.

Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan

Page 9: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

9

inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml) yang dapat dihirup

oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan

paru sampai jumlah maksimal.

b. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi

ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru

pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2.300 ml).

c. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume

tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum

yang dapat dikeluarkan oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu

mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-

banyaknya (kira-kira 4.600 ml).

d. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan

paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5.800 ml).

Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu (13).

Semua volume dan kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil dibandingkan

dengan pria. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter sedangkan

wanita dewasa 3,1 liter. Pengukuran kapasitas vital paru seringkali digunakan

secara klinis sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut memberikan informasi

mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan

lainnya (15).

Page 10: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

10

Gambar 2.2 Volume dan Kapasitas Paru (13)

D. Pengukuran Faal Paru

Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu dengan

menggunakan spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis

dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan dapat

memberi sejumlah informasi yang handal. Dari berbagai pemeriksaan faal paru,

yang sering dilakukan adalah:

1. Kapasitas Vital (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan

setelah inspirasi maksimal. Ada dua macam kapasitas vital paru berdasarkan

cara pengukurannya, yaitu vital capacity (VC) dengan subjek tidak perlu

melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan penuh dan forced vital

capacity (FVC), subjek melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan

maksimal.

2. Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) merupakan besarnya volume

udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama

Page 11: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

11

pada orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang

normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC (13).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru

1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter

dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita

berbeda dimana kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.

2. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur

dibandingkan posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume

paru di bagian basis paru lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks.

3. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat

dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan.

Apabila nilai kapasitas normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat

mengakibatkan rasa nyeri, contohnya pada penderita asma.

4. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan

kapasitas residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin

beratnya tubuh.

5. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko

mortalitas dan morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru

statis, arus puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2

paru. Aktivitas refleks saluran napas berkurang pada orang yang lanjut usia,

akibatnya kemampuan daya pembersih saluran napas juga berkurang

6. Daya pengembangan paru. Peningkatan volume dalam paru menghasilkan

tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan

Page 12: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

12

tekanan negatif. Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan

perubahan satuan tekanan udara menggambarkan compliance jaringan paru

dan dinding dada.

7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada

lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi

paru pada orang tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu.

8. Riwayat penyakit paru.

9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung,

fungsi paru, dan metabolisme saat istirahat.

10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan

fungsi paru-paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat

menurunkan daya tahan tubuh (15).

F. Gangguan fungsi paru

Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke

dalam paru-paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru

yang utama adalah:

1. Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan

yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang

mengganggu saluran pernapasan.

2. Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh

penimbunan debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi

paru.

3. Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses

Page 13: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

13

patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang

juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu

indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu

restriktif (15).

G. IMT dan Hubungannya dengan Fungsi Paru

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi

badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan

kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak

bergantung pada umur maupun jenis kelamin (16).

Menurut WHO (2004) berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan

berdasarkan IMT dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh WHO

Klasifikasi Nilai cut off IMT (kg/m2)Utama Tambahan

Berat badan kurang <18.50 <18.50

Kurus berat <16.00 <16.00Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49

Normal 18.50 - 24.99 18.50 - 22.9923.00 - 24.99

Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00

Pre Obesitas 25.00 - 29.99 25.00 - 27.4927.50 - 29.99

Obesitas ≥30.00 ≥30.00

Obesitas kelas I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.4932.50 - 34.99

Obesitas kelas II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49

37.50 - 39.99Obesitas kelas III ≥40.00 ≥40.00

Page 14: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

14

Kriteria di atas merupakan kriteria internasional yang bernilai sama untuk pria

dan wanita. Namun, berdasarkan meta-analisis terdapat perbedaan nilai cut off

IMT pada kelompok etnik yang berbeda karena banyak bukti yang berhubungan

antara IMT, persentase lemak tubuh, dan distribusi lemak yang berbeda pada

populasi yang berbeda. Pada etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih

tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT

bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6,

3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan

adanya nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu (17).

Obesitas menyebabkan berbagai penyakit terhadapat fungsi pernapasan dalam

bentuk perubahan mekanisme pernapasan, penurunan kekuatan otot pernapasan,

penurunan pertukaran gas dalam paru, rendahnya pengaturan pernapasan dan

pembatasan pada fungsi paru. Perubahan pada fungsi paru dikarenakan akumulasi

dari jaringan adiposa dalam rongga perut dan juga diatas dinding dada, hal itu

menyebabkan penurunan pergerakan diapragma, penurunan penyesuaian paru dan

dinding dada, peningkatan elastisitas kembali dan penurunan volume paru (18,19).

Page 15: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

15

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Status gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks massa

tubuh (IMT), dimana berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari

tinggi badan dalam meter. Orang dewasa dengan IMT < 18,5 dianggap kurus,

orang dewasa dengan IMT ≥ 18,5 - < 24,9 dianggap normal, orang dewasa dengan

IMT ≥ 25,0 - < 30,0 dianggap kelebihan berat badan, dan orang dewasa dengan

IMT ≥ 30,0 dianggap sebagai obesitas (2).

Obesitas menyebabkan berbagai penyakit terhadap fungsi pernapasan dalam

bentuk perubahan mekanisme pernapasan, penurunan kekuatan otot pernapasan,

penurunan pertukaran gas dalam paru, rendahnya pengaturan pernapasan dan

pembatasan pada fungsi paru. Perubahan pada fungsi paru dikarenakan akumulasi

dari jaringan adiposa dalam rongga perut dan juga diatas dinding dada, hal itu

menyebabkan penurunan pergerakan diapragma, penurunan penyesuaian paru dan

dinding dada, peningkatan elastisitas kembali dan penurunan volume paru.

Pada obesitas, pernapasan mekanik mengalami perubahan yang signifikan saat

latihan. Dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal, penderita

obesitas bernapas dengan volume paru yang rendah, mengalami peningkatan

tekanan pernapasan, kerja pernapasan, dan sesak napas serta memiliki ketebatasan

aliran ekspirasi dan hiperflasi pada puncak latihan.

Page 16: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

16

Orang yang memiliki berat badan kurang atau kurus sangat erat kaitannya

dengan malnutrisi. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pada massa otot

pernapasan, kekuatan, daya tahan, serta mekanisme pertahanan sistem imun paru

sehingga dapat mempengaruhi fungsi paru.

Dalam beberapa penelitian, secara umum didapat bahwa status gizi memiliki

efek terhadap fungsi paru, baik pada kapasitas vital (KV), volume cadangan

inspirasi (VCI), kapasitas inspirasi (KI), kapasitas vital paksa (KVP) dan VEP1.

Kerangka konsep penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Page 17: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

17

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Nilai Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif antara indeks massa

tubuh (IMT) dengan nilai kapasitas vital paru pada mahasiswa FK UNLAM

tahun 2014.

Pelemahan dan penurunan massa otot pernapasan

Uji Fungsi Paru

IMT

ForceRelax

tidal volume (TV) inspiration reserve volume (IRV) expiratory reserve volume (ERV)

forced vital capacity (FVC) forced expiratory volume

: Tidak diteliti : Diteliti

Keterangan :

Normal18.50-24.99 kg/m2

Obese≥30.00 kg/m2

Overweight≥25.00 kg/m2

Underweight<18.50 kg/m2

Akumulasi jaringan adiposa pada rongga perut dan dinding

Tidak ada kelainan pada rongga dada dan otot pernafasan

vital capacity (VC) forced expiratory volume ratio (FEVR)

Page 18: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

18

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan

pendekatan secara cross sectional.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi

Pendidikan Dokter yang masih aktif pada masa perkuliahan dan belum

memperoleh derajat Sarjana Kedokteran pada angkatan 2011-2013.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat dengan menggunakan purposive sampling dan kriteria

inklusi sebagai berikut:

a. Jenis kelamin laki-laki

b. Usia 19 – 21 tahun

c. Tampak dalam keadaan sehat berdasarkan pemeriksaan tanda vital (tekanan

darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi napas)

d. Tidak sedang memiliki gangguan pernafasan seperti ISPA, batuk,

influenza, asma brokial, brokitis kronis, emfisema paru, dan tuberkulosis

paru.

Page 19: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

19

e. Bukan perokok, yaitu tidak menghisap dua batang rokok atau lebih dalam

sehari secara rutin.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapas dan alkohol.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer BTL-08,

timbangan badan, pengukur tinggi badan, alat pengukur tanda vital

(tensimeter, termometer, stetoskop, stop watch).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah indeks massa tubuh (IMT).

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kapasitas vital paru.

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu pada penelitian ini adalah kondisi isi lambung dan

jalannya proses pengukuran.

E. Definisi Operasional

1. Indeks massa tubuh (IMT) adalah kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan

seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan

kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).

2. Kapasitas vital (KV) adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan

Page 20: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

20

oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara

maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4.600

ml).

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terbagi atas 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengukuran

IMT dan tahap pemeriksaan uji spirometri.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, terlebih dahulu subyek penelitian diminta mengisi informed

consent dan kuisioner yang sudah disediakan.

2. Tahap Pengukuran IMT

Tahap pengukuran IMT ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

a. Pengukuran Berat Badan (BB)

Subyek penelitian yang akan diteliti diminta untuk melepaskan alas kaki

kemudian berdiri di atas alat timbangan berat badan dengan berpakaian

minimal, pakaian yang berat (jaket), perhiasan dan faktor – faktor yang

mempengaruhi berat badan dilepaskan. Berat badan subyek penelitian

dicatat dalam satuan kilogram (kg).

b. Pengukuran Tinggi Badan (TB)

Subyek penelitian yang akan diteliti diminta untuk melepas alas kaki.

Kemudian subyek penelitian diminta untuk berdiri tegak lurus dengan

calcaneus, glutea bagian dorsal dan occiput terletak dalam satu garis

vertikal yang sejajar dengan tembok tempat bersandar, maleous saling

bersentuhan, ekstremitas superior tergantung di sisi tubuh, bagian bawah

Page 21: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

21

orbita dan meatus acusticus eksternus terletak dalam satu garis horizontal

yang sejajar dengan lantai. Diukur sebanyak dua kali untuk akurasi

kemudian data tinggi badan dicatat dalam satuan meter (m).

c. Perhitungan IMT

Setelah mendapatkan data berat badan (kg) dan tinggi badan (m),

kemudian IMT dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat badan (kg)

IMT = [Tinggi badan (m)]2

3. Tahap Pemeriksaan uji spirometri

Proses pemeriksaan faal paru dengan spirometri:

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Menjelaskan kepada subyek penelitian mengenai prosedur pemeriksaan

yang akan dilakukan.

c. Selanjutnya subjek penelitian diminta berdiri tegak sambil memegang

mouthpiece dengan tangan kanan lalu diletakan dimulutnya.

d. Kemudian subyek penelitian diminta untuk menarik napas secara

maksimal, setelah itu cuping hidung ditutup dengan tangan kiri selanjutnya

subyek penelitian menghembuskan nafas sampai habis tanpa berusaha

keras.

e. Mencatat hasil pemeriksaan.

f. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil hasil yang

reproduksibel

Page 22: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

22

G. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dikumpulkan dan ditabulasi serta disajikan dalam

bentuk persentasi yang dimuat pada tabel.

H. Cara Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

statistik korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 95% apabila didapat data

terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal maka uji alternatifnya

menggunakan korelasi Spearman.

I. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

2. Waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret - September 2014.

Page 23: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

23

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai korelasi indeks massa tubuh (IMT) dengan kapasitas

vital (KV) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2011-2013 telah

dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2014. Didapatkan sampel

penelitian sebanyak 88 responden dari 142 populasi yang berjenis kelamin laki-

laki pada mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2011-2013. Sebanyak 54 tidak

dapat dijadikan sampel penelitian karena termasuk kedalam kriteria eksklusi

penelitian, baik karena usia, riwayat penyakit pernapasan, riwayat penyakit

kardiovaskular dan dalam keadaan sakit. Hasil penelitian yang dilakukan,

didapatkan distribusi kategori IMT responden adalah sebagai berikut:

Status Gizi

Gambar 5.1 Distribusi Status Gizi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2011-2013 Tahun 2014

Kurang Normal Overweight Obesitas0

10

20

30

40

50

60

14

49

178

Jum

lah

Res

pond

en

Page 24: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

24

Berdasarkan data pada Gambar 5.1 didapat jumlah responden dari hasil

pengukuran IMT menunjukkan paling banyak dengan status gizi normal yaitu 49

orang (56%) dan paling sedikit dengan status gizi obesitas sebanyak 8 orang (9%).

Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan rata-rata IMT secara

keseluruhan sebesar 23,56 kg/m2 (lampiran 4), dan rata-rata IMT berdasarkan

status gizi pada mahasiswa PSPD FK UNLAM adalah sebagai berikut:

Status Gizi

Gambar 5.2 Rata-Rata IMT Mahasiswa PSPD FK UNLAM Angkatan 2011-2013 Berdasarkan Status Gizi Tahun 2014

Dari hasil penelitian 88 responden didapatkan nilai KV pada mahasiswa PSPD

FK UNLAM angkatan 2011-2013, rata-rata sebesar 5,09 L (lampiran 4).

Uji korelasi antara IMT dengan KV pada mahasiswa PSPD FK UNLAM

angkatan 2011-2013 dilakukan dengan uji Spearman. Sebelum dilakukan uji

spearman terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (n > 50)

dengan jumlah sampel 88 responden. Dari uji normalitas yang dilakukan

diperoleh hasil dengan nilai 0,000 baik uji normalitas untuk IMT maupun KV.

Kurang Normal Overweight Obesitas0

5

10

15

20

25

30

35

40

36.1 Kg/m226.88 Kg/m222.3 Kg/m216.76 Kg/m2R

ata-

Rat

a IM

T

Page 25: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

25

Kedua uji normalitas ini menghasilkan nilai p < 0,05 dan ini menunjukkan bahwa

data tidak terdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan transformasi data terhadap data yang tidak terdistribusi

normal tersebut dengan menggunakan fungsi log. Data yang sudah ditransformasi

kemudian dilakukan uji normalitas kembali dan didapatkan hasil untuk masing-

masing variabel IMT dan KV secara berurutan yaitu 0,063 dan 0.001. Dari hasil

uji normalitas data tersebut dapat diartikan bahwa IMT memiliki data yang

terdistribusi normal (p>0,05) tetapi KV justru sebaliknya memiliki data yang tidak

terdistribusi normal (p<0,05). Karena ada data yang tidak terdistribusi normal

maka peneliti menggunakan uji alternatif, yaitu uji Spearman dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,01 (p < 0,05) dan

koefisien korelasi r = 0,248, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang

bermakna antara IMT dan KV pada mahasiswa PSPD FK UNLAM dengan yang

positif, di mana semakin tinggi nilai IMT maka semakin tinggi pula nilai KV.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ristianingrum et al, yang mengatakan bahwa IMT dengan KV memberikan

korelasi yang bermakna dengan arah yang positif dan kekuatan korelasi yang

lemah dengan nilai p = 0,015 dan r = 0,267. Ristianingrum meneliti 82 orang

tanpa membedakan jenis kelamin, sedangkan pada penelitian ini dikhususkan

pada responden yang berjenis kelamin laki-laki (7).

Hasil penelitian terhadap mahasiswa PSPD FK UNLAM ini tidak sesuai

dengan hipotesis awal, yang menduga bahwa IMT dan KV memiliki korelasi

Page 26: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

26

dengan arah yang negatif atau berjalan terbalik, di mana semakin tinggi IMT

seseorang maka semakin rendah nilai KV. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones et al, yang mengatakan bahwa setiap

peningkatan satu untit IMT akan menyebabkan penurunan KV sebesar 0,5%. Hal

yang sama dikatakan oleh El-Baz. et al bahwa IMT memiliki korelasi yang

negatif dengan KV (8,9).

Perbedaan hasil dengan penelitian terdahulu dapat disebabkan berbagai faktor

antara lain desain penelitian, sumber data, distribusi dan kekuatan korelasi. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional sedangkan

penelitian El-Baz. et al menggunakan case control. Sumber data pada penelitian

ini menggunakan data primer sedangkan penelitian Jones et al menggunakan data

sekunder rekam medik (8,9).

Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya

mungkin juga diakibatkan keterbatasan dalam mengendalikan variabel

pengganggu dan proses pengambilan. Variabel pengganggu yang dapat

dikendalikan antara lain usia, jenis kelamin, merokok, penyakit pernapasan dan

kardiovaskular. Namun variabel pengganggu seperti genetik, aktifitas fisik, dan

asupan makanan tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini (20,21,22).

BAB VI

PENUTUP

Page 27: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

27

E. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai IMT rata-rata mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2011-2013 tahun

2014 adalah 23,56 kg/m2.

2. Nilai KV rata-rata mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2011-2013 tahun

2014 adalah 5,09 L.

3. Terdapat korelasi yang bermakna antara IMT dan KV (p=0,01) dengan arah

yang positif pada mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013 tahun 2014.

F. Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan variabel

lainnya, seperti aktivitas fisik dan konsumsi makanan.

2. Untuk masyarakat mulai peduli dengan keadaan gizinya dengan cara merubah

gaya hidup seperti rutin berolahraga dan makan makanan dengan gizi

seimbang sehingga terhindar dari resiko penurunan fungsi paru yang akan

berakibat pada penurunan kualitas hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Page 28: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

28

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2013. CV Kiat Nusa Jakarta Indonesia 2013.

2. Usfar AA, Lebenthal E, Atmarita, Achadi E, Soekirman & Hadi H. Obesity as a poverty-related emerging nutrition problems: the case of Indonesia. International Association for the Study of Obesity 2011, 11:924-928.

3. Watson RA, Pride NB, Thomas EL, Fitzpatrick J et al. Reduction of total lung capacity in obese men: comparison of total intrathoracic and gas volumes. J Appl Physiol 2010, 108: 1605–1612.

4. Salome CM, King GG & Berend N. Physiology of obesity and effects on lung function. J Appl Physiol 2010, 108: 206–211.

5. O’Donnell DE, Deesomchok A, Lam Y M et al. Effects of BMI on static lung volumes in patients with airway obstruction. Chestnet 2011, 140(2):461-468.

6. Lad UP, Jaltade VG, Shisode-Lad S, Satyanarayana P. Correlation between body mass index (BMI), body fat percentage and pulmonary functions in underweight, overweight and normal weight adolescents. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2012, 6(3):350-353.

7. Ristianingrum I, Rahmawati I & Rujito L. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tes fungsi paru Mandala of Health 2010, 4(2):105-112.

8. Jones RL, Nzekwu MMU. The effects of body mass index on lung volumes. Chest Journal 2006, 130(3):827-833.

9. El-Baz FM, Eman AA, Amal AA, Terez BK, Fahmy A. Impact of obesity and body fat distribution on the pulmonary function in Egyptian children. EJB 2009, 3:49-58.

10. Watson RA, Pride NB, Thomas EL et al. Reduction of total lung capacity in obese men: comparison of total intrathoracic and gas volumes. J Appl Physiol 2010, 108: 1605–1612.

11. Piper AJ, Grunstein RR. Big breathing: the complex interaction of obesity, hypoventilation, weight loss, and respiratory function. J Appl Physiol 2010, 108: 199–205.

12. Seeley, et al. Anatomy & physiology. Sixt Edition. The McGraw-Hill Companies, 2004.

13. Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007.

Page 29: Karya Tulis Ilmiah file · Web viewStatus gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks ... menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan terhadap

29

14. Price & Wilson. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC, 2006.

15. Yulaekah, Siti. Paparan debu & gangguan fungsi paru pada pekerja industri batu kapur.2007; (online), (http://eprints.undip.ac.id / 18220 / 1 / SITI_YULAEKAH.pdf, diakses 25 Desember 2013)

16. World Health Organization. Global database on body mass index. 2006; (online), (http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html, diakses 25 Desember 2013)

17. Sugondo. Ilmu penyakit dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.

18. Srinivas CH, Shekhar R & Madhavi LM. The impact of body mass index on the expiratory reserve volume. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2011, 5(3):523-525.

19. Balcom HM, Grant BJ & Muti P. Pulmonary function and abdominal adiposity in the general population. American College of Chest Physicians 2006, 129(4):853-862.

20. Simpson A, Custovic A, Tepper R et al. Genetic variation in vascular endothelial growth factor-A and lung function. American Journal of Respiratory and Critical Medicine 2012, 185:1197-1204.

21. Manezes A, Wehrmeister FC, Muniz LC et al. Physical activity and lung function in adolescents: the 1993 pelotas (Brazil) birth cohort study. Journal of Adolescent Health 2012, 51(6):27-31.

22. Hanson C, Rutten EP, Wouters EF, Rennard S. Diet and vitamin D as risk factors for lung impairment and COPD. Translational Research 2013, 162(4):219-36.