Upload
mageswari-selvarajoo
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pendahuluan
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor
adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor
dibagi dalam 2 golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah
umum untuk semua jenis tumor ganas. (Yayasan Kanker Indonesia, 2014)
Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami
mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan
pembelahan sel tidak terkendali, immortal dan menginvasi jaringan stroma di
bawahnya. Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki
akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini. (Deri Edianto, 2006)
Faktor atau kunci utama yang berperan dalam pembentukan dan perkembangan
neoplasia serviks adalah infeksi HPV. Infeksi HPV merupakan 99% penyebab
terjadinya kanker serviks. Prevalensi untuk terjadi infeksi HPV pada semua usia
dianggarkan sebagai 30% dan sampai sekarang kelompok terbesar yang terlibat atau
terjejas adalah wanita usia muda yang aktif berseksual. Banyak faktor yang menjadi
risiko untuk terjadinya kanker serviks tetapi tiada yang sekuat faktor infeksi HPV.
Aktivitas seksual adalah faktor determinan untuk terjadinya infeksi HPV. Risiko
untuk mendapatkan kanker serviks menjadi kuat lagi dengan adanya faktor
pendorong yang menyulitkan seorang wanita untuk membersihkan virus yang
menyerangnya. Antaranya adalah merokok, immunosupresi dan HIV. (Clarke-
Pearson, 2010)
Di seluruh dunia, penyakit ini merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang
diderita oleh perempuan. Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 juta
perempuan menderita kanker serviks dan 3-7 juta orang perempuan memiliki lesi
prekanker derajat tinggi (high grade dysplasia). Penelitian WHO tahun 2005
menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru, dan 260.000 kasus kematian
akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi di negara berkembang. Angka
insidens tertinggi ditemukan di negara-negara Amerika bagian tengah dan selatan,
Afrika timur, Asia selatan, Asia tenggara dan Melanesia. (DepKes, 2008)
Di Indonesia, kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak
ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tiga
dasa warsa terakhir. Diperkirakan insidens penyakit ini adalah sekitar 100 per
100.000 penduduk. Data patologi dari 12 pusat patologi di Indonesia (1997)
menunjukkan bahwa kanker leher rahim menduduki 26,4% dari 10 jenis kanker
terbanyak pada perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
39,5% penderita kanker pada tahun 1998 adalah kanker serviks. Seiring dengan
meningkatnya populasi, maka insidens kanker leher rahim juga meningkat sehingga
meningkatkan beban kesehatan negara. Padahal penyakit ini dapat dicegah dengan
deteksi dini lesi prakanker yang apabila segera diobati tidak akan berlanjut menjadi
kanker leher rahim. Dalam beberapa dekade, angka penderita kanker leher rahim di
negara-negara maju mengalami penurunan yang tajam. Di Amerika Serikat, dalam 50
tahun terakhir insidens kanker leher rahim turun sekitar 70%. Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya program deteksi dini dan tatalaksana yang baik.
Sebaliknya, di negara-negara berkembang, angka penderita penyakit ini tidak
mengalami penurunan, bahkan justru meningkat akibat populasi yang meningkat.
(DepKes, 2008)
Banyak alasan yang menyebabkan masih tingginya angka penderita kanker
serviks. Di antara alasan tersebut adalah belum adanya sistem pelayanan yang
terorganisasi baik mulai dari deteksi dini sampai penanganan kanker leher rahim
stadium lanjut. Selain itu, terbatasnya sarana dan prasana termasuk tenaga ahli yang
kompeten menangani penyakit ini secara merata menjadi tantangan tersendiri. WHO
menggariskan 4 komponen penting dalam program penanganan kanker leher rahim
nasional yaitu pencegahan primer, deteksi dini melalui peningkatan kewaspadaan dan
program skrining yang terorganisasi, diagnosis dan tatalaksana, serta perawatan
paliatif untuk kasus lanjut.Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program skirining
yang terorganisasi dengan target pada kelompok usia yang tepat dan sistim rujukan
yang efektif di semua tingkat pelayanan kesehatan. Beberapa metode skrining yang
dapat digunakan adalah pemeriksaan sitologi berupa Pap tes konvensional atau sering
dikenal dengan Tes Pap dan pemeriksaan sitologi cairan (liquid-base cytology /LBC),
pemeriksaan DNA HPV, dan pemeriksaan visual berupa inspeksi visual dengan asam
asetat (IVA) serta inspeksi visual dengan lugol iodin (VILI). (DepKes, 2008)
Di Indonesia, terbatasnya akses informasi yang akurat diyakini menjadi salah satu
penyebab tingginya kasus kanker leher rahim. Penyebab lain tingginya kasus kanker
serviks adalah karena minimnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini. Akibatnya,
sebagian besar kasus yang ditemukan sudah masuk pada stadium lanjut dan
menyebabkan kematian. (Tim Kanker Serviks, 2010)
Berdasarkan hasil survei awal yang di lakukan peneliti di Kelurahan Padang
Bulan, Kecamatan Medan Baru, masih banyak wanita usia subur yang tidak
mengetahui tentang kanker serviks dan deteksi dininya, sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti judul tentang “Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang
Kanker Serviks di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2014”.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah ‘Bagaimanakah Pengetahuan Wanita Usia
Subur tentang Kanker Serviks di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru’?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
1. Mengetahui secara umum pengetahuan Wanita Usia Subur terhadap
kanker serviks di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan lagi tahap kesadaran
ibu rumah tangga tentang kanker serviks dan cara pendeteksian dini.
2. Mengurangi prevalensi dan insidensi kanker serviks.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Penulis
1. Penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman melakukan
penelitian.
2. Penulis mendapatkan informasi dan pengetahuan tambahan dari hasil
penelitian yang dilakukan.
1.4.2 Wanita Usia Subur
1. Memberikan informasi kepada wanita usia subur tentang bahaya
penyakit kanker serviks.
2. Memberikan informasi kepada Wanita Usia Subur tentang deteksi dini
penyakit kanker serviks
1.4.3 Pembaca
1. Memberikan informasi tambahan kepada pembaca perlunya
pengetahuan deteksi dini terhadap kanker serviks.
2. Sebagai sumber rujukan atau bahan untuk melakukan penelitian
berikutnya.
1.4.4 Instansi Pendidikan
1. Sebagai referensi atau bahan bacaan untuk mahasiswa/mahasiswi FK
USU atau tenaga medis.