27
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Jasmani Mata pelajaran Pendidikan Jasmani telah beberapa kali mangalami perubahan nama. Nama terakhir adalah Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (BSNP 2006:512, 648). Pendidikan jasmani adalah aktivitas psikomotorik yang dilaksanakan atas dasar pengetahuan (kognitif), dan pada saat melaksanakannya akan terjadi perilaku pribadi yang terkait dengan sikap/afektif (seperti kedisiplinan, kejujuran, percaya diri, ketangguhan) serta perilaku sosial (seperti kerjasama, saling menolong), atau pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, yang akan baik pelaksanaannya apabila didukung dengan pengetahuan tentang cara melakukannya, perilaku hidup sehat, aktif, akan mengembangkan sikap jujur, disiplin, percaya diri, tangguh, pengendalian emosi, serta kerjasama, saling menolong. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah yang meliputi psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Selain itu pengalaman tersebut dilaksanakan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku, dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang, sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif. B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani (BSNP 2006:513, 648) adalah: 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang 1

KARAKTERISTIK · Web viewDalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KARAKTERISTIK

KARAKTERISTIK

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani telah beberapa kali mangalami perubahan nama. Nama terakhir adalah Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (BSNP 2006:512, 648). Pendidikan jasmani adalah aktivitas psikomotorik yang dilaksanakan atas dasar pengetahuan (kognitif), dan pada saat melaksanakannya akan terjadi perilaku pribadi yang terkait dengan sikap/afektif (seperti kedisiplinan, kejujuran, percaya diri, ketangguhan) serta perilaku sosial (seperti kerjasama, saling menolong), atau pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, yang akan baik pelaksanaannya apabila didukung dengan pengetahuan tentang cara melakukannya, perilaku hidup sehat, aktif, akan mengembangkan sikap jujur, disiplin, percaya diri, tangguh, pengendalian emosi, serta kerjasama, saling menolong.

Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah yang meliputi psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Selain itu pengalaman tersebut dilaksanakan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku, dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang, sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif.

B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani (BSNP 2006:513, 648) adalah:

1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih

2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis

6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (BSNP: 513, 649) adalah sebagai berikut.

1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya

2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya

3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya

4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya

5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya

6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

D. Pendekatan Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Jasmani

Pendekatan pembelajaran adalah cara untuk mencapai tujuan mengajar yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Tujuan belajar yang dimaksud adalah dalam wujud pengetahuan dan bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan pada diri siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

Menurut Mosston dan Ashworth (1994) pendekatan yang sering digunakan dalam aktivitas pendidikan jasmani ada 7, yaitu:

a. Pendekatan pengetahuan-ketrampilan (knowledge-skill approach)

Pendekatan ini dibagi menjadi 2 metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill)

b. Pendekatan sosialisi (sosialization approach)

Dalam pendekatan ini pendidikan tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan pribadi dan berkarya saja, tetapi juga ketrampilan berinteraksi sosial dan hubungan manusiawi.

c. Pendekatan personalisasi

Landasan pemikiran pendekatan ini adalah aktivitas pendidikan jasmani dapat digunakan untuk sebagai media pengembangan kualitas pribadi. Metodenya adalah problem solving.

d. Pendekatan belajar (learning approach)

Tujuan pendekatan ini untuk mempengaruhi kompetensi dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer assisted instruction (CAI), dan metode kreativitas dan pemecahan masalah.

e. Pendekatan motor learning

Pendekatan ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi ketrampilan dan teori proses informasi yang diterima. Metode yang dikembangkan berdasarkan pendekatan ini adalah part-whole methods dan modeling (demonstration)

f. Spektrum gaya mengajar

Spektrum gaya mengajar dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab. Metode yang ada dalam spektrum gaya mengajar ada 11 yaitu:

· Gaya komando (the command style)

· Gaya latihan (the practice style)

· Gaya resiprokal (the reciprocal style)

· Gaya inklusi (the inclusion style)

· Gaya uji mandiri (the self check style)

· Gaya penemuan terbimbing (guided discovery)

· Gaya penemuan tunggal (convergent discovery)

· Gaya penemuan beragam ( divergent production)

· Gaya program individu (individual program)

· Gaya inisiasi siswa (learner initiated)

· Gaya pengajaran mandiri (self teaching)

Dari 11 gaya mengajar Mosston tersebut ada 4 macam gaya mengajar yang sering digunakan dan dapat dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Gaya tersebut adalah:

1. Gaya komando (The Command Style)

Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar.

2. Gaya latihan atau penugasan (The Practice Style)

Pada awalnya guru menggunakan gaya komando, namun dalam tahap tertentu memberi tugas kepada siswa dan dalam melaksanakan tugas tersebut siswa boleh mengambil keputusan sendiri. Perubahan harus diadakan dengan cara pengalihan keputusan yang spesifik dari guru kepada peserta didik/siswa dalam 9 (sembilan) kategori pelaksanaan, yang terdiri dari: (1) sikap (2) lokasi (3) urutan tugas (4) waktu untuk mengawali tugas (5) irama dan kecepatan (6) waktu untuk mengakhiri tugas (7) interval; (8) pakaian dan penampilan dan (9) inisiatif pertanyaan sebagai klarifikasi.

Guru berperan dalam membuat keputusan dalam perencanaan dan evaluasi. Guru bertindak sebagai penyusun rencana dan mempresentasikan rencana tersebut kepada peserta didik/siswa. Pada saat pelaksanaan, peserta didik/siswa mempunyai kesempatan untuk belajar mengimplementasikan berdasarkan sembilan kategori tersebut dan guru tidak memberi komando dalam aktivitas siswa. Sedangkan pada tahap evaluasi, guru melakukan observasi/pengamatan terhadap kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik/siswa secara individu. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar.

3. Gaya resiprokal (The Reciprocal Style)

Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan.

4. Gaya inklusi (The Inclusion Style)

Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan peserta didik/siswa menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta didik/siswa yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan dilakukan. Level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan level, guru juga menetapkan criteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri.Dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.

g.Pendekatan taktis permainan (tactical game approaches)

Adalah pendekatan dengan menggunakan permainan, tujuannya agar siswa memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. Melalui kegiatan permainan akan terjadi persaingan dan kompetisi yang dapat mewujudkan keinginan pribadi siswa untuk mencoba kemampuan yang telah dimiliki

E. Manajemen Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Jasmani

Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menetapkan aturan kelas (class routine).

Siswa yang memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diperoleh dari pengalaman hidup sebelumnya yang memungkinkan adanya kebiasaan tidak baik, perlu diarahkan dan dibimbing untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui pemberian aturan pada saat proses pembelajaran, antara lain pemberian tanda/isyarat untuk berkumpul, formasi yang dikehendaki, mendengarkan penjelasan guru, mengikuti perintah/aba-aba, kerjasama dalam kegiatan, penetapan syarat untuk boleh melakukan kegiatan pembelajaran, penggunaan pakaian/ruangan/lapangan dan alat. Aturan ini harus diberikan pada awal pertemuan

2) Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)

Tanda untuk memulai suatu kegiatan harus ada karena apabila tidak ada, akan mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang. Aba-aba memulai kegiatan diharapkan tidak membingungkan siswa (jelas dan tegas). Persiapan perlu dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan tertib. Guru pendidikan jasmani harus mengarahkan siswa untuk segera melakukan kegiatan secara tepat waktu agar pembelajaran berlangsung secara efektif.

3) Mengatur pelajaran (managing the lesson)

Pada pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancar dan tidak mengalami gangguan/hambatan.Guru harus mengoptimalkan keikut sertaan siswa, kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok, dan hal yang tidak kalah pentingnya adalah tidak banyak berceramah pada pembelajaran praktik keterampilan gerak (skill) agar tidak menimbulkan kejenuhan siswa.

4) Mengelompokkan siswa (grouping the students)

Guru merencanakan pembagian kelompok siswa, sesuai dengan jumlah siswa, alat yang tersedia serta formasi yang dikehendaki. Apabila diperlukan dapat pula ditetapkan siswa sebagai ketua kelompok yang bertanggung jawab pada kelompoknya (hal ini juga merupakan pemberian latihan sebagai pemimpin).

5) Memanfaatkan ruang/lapangan dan peralatan (utilizing space and equipment)

Pada pembelajaran praktik keterampilan gerak (skill) guru harus mengoptimal-kan keikutsertaan siswa dalam kegiatan agar repetisi/pengulangan gerakan dapat lebih banyak. Ruang/lapangan dan peralatan harus dioptimalkan penggunaannya namun dengan mempertimbangkan kebutuhan (situasi dan kondisi).Penggunaan ruangan/aula/in-door akan lebih efektif, karena dinding merupakan pembatas yang sangat membantu, terkait dengan lari/menggelindingnya alat yang tidak jauh.

6) Mengakhiri pelajaran (ending the lesson)

Pada akhir pembelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama kegiatan berlangsung, sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Dalam hal ini guru harus membuat klimaks naik kegiatan pada setiap pertemuan, sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya. Untuk akhir kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani harus dilakukan tepat waktu, dengan mempertimbangkan kesempatan siswa untuk menyapu/membersihkan keringat, minum, dan ganti pakaian. Jangan sampai siswa dihukum guru matapelajaran berikut, karena terlambat masuk ke kelas pada pelajaran berikutnya.

F. Strategi Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Jasmani

Strategi pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan atau materi kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Semakin baik strategi pembelajaran yang dimiliki/dikuasai dan dilaksanakan guru, akan semakin menarik minat siswa (senang) untuk aktif berperan (sibuk) dalam aktivitas belajar pendidikan jasmani, sebagai contoh gerakan latihan pendahuluan sebagai warming-up tidak selalu stretching aktif, kalestenik ataupun lari keliling lapangan saja, namun dapat divariasi dengan adanya kegiatan berpasangan, menggunakan alat sederhana. Pada kegiatan latihan inti diharapkan guru memiliki kompetensi dalam mengembangkan daya nalar dan meningkatkan keterampilan siswa melalui kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM), sehingga siswa terbiasa bahkan memiliki otomatisasi untuk bergerak dan mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Tujuh pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani Mosston dan Ashworth dapat dipergunakan sebagai acuan/dasar dalam pengembangan strategi pembelajaran pendidikan jasmani di samping upaya penciptaan alat sederhana maupun pemanfaatan media yang terdapat di sekolah.

G. Media Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Jasmani

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Penggunaan media pembelajaran pendidikan jasmani berupa tape recorder, VCD player akan sangat bermanfaat pada pembelajaran senam erobik, lari multi tahap (multi stage), dan berbagai macam olahraga permainan. Mengetahui kegiatan/aktivitas yang sebenarnya harus diberikan pada siswa (kontekstual) untuk itu penggunaan media VCD player yang terkait dengan kegiatan olahraga (seperti bola voli, basket, nomor atletik, renang, senam, sepakbola dsb) akan sangat membantu tercapainya tujuan tersebut, sebaliknya apabila melalui pendekatan ceramah, siswa hanya akan membayangkan sesuatu yang tidak jelas. Di samping sesuatu yang terlihat dengan indra mata akan lebih melekat memorinya dibandingkan dengan mendengar dengan indra telinga.

H. Penilaian Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Jasmani

Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan/keberhasilan siswa dalam menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Selain itu penilaian juga bertujuan untuk: 1) mengetahui tingkat pencapai kompetensi siswa 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa 3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa 4) mengetahui hasil pembelajaran 5) mengetahui pencapaian kurikulum 6) mendorong siswa belajar 7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.

Berdasarkan kurikulum yang baru 2004/2006 indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 insrumen penilaian yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Jenis tagihan yang dapat digunakan adalah:

a. Kuis

Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip, biasanya dilakukan sebelum pelajaran, kurang lebih 5-10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui ingkat penguasaan siswa.

b. Pertanyaan lisan

Materi yang ditanyakan meliputi pemahaman terhadap konsep, prinsip atau teori.

c. Ulangan harian

Ulangan harian dilakukan secara periodik diakhir pembelajaran 1 atau 2 kompetensi dasar.

d. Ulangan blok

Ulangan blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu.

e. Tugas individu

Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk unjuk kerja yang dilakukan secara individual.

f. Tugas kelompok

Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok.

g. Responsi atau ujian praktik

Ujian responsi bisa dilakukan diawal Praktik atau setelah melakukan Praktik. Ujian yang dilakukan sebelum Praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan Praktik di lapangan atau tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah Praktik tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar Praktik yang telah dicapai peserta didik.

h. Laporan kerja praktik

Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.

Bentuk instrumen dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tes dan non tes. Bentuk instrumen tes meliputi:

1. Pilihan ganda

Bentuk ini mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya obyektif dan dapat dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang terlihat bisa dari tingkat pengetahuan sampai sintesis dan analisis.

2. Uraian obyektif

Jawaban uraian obyektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya obyektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikir yang dapat diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

3. Uraian non obyektif

Ciri uraian bebas adalah jawaban yang bebas. Namun demikian sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya obyektif.

4. Jawaban singkat

Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa cukup banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.

5. Menjodohkan

Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak namun tingkat berpikir masih cenderung rendah.

6. Portofolio

Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan dinilai sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan siswa.Pada pembelajaran gerak dapat dikembangkan model portofolio berupa Kartu Aktivitas Gerak.

Contoh: Buatlah klipping tentang kejuaraan bulu tangkis Sudirman ke IV.

7. Unjuk kerja (performance)

Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, misalnya demonstrasi bentuk latihan kekuatan, kelentukan dan keseimbangan untuk mengembangkan kesegaran jasmani (kebugaran jasmani).

8. Kartu Aktivitas Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Aktivitas siswa pada saat melakukan pendidikan jasmani (kurikuler) dan olahraga (extra kurikuler maupun latihan di luar sekolah/perkumpulan) dicatat oleh siswa sendiri (pemberian kepercayaan pada siswa) pada kartu aktivitas dengan diketahui oleh guru pendidikan jasmani.

Hal ini akan merangsang siswa untuk dapat melakukan lebih banyak kegiatannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Bentuk instrumen non tes meliputi:

1. wawancara

2. inventori

3. pengamatan

I. Perencanaan proses pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru pendidikan jasmani harus menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan dituangkan dalam perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran terdiri dari : program semester (PROMES), silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan rubrik penilaian.

· Program semester (PROMES) disusun berpedoman pada buku standar kompetensi pendidikan jasmani dan kelender pendidikan yang berlaku disekolah tersebut.Kegiatan pembelajaran selama satu semester dituangkan dalam promes disesuaikan dengan hari efektif belajar siswa. Pemilihan materi pokok dan indikator dari tiap-tiap kompetensi dasar dapat dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi sekolah (sarana prasarana yang dimiliki sekolah), kompetensi guru dan siswa.

· Silabus adalah rencana pembelajaran untuk 1 (satu) kompetensi dasar (KD), satu materi pokok, dan terdiri dari 1 (satu) atau beberapa indikator yang dipilih dan ditetapkan guru, merujuk pada buku standar kompetensi pendidikan jasmani untuk tiap tiap jenjang (SD- SMA), disesuaikan dengan kompetensi sekolah, guru dan siswa.Pengalaman belajar merupakan penjabaran berbagai kompetensi yang akan diberikan kepada siswa, dan hal akan sangat tergantung pada kreatifitas dan inovasi dari guru pendidikan jasmani.Untuk pengalaman belajar guru diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM).

· Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan dengan strategi pembelajaran tertentu yang dirancang guru agar kompetensi dasar yang diinginkan dapat tercapai dan merupakan penjabaran dari pengalaman belajar yang telah ditetapkan pada silabus. Pada strategi pembelajaran harus menggunakan metodik pembelajaran yang terdiri dari : A (Pendahuluan), B (Inti pelajaran), dan C (Penutup). Kegiatan pada latihan A memuat aktivitas fisik dan mental siswa agar memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan inti pelajaran agar tidak mengalami cedera dan hal-hal yang tidak diinginkan, pada latihan B memuat aktivitas sebagaimana tertuang pada silabus yang berkaitan dengan indikator kemampuan siswa yang telah dipilih. Di samping itu harus memperhatikan sistematika pembelajaran dari mudah ke sulit, dari ringan ke berat, dari bagian ke global sehingga siswa tidak merasa berat atau sulitnya aktivitas yang dilakukan. Pemberian gambar gerakan diharapkan akan memberi kejelasan dan kemudahan dalam memahami pengalaman belajar yang direncanakan.

· Rubrik penilaian merupakan perangkat evaluasi yang memudahkan guru dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa secara pasti dan jelas dengan menetapkan indikator yang dinilai, sesuai dengan ranah yang diharapkan, baik ranah psikomotor, afektif maupun kognitif. Penonjolan pada pembelajaran aktivitas fisik adalah pada ranah psikomotor, selanjutnya diikuti dengan ranah afektif, karena pada kegiatan fisik dilapangan akan tampak sikap dari masing-masing pribadi siswa secara disadari ataupun tidak. Pemunculan ranah kognitif (pengetahuan teoritis) merupakan pendukung dari kompetensi siswa pada saat melakukan aktivitas fisik.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah: SMP Lab Universitas Negeri Malang

Mata pelajaran: Pendidikan Jasmani

Kelas/Semester: VII (tujuh) / 1

Alokasi Waktu: 4 x 45 menit

Standar Kompetensi : 10. Mempraktikkan teknik dasar senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

Kompetensi Dasar : 10.1 Mempraktikkan teknik dasar gerak guling depan serta nilai kedisiplinan, keberanian, tanggung jawab

Materi Pokok : Guling kedepan (front roll) senam lantai.

Indikator :

2. Berdiri tegak pada sikap awal

3. Kaki rapat pada sikap awal

4. Pandangan lurus kedepan pada sikap awal

5. Kedua lengan lurus keatas membentuk huruf “:V” pada sikap awal

6. Kedua telapak tangan dan kedua kaki menyentuh matras dengan sudut < 60 saat bertumpu

7. Mengangkat tumit atau jinjit

8. Menekuk leher/menundukkan kepala hingga dagu menempelkan ke dada

9. Tengkuk diletakkan/menumpu diatas matras

10. Berguling ke depan dengan cara membusurkan punggung pada saat berguling, disertai ayunan lengan dari atas ke bawah depan

11. Kedua kaki dekat dengan pantat

12. Meletakkan telapaki kaki di atas matras

13. Kedua tangan diayun dari atas hingga lurus kedepan hingga badan seimbang pada posisi jongkok

14. Berdiri tegak pada sikap akhir

15. Kaki rapat pada sikap akhir

16. Pandangan mata ke depan pada sikap akhir

17. Kedua lengan lurus ke bawah membentuk huuf “V” pada sikap akhir

18. Menganalisa gerakan senam guling depan

19. Kedisiplinan saat beraktivitas

20. Semangat beraktivitas

21. Tanggung jawab saat beraktifitas

22. Keberanian saat beraktivitas

23. Percaya diri saat beraktivitas

Materi Pembelajaran: Senam lantai guling ke depan

Metode Pembelajaran : Ceramah, kontekstual, constructivism, dan gaya practice style

Sumber pembelajaran: Buku Olympic Gymnastics oleh Akitomo Kaneko.

Strategi pembelajaran:

KEGIATAN PEMBELAJARAN

KETERANGAN/GAMBAR

ALOKASI WAKTU

A. Pendahuluan.

1. Stretching aktif posisi berdiri.

6 MENIT

1.1 Menundukkan kepala dengan kedua tangan menekan bagian belakang kepala ke bawah.

1.2 Menengadahkan kepala dengan dorongan kedua tangan pada dagu ke atas.

1.3 Kepala menoleh ke samping kiri, telapak tangan kanan menekan dagu bagian kanan, dan sebaliknya ke kiri

1.4 Mematahkan leher ke kanan dengan tarikan jari tangan kanan pada pelipis kiri, dan sebaliknya ke kiri.

1.5 Lengan kanan menyilang kekiri di depan dada, tangan kiri menekan siku kanan yang lurus di depan dada hingga terasa tarikan pada otot bahu kanan, dan sebaliknya.

1.6 Lengan kanan ditekuk dibelakang kepala, tangan kiri menarik siku tangan kanan hingga terasa tarikan pada otot bahu kanan, dan sebaliknya

1.7 Lengan kiri lurus ke depan, telapak tangan terbuka menghadap ke depan, tangan kanan memegang ruas jari telapak tangan kiri dan menarik keempat jari tangan kiri ke belakang, dan sebaliknya

1.8 Bersiri tegak, kaki kangkang, badan dibongkokkan dengan togok tetap lurus, tangan dijulurkan lurus ke depan dengan jari tangan saling mengait.

1.9 Badan membongkok, kaki kangkang dan kurus, kedua tangan yang saling mengait jarinya, kedua lengan dijulurkan lurus dan jauh ke bawah belakang masuk di sela-sela antara kedua kaki, dorong tangan ke arah dalam.

1.10 Berdiri tegak kaki kangkang, kedua lutut ditekuk, telapak tangan bertelekan pada atas lutut dengan lengan tetap lurus. Bahu kiri ditekan ke samping kanan bawah sedangkan lengan kiri relaks, dan sebaliknya.

1.11 Berdiri tegak, salah satu kaki diangkat dan ditekuk seperti posisi bersila di depan badan kedua tangan memegang pergelangan / mata kaki kiri, selanjutnya pergelangan kaki kiri di tarik ke atas, dan sebaliknya.

1.12 Dengan sikap kangkang lebar dengan kuda-kuda kaki kanan kedepan sedangkan kaki kiri lurus kebelakang, badan di tekan kebawah sedangkan tangan kanan bertelekan pada paha kanan bagian bawah (di atas lutut), dan sebaliknya.

1.13 Berdiri bertumpu pada telapak kaki kiri, kaki kanan selunjur ke depan dan bertumpu pada tumit, kedua tangan memegang telapak kaki kanan,dilakukan gerakan mencium lutut kanan, dan sebaliknya.

2. Kalestenik Menggunakan Lingkaran Selang Air

5 MENIT

2.1. Dengan formasi berdiri berbanjar kaki kangkang, siswa mengoperkan lingkaran selang air kepada orang yang berdiri di belakangnya dengan cara memutar badan ke arah samping kanan/kiri dan kedua lengan dalam keadaan lurus.

2.2. Dengan formasi berdiri berbanjar kaki kangkang, siswa mengoperkan lingkaran selang air kepada orang yang berdiri dibelakangnya melalui atas kepala dengan cara membusurkan badan dan menjulurkan kedua lengan yang memegang selang lurus ke belakang.

2.3. Dengan formasi berdiri berbanjar kaki kangkang, siswa mengoperkan lingkaran selang air ke pada orang yang berdiri dibelakangnya melalui antara kedua kaki dengan cara membongkokkan badan dan menjulurkan kedua lengan yang memegang selang lurus kebelakang.

2.4 Dengan formasi duduk selunjur kaki kangkang siswa mengoperkan lingkaran selang air kepada orang yang duduk di belakangnya dengan cara memutar badan ke arah samping kanan/kiri dan kedua lengan dalam keadaan lurus.

2.5 Dengan formasi duduk selunjur kaki kangkang siswa mengoperkan lingkaran selang air kepada orang yang duduk di belakangnya dengan cara tidur telentang dengan kedua lengan dalam keadaan lurus, dan stelah selang berada di belakang, dengan bangun tidur slang dioperkan ke depan lagi dan seterusnya.

B. INTI

45 MENIT

1. Duduk selunjur kaki rapat badan tegak, Gerakan membongkok-bongkokkan badan (mencium lutut) 4 hitungan kemudian angkat kaki dijulurkan pada lantai di atas kepala dan ujung kaki dipantul-pantulkan 4 hitungan. Lakukan sampai 5 kali gerakan (Gb.B.1).

2. Dengan tidur telentang togok/punggung ibusurkan, dua tangan memeluk kaki (tulang kering), badan di goyang-goyangkan/digulingkan / kuda goyang (Gb.B.2)

3. Pengenalan hukum keseimbangan, dengan 3 orang sebagai model, A berdiri dengan kaki kangkang, B kakinya rapat dan C kakinya diangkat satu (Gb.B.3).

· Siapakah paling luas

tumpuannya ?

· Siapa yang lebih

seimbang ?

· Posisi siapa yang

lebih kokoh ?

· Bagaimana apabila semakin luas bidang tum puannya?

4. Pengenalan peran titik berat badan pada latihan gerak, rusaknya titik berat badan, dan sikap yang harus dipilih pada saat bergerak maupun bertahan/diam (Gb.B.4).

5. Pengenalan konsep dasar gerak yang dikaitkan dengan titik berat badan dan stabilitas/keseimbangan (Gb.B5).

6. Sikap awal sebelum guling ke depan, dengan kaki rapat, badan tegak, kedua tangan lurus menyudut ke atas dan pandangan mata lurus ke depan. (Gambar A tampak dari depan dan B tampak dari samping)

7. Teknik menumpukan telapak tangan dan telapak kaki dengan sikap badan membongkok dengan sudut < 60 derajat (Gb.B.7).

8. Teknik mengangkat tumit untuk memindahkan titik berat badan ke depan.

9. Teknik menekuk siku untuk memindahkan titik berat badan ke depan.

10. Cara meletakkan tengkuk diatas matras dengan menekuk leher/menundukkan kepala.

11. Teknik berguling ke depan dengan cara membusurkan punggung pada saat berguling, disertai ayunan lengan dari atas ke bawah depan.

12. Posisi jongkok sebagai gerak lanjutan sebelum melakukan sikap akhir dari gerakan berguling hingga posisi seimbang sehingga siap untuk berdiri dengan mudah

13. Sikap akhir setelah guling ke depan, dengan kaki rapat, badan tegak, kedua tangan lurus menyudut ke bawah dan pandangan mata lurus ke depan

14. Rangkaian gerakan guling ke depan mulai dari sikap awal hingga akhir.

A. Penutup

1. Evaluasi pembelajaran guling ke depan yang telah dilaksanakan :

Evaluasi gerakan pembelajaran guling ke depan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi siswa terhadap materi pokok yang telah diajarkan.

6 menit

2. Stretching pasif dengan macam gerakan :

2.1. Tangan kiri memegang pundak, tangan kanan menekan bagian atas belakang kepala pasangan hingga tertunduk dalam-dalam.

2.1. Tangan kiri menekan pundak, lutut kanan ditempelkan (menahan) punggung pasangan, tangan kanan menekan dahi hingga kepala tengadah

2.2. Tangan kanan menhan pundak kanan pasangan sedangkan tangan kiri menekan pelipis kanan (gerakan mematahkan leher ke kiri).

2.3. Tangan kanan ditempelkan pipi kanan pasangan, tangan kiri ditempelkan bagian belakang kepala, gerakan memutar kepala ke kiri, dan sebaliknya.

2.4. tangan kanan memegang siku kiri pasangan, sedangkan tangan kiri dikaitkan pada belakang leher, dengan gerakan menggunting tangn kanan menarik siku ke kanan, sedangkan tangan kiri menahan leher.

2.5. Lutut kanan dibengkokkan dan menahan punggung pasangan, sedangkan kedua tangan memegang lengan pasangan, dilakukan gerakan menarik kedua lengan lurus ke belakang hingga otot dada dan lengan tertarik maksimal.

2.6. Jongkok di belakang pasangan , tangan kanan memegang siku kiri pasangan sedangkan tangan kiri memegang siku kanan pasangan yang disilangkan di depan dada, siku pasangan ditarik (gunting) kearah yang berlawanan.

2.7. Dengan menekan pangkal lengan yang ditekuk, dengan telapak tangan di belakang tengkuk, dilakukan gerakan memutar badan ke arah kanan dengan kaki kiri dilangkahkan dibagian dalam paha kiri.

2.8. Menekan punggung pasangan yang sedang mencium lutut kanan, dan sebaliknya.

RUBRIK PENILAIAN

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Sekolah : SMP Lab Universitas Negeri Malang

Kompetensi Dasar : Mempraktikkan rangkaian senam lantai dengan menggunakan bantuan serta nilai percaya diri,

kerjasama, tanggung jawab, menghargai teman

Materi Pokok : Senam Lantai (Roll depan)

N0

Indikator

Nama Siswa

SIKAP AWAL

Berdiri tegak

Kaki rapat

Pandangan mata lurus ke depan

Kedua lengan lurus ke atas

membentuk huuf “V”

SIKAP SAAT MELAKUKAN

Kedua telapak tangan dan kedua kaki menyentuh matras

Dengan sudut < 60

Angkat tumit atau jinjit

Menekuk leher/menundukkan kepala hingga dagu menempelkan ke dada

Tengkuk diletakkan/menumpu diatas matras

berguling ke depan dengan cara membusurkan punggung pada saat berguling, disertai ayunan lengan dari atas ke bawah depan.

Kedua kaki lurus saat di atas tubuh

Letakkan telapak kaki

di matras

Kedua tangan mendorong

ke atas sampai posisi jongkok

SIKAP AKHIR

Berdiri tegak

Kaki rapat

Pandangan mata ke depan

Kedua lengan lurus ke bawah

membentuk huuf “V”

Analisa gerakan senam guling depan

Kedisiplinan

Semangat beraktivitas

Tanggung jawab

Keberanian

Percaya diri

Ket

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Mengetahui :

Malang , ………........… 2009

Kepala Sekolah

Guru Penjasorkes

Gbr.2.9

Gbr.2.8

Gbr.2.7

Gbr.2.6

Gbr.2.5

Gb.2.4

Gb.2.3

Gb.2.2

Gbr.2.1

Gb.B.12

Gb.B.11

Gbr.B.10

Gb.B.9

Gb.B.8

Gb.B.7

B

Gb.B.6

A

B

Gb.B.5

Gb.B.4

Gb.B.3

Gb.B.2

Gb.B.1

Gb.2.5

Gb.2.4

Gb.2.3

Gb.2.2

Gb.2.1

Gb.1.13

Gb.1.12

Gb.1.11

Gb.1.10

Gb.1.9

Gb.1.8

Gb.1.7

Gb.1.6

Gb.1.5

Gb.1.4

Gb.1.3

Gb.1.2

Gb.1.1

16