3
KANDUNGAN KULIT UDANG Kulit udang merupakan sumber potensial pembuatan khitin dan khitosan, yaitu biopolimer yang secara komersil berpotensi dalam berbagai bidang industri. Manfaat khitin dan khitosan di berbagai bidang industri moderen cukup banyak, diantaranya dalam industri farmasi, biokimia, bioteknologi, biomedikal, pangan, gizi, kertas, tekstil, pertanian, kosmetik, membran dan kesehatan. Disamping itu, khitin dan khitosan serta turunannya mempunyai sifat sebagai bahan pengemulsi koagulasi dan penebal emulsi (Marganov, 2003). Kulit udang mengandung protein 25- 40%, kalsium karbonat 45- 50%, dan khitin 15- 20%, tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udang dan tempat hidupnya. Secara kimiawi khitin merupakan polimer -(1,4)-2-asetamida-2- dioksi-D-glukosa yang tidak dapat dicerna oleh mamalia. Khitin tidak larut dalam air sehingga penggunaannya terbatas. Namun dengan modifikasi struktur kimianya maka akan diperoleh senyawa turunan khitin yang mempunyai sifat kimia yang lebih baik. Salah satu turunan khitin adalah khitosan, suatu senyawa yang mempunyai rumus kimia poli -(1,4)-2-amino-2-dioksi-D- glukosa yang dapat dihasilkan dari proses hidrolisis khitin menggunakan basa kuat (proses deasetilasi) (Srijanto dan Imam, 2005). Perbedaan khitin dan khitosan terletak pada kandungan nitrogennya. Bila kandungan total nitrogennya kurang dari 7%, maka polimer tersebut adalah khitin dan apabila kandungan total nitrogennya lebih dari 7% maka disebut khitosan (Krissetiana, 2004).

Kandungan Kulit Udang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kandungan Kulit Udang

KANDUNGAN KULIT UDANG

Kulit udang merupakan sumber potensial pembuatan khitin dan khitosan, yaitu biopolimer

yang secara komersil berpotensi dalam berbagai bidang industri. Manfaat khitin dan khitosan

di berbagai bidang industri moderen cukup banyak, diantaranya dalam industri farmasi,

biokimia, bioteknologi, biomedikal, pangan, gizi, kertas, tekstil, pertanian, kosmetik,

membran dan kesehatan. Disamping itu, khitin dan khitosan serta turunannya mempunyai

sifat sebagai bahan pengemulsi koagulasi dan penebal emulsi (Marganov, 2003).

Kulit udang mengandung protein 25- 40%, kalsium karbonat 45-50%, dan khitin 15- 20%,

tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udang dan tempat

hidupnya.

Secara kimiawi khitin merupakan polimer -(1,4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa yang tidak

dapat dicerna oleh mamalia. Khitin tidak larut dalam air sehingga penggunaannya terbatas.

Namun dengan modifikasi struktur kimianya maka akan diperoleh senyawa turunan khitin

yang mempunyai sifat kimia yang lebih baik. Salah satu turunan khitin adalah khitosan, suatu

senyawa yang mempunyai rumus kimia poli -(1,4)-2-amino-2-dioksi-D-glukosa yang dapat

dihasilkan dari proses hidrolisis khitin menggunakan basa kuat (proses deasetilasi) (Srijanto

dan Imam, 2005). Perbedaan khitin dan khitosan terletak pada kandungan nitrogennya. Bila

kandungan total nitrogennya kurang dari 7%, maka polimer tersebut adalah khitin dan apabila

kandungan total nitrogennya lebih dari 7% maka disebut khitosan (Krissetiana, 2004).

Khitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan

melekul polimer berantai lurus dengan nama lain ß-(1-4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa (N-

asetil-D-Glukosamin). Struktur khitin sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara

monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi ß-(1-4). Perbedaannya dengan

selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang kedua pada khitin diganti

oleh gugus asetamida (NHCOCH2) sehingga khitin menjadi sebuah polimer berunit N-

asetilglukosamin. 

Khitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10 merupakan zat padat yang tak berbentuk

(amorphous), tak larut dalam air, asam anorganik encer, alkali encer dan pekat, alkohol, dan

pelarut organik lainnya tetapi larut dalam asam-asam mineral yang pekat. Khitin kurang larut

dibandingkan dengan selulosa dan merupakan N-glukosamin yang terdeasetilasi sedikit,

Page 2: Kandungan Kulit Udang

sedangkan khitosan adalah khitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin. 

Khitosan yang disebut juga dengan ß-1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa merupakan turunan

dari khitin melalui proses deasetilasi. Khitosan juga merupakan suatu polimer multifungsi

karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan

skunder. Adanya gugus fungsi ini menyebabkan khitosan mempunyai kreatifitas kimia yang

tinggi. 

Khitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut

dalam HCl dan HNO3, dan H3 PO4, dan tidak larut dalam H2SO4. Khitosan tidak beracun,

mudah mengalami biodegradasi dan bersifat polielektrolitik. Di samping itu khitosan dapat

dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu,

khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan induistri

kesehatan.

Mekanisme kerja chitosan sebagai antibakteri adalah sifat afinitas yang dimiliki oleh

chitosan yang sangat kuat dengan DNA mikroba sehingga dapat berikatan dengan DNA yang

dapat mengganggu Mrna dan sintesa protein.Sifat afinitas antimikroba dari chitosan dalam

melawan bakteri atau mikroorganisme tergantung dari berat molekul dan derajat

deasetilasi.Berat molekul dan derajat deasetilasi yang lebih besar menunjukkan aktivitas

antimikroba yang lebih besar.Chitosan memiliki gugus fungsional amina (-NH2) yang

bermuatan positif yang sangat reaktif,sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri

yang bermuatan negatif.Ikatan ini terjadi pada situs elektronegatif di permukaan dinding sel

bakteri (Killay,2013).