KARAKTERISTIK KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN ABSORBSI …
92
KARAKTERISTIK KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN ABSORBSI BETON AKIBAT PENAMBAHAN STYROFOAM DAN SUPERPLASTICIZER TUGAS AKHIR 120404135 RINALDY SIMANJUNTAK BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 Universitas Sumatera Utara
KARAKTERISTIK KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN ABSORBSI …
KARAKTERISTIK KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN ABSORBSI BETON AKIBAT
PENAMBAHAN STYROFOAM DAN
SUPERPLASTICIZER
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
KARAKTERISTIK KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN ABSORPSI BETON AKIBAT
PENAMBAHAN STYROFOAM DAN SUPERPLASTICIZER
TUGAS AKHIR
menempuh Colloqium Doctum/Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing
Pembanding I Pembanding II
Ir. Torang Sitorus, M.T. M Agung P Handana, ST, MT NIP. 19571002
198601 1 001 NIP 19821206 201012 1 005
Disetujui Oleh :
Medis Sejahtera Surbakti, S.T, M.T, Ph.D
NIP. 19710914 200012 1 001
BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
KARAKTERISTIK KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN ABSORPSI BETON AKIBAT
PENAMBAHAN STYROFOAM DAN
SUPERPLASTICIZER
ABSTRAK
Penggunaan beton sebagai pembentuk struktur bangunan pada proyek
konstruksi semakin meningkat. Berbagai penelitian dilakukan untuk
meningkatkan kualitas beton, salah satu inovasinya adalah beton
ringan. Beton ringan merupakan beton yang mempunyai berat jenis
yang lebih kecil dari beton normal, yaitu 1850 kg/cm³ atau lebih
kecil (SK SNI 03-3449-2002). Salah satu pembuatan beton ringan
yaitu dengan menggunakan agregat ringan. Dalam penelitian ini bahan
alternatif yang digunakan adalah styrofoam.Styrofoam atau expanded
polystyrene biasa dikenal sebagai gabus putih yang umumnya
digunakan untuk tempat makanan dan minuman, pengemas pengaman
barang elektronik, mesin maupun pecah belah, dekorasi dan
sebagainya. Material dari styrofoam ini bersifat non-daur ulang dan
nonbiodegradable (tidak dapat membusuk menjadi zat konstituen).
Pemakaian styrofoam sebagai pengganti agregat dilakukan untuk
mengurangi efek berat volume dari beton. Beton yang dibuat dengan
penambahan styrofoam dapat disebut beton- styrofoam (styrofoam
concrete) yang disingkat styrocon.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh
kuat tekan, kuat tarik belah, berat isi, dan absorpsi betondengan
menggunakanstyrofoamsebagai pengganti sebagian volume beton dan
superplasticizer. Perbandingan semen dan agregat halus yang
digunakan untuk campuran beton adalah 1 : 2, dengan faktor air
semen adalah 0,25, subsitusi superplasticizer terhadap semen adalah
2%. Variasi penambahan styrofoam terhadap volume betonadalah 0%,
10%, 20%, 30% dan 40% dengan masing-masing tiga sampel untuk
pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, berat isi dan absorpsi.
Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm. Pengujian ini dilakukan pada beton umur 28
hari.
Hasil pengujian kuat tekan beton styrofoam menunjukkan adanya
pengaruh penambahan styrofoam terhadap kuat tekan beton jika
dibandingkan dengan beton normal. Kuat tekan dan tarik belah yang
paling maksimum terjadi pada penambahan 10% styrofoam terhadap
volume beton yaitu sebesar 22,628 MPa dan 4,326 MPa jika
dibandingkan dengan beton normal sebesar 24,532 MPa dan 4,8 MPa.
Berat isi dan absorpsi minimum diperoleh pada 40% subsitusi
styrofoam terhadap volume sebesar 1670,484 kg/m³dan 0,36%. Beton
dengan substitusi 30% styrofoam dengan kuat tekan sebesar 18,401
Mpa dan berat isi sebesar 1797,392 kg/m3dapat dikategorikan sebagai
beton ringan struktural.
Kata kunci : beton styrofoam, styrocon, kuat tekan, kuat tarik
belah, absorpsi
Universitas Sumatera Utara
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
karunia
kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana
Teknik Sipil bidang
Struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara,
dengan judul“Karakteristik Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Absorpsi
Beton
Akibat PenambahanStyrofoamdan Superplasticizer”
Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini tidak
terlepas dari
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
beberapa pihak
yang berperan penting yaitu :
1. Ibu Rahmi Karolina, ST, MT selaku pembimbing, yang telah
banyak
memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu,
tenaga
dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir
ini.
2. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Ridwan Anas, ST, MTselaku Sekretaris Departemen Teknik
Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Torang Sitorus, MT dan Bapak M Agung Putra Handana,
ST,
MTselaku Dosen Pembanding dan Penguji, atas saran dan masukan yang
di
berikan kepada penulis terhadap tugas akhir ini.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen
Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas
teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini
kepada
saya.
7. Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa: Bagas Sangga Buana sebagai
asisten
laboratorium pendamping, dan asisten yang lain yang telah membantu
memberi
masukan dan mendukung selesainya tugas akhir ini.
Universitas Sumatera Utara
8. Teristimewa untuk keluarga saya, terutama kepada kedua orang tua
saya, G.
Simanjuntak dan mendiang R. Purbayang telah memberikan doa,
bimbingan,
motivasi, semangat dan nasihat kepada saya. Terima kasih atas
segala
pengorbanan, yang telah di berikan kepada saya. Tak lupa untuk
abang saya,
Wira Romian Simanjuntak yang juga selalu memberikan dukungan kepada
saya.
9. Teman-teman tim beton yang selalu membantu saya, Brian Pardosi,
Novita
Simbolon, Ecy Damanik, Hendra Sigalingging. Tidak lupa untuk
Hizkia
Gultom, Agita Simanjuntak, Anastasia Batubara , Yohana Zalukhu,
Michael
Chandra, Luccas Saragih, Fanny Barimbing, dan Agnes Sinaga yang
turut
membantu, serta teman-teman seperjuangan sipil, Astrya Simalango,
Sintongdo
Sihombing, Claudya Tarigan, Aditya Manau, George Tobing, Joshua
Manggala.
10. Teman-teman satu stambuk yang luar biasa, Teknik Sipil USU
2012.
11. Terpenting untuk semua teman-teman dan adik-adik lainnya yang
tidak dapat
disebutkan seluruhnya terima kasih atas doa, semangat dan
bantuannya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh
dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang
bersifat
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini
dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
..................................................................................................................
i KATA PENGANTAR
...............................................................................................
ii DAFTAR ISI
.............................................................................................................
iv DAFTAR GAMBAR
................................................................................................
vi DAFTAR TABEL
...................................................................................................
vii DAFTAR LAMPIRAN
...........................................................................................
viii DAFTAR NOTASI
...................................................................................................
ix
BAB 1PENDAHULUAN
...........................................................................................
1 1.1 Latar Belakang
.......................................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah
..................................................................................
2 1.3 Tujuan Penelitian
...................................................................................
2 1.4 Manfaat Penelitian
.................................................................................
2 1.5 Batasan Masalah
....................................................................................
3 1.6 Metode Penelitian
...................................................................................
4
1.7 Diagram Alir Metode Penelitian
............................................................. 5 1.8
Sistematika Penulisan
.............................................................................
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
.................................................................................
7
2.1 Umum
....................................................................................................
7 2.2 Sifat Mekanik Beton
..............................................................................
9
2.2.1 Kemudahan pengerjaan (workability)
............................................ 9 2.2.2 Berat isi
.......................................................................................
12 2.2.3 Absorpsi
.......................................................................................
13 2.2.4 Kuat tekan beton
..........................................................................
13 2.2.5 Kuat tarik belah beton
..................................................................
15
2.3 Beton Ringan
.......................................................................................
16 2.4 Beton Styrofoam(Styrocon)
...................................................................
18 2.5 Bahan Penyusun Beton Ringan
.............................................................
19
2.5.1 Semen
...........................................................................................
19 2.5.1.1 Semen portland
............................................................... 19
2.5.1.2 Senyawa utama dalam semen portland
........................... 20 2.5.1.3 Sifat-sifat semen portland
................................................ 21
2.5.2 Agregat halus
...............................................................................
22 2.5.3 Styrofoam (expanded polysterene)
............................................... 27
2.5.3.1 Umum
.............................................................................
27 2.5.3.2 Proses pembuatan styrofoam
........................................... 28
2.5.4 Air
................................................................................................
29
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Bahan tambahan (admixture)
....................................................... 30 2.5.5.1
Bahan tambah kimia (chemical admixture)
.............................. 31
2.5.5.2Bahan tambah mineral (additive)
............................................ 32
2.5.5.3Superplasticizer
.......................................................................
32
2.6 Perawatan Beton (Curing)
....................................................................
35
BAB 3 METODE PENELITIAN
...........................................................................
37 3.1 Umum
...................................................................................................
37 3.2 Bahan-bahan Penyusun Beton
..............................................................
37
3.2.1 Semen portland
............................................................................
39 3.2.2 Agregat halus
...............................................................................
39 3.2.3 Styrofoam
.....................................................................................
42 3.2.4 Air
................................................................................................
43
3.3 Perencanaan Campuran Beton Styrofoam(Mix Design)
....................... 43 3.3.1 Penggunaan styrofoam
.................................................................
44
3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton
...................................................... 45 3.5
Pembuatan Benda Uji
...........................................................................
45 3.6 Pengujian Sampel
.................................................................................
46
3.6.1 Berat isi dan absorpsi
...................................................................
46 3.6.2 Uji kuat tekan beton
.....................................................................
47 3.6.3 Uji kuat tarik belah beton
.............................................................
47
BAB 4 APLIKASI DAN PEMBAHASAN
............................................................
48
4.1 Nilai Slump
...........................................................................................
48 4.2 Berat Isi
.................................................................................................
49 4.3 Absorpsi
................................................................................................
51 4.4 Kuat Tekan Silinder Beton
...................................................................
53 4.5 Kuat Tarik Belah Silinder Beton
.......................................................... 55 4.6
Kontrol Klasifikasi Mutu Beton
...........................................................
56
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
...................................................................
59 5.1 Kesimpulan
...............................................................................................
59 5.2 Saran
.........................................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................
x LAMPIRAN
Lampiran I (Pemeriksaan Bahan) Lampiran II (Data Pengujian)
Lampiran III (Foto Dokumentasi)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut abrams
..................................................................................
11 Gambar 2.2 Slump sebenarnya
...............................................................................
11 Gambar 2.3 Slump geser
.........................................................................................
12 Gambar 2.4 Slump runtuh
.......................................................................................
12 Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan beton penambahan styrofoam
dan
superplasticizer...................................................................................
38 Gambar 3.2 Semen Padang tipe I (www.semenpadang.co.id)
............................... 39 Gambar 3.3 Uji kuat tekan beton
...........................................................................
47 Gambar 4.1 Grafik variasi styrofoam terhadap nilai slump
.................................... 48 Gambar 4.2 Grafik variasi
styrofoam terhadap berat isi
........................................ 49 Gambar 4.3 Grafik
variasi styrofoam terhadap absorpsi
........................................ 50 Gambar 4.4 Grafik kuat
tekan beton styrofoam umur 28 hari ...............................
51 Gambar 4.5 Grafik kuat tarik belah beton styrofoam umur 28 hari
...................... 53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah benda uji untuk variasi campuran
............................................ 4 Tabel 2.1
Perkembangan kuat tekan beton berdasarkan umur beton
................. 15 Tabel 2.2 Jenis-jenis beton ringan berdasarkan
kuat tekan, berat isi, dan agregat
penyusunnya
.......................................................................................
18 Tabel 2.3 Komposisi umum oksida semen portland tipe I
................................ 21 Tabel 2.4 Pengaruh sifat
agregat terhadap beton
................................................ 23 Tabel 2.5
Susunan gradasi untuk agregat halus
................................................. 25 Tabel 2.6
Susunan besar butiran agregat kasar
................................................... 26 Tabel 2.7
Spesifikasi umum styrofoam
.............................................................. 28
Tabel 3.1 Komposisi kebutuhan beton untuk 1 benda uji
.................................. 45 Tabel 4.1 Nilai Slump untuk
berbagai variasi
................................................... 48 Tabel 4.2
Berat isi rata-rata beton untuk berbagai variasi styrofoam
................. 50 Tabel 4.3 Absorpsi rata-rata beton untuk
berbagai variasi styrofoam ................ 51 Tabel 4.4 Kuat tekan
rata-rata beton styrofoam umur 28 hari ...........................
53 Tabel 4.5 Kuat tarik belah rata-rata beton styrofoam umur 28
hari .................. 55
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR NOTASI
f’c = Kekuatan tekan beton P = Beban tekan A =Luas penampang SSD
=Saturated surface dry fct = Tegangan rekah beton P = Beban
maksimum L = Panjang silinder d = Diameter silinder Abs =Absorpsi D
= Berat silinder pada keadaan kering oven F = Berat silinder pada
keadaan jenuh permukaan kering G = Berat silinder dalam air sampai
terendam penuh (kg) Mb = Berat benda uji dalam keadaan jenuh air Mk
= Berat benda uji dalam keadaan kering oven = Berat isi beton FM
=Fine modulus / modulus kehalusan
Universitas Sumatera Utara
hingga saat ini adalah beton. Beton mempunyai banyak keunggulan
jika
dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya. Keunggulaan beton
antara lain
harganya relatif murah, mempunyai kekuatan tekan tinggi, tahan
terhadap karat,
mudah diangkut dan dicetak, relatif tahan terhadap kebakaran dan
tidak mengalami
pembusukan.
Namun beton memiliki salah satu kelemahan yaitu berat jenisnya
cukup
tinggi sehingga beban mati pada suatu struktur menjadi
besar.Beberapa cara dapat
dipakai untuk mengurangi berat jenis beton, seperti tidak
menggunakan agregat
halus, penggunaan agregat ringan, dan membuat pori-pori udara pada
beton. Cara-
cara tersebut akan menghasilkan beton dengan berat jenis yang lebih
kecil daripada
beton normal, sehingga disebut beton ringan. Beton ringan sendiri
sesuai dengan
namanya menitikberatkan pada berat volume beton yang rendah, yaitu
1850 kg/cm³
atau lebih kecil (Murdock dan Brook, 1999).
Salah satu cara membuat beton ringan adalah dengan menggunakan
agregat
berberat jenis ringan. Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah
styrofoam.
Styrofoam atau expanded polystyrene yang berbentuk granular, berat
satuannya
menjadi sangat kecil yaitu hanya berkisar antara 13-16 kg/m3
(Ginting, 2007).
Styrofoam atau expanded polystyrene dikenal sebagai gabus putih
yang biasa
digunakan untuk membungkus barang elektronik. Polystyrene merupakan
bahan
yang baik ditinjau dari segi mekanis maupun suhu namun bersifat
agak rapuh dan
lunak pada suhu dibawah 100°C (Billmeyer 1984). Polystyrene
memiliki berat jenis
sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur
sampai 3 GN/m2,
modulus geser sampai 0.99 GN/m2, angka poisson 0.33 (Crawford,
1998dalam
Satyarno, 2004).
terjebak. Keuntungan menggunakan styrofoam dibandingkan menggunakan
rongga
udara dalam beton berongga adalah styrofoam mempunyai kekuatan
tarik dan
jumlahnya dapat dikontrol (Satyarno, 2004)
Mutu beton tergantung pada jenis semen yang digunakan, ukuran dan
mutu
agregat, cara dan lama pencampuran, cara dan waktu pemadatan,
faktor air semen,
perawatan beton serta jenis bahan tambah (additive) yang digunakan.
Pada penelitian
ini digunakan bahan tambah superplasticizer untuk meningkatkan
workabilitas beton
untuk mengatasi kendala nilai slump (keenceran) yang rendah.
Superplasticizer
dapat diartikan sebagai bahan campuran kimia yang pemanfaatannya
untuk
kelayakan tingkat tinggi dan dalam rangka mengurangi pemakaian air
dalam jumlah
besar diluar batas normal campuran plastis.
1.2 Rumusan Masalah
penelitian ini sebagai berikut :
campuran beton terhadap kuat tekan dan kuat tarik beton?
2. Bagaimana pengaruh penambahan styrofoam dan superplasticizer
pada
campuran beton terhadap berat isi dan aborpsi beton ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan styrofoam dan
superplasticizerpada
campuran beton terhadap kuat tekan dan kuat tarik beton.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan styrofoam dan
superplasticizerpada
campuran beton terhadap berat isi dan absorpsi beton.
1.4 Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
alternatif material dalam pembuatan beton ringan.
2. Memberikan informasi menenai penggunaan styrofoam pada beton
ringan
dan dapat dijadikan sebagai referensi pada penilitian
selanjutnya
1.5 Batasan Masalah
1. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Semen OPC (Ordinary Portland Cement) atau Tipe I yang diproduksi
PT.
SEMEN PADANG dalam kemasan satu zak 50 kg.
b. Agregat halus yang digunakan berupa pasir alami yang lolos
ayakan No.
4(4,76 mm).
c. Variasi penambahan styrofoam terhaap volume beton yaitu 10%,
20%,
30% dan 40%.
campuran.
f. Air yang digunakan untuk adukan adalah berasal dari PDAM
Tirtanadi, di
Laboratorium Bahan Konstruksi (Beton), Departemen Teknik
Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Beton normal yang digunakan terdiri dari campuran pasir, semen,
dan air.
3. Mutu beton rencana adalah 12 MPa.
4. Perbandingan yang digunakan untuk campuran beton adalah semen :
agregat
halus = 1 : 2, dengan subsitusi superplasticizer terhadap semen
adalah 2%.
5. Pengujian dilakukan adalah kuat tekan, kuat tarik, dan
absorpsi.
6. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, berat isi, dan absorpsi
dilakukan pada
saat beton berumur 28 hari.
7. Perawatan benda uji dengan cara pembasahan yaitu merendam benda
uji
selama 28 hari.
8. Benda uji adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm.
Universitas Sumatera Utara
tekan beton yang besar.
10. Faktor air semen yang digunakan adalah 0,25
11. Jumlah benda uji yang akan dibuat untuk penelitian ini sebanyak
45 buah,
dengan rincian terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah benda uji untuk variasi campuran
No.
(buah) Kuat tekan
Kuat tarik Absorpsi
1. 0 0 3 3 3 9
2. 10 2 3 3 3 9
3. 20 2 3 3 3 9 4. 30 2 3 3 3 9 5. 40 2 3 3 3 9
Total keseluruhan 45
1.6 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah
kajian
eksperimental di Laboratorium Bahan Rekayasa, Departemen Teknik
Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun tahap-tahap pelaksanaan
penelitian
sebagai berikut:
1. Penyediaan bahan penyusun beton yaitupasir, semen, air,
styrofoam dan
superplasticizer.
b. Pemeriksaan berat jenis dan absorpsi agregat halus
c. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus.
3. Pembuatan campuran beton
Universitas Sumatera Utara
5. Pembuatan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm.
6. Pengujian berat volume, kuat tekan, kuat tarik belah, berat isi
dan absorpsi
menggunakan benda uji silinder pada umur 28 hari
1.7 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Gambar 1.1 Diagram alir metodologi penelitian
Mulai
Pemeriksaan Bahan ( Analisa Ayakan, Berat Jenis dan Absorpsi, Kadar
Lumpur)
Pembuatan Campuran Beton
Pengujian Benda Uji (Berat Isi, Uji Tekan, Uji Tarik,
Absorpsi)
Data Pengujian
Analisis Data
Pencetakan Beton
Pengujian Slump
Universitas Sumatera Utara
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini disusun per bab, pada
setiap bab
terdiri dari beberapa bagian yang diurakan secara rinci.
Sistematika penulisan pada
masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi
penelitian serta
sistematika penulisan dalam tugas akhir yang digunakan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini dibahas tentang uraian dari literatur atau referensi
yang menjadi
acuan dalam penulisan tugas akhir yaitu materi tentang beton,
styrofoam,
superplastcizer, kuat tekan, kuat tarik belah, berat isi, dan
absorpsi pada
beton.
Pada bab ini dibahas tentang tahapan-tahapan penelitian serta
metode analisis
data yang digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini berisikan pembahasan tentang analisis data dari hasil
penelitian
yang didapatkan dari pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, berat
isi, dan
absorpsi.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
bab-bab
sebelumnya.
yang umumnya mudah diperoleh, serta mudah diolah sehinga menjadikan
beton
mempunyai sifat yang dituntut sesuai dengan eadaan situasi
pemakaian tertentu.
Selain itu, beton memiliki harga yang relatif murah jika
dibandingkan dengan baja,
dapat menahan gaya tekan yang besar, bahan penyusunnya mudah
didapat, dan dapat
dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi, sehingga penggunaan
beton sangat
dibutuhkan dalam dunia konstruksi.
Secara umum beton merupakan campuran dari semen, agregat halus,
agregat
kasar, dan air dengan perbandingan tertentu, dengan atau tanpa
tambahan bahan
campuran. Material-material penyusun ini akan berikatan satu dengan
lain sehingga
membentuk satu kesatuan yang memiliki daya tahan terhadap gaya
tekan yang tinggi.
Semen terdiri dari senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai pengikat
material
pengisi ketika bercampur dengan air.
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa
material,
yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat
halus,agregat
kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan
tertentu. Karena
beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangattergantung dari
kualitas
masing-masing material pembentuk(KardiyonoTjokrodimulyo,2007).
Menurut SNI
2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis
lainnya,
agregrat halus, agregrat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan
(admixture). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin
mengeras dan
akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Beton
memiliki daya kuat
tekan yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau
dipergunakan untuk
pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan, jembatan dan
jalan.
Beton terdiri dari udara 5% , pasta semen 20-35%, sementara kadar
agregat
antara 65-80% (Antoni dan Paul Nugraha, 2007). Kualitas dari
struktur beton yang
Universitas Sumatera Utara
baik harus memperhatikan banyak hal, dan melalui proses pengerjaan
dan
pengawasan yang baik.
a. Kualitas bahan penyusun beton
b. Proporsi semen terhadap air (faktor air semen)
c. Proses pencampuran dan pengadukan material-material
penyusun
d. Ketepatan saat penuangan dan pencetakan
e. Perawatan beton (curing).
pemakaiannya di lapangan. Antoni dan Paul Nugraha (2007),
menyatakan bahwa
keunggulan beton adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan (availability) material dasar yang mudah
didapat.
2. Kemudahan untuk digunakan (versatility).
3. Kemampuan beradaptasi (adaptility).
Selain memiliki beberapa keunggulan di atas, beton juga memiliki
kelemahan
diantaranya :
1. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m³.
2. Kekuatan tariknya rendah.
3. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis.
4. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di
lapangan.
5. Struktur beton sulit untuk dipisahkan. Pemakaian kembali atau
daur ulang
sulit dan tidak ekonomis.
kelebihan antara lain sebagai berikut ini:
1. Harga yang relatif lebih murah karena menggunakan bahan-bahan
dasar yang
umumnya mudah didapat
2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas, tahan
terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga
biaya
perawatan menjadi lebih murah
3. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehingga jika
dikombinasikan
dengan baja tulangan yang mempunyai kuat tarik tinggi sehingga
dapat
Universitas Sumatera Utara
menjadi satu kesatuan struktur yang tahan tarik dan tahan tekan,
untuk itu
struktur beton bertulang dapat diaplikasikan atau dipakai untuk
pondasi,
kolom, balok, dinding, perkerasan jalan, landasan pesawat udara,
penampung
air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan sebagainya
4. Pengerjaan atau workability mudah karena beton mudah untuk
dicetak dalam
bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan beton dapat dipakai
beberapa
kali sehingga secara ekonomi menjadi lebih murah.
Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan, beton juga memiliki
beberapa
kekurangan, menurut (Tjokrodimuljo, 2007) kekurangan beton adalah
sebagai
berikut ini:
1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar
bermacam-
macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara
perencanaan dan
cara pembuatannya bermacam-macam
sesuai dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara
perencanaan
dan cara pelaksanaan bermacam-macam pula
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau
rapuh dan
mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara untuk
mengatasinya,
misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat baja, dan
sebagainya agar
memiliki kuat tarik yang tinggi.
2.2 Sifat Mekanik Beton
2.2.1 Kemudahan pengerjaan (workability)
beton, karena sangat mempengaruhi mutu dan kualitas suatu
campuran
beton.Workability adalah sifat atau perihal mudah/tidaknya beton
segar dikerjakan,
diangkut, homogenitas, stabil, sifat pemadatan serta memperkecil
pori udara beton.
Newman (1965) mengusulkan agar pengertian workability didefinisikan
sekurang-
kurangnya pada tiga sifat yang berbeda, yaitu:
1. Kompabilitas atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan
rongga-
rongga udara diambil
2. Mobilitas atau kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam
cetakan.
Universitas Sumatera Utara
3. Stabilitas atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen,
koheren dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi
segregasi
terhadap bahan-bahan utamanya.
Untuk mengukur workability maka digunakan istilah slump sebagai
tolak ukur,
dengan alat untuk mengukur slump disebut slump test. Secara umum
faktor yang
mempengaruhi workabilitas adalah :
1. Jumlah air pencampur.
Semakin banyak air yang dipakai, maka akan semakin mudah beton
segar itu
dikerjakan, akan tetapi jumlahnya tetap diperhatikan agar tidak
terjadi
segregation.
adukan beton, karena diikuti dengan penambahan air campuran
untuk
memperoleh nilai FAS (faktor air semen) tetap.
3. Gradasi campuran pasir dan kerikil.
Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah
disarankan oleh
peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi
adalah
distribusi ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat
yang lolos
pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.
4. Bentuk butiran agregat kasar
Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.
5. Cara pemadatan dan alat pemadat.
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan
tingkat
kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih
sedikit
daripada jika dipadatkan dengan tangan.
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian
slump
yang didasarkan pada SNI 1972:2008. Pengujian ini menggunakan
beberapa alat
seperti batang perojok dengan panjang 60 cm dan diameter 5 mm,
meteran atau
penggaris, sendok semen, plat dasar, dan kerucut abrams. Kerucut
abrams adalah alat
berbentuk kerucut terpancung pada bagian atasnya, dengan diameter
atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm dan besi pegangan pada bagian
atas dan
penahan pada bagian bawah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1Kerucut Abrams
Ada tiga jenis slump yaitu slump sejati (slump sebenarnya), slump
geser dan slump
runtuh.
1. Slump sebenarnya merupakan penurunan umum dan seragam tanpa
ada
adukan beton yang pecah, oleh karena itu dapat disebut slump yang
sebenar.
Pengambilan nilai slump sebenarnya dengan mengukur penurunan
minimum
dari puncak kerucut.
Gambar 2.2Slump sebenarnya
2. Slump geser terjadi bila separuh puncaknya tergeser atau
tergelincir ke bawah
pada bidang miring. Pengambilan nilai slump geser ini ada dua yaitu
dengan
mengukur penurunan minimum dan penurunan rata-rata dari puncak
kerucut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Slump geser
3. Slump runtuh terjadi pada kerucut adukan beton yang runtuh
seluruhnya
akibat adukan beton yang terlalu cair. Pengambilan nilai slump ini
dengan
mengukur penurunan minimum dari puncak kerucut.
Gambar 2.4Slumpruntuh
Besar nilai slump mengindikasikan tingkat kemudahan pengerjaan
beton pada
saat diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan. Semakin tinggi
nilai slump maka
beton akan semakin mudah dikerjakan, namun niai slump yang terlalu
tinggi juga
dapat menurunkan mutu beton, karena jumlah air yang terlalu banyak
sehingga nilai
FAS semakin besar, dan menurunkan mutu beton itu sendiri.
2.2.2 Berat isi
Berat isi merupakan salah satu sifat yang sangat penting untuk
diketahui pada
struktur beton ringan selain kekuatannya. Berat isi yang ringan
mengindikasikan
bahwa beton ringan sudah mencapai berat yang diinginkan. Peraturan
mengenai
pengujian berat isi beton ringan diatur dalam SNI 3402-2008.
Berat isi beton ringan dapat diukur dalam dua keadaan, yaitu saat
beton
dalam keadaan kering oven pada suhu 110 C selama 24 jam, serta
beton ringan
Universitas Sumatera Utara
beton mencapai berat yang konstan.
Berat isi beton ringan struktural secara umum dalam keadaan kering
oven
dihitung dengan menggunakan rumus :
= 997 −
2.2.3 Absorpsi
Absorpsi adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap air. Nilai
absorpsi
sangat berkaitan dengan berat jenis maupun porositas suatu bahan,
karena nilai
absorpsi yang besar mengindikasikan banyaknya rongga-rongga yang
terdapat dalam
material tersebut. Besarnya absorpsi juga dapat menyebabkan
menurunnya kekuatan
beton, karena pori-pori yang ada menyebabkan ikatan antar partikel
pada suatu
material berkurang.
dihitung menggunakan persamaan:
2.2.4 Kuat tekan beton
struktur.Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki,
semakin tinggi
pula mutu beton yang dihasilkan.
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor air semen (water cement
ratio, w/c),
sifat dan jenis agregat,jenis campuran, kelecakan (workability),
perawatan (curing)
betondan umur beton.
Universitas Sumatera Utara
Faktor air semen (water cement ratio, w/c) sangat mempengaruhi
kuat
tekanbeton. Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah airnya sedikit
yang
akanmenghasilkan kuat tekan beton yang besar.
2. Sifat dan jenis agregat
Sifat dan jenis agregat yang digunakan juga berpengaruh
terhadap
kuat tekanbeton. Semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang
digunakan
akan dihasilkankuat tekan beton yang tinggi. Selain itu susunan
besar butiran
agregat yang baikdan tidak seragam dapat memungkinkan terjadinya
interaksi
antar butir sehinggarongga antar agregat dalam kondisi optimum
yang
menghasilkan beton padatdan kuat tekan yang tinggi.
3. Jenis campuran
dan mengisirongga-rongga diantara agregat sehingga dihasilkan beton
dengan
kuat tekanyang diinginkan.
4. Perawatan (curing)
maka betonyang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan tujuan
agar
proses hidrasipada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses
hidrasi
semen dibutuhkankondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton
terlalu
cepat mengering,akan timbul retak-retak pada permukaannya.
Retak-retak ini
akan menyebabkankekuatan beton turun, juga akibat kegagalan
mencapai
reaksi hidrasi kimiawipenuh.
5. Umur Beton
bertambahnya umurbeton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100
%
setelah beton berumur 28hari. Menurut SNI T-15-1991,
perkembangan
kekuatan beton dengan bahanpengikat PC type 1 berdasarkan umur
beton
disajikan pada Tabel 2.1 sebagaiberikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perkembangan kuat tekan beton berdasarkan umur
beton
Umurbeton (hari) 3 7 14 221 28 90 365 PC Type 1 0,44 0,65 0,88 0,95
1,0 - -
Sumber : SNI T-15-1991
′ = (2.3)
P : beban tekan (kN)
2.2.5 Kuat tarik belah beton
Meskipun beton sangat kuat menahan gaya tekan, namun
kemampuannya
dalam menahan gaya tarik sangatlah kecil. Dipohusodo (1997),
mencatatkan besar
kuat tarik beton hanya berkisar antara 9%-15% dari kekuatan
tekannya. Sementara
untuk pendekatannya digunakan persamaan nilai , dengan f'c adalah
kuat tekan beton
(MPa). Upaya dalam peningkatan nilai kuat tarik beton dengan
penambahan serat
akan menurunkan besar kuat tekannya. Sehingga dalam upaya
penanggulangan kuat
tarik beton yang lemah maka beton dipadukan dengan tulangan yang
disebut beton
bertulang.
1.Pengujian tarik langsung,untuk menguji tarik langsung pada
spesimen
silindermaupun prisma dilakukandengan menempelkan benda uji pada
suatu pelat
besidengan lem epoxy. Tepi benda uji harus digergaji dengan gerinda
intan untuk
menghilangkan pengaruh pengecoran atau vibrasi. Beban kecepatan
0,005 MPa/detik
sampai runtuh.
2. Pengujian tarik belah (pengujiantarik beton tak langsung) dengan
menggunakan
“split cylinder test”. Dengan membelah silinder beton terjadi
pengalihan tegangan
tarik melalui bidang tempat kedudukan salah satu silinder dan
silinderbeton tersebut
terbelah sepanjang diameter yang dibebaninya. Benda uji berbentuk
silinder
berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm, diletakkan pada arah
memanjang di atas
Universitas Sumatera Utara
alat penguji kemudian beban tekan diberikan merata arah tegak dari
atas pada eluruh
panjang silinder. Apabila kuat tarik terlampaui, benda uji terbelah
menjadi dua
bagian dari ujung ke ujung.
Tegangan tarik yang timbul saat benda uji mengalami retak dan
terbelah
dihitung berdasarkan rumus :
= 2
P : Beban maksimum (kN)
L : Panjang silinder (mm)
D : Diameter silinder (mm)
Dalam upaya menaikkan kekuatan tarik beton, secara umum digunakan
bahan
serat maupun fiber untuk menjaga ikatan antar bahan penyusun beton
namun hal ini
juga akan berpengaruh pada menurunnya kekuatan tekan beton
tersebut.
2.3Beton Ringan
Salah satu inovasi yang dilakukan dalam konstruksi beton adalah
dengan cara
mengurangi berat jenis dari beton itu sendiri. Berat jenis beton
adalah 2400
kg/m3,sehingga inovasi beton ringan dirasa mampu membuat berat
jenis beton
menjadi lebih kecil.
Dengan kata lain, beton ringan adalah beton yang memiliki berat
jenis
(density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan
dapat dibuat
dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan agregat ringan
(fly ash, batu
apung, kulit kerang, dll), campuran antara semen, silika, pozolan,
atau semen dengan
cairan kimia penghasil gelembung udara. Agregat yang digunakan
untuk
memproduksi beton ringan merupakan agregat ringan juga.
Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai
kebutuhan.
Pada umumnya beton ringan berkisar antara 600kg/m³ – 1800 kg/m³.
Karena itu
keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila
digunakan pada
proyek bangunan tinggi akan dapat secara signifikan mengurangi
berat sendiri
bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan
pondasi.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, beton ringan diperoleh dengan cara penambahan pori
udara ke
dalam campuran betonnya. Oleh karena itu pembuatan beton ringan
dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut (Tjokrodimuljo, 2009) :
1. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan
semen.
Dengan demikian akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam
betonnya. Bahan
tambahan khusus (pembentuk gelembung udara dalam beton) ditambahkan
ke
dalam semen dan akan timbul gelembung-gelembung udara.
2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar dan
batu apung.
Dengan demikian beton yang terjadipun akan lebih ringan daripada
beton
normal.
3. Pembuatan beton tidak dengan butir-butir agregrat halus. Dengan
demikian
beton ini disebut “beton non-pasir” dan hanya dibuat dari semen dan
agregrat
kasar saja (dengan butir maksimum agregrat kasar sebesar 20 mm atau
10 mm).
Beton ini mempunyai pori-pori yang hanya berisi udara (yag semula
terisi oleh
butir-butir agregrat halus).
Menurut Neville dikutip dari Surya Bermansyah, dkk (2011) ada
pembagian
penggunaan beton ringan berdasarkan berat jenis dan kuat tekan
minimum yang
harus dipenuhi. Secara garis besar pembagian penggunaan beton
ringan dapat dibagi
tiga yaitu :
a. Beton ringan dengan berat volume rendah (Low Density Concretes)
untuk
non struktur dengan berat jenis antara 300 kg/m³ sampai 800 kg/m³
dan kuat
tekan antara0,35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti
untuk
dinding pemisah atau dinding isolasi.
b. Beton ringan dengan kekuatan menengah (Moderate Strength
Concretes)
untuk struktur ringan dengan berat jenis 800 kg/m³ sampai 1350
kg/m³ dan
kuat tekan antara 7 MPa sampai 14 MPa yang umumnya digunakan
seperti
untuk dinding yang juga memikul beban.
c. Beton ringan struktur (Structural lightweight Concretes) untuk
struktur
dengan berat jenis antara 1350 kg/m³ sampai 1900 kg/m³ dan kuat
tekan lebih
dari 14 Mpa yang dapat digunakan sebagai beton normal.
Menurut SK SNI 03-3449-2002 beton ringan struktural adalah beton
yang
memiliki agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan
pasir alam sebagai
Universitas Sumatera Utara
pengganti agregat halus ringan dengan ketentuan tidak boleh
melampaui berat isi
maksimum beton 1850 kg/m3 dan harus memenuhi ketentuan kuat tekanan
dan kuat
tarik belah beton ringan untuk tujuan struktural.
Persyaratan beton ringan berdasarkan kuat tekan, berat isi, jenis
agregrat
ringan dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Jenis-jenis beton ringan berdasarkan kuat tekan, berat
isi, dan agregat penyusunnya
Konstruksi Bangunan Beton Ringan
Berat Isi (kg/m3)
Struktural • Maksimum • Minimum
Agregat ringan dibuat melalui proses pemanasan dari batu serpih,
lempung, sabakterak besi dan abu terbang
Struktutal Ringan • Maksimum • Minimum
Struktural Sangat Ringan Sebagai Isolasi
• Maksimum • Minimum
Dalam pembuatan beton ringan salah satu bahan alternatif tambahan
yang
digunakan adalah styrofoam. Beton yang dibuat dengan penambahan
styrofoam dapat
disebut beton-styrofoam (styrofoam concrete) yang disingkat
styrocon. Styrofoam ini
ditambahkan ke dalam campuran beton.Styrofoam biasa dikenal sebagai
gabus putih
yang umumnya digunakan sebagai pembungkus barang-barang
elektronik.
Styrofoam atau foam polysterene adalah bahan yang dibentuk dari
polysterene
dengan cara menghembuskan udara pada polysterene dalam kondisi
panas sehingga
menghasilkan foam dengan kandungan udara mencapai 95 % sehingga
berat satuan
styrofoam cukup rendah berkisar antara 15 – 22 kg/m3 . Beton
styrofoam merupakan
salah satu beton ringan yang dibentuk dengan menggunakan material
ringan berupa
butiran styrofoam. Beton styrofoam dapat dibentuk dari campuran
semen, agregat
halus dan butiran styrofoam atau semen, agregat halus, agregat
kasar dan butiran
Universitas Sumatera Utara
styrofoam. Styrofoam yang ditambahkan ke dalam campuran beton dapat
dianggap
sebagai rongga udara. Keuntungan penggunaan styrofoam sebagai
pembentuk
styrofoam dibandingkan pemasukan udara dalam beton adalah styrofoam
memiliki
kekuatan tarik dan jumlahnya dapat dikontrol (Satyarno,
2004).
2.5 Bahan Penyusun Beton Ringan
2.5.1 Semen
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan
dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air,
semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar,
sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi
campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened
concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga
membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran
agregat. Semen
merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan
yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu:
1. Semen non-hidrolik yaitu semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras di
dalam air, tetapi dapat mengeras jika berada di udara. Contoh utama
dari
semen non-hidrolik adalah kapur.
2. Semen hidrolik mempunyai kemampuan mengikat dan mengeras di
dalam
air. Contoh semen hidrolik diantaranya kapur hidrolik, semen
pozollan,
semen terak, semen alam, semen portland, dan semen alumina.
2.5.1.1 Semen portland
yang dihasilkan dengan menghaluskan clinker yang terdiri dari
silika–silika kalsium
yang bersifat hidraulis, yang umumnya mengandung satu atau lebih
bentuk kalsium
sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan
bahan utamanya.
Berdasarkan Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) membagi semen
portland
menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :
1. Tipe I (Normal Portland Cement), semen portland yang dalam
penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti
jenis-jenis
Universitas Sumatera Utara
persyaratan khusus.
2. Tipe II (High – Early – Strength Portland Cement), semen
portland yang
dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan
panas
hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang
terus-
menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk
pondasi
yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif
(garam-garam
sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan
langsung
dengan rawa.
3. Tipe III (Modified Portland Cement), semen portland yang
dalam
penggunaannya memerlukan kekeuatan awal yang tinggi dalam
fase
permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen jenis ini digunakan
pada daerah
yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai
musim
dingin (winter season).
4. Tipe IV (Low Heat Portland Cement), semen portland yang
dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. Digunakan
untuk
pekerjaan-pekarjaan yang besar dan masif, umpamanya untuk
pekerjaan
bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar
lainnya.
5. Tipe V (Sulfate Resisting Portland Cement), semen portland yang
dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap
sulfat.
Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air
buangan
industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang
agresif
serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung
sulfat dalam persentase yang tinggi.
6. Portland Pozzolan Cement (PPC), Semen portland pozzolan adalah
campuran
dari semen tipe I biasa dengan pozzolan.
2.5.1.2 Senyawa utama dalam semen portland
Semen Portland yang umum dipakai dalam eksperimen tanpa
kebutuhan
khusus adalah semen portland Tipe I. Semen tipe ini memiliki
kandungan kapur
sebesar 63%. Kandungan lain yang terdapat dalam semen tipe ini
dapat dilihat dalam
Tabel 2.3.
Sumber : Antoni dan Paul Nugraha,2007
Walaupun demikian pada dasarnya ada 4 unsur paling penting
yang
menyusun semen portland, yaitu :
1. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S,
sekitar 50%.
2. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S,
sekitar 25%.
3. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A,
sekitar
12%
C4AF, sekitar 8%.
mengikat/mengunciketika menjadi klinker. Semen dan air saling
bereaksi,
persenyawaan inidinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan
hidrasi semen.
2.5.1.3 Sifat-sifat semen portland
1. Kehalusan butiran (fineness) Kehalusan butir semen mempengaruhi
proses
hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika
butir
semen lebih kasar. Kehalusan butiran semen yang tinggi dapat
mengurangi
terjadinya bleeding atau naiknya air kepermukaan, tetapi
menambah
kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah
terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butiran semen yang lewat
ayakan
no.200 harus lebih dari 90%.
2. Waktu pengikatan
Nama Umum/ Oksida % Berat Kapur, CaO 63 Silika, SiO2 22 Alumina,
Al2O3 6 Ferrit oksida, Fe2O3 2,5 Magnesia, MgO 2,6 Disodium oksida,
Na2O 0,3 Alkalis, K2O 0,5-1 Sulfur dioksida, SO2 2,0
Universitas Sumatera Utara
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,
terhitung
mulai dari bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta
semen
cukup kaku dan tidak bisa dibentuk lagi. Waktu ikat semen
dibedakan
menjadi dua :
a. Waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu dari
pencampuran
semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat
keplastisan. Pada selang waktu ini beton mulai melakukan
pengikatan,
sementara pasta semen bersifat lecak (kenyal).
b. Waktu ikat akhir (final setting time), yaitu waktu antara
terbentuknya
pasta semen hingga beton mengeras. Pada semen portland
initial
setting time terjadi tidak boleh kurang dari 45 menit, sedangkan
final
setting time tidak boleh lebih dari 375 menit.
3. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi
dengan air,
dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara
lain
bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butiran
semen.
Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan
masalah
yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan karena semen
mengalami
susut. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur beton
mutu
tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan
pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.
4. Perubahan volume
Perubahan volume pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu
ukuran
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya
dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan
terjadi.
Pengembangan volume dapat menyebabkan kerusakan dari suatu
beton,
sehingga sifat ini harus diperhitungkan.
2.5.2 Agregrat halus
sangattinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun
fungsinya
Universitas Sumatera Utara
hanyasebagaipengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar
sehingga
karakteristik dan sifatagregat memiliki pengaruh langsung terhadap
sifat-sifat beton.
Pengaruh sifat agregat terhadaap beton dapat dilihat dalam Tabel
2.4 berikut.
Tabel 2.4 Pengaruh sifat agregat terhadap beton
Sifat agregat Pengaruh pada Sifat beton
Bentuk, tekstur, gradasi Beton cair Kelecakan, pengikatan, da
pengerasan
Sifat fisik, sifat kimia, mineral Beton keras Kekuatan,
kekerasan,
ketahanan Sumber : (Antoni, 2007)
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat
alam
atauagregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat
dapat
dibedakanberdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat
halus. Ukuran
antara agregathalus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British
Standard) atau 4.75
mm (StandarASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya
lebih besar
dari 4.80 mm(4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih
kecil dari 4.80
mm (4.75 mm).Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya
berukuran
lebih kecil dari40 mm.
1. Agregat normal
Agregat normal dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry
ataulangsung diambil dari alam. Agregat ini biasanya memiliki berat
jenis rata- rata
2,5- 2,7. Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton yang
memiliki berat
isi 2200-2500 kg/m3. Beton yang dihasilkan dengan menggunakan
agregat ini
memiliki kuat tekan sekitar 15-40 MPa (SK.SNI.T-15-1990:1).
2. Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar 300
–1850
kg/m3. Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis
yang ringan
danporositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam
maupun hasil
fabrikasi (Tri Mulyono, 2004). Agregat ringan biasanya digunakan
atas
pertimbangan ekonomis dan struktural. Pertimbangan ekonomis
didasarkan atas
biaya produksi untukmenghasilkan agregat ringan dan pengerjaan
struktur betonnya
sendiri. Secara struktural pertimbangan didasarkan atas
berat-volume atau kepadatan
Universitas Sumatera Utara
dari beton yan terbentuk dimana akan lebih ringan dibandingkan
dengan
menggunakan agregatnormal, sehingga jika digunakan untuk struktur
atas akan lebih
ringan yang pada akhirnya beban konstruksi menjadi lebih
kecil.
Menurut SNI 03-2461-2002, agregat ringan diklasifikasikan menjadi 2
bagian
yaitu :
membekahkan(expanding) atau memanaskan bahan-bahan, seperti
terak
dan peleburan besi,tanah liat diatome, abu terbang (fly ash), tanah
serpih,
batu tulis dan lempung(slate).
2. Agregat ringan alami, adalah agregat yang diperoleh dan
bahan-bahan
alamiseperti batu apung (pumice), batu letusan gunung atau batuan
lahar.
Agregat ringan alami atau natural agregate, umumnya berupa
material
vulkanik atau bersumber dari lava yang membeku. Secara garis besar,
agregat alami
dikelompokkan ke dalam 2 bagian, antara lain :
a. Agregat yang berasal dari vulkanik, terbentuk ketika lava dari
gunung
berapi.Lava merupakan lelehan didih yang mungkin berisi udara
dan
gas, dan ketika itu mendingin, ia membeku menjadi massa
berpori.
Dengankata lain, menghasilkan bahan ringan yang berpori dan
reaktif.
Jenis bahanini dikenal sebagai agregat vulkanik, atau batu apung
atau
agregat scoria.Agregat diperoleh dengan pengolahan mekanik,
seperti
menghancurkan,menyaring, dan menggiling.
pertaniansebagai agregat. Sebagai contoh, limbah cangkang kelapa
sawit
dapatdigunakan sebagai agregat dalam produksi beton ringan.
Cangkang
kelapa sawit memiliki bulk-density sekitar 620 kg/m3 dan berat
jenis
1,25.
Untuk kebutuhan gradasi agregat pada campuran beton ringan serta
sifat
fisik agregat ringan untuk beton ringan struktural, SNI
03-2461-2002 menetapkan
dalam Tabel 2.5.
3. Agregat Berat
Universitas Sumatera Utara
Agregat berat memiliki berat jenis lebih besar dari 2800 kg/m3.
Agregat
inibiasanya dipergunakan untuk menghasilkan beton untuk proteksi
terhadap radiasi
nuklir (SK.SNI.T-15-1990:1).
Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
agregat
kasar dan agregat halus.
Agregat halus merupakan material pengisi dalam campuran beton.
Ukurannya
bervariasi antara 4,75mm sampai 0,15mm saringan standar Amerika
(ASTM).
Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung,
partikel yang lebih
kecil dari saringan 0,075mm atau bahan – bahan lain yang dapat
merusak campuran
beton.
1. Modulus Kehalusan butiran 2,2 sampai 3,2 yaitu:
a. Pasir halus : 2,2 < FM < 2,6
b. Pasir sedang : 2,6 < FM < 2,9
c. Pasir kasar : 2,9 < FM < 3,2
2. Susunan gradasi harus memenuhi syarat seperti Tabel 2.5
berikut:
Tabel 2.5 Susunan gradasi untuk agregat halus
Ukuran lubang ayakan Persen lolos kumulatif 3/8 in (9,5 mm) 100 No.
4 (4,75 mm) 90-100 No. 8 (2,36 mm) 75-100 No. 16 (1.19 mm) 55-90
No. 30 (0,6 mm) 35-59 No. 50 (0,3 mm) 8-30
No. 100 (0,15 mm) 0-10 Sumber : ASTM C136 -71
3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,075
mm atau
No. 200) dalam persen berat maksimum. tidak boleh melebihi 5 %
(ternadap
berat kering ). Apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka agragat
harus
dicuci.
4. Kadar gumpalan tanah liat maksimum 1% ( terhadap berat kering
).
5. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan
padatan NaOH 3% yang dicampurkan dengan 388 ml aquades, tidak
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan warna yang lebih tua dibanding warna standard. Jika
warnanya
lebih tua maka ditolak kecuali:
a. Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang
sejenisnya.
b. Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang
dibuat
dengan pasir standard silika hasilnya menunjukkan nilai lebih besar
dari
95%.
Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri
dari
butiranyang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga
akibat ukuran
yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau
penggunaan semen
yang minimal.
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
sepertiyang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6 Susunan besar butiranagregat kasar
Ukuran lubang ayakan (mm) Persentase lolos kumulatif (%) 38,10
95–100 19,10 35–70 9,52 10–30 4,75 0–5
Sumber : ASTM C3-03
2. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan
akan
mengalamibasah dan lembab terus menerus atau yang akan
berhubungan
dengan tanahbasah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif
terhadap
alkali dalamsemen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan
pemuaian
yang berlebihandi dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif
terhadap
alkali dapat dipakaiuntuk pembuatan beton dengan semen yang
kadar
alkalinya tidak lebih dari0,06% atau dengan penambahan bahan
yang
dapat mencegah terjadinyapemuaian.
Universitas Sumatera Utara
3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan
tidak
berporiatau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca
seperti
terik matahariatau hujan.
4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron
(ayakan
no.200),tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila
kadar
lumpurmelebihi 1% maka agregat harus dicuci.
5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof
dengan
bebanpenguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:
a. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih
dari
24%berat.
b. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih
dari
22%berat.
6. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los
Angeles
dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.
2.5.3 Styrofoam (expanded polysterene)
sebagai styrofoamyang merupakan nama dagang produk yang diproduksi
oleh Dow
Chemical Company. Sejarah penemuan styrofoam berawal dari
penemuan
polistirenapada tahun 1838. Eduard Simonmenemukan polistirena
dengan cara
mengisolasi suatu bahan dari resin alami. Berangkat dari penemuan
tersebut, Ray
McIntire mencampurkan stirena dengan isobutylene dengan tekanan
tinggi. Hasil
percobaan tersebut menghasilkan material yanglebih kuat dan 30 kali
lebih
ringandaripada polistirena. Material tersebut diperkenalkan
sebagaistyrofoampada
tahun 1954 (MaryBellis 2011).
mempertahankan panas maupun dingin, dan biaya produksi yang murah,
sehingga
menyebabkan styrofoambanyak digunakan sebagai kemasan baik makanan
maupun
barang elektronik. Namun, penggunaan styrofoam berdampak
negatif
bagi lingkungan karena styrofoam sulit untuk didegradasi dan dapat
bertahan di alam
selama ribuan tahun. Spesifikasi umum dari styrofoam daapat dilihat
pada Tabel 2.7.
Universitas Sumatera Utara
Styrofoam terbuat dari bahan utama polystyrene yaitu bahan plastik
yang
cukup kuat yang disusun oleh erethylene dan benzene. Bahan ini
diproses secara
injeksi kedalam sebuah cetakan dengan tekanan tinggi dan dipanaskan
pada suhu
tertentu dan waktu tertentu. Styrofoam atau expanded polystyrene
biasa dikenal
sebagai gabus putih yang umumnya digunakan untuk tempat makanan dan
minuman,
pengemas pengaman barang elektronik, mesin maupun pecah belah,
dekorasi dan
sebagainya. Materi dari styrofoam ini bersifat non-daur ulang dan
nonbiodegradable
(tidak dapat membusuk menjadi zat konstituen).
Tabel 2.7 Spesifikasi umum styrofoam (expanded polysterne)
Technical properties Standard Unit Value Density DIN 53420 kg/dm3
0,015 0,020 0,030 Compressive strength DIN 53421 N/mm2 0,07-0,12
0,12-0,16 0,18-0,26 Flexural strength DIN 53430 N/mm2 0,15-0,23
0,25-0,32 0,37-0,52 Shear strength DIN 53427 N/mm2 0,09-0,12
0,12-0,15 0,19-0,22 Bending strength DIN 53423 N/mm2 0,16-0,21
0,25-0,30 0,42-0,50 Young’s modulus - N/mm2 0,6-1,25 1,0-1,75
1,8-3,1 Extension Coefficient - l/K 5-7.105 5-7.105 5-7.105
Specific heat capacity DIN 4108 J / (kg.k) 1500 1500 1500
Permeability of steam DIN 53429 g / (m2.d) 40 35 20 Steam diffusion
resistance coefficient, (μ) DIN 4108 l 20/50 30/70 40/100
Under the water state water absorption
7 days DIN 53428
1 year In volume, % 5,0 4,0 3,5
Sumber: Kelestemur dan Yildiz, 2006
Foam polistirena merupakan plastik yang terdiri dari
monomer-monomer
stirena yang berbahan dasar minyak bumi melalui polimerisasi
suspensi pada tekanan
dan suhu tertentu. Selanjutnya dilakukan pemanasan untukmelunakkan
resin dan
menguapkan sisa blowing agent. Bahan dasar yang digunakan adalah
90%-95%
polisteren dan 5%-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Ka r e
na s i f a t nya
ya ng r a puh ma ka polistirendicampur seng dan senyawabutadien.Hal
ini
menyebabkan polistirenkehilangansifat jernihnya dan berubah warna
menjadi putih
susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat
Universitas Sumatera Utara
stearat . Kemudian proses pembuatannya ditiup dengan blowing
agentyaitu gas
chlorofluorocarbon (CFC), sehingga membentuk buih (foam).
2.5.4 Air
Air di dalam campuran beton berfungsi untuk menghidrasi semen dan
sangat
menentukan workability dari pekerjaan semen. Kental atau encernya
campuran
ditentukan oleh banyaknya air yang terdapat dalam beton yang baru
diaduk.
Kandungan air dalam beton segar harus sesuai dengan yang ditetapkan
dalam mix
design dan kondisi lapangan sewaktu pembuatan beton. Kadar air
yangtinggi akan
menyebabkan beton menjadi encer sedangkan kadar air yang rendah
akan
menyebabkan daya rekat campuran beton berkurang.
Air yang mengandung senyawa – senyawa berbahaya, yang tercemar
garam,
minyak gula, atau bahan kimia lainnya, jika dipakai dalam campuran
beton dapat
menurunkan kualitas beton.
mengandungminyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang
dapat
merusak beton. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air
memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari
2
gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam,
zat
organik,dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandungfklorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Air yang digunakan untuk pembuatan beton dipengaruhi oleh faktor –
faktor berikut :
1. Ukuran agregat maksimum
mortar yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit).
2. Bentuk butir
Butiran yang bulat menjadikan kebutuhan air menurun (batu pecah
perlu
lebih banyak air).
Universitas Sumatera Utara
3. Gradasi agregat
untuk kelecakan yang sama.
4. Kotoran dalam agregat
Makin banyak lanau, tanah liat, dan lumpur maka kebutuhan air
meningkat.
5. Perbandingan agregat halus dan kasar
Agregat halus lebih sedikit maka kebutuhan air menurun.
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk
pengadukan,
tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak
warna
permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai
penyebab utama
pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup
lama.
2.5.5 Bahan tambahan (admixture)
Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam
campran
beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi
pemakaian semen,
mengurangi temperatur akibat reaksi hidrasi, mengurangi bleeding
dan sebagainya.
Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti
sebagian semen atau
sebagai tambahan pada campuran untuk mengurangi pemakaian
agregrat.
Bahan tambah adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
campuranbeton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi
dari bahan
ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih
cocok untuk
pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya. Secara umum bahan
tambah yang
digunakan dalam beton dapat dibedakanmenjadi dua yaitu bahan tambah
yang
bersifat kimiawi (chemical admixture) danbahan tambah yang bersifat
mineral
(additive). Bahan tambah kimia (chemicaladmixture) lebih banyak
digunakan untuk
memperbaiki kinerja beton pada saatpelaksanaan. Sedangkan, bahan
tambah additive
merupakan bahan tambah yang lebihbanyak bersifat penyemenan,
sehingga dapat
dikatakan bahwa bahan tambah aditiflebih banyak digunakan untuk
perbaikan kinerja
kekuatan beton.
yang bersifat pozzolanik (disebut juga material pozzolan), yaitu
dapat bereaksi
Universitas Sumatera Utara
dengan kapur bebas (kalsium hidroksida) yang dilepaskan semen saat
proses hidrasi
dan membentuk senyawa bersifat mengikat pada temperatur normal
dengan adanya
air (Antoni dan Paul Nugraha, 2007). Secara umum mineral-mineral
pembantu ini
bermacam-macam seperti kerak tanur tinggi (ground granulated blast
furnace), uap
silica (silika fume), abu kulit gabah (rice husk ash) dan
lainnya
2.5.5.1 Bahan tambah kimia (chemical admixture)
a. Tipe A (Water-Reducing Admixtures)
Water-reducing admixture adalah bahan tambah yang mengurangi
air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu.
b. Tipe B (Retarding Admixtures)
Retarding admixturesadalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambatwaktu pengikatan beton.
Accelerating admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
d. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixtures)
Water reducing and retarding admixtures adalah bahan tambah
yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukanuntuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambatpengikatan awal.
e. Tipe E (Water Reducing and Accelerating Admixtures)
Water reducing and accelerating admixtures adalah bahan tambah
yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk
menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat
pengikatanawal.
f. Tipe F (Water Reducing, High Range Admixtures)
Universitas Sumatera Utara
g. Tipe G (Water Reducing, High Range Retarding Admixtures)
Water reducing, high range retarding admixturesadalah bahan
tambah
yangberfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau
lebih dan juga
untuk menghambat pengikatan beton.
Bahan tambah mineral merupakan bahan tambah yang dimaksudkan
untukmemperbaiki kinerja beton, terutama kuat tekan sehingga bahan
tambah
mineral inicenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah
mineral
iniadalahpozzollan,fly ash, dan silica fume.
Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral antara lain
:
1. Memperbaiki kinerja workability
2. Mengurangi panas hidrasi
4. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
5. Mempertinggi daya tahanterhadap serangan reaksi
alkali-silika
6. Mempertinggi usia beton
8. Mempertinggi keawetan beton
(workability) beton dengan menggunakan air yang seminimum mungkin,
digunakan
bahan kimia tambah (chemical admixture) seperti superplasticizer
sehingga dapat
dihasilkan beton segar (flowing concrete).
Universitas Sumatera Utara
Superplasticizer jenis bahan tambah kimia (chemical admixture) Tipe
F, yaitu
Water Reducing, High Range Admixtures. Water Reducing, High Range
Admixtures
adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12%
atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi
sehingga diharapkan
kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang
sedikit, tetapi tingkat
kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Superplasticizer sering
disebut juga sebagai
“bahan tambahan kimia pengurang air”. Tiga jenis plasticizer yang
dikenal adalah
1. Kondensi sulfonat melamin formadehid dengan kandungan
klorida
sebesar 0,005%,
diabaikan, dan
3. Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
Ketiga jenis bahan tambahan tersebut dibuat dari sulfonat organik
dan disebut
superplasticizer, karena dapat mengurangi pemakaian air pada
campuran beton dan
meningkatkan slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis
yang
disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang
berlebihan akan
menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton. Pada penelitian ini
digunakan
bahan superplasticizer dengan dosis 2% dari jumlah berat bahan
semen.
Superplasticizer adalah bahan tambah kimia yang melarutkan
gumpalan-
gumpalan dengan cara melapisi pasta semen sehingga semen dapat
tersebar dengan
merata pada adukan beton dan mempunyai pengaruh dalam
meningkatkan
workability beton sampai pada tingkat yang cukup besar. Bahan ini
digunakan dalam
jumlah yang relatif sedikit karena sangat mudah mengakibatkan
terjadinya bleeding.
Superplasticizer dapat mereduksi air sampai 40% dari campuran
awal.
Beton berkekuatan tinggi dapat dihasilkan dengan pengurangan kadar
air,
akibat pengurangan kadar air akan membuat campuran lebih padat
sehingga
pemakaian superplasticizer sangat diperlukan untuk mempertahankan
nilai
slumpyang tinggi.
adalah untuk :
dengan lebih baik dengan slump hingga 23 cm.
2. Menghasilkan beton mutu tinggi dengan mengurangi air sehingga
faktor
air semen yang merupakan faktor utama penentu mutu beton
dapat
diminimalkan sekecil mungkin, sehingga hanya air yang
diperlukan
untuk reaksi hidrasi semen saja yang digunakan
3. Menghasilkan beton dengan permeabilitas yang lebih rendah
(lebih
kedap air). Dengan pengurangan pemakaian air dan kemampuan
menyebarkan partikel semen dalam adukan beton segar, dapat
menghasilkan kepadatan beton yang lebih baik sehingga lebih kedap
air
4. Menghasilkan beton yang setara mutunya dengan faktor air semen
yang
lebih kecil, sehingga pemakaian semen menjadi lebih sedikit.
Namun
pemakaian untuk tujuan ini tidak terlalu sering digunakan, karena
jumlah
semen minimum yang disyaratkan untuk beton tertentu harus
dipenuhi
Keistimewaan penggunaan superplasticizer dalam campuran pasta
semen
maupun campuran beton antara lain:
a. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga
didapatkan
campuran dengan workability tinggi.
yang lebih rendah dengan kekuatan yang lebih besar.
c. Mengurangi kandungan air dan semen dengan faktor air semen
yang
konstan tetapi meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga
menghasilkan beton dengan kekuatan yang sama tetapi
menggunakan
semen lebih sedikit.
d. Tidak ada udara yang masuk. Penambahan 1% udara kedalam
beton
dapat menyebabkan pengurangan strength rata-rata 6%. Untuk
memperoleh kekuatan yang tinggi, diharapkan dapat menjaga
”air
content” di dalam beton serendah mungkin. Penggunaan
superplasticizer
menyebabkan sedikit bahkan tidak ada udara masuk kedalam
beton.
e. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap tulangan.
Universitas Sumatera Utara
pengerjaannya menjadi lebih singkat. Dalam waktu sekitar satu jam
setelah
penambahan superplasticizer, workability-nya akan relatif hilang
karena slump loss
(kehilangan slump) yang sangat cepat. Untuk mengatasi efek negatif
ini, penambahan
superplasticizer dapat dicampurkan sesaat sebelum beton segar
dituang di lapangan.
Namun perlu diperhatikan dosis penggunaannya terutama jika
penambahan
superplasticizer dilakukan setelah beton segar dituang sebagian
yang mengakibatkan
kesulitan mengetahui sisa beton segar yang masih ada di dalam
mobilmixer.
2.6 Perawatan Beton (Curing)
Perawatan beton dilakukan setelah beton mencapai final setting,
artinya beton
telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi
selanjutnya tidak
mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami
keretakan karena
kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal
selama 7 hari dan
beton untuk berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 hari serta
harus dipertahankan
dalam kondisi lembab.
Jenis – jenis perawatan yang dapat dilakukan pada beton antara lain
:
1. Perawatan dengan pembasahan
perawatan dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
a) Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab
b) Menaruh beton segar dalam genangan air
c) Menaruh beton segar dalam air
d) Menyelimuti permukaan beton dengan air
e) Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah
f) Menyirami permukaan beton secara kontinyu
Cara a), b), dan c) digunakan untuk contoh uji.Cara d), e), dan f)
digunakan
untuk beton di lapangan yang permukaannya datar. Fungsi utama dari
perawatan
beton adalah untuk menghindarkan beton dari :
1) Kehilangan air-semen yang banyak pada saat setting time
concrete.
2) Kehilangan air akibat penguapan pada hari – hari pertama.
Universitas Sumatera Utara
2. Perawatan dengan membran
untuk menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering
dalam
waktu 4 jam (sesuai final setting time), dan membentuk selembar
film yang
kontinyu, melekat, dan tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip,
bebas dari
lubang – lubang halus dan tidak membahayakan beton.
Lembaran plastik atau lembaran lain yang kedap air dapat digunakan
dengan
sangat efisien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna
untuk
perawatan pada lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini
harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton.
Perawatan
dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan
dengan
pembasahan.
Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua yaitu perawatan
dengan
tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan
tekanan rendah
berlangsung selama 10-12 jam pada suhu 40oC -55 0C, sedangkan
perawatan
dengan suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu 65oC -95
oC,
dengan suhu akhir 40oC -55oC. Sebelum perawatan dengan penguapan
dilakukan,
beton harus dipertahankan pada suhu 10oC -30 oC selama beberapa
jam.
Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai
musim
dingin. Perawatan ini harus diikuti dengan perawatan pembasahan
setelah lebih
dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat
tercapai
sesuai dengan rencana pada umur 28 hari.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum urutan tahap penelitian meliputi :
a. Penyediaan bahan penyusun beton styrofoam.
b. Pemeriksaan bahan.
f. Pengujian berat isi dan absorpsi pada umur 28 hari.
g. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari.
h. Pengujian kuat tarik beton umur 28 hari.
Diagram alir pembuatan beton styrofoam dengan penambahan
superplasticizerterhadap berat semen dapat dilihat pada Gambar
3.1.
3.2 Bahan-bahan Penyusun Beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus,
agregat
kasar dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang
sangat
bervariasi untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang diinginkan.
Biasanya
perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah
bahan
penyusunbeton yang lebih ekonomis dan efektif. Dalam penelitian ini
tidak
digunakan agregat kasar.
Universitas Sumatera Utara
superplasticizer
Mulai
Pemeriksaan bahan ( Analisa ayakan, berat jenis dan absorpsi, kadar
lumpur)
Pembuatan campuran beton
Pengujian benda uji (Berat isi, absorpsi, uji tekan, uji
tarik)
Data pengujian
Analisis data
Pencetakan beton
Pengujian slump
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis
OPC
(Ordinary Portland Cement) atau Tipe I, yang diproduksi oleh PT.
SEMEN
PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg (Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Semen Padang tipe I (www.semenpadang.co.id)
3.2.2 Agregat halus
Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi
alami dari batu-batuan, mempunyai ukuran butir maksimum 5 mm atau
lolos
saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200 (0,075mm).Agregrat
halus (pasir)
yang dipakai dalam eksperimen ini diperoleh dari Binjai.
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi:
1. Analisa ayakan pasir
3. Pemeriksaan kandungan organik (colometric test)
4. Pemeriksaan kadar liat (clay lump)
5. Pemeriksaan berat isi pasir
6. Pemeriksaan berat jenis dan absorpsi pasir
Universitas Sumatera Utara
Analisa ayakan pasir
kehalusan pasir (FM)
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman:
Berdasarkan nilai kehalusan (FM), agregrat halus dibagi dalam
beberapa kelas,
yaitu:
Pencucian pasir lewat ayakan no.200
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman:
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak
dibenarkan
melebihi 5% (dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 5%
maka pasir
harus dicuci.
Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam
pasir.
b. Hasil Pemeriksaan
c. Pedoman
Universitas Sumatera Utara
Warna larutan hasil pengujian tidak boleh lebih dari standar warna
no.3 pada
standar warna gardner.
b. Hasil Pemeriksaan:
c. Pedoman
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh
melebihi 1% (dari
berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus
dicuci.
Pemeriksaan berat isi pasir
a. Tujuan
Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat
dan
longgar.
Berat isi keadaan longgar : 1405,53kg/m3.
c. Pedoman
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara
merojok lebih
besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini
berarti bahwa pasir
akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui
berat isi pasir
maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan hanya mengetahui
volumenya
saja.
a. Tujuan
Untuk menentukan berat jenis (specific grafity) dan penyerapan air
(absorpsi)
pasir.
d. Absorpsi : 3,95%
c. Pedoman
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam
keadaan SSD
dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated
Surface Dry)
dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya
kering,
keadaan pasir kering dimana pori-pori pasir berisikan udara tanpa
air dengan
kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana pasir
basah
total dengan pori-pori penuh air. Absorpsi atau penyerapan air
adalah persentase
dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering dimana
absorpsi terjadi
dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
3.2.3 Styrofoam
Styrofoam adalah salah satu agregat ringan yang dapat digunakan
sebagai
agregat pengganti untuk mendapatkan beton ringan. Pemeriksaan yang
dilakukan
terhadap styrofoam adalah memeriksa berat isinya. Styrofoam dapat
diperoleh
melalui limbah atau menggunakan styrofoam produksi pabrik dengan
diameter 3mm-
5mm.
Untuk memeriksa berat styrofoam persatuan volume. Hal ini dilakukan
untuk
mengetahui proporsi campuran styrofoam terhadap komposisi campuran
beton
styrofoam.
c. Pedoman
Styrofoam sebagai agregat ringan harus memiliki berat volume yang
termasuk
dalam kategori agregat ringan. SNI 03-2461-2002 menyatakan untuk
agregat
halus ringan tidak boleh melebihi berat isi 880 kg/m³. Berarti
styrofoam masuk
dalam kriteria agregat ringan untuk beton ringan.
3.2.4 Air
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang berasal
dari sumber
air bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat digunakan untuk
pembuatan
beton styrofoam adalah air yang jernih, tidak berwarna dan tidak
mengandung
kotoran-kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam
penelitian ini air
yang dipakai adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium
Bahan
Konstruksi (Beton), Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera
Utara.
Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi
atau
proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi bahan-bahan penyusun
beton ini
ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix design). Hal ini
dilakukan agar
proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis secara ekonomis.
Dalam
menentukan proporsi campuran dalam penelitian ini digunakan metode
Departeman
Pekerjaan Umum berdasarkan pada SK SNI T-15-1990-03.
Pada penelitian ini proporsi campuran diperoleh menggunakan metode
trial
mix, dimana proporsi campuran diperoleh berdasarkan cara coba-coba,
dengan
melakukan percobaanawal untuk mendapatkan proporsi yang tepat. Mix
design untuk
1 silinder uji dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Diketahui :
Faktor air semen = 0,25
Berat jenis semen portland tipe I = 3,150 g/cm³ = 3150 kg/m³
Berat jenis pasir (kondisi SSD) = 2,475 g/cm³ = 2475 kg/m³
Berat sendiri styrofoam = 0,013g/cm³
Universitas Sumatera Utara
Faktor keamanan = 1,15
Maka proporsi campuran beton untuk beton normal
• Jumlah semen per m³ = 3150 : 3 = 1050 kg/m³
• Berat semen per silinder beton normal = 1050 ×0,006094 =
6,399kg
• Jumlah pasir per m³ = 2475 × 2 : 3 = 1650kg/m³
• Berat pasir per silinder beton normal = 1650 × 0,006094 = 10,055
kg
3.3.1 Penggunaan Styrofoam
Pada tugas akhir ini, styrofoam digunakan sebagai bahan tambah
terhadap
volume beton itu sendiri. Adapun variasi yang digunakan adalah :
0%, 10%, 20%,
30%, 40%. Cara penghitungan berat styrofoam yang digunakan yaitu
(ms= ρs × Vb).
Dimana diketahui, volume silinder beton = 0,006094 m3, berat isi
styrofoam =
0,013g/cm3.
Dimana :
ρs = Beart isi styrofoam
a. Variasi 0 : kosong (ms= ρs × 0%Vb)
b. Variasi I : ms = ρs × 10%Vb
ms = 13000 g/m3 × 0,1(0,006094 m³) = 7,922 g
c. Variasi II : ms= ρs × 20%Vb
ms = 13000 g/m3 × 0,2(0,006094 m³) = 15,843 g
d. Variasi III : ms= ρs × 30%Vb
ms = 13000 g/m3 × 0,3(0,006094 m³) = 23,765 g
e. Variasi IV : ms= ρs × 40%Vb
ms = 13000 g/m3 × 0,4(0,006094 m³) = 31,687g
Universitas Sumatera Utara
No Material Normal Variasi I (Str10%, Sp2%)
Variasi II (Str20%, Sp2%)
Variasi III (Str30%, Sp2%)
Variasi IV (Str40%, Sp2%)
1 Styrofoam, gr - 7,922 15,843 23,765 31,687 2 Semen, kg 6,398
5,758 5,119 4,479 3,839 3 Pasir, kg 10,054 9,049 8,044 7,038 6,033
4 Air, l 1,6 1,440 1,280 1,120 0,960 5 Superplasticizer, l - 0,115
0,102 0,09 0,077
3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton
Sesudah dilakukan pemeriksaan karakteristik terhadap bahan
pembuatan
beton seperti, pasir, styrofoam, semen dan bahan tambahan yang akan
digunakan
untuk mendapatkan mutu material yang baik sesuai dengan persyaratan
yang ada,
maka bahan tersebut disimpan dalam wadah tertutup dan ditempatkan
di ruangan
tertutup, hal ini untuk menghindari pengaruh cuaca luar yang dapat
merusak bahan
ataupun mengakibatkan perbedaan kualitas bahan.
Bahan-bahan untuk membuat beton styrofoam ini dipersiapkan
sehari
sebelum dilakukan pengecoran benda uji. Bahan-bahan tersebut
ditimbang beratnya
sesuai dengan variasi campuran yang ada dan diletakkan dalam wadah
yang terpisah
untuk mempermudah pelaksanaan pengecoran yang dilakukan.
3.5 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji terdiri dari empat variasi campuran untuk
percobaan,
yaitu campuran beton normal tanpa bahan substitusi, campuran dengan
substitusi
superplasticizersebesar 2% dari penggunaan semen dan subsitusi
styrofoam sebesar
10%, 20%, 30 %, 40% dari volume beton. Setelah semua bahan selesai
disediakan,
hidupkan mesin molen dan masukkan air secukupnya ke dalam molen
hingga
membasahi permukaan molen agar adukan beton yang sebenarnya tidak
berkurang.
Setelah ± 30 detik, airtersebut di buang.
Untuk beton tanpa bahan subsitusi, langkah pertama masukkan agregat
halus
dan semen selama ± 60 detik supaya adukan teracampur merata.
Kemudian air
dimasukkan sebagian-sebagian ke dalam molen secara menyebar, agar
air tidak
Universitas Sumatera Utara
hanya tercampur di beberapa tempat dan menyebabkan adukannya tidak
rata
(menggumpal).
Biarkan mesin molen selama ± 1 menit sampai campuran beton
benar-benar
tercampur secara merata dan homogen. Adukan yang sudah tercampur
merata,
dituangkan ke dalam sebuah pan besar yang tidak menyerap air, dan
kemudian
adukan diukur kekentalannya dengan menggunakan metode slump test
dari kerucut
Abrams.
Setelah pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke
dalam
cetakan silinder yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
dengan cara dibagi
dalam tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 1/3 bagian
dari cetakan
silinder dan lalu dipadatkan dengan menggunakan alat
vibrator.
Beton yang telah mencapai umur 24 jam, cetakan silinder dibuka dan
mulai
dilakukan perawatan beton dengan cara direndam dalam bak perendaman
sampai
pada masa yang direncanakan untuk melakukan pengujian untuk
menghindari panas
hidrasi berlebih pada benda uji.
3.6 Pengujian Sampel
Pengujian yang dilakukan terhadap beton keras adalah pengujian
berat isi,
absorpsi, , kuat tekan beton, dan kuat tarik-belah beton.
3.6.1 Berat isi dan absorpsi
Pengujian berat isi bertujuan untuk mengetahui berat suatu campuran
beton
persatuan volume. Pengujian dilakukan mengacu kepada SNI 3402:2008.
Benda ujia
adalah silinder beton diameter 15 cm dan tinggi 30 cm umur 28 hari.
Benda uji
ditimbang dalam keadaan terendam penuh, jenuh permukaan dan kering
oven. Untuk
menghitung berat isi danabsorpsidigunakan persamaan (2.1)
Pengujianabsorpsi di lakukan untuk mengetahui tingkat penyerapan
beton
terhadap air. Pengujian dilakukan mengacu kepada SNI 03-6433-2000.
Benda uji
adalah silinder beton diameter 15 cm dan tinggi 30 cm umur 28 hari.
Benda uji
ditimbang dalam jenuh permukaan dan kering oven. Untuk
menghitungabsorpsidigunakan persamaan (2.2).
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Uji kuat tekan beton
Pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari untuk tiap variasi
beton
sebanyak 3 buah. Sehari sebelum pengujian sesuai umur rencana,
silinder beton
dikeluarkan dari bak perendaman. Sebelum dilakukan uji kuat tekan,
benda uji
ditimbang beratnya. Pengujia