Upload
hadinda-fitri-permatasari
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
KARET SEBAGAI POLIMER
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Material Teknik
Dosen:
Zefry Darmawan, ST, MT.
Oleh kelompok 4:
Hadinda Fitri Permatasari (125060702111003)
Kristin Mulyadi (125060700111086)
Christina Hutahaean (125060700111098)
Haelzon Simanjuntak (125060701111045)
Ruth Melly Sari Sinaga (125060700111094)
Ischa Cynthia M.S (125060707111047)
Muhamad Irza (125060700111090)
Elsya Dhana Alfira (125060707111051)
Ahmad Syafi Q.M (125060701111049)
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga
makalah berjudul Karet sebagai Polimer dapat penulis selesaikan. Dalam penulisan makalah ini,
penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hal
– hal tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, disampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa pula penulis berharap
semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada pihak – pihak yang telah
memberikan bantuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari teknik penulisan
maupun materi. Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Malang, 17 November 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I ( PENDAHULUAN )
1.1 Latar belakang 4
1.2 Rumusan masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II ( PEMBAHASAN )
2.1 Pengertian 6
2.2 Komposisi dan struktur karet 6
2.3 Klasifikasi karet 9
2.4 Sifat karet 14
2.5 Faktor yang mempengaruhi kualitas karet 16
2.6 Manfaat 18
BAB III ( PENUTUP )
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurun
waktu sekitar 150 tahun sejak di kembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di
Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dengan areal perkebunan karet yang luas, Indonesia
bersama dua Negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak tahun 1920-an
hingga sekarang merupakan pemasokan karet utama dunia. .
Karet memiliki begitu banyak kegunaan. Baik masyarakat umum, maupun masyarakat
modern saat ini mempergunakan karet. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat
dijual/diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, slab/koagulasi ataupun sit asap/sit
angin. Selajutnya produk tersebut digunakan sebagai bahan baku karet remah (crumb rubber)
yang akan diproses menjadi berbagai macam produk di industri hilir. Karet digunakan untuk
mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti aneka
ban kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin, sepatu karet, pipa karet dan sebagai isolator
kabel. Bahan baku karet juga banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau
tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran misalnya shock absorbers. Karet juga bisa
digunakan untuk tahanan dudukan mesin, dipakai sebagai lapisan karet pada pintu, kaca, dan
pada alat-alat lain sehingga terpasang kuat dan tahan getar serta tidak tembus air.
Dari begitu banyaknya kegunaan karet serta potensinya di Indonesia yang telah
dijelaskan diatas, sangatlah sayang jika kita tidak memanfaatkan sumber daya karet tersebut
sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Maka dari itu, makalah berjudul Karet sebagai
Polimer ini ditulis untuk memperkaya pengetahuan pembaca mengenai karet. Sehingga dengan
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berguna untuk memanfaatkan sumber daya karet dengan
lebih baik.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari karet?
2. Bagaimana komposisi dan struktur polimer pada karet?
3. Apa saja klasifikasi dari karet?
4. Bagaimana sifat – sifat karet sebagai polimer?
5. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas lateks sebagai bahan pembuatan
karet?
6. Apa saja manfaat dari karet serta pengelompokkan industri dan barang karet?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari karet
2. Mengetahui komposisi dan struktur polimer pada karet
3. Mengetahui klasifikasi dari karet
4. Mengetahui sifat- sifat karet sebagai polimer
5. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas lateks sebagai bahan pembuatan
karet
6. Mengetahui manfaat dari karet serta pengelompokkan industri dan barang karet
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari lateks di getah beberapa jenis
tumbuhan. Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan
banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Dalam lateks tersebut terkandung
bahan mentah karet, air dan zat lainnya. Karet dinamai oleh Joseph Priestley yang
pada 1770 menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil. Di tempat
asalnya, di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama.
Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Sumber utama barang dagang
dari lateks yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Para atau Hevea
brasiliensis (Euphorbiaceae). Hal ini karena dengan menyayat batang pohon tersebut dapat
menghasilkan lateks yang banyak. Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan
menjadi saingan dalam industri perkaretan.
2.2 Komposisi dan Struktur Polimer Karet
2.2.1 Struktur Karet
Poyisoprena(karet) adalah gabungan dari unit – unit monomer hydrocarbon C5H8
(isoprene) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat banyak. Karet alam
adalah makro molekul polyisoprena yang bergabung dengan ikatan kepala ke ekor.
Konfigurasi dari polimer ini adalah konfigurasi ”cis” dengan susunan ruang yang teratur,
sehingga rumus dari susunan karet adalah 1,4 cis polyisoprena. Susunan ruang demikian
membuat karet mempunyai sifat kenyal. Adapun rumus bangun dari isoprena,
polyisoprena dan cis 1,4 polyisoprena dapat dilihat dibawah ini
CH3
CH2 = C – CH = CH2
Gambar 2.1 Struktur monomer Isoprena
6
CH3 CH3 n
-CH2 – C = CH – CH2 – CH2 – C = CH – CH2-
Gambar 2.2 Rumus bangun Polyisoprena
-CH2 CH2-
C = C n
CH3 H
Gambar 2.3. Rumus bangun cis - 1,4 – Polyisoprena
”n” adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer dalam
rantai polimer. Nilai ”n” dalam karet berkisar antara 3000 – 15000. Viskositas karet berkorelasi
dengan nilai ”n”. Semakin besar nilai n akan semakin penjang rantai molekul karet menyebabkan
viskositas mooney semakin tinggi. Karet yang terlalu keras kurang disukai konsumen, karena
akan mengkonsumsi energi yang lebih besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang
jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositas mooney-nya terlalu rendah juga kurang disukai
karena sifat tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi rendah.
Adanya ikatan rangkap karbon ( -C=C- ) padas molekul karet memungkinkan dapat
terjadi reaksi oksidasi. Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap molekul,
sehingga viskositas mooney menurun. Terjadinya pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga
panjang rantai polimer semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan
sifat Po dan PRI karet jadi rendah. Oksidasi karet oleh udara (O2) akan semakin lambat bila
kadar antioksidan alam (protein dan lipida) tinggi serta kadar ion – ion logam dalam karet (Ca,
Mg, Cu, Fe, Na, Rb dan Mn) rendah.
7
2.2.2 Komposisi Lateks:
Karet 30 – 40%
Protein 2-2.7%
Resin 1.5-3.5%
Gula 1-2%
Ash 0.4-0.7%
Sterol glucosides 0.07-0.47%
Air 55-65%
Sumber: K.F. Heinisch, Dictionary of Rubber, 1974
Berat molekul karet berkisar antara 50,000 sampai 3,000,000. 60% molekul karet
memiliki berat yang lebih besar dari 1,300,000. Unit berulang yang terdapat pada karet
alam memiliki konfigurasi cis yang bermanfaat untuk elastisitasnya. Jika konfigurasinya
adalah trans, polymer-nya keras .
2.2.3 Vulkanisasi
Karena hanya ada sedikit rantai yang bersilangan pada molekul karet, karet alam
termasuk thermoplastic, dimana ia menjadi lunak dan lengket pada temperatur panas dan
mengeras pada temperatur dingin. Unsur kekurangan yang tidak diinginkan pada karet
alam ini diatasi pada tahun 1839, dimana seorang penemu asal Amerika bernama Charles
Goodyear (1800-1860) di Woburn Massachusetts, pada akhir eksperimen secara
kebetulan mencampurkan belerang dan timbal (Pb) pada kompor yang berisi karet alam .
Hal ini menyebabkan molekul karet dapat bersilangan dengan kuat, sehingga tidak dapat
dilarutkan, dan menjadi polymer thermoset. Vulkanisasi merubah karet yang bersifat
plastis(lembut) dan lemah, menjadi karet yang elastis, keras dan kuat.
Pada tahun 1851, Saudara Laki-Laki Goodyear menggunakan belerang untuk
mengkonversi karet alam menjadi ebonite yaitu thermoplastic pertama. Sekarang ini,
vulkanisasi karet alam dilakukan dengan memanaskan karet alam dan dicampur dengan
(5%-8% belerang), zinc oxide (5%) dan accelerator (0.5%-1%) pada suhu 400-440
Kelvin sekitar setengah jam. Semakin banyak belerang/sulfur ditambahkan maka karet
akan semakin keras.
8
2.3 Klasifikasi Karet
Berdasarkan asalnya, karet dibedakan menjadi dua jenis yaitu karet alam dan karet
sintetis.
2.3.1 Karet Alam dan Karet Sintetis
2.3.1.1 Karet Alam
Karet alam adalah karet yang berasal dari alam dengan struktur dasar
rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara
10.000 – 400.000. Susunannya adalah –CH–C(CH3)=CH–CH2–. Adapun sifat-
sifat umum dari karet alam adalah warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus
cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat karet
yang kenyal membuat karet mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon. Pada
suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan.
Perbedaan karet dengan benda-benda lain tampak nyata pada sifat karet yang
lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam
adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang
sangat tinggi. Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang
sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih
pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam
sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain
ditambahkan.
Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah
menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan
dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam
pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah
dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-
barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan. Karet alam
mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral,
9
lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll. Ada beberapa jenis karet alam yang
dikenal luas yaitu:
a. Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan
bahwa bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan
bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang
mengusahakan kebun karet. Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi
menjadi 4 macam:
1. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan dan belum mendapatkan
tambahan atau tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).
2. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah
disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah
digiling tetapi belum jadi.
3. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut.
4. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
b. Karet alam konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam
konvensional. jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan
crepe. Jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional antara lain sebagai
berikut :
1. Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang
mendapat proses pengasapan dengan baik.
2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda
dan ada yang tebal dan tipis.
3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan banyak
dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate.
10
4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,
potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
c. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak
berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang
dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses
pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan
untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
d. Karet bongkah (block rubber)
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah
ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
e. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis.
Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada
jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini.
f. Tyre rubber
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
g. Karet reklim (reclaimed rubber)
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet
bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya
boleh dibilang karet reklim dalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah
divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran sebab
bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya
juga baik.
2.3.1.2 Karet Sintetis
11
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyak bumi. Biasanya karet sintetis yang dibuat akan memiliki sifat tersendiri
yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak,
pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas. Jenis karet sintetis di antaranya
adalah:
1. SBR (styrene butadiene rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan
penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet
alam.
2. CR (chloroprene rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR
ketahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh
oksigen dan ozon di udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala api.
Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi dengan belerang melainkan
menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan bahan pemercepat tertentu.
Minyak bahan pelunak ditambahkan ke dalam CR untuk proses pengolahan
yang baik.
3. IIR (isobutene isoprene rubber)
IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap
sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga
terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat
matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat
jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya
bila akan diolah menjadi suatu barang. IIR yang divulkanisir dengan damar
fenolik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi serta proses
pelapukan/penuaan.
4. NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile buatadiene rubber
12
NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini
disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Semakin besar
kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak, lemak
dan bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan
NBR adalah sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR
yang memiliki viskositas awal yang sesuai dengan keinginan. NBR
memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa
ester.
5. EPR (ethylene propylene rubber)
Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya
menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya
melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya
dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang
ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan
yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta
pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat
yang rendah.
2.3.2 Standard Indonesia Rubber (SIR)
SIR adalah singkatan dari Standard Indonesia Rubber yang merupakan
karet spesifikasi teknis produksi Indonesia yang salah satunya ditetapkan melalui
pengujian karakteristik seperti kadar kotoran, kadar abu, PRI dan untuk SIR
tertentu dilakukan pengujian warna, ASHT, viskositas mooney.
Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisitas Retensi
Indeks (PRI) nya dan digolongkan dengan menggunakan simbol huruf H, M, dan
S. H menunjukkan nilai PRI nya sebesar 80, M untuk nilai PRI antara 60 – 79, dan
S untuk nilai PRI antara 30 – 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30
tidak boleh dimasukkan ke dalam golongan SIR (Setyamidjaja, Djoehana. 1995).
PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk
13
mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Untuk
menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plastemeter.
2.4 Sifat karet
Karet Alam maupun Karet sintetis sering juga disebut dengan Elastomer. Elastomer
adalah zat yang apabila ditarik/diberi tegangan akan dengan cepat kembali ke bentuk semula bila
tarikan atau tegangan dilepaskan/dibebaskan.
2.4.1 Sifat Karet Alam
Karet alam memiliki sifat-sifat unggul dan sifat-sifat yang lemah sbb :
1. Karet alam bersifat keras dan elastis, tetapi akan melunak dan lengket bila
berada pada suhu yang tinggi dan mengeras dan padat pada suhu rendah.
2. Spesifik gravity-nya 0.915.
3. Memiliki daya elastisitas tinggi.
4. Memiliki ketahanan terhadap daya gesek dan kekuatan tensil rendah.
5. Tidak dapat larut dalam air, acetone, alkali.
6. Larut dalam larutan ether, carbon disulphide, carbon tetrachloride, turpentine
dan minyak tanah.
7. Bila karet alam divulkanisasi akan memiliki sifat-sifat sbb :
Karet Alam Karet Alam Yang telah Di Vulkanisasi
Lunak dan lengket pada suhu tinggi Keras dan tidak lengket pada suhu tinggi
Kekuatan tensil rendah dan tidak kuat Kekuatan tensil tinggi dan kuat
Daya pegas rendah Daya pegas tinggi
Hanya dapat digunakan pada temperatur
10 to 60 derajat celcius.
Dapat digunakan pada temperature
dari (minus) -40 sampai 100 derajat
Celcius
Resisten terhadap Abrasi Rendah Resisten Terhadap Abrasi Tinggi
Menyerap Banyak Air Menyerap Sedikit Air
Dapat cair di larutan ether, carbon
disuphide, carbon tetrachlo ride,
petrol dan turpentine
Tidak dapat dilarutkan pada larutan biasa
14
2.4.2 Sifat Karet Sintesis
Sekarang ini karet alam jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet
sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat
digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki oleh karet
alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelemahan karet sintetis jika
dibandingkan karet alam adalah berikut ini.
a. Memiliki daya elastisitas dan daya lenting yang rendah.
b. Memiliki plastisasi yang kurang baik sehingga pengolahannya cukup sulit.
c. Mempunyai daya aus yang rendah.
d. Mudah panas
e. Kurang tahan terhadap keretakan
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan untuk beberapa keadaan:
1. Tahan terhadap berbagai zat kimia.
2. Harga cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
3. Pengiriman atau suplai karet sintetis jarang mengalami kesulitan yang sulit
diharapkan dari pengiriman atau suplai karet alam.
Namun, setiap jenis karet mempunyai sifat yang kadang tidak ditemukan pada
jenis karet yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada jenis karet yang
paling baik, semua tergantung penggunaannya
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Karet
15
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas karet. Diantaranya adalah lateks
dan bahan kimia karet.
2.5.1 Lateks
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet ,harus memiliki kualitas yang
baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, di antaranya
adalah :
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi,musim kemarau keadaan
lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari alumunium atau baja tahan karat)
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki,jarak,jangka waktu)
5. Kualitas air dalam pengolahan
6. Bahan-bahan kimia yang dgunakan
7. Komposisi lateks
2.5.2 Bahan Kimia Karet
Bahan kimia tersebut terdiri atas bahan kimia pokok dan bahan kimia
tambahan. Bahan kimia pokok adalah bahan kimia yang diperlukan dalam setiap
kompon karet. Bahan kimia tambahan adalah bahan kimia yang hanya ditambahkan pada
pembuatan barang karet tertentu, seperti bahan pewarna, bahan peniup, bahan pewangi
dan bahan penunjang. Disini hanya akan dibahas bahan kimia pokok karet, yaitu :
a. Bahan Pemvulkanisasi
Proses vulkanisasi dapat berlangsung jika ada bahan pemvulkanisasi. Suatu bahan
yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet sehingga terjadi ikatan
silang. Bahan Pemvulkanisasi utama adalah belerang (S), dan dapat juga diganti
dengan DCP (Dicumyl Peroksida) dan Benzoil Peroksida.
b. Bahan Pemercepat
Bahan pemercepat adalah bahan kimia yang ditambahkan dalam jumlah sedikit
untuk pempercepat proses vulkanisasi dan mengurangi jumlah pemakaian sulfur
yang dipakai. Bahan pemercepat terdiri atas dua bagian yaitu bahan pemercepat
16
organik. Contohnya karbonat, kapur dan magnesium. Sedangkan bahan
pemercepat anorganik contohnya MBTS (Merkapto Dibenzothylazole Disulfida)
dan TMTD (Tetra Metil Tiuram Disulfida). (Sufianto. 2004)
c. Bahan Pengaktif (activator)
Bahan pengaktif adalah bahan yang ditambahkan dalam sistem vulkanisasi yang
dipercepat untuk meningkatkan pemercepatan agar sistem mencapai kemampuan
penuh dalam membentuk ikatan silang. Umumnya bahan pemercepat tidak dapat
bekerja baik tanpa bahan pengaktif. Bahan pengaktif biasanya digunakan adalah
oksida – oksida logam. Contoh : ZnO.
d. Bahan Pelunak (Plastizer)
Bahan pelunak berguna untuk menurunkan viskositas karet, agar karet mudah
bercampur dengan bahan – bahan kimia lain sewaktu dalam penggilingan
sehingga melunakkan karet mentah agar mudah diolah. Contoh : asam stearat.
e. Bahan Antioksidan
Bahan antioksidan ditambahkan dalam pembuatan kompon agar melindungi karet
sebelum dan sesudah vulkanisasi, terhadap pengusangan oleh oksidasi, panas,
sinar matahari (ozon) dan pengaruh mekanis. Karet alam telah memiliki bahan
antioksidan alami, tetapi karena kadarnya rendah tidak cukup untuk melindungi
karet terhadap proses oksidasi. Bila tidak ditambahkan bahan antioksidan tersebut
pada karet, maka karet akan mudah lengket dan lunak serta menjadi keras dan
retak – retak ataupun rapuh. (Tim Penulis PS. 2007)
f. Bahan Pengisi
Kegunaaan bahan ini adalah meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik
pengolahan tertentu, mengurangi biaya, pengisi aktif dapat menguatkan barang
jadi sedangkan pengisi tidak aktif tidak menguatkan barang jadi. Contoh : Carbon
Black, Silica dan Silikat bila dilakukan penambahan yang optimum dapat
meningkatkan kekerasan, modulus ketahanan sobek, dan tegangan putus.
17
2.6 Manfaat
Karet memiliki banyak manfaat yang digolongkan berdasarkan pembagian karet menurut
asalnya. Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang, antara lain:
1. Bahan mesin-mesin penggerak.
2. Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu
karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan
bahan-bahan pembungkus logam.
3. Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan
penahan getaran, misalnya shock absorbers.
4. Bahan tahanan dudukan mesin.
5. Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain
membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.
6. Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.
7. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak
juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan
bahan plastik.
8. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur
busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet
sebagai bahan pembuat.
9. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan
10. Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat dari karet,
misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.
Karet sintetis memiliki berbagai manfaat diantaranya:
1. Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet
untuk bensin dan minyak, membran, seal, gasket, serta barang lain yang banyak
dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas
2. Jenis CR (Chloroprene Rubber) digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus
kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut.
3. Jenis CR digunakan untuk perekat.
18
4. Jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga
pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau
minyak.
5. Jenis EPR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.
Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah
diuraikan di atas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi,
industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi
kehidupan manusia. Manfaat secara tak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang
yang dibuat dari bahan karet.
2.6.1 Pengelompokkan industri dan barang karet
1. Kelompok Industri Hulu
Dalam industri hulu karet masih dalam bentuk karet mentah yaitu berupa bokar
(bahan olah karet) dan kayu karet.
2. Kelompok Industri Antara
Dalam industri antara karet diolah menjadi beberapa produk seperti crumb rubber
(karet lemah), sheet/RSS, letak pekat, thin pole crepe, brown crepe.
3. Kelompok Industri Hilir
Dalam industri hilir akan dihasilkan produk jadi seperti ban dan produk terkait
serba ban dalam, barang jadi karet untuk keperluan industri, barang karet untuk
keperluan, alas kaki dan komponennya, barang jadi karet untuk penggunaan umum,
dan alat kesehatan dan laboratorium.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung dalam lateks beberapa jenis
tumbuhan, khususnya Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Namun, karet juga dapat diproduksi
secara sintesis. Polyisoprena(karet) adalah gabungan dari unit – unit monomer hydrocarbon
C5H8 (isoprene) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat banyak. Berdasarkan
asalnya, karet dibedakan menjadi dua jenis yaitu karet alam dan karet sintetis. Karet alam adalah
karet yang berasal dari alam dengan struktur dasar rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat
molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 – 400.000. Sedangkan karet sintetis dibuat dengan
mengandalkan bahan baku minyak bumi.
Karet alam maupun karet sintetis sering juga disebut dengan elastomer, yakni apabila
ditarik karet akan dengan cepat kembali ke bentuk semula setelah dilepaskan. Karet alam
memiliki daya elastisitas yang lebih baik dari karet sintetis. Namun, karet sintetis memiliki harga
yang stabil dan suplai yang mudah. Faktor yang mempengaruhi kualitas karet antara lain adalah
lateks dan bahan kimia karet.Karet memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia,
diantaranya adalah untuk ban kendaraan dan penahan getaran pada jembatan.
3.2 Saran
Pengetahuan tentang karet dan pengolahannya hendaknya dipelajari dan dikembangkan
semaksimal mungkin, sehingga pemanfaatan karet yang merupakan salah satu hasil perkebunan
terbesar Indonesia menjadi lebih optimal dan berguna untuk meningkatkan ekonomi negara.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22