33
KARET SEBAGAI POLIMER Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Material Teknik Dosen: Zefry Darmawan, ST, MT. Oleh kelompok 4: Hadinda Fitri Permatasari (125060702111003) Kristin Mulyadi (125060700111086) Christina Hutahaean (125060700111098) Haelzon Simanjuntak (125060701111045) Ruth Melly Sari Sinaga (125060700111094) Ischa Cynthia M.S (125060707111047) Muhamad Irza (125060700111090) Elsya Dhana Alfira (125060707111051) Ahmad Syafi Q.M (125060701111049) PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

KARET SEBAGAI POLIMER

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARET SEBAGAI POLIMER

KARET SEBAGAI POLIMER

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Material Teknik

Dosen:

Zefry Darmawan, ST, MT.

Oleh kelompok 4:

Hadinda Fitri Permatasari (125060702111003)

Kristin Mulyadi (125060700111086)

Christina Hutahaean (125060700111098)

Haelzon Simanjuntak (125060701111045)

Ruth Melly Sari Sinaga (125060700111094)

Ischa Cynthia M.S (125060707111047)

Muhamad Irza (125060700111090)

Elsya Dhana Alfira (125060707111051)

Ahmad Syafi Q.M (125060701111049)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: KARET SEBAGAI POLIMER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga

makalah berjudul Karet sebagai Polimer dapat penulis selesaikan. Dalam penulisan makalah ini,

penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hal

– hal tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, disampaikan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa pula penulis berharap

semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada pihak – pihak yang telah

memberikan bantuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari teknik penulisan

maupun materi. Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan

makalah selanjutnya.

Malang, 17 November 2012

Penulis

2

Page 3: KARET SEBAGAI POLIMER

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I ( PENDAHULUAN )

1.1 Latar belakang 4

1.2 Rumusan masalah 5

1.3 Tujuan 5

BAB II ( PEMBAHASAN )

2.1 Pengertian 6

2.2 Komposisi dan struktur karet 6

2.3 Klasifikasi karet 9

2.4 Sifat karet 14

2.5 Faktor yang mempengaruhi kualitas karet 16

2.6 Manfaat 18

BAB III ( PENUTUP )

3.1 Kesimpulan 20

3.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3

Page 4: KARET SEBAGAI POLIMER

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurun

waktu sekitar 150 tahun sejak di kembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di

Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dengan areal perkebunan karet yang luas, Indonesia

bersama dua Negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak tahun 1920-an

hingga sekarang merupakan pemasokan karet utama dunia. .

Karet memiliki begitu banyak kegunaan. Baik masyarakat umum, maupun masyarakat

modern saat ini mempergunakan karet. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat

dijual/diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, slab/koagulasi ataupun sit asap/sit

angin. Selajutnya produk tersebut digunakan sebagai bahan baku karet remah (crumb rubber)

yang akan diproses menjadi berbagai macam produk di industri hilir. Karet digunakan untuk

mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti aneka

ban kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin, sepatu karet, pipa karet dan sebagai isolator

kabel. Bahan baku karet juga banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau

tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran misalnya shock absorbers. Karet juga bisa

digunakan untuk tahanan dudukan mesin, dipakai sebagai lapisan karet pada pintu, kaca, dan

pada alat-alat lain sehingga terpasang kuat dan tahan getar serta tidak tembus air.

Dari begitu banyaknya kegunaan karet serta potensinya di Indonesia yang telah

dijelaskan diatas, sangatlah sayang jika kita tidak memanfaatkan sumber daya karet tersebut

sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Maka dari itu, makalah berjudul Karet sebagai

Polimer ini ditulis untuk memperkaya pengetahuan pembaca mengenai karet. Sehingga dengan

pengetahuan tersebut diharapkan dapat berguna untuk memanfaatkan sumber daya karet dengan

lebih baik.

4

Page 5: KARET SEBAGAI POLIMER

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari karet?

2. Bagaimana komposisi dan struktur polimer pada karet?

3. Apa saja klasifikasi dari karet?

4. Bagaimana sifat – sifat karet sebagai polimer?

5. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas lateks sebagai bahan pembuatan

karet?

6. Apa saja manfaat dari karet serta pengelompokkan industri dan barang karet?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari karet

2. Mengetahui komposisi dan struktur polimer pada karet

3. Mengetahui klasifikasi dari karet

4. Mengetahui sifat- sifat karet sebagai polimer

5. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas lateks sebagai bahan pembuatan

karet

6. Mengetahui manfaat dari karet serta pengelompokkan industri dan barang karet

5

Page 6: KARET SEBAGAI POLIMER

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari lateks di getah beberapa jenis

tumbuhan. Lateks adalah  getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan

banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Dalam lateks tersebut terkandung

bahan mentah karet, air dan zat lainnya. Karet dinamai oleh Joseph Priestley yang

pada 1770 menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil. Di tempat

asalnya, di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama.

Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Sumber utama barang dagang

dari lateks yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Para atau Hevea

brasiliensis (Euphorbiaceae). Hal ini karena dengan menyayat batang pohon tersebut dapat

menghasilkan lateks yang banyak. Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan

menjadi saingan dalam industri perkaretan.

2.2 Komposisi dan Struktur Polimer Karet

2.2.1 Struktur Karet

Poyisoprena(karet) adalah gabungan dari unit – unit monomer hydrocarbon C5H8

(isoprene) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat banyak. Karet alam

adalah makro molekul polyisoprena yang bergabung dengan ikatan kepala ke ekor.

Konfigurasi dari polimer ini adalah konfigurasi ”cis” dengan susunan ruang yang teratur,

sehingga rumus dari susunan karet adalah 1,4 cis polyisoprena. Susunan ruang demikian

membuat karet mempunyai sifat kenyal. Adapun rumus bangun dari isoprena,

polyisoprena dan cis 1,4 polyisoprena dapat dilihat dibawah ini

CH3

CH2 = C – CH = CH2

Gambar 2.1 Struktur monomer Isoprena

6

Page 7: KARET SEBAGAI POLIMER

CH3 CH3 n

-CH2 – C = CH – CH2 – CH2 – C = CH – CH2-

Gambar 2.2 Rumus bangun Polyisoprena

-CH2 CH2-

C = C n

CH3 H

Gambar 2.3. Rumus bangun cis - 1,4 – Polyisoprena

”n” adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer dalam

rantai polimer. Nilai ”n” dalam karet berkisar antara 3000 – 15000. Viskositas karet berkorelasi

dengan nilai ”n”. Semakin besar nilai n akan semakin penjang rantai molekul karet menyebabkan

viskositas mooney semakin tinggi. Karet yang terlalu keras kurang disukai konsumen, karena

akan mengkonsumsi energi yang lebih besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang

jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositas mooney-nya terlalu rendah juga kurang disukai

karena sifat tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi rendah.

Adanya ikatan rangkap karbon ( -C=C- ) padas molekul karet memungkinkan dapat

terjadi reaksi oksidasi. Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap molekul,

sehingga viskositas mooney menurun. Terjadinya pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga

panjang rantai polimer semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan

sifat Po dan PRI karet jadi rendah. Oksidasi karet oleh udara (O2) akan semakin lambat bila

kadar antioksidan alam (protein dan lipida) tinggi serta kadar ion – ion logam dalam karet (Ca,

Mg, Cu, Fe, Na, Rb dan Mn) rendah.

7

Page 8: KARET SEBAGAI POLIMER

2.2.2 Komposisi Lateks:

Karet 30 – 40%

Protein 2-2.7%

Resin 1.5-3.5%

Gula 1-2%

Ash 0.4-0.7%

Sterol glucosides 0.07-0.47%

Air 55-65%

        Sumber: K.F. Heinisch, Dictionary of Rubber, 1974

Berat molekul karet berkisar antara 50,000 sampai 3,000,000. 60% molekul karet

memiliki berat yang lebih besar dari 1,300,000. Unit berulang yang terdapat pada karet

alam memiliki konfigurasi cis  yang bermanfaat untuk elastisitasnya.  Jika konfigurasinya

adalah trans, polymer-nya keras .

2.2.3 Vulkanisasi

Karena hanya ada sedikit rantai yang bersilangan pada molekul karet, karet alam

termasuk thermoplastic, dimana ia menjadi lunak dan lengket pada temperatur panas dan

mengeras pada temperatur dingin. Unsur kekurangan yang tidak diinginkan pada karet

alam ini diatasi pada tahun 1839, dimana seorang penemu asal Amerika bernama Charles

Goodyear (1800-1860) di Woburn Massachusetts, pada akhir eksperimen secara

kebetulan mencampurkan belerang dan timbal (Pb) pada kompor yang berisi karet alam .

Hal ini menyebabkan molekul karet dapat bersilangan dengan kuat, sehingga tidak dapat

dilarutkan, dan menjadi polymer thermoset. Vulkanisasi merubah karet yang bersifat

plastis(lembut) dan lemah, menjadi karet yang elastis, keras dan kuat.

Pada tahun 1851, Saudara Laki-Laki Goodyear menggunakan belerang untuk

mengkonversi karet alam menjadi ebonite yaitu thermoplastic pertama. Sekarang ini,

vulkanisasi karet alam dilakukan dengan memanaskan karet alam dan dicampur dengan

(5%-8% belerang), zinc oxide (5%) dan accelerator (0.5%-1%) pada suhu 400-440

Kelvin sekitar setengah jam. Semakin banyak belerang/sulfur ditambahkan maka karet

akan semakin keras. 

8

Page 9: KARET SEBAGAI POLIMER

2.3 Klasifikasi Karet

Berdasarkan asalnya, karet dibedakan menjadi dua jenis yaitu karet alam dan karet

sintetis.

2.3.1 Karet Alam dan Karet Sintetis

2.3.1.1 Karet Alam

Karet alam adalah karet yang berasal dari alam dengan struktur dasar

rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara

10.000 – 400.000. Susunannya adalah  –CH–C(CH3)=CH–CH2–. Adapun sifat-

sifat umum dari karet alam adalah warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus

cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat karet

yang kenyal membuat karet mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon. Pada

suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan.

Perbedaan karet dengan benda-benda lain tampak nyata pada sifat karet yang

lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam

adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang

sangat tinggi. Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang

sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih

pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam

sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain

ditambahkan.

Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah

menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan

dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam

pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah

dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-

barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan. Karet alam

mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral,

9

Page 10: KARET SEBAGAI POLIMER

lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll. Ada beberapa jenis karet alam yang

dikenal luas yaitu:

a. Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang

diperoleh dari pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan

bahwa bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan

bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang

mengusahakan kebun karet. Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi

menjadi 4 macam:

1. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.

Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan dan belum mendapatkan

tambahan atau tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).

2. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah

disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah

digiling tetapi belum jadi.

3. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah

digumpalkan dengan asam semut.

4. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks

kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

b.  Karet alam konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam

konvensional. jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan

crepe. Jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional antara lain sebagai

berikut :

1. Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang

mendapat proses pengasapan dengan baik.

2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda

dan ada yang tebal dan tipis.

3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan banyak

dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate.

10

Page 11: KARET SEBAGAI POLIMER

4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,

potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.

c. Lateks Pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak

berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang

dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses

pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan

untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

d. Karet bongkah (block rubber)

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang

menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah

ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.

e. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)

Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga

terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis.

Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada

jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini.

f. Tyre rubber

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai

barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk

pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.

g. Karet reklim (reclaimed rubber)

Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet

bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya

boleh dibilang karet reklim dalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah

divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran sebab

bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya

juga baik.

2.3.1.2 Karet Sintetis

11

Page 12: KARET SEBAGAI POLIMER

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku

minyak bumi. Biasanya karet sintetis yang dibuat akan memiliki sifat tersendiri

yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak,

pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas. Jenis karet sintetis di antaranya

adalah:

1. SBR (styrene butadiene rubber)

Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan

digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas

yang ditimbulkan juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan

penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet

alam.

2. CR (chloroprene rubber)

CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR

ketahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh

oksigen dan ozon di udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala api.

Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi dengan belerang melainkan

menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan bahan pemercepat tertentu.

Minyak bahan pelunak ditambahkan ke dalam CR untuk proses pengolahan

yang baik.

3. IIR (isobutene isoprene rubber)

IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap

sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga

terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat

matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat

jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya

bila akan diolah menjadi suatu barang. IIR yang divulkanisir dengan damar

fenolik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi serta proses

pelapukan/penuaan.

4. NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile buatadiene rubber

12

Page 13: KARET SEBAGAI POLIMER

NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak

dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini

disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Semakin besar

kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak, lemak

dan bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan

NBR adalah sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR

yang memiliki viskositas awal yang sesuai dengan keinginan. NBR

memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa

ester.

5. EPR (ethylene propylene rubber)

Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya

menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya

melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya

dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang

ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan

yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta

pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat

yang rendah.

2.3.2 Standard Indonesia Rubber (SIR)

SIR adalah singkatan dari Standard Indonesia Rubber yang merupakan

karet spesifikasi teknis produksi Indonesia yang salah satunya ditetapkan melalui

pengujian karakteristik seperti kadar kotoran, kadar abu, PRI dan untuk SIR

tertentu dilakukan pengujian warna, ASHT, viskositas mooney.

Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisitas Retensi

Indeks (PRI) nya dan digolongkan dengan menggunakan simbol huruf H, M, dan

S. H menunjukkan nilai PRI nya sebesar 80, M untuk nilai PRI antara 60 – 79, dan

S untuk nilai PRI antara 30 – 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30

tidak boleh dimasukkan ke dalam golongan SIR (Setyamidjaja, Djoehana. 1995).

PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk

13

Page 14: KARET SEBAGAI POLIMER

mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Untuk

menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plastemeter.

2.4 Sifat karet

Karet Alam maupun Karet sintetis sering juga disebut dengan Elastomer. Elastomer

adalah zat yang apabila ditarik/diberi tegangan akan dengan cepat kembali ke bentuk semula bila

tarikan atau tegangan dilepaskan/dibebaskan.

2.4.1 Sifat Karet Alam

Karet alam memiliki sifat-sifat unggul dan sifat-sifat yang lemah sbb :

1. Karet alam bersifat keras dan elastis, tetapi akan melunak dan lengket bila

berada pada suhu yang tinggi dan mengeras dan padat pada suhu rendah.

2. Spesifik gravity-nya 0.915.

3. Memiliki daya elastisitas tinggi.

4. Memiliki ketahanan terhadap daya gesek dan kekuatan tensil rendah.

5. Tidak dapat larut dalam air, acetone, alkali.

6. Larut dalam larutan  ether, carbon disulphide, carbon tetrachloride, turpentine

dan minyak tanah.

7. Bila karet alam divulkanisasi akan memiliki sifat-sifat sbb :

Karet Alam Karet Alam Yang telah Di Vulkanisasi

Lunak dan lengket pada suhu tinggi Keras dan tidak lengket pada suhu tinggi

Kekuatan tensil rendah dan tidak kuat Kekuatan tensil tinggi dan kuat

Daya pegas rendah Daya pegas tinggi

Hanya dapat digunakan pada temperatur

10 to 60 derajat celcius.

Dapat digunakan pada temperature

dari  (minus)   -40  sampai 100 derajat

Celcius

Resisten terhadap Abrasi Rendah Resisten Terhadap Abrasi Tinggi

Menyerap Banyak Air Menyerap Sedikit Air

Dapat cair di larutan ether, carbon

disuphide, carbon tetrachlo ride,

petrol dan turpentine

Tidak dapat dilarutkan pada larutan biasa

14

Page 15: KARET SEBAGAI POLIMER

2.4.2 Sifat Karet Sintesis

Sekarang ini karet alam jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet

sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat

digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki oleh karet

alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelemahan karet sintetis jika

dibandingkan karet alam adalah berikut ini.

a. Memiliki daya elastisitas dan daya lenting yang rendah.

b. Memiliki plastisasi yang kurang baik sehingga pengolahannya cukup sulit.

c. Mempunyai daya aus yang rendah.

d. Mudah panas

e. Kurang tahan terhadap keretakan

Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan untuk beberapa keadaan:

1. Tahan terhadap berbagai zat kimia.

2. Harga cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.

3. Pengiriman atau suplai karet sintetis jarang mengalami kesulitan yang sulit

diharapkan dari pengiriman atau suplai karet alam.

Namun, setiap jenis karet mempunyai sifat yang kadang tidak ditemukan pada

jenis karet yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada jenis karet yang

paling baik, semua tergantung penggunaannya

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Karet

15

Page 16: KARET SEBAGAI POLIMER

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas karet. Diantaranya adalah lateks

dan bahan kimia karet.

2.5.1 Lateks

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet ,harus memiliki kualitas yang

baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, di antaranya

adalah :

1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)

2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi,musim kemarau keadaan

lateks tidak stabil)

3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang baik

terbuat dari alumunium atau baja tahan karat)

4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki,jarak,jangka waktu)

5. Kualitas air dalam pengolahan

6. Bahan-bahan kimia yang dgunakan

7. Komposisi lateks

2.5.2 Bahan Kimia Karet

Bahan kimia tersebut terdiri atas bahan kimia pokok dan bahan kimia

tambahan. Bahan kimia pokok adalah bahan kimia yang diperlukan dalam setiap

kompon karet. Bahan kimia tambahan adalah bahan kimia yang hanya ditambahkan pada

pembuatan barang karet tertentu, seperti bahan pewarna, bahan peniup, bahan pewangi

dan bahan penunjang. Disini hanya akan dibahas bahan kimia pokok karet, yaitu :

a. Bahan Pemvulkanisasi

Proses vulkanisasi dapat berlangsung jika ada bahan pemvulkanisasi. Suatu bahan

yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet sehingga terjadi ikatan

silang. Bahan Pemvulkanisasi utama adalah belerang (S), dan dapat juga diganti

dengan DCP (Dicumyl Peroksida) dan Benzoil Peroksida.

b. Bahan Pemercepat

Bahan pemercepat adalah bahan kimia yang ditambahkan dalam jumlah sedikit

untuk pempercepat proses vulkanisasi dan mengurangi jumlah pemakaian sulfur

yang dipakai. Bahan pemercepat terdiri atas dua bagian yaitu bahan pemercepat

16

Page 17: KARET SEBAGAI POLIMER

organik. Contohnya karbonat, kapur dan magnesium. Sedangkan bahan

pemercepat anorganik contohnya MBTS (Merkapto Dibenzothylazole Disulfida)

dan TMTD (Tetra Metil Tiuram Disulfida). (Sufianto. 2004)

c. Bahan Pengaktif (activator)

Bahan pengaktif adalah bahan yang ditambahkan dalam sistem vulkanisasi yang

dipercepat untuk meningkatkan pemercepatan agar sistem mencapai kemampuan

penuh dalam membentuk ikatan silang. Umumnya bahan pemercepat tidak dapat

bekerja baik tanpa bahan pengaktif. Bahan pengaktif biasanya digunakan adalah

oksida – oksida logam. Contoh : ZnO.

d. Bahan Pelunak (Plastizer)

Bahan pelunak berguna untuk menurunkan viskositas karet, agar karet mudah

bercampur dengan bahan – bahan kimia lain sewaktu dalam penggilingan

sehingga melunakkan karet mentah agar mudah diolah. Contoh : asam stearat.

e. Bahan Antioksidan

Bahan antioksidan ditambahkan dalam pembuatan kompon agar melindungi karet

sebelum dan sesudah vulkanisasi, terhadap pengusangan oleh oksidasi, panas,

sinar matahari (ozon) dan pengaruh mekanis. Karet alam telah memiliki bahan

antioksidan alami, tetapi karena kadarnya rendah tidak cukup untuk melindungi

karet terhadap proses oksidasi. Bila tidak ditambahkan bahan antioksidan tersebut

pada karet, maka karet akan mudah lengket dan lunak serta menjadi keras dan

retak – retak ataupun rapuh. (Tim Penulis PS. 2007)

f. Bahan Pengisi

Kegunaaan bahan ini adalah meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik

pengolahan tertentu, mengurangi biaya, pengisi aktif dapat menguatkan barang

jadi sedangkan pengisi tidak aktif tidak menguatkan barang jadi. Contoh : Carbon

Black, Silica dan Silikat bila dilakukan penambahan yang optimum dapat

meningkatkan kekerasan, modulus ketahanan sobek, dan tegangan putus.

17

Page 18: KARET SEBAGAI POLIMER

2.6 Manfaat

Karet memiliki banyak manfaat yang digolongkan berdasarkan pembagian karet menurut

asalnya. Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang, antara lain:

1. Bahan  mesin-mesin penggerak.

2. Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu

karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan

bahan-bahan pembungkus logam.

3. Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan

penahan getaran, misalnya shock absorbers.

4. Bahan tahanan dudukan mesin.

5. Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain

membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.

6. Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.

7. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak

juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan

bahan plastik.

8. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur

busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet

sebagai bahan pembuat.

9. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan

10. Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat dari karet,

misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.

Karet sintetis memiliki berbagai manfaat diantaranya:

1. Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet

untuk bensin dan minyak, membran, seal, gasket, serta barang lain yang banyak

dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas

2. Jenis CR (Chloroprene Rubber) digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus

kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut.

3. Jenis CR digunakan untuk perekat.

18

Page 19: KARET SEBAGAI POLIMER

4. Jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga

pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau

minyak.

5. Jenis EPR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.

Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah

diuraikan di atas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi,

industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi

kehidupan manusia. Manfaat secara tak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang

yang dibuat dari bahan karet.

2.6.1 Pengelompokkan industri dan barang karet

1. Kelompok Industri Hulu

Dalam industri hulu karet masih dalam bentuk karet mentah yaitu berupa bokar

(bahan olah karet) dan kayu karet.

2. Kelompok Industri Antara

Dalam industri antara karet diolah menjadi beberapa produk seperti crumb rubber

(karet lemah), sheet/RSS, letak pekat, thin pole crepe, brown crepe.

3. Kelompok Industri Hilir

Dalam industri hilir akan dihasilkan produk jadi seperti ban dan produk terkait

serba ban dalam, barang jadi karet untuk keperluan industri, barang karet untuk

keperluan, alas kaki dan komponennya, barang jadi karet untuk penggunaan umum,

dan alat kesehatan dan laboratorium.

19

Page 20: KARET SEBAGAI POLIMER

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung dalam lateks beberapa jenis

tumbuhan, khususnya Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Namun, karet juga dapat diproduksi

secara sintesis. Polyisoprena(karet) adalah gabungan dari unit – unit monomer hydrocarbon

C5H8 (isoprene) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat banyak. Berdasarkan

asalnya, karet dibedakan menjadi dua jenis yaitu karet alam dan karet sintetis. Karet alam adalah

karet yang berasal dari alam dengan struktur dasar rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat

molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 – 400.000. Sedangkan karet sintetis dibuat dengan

mengandalkan bahan baku minyak bumi.

Karet alam maupun karet sintetis sering juga disebut dengan elastomer, yakni apabila

ditarik karet akan dengan cepat kembali ke bentuk semula setelah dilepaskan. Karet alam

memiliki daya elastisitas yang lebih baik dari karet sintetis. Namun, karet sintetis memiliki harga

yang stabil dan suplai yang mudah. Faktor yang mempengaruhi kualitas karet antara lain adalah

lateks dan bahan kimia karet.Karet memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia,

diantaranya adalah untuk ban kendaraan dan penahan getaran pada jembatan.

3.2 Saran

Pengetahuan tentang karet dan pengolahannya hendaknya dipelajari dan dikembangkan

semaksimal mungkin, sehingga pemanfaatan karet yang merupakan salah satu hasil perkebunan

terbesar Indonesia menjadi lebih optimal dan berguna untuk meningkatkan ekonomi negara.

20

Page 21: KARET SEBAGAI POLIMER

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: KARET SEBAGAI POLIMER

LAMPIRAN

22